Dokumen tersebut membahas tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia, mulai dari sejarah peraturan perundangan K3 sejak zaman kolonial hingga UU No. 1/1970 yang bersifat preventif, serta ruang lingkup dan syarat-syarat keselamatan kerja yang diatur dalam undang-undang tersebut."
2. UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
I. PERTIMBANGAN
1. VR 1910
PERLU ADANYA UU KK YANG SESUAI
1. Sudah tidak sesuai dengan perkembangan
teknik, teknologi dan azas Perlindungan
Ketenagakerjaan di Indonesia
2. Sifat polisional/Refresi sudah tidak sesuai
dengan era kemerdekaan
3. Kemajuan industrialisasi, intensitas kerja,
bahan baku, dan lain-lain sudah
berkembang pesat.
UU 1/70
3. Undang - Undang No. 1 tahun 1970
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
2. UU No. 1 TAHUN 1970
1. Bersifat preventif
2. Ruang lingkup lebih luas
3. Rumusan teknis lebih komprehensif
4. Pembinaan K3 bagi manajemen dan
pekerja
5. Pembentukan unit P2K3 Perusahaan
4. Veiligheids Reglement
Th 1910
S/d
Th.1970
Sifat :
Repressive
UNDANG UNDANG
No: 1 TAHUN 1970
TENTANG
KESELAMATAN KERJA
Sifat
Preventive
(Pembinaan)
SEJARAH PERATURAN PERUNDANGAN K3
ZAMAN PEJAJAHAN BELANDA
12 JANUARI 1970
5. SETIAP PERATURAN PERUNDANGAN HARUS
MENGACU PADA UUD 1945
K3 MENGACU PADA UUD 1945 PASAL 27 AYAT (2):
“ SETIAP WARGA NEGARA BERHAK ATAS
PEKERJAAN DAN PENGHIDUPAN YANG LAYAK
BAGI KEMANUSIAAN”
SETIAP KETENTUAN DALAM UUD 1945
DIJABARKAN LEBIH LANJUT BIDANG
KETENAGAKERJAAN UU NO. 13 Tahun 2003
6. Adakah Sanksi Pidana ?
Pasal 15 (UU 1/1970)
Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1)
dapat memberikan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dengan hukuman
kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-
(seratus ribu rupiah).
7. Pasal 35 uu 13/2003
Pemberi kerja wajib memberikan
perlindungan yang mencakup
kesejahteraan, keselamatan dan
kesehatan baik mental maupun fisik
tenaga kerja
SANKSI PASAL 186 : PIDANA PENJARA PALING
SINGKAT 1 BULAN DAN PALING LAMA 4
TAHUN DAN DENDA PALING SEDIKIT 10
JUTA DAN PALING BANYAK 400 JUTA.
9/21/2022
8. DASAR HUKUM
Pasal 86
(1) Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral dan kesusilaan
c. Perlakuan yang seuai dengan harkat dan martabat
10. ISTILAH (LANJUTAN)
Orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja
Orang / badan hukum yg menjalankan usaha mempergunakan
tempat kerja
Pelaksana UU No. 1/1970 Ditunjuk Menteri Tenaga Kerja
Pegawai teknis berkeahlian khusus dari Kementerian
Tenaga Kerja & Transmigrasi ditunjuk oleh Menteri
PENGURUS
PENGUSAHA
DIREKTUR
PEGAWAI PENGAWAS
Tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar Kementerian
Tenaga Kerja Ditunjuk Menteri
AHLI KESELAMATAN KERJA
Pasal 1
12. Pasal 2 (1)
Jang diatur oleh Undang-undang ini ialah
keselamatan kerdja dalam segala tempat
kerdja, baik didarat, didalam tanah,
dipermukaan air, didalam air maupun
diudara, jang berada didalam wilajah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
BAB II
RUANG LINGKUP
13. Tempat kerja dimana dibuat,
dicoba, dipakai atau
dipergunakan mesin, pesawat,
alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(a)
18 tempat kerja
14. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan,
diperdagangkan, diangkut, atau disimpan
bahan atau barang yang: dapat meledak,
mudah terbakar, beracun,
menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(b)
18 tempat kerja
15. dikerjakan pembangunan,
perbaikan, perawatan,
pembersihan atau
pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan
lainnya termasuk bangunan
pengairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah
dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan
persiapan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(c)
18 tempat kerja
16. dilakukan usaha: pertanian,
perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan
kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(d)
18 tempat kerja
17. dilakukan usaha pertambangan dan
pengolahan: emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau
mineral lainnya, baik di permukaan
atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(e)
Seorang anggota staf PT Freeport Indonesia, Kamis (2/2), melihat proses flotasi
atau pengapungan mineral tambang, seperti tembaga, emas, dan perak. Proses
itu dilakukan untuk memperoleh konsentrat yang terdiri dari tembaga, emas, dan
perak. Konsentrat itu kemudian dialirkan ke Pelabuhan Amamapare,
dikeringkan, dan kemudian dikirim ke pabrik-pabrik pengecoran.
18 tempat kerja
18. dilakukan pengangkutan barang,
binatang atau manusia, baik di
darat, melalui
terowongan, dipermukaan air,
dalam air maupun di udara
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(f)
18 tempat kerja
19. dikerjakan bongkar muat barang
muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(g)
18 tempat kerja
22. dilakukan pekerjaan
dibawah tekanan udara
atau suhu yang tinggi atau
rendah
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(j)
18 tempat kerja
Peleburan pasir timah
Peleburan baja
23. dilakukan pekerjaan yang
mengandung bahaya
tertimbun tanah, kejatuhan,
terkena pelantingan benda,
terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting
RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(k)
18 tempat kerja
Penambang Emas Illegal Beresiko Tertimbun Tanah Longsor
25. RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(m)
terdapat atau menyebar suhu, kelembaban,
debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara atau getaran;
18 tempat kerja
27. RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(o)
dilakukan pemancaran, penyiaran atau
penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
18 tempat kerja
28. RUANG LINGKUP(LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(p)
dilakukan pendidikan, pembinaan,
percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat
teknis;
18 tempat kerja
29. RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(q)
dibangkitkan, dirubah,
dikumpulkan, disimpan,
dibagi-bagikan atau
disalurkan
listrik, gas, minyak atau
air;
18 tempat kerja
30. RUANG LINGKUP (LANJUTAN)
Pasal 2 ayat 2
(r)
diputar film, pertunjukan sandiwara atau
diselenggarakan rekreasi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau
mekanik.
18 tempat kerja
tornado
31. SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
a. mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. mencegah, mengurangi dan
memadamkan kebakaran
c. mencegah dan mengurangi bahaya
peledakan
huruf a - r
32. SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
d. memberi kesempatan atau jalan
menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran ataukejadian-kejadian
lain yang berbahaya;
d. memberi pertolongan pada kecelakaan;
e. memberi alat-alat perlindungan diri
pada para pekerja;
33. SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
g. mencegah dan mengendalikan timbul
atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap,
gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan
timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis, peracunan, infeksi
dan penularan.
34. SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
i. memperoleh penerangan yang cukup
dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab
udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara
yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan
ketertiban;
35. SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
m. memperoleh keserasian antara tenaga
kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar
pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala
jenis bangunan;
36. SYARAT KESELAMATAN KERJA
Pasal 3 ayat 1
p. mengamankan dan memperlancar
pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
q. mencegah terkena aliran listrik yang
berbahaya;
r. menyesuaikan dan menyempurnakan
pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi
bertambah tinggi.
37. (1) Dengan peraturan perundangan ditetapkan sjarat-sjarat keselamatan
kerdja dalam perentjanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penjimpanan bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi jang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaja ketjelakaan.
(2) Sjarat-sjarat tersebut memuat prinsip-prinsip tehnis ilmiah mendjadi suatu
kumpulan ketentuan jang disusun setjara teratur, djelas dan praktis jang
mentjakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan,
perlengkapan alat-alat perlindungan, pengudjian dan pengesahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas
bahan, barang, produk tehnis dan aparat produksi guna mendjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerdja jang
melakukannja dan keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perintjian seperti tersebut
dalam ajat (1) dan (2) : dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa
jang berkewadjiban memenuhi dan mentaati sjarat-sjarat keselamatan
tersebut.
Pasal 4
38. POLA PENERAPAN K3
Perencanaan Pembuatan
- Pengangkutan
- Perdagangan
- Pemasangan
- Pemakaian
- Pemeliharaan
- Penyimpanan
Pasal 4
Perusahaan pembuat / produsen barang2 Perusahaan yang memperlakukannya
Pemeriksaan &
Pengujian
Pengesahan
pemakaian
Test
Berkala
Pemeriksaan &
Pengujian
Pengesahan
gambar
rencana
Termasuk produk luar negeri
39. Pasal 5
(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini,
sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerdja
ditugaskan mendjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinja
Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannja.
(2) Wewenang dan kewadjiban direktur, pegawai pengawas dan ahli
keselamatan kerdja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur
dengan peraturan perundangan.
BAB IV
PENGAWASAN
40. SISTEM KELEMBAGAAN PENGAWASAN K3
UU No. 1 TAHUN 1970
MENAKER
DIREKTUR
PEG.
PENGA
WAS
AHLI
K3
DOKTER
PRSH
P2K3
KADIS LUAR
DEPNAKER
- POLI PRSH
- JASA KESEH
Perusahaan
PEMERINTAH SWASTA
- INDUSTRI
- JASA ---
Pasal 5
41. 9/21/2022
Undang - Undang No. 1 tahun 1970
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
IV. PENGAWASAN
UU NO. 1 TAHUN 1970 PASAL 5
Direktur : Melakukan pengawasan umum
terhadap pelaksanaan UU
Keselamatan Kerja
Pegawai Pengawas :
Melakukan pengawasan langsung ditaatinya
UU Keselamatan Kerja dan membantu
pelaksanaannya
Wewenang dan tanggung jawab direktur diatur
peraturan perundang-undangan
42. Apakah Pengawasan Ketenagakerjaan Itu ?
Pengawasan ketenagakerjaan adalah fungsi publik
(negara/pemerintah) untuk memastikan penerapan
perundang-undangan ketenagakerjaan di perusahaan/tempat kerja.
Peran utamanya adalah untuk meyakinkan pengusaha
untuk mematuhi undang-undang di tempat kerja, melalui
langkah-langkah pencegahan, penasehatan teknis, dan
jika diperlukan penegakan hukum.
43. Siapa Pengawas Ketenagakerjaan?
Pegawai Negeri Sipil
Diangkat dan ditugaskan dalam Jabatan Fungsional
Pengawas Ketenagakerjaan
Mengawasi dan menegakkan peraturan perundang-
undangan dibidang ketenagakerjaan
44. Fungsi Sistem Pengawasan Ketenagakerjaan
Fungsi-fungsi sistem pengawasan ketenagakerjaan menurut Konvensi ILO No. 81
dan Konvensi ILO No. 129 :
Menjamin penegakan ketentuan hukum terkait dengan kondisi- kondisi kerja
dan perlindungan pekerja ketika melakukan pekerjaan, seperti ketentuan terkait
dengan jam kerja, upah, keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan,
hubungan kerja dengan anak-anak dan kaum muda, dan hal-hal terkait
lainnya, sejauh ketentuan tersebut dapat ditegakkan oleh pengawas
ketenagakerjaan;
Untuk memberikan informasi dan saran teknis kepada pengusaha dan pekerja
mengenai cara yang paling efektif untuk mematuhi ketentuan-ketentuan hukum;
dan
Untuk memberitahukan otoritas yang kompeten mengenai pelanggaran atau
penyalahgunaan yang khususnya tidak diatur dalam peraturan perundangan.
45. Hak Pengawas Ketenagakerjaan
Hak bebas memasuki setiap tempat kerja: pengawas ketenagakerjaan
mempunyai kebebasan untuk mengunjungi perusahaan/tempat kerja.
Pengawas ketenagakerjaan diberikan kekuasaan yang memadai:
untuk secara bebas memasuki setiap tempat kerja yang wajib diawasi dan
tanpa pemberitahuan sebelumnya pada setiap jam di siang dan malam hari; dan
untuk memasuki setiap tempat di mana yang secara layak dipercaya sebagai
tempat yang wajib diawasi.
Hak untuk bebas menyelidiki: Pengawas diberi wewenang untuk
melakukan setiap pemeriksaan, tes atau pertanyaan yang dianggap perlu
untuk memastikan bahwa ketentuan hukum dipatuhi.
Kekuasaan memberikan perintah: Pengawas ketenagakerjaan diberikan
hak untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk memperbaiki
kesalahan yang terjadi di pabrik, tempat kerja atau metode kerja yang
secara pantas yang merupakan ancaman bagi kesehatan atau keselamatan
pekerja.
46. PELAKSANAAN LAPORAN
RENCANA KERJA
• Pembinaan
• Pemeriksaan
• Pengujian
• Penyidikan
•Pembinaan
•Pemeriksaan
•Pengujian
•Penyidikan
Nota
Pemeriksaan
Surat
Keterangan
K3
Proses Kerja Pengawasan Ketenagakerjaan
• UNIT
• PENGAWAS
KK
TINDAK
LANJUT
Feed back
SURAT PERINTAH
TUGAS
PENINDAKAN
Penghentian
proses
pekerjaan
Pengenaan
sanksi
administrative
Penyidikan
Rekomendasi
47. Merupakan upaya paksa
diluar lembaga pengadilan
untuk memenuhi ketentuan
peraturan perundang-
undangan dalam bentuk
nota pemeriksaan dan/atau
surat pernyataan
kesanggupan pemenuhan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
Merupakan upaya
pencegahan melalui
penyebarluasan norma,
penasihatan teknis, dan
pendampingan/konsultasi
Merupakan upaya paksa
melalui lembaga pengadilan
dengan melakukan proses
penyidikan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan selaku
Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Preventive
Educative
Repressive
Non Justicia
Repressive
Justicia
Tahapan Pengawasan Ketenagakerjaan
48. Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan untuk meningkatkan kemampuan dan
pemahaman Pekerja/Buruh, Pengusaha, Pengurus, atau
anggota kelembagaan ketenagakerjaan tentang peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan.
Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap norma ketenagakerjaan.
Bentuk Pembinaan Penasehatan Teknis,
Sosialisasi,Pelatihan,Temu Konsultasi, Diskusi dan
Pendampingan
49. Pemeriksaa
n
Pengaduan
Masyarakat
Rencana Kerja
Diagendakan/
Administrasi (TU)
Pemberitahua
n/
Tidak
Pemeriksa
an
RIKSA KASUS
LHP
Nota
Pemeriksaan
Tindak Lanjut
- Pertama
- Berkala
- Khusus
- Ulang
Penyidik
an
50. NOTA PEMERIKSAAN
Nota Pemeriksaan adalah peringatan dan/atau perintah
tertulis pengawas ketenagakerjaan yang ditujukan
kepada pengusaha atau pengurus untuk meemperbaiki
ketidakpatuhan terhadap norma ketenagakerjaan
berdasarkan hasil pemeriksaan pengawas
ketenagakerjaan
51. NOTA PEMERIKSAAN
1. Setiap Wasnaker Wajib membuat Nota Pemeriksaan
2. Isi Nota Pemeriksaan:
a. tanggal pemeriksaan;
b. temuan pemeriksaan;
c. ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur;
d. perintah untuk memperbaiki ketidakpatuhan atau
mempertahankan kepatuhan;
e. jangka waktu pelaksanaan Nota Pemeriksaan;
f. tempat dan tanggal pembuatan Nota Pemeriksaan;
dan
g. tanda tangan Pengawas Ketenagakerjaan yang
melakukan pemeriksaan dan diketahui oleh
Pimpinan Unit Kerja Pengawasan
Ketenagakerjaan.
52. PROSES
OUT
PUT
INPUT
• Pembinaan
• Pemeriksaan
• Pengujian
• Penyidikan
Dipatuhinya
Perundang-
undangan
Ketenagakerjaa
n
Ketenangan
Bekerja dan
Berusaha
ALUR Pengawasan Ketenagakerjaan
• Peraturan
Perundangan
• Personil/SDM
• Kelembagaan
• Tata Cara
Pelaksanaan
Pengawasan
• Sarana/prasar
ana
IMPACT
BE
NEFIT
Meningkatnya
Kesejahteraan
dan keadilan
Masyarakat
(social welfare
and social
justice)
Feed back
53. 9/21/2022
Undang - Undang No. 1 tahun
1970
UTAMAKAN
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA
Pegawai Pengawas selaku PPNS
Kewenangan memeriksa
Kewenangan penyidikan
….. Lanjutan
Ahli K3
Perbedaan kewenangan dengan pegawai
pengawas adalah Kewenangan penerapan
sanksi
54. 9/21/2022
Undang - Undang No. 1 tahun
1970
1. Pegawai pengawas K3 adalah pegawai teknis berkeahlian
khusus dari Depnakertrans, sebagai Pejabat Fungsional dan
sebagai PPNS
2. Ahli K3
Adalah Tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnakertrans
ditunjuk oleh MENAKERTRANS
-> Professional <-
PASAL 5 (1) UU No 1/170
PEGAWAI PENGAWAS DAN AHLI KESELAMATAN
KERJA DITUGASKAN MENJALANKAN PENGAWASAN
LANGSUNG TERHADAP DITAATINYA UNDANG
UNDANG INI DAN MEMBANTU PELAKSANAANYA
55. PRINSIP
PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Pengawasan Ketenagakerjaan merupakan Fungsi
Negara
Bekerjasama secara erat dengan pengusaha dan
pekerja/buruh serta institusi lain seperti lembaga riset,
perguruan tinggi
Berorientasi pada pendekatan pencegahan
Cakupan inspeksi bersifat universal
Pengawasan Ketenagakerjaan bersifat independen
56. KEWAJIBAN PENGURUS
Pasal 8
Pemeriksaan kesehatan badan,kondisi
mental dan kemampuan fisik tenaga
kerja :
• Yang akan diterimanya (Baru)
• Yang hendak dpindah ke tugas/pekerjaan lain
(yang berpotensi bahaya)
• Berkala min satu tahun sekali
Oleh Dokter perusahaan (yang dibenarkan
oleh Menteri)
57. PEMBINAAN
Pasal 9
a. Menjelaskan dan menunjukkan pada tenaga kerja
baru :
1. Kondisi dan bahaya di tempat kerja
2. Semua pengaman dan alat perlindungan yang
diharuskan
3. Menyediakan APD
4. Menjelaskan cara dan sikap bekerja aman
b. Mempekerjakan setelah yakin memahami K3
c. Melakukan pembinaan
1. pencegahan kecelakaan
2. pemberantasan / penanggulangan kebakaran
3. peningkatan K3
4. pemberian P3K
d. Wajib memenuhi dan mentaati syarat K3
Pengurus diwajibkan :
59. PANITIA PEMBINA K3 (P2K3)
Pasal 10
Fungsi
Wadah kerjasama peningkatan bidang K3
antara :
- Pihak perusahaan (managemen)
- Pihak pekerja
Susunan
Diatur dan tetapkan oleh Menteri
Peraturan pelaksana Permen No.
04/Men/1987
Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
60. KECELAKAAN KERJA
Pasal 11
•Pengurus wajib melaporkan
kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja
•Tata cara Pelaporan diatur oleh
Peraturan Perundangan Permenaker
No. 3 / 98
61. KEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJA
Pasal 12
KEWAJIBAN
• Memberikan keterangan
pada Pegawai
Pengawas/Ahli
Keselamatan Kerja
• Memakai APD
• Memenuhi dan mentaati
syarat K3
HAK
Meminta pengurus
untuk melaksanakan
Syarat K3
Menyatakan keberatan,
jika syarat K3 belum
terpenuhi
62. KEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJA
(Perlindungan Thp Orang Lain)
Pasal 13
mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja
memakai alat-alat perlindungan diri
(APD)
67. Ketentuan – ketentuan penutup
Peraturan pelaksana
Pelaksanaan ketentuan
tersebut pada pasal-
pasal di atas diatur lebih
lanjut dengan peraturan
perundangan.
Sanksi
Pasal 15
pidana hukuman kurungan
selama-lamanya 3 bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp.
100.000,-
68. UU 13/2003
Tentang
Ketenagakerjaan
Pasal 35
Pemberi kerja wajib
memberikan perlindungan
K3
Pasal 86
Tenaga Kerja berhak atas
jaminan K3
Pasal 87
Perusahaan wajib
menerapkan SMK3
Pasal 186
(1) Barang siapa melanggar ketentuan
Pasal 35 , dikenakan sanksi pidana penjara
paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling
sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp
400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
Pasal 190
Menteri atau pejabat yang ditunjuk
mengenakan sanksi administratif atas
pelanggaran Pasal 87, berupa :
a. teguran;
b. peringatan tertulis;
c. pembatasan kegiatan usaha;
d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
f. pembatalan pendaftaran;
g. penghentian sementara sebagian atau
seluruh alat produksi;
h. pencabutan ijin.
S
A
N
G
S
I
70. PERATURAN PELAKSANAAN
• Pengaturan Dan Pengawasan Keselamatan
Kerja Di Bidang Pertambangan
PP No. 19/1973
• Keselamatan Kerja Pada Pemurnian Dan
Pengolahan Minyak Dan Gas Bumi
PP No. 11/1979
• Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam
Penebangan Dan Pengangkutan Kayu
Permenaker No.
01/1978
Permenaker No.
01/1980
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pada Konstruksi Bangunan
71. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I..
No. Per.04/MEN/1985 tentang Pesawat
Tenaga dan Produksi
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat
Angkat dan Angkut
Mekanik,
Pesawat
Tenaga dan
Produksi
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi R.I. No.
Per.01/MEN/1982 tentang Bejana
Tekan
Pesawat Uap
dan Bejana
Tekan
72. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.01/MEN/1980
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Konstruksi Bangunan
• Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja
Dan Menteri Pekerjaan Umum No.:
Kep.174/MEN/1986. No.: 104/KPTS/1986
tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi
Konstruksi
Bangunan
73. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
03/MEN/1999 tentang Syarat-syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lift untuk Pengangkutan Orang dan
Barang
• Permenaker 32 Tahun 2015 ttg
Perubahan atas Permenaker no
3/MEN/1999
• Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No. Kep.407/BW/1999
tentang Persyaratan, Penunjukan Hak
dan Kewajiban Teknisi Lift.
Lift
74. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.02/MEN/1989 tentang Pengawasan
Instalasi Instalasi Penyalur Petir
• Permenaker No. 31 Tahun 2015 ttg
Perubahan atas Permenaker no 2/MEN/1989
• Permenaker No 12 Tahun 2015
• Permenaker No 33 Tahun 2015
• Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan
Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan No.: Kep.311/BW/2002
tentang Sertifikasi Kompetensi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi
Listrik
Listrik dan
Petir
75. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
R.I. No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam
Api Ringan
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi Alarm
Kebakaran Automatik
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.
Kep.186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
• Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.
Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus
K3 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan
Kebakaran
76. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Per.02/MEN/1980 Tentang: Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. : Per.01/MEN/1981Tentang Kewajiban
Melapor Penyakit Akibat Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No.: Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan
Kesehatan Tenaga Kerja
Kesehatan Kerja
77. PERATURAN PELAKSANAAN
• Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No.: KEPTS.333/MEN/1989 tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit
Akibat Kerja
• 44. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi R.I. No.:
Kep.68/MEN/IV/2004 Tentang
Pencegahan Dan Penanggulangan
HIV/AIDS di Tempat Kerja
Kesehatan Kerja
78. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
: Per-04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No.
Per.04/MEN/1995 tentang Perusahaan
Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
• Peraturan Menaker 18 Tahun 2016 ttg
Dewan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja
Kelembagaan
79. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.02/MEN/1992 tentang Tata Cara
Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transkop
Nomor : PER.01/MEN1976 tentang
Kewajiban Latihan Hiperkes Bagi Dokter
Perusahaan
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.04/MEN/1998 tentang Pengangkatan,
Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter
Penasehat
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No.Per.01/MEN/1979 Tentang
Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Bagi
Tenaga Para Medis Perusahaan.
SDM /
PERSONIL K3
80. PERATURAN PELAKSANAAN
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.
Per.01/MEN/1988 tentang Kwalifikasi
dan Syarat-syarat Operator Pesawat
Uap
• Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982
tentang Kwalifikasi Juru Las
• Permenaker No 9 tahun 2010 ttg
Operator dan Petugas Pesawat
Angkat Dan Angkut
SDM /
PERSONIL K3
(lanjutan)
Editor's Notes
9/21/2022
Pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat
kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;
9/21/2022
Tujuan UUKK adalah bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
Pengertian dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan terkait dengan komitmen negara sebagaimana tertuang dalam pasal 27 ayat (2) UUD 1945 - Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.. Pemahaman tentang meningkatkan produksi serta produktivitas nasional adalah bahwa produktivitas nasional akan meningkat apabila produktivitas individu juga meningkat. Peningkatan produktivitas nasional diperlukan untuk meningkatkan gross nasional produk (GNP) atau GDP. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa GNP dibagi dengan jumlah penduduk adalah pendapatan rata-rata penduduk (income percapita). Dengan demikian apabila income percapita naik. Maka berarti tingkat kesejahteraan juga naik.
Disamping itu tujuan undang-undang yang lainnya adalah bahwa setiap orang lain yang berada di tempat kerja perlu dijamin pula keselamatannya. Hal ini terkait dengan tanggung jawab dan kewajiban pengurus tempat kerja yang diberikan oleh Undang-undang.
Selain itu juga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien. Hal ini mempunyai hubungan dengan pengertian atau definisi tentang kecelakaan yang dianut dalam teori keselamatan kerja bahwa tidak harus terdapat korban manusia (injury accident), dan pemahaman setiap gangguan terhadap sumber produksi akan menggangu proses produksi dan mengganggu produktivitas yang direncanakan.
PENGURUS
Dalam Undang-undang Keselamatan Kerja pengurus tempat kerjalah yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya. Pengurus dalam pengertian umum adalah puncuk pimpinan tertinggi disuatu tempat kerja dan mempunyai wewenang untuk memutuskan tentang apa yang ada di tempat kerja tersebut.
PENGUSAHA
Menjalankan usahanya sendiri
Menjalankan usaha bukan miliknya
Mewakili org/bdn hukum yang berkedudukan di luar indonesia
DIREKTUR :
Yang dimaksud direktur : Dirjen Binwasnaker
PENGAWAS KK
Berkeahlian khusus dalam hal ini artinya menguasi pengetahuan dasar dan praktis dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Pengetahuan tersebut tidak cukup hanya diperoleh dari praktek dan pengalaman kerja saja, tetapi juga harus dilengkapi pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan. Oleh karena itu untuk menjadi pegawai pengawas terlebih dahulu harus mengikuti proses pendidikan tertentu.
Ketentuan tentang persyaratan dan penunjukan pegawai pengawas diatur dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi No.03/MEN/1978. Dalam perkembangannya pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian atau spesialisasi tersendiri dari sistem pengawasan ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1984.
AHLI K3
membantu mengawasi ditaatinya undang-undang keselamatan kerja. Dalam prakteknya pengertian, tugas dan fungsi Ahli Keselematan dan Kesehatan Kerja masuh sering menjadi perdebatan baik dikalangan para ahli sendiri maupun antara ahli dengan pegawai pengawas.
Tata cara penunjukan, kewajiban dan wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja No.02/MEN/1992. Latar belakang pemikiran atau konsep tentang ahli keselamatan dan kesehatan kerja adalah karena Departemen Tenaga Kerja tidak mungkin mampu mengadakan dan membentuk pegawai pengawas dalam jumlah yang cukup maupun memiliki kemampuan dalam berbagai bidang keahlian sesuai dengan perkembangan teknologi.
Menurut data Kemnakertrans, saat ini jumlah pengawas ketenagakerjaan tercatat sebanyak 2.384 orang, untuk menangani sekitar 216.547 perusahaan, 1 ORANG PENGAWAS : 90 PERUSAHAAN
“Rasio kebutuhan pengawas ketenagakerjaan dengan jumlah perusahaan yang ada masih belum seimbang. Padahal idealnya, satu orang pengawas ketenagakerjaan mengawasi sebanyak lima perusahaan dalam satu bulan atau 60 kali pemeriksaan dalam satu tahun,” kata Menakertrans, Muhaimin Iskandar di jakarta, Minggu (25/3/2012).
Oleh karena itu, lanjutnya, para Gubernur, Bupati dan Walikota diminta agar segera mengangkat pengawas ketenagakerjaan yang telah mendapat surat keputusan penunjukan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasike dalam jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan.
“Di daerah-daerah masih banyak pengawas ketenagakerjaan yang belum diangkat sebagai jabatan fungsional, padahal hal tersebut telah sesuai berdasarkan Peraturan menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 19 tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Ketenagakerjaan dan Angka Kreditnya,” imbuhnya.
Hanya saja, belum semua daerah bersedia mengangkat pengawas ketenagakerjaan pada jabatan fungsional pengawas ketenagakerjaan sehingga kerapkali terjadi salah menjalankan fungsi pengawasan, serta salah penempatan petugaspengawas ketenagakerjaan.
“Para pengawas itu perlu segera diangkat agat dapat segera bertugas sesuai dengan kewenangan dan kewajibannya dalam melakukan pengawasan ketenagakerjaan sebagai mana diatur dalam UU No. 3 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang pengawasan perburuhan,“ tutupnya
Dengan demikian walupun pelaksanaan pengawasan telah didesentralisasikan namun kebijakan nasional keselamatan dan kesehatan kerja tetap berada ditangan Menteri Tenaga Kerja.
9/21/2022
Pesawat uap dan bejana tekan:
Pesawat angkat-angkut:
Pesawat Tenaga Dan Produksi
Upaya praktis pelaksanaan K3 di area konstruksi mencakup:
Komunikasi K3
Penataan dan Kerapihan /Good House Keeping
Pemasangan Alat Pengaman
Penggunaan APD
Kepdirjen
Permenaker 9 tahun 2016 ttg K3 pada pekerjaan ketinggian
Permenaker 5 tahun 2018 ttg K3 Lingkungan kerja
Kepmenaker 187 tahun 1999 ttg pengedalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja
permenaker 3 tahun 1985 ttg K3 pada pemakaina asbes
Permenaker 3 tahun 1986 ttg K3 pada tempat yg mengelola K3
Permenaker 8 tahun 2010 ttg APD
Kepdirjen 113 tahun 2006 tentang pedoman untuk pekerjaan diruang terbatas
KebisinganBising adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan. Terdapat dua hal yang menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi di nyatakan dalam jumlah getaran perdetik (Hertz, Hz), telinga manusia mampu mendengar frekuensi antara 16 – 20.000 Hz. Intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang disebut desibel, ditulis dBA atau dB(A).
Alat utama yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah” Sound Level Meter”. Alat ini mengukur kebisingan di antara 30 – 130 dB(A) dan dari Frekuensi antara 20 – 20.000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang dilengkapi dengan Octave Band Analyzer dan Noise Dose Meter.
Pekerjaan – pekerjaan yang menimbulkan bising dengan intensitas tinggi umumnya terdapat dipabrik tekstil (weaving, spinning), pabrik yang menggunakan generator sebagai pembangkit tenaga listrik, pekerjaan pemotongan plat baja, pekerjaan bubut, gurinda, pengamplasan bahan logam dan lain-lain.
PENGECORAN LOGAM (FOUNDRY)Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri ciri dari proses pengecoran, yaitu :1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam dalam cetakan3. Pengaruh material cetakan4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Taukah Anda apau itu Polusi dan Limbah?
Jika kita mendengarnya maka pasti yang ada di ingatan kita adalah perusakan lingkungan. Polusi adalah pencemaran yang diakibatkan oleh limbah atau sampah yang dibuang tidak pada tempatnya. Biasanya kita mengasosiasikan polusi ini dengan polusi udara, padahal yang namanya polusi itu segala sesuatu pencemaran mulai dari air, udara, sampai polusi tanah. Semuanya tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan dan merugikan kehidupan manusia. Sementara limbah adalah sampah-sampah yang dihasilkan dari aktifias produksi.
Contohnya seperti pabrik adalah salah satu penyebab polusi udara.
Polusi udara rata-rata dihasilkan dari gas buang kendaraan bermotor atau asap-asap pabrik. Dengan adanya asap-asap itu, udara menjadi kotor dan kita yang menghirupnya juga akan merasa sesak. Bahkan jika kita mencemarkan udara dengan za-zat tertentu, udara bisa menjadi beracun lho. Kita lihat pada saat bom Hiroshima dan Nagasaki. Bebarapa saat setelah bom atom tersebut meledak, pasti kita tahu kan ada awan jamur besar yang membumbung tinggi ke angkasa. Nah awan jamur tersebut membawa partikel-partikel debu radioaktif yang sangat berbahaya. Beberapa hari kemudian setelah awan jamur itu hilang, turun hujan yang berwarna hitam dan airnya kental. Air itu sangat beracun lho. Tetapi warga Hiroshima dan Nagasaki terpaksa meminumnya dan dapat ditebak mereka mengalami keracunan.
Itulah bahaya dari polusi yang tidak kita sadari. Sementara itu, kita tetap saja mengeluarkan limbah-limbah yang dapat menyebabkan polusi. Jadi dapat dikatakan jika kita terus mengeluarkan limbah, maka polusi tidak akan terhindarkan. Untuk itu kita harus pintar-pintar mengolah limbah yang ada dan berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan SDA yang telah terkena polusi. Sebenarnya banyak cara untuk membersihkan SDA yang terkena polusi.
Untuk memulihkan tanah yang sudah tercemar, kita dapat melakukan konservasi tanah dengan melakukan penghijauan atau juga disebut reboisasi. Tumbuhan dapat membantu menyuburkan tanah dan dapat menyerap beberapa zat-zat kimia dari dalam tanah. Untuk air, kita dapat melakukan penyaringan air dengan teknologi canggih atau teknologi sederhana. Untuk teknologi canggih, sepertinya bagi kita masyarakat biasa sulit melakukannya karena mahal. Jadi sebaiknya kita melakukan penyaringan air dengan teknologi sederhana. Caranya adalah dengan menumpuk lapisan-lapisan pasir, batu kerikil, dan tanah di sebuah drum. Lalu air yang kotor dimasukkan dan jika air telah mengalir dibagian bawah drum, air akan menjadi bersih. Lapisan-lapisan tadi telah menyaring kotoran-kotoran pada air sehingga air bisa bersih kembali.
Untuk itu kita semua harus ikut serta dalam perjuangan melawan limbah dan polusi untuk kehidupan yang lebih baik. Kita harus menemukan teknologi-teknologi lain yang dapat digunakan untuk mengurangi polusi di lingkungan kita.
Perdagangan Limbah B3
Indonesia mendesak negara-negara di dunia segera melaksanakan aturan mengenai penanganan bahan beracun dan berbahaya (B3) seperti yang sudah diatur dalam Konferensi Bassel, Roterdam dan Stockholm.
Menteri Lingkungan Hidup Gusti M Hatta mengatakan, Indonesia, sebagai negara tropis yang memiliki 17 ribu pulau, merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdagangan ilegal B3. Menurut Gusti, ada 2000 lokasi yang bisa dijadikan pintu masuk bagi perdagangan bahan beracun dan berbahaya. Belum lagi bahan beracun dari sektor pertanian.
Ia berharap, ada upaya penanganan limbah B3 yang lebih serius untuk menyelamatkan dunia. Menurut Gusti, perlu ada perubahan pola hidup dan reformasi bisnis untuk melindungi dunia dari limbah B3.
Kasus pembuangan limbah B3 terjadi di Batam Januari lalu. Pemerintah Kota Batam telah menyurati Kementerian Lingkungan Hidup dan meminta KLH melakukan negosiasi dengan pemerintah Singapura agar tidak lagi membuang limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) berupa minyak mentah ke laut Batam.
Ketua DPRD Kepulauan Riau, Nur Syafriadi meminta pemerintah daerah, khusunya Kota Batam, mendesak pemerintah pusat segera mengambil langkah dan tindakan tegas terhadap penghasil limbah berbahaya dan beracun atau B3. Ia juga meminta kasus ini dibawa ke Hukum Lingkungan Internasioal, supaya ada kejelasan.
Dalam pasal 3 ayat (1) ditetapkan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Ketentuan tersebut berisikan ARAH DAN SASARAN yang akan dicapai melalui persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan pelaksanaan Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970.
Sedangkan ayat berikutnya merupakan escape clausul sebagaimana dengan yang diatur dalam pasal 2 ayat (3). Dengan ketentuan tersebut dapat dirubah rincian yang ada dalam pasal 3 ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan-penemuan dikemudian hari.
PASAL 4 (1)
Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat prodduksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Dengan demikian sangat jelas dapat dipahami sifat preventif dari Undang-undang Keselamatan Kerja dan merupakan salah satu perbedaan yang bersifat prinsipil bila dibandingkan dengan Undang-undang yang digantikanya.
Penjelasan :
Syarat-syarat Keselamatan Kerja yang menyangkut perencanaan dan pembuatan,
diberikan pertama-tama pada perusahaan pembuat atau produsen dari barang-barang
tersebut, sehingga kelak dalam pengangkutan dan sebagainya itu barang-barang itu
sendiri, tidak berbahaya bagi tenaga kerja yang bersangkutan dan bagi umum,
Kemudian pada perusahaan-perusahaan yang memperlakukannya selanjutnya yakni yang
mengangkutnya, yang mengadakannya, memperdagangkannya, memasangnya,
memakainya atau mempergunakannya, memelihara dan menyimpannya.
Syarat-syarat tersebut diatas berlaku pada bagi barang-barang yang didatangkan dari luar
negeri.
Dalam pasal 4 ayat (2) juga mengatur tentang kodifikasi persyaratan teknis kesalamatan dan kesehatan kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi satu kumpulan ketentuan yang disusun secra teratur, jelas dan praktis.
9/21/2022
9/21/2022
9/21/2022
9/21/2022
pasal 8 ayat (1)
Ketentuan tentang pemeriksaan kesehatan badan tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 tersebut memberikan kewajiban kepada pengurus, kewajiban tersebut meliputi :
PEMERIKSAAN KESEHTAN AWAL
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik baik secara awal bagi tenaga kerja yang baru diterimanya ataupun dipindahkan ke lain bagian ataupun lain pekerjaan.
Pemeriksaan kesehtan sblm bekerja (karyawan yang akan diterima) ditujukan untuk memastikanTK yang akan diterima dalam kondisi kesehtan yang setinggi2nya, tdk mpy penyakit menular yang akan mengenai TENAGA KERJA lainnya dan COCOK untuk pekerjaan yang akan dilakukan shg K3 TENAGA KERJA ybs dan yang lain terjamin.
Pemeriksaan kesht sblm kerja meliputi ; pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rongten paru2, lab rutin dan pemeriksaan lain yang dianggap perlu
PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA
Memeriksakan kesehatan secara berkala pada semua tenaga kerjanya.
Tujuan :
Mempertahankan derajat kesehatan TK setelah berada dalam pekerjaannya, mengetahui kemampuan fisik dan kondisi mental tenaga kerja, DAN untuk mendeteksi secara dini timbulnya penyakit akibat kerja. Ketentuan ini juga menunjukan sifat preventif dari Undang-undang Keselamatan Kerja.
Pemeriksaan keshtn berkala = pemeriksaan awal
Pemeriksaan berkala minmal setahun sekali
PEMERIKSAAN KHUSUS
Untuk menilai adanya pengaruh2 dari pekerjaan ttt thp tenaga kerja tertentu / gol tenaga kerja tertentu.
Pemeriksaan khusus jg dilakukan kpd :
TENAGA KERJA yang mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang memerlukan perawatan > 2 minggu
Tenaga kerja usia > 40 tahun atau tenaga kerja wanita atau tenaga kerja cacat atau tenaga kerja muda yang melakuka pekejaan ttt
Tenaga kerja yang tdpt dugaaan ttt mengenai gangguan kseht perlu dilakukan pemeriksaan khusus
Pemeriksaan khusus jg dilakukan jika tdpt keluhan di antara tenaga kerja atas pengamatan peg pengawas atau ahli k3
-----------------------------------
Untuk pemeriksaan kesehatan tdpt kewajiban pengusaha untuk menunjuk dokter pemeriksa kesehatan badan.
Dokter pemeriksa kesehatan tersebut harus dibenarkan (di akreditasi) oleh Direktur (Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan). Bagi perusahaan yang tidak mampu melakukan pemeriksaan kesehtan sendiri, direktur dapt menunjuk satu atau beberapa badan sebagai penyelenggara yang akan membantu perusahaan . Badan yang ditunjuk harus mendapat SKP dari direktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus dilakukan oleh dokter pemeriksa atau penguji kesehatan tenaga kerja sesuai dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.02/MEN/1980.
Untuk meningkatkan kondisi kesehatan kerja tenaga kerja secara umum, pengurus wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan didalam peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.03/MEN/1982.
---------------------------------------
Menyediakan APD
Di setiap tempat kerja harus dilakukan penilaian resiko untuk menentukan penyediaan APD yang sesuai dengan sifat pekerjaan, sifat kegiatan, lingkungan kerja, dalam jumlah yang cukup, dan memenuhi syarat syarat keselamatn kerja.
Setiap tenaga kerja yang berada di tempat kerja harus memakai APD yang diwajibkan
APD harus memenuhi SNI atau standar yang berlaku
Pengurus wajib melaksanakan program manajemen APD meliputi :
Perencanaan
Pemakaian
Pengawasan
Pemeliharaan dan tata laksana
-----------------------------------------
Penanggulangan kebakaran :
Pengurus/ pengusaha diwajibkan melakukan upaya pencegahan dan pemadaman atau penanggulangan kebakaran, meliputi :
Pengendalian setiap bentuk energi
Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi
Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas
pembentukan UPK di tempat kerja
UPK : petugas peran kebakaran, regu penanggulangan kebakaran, koordinator UPK, Ahli K3 sp penaggulangan
kebakaran
Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secar berkala
Memiliki buku rencana penanggulangan kebakaran perusahaan jmlh tenaga kerja > 50 atau potensi bahaya sedang dan berat
buku rencana penanggulangan kebakaran disusun berdasar indentifkasi potensi bahaya, sumber daya dan kondisi
tempat kerja
-----------------------------------------------------------
P3K
- Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat kerja
- Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K di tempat kerja dan fasilitas P3K di tempat kerja
Petugas P3K di tempat kerja harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
Untuk mendapatkan lisensi harus memenuhi syarat :
* bekerja pada perusahaan ybs
* sehat jasmani dan rohani
* bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K
* mpy pengetahuan dasar dan ketrampilan dasar bidang P3K dibuktikan dengan sertifikat pelatihan
Petugas P3K di tempat kerja ditentukan berdasarkan jumlah pekerja dan potensi bahaya di tempat kerja
Pengurus wajib mengatur tersedianya petugas P3K pada :
* tempat kerja dgn unit kerja berjarak 500 meter / lebih sesuai jmlh pekerja dan potens bahaya
* tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai dgn jmlh pekerja dan potensi bahaya
* tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jmlh pekerja dan potensi bahaya
Fasilitas P3K di tempat kerja :
* ruang P3K
* kotak P3K dan isinya
* alat evakuasi dan alat transportasi
* faslitas tambahan berupa APD dan/ peralatan khsusus di tempat kerja dengan potensi bahaya khusus, misal
shower
P2k3 dibentuk guna mengembagkan kerjasama, saling pengertian dan partisipasi etektif dari pengurus / pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang K3 di perusahaan
P2K3 diketuai oleh pengurus/pimpinan tertinggi di suatu tempat kerja
Sekretaris P2K3 adalah seorang ahli K3 yang telah mendapatkan penunjukkan dari menakertrans
Pembentukan, tugas, fungsi dan kewenangan P2K3 mengacu pada Permenaker 4/87
Pengurus / pengusaha (sdh/belum ikut jamsostek) wajib melaporkan setiap kecelakaan kerja dan PAK yang terjadi di tempat kerja di bawah pimpinannya selambat-lambatnya 2 x 24 jam ke Disnaker setempat
Via : Dpt dilaporkan secara lisan sblm dilaporkan scr tertulis
Pengurus/pengusaha wajib melakukan identifikasi dan pengkajian serta melakukan tindakan koreksi dan pencegahan thp timbulnnya kecelakaan kerja dan PAK
Kecelakaan kerja harus dicatat dan di analisis tingkat kekerapan (frequency rate) dan tingkat keparahan (severity rate)
Tata cara pelaporan dan analisis kecelakaan kerja mengacu pada permenaker 3 / 98
Tujuan pelaporan kecelakaan :
Memiliki keseragaman laporan
Memiliki data kecelakaan
Memudahkan mengidentifikasi & menganalisis kecelakaan kerja guna menemukan penyebab utama kecelakaan
Dapat memberikan syarat perbaikan agar kecelakaan tidak terulang kembali (Perencanaan)
Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of accident loss)
Laporan meliputi
Data Umum
A. Identitas Perusahaan
B. Informasi Kecelakaan
C. Keterangan Lain
Data Korban
Jumlah
Nama
Akibat kecelakaan
Bagian Tubuh yang cidera
III. FAKTA YANG DIBUAT
1. Kondisi yang berbahaya
2. Tindakan yang berbahaya
IV. URAIAN TERJADINYA KECELAKAAN
- kronologis kejadian kecelakaan.
- hal-hal yang dapat mempengaruhi korban
dalam melakukan pekerjaannya
- Mengungkapkan kejadian sesaat sebelum, saat terjadi, sesaat setelah kejadian kecelakaan (Sequent /rentetan kejadian)
SUMBER KECELAKAAN
- pilihlah benda, bahan, zat atau pemapar lainnya yang tidak aman di TKP
- pilihlah benda/ zat/ alat yang kontak langsung dengan korban
VI. TYPE KECELAKAAN
- berdasarkan proses terjadi hubungan kontak sumber kecelakaan dengan luka atau sakit yang diderita korban.
VII. PENYEBAB KECELAKAAN
menganalisa dan menemukan :
- tindakan tidak aman
- kondisi tidak aman
VIII. SYARAT-SYARAT YG DIBERIKAN
- ekonomis
- dapat dilakukan / dikerjakan
- efektif dlm mencegah kecelakaan
- tidak mengganggu proses produksi
IX. TINDAKAN LEBIH LANJUT
- Rekomendasi
- tindakan berkaitan dg jaminan sosial
- penyelidikan / penyidikan
- pembinaan
X. HAL-HAL LAIN YANG PERLU DILAPORKAN
- Tindakan yang telah diambil oleh pihak managemen
- Dampak terhadap lingkungan, peralatan atau tenaga kerja.
- dll
Lalu apakah saja beberapa jenis bahaya kerja itu?
Bahaya Kerja Kimiawi
Bahan kimia dapat beresiko serta beracun bagi badan manusia, ditambah lagi bila terkena dalam jumlah yang banyak. Walau sebenarnya, bahan kimia diperlukan dalam beberapa jenis pekerjaan. Zat kimia dapat masuk ke badan Anda lewat hidung berbentuk udara, kulit, mata, mulut berbentuk gas, uap, serta aerosol (debu, asap, kabut).
Anda yang kerja di laboratorium memiliki dampak terkena beberapa jenis bahan kimia beracun atau berbentuk korosif. Disamping itu, orang yang kerja di pabrik serta pertambangan beresiko terkena asap serta debu hingga memunculkan gangguan pernafasan.
Bahaya Kerja Fisik
Jenis bahaya kerja fisik bisa berbentuk bising, vibrasi, suhu lingkungan yang berlebihan, serta radiasi. Bising dengan stabil yang didapatkan dari pekerja bangunan umumnya bisa memunculkan tuli karena kerja. Vibrasi atau getaran dapat dirasa seluruh badan atau bagian khusus bila memakai satu mesin/alat dalam tempo lama bisa menimbulkan ngilu otot, mual, sampai gangguan pembuluh darah.
Disamping itu, orang yang tugasnya terkait dengan radiasi ionisasi (sinar-X, sinar gamma) bisa mengakibatkan kerusakan ikatan kimia di jaringan tubuh bila terkena dalam jumlah besar.
Bahaya Kerja Ergonomi
Ergonomi ialah bagian studi multidisiplin yang pelajari prinsip-prinsip dalam mendesain perlengkapan, mesin, proses serta tempat kerja yang sesuai potensi serta terbatasnya manusia yang memakainya. Pergerakan yang berulang-ulang atau urutan yang tinggal sepanjang kerja bisa memunculkan luka.
Karenanya, konsep ergonomis diaplikasikan dalam pekerjaan guna menghindarkan luka fisik yang berlangsung dalam pekerjaan. Contohnya, posisi duduk, menulis, jarak antar-layar serta mata, mengangkat barang, serta menggenggam alat. Tanda-tanda yang seringkali ada karena tidak ergonomis posisi kita saat kerja ialah pegel linu, ngilu sendi, serta pinggang.
Bahaya Kerja Biologi
Tenaga kesehatan adalah pekerjaan yang paling terancam dari bahaya kerja biologi. Penyakit karena bakteri serta virus seperti tuberkulosis, hepatitis B, C, serta HIV rawan menulari tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, serta laboratoris. Selain itu, pekerja yang terkait dengan hewan beresiko terkena penyakit seperti rabies serta antraks.
Bahaya Kerja Psikologis
Tidak hanya permasalahan kesehatan fisik di atas, masalah psikologis bisa juga beresiko berlangsung pada beberapa pekerja. Hal yang seringkali membuat ini ialah depresi karena terdapatnya perkembangan jenis pekerjaan, agenda, tingkat tanggung jawab, serta perbedaan dengan atasan atau rekanan kerja.
Bagaimana cara mengatasi kondisi pekerja yang tidak melengkapi dirinya dengan APD karena berbagai alasan?Sudah tidak asing bagi para safety officer apabila menghadapi kondisi para pekerja yang tengah melakukan suatu pekerjaan namun tidak melengkapi dirinya dengan APD. Mulai dari pekerja konstruksi yang bekerja tanpa Helm Safety, pekerja yang bekerja di ketinggian namun tidak memakai full body harness, pekerja di sekitar pelabuhan yang tidak memakai rompi pelampung, pekerja yang sedang melakukan pekerjaan las tanpa apron tahan percikan api, dan kondisi kondisi sejenis lainnya.
Mereka pasti punya alasan. Tapi keselamatan kerja tidak mempuyai alasan untuk dilupakan walau sesaat. Keselamatan Kerja ibarat bernafas, jika berhenti berarti sebuah kematian yang menanti.
Apa alasan mereka yang tidak melengkapai dirinya dengan APD saat bekerja? Lalu Bagaimana cara mengatasi alasan alasan tersebut agar mereka menyadari pentingnya memakai APD sepanjang mereka bekerja?
Berikut ini adalah hasil wawancara Safety News Alert dengan 290 orang Safety Officer mengenai cara mereka mengatasi berbagai alasan pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja:
?Ini tidak cocok/ tidak nyaman buat saya pakai ? (alasan 30 % pekerja).Solusi: Biarkan pekerja memilih APD yang cocok, selalu tanyakan apakah ada masalah dengan ukuran atau kenyamanan APD yang mereka gunakan, dan lakukan uji coba ukuran dan kenyamanan APD terhadap pekerja sebelum melakukan pengadaan APD
?Saya tidak tahu kalau sekarang harus memakai APD? (10% alasan pekerja). Solusi: Selalu buat pernyataan dengan tanda tangan pekerja bahwa mereka sudah menerima dan paham terhadap materi training APD dan lakuan tindakan disiplin yang tegas oleh supervisor terhadap pekerja yang tidak memakai APD saat bekerja di lapangan.
?Saya tidak punya waktu untuk memakai APD/ Memakai APD menghabiskan waktu saya? (18% alasan pekerja). Solusi: komunikasikan dengan pekerja tersebut mengenai alasan mereka lebih dalam lagi, komunikasikan alasan ini dengan supervisor produksi agar dapat bersinergi antara K3 dengan waktu produksi, pastikan pekerja tersebut sudah mendapatkan training mengenai APD, dan masukan keharusan memakai APD kedalam aturan disiplin waktu saat produksi.
?Saya tidak akan celaka? (8 % alasan para manager dan pekerja). Solusi: undang pembicara dari korban kecelakaan kerja, dan biarkan ia bercerita tentang bagaimana kecelakaan kerja ini sangat berdampak pada kehidupan pribadinya, dan simulasikan pada pekerja untuk mengikat tali sepatu mereka dengan satu tangan sebagai ilustrasi jika mereka kehilangan satu tangan akibat kecelakaan kerja.
?Saya lupa kalau harus memakai APD? (34% alasan pekerja).Solusi: Terapkan aturan berapa kali alasan lupa ini mendapatkan toleransi beserta sanksi tegasnya dan ingatkan pekerja secara intensif untuk selalu memakai APD.
Bagaimana dengan kondisi sejenis di perusahaan Anda dan cara terbaik Anda untuk mengatasi nya?
Know safety, no injury. No safety, know injury