Dokumen tersebut membahas tentang pembekalan untuk sertifikasi kompetensi BNSP untuk Pengawas Operasional Pertama (POP) Pertambangan. Dokumen tersebut menjelaskan tentang persiapan peserta, metode pembekalan secara online, unit kompetensi yang diujikan, peraturan keselamatan pertambangan, dan fungsi inspektur pertambangan dalam pembinaan dan pengawasan keselamatan pertambangan.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian terbalik pada tindak pidana pencucian uang. Ringkasannya adalah: (1) pencucian uang merupakan tindak pidana yang sulit dibuktikan dan berdampak besar bagi perekonomian, (2) pembuktian terbalik mengalihkan beban pembuktian dari penuntut ke terdakwa untuk membuktikan harta kekayaannya bukan berasal dari hasil tindak pidana, (3) UU
Dokumen tersebut merupakan Standard Operating Procedure (SOP) sistem pengamanan PT. Graha Buana Cikarang. SOP ini menjelaskan maksud, tujuan, lingkup, landasan hukum, prosedur, dan tugas personil pengamanan dalam menjaga keamanan dan ketertiban di kawasan perumahan dan komersial milik perusahaan."
Dokumen tersebut membahas tentang kriminologi, meliputi pengertian kriminologi, teori-teori kausalitas kejahatan, karakteristik dan tipologi kejahatan, serta upaya penanggulangan kejahatan.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuktian terbalik pada tindak pidana pencucian uang. Ringkasannya adalah: (1) pencucian uang merupakan tindak pidana yang sulit dibuktikan dan berdampak besar bagi perekonomian, (2) pembuktian terbalik mengalihkan beban pembuktian dari penuntut ke terdakwa untuk membuktikan harta kekayaannya bukan berasal dari hasil tindak pidana, (3) UU
Dokumen tersebut merupakan Standard Operating Procedure (SOP) sistem pengamanan PT. Graha Buana Cikarang. SOP ini menjelaskan maksud, tujuan, lingkup, landasan hukum, prosedur, dan tugas personil pengamanan dalam menjaga keamanan dan ketertiban di kawasan perumahan dan komersial milik perusahaan."
Dokumen tersebut membahas tentang kriminologi, meliputi pengertian kriminologi, teori-teori kausalitas kejahatan, karakteristik dan tipologi kejahatan, serta upaya penanggulangan kejahatan.
Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...Imam Prastio
Pemberitahuan dan Laporan PHK
Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Format 1 Contoh Surat Pemberitahuan PHK
Format 2 Contoh Surat Tanggapan Tidak Menolak
PHK
Format 3 Contoh Surat Laporan PHK
Format 4 Contoh Tanda Terima Laporan PHK
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...padlah1984
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan mengatur pedoman pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di tempat kerja. Pedoman ini mencakup bentuk-bentuk kekerasan seksual, peran para pihak dalam pencegahan, pengaduan dan penanganan korban, serta pembentukan satuan tugas untuk menangani kasus-kasus tersebut di perusahaan.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung JawabTotok Priyo Husodo
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan kemampuan bertanggung jawab menurut para ahli hukum. Terdapat beberapa unsur penting bertanggung jawab yaitu kemampuan berpikir, mengerti akibat perbuatan, dan menentukan kehendak sesuai dengan aturan hukum.
Dokumen menjelaskan kriteria surat suara yang sah dan tidak sah dalam pemilihan umum di Indonesia. Surat suara dinyatakan sah jika ditandatangani ketua KPPS dan berisi tanda coblos pada nama calon, partai politik, atau gambar yang disediakan. Surat suara dinyatakan tidak sah jika berisi tulisan tambahan atau tanda coblos tidak menggunakan alat yang disediakan.
Proses Lock Out Tag Out (LOTO) digunakan untuk mengisolasi energi berbahaya pada peralatan ketika pemeliharaan atau perbaikan dilakukan. Prosedur LOTO meliputi pemasangan kunci dan label pada titik isolasi energi oleh pekerja terkait, pengecekan kembali area sebelum mengembalikan energi, dan evaluasi pelaksanaan LOTO. Tujuan LOTO adalah mencegah kecelakaan kerja.
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerjaTito Riyanto
Dokumen tersebut membahas dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia. Ia menjelaskan undang-undang terkait seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang mengatur pokok-pokok pembentukan dan pengawasan K3. Dokumen ini juga menjelaskan struktur hukum K3, produk hukum seperti UU, PP, dan peraturan menteri serta fungsi pengawas ketenagakerjaan dalam implementasi
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan dan perundang-undangan K3 di Indonesia. Secara garis besar mencakup pengertian K3, dasar hukum K3, UU K3 No. 1 Tahun 1970 beserta ruang lingkup dan isinya, serta peraturan pelaksanaannya yang mengatur berbagai aspek teknis K3 seperti SDM, peralatan, sistem manajemen K3, dan kelembagaan seperti P2K3.
Dokumen tersebut membahas tentang K3 Pertambangan, kewajiban pemegang izin pertambangan, pengawasan keselamatan pertambangan, dan pedoman kaidah teknik pertambangan yang baik."
Dokumen tersebut membahas peraturan perundang-undangan terkait keselamatan dan kesehatan kerja di industri minyak dan gas, mulai dari MPR No. 341 tahun 1930 hingga peraturan menteri terkini. Dokumen ini menjelaskan ketentuan K3 dalam berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah.
Pemberitahuan dan Laporan PHK Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial T...Imam Prastio
Pemberitahuan dan Laporan PHK
Dirjen Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Format 1 Contoh Surat Pemberitahuan PHK
Format 2 Contoh Surat Tanggapan Tidak Menolak
PHK
Format 3 Contoh Surat Laporan PHK
Format 4 Contoh Tanda Terima Laporan PHK
Pedoman Pecegahan & Penanganan Kekerasan Seksual di Tempat per 3 Agust 23 (1)...padlah1984
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan mengatur pedoman pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di tempat kerja. Pedoman ini mencakup bentuk-bentuk kekerasan seksual, peran para pihak dalam pencegahan, pengaduan dan penanganan korban, serta pembentukan satuan tugas untuk menangani kasus-kasus tersebut di perusahaan.
Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi tanah terlantar menurut hukum positif dan hukum adat, kriteria penentuan tanah sebagai tanah terlantar, serta proses identifikasi dan penelitian tanah yang terindikasi terlantar.
Materi Hukum Pidana tentang Kemampuan Bertanggung JawabTotok Priyo Husodo
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan kemampuan bertanggung jawab menurut para ahli hukum. Terdapat beberapa unsur penting bertanggung jawab yaitu kemampuan berpikir, mengerti akibat perbuatan, dan menentukan kehendak sesuai dengan aturan hukum.
Dokumen menjelaskan kriteria surat suara yang sah dan tidak sah dalam pemilihan umum di Indonesia. Surat suara dinyatakan sah jika ditandatangani ketua KPPS dan berisi tanda coblos pada nama calon, partai politik, atau gambar yang disediakan. Surat suara dinyatakan tidak sah jika berisi tulisan tambahan atau tanda coblos tidak menggunakan alat yang disediakan.
Proses Lock Out Tag Out (LOTO) digunakan untuk mengisolasi energi berbahaya pada peralatan ketika pemeliharaan atau perbaikan dilakukan. Prosedur LOTO meliputi pemasangan kunci dan label pada titik isolasi energi oleh pekerja terkait, pengecekan kembali area sebelum mengembalikan energi, dan evaluasi pelaksanaan LOTO. Tujuan LOTO adalah mencegah kecelakaan kerja.
Dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerjaTito Riyanto
Dokumen tersebut membahas dasar hukum keselamatan dan kesehatan kerja di Indonesia. Ia menjelaskan undang-undang terkait seperti UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang mengatur pokok-pokok pembentukan dan pengawasan K3. Dokumen ini juga menjelaskan struktur hukum K3, produk hukum seperti UU, PP, dan peraturan menteri serta fungsi pengawas ketenagakerjaan dalam implementasi
Dokumen tersebut membahas tentang peraturan dan perundang-undangan K3 di Indonesia. Secara garis besar mencakup pengertian K3, dasar hukum K3, UU K3 No. 1 Tahun 1970 beserta ruang lingkup dan isinya, serta peraturan pelaksanaannya yang mengatur berbagai aspek teknis K3 seperti SDM, peralatan, sistem manajemen K3, dan kelembagaan seperti P2K3.
Dokumen tersebut membahas tentang K3 Pertambangan, kewajiban pemegang izin pertambangan, pengawasan keselamatan pertambangan, dan pedoman kaidah teknik pertambangan yang baik."
Dokumen tersebut membahas peraturan perundang-undangan terkait keselamatan dan kesehatan kerja di industri minyak dan gas, mulai dari MPR No. 341 tahun 1930 hingga peraturan menteri terkini. Dokumen ini menjelaskan ketentuan K3 dalam berbagai undang-undang dan peraturan pemerintah.
Dokumen tersebut membahas tentang Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di Indonesia. UU ini mengatur tentang perlindungan keselamatan kerja bagi tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja serta penggunaan sumber daya produksi secara aman dan efisien melalui penerapan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja. UU ini juga menjelaskan berbagai peraturan pelaksanaannya baik secara sektoral maup
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
2. Untuk Efektifitas Pembekalan ‘Online’ :
• Peserta memastikan piranti (laptop /
HP) & jaringan internet dalam kondisi
baik,
• Peserta telah mempelajari MODUL
PEMBEKALAN & Formulir APL–01 /
APL–02,
• Peserta telah menyiapkan dokumen
portofolio sesuai dg APL–01,
• Menyiapan alat tulis (kertas & pena)
untuk mencatat TUGAS &
PERTANYAAN,
• Metode PEMBEKALAN secara online :
presentasi, diskusi, & tugas / praktik.
3. PENGANTAR :
• Apa itu BNSP, LSP, & TUK ?
• Aspek KOMPETENSI yg diujikan oleh
Asesor?
• METODE asesmen / sertifikasi
KOMPETENSI?
• Kriteria DOKUMEN PORTOFOLIO yg
baik?
8. Modul – 1 :
PERATURAN
PERUNDANGAN
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
9. HIERARKI PERATURAN
PERUNDANGAN :
(UU No. 12/2011, Ps. 7)
• UUD 1945
• TAP MPR
• UU / PERPPU
• Peraturan Pemerintah
• Peraturan Presiden / Keppres
• Perda Propinsi
• Perda Kab. / Kota
10. Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
KepDirJen Minerba No.
185.K/37.04/DJB/2019
(Lampiran I) - Juknis Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM /
2018
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yg Baik
Lampiran III : Pedoman Pelaksanaan Keselamatan
Pertambangan
Lampiran IV : Pedoman Penerapan SMKP
UU No: 1 / 1970
Keselamatan Kerja
UU No: 3 / 2020
Pertambangan Mineral &
Batubara
PP No: 19 / 1973
Pengaturan &
Pengawasan K3
Pertambangan Umum
PP No: 50 / 2012
Sistem Manajemen K3
(SMK3)
PP No: 23 / 2010
Pelaksanaan Kegiatan UU
Pertambangan Menerba
PP No: 55 / 2010
Binawas Penyelenggaraan
Pengelolaan Usaha Pertambangan
Minerba
UU No: 13 /
2003
Ketenagakerjaan
UUD
1945
11. UUD Tahun 1945 Pasal 27 Ayat (2)
“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
12. UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 9
1) Pengurus diwadjibkan menunjukkan & mendjelaskan pada tiap
tenaga kerdja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi & bahaja-bahaja serta jang dapat timbul dalam tempat
kerdjanja;
b. Semua pengamanan & alat-alat perlindungan jang diharuskan dalam
tempat kerdjanja;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerdja jang bersangkutan;
d. Tjara-tjara & sikap jang aman dalam melaksanakan pekerdjaannja.
2) Pengurus hanja dapat memperkerdjakan tenaga kerdja jang
bersangkutan setelah ia jakin bahwa tenaga kerdja tersebut
telah memahami sjarat-sjarat tersebut di atas.
3) Pengurus diwadjibkan menjelenggarakan pembinaan bagi
semua tenaga kerdja, dalam pentjegahan ketjelakaan &
pemberantasan kebakaran serta peningkatan K3, pula dalam
pemberian P3K.
13. Pasal 87
(1)Setiap perusahaan wajib menerapkan
sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
UU No. 13 / 2003 (Ketenagakerjaan)
14. UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
Pasal 14
PENGURUS diwadjibkan :
a. Setjara tertulis menempatkan dalam tempat kerdja jang dipimpinnja,
semua sjarat keselamatan kerdja jang diwadjibkan, sehelai
Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannja jang berlaku
bagi tempat kerdja jang bersangkutan, pada tempat-tempat jang mudah
dilihat dan terbatja dan menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli
keselamatan kerdja.
b. Memasang dalam tempat kerdja jang dipimpinnja, semua gambar
keselamatan kerdja jang diwadjibkan dan semua bahan
pembinaan lainnja pada tempat tempat jang mudah dilihat dan
terbatja menurut petundjuk pegawai pengawas atau achli keselamatan
kerdja.
c. Menjediakan setjara tjuma-tjuma, semua APD jang diwadjibkan
pada tenaga kerdja jang berada dibawah pimpinannja dan menjediakan
bagi setiap orang lain jang memasuki tempat kerdja tersebut, disertai
dengan petundjuk-petundjuk jang diperlukan menurut petundjuk pegawai
15. Pasal 12
Kewadjiban &/ hak tenaga kerdja :
a. Memberikan keterangan jang benar bila diminta oleh
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerdja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan;
c. Memenuhi & mentaati semua sjarat-sjarat K3 jang
diwadjibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua
sjarat K3 jang diwadjibkan.
e. Menjatakan keberatan kerdja pada pekerdjaan dimana
sjarat K3 serta alat-alat perlindungan diri jang diwadjibkan
diragukan olehnja ketjuali dalam hal-hal chusus ditentukan
lain oleh pegawai pengawas dalam bata-batas jang masih
dapat dipertanggung djawabkan.
UU No. 1 / 1970 (Keselamatan Kerja)
16. HAK & KEWAJIBAN PEKERJA TAMBANG
(UU No. 1/1970 & Permen ESDM No. 26/2018)
HAK :
1. Mendapatkan pemeriksaan kesehatan,
2. Mendapatkan pendidikan & pelatihan,
3. Menyatakan keberatan kerja jika persyaratan K3 tidak dipenuhi.
KEWAJIBAN :
1. Mematuhi peraturan K3,
2. Melaksanakan pekerjaan sesuai dg instruksi & tata kerja yg aman,
3. Memperhatikan / menjaga keselamatan dirinya & orang lain yg
mungkin terdampak perbuatannya, serta mengambil Tindakan & /
melaporkan kepada pengawas tentang keadaan bahaya,
4. Menggunakan & merawat alat keselamatan & APD dg benar,
5. Memberikan keterangan yg benar jika diminta keterangan oleh
petugas,
6. Melaporkan setiap kecelakaan / cedera yg ditimbulkan oleh pekerjaan
17. PP No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
Pasal 2
Menteri Pertambangan melakukan pengawasan atas
keselamatan kerja dalam bidang Pertambangan dengan
berpedoman kepada UU No. 1 / 1970 serta peraturan-
peraturan pelaksanaannya.
Pasal 4
Menteri Pertambangan memberikan laporan secara berkala
kepada Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
mengenai pelaksanaan pengawasan termaksud dalam Pasal
1, 2 dan 3 Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 5
Peraturan Pemerintah ini tidak berlaku bagi pengaturan dan
pengawasan terhadap Ketel Uap sebagaimana termaksud
dalam Stoom Ordonnantie 1930 (Stbl. 1930 Nomor 225).
18. 18
Pasal 3
1) Untuk pengawasan keselamatan kerja di bidang
pertambangan Menteri Pertambangan mengangkat
pejabat-pejabat yang akan melakukan tugas tersebut
setelah mendengar pertimbangan Menteri Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi;
2) Pejabat-pejabat termaksud pada ayat (1) Pasal ini
dalam melaksanakan tugasnya mengadakan kerjasama
dengan Pejabat-pejabat Keselamatan Kerja
Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
baik di Pusat maupun di Daerah.
PP No. 19 / 1973 :
Pengaturan & Pengawasan
Keselamatan Kerja di Bidang
Pertambangan
19. Kaidah Teknik Pertambangan yg Baik, meliputi aspek :
• Teknis Pertambangan,
• Konservasi Minerba,
• K3 Pertambangan,
• KO Pertambangan,
• Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan, Reklamasi, &
Pascatambang, serta Pascaoperasi,
• Pemanfaatan Teknologi, Kemampuan Rekayasa, Rancangan
Bangun, Pengembangan, & Penerapan Teknologi Pertambangan.
Permen ESDM No: 26 / 2018
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
Yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Minerba
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30
/ MEM / 2018 : Pedoman
Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan Yg Baik
20. Keputusan Menteri ESDM
No. : 1827 K / 30 / MEM /
2018
• Lampiran 1: Pedoman Permohonan, Evaluasi, &/ Pengesahan KTT,
PTL, KTBT, PO, PT, &/ PJO
• Lampiran 2: Pedoman Pengelolaan Teknis Pertambangan
• Lampiran 3: Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan &
Pengolahan &/ Permurnian Mineral &
Batubara
• Lampiran 4: Pedoman Penerapan SMKP Mineral & Batubara
• Lampiran 5: Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Pertambangan Mineral & Batubara
• Lampiran 6: Pedoman Pelaksanaan Reklamasi & Pascatambang
serta Pascaoperasi Pada Kegiatan Usaha
Pertambagan Mineral & Batubara
• Lampiran 7: Pedoman Pelaksanaan Konservasi Mineral & Batubara
• Lampiran 8: Pedoman & Evaluasi Kaidah Teknik Usaha Jasa
Pertambangan
23. 1. Evaluasi terhadap laporan berkala & laporan khusus,
2. Pemeriksaan berkala / sewaktu-waktu (jika diperlukan),
3. Penilaian atas keberhasilan pelaksanaan program &
kegiatan,
4. Melakukan pemeriksaan / inspeksi, pengujian, &
penyelidikan,
5. Menyusun & penyampaikan laporan (berupa : perintah,
larangan, petunjuk) dari hasil pemeriksaan / inspeksi /
pengujian / penyelidikan kepada KaIT.
Fungsi PIT (Permen ESDM Nomor 26 / 2018,
Pasal 45) :
24. 1. Memasuki tempat kegiatan usaha pertambangan setiap saat,
2. Menghentikan sementara, sebagian, atau seluruh kegiatan
pertambangan jika dinilai membahayakan keselamatan
pekerja / umum / menimbulkan pencemaran atau kerusakan
lingkungan,
3. Mengusulkan penghentian secara tetap kegiatan
pertambangan kepada KaIT.
Wewenang PIT (Permen ESDM Nomor 26 / 2018,
Pasal 46) :
25. Kepala Teknik Tambang (KTT) : Seseorang
yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur
organisasi lapangan pertambangan yang
memimpin dan bertanggung jawab atas
terlaksananya operasional pertambangan
sesuai dengan kaidah teknik pertambangan
yang baik.
Penanggung Jawab Teknik & Lingkungan (PTL) : Seseorang
yang memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi
lapangan yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab
atas terlaksananya kegiatan operasional Pengolahan
dan/atau Pemurnian sesuai dengan kaidah teknik
Pengolahan dan/atau Pemurnian.
Permen ESDM Nomor 26 / 2018 : Pasal
1 (18)
26. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
1. Membuat peraturan internal perusahaan mengenai
penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik;
2. Mengangkat pengawas operasional dan pengawas
teknis;
3. Mengesahkan & melakukan evaluasi kinerja PJO;
4. Memastikan semua perusahaan jasa
pertambangan yang beroperasi di bawahnya
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
27. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
5. Menerapkan standar sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan;
6. Menyampaikan laporan kegiatan jasa
pertambangan kepada KaIT;
7. Memiliki tenaga teknis pertambangan yang
berkompeten
8. Melaksanakan manajemen risiko pada setiap
proses bisnis dan subproses kegiatan
pertambangan;
28. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
9. Menerapkan SMKP & melakukan pengawasan
penerapan SMKP yang dilaksanakan oleh
perusahaan jasa pertambangan yang bekerja di
wilayah tanggung jawabnya;
10.Melaporkan penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik kepada KaIT;
11.Melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan secara berkala;
29. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
12. Melaporkan jumlah
pengadaan/penggunaan/penyimpanan /
persediaan bahan dan limbah B3 setiap 6 bulan;
13. Melaporkan adanya gejala yang berpotensi
menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan;
14. Menyampaikan laporan kasus lingkungan & upaya
penanggulangannya paling lambat 1 x 24 jam
setelah kejadian;
15. Menyampaikan pemberitahuan awal dan
melaporkan kecelakaan, kejadian berbahaya,
30. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab KTT / PTL :
16. Menyampaikan laporan audit internal penerapan SMKP
Minerba;
17. Menetapkan tata cara baku untuk penanggulangan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
18. Menetapkan tata cara baku untuk penerapan kaidah
teknik pertambangan yang baik;
19. Melaksanakan konservasi sumber daya mineral dan
batubara;
20. Menetapkan tata cara baku kegiatan pengelolaan
teknis pertambangan Minerba.
31. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Pengawas Operasional
Dalam melaksanakan kegiatan pertambangan KTT/PTL
mengangkat Pengawas Operasional.
Pengawas Operasional yang memenuhi syarat diberikan KPO
yang disahkan oleh KaIT
Kriteria Pengawas Operasional :
1. Memiliki sertifikat kompetensi Pengawas Operasional
atau sertifikat kualifikasi yang diakui oleh KaIT;
2. Menduduki jabatan di dalam divisi atau departemen
operasional pertambangan;
3. Memiliki bawahan dan/atau melakukan pengawasan
terhadap divisi atau departemen lainnya.
33. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran 1)
Tugas & Tanggung Jawab Pengawas Operasional :
1. Bertanggung jawab kepada KTT / PTL untuk
K3 semua pekerja tambang yang menjadi
BAWAHANnya,
2. Bertanggung-jawab atas keselamatan,
kesehatan dan kesejahteraan dari semua
ORANG YANG DITUGASKAN KEPADANYA,
3. Melaksanakan INSPEKSI, PEMERIKSAAN &
PENGUJIAN
4. Membuat dan menandatangani LAPORAN
pemeriksaan, inspeksi dan pengujian.
34. Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan (SMKP) MINERBA
SISTEM
MANAJEMEN
PERUSAHAAN
MANAJEMEN
HR
MANAJEMEN
KEUANGAN
MANAJEMEN
RISIKO
MANAJEMEN
PERALATAN
MANAJEMEN
LINGKUNGAN
MANAJEMEN
K3 - SMKP
1. Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2018 : Pasal
18 (1)
2. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran IV)
3. KepDirJen Minerba No.
185.K/37.04/DJB/2019
(Lampiran II)
35. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)
MINERBA
WAJIB Implementasi SMKP, pemegang :
• IUP / IUPK Eksplorasi,
• IUP Operasi Produksi,
• IUP Operasi Produksi Khusus,
untuk pengelolaan dan / atau permurnian
(Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 : Pasal 18 (1))
SISTEM
MANAJEMEN
PERUSAHAAN
MANAJEMEN
HR
MANAJEMEN
KEUANGAN
MANAJEMEN
RISIKO
MANAJEMEN
PERALATAN
MANAJEMEN
LINGKUNGAN
MANAJEMEN
K3 - SMKP
37. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)
MINERBA
ELEMEN System :
1. Kebijakan,
2. Perencanaan,
3. Organisasi & Personel,
4. Implementasi,
5. Pemantauan, Evaluasi, & Tindak Lanjut,
6. Dokumentasi,
7. Tinjauan Manajemen & Peningkatan Kinerja.
38. Manajemen Risiko, Program K3,
Manajemen Keadaan Darurat,
Sanitasi & Hygiene, Gizi Kerja,
Ergonomi, Kebijakan K3,
Perencanaan, Organisasi &
Personil, Implementasi, Evaluasi &
Tndak lanjut, dll.
Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
Sistem & pelaksanaan perawatan
sarana, prasarana, instalasi &
peralatan
Kelayakan sarana, prasarana,
instalasi & peralatan
Pengamanan instalasi
Kompetensi tenaga teknik
Evaluasi laporan hasil kajian
teknis
KESELAMATAN
PERTAMBANGAN
K3
KO
PEKERJA selamat &
sehat melaui upaya
PENGELOLAAN K3
& SMKP
OPERASIONAL TAMBANG
yg aman, efisien & produksi
melalui PENGELOLAAN
SISTEM & PELAKSANAAN
PEMELIHARAAN
Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan (SMKP) MINERBA
39. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018 (Lampiran
IV)
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)
MINERBA
Audit System :
Audit Internal, minimum 1 kali / tahun
KaIT dapat meminta untuk dilakukan Audit
Eksternal, jika / untuk :
Terjadi kecelakaan, kejadian berbahaya, PAK, atau
bencana
Kepentingan penilaian kinerja K3
45. PELAPORAN BERKALA ASPEK
KESELAMATAN KERJA
PERTAMBANGAN
• BULANAN (paling lambat 5 hari kalender dari akhir bulan) :
– Pemberitahuan kecelakaan kepada KaIT,
– Pemberitahuan kejadian berbahaya kepada KaIT
• TRIWULANAN (paling lambat 30 hari kalender dari akhir triwulan)
:
– Daftar kecelakaan tambang
– Daftar jumlah tenaga kerja,
– Daftar jumlah jam kerja,
– Daftar kekerapan (FR) & keparahan kecelakaan (SR) tambang,
– Perhitungan biaya kecelakaan tambang
– Rekapitulasi kejadian berbahaya,
– Daftar persediaan & pemakaian handak,
– Daftar persediaan & pemakaian BBC,
– Laporan persediaan & pemakaian B3,
– Rencana & realisasi program & biaya KP.
46. PELAPORAN BERKALA ASPEK
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
• TAHUNAN (paling lambat 30 hari kalender setelah
triwulan ke-IV) :
– Data kompetensi tenaga kerja,
– Laporan Audit Internal SMKP
PELAPORAN KHUSUS ASPEK
KESELAMATAN KERJA PERTAMBANGAN
• Disusun & disampaikan sesaat setelah kejadian /
kondisi tertentu.
• Terdiri :
– Laporan pemberitahuan awal kecelakaan,
– Laporan pemberitahuan awal kejadian berbahaya,
– Audit Eksternal SMKP Minerba (14 hari kerja setelah audit
selesai).
47. Modul – 2 :
Tugas dan
Tanggung Jawab
Keselamatan
Pertambangan
48. SASARAN :
• Memahami tugas & tanggung jawab
(khususnya di bidang K3),
• Mampu menyusun target untuk
pemenuhan tugas & tanggung jawab,
• Mampu menyusun rencana kerja untuk
mencapai target.
49. Responsibility – Tanggung Jawab
KEWAJIBAN yang harus dijalankan oleh seseorang terkait dengan tugas
dan jabatannya dan berTANGGUNG-JAWAB terhadap atasannya.
Tanggung jawab biasanya dijelaskan di dalam dokumen job description.
Accountability – Tanggung Gugat
KEWAJIBAN YANG TERINCI & TERUKUR yang harus dilaksanakan oleh
seseorang sesuai tugas & jabatannya; & terdapat konsekuensi terhadap
pelaksaanaan kewajiban tersebut.
Dalam praktiknya, tanggung gugat seseorang dituangkan dalam bentuk
target & rencana kerja (program).
50. Fungsi Standar Kinerja / Target /
KPI :
Menjadi tujuan / sasaran upaya karyawan
atau manajemen.
Jikalau standar telah terpenuhi, karyawan akan
merasakan adanya pencapaian dan penyelesaian.
Kriteria pengukuran keberhasilan sebuah
target / tujuan.
Tanpa adanya standar, tidak ada sistem
pengendalian yang dapat mengevaluasi kinerja
karyawan. Beberapa diantaranya dapat menjadi
51. Persyaratan dalam Standar Kinerja
/ Target / KPI :
Harus relevan dengan individu dan
organisasi,
Harus stabil dan handal,
Harus dijabarkan dalam angka,
Harus mudah diukur,
Harus dipahami oleh karyawan dan
penyelia,
Harus memberikan interprestasi yang
tidak bias.
52. Lagging Indicators (Downstream),
fokus pada hasil akhir (Incidents,
PAK).
Biasa disebut Objectives / Target.
Leading Indicators (Upstream),
fokus pada program untuk
mencapai hasil akhir.
Standar Kinerja K3 :
53. KESELAMATAN KERJA KESEHATAN KERJA
1. ZERO FATALITY
2. LTI Frequency / Severity
Rate
3. Property Damage FR / Cost
4. RWDC (Restricted Work Day
Case)
5. MTC (Medical Treatment
Case)
6. FAC (First Aid Case)
7. Nearmiss
8. Kejadian Berbahaya
1. Rasio Kelayakan Kerja (%)
2. Crude Morbidity Rate (CMR -
%)
3. Morbidity Frequency Rate
(MFR)
4. Spell Severity Rate (SSR)
5. Absence Severity Rate (ASR)
6. PAK Frequency Rate (PAK FR)
CONTOH LAGGING INDICATORS:
54. Lost Time Injury (LTI)
Semua cidera akibat kecelakaan tambang yang
mengakibatkan korban tidak mampu melakukan
tugas semula pada gilir kerja berikutnya
berdasarkan keterangan dokter yang telah
ditunjuk oleh perusahaan.
Kerusakan Harta Benda / Property Damage
Insiden yang mengakibatkan kerugian/kerusakan
Fatality
Setiap cedera yg mengakibatkan kematian yg
terjadi saat pekerja melaksanakan peran dan
tanggung jawabnya atau akibat dari
pekerjaannya.
55. Restricted Work Duty Injury (RWDI)
Kecelakaan yang mengakibatkan karyawan harus dirawat atau
mendapatkan perlakuan medik serius/berat dan dapat kembali
bekerja tetapi tidak mampu mengerjakan semua tugas-tugasnya
secara normal sesuai dengan deskripsi kerja atau karyawan
tersebut diberikan tugas lain sementara waktu karena
kecederaan/penyakitnya tersebut atau bekerja secara permanen
kurang dari waktu penuh.
Medical Treatment Case (MTC)
Kecelakaan yang menyebabkan korban harus dirawat atau
mendapatkan perlakuan medik lain di luar pertolongan pertama
(P3K) dan dapat kembali bekerja seperti semula.
First Aid Case (FAC)
Insiden yang mengakibatkan cidera pada korban korban hanya
mendapatkan bantuan first aid (P3K) saja dan langsung dapat
56. LTI Frequency Rate (LTIFR) = Jml Cedera Berakibat LTI & Fatality
x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Karyawan
LTI Severity Rate (LTISR) = Jumlah Hari Hilang Akibat LTI & Fatality
x 1.000.000
Jumlah Jam Kerja Karyawan
Contoh :
PT ABC pada periode Januari – Juli 2019 terjadi 10 kecelakaan. Dari kecelakaan-kecelakaan tersebut,
menyebabkan 5 orang mengalami cedera. Dan dari 5 orang yang cedera, 3 di antaranya harus absen bekerja
(kehilangan hari kerja).
Korban A harus absen selama 10 hari, korban B absen selama 15 hari, dan korban C kehilangan hari kerja
selama 5 hari. Korban D & E dapat kembali bekerja pada hari berikutnya setelah kecelakaan.
Dari catatan HRD Dept, untuk periode yang sama di PT ABC akumulasi jam kerja seluruh karyawan adalah
500.000 jam kerja karyawan.
Hitung berapa LTIFR & LTISR untuk PT ABC untuk periode Januari – Juli 2019.
LTIFR = 3 x 1.000.000 = 6
500.000
(setiap 1 juta jam kerja karyawan, PT ABC terjadi 6
karyawan yg mengalami LTI)
LTISR = 30 x 1.000.000 = 60
500.000
(setiap 1 juta jam kerja karyawan, PT ABC mengalami
kehilangan sebanyak 60 hari kerja karyawan )
57. STANDAR KINERJA
KESEHATAN KERJA
RUMUS / FORMULA
Rasio Kelayakan Kerja (RKK) (Jumlah pekerja layak kerja / Total Pekerja) x 100%
Crude Morbidity Rate (CMR) (Jumlah pekerja sakit / Total Pekerja) x 100%
Morbidity Frequency Rate (MFR) (Jumlah pekerja sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Spell Severity Rate (SSR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Jumlah Spell) x 1.000.000
Absence Severity Rate (ASR) (Jumlah Absensi karena Sakit / Total Jam Kerja) x 1.000.000
Penyakit Akibat Kerja Frequency
Rate (PAKFR)
(Jumlah Kasus PAK / Jumlah Tenaga Kerja) x 1.000.000
58. Implementasi program kerja – 100%,
Pelaksanaan inspeksi / observasi – 4 kali per
minggu,
Pelaksanaan pertemuan K3 – 7 kali per minggu,
Pelaksanaan pelatihan K3 – 100% sesuai jadwal,
Tindak lanjut temuan inspeksi / investigasi, dll –
100%,
Kepatuhan terhadap prosedur – 100%,
Dan lain – lain.
CONTOH LEADING INDICATORS
(PROGRAM KERJA) :
59. TANGGUNG
JAWAB
(Responsibility
)
TANGGUNG GUGAT (Accountability)
LAGGING INDICATORS
(TARGET)
LEADING INDICATOR (PROGRAM)
Menurunkan /
mencegah
kecelakaan
kerja
1. Lost Time Injury
Freq. Rate
(LTIFR)
< 0,5 1. Melakukan safety talk
secara terjadwal.
2. Melakukan inspeksi K3
sesuai prosedur.
3. Melakukan observasi tugas
sesuai prosedur.
1 kali /
minggu
1 kali /
minggu
4 kali /
minggu
Contoh : Tanggung Jawab, Tanggung Gugat, &
Kinerja K3
60. TUGAS / PRAKTIK :
• Sebutkan LAGGING INDICATORS
yang digunakan sebagai
OBJECTIVES / TARGET K3 di
perusahaan.
• Jelaskan PENGERTIAN dari setiap
lagging indicators tersebut.
60
62. SASARAN :
• Mampu mengidentifikasi bahaya,
• Mampu menilai risiko dari suatu
bahaya.
• Mampu menyusun tindakan kontrol /
pengendalian yang efektif.
63. BAHAYA / HAZARD
Adalah sumber / situasi yang memiliki potensi /
dapat menyebabkan cedera atau sakit pada manusia,
kerusakan peralatan dan pencemaran lingkungan atau
kombinasinya.
RISIKO / RISK (R)
Adalah kombinasi kemungkinan & konsekuensi dari kejadian
berbahaya (beberapa bahaya) yang terjadi,
atau
perkalian antara kemungkinan / likelihood (L) & konsekuensi
/ severity (S).
64. MANAJEMEN RISIKO
Adalah proses mengidentifikasi & menentukan
prioritas untuk meminimalkan dan mengendalikan
konsekuensi risikonya, sehingga dapat mencegah
kecelakaan.
Adalah proses mengidentifikasi sumber-
sumber bahaya, penilaian risiko, dan
tindakan untuk menghilangkan serta
mengurangi risiko secara terus menerus.
65.
66. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO :
• Alat / tools untuk mencegah
kecelakaan & mencapai target K3
(lagging indicators),
• Mengelola risiko yang dapat
menyebabkan kerugian akibat
kecelakaan (uncertaintly),
• Mengambil tindakan yang tepat &
efektif atas risiko yang
67. APA MANFAAT DARI
MANAJEMEN RISIKO?
• Mengidentifikasi & mengendalikan risiko K3
pada semua aktivitas / proses,
• Sebagai dasar menyusun perencanaan /
strategi K3,
• “Kunci” dari pencegahan kecelakaan,
• Mengurangi biaya / kerugian,
• Meningkatkan efisiensi & kinerja K3
• Meningkatkan “Accountability”
• Sebagai dasar untuk Perbaikan
Berkelanjutan.
68. DIMANA & KAPAN MANAJEMEN
RISIKO DILAKUKAN?
• Dilakukan terhadap semua aktivitas di semua
area kerja perusahaan,
• Pada Awal Proyek,
• Untuk Pekerjaan Baru,
• Ditinjau ulang secara berkala,
• Jika ada masukan dari Pemerintah (buku
tambang, audit, inspeksi, hasil investigasi
kecelakaan serius),
• Jika ada modifikasi desain kerja, proses
kerja, atau modifikasi peralatan.
73. Mengidenfitikasi Bahaya :
1. OBSERVASI, pengamantan keliling / perilaku /
cara kerja.
2. INSPEKSI, pemeriksaan menggunakan checklist
/ daftar periksa.
3. KONSULTASI / DISKUSI, dengan para ahli.
4. STUDY DOCUMENTS : JSA, SOP, WI, MSDS,
Laporan Investigasi, Statistik Kecelakaan
74. Mengidentifikasi Bahaya
Bahaya Contoh
Kimia Debu Silika, Fiber Asbes, Asap / Gas / Uap Beracun
Fisik
Kebisingan, Getaran tinggi, Pencahayaan (kurang /
berlebih), Radiasi UV, Temperatur (rendah / tinggi)
Biologis
Mikro Biologi (Bakteri, Virus, Jamur), Makro Biologi
(Tumbuhan & Binatang)
Mekanis Titik Operasi, Titik Jepit, Gerak Mesin
Lingkungan Sekitar Licin, Permukaan Tidak Rata
Psikososial Intimidasi, Trauma, Pola shift kerja
Tingkah Laku Kurang Keahlian, Ketidak-patuhan
Kelistrikan Peralatan, Instalasi
75. TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber /
situasi & potensinya) UTAMA di area
kerja Anda.
75
76. Rumus Nilai /
Tingkat
Risiko
Menilai Risiko
Penilaian risiko dilakukan melalui proses evaluasi bahaya untuk
menentukan LEVEL RISIKO, serta apakah dapat diterima (acceptable /
tolerable) / tidak (unacceptable / untolerable).
Risiko = (F x P) x
S
Frequency / Keseringan (F)
Keseringan terjadinya kejadian berbahaya / terpapar bahaya / aspek.
Probability / Peluang (P)
Peluang terjadinya insiden / dampak / penyakit / pencemaran
yang disebabkan oleh suatu kejadian berbahaya / paparan bahaya
/ aspek.
Severity / Keparahan (S)
Keparahan dari cidera / penyakit / kerusakan harta benda /
dampak lingkungan yang disebabkan oleh suatu kejadian
berbahaya / paparan bahaya / aspek.
82. TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber /
situasi & potensinya) UTAMA di area
kerja Anda.
82
Berapa NILAI
RISIKO dari bahaya
ini??
83. VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3
PRIMARY CONTROL
METHODS :
ENGINEERING
ELIMINATION
SUBTITUTION
ISOLATION
ELIMINATION
SUBTITUTION
ENGINERING
SECONDARY CONTROL
METHODS :
ADMINISTRATIVE
ADMINISTRATIVE
TRAINING
ADMINISTRATIVE
TERTIARY CONTROL
METHODS : WORK
PRACTICE
PERSONAL
PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL
PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL
PROTECTIVE
EQUIPMENT
HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO
TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
84. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
85. POTENSI
INSIDEN
PROBABILITY
(P)
FREQUENCY
(F)
SEVERITY
(S)
NILAI &
LEVEL RISIKO
TINDAKAN PENGENDALIAN
Pekerja
terjatuh
dari
ketinggian
(10m)
Besar
kemungkinan
terjadi
4 Berkali-
kali dalam
sehari
5 Fatality 30 4 x 5 x 30 =
600
(> 226)
VERY
HIGH
(Risiko Tidak
Dpt Diterima)
1.Menghentikan pekerjaan (Rekayasa -
Eliminasi).
2.Memasang / mengganti scaffolding
(Rekayasa - Subtitusi)
3.Memilih pekerja yg telah
mendapatkan pelatihan WAH
(Administrative)
4.Menyusun & implementasi JSA
(Work Practice)
5.Pelatihan WAH utk semua pekerja
konstruksi (Work Practice)
6.Melengkapi pekerja dg harness
(PPE).
86. TUGAS / PRAKTIK :
Identifikasi 3 (tiga) BAHAYA (sumber /
situasi & potensinya) UTAMA di area
kerja Anda.
Berapa NILAI
RISIKO dari
bahaya ini??
Rumuskan
TINDAKAN
PENGENDALIAN
untuk menurunkan
nilai risiko.
87. Pemantauan & Peninjauan
Dokumen manajemen risiko (dokumen
IBPR) direview / direvisi secara berkala,
atau jika terjadi :
87
1. Kecelakaan,
2. Kejadian berbahaya,
3. Kejadian akibat penyakit tenaga
kerja,
4. Penyakit akibat kerja,
5. Perubahan peralatan / instalasi /
proses / kegiatan baru.
88. LATIHAN : 1. Apa potensi
insiden dari bahaya
ini?
2. Tentukan nilai dari
Frekwensi,
Probability, & Severity
dari bahaya ini.
3. Tentukan level
Risiko dari bahaya
ini.
4. Rumuskan apa saja
Tindakan
Pengendalian untuk
menurunkan risiko
dari bahaya ini.
89. LATIHAN : 1. Apa potensi
insiden dari bahaya
ini?
2. Tentukan nilai dari
Frekwensi,
Probability, & Severity
dari bahaya ini.
3. Tentukan level
Risiko dari bahaya
ini.
4. Rumuskan apa saja
Tindakan
Pengendalian untuk
menurunkan risiko
dari bahaya ini.
91. SASARAN :
• Mampu membuat jadwal / rencana inspeksi.
• Mampu melakukan inspeksi K3L secara
efektif.
• Dapat menyusun laporan inspeksi K3L.
92. Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk
menemukan potensi insiden / bahaya untuk
mencegah terjadinya kerugian maupun
kecelakaan di tempat kerja dalam penerapan K3.
Inspeksi adalah sistem yang baik untuk
menemukan suatu masalah dan menaksir jumlah
risiko sebelum terjadi accident dan kerugian lain
yang dapat muncul.
(Bird, Frank E, and George L. Germain, 1990)
93. TUJUAN INSPEKSI
Menjamin tercapainya efisiensi dalam
produksi,
Menentukan estimasi kapan peralatan akan di
reparasi atau di overhaul,
Mengurangi tingkat kerusakan, meningkatkan
availability & utility dari suatu mesin /
peralatan,
Identifikasi kondisi tidak aman & tindakan
tidak aman,
Menentukan penyebab dasar & melakukan
perbaikan atas temuan,
Mengukur performance kondisi fisik.
94. Mengapa PENGAWAS Harus
Melakukan Inspeksi K3?
Dapat melakukan tindakan perbaikan
dg segera untuk mencegah
kecelakaan,
Kepentingan pribadi,
Paham terhadap kondisi & perubahan
daerah kerja, serta sifat / tabiat
pekerja,
Media kontak langsung dg pekerja.
95. Jenis Inspeksi K3
1. Inspeksi Tidak Terencana (Informal), contoh :
Safety Training Observation Program (STOP),
Hazard Report, dll.
2. Inspeksi Terencana (Formal), terdiri dari :
Inspeksi UMUM, contoh :
1. Inspeksi Bagian / Tempat / Objek Kritis,
2. Inspeksi Daerah Tidak Aktif,
3. Inspeksi Peralatan Kerja,
4. Tata Griya / Tata Papan / Housekeeping
Inspeksi PERILAKU (Observasi / Pengamatan),
contoh : Behavior Based Safety (BBS)
96. JENIS INSPEKSI :
1. Inspeksi Tidak Terencana :
Inspeksi yang tidak menentu,
bersifat tidak sistematis dan dangkal,
Biasanya hanya memeriksa tentang kondisi tak aman
yang membutuhkan perhatian besar namun sering
terlewatkan.
Contoh : hazard report, sidak (inspeksi mendadak), dll.
2. Inspeksi Terencana, dibagi :
Inspeksi rutin / umum, : dilakukan secara berkala &
rutin, dengan jadwal yg sudah ditentukan
Contoh : inspeksi umum, inspeksi housekeeping,
inspeksi bagian kritis,
preventive maintenance, pre-use equipment inspection,
dll.
101. 2. Persiapan Inspeksi
Menentukan jalur-jalur untuk inspeksi K3,
Peta inspeksi didasarkan pada denah area kerja,
Standar, peraturan, atau prosedur kerja yang telah
ditentukan,
Potensi bahaya terhadap proses kerja, mesin, material,
& peralatan,
Menentukan alat ukur / alat uji / alat dokumentasi /
APD yang dibutuhkan selama inspeksi,
Mempelajari data kecelakaan kerja, laporan
pemeliharaan, & laporan inspeksi sebelumnya,
102. 3. Pelaksanaan
Inspeksi
SIKLUS Pengamatan /
Inspeksi :
1. Memutuskan
2. Berhenti
3. Mengamati
4. Bertindak
5. Melaporkan
Pengamatan TOTAL
Pengamatan menyeluruh
menggunakan panca
indra :
Penglihatan,
Penciuman,
Pendengaran,
Peraba & Perasa
103. Obyek Pengamatan / Inspeksi
Reaksi Pekerja
Posisi Pekerja
Prosedur Kerja
Peralatan Kerja
Housekeeping (Kondisi Fisik Secara
Umum)
Alat Pelindung Diri
104. Obyek Pengamatan /
Inspeksi
Reaksi Pekerja :
Membetulkan APD,
Merubah Posisi Kerja,
Menghentikan Pekerjaan,
Mengganti Alat Kerja.
Terbentur,
Tertabrak,
Terkait,
Terjepit,
Terpapar suhu
panas / dingin,
Terjatuh,
Tertelan,
Terserap,
Tersengat
arus listrik,
Terhirup.
Posisi Pekerja yang
berpotensi :
105. Prosedur sudah dibuat /
ditetapkan?
Prosedur memadai?
Prosedur diikuti /
dipertahankan?
Obyek Pengamatan /
Inspeksi
Alat sesuai dengan
pekerjaan
Kondisinya alat aman
Alat dipergunakan
dengan benar
Prosedur Kerja :
Peralatan Kerja
:
106. Alat Pelindung Diri :
Pekerja memakai APD
sesuai dengan risiko
yang ada?
Pekerja memakai APD
dengan benar?
APD dalam kondisi baik
/ tidak rusak / nyaman
digunakan?
Obyek Pengamatan /
Inspeksi
Tatapapan (Housekeeping) :
Gang terhalang oleh
barang-barang,
Penyimpanan perkakas,
Penampungan kotoran /
sampah,
Penempatan barang,
Penataan letak (Lay Out),
Serpihan atau potongan
material,
107. TATAGRIYA / TATAPAPAN / HOUSEKEEPING
Adalah program penataan dan kebersihan lingkungan
(kerja) untuk menciptakan lingkungan (tempat kerja) yang
aman dan produktif
1. 2.
4. 3.
5.
RINGKAS
(SEIRI)
RAPI
(SEITON)
RESIK
(SEISO)
RAWAT
(SEIKATSU)
RAJIN
(SHITSUKE)
PRINSIP DASAR–5R/5S :
1. RINGKAS
Pisahkan barang yang diperlukan &
yang tidak diperlukan;
Buang yang tidak perlu & simpan yang
perlu sesuai tingkat kepentingannya
2. RAPI
Setiap alat/barang yang ada
ditempat kerja harus ada
tempatnya; Alat/barang yang tidak
digunakan harus diletakan pada
tempatnya
3. RESIK/BERSIH
Selalu bersihkan lingkungan, alat
dan peralatan kerja yang ada
ditempat kerja;
Membersihkan berarti memeriksa
dan menjaga
5. RAJIN/DISIPLIN
Lakukan apa yang harus dilakukan dan
jangan lakukan apa yang dilarang
secara terus-menerus (membiasakan)
4. RAWAT
Merawat atau memelihara prinsip
Ringkas, Rapi, Resik secara
berkesinambungan (standarisasi)
108. Alat Pemanjat/Tangga,
Perkakas Tangan,
Material Handling,
Gang (Walk Way),
Gudang/Penyimpanan,
Label & Kunci,
Sisa Bahan/Material.
Kondisi Fisik Secara Umum :
Pemindah Energi Mekanik,
Pelindung Mesin,
Pemasangan Listrik,
Tabung Gas Bertekanan,
Bahan Mudah Menyala,
Jalan Keluar,
Obyek Pengamatan /
Inspeksi
109. • Corrective / Immediately Action
– Bersifat segera / di lokasi temuan,
– Tidak perlu mengetahui penyebab
dasar,
– Bersifat perbaikan sementara,
– Mencegah kecelakaan secara parsial.
• Preventive Action
– Dirumuskan berdasarkan penyebab
dasar,
4.Merumuskan Rekomendasi & Tindak
Lanjut (Corrective & Preventive Action)
110. Kondisi / Peralatan Tidak Aman :
• Lakukan tindakan perbaikan sementara (isolasi,
barikade, dll).
• Mengambil dokumentasi (photo, lay-out, dll).
• Diskusi dengan pekerja untuk mencari akar
masalah,
• Minta masukan dari pekerja tindakan
pengendalian apa saja yang harus dilakukan,
• Menentukan tindakan pengendalian yang tepat.
4.Merumuskan Rekomendasi & Tindak
Lanjut (Corrective & Preventive Action)
111. Tindakan Tidak Aman :
• Stop kegiatan pekerja yang diamati,
• Masuk dalam proses diskusi,
• Hormat & bersahabat,
• Dapatkan kesepakatan untuk merubah perilaku
tidak aman, & mempertahankan perilaku aman
pekerja.
112. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
113. • Catat semua temuan (kondisi & tindakan
tidak aman) dan tindakan pengendalian yang
telah ditentukan ke dalam formulir standar,
• Memastikan setiap tahapan inspeksi telah
dilakukan
5. Evaluasi Inspeksi
114. • Menentukan penanggung–jawab tindakan
perbaikan & batas waktu pelaksanaannya,
• Mendistribusikan laporan inspeksi ke semua
penanggung–jawab tindakan perbaikan,
• Memonitor & melakukan verifikasi tindak–
lanjut dari tindakan pengendalian,
• Mendokumentasikan laporan hasil inspeksi,
• Mensosialisasikan kepada seluruh pekerja
sebagai bentuk edukasi.
6. Menyusun & Distribusi Laporan Hasil
Inspeksi
115. TUGAS / PRAKTIK :
• Imajinasikan Anda sedang melakukan
inspeksi di area gudang / warehouse.
120. Modul – 3 :
Pertemuan
Keselamatan
Pertambangan
121. SASARAN :
• Mampu menyiapkan & melaksanakan
pertemuan keselamatan pertambangan
yang efektif.
122. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi juga berarti hubungan atau kontak.
Mengomunikasikan adalah mengirim
pesan lewat saluran komunikasi atau
menyebarkan pesan melalui saluran
komunikasi.
123. MANAJEMEN KOMUNIKASI
Proses timbal balik untuk memberi, membujuk
dan memberikan perintah dari suatu informasi
kepada orang lain serta merupakan tuntutan
untuk menjembatani teoritisi komunikasi dan
praktisi komunikasi
Proses penggunaan berbagai sumber daya
komunikasi secara terpadu melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengontrolan unsur-unsur komunikasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Parag Diwan).
124. Sebagai alat untuk menyamakan pengertian semua
anggota,
Sebagai alat untuk menggerakkan orang lain sesuai
dengan informasi yang diberikan,
Sebagai kendali perilaku anggota melalui informasi
seperti tata tertib atau peraturan anggota,
Sebagai motivasi bagi anggota agar bekerja sesuai
dengan standar perusahaan,
Sebagai bentuk pengungkapan emosional anggota,
Sebagai alat penyampaian informasi dan
menentukan alternatif sebagai langkah pengambilan
FUNGSI MANAJEMEN
KOMUNIKASI :
125. Sebagai sarana untuk berinteraksi dengan baik
sehingga bisa memahami dan mengerti cara
berkomunikasi dengan pihak lain,
Mengembangkan interaksi yang professional,
Membentuk keinginan yang baik (goodwill),
Saling menghargai (mutual appreciation),
Rasa toleransi (tolerance),
Saling bekerjasama (mutual understanding),
Memperoleh opini yang menguntungkan, baik
dalam hubungan internal maupun eksternal
TUJUAN MANAJEMEN
KOMUNIKASI :
126. Komunikasi Formal
Komunikasi antara atasan & bawahan yang
membutuhkan pengaturan khusus (digunakan pada
jalur formal), memiliki wewenang & tanggung
jawab.
Komunikasi Non-Formal
Komunikasi yang tidak membutuhkan pengaturan
khusus & biasanya terjadi secara spontan.
JENIS KOMUNIKASI :
127. Komunikasi Vertikal
Hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan melalui
suatu etika komunikasi dalam menjalankan fungsi
manajemen, bisa dari atas ke bawah (downward
communication) atau dari bawah ke atas (upward
communication).
Komunikasi Horizontal
Komunikasi antar karyawan atau antar pimpinan dalam
suatu organisasi atau perusahaan (arus komunikasi yang
berada di satu level dalam organisasi).
Komunikasi Eksternal
Komunikasi antara perusahaan dengan perusahaan atau
organisasi lain yang terjalin di luar perusahaan.
JENIS KOMUNIKASI DALAM
MANAJEMEN :
128. JENIS PERTEMUAN K3 / SAFETY MEETING :
Safety Committee Meeting / Rapat Komite K3
Rapat formal interaktif wakil manajemen & pekerja
untuk membahas : pengembangan strategi,
melakukan pemeriksaan, evaluasi, & memberikan
masukan / solusi pemecahan permasalahan K3.
Toolbox Meeting / Pre-Start Safety Briefing /
Tailgate Meeting
Dilakukan pada awal shift, lokasinya dinamis (tidak tetap),
membicarakan & merencanakan pekerjaan yang akan
dilakukan, serta menentukan kontrol bahayanya.
Safety Talk / Weekly Safety Talk
Sekali seminggu dengan waktu lebih lama, & topik safety
yang lebih terencana.
129. Komite Keselamatan
Pertambangan
Pemegang IUP, IUPK, IPR, & IUJP membentuk &
menetapkan Komite Keselamatan Pertambangan.
Penetapan Komite KP oleh KTT, PTL, atau PJO.
Struktur Komite Keselamatan
Pertambangan
a) Ketua : KTT / PTL / PJO;
b) Wakil Ketua;
c) Sekretaris : Kepala Dept K3;
d) Anggota : Perwakilan Manajemen, Perwakilan
Pekerja.
130. Tugas & Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan
a) mengidentifikasi, menetapkan, &
mengesahkan tujuan, sasaran, &
program Keselamatan Pertambangan;
b) Memastikan pelaksanaan &
perkembangan tujuan, sasaran, dan
program Keselamatan Pertambangan;
c) memastikan diterbitkannya kebijakan,
standar, & prosedur Keselamatan
Pertambangan;
131. Tugas dan Tanggung Jawab
Komite Keselamatan Pertambangan
d) memastikan terselenggaranya audit
Keselamatan Pertambangan secara berkala;
e) memastikan terlaksananya tinjauan manajemen
terhadap penerapan SMKP paling sedikit 1(satu)
kali;
f) membahas masalah-masalah &
membuat program pencegahan
kecelakaan / PAK / kondisi berbahaya;
132. Manfaat PERTEMUAN K3 :
Meningkatkan kemampuan,
pemahaman, & kesadaran K3
pekerja,
Identifikasi & analisis masalah K3,
Membangun penyelesaian
masalah K3,
Meningkatkan program K3,
Mempermudah diterimanya
kebijakan, peraturan & prosedur
K3,
Memperbaiki kualitas /
kompetensi pekerja.
133. PERAN PENGAWAS dalam Pertemuan K3
(Pre-Start Meeting / Safety Talk) :
1. Mempersiapkan pertemuan :
Apa topiknya
Kapan pelaksanaannya
Siapa pembicara
Tempat pertemuan
Alat bantu bila diperlukan
2. Memimpin & memastikan terlaksananya pertemuan
sesuai jadwal,
3. Mencatat kehadiran & masukan yang disampaikan,
4. Menindak lanjuti masukan tersebut.
134. Menentukan TOPIK BAHASAN :
Topik K3 yang paling dikuasai,
Masalah K3 yang actual / trend,
Hasil rapat safety komite terbaru,
Kasus kecelakaan yang baru terjadi : kronologis,
penyebab & rekomendasi hasil investigasi,
Kebijakan, peraturan atau prosedur K3 terbaru,
Tindak lanjut dari hasil hasil pertemuan K3
sebelumnya.
135. METODE PERTEMUAN :
Metoda Ceramah
Metoda Ceramah & Diskusi
Metoda Diskusi Tanya
Jawab
Metoda Diskusi Pro &
Kontra
Metoda Diskusi Kelompok
136. Pembukaan (x menit)
Penyampaian Topik
Bahasan :
1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit)
Diskusi / Tanya Jawab (x
menit)
Kesimpulan (x menit)
Penutup (x menit)
CERAMAH & DISKUSI
Pembukaan (x menit)
Pembagian Kelompok Diskusi (x
menit)
Diskusi kelompok Pro & Diskusi
Kelompok Kontra (x menit)
Pembahasan hasil diskusi (x
menit)
Kesimpulan (x menit)
Pembukaan (x
menit)
Penyampaian
Topik Bahasan :
1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit)
Kesimpulan (x
menit)
Penutup (x menit)
Pembukaan (x menit)
Diskusi Tanya-Jawab
Topik Bahasan :
1. ….. (x menit)
2. ….. (x menit)
Kesimpulan (x menit)
Penutup (x menit)
Pembukaan (x menit)
Pembagian Kelompok Diskusi (x
menit)
Diskusi per kelompok (x
menit)
Pembahasan hasil diskusi (x
menit)
Kesimpulan (x menit)
AGENDA PERTEMUAN K3:
CERAMAH DISKUSI TANYA JAWAB
DISKUSI PRO &
KONTRA
DISKUSI KELOMPOK KECIL
138. SASARAN :
• Memahami aspek & peraturan
lingkungan yang terkait dengan
aktifitas / operasional masing-
masing.
139. KARAKTERISTIK KEGIATAN PERTAMBANGAN :
Berada di bawah tanah,
Keterdapatan di muka bumi tidak dapat memilih
tempat,
Sumberdaya tak terbarukan (non-renewable),
Dapat difungsikan sebagai penggerak pembangunan,
Padat modal & teknologi,
Risiko finansial sangat besar,
Tahapan harus dilalui :
1. Penyelidikan Umum,
2. Eksplorasi & Study Kelayakan,
3. Konstruksi,
4. Eksploitasi (penambangan, pengolahan / pemurnian,
hauling, penjualan)
140. Peraturan Lingkungan Pertambangan :
UU Nomor 32 Tahun 2009 : Perlindungan & Pengelolaan
Lingkungan Hidup
PP Nomor 27 Tahun 1999 : AMDAL
PP Nomor 27 Tahun 2012 : Izin Lingkungan
PP Nomor 82 Tahun 2001 : Pengendalian Pencemaran Air
PP Nomor 78 Tahun 2010 : Reklamasi & Pasca Tambang
PP Nomor 27 Tahun 2020 : Pengelolaan Sampah Spesifik
PerMen ESDM No. 07/2014 : Reklamasi & Pasca Tambang
Minerba
Kep MPE 1211.K Tahun 1995 : Pencegahan & Penanggulangan
Perusakan & Pencemaran
Lingkungan pada Kegiatan Usaha
Pertambangan Umum
SE Dirjen Nomor 693.K/1996 : Pengendalian Erosi
141. Pengelolaan Lingkungan Hidup Pertambangan
(Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018,
Lampiran V)
Adalah upaya penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang
ditimbulkan akibat dari kegiatan pertambangan.
Dibagi menjadi :
1. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Eksplorasi,
2. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Konstruksi,
3. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Penambangan,
4. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Kegiatan Pengangkutan,
5. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pengolahan dan / atau Pemurnian,
6. Pemantauan Lingkungan Hidup,
7. Penanggulangan Pencemaran dan / atau Perusakan Lingkungan Hidup,
8. Sistem Pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup Pertambangan,
9. Penghargaan Pengeloaan Lingkungan Hidup Pertambangan
142. Pengelolaan Lingkungan Hidup pada JALAN
AKSES :
• Pembuatan saluran drainase di pinggir jalan
yang dialirkan ke kolam pengendap,
• Melaksanakan pemeliharaan terhadap jalan
akses, drainase, & kolam pengendap,
• Pembuatan jalan akses sesuai dg rencana
kerja tahunan.
143. • Pembuatan dasar lantai yang kedap fluida,
• Melengkapi dg kolam perangkap limbah
hidrokarbon / oil trap (yaitu : sistem
perangkap untuk memisahkan limbah
hidrokarbon dengan air, sehingga limbah
hidrokarbon tidak terlepas ke lingkungan),
• Atap dilengkapi dg talang air yang
mengarahkan air hujan ke drainase,
• Fasilitas pencucian kendaraan yang
dilengkapi dg kolam pengendap & kolam
perangkap limbah hidrokarbon.
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
BENGKEL :
144. • Stasiun pengisian dilengkapi atas penahan
air hujan, lantai kedap fluida, tanggul
pengaman, drainase, & fasilitas perangkap
hidrokarbon,
• Unit fuel truck dilengkapi dg peralatan
pencegah tumpahan dan / atau ceceran
bahan bakar (spill kit)
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
Fasilitas PENGISIAN BAHAN BAKAR
CAIR :
145. • Saluran drainase,
• Sarana perangkap
hidrokarbon,
• Sarana penampungan
limbah B3.
Pengelolaan Lingkungan Hidup pada
GENERATOR LISTRIK :
146. • Akses / jalan yang terpelihara dg baik,
• Alat utk menghentikan aliran air di titik
keluar menuju perairan umum
• Sarana pengukur debit air,
• Papan informasi hasil pemantauan kualitas
air limbah.
Fasilitas Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada KOLAM PENGENDAPAN :
147. Pengelolaan AIR LARIAN (RUN – OFF WATER)
Permukaan & Air Tambang
• Mengalirkannya melalui saluran drainase
menuju ke kolam pengendapan,
• Sebelum dilepas ke perairan umum wajib
memenuhi baku mutu lingkungan,
• Mengalirkan air larian permukaan dari lahan
sekitar tambang melalui saluran pengalih /
pengelak (sehingga tidak masuk ke tambang).
148. • Penyiraman jalan secara rutin,
• Penghijauan,
• Pembatasan kecepatan kendaraan,
• Penyemprotan debu pada conveyor,
• Melengkapi conveyor dg atap & sistem pembersih
return belts.
Fasilitas Pengelolaan Lingkungan
Hidup pada Kegiatan Pengangkutan :
149. Kegiatan Reklamasi :
1. Penatagunaan Lahan:
Penataan lahan
Penimbunan kembali lahan bekas tambang
Penebaran tanah zona perakaran
Pengendalian erosi & pengelolaan air
2. Revegetasi:
Penanaman (cover crops, fast growing species,
tanaman lokal)
3. Penyelesaian Akhir:
Pemeliharaan vegetasi (pemupukan,
pengendalian gulma, hama & penyakit,
penyulaman, Penutupan tajuk vegetasi)
150. Kegiatan Pascatambang :
1. Pembongkaran / Decommissioning :
bekas tambang, fasilitas pengolahan /
pemurnian, fasilitas penunjang
lainnya.
2. Remediasi / pemulihan tanah
terkontaminasi & reklamasi.
3. Pengembangan Sosekbud,
4. Pemeliharaan & Pemantauan.
151. PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN (4
R) :
Reduce (kurangi limbah yang dihasilkan),
Reuse (pakai kembali limbah yang dihasilkan),
Recycle (daur ulang atau proses kembali limbah
yang dihasilkan, menjadi material yang
bermanfaat),
Recovery (ambil material yang masih berguna
dari limbah yang dihasilkan).
152. FASILITAS PENGOLAHAN LIMBAH
Tailing Pond :
Adalah kolam penampungan limbah
cair dari proses pengolahan bahan
tambang yang sudah tidak bernilai
ekonomis & mengandung LOGAM
BERAT, seperti : Arsenic, Barite,
Calcite, Fluorite, Radioactive materials,
Mercury, Sulfur, Cadmium.
Settling / Sediment Pond :
Adalah kolam penampungan cairan
buangan untuk MENGENDAPKAN
PARTIKEL–PARTIKEL yang bercampur
dengan air untuk mengendalikan
polusi air sebelum dilepas ke drainase
153. TUGAS / PRAKTIK :
• Sebutkan persyaratan lingkungan
bangunan / fasilitas yang ada di area
tanggung jawab Anda.
• Sebutkan jenis – jenis limbah yang
dihasilkan oleh operasional di area kerja
Anda, & jelaskan prosedur
pengelolaannya.
153
155. SASARAN :
• Memahami proses penyelidikan kecelakaan.
• Dapat menyusun & membuat laporan
penyelidikan kecelakaan.
156. INVESTIGASI INSIDEN :
Suatu proses langkah demi langkah yang logis,
dimulai dengan mengunjungi lokasi insiden,
mengumpulkan, & menganalisa fakta-fakta,
merekonstruksi kejadian, serta menentukan
penyebab insiden / bukti, menyusun rekomendasi /
tindakan perbaikan, & menindak-lanjuti tindakan
perbaikan.
Adalah kegiatan penelitian terhadap penyebab
kecelakaan dengan cara pengumpulan, pengolahan,
analisis, & penyajian data secara sistematis &
obyektif agar tidak terjadi kecelakaan dengan
penyebab yg sama (Permenhub No. PM 74 Tahun 2017).
157. INVESTIGASI INSIDEN :
Tujuan :
1. MENGUMPULKAN semua FAKTA / BUKTI,
2. MENGANALISA semua fakta / bukti untuk
memahami bagaimana insiden terjadi &
MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB dari insiden,
3. Menentukan TINDAKAN PERBAIKAN & peluang
untuk meningkatkan control management agar
INSIDEN SERUPA TIDAK TERJADI.
158. KECELAKAAN WAJIB
DIINVESTIGASI :
• Semua kecelakaan yang diketahui /
dilaporkan,
• Kecelakaan yg mengakibatkan :
– Kerugian harta benda (property damage),
– Korban manusia /cidera (termasuk kasus
keracunan),
– Penyakit akibat kerja,
– Pencemaran lingkungan,
– Keadaan darurat,
– Nearmiss.
159.
160. Reportable Injury / Cedera yang
Dilaporkan
Cedera yg diakibatkan oleh kecelakaan kerja /
kecelakaan tambang.
Fatalitas / Fatality / Cedera Berakibat Mati
Setiap cedera / sakit akibat kerja yg
mengakibatkan kematian yg timbul dari atau
selama jalur normal karyawan bekerja dan atau
selama melaksanakan peran dan tanggung
jawab pekerjaan tanpa melihat / menghitung
waktu terjadinya.
DEFINISI & TIPE / JENIS INSIDEN
161. Kecelakaan
Adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki &
tidak diduga semua yang menimbulkan korban
manusia &/ harta benda.
Kecelakaan Tambang
Adalah kecelakaan yang memenuhi 5 kriteria
sebagaimana diatur dalam peraturan
perundangan (Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 /
MEM / 2018).
Kejadian Berbahaya
Adalah kejadian yang dapat membahayakan jiwa
atau terhalangnya produksi.
162. Penyakit Akibat Kerja
Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
&/ lingkungan kerja sesuai dg peraturan
perundangan (PerPres No. 7 / 2019).
Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja
Adalah kejadian meninggalnya pekerja yang
disebabkan oleh penyakit tenaga kerja ketika
pekerja melakukan kegiatan pertambangan /
pengolahan / pemurnian, terjadi pada jam kerja,
atau terjadi di dalam wilayah pertambangan /
pengolahan / pemurnian.
163. Incident
Adalah KEJADIAN yang berkaitan dengan pekerjaan
dimana cedera, penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran
lingkungan, atau pun kefatalan (kematian) DAPAT
(berpotensi / telah) terjadi. Termasuk insiden ialah
keadaan darurat.
Accident
Adalah INSIDEN yang MENIMBULKAN cedera, penyakit
akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan, atau pun
kefatalan (kematian).
Nearmiss
Adalah INSIDEN yang TIDAK MENIMBULKAN cedera,
penyakit akibat kerja (PAK), pencemaran lingkungan,
atau pun kefatalan (kematian).
164. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran III)
5 Unsur Kecelakaan Tambang:
1. Benar-benar Terjadi,
2. Mengakibatkan cidera pada pekerja tambang atau orang
yang diberi izin oleh KTT / PTL memasuki tambang,
3. Akibat kegiatan usaha pertambangan / pengolahan /
pemurnian / kegiatan penunjang pertambangan,
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yg mendapat cidera
atau setiap saat untuk orang yang diberi izin oleh KTT / PTL
memasuki tambang,
5. Terjadi dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek
165. Kepmen ESDM No. 1827 K / 30 / MEM / 2018
(Lampiran III)
Kategori Cedera Akibat Kecelakaan Tambang:
1. Cedera Ringan : korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 1 hari s/d kurang dari 3 minggu, termasuk
hari minggu dan hari libur.
2. Cedera Berat : korban tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 3 minggu (termasuk hari minggu dan hari
libur), atau
- cacat tetap yang tidak mampu menjalankan tugas seperti
semula,
- Retak tulang (kepala, punggung, pinggul, lengan, paha atau
kaki),
- Pendarahan di dalam,
- Pingsan / kurang oksigen,
- Luka berat atau luka terbuka / terkoyak yang dapat
mengakibatkan ketidak-mampuan tetap,
166. Mengapa PENGAWAS TERLIBAT dalam
Proses Investigasi ?
• Memiliki kepentingan / TANGGUNGJAWAB
pribadi,
• Menunjukan perhatian terhadap K3 bawahan,
• Mengetahui kondisi tempat kerja, sifat &
tabiat pekerja bawahannya,
• Mengetahui bagaimana & dimana
mendapatkan informasi yang diperlukan,
• Dapat segera mengambil tindakan perbaikan.
167. PENANGANAN INSIDEN :
1. Melaporkan segera kepada supervisor,
2. Mendatangi lokasi insiden untuk
mengendalikan situasi di lokasi insiden,
3. Memberikan pertolongan pertama &
menghubungi paramedis / ERT,
4. Mencegah potensi insiden susulan,
5. Mengidentifikasi & mengamankan bukti /
fakta di lokasi insiden,
6. Menilai risiko aktual vs potensi risiko,
7. Membuat laporan awal insiden dan
mengirimkan ke atasan & HSE Dept.
168. PELAPORAN AWAL INSIDEN
Pelaporan Ke Pihak Eksternal :
- Kepolisian
- Disnaker
- Kepala Teknik Tambang /
Custodian
Pelaporan ke Pihak Internal :
- Kantor Pusat.
- Semua Departemen (Preliminary
Report).
Menggunakan Formulir Standard
169. No. SHE-19-01-(0) Tgl. Berlaku: 16-04-19
PT. Cipta Kridatama Subkontraktor :
Nama Site : Lokasi Kejadian :
Hari & Tgl. Kejadian : Waktu Kejadian :
Orang yang dapat dimintai keterangan untuk kecelakaan ini :
Gambaran Bagaimana Kecelakaan Terjadi :
Nama Korban : SN :
Jabatan : Masa Kerja :
Bagian tubuh yang mengalami cedera :
Unit yang Terlibat : No. ID :
Bagian unit yang mengalami kerusakan :
(Lampirkan foto cedera dan atau bagian unit yang mengalami kerusakan)
Diketahui Oleh
(Nama)
Project Manager
(Form ini harus diisi dan dikirimkan kepada bagian – bagian terkait sesuai prosedur yang berlaku sebelum 1x24 jam)
Witness/Saksi
(Nama)
QSHE Dept
Dilaporkan Oleh
LAPORAN AWAL KECELAKAAN
(Nama)
Superior/Atasan Langsung
(Nama)
174. 1. Tahap Persiapan Penyelidikan :
• Pembentukan / penetapan tim investigasi,
• Persiapan peralatan ukur / uji,
• Pengumpulan data & fakta di lapangan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
175. INVESTIGATOR KECELAKAAN :
Adalah setiap orang yg mempunyai
kualifikasi & kompetensi tertentu untuk
melaksanakan kegiatan investigasi
kecelakaan.
176. WEWENANG INCIDENT
INVESTIGATOR :
• Memasuki sarana / prasarana / lokasi
kecelakaan atau kegiatan investigasi,
• Mewawancarai saksi, orang yg terkait
atau yg dianggap memiliki informasi
mengenai kecelakaan,
• Menguasai, menggunakan,
memindahkan, memeriksa, atau
menguji setiap bukti / fakta.
178. MEMBENTUK TIM INVESTIGASI
(INVESTIGATOR)
1. Tim dipimpin oleh Ketua Tim
Investigasi,
2. Tim ditunjuk oleh Manajemen,
3. Tim terlatih untuk melakukan
investigasi insiden,
4. Susunan tim mengacu kepada prosedur
179.
180. 2. Tahap Pelaksanaan :
• Mengambil tindakan pencegahan jika terdapat
potensi kecelakaan susulan / potensi kecelakaan
yang sama di area lain,
• Menuju lokasi kecelakaan / kejadian berbahaya
untuk melakukan analisa / penyelidikan thd :
lokasi, sarana / prasana / peralatan / instalasi,
• Mengumpulkan data / bukti / informasi pendukung
lainnya & melakukan rekonstruksi (jika perlu),
• Melakukan analisa penyebab kecelakaan,
menyusun kesimpulan, & merumuskan
rekomendasi tindakan perbaikan,
• Tindak lanjut atas tindakan perbaikan sesuai dg
jangka waktu yg ditentukan.
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
181. 3. Tahap Pelaporan :
• Pembuatan laporan / berita acara hasil
penyelidikan,
• Penyampaian laporan ke KTT / PTL utk
diteruskan ke KaIT / Kepala Dinas,
• Input laporan ke dalam system &
disosialisasikan ke seluruh karyawan (sebagai
edukasi)
4. Pemantauan Pelaksanaan Tindakan Koreksi
• Memastikan tindakan koreksi telah
ditindaklanjuti dg baik & tepat waktu
5. Evaluasi Penyelidikan
• Dilakukan sescara menyeluruh thd semua
Langkah / Tahapan Penyelidikan
Kecelakaan & Kejadian Berbahaya :
182. Baca & Pahami :
Study Kasus Investigasi Insiden
• Mike, telah bekerja sebagai driver light vehilcle di PT. X (perusahan tambang
batubara) selama 5 tahun. Dia belum mengikuti pelatihan defensive driving, karena
manajemen belum memiliki budget untuk pelatihan tersebut. Dan dia adalah satu-
satunya driver yang tersisa setelah 3 rekannya mengundurkan diri pada pertengahan
tahun lalu.
• Karyawan lain sering menemukan Mike melakukan overspeeding saat mengendarai
kendaraan dengan alasan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikannya, tetapi
tidak ada pekerja yang melaporkan perilaku tsb kepada atasan Mike.
• Mike mendapatkan upah perbulan sesuai dengan UMR, dan Mike memiliki pinjaman
pada perusahaan untuk menutupi kebutuhan hidupnya & keluarga. Selain
meminjam, untuk menambah penghasilannya, Mike sering lembur bahkan rata-rata
dia bekerja 15 jam dalam sehari.
183. • 13 Januari tahun lalu, pukul 05.15 pagi, Mike diperintahkan oleh atasanya untuk mengantar
pekerja lain dari Office ke pit / tambang. Kendaraan yang dikendarainya melompat karena
menabrak safety bump dan akhirnya menabrak dump truck yang sedang parkir di pinggir jalan.
Akibatnya, kendaraan mengalami kerusakan parah, Mike dan 1 pekerja lainnya tidak sadarkan
diri karena perdarahan pada kepala. Situasi saat terjadi insiden adalah remang-remang, tidak
ada lampu / penerangan jalan, kondisi jalanan menurun 10% dan menikung dengan radius
30m, permukaan jalan berlapiskan sirtu dan tidak ada genangan air ataupun lubang. Ketinggian
safety bump adalah 25 cm, tidak terdapat rambu kecepatan di sekitar lokasi kejadian, saat
dievakuasi terlihat kedua korban masih menggunakan seat belt.
• Dari data form absensi hari itu, tertulis Mike tidur selama 3 jam pada malam harinya, posisi
gear kendaraan di posisi 4. Periodical service terakhir kendaran adalah 1 tahun yang lalu, tidak
ditemukan form pre-use check untuk hari itu. Sedangkan dump truck yang ditabrak, terpakir di
pinggir jalan (tidak di badan jalan) karena mengalami kerusakan sejak 1 hari sebelumnya
dengan posisi gear dan parking break adalah aktif.
• Saat insiden terjadi, Robert, operator dump truck, melintas dari arah berlawanan dan melihat
langsung insiden tsb, dan segera melaporkan kepada Mark, Safety Officer, pada pukul 05.35
melalui radio. Pukul 06.15 kedua korban sudah dievakuasi ke klinik dan ditangani oleh dokter
perusahaan, Sidney, dan dinyatakan keduanya telah meninggal dunia karena cedera di kepala
dan pendarahan yang dialaminya.
184. KOMPETENSI INCIDENT
INVESTIGATOR :
• Mengumpulkan Fakta / Bukti / Informasi :
– 4P
– Interview / Wawancara
– Rekonstruksi
• Analisa Penyebab Kecelakaan :
– Penyebab Langsung
– Penyebab Dasar
– Lack of Control
• Merumuskan Rekomendasi Tindakan
Perbaikan
185. MENGUMPULKAN & MENELITI BUKTI–
BUKTI
Mendatangi & mengendalikan lokasi insiden
sesegera mungkin,
Mengidentifikasi, mengumpulkan & mengamankan
semua bukti,
Mengidentifikasi bukti menggunakan prinsip 4P :
People (Saksi Langsung, Saksi Tidak Langsung)
Part (Equipment, Tools, Material, Komponen)
Position (Location, Movement)
Paper (Records, Logs, Schedules, JSA /Procedures, HIRAC
Documents)
Sumber bukti dapat berupa: pernyataan saksi,
186. CONTOH : TEKNIK MENGIDENTIFIKASI INFORMASI
& BUKTI KECELAKAAN
PEOPLE PART POSITION PAPER
Mike, telah bekerja sebagai driver light
vehilcle di PT. X (perusahan tambang
batubara) selama 5 tahun.
Staff HRD (Saksi
tidak langsung)
Personal data
milik Mike
Dia belum mengikuti pelatihan defensive
driving, karena manajemen belum
memiliki budget untuk pelatihan
tersebut.
Staff TC /
Instruktur (Saksi
tidak langsung)
1. Catatan
pealtihan
milik Mike.
2. Budget
Pelatihan.
3. Dokumen
TNA.
Dan dia adalah satu-satunya driver yang
tersisa setelah 3 rekannya
mengundurkan diri pada pertengahan
tahun lalu.
Staff HRD (Saksi
tidak langsung)
Dokumen exit
interview.
187. Menyiapkan peralatan : kamera, alat rekam, alat
tulis, kisi–kisi pertanyaan,
Menjelaskan tujuan insvestigasi : bukan mencari
siapa yang salah / mengadili / minta pertanggung
jawaban,
Ice–breaking sampai saksi merasa nyaman,
Mulailah dg pertanyaan ringan untuk menciptakan
hubungan personal yg akrab,
Hindari pertanyaan yg bersifat investigatif,
mintalah saksi bercerita apa saja yg diketahui /
alami / lihat / kerjakan,
WAWANCARA SAKSI
188. Jangan memotong saat saksi bercerita (meskipun
ceritanya melebar), biarkan saksi bercerita dg
caranya sendiri,
Boleh menyela hanya utk meminta kejelasan /
penguatan,
Dengarkan dg penuh antusias & sungguh–
sungguh,
Setelah selesai, jangan tunjukan bahwa investigasi
telah selesai,
Ucapkan terima kasih, hargai semua info yg telah
diberikan.
WAWANCARA SAKSI
189. • Wawancarai setiap saksi secara terpisah
dengan cara santun dan bersahabat,
• Semua pernyataan harus dikonfirmasikan
dengan fakta lainnya untuk memastikan
bahwa yang disampaikan saksi adalah fakta /
informasi yang benar,
• Saksi Langsung : orang yang melihat langsung
insiden,
• Saksi Tidak Langsung : orang yang tidak
melihat langsung insiden tetapi ada hubungan
WAWANCARA SAKSI
191. ANALISA MENCARI PENYEBAB INSIDEN
SEBAB
DASAR
FAKTOR
PERORANGAN
FAKTOR
PEKERJAAN
SEBAB
LANGSUN
G
TINDAKAN
TAK AMAN
KONDISI
TAK AMAN
LEMAH
KONTROL
PROGRAM TAK
SESUAI
STANDAR TAK
SESUAI
KEPATUHAN /
PELAKSANAAN
KECELAKAA
N KONTAK
DENGAN
ENERGI ATAU
BAHAN / ZAT
MELEBIHI
BATAS
KEMAMPUAN
CIDERA ATAU
KERUSAKAN
YANG TAK
DIHARAPKAN;
STOP
PRODUKSI
KERUGIA
N
TEORI DOMINO FRANK E. BIRD (LOSS CAUSATION MODEL)
192. JENIS INSIDEN :
• Menabrak Sesuatu
• Ditabrak / Terpukul /
Tertimpa Sesuatu
• Jatuh Ke Level Lebih
Rendah atau Kejatuhan
• Jatuh Pada Level Yang
Sama
• Masuk ke Titik Jepit
(Manusia Yang Bergerak)
• Tersangkut Pada
• Terjepit Di Antara (Benda
Yang Bergerak)
• Kontak Dengan
• Tekanan / Tegangan /
Beban Berlebihan
• Kerusakan Alat
• Masuknya Benda Asing ke
Tubuh / Mata / Kulit
• Gerakan Berulang – Ulamg
(Ergonomi)
• Disengat Oleh / Digigit
Oleh Sesuatu
• Faktor Biologis (Bakteri,
Virus, dll)
• Berdampak Pada
Lingkungan
194. IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG :
TINDAKAN TIDAK AMAN / SUBSTANDARD
ACT
• Menjalankan Pekerjaan Tanpa
Otorisasi / Izin,
• Gagal Memperingatkan,
• Gagal Mengamankan,
• Mengoperasikan dg
Kecepatan Tidak Sesuai,
• Membuat Alat Pengaman
Tidak Berfungsi,
• Menggunakan Peralatan yg
Rusak,
• Menggunakan APD yg Tidak
Layak,
• Proses Loading yg Tidak
Layak,
• Penempatan yg Tidak Layak,
• Posisi yg Tidak Layak utk
Bekerja,
• Memperbaiki Peralatan yg
Sedang Beroperasi,
• Bercanda / Bermain–main,
• Pengaruh Alkohol / Obat,
• Menggunakan Peralatan yg
Tidak Layak,
• Gagal Mengikuti Prosedur.
195. • Pelindung / Pembatas yg
Tidak Layak,
• APD yg Tidak Layak,
• Peralatan / Material yg Rusak,
• Keterbatasn Gerak / Tempat,
• Sistem Peringatan yg Kurang,
• Bahaya Kebakaran &/
Peledakan,
• Tata Lingkungan yg Buruk /
Tidak Teratur,
IMMEDIATE CAUSE / PENYEBAB LANGSUNG :
KONDISI TIDAK AMAN / SUBSTANDARD
CONDITION
• Paparan / Pajanan Kebisingan,
• Paparan / Pajanan Radiasi,
• Temperatur Tg Ekstrim (Tinggi
/ Rendah),
• Penerangan yg Berlebih /
Kurang,
• Ventilasi yg Kurang,
• Kondisi Lingkungan yg
Berbahaya (Gas, Debu, Asap).
197. Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue.
atasan
3. Surat perintah lembur.
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
KURANGNYA PENGAWASAN
(SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK
ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK
DIIMPLEMENTASIKAN)
FAKTA / BUKTI / INFORMASI
PENYEBAB LANGSUNG
(TINDAKAN / KONDISI TIDAK
AMAN)
LANGKAH 1
PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
(FAKTOR PERSONAL /
PEKERJAAN)
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
10%, 30meter).
10%, 30meter).
198. PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) :
FAKTOR PRIBADI (PERSONAL
FACTORS)
• Keterbatasan / Kemampuan Fisik
Kurang,
• Masalah Mental / Kemampuan
Psikologis,
• Stress Fisik,
• Stress Mental,
• Kurang Pengetahuan,
• Kurang Keterampilan,
• Motivasi yg Keliru.
199. PENYEBAB DASAR (BASIC CAUSE) :
FAKTOR PEKERJAAN (JOB FACTORS)
• Kepemimpinan / Pengawasan yg Tidak Memadai,
• Enginering yg Tidak Memadai,
• Sistem Pengadaan yg Tidak Memadai,
• Pemeliharaan Tidak Memadai
• Peralatan / Equipment Tidak Memadai,
• Standard Kerja Tidak Memadai,
• Pemakaian Berlebihan / Melampaui Batas,
• Penyalahgunaan Pemakaian.
201. Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga).
atasan
3. Surat perintah lembur.
Overload (3 driver resigned).
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned).
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit
Perilaku ceroboh (Attitude).
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
menggunakan design
engineering.
Tidak ada analisa risiko
sebelum jalan digunakan.
KURANGNYA PENGAWASAN
(SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK
ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK
DIIMPLEMENTASIKAN)
FAKTA / BUKTI / INFORMASI
PENYEBAB LANGSUNG
(TINDAKAN / KONDISI TIDAK
AMAN)
LANGKAH 1
PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
(FAKTOR PERSONAL /
PEKERJAAN)
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
Faktor
Personal
Faktor
Perkerjaan
Faktor
Personal
Faktor
Perkerjaan
Faktor
Perkerjaan
202. SYSTEM / SOP / STANDARD /
PROGRAM :
• Ada / Available ?
• Memadai / Adequate ?
• Implementasi ?
LACK OF CONTROL / KURANGNYA
PENGAWASAN
204. Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
1. Form Absensi (Tidur 3 jam). Mengemudi dlm kondisi Sering lembur (masalah Belum ada program konseling
2. Hasil wawancara dari istri korban & fatigue. finasial keluarga). personal untuk karyawan.
atasan
3. Surat perintah lembur. Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang.
Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
1. Posisi gear kendaraan sarana. Mengemudi dg kecepatan Overload (3 driver resigned).Tingkat kesejateraan kurang.
2. Hasil wawancara dari saksi. tinggi.
3. Analisa kerusakan unit Belum ada standar jam kerja
maksimal per hari.
Perilaku ceroboh (Attitude). Sistem rekruitmen tidak
memadai.
Belum ada program konseling
personal.
Belum ada program observasi
tugas.
1. Gambar engineering dari jalan. Kondisi jalan tidak aman Pembuatan jalan tidak Belum ada prosedur MOC
2. Standar jalan tambang. (menurun & menikung : 10% 30m)
menggunakan design (Management of Change)
engineering.
Belum ada personal kompeten
di bidang konstruksi jalan.
Tidak ada analisa risiko Belum ada prosedur HIRA.
sebelum jalan digunakan.
KURANGNYA PENGAWASAN
(SISTEM / SOP / STANDAR : TIDAK
ADA, TIDAK MEMADAI, TIDAK
DIIMPLEMENTASIKAN)
FAKTA / BUKTI / INFORMASI
PENYEBAB LANGSUNG
(TINDAKAN / KONDISI TIDAK
AMAN)
LANGKAH 1
PETUNJUK : Pilihlah Penyebab Langsung yang teridentifikasi dari data pendukung dan fakta di lokasi kejadian. Lalu
kembangkan dengan menggunakan Teory Domino untuk mencari Akar Masalah / Root Causes .
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG
(FAKTOR PERSONAL /
PEKERJAAN)
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
10%, 30meter).
205. MENYUSUN KESIMPULAN & MERUMUSKAN
REKOMENDASI TINDAKAN PERBAIKAN /
PENGENDALIAN :
Setiap penyebab dasar insiden harus
ditentukan tindakan pengendaliannya,
Gunakan Hierarki Pengendalian Risiko untuk
merumuskan tindakan pengendalian.
206. VERSI 1 VERSI 2 VERSI 3
PRIMARY CONTROL
METHODS :
ENGINEERING
ELIMINATION
SUBTITUTION
ISOLATION
ELIMINATION
SUBTITUTION
ENGINERING
SECONDARY CONTROL
METHODS :
ADMINISTRATIVE
ADMINISTRATIVE
TRAINING
ADMINISTRATIVE
TERTIARY CONTROL
METHODS : WORK
PRACTICE
PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT
PERSONAL PROTECTIVE
EQUIPMENT
HIERARKI PENGENGALIAN RISIKO
TINDAKAN PERBAIKAN / PENCEGAHAN
207. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
208. Jenis Pengendalian :
• PRA KONTAK. Contoh : implementasi program K3
(safety leadership, training, inspeksi, SOP,
observasi, analisa & persetujuan design,
komunikasi / promosi, pelayanan kesehatan,
investigasi insiden, sistem pelaporan, evaluasi &
audit).
• KONTAK. Contoh : subtitusi, modifikasi,
memasang alat pengaman, memperkuat struktur,
APD.
• PASCA KONTAK. Contoh : tanggap darurat, first
aid, pengendalian kebakaran / peledakan,
pembersihan area insiden, perbaikan alat /
fasilitas.
210. No
1 Belumada programkonseling personal untuk
karyawan.
2 Belumada standar jamkerja maksimal per hari.
3 Overload (3 driver resigned).
4 Tingkat kesejateraan kurang.
5 Sistemrekruitmen tidak memadai.
6 Belumada programobservasi tugas.
Akar Masalah yang Menjadi Penyebab
Timbulnya Insiden
PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki
Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan.
LANGKAH 2
REKAYASA ADMINISTRASI
Menyusun & implementasi
program konseling personal
utk seluruh karyawan.
ALAT PELINDUNG
DIRI
PRAKTIK KERJA
01/20/2019
PT X
Pelatihan teknik
konseling utk semua
pengawas.
Nomor Register Insiden
Nama Perusahaan
Menugaskan 3 driver dump
truck untuk menggantikan 3
driver sarana yang resigned.
Penyesuaian tingkat
kesejahteraan karyawan
berdasarkan hasil bench
marking.
Menyusun standar jam kerja
maksimal per hari.
Segera rekrut driver sarana
pengganti.
Review tingkat kesejahteraan
karyawan dg melakukan
bench marking ke
perusahaan lain.
- Re-assessment semua
karyawan.
- Review & revisi prosedur
rekruitment karyawan.
Menyusun prosedur
pbservasi tugas.
Pelatihan teknik
observasi tugas utk
semua pengawas.
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
211. No
7 Perilaku ceroboh (Attitude).
8 Belumada prosedur MOC (Management of
Change).
9 Belumada personal kompeten di bidang
konstruksi.
10 Belumada prosedur HIRA.
11 Tidak ada analisa risiko sebelumjalan
digunakan.
Akar Masalah yang Menjadi Penyebab
Timbulnya Insiden
PETUNJUK : Salinlah semua Akar Masalah (dari langkah 1) ke dalam kolom di bawah ini dan gunakan Hierarki
Pengendalian Resiko untuk menentukan Tindakan Pengendalian yang akan dilakukan.
LANGKAH 2
REKAYASA ADMINISTRASI
ALAT PELINDUNG
DIRI
PRAKTIK KERJA
01/20/2019
PT X
Nomor Register Insiden
Nama Perusahaan
Sosialisasi prosedur
HIRA& pelatihan teknik
menyusun dokumen
HIRAke semua
pengawas.
- Re-placement karyawan
berdasarkan hasil re-
assessment.
- Memasukkan daftar
pelanggaran & sanksi K3 ke
dalam PKB.
Menyusun & implementasi
prosedur MOC.
Sosialisasi prosedur
MOC ke semua
pengawas.
Melakukan HIRAutk semua
ruas di jalan hauling &
melakukan perbaikan sesuai
dengan hasil HIRA.
Rekruit personal yg kompeten
di bidang konstruksi.
Menyusun job description yg
jelas utk tenaga ahli di
bidang konstruksi.
Menyusun & implementasi
prosedur HIRA.
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
212. Nomor Register Insiden 01/20/2019
Nama Perusahaan PT X
PERSON IN CHARGE
(Siapa yang Harus
Melakukan ?)
DEAD LINE
(Kapan Batas Waktu
Harus Dilakukan ?)
VERIFIKASI
(Apakah Sudah
Dilakukan ?)
1 Abdullah 10-Jun-20
2 Abdullah 15-Jun-20
3 Abdullah 30-May-20
4 Hamzah 20-May-20
5 Abdullah 25-May-20
6 Abdullah 20-Aug-20
7 Abdullah 01-Aug-20
8 Abdullah 10-Sep-20
9 Abdullah 20-May-20
10 Amir 20-May-20
11 Amir 30-May-20
12 Abdullah 20-Sep-20
13 Abdullah 10-Jun-20
14 Amir 20-May-20
15 Amir 30-May-20
16 Abdullah 20-May-20
17 Abdullah 20-May-20
18 Amir 20-May-20
19 Amir 30-May-20
20 Hamzah 20-May-20
%
Memasukkan daftar pelanggaran & sanksi K3 ke dalam PKB.
Menyusun & implementasi prosedur MOC.
Melakukan HIRA utk semua ruas di jalan hauling & melakukan
perbaikan sesuai dengan hasil HIRA.
Sosialisasi prosedur HIRA & pelatihan teknik menyusun dokumen
HIRA ke semua pengawas.
Menyusun & implementasi prosedur HIRA.
Menyusun job description yg jelas utk tenaga ahli di bidang konstruksi.
Rekruit personal yg kompeten di bidang konstruksi.
Sosialisasi prosedur MOC ke semua pengawas.
Review tingkat kesejahteraan karyawan dg melakukan bench marking
ke perusahaan lain.
Re-assessment semua karyawan.
Review & revisi prosedur rekruitment karyawan.
Menyusun prosedur observasi tugas.
Pelatihan teknik observasi tugas utk semua pengawas.
Re-placement karyawan berdasarkan hasil re-assessment.
Menyusun & implementasi program konseling personal utk seluruh
karyawan.
Pelatihan teknik konseling utk semua pengawas.
Menyusun & implementasi standar jam kerja maksimal per hari.
Menugaskan 3 driver dump truck untuk menggantikan 3 driver sarana
yang resigned.
Segera rekrut driver sarana pengganti.
Penyesuaian tingkat kesejahteraan karyawan berdasarkan hasil bench
marking.
PETUNJUK : Salinlah semua Tindakan Pengendalian (dari langkah 2) ke dalam form ini. Tentukan Siapa
yang harus melakukan, dan Kapan batas akhir harus dilakukan. Copy dan bagikan ke semua PIC.
LANGKAH 3
TINDAKAN PERBAIKAN DARI HASIL INVESTIGASI
(Apa yang Harus Dilakukan ?)
PROSENTASE TINDAK LANJUT
LAPORAN PENYELIDIKAN INSIDEN
213. MEMBUAT LAPORAN INVESTIGASI INSIDEN
Gunakan formulir standar,
Semua informasi hasil investigasi insiden
dimasukkan ke dalam formulir,
Mempresentasikan hasil investigasi insiden
kepada atasan,
Meminta persetujuan / tanda–tangan,
Mendistribusikan hasil investigasi insiden
kepada pihak terkait,
Memonitor & mengverifikasi tindak–lanjut dari
rekomendasi / tindakan perbaikan.
214. PRAKTIK / LATIHAN :
1. Identifikasi apa saja fakta / bukti /
informasi.
2. Identitifikasi PENYEBAB LANGSUNG,
3. Identifikasi PENYEBAB DASAR,
4. Identifikasi LACK OF CONTROL,
atas laporan & penyelidikan kecelakaan
terlampir.
214
215. Modul – 8 :
ANALISA
KESELAMATAN TUGAS
/ JOB SAFETY
ANALYSIS (JSA)
216. SASARAN :
• Mampu menentukan pekerjaan berisiko
tinggi.
• Mampu menyusun dokumen JSA yang
memadai.
• Mampu menjelaskan / mensosialisasikan
dokumen JSA kepada karyawan.
217. Adalah proses analisa tugas /
pekerjaan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi bahaya / potensi
kecelakaan dari setiap langkah
pekerjaan & menentukan tindakan
pengendaliannya.
218. JSA adalah tanggung jawab Pengawas.
Mengapa?
Pengawas paling MENGUASAI TEKNIS
pekerjaannya (cara kerja, alat, bahaya, dll).
Pengawas mempunyai CATATAN KECELAKAAN
terkait dengan pekerjaan yang dilakukan.
Pengawas mempunyai KEPENTINGAN langsung
untuk menyelamatkan bawahan, peralatan, dan
lingkungan kerjanya (mencapai target &
performance K3).
220. Manfaat Dokumen JSA :
Acuan intruksi tugas yang benar,
Melakukan observasi tugas,
Pendukung proses investigasi,
Materi pertemuan K3 / Safety Talk,
Bahan orientasi pekerja / pengawas
baru,
Bahan pelatihan cara kerja aman,
Dasar perbaikan metode kerja.
221. METODE PENYUSUNAN DOKUMEN JSA
(Friend & Kohn, 2017) :
Metode OBSERVASI. Metode ini menggunakan
wawancara / observasi untuk menentukan langkah-
langkah kerja & bahaya.
Metode DISKUSI. Metode ini melibatkan pekerja-
pekerja & membiarkan mereka bertukar pikiran terkait
langkah-langkah pekerjaan & potensi bahaya yang ada.
Metode RECALL & CHECK. Metode ini biasanya
digunakan ketika proses sedang berlangsung & pekerja
tidak bisa bersama-sama. Semua orang yang
berpartisipasi dalam proses ini menuliskan ide-ide
tentang langkah-langkah & potensi bahaya yang ada di
222. LANGKAH Penyusunan JSA :
1. Menentukan pekerjaan / tugas kritis (risiko
tinggi),
2. Menguraikan pekerjaan menjadi beberapa
langkah tugas yang berurutan,
3. Mengidentifikasi bahaya / potensi insiden /
risiko dari setiap langkah tugas,
4. Menentukan kontrol / tindakan pengendalian
dari setiap bahaya / potensi insiden / risiko
yang teridentifikasi,
5. Mengkomunikasikan / mengsosialisasikan
kepada pekerja yang akan melakukan
pekerjaan,
6. Tindaklanjut (observasi tugas) & review /
revisi dokumen JSA.
223.
224. 1. MENENTUKAN TUGAS / PEKERJAAN :
• Secara ideal, JSA harus dilakukan pada semua
kegiatan kerja,
• Karena kendala ketersediaan waktu & sumber daya,
maka penentuan prioritas pekerjaan yang perlu
dilakukan JSA.
Kriteria Tugas Kritis :
❑ Faktor KEPARAHAN (SEVERITY), akibat / kerugian (cedera &
biaya),
❑ Faktor KESERINGAN (FREQUENCY), sering dilakukan & jumlah
/ banyaknya orang yang melakukan,
❑ Faktor PELUANG (PROBABILITY), kemungkinan terjadinya
kecelakaan dari pekerjaan tsb,
❑ TUGAS BARU : Tugas Kritis
225. 2. Menguraikan pekerjaan menjadi
beberapa langkah tugas yang
berurutan :
• Terlalu banyak tugas juga dapat membuat
JSA tidak terlaksana dengan praktis.
• Aturan yang baik biasanya menyebutkan
bahwa pada umumnya sebuah pekerjaan
dapat di deskripsikan dalam 7 – 10 langkah
tugas.
• Jika terdapat langkah kerja tambahan, maka
sebaiknya pekerjaan dipecah menjadi dua
segmen yang masing-masing memiliki JSA.
226. Dapat dilakukan dengan :
Wawancara pekerja,
Prosedur tertulis :
– Panduan kerja
– Pengamatan dan pelaksanaan tahap-tahap
kerja
• Tinjauan ulang laporan kecelakaan yang
pernah terjadi.
227. Urutan Langkah Tugas
Potensi Insiden
atau Risiko
Tindakan Pengendalian
Untuk Menurunkan Risiko /
Potensi
Memecah suatu pekerjaan
menjadi langkah-langkah.
Anda dapat melakukannya
dengan jalan:
(1) Menganalisa pekerjaan tsb,
(2) Diskusikan dengan pekerja,
(3) Menggambarkan pekerjaan
tsb sesuai dengan
pengetahuan Anda
(4) Kombinasi ketiga-tiganya.
Catat langkah-langkahnya
sesuai ke dalam formulir, tidak
perlu terlalu detail (7 – 10
langkah).
Menguraikan Tugas Menjadi Beberapa Langkah Kerja yang
Berurutan
227
228. 3. Identifikasi Bahaya / Risiko dari
Setiap Langkah Tugas, dg
memperhatikan :
– Apa kesalahan dari langkah tugas yang dapat
terjadi?
– Apa akibat yang muncul akibat kesalahan
tersebut?
– Bagaimana hal tersebut dapat terjadi?
– Apakah terdapat kemungkinan adanya faktor
kontribusi lainnya?
– Seberapa sering peluang bahaya tersebut akan
muncul?
– Apakah upaya keselamatan yang dibutuhkan?
229. Urutan Langkah
Tugas
Potensi Insiden atau Risiko
Tindakan Pengendalian
Untuk Menurunkan Risiko /
Potensi
Kecelakaan apa yang dapat
terjadi ketika melakukan
langkah tugas ini. Anda dapat
menjawabnya dengan :
(1) Menganalisa pekerjaan tsb.
(2) Diskusikan dengan pekerja,
(3) Melihat catatan kecelakaan
lalu,
(4) Kombinasi ketiganya.
Apakah ada potensi : tertimpa,
terjepit, tersenggol, terbentur,
terkurung, terjatuh, tersengat
panas, terkena radiasi, terhirup
gas beracun, dll.
Mengidentifikasi Bahaya / Potensi Insiden / Risiko Setiap Langkah
Tugas
230. 4. Menentukan Tindakan
Pengendalian :
• Menggunakan strategi pengendalian bahaya /
risiko (Hierarki Pengendalian Risiko),
• Membuat rencana kejadian darurat di tempat
kerja.
• Lakukan pengukuran untuk mengurangi
kerusakan akibat kecelakaan atau kejadian
darurat.
• Melalui pendekatan energy-barrier pada
sumbernya, jalur pajanan, atau pada pekerja.
231. Urutan
Langkah Tugas
Potensi Insiden
atau Risiko
Tindakan Pengendalian Untuk Menurunkan
Risiko / Potensi
Untuk setiap potensi insiden / risiko,
bagaimana pekerja dapat melakukan
langkah kerja tsb dgn aman. Gunakan
Hierarki Pengendalin Risiko.
Temukan jawabannya dengan cara :
(1) menganalisa cara mengatasi pekerjaan
tsb.,
(2) diskusi untuk soal pencegahannya
dengan pekerja yang berpengalaman,
(3) menggambarkan pekerjaan tsb sesuai
dengan pengetahuan,
(4) kombinasi ketiganya.
Gunakan kata : “lakukan” atau “jangan
lakukan”, untuk menerangkan tindakan
pengendalian.
Menentukan Kontrol / Tindakan Pengendalian
232. HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO
1. Eliminasi / Elimination : upaya untuk
menghilangkan sumber potensi bahaya yang berasal
dari bahan, proses, operasi, atau peralatan.
2. Substitusi / Subtitution : upaya untuk mengganti
bahan, proses, operasi atau peralatan dari yg
berbahaya menjadi tdk berbahaya
3. Isolasi / Isolation : upaya memisahkan sumber
bahaya & pekerja dengan memasang sistem pengaman
pada alat, mesin, &/ area kerja.
4. Administrative & Praktik Kerja : upaya
pengendalian dari sisi pekerja / cara kerja agar dapat
melakukan pekerjaan dg aman.
5. APD / PPE : upaya penggunaan alat yang berfungsi
236. 5. Mengkomunikasikan JSA ke
Karyawan :
• Siapkan waktu khusus, tidak disisipkan
sebagai agenda pertemuan lain.
• Dalam group kecil dimana pekerja akan
terlibat di dalam pekerjaan.
• Komunikasi dua arah & diskusi.
• Evaluasi pemahaman dilakukan.
237. 6. Tindaklanjut & Review / Revisi
JSA :
• Tujuan : untuk pemantauan efektifitas
tindakan pencegahan dan pengendalian JSA,
• Memastikan bahaya baru tidak terbentuk,
• Mencari umpan balik dari pekerja yang
melaksanakan pekerjaan,
• Memastikan pekerja mengikuti prosedur &
praktek yang dibutuhkan dari JSA,
• Menilai kebutuhan untuk merevisi JSA,
• Mengimplementasikan perubahan
berkelanjutan,
• Review berkala untuk memastikan JSA tetap
238. : _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
: _________________________________
Tangan dan lengan / Hand and
arm
Ketentuan kedaruratan / Terms of
emergency
Hambatan dan gangguan /
Obstacles and distractions
Harness dan pelampung /
Harness and buoys
Tangga dan tempat berpijakan /
Stairs and foothold
Kaki dan tungkai / Feet and legs
Telinga dan atau mata / Ear and
or Eye
Standard memadai / Adequate of
Standard
Perkakas tangan tidak memadai /
Inadequate hand tools
Muka dan atau pernafasan /
Face and or respiratory
Ijin kerja / Permit to work
Penyimpanan barang / Strorage
of materials
Kepala / Head
Standard telah dibuat / Standard has
been created
Sampah dan limbah / Rubbish
and waste
Mengganti perkakas atau tools /
Changing tools
Pengendalian / Control Terkena listrik / Electric shock
Membetulkan posisi APD /
Righted PPE
Terpukul atau tertusuk / Hit or
punctured
Peralatan Pelindung Diri /
Personal Protective Equipment
Standard & Prosedur / Standard
and Procedure
Ketertiban dan Kerapian /
Orderly and Tidy
Jabatan / Position
Memasang tag atau lock-out /
Installing tag or lock-out
Pengecekan sebelum kerja / Pre-use check
Terjatuh atau kejatuhan atau tenggelam
/ Falls or falling or drowning Department
Kembali bekerja / Back to work Kondisi aman / Safe condition
Terpapar debu atau bahan kimia / Dust
of chemicals exposure Waktu / Time
Menyembunyikan atau menghindar /
Hide or escape
Pelindung dan lampu peringatan /
Protective and warning lights
Terseret atau tertarik / Drawn or
attracted Observer
Perubahan posisi / Change of
Position
Sesuai untuk pekerjaan / Appropriate
for the job
Menabrak / Crash
Lokasi / Location
Menghentikan pekerjaan /
Stopping work
Benar menggunakannya / Correct use Terjepit / Nipped
Supervisor
OBSERVASI TUGAS TERENCANA / PLANNED TASK OBSERVATION
( Halaman Belakang / Rear Page )
Beri tanda (X) pada kotak untuk item yang menjadi deviasi / Mark (X) in the box for items that are a deviation.
Tindakan Pekerja / Actions of
Workers
Perkakas Tangan dan Peralatan /
Hand Tools and Equipment
Posisi Pekerja / Position
of Workers
239. Review & Revisi Dokumen JSA :
• Setelah pekerjaan selesai dilakukan,
• Terdapat sumber bahaya lain
teridentifikasi,
• Terjadi perubahan Langkah tugas, metode
kerja & peralatan kerja,
• Pekerjaan akan dilakukan kembali,
• Terjadi insiden.
240. Implementasi JSA yg Baik :
• Libatkan karyawan dalam pelaksanaan,
pengembangan dan tinjauan ulang JSA
• Susun JSA dalam dokumen yg sederhana &
singkat
• Ilustrasikan praktek kerja yang selamat dalam
bentuk gambar / narasai yang jelas.
• Tetapkan penanggungjawab pelaksana &
implementasi JSA
• Pelatihan / sosialisasi ke seluruh karyawan yg
terkait.
• Masukkan JSA sbg panduan orientasi pekerja
241. Implementasi JSA yg Baik :
• Jelaskan kegunaan dari JSA sebelum pekerja
melakukan pekerjaan
• Implementasikan JSA sebagai bagian dari program
K3
• Tempatkan Salinan JSA pada area kerja yang
mudah di akses
• Pelihara & permudah akses terhadap JSA pada
seluruh karyawan.
• Tinjau ulang perubahan JSA secara berkala
• Lakukan penilaian kerja pada seluruh tingkatan
karyawan
• Masukkan pelaksanaan JSA di dalam inspeksi
242. Keuntungan dari Pelaksanaan JSA
:
• Mencegah terjadinya kecelakaan / kerugian
produksi
• Mengurangi biaya / kerugian yang
diakibatkan oleh kecelakaan,
• Meningkatkan kualitas & produktivitas
• Perbaikan dari moral & kebanggan pekerja.
243. No : SHE-43-01-(0) Tgl. Berlaku : 16-06-19
Nama Project/Site : Departemen/Bagian :
Tanggal Pembuatan : Lokasi/Jenis Pekerjaan* :
APD yang dibutuhkan :
No Potensi Bahaya Tindakan Pengendalian
Note : Diajukan Oleh
Nama : Nama :
SN : SN :
Team JSA Pengawas Lapangan
SN :
Project Manager
Disetujui Oleh
Nama :
JOB SAFETY ANALYSIS
Urutan Aktivitas Penanggung Jawab
244. PRAKTIK / LATIHAN :
• Ambil dokumen portfolio nomor 16
(dokumen JSA) milik Anda.
• Identifikasi apa saja KELEBIHAN &
KELEMAHAN dari dokumen JSA milik Anda
tersebut (bandingkan dengan kaidah
penyusunan dokumen JSA).
244
245. Thank You
Terima Kasih
PT Prosyd Traicon Utama
Balikpapan Office
Ruko Perum Pelangi B-Point Blok C2
Jln. Syarifuddin Yoes
Kec. Balikpapan Selatan
Kota Balikpapan
Kalimantan Timur
T : (0542) 8510529
E : balikpapan.office@prosyd.co.id
Berau Office
Ruko Perumahan Berau Indah No. 9
Jln. Durian 3, Kec. Tanjung Redeb
Kab. Berau
Kalimantan Timur
T : (0554) 2021244
E : berau.office@prosyd.co.id
245