2. Pertumbuhan Teologi Islam
– Periode Klasik (650-1250 M)
– Periode Pertengahan (1250-1800 M)
– Periode Modern (1800 M-sekarang)
• Jatuhnya Mesir ke tangan Barat
menyentak kesadaran masyarakat Islam
akan kelemahannya.
• Di periode inilah timbulnya ide ide
pembaharuan dalam Islam.
• Pada periode ini Pendekatan pemikiran
bukan lagi hanya berasal dari ilmu
keislaman semata, tetapi juga
melibatkan berbagai perangkat keilmuan
kontemporer
3. PEMIKIRAN MUHAMMAD
ABDUH
• Tokoh pembaharu pemikiran Islam asal
Mesir, khususnya dalam bidang teologi.
• Di antara pokok-pokok pikirannya
adalah:
1. Kedudukan antara akal dan wahyu.
Menurutnya, antara akal dan wahyu
adalah sejalan, karena keduanya
merupakan hidayah dari Allah. Dalam
hal mengetahui Tuhan, akal mampu
mengetahuinya. Namun akal tidak mampu
mengetahui cara beribadah kepada
Tuhan. Karena itu, wahyu lebih
berfungsi sebagai konfirmasi dan
informasi.
4. 2. Kebebasan manusia. Abduh mengakui bahwa
manusia memiliki kebebasan dalam berbuat.
Namun kebebasan itu tidak bersifat
mutlak, karena kebebasan itu masih
tergantung pada potensi yang diberikan
oleh Tuhan.
3. Sifat Tuhan. Abduh menyatakan bahwa zat
Tuhan itu ada dan disifati oleh sifat-
sifat yang sempurna. Jadi menurutnya
Tuhan punya sifat , namun dia tidak mau
membahasnya secara luas, karena diluar
jangkauan akal manusia.
5. 5. Kehendak Tuhan. Menurutnya Tuhan tidak berkehendak
secara mutlak. Tuhan sudah membatasi kehendak
mutlaknya dengan memberikan kebebasan kepada
manusia untuk mewujudkan perbuatannya. Kehendak
mutlak Tuhan juga sudah dibatasi oleh hukum yang Dia
tetapkan sendiri, yakni hukum alam atau sunnatullah.
6. Melihat Tuhan. Menurutnya Tuhan tidak dapat
digambarkan atau diproyeksikan dengan kata-kata.
Kesanggupan melihat Tuhan di akhirat hanya
dianugerahkan oleh Allah kepada orang-orang tertentu ,
di antara orang-orang mukmin.
6. – Beliau adalah seorang pemikir Islam
modern, yang dikenal sebagai seorang
filosuf dan ahli tasawuf, yang berasal
dari India-Pakistan.
– Beliau juga dikenal seorang pemikir
progresif dan dinamis. Karena beliau yakin
bahwa Islam adalah agama yang membawa pada
kemajuan.
– Diantara pokok pikirannya:
1. Hakikat hidup. Menurutnya hakikat hidup
itu adalah bergerak dan berubah. Jadi
jika menusia ingin menikmati hidup, maka
dia harus selalu bersifat kereatif,
dinamis dan progresif. Dengan cara itulah
keberadaan manusia di dunia menjadi
PEMIKIRAN MUHAMMAD
IQBAL
7. 2.Persoalan dosa besar. Konsep yang dibangun Iqbal
berkaitan dengan dosa besar sudah jauh berbeda
dengan teologi klasik, yang tidak lagi dikaitkan
dengan iman kafir. Dia membangun sebuah konsep
kesadaran diri, dimana manusia tidak bisa
terlepas dari dosa. Namun yang penting adalah
bagaimana kesadaran diri seorang pelaku dosa
mampu membawanya bangkit dan terbebas dari dosa
(taubat).
3.Surga dan Neraka adalah keadaan bukan tempat.
Adanya gambaran dalam bentuk visualisasi dari
kedua hal tersebut dalam al-Qur’an hanyalah demi
memudahkan dalam memahami. Neraka merupakan
pengalaman korektif untuk memperkuat kesadaran
diri agar lebih waspada. Surga merupakan
8. PEMIKIRAN HASAN
HANAFI
Di antara pokok pikirannya:
1. Kritik terhadap teologi
klasik. Menurutnya teologi
klasik telah gagal dalam
membangun sebuah ideologi
bagi kemajuan umat, justru
yang terjadi adalah perpecahan
umat. Mereka hanya sibuk
dengan keimanan teoritis yang
sempit, dan lupa dengan
pengalaman praktis yang lebih
fungsional.
9. 2. Rekonstruksi teologi. Untuk menggganti
teologi klasik yang tidak fungsional, perlu
dibangun sebuah teologi baru yang disesuaikan
dengan realita kehidupan umat. Teologi baru
ini harus menjadi landasan etik dan moral bagi
umat.
Menurut hanafi, tantangan dunia klasik dengan
modern jauh berbeda, karena itu pula produk
ilmu kalam yang dimunculkan juga berbeda,
sesuai dengan kondisi zamannya. Dunia klasik
berhadapan dengan hal iman dan kafir serta
politik, sehingga materi yang dibicarakan
adalah masalah esensi/wujud Tuhan, . Dunia
modern berhadapan serangan budaya dan arogansi
negara maju, terutama dunia barat, sehingga
materi yang dibahas berkaitan dengan
10. – Beliau adalah pemikir kontemporer
Indonesia, khususnya berkaitan dengan
teologi Islam. Diantara pokok
pikirannya:
1. Peranan akal. Menurutnya akal
merupakan lambang kekuatan manusia di
banding makhluk lain. Semakin tinggi
akalnya semakin tinggi kemampuannya,
begitu juga sebaliknya. Akal menempati
posisi yang tinggi dalam perkembangan
IPTEK. Begitu pula akal memiliki
peranan yang sangat penting dalam
kajian-kajian keagamaan, baik dalam
bidang fiqih maupun tafsir.
PEMIKIRAN HARUN
NASUTION
11. 2. Pembaharuan teologi. Landasan
epistimologis yang dia pakai disini adalah
asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran
umat karena disebabkan oleh adanya sesuatu
yang salah dalam teologi mereka (teologi
klasik). Jika ingin merubah nasib umat,
maka teologinya dulu yang harus dirubah,
dari teologi fatalis-irrasional menuju
teologi dinamis –rasional.
3. Hubungan antara akal dan wahyu. Menurutnya
mustahil antara akal dan wahyu terjadi
pertentangan. Justru wahyu memberi
ketegasan agar manusia menggunakan akalnya
secara maksimal, baik dalam hal dunia
12. 4. Dalam bidang keagamaan, akal tidak pernah
membatalkan wahyu, justru yang dilakukan
akal adalah memberikan interpretasi terhadap
wahyu. Jika terjadi suatu pertentangan, maka
yang terjadi adalah pertentangan antara satu
interpretasi dengan interpretasi yang lain,
atau antara pendapat satu ulama dengan ulama
yang lain. Dengan kata lain, tidak pernaha
ada pertentangan antara akal dan wahyu.
5. Karena pemikirannya ini, Harun pernah diduga
sebagai pengikut mu’tazilah, yang
keberadaannya di Indonesia kurang diakui,
karena banyak ajarannya yang tidak sesuai
13. PEMIKIRAN NURCHOLIS
MADJID
– Proyek besar yang hendak diwujudkan
adalah Islam Peradaban, sebuah model
Islam yang sesuai dengan era yang sedang
berjalan dengan tetap kokoh berdiri di
atas nilai-nilai dasar Islam.
– Proyek besarnya ini berakar pada tiga
agenda besar yaitu Keislaman, Ke-
Indonesiaan, dan Kemodernan.
– Ia ingin memberikan kontribusi secara
nyata bagi Indonesia dan Islam supaya
menjadi lebih modern tanpa kehilangan
jatidirinya
14. 2. modernisasi ini di maknai sebagai
rasionalisasi, bukan westernisasi.
Rasionalisasi itu sendiri ialah suatu
proses perombakan pola pikir dari
tata kerja lama yang tidak masuk akal
dan dan menggantinya dengan pola
pikir dan tata kerja yang baru yang
rasional. Tujuanya ialah untuk
memperoleh daya guna dan efsiensi
yang maksimal dengan menggunakan
penemuan mutakhir manusia di bidang
ilmu pengetahuan. Jadi sesuatu yang
disebut modern, kalau ia bersifat