Kajian ini menemukan bahwa selama masa darurat Covid-19 di NTB, akses informasi publik terkait penanganan Covid-19 sangat terbatas bagi masyarakat pedesaan, terutama kelompok perempuan dan rumah tangga berpenghasilan rendah. Informasi yang seharusnya tersedia tidak merata, bahkan ada masyarakat yang sama sekali tidak mengetahui informasi terkait Covid-19. Meskipun demikian, layanan informasi pemerintah
Warga DKI Jakarta dan DI Yogyakarta menilai penerapan protokol kesehatan kini lebih kendor ketimbang di masa darurat bencana. Mereka juga mengaku yakin pemerintah dapat menangani pandemi, dan siap diberi sanksi tegas jika tak menerapkan protokol secara ketat.
Persepsi masyarakat ini terekam dalam hasil survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang didukung Knowledge Sector Initiative (KSI). Survei dilakukan terhadap 800 responden di Jakarta dan Yogyakarta, 13-18 Januari 2021.
Persepsi publik terhadap pemberitaan covid 19 (mei-juni 2021)Avida Virya
Pandemi Covid-19 menyebabkan lonjakan produksi dan konsumsi informasi melalui berbagai platform. Sebuah pesan bisa dibentuk sedemikian rupa oleh pembuatnya. Begitu juga dengan penerima yang memiliki pandangan masing-masing.
Dalam situasi pandemi, Media membuat berita seputar Covid-19 dan publik mengkonsumsinya, begitu juga sebaliknya. Dalam hal mengkonsumsi tentu akan pada beragam persepsi dan pendapat. Untuk itu, mengetahui persepsi publik menjadi perlu. Sebab bila pesan salah dipersepsikan maka komunikasi menjadi tidak efektif.
Penelitian dilakukan guna mengetahui seperti apa penilaian dan pendapat publik terhadap berita media, sampai sejauh mana persepsi publik terhadap berita seputar Covid-19.
Dengan mengetahui penilaian dan persepsi publik terhadap berita Covid-19 di media maka media dan seluruh pihak dapat mengatur dan menyusun strategi komunikasi terbaik. #persepsipublik #mediainpandemic #mediacovid19
Jurnal Kesehatan Ditjen P2P Tahun 2019 merupakan salah satu media informasi Ditjen P2P terkait dengan hasil penelitian dari para pakar peneliti di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Warga DKI Jakarta dan DI Yogyakarta menilai penerapan protokol kesehatan kini lebih kendor ketimbang di masa darurat bencana. Mereka juga mengaku yakin pemerintah dapat menangani pandemi, dan siap diberi sanksi tegas jika tak menerapkan protokol secara ketat.
Persepsi masyarakat ini terekam dalam hasil survei Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang didukung Knowledge Sector Initiative (KSI). Survei dilakukan terhadap 800 responden di Jakarta dan Yogyakarta, 13-18 Januari 2021.
Persepsi publik terhadap pemberitaan covid 19 (mei-juni 2021)Avida Virya
Pandemi Covid-19 menyebabkan lonjakan produksi dan konsumsi informasi melalui berbagai platform. Sebuah pesan bisa dibentuk sedemikian rupa oleh pembuatnya. Begitu juga dengan penerima yang memiliki pandangan masing-masing.
Dalam situasi pandemi, Media membuat berita seputar Covid-19 dan publik mengkonsumsinya, begitu juga sebaliknya. Dalam hal mengkonsumsi tentu akan pada beragam persepsi dan pendapat. Untuk itu, mengetahui persepsi publik menjadi perlu. Sebab bila pesan salah dipersepsikan maka komunikasi menjadi tidak efektif.
Penelitian dilakukan guna mengetahui seperti apa penilaian dan pendapat publik terhadap berita media, sampai sejauh mana persepsi publik terhadap berita seputar Covid-19.
Dengan mengetahui penilaian dan persepsi publik terhadap berita Covid-19 di media maka media dan seluruh pihak dapat mengatur dan menyusun strategi komunikasi terbaik. #persepsipublik #mediainpandemic #mediacovid19
Jurnal Kesehatan Ditjen P2P Tahun 2019 merupakan salah satu media informasi Ditjen P2P terkait dengan hasil penelitian dari para pakar peneliti di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Panduan pelayanan kesehatan balita pada masa pandemi covid-19 bagi tenaga kes...slamet soegiarto
Di Indonesia, berdasarkan data www.covid19.go.id per 13 Mei 2020, terdapat 15.438 terkonfirmasi diantaranya 1,4% usia balita, dari 11.123 dalam perawatan terdapat 1,6% balita dirawat/diisolasi, dari 3.287 dinyatakan sembuh terdapat 1,2% usia balita, dan dari 1.028 meninggal terdapat 0,7% balita meninggal. Biasanya gejala pada anak ringan sehingga memiliki kemungkinan sebagai carrier, namun data COVID-19 diatas menunjukkan persentase meninggal cukup tinggi, untuk itu sangat penting mencegah penularan pada kelompok usia balita, selain mencegah risiko kematian pada bayi dan anak balita juga mencegah risiko penularan kepada pengasuh atau orang disekitarnya.
Begitu banyak pemberitaan mengenai wabah virus corona yang menghiasi media cetak dan elektronik setiap hari. Namun, pemberitaan itu justru tidak banyak memberi edukasi dan pencerahan bagaimana membangun kesadaran publik menghadapi virus corona. Justru, membuat situasi malah bikin makin panik. Hal ini tentunya menimbulkan sindrom berlebihan di tengah geliat usaha pemerintah dan masyarakat melawan Covid-19. Belum lagi munculnya informasi-informasi bohong atau berita hoaks yang menyebar melalui media sosial, tentunya dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat, yang dapat berdampak pada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Tugas Teknologi Sosial Media dengan tema Kebersihan dimasa Covid-19 dan Seberapa besar pengaruh pelayanan menggunakan aplikasi peduli lindungi pada instansi dan masyarakat.
Oleh : Nicolas Raja Simanjorang_6321121006
Administrasi Niaga
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020Arif Efendi
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Buku Panduan Menyongsong Adaptasi Kebiasaan Baru akibat terjadinya Pandemi COVID-19. Bagaimana beradaptasi dengan kondisi Pandemi agar tetap aman dan sehat. Memutus mata rantai penularan COVID-19 tetapi tetap produktif dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
3. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
4. Self-led influencing: Shifting the Empowerment Narrative
5. Moeldoko and JMPPK Discuss Kendeng Mountain Study
1. Aliansi Masyarakat Sipil: “RPJMD Harus Inklusif, Adil dan Berkelanjutan”
2. Lingkar Belajar Advokasi Kebijakan dan Temu Kartini Kendeng
3. Kendeng Tadarus Kanggo Ibu Bumi
4. “Surat Super Soko Semar (SUPERSEMAR)“ KLHS Perintah Presiden, Harus Dijalankan !!!
5. Para Kartini dari Jawa Tengah Ini akan Terus Suarakan Kelestarian Bumi
6. JMPPK Bangun Posko Pantau Pelanggaran Tambang Pegunungan Kendeng
More Related Content
Similar to Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat Akibat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Nusa Tenggara Barat
Panduan pelayanan kesehatan balita pada masa pandemi covid-19 bagi tenaga kes...slamet soegiarto
Di Indonesia, berdasarkan data www.covid19.go.id per 13 Mei 2020, terdapat 15.438 terkonfirmasi diantaranya 1,4% usia balita, dari 11.123 dalam perawatan terdapat 1,6% balita dirawat/diisolasi, dari 3.287 dinyatakan sembuh terdapat 1,2% usia balita, dan dari 1.028 meninggal terdapat 0,7% balita meninggal. Biasanya gejala pada anak ringan sehingga memiliki kemungkinan sebagai carrier, namun data COVID-19 diatas menunjukkan persentase meninggal cukup tinggi, untuk itu sangat penting mencegah penularan pada kelompok usia balita, selain mencegah risiko kematian pada bayi dan anak balita juga mencegah risiko penularan kepada pengasuh atau orang disekitarnya.
Begitu banyak pemberitaan mengenai wabah virus corona yang menghiasi media cetak dan elektronik setiap hari. Namun, pemberitaan itu justru tidak banyak memberi edukasi dan pencerahan bagaimana membangun kesadaran publik menghadapi virus corona. Justru, membuat situasi malah bikin makin panik. Hal ini tentunya menimbulkan sindrom berlebihan di tengah geliat usaha pemerintah dan masyarakat melawan Covid-19. Belum lagi munculnya informasi-informasi bohong atau berita hoaks yang menyebar melalui media sosial, tentunya dapat menimbulkan kepanikan dalam masyarakat, yang dapat berdampak pada menurunnya kualitas kesehatan masyarakat.
Tugas Teknologi Sosial Media dengan tema Kebersihan dimasa Covid-19 dan Seberapa besar pengaruh pelayanan menggunakan aplikasi peduli lindungi pada instansi dan masyarakat.
Oleh : Nicolas Raja Simanjorang_6321121006
Administrasi Niaga
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020Arif Efendi
Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Buku Panduan Menyongsong Adaptasi Kebiasaan Baru akibat terjadinya Pandemi COVID-19. Bagaimana beradaptasi dengan kondisi Pandemi agar tetap aman dan sehat. Memutus mata rantai penularan COVID-19 tetapi tetap produktif dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
Similar to Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat Akibat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Nusa Tenggara Barat (20)
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
3. Sedulur Kendeng Social Audit Training: Increasing Community Participation in Development Oversight
4. Self-led influencing: Shifting the Empowerment Narrative
5. Moeldoko and JMPPK Discuss Kendeng Mountain Study
1. Aliansi Masyarakat Sipil: “RPJMD Harus Inklusif, Adil dan Berkelanjutan”
2. Lingkar Belajar Advokasi Kebijakan dan Temu Kartini Kendeng
3. Kendeng Tadarus Kanggo Ibu Bumi
4. “Surat Super Soko Semar (SUPERSEMAR)“ KLHS Perintah Presiden, Harus Dijalankan !!!
5. Para Kartini dari Jawa Tengah Ini akan Terus Suarakan Kelestarian Bumi
6. JMPPK Bangun Posko Pantau Pelanggaran Tambang Pegunungan Kendeng
1. The Civil Society Alliance: "The RPJMD of Central Java Province Must Be Inclusive, Fair and Sustainable"
2. Community Training on Policy Advocacy and Kendeng Women Gathering
3. Kendeng Community Recites Al-Quran for the Mother Nature
4. “Letter of Super Soko Semar (SUPERSEMAR)” KLHS Orders President, Must Be Done !!!
5. These Kartini from Central Java Will Continue to Speak Out for the Sustainability of the Earth
6. JMPPK Builds Command Post to Monitor Kendeng Mountain Mining Violations
1. Nyawiji Nandur Kanggo Lestarine Kendeng
2. mplikasi Omnibus Law terhadap Upaya Penataan Ruang dan Pencegahan Korupsi Sektor Sumber Daya Alam
3. Prinsip Berdikari: Menggeser Narasi Pemberdayaan
4. Pelatihan Audit Sosial: Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pengawasan Pembangunan
5. Moeldoko dan JMPPK Bahas Kajian Pegunungan Kendeng
Compared with other sources of energy, oil and gas continue to become primary sources of energy in Indonesia with the highest level of consumption. Apart from propping up almost one third of national revenue, oil and gas also significantly contribute to create job opportunities, supply the need of fuel, petrochemical industry which in turn effectively enhances investment and economy.
As a natural resource contained within the bowel of the earth, the constitution of the Republic of Indonesia asserts that the ownership and enterpreneurship of national oil and gas industry is controlled by the state and immensely benefitted to the welfare of people accordingly (constitution 1945, article 33). Furthermore, it is asserted through the law 22/2001 on oil and gas that the control by the state is administered by the government as the holder of mining right. It means, the government is entitled with authority to administer the exploration and exploitation of oil and gas throughout Indonesian territory.
Saat ini EITI sedang menyusun sebuah tinjauan strategis untuk memperbaiki standar EITI di masa depan. Salah satu proposal yang diangkat adalah mengenai dorongan atau permintaan membuka kontrak antara pemerintah dan perusahaan ekstraktif. Dewan EITI saat ini sedang mengumpulkan pandangan dari Negara pelaksana EITI perihal hal ini. Jika disetujui, maka keputusan terhadap topik ini akan dimasukkan sebagai bagian dari keputusan Dewan dalam Konferensi Global EITI ke-6 yang akan diselenggarakan di Sydney bulan Mei 2013.
Keterbukaan informasi publik merupakan hak asasi setiap warga negara yang mendukung pengembangan diri dan kehidupan seseorang, baik secara pribadi/individu maupun dalam hubungan sosialnya, serta dalam menjalankan peran kehidupan berbangsa dan bernegara secara baik dan bertanggung jawab. Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu ciri dari negara demokratis, dan menjadiprasyarat dalam partisipasi, transparansi, dan akuntablitas dalam tata kelola pemerintahan yang baik. Keterbukaan informasi publik dapat mendorong kemajuan sebuah bangsa, karena memungkinkan adanya kontrol publik serta mendorong terciptanya check and balances.
In Indonesia, natural resources including oil and gas, mineral and coal mining are controlled by the state and managed for the greatest prosperity of the people1. This means that the country and its citizens are the true owners of the natural resource wealth. While, the utilization is represented by the government so that it is managed as well as possible for the purpose of people’s welfare in accordance with the stipulated provisions. In realizing the benefits of welfare, transparency and accountability in the management of natural resources are absolutely essential.
Openness of public information is a human right of every citizen who supports self- development and the life of a person, both personally / individually and in social relations, and in carrying out the role of national and state life in a good and responsible manner. Openness of public information is one of the characteristics of a democratic country, and is a prerequisite for participation, transparency and accountability in good governance. Openness of public information can encourage the progress of a nation, because it allows for public control and encourages the creation of checks and balances
Keterbukaan dalam menjalankan pemerintahan dibutuhkan untuk mewujudkan pemerintahan yang partisipatif, dimana masyarakat dapat aktif berpartisipasi mengawal dan mengawasi jalannya pemerintahan. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menggunakan prinsip keterbukaan informasi kepada publik di antaranya melalui Undang-Undang No.14 Tahun 2008 tentang keterbukaan publik dan lahirnya Open Government Partnership (OGP) yang kini beranggotakan 78 negara, dimana Indonesia menjadi salah satu pelopornya, serta lahirnya Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang Satu Data
The principle of openness in running the government is needed to realize a participatory government where people can actively participate in overseeing policy implementation. To support this, the Government of Indonesia has committed to use the principle of public information disclosure, which is shown through Law No. 14/2008. Moreover, Indonesia had participated in Open Government Partnership (OGP) which has 78-member countries which Indonesia is one of the pioneers of OGP, as well as Presidential Decree No.39/2019 on Satu Data (One Data) Indonesia.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara pada September, 2019. Dalam peraturan tersebut, Pemerintah memasukkan ketentuan yang mengatur tentang data dan sistem informasi pertambangan. Pemerintah Provinsi NTB juga menjamin ruang bagi publik untuk berpartisipasi melakukan pengawasan terhadap operasional pertambangan di wilayahnya. Dua klausul ini merupakan jawaban atas persoalan-persoalan mendasar yang dialami masyarakat yang hidup di sekitar tambang, diantaranya adalah minimnya akses informasi dan ruang partisipasi.
The government of West Nusa Tenggara Province issued a Local Government Regulation on Mining Governance in September 2019. In this newly-issued regulation, there is a specific chapter on data and information systems of the mining sector and also provisions that guarantee public participation to monitor mining activities in the province. This is an answer to the problems faced by the people living near mining areas in West Nusa Tenggara Province.
West Nusa Tenggara Province (NTB) is one of the provinces with abundant metal and non-metal mineral resources and spread in almost all districts / cities. Now, there are 261 Mining Business Licenses (IUP) in NTB, consisting of 27 metal mineral IUPs and 234 rock IUPs (NTB ESDM Service, 2019). From 27 metal mineral IUPs, in fact there are 11 IUPs covering an area of 35,519 ha that are indicated to be in protected and conservation forest areas (DG Minerba, MEMR, 2017). Whereas based on Law number 41 of 1999 concerning Forestry, the two regions may not be used for mining activities.
The need for contract (and licensing documents) openness in the extractive industries is currently getting stronger, along with public demands for a transparent and accountable extractive industry governance. Some cases have shown a good precedent of contract openness in the said sector in Indonesia
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 secara tegas menyatakan bahwa seluruh kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia dikuasai oleh negara dan digunakan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat.1 Minyak dan gas bumi (migas), serta pertambangan mineral dan batubara (minerba) merupakan beberapa kekayaan alam Indonesia, yang harus dikelola untuk mencapai tujuan Pasal 33 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Mengingat industri migas dan minerba tergolong sebagai industri ekstraktif yang high risk, high technology, dan high cost, maka pengelolaannya perlu dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak yang memiliki modal kapital maupun teknologi yang kompetitif. Kerja sama pengelolaan migas dan minerba ini sebagian besar dilakukan berdasarkan sistem kontrak. Dalam konteks Indonesia, sistem kontrak banyak digunakan untuk kegiatan sektor hulu yang mencakup kegiatan eksplorasi dan eksploitasi/produksi migas dan minerba, sedangkan untuk kegiatan
hilir dilaksanakan melalui pemberian izin usaha.2 Sejak tahun 2009, sebagian sektor hulu minerba dilaksanakan melalui sistem perizinan
Countries around the world collect taxes from their people in various forms, income tax, vehicle tax, land-building tax, fees from extraction of natural resources (royalties) and so forth. John Locke declared tax payments as reciprocity for meeting the people’s needs to get protection from the state.1 Such protection can be interpreted as guarantee and fulfillment of basic rights such as the right to life, health, ownership of property, and education.2 Richard Murphy emphasized the principle of protection, countries that collect taxes must protect their citizens without discrimination and provide public goods.3
Di Indonesia, kekayaan alam termasuk di dalamnya minyak dan gas bumi (migas) dan pertambangan mineral dan batubara (minerba) dikuasai
oleh negara dan dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat1. Ini artinya bahwa negara dan warganya adalah pemilik sesungguhnya kekayaan sumber daya alam (SDA). Sedangkan pemanfatannya diwakilkan kepada pemerintah agar dikelola dengan sebaik-baiknya untuk tujuan kesejahteraan rakyat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dalam mewujudkan manfaat kesejahteraan itu, maka transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan SDA mutlak untuk dilaksanakan
Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia expressly states that all-natural resources in the land of Indonesia are controlled by the state and used to realize the prosperity of the people.1 Oil and gas, as well as minerals and coal are some of Indonesia’s natural wealth, which must be managed to achieve the objectives of Article 33 paragraph (3) of the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia. Considering that oil and gas, mineral and coal are classified as high risk, high technology, and high cost industries, the management needs to be done in collaboration with various parties who have capital and competitive technology. Most of the cooperation in oil and gas, mineral and coal management is carried out based on the contract system. In the Indonesian context, the contract system is widely used for upstream sector activities that include exploration and exploitation/production of oil and gas, and mineral and coal, while for downstream activities it is implemented through the granting of a business license.2 Since 2009, part of the upstream mineral and coal sector has been implemented through a licensing system.
Negara-negara di seluruh dunia memungut pajak dari rakyatnya dalam berbagai macam bentuk, pajak penghasilan, pajak kendaraan, pajak bumi-bangunan, iuran dari ekstraksi sumber daya alam (royalti) dan lain sebagainya. John Locke menyatakan pembayaran pajak sebagai timbal balik atas pemenuhan kebutuhan rakyat untuk mendapatkan perlindungan dari negara. Perlindungan tersebut dapat dimaknai sebagai jaminan dan pemenuhan atas hak-hak dasar seperti hak untuk hidup, sehat, memiliki properti, dan pendidikan. Richard Murphy mempertegas prinsip perlindungan tersebut bahwa negara yang memungut pajak harus melindungi warganya tanpa diskriminasi dan menyediakan kebutuhan publik (public goods).
More from Publish What You Pay (PWYP) Indonesia (20)
Disampaikan pada PKN Tingkat II Angkatan IV-2024 BPSDM Provinsi Jawa Tengah dengan Tema “Transformasi Tata Kelola Pelayanan Publik untuk Mewujudkan Perekonomian Tangguh, Berdayasaing, dan Berkelanjutan”
Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., MA
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI
PETUNJUK TEKNIS INTEGRASI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
Kementerian Kesehatan menggulirkan transformasi sistem kesehatan.
Terdapat 6 pilar transformasi sistem kesehatan sebagai penopang kesehatan
Indonesia yaitu: 1) Transformasi pelayanan kesehatan primer; 2) Transformasi
pelayanan kesehatan rujukan; 3) Transformasi sistem ketahanan kesehatan;
4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5) Transformasi SDM
kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi kesehatan.
Transformasi pelayanan kesehatan primer dilaksanakan melalui edukasi
penduduk, pencegahan primer, pencegahan sekunder dan peningkatan
kapasitas serta kapabilitas pelayanan kesehatan primer. Pilar prioritas
pertama ini bertujuan menata kembali pelayanan kesehatan primer yang ada,
sehingga mampu melayani seluruh penduduk Indonesia dengan pelayanan
kesehatan yang lengkap dan berkualitas.
Penataan struktur layanan kesehatan primer tersebut membutuhkan
pendekatan baru yang berorientasi pada kebutuhan layanan di setiap
siklus kehidupan yang diberikan secara komprehensif dan terintegrasi
antar tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan. Pendekatan baru ini disebut
sebagai Integrasi Pelayanan Kesehatan Primer, melibatkan Puskesmas, unit
pelayanan kesehatan di desa/kelurahan yang disebut juga sebagai Puskesmas
Pembantu dan Posyandu. Selanjutnya juga akan melibatkan seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan primer.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023Muh Saleh
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 merupakan survei yang mengintegrasikan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dan Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGI). SKI 2023 dikerjakan untuk menilai capaian hasil pembangunan kesehatan yang dilakukan pada kurun waktu lima tahun terakhir di Indonesia, dan juga untuk mengukur tren status gizi balita setiap tahun (2019-2024). Data yang dihasilkan dapat merepresentasikan status kesehatan tingkat Nasional sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota.
Ketersediaan data dan informasi terkait capaian hasil pembangunan kesehatan penting bagi Kementerian Kesehatan, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang lebih terarah dan tepat sasaran berbasis bukti termasuk pengembangan Rencana Pembangunan Kesehatan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2024-2029) oleh Kementerian PPN/Bappenas. Dalam upaya penyediaan data yang valid dan akurat tersebut, Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyusunan metode dan kerangka sampel SKI 2023, serta bersama dengan Lintas Program di Kementerian Kesehatan, World Health Organization (WHO) dan World Bank dalam pengembangan instrumen, pedoman hingga pelaporan survei.
Disampaikan dalam Drum-up Laboratorium Inovasi Kabupaten Sorong, 27 Mei 2024
Dr. Tri Widodo W. Utomo, S.H., MA.
Deputi Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN-RI
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat Kesehatan Masyarakat Akibat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Nusa Tenggara Barat
1. 1
Ringkasan Ekskutif
Komisi Informasi telah mengeluarkan Surat Edaran
Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pelayanan Informasi
Penyediaan Publik dalam masa Darurat Kesehat-
an Masyarakat Akibat CoronaVirus Disease 2019
(Covid-19). Surat Edaran (SE) ini mengatur keten-
tuan penyediaan informasi terkait penanganan Co-
vid-19 yang mudah dijangkau dan dipahami oleh
masyarakat. Sehingga, diperlukan sebuah kajian
untuk menilai pemenuhan hak informasi masya-
rakat, dan secara khusus menilai efektivitas im-
plementasi SE tersebut. Kaji cepat ini bertujuan
untuk; (1) mengetahui gambaran tata kelola keter-
bukaan informasi penanganan Covid-19 di Nusa
Tenggara Barat (NTB) selama masa tanggap da-
rurat Covid-19; dan (2) menilai sejauh mana efek-
tivitas implementasi Surat Edaran Komisi Informasi
Pusat Nomor 2 tahun 2020 di NTB. Hasil kaji cepat
ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19
dalam meningkatkan efektivitas penanganan Co-
vid-19, serta meningkatkan partisipasi publik se-
lama masa tanggap darurat. Kaji cepat ini dilaksa-
nakan menggunakan metode survei secara online
dan tatap muka selama 10 hari sejak tanggal 28
April-5 Mei 2020. Survei tatap muka dilakukan di
Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat dan
Kota Mataram. Jumlah responden seluruhnya se-
banyak 582 orang yang berasal dari seluruh kabu-
paten/kota di NTB. Sedangkan jumlah responden
tatap muka sebanyak 121 orang yang dipilih secara
acak berdasarkan jenis kelamin, usia, dan tingkat
kesejahteraan rumah tangga.
Kajian cepat ini menemukan bahwa selama masa
tanggap darurat bencana nasional Covid-19 di
NTB, cakupan akses informasi publik terkait pena-
nganan Covid-19 sangat terbatas bagi masyarakat
di wilayah Pedesaan, terutama kelompok perem-
puan dan rumah tangga berpenghasilan rendah.
Persebaran informasi yang mestinya tersedia ti-
dak merata, bahkan terdapat masyarakat yang
sama sekali tidak mengetahui informasi berkaitan
dengan penanganan Covid-19. Meskipun demiki-
an, layanan informasi pemerintah sejauh ini dini-
lai sudah cukup baik dan bahasa yang digunakan
mudah dipahami. Prioritas kebutuhan informasi
Maret 2018
Laporan Kajian
Tata Kelola Pelayanan Informasi Publik pada Masa Darurat
Kesehatan Masyarakat Akibat Coronavirus Disease 2019 (Covid-19)
di Nusa Tenggara Barat
Penyusun: Dwi Arie Santo, Ramli, Johan Rahmatulloh
Peninjau: Maryati Abdullah, Meliana Lumbantoruan
www.pwypindonesia.org
2. 2
masyarakat selama masa pandemi ini antara lain:
(1) informasi kebijakan, anggaran dan data ban-
tuan pemerintah untuk masyarakat/UKM terdam-
pak, termasuk mekanisme pengaduan; (2) edukasi
tentang Covid-19 dan pencegahannya, (3) perse-
baran wilayah terpapar, dan (4) protokol karantina
mandiri. Media yang dapat digunakan agar penye-
baran informasi dapat menyasar masyarakat lebih
luas adalah dengan menggunakan papan informa-
si/spanduk/baliho, dan media sosial resmi peme-
rintah di semua tingkatan.
Pendahuluan
Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia diperku-
at dengan lahirnya Undang-undang Keterbukaan
Informasi Publik, yang memerintahkan pelaksana-
an keterbukaan informasi publik oleh Badan Publik
baik di tingkat pusat maupun daerah. Prinsip men-
dasar dari keterbukaan informasi publik adalah,
Prinsip mendasar keterbukaan informasi publik
adalah semua informasi sifatnya terbuka, kecuali
informasi yang dikecualikan. Namun pengecualian
tersebut tidak terjadi secara serta merta, melain-
kan harus didasarkan pada mekanisme yang telah
diatur di dalam UU KIP ini.
Saat ini, dunia termasuk Indonesia sedang meng-
alami situasi pandemik global, menghadapi perang
terhadap virus Covid-19. Kondisi yang telah ber-
langsung dalam beberapa bulan terakhir ini telah
merubah perilaku kehidupan manusia secara ke-
seluruhan, kegiatan-kegiatan yg dahulu bisa dila-
kukan secara tatap muka langsung, kini banyak di-
lakukan dengan menggunakan Teknologi Informasi
(TI). Termasuk layanan publik kepada masyarakat,
yang selama ini seakan-akan menjadi penambah-
an pekerjaan tersendiri bagi sebagian instansi, kini
telah menjadi kebutuhan yang harus dilakukan.
Demikian halnya dengan berbagai regulasi yang
dipersiapkan untuk merespon situasi ini. Pemerin-
tah menetapkan status darurat nasional dengan
pemberlakuan protokol penanganan Covid-19 di
berbagai instansi dan layanan publik, pemberla-
kuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) di
beberapa wilayah, melakukan realokasi dan refo-
cusing anggaran, penetapan strategi pemulihan
ekonomi nasional (PEN) serta berbagai kebijakan
strategis lainnya. Termasuk implementasi UU KIP,
dimana Komisi Informasi Pusat menerbitkan Surat
Edaran (SE) terkait layanan informasi dalam situasi
pandemik Covid-19, sebagai bentuk respon terha-
dap kondisi pandemik ini.
Surat Edaran Komisi Informasi Pusat tersebut di-
sahkan pada tanggal 6 April 2020, dan seharusnya
telah diterima oleh seluruh lembaga pemerintah,
untuk diimplementasikan, baik di pemerintah pusat
maupun di daerah. Namun belakangan, SE terse-
but justru terkesan diabaikan, karena banyaknya
gejolak di tengah masyarakat yang memperso-
alkan ketidak-transparanan pemerintah di dalam
menghadapi situasi pandemik Covid-19. Pertanya-
an yang muncul umumnya berkaitan dengan data
seperti; berapa sebenarnya jumlah pasien yang
3. 3
terpapar Covid-19 berikut dengan status dan se-
baran lokasinya. Selain itu, bagaimana pengelola-
an anggaran dan alokasinya, yang jumlahnya tidak
sedikit. Hal ini termasuk yang terjadi di provinsi
NTB, dari realokasi berbagai sumber mata anggar-
an, terkumpul anggaran sekitar 900 miliar rupiah
lebih untuk penanggulangan Covid-19 ini.
Tujuan, Metodologi dan Ruang Lingkup Kajian
Kajian cepat ini bertujuan untuk: (1) mengetahui
gambaran tata kelola keterbukaan informasi pe-
nanganan Covid-19 di Nusa Tenggara Barat (NTB)
selama masa tanggap darurat Covid-19 sesuai SE
Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2020; dan (2)
menilai sejauh mana efektivitas implementasi Su-
rat Edaran Komisi Informasi Pusat Nomor 2 tahun
2020 tentang Pelayanan Informasi Publik dalam
masa Darurat Kesehatan Masyarakat Akibat Coro-
naVirus Disease 2019 (Covid-19) di NTB.
Beberapa hal yang dikaji meliputi, (1) Aksesibili-
tas masyarakat atas informasi publik terkait pe-
nanganan Covid-19, termasuk informasi anggar-
an; berdasarkan jenis kelamin, umur, wilayah dan
tingkat ekonomi rumah tangga di NTB (2) Persep-
si publik terkait kualitas layanan informasi pena-
nganan Covid-19 di NTB; (3) Jenis informasi yang
dibutuhkan masyarakat di NTB selama masa tang-
gap darurat Covid-19; dan (4) Saluran/media pe-
nyampaian informasi penanganan Covid-19 yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Kajian cepat ini dilakukan dengan metode survei
online menggunakan Google Form dan tatap muka
di tiga wilayah; Kota Mataram, Kabupaten Lombok
Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Penentuan
wilayah ini ditentukan berdasarkan kriteria; 1) wi-
layah penyebaran Covid-19 berstatus zona merah
dan tidak; dan 2) jarak geografis wilayah ke pusat
ibukota pemerintahan provinsi. Pemilihan respon-
den di tiga wilayah ini dilakukan secara acak ber-
tingkat berdasarkan jenis kelamin, umur, wilayah
perdesaan dan perkotaan, serta kelompok penge-
luaran atau tingkat ekonomi rumah tangga. Survei
berlangsung selama 10 hari, dari tanggal 28 Ap-
ril–5 Mei 2020, dengan jumlah total responden 582
orang, sebanyak 121 orang responden yang diwa-
wancarai secara tatap muka. Kegiatan wawanca-
ra tatap muka dilakukan dengan protokol standar
social distance.
Analisis kajian cepat dilakukan dengan dua pende-
katan. Pertama, kajian terkait aspek aksesibilitas
informasi dan persepsi publik tentang kualitas la-
yanan informasi penanganan Covid-19 dilaksana-
kan di tiga wilayah. Kedua, kajian jenis informasi
yang dibutuhkan masyarakat selama masa tang-
gap darurat; dan jenis saluran informasi yang da-
pat digunakan; dilakukan dengan menggunakan
data seluruh responden dari 10 kabupaten/kota di
NTB.
4. 4
Gambar 1. Sebaran Responden Kaji Cepat Keterbukaan Informasi Covid-19
di 10 Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
Temuan-Temuan Survei
1. Aksesibilitas Informasi Mengenai Covid-19
1.1. Aksesibilitas Informasi Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil survei ditemukan bahwa kelom-
pok perempuan cenderung mendapatkan akses
informasi yang lebih terbatas dibandingkan laki-
-laki. Akses informasi JPS dan kesehatan pada ke-
lompok responden laki-laki cenderung lebih tinggi,
masing-masing 52,2% dan 89,6%. Sebaliknya, ke-
lompok perempuan cenderung lebih tinggi akses-
nya terhadap informasi pendidikan, 43% berban-
ding 38%.
5. 5
Grafik 1. Akses informasi masyarakat berdasarkan jenis kelamin terkait JPS,
kesehatan dan pendidikan selama masa Covid-19 di NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
Situasinya yang sama pada aksesibilitas perem-
puan terhadap empat jenis informasi terkait Co-
vid-19, yang cenderung lebih rendah dibanding-
kan laki-laki. Rata-rata tingkat akses informasi
perempuan sekitar 53% dari seluruh responden
perempuan. Sementara kelompok laki-laki lebih
tinggi sekitar 74%.
6. 6
Grafik 2. Akses informasi masyarakat berdasarkan jenis kelamin terkait informasi
pencegahan dan penanganan Covid-19 di NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
1.2. Aksesibilitas Informasi Berdasarkan Kelompok Umur
Akses penduduk usia tua cenderung tinggi terha-
dap informasi kesehatan dibandingkan masyarakat
kelompok umur lebih muda. Rata-rata aksesibilitas
kelompok masyarakat usia di atas 25 tahun lebih
dari 80%, sedangkan penduduk usia di bawah 25
tahun hanya sekitar 63%.
Kelompok usia muda (dibawah 25 tahun) cende-
rung tinggi pada informasi JPS dan mendapatkan
berbagai jenis informasi berkaitan dengan Co-
vid-19 secara merata. Hal ini dimungkinkan ka-
rena akses masyarakat usia muda sangat tinggi
terhadap pemanfaatan perangkat teknologi dan
internet.
7. 7
Grafik 3. Akses informasi JPS, Kesehatan dan pendidikan berdasarkan
kelompok umur di NTB pada masa Covid-19
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
Kelompok masyarakat usia 40 tahun ke atas cen-
derung mengakses informasi terkait dengan pen-
cegahan, penyebaran dan penanganan Covid-19.
Tampaknya, kondisi ini dipengaruhi oleh pemberi-
taan terkait tingkat kerentanan kelompok umur 40
tahun ke tas yang cenderung lebih mudah terpa-
par Covid-19. Informasi terkait ini juga lebih mudah
diakses oleh masyarakat karena banyak tersebar
dalam bentuk pengumuman di masjid, baliho, atau
edukasi tatap muka yang dilakukan oleh satgas
Desa, bahkan di tingkat dusun/lingkungan. Seba-
liknya, akses mereka terhadap informasi berkaitan
dengan perkembangan kasus cenderung sangat
terbatas, karena penyampaiannya secara online.
8. 8
Grafik 4. Akses informasi masyarakat berdasarkan kelompok umur
terkait informasi pencegahan dan penanganan Covid-19 di NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
1.3. Aksesibilitas Informasi Berdasarkan Wilayah (Kota/Desa)
Secara umum, akses masyarakat di pedesaan
dalam mengakses informasi terkait Covid-19 le-
bih tinggi dibandingkan masyarakat di perkotaan,
kecuali informasi perkembangan kasus Covid-19.
Sebaliknya, akses informasi JPS sangat terbatas di
tingkat desa (30%). Masyarakat pedesaan banyak
mendapatkan informasi kesehatan (98%) diban-
dingkan penduduk di perkotaan (40%).
9. 9
Grafik 5. Akses informasi JPS, kesehatan dan pendidikan berdasarkan wilayah di NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
Rata-rata informasi Covid-19 diakses lebih banyak
oleh penduduk pedesaan, kecuali informasi terka-
it jumlah kasus positif, ODP dan PDP. Masyarakat
perkotaan yang mendapatkan informasi ini sekitar
63%, sedangkan di pedesaan sekitar 50%.
10. 10
Grafik 6. Akses informasi masyarakat berdasarkan wilayah
terkait informasi pencegahan dan penanganan Covid-19 di NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
1.4. Aksesibilitas Informasi Berdasarkan Tingkat Pengeluaran
Tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum
berpengaruh terhadap akses informasi selama Co-
vid 19 ini. Kelompok masyarakat miskin cenderung
lebih banyak mengakses informasi JPS dan infor-
masi seputar pendidikan untuk anak-anak mereka.
Sementara, akses mereka terhadap informasi ter-
kait Covid-19 cenderung terbatas.
11. 11
Grafik 7. Akses informasi JPS, kesehatan dan pendidikan berdasarkan
kelompok pengeluaran rumah tangga
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
Sedangkan kelompok masyarakat yang lebih se-
jahtera cenderung banyak mengakses informasi
kesehatan atau yang berkaitan dengan penangan-
an Covid-19. Hal ini terlihat dengan tingginya ak-
ses mereka terkait dengan wilayah yang menjadi
penyebaran (Epicentrum) Covid 19, Informasi Pen-
cegahan, penyebaran dan Penanganan Covid 19,
Informasi Jumlah Kasus Positif, ODP dan PDP. Hal
ini terjadi dikarenakan secara pendapatan masya-
rakat yang tingkat kesejahteraannya tinggi lebih
besar peluangnya mendapatkan informasi yang
sebagian besar terdistribusi melalui perangkat TIK.
12. 12
Grafik 8. Akses informasi masyarakat berdasarkan pengeluaran rumah tangga
terkait informasi pencegahan dan penanganan Covid-19 di NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
2. Persepsi publik terkait kualitas layanan informasi penanganan Covid-19 di NTB
2.1 Keterjangkauan Informasi Terkait Covid-19 oleh masyarakat
Akses masyarakat terhadap informasi penangan-
an darurat kesehatan akibat Covid-19 masih sa-
ngat terbatas. Ketersebaran informasi yang harus
disediakan Badan Publik, sebagaimana diatur da-
lam SE KI tidak merata di masyarakat. Informasi
yang paling banyak diketahui masyarakat adalah
informasi rumah sakit rujukan khusus Covid-19.
Namun tingkat pengetahuan masyarakat terha-
dap informasi ini hampir sama dengan jumlah
responden yang tidak mendapatkan seluruh jenis
informasi tersebut. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
belum optimalnya pendistribusian informasi ke
masyarakat karena terbatasnya media atau salur-
an penyampaian informasi. Di samping itu, Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 belum
menyediakan informasi yang lengkap, serta belum
adanya kejelasan pembagian peran antar Gugus
Tugas tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa
dalam penyampaian informasi berkaitan dengan
penanganan Covid-19.
Distribusi informasi penanganan Covid-19 yang di-
terima masyarakat sejauh ini sebagian besar ber-
asal dari pemerintah desa/kelurahan (45,4%). Hal
ini disebabkan oleh keberadaan Satgas atau rela-
wan Covid-19 di tingkat desa yang secara lang-
sung berhadapan dengan masyarakat. Sedangkan
13. 13
informasi dari pemerintah provinsi dinilai sangat
terbatas (13%), bahkan lebih rendah dari jumlah
responden yang mengaku tidak mendapatkan in-
formasi dari tiga level pemerintahan tersebut.
Grafik 9. Akses masyarakat terhadap informasi penanganan darurat Covid-19
di NTB Sesuai SE Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2020
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
2.2 Tingkat kemudahan informasi penanganan Covid-19 dipahami masyarakat
Sebagian besar masyarakat menilai bahwa in-
formasi penanganan Covid-19 yang disampaikan
oleh pemerintah di tingkat lokal mudah dipahami.
Sekitar 45% responden menjawab cukup mudah,
20% menjawab mudah, bahkan 5% menilai sa-
ngat mudah. Namun, masih terdapat responden
yang menjawab sulit sekitar 9%. Semestinya se-
luruh informasi yang disampaikan dapat dipahami
secara mudah oleh seluruh lapisan masyarakat,
bahkan oleh kelompok penyandang disabilitas dan
penduduk buta huruf. Dalam UU KIP secara jelas
disebutkan bahwa informasi publik harus mudah
dipahami. Sehingga, berbagai media yang dekat
dengan keseharian masyarakat dapat dimanfaat-
kan sebagai media dalam pendistribusian informa-
si.
14. 14
Grafik 10. Persepsi masyarakat terkait kemudahan pemahaman informasi penanganan Covid-19
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
2.3 Persepsi masyarakat terhadap kualitas layanan informasi penanganan Covid-19
Secara umum, kualitas layanan informasi pena-
nganan Covid-19 di NTB cukup baik. Sekitar 6%
menilai sangat baik, 41% responden menjawab cu-
kup baik, dan 32% menjawab baik. Namun, terda-
pat sekitar 19% responden yang menilai buruk, dan
2% menilainya sangat buruk. Persepsi negatif ini
dapat disebabkan oleh terbatasnya informasi yang
dapat diakses masyarakat, baik dari sisi kuantitas
maupun substansinya.
Grafik 11. Persepsi masyarakat terhadap kualitas layanan informasi penanganan Covid-19 di NTB
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
15. 15
3. Jenis informasi yang paling dibutuhkan oleh masyarakat dalam situasi pandemi Covid-19
Dalam situasi tanggap darurat saat ini, kebutuh-
an informasi masyarakat berkaitan dengan pena-
nganan wabah ini sangat tinggi. Karena bencana
non-alam ini berdampak secara langsung maupun
tidak langsung terhadap kehidupan dan penghi-
dupan masyarakat, baik dari sisi ekonomi, sosial
maupun politik. Berdasarkan hasil kaji cepat ini,
ditemukan bahwa transparansi kebijakan, anggar-
an dan data bantuan pemerintah untuk masyara-
kat/UKM terdampak menjadi kebutuhan paling
prioritas masyarakat selama pandemi (31%). Hal
ini berkaitan dengan dampak ekonomi dan sosial
yang ditimbulkan oleh masuknya penyebaran Co-
vid-19. Masyarakat sangat tertarik untuk menge-
tahui langkah-langkah dan kebijakan pemerintah
dalam menangani dampaknya, terutama kelompok
masyarakat miskin dan rentan.
Informasi selanjutnya yang dibutuhkan masyarakat
adalah perkembangan kasus dan wilayah penye-
baran (epicentrum) Covid-19; dan informasi terkait
cara pencegahan dan penanganannya. Informasi
ini bagi masyarakat sangat berguna dalam mem-
banguan kewaspadaan dini (early warning) dalam
mencegah paran Covid-19. Selebihnya, informasi
yang dibutuhkan adalah informasi layanan kese-
hatan, biaya dan jaminan kesehatan bagi masya-
rakat untuk pemeriksaan dan perawatan pasien
Covid-19, protokol social distancing, mekanisme
pengaduan masyarakat, dan informasi terkait pe-
nyelenggaraan pendidikan bagi anak sekolah.
Grafik 12. Jenis Informasi yang dibutuhkan masyarakat dalam situasi pandemik Covid-19
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
16. 16
4. Masukan masyarakat mengenai cara penyampaian informasi agar mudah diakses
Pemanfaatan media atau saluran yang dekat de-
ngan masyarakat dalam penyampaian informasi
dapat meningkatkan efektivitas layanan informa-
si. Tiga jenis media informasi menurut masyarakat
paling efektif untuk menyampaikan informasi ter-
kait Covid-19 adalah media sosial resmi yang dike-
lola pemerintah (68,7%), papan informasi, spanduk
atau baliho (63,6%) dan media massa cetak ma-
upun online (59,6%). Hal ini menunjukkan bahwa
tidak semua responden memiliki akses yang sama
terhadap perangkat teknologi informasi dan in-
ternet, sehingga pemerintah perlu memanfaatkan
media konvensional yang sejauh ini telah tersedia
hingga tingkat dusun.
Grafik 13. Saran masyarakat terkait bentuk saluran atau media penyampaian informasi
penanganan Covid-19 agar mudah diakses masyarakat
Sumber: Hasil survei, diolah oleh peneliti
17. 17
Analisis Kebijakan Terhadap Temuan Survei
1. Analisis aspek aksesibilitas
dan layanan informasi
Dari data mengenai aksesibilitas informasi berka-
itan dengan Covid-19 berdasarkan jenis kelamin,
ditemukan bahwa laki-laki rata-rata mendapatkan
lebih banyak informasi dibandingkan perempuan.
Hal ini dapat disebabkan oleh peran domestik ke-
lompok perempuan bertambah selama masa pan-
demi ini. Aktivitas perempuan menjadi semakin
terbatas di luar rumah sebagai implikasi pendam-
pingan kegiatan belajar anak selama kegiatan bel-
ajar di sekolah diliburkan. Selain itu, ketimpangan
akses terhadap perangkat teknologi dan internet
antara kelompok laki-laki dan perempuan juga
berimplikasi terhadap rendahnya aksesibilitas pe-
rempuan terhadap informasi Covid-19.
Di sisi yang lain, pemerintah daerah melalui Gugus
Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga cen-
derung menggunakan media online sebagai salur-
an utama penyampaian informasi. Metode terse-
but tidak sejalan dengan data BPS (2019), di mana
sekitar 64% penduduk laki-laki di NTB mengguna-
kan telepon seluler, sedangkan penduduk perem-
puan pengguna telepon seluler sekitar 52%. Pun
demikian di mana perempuan yang menggunakan
internet sebanyak 35%, lebih rendah dari pendu-
duk laki-laki yakni sebanyak (43%).
Sementara itu, berdasarkan kelompok umur res-
ponden ditemukan bahwa penduduk usia muda di
bawah 25 tahun cenderung mendapatkan berba-
gai jenis informasi secara merata, meskipun rata-
-rata hanya sekitar 60% dari kelompok penduduk
ini yang mendapatkan akses informasi. Sedang-
kan akses penduduk usia tua terhadap informasi
kesehatan cenderung lebih tinggi dibandingkan
masyarakat kelompok umur lebih muda. Situasi ini
dimungkin terjadi karena kelompok usia di atas 40
tahun memiliki kebutuhan yang cukup tinggi ber-
kaitan dengan upaya menjaga kondisi kesehat-
annya. Karena, berdasarkan rilis pemerintah, ke-
lompok masyarakat di atas 40 tahun lebih banyak
terkonfirmasi positif dibandingkan kelompok umur
yang lain.
Namun, akses informasi terkait kesehatan dan
pendidikan pada kelompok masyarakat di bawah
usia 25 tahun cenderung lebih tinggi. Hal ini nam-
paknya disebabkan oleh tingginya akses kelompok
generasi milenial ini pada perangkat teknologi. Ke-
lompok masyarakat usia di bawah 40 tahun juga
memiliki kebutuhan yang besar terkait informasi
pendidikan bagi anak-anak mereka yang diliburkan
dalam waktu yang panjang selama masa pandemi.
Secara umum, akses masyarakat di pedesaan
dalam mengakses informasi terkait Covid-19 le-
bih tinggi dibandingkan masyarakat di perkota-
an, kecuali informasi perkembangan jumlah kasus
Covid-19. Sebaliknya, akses informasi JPS sangat
terbatas di tingkat desa. Informasi perkembang-
an jumlah kasus Covid-19 selama ini disampaikan
melalui siaran pers dan dikutip oleh media online,
dan di samping itu informasi angka kasus Covid-19
tidak dibutuhkan oleh masyarakat di desa. Tinggi-
18. 18
nya jumlah masyarakat pedesaan yang mengeta-
hui informasi terkait Covid-19 dimungkinkan juga
oleh tingginya budaya guyub, berkumpul di desa
selama masa pandemi ini, seperti pada situasi
normal. Informasi-informasi tersebut tersebar dari
mulut ke mulut, terutama informasi epicentrum wi-
layah persebaran.
Sementara itu, rendahnya akses informasi di te-
ngah masyarakat perkotaan dimungkinkan oleh
tingginya tuntutan beban ekonomi rumah tangga,
terutama bagi pekerja informal, selama masa pan-
demi. Sehingga mereka lebih fokus beraktivitas
mencari nafkah. hal ini juga terkonfirmasi dari la-
tar belakang responden di wilayah perkotaan yang
sebagian besar merupakan rumah tangga dengan
tingkat pengeluaran rendah.
Tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum
berpengaruh terhadap akses informasi selama Co-
vid 19 ini. Kelompok masyarakat miskin cenderung
lebih banyak mengakses informasi JPS dan infor-
masi seputar pendidikan untuk anak-anak mereka.
Sementara, akses mereka terhadap informasi ter-
kait Covid-19 cenderung terbatas. Situasi ini ber-
kaitan dengan dampak pandemi yang menggang-
gu ketahanan ekonomi kelompok rentan secara
umum. Rumah tangga miskin umumnya bekerja
sebagai buruh harian dengan pendapatan yang ti-
dak menentu. Pendapatan rumah tangga mereka
menurun, sementara beban pengeluaran, terma-
suk untuk biaya pendidikan anak cukup tinggi.
Sedangkan kelompok masyarakat yang lebih se-
jahtera cenderung lebih tinggi aksesnya terhadap
informasi kesehatan atau yang berkaitan dengan
penanganan Covid-19. Hal ini terlihat dengan ting-
ginya akses mereka terkait dengan wilayah yang
menjadi penyebaran (Epicentrum) Covid 19, Infor-
masi Pencegahan, penyebaran dan Penanganan
Covid 19, Informasi Jumlah Kasus Positif, ODP dan
PDP. Hal ini terjadi dikarenakan secara penda-
patan masyarakat yang tingkat kesejahteraannya
tinggi lebih besar peluangnya mendapatkan infor-
masi yang sebagian besar terdistribusi melalui pe-
rangkat TIK.
Secara umum, tingkat akses informasi kesehatan
cukup tinggi di semua kelompok masyarakat di NTB
selama masa pandemi. Hal ini sejalan dengan ting-
ginya kebutuhan masyarakat terkait informasi me-
ngenai wabah pandemi penyakit menular ini yang
menyebabkan ratusan ribu penduduk di seluruh
dunia meninggal. Ketersediaan informasi ini juga
cukup tinggi, baik yang disediakan melalui media
promosi yang dikembangkan pemerintah, maupun
yang dipublikasi oleh media massa. Sementara itu,
akses informasi terkait informasi jaring pengaman
sosial (JPS) cenderung lebih sedikit dan rata-rata
banyak diakses oleh rumah tangga miskin. Rata-
-rata hanya setengah dari seluruh responden, baik
kelompok laki-laki maupun perempuan, yang men-
dapatkan informasi terkait penanganan dampak
ekonomi bagi kelompok rentan ini. Bahkan, akses
informasi pendidikan selama masa pandemi masih
sangat kurang.
Temuan-temuan dalam kajian cepat ini mengindi-
kasikan layanan informasi yang diselenggarakan
oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Co-
vid-19 provinsi NTB masih menyisakan beberapa
pekerjaan rumah. SE Komisi Informasi tidak se-
19. 19
penuhnya dijalankan oleh Gugus Tugas, terutama
berkaitan dengan memastikan seluruh informasi
kebijakan penanganan Covid-19 dan informasi ter-
kait pencegahan, pengendalian dan penanganan
Covid-19 dapat diakses secara luas oleh masyara-
kat berpenghasilan rendah, kelompok perempuan
dan masyarakat di pedesaan maupun perkotaan.
2. Emergency Response
Dalam masa tanggap darurat bencana non-alam
Covid-19 ini, pemerintah berkewajiban untuk
mengambil langkah-langkah cepat dan tepat. Be-
berapa hal yang dilakukan oleh pemerintah, seba-
gaimana amanat UU Penanggulangan Bencana,
Keppres Nomor 7 Tahun 2020, dan Inpres Nomor
4 Tahun 2020, di antaranya pembentukan Gugus
Tugas, dan refocusing kegiatan serta re-alokasi
anggaran untuk penanganan Covid-19 berikut pe-
nanganan dampak sosial dan ekonomi.
Partisipasi masyarakat dalam tanggap darurat Co-
vid-19 di NTB sangat terbatas, baik dalam peng-
ambilan keputusan maupun pengawasan kebi-
jakan penanganan Covid-19. Akses masyarakat
dalam pengambilan keputusan terlihat dari terba-
tasnya perwakilan masyarakat sipil/LSM dalam ke-
anggotaan Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Covid-19. Sebagian besar anggota Gugus Tugas
berasal dari OPD, Polisi dan TNI. Padahal, UU Pe-
nanggulangan Bencana maupun SE Mendagri ten-
tang Pembentukan Gugus Tugas Covid-19 Daerah
memberikan ruang partisipasi bagi masyarakat si-
pil sebagai kelompok mediatory atas kepentingan
masyarakat terhadap pengambil kebijakan di da-
erah.
Hak-hak masyarakat lainnya pun belum terpenuhi
selama masa pandemi ini. Misalnya, penyediaan
informasi kebijakan dan anggaran penanganan
Covid-19, dan hak dalam melakukan pengawas-
an terhadap pelaksanaan kebijakan penangan-
an Covid-19. Hal ini terlihat dari hasil survei yang
menunjukkan terbatasnya akses masyarakat ter-
hadap informasi pencegahan dan penanganan
Covid-19, dan informasi bantuan sosial atau JPS
untuk kelompok terdampak, khususnya rumah
tangga miskin dan perempuan. Padahal, keterbu-
kaan informasi terkait bencana non-alam Covid-19
serta kebijakan penanganannya merupakan salah
satu prinsip dalam penanggulangan bencana. Pe-
merintah daerah juga tidak menyediakan meka-
nisme yang secara khusus dapat digunakan oleh
masyarakat untuk menyampaikan pengaduan.
Pemerintah Provinsi NTB sejauh ini telah intensif
menyampaikan perkembangan jumlah kasus Co-
vid-19 yang disiarkan secara online. Namun, prak-
tik ini tidak ramah bagi kelompok perempuan, ma-
syarakat berpenghasilan rendah, dan masyarakat
pedesaan. Rilis perkembangan kasus ini setiap hari
dikutip oleh media massa lokal, baik cetak dan on-
line.
20. 20
3. Keterbukaan Informasi Anggaran Penanganan Covid-19
di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Sejak kasus Covid-19 pertama kali terkonfirmasi
pada awal Maret 2020 lalu, pemerintah menetap-
kan beberapa kebijakan terkait pengelolaan ang-
garan daerah untuk penanganan Covid-19. Presi-
den menginstruksikan kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah untuk mempercepat refocus-
ing kegiatan dan re-alokasi anggaran untuk pena-
nganan Covid-19, sebagaimana tertuang dalam
Inpres Nomor 4 Tahun 2020. Pemerintah memper-
timbangkan bahwa wabah Covid-19 ditetapkan
sebagai pandemi oleh WHO dan akan berdampak
signifikan. Sehingga, anggaran pada pos Belanja
Tidak Terduga (BTT) tidak akan mencukupi. Rata-
-rata alokasi anggaran BTT pemda secara nasional
sekitar 0,5% dari belanja daerah, sedangkan alo-
kasi BTT dalam APBD NTB Tahun 2020 jauh lebih
kecil, yaitu sekitar 0,1% atau sebesar Rp7,5 miliar.
Alokasi ini sangat kecil untuk membiayai pence-
gahan dan penanganan pandemi ini. Khusus untuk
penanganan Covid-19, secara teknis Permendagri
Nomor 20 Tahun 2020 menyebutkan bahwa pem-
da dapat mengambil kebijakan dalam hal BTT tidak
mencukupi, yaitu dengan menggunakan: a) dana
dari hasil penjadwalan ulang capaian program dan
kegiatan (realokasi) serta pengeluaran pembiaya-
an tahun anggaran berjalan; dan/atau b) meman-
faatkan kas yang tersedia.
Dampak pandemi ini mengganggu sektor ekono-
mi dan kehidupan sosial masyarakat, terutama
kelompok rentan dan pekerja informal. Sehingga,
Kemenkeu bersama dengan Kemendagri kembali
menginstruksikan pemerintah daerah untuk me-
lakukan penyesuaian APBD 2020 dengan lebih
tegas. Pemda diharuskan untuk menyesuaikan
proyeksi penerimaan daerah dan merelokasi 50%
belanja barang dan jasa, 50% belanja modal serta
belanja lainnya dalam APBD 2020, yang diarahkan
untuk bidang kesehatan, jaring pengaman sosial
dan penanganan dampak ekonomi. Penyesuaian
APBD oleh pemda ditetapkan dalam peraturan ke-
pala daerah.
Dari hasil refocusing dan re-alokasi anggaran ke-
dua ini, jumlah anggaran penanganan Covid-19
dan penanganan dampaknya sebesar Rp 926 mi-
liar atau sekitar 16% dari nominal belanja daerah
tahun 2020. Secara garis besar, sebagaimana di-
muat oleh media massa di NTB, anggaran tersebut
dialokasikan masing-masing sebesar Rp 326 miliar
untuk bidang kesehatan, Rp 300 miliar untuk jaring
pengaman sosial, dan Rp 300 miliar untuk pena-
nganan dampak ekonomi.
Dokumen Perkada penyesuaian APBD 2020 se-
bagai dampak refocusing dan realokasi untuk pe-
nanganan Covid-19 di NTB tidak dipublikasi oleh
pemda NTB. Tim peneliti melakukan penelusuran
di situs resmi pemerintah daerah dan telah meng-
ajukan permohonan informasi melalui internet dan
surat permohonan tertulis kepada PPID Utama Pro-
vinsi NTB. Namun data dan informasi perencanaan
dan anggaran penanganan Covid-19 tidak terse-
dia. Sedangkan permohonan melalui surat tertulis
tidak direspon. Hal ini tidak sejalan dengan Surat
Edaran Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2020 ten-
tang Pelayanan Informasi di Masa Covid-19.
21. 21
Rekomendasi Kebijakan
Atas berbagai temuan dan analisis dalam kajian
cepat ini, beberapa rekomendasi yang perlu di-
tindaklanjuti oleh Gugus Tugas Percepatan Pe-
nanganan Covid-19 Provinsi NTB dalam rangka
meningkatkan efektivitas penanganan Covid-19
adalah sebagai berikut:
1. Rekomendasi berkaitan dengan kebijakan layanan informasi publik
⁘⁘ Pemerintah menyediakan layanan informa-
si yang mudah diakses oleh masyarakat, baik
yang tinggal di perkotaan maupun di pedesa-
an, dengan mempertimbangkan kemudahan
akses yang dimiliki oleh masyarakat terhadap
berbagai media penyampaian informasi;
⁘⁘ Pemerintah daerah membuka data penerima
bantuan JPS maupun bantuan lain yang disa-
lurkan oleh pemerintah di berbagai tingkatan,
sehingga masyarakat dapat berpartisipasi da-
lam melakukan verifikasi dan validasi calon pe-
nerima bantuan sosial. Data penerima bantuan
sebaiknya disusun secara terpilah sesuai de-
ngan jenis kelamin dan tingkat kesejahteraan,
serta kriteria masyarakat berkebutuhan khu-
sus (penyandang disabilitas);
⁘⁘ Pemerintah daerah perlu menyediakan infor-
masi yang mudah dimengerti oleh masyarakat
tanpa terkecuali, dengan memanfaatkan media
komunikasi yang sesuai dengan keseharian
masyarakat.
2. Rekomendasi berkaitan dengan keterbukaan anggaran
penanganan Covid-19
⁘⁘ Gugus Tugas Percepatan Penanganan Co-
vid-19 menyampaikan informasi hasil kaji-
an terkait penanganan dan dampak bencana
Covid-19, pilihan kebijakan serta kebutuhan
anggaran penanganannya, serta Peraturan
Gubernur tentang penyesuaian APBD 2020,
sebagaimana yang dilaporkan kepada Menteri
Keuangan dan Mendagri. Pemda perlu menye-
diakan informasi tersebut melalui website res-
mi pemerintah provinsi untuk memenuhi hak
masyarakat terhadap informasi selama masa
pandemi;
⁘⁘ Gugus Tugas Percepatan Penanganan Co-
vid-19 untuk melakukan konsolidasi seluruh
informasi anggaran penanganan Covid-19 di
wilayah NTB, baik yang bersumber dari APBN,
APBD, APB Desa maupun sumbangan masya-
rakat/pihak swasta; untuk mengefektifkan pe-
nyampaian informasi ke seluruh masyarakat;
dan
⁘⁘ Gugus Tugas Percepatan Penanganan Co-
vid-19 menginformasikan realisasi kegiatan
dan anggaran penanganan Covid-19 secara
berkala kepada masyarakat.
22. 22
Referensi
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Surat Edaran Komisi Informasi Pusat Nomor 2 Tahun 2020 Tentang.
SK Gubernur NTB NOMOR 360-343 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Gubernur No-
mor 360-282 Tahun 2020 Tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan CoronaVirus Disease (Covid-19)
Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Lalu Gita Aryadi, Strategi Komunikasi dan Publikasi Informasi Penanganan Covid-19 oleh Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19 di NTB, Bahan Paparan Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 Nusa
Tenggara Barat. Mataram 18 Mei 2020.
Laporan Hasil Survey “Kesenjangan Informasi di Masa Pandemi”, Bahan Paparan Tim Peneliti. Mataram 18
Mei 2020.
http://issuu.com/epaper-kmb/docs/snt_23042020
24. 24
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan lembaga koalisi nasional yang concern pada
transparansi, akuntabilitas, perbaikan tata kelola ekstraktif, pertambangan, dan sumber daya alam.
Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan
nama Yayasan Transparansi Sumbe rdaya Ekstraktif, dan terafiliasi dalam kampanye Publish What
You Pay di tingkat global. PWYP Indonesia mendorong transparansi dan akuntabilitas di sepanjang
rantai sumberdaya ekstraktif, dari tahap pengembangan kontrak dan operasi pertambangan (pub-
lish why you pay and how you extract), tahap produksi dan pendapatan dari industri (publish what
you pay), hingga tahap pengeluaran pendapatan untuk pembangunan berkelanjutan dan kesejah-
teraan sosial (publish what you earn and how you spent).
Alamat
Jl. Tebet Timur Dalam VIII K No. 12, RT 001/009,
Tebet Timur, Tebet, Kota Jakarta Selatan, DKI
Jakarta 12820
Social Media
pwypindonesia — Instagram
pwyp_indonesia — Twitter
Publish What You Pay Indonesia — Facebook
Publish What You Pay Indonesia — Linkedin
Kontak
sekretariat@pwypindonesia.org — Email
www.pwypindonesia.org — Website
Publish What You Pay Indonesia
[Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif]
Laporan Kajian ini disusun oleh Tim dari kantor sekretariat nasional Publish What You Pay Indone-
sia bersama dengan SOMASI NTB. Dicetak atas dukungan hibah tidak mengikat dari Hivos melalui
Program Open Contracting. Isi merupakan tanggung jawab Publish What You Pay Indonesia dan
tidak mencerminkan pendapat dan sikap dari Hivos.