SlideShare a Scribd company logo
Pembekalan
UJI KOMPETENSI
(SERTIFIKASI BNSP)
PT CIPTA KRIDATAMA
Pengawas Operasional Pertama (POP)
Pertambangan
Untuk Efektifitas Pembekalan ‘Online’ :
• Peserta memastikan piranti (laptop /
HP) & jaringan internet dalam kondisi
baik,
• Peserta telah mempelajari MODUL
PEMBEKALAN & Formulir APL–01 /
APL–02,
• Peserta telah menyiapkan dokumen
portofolio sesuai dg APL–01,
• Menyiapan alat tulis (kertas & pena)
untuk mencatat TUGAS &
PERTANYAAN,
• Metode PEMBEKALAN secara online :
presentasi, diskusi, & tugas / praktik.
PENGANTAR :
• Apa itu BNSP, LSP, & TUK ?
• Aspek KOMPETENSI yg diujikan oleh
Asesor?
• METODE asesmen / sertifikasi
KOMPETENSI?
• Kriteria DOKUMEN PORTOFOLIO yg
baik?
Unit Kompetensi
(PerMen ESDM No. 43 Tahun 2016)
1. PMB.P002.001.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait
Keselamatan Pertambangan (2 Elemen; 23
Kriteria Unjuk Kerja)
2. PMB.P002.002.01 : Melaksanakan Tugas & Tanggungjawab
Keselamatan Pertambangan pada area
yang menjadi tanggung jawabnya (2 Elemen; 4
Kriteria Unjuk Kerja)
3. PMB.P002.003.01 : Melaksanakan Pertemuan Keselamatan
Pertambangan Terencana (4 Elemen; 22
Kriteria Unjuk Kerja)
4. PMB.P002.004.01 : Melaksanakan Investigasi Kecelakaan (9 Elemen;
29 Kriteria Unjuk Kerja)
5. PMB.P002.005.01 : Melaksanakan Identifikasi Bahaya &
Pengendalian Risiko (4 Elemen; 14 Kriteria
Unjuk Kerja)
6. PMB.P002.006.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait
dengan Perlindungan Lingkungan (3 Elemen;
Penjelasan Dokumen
Portofolio & Pengisian :
• Formulir APL – 01
• Formulir APL – 02
Bagaimana Assessment
/ Sertifikasi Dilakukan?
1. Peraturan Perundangan Keselamatan
Pertambangan
2. Tugas & Tanggung Jawab Keselamatan
Pertambangan
3. Pertemuan Keselamatan Pertambangan
4. Investigasi Kecelakaan
5. IBPR / HIRA
6. Pengelolaan Lingkungan Pertambangan
7. Inspeksi Keselamatan Pertambangan
8. Job Safety Analysis (JSA)
Daftar Modul Pembekalan :
Modul – 1 :
PERATURAN
PERUNDANGAN
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
HIERARKI PERATURAN
PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)
• UUD 1945
• TAP MPR
• UU / PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden / Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
KepDirJen Minerba No.
185.K/37.04/DJB/2019
(Lampiran I) - Juknis Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM /
2018
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yg Baik
Lampiran III : Pedoman Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan
Lampiran IV : Pedoman Penerapan SMKP
UU No: 1 / 1970
Keselamatan Kerja
UU No: 3 / 2020
Pertambangan Mineral &
Batubara
PP No: 19 / 1973
Pengaturan &
Pengawasan K3
Pertambangan Umum
PP No: 50 / 2012
Sistem Manajemen K3
(SMK3)
PP No: 23 / 2010
Pelaksanaan Kegiatan UU
Pertambangan Menerba
PP No: 55 / 2010
Binawas Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan
Minerba
UU No: 13 /
2003
Ketenagakerjaan
UUD
1945
UUD Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2)
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwadjibkan menunjukkan & mendjelaskan pada tiap
tenaga kerdja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi & bahaja-bahaja serta jang dapat timbul dalam tempat
kerdjanja;
b. Semua pengamanan & alat-alat perlindungan jang diharuskan dalam
tempat kerdjanja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerdja jang bersangkutan;
d. Tjara-tjara & sikap jang aman dalam melaksanakan pekerdjaannja.
2) Pengurus hanja dapat memperkerdjakan tenaga kerdja jang
bersangkutan setelah ia jakin bahwa tenaga kerdja tersebut
telah memahami sjarat-sjarat tersebut di atas.
3) Pengurus diwadjibkan menjelenggarakan pembinaan bagi
semua tenaga kerdja, dalam pentjegahan ketjelakaan &
pemberantasan kebakaran serta peningkatan K3, pula dalam
pemberian P3K.
Pasal 87
(1)Setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
PENGURUS diwadjibkan :
a. Setjara tertulis menempatkan dalam tempat kerdja jang dipimpinnja,
semua sjarat keselamatan kerdja jang diwadjibkan, sehelai
Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannja jang berlaku
bagi tempat kerdja jang bersangkutan, pada tempat-tempat jang mudah
dilihat dan terbatja dan menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli
keselamatan kerdja.
b. Memasang dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua gambar
keselamatan kerdja jang diwadjibkan dan semua bahan
pembinaan lainnja pada tempat tempat jang mudah dilihat dan
terbatja menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan
kerdja.
c. Menjediakan setjara tjuma-tjuma, semua APD jang diwadjibkan
pada tenaga kerdja jang berada dibawah pimpinannja dan menjediakan
bagi setiap orang lain jang memasuki tempat kerdja tersebut, disertai
dengan petundjuk-petundjuk jang diperlukan menurut petundjuk pegawai
Pasal 12
Kewadjiban &/ hak tenaga kerdja :
a. Memberikan keterangan jang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerdja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan;
c. Memenuhi & mentaati semua sjarat-sjarat K3 jang
diwadjibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua
sjarat K3 jang diwadjibkan.
e. Menjatakan keberatan kerdja pada pekerdjaan dimana
sjarat K3 serta alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan
diragukan olehnja ketjuali dalam hal-hal chusus ditentukan
lain oleh pegawai pengawas dalam bata-batas jang masih
dapat dipertanggung djawabkan.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
HAK & KEWAJIBAN PEKERJA TAMBANG
(UU No. 1/1970 & Permen ESDM No. 26/2018)
HAK :
1. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan,
2. Mendapatkan pendidikan & pelatihan,
3. Menyatakan keberatan kerja jika persyaratan K3 tidak dipenuhi.
KEWAJIBAN :
1. Mematuhi peraturan K3,
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dg instruksi & tata kerja yg aman,
3. Memperhatikan / menjaga keselamatan dirinya & orang lain yg
mungkin terdampak perbuatannya, serta mengambil Tindakan & /
melaporkan kepada pengawas tentang keadaan bahaya,
4. Menggunakan & merawat alat keselamatan & APD dg benar,
5. Memberikan keterangan yg benar jika diminta keterangan oleh
petugas,
6. Melaporkan setiap kecelakaan / cedera yg ditimbulkan oleh pekerjaan
PP No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas
keselamatan kerja dalam bidang Pertambangan dengan
berpedoman kepada UU No. 1 / 1970 serta peraturan-
peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4
Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala
kepada Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
mengenai pelaksanaan pengawasan termaksud dalam Pasal
1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan
pengawasan terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud
dalam Stoom Ordonnantie 1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
18
Pasal 3
1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang
pertambangan Menteri Pertambangan mengangkat
pejabat-pejabat yang akan melakukan tugas tersebut
setelah mendengar pertimbangan Menteri Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini
dalam melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama
dengan Pejabat-pejabat Keselamatan Kerja
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
baik di Pusat maupun di Daerah.
PP No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
Kaidah Teknik Pertambangan yg Baik, meliputi aspek :
• Teknis Pertambangan,
• Konservasi Minerba,
• K3 Pertambangan,
• KO Pertambangan,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan, Reklamasi, &
Pascatambang, serta Pascaoperasi,
• Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan Rekayasa, Rancangan
Bangun, Pengembangan, & Penerapan Teknologi Pertambangan.
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30
/ MEM / 2018 : Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yg Baik
Keputusan Menteri ESDM
No. : 1827 K / 30 / MEM /
2018
• Lampiran 1: Pedoman Permohonan, Evaluasi, &/ Pengesahan KTT,
PTL, KTBT, PO, PT, &/ PJO
• Lampiran 2: Pedoman Pengelolaan Teknis Pertambangan
• Lampiran 3: Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan &
Pengolahan &/ Permurnian Mineral &
Batubara
• Lampiran 4: Pedoman Penerapan SMKP Mineral & Batubara
• Lampiran 5: Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pertambangan Mineral & Batubara
• Lampiran 6: Pedoman Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang
serta Pascaoperasi Pada Kegiatan Usaha
Pertambagan Mineral & Batubara
• Lampiran 7: Pedoman Pelaksanaan Konservasi Mineral & Batubara
• Lampiran 8: Pedoman & Evaluasi Kaidah Teknik Usaha Jasa
Pertambangan
PEMBINAAN &
PENGAWASAN
K3 PERTAMBANGAN
KaIT
PIT
PIT
PIT
PIT
PIT
PIT
PIT
KTT / PTL
PO PO
KTBT
PO
PO
PO
PO
Kementerian /
Dinas ESDM
Pemegang
IUP / IUPK / IPR
PJO
PO
PO
Pemegang
IUJP
PO
1. Evaluasi terhadap laporan berkala & laporan khusus,
2. Pemeriksaan berkala / sewaktu-waktu (jika diperlukan),
3. Penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program &
kegiatan,
4. Melakukan pemeriksaan / inspeksi, pengujian, &
penyelidikan,
5. Menyusun & penyampaikan laporan (berupa : perintah,
larangan, petunjuk) dari hasil pemeriksaan / inspeksi /
pengujian / penyelidikan kepada KaIT.
Fungsi PIT (Permen ESDM Nomor 26 / 2018,
Pasal 45) :
1. Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat,
2. Menghentikan sementara, sebagian, atau seluruh kegiatan
pertambangan jika dinilai membahayakan keselamatan
pekerja / umum / menimbulkan pencemaran atau kerusakan
lingkungan,
3. Mengusulkan penghentian secara tetap kegiatan
pertambangan kepada KaIT.
Wewenang PIT (Permen ESDM Nomor 26 / 2018,
Pasal 46) :
Kepala Teknik Tambang (KTT) : Seseorang
yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan pertambangan yang
memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional pertambangan
sesuai dengan kaidah teknik pertambangan
yang baik.
Penanggung Jawab Teknik & Lingkungan (PTL) : Seseorang
yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi
lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab
atas terlaksananya kegiatan operasional Pengolahan
dan/atau Pemurnian sesuai dengan kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Pemurnian.
Permen ESDM Nomor 26 / 2018 : Pasal
1 (18)
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
1. Membuat peraturan internal perusahaan mengenai
penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik;
2. Mengangkat pengawas operasional dan pengawas
teknis;
3. Mengesahkan & melakukan evaluasi kinerja PJO;
4. Memastikan semua perusahaan jasa
pertambangan yang beroperasi di bawahnya
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
5. Menerapkan standar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
6. Menyampaikan laporan kegiatan jasa
pertambangan kepada KaIT;
7. Memiliki tenaga teknis pertambangan yang
berkompeten
8. Melaksanakan manajemen risiko pada setiap
proses bisnis dan subproses kegiatan
pertambangan;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
9. Menerapkan SMKP & melakukan pengawasan
penerapan SMKP yang dilaksanakan oleh
perusahaan jasa pertambangan yang bekerja di
wilayah tanggung jawabnya;
10.Melaporkan penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik kepada KaIT;
11.Melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan secara berkala;
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
12. Melaporkan jumlah
pengadaan/penggunaan/penyimpanan /
persediaan bahan dan limbah B3 setiap 6 bulan;
13. Melaporkan adanya gejala yang berpotensi
menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
14. Menyampaikan laporan kasus lingkungan & upaya
penanggulangannya paling lambat 1 x 24 jam
setelah kejadian;
15. Menyampaikan pemberitahuan awal dan
melaporkan kecelakaan, kejadian berbahaya,
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
16. Menyampaikan laporan audit internal penerapan SMKP
Minerba;
17. Menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
18. Menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah
teknik pertambangan yang baik;
19. Melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan
batubara;
20. Menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan
teknis pertambangan Minerba.
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional
 Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan KTT/PTL
mengangkat Pengawas Operasional.
 Pengawas Operasional yang memenuhi syarat diberikan KPO
yang disahkan oleh KaIT
 Kriteria Pengawas Operasional :
1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional
atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT;
2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen
operasional pertambangan;
3. Memiliki bawahan dan/atau melakukan pengawasan
terhadap divisi atau departemen lainnya.
Desain KPO
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab Pengawas Operasional :
1. Bertanggung jawab kepada KTT / PTL untuk
K3 semua pekerja tambang yang menjadi
BAWAHANnya,
2. Bertanggung-jawab atas keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan dari semua
ORANG YANG DITUGASKAN KEPADANYA,
3. Melaksanakan INSPEKSI, PEMERIKSAAN &
PENGUJIAN
4. Membuat dan menandatangani LAPORAN
pemeriksaan, inspeksi dan pengujian.
Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan (SMKP) MINERBA
SISTEM
MANAJEMEN
PERUSAHAAN
MANAJEMEN
HR
MANAJEMEN
KEUANGAN
MANAJEMEN
RISIKO
MANAJEMEN
PERALATAN
MANAJEMEN
LINGKUNGAN
MANAJEMEN
K3 - SMKP
1. Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2018 : Pasal
18 (1)
2. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran IV)
3. KepDirJen Minerba No.
185.K/37.04/DJB/2019
(Lampiran II)
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)
MINERBA
WAJIB Implementasi SMKP, pemegang :
• IUP / IUPK Eksplorasi,
• IUP Operasi Produksi,
• IUP Operasi Produksi Khusus,
untuk pengelolaan dan / atau permurnian
(Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1))
SISTEM
MANAJEMEN
PERUSAHAAN
MANAJEMEN
HR
MANAJEMEN
KEUANGAN
MANAJEMEN
RISIKO
MANAJEMEN
PERALATAN
MANAJEMEN
LINGKUNGAN
MANAJEMEN
K3 - SMKP
KepDirJen Minerba No: 185.K/37.04/DJB/2019
Lampiran II : Petunjuk Teknis Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan
SMKP Minerba
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)
MINERBA
ELEMEN System :
1. Kebijakan,
2. Perencanaan,
3. Organisasi & Personel,
4. Implementasi,
5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut,
6. Dokumentasi,
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
Manajemen Risiko, Program K3,
Manajemen Keadaan Darurat,
Sanitasi & Hygiene, Gizi Kerja,
Ergonomi, Kebijakan K3,
Perencanaan, Organisasi &
Personil, Implementasi, Evaluasi &
Tndak lanjut, dll.
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
 Sistem & pelaksanaan perawatan
sarana, prasarana, instalasi &
peralatan
 Kelayakan sarana, prasarana,
instalasi & peralatan
 Pengamanan instalasi
 Kompetensi tenaga teknik
 Evaluasi laporan hasil kajian
teknis
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
K3
KO
PEKERJA selamat &
sehat melaui upaya
PENGELOLAAN K3
& SMKP
OPERASIONAL TAMBANG
yg aman, efisien & produksi
melalui PENGELOLAAN
SISTEM & PELAKSANAAN
PEMELIHARAAN
Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan (SMKP) MINERBA
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)
MINERBA
Audit System :
 Audit Internal, minimum 1 kali / tahun
 KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit
Eksternal, jika / untuk :
 Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK, atau
bencana
 Kepentingan penilaian kinerja K3
Contoh Laporan SMKP Minerba
• 2. Laporan Akhir
PELAPORAN BERKALA ASPEK
KESELAMATAN KERJA
PERTAMBANGAN
• BULANAN (paling lambat 5 hari kalender dari akhir bulan) :
– Pemberitahuan kecelakaan kepada KaIT,
– Pemberitahuan kejadian berbahaya kepada KaIT
• TRIWULANAN (paling lambat 30 hari kalender dari akhir triwulan)
:
– Daftar kecelakaan tambang
– Daftar jumlah tenaga kerja,
– Daftar jumlah jam kerja,
– Daftar kekerapan (FR) & keparahan kecelakaan (SR) tambang,
– Perhitungan biaya kecelakaan tambang
– Rekapitulasi kejadian berbahaya,
– Daftar persediaan & pemakaian handak,
– Daftar persediaan & pemakaian BBC,
– Laporan persediaan & pemakaian B3,
– Rencana & realisasi program & biaya KP.
PELAPORAN BERKALA ASPEK
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
• TAHUNAN (paling lambat 30 hari kalender setelah
triwulan ke-IV) :
– Data kompetensi tenaga kerja,
– Laporan Audit Internal SMKP
PELAPORAN KHUSUS ASPEK
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
• Disusun & disampaikan sesaat setelah kejadian /
kondisi tertentu.
• Terdiri :
– Laporan pemberitahuan awal kecelakaan,
– Laporan pemberitahuan awal kejadian berbahaya,
– Audit Eksternal SMKP Minerba (14 hari kerja setelah audit
selesai).
Modul – 2 :
Tugas dan
Tanggung Jawab
Keselamatan
Pertambangan
SASARAN :
• Memahami tugas & tanggung jawab
(khususnya di bidang K3),
• Mampu menyusun target untuk
pemenuhan tugas & tanggung jawab,
• Mampu menyusun rencana kerja untuk
mencapai target.
Responsibility – Tanggung Jawab
KEWAJIBAN yang harus dijalankan oleh seseorang terkait dengan tugas
dan jabatannya dan berTANGGUNG-JAWAB terhadap atasannya.
Tanggung jawab biasanya dijelaskan di dalam dokumen job description.
Accountability – Tanggung Gugat
KEWAJIBAN YANG TERINCI & TERUKUR yang harus dilaksanakan oleh
seseorang sesuai tugas & jabatannya; & terdapat konsekuensi terhadap
pelaksaanaan kewajiban tersebut.
Dalam praktiknya, tanggung gugat seseorang dituangkan dalam bentuk
target & rencana kerja (program).
Fungsi Standar Kinerja / Target /
KPI :
 Menjadi tujuan / sasaran upaya karyawan
atau manajemen.
Jikalau standar telah terpenuhi, karyawan akan
merasakan adanya pencapaian dan penyelesaian.
 Kriteria pengukuran keberhasilan sebuah
target / tujuan.
Tanpa adanya standar, tidak ada sistem
pengendalian yang dapat mengevaluasi kinerja
karyawan. Beberapa diantaranya dapat menjadi
Persyaratan dalam Standar Kinerja
/ Target / KPI :
 Harus relevan dengan individu dan
organisasi,
 Harus stabil dan handal,
 Harus dijabarkan dalam angka,
 Harus mudah diukur,
 Harus dipahami oleh karyawan dan
penyelia,
 Harus memberikan interprestasi yang
tidak bias.
 Lagging Indicators (Downstream),
fokus pada hasil akhir (Incidents,
PAK).
Biasa disebut Objectives / Target.
 Leading Indicators (Upstream),
fokus pada program untuk
mencapai hasil akhir.
Standar Kinerja K3 :
KESELAMATAN KERJA KESEHATAN KERJA
1. ZERO FATALITY
2. LTI Frequency / Severity
Rate
3. Property Damage FR / Cost
4. RWDC (Restricted Work Day
Case)
5. MTC (Medical Treatment
Case)
6. FAC (First Aid Case)
7. Nearmiss
8. Kejadian Berbahaya
1. Rasio Kelayakan Kerja (%)
2. Crude Morbidity Rate (CMR -
%)
3. Morbidity Frequency Rate
(MFR)
4. Spell Severity Rate (SSR)
5. Absence Severity Rate (ASR)
6. PAK Frequency Rate (PAK FR)
CONTOH LAGGING INDICATORS:
Lost Time Injury (LTI)
Semua cidera akibat kecelakaan tambang yang
mengakibatkan korban tidak mampu melakukan
tugas semula pada gilir kerja berikutnya
berdasarkan keterangan dokter yang telah
ditunjuk oleh perusahaan.
Kerusakan Harta Benda / Property Damage
Insiden yang mengakibatkan kerugian/kerusakan
Fatality
Setiap cedera yg mengakibatkan kematian yg
terjadi saat pekerja melaksanakan peran dan
tanggung jawabnya atau akibat dari
pekerjaannya.
Restricted Work Duty Injury (RWDI)
Kecelakaan yang mengakibatkan karyawan harus dirawat atau
mendapatkan perlakuan medik serius/berat dan dapat kembali
bekerja tetapi tidak mampu mengerjakan semua tugas-tugasnya
secara normal sesuai dengan deskripsi kerja atau karyawan
tersebut diberikan tugas lain sementara waktu karena
kecederaan/penyakitnya tersebut atau bekerja secara permanen
kurang dari waktu penuh.
Medical Treatment Case (MTC)
Kecelakaan yang menyebabkan korban harus dirawat atau
mendapatkan perlakuan medik lain di luar pertolongan pertama
(P3K) dan dapat kembali bekerja seperti semula.
First Aid Case (FAC)
Insiden yang mengakibatkan cidera pada korban korban hanya
mendapatkan bantuan first aid (P3K) saja dan langsung dapat
LTI Frequency Rate (LTIFR) = Jml Cedera Berakibat LTI & Fatality
x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Karyawan
LTI Severity Rate (LTISR) = Jumlah Hari Hilang Akibat LTI & Fatality
x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Karyawan
Contoh :
PT ABC pada periode Januari – Juli 2019 terjadi 10 kecelakaan. Dari kecelakaan-kecelakaan tersebut,
menyebabkan 5 orang mengalami cedera. Dan dari 5 orang yang cedera, 3 di antaranya harus absen bekerja
(kehilangan hari kerja).
Korban A harus absen selama 10 hari, korban B absen selama 15 hari, dan korban C kehilangan hari kerja
selama 5 hari. Korban D & E dapat kembali bekerja pada hari berikutnya setelah kecelakaan.
Dari catatan HRD Dept, untuk periode yang sama di PT ABC akumulasi jam kerja seluruh karyawan adalah
500.000 jam kerja karyawan.
Hitung berapa LTIFR & LTISR untuk PT ABC untuk periode Januari – Juli 2019.
LTIFR = 3 x 1.000.000 = 6
500.000
(setiap 1 juta jam kerja karyawan, PT ABC terjadi 6
karyawan yg mengalami LTI)
LTISR = 30 x 1.000.000 = 60
500.000
(setiap 1 juta jam kerja karyawan, PT ABC mengalami
kehilangan sebanyak 60 hari kerja karyawan )
STANDAR KINERJA
KESEHATAN KERJA
RUMUS / FORMULA
Rasio Kelayakan Kerja (RKK) (Jumlah pekerja layak kerja / Total Pekerja) x 100%
Crude Morbidity Rate (CMR) (Jumlah pekerja sakit / Total Pekerja) x 100%
Morbidity Frequency Rate (MFR) (Jumlah pekerja sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Spell Severity Rate (SSR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Jumlah Spell) x 1.000.000
Absence Severity Rate (ASR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Penyakit Akibat Kerja Frequency
Rate (PAKFR)
(Jumlah Kasus PAK / Jumlah Tenaga Kerja) x 1.000.000
 Implementasi program kerja – 100%,
 Pelaksanaan inspeksi / observasi – 4 kali per
minggu,
 Pelaksanaan pertemuan K3 – 7 kali per minggu,
 Pelaksanaan pelatihan K3 – 100% sesuai jadwal,
 Tindak lanjut temuan inspeksi / investigasi, dll –
100%,
 Kepatuhan terhadap prosedur – 100%,
 Dan lain – lain.
CONTOH LEADING INDICATORS
(PROGRAM KERJA) :
TANGGUNG
JAWAB
(Responsibility
)
TANGGUNG GUGAT (Accountability)
LAGGING INDICATORS
(TARGET)
LEADING INDICATOR (PROGRAM)
Menurunkan /
mencegah
kecelakaan
kerja
1. Lost Time Injury
Freq. Rate
(LTIFR)
< 0,5 1. Melakukan safety talk
secara terjadwal.
2. Melakukan inspeksi K3
sesuai prosedur.
3. Melakukan observasi tugas
sesuai prosedur.
1 kali /
minggu
1 kali /
minggu
4 kali /
minggu
Contoh : Tanggung Jawab, Tanggung Gugat, &
Kinerja K3
TUGAS / PRAKTIK :
• Sebutkan LAGGING INDICATORS
yang digunakan sebagai
OBJECTIVES / TARGET K3 di
perusahaan.
• Jelaskan PENGERTIAN dari setiap
lagging indicators tersebut.
60
Modul – 5 :
Manajemen Risiko /
Identifikasi Bahaya &
Penilaian Risiko (IBPR)
SASARAN :
• Mampu mengidentifikasi bahaya,
• Mampu menilai risiko dari suatu
bahaya.
• Mampu menyusun tindakan kontrol /
pengendalian yang efektif.
BAHAYA / HAZARD
Adalah sumber / situasi yang memiliki potensi /
dapat menyebabkan cedera atau sakit pada manusia,
kerusakan peralatan dan pencemaran lingkungan atau
kombinasinya.
RISIKO / RISK (R)
Adalah kombinasi kemungkinan & konsekuensi dari kejadian
berbahaya (beberapa bahaya) yang terjadi,
atau
perkalian antara kemungkinan / likelihood (L) & konsekuensi
/ severity (S).
MANAJEMEN RISIKO
Adalah proses mengidentifikasi & menentukan
prioritas untuk meminimalkan dan mengendalikan
konsekuensi risikonya, sehingga dapat mencegah
kecelakaan.
Adalah proses mengidentifikasi sumber-
sumber bahaya, penilaian risiko, dan
tindakan untuk menghilangkan serta
mengurangi risiko secara terus menerus.
TUJUAN MANAJEMEN RISIKO :
• Alat / tools untuk mencegah
kecelakaan & mencapai target K3
(lagging indicators),
• Mengelola risiko yang dapat
menyebabkan kerugian akibat
kecelakaan (uncertaintly),
• Mengambil tindakan yang tepat &
efektif atas risiko yang
APA MANFAAT DARI
MANAJEMEN RISIKO?
• Mengidentifikasi & mengendalikan risiko K3
pada semua aktivitas / proses,
• Sebagai dasar menyusun perencanaan /
strategi K3,
• “Kunci” dari pencegahan kecelakaan,
• Mengurangi biaya / kerugian,
• Meningkatkan efisiensi & kinerja K3
• Meningkatkan “Accountability”
• Sebagai dasar untuk Perbaikan
Berkelanjutan.
DIMANA & KAPAN MANAJEMEN
RISIKO DILAKUKAN?
• Dilakukan terhadap semua aktivitas di semua
area kerja perusahaan,
• Pada Awal Proyek,
• Untuk Pekerjaan Baru,
• Ditinjau ulang secara berkala,
• Jika ada masukan dari Pemerintah (buku
tambang, audit, inspeksi, hasil investigasi
kecelakaan serius),
• Jika ada modifikasi desain kerja, proses
kerja, atau modifikasi peralatan.
Tahapan Manajemen Risiko :
1. Komunikasi & Konsultasi,
2. Penetapan Konteks,
3. Identifikasi Bahaya,
4. Penilaian / Analisa Risiko,
5. Pengendalian / Pengelolaan Risiko,
6. Pemantauan & Peninjauan.
Mengidenfitikasi Bahaya :
1. OBSERVASI, pengamantan keliling / perilaku /
cara kerja.
2. INSPEKSI, pemeriksaan menggunakan checklist
/ daftar periksa.
3. KONSULTASI / DISKUSI, dengan para ahli.
4. STUDY DOCUMENTS : JSA, SOP, WI, MSDS,
Laporan Investigasi, Statistik Kecelakaan
Mengidentifikasi Bahaya
Bahaya Contoh
Kimia Debu Silika, Fiber Asbes, Asap / Gas / Uap Beracun
Fisik
Kebisingan, Getaran tinggi, Pencahayaan (kurang /
berlebih), Radiasi UV, Temperatur (rendah / tinggi)
Biologis
Mikro Biologi (Bakteri, Virus, Jamur), Makro Biologi
(Tumbuhan & Binatang)
Mekanis Titik Operasi, Titik Jepit, Gerak Mesin
Lingkungan Sekitar Licin, Permukaan Tidak Rata
Psikososial Intimidasi, Trauma, Pola shift kerja
Tingkah Laku Kurang Keahlian, Ketidak-patuhan
Kelistrikan Peralatan, Instalasi
TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber /
situasi & potensinya) UTAMA di area
kerja Anda.
75
Rumus Nilai /
Tingkat
Risiko
Menilai Risiko
Penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi bahaya untuk
menentukan LEVEL RISIKO, serta apakah dapat diterima (acceptable /
tolerable) / tidak (unacceptable / untolerable).
Risiko = (F x P) x
S
Frequency / Keseringan (F)
Keseringan terjadinya kejadian berbahaya / terpapar bahaya / aspek.
Probability / Peluang (P)
Peluang terjadinya insiden / dampak / penyakit / pencemaran
yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya / paparan bahaya
/ aspek.
Severity / Keparahan (S)
Keparahan dari cidera / penyakit / kerusakan harta benda /
dampak lingkungan yang disebabkan oleh suatu kejadian
berbahaya / paparan bahaya / aspek.
Menilai Risiko
Rumus Nilai /
Tingkat
Risiko
Menilai Risiko
Risiko = (F x P) x
S
Menilai Risiko
POTENSI
INSIDEN
PROBABILITY
(P)
FREQUENCY
(F)
SEVERITY
(S)
NILAI &
LEVEL RISIKO
TINDAKAN PENGENDALIAN
Pekerja
terjatuh
dari
ketinggian
(10m)
Besar
kemungkinan
terjadi
4 Berkali-
kali dalam
sehari
5 Fatality 30 4 x 5 x 30 =
600
(> 226)
VERY
HIGH
(Risiko Tidak
Dpt Diterima)
TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber /
situasi & potensinya) UTAMA di area
kerja Anda.
82
Berapa NILAI
RISIKO dari bahaya
ini??
VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3
PRIMARY CONTROL
METHODS :
ENGINEERING
ELIMINATION
SUBTITUTION
ISOLATION
ELIMINATION
SUBTITUTION
ENGINERING
SECONDARY CONTROL
METHODS :
ADMINISTRATIVE
ADMINISTRATIVE
TRAINING
ADMINISTRATIVE
TERTIARY CONTROL
METHODS : WORK
PRACTICE
PERSONAL
PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL
PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL
PROTECTIVE
EQUIPMENT
HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO
TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
POTENSI
INSIDEN
PROBABILITY
(P)
FREQUENCY
(F)
SEVERITY
(S)
NILAI &
LEVEL RISIKO
TINDAKAN PENGENDALIAN
Pekerja
terjatuh
dari
ketinggian
(10m)
Besar
kemungkinan
terjadi
4 Berkali-
kali dalam
sehari
5 Fatality 30 4 x 5 x 30 =
600
(> 226)
VERY
HIGH
(Risiko Tidak
Dpt Diterima)
1.Menghentikan pekerjaan (Rekayasa -
Eliminasi).
2.Memasang / mengganti scaffolding
(Rekayasa - Subtitusi)
3.Memilih pekerja yg telah
mendapatkan pelatihan WAH
(Administrative)
4.Menyusun & implementasi JSA
(Work Practice)
5.Pelatihan WAH utk semua pekerja
konstruksi (Work Practice)
6.Melengkapi pekerja dg harness
(PPE).
TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber /
situasi & potensinya) UTAMA di area
kerja Anda.
Berapa NILAI
RISIKO dari
bahaya ini??
Rumuskan
TINDAKAN
PENGENDALIAN
untuk menurunkan
nilai risiko.
Pemantauan & Peninjauan
Dokumen manajemen risiko (dokumen
IBPR) direview / direvisi secara berkala,
atau jika terjadi :
87
1. Kecelakaan,
2. Kejadian berbahaya,
3. Kejadian akibat penyakit tenaga
kerja,
4. Penyakit akibat kerja,
5. Perubahan peralatan / instalasi /
proses / kegiatan baru.
LATIHAN : 1. Apa potensi
insiden dari bahaya
ini?
2. Tentukan nilai dari
Frekwensi,
Probability, & Severity
dari bahaya ini.
3. Tentukan level
Risiko dari bahaya
ini.
4. Rumuskan apa saja
Tindakan
Pengendalian untuk
menurunkan risiko
dari bahaya ini.
LATIHAN : 1. Apa potensi
insiden dari bahaya
ini?
2. Tentukan nilai dari
Frekwensi,
Probability, & Severity
dari bahaya ini.
3. Tentukan level
Risiko dari bahaya
ini.
4. Rumuskan apa saja
Tindakan
Pengendalian untuk
menurunkan risiko
dari bahaya ini.
Modul – 7 :
INSPEKSI
Keselamatan
Pertambangan
SASARAN :
• Mampu membuat jadwal / rencana inspeksi.
• Mampu melakukan inspeksi K3L secara
efektif.
• Dapat menyusun laporan inspeksi K3L.
Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk
menemukan potensi insiden / bahaya untuk
mencegah terjadinya kerugian maupun
kecelakaan di tempat kerja dalam penerapan K3.
Inspeksi adalah sistem yang baik untuk
menemukan suatu masalah dan menaksir jumlah
risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain
yang dapat muncul.
(Bird, Frank E, and George L. Germain, 1990)
TUJUAN INSPEKSI
 Menjamin tercapainya efisiensi dalam
produksi,
 Menentukan estimasi kapan peralatan akan di
reparasi atau di overhaul,
 Mengurangi tingkat kerusakan, meningkatkan
availability & utility dari suatu mesin /
peralatan,
 Identifikasi kondisi tidak aman & tindakan
tidak aman,
 Menentukan penyebab dasar & melakukan
perbaikan atas temuan,
 Mengukur performance kondisi fisik.
Mengapa PENGAWAS Harus
Melakukan Inspeksi K3?
 Dapat melakukan tindakan perbaikan
dg segera untuk mencegah
kecelakaan,
 Kepentingan pribadi,
 Paham terhadap kondisi & perubahan
daerah kerja, serta sifat / tabiat
pekerja,
 Media kontak langsung dg pekerja.
Jenis Inspeksi K3
1. Inspeksi Tidak Terencana (Informal), contoh :
Safety Training Observation Program (STOP),
Hazard Report, dll.
2. Inspeksi Terencana (Formal), terdiri dari :
 Inspeksi UMUM, contoh :
1. Inspeksi Bagian / Tempat / Objek Kritis,
2. Inspeksi Daerah Tidak Aktif,
3. Inspeksi Peralatan Kerja,
4. Tata Griya / Tata Papan / Housekeeping
 Inspeksi PERILAKU (Observasi / Pengamatan),
contoh : Behavior Based Safety (BBS)
JENIS INSPEKSI :
1. Inspeksi Tidak Terencana :
 Inspeksi yang tidak menentu,
 bersifat tidak sistematis dan dangkal,
 Biasanya hanya memeriksa tentang kondisi tak aman
yang membutuhkan perhatian besar namun sering
terlewatkan.
 Contoh : hazard report, sidak (inspeksi mendadak), dll.
2. Inspeksi Terencana, dibagi :
 Inspeksi rutin / umum, : dilakukan secara berkala &
rutin, dengan jadwal yg sudah ditentukan
Contoh : inspeksi umum, inspeksi housekeeping,
inspeksi bagian kritis,
preventive maintenance, pre-use equipment inspection,
dll.
Tahapan INSPEKSI
TERENCANA:
1. PERENCANAAN (menentukan : objek,
jadwal, petugas, metode, biaya),
2. PERSIAPAN (memahami prosedur;
menyiapkan : alat ukur & uji, alat
dokumentasi);
3. PELAKSANAAN,
4. Merumuskan REKOMENDASI & TINDAK
LANJUT,
5. EVALUASI,
6. MENYUSUN & DISTRIBUSI LAPORAN HASIL
1. Perencanaan Inspeksi
• Program inspeksi disusun
berdasarkan penilaian risiko,
• Meliputi, penentuan :
– Obyek inspeksi,
– Jadwal inspeksi (berkala / sewaktu),
– Petugas / penanggung jawab inspeksi,
– Metode inspeksi,
– Biaya inspeksi (jika diperlukan).
PENENTUAN OBYEK INSPEKSI
berdasarkan :
 Catatan / Potensi Kerugian
 Catatan / Pengalaman Perawatan
 Catatan / Potensi Kecelakaan
 Buku petunjuk
 Interview karyawan
100
2. Persiapan Inspeksi
 Menentukan jalur-jalur untuk inspeksi K3,
 Peta inspeksi didasarkan pada denah area kerja,
 Standar, peraturan, atau prosedur kerja yang telah
ditentukan,
 Potensi bahaya terhadap proses kerja, mesin, material,
& peralatan,
 Menentukan alat ukur / alat uji / alat dokumentasi /
APD yang dibutuhkan selama inspeksi,
 Mempelajari data kecelakaan kerja, laporan
pemeliharaan, & laporan inspeksi sebelumnya,
3. Pelaksanaan
Inspeksi
SIKLUS Pengamatan /
Inspeksi :
1. Memutuskan
2. Berhenti
3. Mengamati
4. Bertindak
5. Melaporkan
Pengamatan TOTAL
Pengamatan menyeluruh
menggunakan panca
indra :
 Penglihatan,
 Penciuman,
 Pendengaran,
 Peraba & Perasa
Obyek Pengamatan / Inspeksi
 Reaksi Pekerja
 Posisi Pekerja
 Prosedur Kerja
 Peralatan Kerja
 Housekeeping (Kondisi Fisik Secara
Umum)
 Alat Pelindung Diri
Obyek Pengamatan /
Inspeksi
Reaksi Pekerja :
 Membetulkan APD,
 Merubah Posisi Kerja,
 Menghentikan Pekerjaan,
 Mengganti Alat Kerja.
 Terbentur,
 Tertabrak,
 Terkait,
 Terjepit,
 Terpapar suhu
panas / dingin,
 Terjatuh,
 Tertelan,
 Terserap,
 Tersengat
arus listrik,
 Terhirup.
Posisi Pekerja yang
berpotensi :
 Prosedur sudah dibuat /
ditetapkan?
 Prosedur memadai?
 Prosedur diikuti /
dipertahankan?
Obyek Pengamatan /
Inspeksi
 Alat sesuai dengan
pekerjaan
 Kondisinya alat aman
 Alat dipergunakan
dengan benar
Prosedur Kerja :
Peralatan Kerja
:
Alat Pelindung Diri :
 Pekerja memakai APD
sesuai dengan risiko
yang ada?
 Pekerja memakai APD
dengan benar?
 APD dalam kondisi baik
/ tidak rusak / nyaman
digunakan?
Obyek Pengamatan /
Inspeksi
Tatapapan (Housekeeping) :
 Gang terhalang oleh
barang-barang,
 Penyimpanan perkakas,
 Penampungan kotoran /
sampah,
 Penempatan barang,
 Penataan letak (Lay Out),
 Serpihan atau potongan
material,
TATAGRIYA / TATAPAPAN / HOUSEKEEPING
Adalah program penataan dan kebersihan lingkungan
(kerja) untuk menciptakan lingkungan (tempat kerja) yang
aman dan produktif
1. 2.
4. 3.
5.
RINGKAS
(SEIRI)
RAPI
(SEITON)
RESIK
(SEISO)
RAWAT
(SEIKATSU)
RAJIN
(SHITSUKE)
PRINSIP DASAR–5R/5S :
1. RINGKAS
Pisahkan barang yang diperlukan &
yang tidak diperlukan;
Buang yang tidak perlu & simpan yang
perlu sesuai tingkat kepentingannya
2. RAPI
Setiap alat/barang yang ada
ditempat kerja harus ada
tempatnya; Alat/barang yang tidak
digunakan harus diletakan pada
tempatnya
3. RESIK/BERSIH
Selalu bersihkan lingkungan, alat
dan peralatan kerja yang ada
ditempat kerja;
Membersihkan berarti memeriksa
dan menjaga
5. RAJIN/DISIPLIN
Lakukan apa yang harus dilakukan dan
jangan lakukan apa yang dilarang
secara terus-menerus (membiasakan)
4. RAWAT
Merawat atau memelihara prinsip
Ringkas, Rapi, Resik secara
berkesinambungan (standarisasi)
 Alat Pemanjat/Tangga,
 Perkakas Tangan,
 Material Handling,
 Gang (Walk Way),
 Gudang/Penyimpanan,
 Label & Kunci,
 Sisa Bahan/Material.
Kondisi Fisik Secara Umum :
 Pemindah Energi Mekanik,
 Pelindung Mesin,
 Pemasangan Listrik,
 Tabung Gas Bertekanan,
 Bahan Mudah Menyala,
 Jalan Keluar,
Obyek Pengamatan /
Inspeksi
• Corrective / Immediately Action
– Bersifat segera / di lokasi temuan,
– Tidak perlu mengetahui penyebab
dasar,
– Bersifat perbaikan sementara,
– Mencegah kecelakaan secara parsial.
• Preventive Action
– Dirumuskan berdasarkan penyebab
dasar,
4.Merumuskan Rekomendasi & Tindak
Lanjut (Corrective & Preventive Action)
Kondisi / Peralatan Tidak Aman :
• Lakukan tindakan perbaikan sementara (isolasi,
barikade, dll).
• Mengambil dokumentasi (photo, lay-out, dll).
• Diskusi dengan pekerja untuk mencari akar
masalah,
• Minta masukan dari pekerja tindakan
pengendalian apa saja yang harus dilakukan,
• Menentukan tindakan pengendalian yang tepat.
4.Merumuskan Rekomendasi & Tindak
Lanjut (Corrective & Preventive Action)
Tindakan Tidak Aman :
• Stop kegiatan pekerja yang diamati,
• Masuk dalam proses diskusi,
• Hormat & bersahabat,
• Dapatkan kesepakatan untuk merubah perilaku
tidak aman, & mempertahankan perilaku aman
pekerja.
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
• Catat semua temuan (kondisi & tindakan
tidak aman) dan tindakan pengendalian yang
telah ditentukan ke dalam formulir standar,
• Memastikan setiap tahapan inspeksi telah
dilakukan
5. Evaluasi Inspeksi
• Menentukan penanggung–jawab tindakan
perbaikan & batas waktu pelaksanaannya,
• Mendistribusikan laporan inspeksi ke semua
penanggung–jawab tindakan perbaikan,
• Memonitor & melakukan verifikasi tindak–
lanjut dari tindakan pengendalian,
• Mendokumentasikan laporan hasil inspeksi,
• Mensosialisasikan kepada seluruh pekerja
sebagai bentuk edukasi.
6. Menyusun & Distribusi Laporan Hasil
Inspeksi
TUGAS / PRAKTIK :
• Imajinasikan Anda sedang melakukan
inspeksi di area gudang / warehouse.
116
Ini adalah 4 temuan dari inspeksi yg
dilakukan.
TUGAS :
Buatlah
laporan hasil
inspeksi ini
menggunakan
formulir
check-list &
rekomendasi
tindakan
perbaikan ini.
118
Modul – 3 :
Pertemuan
Keselamatan
Pertambangan
SASARAN :
• Mampu menyiapkan & melaksanakan
pertemuan keselamatan pertambangan
yang efektif.
Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi juga berarti hubungan atau kontak.
Mengomunikasikan adalah mengirim
pesan lewat saluran komunikasi atau
menyebarkan pesan melalui saluran
komunikasi.
MANAJEMEN KOMUNIKASI
Proses timbal balik untuk memberi, membujuk
dan memberikan perintah dari suatu informasi
kepada orang lain serta merupakan tuntutan
untuk menjembatani teoritisi komunikasi dan
praktisi komunikasi
Proses penggunaan berbagai sumber daya
komunikasi secara terpadu melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Parag Diwan).
 Sebagai alat untuk menyamakan pengertian semua
anggota,
 Sebagai alat untuk menggerakkan orang lain sesuai
dengan informasi yang diberikan,
 Sebagai kendali perilaku anggota melalui informasi
seperti tata tertib atau peraturan anggota,
 Sebagai motivasi bagi anggota agar bekerja sesuai
dengan standar perusahaan,
 Sebagai bentuk pengungkapan emosional anggota,
 Sebagai alat penyampaian informasi dan
menentukan alternatif sebagai langkah pengambilan
FUNGSI MANAJEMEN
KOMUNIKASI :
 Sebagai sarana untuk berinteraksi dengan baik
sehingga bisa memahami dan mengerti cara
berkomunikasi dengan pihak lain,
 Mengembangkan interaksi yang professional,
 Membentuk keinginan yang baik (goodwill),
 Saling menghargai (mutual appreciation),
 Rasa toleransi (tolerance),
 Saling bekerjasama (mutual understanding),
 Memperoleh opini yang menguntungkan, baik
dalam hubungan internal maupun eksternal
TUJUAN MANAJEMEN
KOMUNIKASI :
Komunikasi Formal
Komunikasi antara atasan & bawahan yang
membutuhkan pengaturan khusus (digunakan pada
jalur formal), memiliki wewenang & tanggung
jawab.
Komunikasi Non-Formal
Komunikasi yang tidak membutuhkan pengaturan
khusus & biasanya terjadi secara spontan.
JENIS KOMUNIKASI :
Komunikasi Vertikal
Hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan melalui
suatu etika komunikasi dalam menjalankan fungsi
manajemen, bisa dari atas ke bawah (downward
communication) atau dari bawah ke atas (upward
communication).
Komunikasi Horizontal
Komunikasi antar karyawan atau antar pimpinan dalam
suatu organisasi atau perusahaan (arus komunikasi yang
berada di satu level dalam organisasi).
Komunikasi Eksternal
Komunikasi antara perusahaan dengan perusahaan atau
organisasi lain yang terjalin di luar perusahaan.
JENIS KOMUNIKASI DALAM
MANAJEMEN :
JENIS PERTEMUAN K3 / SAFETY MEETING :
Safety Committee Meeting / Rapat Komite K3
Rapat formal interaktif wakil manajemen & pekerja
untuk membahas : pengembangan strategi,
melakukan pemeriksaan, evaluasi, & memberikan
masukan / solusi pemecahan permasalahan K3.
Toolbox Meeting / Pre-Start Safety Briefing /
Tailgate Meeting
Dilakukan pada awal shift, lokasinya dinamis (tidak tetap),
membicarakan & merencanakan pekerjaan yang akan
dilakukan, serta menentukan kontrol bahayanya.
Safety Talk / Weekly Safety Talk
Sekali seminggu dengan waktu lebih lama, & topik safety
yang lebih terencana.
Komite Keselamatan
Pertambangan
Pemegang IUP, IUPK, IPR, & IUJP membentuk &
menetapkan Komite Keselamatan Pertambangan.
Penetapan Komite KP oleh KTT, PTL, atau PJO.
Struktur Komite Keselamatan
Pertambangan
a) Ketua : KTT / PTL / PJO;
b) Wakil Ketua;
c) Sekretaris : Kepala Dept K3;
d) Anggota : Perwakilan Manajemen, Perwakilan
Pekerja.
Tugas & Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan
a) mengidentifikasi, menetapkan, &
mengesahkan tujuan, sasaran, &
program Keselamatan Pertambangan;
b) Memastikan pelaksanaan &
perkembangan tujuan, sasaran, dan
program Keselamatan Pertambangan;
c) memastikan diterbitkannya kebijakan,
standar, & prosedur Keselamatan
Pertambangan;
Tugas dan Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan
d) memastikan terselenggaranya audit
Keselamatan Pertambangan secara berkala;
e) memastikan terlaksananya tinjauan manajemen
terhadap penerapan SMKP paling sedikit 1(satu)
kali;
f) membahas masalah-masalah &
membuat program pencegahan
kecelakaan / PAK / kondisi berbahaya;
Manfaat PERTEMUAN K3 :
 Meningkatkan kemampuan,
pemahaman, & kesadaran K3
pekerja,
 Identifikasi & analisis masalah K3,
 Membangun penyelesaian
masalah K3,
 Meningkatkan program K3,
 Mempermudah diterimanya
kebijakan, peraturan & prosedur
K3,
 Memperbaiki kualitas /
kompetensi pekerja.
PERAN PENGAWAS dalam Pertemuan K3
(Pre-Start Meeting / Safety Talk) :
1. Mempersiapkan pertemuan :
 Apa topiknya
 Kapan pelaksanaannya
 Siapa pembicara
 Tempat pertemuan
 Alat bantu bila diperlukan
2. Memimpin & memastikan terlaksananya pertemuan
sesuai jadwal,
3. Mencatat kehadiran & masukan yang disampaikan,
4. Menindak lanjuti masukan tersebut.
Menentukan TOPIK BAHASAN :
 Topik K3 yang paling dikuasai,
 Masalah K3 yang actual / trend,
 Hasil rapat safety komite terbaru,
 Kasus kecelakaan yang baru terjadi : kronologis,
penyebab & rekomendasi hasil investigasi,
 Kebijakan, peraturan atau prosedur K3 terbaru,
 Tindak lanjut dari hasil hasil pertemuan K3
sebelumnya.
METODE PERTEMUAN :
 Metoda Ceramah
 Metoda Ceramah & Diskusi
 Metoda Diskusi Tanya
Jawab
 Metoda Diskusi Pro &
Kontra
 Metoda Diskusi Kelompok
Pembukaan (x menit)
Penyampaian Topik
Bahasan :
1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit)
Diskusi / Tanya Jawab (x
menit)
Kesimpulan (x menit)
Penutup (x menit)
CERAMAH & DISKUSI
Pembukaan (x menit)
Pembagian Kelompok Diskusi (x
menit)
Diskusi kelompok Pro & Diskusi
Kelompok Kontra (x menit)
Pembahasan hasil diskusi (x
menit)
Kesimpulan (x menit)
Pembukaan (x
menit)
Penyampaian
Topik Bahasan :
1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit)
Kesimpulan (x
menit)
Penutup (x menit)
Pembukaan (x menit)
Diskusi Tanya-Jawab
Topik Bahasan :
1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit)
Kesimpulan (x menit)
Penutup (x menit)
Pembukaan (x menit)
Pembagian Kelompok Diskusi (x
menit)
Diskusi per kelompok (x
menit)
Pembahasan hasil diskusi (x
menit)
Kesimpulan (x menit)
AGENDA PERTEMUAN K3:
CERAMAH DISKUSI TANYA JAWAB
DISKUSI PRO &
KONTRA
DISKUSI KELOMPOK KECIL
PENGELOLAAN
LINGKUNGAN PERTAMBANGAN
Modul – 6 :
137
SASARAN :
• Memahami aspek & peraturan
lingkungan yang terkait dengan
aktifitas / operasional masing-
masing.
KARAKTERISTIK KEGIATAN PERTAMBANGAN :
 Berada di bawah tanah,
 Keterdapatan di muka bumi tidak dapat memilih
tempat,
 Sumberdaya tak terbarukan (non-renewable),
 Dapat difungsikan sebagai penggerak pembangunan,
 Padat modal & teknologi,
 Risiko finansial sangat besar,
 Tahapan harus dilalui :
1. Penyelidikan Umum,
2. Eksplorasi & Study Kelayakan,
3. Konstruksi,
4. Eksploitasi (penambangan, pengolahan / pemurnian,
hauling, penjualan)
Peraturan Lingkungan Pertambangan :
 UU Nomor 32 Tahun 2009 : Perlindungan & Pengelolaan
Lingkungan Hidup
 PP Nomor 27 Tahun 1999 : AMDAL
 PP Nomor 27 Tahun 2012 : Izin Lingkungan
 PP Nomor 82 Tahun 2001 : Pengendalian Pencemaran Air
 PP Nomor 78 Tahun 2010 : Reklamasi & Pasca Tambang
 PP Nomor 27 Tahun 2020 : Pengelolaan Sampah Spesifik
 PerMen ESDM No. 07/2014 : Reklamasi & Pasca Tambang
Minerba
 Kep MPE 1211.K Tahun 1995 : Pencegahan & Penanggulangan
Perusakan & Pencemaran
Lingkungan pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Umum
 SE Dirjen Nomor 693.K/1996 : Pengendalian Erosi
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan
(Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018,
Lampiran V)
Adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari kegiatan pertambangan.
Dibagi menjadi :
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Eksplorasi,
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Konstruksi,
3. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Penambangan,
4. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Pengangkutan,
5. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pengolahan dan / atau Pemurnian,
6. Pemantauan Lingkungan Hidup,
7. Penanggulangan Pencemaran dan / atau Perusakan Lingkungan Hidup,
8. Sistem Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup Pertambangan,
9. Penghargaan Pengeloaan Lingkungan Hidup Pertambangan
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada JALAN
AKSES :
• Pembuatan saluran drainase di pinggir jalan
yang dialirkan ke kolam pengendap,
• Melaksanakan pemeliharaan terhadap jalan
akses, drainase, & kolam pengendap,
• Pembuatan jalan akses sesuai dg rencana
kerja tahunan.
• Pembuatan dasar lantai yang kedap fluida,
• Melengkapi dg kolam perangkap limbah
hidrokarbon / oil trap (yaitu : sistem
perangkap untuk memisahkan limbah
hidrokarbon dengan air, sehingga limbah
hidrokarbon tidak terlepas ke lingkungan),
• Atap dilengkapi dg talang air yang
mengarahkan air hujan ke drainase,
• Fasilitas pencucian kendaraan yang
dilengkapi dg kolam pengendap & kolam
perangkap limbah hidrokarbon.
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
BENGKEL :
• Stasiun pengisian dilengkapi atas penahan
air hujan, lantai kedap fluida, tanggul
pengaman, drainase, & fasilitas perangkap
hidrokarbon,
• Unit fuel truck dilengkapi dg peralatan
pencegah tumpahan dan / atau ceceran
bahan bakar (spill kit)
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
Fasilitas PENGISIAN BAHAN BAKAR
CAIR :
• Saluran drainase,
• Sarana perangkap
hidrokarbon,
• Sarana penampungan
limbah B3.
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
GENERATOR LISTRIK :
• Akses / jalan yang terpelihara dg baik,
• Alat utk menghentikan aliran air di titik
keluar menuju perairan umum
• Sarana pengukur debit air,
• Papan informasi hasil pemantauan kualitas
air limbah.
Fasilitas Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada KOLAM PENGENDAPAN :
Pengelolaan AIR LARIAN (RUN – OFF WATER)
Permukaan & Air Tambang
• Mengalirkannya melalui saluran drainase
menuju ke kolam pengendapan,
• Sebelum dilepas ke perairan umum wajib
memenuhi baku mutu lingkungan,
• Mengalirkan air larian permukaan dari lahan
sekitar tambang melalui saluran pengalih /
pengelak (sehingga tidak masuk ke tambang).
• Penyiraman jalan secara rutin,
• Penghijauan,
• Pembatasan kecepatan kendaraan,
• Penyemprotan debu pada conveyor,
• Melengkapi conveyor dg atap & sistem pembersih
return belts.
Fasilitas Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada Kegiatan Pengangkutan :
Kegiatan Reklamasi :
1. Penatagunaan Lahan:
 Penataan lahan
 Penimbunan kembali lahan bekas tambang
 Penebaran tanah zona perakaran
 Pengendalian erosi & pengelolaan air
2. Revegetasi:
 Penanaman (cover crops, fast growing species,
tanaman lokal)
3. Penyelesaian Akhir:
 Pemeliharaan vegetasi (pemupukan,
pengendalian gulma, hama & penyakit,
penyulaman, Penutupan tajuk vegetasi)
Kegiatan Pascatambang :
1. Pembongkaran / Decommissioning :
bekas tambang, fasilitas pengolahan /
pemurnian, fasilitas penunjang
lainnya.
2. Remediasi / pemulihan tanah
terkontaminasi & reklamasi.
3. Pengembangan Sosekbud,
4. Pemeliharaan & Pemantauan.
PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN (4
R) :
 Reduce (kurangi limbah yang dihasilkan),
 Reuse (pakai kembali limbah yang dihasilkan),
 Recycle (daur ulang atau proses kembali limbah
yang dihasilkan, menjadi material yang
bermanfaat),
 Recovery (ambil material yang masih berguna
dari limbah yang dihasilkan).
FASILITAS PENGOLAHAN LIMBAH
Tailing Pond :
Adalah kolam penampungan limbah
cair dari proses pengolahan bahan
tambang yang sudah tidak bernilai
ekonomis & mengandung LOGAM
BERAT, seperti : Arsenic, Barite,
Calcite, Fluorite, Radioactive materials,
Mercury, Sulfur, Cadmium.
Settling / Sediment Pond :
Adalah kolam penampungan cairan
buangan untuk MENGENDAPKAN
PARTIKEL–PARTIKEL yang bercampur
dengan air untuk mengendalikan
polusi air sebelum dilepas ke drainase
TUGAS / PRAKTIK :
• Sebutkan persyaratan lingkungan
bangunan / fasilitas yang ada di area
tanggung jawab Anda.
• Sebutkan jenis – jenis limbah yang
dihasilkan oleh operasional di area kerja
Anda, & jelaskan prosedur
pengelolaannya.
153
Modul – 4 :
INVESTIGASI INSIDEN
SASARAN :
• Memahami proses penyelidikan kecelakaan.
• Dapat menyusun & membuat laporan
penyelidikan kecelakaan.
INVESTIGASI INSIDEN :
Suatu proses langkah demi langkah yang logis,
dimulai dengan mengunjungi lokasi insiden,
mengumpulkan, & menganalisa fakta-fakta,
merekonstruksi kejadian, serta menentukan
penyebab insiden / bukti, menyusun rekomendasi /
tindakan perbaikan, & menindak-lanjuti tindakan
perbaikan.
Adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab
kecelakaan dengan cara pengumpulan, pengolahan,
analisis, & penyajian data secara sistematis &
obyektif agar tidak terjadi kecelakaan dengan
penyebab yg sama (Permenhub No. PM 74 Tahun 2017).
INVESTIGASI INSIDEN :
Tujuan :
1. MENGUMPULKAN semua FAKTA / BUKTI,
2. MENGANALISA semua fakta / bukti untuk
memahami bagaimana insiden terjadi &
MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB dari insiden,
3. Menentukan TINDAKAN PERBAIKAN & peluang
untuk meningkatkan control management agar
INSIDEN SERUPA TIDAK TERJADI.
KECELAKAAN WAJIB
DIINVESTIGASI :
• Semua kecelakaan yang diketahui /
dilaporkan,
• Kecelakaan yg mengakibatkan :
– Kerugian harta benda (property damage),
– Korban manusia /cidera (termasuk kasus
keracunan),
– Penyakit akibat kerja,
– Pencemaran lingkungan,
– Keadaan darurat,
– Nearmiss.
Reportable Injury / Cedera yang
Dilaporkan
Cedera yg diakibatkan oleh kecelakaan kerja /
kecelakaan tambang.
Fatalitas / Fatality / Cedera Berakibat Mati
Setiap cedera / sakit akibat kerja yg
mengakibatkan kematian yg timbul dari atau
selama jalur normal karyawan bekerja dan atau
selama melaksanakan peran dan tanggung
jawab pekerjaan tanpa melihat / menghitung
waktu terjadinya.
DEFINISI & TIPE / JENIS INSIDEN
Kecelakaan
Adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki &
tidak diduga semua yang menimbulkan korban
manusia &/ harta benda.
Kecelakaan Tambang
Adalah kecelakaan yang memenuhi 5 kriteria
sebagaimana diatur dalam peraturan
perundangan (Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 /
MEM / 2018).
Kejadian Berbahaya
Adalah kejadian yang dapat membahayakan jiwa
atau terhalangnya produksi.
Penyakit Akibat Kerja
Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
&/ lingkungan kerja sesuai dg peraturan
perundangan (PerPres No. 7 / 2019).
Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja
Adalah kejadian meninggalnya pekerja yang
disebabkan oleh penyakit tenaga kerja ketika
pekerja melakukan kegiatan pertambangan /
pengolahan / pemurnian, terjadi pada jam kerja,
atau terjadi di dalam wilayah pertambangan /
pengolahan / pemurnian.
Incident
Adalah KEJADIAN yang berkaitan dengan pekerjaan
dimana cedera, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran
lingkungan, atau pun kefatalan (kematian) DAPAT
(berpotensi / telah) terjadi. Termasuk insiden ialah
keadaan darurat.
Accident
Adalah INSIDEN yang MENIMBULKAN cedera, penyakit
akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan, atau pun
kefatalan (kematian).
Nearmiss
Adalah INSIDEN yang TIDAK MENIMBULKAN cedera,
penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan,
atau pun kefatalan (kematian).
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran III)
5 Unsur Kecelakaan Tambang:
1. Benar-benar Terjadi,
2. Mengakibatkan cidera pada pekerja tambang atau orang
yang diberi izin oleh KTT / PTL memasuki tambang,
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan / pengolahan /
pemurnian / kegiatan penunjang pertambangan,
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yg mendapat cidera
atau setiap saat untuk orang yang diberi izin oleh KTT / PTL
memasuki tambang,
5. Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran III)
Kategori Cedera Akibat Kecelakaan Tambang:
1. Cedera Ringan : korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 1 hari s/d kurang dari 3 minggu, termasuk
hari minggu dan hari libur.
2. Cedera Berat : korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 3 minggu (termasuk hari minggu dan hari
libur), atau
- cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas seperti
semula,
- Retak tulang (kepala, punggung, pinggul, lengan, paha atau
kaki),
- Pendarahan di dalam,
- Pingsan / kurang oksigen,
- Luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat
mengakibatkan ketidak-mampuan tetap,
Mengapa PENGAWAS TERLIBAT dalam
Proses Investigasi ?
• Memiliki kepentingan / TANGGUNGJAWAB
pribadi,
• Menunjukan perhatian terhadap K3 bawahan,
• Mengetahui kondisi tempat kerja, sifat &
tabiat pekerja bawahannya,
• Mengetahui bagaimana & dimana
mendapatkan informasi yang diperlukan,
• Dapat segera mengambil tindakan perbaikan.
PENANGANAN INSIDEN :
1. Melaporkan segera kepada supervisor,
2. Mendatangi lokasi insiden untuk
mengendalikan situasi di lokasi insiden,
3. Memberikan pertolongan pertama &
menghubungi paramedis / ERT,
4. Mencegah potensi insiden susulan,
5. Mengidentifikasi & mengamankan bukti /
fakta di lokasi insiden,
6. Menilai risiko aktual vs potensi risiko,
7. Membuat laporan awal insiden dan
mengirimkan ke atasan & HSE Dept.
PELAPORAN AWAL INSIDEN
Pelaporan Ke Pihak Eksternal :
- Kepolisian
- Disnaker
- Kepala Teknik Tambang /
Custodian
Pelaporan ke Pihak Internal :
- Kantor Pusat.
- Semua Departemen (Preliminary
Report).
Menggunakan Formulir Standard
No. SHE-19-01-(0) Tgl. Berlaku: 16-04-19
PT. Cipta Kridatama Subkontraktor :
Nama Site : Lokasi Kejadian :
Hari & Tgl. Kejadian : Waktu Kejadian :
Orang yang dapat dimintai keterangan untuk kecelakaan ini :
Gambaran Bagaimana Kecelakaan Terjadi :
Nama Korban : SN :
Jabatan : Masa Kerja :
Bagian tubuh yang mengalami cedera :
Unit yang Terlibat : No. ID :
Bagian unit yang mengalami kerusakan :
(Lampirkan foto cedera dan atau bagian unit yang mengalami kerusakan)
Diketahui Oleh
(Nama)
Project Manager
(Form ini harus diisi dan dikirimkan kepada bagian – bagian terkait sesuai prosedur yang berlaku sebelum 1x24 jam)
Witness/Saksi
(Nama)
QSHE Dept
Dilaporkan Oleh
LAPORAN AWAL KECELAKAAN
(Nama)
Superior/Atasan Langsung
(Nama)
1. Persiapan Penyelidikan,
2. Pelaksanaan Penyelidikan,
3. Menyusun Laporan Penyelidikan,
4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan
Koreksi,
5. Evaluasi Penyelidikan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
1. Tahap Persiapan Penyelidikan :
• Pembentukan / penetapan tim investigasi,
• Persiapan peralatan ukur / uji,
• Pengumpulan data & fakta di lapangan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
INVESTIGATOR KECELAKAAN :
Adalah setiap orang yg mempunyai
kualifikasi & kompetensi tertentu untuk
melaksanakan kegiatan investigasi
kecelakaan.
WEWENANG INCIDENT
INVESTIGATOR :
• Memasuki sarana / prasarana / lokasi
kecelakaan atau kegiatan investigasi,
• Mewawancarai saksi, orang yg terkait
atau yg dianggap memiliki informasi
mengenai kecelakaan,
• Menguasai, menggunakan,
memindahkan, memeriksa, atau
menguji setiap bukti / fakta.
METODE PENYUSUNAN TIM
INVESTIGASI
• Definitif,
• Fungsional,
• Struktural
MEMBENTUK TIM INVESTIGASI
(INVESTIGATOR)
1. Tim dipimpin oleh Ketua Tim
Investigasi,
2. Tim ditunjuk oleh Manajemen,
3. Tim terlatih untuk melakukan
investigasi insiden,
4. Susunan tim mengacu kepada prosedur
2. Tahap Pelaksanaan :
• Mengambil tindakan pencegahan jika terdapat
potensi kecelakaan susulan / potensi kecelakaan
yang sama di area lain,
• Menuju lokasi kecelakaan / kejadian berbahaya
untuk melakukan analisa / penyelidikan thd :
lokasi, sarana / prasana / peralatan / instalasi,
• Mengumpulkan data / bukti / informasi pendukung
lainnya & melakukan rekonstruksi (jika perlu),
• Melakukan analisa penyebab kecelakaan,
menyusun kesimpulan, & merumuskan
rekomendasi tindakan perbaikan,
• Tindak lanjut atas tindakan perbaikan sesuai dg
jangka waktu yg ditentukan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
3. Tahap Pelaporan :
• Pembuatan laporan / berita acara hasil
penyelidikan,
• Penyampaian laporan ke KTT / PTL utk
diteruskan ke KaIT / Kepala Dinas,
• Input laporan ke dalam system &
disosialisasikan ke seluruh karyawan (sebagai
edukasi)
4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Koreksi
• Memastikan tindakan koreksi telah
ditindaklanjuti dg baik & tepat waktu
5. Evaluasi Penyelidikan
• Dilakukan sescara menyeluruh thd semua
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
Baca & Pahami :
Study Kasus Investigasi Insiden
• Mike, telah bekerja sebagai driver light vehilcle di PT. X (perusahan tambang
batubara) selama 5 tahun. Dia belum mengikuti pelatihan defensive driving, karena
manajemen belum memiliki budget untuk pelatihan tersebut. Dan dia adalah satu-
satunya driver yang tersisa setelah 3 rekannya mengundurkan diri pada pertengahan
tahun lalu.
• Karyawan lain sering menemukan Mike melakukan overspeeding saat mengendarai
kendaraan dengan alasan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikannya, tetapi
tidak ada pekerja yang melaporkan perilaku tsb kepada atasan Mike.
• Mike mendapatkan upah perbulan sesuai dengan UMR, dan Mike memiliki pinjaman
pada perusahaan untuk menutupi kebutuhan hidupnya & keluarga. Selain
meminjam, untuk menambah penghasilannya, Mike sering lembur bahkan rata-rata
dia bekerja 15 jam dalam sehari.
• 13 Januari tahun lalu, pukul 05.15 pagi, Mike diperintahkan oleh atasanya untuk mengantar
pekerja lain dari Office ke pit / tambang. Kendaraan yang dikendarainya melompat karena
menabrak safety bump dan akhirnya menabrak dump truck yang sedang parkir di pinggir jalan.
Akibatnya, kendaraan mengalami kerusakan parah, Mike dan 1 pekerja lainnya tidak sadarkan
diri karena perdarahan pada kepala. Situasi saat terjadi insiden adalah remang-remang, tidak
ada lampu / penerangan jalan, kondisi jalanan menurun 10% dan menikung dengan radius
30m, permukaan jalan berlapiskan sirtu dan tidak ada genangan air ataupun lubang. Ketinggian
safety bump adalah 25 cm, tidak terdapat rambu kecepatan di sekitar lokasi kejadian, saat
dievakuasi terlihat kedua korban masih menggunakan seat belt.
• Dari data form absensi hari itu, tertulis Mike tidur selama 3 jam pada malam harinya, posisi
gear kendaraan di posisi 4. Periodical service terakhir kendaran adalah 1 tahun yang lalu, tidak
ditemukan form pre-use check untuk hari itu. Sedangkan dump truck yang ditabrak, terpakir di
pinggir jalan (tidak di badan jalan) karena mengalami kerusakan sejak 1 hari sebelumnya
dengan posisi gear dan parking break adalah aktif.
• Saat insiden terjadi, Robert, operator dump truck, melintas dari arah berlawanan dan melihat
langsung insiden tsb, dan segera melaporkan kepada Mark, Safety Officer, pada pukul 05.35
melalui radio. Pukul 06.15 kedua korban sudah dievakuasi ke klinik dan ditangani oleh dokter
perusahaan, Sidney, dan dinyatakan keduanya telah meninggal dunia karena cedera di kepala
dan pendarahan yang dialaminya.
KOMPETENSI INCIDENT
INVESTIGATOR :
• Mengumpulkan Fakta / Bukti / Informasi :
– 4P
– Interview / Wawancara
– Rekonstruksi
• Analisa Penyebab Kecelakaan :
– Penyebab Langsung
– Penyebab Dasar
– Lack of Control
• Merumuskan Rekomendasi Tindakan
Perbaikan
MENGUMPULKAN & MENELITI BUKTI–
BUKTI
 Mendatangi & mengendalikan lokasi insiden
sesegera mungkin,
 Mengidentifikasi, mengumpulkan & mengamankan
semua bukti,
 Mengidentifikasi bukti menggunakan prinsip 4P :
 People (Saksi Langsung, Saksi Tidak Langsung)
 Part (Equipment, Tools, Material, Komponen)
 Position (Location, Movement)
 Paper (Records, Logs, Schedules, JSA /Procedures, HIRAC
Documents)
 Sumber bukti dapat berupa: pernyataan saksi,
CONTOH : TEKNIK MENGIDENTIFIKASI INFORMASI
& BUKTI KECELAKAAN
PEOPLE PART POSITION PAPER
Mike, telah bekerja sebagai driver light
vehilcle di PT. X (perusahan tambang
batubara) selama 5 tahun.
Staff HRD (Saksi
tidak langsung)
Personal data
milik Mike
Dia belum mengikuti pelatihan defensive
driving, karena manajemen belum
memiliki budget untuk pelatihan
tersebut.
Staff TC /
Instruktur (Saksi
tidak langsung)
1. Catatan
pealtihan
milik Mike.
2. Budget
Pelatihan.
3. Dokumen
TNA.
Dan dia adalah satu-satunya driver yang
tersisa setelah 3 rekannya
mengundurkan diri pada pertengahan
tahun lalu.
Staff HRD (Saksi
tidak langsung)
Dokumen exit
interview.
 Menyiapkan peralatan : kamera, alat rekam, alat
tulis, kisi–kisi pertanyaan,
 Menjelaskan tujuan insvestigasi : bukan mencari
siapa yang salah / mengadili / minta pertanggung
jawaban,
 Ice–breaking sampai saksi merasa nyaman,
 Mulailah dg pertanyaan ringan untuk menciptakan
hubungan personal yg akrab,
 Hindari pertanyaan yg bersifat investigatif,
mintalah saksi bercerita apa saja yg diketahui /
alami / lihat / kerjakan,
WAWANCARA SAKSI
 Jangan memotong saat saksi bercerita (meskipun
ceritanya melebar), biarkan saksi bercerita dg
caranya sendiri,
 Boleh menyela hanya utk meminta kejelasan /
penguatan,
 Dengarkan dg penuh antusias & sungguh–
sungguh,
 Setelah selesai, jangan tunjukan bahwa investigasi
telah selesai,
 Ucapkan terima kasih, hargai semua info yg telah
diberikan.
WAWANCARA SAKSI
• Wawancarai setiap saksi secara terpisah
dengan cara santun dan bersahabat,
• Semua pernyataan harus dikonfirmasikan
dengan fakta lainnya untuk memastikan
bahwa yang disampaikan saksi adalah fakta /
informasi yang benar,
• Saksi Langsung : orang yang melihat langsung
insiden,
• Saksi Tidak Langsung : orang yang tidak
melihat langsung insiden tetapi ada hubungan
WAWANCARA SAKSI
TEORI DOMINO H.W. HEINRICH
ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN
ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN
SEBAB
DASAR
FAKTOR
PERORANGAN
FAKTOR
PEKERJAAN
SEBAB
LANGSUN
G
TINDAKAN
TAK AMAN
KONDISI
TAK AMAN
LEMAH
KONTROL
PROGRAM TAK
SESUAI
STANDAR TAK
SESUAI
KEPATUHAN /
PELAKSANAAN
KECELAKAA
N KONTAK
DENGAN
ENERGI ATAU
BAHAN / ZAT
MELEBIHI
BATAS
KEMAMPUAN
CIDERA ATAU
KERUSAKAN
YANG TAK
DIHARAPKAN;
STOP
PRODUKSI
KERUGIA
N
TEORI DOMINO FRANK E. BIRD (LOSS CAUSATION MODEL)
JENIS INSIDEN :
• Menabrak Sesuatu
• Ditabrak / Terpukul /
Tertimpa Sesuatu
• Jatuh Ke Level Lebih
Rendah atau Kejatuhan
• Jatuh Pada Level Yang
Sama
• Masuk ke Titik Jepit
(Manusia Yang Bergerak)
• Tersangkut Pada
• Terjepit Di Antara (Benda
Yang Bergerak)
• Kontak Dengan
• Tekanan / Tegangan /
Beban Berlebihan
• Kerusakan Alat
• Masuknya Benda Asing ke
Tubuh / Mata / Kulit
• Gerakan Berulang – Ulamg
(Ergonomi)
• Disengat Oleh / Digigit
Oleh Sesuatu
• Faktor Biologis (Bakteri,
Virus, dll)
• Berdampak Pada
Lingkungan
Apa JENIS INSIDEN pada studi
kasus?
IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG :
TINDAKAN TIDAK AMAN / SUBSTANDARD
ACT
• Menjalankan Pekerjaan Tanpa
Otorisasi / Izin,
• Gagal Memperingatkan,
• Gagal Mengamankan,
• Mengoperasikan dg
Kecepatan Tidak Sesuai,
• Membuat Alat Pengaman
Tidak Berfungsi,
• Menggunakan Peralatan yg
Rusak,
• Menggunakan APD yg Tidak
Layak,
• Proses Loading yg Tidak
Layak,
• Penempatan yg Tidak Layak,
• Posisi yg Tidak Layak utk
Bekerja,
• Memperbaiki Peralatan yg
Sedang Beroperasi,
• Bercanda / Bermain–main,
• Pengaruh Alkohol / Obat,
• Menggunakan Peralatan yg
Tidak Layak,
• Gagal Mengikuti Prosedur.
• Pelindung / Pembatas yg
Tidak Layak,
• APD yg Tidak Layak,
• Peralatan / Material yg Rusak,
• Keterbatasn Gerak / Tempat,
• Sistem Peringatan yg Kurang,
• Bahaya Kebakaran &/
Peledakan,
• Tata Lingkungan yg Buruk /
Tidak Teratur,
IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG :
KONDISI TIDAK AMAN / SUBSTANDARD
CONDITION
• Paparan / Pajanan Kebisingan,
• Paparan / Pajanan Radiasi,
• Temperatur Tg Ekstrim (Tinggi
/ Rendah),
• Penerangan yg Berlebih /
Kurang,
• Ventilasi yg Kurang,
• Kondisi Lingkungan yg
Berbahaya (Gas, Debu, Asap).
Sebutkan PENYEBAB LANGSUNG
dari insiden pada studi kasus!
Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue.
atasan
3. Surat perintah lembur.
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
KURANGNYA PENGAWASAN
(SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK
ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK
DIIMPLEMENTASIKAN)
FAKTA / BUKTI / INFORMASI
PENYEBAB LANGSUNG
(TINDAKAN / KONDISI TIDAK
AMAN)
LANGKAH 1
PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
(FAKTOR PERSONAL /
PEKERJAAN)
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
10%, 30meter).
10%, 30meter).
PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) :
FAKTOR PRIBADI (PERSONAL
FACTORS)
• Keterbatasan / Kemampuan Fisik
Kurang,
• Masalah Mental / Kemampuan
Psikologis,
• Stress Fisik,
• Stress Mental,
• Kurang Pengetahuan,
• Kurang Keterampilan,
• Motivasi yg Keliru.
PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) :
FAKTOR PEKERJAAN (JOB FACTORS)
• Kepemimpinan / Pengawasan yg Tidak Memadai,
• Enginering yg Tidak Memadai,
• Sistem Pengadaan yg Tidak Memadai,
• Pemeliharaan Tidak Memadai
• Peralatan / Equipment Tidak Memadai,
• Standard Kerja Tidak Memadai,
• Pemakaian Berlebihan / Melampaui Batas,
• Penyalahgunaan Pemakaian.
Sebutkan PENYEBAB TIDAK
LANGSUNG (PENYEBAB DASAR)
dari insiden pada studi kasus?
Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga).
atasan
3. Surat perintah lembur.
Overload (3 driver resigned).
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned).
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit
Perilaku ceroboh (Attitude).
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
menggunakan design
engineering.
Tidak ada analisa risiko
sebelum jalan digunakan.
KURANGNYA PENGAWASAN
(SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK
ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK
DIIMPLEMENTASIKAN)
FAKTA / BUKTI / INFORMASI
PENYEBAB LANGSUNG
(TINDAKAN / KONDISI TIDAK
AMAN)
LANGKAH 1
PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
(FAKTOR PERSONAL /
PEKERJAAN)
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
Faktor
Personal
Faktor
Perkerjaan
Faktor
Personal
Faktor
Perkerjaan
Faktor
Perkerjaan
SYSTEM / SOP / STANDARD /
PROGRAM :
• Ada / Available ?
• Memadai / Adequate ?
• Implementasi ?
LACK OF CONTROL / KURANGNYA
PENGAWASAN
Sebutkan LEMAHNYA KONTROL
(LACK OF CONTROL) dari insiden
pada studi kasus?
Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah Belum ada program konseling
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga). personal untuk karyawan.
atasan
3. Surat perintah lembur. Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang.
Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang.
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
Perilaku ceroboh (Attitude). Sistem rekruitmen tidak
memadai.
Belum ada program konseling
personal.
Belum ada program observasi
tugas.
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak Belum ada prosedur MOC
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
menggunakan design (Management of Change)
engineering.
Belum ada personal kompeten
di bidang konstruksi jalan.
Tidak ada analisa risiko Belum ada prosedur HIRA.
sebelum jalan digunakan.
KURANGNYA PENGAWASAN
(SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK
ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK
DIIMPLEMENTASIKAN)
FAKTA / BUKTI / INFORMASI
PENYEBAB LANGSUNG
(TINDAKAN / KONDISI TIDAK
AMAN)
LANGKAH 1
PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
(FAKTOR PERSONAL /
PEKERJAAN)
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
10%, 30meter).
MENYUSUN KESIMPULAN & MERUMUSKAN
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENGENDALIAN :
 Setiap penyebab dasar insiden harus
ditentukan tindakan pengendaliannya,
 Gunakan Hierarki Pengendalian Risiko untuk
merumuskan tindakan pengendalian.
VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3
PRIMARY CONTROL
METHODS :
ENGINEERING
ELIMINATION
SUBTITUTION
ISOLATION
ELIMINATION
SUBTITUTION
ENGINERING
SECONDARY CONTROL
METHODS :
ADMINISTRATIVE
ADMINISTRATIVE
TRAINING
ADMINISTRATIVE
TERTIARY CONTROL
METHODS : WORK
PRACTICE
PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT
HIERARKI PENGENGALIAN RISIKO
TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
Jenis Pengendalian :
• PRA KONTAK. Contoh : implementasi program K3
(safety leadership, training, inspeksi, SOP,
observasi, analisa & persetujuan design,
komunikasi / promosi, pelayanan kesehatan,
investigasi insiden, sistem pelaporan, evaluasi &
audit).
• KONTAK. Contoh : subtitusi, modifikasi,
memasang alat pengaman, memperkuat struktur,
APD.
• PASCA KONTAK. Contoh : tanggap darurat, first
aid, pengendalian kebakaran / peledakan,
pembersihan area insiden, perbaikan alat /
fasilitas.
Bagaimana menyusun TINDAKAN
PENGENDALIAN dari insiden pada
studi kasus?
No
1 Belumada programkonseling personal untuk
karyawan.
2 Belumada standar jamkerja maksimal per hari.
3 Overload (3 driver resigned).
4 Tingkat kesejateraan kurang.
5 Sistemrekruitmen tidak memadai.
6 Belumada programobservasi tugas.
Akar Masalah yang Menjadi Penyebab
Timbulnya Insiden
PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki
Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan.
LANGKAH 2
REKAYASA ADMINISTRASI
Menyusun & implementasi
program konseling personal
utk seluruh karyawan.
ALAT PELINDUNG
DIRI
PRAKTIK KERJA
01/20/2019
PT X
Pelatihan teknik
konseling utk semua
pengawas.
Nomor Register Insiden
Nama Perusahaan
Menugaskan 3 driver dump
truck untuk menggantikan 3
driver sarana yang resigned.
Penyesuaian tingkat
kesejahteraan karyawan
berdasarkan hasil bench
marking.
Menyusun standar jam kerja
maksimal per hari.
Segera rekrut driver sarana
pengganti.
Review tingkat kesejahteraan
karyawan dg melakukan
bench marking ke
perusahaan lain.
- Re-assessment semua
karyawan.
- Review & revisi prosedur
rekruitment karyawan.
Menyusun prosedur
pbservasi tugas.
Pelatihan teknik
observasi tugas utk
semua pengawas.
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
No
7 Perilaku ceroboh (Attitude).
8 Belumada prosedur MOC (Management of
Change).
9 Belumada personal kompeten di bidang
konstruksi.
10 Belumada prosedur HIRA.
11 Tidak ada analisa risiko sebelumjalan
digunakan.
Akar Masalah yang Menjadi Penyebab
Timbulnya Insiden
PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki
Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan.
LANGKAH 2
REKAYASA ADMINISTRASI
ALAT PELINDUNG
DIRI
PRAKTIK KERJA
01/20/2019
PT X
Nomor Register Insiden
Nama Perusahaan
Sosialisasi prosedur
HIRA& pelatihan teknik
menyusun dokumen
HIRAke semua
pengawas.
- Re-placement karyawan
berdasarkan hasil re-
assessment.
- Memasukkan daftar
pelanggaran & sanksi K3 ke
dalam PKB.
Menyusun & implementasi
prosedur MOC.
Sosialisasi prosedur
MOC ke semua
pengawas.
Melakukan HIRAutk semua
ruas di jalan hauling &
melakukan perbaikan sesuai
dengan hasil HIRA.
Rekruit personal yg kompeten
di bidang konstruksi.
Menyusun job description yg
jelas utk tenaga ahli di
bidang konstruksi.
Menyusun & implementasi
prosedur HIRA.
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
PERSON IN CHARGE
(Siapa yang Harus
Melakukan ?)
DEAD LINE
(Kapan Batas Waktu
Harus Dilakukan ?)
VERIFIKASI
(Apakah Sudah
Dilakukan ?)
1 Abdullah 10-Jun-20
2 Abdullah 15-Jun-20
3 Abdullah 30-May-20
4 Hamzah 20-May-20
5 Abdullah 25-May-20
6 Abdullah 20-Aug-20
7 Abdullah 01-Aug-20
8 Abdullah 10-Sep-20
9 Abdullah 20-May-20
10 Amir 20-May-20
11 Amir 30-May-20
12 Abdullah 20-Sep-20
13 Abdullah 10-Jun-20
14 Amir 20-May-20
15 Amir 30-May-20
16 Abdullah 20-May-20
17 Abdullah 20-May-20
18 Amir 20-May-20
19 Amir 30-May-20
20 Hamzah 20-May-20
%
Memasukkan daftar pelanggaran & sanksi K3 ke dalam PKB.
Menyusun & implementasi prosedur MOC.
Melakukan HIRA utk semua ruas di jalan hauling & melakukan
perbaikan sesuai dengan hasil HIRA.
Sosialisasi prosedur HIRA & pelatihan teknik menyusun dokumen
HIRA ke semua pengawas.
Menyusun & implementasi prosedur HIRA.
Menyusun job description yg jelas utk tenaga ahli di bidang konstruksi.
Rekruit personal yg kompeten di bidang konstruksi.
Sosialisasi prosedur MOC ke semua pengawas.
Review tingkat kesejahteraan karyawan dg melakukan bench marking
ke perusahaan lain.
Re-assessment semua karyawan.
Review & revisi prosedur rekruitment karyawan.
Menyusun prosedur observasi tugas.
Pelatihan teknik observasi tugas utk semua pengawas.
Re-placement karyawan berdasarkan hasil re-assessment.
Menyusun & implementasi program konseling personal utk seluruh
karyawan.
Pelatihan teknik konseling utk semua pengawas.
Menyusun & implementasi standar jam kerja maksimal per hari.
Menugaskan 3 driver dump truck untuk menggantikan 3 driver sarana
yang resigned.
Segera rekrut driver sarana pengganti.
Penyesuaian tingkat kesejahteraan karyawan berdasarkan hasil bench
marking.
PETUNJUK : Salinlah semua Tindakan Pengendalian (dari langkah 2) ke dalam form ini. Tentukan Siapa
yang harus melakukan, dan Kapan batas akhir harus dilakukan. Copy dan bagikan ke semua PIC.
LANGKAH 3
TINDAKAN PERBAIKAN DARI HASIL INVESTIGASI
(Apa yang Harus Dilakukan ?)
PROSENTASE TINDAK LANJUT
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
MEMBUAT LAPORAN INVESTIGASI INSIDEN
 Gunakan formulir standar,
 Semua informasi hasil investigasi insiden
dimasukkan ke dalam formulir,
 Mempresentasikan hasil investigasi insiden
kepada atasan,
 Meminta persetujuan / tanda–tangan,
 Mendistribusikan hasil investigasi insiden
kepada pihak terkait,
 Memonitor & mengverifikasi tindak–lanjut dari
rekomendasi / tindakan perbaikan.
PRAKTIK / LATIHAN :
1. Identifikasi apa saja fakta / bukti /
informasi.
2. Identitifikasi PENYEBAB LANGSUNG,
3. Identifikasi PENYEBAB DASAR,
4. Identifikasi LACK OF CONTROL,
atas laporan & penyelidikan kecelakaan
terlampir.
214
Modul – 8 :
ANALISA
KESELAMATAN TUGAS
/ JOB SAFETY
ANALYSIS (JSA)
SASARAN :
• Mampu menentukan pekerjaan berisiko
tinggi.
• Mampu menyusun dokumen JSA yang
memadai.
• Mampu menjelaskan / mensosialisasikan
dokumen JSA kepada karyawan.
Adalah proses analisa tugas /
pekerjaan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi bahaya / potensi
kecelakaan dari setiap langkah
pekerjaan & menentukan tindakan
pengendaliannya.
JSA adalah tanggung jawab Pengawas.
Mengapa?
 Pengawas paling MENGUASAI TEKNIS
pekerjaannya (cara kerja, alat, bahaya, dll).
 Pengawas mempunyai CATATAN KECELAKAAN
terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
 Pengawas mempunyai KEPENTINGAN langsung
untuk menyelamatkan bawahan, peralatan, dan
lingkungan kerjanya (mencapai target &
performance K3).
Pekerja Senior
Technician
Tenaga Ahli
Petugas K3
Engineer
Quality Control
Supervisor
Keterlibatan Penyusunan JSA
Manfaat Dokumen JSA :
 Acuan intruksi tugas yang benar,
 Melakukan observasi tugas,
 Pendukung proses investigasi,
 Materi pertemuan K3 / Safety Talk,
 Bahan orientasi pekerja / pengawas
baru,
 Bahan pelatihan cara kerja aman,
 Dasar perbaikan metode kerja.
METODE PENYUSUNAN DOKUMEN JSA
(Friend & Kohn, 2017) :
 Metode OBSERVASI. Metode ini menggunakan
wawancara / observasi untuk menentukan langkah-
langkah kerja & bahaya.
 Metode DISKUSI. Metode ini melibatkan pekerja-
pekerja & membiarkan mereka bertukar pikiran terkait
langkah-langkah pekerjaan & potensi bahaya yang ada.
 Metode RECALL & CHECK. Metode ini biasanya
digunakan ketika proses sedang berlangsung & pekerja
tidak bisa bersama-sama. Semua orang yang
berpartisipasi dalam proses ini menuliskan ide-ide
tentang langkah-langkah & potensi bahaya yang ada di
LANGKAH Penyusunan JSA :
1. Menentukan pekerjaan / tugas kritis (risiko
tinggi),
2. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa
langkah tugas yang berurutan,
3. Mengidentifikasi bahaya / potensi insiden /
risiko dari setiap langkah tugas,
4. Menentukan kontrol / tindakan pengendalian
dari setiap bahaya / potensi insiden / risiko
yang teridentifikasi,
5. Mengkomunikasikan / mengsosialisasikan
kepada pekerja yang akan melakukan
pekerjaan,
6. Tindaklanjut (observasi tugas) & review /
revisi dokumen JSA.
1. MENENTUKAN TUGAS / PEKERJAAN :
• Secara ideal, JSA harus dilakukan pada semua
kegiatan kerja,
• Karena kendala ketersediaan waktu & sumber daya,
maka penentuan prioritas pekerjaan yang perlu
dilakukan JSA.
Kriteria Tugas Kritis :
❑ Faktor KEPARAHAN (SEVERITY), akibat / kerugian (cedera &
biaya),
❑ Faktor KESERINGAN (FREQUENCY), sering dilakukan & jumlah
/ banyaknya orang yang melakukan,
❑ Faktor PELUANG (PROBABILITY), kemungkinan terjadinya
kecelakaan dari pekerjaan tsb,
❑ TUGAS BARU : Tugas Kritis
2. Menguraikan pekerjaan menjadi
beberapa langkah tugas yang
berurutan :
• Terlalu banyak tugas juga dapat membuat
JSA tidak terlaksana dengan praktis.
• Aturan yang baik biasanya menyebutkan
bahwa pada umumnya sebuah pekerjaan
dapat di deskripsikan dalam 7 – 10 langkah
tugas.
• Jika terdapat langkah kerja tambahan, maka
sebaiknya pekerjaan dipecah menjadi dua
segmen yang masing-masing memiliki JSA.
Dapat dilakukan dengan :
 Wawancara pekerja,
 Prosedur tertulis :
– Panduan kerja
– Pengamatan dan pelaksanaan tahap-tahap
kerja
• Tinjauan ulang laporan kecelakaan yang
pernah terjadi.
Urutan Langkah Tugas
Potensi Insiden
atau Risiko
Tindakan Pengendalian
Untuk Menurunkan Risiko /
Potensi
Memecah suatu pekerjaan
menjadi langkah-langkah.
Anda dapat melakukannya
dengan jalan:
(1) Menganalisa pekerjaan tsb,
(2) Diskusikan dengan pekerja,
(3) Menggambarkan pekerjaan
tsb sesuai dengan
pengetahuan Anda
(4) Kombinasi ketiga-tiganya.
Catat langkah-langkahnya
sesuai ke dalam formulir, tidak
perlu terlalu detail (7 – 10
langkah).
Menguraikan Tugas Menjadi Beberapa Langkah Kerja yang
Berurutan
227
3. Identifikasi Bahaya / Risiko dari
Setiap Langkah Tugas, dg
memperhatikan :
– Apa kesalahan dari langkah tugas yang dapat
terjadi?
– Apa akibat yang muncul akibat kesalahan
tersebut?
– Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?
– Apakah terdapat kemungkinan adanya faktor
kontribusi lainnya?
– Seberapa sering peluang bahaya tersebut akan
muncul?
– Apakah upaya keselamatan yang dibutuhkan?
Urutan Langkah
Tugas
Potensi Insiden atau Risiko
Tindakan Pengendalian
Untuk Menurunkan Risiko /
Potensi
Kecelakaan apa yang dapat
terjadi ketika melakukan
langkah tugas ini. Anda dapat
menjawabnya dengan :
(1) Menganalisa pekerjaan tsb.
(2) Diskusikan dengan pekerja,
(3) Melihat catatan kecelakaan
lalu,
(4) Kombinasi ketiganya.
Apakah ada potensi : tertimpa,
terjepit, tersenggol, terbentur,
terkurung, terjatuh, tersengat
panas, terkena radiasi, terhirup
gas beracun, dll.
Mengidentifikasi Bahaya / Potensi Insiden / Risiko Setiap Langkah
Tugas
4. Menentukan Tindakan
Pengendalian :
• Menggunakan strategi pengendalian bahaya /
risiko (Hierarki Pengendalian Risiko),
• Membuat rencana kejadian darurat di tempat
kerja.
• Lakukan pengukuran untuk mengurangi
kerusakan akibat kecelakaan atau kejadian
darurat.
• Melalui pendekatan energy-barrier pada
sumbernya, jalur pajanan, atau pada pekerja.
Urutan
Langkah Tugas
Potensi Insiden
atau Risiko
Tindakan Pengendalian Untuk Menurunkan
Risiko / Potensi
Untuk setiap potensi insiden / risiko,
bagaimana pekerja dapat melakukan
langkah kerja tsb dgn aman. Gunakan
Hierarki Pengendalin Risiko.
Temukan jawabannya dengan cara :
(1) menganalisa cara mengatasi pekerjaan
tsb.,
(2) diskusi untuk soal pencegahannya
dengan pekerja yang berpengalaman,
(3) menggambarkan pekerjaan tsb sesuai
dengan pengetahuan,
(4) kombinasi ketiganya.
Gunakan kata : “lakukan” atau “jangan
lakukan”, untuk menerangkan tindakan
pengendalian.
Menentukan Kontrol / Tindakan Pengendalian
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
URUTAN LANGKAH TUGAS RISIKO SETIAP LANGKAH HAZARD TINDAKAN PENGENDALIAN
5. Mengkomunikasikan JSA ke
Karyawan :
• Siapkan waktu khusus, tidak disisipkan
sebagai agenda pertemuan lain.
• Dalam group kecil dimana pekerja akan
terlibat di dalam pekerjaan.
• Komunikasi dua arah & diskusi.
• Evaluasi pemahaman dilakukan.
6. Tindaklanjut & Review / Revisi
JSA :
• Tujuan : untuk pemantauan efektifitas
tindakan pencegahan dan pengendalian JSA,
• Memastikan bahaya baru tidak terbentuk,
• Mencari umpan balik dari pekerja yang
melaksanakan pekerjaan,
• Memastikan pekerja mengikuti prosedur &
praktek yang dibutuhkan dari JSA,
• Menilai kebutuhan untuk merevisi JSA,
• Mengimplementasikan perubahan
berkelanjutan,
• Review berkala untuk memastikan JSA tetap
: _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
Tangan dan lengan / Hand and
arm
Ketentuan kedaruratan / Terms of
emergency
Hambatan dan gangguan /
Obstacles and distractions
Harness dan pelampung /
Harness and buoys
Tangga dan tempat berpijakan /
Stairs and foothold
Kaki dan tungkai / Feet and legs
Telinga dan atau mata / Ear and
or Eye
Standard memadai / Adequate of
Standard
Perkakas tangan tidak memadai /
Inadequate hand tools
Muka dan atau pernafasan /
Face and or respiratory
Ijin kerja / Permit to work
Penyimpanan barang / Strorage
of materials
Kepala / Head
Standard telah dibuat / Standard has
been created
Sampah dan limbah / Rubbish
and waste
Mengganti perkakas atau tools /
Changing tools
Pengendalian / Control Terkena listrik / Electric shock
Membetulkan posisi APD /
Righted PPE
Terpukul atau tertusuk / Hit or
punctured
Peralatan Pelindung Diri /
Personal Protective Equipment
Standard & Prosedur / Standard
and Procedure
Ketertiban dan Kerapian /
Orderly and Tidy
Jabatan / Position
Memasang tag atau lock-out /
Installing tag or lock-out
Pengecekan sebelum kerja / Pre-use check
Terjatuh atau kejatuhan atau tenggelam
/ Falls or falling or drowning Department
Kembali bekerja / Back to work Kondisi aman / Safe condition
Terpapar debu atau bahan kimia / Dust
of chemicals exposure Waktu / Time
Menyembunyikan atau menghindar /
Hide or escape
Pelindung dan lampu peringatan /
Protective and warning lights
Terseret atau tertarik / Drawn or
attracted Observer
Perubahan posisi / Change of
Position
Sesuai untuk pekerjaan / Appropriate
for the job
Menabrak / Crash
Lokasi / Location
Menghentikan pekerjaan /
Stopping work
Benar menggunakannya / Correct use Terjepit / Nipped
Supervisor
OBSERVASI TUGAS TERENCANA / PLANNED TASK OBSERVATION
( Halaman Belakang / Rear Page )
Beri tanda (X) pada kotak untuk item yang menjadi deviasi / Mark (X) in the box for items that are a deviation.
Tindakan Pekerja / Actions of
Workers
Perkakas Tangan dan Peralatan /
Hand Tools and Equipment
Posisi Pekerja / Position
of Workers
Review & Revisi Dokumen JSA :
• Setelah pekerjaan selesai dilakukan,
• Terdapat sumber bahaya lain
teridentifikasi,
• Terjadi perubahan Langkah tugas, metode
kerja & peralatan kerja,
• Pekerjaan akan dilakukan kembali,
• Terjadi insiden.
Implementasi JSA yg Baik :
• Libatkan karyawan dalam pelaksanaan,
pengembangan dan tinjauan ulang JSA
• Susun JSA dalam dokumen yg sederhana &
singkat
• Ilustrasikan praktek kerja yang selamat dalam
bentuk gambar / narasai yang jelas.
• Tetapkan penanggungjawab pelaksana &
implementasi JSA
• Pelatihan / sosialisasi ke seluruh karyawan yg
terkait.
• Masukkan JSA sbg panduan orientasi pekerja
Implementasi JSA yg Baik :
• Jelaskan kegunaan dari JSA sebelum pekerja
melakukan pekerjaan
• Implementasikan JSA sebagai bagian dari program
K3
• Tempatkan Salinan JSA pada area kerja yang
mudah di akses
• Pelihara & permudah akses terhadap JSA pada
seluruh karyawan.
• Tinjau ulang perubahan JSA secara berkala
• Lakukan penilaian kerja pada seluruh tingkatan
karyawan
• Masukkan pelaksanaan JSA di dalam inspeksi
Keuntungan dari Pelaksanaan JSA
:
• Mencegah terjadinya kecelakaan / kerugian
produksi
• Mengurangi biaya / kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan,
• Meningkatkan kualitas & produktivitas
• Perbaikan dari moral & kebanggan pekerja.
No : SHE-43-01-(0) Tgl. Berlaku : 16-06-19
Nama Project/Site : Departemen/Bagian :
Tanggal Pembuatan : Lokasi/Jenis Pekerjaan* :
APD yang dibutuhkan :
No Potensi Bahaya Tindakan Pengendalian
Note : Diajukan Oleh
Nama : Nama :
SN : SN :
Team JSA Pengawas Lapangan
SN :
Project Manager
Disetujui Oleh
Nama :
JOB SAFETY ANALYSIS
Urutan Aktivitas Penanggung Jawab
PRAKTIK / LATIHAN :
• Ambil dokumen portfolio nomor 16
(dokumen JSA) milik Anda.
• Identifikasi apa saja KELEBIHAN &
KELEMAHAN dari dokumen JSA milik Anda
tersebut (bandingkan dengan kaidah
penyusunan dokumen JSA).
244
Thank You
Terima Kasih
PT Prosyd Traicon Utama
Balikpapan Office
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2
Jln. Syarifuddin Yoes
Kec. Balikpapan Selatan
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur
T : (0542) 8510529
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Berau Office
Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kab. Berau
Kalimantan Timur
T : (0554) 2021244
E : berau.office@prosyd.co.id
245

More Related Content

What's hot

Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...
Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...
Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...
Imam Prastio
 
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...
padlah1984
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Vallen Hoven
 
4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerja4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerjaAlexander Nikolas
 
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung JawabMateri Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Totok Priyo Husodo
 
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaJenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Aisyah Salsabilla Rositha
 
Surat suara sah dan tidak sah
Surat suara sah dan tidak sahSurat suara sah dan tidak sah
Surat suara sah dan tidak sah
Sendy Halim Toana
 
Pidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanPidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaan
Sigit Riono
 
LOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdf
LOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdfLOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdf
LOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdf
Randy501436
 

What's hot (9)

Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...
Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...
Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...
 
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...
 
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
Tanah Terlantar (Hak Atas Tanah)
 
4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerja4071010 surat-perjanjian-kerja
4071010 surat-perjanjian-kerja
 
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung JawabMateri Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung Jawab
 
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di IndonesiaJenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
Jenis pelanggaran ham dan kasus pelanggaran ham di Indonesia
 
Surat suara sah dan tidak sah
Surat suara sah dan tidak sahSurat suara sah dan tidak sah
Surat suara sah dan tidak sah
 
Pidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaanPidana dan pemidanaan
Pidana dan pemidanaan
 
LOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdf
LOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdfLOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdf
LOCK OUT TAG OUT (LOTO).pdf
 

Similar to POP - Modul Pembekalan UJI Kompetensi - CK - Rev3.pptx

01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt
01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt
01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt
drGames3
 
01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx
01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx
01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx
forrok1
 
UU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhv
UU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhvUU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhv
UU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhv
muhammdfiqi
 
2. peraturan perundangan
2. peraturan perundangan2. peraturan perundangan
2. peraturan perundangan
Winarso Arso
 
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerjaDasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja
Tito Riyanto
 
K3.02 peraturan k3
K3.02 peraturan k3K3.02 peraturan k3
K3.02 peraturan k3
raysa hasdi
 
1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf
1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf
1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf
aminuddindahana
 
UU No. 1 Tahun 1970.ppt
UU No. 1 Tahun 1970.pptUU No. 1 Tahun 1970.ppt
UU No. 1 Tahun 1970.ppt
anggera91
 
K3 PERTAMBANGAN 2.pdf
K3 PERTAMBANGAN 2.pdfK3 PERTAMBANGAN 2.pdf
K3 PERTAMBANGAN 2.pdf
FebriaNisaUlfina
 
2. Peraturan Perundangan.ppt
2. Peraturan Perundangan.ppt2. Peraturan Perundangan.ppt
2. Peraturan Perundangan.ppt
DimasAnanda18
 
PERUNDANGAN K3 PEKERJAAN CONFINED SPACE
PERUNDANGAN K3 PEKERJAAN  CONFINED SPACEPERUNDANGAN K3 PEKERJAAN  CONFINED SPACE
PERUNDANGAN K3 PEKERJAAN CONFINED SPACE
PutuAyuWidyary
 
Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Rifki Fadli
 
Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...
Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...
Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Presentasi Agus Subandrio.pptx
Presentasi Agus Subandrio.pptxPresentasi Agus Subandrio.pptx
Presentasi Agus Subandrio.pptx
Agus Subandrio
 
Materi ii
Materi iiMateri ii
Materi ii
SarnaliNali
 
UU no. 1 tahun 1970
UU no. 1 tahun 1970UU no. 1 tahun 1970
UU no. 1 tahun 1970
Herry Prakoso
 
PPT Kelompok 2 Batch 40.pptx
PPT Kelompok 2 Batch 40.pptxPPT Kelompok 2 Batch 40.pptx
PPT Kelompok 2 Batch 40.pptx
CrystinRotuaHasmiPan1
 
UU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.ppt
UU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.pptUU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.ppt
UU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.ppt
irwankurniawan45
 
UU no.1 th1970 tentang keselamatan kerja
UU no.1 th1970 tentang keselamatan kerjaUU no.1 th1970 tentang keselamatan kerja
UU no.1 th1970 tentang keselamatan kerja
Al Marson
 
Peraturan dan perundangan k3
Peraturan dan perundangan k3Peraturan dan perundangan k3
Peraturan dan perundangan k3Latif Wrstiawan
 

Similar to POP - Modul Pembekalan UJI Kompetensi - CK - Rev3.pptx (20)

01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt
01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt
01. Update Kebijakan & Peraturan Perundangan K3(2).ppt
 
01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx
01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx
01. Melaksanakan Peraturan Keselamatan Pertambangan.pptx
 
UU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhv
UU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhvUU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhv
UU No. 1 Tahun 1970 (1).pptvhvhkvkhvkvkhvkhvkvkhv
 
2. peraturan perundangan
2. peraturan perundangan2. peraturan perundangan
2. peraturan perundangan
 
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerjaDasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja
 
K3.02 peraturan k3
K3.02 peraturan k3K3.02 peraturan k3
K3.02 peraturan k3
 
1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf
1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf
1. Materi 1_Dasar Hukum SMKP Minerba - Alles.pdf
 
UU No. 1 Tahun 1970.ppt
UU No. 1 Tahun 1970.pptUU No. 1 Tahun 1970.ppt
UU No. 1 Tahun 1970.ppt
 
K3 PERTAMBANGAN 2.pdf
K3 PERTAMBANGAN 2.pdfK3 PERTAMBANGAN 2.pdf
K3 PERTAMBANGAN 2.pdf
 
2. Peraturan Perundangan.ppt
2. Peraturan Perundangan.ppt2. Peraturan Perundangan.ppt
2. Peraturan Perundangan.ppt
 
PERUNDANGAN K3 PEKERJAAN CONFINED SPACE
PERUNDANGAN K3 PEKERJAAN  CONFINED SPACEPERUNDANGAN K3 PEKERJAAN  CONFINED SPACE
PERUNDANGAN K3 PEKERJAAN CONFINED SPACE
 
Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970Safety meeting uu no 1 tahun 1970
Safety meeting uu no 1 tahun 1970
 
Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...
Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...
Efektifitas Pengawasan dan Penegakan Hukum Sektor Pertambangan Mineral dan Ba...
 
Presentasi Agus Subandrio.pptx
Presentasi Agus Subandrio.pptxPresentasi Agus Subandrio.pptx
Presentasi Agus Subandrio.pptx
 
Materi ii
Materi iiMateri ii
Materi ii
 
UU no. 1 tahun 1970
UU no. 1 tahun 1970UU no. 1 tahun 1970
UU no. 1 tahun 1970
 
PPT Kelompok 2 Batch 40.pptx
PPT Kelompok 2 Batch 40.pptxPPT Kelompok 2 Batch 40.pptx
PPT Kelompok 2 Batch 40.pptx
 
UU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.ppt
UU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.pptUU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.ppt
UU NO.1 TH,1970 Tentang Keselamatan Kerja.ppt
 
UU no.1 th1970 tentang keselamatan kerja
UU no.1 th1970 tentang keselamatan kerjaUU no.1 th1970 tentang keselamatan kerja
UU no.1 th1970 tentang keselamatan kerja
 
Peraturan dan perundangan k3
Peraturan dan perundangan k3Peraturan dan perundangan k3
Peraturan dan perundangan k3
 

Recently uploaded

PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
afifsalim12
 
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
MarvinPatrick1
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
ssuser5e48eb
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
benediktusmaksy
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
narayafiryal8
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
ssuser0b6eb8
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
tejakusuma17
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
ymikhael4
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
RifkiAbrar2
 

Recently uploaded (9)

PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdfPROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
PROGRAM PERCEPATAN PENINGKATAN TATA GUNA AIR IRIGASI 2024.pdf
 
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalanPerencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
Perencanaan Anggaran Biaya dan penjadwalan
 
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptxBAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
BAHAN KULIUAH BAHAN TAMBAHAN MAKANANTM 03.pptx
 
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdfDAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
DAMPAK POLUSI UDARA TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT.pdf
 
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
 
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu indukSistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
Sistem Proteksi Jawa Bali untuk gardu induk
 
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLNPROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV  PLN
PROYEK PEMBANGUNAN TRANSMISI 150 KV PLN
 
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
1 - Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang-1.pptx
 
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptxPaparan  Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
Paparan Pengawasan Bangunan Gedung.pptx
 

POP - Modul Pembekalan UJI Kompetensi - CK - Rev3.pptx

  • 1. Pembekalan UJI KOMPETENSI (SERTIFIKASI BNSP) PT CIPTA KRIDATAMA Pengawas Operasional Pertama (POP) Pertambangan
  • 2. Untuk Efektifitas Pembekalan ‘Online’ : • Peserta memastikan piranti (laptop / HP) & jaringan internet dalam kondisi baik, • Peserta telah mempelajari MODUL PEMBEKALAN & Formulir APL–01 / APL–02, • Peserta telah menyiapkan dokumen portofolio sesuai dg APL–01, • Menyiapan alat tulis (kertas & pena) untuk mencatat TUGAS & PERTANYAAN, • Metode PEMBEKALAN secara online : presentasi, diskusi, & tugas / praktik.
  • 3. PENGANTAR : • Apa itu BNSP, LSP, & TUK ? • Aspek KOMPETENSI yg diujikan oleh Asesor? • METODE asesmen / sertifikasi KOMPETENSI? • Kriteria DOKUMEN PORTOFOLIO yg baik?
  • 4. Unit Kompetensi (PerMen ESDM No. 43 Tahun 2016) 1. PMB.P002.001.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait Keselamatan Pertambangan (2 Elemen; 23 Kriteria Unjuk Kerja) 2. PMB.P002.002.01 : Melaksanakan Tugas & Tanggungjawab Keselamatan Pertambangan pada area yang menjadi tanggung jawabnya (2 Elemen; 4 Kriteria Unjuk Kerja) 3. PMB.P002.003.01 : Melaksanakan Pertemuan Keselamatan Pertambangan Terencana (4 Elemen; 22 Kriteria Unjuk Kerja) 4. PMB.P002.004.01 : Melaksanakan Investigasi Kecelakaan (9 Elemen; 29 Kriteria Unjuk Kerja) 5. PMB.P002.005.01 : Melaksanakan Identifikasi Bahaya & Pengendalian Risiko (4 Elemen; 14 Kriteria Unjuk Kerja) 6. PMB.P002.006.01 : Melaksanakan Peraturan Perundangan terkait dengan Perlindungan Lingkungan (3 Elemen;
  • 5. Penjelasan Dokumen Portofolio & Pengisian : • Formulir APL – 01 • Formulir APL – 02
  • 7. 1. Peraturan Perundangan Keselamatan Pertambangan 2. Tugas & Tanggung Jawab Keselamatan Pertambangan 3. Pertemuan Keselamatan Pertambangan 4. Investigasi Kecelakaan 5. IBPR / HIRA 6. Pengelolaan Lingkungan Pertambangan 7. Inspeksi Keselamatan Pertambangan 8. Job Safety Analysis (JSA) Daftar Modul Pembekalan :
  • 8. Modul – 1 : PERATURAN PERUNDANGAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
  • 9. HIERARKI PERATURAN PERUNDANGAN : (UU No. 12/2011, Ps. 7) • UUD 1945 • TAP MPR • UU / PERPPU • Peraturan Pemerintah • Peraturan Presiden / Keppres • Perda Propinsi • Perda Kab. / Kota
  • 10. Permen ESDM No: 26 / 2018 Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Minerba KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019 (Lampiran I) - Juknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yg Baik Lampiran III : Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan Lampiran IV : Pedoman Penerapan SMKP UU No: 1 / 1970 Keselamatan Kerja UU No: 3 / 2020 Pertambangan Mineral & Batubara PP No: 19 / 1973 Pengaturan & Pengawasan K3 Pertambangan Umum PP No: 50 / 2012 Sistem Manajemen K3 (SMK3) PP No: 23 / 2010 Pelaksanaan Kegiatan UU Pertambangan Menerba PP No: 55 / 2010 Binawas Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Minerba UU No: 13 / 2003 Ketenagakerjaan UUD 1945
  • 11. UUD Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2) “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
  • 12. UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja) Pasal 9 1) Pengurus diwadjibkan menunjukkan & mendjelaskan pada tiap tenaga kerdja baru tentang : a. Kondisi-kondisi & bahaja-bahaja serta jang dapat timbul dalam tempat kerdjanja; b. Semua pengamanan & alat-alat perlindungan jang diharuskan dalam tempat kerdjanja; c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerdja jang bersangkutan; d. Tjara-tjara & sikap jang aman dalam melaksanakan pekerdjaannja. 2) Pengurus hanja dapat memperkerdjakan tenaga kerdja jang bersangkutan setelah ia jakin bahwa tenaga kerdja tersebut telah memahami sjarat-sjarat tersebut di atas. 3) Pengurus diwadjibkan menjelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerdja, dalam pentjegahan ketjelakaan & pemberantasan kebakaran serta peningkatan K3, pula dalam pemberian P3K.
  • 13. Pasal 87 (1)Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. (2) Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)
  • 14. UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja) Pasal 14 PENGURUS diwadjibkan : a. Setjara tertulis menempatkan dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua sjarat keselamatan kerdja jang diwadjibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannja jang berlaku bagi tempat kerdja jang bersangkutan, pada tempat-tempat jang mudah dilihat dan terbatja dan menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan kerdja. b. Memasang dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua gambar keselamatan kerdja jang diwadjibkan dan semua bahan pembinaan lainnja pada tempat tempat jang mudah dilihat dan terbatja menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan kerdja. c. Menjediakan setjara tjuma-tjuma, semua APD jang diwadjibkan pada tenaga kerdja jang berada dibawah pimpinannja dan menjediakan bagi setiap orang lain jang memasuki tempat kerdja tersebut, disertai dengan petundjuk-petundjuk jang diperlukan menurut petundjuk pegawai
  • 15. Pasal 12 Kewadjiban &/ hak tenaga kerdja : a. Memberikan keterangan jang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerdja; b. Memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan; c. Memenuhi & mentaati semua sjarat-sjarat K3 jang diwadjibkan; d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua sjarat K3 jang diwadjibkan. e. Menjatakan keberatan kerdja pada pekerdjaan dimana sjarat K3 serta alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan diragukan olehnja ketjuali dalam hal-hal chusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam bata-batas jang masih dapat dipertanggung djawabkan. UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
  • 16. HAK & KEWAJIBAN PEKERJA TAMBANG (UU No. 1/1970 & Permen ESDM No. 26/2018) HAK : 1. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan, 2. Mendapatkan pendidikan & pelatihan, 3. Menyatakan keberatan kerja jika persyaratan K3 tidak dipenuhi. KEWAJIBAN : 1. Mematuhi peraturan K3, 2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dg instruksi & tata kerja yg aman, 3. Memperhatikan / menjaga keselamatan dirinya & orang lain yg mungkin terdampak perbuatannya, serta mengambil Tindakan & / melaporkan kepada pengawas tentang keadaan bahaya, 4. Menggunakan & merawat alat keselamatan & APD dg benar, 5. Memberikan keterangan yg benar jika diminta keterangan oleh petugas, 6. Melaporkan setiap kecelakaan / cedera yg ditimbulkan oleh pekerjaan
  • 17. PP No. 19 / 1973 : Pengaturan & Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan Pasal 2 Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas keselamatan kerja dalam bidang Pertambangan dengan berpedoman kepada UU No. 1 / 1970 serta peraturan- peraturan pelaksanaannya. Pasal 4 Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala kepada Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi mengenai pelaksanaan pengawasan termaksud dalam Pasal 1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini. Pasal 5 Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan pengawasan terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud dalam Stoom Ordonnantie 1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
  • 18. 18 Pasal 3 1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan Menteri Pertambangan mengangkat pejabat-pejabat yang akan melakukan tugas tersebut setelah mendengar pertimbangan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi; 2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini dalam melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama dengan Pejabat-pejabat Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi baik di Pusat maupun di Daerah. PP No. 19 / 1973 : Pengaturan & Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
  • 19. Kaidah Teknik Pertambangan yg Baik, meliputi aspek : • Teknis Pertambangan, • Konservasi Minerba, • K3 Pertambangan, • KO Pertambangan, • Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan, Reklamasi, & Pascatambang, serta Pascaoperasi, • Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan Rekayasa, Rancangan Bangun, Pengembangan, & Penerapan Teknologi Pertambangan. Permen ESDM No: 26 / 2018 Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Minerba Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 : Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yg Baik
  • 20. Keputusan Menteri ESDM No. : 1827 K / 30 / MEM / 2018 • Lampiran 1: Pedoman Permohonan, Evaluasi, &/ Pengesahan KTT, PTL, KTBT, PO, PT, &/ PJO • Lampiran 2: Pedoman Pengelolaan Teknis Pertambangan • Lampiran 3: Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan & Pengolahan &/ Permurnian Mineral & Batubara • Lampiran 4: Pedoman Penerapan SMKP Mineral & Batubara • Lampiran 5: Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan Mineral & Batubara • Lampiran 6: Pedoman Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang serta Pascaoperasi Pada Kegiatan Usaha Pertambagan Mineral & Batubara • Lampiran 7: Pedoman Pelaksanaan Konservasi Mineral & Batubara • Lampiran 8: Pedoman & Evaluasi Kaidah Teknik Usaha Jasa Pertambangan
  • 21.
  • 22. PEMBINAAN & PENGAWASAN K3 PERTAMBANGAN KaIT PIT PIT PIT PIT PIT PIT PIT KTT / PTL PO PO KTBT PO PO PO PO Kementerian / Dinas ESDM Pemegang IUP / IUPK / IPR PJO PO PO Pemegang IUJP PO
  • 23. 1. Evaluasi terhadap laporan berkala & laporan khusus, 2. Pemeriksaan berkala / sewaktu-waktu (jika diperlukan), 3. Penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program & kegiatan, 4. Melakukan pemeriksaan / inspeksi, pengujian, & penyelidikan, 5. Menyusun & penyampaikan laporan (berupa : perintah, larangan, petunjuk) dari hasil pemeriksaan / inspeksi / pengujian / penyelidikan kepada KaIT. Fungsi PIT (Permen ESDM Nomor 26 / 2018, Pasal 45) :
  • 24. 1. Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat, 2. Menghentikan sementara, sebagian, atau seluruh kegiatan pertambangan jika dinilai membahayakan keselamatan pekerja / umum / menimbulkan pencemaran atau kerusakan lingkungan, 3. Mengusulkan penghentian secara tetap kegiatan pertambangan kepada KaIT. Wewenang PIT (Permen ESDM Nomor 26 / 2018, Pasal 46) :
  • 25. Kepala Teknik Tambang (KTT) : Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan pertambangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya operasional pertambangan sesuai dengan kaidah teknik pertambangan yang baik. Penanggung Jawab Teknik & Lingkungan (PTL) : Seseorang yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan operasional Pengolahan dan/atau Pemurnian sesuai dengan kaidah teknik Pengolahan dan/atau Pemurnian. Permen ESDM Nomor 26 / 2018 : Pasal 1 (18)
  • 26. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran 1) Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL : 1. Membuat peraturan internal perusahaan mengenai penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik; 2. Mengangkat pengawas operasional dan pengawas teknis; 3. Mengesahkan & melakukan evaluasi kinerja PJO; 4. Memastikan semua perusahaan jasa pertambangan yang beroperasi di bawahnya memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;
  • 27. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran 1) Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL : 5. Menerapkan standar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; 6. Menyampaikan laporan kegiatan jasa pertambangan kepada KaIT; 7. Memiliki tenaga teknis pertambangan yang berkompeten 8. Melaksanakan manajemen risiko pada setiap proses bisnis dan subproses kegiatan pertambangan;
  • 28. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran 1) Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL : 9. Menerapkan SMKP & melakukan pengawasan penerapan SMKP yang dilaksanakan oleh perusahaan jasa pertambangan yang bekerja di wilayah tanggung jawabnya; 10.Melaporkan penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik kepada KaIT; 11.Melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan secara berkala;
  • 29. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran 1) Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL : 12. Melaporkan jumlah pengadaan/penggunaan/penyimpanan / persediaan bahan dan limbah B3 setiap 6 bulan; 13. Melaporkan adanya gejala yang berpotensi menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; 14. Menyampaikan laporan kasus lingkungan & upaya penanggulangannya paling lambat 1 x 24 jam setelah kejadian; 15. Menyampaikan pemberitahuan awal dan melaporkan kecelakaan, kejadian berbahaya,
  • 30. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran 1) Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL : 16. Menyampaikan laporan audit internal penerapan SMKP Minerba; 17. Menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan; 18. Menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik; 19. Melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan batubara; 20. Menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan teknis pertambangan Minerba.
  • 31. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran 1) Pengawas Operasional  Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan KTT/PTL mengangkat Pengawas Operasional.  Pengawas Operasional yang memenuhi syarat diberikan KPO yang disahkan oleh KaIT  Kriteria Pengawas Operasional : 1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT; 2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen operasional pertambangan; 3. Memiliki bawahan dan/atau melakukan pengawasan terhadap divisi atau departemen lainnya.
  • 33. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran 1) Tugas & Tanggung Jawab Pengawas Operasional : 1. Bertanggung jawab kepada KTT / PTL untuk K3 semua pekerja tambang yang menjadi BAWAHANnya, 2. Bertanggung-jawab atas keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan dari semua ORANG YANG DITUGASKAN KEPADANYA, 3. Melaksanakan INSPEKSI, PEMERIKSAAN & PENGUJIAN 4. Membuat dan menandatangani LAPORAN pemeriksaan, inspeksi dan pengujian.
  • 34. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) MINERBA SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN MANAJEMEN HR MANAJEMEN KEUANGAN MANAJEMEN RISIKO MANAJEMEN PERALATAN MANAJEMEN LINGKUNGAN MANAJEMEN K3 - SMKP 1. Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1) 2. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran IV) 3. KepDirJen Minerba No. 185.K/37.04/DJB/2019 (Lampiran II)
  • 35. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran IV) Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) MINERBA WAJIB Implementasi SMKP, pemegang : • IUP / IUPK Eksplorasi, • IUP Operasi Produksi, • IUP Operasi Produksi Khusus, untuk pengelolaan dan / atau permurnian (Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1)) SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN MANAJEMEN HR MANAJEMEN KEUANGAN MANAJEMEN RISIKO MANAJEMEN PERALATAN MANAJEMEN LINGKUNGAN MANAJEMEN K3 - SMKP
  • 36. KepDirJen Minerba No: 185.K/37.04/DJB/2019 Lampiran II : Petunjuk Teknis Pelaksanaan, Penilaian, & Pelaporan SMKP Minerba
  • 37. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran IV) Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) MINERBA ELEMEN System : 1. Kebijakan, 2. Perencanaan, 3. Organisasi & Personel, 4. Implementasi, 5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut, 6. Dokumentasi, 7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
  • 38. Manajemen Risiko, Program K3, Manajemen Keadaan Darurat, Sanitasi & Hygiene, Gizi Kerja, Ergonomi, Kebijakan K3, Perencanaan, Organisasi & Personil, Implementasi, Evaluasi & Tndak lanjut, dll. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran IV)  Sistem & pelaksanaan perawatan sarana, prasarana, instalasi & peralatan  Kelayakan sarana, prasarana, instalasi & peralatan  Pengamanan instalasi  Kompetensi tenaga teknik  Evaluasi laporan hasil kajian teknis KESELAMATAN PERTAMBANGAN K3 KO PEKERJA selamat & sehat melaui upaya PENGELOLAAN K3 & SMKP OPERASIONAL TAMBANG yg aman, efisien & produksi melalui PENGELOLAAN SISTEM & PELAKSANAAN PEMELIHARAAN Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) MINERBA
  • 39. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran IV) Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP) MINERBA Audit System :  Audit Internal, minimum 1 kali / tahun  KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit Eksternal, jika / untuk :  Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK, atau bencana  Kepentingan penilaian kinerja K3
  • 40.
  • 41.
  • 42.
  • 44. • 2. Laporan Akhir
  • 45. PELAPORAN BERKALA ASPEK KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN • BULANAN (paling lambat 5 hari kalender dari akhir bulan) : – Pemberitahuan kecelakaan kepada KaIT, – Pemberitahuan kejadian berbahaya kepada KaIT • TRIWULANAN (paling lambat 30 hari kalender dari akhir triwulan) : – Daftar kecelakaan tambang – Daftar jumlah tenaga kerja, – Daftar jumlah jam kerja, – Daftar kekerapan (FR) & keparahan kecelakaan (SR) tambang, – Perhitungan biaya kecelakaan tambang – Rekapitulasi kejadian berbahaya, – Daftar persediaan & pemakaian handak, – Daftar persediaan & pemakaian BBC, – Laporan persediaan & pemakaian B3, – Rencana & realisasi program & biaya KP.
  • 46. PELAPORAN BERKALA ASPEK KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN • TAHUNAN (paling lambat 30 hari kalender setelah triwulan ke-IV) : – Data kompetensi tenaga kerja, – Laporan Audit Internal SMKP PELAPORAN KHUSUS ASPEK KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN • Disusun & disampaikan sesaat setelah kejadian / kondisi tertentu. • Terdiri : – Laporan pemberitahuan awal kecelakaan, – Laporan pemberitahuan awal kejadian berbahaya, – Audit Eksternal SMKP Minerba (14 hari kerja setelah audit selesai).
  • 47. Modul – 2 : Tugas dan Tanggung Jawab Keselamatan Pertambangan
  • 48. SASARAN : • Memahami tugas & tanggung jawab (khususnya di bidang K3), • Mampu menyusun target untuk pemenuhan tugas & tanggung jawab, • Mampu menyusun rencana kerja untuk mencapai target.
  • 49. Responsibility – Tanggung Jawab KEWAJIBAN yang harus dijalankan oleh seseorang terkait dengan tugas dan jabatannya dan berTANGGUNG-JAWAB terhadap atasannya. Tanggung jawab biasanya dijelaskan di dalam dokumen job description. Accountability – Tanggung Gugat KEWAJIBAN YANG TERINCI & TERUKUR yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai tugas & jabatannya; & terdapat konsekuensi terhadap pelaksaanaan kewajiban tersebut. Dalam praktiknya, tanggung gugat seseorang dituangkan dalam bentuk target & rencana kerja (program).
  • 50. Fungsi Standar Kinerja / Target / KPI :  Menjadi tujuan / sasaran upaya karyawan atau manajemen. Jikalau standar telah terpenuhi, karyawan akan merasakan adanya pencapaian dan penyelesaian.  Kriteria pengukuran keberhasilan sebuah target / tujuan. Tanpa adanya standar, tidak ada sistem pengendalian yang dapat mengevaluasi kinerja karyawan. Beberapa diantaranya dapat menjadi
  • 51. Persyaratan dalam Standar Kinerja / Target / KPI :  Harus relevan dengan individu dan organisasi,  Harus stabil dan handal,  Harus dijabarkan dalam angka,  Harus mudah diukur,  Harus dipahami oleh karyawan dan penyelia,  Harus memberikan interprestasi yang tidak bias.
  • 52.  Lagging Indicators (Downstream), fokus pada hasil akhir (Incidents, PAK). Biasa disebut Objectives / Target.  Leading Indicators (Upstream), fokus pada program untuk mencapai hasil akhir. Standar Kinerja K3 :
  • 53. KESELAMATAN KERJA KESEHATAN KERJA 1. ZERO FATALITY 2. LTI Frequency / Severity Rate 3. Property Damage FR / Cost 4. RWDC (Restricted Work Day Case) 5. MTC (Medical Treatment Case) 6. FAC (First Aid Case) 7. Nearmiss 8. Kejadian Berbahaya 1. Rasio Kelayakan Kerja (%) 2. Crude Morbidity Rate (CMR - %) 3. Morbidity Frequency Rate (MFR) 4. Spell Severity Rate (SSR) 5. Absence Severity Rate (ASR) 6. PAK Frequency Rate (PAK FR) CONTOH LAGGING INDICATORS:
  • 54. Lost Time Injury (LTI) Semua cidera akibat kecelakaan tambang yang mengakibatkan korban tidak mampu melakukan tugas semula pada gilir kerja berikutnya berdasarkan keterangan dokter yang telah ditunjuk oleh perusahaan. Kerusakan Harta Benda / Property Damage Insiden yang mengakibatkan kerugian/kerusakan Fatality Setiap cedera yg mengakibatkan kematian yg terjadi saat pekerja melaksanakan peran dan tanggung jawabnya atau akibat dari pekerjaannya.
  • 55. Restricted Work Duty Injury (RWDI) Kecelakaan yang mengakibatkan karyawan harus dirawat atau mendapatkan perlakuan medik serius/berat dan dapat kembali bekerja tetapi tidak mampu mengerjakan semua tugas-tugasnya secara normal sesuai dengan deskripsi kerja atau karyawan tersebut diberikan tugas lain sementara waktu karena kecederaan/penyakitnya tersebut atau bekerja secara permanen kurang dari waktu penuh. Medical Treatment Case (MTC) Kecelakaan yang menyebabkan korban harus dirawat atau mendapatkan perlakuan medik lain di luar pertolongan pertama (P3K) dan dapat kembali bekerja seperti semula. First Aid Case (FAC) Insiden yang mengakibatkan cidera pada korban korban hanya mendapatkan bantuan first aid (P3K) saja dan langsung dapat
  • 56. LTI Frequency Rate (LTIFR) = Jml Cedera Berakibat LTI & Fatality x 1.000.000 Jumlah Jam Kerja Karyawan LTI Severity Rate (LTISR) = Jumlah Hari Hilang Akibat LTI & Fatality x 1.000.000 Jumlah Jam Kerja Karyawan Contoh : PT ABC pada periode Januari – Juli 2019 terjadi 10 kecelakaan. Dari kecelakaan-kecelakaan tersebut, menyebabkan 5 orang mengalami cedera. Dan dari 5 orang yang cedera, 3 di antaranya harus absen bekerja (kehilangan hari kerja). Korban A harus absen selama 10 hari, korban B absen selama 15 hari, dan korban C kehilangan hari kerja selama 5 hari. Korban D & E dapat kembali bekerja pada hari berikutnya setelah kecelakaan. Dari catatan HRD Dept, untuk periode yang sama di PT ABC akumulasi jam kerja seluruh karyawan adalah 500.000 jam kerja karyawan. Hitung berapa LTIFR & LTISR untuk PT ABC untuk periode Januari – Juli 2019. LTIFR = 3 x 1.000.000 = 6 500.000 (setiap 1 juta jam kerja karyawan, PT ABC terjadi 6 karyawan yg mengalami LTI) LTISR = 30 x 1.000.000 = 60 500.000 (setiap 1 juta jam kerja karyawan, PT ABC mengalami kehilangan sebanyak 60 hari kerja karyawan )
  • 57. STANDAR KINERJA KESEHATAN KERJA RUMUS / FORMULA Rasio Kelayakan Kerja (RKK) (Jumlah pekerja layak kerja / Total Pekerja) x 100% Crude Morbidity Rate (CMR) (Jumlah pekerja sakit / Total Pekerja) x 100% Morbidity Frequency Rate (MFR) (Jumlah pekerja sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000 Spell Severity Rate (SSR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Jumlah Spell) x 1.000.000 Absence Severity Rate (ASR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000 Penyakit Akibat Kerja Frequency Rate (PAKFR) (Jumlah Kasus PAK / Jumlah Tenaga Kerja) x 1.000.000
  • 58.  Implementasi program kerja – 100%,  Pelaksanaan inspeksi / observasi – 4 kali per minggu,  Pelaksanaan pertemuan K3 – 7 kali per minggu,  Pelaksanaan pelatihan K3 – 100% sesuai jadwal,  Tindak lanjut temuan inspeksi / investigasi, dll – 100%,  Kepatuhan terhadap prosedur – 100%,  Dan lain – lain. CONTOH LEADING INDICATORS (PROGRAM KERJA) :
  • 59. TANGGUNG JAWAB (Responsibility ) TANGGUNG GUGAT (Accountability) LAGGING INDICATORS (TARGET) LEADING INDICATOR (PROGRAM) Menurunkan / mencegah kecelakaan kerja 1. Lost Time Injury Freq. Rate (LTIFR) < 0,5 1. Melakukan safety talk secara terjadwal. 2. Melakukan inspeksi K3 sesuai prosedur. 3. Melakukan observasi tugas sesuai prosedur. 1 kali / minggu 1 kali / minggu 4 kali / minggu Contoh : Tanggung Jawab, Tanggung Gugat, & Kinerja K3
  • 60. TUGAS / PRAKTIK : • Sebutkan LAGGING INDICATORS yang digunakan sebagai OBJECTIVES / TARGET K3 di perusahaan. • Jelaskan PENGERTIAN dari setiap lagging indicators tersebut. 60
  • 61. Modul – 5 : Manajemen Risiko / Identifikasi Bahaya & Penilaian Risiko (IBPR)
  • 62. SASARAN : • Mampu mengidentifikasi bahaya, • Mampu menilai risiko dari suatu bahaya. • Mampu menyusun tindakan kontrol / pengendalian yang efektif.
  • 63. BAHAYA / HAZARD Adalah sumber / situasi yang memiliki potensi / dapat menyebabkan cedera atau sakit pada manusia, kerusakan peralatan dan pencemaran lingkungan atau kombinasinya. RISIKO / RISK (R) Adalah kombinasi kemungkinan & konsekuensi dari kejadian berbahaya (beberapa bahaya) yang terjadi, atau perkalian antara kemungkinan / likelihood (L) & konsekuensi / severity (S).
  • 64. MANAJEMEN RISIKO Adalah proses mengidentifikasi & menentukan prioritas untuk meminimalkan dan mengendalikan konsekuensi risikonya, sehingga dapat mencegah kecelakaan. Adalah proses mengidentifikasi sumber- sumber bahaya, penilaian risiko, dan tindakan untuk menghilangkan serta mengurangi risiko secara terus menerus.
  • 65.
  • 66. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO : • Alat / tools untuk mencegah kecelakaan & mencapai target K3 (lagging indicators), • Mengelola risiko yang dapat menyebabkan kerugian akibat kecelakaan (uncertaintly), • Mengambil tindakan yang tepat & efektif atas risiko yang
  • 67. APA MANFAAT DARI MANAJEMEN RISIKO? • Mengidentifikasi & mengendalikan risiko K3 pada semua aktivitas / proses, • Sebagai dasar menyusun perencanaan / strategi K3, • “Kunci” dari pencegahan kecelakaan, • Mengurangi biaya / kerugian, • Meningkatkan efisiensi & kinerja K3 • Meningkatkan “Accountability” • Sebagai dasar untuk Perbaikan Berkelanjutan.
  • 68. DIMANA & KAPAN MANAJEMEN RISIKO DILAKUKAN? • Dilakukan terhadap semua aktivitas di semua area kerja perusahaan, • Pada Awal Proyek, • Untuk Pekerjaan Baru, • Ditinjau ulang secara berkala, • Jika ada masukan dari Pemerintah (buku tambang, audit, inspeksi, hasil investigasi kecelakaan serius), • Jika ada modifikasi desain kerja, proses kerja, atau modifikasi peralatan.
  • 69.
  • 70. Tahapan Manajemen Risiko : 1. Komunikasi & Konsultasi, 2. Penetapan Konteks, 3. Identifikasi Bahaya, 4. Penilaian / Analisa Risiko, 5. Pengendalian / Pengelolaan Risiko, 6. Pemantauan & Peninjauan.
  • 71.
  • 72.
  • 73. Mengidenfitikasi Bahaya : 1. OBSERVASI, pengamantan keliling / perilaku / cara kerja. 2. INSPEKSI, pemeriksaan menggunakan checklist / daftar periksa. 3. KONSULTASI / DISKUSI, dengan para ahli. 4. STUDY DOCUMENTS : JSA, SOP, WI, MSDS, Laporan Investigasi, Statistik Kecelakaan
  • 74. Mengidentifikasi Bahaya Bahaya Contoh Kimia Debu Silika, Fiber Asbes, Asap / Gas / Uap Beracun Fisik Kebisingan, Getaran tinggi, Pencahayaan (kurang / berlebih), Radiasi UV, Temperatur (rendah / tinggi) Biologis Mikro Biologi (Bakteri, Virus, Jamur), Makro Biologi (Tumbuhan & Binatang) Mekanis Titik Operasi, Titik Jepit, Gerak Mesin Lingkungan Sekitar Licin, Permukaan Tidak Rata Psikososial Intimidasi, Trauma, Pola shift kerja Tingkah Laku Kurang Keahlian, Ketidak-patuhan Kelistrikan Peralatan, Instalasi
  • 75. TUGAS / PRAKTIK : Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber / situasi & potensinya) UTAMA di area kerja Anda. 75
  • 76. Rumus Nilai / Tingkat Risiko Menilai Risiko Penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi bahaya untuk menentukan LEVEL RISIKO, serta apakah dapat diterima (acceptable / tolerable) / tidak (unacceptable / untolerable). Risiko = (F x P) x S Frequency / Keseringan (F) Keseringan terjadinya kejadian berbahaya / terpapar bahaya / aspek. Probability / Peluang (P) Peluang terjadinya insiden / dampak / penyakit / pencemaran yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya / paparan bahaya / aspek. Severity / Keparahan (S) Keparahan dari cidera / penyakit / kerusakan harta benda / dampak lingkungan yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya / paparan bahaya / aspek.
  • 78.
  • 79. Rumus Nilai / Tingkat Risiko Menilai Risiko Risiko = (F x P) x S
  • 81. POTENSI INSIDEN PROBABILITY (P) FREQUENCY (F) SEVERITY (S) NILAI & LEVEL RISIKO TINDAKAN PENGENDALIAN Pekerja terjatuh dari ketinggian (10m) Besar kemungkinan terjadi 4 Berkali- kali dalam sehari 5 Fatality 30 4 x 5 x 30 = 600 (> 226) VERY HIGH (Risiko Tidak Dpt Diterima)
  • 82. TUGAS / PRAKTIK : Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber / situasi & potensinya) UTAMA di area kerja Anda. 82 Berapa NILAI RISIKO dari bahaya ini??
  • 83. VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3 PRIMARY CONTROL METHODS : ENGINEERING ELIMINATION SUBTITUTION ISOLATION ELIMINATION SUBTITUTION ENGINERING SECONDARY CONTROL METHODS : ADMINISTRATIVE ADMINISTRATIVE TRAINING ADMINISTRATIVE TERTIARY CONTROL METHODS : WORK PRACTICE PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
  • 84. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO 1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau peralatan. 2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya 3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja. 4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman. 5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
  • 85. POTENSI INSIDEN PROBABILITY (P) FREQUENCY (F) SEVERITY (S) NILAI & LEVEL RISIKO TINDAKAN PENGENDALIAN Pekerja terjatuh dari ketinggian (10m) Besar kemungkinan terjadi 4 Berkali- kali dalam sehari 5 Fatality 30 4 x 5 x 30 = 600 (> 226) VERY HIGH (Risiko Tidak Dpt Diterima) 1.Menghentikan pekerjaan (Rekayasa - Eliminasi). 2.Memasang / mengganti scaffolding (Rekayasa - Subtitusi) 3.Memilih pekerja yg telah mendapatkan pelatihan WAH (Administrative) 4.Menyusun & implementasi JSA (Work Practice) 5.Pelatihan WAH utk semua pekerja konstruksi (Work Practice) 6.Melengkapi pekerja dg harness (PPE).
  • 86. TUGAS / PRAKTIK : Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber / situasi & potensinya) UTAMA di area kerja Anda. Berapa NILAI RISIKO dari bahaya ini?? Rumuskan TINDAKAN PENGENDALIAN untuk menurunkan nilai risiko.
  • 87. Pemantauan & Peninjauan Dokumen manajemen risiko (dokumen IBPR) direview / direvisi secara berkala, atau jika terjadi : 87 1. Kecelakaan, 2. Kejadian berbahaya, 3. Kejadian akibat penyakit tenaga kerja, 4. Penyakit akibat kerja, 5. Perubahan peralatan / instalasi / proses / kegiatan baru.
  • 88. LATIHAN : 1. Apa potensi insiden dari bahaya ini? 2. Tentukan nilai dari Frekwensi, Probability, & Severity dari bahaya ini. 3. Tentukan level Risiko dari bahaya ini. 4. Rumuskan apa saja Tindakan Pengendalian untuk menurunkan risiko dari bahaya ini.
  • 89. LATIHAN : 1. Apa potensi insiden dari bahaya ini? 2. Tentukan nilai dari Frekwensi, Probability, & Severity dari bahaya ini. 3. Tentukan level Risiko dari bahaya ini. 4. Rumuskan apa saja Tindakan Pengendalian untuk menurunkan risiko dari bahaya ini.
  • 90. Modul – 7 : INSPEKSI Keselamatan Pertambangan
  • 91. SASARAN : • Mampu membuat jadwal / rencana inspeksi. • Mampu melakukan inspeksi K3L secara efektif. • Dapat menyusun laporan inspeksi K3L.
  • 92. Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi insiden / bahaya untuk mencegah terjadinya kerugian maupun kecelakaan di tempat kerja dalam penerapan K3. Inspeksi adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu masalah dan menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain yang dapat muncul. (Bird, Frank E, and George L. Germain, 1990)
  • 93. TUJUAN INSPEKSI  Menjamin tercapainya efisiensi dalam produksi,  Menentukan estimasi kapan peralatan akan di reparasi atau di overhaul,  Mengurangi tingkat kerusakan, meningkatkan availability & utility dari suatu mesin / peralatan,  Identifikasi kondisi tidak aman & tindakan tidak aman,  Menentukan penyebab dasar & melakukan perbaikan atas temuan,  Mengukur performance kondisi fisik.
  • 94. Mengapa PENGAWAS Harus Melakukan Inspeksi K3?  Dapat melakukan tindakan perbaikan dg segera untuk mencegah kecelakaan,  Kepentingan pribadi,  Paham terhadap kondisi & perubahan daerah kerja, serta sifat / tabiat pekerja,  Media kontak langsung dg pekerja.
  • 95. Jenis Inspeksi K3 1. Inspeksi Tidak Terencana (Informal), contoh : Safety Training Observation Program (STOP), Hazard Report, dll. 2. Inspeksi Terencana (Formal), terdiri dari :  Inspeksi UMUM, contoh : 1. Inspeksi Bagian / Tempat / Objek Kritis, 2. Inspeksi Daerah Tidak Aktif, 3. Inspeksi Peralatan Kerja, 4. Tata Griya / Tata Papan / Housekeeping  Inspeksi PERILAKU (Observasi / Pengamatan), contoh : Behavior Based Safety (BBS)
  • 96. JENIS INSPEKSI : 1. Inspeksi Tidak Terencana :  Inspeksi yang tidak menentu,  bersifat tidak sistematis dan dangkal,  Biasanya hanya memeriksa tentang kondisi tak aman yang membutuhkan perhatian besar namun sering terlewatkan.  Contoh : hazard report, sidak (inspeksi mendadak), dll. 2. Inspeksi Terencana, dibagi :  Inspeksi rutin / umum, : dilakukan secara berkala & rutin, dengan jadwal yg sudah ditentukan Contoh : inspeksi umum, inspeksi housekeeping, inspeksi bagian kritis, preventive maintenance, pre-use equipment inspection, dll.
  • 97. Tahapan INSPEKSI TERENCANA: 1. PERENCANAAN (menentukan : objek, jadwal, petugas, metode, biaya), 2. PERSIAPAN (memahami prosedur; menyiapkan : alat ukur & uji, alat dokumentasi); 3. PELAKSANAAN, 4. Merumuskan REKOMENDASI & TINDAK LANJUT, 5. EVALUASI, 6. MENYUSUN & DISTRIBUSI LAPORAN HASIL
  • 98.
  • 99. 1. Perencanaan Inspeksi • Program inspeksi disusun berdasarkan penilaian risiko, • Meliputi, penentuan : – Obyek inspeksi, – Jadwal inspeksi (berkala / sewaktu), – Petugas / penanggung jawab inspeksi, – Metode inspeksi, – Biaya inspeksi (jika diperlukan).
  • 100. PENENTUAN OBYEK INSPEKSI berdasarkan :  Catatan / Potensi Kerugian  Catatan / Pengalaman Perawatan  Catatan / Potensi Kecelakaan  Buku petunjuk  Interview karyawan 100
  • 101. 2. Persiapan Inspeksi  Menentukan jalur-jalur untuk inspeksi K3,  Peta inspeksi didasarkan pada denah area kerja,  Standar, peraturan, atau prosedur kerja yang telah ditentukan,  Potensi bahaya terhadap proses kerja, mesin, material, & peralatan,  Menentukan alat ukur / alat uji / alat dokumentasi / APD yang dibutuhkan selama inspeksi,  Mempelajari data kecelakaan kerja, laporan pemeliharaan, & laporan inspeksi sebelumnya,
  • 102. 3. Pelaksanaan Inspeksi SIKLUS Pengamatan / Inspeksi : 1. Memutuskan 2. Berhenti 3. Mengamati 4. Bertindak 5. Melaporkan Pengamatan TOTAL Pengamatan menyeluruh menggunakan panca indra :  Penglihatan,  Penciuman,  Pendengaran,  Peraba & Perasa
  • 103. Obyek Pengamatan / Inspeksi  Reaksi Pekerja  Posisi Pekerja  Prosedur Kerja  Peralatan Kerja  Housekeeping (Kondisi Fisik Secara Umum)  Alat Pelindung Diri
  • 104. Obyek Pengamatan / Inspeksi Reaksi Pekerja :  Membetulkan APD,  Merubah Posisi Kerja,  Menghentikan Pekerjaan,  Mengganti Alat Kerja.  Terbentur,  Tertabrak,  Terkait,  Terjepit,  Terpapar suhu panas / dingin,  Terjatuh,  Tertelan,  Terserap,  Tersengat arus listrik,  Terhirup. Posisi Pekerja yang berpotensi :
  • 105.  Prosedur sudah dibuat / ditetapkan?  Prosedur memadai?  Prosedur diikuti / dipertahankan? Obyek Pengamatan / Inspeksi  Alat sesuai dengan pekerjaan  Kondisinya alat aman  Alat dipergunakan dengan benar Prosedur Kerja : Peralatan Kerja :
  • 106. Alat Pelindung Diri :  Pekerja memakai APD sesuai dengan risiko yang ada?  Pekerja memakai APD dengan benar?  APD dalam kondisi baik / tidak rusak / nyaman digunakan? Obyek Pengamatan / Inspeksi Tatapapan (Housekeeping) :  Gang terhalang oleh barang-barang,  Penyimpanan perkakas,  Penampungan kotoran / sampah,  Penempatan barang,  Penataan letak (Lay Out),  Serpihan atau potongan material,
  • 107. TATAGRIYA / TATAPAPAN / HOUSEKEEPING Adalah program penataan dan kebersihan lingkungan (kerja) untuk menciptakan lingkungan (tempat kerja) yang aman dan produktif 1. 2. 4. 3. 5. RINGKAS (SEIRI) RAPI (SEITON) RESIK (SEISO) RAWAT (SEIKATSU) RAJIN (SHITSUKE) PRINSIP DASAR–5R/5S : 1. RINGKAS Pisahkan barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan; Buang yang tidak perlu & simpan yang perlu sesuai tingkat kepentingannya 2. RAPI Setiap alat/barang yang ada ditempat kerja harus ada tempatnya; Alat/barang yang tidak digunakan harus diletakan pada tempatnya 3. RESIK/BERSIH Selalu bersihkan lingkungan, alat dan peralatan kerja yang ada ditempat kerja; Membersihkan berarti memeriksa dan menjaga 5. RAJIN/DISIPLIN Lakukan apa yang harus dilakukan dan jangan lakukan apa yang dilarang secara terus-menerus (membiasakan) 4. RAWAT Merawat atau memelihara prinsip Ringkas, Rapi, Resik secara berkesinambungan (standarisasi)
  • 108.  Alat Pemanjat/Tangga,  Perkakas Tangan,  Material Handling,  Gang (Walk Way),  Gudang/Penyimpanan,  Label & Kunci,  Sisa Bahan/Material. Kondisi Fisik Secara Umum :  Pemindah Energi Mekanik,  Pelindung Mesin,  Pemasangan Listrik,  Tabung Gas Bertekanan,  Bahan Mudah Menyala,  Jalan Keluar, Obyek Pengamatan / Inspeksi
  • 109. • Corrective / Immediately Action – Bersifat segera / di lokasi temuan, – Tidak perlu mengetahui penyebab dasar, – Bersifat perbaikan sementara, – Mencegah kecelakaan secara parsial. • Preventive Action – Dirumuskan berdasarkan penyebab dasar, 4.Merumuskan Rekomendasi & Tindak Lanjut (Corrective & Preventive Action)
  • 110. Kondisi / Peralatan Tidak Aman : • Lakukan tindakan perbaikan sementara (isolasi, barikade, dll). • Mengambil dokumentasi (photo, lay-out, dll). • Diskusi dengan pekerja untuk mencari akar masalah, • Minta masukan dari pekerja tindakan pengendalian apa saja yang harus dilakukan, • Menentukan tindakan pengendalian yang tepat. 4.Merumuskan Rekomendasi & Tindak Lanjut (Corrective & Preventive Action)
  • 111. Tindakan Tidak Aman : • Stop kegiatan pekerja yang diamati, • Masuk dalam proses diskusi, • Hormat & bersahabat, • Dapatkan kesepakatan untuk merubah perilaku tidak aman, & mempertahankan perilaku aman pekerja.
  • 112. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO 1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau peralatan. 2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya 3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja. 4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman. 5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
  • 113. • Catat semua temuan (kondisi & tindakan tidak aman) dan tindakan pengendalian yang telah ditentukan ke dalam formulir standar, • Memastikan setiap tahapan inspeksi telah dilakukan 5. Evaluasi Inspeksi
  • 114. • Menentukan penanggung–jawab tindakan perbaikan & batas waktu pelaksanaannya, • Mendistribusikan laporan inspeksi ke semua penanggung–jawab tindakan perbaikan, • Memonitor & melakukan verifikasi tindak– lanjut dari tindakan pengendalian, • Mendokumentasikan laporan hasil inspeksi, • Mensosialisasikan kepada seluruh pekerja sebagai bentuk edukasi. 6. Menyusun & Distribusi Laporan Hasil Inspeksi
  • 115. TUGAS / PRAKTIK : • Imajinasikan Anda sedang melakukan inspeksi di area gudang / warehouse.
  • 116. 116 Ini adalah 4 temuan dari inspeksi yg dilakukan.
  • 117. TUGAS : Buatlah laporan hasil inspeksi ini menggunakan formulir check-list & rekomendasi tindakan perbaikan ini.
  • 118. 118
  • 119.
  • 120. Modul – 3 : Pertemuan Keselamatan Pertambangan
  • 121. SASARAN : • Mampu menyiapkan & melaksanakan pertemuan keselamatan pertambangan yang efektif.
  • 122. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi juga berarti hubungan atau kontak. Mengomunikasikan adalah mengirim pesan lewat saluran komunikasi atau menyebarkan pesan melalui saluran komunikasi.
  • 123. MANAJEMEN KOMUNIKASI Proses timbal balik untuk memberi, membujuk dan memberikan perintah dari suatu informasi kepada orang lain serta merupakan tuntutan untuk menjembatani teoritisi komunikasi dan praktisi komunikasi Proses penggunaan berbagai sumber daya komunikasi secara terpadu melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Parag Diwan).
  • 124.  Sebagai alat untuk menyamakan pengertian semua anggota,  Sebagai alat untuk menggerakkan orang lain sesuai dengan informasi yang diberikan,  Sebagai kendali perilaku anggota melalui informasi seperti tata tertib atau peraturan anggota,  Sebagai motivasi bagi anggota agar bekerja sesuai dengan standar perusahaan,  Sebagai bentuk pengungkapan emosional anggota,  Sebagai alat penyampaian informasi dan menentukan alternatif sebagai langkah pengambilan FUNGSI MANAJEMEN KOMUNIKASI :
  • 125.  Sebagai sarana untuk berinteraksi dengan baik sehingga bisa memahami dan mengerti cara berkomunikasi dengan pihak lain,  Mengembangkan interaksi yang professional,  Membentuk keinginan yang baik (goodwill),  Saling menghargai (mutual appreciation),  Rasa toleransi (tolerance),  Saling bekerjasama (mutual understanding),  Memperoleh opini yang menguntungkan, baik dalam hubungan internal maupun eksternal TUJUAN MANAJEMEN KOMUNIKASI :
  • 126. Komunikasi Formal Komunikasi antara atasan & bawahan yang membutuhkan pengaturan khusus (digunakan pada jalur formal), memiliki wewenang & tanggung jawab. Komunikasi Non-Formal Komunikasi yang tidak membutuhkan pengaturan khusus & biasanya terjadi secara spontan. JENIS KOMUNIKASI :
  • 127. Komunikasi Vertikal Hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan melalui suatu etika komunikasi dalam menjalankan fungsi manajemen, bisa dari atas ke bawah (downward communication) atau dari bawah ke atas (upward communication). Komunikasi Horizontal Komunikasi antar karyawan atau antar pimpinan dalam suatu organisasi atau perusahaan (arus komunikasi yang berada di satu level dalam organisasi). Komunikasi Eksternal Komunikasi antara perusahaan dengan perusahaan atau organisasi lain yang terjalin di luar perusahaan. JENIS KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN :
  • 128. JENIS PERTEMUAN K3 / SAFETY MEETING : Safety Committee Meeting / Rapat Komite K3 Rapat formal interaktif wakil manajemen & pekerja untuk membahas : pengembangan strategi, melakukan pemeriksaan, evaluasi, & memberikan masukan / solusi pemecahan permasalahan K3. Toolbox Meeting / Pre-Start Safety Briefing / Tailgate Meeting Dilakukan pada awal shift, lokasinya dinamis (tidak tetap), membicarakan & merencanakan pekerjaan yang akan dilakukan, serta menentukan kontrol bahayanya. Safety Talk / Weekly Safety Talk Sekali seminggu dengan waktu lebih lama, & topik safety yang lebih terencana.
  • 129. Komite Keselamatan Pertambangan Pemegang IUP, IUPK, IPR, & IUJP membentuk & menetapkan Komite Keselamatan Pertambangan. Penetapan Komite KP oleh KTT, PTL, atau PJO. Struktur Komite Keselamatan Pertambangan a) Ketua : KTT / PTL / PJO; b) Wakil Ketua; c) Sekretaris : Kepala Dept K3; d) Anggota : Perwakilan Manajemen, Perwakilan Pekerja.
  • 130. Tugas & Tanggung Jawab Komite Keselamatan Pertambangan a) mengidentifikasi, menetapkan, & mengesahkan tujuan, sasaran, & program Keselamatan Pertambangan; b) Memastikan pelaksanaan & perkembangan tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan; c) memastikan diterbitkannya kebijakan, standar, & prosedur Keselamatan Pertambangan;
  • 131. Tugas dan Tanggung Jawab Komite Keselamatan Pertambangan d) memastikan terselenggaranya audit Keselamatan Pertambangan secara berkala; e) memastikan terlaksananya tinjauan manajemen terhadap penerapan SMKP paling sedikit 1(satu) kali; f) membahas masalah-masalah & membuat program pencegahan kecelakaan / PAK / kondisi berbahaya;
  • 132. Manfaat PERTEMUAN K3 :  Meningkatkan kemampuan, pemahaman, & kesadaran K3 pekerja,  Identifikasi & analisis masalah K3,  Membangun penyelesaian masalah K3,  Meningkatkan program K3,  Mempermudah diterimanya kebijakan, peraturan & prosedur K3,  Memperbaiki kualitas / kompetensi pekerja.
  • 133. PERAN PENGAWAS dalam Pertemuan K3 (Pre-Start Meeting / Safety Talk) : 1. Mempersiapkan pertemuan :  Apa topiknya  Kapan pelaksanaannya  Siapa pembicara  Tempat pertemuan  Alat bantu bila diperlukan 2. Memimpin & memastikan terlaksananya pertemuan sesuai jadwal, 3. Mencatat kehadiran & masukan yang disampaikan, 4. Menindak lanjuti masukan tersebut.
  • 134. Menentukan TOPIK BAHASAN :  Topik K3 yang paling dikuasai,  Masalah K3 yang actual / trend,  Hasil rapat safety komite terbaru,  Kasus kecelakaan yang baru terjadi : kronologis, penyebab & rekomendasi hasil investigasi,  Kebijakan, peraturan atau prosedur K3 terbaru,  Tindak lanjut dari hasil hasil pertemuan K3 sebelumnya.
  • 135. METODE PERTEMUAN :  Metoda Ceramah  Metoda Ceramah & Diskusi  Metoda Diskusi Tanya Jawab  Metoda Diskusi Pro & Kontra  Metoda Diskusi Kelompok
  • 136. Pembukaan (x menit) Penyampaian Topik Bahasan : 1. ….. (x menit) 2. ….. (x menit) Diskusi / Tanya Jawab (x menit) Kesimpulan (x menit) Penutup (x menit) CERAMAH & DISKUSI Pembukaan (x menit) Pembagian Kelompok Diskusi (x menit) Diskusi kelompok Pro & Diskusi Kelompok Kontra (x menit) Pembahasan hasil diskusi (x menit) Kesimpulan (x menit) Pembukaan (x menit) Penyampaian Topik Bahasan : 1. ….. (x menit) 2. ….. (x menit) Kesimpulan (x menit) Penutup (x menit) Pembukaan (x menit) Diskusi Tanya-Jawab Topik Bahasan : 1. ….. (x menit) 2. ….. (x menit) Kesimpulan (x menit) Penutup (x menit) Pembukaan (x menit) Pembagian Kelompok Diskusi (x menit) Diskusi per kelompok (x menit) Pembahasan hasil diskusi (x menit) Kesimpulan (x menit) AGENDA PERTEMUAN K3: CERAMAH DISKUSI TANYA JAWAB DISKUSI PRO & KONTRA DISKUSI KELOMPOK KECIL
  • 138. SASARAN : • Memahami aspek & peraturan lingkungan yang terkait dengan aktifitas / operasional masing- masing.
  • 139. KARAKTERISTIK KEGIATAN PERTAMBANGAN :  Berada di bawah tanah,  Keterdapatan di muka bumi tidak dapat memilih tempat,  Sumberdaya tak terbarukan (non-renewable),  Dapat difungsikan sebagai penggerak pembangunan,  Padat modal & teknologi,  Risiko finansial sangat besar,  Tahapan harus dilalui : 1. Penyelidikan Umum, 2. Eksplorasi & Study Kelayakan, 3. Konstruksi, 4. Eksploitasi (penambangan, pengolahan / pemurnian, hauling, penjualan)
  • 140. Peraturan Lingkungan Pertambangan :  UU Nomor 32 Tahun 2009 : Perlindungan & Pengelolaan Lingkungan Hidup  PP Nomor 27 Tahun 1999 : AMDAL  PP Nomor 27 Tahun 2012 : Izin Lingkungan  PP Nomor 82 Tahun 2001 : Pengendalian Pencemaran Air  PP Nomor 78 Tahun 2010 : Reklamasi & Pasca Tambang  PP Nomor 27 Tahun 2020 : Pengelolaan Sampah Spesifik  PerMen ESDM No. 07/2014 : Reklamasi & Pasca Tambang Minerba  Kep MPE 1211.K Tahun 1995 : Pencegahan & Penanggulangan Perusakan & Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum  SE Dirjen Nomor 693.K/1996 : Pengendalian Erosi
  • 141. Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan (Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018, Lampiran V) Adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari kegiatan pertambangan. Dibagi menjadi : 1. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Eksplorasi, 2. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Konstruksi, 3. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Penambangan, 4. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Pengangkutan, 5. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pengolahan dan / atau Pemurnian, 6. Pemantauan Lingkungan Hidup, 7. Penanggulangan Pencemaran dan / atau Perusakan Lingkungan Hidup, 8. Sistem Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup Pertambangan, 9. Penghargaan Pengeloaan Lingkungan Hidup Pertambangan
  • 142. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada JALAN AKSES : • Pembuatan saluran drainase di pinggir jalan yang dialirkan ke kolam pengendap, • Melaksanakan pemeliharaan terhadap jalan akses, drainase, & kolam pengendap, • Pembuatan jalan akses sesuai dg rencana kerja tahunan.
  • 143. • Pembuatan dasar lantai yang kedap fluida, • Melengkapi dg kolam perangkap limbah hidrokarbon / oil trap (yaitu : sistem perangkap untuk memisahkan limbah hidrokarbon dengan air, sehingga limbah hidrokarbon tidak terlepas ke lingkungan), • Atap dilengkapi dg talang air yang mengarahkan air hujan ke drainase, • Fasilitas pencucian kendaraan yang dilengkapi dg kolam pengendap & kolam perangkap limbah hidrokarbon. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada BENGKEL :
  • 144. • Stasiun pengisian dilengkapi atas penahan air hujan, lantai kedap fluida, tanggul pengaman, drainase, & fasilitas perangkap hidrokarbon, • Unit fuel truck dilengkapi dg peralatan pencegah tumpahan dan / atau ceceran bahan bakar (spill kit) Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Fasilitas PENGISIAN BAHAN BAKAR CAIR :
  • 145. • Saluran drainase, • Sarana perangkap hidrokarbon, • Sarana penampungan limbah B3. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada GENERATOR LISTRIK :
  • 146. • Akses / jalan yang terpelihara dg baik, • Alat utk menghentikan aliran air di titik keluar menuju perairan umum • Sarana pengukur debit air, • Papan informasi hasil pemantauan kualitas air limbah. Fasilitas Pengelolaan Lingkungan Hidup pada KOLAM PENGENDAPAN :
  • 147. Pengelolaan AIR LARIAN (RUN – OFF WATER) Permukaan & Air Tambang • Mengalirkannya melalui saluran drainase menuju ke kolam pengendapan, • Sebelum dilepas ke perairan umum wajib memenuhi baku mutu lingkungan, • Mengalirkan air larian permukaan dari lahan sekitar tambang melalui saluran pengalih / pengelak (sehingga tidak masuk ke tambang).
  • 148. • Penyiraman jalan secara rutin, • Penghijauan, • Pembatasan kecepatan kendaraan, • Penyemprotan debu pada conveyor, • Melengkapi conveyor dg atap & sistem pembersih return belts. Fasilitas Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Pengangkutan :
  • 149. Kegiatan Reklamasi : 1. Penatagunaan Lahan:  Penataan lahan  Penimbunan kembali lahan bekas tambang  Penebaran tanah zona perakaran  Pengendalian erosi & pengelolaan air 2. Revegetasi:  Penanaman (cover crops, fast growing species, tanaman lokal) 3. Penyelesaian Akhir:  Pemeliharaan vegetasi (pemupukan, pengendalian gulma, hama & penyakit, penyulaman, Penutupan tajuk vegetasi)
  • 150. Kegiatan Pascatambang : 1. Pembongkaran / Decommissioning : bekas tambang, fasilitas pengolahan / pemurnian, fasilitas penunjang lainnya. 2. Remediasi / pemulihan tanah terkontaminasi & reklamasi. 3. Pengembangan Sosekbud, 4. Pemeliharaan & Pemantauan.
  • 151. PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN (4 R) :  Reduce (kurangi limbah yang dihasilkan),  Reuse (pakai kembali limbah yang dihasilkan),  Recycle (daur ulang atau proses kembali limbah yang dihasilkan, menjadi material yang bermanfaat),  Recovery (ambil material yang masih berguna dari limbah yang dihasilkan).
  • 152. FASILITAS PENGOLAHAN LIMBAH Tailing Pond : Adalah kolam penampungan limbah cair dari proses pengolahan bahan tambang yang sudah tidak bernilai ekonomis & mengandung LOGAM BERAT, seperti : Arsenic, Barite, Calcite, Fluorite, Radioactive materials, Mercury, Sulfur, Cadmium. Settling / Sediment Pond : Adalah kolam penampungan cairan buangan untuk MENGENDAPKAN PARTIKEL–PARTIKEL yang bercampur dengan air untuk mengendalikan polusi air sebelum dilepas ke drainase
  • 153. TUGAS / PRAKTIK : • Sebutkan persyaratan lingkungan bangunan / fasilitas yang ada di area tanggung jawab Anda. • Sebutkan jenis – jenis limbah yang dihasilkan oleh operasional di area kerja Anda, & jelaskan prosedur pengelolaannya. 153
  • 154. Modul – 4 : INVESTIGASI INSIDEN
  • 155. SASARAN : • Memahami proses penyelidikan kecelakaan. • Dapat menyusun & membuat laporan penyelidikan kecelakaan.
  • 156. INVESTIGASI INSIDEN : Suatu proses langkah demi langkah yang logis, dimulai dengan mengunjungi lokasi insiden, mengumpulkan, & menganalisa fakta-fakta, merekonstruksi kejadian, serta menentukan penyebab insiden / bukti, menyusun rekomendasi / tindakan perbaikan, & menindak-lanjuti tindakan perbaikan. Adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab kecelakaan dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis, & penyajian data secara sistematis & obyektif agar tidak terjadi kecelakaan dengan penyebab yg sama (Permenhub No. PM 74 Tahun 2017).
  • 157. INVESTIGASI INSIDEN : Tujuan : 1. MENGUMPULKAN semua FAKTA / BUKTI, 2. MENGANALISA semua fakta / bukti untuk memahami bagaimana insiden terjadi & MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB dari insiden, 3. Menentukan TINDAKAN PERBAIKAN & peluang untuk meningkatkan control management agar INSIDEN SERUPA TIDAK TERJADI.
  • 158. KECELAKAAN WAJIB DIINVESTIGASI : • Semua kecelakaan yang diketahui / dilaporkan, • Kecelakaan yg mengakibatkan : – Kerugian harta benda (property damage), – Korban manusia /cidera (termasuk kasus keracunan), – Penyakit akibat kerja, – Pencemaran lingkungan, – Keadaan darurat, – Nearmiss.
  • 159.
  • 160. Reportable Injury / Cedera yang Dilaporkan Cedera yg diakibatkan oleh kecelakaan kerja / kecelakaan tambang. Fatalitas / Fatality / Cedera Berakibat Mati Setiap cedera / sakit akibat kerja yg mengakibatkan kematian yg timbul dari atau selama jalur normal karyawan bekerja dan atau selama melaksanakan peran dan tanggung jawab pekerjaan tanpa melihat / menghitung waktu terjadinya. DEFINISI & TIPE / JENIS INSIDEN
  • 161. Kecelakaan Adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki & tidak diduga semua yang menimbulkan korban manusia &/ harta benda. Kecelakaan Tambang Adalah kecelakaan yang memenuhi 5 kriteria sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan (Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018). Kejadian Berbahaya Adalah kejadian yang dapat membahayakan jiwa atau terhalangnya produksi.
  • 162. Penyakit Akibat Kerja Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan &/ lingkungan kerja sesuai dg peraturan perundangan (PerPres No. 7 / 2019). Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja Adalah kejadian meninggalnya pekerja yang disebabkan oleh penyakit tenaga kerja ketika pekerja melakukan kegiatan pertambangan / pengolahan / pemurnian, terjadi pada jam kerja, atau terjadi di dalam wilayah pertambangan / pengolahan / pemurnian.
  • 163. Incident Adalah KEJADIAN yang berkaitan dengan pekerjaan dimana cedera, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan, atau pun kefatalan (kematian) DAPAT (berpotensi / telah) terjadi. Termasuk insiden ialah keadaan darurat. Accident Adalah INSIDEN yang MENIMBULKAN cedera, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan, atau pun kefatalan (kematian). Nearmiss Adalah INSIDEN yang TIDAK MENIMBULKAN cedera, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan, atau pun kefatalan (kematian).
  • 164. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran III) 5 Unsur Kecelakaan Tambang: 1. Benar-benar Terjadi, 2. Mengakibatkan cidera pada pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh KTT / PTL memasuki tambang, 3. Akibat kegiatan usaha pertambangan / pengolahan / pemurnian / kegiatan penunjang pertambangan, 4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yg mendapat cidera atau setiap saat untuk orang yang diberi izin oleh KTT / PTL memasuki tambang, 5. Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek
  • 165. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran III) Kategori Cedera Akibat Kecelakaan Tambang: 1. Cedera Ringan : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari s/d kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur. 2. Cedera Berat : korban tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 3 minggu (termasuk hari minggu dan hari libur), atau - cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas seperti semula, - Retak tulang (kepala, punggung, pinggul, lengan, paha atau kaki), - Pendarahan di dalam, - Pingsan / kurang oksigen, - Luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidak-mampuan tetap,
  • 166. Mengapa PENGAWAS TERLIBAT dalam Proses Investigasi ? • Memiliki kepentingan / TANGGUNGJAWAB pribadi, • Menunjukan perhatian terhadap K3 bawahan, • Mengetahui kondisi tempat kerja, sifat & tabiat pekerja bawahannya, • Mengetahui bagaimana & dimana mendapatkan informasi yang diperlukan, • Dapat segera mengambil tindakan perbaikan.
  • 167. PENANGANAN INSIDEN : 1. Melaporkan segera kepada supervisor, 2. Mendatangi lokasi insiden untuk mengendalikan situasi di lokasi insiden, 3. Memberikan pertolongan pertama & menghubungi paramedis / ERT, 4. Mencegah potensi insiden susulan, 5. Mengidentifikasi & mengamankan bukti / fakta di lokasi insiden, 6. Menilai risiko aktual vs potensi risiko, 7. Membuat laporan awal insiden dan mengirimkan ke atasan & HSE Dept.
  • 168. PELAPORAN AWAL INSIDEN Pelaporan Ke Pihak Eksternal : - Kepolisian - Disnaker - Kepala Teknik Tambang / Custodian Pelaporan ke Pihak Internal : - Kantor Pusat. - Semua Departemen (Preliminary Report). Menggunakan Formulir Standard
  • 169. No. SHE-19-01-(0) Tgl. Berlaku: 16-04-19 PT. Cipta Kridatama Subkontraktor : Nama Site : Lokasi Kejadian : Hari & Tgl. Kejadian : Waktu Kejadian : Orang yang dapat dimintai keterangan untuk kecelakaan ini : Gambaran Bagaimana Kecelakaan Terjadi : Nama Korban : SN : Jabatan : Masa Kerja : Bagian tubuh yang mengalami cedera : Unit yang Terlibat : No. ID : Bagian unit yang mengalami kerusakan : (Lampirkan foto cedera dan atau bagian unit yang mengalami kerusakan) Diketahui Oleh (Nama) Project Manager (Form ini harus diisi dan dikirimkan kepada bagian – bagian terkait sesuai prosedur yang berlaku sebelum 1x24 jam) Witness/Saksi (Nama) QSHE Dept Dilaporkan Oleh LAPORAN AWAL KECELAKAAN (Nama) Superior/Atasan Langsung (Nama)
  • 170.
  • 171. 1. Persiapan Penyelidikan, 2. Pelaksanaan Penyelidikan, 3. Menyusun Laporan Penyelidikan, 4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Koreksi, 5. Evaluasi Penyelidikan. Langkah / Tahapan Penyelidikan Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
  • 172.
  • 173.
  • 174. 1. Tahap Persiapan Penyelidikan : • Pembentukan / penetapan tim investigasi, • Persiapan peralatan ukur / uji, • Pengumpulan data & fakta di lapangan. Langkah / Tahapan Penyelidikan Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
  • 175. INVESTIGATOR KECELAKAAN : Adalah setiap orang yg mempunyai kualifikasi & kompetensi tertentu untuk melaksanakan kegiatan investigasi kecelakaan.
  • 176. WEWENANG INCIDENT INVESTIGATOR : • Memasuki sarana / prasarana / lokasi kecelakaan atau kegiatan investigasi, • Mewawancarai saksi, orang yg terkait atau yg dianggap memiliki informasi mengenai kecelakaan, • Menguasai, menggunakan, memindahkan, memeriksa, atau menguji setiap bukti / fakta.
  • 177. METODE PENYUSUNAN TIM INVESTIGASI • Definitif, • Fungsional, • Struktural
  • 178. MEMBENTUK TIM INVESTIGASI (INVESTIGATOR) 1. Tim dipimpin oleh Ketua Tim Investigasi, 2. Tim ditunjuk oleh Manajemen, 3. Tim terlatih untuk melakukan investigasi insiden, 4. Susunan tim mengacu kepada prosedur
  • 179.
  • 180. 2. Tahap Pelaksanaan : • Mengambil tindakan pencegahan jika terdapat potensi kecelakaan susulan / potensi kecelakaan yang sama di area lain, • Menuju lokasi kecelakaan / kejadian berbahaya untuk melakukan analisa / penyelidikan thd : lokasi, sarana / prasana / peralatan / instalasi, • Mengumpulkan data / bukti / informasi pendukung lainnya & melakukan rekonstruksi (jika perlu), • Melakukan analisa penyebab kecelakaan, menyusun kesimpulan, & merumuskan rekomendasi tindakan perbaikan, • Tindak lanjut atas tindakan perbaikan sesuai dg jangka waktu yg ditentukan. Langkah / Tahapan Penyelidikan Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
  • 181. 3. Tahap Pelaporan : • Pembuatan laporan / berita acara hasil penyelidikan, • Penyampaian laporan ke KTT / PTL utk diteruskan ke KaIT / Kepala Dinas, • Input laporan ke dalam system & disosialisasikan ke seluruh karyawan (sebagai edukasi) 4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Koreksi • Memastikan tindakan koreksi telah ditindaklanjuti dg baik & tepat waktu 5. Evaluasi Penyelidikan • Dilakukan sescara menyeluruh thd semua Langkah / Tahapan Penyelidikan Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
  • 182. Baca & Pahami : Study Kasus Investigasi Insiden • Mike, telah bekerja sebagai driver light vehilcle di PT. X (perusahan tambang batubara) selama 5 tahun. Dia belum mengikuti pelatihan defensive driving, karena manajemen belum memiliki budget untuk pelatihan tersebut. Dan dia adalah satu- satunya driver yang tersisa setelah 3 rekannya mengundurkan diri pada pertengahan tahun lalu. • Karyawan lain sering menemukan Mike melakukan overspeeding saat mengendarai kendaraan dengan alasan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikannya, tetapi tidak ada pekerja yang melaporkan perilaku tsb kepada atasan Mike. • Mike mendapatkan upah perbulan sesuai dengan UMR, dan Mike memiliki pinjaman pada perusahaan untuk menutupi kebutuhan hidupnya & keluarga. Selain meminjam, untuk menambah penghasilannya, Mike sering lembur bahkan rata-rata dia bekerja 15 jam dalam sehari.
  • 183. • 13 Januari tahun lalu, pukul 05.15 pagi, Mike diperintahkan oleh atasanya untuk mengantar pekerja lain dari Office ke pit / tambang. Kendaraan yang dikendarainya melompat karena menabrak safety bump dan akhirnya menabrak dump truck yang sedang parkir di pinggir jalan. Akibatnya, kendaraan mengalami kerusakan parah, Mike dan 1 pekerja lainnya tidak sadarkan diri karena perdarahan pada kepala. Situasi saat terjadi insiden adalah remang-remang, tidak ada lampu / penerangan jalan, kondisi jalanan menurun 10% dan menikung dengan radius 30m, permukaan jalan berlapiskan sirtu dan tidak ada genangan air ataupun lubang. Ketinggian safety bump adalah 25 cm, tidak terdapat rambu kecepatan di sekitar lokasi kejadian, saat dievakuasi terlihat kedua korban masih menggunakan seat belt. • Dari data form absensi hari itu, tertulis Mike tidur selama 3 jam pada malam harinya, posisi gear kendaraan di posisi 4. Periodical service terakhir kendaran adalah 1 tahun yang lalu, tidak ditemukan form pre-use check untuk hari itu. Sedangkan dump truck yang ditabrak, terpakir di pinggir jalan (tidak di badan jalan) karena mengalami kerusakan sejak 1 hari sebelumnya dengan posisi gear dan parking break adalah aktif. • Saat insiden terjadi, Robert, operator dump truck, melintas dari arah berlawanan dan melihat langsung insiden tsb, dan segera melaporkan kepada Mark, Safety Officer, pada pukul 05.35 melalui radio. Pukul 06.15 kedua korban sudah dievakuasi ke klinik dan ditangani oleh dokter perusahaan, Sidney, dan dinyatakan keduanya telah meninggal dunia karena cedera di kepala dan pendarahan yang dialaminya.
  • 184. KOMPETENSI INCIDENT INVESTIGATOR : • Mengumpulkan Fakta / Bukti / Informasi : – 4P – Interview / Wawancara – Rekonstruksi • Analisa Penyebab Kecelakaan : – Penyebab Langsung – Penyebab Dasar – Lack of Control • Merumuskan Rekomendasi Tindakan Perbaikan
  • 185. MENGUMPULKAN & MENELITI BUKTI– BUKTI  Mendatangi & mengendalikan lokasi insiden sesegera mungkin,  Mengidentifikasi, mengumpulkan & mengamankan semua bukti,  Mengidentifikasi bukti menggunakan prinsip 4P :  People (Saksi Langsung, Saksi Tidak Langsung)  Part (Equipment, Tools, Material, Komponen)  Position (Location, Movement)  Paper (Records, Logs, Schedules, JSA /Procedures, HIRAC Documents)  Sumber bukti dapat berupa: pernyataan saksi,
  • 186. CONTOH : TEKNIK MENGIDENTIFIKASI INFORMASI & BUKTI KECELAKAAN PEOPLE PART POSITION PAPER Mike, telah bekerja sebagai driver light vehilcle di PT. X (perusahan tambang batubara) selama 5 tahun. Staff HRD (Saksi tidak langsung) Personal data milik Mike Dia belum mengikuti pelatihan defensive driving, karena manajemen belum memiliki budget untuk pelatihan tersebut. Staff TC / Instruktur (Saksi tidak langsung) 1. Catatan pealtihan milik Mike. 2. Budget Pelatihan. 3. Dokumen TNA. Dan dia adalah satu-satunya driver yang tersisa setelah 3 rekannya mengundurkan diri pada pertengahan tahun lalu. Staff HRD (Saksi tidak langsung) Dokumen exit interview.
  • 187.  Menyiapkan peralatan : kamera, alat rekam, alat tulis, kisi–kisi pertanyaan,  Menjelaskan tujuan insvestigasi : bukan mencari siapa yang salah / mengadili / minta pertanggung jawaban,  Ice–breaking sampai saksi merasa nyaman,  Mulailah dg pertanyaan ringan untuk menciptakan hubungan personal yg akrab,  Hindari pertanyaan yg bersifat investigatif, mintalah saksi bercerita apa saja yg diketahui / alami / lihat / kerjakan, WAWANCARA SAKSI
  • 188.  Jangan memotong saat saksi bercerita (meskipun ceritanya melebar), biarkan saksi bercerita dg caranya sendiri,  Boleh menyela hanya utk meminta kejelasan / penguatan,  Dengarkan dg penuh antusias & sungguh– sungguh,  Setelah selesai, jangan tunjukan bahwa investigasi telah selesai,  Ucapkan terima kasih, hargai semua info yg telah diberikan. WAWANCARA SAKSI
  • 189. • Wawancarai setiap saksi secara terpisah dengan cara santun dan bersahabat, • Semua pernyataan harus dikonfirmasikan dengan fakta lainnya untuk memastikan bahwa yang disampaikan saksi adalah fakta / informasi yang benar, • Saksi Langsung : orang yang melihat langsung insiden, • Saksi Tidak Langsung : orang yang tidak melihat langsung insiden tetapi ada hubungan WAWANCARA SAKSI
  • 190. TEORI DOMINO H.W. HEINRICH ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN
  • 191. ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN SEBAB DASAR FAKTOR PERORANGAN FAKTOR PEKERJAAN SEBAB LANGSUN G TINDAKAN TAK AMAN KONDISI TAK AMAN LEMAH KONTROL PROGRAM TAK SESUAI STANDAR TAK SESUAI KEPATUHAN / PELAKSANAAN KECELAKAA N KONTAK DENGAN ENERGI ATAU BAHAN / ZAT MELEBIHI BATAS KEMAMPUAN CIDERA ATAU KERUSAKAN YANG TAK DIHARAPKAN; STOP PRODUKSI KERUGIA N TEORI DOMINO FRANK E. BIRD (LOSS CAUSATION MODEL)
  • 192. JENIS INSIDEN : • Menabrak Sesuatu • Ditabrak / Terpukul / Tertimpa Sesuatu • Jatuh Ke Level Lebih Rendah atau Kejatuhan • Jatuh Pada Level Yang Sama • Masuk ke Titik Jepit (Manusia Yang Bergerak) • Tersangkut Pada • Terjepit Di Antara (Benda Yang Bergerak) • Kontak Dengan • Tekanan / Tegangan / Beban Berlebihan • Kerusakan Alat • Masuknya Benda Asing ke Tubuh / Mata / Kulit • Gerakan Berulang – Ulamg (Ergonomi) • Disengat Oleh / Digigit Oleh Sesuatu • Faktor Biologis (Bakteri, Virus, dll) • Berdampak Pada Lingkungan
  • 193. Apa JENIS INSIDEN pada studi kasus?
  • 194. IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG : TINDAKAN TIDAK AMAN / SUBSTANDARD ACT • Menjalankan Pekerjaan Tanpa Otorisasi / Izin, • Gagal Memperingatkan, • Gagal Mengamankan, • Mengoperasikan dg Kecepatan Tidak Sesuai, • Membuat Alat Pengaman Tidak Berfungsi, • Menggunakan Peralatan yg Rusak, • Menggunakan APD yg Tidak Layak, • Proses Loading yg Tidak Layak, • Penempatan yg Tidak Layak, • Posisi yg Tidak Layak utk Bekerja, • Memperbaiki Peralatan yg Sedang Beroperasi, • Bercanda / Bermain–main, • Pengaruh Alkohol / Obat, • Menggunakan Peralatan yg Tidak Layak, • Gagal Mengikuti Prosedur.
  • 195. • Pelindung / Pembatas yg Tidak Layak, • APD yg Tidak Layak, • Peralatan / Material yg Rusak, • Keterbatasn Gerak / Tempat, • Sistem Peringatan yg Kurang, • Bahaya Kebakaran &/ Peledakan, • Tata Lingkungan yg Buruk / Tidak Teratur, IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG : KONDISI TIDAK AMAN / SUBSTANDARD CONDITION • Paparan / Pajanan Kebisingan, • Paparan / Pajanan Radiasi, • Temperatur Tg Ekstrim (Tinggi / Rendah), • Penerangan yg Berlebih / Kurang, • Ventilasi yg Kurang, • Kondisi Lingkungan yg Berbahaya (Gas, Debu, Asap).
  • 196. Sebutkan PENYEBAB LANGSUNG dari insiden pada studi kasus!
  • 197. Nomor Register Insiden 01/20/2019 Nama Perusahaan PT X 1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi 2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. atasan 3. Surat perintah lembur. 1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan 2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi. 3. Analisa kerusakan unit 1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman 2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m) KURANGNYA PENGAWASAN (SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK DIIMPLEMENTASIKAN) FAKTA / BUKTI / INFORMASI PENYEBAB LANGSUNG (TINDAKAN / KONDISI TIDAK AMAN) LANGKAH 1 PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes . PENYEBAB TIDAK LANGSUNG (FAKTOR PERSONAL / PEKERJAAN) LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN 10%, 30meter). 10%, 30meter).
  • 198. PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) : FAKTOR PRIBADI (PERSONAL FACTORS) • Keterbatasan / Kemampuan Fisik Kurang, • Masalah Mental / Kemampuan Psikologis, • Stress Fisik, • Stress Mental, • Kurang Pengetahuan, • Kurang Keterampilan, • Motivasi yg Keliru.
  • 199. PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) : FAKTOR PEKERJAAN (JOB FACTORS) • Kepemimpinan / Pengawasan yg Tidak Memadai, • Enginering yg Tidak Memadai, • Sistem Pengadaan yg Tidak Memadai, • Pemeliharaan Tidak Memadai • Peralatan / Equipment Tidak Memadai, • Standard Kerja Tidak Memadai, • Pemakaian Berlebihan / Melampaui Batas, • Penyalahgunaan Pemakaian.
  • 200. Sebutkan PENYEBAB TIDAK LANGSUNG (PENYEBAB DASAR) dari insiden pada studi kasus?
  • 201. Nomor Register Insiden 01/20/2019 Nama Perusahaan PT X 1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah 2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga). atasan 3. Surat perintah lembur. Overload (3 driver resigned). 1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned). 2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi. 3. Analisa kerusakan unit Perilaku ceroboh (Attitude). 1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak 2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m) menggunakan design engineering. Tidak ada analisa risiko sebelum jalan digunakan. KURANGNYA PENGAWASAN (SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK DIIMPLEMENTASIKAN) FAKTA / BUKTI / INFORMASI PENYEBAB LANGSUNG (TINDAKAN / KONDISI TIDAK AMAN) LANGKAH 1 PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes . PENYEBAB TIDAK LANGSUNG (FAKTOR PERSONAL / PEKERJAAN) LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN Faktor Personal Faktor Perkerjaan Faktor Personal Faktor Perkerjaan Faktor Perkerjaan
  • 202. SYSTEM / SOP / STANDARD / PROGRAM : • Ada / Available ? • Memadai / Adequate ? • Implementasi ? LACK OF CONTROL / KURANGNYA PENGAWASAN
  • 203. Sebutkan LEMAHNYA KONTROL (LACK OF CONTROL) dari insiden pada studi kasus?
  • 204. Nomor Register Insiden 01/20/2019 Nama Perusahaan PT X 1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah Belum ada program konseling 2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga). personal untuk karyawan. atasan 3. Surat perintah lembur. Belum ada standar jam kerja maksimal per hari. Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang. Belum ada standar jam kerja maksimal per hari. 1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang. 2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi. 3. Analisa kerusakan unit Belum ada standar jam kerja maksimal per hari. Perilaku ceroboh (Attitude). Sistem rekruitmen tidak memadai. Belum ada program konseling personal. Belum ada program observasi tugas. 1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak Belum ada prosedur MOC 2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m) menggunakan design (Management of Change) engineering. Belum ada personal kompeten di bidang konstruksi jalan. Tidak ada analisa risiko Belum ada prosedur HIRA. sebelum jalan digunakan. KURANGNYA PENGAWASAN (SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK DIIMPLEMENTASIKAN) FAKTA / BUKTI / INFORMASI PENYEBAB LANGSUNG (TINDAKAN / KONDISI TIDAK AMAN) LANGKAH 1 PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes . PENYEBAB TIDAK LANGSUNG (FAKTOR PERSONAL / PEKERJAAN) LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN 10%, 30meter).
  • 205. MENYUSUN KESIMPULAN & MERUMUSKAN REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN / PENGENDALIAN :  Setiap penyebab dasar insiden harus ditentukan tindakan pengendaliannya,  Gunakan Hierarki Pengendalian Risiko untuk merumuskan tindakan pengendalian.
  • 206. VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3 PRIMARY CONTROL METHODS : ENGINEERING ELIMINATION SUBTITUTION ISOLATION ELIMINATION SUBTITUTION ENGINERING SECONDARY CONTROL METHODS : ADMINISTRATIVE ADMINISTRATIVE TRAINING ADMINISTRATIVE TERTIARY CONTROL METHODS : WORK PRACTICE PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT HIERARKI PENGENGALIAN RISIKO TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
  • 207. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO 1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau peralatan. 2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya 3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja. 4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman. 5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
  • 208. Jenis Pengendalian : • PRA KONTAK. Contoh : implementasi program K3 (safety leadership, training, inspeksi, SOP, observasi, analisa & persetujuan design, komunikasi / promosi, pelayanan kesehatan, investigasi insiden, sistem pelaporan, evaluasi & audit). • KONTAK. Contoh : subtitusi, modifikasi, memasang alat pengaman, memperkuat struktur, APD. • PASCA KONTAK. Contoh : tanggap darurat, first aid, pengendalian kebakaran / peledakan, pembersihan area insiden, perbaikan alat / fasilitas.
  • 209. Bagaimana menyusun TINDAKAN PENGENDALIAN dari insiden pada studi kasus?
  • 210. No 1 Belumada programkonseling personal untuk karyawan. 2 Belumada standar jamkerja maksimal per hari. 3 Overload (3 driver resigned). 4 Tingkat kesejateraan kurang. 5 Sistemrekruitmen tidak memadai. 6 Belumada programobservasi tugas. Akar Masalah yang Menjadi Penyebab Timbulnya Insiden PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan. LANGKAH 2 REKAYASA ADMINISTRASI Menyusun & implementasi program konseling personal utk seluruh karyawan. ALAT PELINDUNG DIRI PRAKTIK KERJA 01/20/2019 PT X Pelatihan teknik konseling utk semua pengawas. Nomor Register Insiden Nama Perusahaan Menugaskan 3 driver dump truck untuk menggantikan 3 driver sarana yang resigned. Penyesuaian tingkat kesejahteraan karyawan berdasarkan hasil bench marking. Menyusun standar jam kerja maksimal per hari. Segera rekrut driver sarana pengganti. Review tingkat kesejahteraan karyawan dg melakukan bench marking ke perusahaan lain. - Re-assessment semua karyawan. - Review & revisi prosedur rekruitment karyawan. Menyusun prosedur pbservasi tugas. Pelatihan teknik observasi tugas utk semua pengawas. LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
  • 211. No 7 Perilaku ceroboh (Attitude). 8 Belumada prosedur MOC (Management of Change). 9 Belumada personal kompeten di bidang konstruksi. 10 Belumada prosedur HIRA. 11 Tidak ada analisa risiko sebelumjalan digunakan. Akar Masalah yang Menjadi Penyebab Timbulnya Insiden PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan. LANGKAH 2 REKAYASA ADMINISTRASI ALAT PELINDUNG DIRI PRAKTIK KERJA 01/20/2019 PT X Nomor Register Insiden Nama Perusahaan Sosialisasi prosedur HIRA& pelatihan teknik menyusun dokumen HIRAke semua pengawas. - Re-placement karyawan berdasarkan hasil re- assessment. - Memasukkan daftar pelanggaran & sanksi K3 ke dalam PKB. Menyusun & implementasi prosedur MOC. Sosialisasi prosedur MOC ke semua pengawas. Melakukan HIRAutk semua ruas di jalan hauling & melakukan perbaikan sesuai dengan hasil HIRA. Rekruit personal yg kompeten di bidang konstruksi. Menyusun job description yg jelas utk tenaga ahli di bidang konstruksi. Menyusun & implementasi prosedur HIRA. LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
  • 212. Nomor Register Insiden 01/20/2019 Nama Perusahaan PT X PERSON IN CHARGE (Siapa yang Harus Melakukan ?) DEAD LINE (Kapan Batas Waktu Harus Dilakukan ?) VERIFIKASI (Apakah Sudah Dilakukan ?) 1 Abdullah 10-Jun-20 2 Abdullah 15-Jun-20 3 Abdullah 30-May-20 4 Hamzah 20-May-20 5 Abdullah 25-May-20 6 Abdullah 20-Aug-20 7 Abdullah 01-Aug-20 8 Abdullah 10-Sep-20 9 Abdullah 20-May-20 10 Amir 20-May-20 11 Amir 30-May-20 12 Abdullah 20-Sep-20 13 Abdullah 10-Jun-20 14 Amir 20-May-20 15 Amir 30-May-20 16 Abdullah 20-May-20 17 Abdullah 20-May-20 18 Amir 20-May-20 19 Amir 30-May-20 20 Hamzah 20-May-20 % Memasukkan daftar pelanggaran & sanksi K3 ke dalam PKB. Menyusun & implementasi prosedur MOC. Melakukan HIRA utk semua ruas di jalan hauling & melakukan perbaikan sesuai dengan hasil HIRA. Sosialisasi prosedur HIRA & pelatihan teknik menyusun dokumen HIRA ke semua pengawas. Menyusun & implementasi prosedur HIRA. Menyusun job description yg jelas utk tenaga ahli di bidang konstruksi. Rekruit personal yg kompeten di bidang konstruksi. Sosialisasi prosedur MOC ke semua pengawas. Review tingkat kesejahteraan karyawan dg melakukan bench marking ke perusahaan lain. Re-assessment semua karyawan. Review & revisi prosedur rekruitment karyawan. Menyusun prosedur observasi tugas. Pelatihan teknik observasi tugas utk semua pengawas. Re-placement karyawan berdasarkan hasil re-assessment. Menyusun & implementasi program konseling personal utk seluruh karyawan. Pelatihan teknik konseling utk semua pengawas. Menyusun & implementasi standar jam kerja maksimal per hari. Menugaskan 3 driver dump truck untuk menggantikan 3 driver sarana yang resigned. Segera rekrut driver sarana pengganti. Penyesuaian tingkat kesejahteraan karyawan berdasarkan hasil bench marking. PETUNJUK : Salinlah semua Tindakan Pengendalian (dari langkah 2) ke dalam form ini. Tentukan Siapa yang harus melakukan, dan Kapan batas akhir harus dilakukan. Copy dan bagikan ke semua PIC. LANGKAH 3 TINDAKAN PERBAIKAN DARI HASIL INVESTIGASI (Apa yang Harus Dilakukan ?) PROSENTASE TINDAK LANJUT LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
  • 213. MEMBUAT LAPORAN INVESTIGASI INSIDEN  Gunakan formulir standar,  Semua informasi hasil investigasi insiden dimasukkan ke dalam formulir,  Mempresentasikan hasil investigasi insiden kepada atasan,  Meminta persetujuan / tanda–tangan,  Mendistribusikan hasil investigasi insiden kepada pihak terkait,  Memonitor & mengverifikasi tindak–lanjut dari rekomendasi / tindakan perbaikan.
  • 214. PRAKTIK / LATIHAN : 1. Identifikasi apa saja fakta / bukti / informasi. 2. Identitifikasi PENYEBAB LANGSUNG, 3. Identifikasi PENYEBAB DASAR, 4. Identifikasi LACK OF CONTROL, atas laporan & penyelidikan kecelakaan terlampir. 214
  • 215. Modul – 8 : ANALISA KESELAMATAN TUGAS / JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
  • 216. SASARAN : • Mampu menentukan pekerjaan berisiko tinggi. • Mampu menyusun dokumen JSA yang memadai. • Mampu menjelaskan / mensosialisasikan dokumen JSA kepada karyawan.
  • 217. Adalah proses analisa tugas / pekerjaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi bahaya / potensi kecelakaan dari setiap langkah pekerjaan & menentukan tindakan pengendaliannya.
  • 218. JSA adalah tanggung jawab Pengawas. Mengapa?  Pengawas paling MENGUASAI TEKNIS pekerjaannya (cara kerja, alat, bahaya, dll).  Pengawas mempunyai CATATAN KECELAKAAN terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.  Pengawas mempunyai KEPENTINGAN langsung untuk menyelamatkan bawahan, peralatan, dan lingkungan kerjanya (mencapai target & performance K3).
  • 219. Pekerja Senior Technician Tenaga Ahli Petugas K3 Engineer Quality Control Supervisor Keterlibatan Penyusunan JSA
  • 220. Manfaat Dokumen JSA :  Acuan intruksi tugas yang benar,  Melakukan observasi tugas,  Pendukung proses investigasi,  Materi pertemuan K3 / Safety Talk,  Bahan orientasi pekerja / pengawas baru,  Bahan pelatihan cara kerja aman,  Dasar perbaikan metode kerja.
  • 221. METODE PENYUSUNAN DOKUMEN JSA (Friend & Kohn, 2017) :  Metode OBSERVASI. Metode ini menggunakan wawancara / observasi untuk menentukan langkah- langkah kerja & bahaya.  Metode DISKUSI. Metode ini melibatkan pekerja- pekerja & membiarkan mereka bertukar pikiran terkait langkah-langkah pekerjaan & potensi bahaya yang ada.  Metode RECALL & CHECK. Metode ini biasanya digunakan ketika proses sedang berlangsung & pekerja tidak bisa bersama-sama. Semua orang yang berpartisipasi dalam proses ini menuliskan ide-ide tentang langkah-langkah & potensi bahaya yang ada di
  • 222. LANGKAH Penyusunan JSA : 1. Menentukan pekerjaan / tugas kritis (risiko tinggi), 2. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa langkah tugas yang berurutan, 3. Mengidentifikasi bahaya / potensi insiden / risiko dari setiap langkah tugas, 4. Menentukan kontrol / tindakan pengendalian dari setiap bahaya / potensi insiden / risiko yang teridentifikasi, 5. Mengkomunikasikan / mengsosialisasikan kepada pekerja yang akan melakukan pekerjaan, 6. Tindaklanjut (observasi tugas) & review / revisi dokumen JSA.
  • 223.
  • 224. 1. MENENTUKAN TUGAS / PEKERJAAN : • Secara ideal, JSA harus dilakukan pada semua kegiatan kerja, • Karena kendala ketersediaan waktu & sumber daya, maka penentuan prioritas pekerjaan yang perlu dilakukan JSA. Kriteria Tugas Kritis : ❑ Faktor KEPARAHAN (SEVERITY), akibat / kerugian (cedera & biaya), ❑ Faktor KESERINGAN (FREQUENCY), sering dilakukan & jumlah / banyaknya orang yang melakukan, ❑ Faktor PELUANG (PROBABILITY), kemungkinan terjadinya kecelakaan dari pekerjaan tsb, ❑ TUGAS BARU : Tugas Kritis
  • 225. 2. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa langkah tugas yang berurutan : • Terlalu banyak tugas juga dapat membuat JSA tidak terlaksana dengan praktis. • Aturan yang baik biasanya menyebutkan bahwa pada umumnya sebuah pekerjaan dapat di deskripsikan dalam 7 – 10 langkah tugas. • Jika terdapat langkah kerja tambahan, maka sebaiknya pekerjaan dipecah menjadi dua segmen yang masing-masing memiliki JSA.
  • 226. Dapat dilakukan dengan :  Wawancara pekerja,  Prosedur tertulis : – Panduan kerja – Pengamatan dan pelaksanaan tahap-tahap kerja • Tinjauan ulang laporan kecelakaan yang pernah terjadi.
  • 227. Urutan Langkah Tugas Potensi Insiden atau Risiko Tindakan Pengendalian Untuk Menurunkan Risiko / Potensi Memecah suatu pekerjaan menjadi langkah-langkah. Anda dapat melakukannya dengan jalan: (1) Menganalisa pekerjaan tsb, (2) Diskusikan dengan pekerja, (3) Menggambarkan pekerjaan tsb sesuai dengan pengetahuan Anda (4) Kombinasi ketiga-tiganya. Catat langkah-langkahnya sesuai ke dalam formulir, tidak perlu terlalu detail (7 – 10 langkah). Menguraikan Tugas Menjadi Beberapa Langkah Kerja yang Berurutan 227
  • 228. 3. Identifikasi Bahaya / Risiko dari Setiap Langkah Tugas, dg memperhatikan : – Apa kesalahan dari langkah tugas yang dapat terjadi? – Apa akibat yang muncul akibat kesalahan tersebut? – Bagaimana hal tersebut dapat terjadi? – Apakah terdapat kemungkinan adanya faktor kontribusi lainnya? – Seberapa sering peluang bahaya tersebut akan muncul? – Apakah upaya keselamatan yang dibutuhkan?
  • 229. Urutan Langkah Tugas Potensi Insiden atau Risiko Tindakan Pengendalian Untuk Menurunkan Risiko / Potensi Kecelakaan apa yang dapat terjadi ketika melakukan langkah tugas ini. Anda dapat menjawabnya dengan : (1) Menganalisa pekerjaan tsb. (2) Diskusikan dengan pekerja, (3) Melihat catatan kecelakaan lalu, (4) Kombinasi ketiganya. Apakah ada potensi : tertimpa, terjepit, tersenggol, terbentur, terkurung, terjatuh, tersengat panas, terkena radiasi, terhirup gas beracun, dll. Mengidentifikasi Bahaya / Potensi Insiden / Risiko Setiap Langkah Tugas
  • 230. 4. Menentukan Tindakan Pengendalian : • Menggunakan strategi pengendalian bahaya / risiko (Hierarki Pengendalian Risiko), • Membuat rencana kejadian darurat di tempat kerja. • Lakukan pengukuran untuk mengurangi kerusakan akibat kecelakaan atau kejadian darurat. • Melalui pendekatan energy-barrier pada sumbernya, jalur pajanan, atau pada pekerja.
  • 231. Urutan Langkah Tugas Potensi Insiden atau Risiko Tindakan Pengendalian Untuk Menurunkan Risiko / Potensi Untuk setiap potensi insiden / risiko, bagaimana pekerja dapat melakukan langkah kerja tsb dgn aman. Gunakan Hierarki Pengendalin Risiko. Temukan jawabannya dengan cara : (1) menganalisa cara mengatasi pekerjaan tsb., (2) diskusi untuk soal pencegahannya dengan pekerja yang berpengalaman, (3) menggambarkan pekerjaan tsb sesuai dengan pengetahuan, (4) kombinasi ketiganya. Gunakan kata : “lakukan” atau “jangan lakukan”, untuk menerangkan tindakan pengendalian. Menentukan Kontrol / Tindakan Pengendalian
  • 232. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO 1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal dari bahan, proses, operasi, atau peralatan. 2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg berbahaya menjadi tdk berbahaya 3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman pada alat, mesin, &/ area kerja. 4. Administrative & Praktik Kerja : upaya pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat melakukan pekerjaan dg aman. 5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
  • 233. URUTAN LANGKAH TUGAS RISIKO SETIAP LANGKAH HAZARD TINDAKAN PENGENDALIAN
  • 234.
  • 235.
  • 236. 5. Mengkomunikasikan JSA ke Karyawan : • Siapkan waktu khusus, tidak disisipkan sebagai agenda pertemuan lain. • Dalam group kecil dimana pekerja akan terlibat di dalam pekerjaan. • Komunikasi dua arah & diskusi. • Evaluasi pemahaman dilakukan.
  • 237. 6. Tindaklanjut & Review / Revisi JSA : • Tujuan : untuk pemantauan efektifitas tindakan pencegahan dan pengendalian JSA, • Memastikan bahaya baru tidak terbentuk, • Mencari umpan balik dari pekerja yang melaksanakan pekerjaan, • Memastikan pekerja mengikuti prosedur & praktek yang dibutuhkan dari JSA, • Menilai kebutuhan untuk merevisi JSA, • Mengimplementasikan perubahan berkelanjutan, • Review berkala untuk memastikan JSA tetap
  • 238. : _________________________________ : _________________________________ : _________________________________ : _________________________________ : _________________________________ : _________________________________ Tangan dan lengan / Hand and arm Ketentuan kedaruratan / Terms of emergency Hambatan dan gangguan / Obstacles and distractions Harness dan pelampung / Harness and buoys Tangga dan tempat berpijakan / Stairs and foothold Kaki dan tungkai / Feet and legs Telinga dan atau mata / Ear and or Eye Standard memadai / Adequate of Standard Perkakas tangan tidak memadai / Inadequate hand tools Muka dan atau pernafasan / Face and or respiratory Ijin kerja / Permit to work Penyimpanan barang / Strorage of materials Kepala / Head Standard telah dibuat / Standard has been created Sampah dan limbah / Rubbish and waste Mengganti perkakas atau tools / Changing tools Pengendalian / Control Terkena listrik / Electric shock Membetulkan posisi APD / Righted PPE Terpukul atau tertusuk / Hit or punctured Peralatan Pelindung Diri / Personal Protective Equipment Standard & Prosedur / Standard and Procedure Ketertiban dan Kerapian / Orderly and Tidy Jabatan / Position Memasang tag atau lock-out / Installing tag or lock-out Pengecekan sebelum kerja / Pre-use check Terjatuh atau kejatuhan atau tenggelam / Falls or falling or drowning Department Kembali bekerja / Back to work Kondisi aman / Safe condition Terpapar debu atau bahan kimia / Dust of chemicals exposure Waktu / Time Menyembunyikan atau menghindar / Hide or escape Pelindung dan lampu peringatan / Protective and warning lights Terseret atau tertarik / Drawn or attracted Observer Perubahan posisi / Change of Position Sesuai untuk pekerjaan / Appropriate for the job Menabrak / Crash Lokasi / Location Menghentikan pekerjaan / Stopping work Benar menggunakannya / Correct use Terjepit / Nipped Supervisor OBSERVASI TUGAS TERENCANA / PLANNED TASK OBSERVATION ( Halaman Belakang / Rear Page ) Beri tanda (X) pada kotak untuk item yang menjadi deviasi / Mark (X) in the box for items that are a deviation. Tindakan Pekerja / Actions of Workers Perkakas Tangan dan Peralatan / Hand Tools and Equipment Posisi Pekerja / Position of Workers
  • 239. Review & Revisi Dokumen JSA : • Setelah pekerjaan selesai dilakukan, • Terdapat sumber bahaya lain teridentifikasi, • Terjadi perubahan Langkah tugas, metode kerja & peralatan kerja, • Pekerjaan akan dilakukan kembali, • Terjadi insiden.
  • 240. Implementasi JSA yg Baik : • Libatkan karyawan dalam pelaksanaan, pengembangan dan tinjauan ulang JSA • Susun JSA dalam dokumen yg sederhana & singkat • Ilustrasikan praktek kerja yang selamat dalam bentuk gambar / narasai yang jelas. • Tetapkan penanggungjawab pelaksana & implementasi JSA • Pelatihan / sosialisasi ke seluruh karyawan yg terkait. • Masukkan JSA sbg panduan orientasi pekerja
  • 241. Implementasi JSA yg Baik : • Jelaskan kegunaan dari JSA sebelum pekerja melakukan pekerjaan • Implementasikan JSA sebagai bagian dari program K3 • Tempatkan Salinan JSA pada area kerja yang mudah di akses • Pelihara & permudah akses terhadap JSA pada seluruh karyawan. • Tinjau ulang perubahan JSA secara berkala • Lakukan penilaian kerja pada seluruh tingkatan karyawan • Masukkan pelaksanaan JSA di dalam inspeksi
  • 242. Keuntungan dari Pelaksanaan JSA : • Mencegah terjadinya kecelakaan / kerugian produksi • Mengurangi biaya / kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan, • Meningkatkan kualitas & produktivitas • Perbaikan dari moral & kebanggan pekerja.
  • 243. No : SHE-43-01-(0) Tgl. Berlaku : 16-06-19 Nama Project/Site : Departemen/Bagian : Tanggal Pembuatan : Lokasi/Jenis Pekerjaan* : APD yang dibutuhkan : No Potensi Bahaya Tindakan Pengendalian Note : Diajukan Oleh Nama : Nama : SN : SN : Team JSA Pengawas Lapangan SN : Project Manager Disetujui Oleh Nama : JOB SAFETY ANALYSIS Urutan Aktivitas Penanggung Jawab
  • 244. PRAKTIK / LATIHAN : • Ambil dokumen portfolio nomor 16 (dokumen JSA) milik Anda. • Identifikasi apa saja KELEBIHAN & KELEMAHAN dari dokumen JSA milik Anda tersebut (bandingkan dengan kaidah penyusunan dokumen JSA). 244
  • 245. Thank You Terima Kasih PT Prosyd Traicon Utama Balikpapan Office Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2 Jln. Syarifuddin Yoes Kec. Balikpapan Selatan Kota Balikpapan Kalimantan Timur T : (0542) 8510529 E : balikpapan.office@prosyd.co.id Berau Office Ruko Perumahan Berau Indah No. 9 Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb Kab. Berau Kalimantan Timur T : (0554) 2021244 E : berau.office@prosyd.co.id 245