SlideShare a Scribd company logo
LAPORAN PRATIKUM
FARMAKOLOGI II
DIURETIK
Oleh :
Sri Merlia Jasril ( 1101101 )
Kelompok : 4B Ganjil
Tanggal : 22 April 2013
Dosen : Andriani Susanti M. Farm, Apt
Asisten dosen : 1. Thahriani c
2. Ulfa turrohmah
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU
2013
DIURETIK
I. Tujuan
1. Memahami teknik evaluasi obat diuretic
2. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis
II. Tinjauan pustaka
Pengertian
Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis)
dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus
ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free
load. Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Pada
gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang
terakumulasi di jaringan dan paru paru . di samping itu berkurangnya volume darah akan
mengurangi kerja jantung.
Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretic :
1. Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak.
2. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal
ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap
diuretik.
3. Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan bekerja dengan mengurangi
reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air
diperbanyak.
Mekanisme kerja diuretika :
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga
pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini
bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni :
1. Tubuli proksimal.
Ultra filtrat mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi
secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan
ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat
tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plama. Diuretik osmosis bekerja di
tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium.
2. Lengkungan Henle.
Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi
direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi
tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama
di sini dengan merintangi transpor Cl- begitu pula reabsorpsi Na+, pengeluaran air
dan K+diperbanyak .
3. Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat
menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di
tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada
bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat-
zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+ .
4. Saluran Pengumpul.
Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja disini dengan
mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.
Penggolongan diuretic :
Diuretik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni :
1. Diuretik Kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian
dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium,
dan klorida.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6).
Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru.
Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa
bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida yang merupakan turunan
sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya
dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle
(lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl-
binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat
paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam
etakrinat, furosemid dan bumetamid.
2. Diuretic hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus
koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara
langsung (triamteren dan amilorida). Efek obat-obat ini lemah dan khusus
digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium.
Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara
kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang
merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon
alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari setelah
pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga dikombinasikan
dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung
berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya
di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah
menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan
tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam.
Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan
gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh
obat paten: Aldacton, Letonal.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga
lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan
kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal
dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak
bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid,
hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid,
siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang
dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih
ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak
digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang
karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai
80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh
obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008).
4. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat
reabsorpsi bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli
proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih
banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari
terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang-
seling. Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan
penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut:
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3
+
Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+
lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K,
bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi.
Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam.
Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin
secara utuh. Obat patennya adalah Miamox. Yang termasuk golongan diuretik ini
adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
5. Diuretik osmotik
Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang
mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic
osmotic apabila memenuhi 4 syarat:
1. difiltrasi secara bebas oleh glomerulus.
2. tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal.
3. secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan
4. umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic.
Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam
jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate
glomerulus dan cairan tubuli
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
1. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
2. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah
medula menurun.
3. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara
menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out,
kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi
air juga terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi
dan eksresi Na sedikit. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat
bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari
diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh
tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat
melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli,
sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik.
Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler
pada glaucoma.
Beberapa Mekanisme aksi dari kerja Manitol sekarang ini adalah
segagai berikut:
1. Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi haematokrit,
yang penting untuk mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak
dan meningkatkan aliran darahj keotak, yang diikuti dengan cepat
vasokontriksi dari pembuluh darah arteriola dan menurunkan
volume darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat (menit).
2. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam
jaringan otak yang mengalami injuri, manitol menurunkan
kandungan air pada bagian otak yang yang tidak mengalami injuri,
yang mana bisa memberikan ruangan lebih untuk bagian otak yang
injuri untuk pembengkakan (membesar).
3. Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena lebih efektif dari pada
infuse lambat dalam menurunkan Peningkatan Tekanan intra
cranial.
4. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan
gagal ginjal. ini dikarenakan efek osmolalitas yang segera
merangsang aktivitas tubulus dalam mensekresi urine dan dapat
menurunkan sirkulasi ginjal.
5. Pemberian Manitol bersama Lasik (Furosemid) mengalami efek
yang sinergis dalam menurunkan PTIK. Respon paling baik akan
terjadi jika Manitol diberikan 15 menit sebelum Lasik diberikan.
Hal ini harus diikuti dengan perawatan managemen status volume
cairan dan elektrolit selama terapi Diuretik.
Obat diuretic
1. Diuretik hemat kalium
Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa
kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain
aldosteron, traimteren dan amilorid.
a) Antagonis Aldosteron
Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat.
Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida
di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis
aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya
yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan
peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja
tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya
termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan
reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium,
tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik
yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada
sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat.
Mekanisme kerja :
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus
renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+
Farmakokinetik :
70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi
enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya
kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat
yang tidak aktif.
Efek samping :
Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia
yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan
kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis
yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan
fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel
diantaranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna
Indikasi :
Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan
hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama
diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping
memperbesar diuresis.
Sediaan dan dosis :
Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis
dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg
dalam dosis tunggal atau terbagi.Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara
spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25
mg dan tiabutazid 2,5 mg.
b) Triamteren dan Amilorid
Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida,
sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami
perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi
kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh
lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air sehingga
lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali,
obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah
1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek
diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam.
Efek samping :
Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah
hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa
mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Efek samping amilorid yang paling
sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala.
Indikasi :
Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini
akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain,
misalnya dari golongan tiazid.
Sediaan :
Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg
sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang
tersendiri.Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari sebesar 5-
10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50
mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet.
2. Diuretik kuat
Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa Henle bagian asenden, karena
itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini
adalah asam etakrinat, furosemid, dan bumetanid.
a) Furosemid
Farmakokinetik :
Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas
furosemid 65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif
sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui
system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat ini
terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah
yang lebih distal lagi.
Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam,
intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus
± 50%.
III. Alat dan bahan
a) Alat yang digunakan :
1) Kandang metabolisme
2) Alat suntik oral dan untuk subkutan
3) Gelas ukur
4) Stopwatch
5) Alat gelas lainnya
b) Bahan yang digunakan :
1) Furosemid 0,5 mg ; 0,75 mg ; dan 1 mg/kgBB
2) Kopi 5 ml dan 10 ml/ 200 gBB
3) NaCl fisiologis
IV. Cara kerja
1) Timbang berat tikus
2) Hitung dosis untuk tikus ( air hangat dan obat )
3) Suntikkan secara oral air hangat sesuai dosis, dan tunggu 15 menit
4) Setelah itu suntikkan secara subkutan obat sesuai dosis yg di cari.
5) Ukur volume urin yang dikeluarkan setiap 15 menit selama 1 jam.
V. Hasil dan pembahasan
a) Hasil pengamatan
Berat baab tikus : 151 g
Air hangat :
151 𝑔
200 𝑔
× 10 𝑚𝑙 = 7,55 𝑚𝑙
VAO :
0,151 𝐾𝑔 ×1 𝑚𝑔/𝐾𝑔𝐵𝐵
1 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,151 𝑚𝑙
Kel Obat Volume urin
15’ 30’ 45’ 60’
1 Furosemid 0,5 mg/KgBB - 1 ml - -
2 Control - - - -
3 Furosemid 0,75 mg/KgBB - - - -
4 Furosemid 1 mg/KgBB - - - O,5 ml
5 Kopi 5 ml/200gBB - - - -
6 Kopi 10 ml/200gBB - 0,75 ml 1,25 ml 0,1
b) Pembahasan
Praktikum kali ini berkaitan dengan diuretik. Diuretik adalah obat yang
dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah untuk
memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian
rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.
Proses pengerjaan praktikum ini adalah, dengan hewan uji (tikus) dengan
BB 151 yang diinjeksikan menggunakan furosemid dengan dosis1 mg/ KgBB.
Furosemid termasuk kedalam golongan diuretik kuat. Mekanisme kerjanya dengan
menyebabkan ginjal untuk membuang air dan garam yang tidak dibutuhkan dari
tubuh melalui urin.
Sebelum diberi obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat menggunakan
sonde. Tujuannya adalah untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin
yang dikeluarkan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada pemberian obat
diuretika menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kelompok kontrol, tikus diberi
NaCl fisiologis pada hewan control ini tidak menunjukkan terjadinya dieresis.
Sedangkan pada pemberian obat furosemid 1mg/KgBB pada mencit kelompok 4,
tampak terjadi diuresis pada menit ke 60, volume total urinenya adalah 0,5 ml.
Menurut literatur, Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada
bagian ansa henle asenden dengan efek yang cepat dan volume urin yang banyak
pula. Cara kerja obat furosemid, karena furosemid adalah diuretik kuat yang
digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh. Pada ginjal, bahan-
bahan seperti garam,air dan molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring
keluar dari darah dan masuk kedalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring
menjadi air seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah
diserap kedalam darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan dihilangkan
dari tubuh. Furosemid bekerja menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air
dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
mendalam output urin.
Dari hasil pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa Furosemid bekerja
lebih lambat dan volume diuresisnya lebih sedikit. Dari hasil pengamatan yang
dilakukan terhadap hewan uji ini, dengan hasil pengamatan yang tidak sesuai
dengan literature. Pada saat pretikum mungkin terjadi kesalahan dalam pemberian
obat misalnya karena konsntrasi obat atau volume pemberian obat yang belum
cukup.
Kesalahan lain pada prraktikum diantaranya, beberapa obat tidak menimbulkan
efek yang diinginkan pada hewan coba yaitu diuresis. Hal tersebut mungkin
disebabkan karena kesalahan pada saat pembuatan sediaan obat sebelum diberikan
kepada hewan coba, obat yang sudah tidak layak pakai, atau kesalahan cara
pemberian dan karena tikus sudah diperlakukan sebelumnya.
VI. Kesimpulan
1. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.
2. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembali menjadi normal.
3. Diuretik dapat di golongkan menjadi beberapa golongan : diuretik kuat,
diuretik hemat kalium, diuretik golongan tiazid, golongan penghambat enzim
karbonik anhidrase, diuretik osmotik
4. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik :
a) tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang
reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila
dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium banyak.
b) status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati,
gagal ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda
terhadap diuretik.
c) interaksi antara obat dengan reseptor.
5. Obat furesamid memiliki efek diuresis kuat. Obat furosemid mudah diserap
melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65% diuretik kuat terikat pada
protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi
cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli
proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin
sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi. Mula kerja Furosemid
pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa menit
dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%
VII. Jawaban pertanyaan-pertanyaan
1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretic.
Berikan contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme kerja yang berbeda !
Jawab :
Mekanisme kerja diuretik
Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi ion - ion Na+,
sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat - obat diuretik bekerja
khusus terhadap tubulus ginjal di tempat yang berlainan.
1. pada tubulus proksimal , Disini 70% ultra filtrat seperti glukosa, ureum, ion
Na+ dan Cl- diserap kembali, Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap
plasma . Diuretik osmotik seperti manitol, sorbitol, dan gliserol juga bekerja
disini dengan mengurangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl-.
2. Pada lengkung Henle, disini 20% ion Cl- diangkut secara aktif kedalam sel
tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na+ secara pasif, tetapi tanpa air
sehingga filtrat menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretik yang bekerja di
lengkung Henle biasanya adalah diuretik dengan kerja kuat seperti
Furosemid, asam etakrinat dengan merintangi transport Cl- .
3. pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex, disini
ion Na+ diserap kembali secara aktiv tanpa penarikan air, sehingga filtrat
menjadi lebih cair dan hipotonik.Zat - zat seperti thiazid, clortalidon,
mefrusid bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl- .
4. Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na+ diserap kembali secara
aktiv, dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+, NH4+ . proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat kalium
seperti Spironolacton, dan triamteren bekerja disini dengan mengurangi
pertukaran ion K+ dengan ion Na+, yang berakibat retensi kalium (antagonis
aldosteron), Reabsorbsi air terutama terjadi di ductus colligens, dan disini
juga tempat bekerjanya hormon anti diuretik vasopresin.
2. Denagn memahami mekanisme kerja obat diuretic, kemukakan efek samping yang
dapat muncul akibat penggunaanya !
Jawab :
a) Diuretic osmotic
Efek samping : GGA,sakit kepala,mual,muntah.
b) Penghambat Karbonik anhidrase
Efek samping : diorientasi mental pada CH.
c) Benzotiadiazide
Efek samping :
Purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas, Penggunaan lama menjadi
hiperglikemia :
 Sekresi insulin << (respon dr glukosa drh me meningkat).
 Glikogenolisis meningkat.
 Glikogenesis menurun.
 Kadar kolesterol meningkat dan TG meningkat.
 Hipokalemia.
 Depresi mental dan koma pad CH ok pembentukan ion H terganggu
menjadi NH3 menjadi NH4+.
d) Diuretic hemat kalium
Efek samping : Hiperkalemia, ginekomastia.
3. Bagaimana pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa penggunaan
suatu obat sadah membahayakan ?
Jawab :
4. Untuk penyakit apa diuretic digunakan secara klinis, jelaskan !
Jawab :
Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung.
Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan
yang terakumulasi di jaringan dan paru paru . di samping itu berkurangnya volume
darah akan mengurangi kerja jantung.
5. Sebutkan penggolongan diuretic berdasarkan mekanisme kerjanya !
Jawab :
1. Diuretik Kuat
2. Diuretic hemat kalium
3. Diuretik golongan tiazid
4. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
5. Diuretik osmotik
6. Apa yang dimaksud dengan renal clearance ? bagaimana cara menentukannya ?
kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal clearance ?
Jawab :
VIII. Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Diuretik, di akses pada tanggal 28 November 2011
http://medicastore.com/apotik_online/obat_jantung/obat_diuretik.htm, di akses pada
tanggal 28 November 2011
http://www.scribd.com/doc/33046836/DiuRetiK, di akses pada tanggal 28 November
2011
Mary.J, Miycek, Richard A. Harvey, Pamela C. Champe ; alih bahasa, Azwar Agoes.
2001. Farmakologi Ulasan bergambar edisi 2. Jakarta : Widya Medika

More Related Content

What's hot

Suspensi
SuspensiSuspensi
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatFormulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Bayu Mario
 
Ppt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotikPpt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotik
Abulkhair Abdullah
 
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
Cholid Maradanger
 
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBATRANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
Rhiza Amalia
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
sisabihi
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
srinova uli
 
Perhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol Palmitat
Perhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol PalmitatPerhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol Palmitat
Perhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol Palmitat
zipiklan
 
Pill
PillPill
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitFaradina Kusumasdiyanti
 
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Gilang Rizki Al Farizi
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
RezkyNurAziz
 
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Eva Apriliyana Rizki
 
Penanganan hewan coba
Penanganan hewan cobaPenanganan hewan coba
Penanganan hewan coba
Ade Irma Suryani
 
Anti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroidAnti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroid
rula25
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Kezia Hani Novita
 
Sediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neniSediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neni
Dokter Tekno
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
Annie Rahmatillah
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Iodatometri kel 11 a
Iodatometri kel 11 aIodatometri kel 11 a
Iodatometri kel 11 a
WTikaL
 

What's hot (20)

Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatFormulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
Formulasi dan Evaluasi Kapsul Asamefenamat
 
Ppt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotikPpt suspensi antibiotik
Ppt suspensi antibiotik
 
Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2Kuliah formulasi dasar 2
Kuliah formulasi dasar 2
 
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBATRANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
RANCANGAN FORMULA TABLET ASAM ASKORBAT
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Perhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol Palmitat
Perhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol PalmitatPerhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol Palmitat
Perhitungan Dosis dan Takaran Terkecil Sediaan Suspensi Kloramfenikol Palmitat
 
Pill
PillPill
Pill
 
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencitmakalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
makalah hewan laboratorium cara pengambilan darah pada mencit
 
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensiMateri kuliah tamu S1 bioekuivalensi
Materi kuliah tamu S1 bioekuivalensi
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
Bab iii kelarutan (Farmasi Fisika)
 
Penanganan hewan coba
Penanganan hewan cobaPenanganan hewan coba
Penanganan hewan coba
 
Anti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroidAnti inflamasi steroid
Anti inflamasi steroid
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
 
Sediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neniSediaan solida bu neni
Sediaan solida bu neni
 
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI, MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN (NEW)
 
Titrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetriTitrasi nitrimetri
Titrasi nitrimetri
 
Iodatometri kel 11 a
Iodatometri kel 11 aIodatometri kel 11 a
Iodatometri kel 11 a
 

Similar to Diuretik

DIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.pptDIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.ppt
IrfanZul2
 
Diuretic pharmacology
Diuretic pharmacologyDiuretic pharmacology
Diuretic pharmacology
nisha althaf
 
farmakologi Diuretik
farmakologi Diuretikfarmakologi Diuretik
farmakologi Diuretik
nisha althaf
 
Obat Diuretik by Slidesgo (2).pptx
Obat Diuretik by Slidesgo (2).pptxObat Diuretik by Slidesgo (2).pptx
Obat Diuretik by Slidesgo (2).pptx
ssuser8cafc5
 
Prposal proyek baru
Prposal proyek baruPrposal proyek baru
Prposal proyek baru
Ayyou Siwonnest
 
Obat kardiovaskular
Obat kardiovaskularObat kardiovaskular
Obat kardiovaskular
Fina Ratih Wiraputri
 
Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017
Fadhol Romdhoni
 
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSIFARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
Sulistia Rini
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJALANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
dizasartika
 
Kmd.0. obat diuretika (1)
Kmd.0. obat diuretika (1)Kmd.0. obat diuretika (1)
Kmd.0. obat diuretika (1)
Al Khalik Scwherencteiger
 
Anfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budionoAnfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budiono
Sumirah Budi Pertami
 
Hemodialisa umum
Hemodialisa umumHemodialisa umum
Hemodialisa umum
Operator Warnet Vast Raha
 
Toksikologi klinik.ppt
Toksikologi klinik.pptToksikologi klinik.ppt
Toksikologi klinik.ppt
Fadhol Romdhoni
 
Apek
ApekApek

Similar to Diuretik (20)

DIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.pptDIURETIKA SLIDE.ppt
DIURETIKA SLIDE.ppt
 
Diuretic pharmacology
Diuretic pharmacologyDiuretic pharmacology
Diuretic pharmacology
 
farmakologi Diuretik
farmakologi Diuretikfarmakologi Diuretik
farmakologi Diuretik
 
Obat Diuretik by Slidesgo (2).pptx
Obat Diuretik by Slidesgo (2).pptxObat Diuretik by Slidesgo (2).pptx
Obat Diuretik by Slidesgo (2).pptx
 
Prposal proyek baru
Prposal proyek baruPrposal proyek baru
Prposal proyek baru
 
Diuretik
DiuretikDiuretik
Diuretik
 
Obat kardiovaskular
Obat kardiovaskularObat kardiovaskular
Obat kardiovaskular
 
Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017
 
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSIFARMAKOLOGI HIPERTENSI
FARMAKOLOGI HIPERTENSI
 
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJALANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL
 
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
Farmakologi,.%dan Laksatifmmnrtt.kkkkkk,
 
Ppt urine
Ppt urinePpt urine
Ppt urine
 
Kmd.0. obat diuretika (1)
Kmd.0. obat diuretika (1)Kmd.0. obat diuretika (1)
Kmd.0. obat diuretika (1)
 
Anfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budionoAnfis perkemihan budiono
Anfis perkemihan budiono
 
Hemodialisa umum
Hemodialisa umumHemodialisa umum
Hemodialisa umum
 
Ginjal
GinjalGinjal
Ginjal
 
Toksikologi klinik.ppt
Toksikologi klinik.pptToksikologi klinik.ppt
Toksikologi klinik.ppt
 
Hemodialisa
HemodialisaHemodialisa
Hemodialisa
 
Apek
ApekApek
Apek
 
Patologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjalPatologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjal
 

Recently uploaded

1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
LisnaKhairaniNasutio
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
RheginaSalsabila
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
ratnawulokt
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
EmohAsJohn
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
adevindhamebrina
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 

Recently uploaded (20)

1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
1.Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah.pptx
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
graves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiologygraves’ disease etiology, pathofisiology
graves’ disease etiology, pathofisiology
 
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFPRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF
 
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptxPPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
PPT PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 2.pptx
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternakPowerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
Powerpoint Penyakit Mulut dan Kuku pada ternak
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 

Diuretik

  • 1. LAPORAN PRATIKUM FARMAKOLOGI II DIURETIK Oleh : Sri Merlia Jasril ( 1101101 ) Kelompok : 4B Ganjil Tanggal : 22 April 2013 Dosen : Andriani Susanti M. Farm, Apt Asisten dosen : 1. Thahriani c 2. Ulfa turrohmah PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU PEKANBARU 2013
  • 2. DIURETIK I. Tujuan 1. Memahami teknik evaluasi obat diuretic 2. Memahami manifestasi dari obat diuretic dan penggunaannya secara klinis II. Tinjauan pustaka Pengertian Diuretik adalah suatu obat yang dapat meningkatkan jumlah urine (diuresis) dengan jalan menghambat reabsorpsi air dan natrium serta mineral lain pada tubulus ginjal. Dengan demikian bermanfaat untuk menghilangkan udema dan mengurangi free load. Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru paru . di samping itu berkurangnya volume darah akan mengurangi kerja jantung. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretic : 1. Tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. 2. Status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. 3. Interaksi antara obat dengan reseptor .Kebanyakan bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan juga air diperbanyak. Mekanisme kerja diuretika : Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air-diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni :
  • 3. 1. Tubuli proksimal. Ultra filtrat mengandung sejumlah besar garam yang disini direabsorpsi secera aktif untuk 70%, antara lain ion Na+ dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsopsi belangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plama. Diuretik osmosis bekerja di tubulus proksimal dengan merintangi rabsorpsi air dan natrium. 2. Lengkungan Henle. Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+, tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- begitu pula reabsorpsi Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak . 3. Tubuli distal. Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan zat- zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan retensi K+ . 4. Saluran Pengumpul. Hormon antidiuretik (ADH) dan hipofise bekerja disini dengan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini. Penggolongan diuretic : Diuretik dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni : 1. Diuretik Kuat Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6). Banyak digunakan dalam keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memiliki kurva dosis-efek curam, yaitu bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa
  • 4. bertambah. Contoh obatnya adalah furosemida yang merupakan turunan sulfonamid dan dapat digunakan untuk obat hipertensi. Mekanisme kerjanya dengan menghambat reabsorpsi Na dan Cl di bagian ascending dari loop Henle (lengkungan Henle) dan tubulus distal, mempengaruhi sistem kontrasport Cl- binding, yang menyebabkan naiknya eksresi air, Na, Mg, dan Ca. Contoh obat paten: frusemide, lasix, impugan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid. 2. Diuretic hemat kalium Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida). Efek obat-obat ini lemah dan khusus digunakan terkominasi dengan diuretika lainnya untuk menghemat kalium. Aldosteron enstiulasi reabsorpsi Na dan ekskresi K, proses ini dihambat secara kompetitif oleh antagonis alosteron. Contoh obatnya adalah spironolakton yang merupakan pengambat aldosteron mempunyai struktur mirip dengan hormon alamiah. Kerjanya mulai setelah 2-3 hari dan bertahan sampai beberap hari setelah pengobatan dihentikan. Daya diuretisnya agal lemah sehingga dikombinasikan dengan diuretika lainnya. Efek dari kombinasi ini adalah adisi. Pada gagal jantung berat, spironolakton dapat mengurangi resiko kematian sampai 30%. Resorpsinya di usus tidak lengkap dan diperbesar oleh makanan. Dalam hati, zat ini diubah menjadi metabolit aktifnya, kanrenon, yang diekskresikan melalui kemih dan tinja, dalam metabolit aktif waktu paruhnya menjadi lebih panjang yaitu 20 jam. Efek sampingnya pada penggunaan lama dan dosis tinggi akan mengakibatkan gangguan potensi dan libido pada pria dan gangguan haid pada wanita. Contoh obat paten: Aldacton, Letonal. 3. Diuretik golongan tiazid Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat, juga lebih lama, terutama digunakan pada terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung. Memiliki kurva dosis-efek datar yaitu jika dosis optimal
  • 5. dinaikkan, efeknya (diuresis dan penurunan tekanan darah) tidak bertambah. Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid. hidroklorthiazida adalah senyawa sulfamoyl dari turunan klorthiazida yang dikembangkan dari sulfonamid. Bekerja pada tubulus distal, efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama untuk hipertensi ringan sampai sedang karenadaya hipitensifnya lebih kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008). 4. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Zat ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga Na dan K diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat diuretiknya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie maka perlu digunakan secara berselang- seling. Asetozolamidditurunkan r sulfanilamid. Efek diuresisnya berdasarkan penghalangan enzim karboanhidrase yang mengkatalis reaksi berikut: CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3 + Akibat pengambatan itu di tubuli proksimal, maka tidak ada cukup ion H+ lagi untuk ditukarkan dengan Na sehingga terjadi peningkatan ekskresi Na, K, bikarbonat, dan air. Obat ini dapat digunakan sebagai obat antiepilepsi. Resorpsinya baik dan mulai bekerja dl 1-3 jam dan bertahan selama 10 jam. Waktu paruhnya dalam plasma adalah 3-6 jam dan diekskresikan lewat urin secara utuh. Obat patennya adalah Miamox. Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid. 5. Diuretik osmotik Istilah diuretic Osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diskskresi oleh ginjal. Suatu zat dapat bertindak sebagai diuretic osmotic apabila memenuhi 4 syarat:
  • 6. 1. difiltrasi secara bebas oleh glomerulus. 2. tidak atau hanya sedikit direbasorbsi sel tubulus ginjal. 3. secara farmakologis merupakan zat yang inert, dan 4. umumnya resisten terhadap perubahan-perubahan metabolic. Dengan sifat-sifat ini, maka diueretik osmotic dapat diberikan dalam jumlah cukup besar sehingga turut menentukan derajat osmolalitas plasma, filtrate glomerulus dan cairan tubuli Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja : 1. Tubuli proksimal Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya. 2. Ansa enle Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun. 3. Duktus Koligentes Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain. Obat-obat ini direabsorpsi sedikit oleh tubuli sehingga reabsorpsi air juga terbatas. Efeknya al diuresis osmotik dengan ekskresi air tinggi dan eksresi Na sedikit. Istilah diuretik osmotik biasanya dipakaiuntuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oeh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid. Mannitol adalah alkohol gula yang terdapat dalam tumbuh tumbuhan dan getahnya. Efek diuresisnya pesat tetapi singkat an dapat melintasi glomeruli secara lengkap, praktis tanpa reabsorpsi pada tubuli, sehingga penyerapan kembali air dapat dirintangi secara osmotik. Terutama digunakan sebagai infus untuk menurunkan tekanan intraokuler pada glaucoma.
  • 7. Beberapa Mekanisme aksi dari kerja Manitol sekarang ini adalah segagai berikut: 1. Menurunkan Viskositas darah dengan mengurangi haematokrit, yang penting untuk mengurangi tahanan pada pembuluh darah otak dan meningkatkan aliran darahj keotak, yang diikuti dengan cepat vasokontriksi dari pembuluh darah arteriola dan menurunkan volume darah otak. Efek ini terjadi dengan cepat (menit). 2. Manitol tidak terbukti bekerja menurunkan kandungan air dalam jaringan otak yang mengalami injuri, manitol menurunkan kandungan air pada bagian otak yang yang tidak mengalami injuri, yang mana bisa memberikan ruangan lebih untuk bagian otak yang injuri untuk pembengkakan (membesar). 3. Cepatnya pemberian dengan Bolus intravena lebih efektif dari pada infuse lambat dalam menurunkan Peningkatan Tekanan intra cranial. 4. Terlalu sering pemberian manitol dosis tinggi bisa menimbulkan gagal ginjal. ini dikarenakan efek osmolalitas yang segera merangsang aktivitas tubulus dalam mensekresi urine dan dapat menurunkan sirkulasi ginjal. 5. Pemberian Manitol bersama Lasik (Furosemid) mengalami efek yang sinergis dalam menurunkan PTIK. Respon paling baik akan terjadi jika Manitol diberikan 15 menit sebelum Lasik diberikan. Hal ini harus diikuti dengan perawatan managemen status volume cairan dan elektrolit selama terapi Diuretik. Obat diuretic 1. Diuretik hemat kalium Diuretik yang mempertahankan kalium menyebabkan diuresis tanpa kehilangan kalium dalam urine. Yang termasuk dalam klompok ini antara lain aldosteron, traimteren dan amilorid. a) Antagonis Aldosteron
  • 8. Aldosteron adalah mineralokortikoid endogen yang paling kuat. Peranan utama aldosteron ialah memperbesar reabsorbsi natrium dan klorida di tubuli serta memperbesar ekskresi kalium. Yang merupakan antagonis aldosteron adalah spironolakton dan bersaing dengan reseptor tubularnya yang terletak di nefron sehingga mengakibatkan retensi kalium dan peningkatan ekskresi air serta natrium. Obat ini juga meningkatkan kerja tiazid dan diuretik loop. Diuretik yang mempertahankan kalium lainnya termasuk amilorida, yang bekerja pada duktus pengumpul untuk menurunkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium dengan memblok saluran natrium, tempat aldosteron bekerja. Diuretik ini digunakan bersamaan dengan diuretik yang menyebabkan kehilangan kalium serta untuk pengobatan edema pada sirosis hepatis. Efek diuretiknya tidak sekuat golongan diuretik kuat. Mekanisme kerja : Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+ Farmakokinetik : 70% spironolakton oral diserap di saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Metabolit utamanya kankrenon. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kakreonat yang tidak aktif. Efek samping : Efek toksik yang paling utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan. Tetapi efek toksik ini dapat pula terjadi bila dosis yang biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping yang lebih ringan dan reversibel diantaranya ginekomastia, dan gejala saluran cerna Indikasi : Antagonis aldosteron digunakan secara luas untuk pengobatan hipertensi dan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama
  • 9. diuretik lain dengan maksud mengurangi ekskresi kalium, disamping memperbesar diuresis. Sediaan dan dosis : Spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25, 50 dan 100 mg. Dosis dewasa berkisar antara 25-200mg, tetapi dosis efektif sehari rata-rata 100mg dalam dosis tunggal atau terbagi.Terdapat pula sediaan kombinasi tetap antara spironolakton 25 mg dan hidraoklortiazid 25mg, serta antara spironolakton 25 mg dan tiabutazid 2,5 mg. b) Triamteren dan Amilorid Kedua obat ini terutama memperbesar ekskresi natrium dan klorida, sedangkan eksresi kalium berkurang dan ekskresi bikarbonat tidak mengalami perubahan. Triamteren menurunkan ekskresi K+ dengan menghambat sekresi kalium di sel tubuli distal. Dibandingkan dengan triamteren, amilorid jauh lebih mudah larut dalam air sehingga lebih mudah larut dalam air sehingga lebih banyak diteliti. Absorpsi triamteren melalui saluran cerna baik sekali, obat ini hanya diberikan oral. Efek diuresisnya biasanya mulai tampak setelah 1 jam. Amilorid dan triameteren per oral diserap kira-kira 50% dan efek diuresisnya terlihat dalam 6 jam dan berkahir sesudah 24 jam. Efek samping : Efek toksik yang paling berbahaya dari kedua obat ini adalah hiperkalemia. Triamteren juga dapat menimbulkan efek samping yang berupa mual, muntah, kejang kaki, dan pusing. Efek samping amilorid yang paling sering selain hiperkalemia yaitu mual, muntah, diare dan sakit kepala. Indikasi : Bermanfaat untuk pengobatan beberapa pasien udem. Tetapi obat ini akan bermanfaat bila diberikan bersama dengan diuretik golongan lain, misalnya dari golongan tiazid. Sediaan : Triamteren tersedia sebagai kapsul dari 100mg. Dosisnya 100-300mg sehari. Untuk tiap penderita harus ditetapkan dosis penunjang tersendiri.Amilorid terdapat dalam bentuk tablet 5 mg. Dosis sehari sebesar 5-
  • 10. 10mg. Sediaan kombinasi tetap antara amilorid 5 mg dan hidroklortiazid 50 mg terdapat dalam bentuk tablet dengan dosis sehari antara 1-2 tablet. 2. Diuretik kuat Tempat kerja utamanya dibagian epitel ansa Henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah asam etakrinat, furosemid, dan bumetanid. a) Furosemid Farmakokinetik : Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi. Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50%. III. Alat dan bahan a) Alat yang digunakan : 1) Kandang metabolisme 2) Alat suntik oral dan untuk subkutan 3) Gelas ukur 4) Stopwatch 5) Alat gelas lainnya b) Bahan yang digunakan : 1) Furosemid 0,5 mg ; 0,75 mg ; dan 1 mg/kgBB 2) Kopi 5 ml dan 10 ml/ 200 gBB 3) NaCl fisiologis
  • 11. IV. Cara kerja 1) Timbang berat tikus 2) Hitung dosis untuk tikus ( air hangat dan obat ) 3) Suntikkan secara oral air hangat sesuai dosis, dan tunggu 15 menit 4) Setelah itu suntikkan secara subkutan obat sesuai dosis yg di cari. 5) Ukur volume urin yang dikeluarkan setiap 15 menit selama 1 jam. V. Hasil dan pembahasan a) Hasil pengamatan Berat baab tikus : 151 g Air hangat : 151 𝑔 200 𝑔 × 10 𝑚𝑙 = 7,55 𝑚𝑙 VAO : 0,151 𝐾𝑔 ×1 𝑚𝑔/𝐾𝑔𝐵𝐵 1 𝑚𝑔/𝑚𝑙 = 0,151 𝑚𝑙 Kel Obat Volume urin 15’ 30’ 45’ 60’ 1 Furosemid 0,5 mg/KgBB - 1 ml - - 2 Control - - - - 3 Furosemid 0,75 mg/KgBB - - - - 4 Furosemid 1 mg/KgBB - - - O,5 ml 5 Kopi 5 ml/200gBB - - - - 6 Kopi 10 ml/200gBB - 0,75 ml 1,25 ml 0,1
  • 12. b) Pembahasan Praktikum kali ini berkaitan dengan diuretik. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. Proses pengerjaan praktikum ini adalah, dengan hewan uji (tikus) dengan BB 151 yang diinjeksikan menggunakan furosemid dengan dosis1 mg/ KgBB. Furosemid termasuk kedalam golongan diuretik kuat. Mekanisme kerjanya dengan menyebabkan ginjal untuk membuang air dan garam yang tidak dibutuhkan dari tubuh melalui urin. Sebelum diberi obat, tikus terlebih dahulu diberi air hangat menggunakan sonde. Tujuannya adalah untuk membantu mempercepat atau memperbanyak urin yang dikeluarkan. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pada pemberian obat diuretika menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Kelompok kontrol, tikus diberi NaCl fisiologis pada hewan control ini tidak menunjukkan terjadinya dieresis. Sedangkan pada pemberian obat furosemid 1mg/KgBB pada mencit kelompok 4, tampak terjadi diuresis pada menit ke 60, volume total urinenya adalah 0,5 ml. Menurut literatur, Furosemid merupakan obat diuretik yang bekerja pada bagian ansa henle asenden dengan efek yang cepat dan volume urin yang banyak pula. Cara kerja obat furosemid, karena furosemid adalah diuretik kuat yang digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh. Pada ginjal, bahan- bahan seperti garam,air dan molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk kedalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi air seni. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah diserap kedalam darah sebelum cairan disaring menjadi air kencing dan dihilangkan dari tubuh. Furosemid bekerja menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan mendalam output urin. Dari hasil pengamatan tersebut, menunjukkan bahwa Furosemid bekerja lebih lambat dan volume diuresisnya lebih sedikit. Dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap hewan uji ini, dengan hasil pengamatan yang tidak sesuai
  • 13. dengan literature. Pada saat pretikum mungkin terjadi kesalahan dalam pemberian obat misalnya karena konsntrasi obat atau volume pemberian obat yang belum cukup. Kesalahan lain pada prraktikum diantaranya, beberapa obat tidak menimbulkan efek yang diinginkan pada hewan coba yaitu diuresis. Hal tersebut mungkin disebabkan karena kesalahan pada saat pembuatan sediaan obat sebelum diberikan kepada hewan coba, obat yang sudah tidak layak pakai, atau kesalahan cara pemberian dan karena tikus sudah diperlakukan sebelumnya. VI. Kesimpulan 1. Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. 2. Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal. 3. Diuretik dapat di golongkan menjadi beberapa golongan : diuretik kuat, diuretik hemat kalium, diuretik golongan tiazid, golongan penghambat enzim karbonik anhidrase, diuretik osmotik 4. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik : a) tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yangbekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akanmemberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diure-tik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. b) status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasijantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akanmemberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. c) interaksi antara obat dengan reseptor. 5. Obat furesamid memiliki efek diuresis kuat. Obat furosemid mudah diserap melalui saluran cerna. Bioavabilitas furosemid 65% diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif sehingga tidak difiltrasi di glomerolus tetapi cepat sekali disekresi melalui system transport asam organik ditubuli proksimal. Dengan cara ini obat ini terakumulasi di cairan tubuli dan mungkin
  • 14. sekali ditempat kerja didaerah yang lebih distal lagi. Mula kerja Furosemid pesat, oral 0,5 – 1 jam dan bertahan 4 – 6 jam, intravena dalam beberapa menit dan 2,5 jam lamanya reabsorbsinya dari usus ± 50% VII. Jawaban pertanyaan-pertanyaan 1. Gambarkanlah sebuah nefron dan tunjukkan tempat kerja obat-obat diuretic. Berikan contoh obat masing-masingnya dengan mekanisme kerja yang berbeda ! Jawab : Mekanisme kerja diuretik Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi ion - ion Na+, sehingga pengeluarannya bersama air diperbanyak. Obat - obat diuretik bekerja khusus terhadap tubulus ginjal di tempat yang berlainan. 1. pada tubulus proksimal , Disini 70% ultra filtrat seperti glukosa, ureum, ion Na+ dan Cl- diserap kembali, Filtrat tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma . Diuretik osmotik seperti manitol, sorbitol, dan gliserol juga bekerja disini dengan mengurangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl-. 2. Pada lengkung Henle, disini 20% ion Cl- diangkut secara aktif kedalam sel tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na+ secara pasif, tetapi tanpa air sehingga filtrat menjadi hipotonik terhadap plasma. Diuretik yang bekerja di lengkung Henle biasanya adalah diuretik dengan kerja kuat seperti Furosemid, asam etakrinat dengan merintangi transport Cl- . 3. pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam cortex, disini ion Na+ diserap kembali secara aktiv tanpa penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih cair dan hipotonik.Zat - zat seperti thiazid, clortalidon, mefrusid bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl- . 4. Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na+ diserap kembali secara aktiv, dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+, NH4+ . proses ini dikendalikan oleh hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat kalium seperti Spironolacton, dan triamteren bekerja disini dengan mengurangi pertukaran ion K+ dengan ion Na+, yang berakibat retensi kalium (antagonis
  • 15. aldosteron), Reabsorbsi air terutama terjadi di ductus colligens, dan disini juga tempat bekerjanya hormon anti diuretik vasopresin. 2. Denagn memahami mekanisme kerja obat diuretic, kemukakan efek samping yang dapat muncul akibat penggunaanya ! Jawab : a) Diuretic osmotic Efek samping : GGA,sakit kepala,mual,muntah. b) Penghambat Karbonik anhidrase Efek samping : diorientasi mental pada CH. c) Benzotiadiazide Efek samping : Purpura, dermatitis disertai fotosensitivitas, Penggunaan lama menjadi hiperglikemia :  Sekresi insulin << (respon dr glukosa drh me meningkat).  Glikogenolisis meningkat.  Glikogenesis menurun.  Kadar kolesterol meningkat dan TG meningkat.  Hipokalemia.  Depresi mental dan koma pad CH ok pembentukan ion H terganggu menjadi NH3 menjadi NH4+. d) Diuretic hemat kalium Efek samping : Hiperkalemia, ginekomastia.
  • 16. 3. Bagaimana pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengetahui bahwa penggunaan suatu obat sadah membahayakan ? Jawab : 4. Untuk penyakit apa diuretic digunakan secara klinis, jelaskan ! Jawab : Kegunaan diuretik terbanyak adalah untuk antihipertensi dan gagal jantung. Pada gagal jantung, diuretik akan mengurangi atau bahkan menghilangkan cairan yang terakumulasi di jaringan dan paru paru . di samping itu berkurangnya volume darah akan mengurangi kerja jantung. 5. Sebutkan penggolongan diuretic berdasarkan mekanisme kerjanya ! Jawab : 1. Diuretik Kuat 2. Diuretic hemat kalium 3. Diuretik golongan tiazid 4. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase 5. Diuretik osmotik 6. Apa yang dimaksud dengan renal clearance ? bagaimana cara menentukannya ? kesimpulan apa yang dapat ditarik dari hasil renal clearance ? Jawab :
  • 17. VIII. Daftar pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/Diuretik, di akses pada tanggal 28 November 2011 http://medicastore.com/apotik_online/obat_jantung/obat_diuretik.htm, di akses pada tanggal 28 November 2011 http://www.scribd.com/doc/33046836/DiuRetiK, di akses pada tanggal 28 November 2011 Mary.J, Miycek, Richard A. Harvey, Pamela C. Champe ; alih bahasa, Azwar Agoes. 2001. Farmakologi Ulasan bergambar edisi 2. Jakarta : Widya Medika