Disampaikan oleh Rudhy Hendarto, Inspektur Tambang dalam Penajam Desain Program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Tata Kelola Hutan dan Lahan yang Baik (SETAPAK), 3 Februari 2016.
Disampaikan oleh Rudhy Hendarto, Inspektur Tambang dalam Penajam Desain Program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Tata Kelola Hutan dan Lahan yang Baik (SETAPAK), 3 Februari 2016.
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
HIRADC stands for hazard identification risk assessment and determining control
HIRADC is a cool step to start identify hazard, assess risk and determine the control.
Perlunya menetapkan arah, kebijakan, dan strategi sektor pertambangan nasional yang jelas dan terukur dan menuangkannya ke dalam suatu dokumen kebijakan pertambangan nasional yang bersifat resmi dan mengikat dalam aturan dan pelaksanaannya.
Tahapan Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah (IPAL)Joy Irman
Pelatihan Penyusunan Rencana Teknis Sistem Pengelolaan Air Limbah Terpusat (SPAL-T) terdiri dari beberapa modul, yaitu: Dasar-dasar Perencanaan Teknis SPAL-T, Perencanaan Teknis Unit Pelayanan, Perencanaan Teknis Unit Pengumpulan / Jaringan Perpipaan, Perencanaan Teknis Unit Pengolahan Air Limbah, Teknologi Pengolahan Lumpur, Konstruksi Bangunan, dan Rencana Anggaran Biaya. Masing-masing Modul terdiri atas beberapa sub-modul . Peserta pelatihan dapat memilih Modul/Sub-Modul sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
HIRADC stands for hazard identification risk assessment and determining control
HIRADC is a cool step to start identify hazard, assess risk and determine the control.
Perlunya menetapkan arah, kebijakan, dan strategi sektor pertambangan nasional yang jelas dan terukur dan menuangkannya ke dalam suatu dokumen kebijakan pertambangan nasional yang bersifat resmi dan mengikat dalam aturan dan pelaksanaannya.
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
3. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
4. Self-led influencing: Shifting the Empowerment Narrative
5. Moeldoko and JMPPK Discuss Kendeng Mountain Study
1. Aliansi Masyarakat Sipil: “RPJMD Harus Inklusif, Adil dan Berkelanjutan”
2. Lingkar Belajar Advokasi Kebijakan dan Temu Kartini Kendeng
3. Kendeng Tadarus Kanggo Ibu Bumi
4. “Surat Super Soko Semar (SUPERSEMAR)“ KLHS Perintah Presiden, Harus Dijalankan !!!
5. Para Kartini dari Jawa Tengah Ini akan Terus Suarakan Kelestarian Bumi
6. JMPPK Bangun Posko Pantau Pelanggaran Tambang Pegunungan Kendeng
1. The Civil Society Alliance: "The RPJMD of Central Java Province Must Be Inclusive, Fair and Sustainable"
2. Community Training on Policy Advocacy and Kendeng Women Gathering
3. Kendeng Community Recites Al-Quran for the Mother Nature
4. “Letter of Super Soko Semar (SUPERSEMAR)” KLHS Orders President, Must Be Done !!!
5. These Kartini from Central Java Will Continue to Speak Out for the Sustainability of the Earth
6. JMPPK Builds Command Post to Monitor Kendeng Mountain Mining Violations
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. mplikasi Omnibus Law terhadap Upaya Penataan Ruang dan Pencegahan Korupsi Sektor Sumber Daya Alam
3. Prinsip Berdikari: Menggeser Narasi Pemberdayaan
4. Pelatihan Audit Sosial: Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pembangunan
5. Moeldoko dan JMPPK Bahas Kajian Pegunungan Kendeng
Compared with other sources of energy, oil and gas continue to become primary sources of energy in Indonesia with the highest level of consumption. Apart from propping up almost one third of national revenue, oil and gas also significantly contribute to create job opportunities, supply the need of fuel, petrochemical industry which in turn effectively enhances investment and economy.
As a natural resource contained within the bowel of the earth, the constitution of the Republic of Indonesia asserts that the ownership and enterpreneurship of national oil and gas industry is controlled by the state and immensely benefitted to the welfare of people accordingly (constitution 1945, article 33). Furthermore, it is asserted through the law 22/2001 on oil and gas that the control by the state is administered by the government as the holder of mining right. It means, the government is entitled with authority to administer the exploration and exploitation of oil and gas throughout Indonesian territory.
Saat ini EITI sedang menyusun sebuah tinjauan strategis untuk memperbaiki standar EITI di masa depan. Salah satu proposal yang diangkat adalah mengenai dorongan atau permintaan membuka kontrak antara pemerintah dan perusahaan ekstraktif. Dewan EITI saat ini sedang mengumpulkan pandangan dari Negara pelaksana EITI perihal hal ini. Jika disetujui, maka keputusan terhadap topik ini akan dimasukkan sebagai bagian dari keputusan Dewan dalam Konferensi Global EITI ke-6 yang akan diselenggarakan di Sydney bulan Mei 2013.
Keterbukaan informasi publik merupakan hak asasi setiap warga negara yang mendukung pengembangan diri dan kehidupan seseorang, baik secara pribadi/individu maupun dalam hubungan sosialnya, serta dalam menjalankan peran kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik dan bertanggung jawab. Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri dari negara demokratis, dan menjadiprasyarat dalam partisipasi, transparansi, dan akuntablitas dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Keterbukaan informasi publik dapat mendorong kemajuan sebuah bangsa, karena memungkinkan adanya kontrol publik serta mendorong terciptanya check and balances.
In Indonesia, natural resources including oil and gas, mineral and coal mining are controlled by the state and managed for the greatest prosperity of the people1. This means that the country and its citizens are the true owners of the natural resource wealth. While, the utilization is represented by the government so that it is managed as well as possible for the purpose of people’s welfare in accordance with the stipulated provisions. In realizing the benefits of welfare, transparency and accountability in the management of natural resources are absolutely essential.
Openness of public information is a human right of every citizen who supports self- development and the life of a person, both personally / individually and in social relations, and in carrying out the role of national and state life in a good and responsible manner. Openness of public information is one of the characteristics of a democratic country, and is a prerequisite for participation, transparency and accountability in good governance. Openness of public information can encourage the progress of a nation, because it allows for public control and encourages the creation of checks and balances
Keterbukaan dalam menjalankan pemerintahan dibutuhkan untuk mewujudkan pemerintahan yang partisipatif, dimana masyarakat dapat aktif berpartisipasi mengawal dan mengawasi jalannya pemerintahan. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menggunakan prinsip keterbukaan informasi kepada publik di antaranya melalui Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang keterbukaan publik dan lahirnya Open Government Partnership (OGP) yang kini beranggotakan 78 negara, dimana Indonesia menjadi salah satu pelopornya, serta lahirnya Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data
The principle of openness in running the government is needed to realize a participatory government where people can actively participate in overseeing policy implementation. To support this, the Government of Indonesia has committed to use the principle of public information disclosure, which is shown through Law No. 14/2008. Moreover, Indonesia had participated in Open Government Partnership (OGP) which has 78-member countries which Indonesia is one of the pioneers of OGP, as well as Presidential Decree No.39/2019 on Satu Data (One Data) Indonesia.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara pada September, 2019. Dalam peraturan tersebut, Pemerintah memasukkan ketentuan yang mengatur tentang data dan sistem informasi pertambangan. Pemerintah Provinsi NTB juga menjamin ruang bagi publik untuk berpartisipasi melakukan pengawasan terhadap operasional pertambangan di wilayahnya. Dua klausul ini merupakan jawaban atas persoalan-persoalan mendasar yang dialami masyarakat yang hidup di sekitar tambang, diantaranya adalah minimnya akses informasi dan ruang partisipasi.
The government of West Nusa Tenggara Province issued a Local Government Regulation on Mining Governance in September 2019. In this newly-issued regulation, there is a specific chapter on data and information systems of the mining sector and also provisions that guarantee public participation to monitor mining activities in the province. This is an answer to the problems faced by the people living near mining areas in West Nusa Tenggara Province.
West Nusa Tenggara Province (NTB) is one of the provinces with abundant metal and non-metal mineral resources and spread in almost all districts / cities. Now, there are 261 Mining Business Licenses (IUP) in NTB, consisting of 27 metal mineral IUPs and 234 rock IUPs (NTB ESDM Service, 2019). From 27 metal mineral IUPs, in fact there are 11 IUPs covering an area of 35,519 ha that are indicated to be in protected and conservation forest areas (DG Minerba, MEMR, 2017). Whereas based on Law number 41 of 1999 concerning Forestry, the two regions may not be used for mining activities.
The need for contract (and licensing documents) openness in the extractive industries is currently getting stronger, along with public demands for a transparent and accountable extractive industry governance. Some cases have shown a good precedent of contract openness in the said sector in Indonesia
Komisi Informasi telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pelayanan Informasi Penyediaan Publik dalam masa Darurat Kesehatan Masyarakat Akibat CoronaVirus Disease 2019 (Covid-19). Surat Edaran (SE) ini mengatur ketentuan penyediaan informasi terkait penanganan Covid-19 yang mudah dijangkau dan dipahami oleh masyarakat. Sehingga, diperlukan sebuah kajian untuk menilai pemenuhan hak informasi masyarakat, dan secara khusus menilai efektivitas implementasi SE tersebut. Kaji cepat ini bertujuan untuk; (1) mengetahui gambaran tata kelola keterbukaan informasi penanganan Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB) selama masa tanggap darurat Covid-19; dan (2) menilai sejauh mana efektivitas implementasi Surat Edaran Komisi Informasi Pusat Nomor 2 tahun 2020 di NTB. Hasil kaji cepat ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam meningkatkan efektivitas penanganan Covid-19, serta meningkatkan partisipasi publik selama masa tanggap darurat. Kaji cepat ini dilaksanakan menggunakan metode survei secara online dan tatap muka selama 10 hari sejak tanggal 28 April-5 Mei 2020. Survei tatap muka dilakukan di Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat dan Kota Mataram. Jumlah responden seluruhnya sebanyak 582 orang yang berasal dari seluruh kabupaten/kota di NTB. Sedangkan jumlah responden tatap muka sebanyak 121 orang yang dipilih secara acak berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat kesejahteraan rumah tangga.
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 secara tegas menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia dikuasai oleh negara dan digunakan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.1 Minyak dan gas bumi (migas), serta pertambangan mineral dan batubara (minerba) merupakan beberapa kekayaan alam Indonesia, yang harus dikelola untuk mencapai tujuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Mengingat industri migas dan minerba tergolong sebagai industri ekstraktif yang high risk, high technology, dan high cost, maka pengelolaannya perlu dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki modal kapital maupun teknologi yang kompetitif. Kerja sama pengelolaan migas dan minerba ini sebagian besar dilakukan berdasarkan sistem kontrak. Dalam konteks Indonesia, sistem kontrak banyak digunakan untuk kegiatan sektor hulu yang mencakup kegiatan eksplorasi dan eksploitasi/produksi migas dan minerba, sedangkan untuk kegiatan
hilir dilaksanakan melalui pemberian izin usaha.2 Sejak tahun 2009, sebagian sektor hulu minerba dilaksanakan melalui sistem perizinan
Countries around the world collect taxes from their people in various forms, income tax, vehicle tax, land-building tax, fees from extraction of natural resources (royalties) and so forth. John Locke declared tax payments as reciprocity for meeting the people’s needs to get protection from the state.1 Such protection can be interpreted as guarantee and fulfillment of basic rights such as the right to life, health, ownership of property, and education.2 Richard Murphy emphasized the principle of protection, countries that collect taxes must protect their citizens without discrimination and provide public goods.3
Di Indonesia, kekayaan alam termasuk di dalamnya minyak dan gas bumi (migas) dan pertambangan mineral dan batubara (minerba) dikuasai
oleh negara dan dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat1. Ini artinya bahwa negara dan warganya adalah pemilik sesungguhnya kekayaan sumber daya alam (SDA). Sedangkan pemanfatannya diwakilkan kepada pemerintah agar dikelola dengan sebaik-baiknya untuk tujuan kesejahteraan rakyat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam mewujudkan manfaat kesejahteraan itu, maka transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan SDA mutlak untuk dilaksanakan
Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia expressly states that all-natural resources in the land of Indonesia are controlled by the state and used to realize the prosperity of the people.1 Oil and gas, as well as minerals and coal are some of Indonesia’s natural wealth, which must be managed to achieve the objectives of Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. Considering that oil and gas, mineral and coal are classified as high risk, high technology, and high cost industries, the management needs to be done in collaboration with various parties who have capital and competitive technology. Most of the cooperation in oil and gas, mineral and coal management is carried out based on the contract system. In the Indonesian context, the contract system is widely used for upstream sector activities that include exploration and exploitation/production of oil and gas, and mineral and coal, while for downstream activities it is implemented through the granting of a business license.2 Since 2009, part of the upstream mineral and coal sector has been implemented through a licensing system.
More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Eksum RTR KSN Soroako, hasil penyusunan tahun 2020
Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Batubara
1. PENGAWASAN PERTAMBANGANPENGAWASAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARAMINERAL DAN BATUBARA
DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Jakarta, 29 Agustus 2017
EFEKTIVITAS PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM
SEKTOR PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA
3. Padat Modal & Teknologi.
Risiko Besar dan Khusus.
Peralatan Khusus.
Dinamis (Bahaya & Risiko
Berpindah).
KarakteristikKarakteristik PP 19 tahun 1973PP 19 tahun 1973
Memiliki Personal
Khusus.
Menteri ESDM melakukan
pengawasan atas K3
dalam bidang
pertambangan kecuali
untuk Ketel Uap.
Kementerian ESDMKementerian ESDM
Tambang Permukaan
Kapal Keruk
Tambang Bawah Tanah
Tambang SemprotKuari
3
I.I. KARAKTERISTIK PERTAMBANGANKARAKTERISTIK PERTAMBANGAN
4. IIII.. RUANG LINGKUPRUANG LINGKUP PENGAWASANPENGAWASAN
Pengawasan Pertambangan Minerba
dilakukan oleh;
1.Inspektur Tambang, untuk aspek
a.teknis pertambangan;
b.konservasi sumber daya mineral dan batubara;
c.keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
d.keselamatan operasi penambangan;
e.pengelolaan lingkungan hidup, reklamasi, dan pasca tambang;
f.penguasaan, pengembangan, dan penerapan teknologi
pertambangan;
2.Pejabat Yang Ditunjuk, untuk aspek
3.Pemasaran
4.Keuangan
5.Pengelolaan data mineral dan batubara
6.Pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan
7.Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat
8.Kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang
menyangkut kepentingan umum
9.Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan IUP, IPR atau IUPK
10.Jumlah, jenis, dan mutu hasil usaha pertambangan
3. PPNS, untuk aspek (UU No. 4 Th.
2009 & Permen ESDM No. 31 Th. 2016)
Perusahaan
Pertambangan
5. PPENGAWASAN OLEH INSPEKTUR TAMBANGENGAWASAN OLEH INSPEKTUR TAMBANG
PemerintahPemerintah
PerusahaanPerusahaan
• Kepala Inspektur Tambang
• Inspektur Tambang
• Kepala Inspektur Tambang
• Inspektur Tambang
• Kepala Teknik Tambang
• Organisasi dan Personil
• Program
• Anggaran & Biaya
• Dokumen & Laporan
• Kepala Teknik Tambang
• Organisasi dan Personil
• Program
• Anggaran & Biaya
• Dokumen & Laporan
Hukum & PeraturanHukum & Peraturan
UU No. 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
UU No. 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
PP No. 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan Pertbngan Minerba
PP No.19 Tahun 1973 ttg Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
Kepmen No.555.K Tahun 1995 ttg K3 Pertambangan Umum
Permen ESDM No.7 Tahun 2014 tentang Jaminan Reklamasi dan
Pascatambang
Permen ESDM No.38 Tahun 2014 ttg Penerapan SMKP Minerba
UU No. 23 Tahun 2014 ttg Pemerintahan Daerah
UU No. 4 Tahun 2009 ttg Pertambangan Mineral dan Batubara
PP No. 55 Tahun 2010 ttg Pembinaan dan Pengawasan Pertbngan Minerba
PP No.19 Tahun 1973 ttg Pengaturan dan Pengawasan K3 di Bidang
Pertambangan
Kepmen No.555.K Tahun 1995 ttg K3 Pertambangan Umum
Permen ESDM No.7 Tahun 2014 tentang Jaminan Reklamasi dan
Pascatambang
Permen ESDM No.38 Tahun 2014 ttg Penerapan SMKP Minerba
6.
7. PENGAWASAN OLEH PPNSPENGAWASAN OLEH PPNS
1. UU NO. 2 TAHUN 2002
2. Permen ESDM No. 31
Tahun 2016
Dalam menjalankan fungsinya,
Kepolisian dibantu oleh:
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil;
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
Melaksanakan pengawasan,
pengamatan, penelitian atau
pemeriksaan, dan penyidikan tindak
pidana dalamkegiatan usaha
pertambangan.
Kewenangan :
•Melakukan pemeriksaan atas laporan/keterangan, orang/badan, sarana prasarana
•Memanggil saksi/tersangaka dan tenaga ahli
•Menggeledah, menyegel dan/atau menyita sarana dan alat
•Menghentikan penyidikan
Penangkapan
8. NO KATEGORI PNS JUMLAH
1 Inspektur Tambang 126
2 Telah Mengikuti Diklat IT (Termasuk IT) 574
3 Belum mengikuti diklat 375
Total (Telah Diklat + Belum Diklat) 949
Status per 25 Januari 2017
A. PERSONIL
IIIIII. KONDISI SAAT INI. KONDISI SAAT INI
N
O
PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
KETERLIBATAN
PIHAK LAIN
STATUS
1. Berkoordinasi dengan pemerintah
daerah mengenai anggaran
operasional IT di daerah.
• Telah diadakan pertemuan dengan
Kemendagri, Biro SDM KESDM
• Sudah terbit Permendagri No. 33 Tahun
2017 Tentang Pedoman Penyusunan
APBD TA 2018
Biro SDM KESDM
dan Dinas ESDM
Provinsi
in progress
2. PNS daerah yang sudah dialihkan
ke KESDM namun tidak bisa
memenuhi kriteria menjadi IT
• Sudah dilakukan Rapat dengan Biro
SDM KESDM
• Diusulkan menjadi pejabat pengawas
Biro SDM KESDM
KemenPAN
Kemendagri
in progress
9. IIIIII. KONDISI SAAT INI. KONDISI SAAT INI
A. PERSONIL PPNS DITJEN MINERBA = 34 ORANG
1. Belum ditunjuknya Kepala PPNS yang bertindak selaku Atasan
Penyidik untuk memberikan Surat Perintah Penyidikan
2. Belum ada sarana dan prsarana dalam menunjang kegiatan
operasional
3. Belum adanya Anggaran untuk mendukung tugas penyidikan
B. KENDALA :
11. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN PASCA
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014
PEMBINAAN
Pemberian
Pedoman & Standar
Pendidikan & Pelatihan
Perencanaan,
Penelitian,
Pengembangan
Pemantauan, &
Evaluasi
Pemberian:
Bimbingan,
Supervisi,
Konsultasi
PKUP;
IUP, IPR, IUPK
Inspektur TambangInspektur TambangMenteriMenteri
12. I.I. K3 PERTAMBANGANK3 PERTAMBANGAN
(Pasal 26 PP Nomor 55 Tahun 2010)
I.I. K3 PERTAMBANGANK3 PERTAMBANGAN
(Pasal 26 PP Nomor 55 Tahun 2010)
Sasaran:
Menghindari Kecelakaan dan Penyakit
Akibat Kerja
Objek:
a. Keselamatan Kerja
b. Kesehatan Kerja
c. Lingkungan Kerja
d. Sistem Manajemen K3
II.II. KESELAMATAN OPERASIKESELAMATAN OPERASI (KO)(KO)
PERTAMBANGANPERTAMBANGAN
(Pasal 27 PP Nomor 55 Tahun 2010)
II.II. KESELAMATAN OPERASIKESELAMATAN OPERASI (KO)(KO)
PERTAMBANGANPERTAMBANGAN
(Pasal 27 PP Nomor 55 Tahun 2010)
Sasaran:
Terciptanya kegiatan operasi
pertambangan yang aman dan selamat.
Objek:
a. Sistem dan Pelaksanaan
Pemeliharaan/Perawatan Sarana,
Prasarana, Instalasi dan Peralatan
Pertambangan;
b. Pengamanan Instalasi;
c. Kelayakan Sarana, Prasarana,
Instalasi, dan Peralatan
Pertambangan
d. Kompetensi Tenaga Teknik
e. Evaluasi Laporan Hasil Kajian Teknis
Pertambangan
PENGAWASAN
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
14. PENTINGNYA ADMINISTRASI & LAPORAN KP
Pengusaha baru dapat memulai usaha
pertambangan setelah memberitahukan secara
tertulis kepada KAPIT (Psl 4, Kepmen 555.K)
Pengusaha baru dapat memulai usaha
pertambangan setelah memberitahukan secara
tertulis kepada KAPIT (Psl 4, Kepmen 555.K)
Psl 5, Kepmen 555K:
(1) Kegiatan eksplorasi atau eksploitasi baru
dapat dimulai setelah pemegang Kuasa
Pertambangan memiliki KTT.
(2) Pengusaha wajib menunjuk KTT dan
mendapat pengesahan KAPIT.
Psl 5, Kepmen 555K:
(1) Kegiatan eksplorasi atau eksploitasi baru
dapat dimulai setelah pemegang Kuasa
Pertambangan memiliki KTT.
(2) Pengusaha wajib menunjuk KTT dan
mendapat pengesahan KAPIT.
LAPORA
N
ADMINISTRAS
I
15. Pasal 1 ayat (26) Permen ESDM No. 33 Tahun 2015
“Kepala Inspektur Tambang adalah Pejabat yang secara
ex officio menduduki jabatan Direktur yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi di bidang keteknikan
pertambangan mineral dan batubara.”
Pasal 1 ayat (27) Permen ESDM No. 33 Tahun 2015
“Inspektur Tambang adalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
untuk melakukan pelaksanaan inspeksi tambang.”
KEPALA ISNPEKTUR TAMBANG
(KAIT)
DAN INSPEKTUR TAMBANG (IT)
16. Pasal 1 ayat (17) Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
“Kepala Teknik Tambang adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi
di dalam struktur organisasi Perusahaan Pertambangan di wilayah
kegiatan usaha pertambangan yang bertanggung jawab kepada KAIT atas
dilaksanakan dan ditaatinya ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang Keselamatan Pertambangan di wilayah yang menjadi tanggung
jawabnya.”
Pasal 1 ayat (18) Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
“Penanggung Jawab Operasional adalah orang yang menduduki jabatan
tertinggi dalam struktur organisasi Perusahaan Jasa Pertambangan di
wilayah kegiatan usaha jasa pertambangan yang bertanggung jawab
kepada KTT atas dilaksanakan dan ditaatinya peraturan perundang-
undangan di bidang keselamatan pertambangan di wilayah yang menjadi
tanggung jawabnya.”
KEPALA TEKNIK TAMBANG (KTT)
DAN PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL
(PJO)
17. Kepala Teknik TambangKepala Teknik Tambang
Lampiran I, Elemen III, Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
KTT dalam melakukan tugasnya dibantu oleh pengawas operasional dan pengawasan teknik.
Pengawas operasional dan pengawasan teknik harus memiliki kompetensi yang disyaratkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lampiran I, Elemen III, Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
KTT dalam melakukan tugasnya dibantu oleh pengawas operasional dan pengawasan teknik.
Pengawas operasional dan pengawasan teknik harus memiliki kompetensi yang disyaratkan
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawas Operasional & Pengawas TeknisPengawas Operasional & Pengawas Teknis
a. Bertanggung jawab untuk
keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan pekerja tambang yang
menjadi bawahannya.
b. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan
& pengujian.
c. Bertanggung jawab atas
keselamatan,kesehatan dan
kesejahteraan semua orang yg
ditugaskan kepadanya.
d. Membuat dan menandatangani
laporan untuk poin (b).
a. Bertanggung jawab untuk
keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan pekerja tambang yang
menjadi bawahannya.
b. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan
& pengujian.
c. Bertanggung jawab atas
keselamatan,kesehatan dan
kesejahteraan semua orang yg
ditugaskan kepadanya.
d. Membuat dan menandatangani
laporan untuk poin (b).
Pengawas OperasionalPengawas Operasional
Terkait Dengan Administrasi & Laporan KPTerkait Dengan Administrasi & Laporan KP
a. Bertanggungjawab untuk keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta
pemeliharaan SPIPP yang menjadi tugasnya.
b. Mengawasi dan memeriksa semuan SPIPP dalam ruang lingkup yang
menjadi tanggung jawabnya.
c. Menjamin selalu dilaksanakannya penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian
SPIPP
d. Membuat dan menandatangani laporan untuk poin (c)
e. Melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian SPIPP sebelum
digunakan, setelah dipasang kembali, dan/atau diperbaiki.
f. Merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang
telah direncanakan serta semua perbaikan SPIPP yang dipergunakan.
a. Bertanggungjawab untuk keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta
pemeliharaan SPIPP yang menjadi tugasnya.
b. Mengawasi dan memeriksa semuan SPIPP dalam ruang lingkup yang
menjadi tanggung jawabnya.
c. Menjamin selalu dilaksanakannya penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian
SPIPP
d. Membuat dan menandatangani laporan untuk poin (c)
e. Melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian SPIPP sebelum
digunakan, setelah dipasang kembali, dan/atau diperbaiki.
f. Merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang
telah direncanakan serta semua perbaikan SPIPP yang dipergunakan.
Pengawas TeknisPengawas Teknis
18. Kepala Teknik TambangKepala Teknik Tambang
Lampiran I, Elemen III, Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
Bagian K3 dan KO Pertambangan harus berada langsung di bawah KTT dalam struktur
organisasi Perusahaan Pertambangan atau berada langsung di bawah PJO dalam struktur
organisasi Perusahaan Jasa Pertambangan.
Lampiran I, Elemen III, Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
Bagian K3 dan KO Pertambangan harus berada langsung di bawah KTT dalam struktur
organisasi Perusahaan Pertambangan atau berada langsung di bawah PJO dalam struktur
organisasi Perusahaan Jasa Pertambangan.
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dan Keselamatan Operasi (KO) Pertambangan
Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dan Keselamatan Operasi (KO) Pertambangan
a. Mengumpulkan dan menganaliasa data dan mencatat
rincian .
b. Mengumpulkan data mengenai area dan kegiatan yang
memerlukan pengawasan yang lebih ketat dgn maksud
untuk memberikan saran.
c. Memberikan penerangan dan petunjuk.
d. Membentuk dan melatih anggota Tim Penyelamat
Tambang.
e. Menyusun statistik kecelakaan.
f. Melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja.
a. Mengumpulkan dan menganaliasa data dan mencatat
rincian .
b. Mengumpulkan data mengenai area dan kegiatan yang
memerlukan pengawasan yang lebih ketat dgn maksud
untuk memberikan saran.
c. Memberikan penerangan dan petunjuk.
d. Membentuk dan melatih anggota Tim Penyelamat
Tambang.
e. Menyusun statistik kecelakaan.
f. Melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja.
Bagian K3Bagian K3
Terkait Dengan Administrasi & Laporan KPTerkait Dengan Administrasi & Laporan KP
a. Mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman hasil
pemeriksaan dan pemeliharaan SPIPP.
b. Mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman hasil
pengamanan instalasi.
c. Mengumpulkan dan mengevakuasi rekaman hasil pengujian
dan penyelidikan terhadap kelayakan SPIPP.
d. Mengumpulkan rekaman hasil kajian teknis KO
Pertambangan.
e. Mengumpulkan data kompetensi tenaga teknik.
f. Mengumpulkan rekaman jadwal pemeliharaan SPIPP.
g. Melakukan analisis data dari rekaman KO Pertambangan
dan memberikan rekomendasi tindak lanjut.
a. Mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman hasil
pemeriksaan dan pemeliharaan SPIPP.
b. Mengumpulkan dan mengevaluasi rekaman hasil
pengamanan instalasi.
c. Mengumpulkan dan mengevakuasi rekaman hasil pengujian
dan penyelidikan terhadap kelayakan SPIPP.
d. Mengumpulkan rekaman hasil kajian teknis KO
Pertambangan.
e. Mengumpulkan data kompetensi tenaga teknik.
f. Mengumpulkan rekaman jadwal pemeliharaan SPIPP.
g. Melakukan analisis data dari rekaman KO Pertambangan
dan memberikan rekomendasi tindak lanjut.
Bagian KOBagian KO
19. Kepala Teknik TambangKepala Teknik Tambang
Lampiran I, Elemen III, Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
Perusahaan wajib membentuk dan menetapkan secara resmi Komite Keselamatan Pertambangan yang
beranggotakan perwakilan dari bagian K3 Pertambangan, bagian KO Pertambangan, bagian operasional
perusahaan, dan wakil dari pekerja tambang.
Lampiran I, Elemen III, Permen ESDM No. 38 Tahun 2014
Perusahaan wajib membentuk dan menetapkan secara resmi Komite Keselamatan Pertambangan yang
beranggotakan perwakilan dari bagian K3 Pertambangan, bagian KO Pertambangan, bagian operasional
perusahaan, dan wakil dari pekerja tambang.
Komite Keselamatan PertambanganKomite Keselamatan Pertambangan
a. Ketua yang dijabat oleh KTT
untuk Perusahaan Pertambangan
atau PJO untuk Perusahaan Jasa
Pertambangan.
b. Wakil Ketua.
c. Sekretaris yang dijabat oleh
Pengelola Keselamatan
Pertambangan tertinggi di
Perusahaan.
d. Anggota.
a. Ketua yang dijabat oleh KTT
untuk Perusahaan Pertambangan
atau PJO untuk Perusahaan Jasa
Pertambangan.
b. Wakil Ketua.
c. Sekretaris yang dijabat oleh
Pengelola Keselamatan
Pertambangan tertinggi di
Perusahaan.
d. Anggota.
Stuktur Komite KPStuktur Komite KP
Terkait Dengan Administrasi & Laporan KPTerkait Dengan Administrasi & Laporan KP
a.Mengidentifikasi, menetapkan, dan mengesahkan TSP KP.
b.Memastikan pelaksanaan dan perkembangan TSP KP.
c.Memastikan diterbitkannya kebijakan, standar, dan prosedur
KP.
d.Memastikan terselenggaranya audit KP secara berkala.
e.Memastikan terlaksananya tinjauan manajemen terhadap
penerapan SMKP.
f. Membahas masalah-masalah dan membuat program
pencegahan mengenai KP.
a.Mengidentifikasi, menetapkan, dan mengesahkan TSP KP.
b.Memastikan pelaksanaan dan perkembangan TSP KP.
c.Memastikan diterbitkannya kebijakan, standar, dan prosedur
KP.
d.Memastikan terselenggaranya audit KP secara berkala.
e.Memastikan terlaksananya tinjauan manajemen terhadap
penerapan SMKP.
f. Membahas masalah-masalah dan membuat program
pencegahan mengenai KP.
Tugas dan Tanggung Jawab Komite KPTugas dan Tanggung Jawab Komite KP
20. ORGANISASI MANAJEMEN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN
External & Internal Audit
Komite KP
KEPALA TEKNIK TAMBANG
Pengawas
Teknis
Program KP
TARGET KP
NO YES
Manager KP
Pengawas
Operasional
Terkait Dengan Administrasi & Laporan KPTerkait Dengan Administrasi & Laporan KP
21. Bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan
dalam rangka pengendalian risiko
keselamatan pertambangan yang terdiri
dari K3 dan KO Pertambangan.
(PERMEN 38/ 2014, Pasal 1 angka 1)
DEFINISI DAN RUANG
LINGKUP SMKP
Continual
Improvement
PERMEN ESDMO NO. 38 TAHUN 2014
TENTANG PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN
BATUBARA
24. • Kepala Teknik Tambang
• Wakil Kepala Teknik Tambang
• Kepala Teknik Tambang
• Wakil Kepala Teknik Tambang
PengesahanPengesahan
• Rekomendasi Pembelian Bahan Peledak• Rekomendasi Pembelian Bahan Peledak
RekomendasiRekomendasi
• Buku Tambang
• Buku Daftar Kecelakaan
• Buku Derek, Buku Kawat. Buku Catatan
Ventilasi & Penyanggaan, Buku Catatan
Pemeriksaan Sumuran
• Buku Peraturan Kerja Kapal Keruk & Buku
Jurnal Teknik
• Laporan Rutin dan Non Rutin
• Buku Tambang
• Buku Daftar Kecelakaan
• Buku Derek, Buku Kawat. Buku Catatan
Ventilasi & Penyanggaan, Buku Catatan
Pemeriksaan Sumuran
• Buku Peraturan Kerja Kapal Keruk & Buku
Jurnal Teknik
• Laporan Rutin dan Non Rutin
Media Komunikasi, Informasi & LaporanMedia Komunikasi, Informasi & Laporan
Sertifikasi Peralatan, Instalasi, Sarana &
Prasarana
Sertifikasi Peralatan, Instalasi, Sarana &
Prasarana
• Juru Ledak
• Juru Ukur
• Pengawas Operasional (POP; POM; POU)
• Juru Las (dengan pihak ke-3)
• Operator Alat Angkat dan Angkut (dengan
pihak ke-3)
• Juru Ledak
• Juru Ukur
• Pengawas Operasional (POP; POM; POU)
• Juru Las (dengan pihak ke-3)
• Operator Alat Angkat dan Angkut (dengan
pihak ke-3)
Sertifikasi PersonilSertifikasi Personil
• Tinggi jenjang, kestabilan lereng
• Ventilasi, penyanggaan,
• Perubahan kostruksi alat pemindah tanah, dll
• Tinggi jenjang, kestabilan lereng
• Ventilasi, penyanggaan,
• Perubahan kostruksi alat pemindah tanah, dll
Pengkajian & PersetujuanPengkajian & Persetujuan
A. PENGAWASAN
ADMINISTRASI
26. Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016
TAHUN NO. NO. SURAT
TANGGAL
SURAT
PERIHAL
2016 1 135/37.04/dbt/2016 14 Januari 2016
Edaran Tentang tindak Lanjut Hasil
Investigasi dan Hasil Inspeksi pada
Perusahaan Pertambangan
Mineral dan Batubara
2015
2 1211/30/DJB/2015 28 Juli 2015
Pengelolaan Lingkungan Kerja
Pertambangan
3 906/04/DJB/2015 22 Juni 2015
Himbauan Menjelang Bulan Suci
Ramadhan dan Upaya Terhadap
Pencegahan Kecelakaan Tambang
4 1103/37.04/DBT/2015 6 April 2015
Pelaporan Pengelolaan Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara
5 1271/37.04/DBT/2015 24 April 2015
Edaran Tentang Buku Tambang dan
Buku Daftar Kecelakaan Tambang
6 1137/37.04/DBT/2015 10 April 2015
Pengelolaan Kesehatan Kerja
Pertambangan
7 135/37.04/DBT/2015 3 februari 2015
Edaran Tentang Penunjukkan Lokasi
Dalam Rangka Pembangunan Baru
Tangki Penimbunan Bahan Bakar Cair
(BBC) dan Gudang Bahan Peledak
27. Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016
TAHUN NO. NO. SURAT
TANGGAL
SURAT
PERIHAL
2014
8 580/37.04/DBT/2014 7 Maret 2014
Data Hasil Evaluasi Kecelakaan
Tambang Tahun 2009 s.d 2013.
9 1388/37.04/DBT/2014 16 Juni 2014
Peningkatan Intensitas Pengawasan
dan Upaya Menekan/Mengurangi
Kelelahan di bulan suci Ramadhan
dan Piala Dunia 2014.
2013
10 426/37.04/DBT/2013 6 Februari 2013
Peningkatan Pembinaan dan
Pengawasan Keselamatan
Pertambangan.
11 848/37.04/DBT/2013 28 Maret 2013
Peningkatan Pengelolaan
Keselamatan Pertambangan Pada
Kegiatan Pengangkutan.
12 1093/37.04/DBT/2013 29 April 2013
Data Hasil Evaluasi Kecelakaan
Tambang Tahun 2008 s.d 2012.
13 1575/37.04/DBT/2013 28 Juni 2013
Peningkatan Pengelolaan
Keselamatan Pertambangan pada
Area dan Fasilitas yang memiliki
Konsentrasi Jumlah Pekerja.
14 2457/37.04/DBT/2013 1 November 2013
Administrasi Perizinan, Rekomendasi,
Sertifikasi, dan Pengesahan Aspek
Keselamatan Pertambangan.
28. Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016
TAHUN NO. NO. SURAT
TANGGAL
SURAT
PERIHAL
2012
15 602/37.04/DBT/2012 5 Maret 2012
Penyampaian Hasil Pertemuan Teknis
Kepala Teknik Tambang Tahun 2011.
16 701/37.04/DBT/2012 21 Maret 2012
Kewajiban Melaksanakan Pendidikan
dan Pelatihan.
17 1364/37.04/DBT/2012 14 Juni 2012 Penentuan Hari Kerja Hilang.
18 2036/37.04/DBT/2012 3 September 2012
Kepemilikan SIM B II bagi Operator Alat
Berat.
2011
19 1346/37.04/DBT/2011 23 Juni 2011
Kelayakan Peralatan dan Kompetensi
Tenaga Teknis.
20 1654/37.04/DBT/2011 27 Juli 2011
Data Hasil Evaluasi Kecelakaan
Tambang Tahun 2008 s.d 2010.
21 1935/37.04/DBT/2011 6 September 2011
Instruksi Mengamankan Daerah-Daerah
Bekas Tambang yang Menimbulkan
Bahaya dengan Memasang Pagar,
Rambu, dan atau Tanda Peringatan,
serta Melakukan Sosialisasi Kepada
Masyarakat
29. Sumber : Data Nasional KESDM Tahun 2010 s.d 2016
TAHUN NO. NO. SURAT
TANGGAL
SURAT
PERIHAL
2011
22 2092/37.04/DBT/2011 21 September 2011
Meningkatnya Jumlah Kecelakaan
Tambang Tahun 2011.
23 4436/75/DJB/2011 30 Desember 2011 Pengangkatan Inspektur Tambang.
2010
24 204/37.04/DBT/2010 26 Mei 2010
Larangan Menggunakan Telepon
Genggam (Handphone) saat
Mengemudikan atau Mengoperasikan
Kendaraan / Unit Alat Berat.
25 205/37.04/DBT/2010 26 Mei 2010
Kewajiban Observasi Terhadap
Korban Kecelakaan yang Kepalanya
Terbentur.
26 4207/37.04/DBT/2010 20 Desember 2010
Penyampaian Hasil Pertemuan Teknis
Kepala Teknik Tambang.
27 5369/07/DJB/2010 31 Desember 2010
Penyampaian Hasil Pertemuan Teknis
Kepala Dinas Pertambangan dan
Energi / Kepala Inspektur Tambang
Seluruh Indonesia.
30. KEPATUHAN KK/PKP2B/IUP TERHADAP PENEMPATAN
JAMINAN REKLAMASI TAHUN 2017
No. Skema
Jumlah
Perusahaan
Telah
Menempatkan
(Perusahaan)
Belum
Menempatkan
(Perusahaan)
Kepatuhan
(%)
1 PKP2B 52 45 7 86,5 %
2 KK 17 12 5 70,59%
3 IUP
BUMN
17 15 2 88,24 %
4 IUP PMA 20 20 0 100 %
Status: 25 Agustus 2017
31. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 8 TAHUN 1981
TENTANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)
Pasal 1 & 6:
Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyidikan;
Pasal 2.
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang
tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya
32. Pasal 7
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud karena kewajibannya mempunyai
wewenang:
a. menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
i. mengadakan penghentian penyidikan;
j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang
yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di
bawah koordinasi dan pengawasan penyidik tersebut;
(3) Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), penyidik
wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.
UU R I NO. 8 TAHUN 1981 …..(lanjutan)
33. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2002
TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Pasal 3
(1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh :
a. kepolisian khusus;
b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a, b, dan c, melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya
masing-masing.
34. Pasal 158: Melakukan penambangan tanpa izin Penjara 10 th Rp 10 Miliar
Pasal 159: Menyampaikan laporan tidak benar atau menyampaikan
laporan palsu
Penjara 10 th Rp 10 Miliar
Pasal 160 (1): Tidak memiliki IUP melakukan eksplorasi kurungan 1 th Rp. 200 juta
Pasal 160 (2): Tidak mempunyai IUP atau mempunyai IUP eksplorasi
tetapi melakukan kegiatan operasi produksi
penjara 5 th Rp. 10 Miliar
Pasal 161: Membeli/menampung & memanfaatkan batubara dari
hasil kegiatan yang tidak memiliki IUP, IPR, atau IUPK
penjara 10 th Rp.100 Milyar
Pasal 162: Mengganggu atau merintangi kegiatan operasi produksi
pemegang IUP yang telah memenuhi persyaratan
kurungan 1 th Rp. 100 juta.
Kejahatan/Pelanggaran Pidana Denda
35. Setiap orang yang mengeluarkan izin yang
bertentangan dengan UU ini dan menyalahgunakan
kewenangannya
kurungan 2 th Rp. 200 juta
Kejahatan/Pelanggaran Pidana Denda
Penyalahgunaan Wewenang (Pasal 165) :
Pidana Badan Hukum Pasal 163(1):
sanksi & denda ditambah 1/3
pencabutan izin usaha; dan/atau pencabutan status badan hukum
Pidana Tambahan (Pasal 164) :
Perampasan barang, perampasan keuntungan & membayar ganti rugi
36. PROVINSI
JUMLAH IUP
C&C NON C&C TOTAL
1 2 3 4
PUSAT 9 3 12
ACEH 24 13 37
SUMATERA UTARA 9 1 10
SUMATERA BARAT 153 125 278
RIAU 35 3 38
JAMBI 163 32 195
SUMATERA SELATAN 140 1 141
BENGKULU 43 8 51
LAMPUNG 160 26 186
BANGKA BELITUNG 709 164 873
KEP. RIAU 101 25 126
DKI JAKARTA 0 0 0
JAWA BARAT 328 291 619
JAWA TENGAH 146 14 160
DI. YOGYAKARTA 11 0 11
JAWA TIMUR 251 211 462
BANTEN 51 44 95
BALI 1 10 11
NTB 66 6 72
NTT 116 34 150
PROVINSI
JUMLAH IUP
C&C NON C&C TOTAL
1 5 6 7
KALIMANTAN BARAT 371 170 541
KALIMANTAN TENGAH 489 171 660
KALIMANTAN SELATAN 438 351 789
KALIMANTAN TIMUR 906 275 1181
KALIMANTAN UTARA 91 4 95
SULAWESI UTARA 73 54 127
SULAWESI TENGAH 228 108 336
SULAWESI SELATAN 193 188 381
SULAWESI TENGGARA 293 86 379
GORONTALO 23 12 35
SULAWESI BARAT 16 12 28
MALUKU 87 9 96
MALUKU UTARA 181 56 237
PAPUA 76 57 133
PAPUA BARAT 18 37 55
TOTAL 5.999 2.601 8.600
REKAPITULASI IUP NASIONAL Status 12-Mei-2017
Jumlah IUP dicabut/diakhiri sebanyak 2.423
IUP diantaranya 2.187 IUP sudah
diumumkan dan 236 IUP belum diumumkan
Editor's Notes
SPIPP adalah Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan
SPIPP adalah Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan Pertambangan