Ini Lanjutan yang pertama juga dari Ibu Haryanti.Pelengkap presentasi yang pertama tadi yang telah saya upload.Semoga bermanfaat bagi para pelajar kita.Sukses selalu.Keep going
Ini Lanjutan yang pertama juga dari Ibu Haryanti.Pelengkap presentasi yang pertama tadi yang telah saya upload.Semoga bermanfaat bagi para pelajar kita.Sukses selalu.Keep going
MATERI PRESENTASI BIOLOGI UNTUK SISWA SMP KELAS IX PADA SEMESTER GANJIL. SUDAH SAYA SUSUN RUNTUT, MENARIK DAN DETAIL. KUNJUNGI SAYA PADA http://aguspurnomosite.blogspot.com
MATERI PRESENTASI BIOLOGI UNTUK SISWA SMP KELAS IX PADA SEMESTER GANJIL. SUDAH SAYA SUSUN RUNTUT, MENARIK DAN DETAIL. KUNJUNGI SAYA PADA http://aguspurnomosite.blogspot.com
Materi IPA kls 9 SMP tentang sistem ekskresi pada manusia yang diberikan secara ringkas dalam bentuk power point untuk membantu guru dalam proses pembelajaran serta beberapa soal yang terkait dengan materi.
PPT ini memuat materi SMA kelas II, dengan judul "Sistem Ekskresi", dan juga dilengkapi dengan video yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Semoga bermanfaat...:)
MEKANISME PENGELUARAN KERINGAT
Proses pengeluaran keringat diatur oleh hipotalamus (otak). Hipotalamus dapat menghasilkan enzim bradikinin yang bekerja mempengaruhi kegiatan kelenjar keringat. Jika hipotalamus mendapat rangsangan, misalnya berupa perubahan suhu pada pembuluh darah, maka rangsangan tersebut diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat. Selanjutnya kelenjar keringat akan menyerap air garam dan sedikit urea dari kapiler darah dan kemudian mengirimnya ke permukaan kulit dalam bentuk keringat.
Ginjal adalah organ utama yang melakukan proses ekskresi. Ginjal juga dapat memproduksi urine. Ginjal berjumlah sepasang letaknya di belakang perut, sebelah kanan dan kiri dari tulang belakang, dibawah hati dan limfa. Letak ginjal sebelah kanan sedikit lebih ke bawah dibandingkan dengan ginjal sebelah kiri, hal ini karena terdapat hati di sebelah kanan. Sistem ekskresi juga sangat berperan penting dalam menjaga homeostatis (kesetimbangan) tubuh dengan cara osmoregulasi. Osmoregulasi adalah mekanisme tubuh untuk mengatur konsentrasi bahan terlarut dalam cairan sel atau tubuh. Ginjal yang memiliki jumlah sepasang ini dilindungi oleh lapisan jaringan ikat, yaitu fasia renal (bungkus terluar), lemak perirenal, lemak pararenal (bantalan ginjal), serta kapsul fibrosa (membran halus transparan yang membungkus ginjal).
1. MAKALAH
Sistem Ekskresi Pada Manusia Dan Hewan
OLEH KELOMPOK I:
1. AGENG ANGGRAINI
2. ANITA KHIYAR
3. ANAS MANSUR
4. ANJAR ESTRI WIGATI
5. CHEVY IWANI B.
6. CITRA
7. ELVI SILVIANTI
8. FERNI
2. BAB I PEMBAHASAN
Sistem Ekresi
1. Pengertian Sistem Ekresi
Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang
sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan
asam urat.Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan
melalui alat ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-
beda.Semakin tinggi tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.
2. Istilah dalam Sistem ekskresi
a. Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses.
Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan.Zat
yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan
mikroba usus.
b. Ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi
bagi tubuh.
c.Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran
pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya
mengandun genzim.
d.Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang
kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
3. Fungsi Sistem Ekskresi
a. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh
b. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
c. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi)
d. Homeostasis
3. 4. Hasil sistem ekskresi
a. Zat cair yaitu berupa keringat, urine dan cairan empedu.
b.Zat padat yaitu berupa feces.
c. Gas berupa CO2.
d.Uap air berupa H2O.
B. Sistem Ekskresi Pada Hewan
A. Sistem Ekskresi Pada Manusia
Tubuh manusia mempunyai beberapa sistem ekskresi, diantaranya ginjal, paru-paru,
hati dan kulit.
1. Ginjal
Alat tubuh yang mempunyai fungsi spesifik untuk ekskresi sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen adalah ginjal.
a) Struktur ginjal
Ginjal atau ren berbentuk seperti biji buah kacang merah (kara/ercis). Ginjal terletak
dikanan dan kiri tulang pinggang yaitu didalam rongga perut pada dinding tubuh
4. dorsal. Ginjal berjumlah dua buah and berwarna merah keunguan. Ginjal sebelah kiri
terletak agak lebih tinggi daripada ginjal sbelah kanan.
Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks, sedangkan lapisan dalam
disebut sumsum ginjal atau medula. Lapisan paling dalam berupa rongga ginjal yang
disebut pelvis renalis.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron. Tiap nefron
terdiri atas badan malpighi yang terusun dari kapsul Bowman. Tubulus-tubulus
pengumpul, dan lengkung Henle yang terdapat bagian medula. Pada sebuah ginjal
manusia terdapat kurang lebih 1 juta nefron.
Kapsul Bowman berdinding rangkap dengan glomerulus didalam cekungan
kapsulnya. Glomerulus merupakan untaian pembuluh kapiler darah yang dindingnya
bertaut menjadi satu dengan dinding kapsul Bowman sehingga zat-zat yang terlarut
dalam darah merembes ke dalam ruang kapsul Bowman yang berdinding rangkap.
Pembuluh darah arteri yang bercabang-cabang menjadi sejumlah arteriola yang
disebut arteriola aferen. Arteriola aferen bercabang-cabang menjadi kapiler
glomerulus. Kapiler glomerulus bersatu kembali menjadi arteriola aferen dan
membelit mengelilingi tubulus proksimal, lengkung henle, dan tubulus distal dari
suatu nefron. Kapiler glomerulus kemudian bermuara ke dalam venula, serta
bergabung menjadi vena renalis menuju vena kava inferior.
Lengkung henle adalah bagian saluran ginjal (tubulus) yang melengkung pada
daerah medua dan berhubungan dengan tubulus prosimal maupun tubulus distal di
daerah korteks. Bagian lengkung henle ada dua, yaitu lengkung Henle asendens
(menanjak) dan lengkung Henle desendens (menurun). Pada orang dewasa, panjang
seluruh tubuh ±7,5-15 km.
Ginjal dilindungi oleh lemak. Ginjal memiliki arteri renal (arteri ginjal) yang
menyuplai darah. Tiap renal memiliki jaringan pembuluh (kapiler) di bagian korteks.
Sebagai akibatnya, korteks tampak lebih gelap daripada medula.
Ginjal mengendalikan potensi air pada darah yang melewatinya. Substansi yang
menyebabkan ketidakseimbangan potensi air pada darah akan dipisahkan dari darah
dan diekskresikan dalam bentuk urin. Misalnya, sisa nitrogen hasil pemecahan asam
amino dan asam nukleat (Thibodeau et al. 1999; Marrieb 2004).
b) Proses pembentukan urin
5. Filtrasi (penyaringan)
Firltrasi terjadi di kapsul Bowman dan glomerulus. Dinding terluar kapsul Bowman
tersusun dari satu lapis sel epitelium pipih. Antara dinding luar dan dalam terdapat
ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus kontortus proksimal. Dinding
dalam kapsul Bowman tersusun dari sel-sel khusus yang disebut podosit.
Proses filtrasinya adalah ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah menjadi
tinggi sehingga mendorong air dan komponen-komponen yang tidak dapat larut
melewati pori-pori endotelium kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran
dasar, dan melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsil Bowman.
Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman disebut filtrat glomerulus atau urin
primer. Komposisi urin primer dapat dilihat pada tabel berikut:
Reabsorpsi (Penyerapan kembali)
Reabsorpsi terjadi di tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, dan sebagian
tubulus kontortus distal. Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitelium di seluruh
tubulus ginjal. Banyaknya zat di reabsorpsi tergantung kebutuhan tubuh saat itu. Zat-
zat yang diabsorpsi antara lain adalah air, glukosa, asam amino, ion-ion Na+
, K+
,
Ca2+
, Cl-
, HC)3
-
, HBO4
2-
dan sebagian urea.
Reabsporsi terjadi secara transpor aktif dan pasif. Glukosa dan asam amino diabsorpsi
secara transpor aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+
, HCO3
-
, dan H2O terjadi
ditubulus kontortus distal.
Tahapan terjadinya reabsorpsi adalah sebagai berikut: urin primer, masuk dari
glomerulus ke tubulus kontortus proksimal. Urin primer ini bersifat hipotonis
dibanding dengan plasma darah. Kemudian terjadi reabsorpsi air dan ion Cl-
secara
pasif. Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung henle. Filtrat ini telah berkurang
volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan cairan pada jaringan sekitar tubulus
kontortus proksimal. Pada lengkung Henle terjadi sekresi aktif ion Cl-
ke jaringan di
sekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan ditubulus kontortus distal. Pada tubulus ini terjadi
reabsorpsi ion Na+
dan air dibawah kontrol ADH (hormon antidiuretik). Disamping
reabsorpsi tubulus ini juga terjadi seksresi H+
, NH4
+
, urea, kreatinin, dan obat-obatan
yang ada pada urin.
6. Argumentasi
Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun menuju tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+
, Cl-
dan urea sehingga
terbentuklah urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke pelvis
realis. Dari pelvis renalis mengalir melalui ureter menuju vesika urinaria (kantong
kemih) yang merupakan tempat penyimpanan sementara urin (Thibodeau et al. 1999;
Padila et al. 2005).
c) Hal-hal yang mempengaruhi produksi urin
Setiap hari ±1500 liter darah melewati ginjal untuk disaring dan membentuk 15—170
liter urin primer. Akan tetapi hanya 1 – 1.5 liter urin yang kita keluarkan. Banyak
sedikitnya urin seseorang yang dikeluarkan tiap harinya dipengaruhi oleh hal-hal
berikut:
Zat-zat diuretik
Zat-zat diuretik, misalnya kopi, teh dan alkohol akan menghambat reabsorpsi ion
Na+
. Sebagai akibatnya, konsentrasi ADH berkurang sehingga rebasorpsi air
terhambat dan volume urin meningkat. Itulah sebabnya jika mengkonsumsi teh atau
kopi, maka kita akan sering buang air kecil. Pengeluaran urin secara berlebihan
disebut diuresis.
Suhu
Jika suhu internal dan eksternal naik diatas normal, maka kecepatan respirasi
meningkat. Ini menyebabkan pembuluh kutaneus melebar sehingga cairan tubuh
berdifusi dari kapiler ke permukaan kulit. Saat volume air menurun, ADH
dieksreksikan sehingga reabsorpsi air meningkat. Disamping itu, peningkatan suhu
merangsang pembuluh abdominal mengerut sehingga aliran darah di glomerulus dan
filtrasi menurun. Meningkatnya reabsorpsi dan berkurangnya aliran darah di
glomerulus mengurangi volume urin. Itulah sebabnya jika cuaca panas, kita jarang
buang air kecil.
7. Volume larutan
Volume larutan dalam darah berpengaruh terhadap produksi urin. Jika kita minum air
seharian, maka konsentrasi air di daerah menjadi rendah. Hal ini merangsang
hipofisis mengeluarkan ADH. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air di ginjal
sehingga volume urin turun.
Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan atau penurunan volume urin
(Thibodeau et al. 1999; Marieb 2004).
d) Gangguan pada ginjal
Ginjal manusia mengalami gangguan dan kelainan, antara lain karena serangan
bakteri, tumor, abnormalitas bentuk ginjal, atau pembentukan batu ginjal.
Kelainan dan gangguan fungsi ginjal antara lain sebagai berikut:
Nefiritis
Nefiritis adalah kerusakan bagian glomerulus ginjal akibat alergi racun kuman,
biasanya disebabkan oleh bakteri streptoccocus. Nefritis mengakibatkan seseorang
menderitan urinemia atau oedema. Urinemia adalah masuknya kembali asam urin dan
urea kembali ke pembuluh darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki karena
reabsorpsi terganggu.
Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengendapan garam kalsium di dalam rongga ginjal,
saluran ginjal, atau kantong kemih. Batu ginjal ini berbentuk kristal yang tidak dapat
larut. Kandungan batu ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium
fosfat. Endapan garam ini terbentuk jika seseorang terlalu banyak mengkonsumsi
garam mineral dan terlalu sedikit mengkonsumsi air.
8. Albuminuria
Albuminuria adalah ditemukannya albumin pada urin. Adanya albumin pada urin
merupakan indikasi adanya kerusakan pada membran kapsul endotelium. Selain itu
dapat juga disebabkan oleh iritasi sel-sel ginjal karena masuknya substansi racun
bakteri, eter, atau logam berat.
Glikosuria
Hematuria adalah ditemukannya glukosa pada urin. Adanya glukosa dalam urin
menunjukan adanya kerusakan pada tabung ginjal.
Hematuria
Adalah ditemukannya sel darah merah dalam urin. Hematurian disebabkan
peradangan pada organ urinaria atau iritasi akibat gesekan pada batu ginjal.
Ketosis
Ketosis adalah ditemukannya senyawa keton didalam dalam darah. Hal ini dapat
terjadi pada orang yang melakukan diet karbohidrat.
Diabetes melitus
Diabetes melitus adalah penyakit yang muncul karena pankreas tidak menghasilkan
atau hanya menghasilkan sedikit sekali insulin. Insulin adalah hormon yang mampu
mengubah glukosa menjadi glikogen sehingga mengurangi kadar gula dalam darah.
Selain itu insulin juga membantu jaringan tubuh menyerap glukosa sehingga dapat
digunakan sebagai sumber energi. Diabetes melitus juga dapat terjadi jika sel-sel hati,
otot, dan lemak memiliki respons rendah terhadap insulin. Kadar glukosa di urin dan
darah penderita diabetes melitus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air
kecil, cepat haus dan lapar, serta menimbulkan masalah pada metabolisme lemak dan
protein.
Diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang menyebabkan penderita mengeluarkan
urin terlalu banyak. Peyebab diabetes insipidus adalah kekurangan hormon ADH.
ADH ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika kekurangan ADH,
jumlah urin dapat naik 20 – 30 kali lipat dari keadaan normal.
9. Komposisi urin bervariasi tergantung jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Urin normal berwarna jernih transparan. Warna kuning muda urin berasal dari zat
warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia mengandung air,
urea, asam urat, amonia, keratin, pula garam-garam, terutama garam dapur, zat-zat
yang berlebihan di dalam darah, misalnya vitamin C, obat-obatan.
Dilihat dari banyaknya macam zat yang terkandung dalam urin tersebut, ginjal
merupakan alat pengeluaran utama. Fungsi ginjal antara lain adalah sebagai berikut:
1) Membuang sisa-sisa metabolisme tubuh
2) Mengatur keseimbangan air dan garam dalam darah
3) Membuat zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti obat-obatan, bakteri dan zat
warna.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan zat-zat
asam atau basa. Selain itu juga untuk membuang kelebihan bahan makanan tertentu
seperti gula dan vitamin. (Thibodeau et al. 1999; Marieb; Solomon et al. 2005).
e) Dialisis darah
Pada tahun 1950, peneliti medis menciptakan ginjal buatan berdasarkan proses
dialisis. Proses dialisis adalah metode untuk memisahkan molekul berdasarkan
ukurannya. Mesin ini bekerja layaknya sebuah ginjal yang membersihkan darah
melalui cara difusi sederhana. Mesin dilengkapi dengan pipa panjang berisi larutan
yang komposisinya seperti plasma darah. Larutan ini berada pada satu sisi pipa saja
yang dibatasi oleh membran berpori.
Jika mesin dinyalakan, darah pasien yang penuh dengan sisa metabolisme akan
mengalir sepanjang pipa yang kosong. Setelah darah memenuhi pipa, pipa
metabolisme mengalami difusi kedalam larutan yang tersedia dalam pipa tersebut.
Setelah disirkulasikan beberapa kali sepanjang pipa mesin dan arteri tubuh, darah
pasien sudah cukup bersih dari sisa metabolisme. Selama dianalisis, darah pasien
diberi heparin (agen anti penggumpalan/antikoagulan).
Alternatif pengobatan bagi penderita gagal ginjal kronis adalah dengan pencangkokan
ginjal baru. Secara teknis, operasi cangkok ginjal cukup sederhana. Ginjal yang rusak
10. diangkat terlebih dahulu kemudian ginjal donor ditempatkan di dalam rongga perut
bagian bawah, arteri dan vena disambungkan pada arteri dan vena masing-masing.
Kemudian ureter dihubungkan dengan kantong kemih (vesika urinaria).
Masalah utama pada pencangkokan ginjal adalah penolakan oleh sistem imun. Sistem
imun resipen akan mengenali ginjal cangkokan itu sebagai “benda asing” dan
kemudian merusaknya. Berbagai obat yang ditemukan cukup efektif untuk menekan
mekanisme imun tubuh tersebut. Ginjal hasil cangkokan tetap berfungsi bertahun-
tahun. Penolakan sistem imun dan diminimalisasi bila ginjal berasal dari donor yang
kembar identik dengan resipien. Pada transplantasi antar kembar identik, tidak
diperlukan obat-obatan imunosupresif dan ginjalnya dapat bertahan lama (Padilla et
al. 2005).
2. Paru-Paru
Ekskret paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dari proses pernafasan. Pada
prinsipnya, pengangkutan CO2 terjadi melalui tiga cara, yaitu terlarut dalam plasma
darah (7-10%) berkaitan dengan hemoglobin (20%) dan dalam bentuk ion HCO3
-
(70%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida.
Mekanisme pertukaran klorida adalah sebagai berikut:
a) Darah pada alveolus paru-paru mengikat O2 dan mengangkutnya ke sel-sel
jaringan.
11. b) Dalam jaringan, darah mengikat CO2 untuk dikeluarkan bersama HO2 yang
dikeluarkan dalam bentuk uap air.
Reaksi kimia tersebut secara ringkas dapat kita tuliskan sebagai berikut:
CO2 + H2O –> H2CO3 –> HCO3
-
+ H+
Ion H+
yang bersifat racun diikat oleh hamoglobin, sedangkan HCO3
-
keluar dari sel
darah merah dan masuk ke dalam plasma darah.
Sementara itu pula kedudukan HCO3
-
digantikan oleh ion Cl-
(klorida) dari plasma
darah (Marieb 2004).
1. GANGGUAN PADA PARU-PARU
1. Asma
Penyebab :
Asma dikenal dengan bengek yang disebabkan oleh bronkospasme. Asma merupakan
penyempitan saluran pernapasan utama pada paru-paru. Gejala penyakit ini ditandai
dengan susah untuk bernapas atau sesak napas. Penyakit ini tidak menular dan
bersifat menurun. Kondisi lingkungan yang udaranya tidak sehat atau telah tercemar
akan memicu serangan asma.
Pencegahan :
Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah
menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu
sendiri. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-
hal yang menjadi pemicu serangan asmanya.
1. Tubrculosis (TBC)
Penyebab :
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini
dapat menular melalui percikan ludah saat penderita batuk.
Penegahan :
1. Menghindari kontak dengan penderita TBC.
12. 2. Tidak meggunakan peralatan terutama peralatan makn dengan penderita TBC.
Pneumonia
Penyebab :
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang menginfeksi paru-paru
khususnya di alveolus. Penyakit ini menyebabkan oksigen susah masuk karena
alveolus dipenuhi oleh cairan.
Pencegahan :
1. Selalu memelihara kebersihan dan menjaga daya tahan tubuh tetap kuat dapat
mencegah agar bakteri tidak mampu menembus pertahanan kesehatan tubuh.
2. Biasakan untuk mencuci tangan, makan makanan bergizi
3. berolahraga secara teratur.
Pengobatan:
Apabila telah menderita pneumonia, biasanya disembuhkan dengan meminum
antibiotik.
1. Emfisema
Penyebab :
Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus sendiri adalah
gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada penderita emfisema,
volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang yang sehat karena
karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap
didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab
kehilangan elastisitas pada paru-paru.
Pencegahan :
Menghindari asap rokok adalah langkah terbaik untuk mencegah penyakit ini.
Berhenti merokok juga sangat penting.
1. Bronkitis
13. Penyebab :
Penyakit bronkitis disebabkan oleh peradangan pada bronkus (saluran yang
membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa karena infeksi kuman, bakteri
atau virus. Penyebab lainnya adalah asap rokok, debu, atau polutan udara.
Pencegahan :
1. Meningkatkan daya tahan tubuh merupakan salah satu pencegahan yang dapat
dilakukan.
2. Sedangkan untuk mencegah bronkitis kronik adalah dengan menghentikan
kebiasaan merokok juga menghindari asap rokok agar tidak menjadi perokok
pasif yang sangat berbahaya.
1. Asbestosis
Penyebab :
Adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang di sebabkan oleh menghirup serat-
serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos
terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika
terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalanpleura (selaput yang melapisi
paru-paru).
Pencegahan :
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di
lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol
debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih
terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu.
1. Sinusitis
Penyebab :
Sinusitis adalah infeksi dalam rongga sinus yaitu rongga berisi udara yang letaknya
dalam rongga kepala di sekitar hidung. Infeksi atau peradangan sinus umumnya
terjadi sebagai kelanjutan infeksi hidung. Setiap kondisi dalam hidung yang
menghambat aliran keluar cairan hidung cenderung menyebabkan infeksi dari sinus.
14. Seperti adanya infeksi virus, bakteri atau benda asing penyebab alergi dapat
menimbulkan pembengkakan selaput lendir hidung dan hal yang sama juga terjadi
pada sinus sehingga menutup hubungan antara sinus dan hidung. Alergen yang
terhirup seperti debu, spora jamur, bulu binatang, serbuk sari bunga, dan lain-lain
menimbulkan reaksi alergi dan pembengkakan yang dapat berpengaruh atas
timbulnya serangan sinusitis.
Pencegahan :
1. Infeksi virus dan bakteri harus dihindari dengan meningkatkan daya tahan
tubuh misalnya istirahat dan gizi yang cukup serta olahraga yang teratur.
2. Hindari juga alergen seperti debu, asap rokok dan polusi lain serta obat-
obatan dan jenis makanan tertentu yang dapat menimbulkan alergi.
3. Jenis alergennya harus diketahui agar reaksi selanjutnya dapat dihindari atau
dikurangi. Menyelam dan berenang juga harus dihindari karena air dapat
masuk ke dalam sinus sehingga menimbulkan sumbatan atau infeksi.
1. Pleuritis
Penyebab :
Pleuritis adalah peradangan pada pleura, yang merupakan, lembab berlapis ganda
membran yang mengelilingi paru-paru dan garis tulang rusuk. Kondisi ini dapat
membuat napas sangat menyakitkan. Kadang-kadang dikaitkan dengan kondisi lain
yang disebut efusi pleura, di mana kelebihan cairan mengisi daerah antara lapisan
membran itu.
1. Kanker paru-paru
Penyebab :
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru. Jika dibiarkan pertumbuhan yang abnormal ini dapat menyebar ke
organ lain, baik yang dekat dengan paru maupun yang jauh misalnya tulang, hati, atau
otak. Penyakit kanker paru-paru lebih banyak disebabkan oleh merokok (87%),
sedangkan sisanya disebabkan oleh zat asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil
eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru,
meskipun biasanya hanya terjadi pada pekerja yang juga merokok.
Pencegahan :
15. Berhenti dan hindari merokok.
3. Hati
Hati (lepar) mengekskresikan kurang lebih ½ liter empedu setiap hari. Empedu
berupa cairan kehijauan berasa pahit dengan pH sekitar 7-7.6; mengandung
kolesterol, garam mineral, garam empedu, serta pigmen (zat warna empedu) yang
disebut bilirubin dan biliverdin.
Empedu yang dihasilkan oleh hati disimpan dalam kantong empedu (vesika felae) dan
dikeluarkan ke usus halus untuk membantu sistem pencernaan, misalnya:
a) Mencernakan lemak
b) Mengaktifkan lipase
c) Mengubah zat yang larut dalam air menjadi zat yang dapat larut dalam air.
d) Membantu daya absorpsi lemak pada dinding usus.
Kurang lebih 10 juta sel darah merah yang telah tua yang rusak dalam hati oleh sel-
sel khusus yang disebut hitosit. Haemoglobin sel darah merah dipecah menjadi zat
besi, globin dan hemin. Zat besi diambil dan disimpan dalam hati untuk dikembalikan
ke sumsum tulang. Globin digunakan lagi untuk metabolisme protein atau untuk
membentuk Hb baru, sedangkan hemin diubah menjadi zat warna empedu berwarna
empedu dikeluarkan ke usus dua belas jari dan dioksidasi menjadi urobilin. Urobilin
berwara kuning coklat yang berperan memberi warna pada feses dan urin.
16. Jika pembuluh empedu tersumbat, misalnya oleh kolesterol yang mengendap dan
membentuk empedu, maka warna feses akan menjadi coklat abu-abu. Sedangkan
darah akan berwarna kekuning-kuningan karena empedu masuk ke peredaran darah
(disebut penyakit kuning).
Organ hati merupakan satu-satunya kelenjar yang menghasilkan enzim arginase yang
berfungsi untuk menguraikan asam amino arginin menjadi asam amino ornitin dan
urea. Ornitin yang terbentuk berfungsi mengikat NH3 dan CO2 yang bersifat racun.
Dalam sel-sel tubuh, ornitin diubah menjadi asam amino sitrulin. Sitrulin berperan
mengikat NH3 menjadi arginin yang dapat diuraikan dalam hati, sedangkan urea dan
hati diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan bersama urin (Thibodeau et al. 1999;
Marieb 2004).
1. GANGGUAN PADA HATI
Hepatitis
Penyebab :
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus hepatitis ada beberapa
macam, misalnya virus hepatitis A dan hepatitis B. Hepatitis yang disebabkan oleh
virus hepatitis B lebih berbahaya daripada hepatitis yang disebabkan oleh virus
hepatitis A.
Pencegahan :
1. Hepatitis dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi.
2. Jarum untuk akupuntur atau tatto harus steril
3. Hindari pemakaian alat-alat secara bersamaan seperti cukur, sisir
4. Hindari aktivitas sex dengan berganti-ganti pasangan
5. Hindari mendapat donor darah yang tidak resmi
1. Penyakit kuning
Penyebab :
Penyakit kuning disebabkan oleh tersumbatnya saluran empedu yang mengakibatkan
cairan empedu tidak dapat dialirkan ke dalam usus dua belas jari, sehingga masuk ke
dalam darah dan warna darah menjadi kuning. Kulit penderita tampak pucat
kekuningan, bagian putih bola mata berwarna kekuningan, dan kuku jaripun berwarna
17. kuning. Hal ini terjadi karena di seluruh tubuh terdapat pembuluh darah yang
mengangkut darah berwarna kekuningan karena bercampur dengan cairan empedu.
1. Sirosis hati
Penyebab :
Sirosis hati adalah keadaan penyakit yang sudah lanjut dimana fungsi hati sudah
sangat terganggu akibat banyaknya jaringan ikat di dalam hati. Sirosis hati dapat
terjadi karena virus Hepatitis B dan C yang berkelanjutan, karena alkohol, salah gizi,
atau karena penyakit lain yang menyebabkan sumbatan saluran empedu.
1. Perlemakan hati
Penyebab :
Perlemakan hati terjadi bila penimbunan lemak melebihi 5 % dari berat hati atau
mengenai lebih dari separuh jaringan sel hati. Perlemakan hati ini sering berpotensi
menjadi penyebab kerusakan hati dan sirosis hati. Kelainan ini dapat timbul karena
mengkonsumsi alkohol berlebih disebut ASH (Alcoholic Steatohepatitis), maupun
bukan karena alkohol disebut NASH (Nonalcoholic Steatohepatitis).
1. Kanker hati
Penyebab :
Kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan hati. Kanker hati
yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma (HCC). HCC merupakan
komplikasi akhir yang serius dari hepatitis kronis, terutama sirosis yang terjadi karena
virus hepatitis B, C dan hemochromatosis.
1. Koletasis dan jaundice
Penyebab :
Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan memproduksi dan pengeluaran
empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat menyebabkan gagalnya penyerapan
lemak dan vitamin A, D, E, K oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu,
bilirubin dan kolesterol di hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah dan
penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan bola mata disebut
18. jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat kuning, warna urin menjadi lebih
gelap, sedangkan faeces lebih terang.
4. Kulit
Kulit atau integumen mengekskresikan keringat. Tebal kulit pada manusia dewasa
sekitar 0,01 cm hingga 0,5 cm. banyaknya keringat yang dihasilkan atau dikeluarkan
seseorang dipengaruhi antara lain oleh aktifitas tubuh, suhu, lingkungan, makanan,
kondisi kesehatan dan keadaan emosi.
Keringat manusia terdiri dari air, garam-garam, terutama garam dapur (NaCl), sisa
metabolisme sel, urea, serta asam. Kulit (integumen) terdiri dari dua bagian, yaitu
epidermis dan dermis.
a) Epidermis (kulit ari)
Ketebalan epidermis menentukan ketebalan kulit. Kulit yang tebal misalnya pada
telapak tangan, ujung jari dan telapak kaki, memiliki lima lapis epidermis, yaitu
stratum basal, stratum korneum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lusidum, dan stratum korneum. Kulit yang tipis seperti yang melapisi tubuh, tidak
memiliki stratum lusidum.
19. Sel-sel di stratum basal, stratum spinosum, dan stratum granusolum merupakan sel
hidup karena mendapat nutrien dari kapiler di jaringan ikat (dalam hal ini adalah
dermis). Sebaliknya, sel-sel di stratum lusidum dan stratum korneum merupakan sel
mati karena kapiler tidak mencapai lapisan ini.
b) Dermis (Kulit jangat atau korium)
Dalam dermis terdapat pembuluh darah, akar, rambut, dan ujung saraf. Selain itu,
terdapat juga kelenjar keringat (gandula sudorefera) serta kelenjar minyak (glandula
sebassea) yang terletak pada akar rambut dan berfungsi meminyaki rambut.
Kelenjar keringat berupa pipa terpilin yang memanjang dari epidermis masuk ke
bagian dermis. Pangkal kelenjarnya menggulung dan dikelilingi oleh kapiler darah
dan serabut saraf simpatetik. Dari kapiler darah inilah kelenjar keringat menyerap
cairan jaringan yang terdiri dari air dan ±1% larutan garam beserta urea. Cairan
jaringan tersebut dikeluarkan sebagai keringat melalui saluran keringat ke permukaan
kulit.
Kira-kira 2 juta kelenjar keringat yang tersebar diseluruh dermis manusia dewasa
dapat menghasilkan keringat ±225 ml setiap harinya. Kerja kelenjar keringat berada
dibawah pengaruh pusat pengaturan suhu badan dari sistem saraf pusat (hipotalamus)
dan enzim brandikinin. Pengaturan oleh saraf pusat ini dirangsang oleh perubahan
suhu di pembuluh darah.
Fungsi hipotalamus adalah memonitor dan mengendalikan suhu darah. Jika darah
yang melalui hipotalamus suhunya lebih rendah dari normal, maka saraf pusat
pencapai panas akan mengeluarkan rangsangan ke kulit untuk menurunkan kecepatan
hilangnya panas. Hal itu dilakukan dengan cara mengurangi aliran darah yang
melewati pembuluh darah permukaan dan mengurangi pembentukan keringat.
Sebaliknya, jika darah yang melewati hipotalamus suhunya lebih tinggi, maka saraf
pusat kehilangan panas dan akan mengurangi kecepatan metabolisme, menghentikan
menggigil, dan meningkatkan kecepatan hilangnya panas lewat kulit.
Pengeluaran keringat yang berlebihan pada pekerja berat mengakibatkan banyak
garam hilang dalam darah. Hal ini dapat mengakibatkan kejang dan pingsan.
Keluarnya keringat yang berlebohan akibatnya rangsangan saraf dapat terlihat dengan
menjadi merahnya warna kulit akibat pelebaran pembuluh darah di lapisan dermis.
Sebaliknya penyempitan pembuluh darah menyebabkan kulit menjadi pucat, misalnya
pada saat ketakutan.
20. Selain sebagai alat pengeluaran (ekskresi), kulit juga berfungsi sebagai pengatur suhu
tubuh, tempat penyimpanan cadangan makanan berupa lemak, pelindung untuk
mengurangi hilangnya air dalam tubuh, melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran,
panas, zat-zat kimia, dan kuman-kuman. Julit juga berperan sebagai alat indra peraba
(Thibodeau et al. 1999, Marieb 2004).
1. GANGGUAN PADA KULIT
1. Skabies
Penyebab :
Kudis (scabies) adalah penyakit kulit yang menular, penyakit ini memiliki gejala
gatal, dan rasa gatal tersebut akan lebih para pada malam hari. Sering muncul di
tempat-tempat lembab di tubuh seperti misalnya, tangan, ketiak, pantat, kunci paha
dan terkang di celang jari tangan atau kaki.
Pencegahan :
1. mencuci sperai tempat tidur, handuk dan pakaian yan dipakai dalam 2 hari
belakangan dengan air hangat dan deterjen.
2. Menjaga kebersihan kulit.
1. Kurap
Penyebab :
Penyakit Kurap merupakan suatu penyakit kulit menular yang disebabkan oleh
fungsi. Gejala kurap mulai dapat dikenali ketika terdapat baian kecil yang kasar pada
kulit dan dikelilingi lingkaran merah muda.
Pencegahan :
1. Mencuci tangan yang sempurna.
2. Menjaga kebersihan tubuh.
3. Mengindari kontak dengan penderita.
1. Panu
Penyebab :
21. Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panau
ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat
berkeringat. Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat atau merah tergantung
warna kulit si penderita.
Panu paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga
bisa ditemukan pada penderita berumur tua.
Pencegahan :
1. Menjaga kebersihan badan.
2. Usahakan agar kulit dalam keadaan kering dan tidak lembab.
3. Pakaian dan handuk mandi jangan sampai lembab, karena pakaian yang
lembab memicu tumbuhnya jamur.
4. Jangan menggunakan pakaian atau peralatan mandi dengan penderita panu.
1. Biduran
Penyebab :
Biduran disebabkan oleh udara dingin, alergi makanan dan alergi bahan kimia.
Biduran ditandai dengan timbulnya bentol-bentol yang tidak beraturan dan terasa
gatal. Biduran dapat berlangsung beberapa jam dan dapat juga berlangsung berhari-
hari.
Pencegahan :
Bagi penderita biduran, pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari faktor-
faktor penyebab tim bulnya bidur. Seperti udara dingin, makanan dan bahan kimia.
1. Ringworm
Penyebab :
Ringworm adalah sejenis jamur yang menginfeksi kulit. Infeksi ini ditandai dengan
timbulnya bercak lingkaran di kulit.
Pencegahan :
Pencegahan penyakit ini dilakukan dengan menjaga agar kulit tetap kering dan tidak
lembab.
22. Psosiaris
Penyebab :
Penyebab pasti dari penyakit ini belum bisa ditentukan, tetapi hasil dari banyak
penelitian penyakit ini disebabkan adanya gangguan pada sistem kekebalan
tubuh. Ada dua tipe sel darah putih yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh kita,
yaitu sel limfosit T dan limfosit B. Pada psoriaris terjadi aktivasi limfosit T yang
tidak normal di kulit. Ini menyebabkan kulit menjadi meradang secara berlebihan.
1. Kanker kulit
Penyebab :
Penyakit kanker kulit disebabkan oleh penerimaan sinar matahari yang berlebihan.
Penyakit ini lebih sering menyerang orang yang berkulit putih atau terang, karena
warna kulit tersebut lebih sensitif terhadap sinar matahari.
Pencegahan :
Pencegahan dapat dilakukan dengan tabir surya atau menghindari kontak dengan
sinar matahari yang terlalu banyak.
B. Sistem Ekskresi Pada Hewan
Hewan juga melakukan metabolisme untuk melakukan aktifitas kehidupan.
Metabolisme menghasilkan zat sia-sisa yang harus dieksresikan dari tubuh. Setiap
hewan memiliki cara yang berbeda untuk mengeksresikan sisa metabolisme.
1. Sistem Ekskresi Pada Invertebrata
Pada hewan invertebrata belum terdapat sistem ekskresi. Akan tetapi, sisa-sisa
metabolisme harus dikeluarkan dari dalam tubuh organisme. Untuk itu, hewan
invertebrata memiliki alat dan cara ekskresi tersendiri.
a) Sistem Ekskresi Protozoa
23. Pengeluaran sisa-sisa metabolisme protozoa dilakukan melalui membran secara sel
difusi. Protozoa mempunyai organel ekskresi berupa vakuola berdenyut yang bekerja
secara periodik untuk mengatur kadar air dalam sel. Sewaktu mengeluarkan air, sisa-
sisa metabolisme ikut dikeluarkan.
b) Sistem Ekskresi Coelentrata dan Porifera
Pada coelentrata dan porifera, pengeluaran sisa metabolisme berlangsung secara
difusi, dari sel tubuh ke epidermis, lalu epidermis ke lingkungan yang hidupnya yang
berair.
c) Sistem Ekskresi Cacing Pipih
Pengeluaran sisa metabolisme pada cacing pipih dan cacing pita dilakukan dengan
selenosit yang disebut juga protonefridium atau sel api. Disebut sel api karena
gerakannya seperti api. Sel api menyerap sisa metabolisme dari sel-sel sekitarnya,
lalu mengalirkan sisa metabolisme dengan gerakan silia ke duktus ekskretorius.
d) Sistem Ekskresi Annelida
Untuk mempelajari sistem ekskresi pada annelida, kita ambil contoh cacing tanah.
Alat ekskresi cacing tanah adalah sepasang metanifridium berentuk tabung yang
terdapat disetiap segmen tubuhnya. Ujung yang terdapat dalam segmen, terbuka dan
berbentuk corong bersilia, disebut nefrostom. Ujung lain lainnya yang bermuara ke
luar tubuh disebut nefridiofor.
Pada nefrostom terdapat gulungan tubulus (tabung) dan bagian yang
menggelembung. Nefridiofor dilewati materi-materi yang dikeluarkan oleh bagian
yang menggelembung dari nefrostom tersebut. Gulungan tubulus nefrostom
diselubungi pembuluh-pembuluh darah yang membentuk jaringan.
Materi-materi keluar dari cairan tubuh anterior menuju nefridium lewat nefrostom
yang terbuka. Akan tetapi, beberapa materi penting (air dan makanan) diikat langsung
oleh sel-sel pada gulungan tubulus dan menembus pembuluh darah di sekitar tubulus
yang kemudian disirkulasikan lagi. Saat cairan bergerak di sepanjang tubulus. Garam-
garam yang keluar dari tubulus ini diabsorpsi oleh darah dalam kapiler pembuluh
darah yang menyelubungi tubulus. Urin yang dikeluarkan oleh cacing tanah
berbentuk cair dan mencapai 60% dari berat tubuh.
e) Sistem ekskresi pada insecta
24. Insecta mempunyai alat yang disebut pembuluh malpighi. Pembuluh malpighi
melekat pada ujung anterior usus belakang.
Zat-zat sisa metabolisme diserat dari cairan jaringan oleh pembuluh malpighi bagian
ujung distal. Dari bagian ini, cairan masuk ke bagian proksimal pembuluh malpighi
dan membentuk kristal asam urat yang kemudian masuk ke usus belakang yang
akhirnya keluar bersama feses. Sebagian zat sisa-sisa yang mengandung nitrogen
dimanfaatkan untuk membentuk kitin pada eksokeleton (rangka luar), dan dapat ikut
dieksresikan sewaktu molting atau pengelupasan kulit (Campbell et al. 2005;
Solomon et al. 2005).
2. Sistem Ekskresi Pada Vertebrata
Alat ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal (ren). Struktur ginjal yang
paling primitif pada vertebrata disebut akrinefros atau holonefros.
Pada prinsipnya terdapat tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, mesonefros, dan
metanefros. Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada fase embrio vertebrata
selain mamalia, embrio berudu dan larva amphibia, pronefros, digantikan oleh
mesonefros. Mesonefros merupakan ginjal pada bagian embrio sebagian vertebrata,
ikan dewasa, mesonefros akan berubah menjadi metanefros selama masa
perkembangan embrio.
a) Sistem ekskresi pada ikan
Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal mesonefros yang terikat disisi dorsal
rongga tubuh. Bentuk ginjal mesonefros sempit memanjang, berwarna coklat, dan
pada ujung anteriornya berhubungan dengan sistem reproduksi.
Tubulus ginjal mengalami modifikasi menjadi duktus eferen yang menghbungkan
testis dengan duktus mesonefridikus. Selanjutnya, duktus mesonefridikus menjadi
duktus deferens yang berfungsi untuk mengangkut sperma dan urin yang bermuara di
kloaka.
Mekanisme ekskresi pada hewan yang masih hidup di air tawar berbeda dengan
mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air laut. Cairan tubuh ikan air tawar
bersifat hiperosmotik dibandingkan dengan air tawar, sehingga air cenderung masuk
ke tubuh ikan. Di saat yang bersamaan, ion tubuh cenderung keluar ke air. Untuk itu
mengatasi masalah kelebihan air dan kekurangan ion, ikan air tawar biasanya tidak
banyak minum. Tubuhya diselimuti lendir untuk mencegah masuknya air secara
25. secara berlebihan. Ikan aktif menyerap ion anorganik melalui insang dan banyak
mengeluarkan air melalui urin yang encer.
Ikan yang hidup di air laut mengekskresikan sampah nitrogen yang kurang beracun,
yaitu trimetilamin oksida (TMO). Zat ini memberi bau khas air laut. Selain itu, ikan
air laut mengekskresikan ion-ion lewat insang dan mengeluarkan urin dengan volume
yang kecil. Ginjal ikan air laut tidak memiliki glomerulus. Akibatnya tidak terjadi
ultrafiltrasi di ginjal, dan urin terbentuk oleh sekresi garam-garam dan TMO yang
berkaitan dengan osmosis air.
b) Sistem Ekskresi Amphibia
Amphibia memiliki alat ekskresi berupa ginjal mesonefros. Pada katak jantan, saluran
ginjal bersatu dengan saluran kelamin. Sebaliknya, pada katak betina saluran ginjal
dan kelamin terpisah. Ginjal amphibia berhubungan dengan ureter di vesika urinaria.
Saat amphibia mengalami metamorfosis, hasil ekskresi amphibia juga berubah. Larva
amphibia mengekskresikan amonia, sedangkan berudu dan hewan dewasa
mengekskresikan urea.
c) Sistem Ekskresi Reptilia
Alat ekskresi pada reptilia adalah sepasang ginjal metanefros. Metanefros berfungsi
setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi pada stadium
embrional menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vasika urinaria (kandung
kemih). Vesika urinaria bermuara langsung ke kloaka.
Pada jenis kura-kura tertentu terdapat sepasang vesika urinaria tambahan yang juga
bermuara langsung ke kloaka. Vesika urinaria tambahan berfungsi sebagai organ
respirasi. Pada kura-kura betina, organ respirasi tersebut juga berfungsi membasahi
tanah yang dipersiapkan untuk membuat sarang sehingga tanah menjadi lunak dan
mudah digali.
Hasil ekskresi reptilia adalah asam urat. Reptilia hanya menggunakan sedikit air
untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian besar sisa metabolisme
diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun. Asam urat yang dikeluarkan
oleh reptilia berbentuk pasta (bubur) berwarna putih. Sisa air direabsorpsi olah bagian
tabung ginjal.
26. Buaya dan penyu air tawar mengekskresikan asam urat dan amonia. Pada penyu laut
terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut
mata, sehinga penyu laut tampak seperti mengeluarkan air mata. Buaya tidak
mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama feses.
d) Sistem ekskresi aves
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanefros. Burung tidak memiliki
vesika urinaria sehingga hasil ekskresi dari ginjal disalurkan langsung ke kloaka
melalui ureter. Tabung ginjal burung sangat banyak sehingga metabolisme burung
aktif. Tiap 1 ml jaringan korteks ginjal burung mengandung 100 – 500 tabung ginjal.
Tabung ginjal ini membentuk lengkung Henle kecil.
Air dalam tubuh diperoleh melalui reabsorpsi di tubulus. Di dalam kloaka juga terjadi
reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah nitrogen dibuang
sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka. Asam urat berbentuk kristal putih
yang bercampur feses.
Pada burung laut, misalnya camar, selain mengekskresikan asam urat juga
mengekskresikan garam. Hal ini disebabkan karena burung laut meminum air garam
dan makan ikan laut yang mengandung garam. Burung laut memiliki kelenkjar
pengekskresi garam diatas mata. Larutan garam mengalir ke rongga hidung kemudia
keluar lewat nares luar dan akhirnya garam menetes dari ujung paruh.
27. BAB II
KESIMPULAN
Ekskresi adalah proses pembebasan sisa-sisa metabolisme dari tubuh. Alat-alat tubuh
yang berfungsi dalam hal ekskresi secara bersama-sama disebut sistem ekskresi.
1. Sistem Ekskresi Pada Manusia
Tubuh manusia mempunyai bberapa sistem ekskresi, diantaranya:
a) Ginjal
Ginjal merupakan alat tubuh yang mempunyai fungsi spesifik untuk ekskresi sisa
metabolisme yang mengandung nitrogen.
Banyak sedikitnya urin seseorang yang dikeluarkan tiap harinya dipengaruhi oleh zat-
zat diuretik, suhu, volume larutan dan emosi.
Ginjal manusia dapat mengalami gangguan dan kelainan, antara lain karena serangan
bakteri, tumor, abnormalitas bentuk ginjal, atau pembentukan batu ginjal.
Kelainan dan gangguan fungsi ginjal antara lain nefritis, batu ginjal, albuminuria,
glikosuria, hematuria, ketoses, diabetes melitus, diabetes insipidus.
b) Paru-paru
Ekskresi dari paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dari proses pernafasan.
Pada prinsipnya, pengangkutan CO2 terjadi melalui tiga cara, yaitu terlarut dalam
plasma darah (7-10%), berkaitan dengan haemoglobin (20%) dan dalam bentuk ion
HCO3
-
(70%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida.
c) Hati
Hati (lepar) mengekskresikan kurang lebih ½ liter empedu setiap hari. Empedu
berupa cairah kehijauan berasa pahit dengan pH sekitar 7-7.6; mengandung
28. kolesterol, garam mineral, garam empedu, serta pigmen (zat warna empedu) yang
disebut bilirubin dan biliverdin.
d) Kulit
Kulit atau integumen mengekskresikan keringat. Tebal kulit pada manusia dewasa
sekitar 0.01 cm hingga 0.5 cm. Banyaknya keringat yang dihasilkan atau dikeluarkan
seseorang dipengaruhi antara lain oleh aktifitas tubuh, suhu lingkungan, makanan,
kondisi kesehatan, dan keadaan emosi. Kulit (integumen) terdiri dari dua bagian,
yaitu epidermis dan dermis.
2. Sistem Ekskresi Pada Hewan
Hewan juga melakukan metabolisme untuk melakukan aktifitas kehidupan.
Metabolisme menghasilkan zat yang harus diekskresikan dari tubuh. Setiap hewan
memiliki cara yang berbeda untuk mengekskresikan sisa metabolisme. Pada hewan
invertebrata belum terdapat sistem ekskresi. Akan tetapi, sisa-sisa metabolisme harus
dikeluarkan dari dalam tubuh organisme. Untuk itu, hewan invertebrata memiliki alat
dan cara ekskresi tersendiri.
Alat ekskresi yang utama pada vertebrata adalah ginjal (ren). Struktur ginjal yang
paling primitif pada vertebrata disebut akrinefros atau holonefros. Pada prinsipnya,
terdapat tiga tipe ginjal pada vertebrata, yaitu pronefros, mesonefros, dan metanefros.
Pronefros adalah ginjal yang berkembang pada fase embrio vertebrata selain
mamalia, embrio berudu dan larva amphibia yang lain.