Bagi umat Islam, al-Qur'an merupakan pedoman dalam menjalani kehidupan atau way of life. Ia adalah sumber petunjuk,
pemberi solusi dan pembangkit inspirasi. Sejalan dengan hal ini, tentunya upaya untuk lebih memahami pesan dan kandungan makna al-Qur'an yang sangat dalam, akan terus berlangsung seiring dengan perkembangan era dan peradaban.
Upaya untuk menyelami dan mendalami makna di dalam alQuran dilakukan melalui penafsiran. Satu sisi unik dan menarik
terkait dengan al-Qur'an sebagai sebuah naskah yang berisi kalam ilahi, adalah karakternya yang memungkinkan dilakukannya pendekatan penafsiran dari berbagai sisi. Kata-kata mutiara yang
sering terdengar untuk menggambarkan karakter al-Qur'an dalam konteks ini adalah bahwa Ia bagaikan permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda namun sama indahnya ketika dilihat dari berbagai perspektif.
Buku yang ditulis oleh Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. yang berjudul CORAK SASTRA TAFSIR AL-QURAN: STUDI ATAS TAFSIR
AL-AZHAR KARYA HAMKA ini adalah sebuah referensi yang sangat baik untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang
alam fikir Hamka dalam melakukan penafsiran atas al-Quran.
Beli bukunya di MANGGUSTORE.COM
Link Pembelian: https://manggustore.com/corak-sastra-tafsir-al-quran-studi-atas-tafsir-al-azhar-karya-hamka/
1. Corak Sastra Tafsir
Al-Qur’an
Dr. H. Hasani Ahmad Said, M.A.
Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Pengantar:
Drs. H. Benyamin Davnie
Prof. Dr. H. Abad Badruzaman, Lc., M.Ag.
3. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka iii
Sambutan
Wali Kota Tangerang Selatan
Assalaamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT., Tuhan Yang
Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya.
Bagi umat Islam, al-Qur'an merupakan pedoman dalam men
jalani kehidupan atau way of life. Ia adalah sumber petunjuk,
pemberi solusi dan pembangkit inspirasi. Sejalan dengan hal ini,
tentunya upaya untuk lebih memahami pesan dan kandungan
makna al-Qur'an yang sangat dalam, akan terus berlangsung
seiring dengan perkembangan era dan peradaban.
Upaya untuk menyelami dan mendalami makna di dalam al-
Quran dilakukan melalui penafsiran. Satu sisi unik dan menarik
terkait dengan al-Qur'an sebagai sebuah naskah yang berisi kalam
ilahi, adalah karakternya yang memungkinkan dilakukannya pen
dekatan penafsiran dari berbagai sisi. Kata-kata mutiara yang
sering terdengar untuk menggambarkan karakter al-Qur'an
dalam konteks ini adalah bahwa Ia bagaikan permata yang me
mancarkan cahaya yang berbeda-beda namun sama indahnya
ketika dilihat dari berbagai perspektif.
4. iv Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Sejarah mencatat, mulai dari masa awal peradaban Islam
sampai dengan era kontemporer saat ini, banyak tokoh dengan
pemahaman keilmuan yang mumpuni melakukan penafsiran
terhadap al-Qur'an. Sejarah juga merekam bahwa para tokoh
tersebut, dalam melakukan penafsiran, dipengaruhi oleh latar
belakang keilmuan, sosio-budaya, pengalaman spiritual mereka
masing-masing.
Sebagai bangsa Indonesia, Kita patut berbangga memiliki
beberapa figur besar yang mampu mendapatkan pengakuan dari
dunia luar dalam hal penafsiran al-Qur'an seperti Hamzah Fansuri
dari Aceh dan Syakh Imam Nawawi dari Banten. Satu sosok lain
yang juga terkemuka dalam khazanah ini adalah Prof. Dr. Haji
Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama
Hamka. Karya beliau yang berjudul Tafsir Al-Azhar diakui banyak
kalangan sebagai salah satu tulisan yang harus menjadi rujukan
dalam me
mahami al-Qur'an, khususnya dalam perspektif sastra.
Buku yang ditulis oleh Dr. Hasani Ahmad Said, M.A. yang
berjudul CORAK SASTRA TAFSIR AL-QURAN: STUDI ATAS TAFSIR
AL-AZHAR KARYA HAMKA ini adalah sebuah referensi yang
sangat baik untuk mendapatkan gambaran yang utuh tentang
alam fikir Hamka dalam melakukan penafsiran atas al-Quran.
Wassalaamualaikum Wr. Wb.
WALI KOTA TANGERANG SELATAN
H. BENYAMIN DAVNIE
5. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka v
Pengantar
Prof. Dr. H. Abad Badruzaman, Lc., M.Ag.
Guru Besar Tafsir UIN SATU Tulungagung & Wakil Rektor
UIN Satu Tulungagung
Al-Qur'an Kitab Sastra Terbesar
Sejauh ini Amin al-Khuli (1895-1966) dapat dianggap sebagai
tokoh paling menonjol sekaligus peletak dasar tafsir bercorak
sastra (adabi) di era modern. Corak adabi dalam tafsir kerap pula
disebut corak bayani. Yaitu tafsir yang banyak memperhatikan
aspek-aspek balaghah (keindahan bahasa al-Qur'an) sebagai pen
dekatan dalam mengungkap isi-kandungan al-Qur'an. Al-Khuli
sendiri berpandangan bahwa al-Qur'an merupakan “Kitab Sastra
Terbesar.” Pandangan inilah, kata al-Khuli, yang pertama-tama
harus kita pedomani ketika berinteraksi dengan al-Qur'an. Al-
Khuli berpendapat bahwa pengaruh terbesar dari “Kitab Sastra
Terbesar” itu adalah pengaruh sastra. Al-Qur'an berperan besar
melanggengkan bahasa Arab serta menjaga eksistensinya. Se
demikian penting dan sentralnya pendekatan sastra dalam tafsir,
sampai-sampai al-Khuli berkeyakinan bahwa model kajian tafsir
yang kita perlukan hari ini adalah kajian sastra. Tentu saja kajian
6. vi Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
kesastraan terhadap tafsir yang dimaksud oleh al-Khuli itu
haruslah mengikuti metode yang sahih, jalan yang mapan, dan
tujuan yang lurus.
Menyebut al-Qur'an sebagai “Kitab Sastra” sama sekali tidak
mengecilkan keagungannya, tidak dimaksudkan untuk mem
persempit keluasannya. Justru itu merupakan sebuah pengakuan
bahwa al-Qur’an dengan segala kesempurnaan isi-kandungannya,
dengan semua kelengkapan ajaran yang diusungnya, dengan
segala keluhuran pesan moral yang dibawanya; dengan semua
itu ia tetap mampu menjaga keindahan bahasa yang dengannya
ia berkomunikasi. Dalam keseharian, tak jarang sebuah pesan
kurang bisa tersampaikan bukan karena tidak baiknya pesan
itu, melainkan karena kurang baiknya bahasa yang digunakan.
Sebagai Kitab Suci, tentu al-Qur’an “menyadari” hal itu. Terlebih
ia turun di tengah sebuah bangsa yang terkenal sudah sangat
maju dalam hal berbahasa. Seandainya saja bahasa al-Qur’an
“asal-asalan”, alih-alih menjadi pusat perhatian yang menarik
dan menakjubkan, malah jadi bahan olok-olok dan lelucon yang
memalukan.
Kembali ke al-Qur'an sebagai kitab sastra terbesar. Dalam hal
ini saya akan banyak mengutip tulisan M. Nur Kholis Setiawan
dalam bukunya Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Judul Kata
Pengantar ini memang saya ambilkan dari judul buku tersebut.
Telah dikatakan bahwa pendekatan susastra al-Qur'an dimotori
oleh Amin al-Khuli di paruh akhir abad keduapuluh. Keseriusan
al-Khuli dalam mengkaji al-Qur'an tidak dapat dilepaskan dari
7. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka vii
kajian-kajiannya atas bahasa dan sastra Arab. Banyak tulisan
al-Khuli yang membahas bahasa dan sastra. Dua di antaranya
Fi al-Adab al-Mishri dan Fann al-Qaul. Di kedua buku ini al-
Khuli mendekonstruksi wacana sastra Arab. Dua metode kajian
sastra diajukan dalam dua buku ini: metode kritik ekstrinsik
(al-naqd al-khariji) dan kritik intrinsik (al-naqd al-dakhili). Dua-
duanya berangkat dari keyakinan al-Khuli tentang pentingnya
pemahaman turats secara total dan pentingnya menghidupkan
budaya kritik atasnya. Jika keyakinan ini sudah dimiliki, barulah
kita bisa bicara tentang pembaharuan.
Setelah mengarahkan perhatiannya terhadap sastra dan ke
susatraan Arab secara umum, al-Khuli kemudian mengarahkan
perhatiannya terhadap studi-studi al-Qur'an. Di bidang yang
disebut terakhir, al-Khuli menawarkan metode tafsir susastra:
Tafsir Susastra terhadap al-Qur'an (al-tafsir al-adabi li al-Qur'an).
Sasaran metode ini adalah mendapatkan pesan al-Qur'an secara
menyeluruh dan bisa diharapkan terhindar dari kecenderungan-
kecenderungan individual-ideologis. Pertama-tama al-Khuli me
nempatkan al-Qur'an sebagai kitab sastra terbesar. Penem
patan
ini berimplikasi bahwa sebelum studi al-Qur'an diselenggara
kan,
terlebih dahulu al-Qur'an harus dianggap sebagai teks sastra suci.
Jika seseorang ingin mendapatkan pemahaman yang proporsional
tentang al-Qur'an, ia harus mengambil pendekatan sastra.
Tidak dapat ditampik bahwa secara historis al-Qur'an di
turunkan dalam kemasan bahasa Arab. Bahasa Arab, dengan
demikian, merupakan “kode” yang digunakan Tuhan untuk me
8. viii Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
nyampaikan risalah-risalah-Nya. Dari sini maka kearaban al-
Qur'an harus diperhatikan terlebih dulu sebelum hal-hal lain.
Tafsir sastra atas al-Qur'an yang ditawarkan al-Khuli mengajukan
dua langkah metodologis: Kajian sekitar teks (ma haula al-
Qur'an), dan kajian tentang teks itu sendiri (fi al-Qur'an nafsih).
Yang pertama melakukan penelusuran latar belakang al-Qur'an
mulai dari proses pewahyuan, perkembangan dan sirkulasinya
dalam masyarakat Arab sebagai objek wahyu beserta kodifikasi
dan variasi cara baca. Termasuk pula aspek sosio-historis al-
Qur'an yang meliputi situasi intelektual, kultural, dan geografis
masyarakat Arab abad ketujuh ketika al-Qur'an turun. Singkat
nya, kajian sekitar teks menyasar aspek-aspek historis sosial,
kultural, dan antropologis wahyu bersamaan dengan masyarakat
Arab abad ketujuh sebagai objek langsung teks wahyu.
Dengan melibatkan aspek-aspek humaniora dalam kajian al-
Qur'an seperti tersebut di atas, al-Khuli sedang menyadarkan kita
bahwa memahami wahyu tanpa melibatkan ilmu-ilmu humaniora
yang selalu berkembang akan menyulitkan kita untuk sampai ke
makna yang diinginkan teks. Harus segera diingkatkan bahwa hal
ini sama sekali tidak menghilangkan sakralitas teks al-Qur'an.
Pelibatan cabang-cabang humaniora justru untuk mempertegas
bahwa dalam saktralitasnya yang tetap terpelihara, teks-teks itu
hidup secara dinamis dan responsif terhadap dinamika realitas
sosial yang menjadi konsideran nilai filosofis dari teks (wahyu).
Di titik ini al-Khuli bertemu dengan pemikiran tafsir Muhammad
‘Abduh yang mengedepankan sosiologi (‘ilm ahwal al-basyar) dan
9. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka ix
dengan proposal pemikiran Fazlur Rahman yang menekankan
historisitas dan kontekstualitas al-Qur'an agar mendapatkan pe
mahaman menyeluruh tentangnya.
Kemudian yang kedua, yakni kajian tentang teks itu sendiri
(fi al-Qur'an nafsih). Tentang hal ini, al-Khuli mengawali dengan
investigasi terhadap kata-kata individual al-Qur'an (mufradat),
sejak pertama diwahyukan, perkembangan, serta penggunaannya
dalam al-Qur'an, dengan tujuan agar kata-kata itu dapat dipahami
secara totalitas. Setelah mufradat, al-Khuli melanjutkan ke kata-
kata majemuk (murakkabah). Sudah barang tentu, analisis-analisis
al-Khuli dalam kajian ini tidak lepas dari ilmu gramatika dan
balaghah. Hanya saja, dua ilmu ini “dipinjam” sekadar untuk me
neguhkan keindahan sastra teks.
Pengakuan Bint al-Syathi tentang metode yang diajukan al-
Khuli menutup Kata Pengantar ini. Kata Bint al-Syathi, prinsip
metodologis dalam tafsir yang dikembangkan al-Khuli ini merupa
kan cara pemahaman yang objektf. Metode ini dicurahkan untuk
mengkaji entitas tunggal di dalam al-Qur'an, sehingga dari sini,
semua ayat dalam al-Qur'an yang berbicara mengenai objek
tertentu dibawa bersama agar penggunaan kosa kata dalam al-
Qur'an tersebut, serta strukturnya, dapat dipahami. Metode pe
nafsiran ini berbeda dengan metode penafsiran surat per surat
di mana kosa kata maupun kalimat dalam ayat dilihat secara
terpisah dari konteks pembicaraan yang spesifik, yang diperjelas
pula oleh konteks umum. Untuk itu, model penafsiran ayat per
ayat dan surat per surat seperti lazimnya dilakukan oleh para
10. x Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
mufassir dalam pelbagi karya tafsir mereka, tidak akan mampu
memahami secara utuh kosa-kosa kata yang digunakan al-Qur'an.
Saya tambahkan. Al-Khuli, dengan metode tafsir al-Qur'an
yang diajukannya, mengajak kita untuk menyelami kedalaman
makna dan keluhuran pesan al-Qur'an dengan berbekal dua
peranti secara bersamaan dan saling menguatkan. Peranti pertama
meminta kita untuk melibatkan kesadaran historis dalam setiap
pembacaanatasteks-teksal-Qur'an.Bahwaiatidakturundiruang
hampa. Ia tidak bicara sendirian. Ia berdialog dan berdialektika
dengan masyarakat dengan segala dinamika dan setting sosialnya.
Sedang peranti kedua menuntut kita untuk berkesadaran bahwa
segenap makna dan pesan al-Qur'an dikemas dalam kata-kata
bahasa Arab. Bahasa Arab yang mengemas atau membingkai
segenap makna dan seluruh pesan al-Qur'an itu bukan bahasa
Arab “asal-asalan”, melainkan bahasa Arab dengan tingkat dan
nilai sastra luar biasa tinggi dan besar.
Saya percaya bahwa kesadaran metodologis yang dimiliki oleh
al-Khuli adalah kesadaran yang sama yang dimiliki oleh Hamka
ketika menulis Tafsir al-Azhar. Hamka sadar bahwa salah satu
kemukjizatan al-Qur'an terletak pada aspek kesusastraannya, di
saat sama beliau juga menulis tafsir dalam kemasan kata-kata
dan ungkapan yang kental dengan nilai-nilai sastra kelas tinggi.
Dan sahabat saya, Dr. Hasani Ahmad Said, penulis buku ini, telah
11. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka xi
berhasil menunjukkan bagaimana Hamka memandang al-Qur'an
sebagai Kitab Sastra dan bagaimana Hamka mengemas tafsirnya
dengan kemasan sastrawi bermutu tinggi.
Selamat membaca...!
Tulungagung, 12 Oktober 2021
12. xii Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Kata Pengantar
Buku Corak Sastra Tafsir al-Qur’an lahir dalam waktu puluh
an
tahun. Melalui pergumulan penulis dengan dunia ilmu al-Qur’an
dan Tafsir dari jenjang S-1 hingga S-3 dan bahkan dari silabus
wajib kajian al-Qur’an atau yang sekarang lebih dikenal dengan
RPS (Rencana Pembelajaran Semester). Dalam waktu yang relatif
panjang, melalui kuliah dan telaah berbagai rujukan kitab dan
sudah barang tentu hasil dari diskusi panjang puluhan tahun itu
bersama dosen dan mahasiswa sehingga karya ini lahir. Karya
ini mencoba memotret salah satu corak (lawn) dalam penafsiran
al-Qur’an, yaitu corak sastra. Ilmu tafsir terus berkembang dan
jumlah kitab tafsir terus bertambah dalam beraneka corak.
Termasuk yang akan dibahas pada buku ini, yaitu corak sastra al-
Qur’an. Al-Qur’an bukan syair dan bukan pula prosa.Gaya bahasa
dan sastra al-Qur’an berbeda dengan gaya bahasa biasa. Gaya
bahasa dan gaya sastra al-Qur’an adalah gaya bahasa dan gaya
sastra al-Qur’an itu sendiri.
Sejalan dengan pembahasan buku ini tentang corak sastra
dalam al-Qur’an, di atas telah disinggung, kendati dengan bahasa
13. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka xiii
yang berbeda-beda. Misalnya, al-Farmawi membagi corak sastra
yakni adab al-ijtimâ’î dalam bagian penjelasan tentang metode
tahlili. Al-Dzahabi membagi dalam penjelasan tafsir corak sastra-
sosial (al-laun al-adabî al-ijtimâ‘î)”. Sedang Iyazi membahas corak
sastra (al-adabî) masuk dalam penjelasan pendekatan (manhaj)
dalam tafsir. Namun demikian, apapun pembahasaannya, corak
sastra dalam al-Qur’an penting untuk dibahas.
Kemudian, corak sastra al-Qur’an yang telah di bahas di atas,
penulis coba kembangkan dalam praktik penafsiran al-Qur’an
yang dilakukan oleh Hamka dalam Tafsir al-Azhar. Dalam per
jalanan sejarah perkembangan tafsir di Nusantara, Hamka adalah
sosokyangikutandildalampembaruanmodeltafsirdiNusantara.
Membincang perkembangan penulisan tradisi tafsir di
Nusantara, dalam sejarah mencatat bahwa penulisan tafsir di
Indonesia telah ada sejak pertengahan abad ke-16 M. ditandai
dengan kebangkitan Aceh dengan hadirnya Hamzah Fansuri.
Ke
mudian dilanjutkan oleh muridnya, Syamsuddin Sumatrani
dalam karya Jauhᾱr al-ḥaqᾱ’iq yang dianggap sebagai penulis
Melayu berbahasa Arab. Lalu muncul Tarjumᾱn al-Mustafīd karya
‘Abd Ra’ūf Singkel (1615-1693 M.) yang ditulis tahun 1675 dan
pertama kali diterbitkan di Istanbul, meskipun karya ini dianggap
sebagai terjemahan dari tafsir Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wîl
karya al-Baidhâwî (w. 685 H./ 1286 M.).
Tiga seperempat abad berikutnya, tepatnya masa penjajah
an Belanda (1600-1942) rentang waktu antara ‘Abd Ra’ûf Singkel
sampai muncul kembali tafsir Marah Labîd lî Kashf Ma‘nâ al-
14. xiv Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Qur’ân al-Majîd, buah karya Ulama asal Banten, Shaykh Imam
Nawawi Tanara Banten (1230 H./ 1813 M.-1314 H./ 1897 M.).
Kemudian, babak baru menunjukkan geliat pada abad ke-20.
Para penulis muslim Indonesia, dewasa ini telah banyak meng
hasilkan buku-buku tafsir yang menjadi rujukan baik lokal, Asia
Tenggara, maupun di luar wilayah Asia Tenggara. Di antara tokoh-
tokoh itu adalah Mahmud Yunus, Hamka, Hasbi as-Shiddieqi,
Abdul Halim Hassan, dan M. Quraish Shihab.
Dari deretan nama yang disebutkan di atas, penulis mem
fokuskan pada sosok Hamka yang paling dianggap paling domin
an menggunakan corak sastra dalam tafsirnya. Secara sekilas,
Hamka lahir di Tanah Sirah, Sungai Batang, pada 13 Muharram
1362 H./ 16 Februari 1908. Yang menarik untuk diungkapkan
di sini bahwa penulisan Tafsir al-Azhar ini muncul berasal dari
ceramah kuliah subuh yang disampaikan Hamka di Masjid Agung
al-Azhar, sejak tahun 1959.
Selain berasal dari ceramah di masjid al-Azhar, Hamka juga
banyak menghabiskan penulisannya di tahanan polisi dari hari
senin 12 Ramadhan 1383 H./ 27 Januari 1964, kemudian sampai
ia dalam keadaan sakit, di sela-sela perawatannya itu pula Hamka
meneruskan penulisan tafsirnya dan disempurnakan dengan
tambahan-tambahan di rumahnya, Kebayoran Baru hingga
Agustus 1975.
Paling tidak ada empat hal, kenapa Hamka yang muncul dan
penting untuk dilakukan kajian pada buku ini: pertama, Prof.
Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan
15. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka xv
julukan Hamka, adalah sastrawan besar Indonesia, sekaligus ulama,
ahli filsafat, dan aktivis politik. Ia baru dinyatakan sebagai
Pahlawan Nasional Indonesia setelah dikeluarkannya Keppres
No. 113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November 2011. Kedua,
Hamka banyak menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya lain
seperti novel dan cerpen. Di antara novel-novelnya seperti
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah,
dan Merantau ke Deli juga menjadi perhatian umum dan menjadi
buku teks sastra di Malaysia dan Singapura. Ketiga, Tafsir Al-
Azhar merupakan karya utama dan terbesar Prof. Dr. Hamka di
antara lebih daripada 115 karyanya pada bidang sastra, sejarah,
tasawuf dan agama. Mulai ditulis Hamka sejak menjelang 1960.
Tafsir Al-Azhar ini diselesaikannya lengkap tiga puluh juz ketika
penulis berada dalam tahanan pemerintahan rezim Orde Lama.
Keempat, banyak penulis menyebut bahwa Tafsir al-Azhar karya
Hamka bercorak al-adabi al-ijtima’i, yaitu corak sastra budaya
kemasyarakatan. Sebab, corak inilah yang paling menonjol di
ban
dingkan dengan corak yang lainnya, seperti kebahasaan,
fikih, filsafat, ilmi, dan lainnya. Meskipun demikian, corak yang
disebutkan itu tetap ada dalam Tafsir Al-Azhar.
Sebelum membahas lebih lanjut corak sastra Tafsir al-Azhar,
maka penting dikemukakan gambaran konseptual dari corak
tafsir itu sendiri. Studi ini akan memaparkan corak sastra dalam
tradisi tafsir al-Qur’an meliputi sejarah perkembangan corak
tafsir, pengertian sastra al-Qur’an, al-Qur’an dan Sastra, dan Gaya
Bahasa dalam al-Qur’an. Corak sastra dalam penafsiran al-Qur’an
16. xvi Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
merupakan variabel penting dalam mengungkap corak apa dan
bagaimana penerapan dalam studi penerapan penafsiran al-
Qur’an. Oleh karena itu, meskipun telah banyak dibahas dalam
studi-studi sebelumnya, kajian ini akan lebih difokuskan kepada
corak sastra al-Qur’an, meskipun di dalamnya dibahas pula corak
tafsir secara umum.
Melengkapi bahasan corak sastra tersebut, maka dirasa perlu
mengenal secara dekat potret Hamka dan Tafsir al-Azhar. Pada
bagian ini akan dijelaskan secara komprehensif mengenai Hamka
dan Tafsir al-Azhar dalam kaitan peran dan posisinya dalam pe
nafsiran al-Qur'an di nusantara. Hal ini perlu dilakukan, karena
dari budaya, tradisi, adat istiadat, mazhab, dan keilmuan inilah
pada gilirannya dirumuskan satu model penafsiran dalam bingkai
ke-Indonesiaan. Selain itu, perspektif ini menjadi penting ke
tika melihat fakta bahwa banyaknya upaya penulisan tafsir di
Indonesia dari pelbagai telisik. Maka, model penafsiran Hamka
dijadikan sampel dalam mengupayakan penerapan corak sastra
al-Qur’an dalam penafsiran. Di sini, akan dilihat kondisi sosial
dan intelektual masa Hamka, kesarjanaan dan karya-karya, me
tode dan karakteristik Tafsir al-Azhar, dan bagaimana Hamka
men
dudukkan di antara banyaknya tafsir Indonesia.
Setelah mengetahui konsep dasar metodologi corak sastra
al-Qur’an dan sudah mengenal lebih dekat Hamka dan Tafsir al-
Azhar, maka langkah berikutnya baru menelisik sekaligus menguji
apakah betul kebesaran Hamka dalam dunia sastra itu sebanding
dengan karya besar tafsirnya. Apakah ada keterpengaruhan Tafsir
17. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka xvii
al-Azhar dengan dunia sastra dan penerapannya yang selama ini
orang imagekan ke Buya Hamka. Maka Pada bab IV akan dilihat
penafsiran Hamka mengenai analisis corak sastra al-Qur’an dalam
Tafsir al-Azhar. Ada tiga belas telisik corak sastra al-Qur’an yang
akan diteropong dalam kajian ini. Ketiga belas kajian itu adalah
al-Nadhm wa al-wazn (Puisi dan Irama), Tanâsuq al-Kalimât
(keserasian kata), Taqdîm wa al-ta’khîr (mendahulukan dan meng
akhirkan), al-Saj’u (sajak), al-Tikrâr (Kata/Kalimat Ulang), al-
Tasybîh (Similar), al-Isti’arah (Metafora), al-Kinâyah (Metonimi),
al-Majâz (Figuratif), Uslub al-Hakîm (Gaya Bahasa Orang Bijak),
al-Qasam (Sumpah), al-Tazyîl (Kalimat Iring), dan Tauriyah
(Menampilkan Makna Lain).
Buku ini tersaji dalam beberapa bahasan ayat dan surah
yang memuat tentang sastra al-Qur’an, beberapa ayat dari tiga
belas kajian yang memuat unsur sastra dalam al-Qur’an, ketiga
belas kajian itu adalah al-nadhm wa al-wazn (puisi dan irama),
tanâsuq al-kalimât (keserasian kata), taqdîm wa al-ta’khîr (men
dahulukan dan mengakhirkan), al-saj’u (sajak), al-tikrâr (kata/
kalimat ulang), al-tasybîh (similar), al-isti’arah (metafora), al-
kinâyah (metonimi), al-majâz (figuratif), uslub al-ḥakîm (gaya
bahasa orang bijak), al-qasam (sumpah), al-tazyîl (kalimat iring),
dan tauriyah (menampilkan makna lain).
Secara umum dari tiga belas sampel dan setelah dilakukan
tinjauan yang dianalisi, maka ada beberapa kesimpulan besar
yakni sastra al-Qur’an yang terdapat dalam Tafsir al-Azhar karya
Hamka menunjukkan kurang lebih baru 10% Hamka meng
18. xviii Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
gunakan pendekatan sastra al-Qur’an. Hal ini misalnya ketika
beliau menjelaskan tentang tikrar dalam surah al-Rahman. Beliau
menggunakan pendekatan ilmu Balaghah dalam memahami ayat.
Sedangkan yang lainnya, Hamka hanya menjelaskan tafsiran
secara global.
Kesan secara umum, Hamka dalam tafsirnya sangat konsen
untuk menghidangkan tafsir dengan konteks masa lalu, lalu di
hadirkan dalam konteks saat Hamka hidup. Menurut hemat
penulis, hal inilah yang menjadi nilai tambah dari Tafsir al-Azhar.
Selain itu, berdasarkan analisis penulis, Hamka tidak begitu
konsen menerapkan satra al-Qur’an, kendati beliau dikenal se
bagai sastrawan. Kesimpulan ini yang mengungkapkan kurang
seriusnya Hamka menyingkap sisi sastra dalam penerapannya
melalui ayat-ayat al-Qur’an.
Berdasarkan paparan di atas, corak satra dalam al-Qur’an
adalah salah satu alat keilmuan al-Qur'an yang mengungkap sisi
kemukjizatan persprektif al-Qur’an. Sejatinya, setelah dike
mu
kakan sisi kemukjizatan al-Qur'an perspektif sastra, ke depan
kesimpulan ini akan melahirkan pengembangan sastra al-Qur’an
dalam kancah penafsiran al-Qur’an sebagai pengembangan dari
tafsir-tafsir al-Qur'an yang sudah ada hingga hari ini di bumi
nusantara. Kemudian, kalau sudah demikian adanya, buku ini
me
rekomendasikan bagi siapapun yang mempuni keilmuannya
untuk menulis tafsir dalam aspek teropong sastra yang sampai
hari ini belum banyak bertebaran, atau bahkan sangat langka
ditemui, aspek sastra al-Qur’an sesungguhnya masuk dalam salah
19. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka xix
satu model bedah tafsir. Maka, mau tidak mau studi sastra dalam
al-Qur’an tidak boleh terlewatkan dalam pembahasannya.
Selanjutnya, sebagai kelanjutan dari upaya pengungkapan
aspek sastra yang sudah dibahas dalam buku ini, diharapkan
juga akan lahir buku serupa tentang sastra al-Qur’an dengan titik
tekan pada aspek tahlili maupun tafsir tematik. Model seperti
inilah rasanya yang belum banyak orang melakuakan. Kendati
corak sastra Indonesia sudah dikenal dan diterapkan lama, te
tapi sangat jarang bahkan langka diterapkan dalam metodologi
penulisan tafsir, namun sayangnya masih terlalu sedikit untuk
tidak mengatatakan jarang yang mengkonsentrasikan bahasan
sastra al-Qur’an.
Rasanya layak penulis mengucapkan terimakasih atas semua
jasa baik baik langsung maupun tidak langsung atas lahirnya
bukunya, yaitu: pertama, untuk istri tercinta dr. Laeli Puspitasari
dan kedua anak kami Nakhwa dan Nahla atas dedikasi dan ke
sa
barannya dalam kebersamaan mengarungi kebahagiaan lautan
rumah tangga. Kedua, untuk kedua orang tua penulis H. Ahmad
Samsuri dan Sunariya, juga kedua mertua penulis, Prof. Dr. KH.
Fathurrahman Rauf dan Hj. Enok Mulyana dari kedua orang tua
dan mertua ini penulis menjadi insan terdidik secara akademik.
Ketiga, untuk penerbit Manggu dan semua yang terlibat di dalam
nya yang setia menerbitkan karya-karya penulis sehingga enak
dibaca masyarakat luas. Keempat, semua guru-guru penulis dari
guru ngaji al-Qur’an, guru madsarah hingga di perguruan tinggi
atas jasa mereka semua karya ini lahir. Kelima, terimakasih
20. xx Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
kepada pihak kampus UIN Syarif Hidayatullah dalam hal ini
fakultas Ushuluddin Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir tempat meng
abdi penulis dan juga IAIN (kini UIN) Raden Intan Lampung,
Fakultas Syariah saat draf buku ini diselesaikan. Semoga buku
ini menjadi salah satu jariah buat semua yang menjadi bagian
penting lahirnya buku ini.
Buku ini selain menjadi menjadi buku daras wajib bagi
mahasiswa Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin
dan semua seluruh Program Studi Keagamaan baik IAIN/UIN/
PTAIN dan PTAIS juga direkomendasikan bagi siapapun yang
mengkaji dan mendalami al-Qur’an. Semoga karya sederhana ini
menjadi bagian dari amal baik bagi penulis, kedua orang penulis
dan jariah buat kita semua bagi pengkaji ilmu.
Pamulang, Tangerang Selatan,
17 Agustus 2021
Dr. H. Hasani Ahmad Said, M.A.
21. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka xxi
Daftar Isi
Sambutan Wali Kota Tangerang Selatan
(Drs. H. Benyamin Davnie)..................................................................................iii
Pengantar Guru Besar Tafsir UIN SATU Tulungagung &
Wakil Rektor UIN Satu Tulungagung (Prof. Dr. H. Abad
Badruzaman, Lc., M.A.)..................................................................................v
Kata Pengantar........................................................................................................xii
Daftar Isi...................................................................................................................xxi
Bab 1
Kajian Al-Qur’an dan Tafsir Indonesia.............................................................1
A. Pendekatan al-Qur’an dan Corak Sastra ......................................1
B. Hamka dalam Tradisi Tafsir Nusantara........................................7
C. Diskursus Corak Sastra dalam Tafsir..........................................13
D. Al-Qur’an dan Estetika......................................................................14
Bab 2
Corak Sastra dalam Tafsir Al-Qur’an.............................................................16
A. Sejarah Perkembangan Corak Tafsir...........................................16
B. Terminologi Sastra al-Qur’an.........................................................24
C. Al-Qur’an dan Sastra..........................................................................30
D. Gaya Bahasa dalam Al-Qur’an........................................................35
22. xxii Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Bab 3
Hamka dan Tafsir Al-Azhar: Telisik Khazanah Tafsir Nusantara.......46
A. Mengenal Hamka: Sebuah Potret Kehidupannya dari
Masa ke Masa........................................................................................47
B. Telisik Tafsir AL-Azhar dan Metode Penyusunanya..............59
C. Pendekatan (Manhâj) dan Metode (Tarîqah) Tafsir Hamka
dalam Tafsir al-Azhar.........................................................................65
D. Menakar Tafsir al-Azhar dalam Khazanah
Tafsir Nusantara...................................................................................73
Bab 4
Analisis Corak Sastra Al-Qur’an Tafsir Al-Azhar: Telaah Atas
Pemikiran Hamka ........................................................................................93
A. Al-Nadhm Wa al-Wazn (Puisi dan Irama) .................................93
B. Tanâsuq al-Kalimât (Keserasian Kata).......................................97
C. Taqdîm Wa al-Ta’khîr (Mendahulukan dan Mengakhirkan) .....98
D. Al-Saj’u (Sajak) ..................................................................................101
E. Al-Tikrâr (Kata/Kalimat Ulang)..................................................105
F. Al-Tasybîh (Similar) .........................................................................107
G. Al-Isti’arah (Metafora) ...................................................................118
H. Al-Kinâyah (Metonimi) ..................................................................123
I. Al-Majâz (Figuratif) ........................................................................126
J. Uslub al-Hakîm (Gaya Bahasa Orang Bijak) ..........................134
K. Al-Qasam (Sumpah) ........................................................................137
L. Al-Tazyîl (Kalimat Iring) ................................................................139
M. Tauriyah (Menampilkan Makna Lain) ....................................141
23. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka xxiii
Daftar Pustaka......................................................................................................144
Glossarium.............................................................................................................156
Biodata Penulis....................................................................................................165
24. xxiv Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
25. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka 1
Kajian Al-Qur’an dan Tafsir
Indonesia
A. Pendekatan al-Qur’an dan Corak Sastra
Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya
yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.1
Semakin menyelami lautan terdalam dari al-Qur’an, maka semakin
mengasyikkan untuk berlama-lama bercengkrama dengan al-Qur’an.
al-Qur’an diturunkan dengan bahasa yang ber
nilai sastra tinggi,
bahkan tak tertandingi, baik oleh jin maupun manusia, bahkan
jika keduanya bersatu untuk menandinginya.2
Ketidakmampuan
manusia membuat semisal al-Qur’an itu bukan hanya dari segi
diksinya, tetapi juga pemaduan antara diksi, susunan kalimat, dan
kandungan maknanya.
Dalam studi agama dan sejarah agama, al-Qur’an selain di
yakini sebagai kitab (teks) suci, juga sebagai great book yang bisa
1
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan
Umat, (Mizan: Bandung, 2001), hlm. 3.
2
Lihat, Q.S. 52: 33-34, Q.S. 11: 13, Q.S. 2: 23-24 dan Q.S. 17: 88
Bab 1
26. 2 Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
didekati dari perspektif manapun, baik itu perspektif budaya, antro
pologi,3
fikih, kalam, bahasa, ilmu, termasuk juga sastra.4
Tentu
banyak cara lagi untuk menyajikan pesan-pesan al-Qur’an.
Dilihat dari sumber pengambilan atau orientasi penafsiran
nya, tafsir dapat dibedakan ke dalam tiga aliran besar, yakni tafsîr
bi al-riwâyah, tafsîr al-dirâyah, dan tafsîr bi al-isyârah. Ketiga pen
dekatan tafsir ini timbul dan berkembang seiring dengan ke
butuhan umat dan tuntunan zaman.5
Pada mulanya lahir tafsîr al-riwâyah, kemudian diikuti dengan
tafsîr al-dirâyah dan akhirnya tafsîr bi al-isyârah. Kelahiran tafsîr
al-dirâyah selain karena kebutuhan mendesak pada zamannya,
juga sebagai kritik terhadap aliran tafsîr al- al-riwâyah yang di
anggap terlalu sedidkit. Demikian pula dengan tafsîr bi al-isyârah,
lahir se
bagai reaksi atas aliran tafsir bi al-dirâyah yang dianggap
terlalu mendewakan akal dengan mengabaikan peranan intuisi.6
3
Lihat, Richard C. Martin (ed.), Approaches to Islam in Religius Studies (Tucson: The
University of Arizona, 1985), hlm. 19.
4
Secara sosiologis sastra merupakan refleksi lingkungan budaya dan merupakan
satu teks dialektis antara pengarang dan situasi sosial yang membentuknya atau meru
pakan penjelasan suatu sejarah dialektik yang dikembangkan dalam karya sastra. Se
hubungan dengan ini sering dikatakan bahwa syair merupakan antologi kehidupan
masyarakat Arab (Diwan al-‘Arab). Lihat, Muhammad Abdul Mun’im Khafajy, Al-Syi’r al-
Jahily (Bairut: Dar al-Kitab, 1973), hlm. 195.
5
Hasani Ahmad Said, Diskursus Munasabah al-Qur’an – Mengungkap Tradisi Tafsir
Nusantara: Tinjauan Kritis Terhadap Konsep dan Penerapan Munasabah dalam Tafsir al-
Mishbah (Jakarta: Lectura, Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan Balitbang dan
Diklat Kemenar RI, 2013), hlm. 184.
6
Ibid., hlm. 184.
27. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka 3
Seiring berjalannya waktu, ilmu tafsir terus berkembang dan
jumlah kitab tafsir terus bertambah dalam beraneka corak. Para
ulama tafsir belakangan memilih kitab-kitab itu berdasarkan metode
penulisannya ke dalam empat bentuk tafsir, yaitu metode tahlili,
ijmâli, muqarin, dan maudû’î.7
Sebagaimanadisebutkandiatas,al-Farmawi,membagimetode
(tarîqah) tafsir yang selama ini dipakai ulama menjadi empat,
yakni: tahlili, ijmali, muqaran, dan maudu’i. Kemudian dari empat
metode tersebut, metode tahlili diperinci kembali menjadi tujuh
corak, yakni: al-tafsir as-Sufi, fiqhi, falsafi, ‘ilmi dan tafsir al-adab
al-Ijtima’i.8
Penjelasan lebih mendalam berkenaan dengan bahasan di
atas juga dipaparkan oleh Muhammad Husain al-Dzahabî9
dalam
pendahuluan al-Tafsîr wa al-Mufassirûn menyebutkan bahwa ada
empat corak tafsîr yang berkembang, secara ringkas diklasifikasi
kan menjadi, yaitu: pertama, ”tafsir corak ilmi (al-laun al-‘ilmî)”
yaitu tafsir berdasarkan pada pendekatan ilmiah; kedua, ”tafsir
corak madzhab (al-laun al-‘madzhabî)”, yaitu tafsir berdasarkan
madzhab teologi atau fikih yang dianut oleh para mufassir; ketiga,
adalah ”tafsir bercorak ilhâdî (al-laun al-‘ilhâdî)”, yaitu tafsir yang
mengunakan pendekatan menyimpang dari kelaziman; dan ke
empat, ”tafsir corak sastra-sosial (al-laun al-adabî al-ijtimâ‘î)”,
7
Abd Al-Hayy al-Farmawi, al-Bidâyah fî al-Tafsîr al-Maudû‘i (Dirâsah Manhajiyyah
Mauduiyyah, 1977), hlm. 23.
8
Ibid., hlm. 25.
9
Muhammad Husayn Al-Dzahabi, al-Tafsîr wa al-Mufassirûn (Kairo: Maktabah
Wahbah, 2000), hlm. 15.
28. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka 165
Biodata Penulis
Dr. H. Hasani Ahmad Said, S.Th.I., M.A. adalah anak
kesebelas dari dua belas bersaudara dari pasangan
H. Ahmad Syamsuri bin H. Said dan Sunariyah
binti H. Surya. Lahir di ‘kota baja’ tepatnya di Link.
Pabean, Kec. Purwakarta, Kota Cilegon, Provinsi
Banten – Indonesia, Ahad, 21 Februari 1982 M./ 27 Rabiul Akhir
1402 H., Suami dari dr. Laeli Puspita Sari dan ayah dari Nakhwa
Haurajamila Elhasani (8 th) dan Nahla Hania Elhasani (5 tahun)
ini, pada wisuda ke 83 UIN Syarif Hidayatullah Syarif Hidayatullah
Jakarta digelari sebagai doktor terbaik UIN Jakarta pada tahun
2011. Doktor yang dijuluki sebagai doktor terbaik, termuda dan
tercepat oleh Majalah Alo Indonesia dan Koran Radar Banten. Saat
ini bertugas sebagai Dosen Tetap dan Lektor Kepala pada Fakultas
Ushuluddin Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pendiri Pusat Studi Ilmu al-Qur'an dan Tafsir (PUSIAT)
Elhasani ini menamatkan di SDN Pecinan, MTs dan Aliyah di al-
Khairiyah Karangtengah Cilegon Banten, dan menyelesaikan S1
hingga S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, konsentrasi Tafsir
29. 166 Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Hadits dan Ilmu al-Qur’an. Sedangkan Pendidikan non formalnya
5 tahun di Pondok Pesantren Salafi Nurul Qamar, Karang Tengah
Cilegon Banten, Pendidikan Kader Ulama MUI DKI Jakarta tahun
2005-2007, Pendidikan Kader Mufasir PSQ 2009-2010 dibawah
asuhan Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. dan dari lembaga ini
pula lulusan PKM terbaik ini mendapatkan kesempatan beasiswa
Sandwich Program ke Kairo, Mesir dalam rangka memantapkan
keilmuan Tafsir dan ‘Ulum al-Qur’an, sekaligus memperkaya dan
merampungkan disertasi.
Pada usia 26 tahun, tepatnya tahun 2007-2009 menjadi asisten
professor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, mengasistensi Prof. Dr.
Abdul Aziz Dahlan, dalam mengampu mata kuliah Ilmu Kalam dan
Studi Naskah Tasawuf di FUF; mengasisteni Prof. Dr. Rif’at Syauqi
Nawawi, M.A. mengampu mata kuliah ‘Ulūm al-Qur’ān dan Tafsir
di FITK; dan mengasisteni Prof. Dr. Sutarmadi, M.A. mengampu
mata kuliah ‘Ulūm al-Hadith dan Hadis Ahkam di FSH UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Beberapa even lokal, nasional hingga internasional yang diikuiti
di antaranya: 2011: Peserta, Sandwich Program, Post Doctoral, Pusat
Studi al-Qur’an ke Kairo-Mesir, April-Mei 2011, 2011 Narasumber
bersama Prof. Dr. Dadang Kahmad dan Sekum Muhammadiyah
pada seminar “NII dan Islam Radikal di Indonesia”, PCIM Kairo,
Mesir, 14 Mei 2011; 2011: Narasumber, “Kiprah dan Prospek
Mahasiswa Lulusan Luar Negeri di Indonesia”, Ikatan Mahasiswa
Lampung (IKMAL) Mesir, 18 Mei 2011; 2011: Pembicara, “Sejarah
al-Qur’an: Pengantar Studi al-Qur’an” Kajian Gabungan NUN
30. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka 167
Center IKPM Cabang Kairo dan al-Wasathiyah PCI Muhammadiyah
Mesir,Kairo,07Mei2011;2011:Pembicara,“Istighosah&Penutupan
Kegiatan Termin II Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama
MesirPeriode2010-2012”, Kairo, PCINU Mesir, 21 Mei 2011, Official
MTQ Internasional di Brunei Darussalam dan turut Hadir acara
kenegaraan Nuzulul Qur’an bersama Sultan Hassanal Bolkiah
tahun 2016, Official MTQ Internasional di USIM Malaysia tahun
2015, Kunjungan dan riset kerjasama dengan University Fathoni
Thailand, UM Malaysia, UBD Brunei Darussalam tahun 2016,
kunjungan ilmiah ke Turki tahun 2019 dan 2020, mengikuti Short
Cours di Jami’ah al-Musthafa Iran tahun 2017-2018, pembicara
Workshop LP3ES – IASI Jerman 2019, di tahun yang sama mengikti
rihlah ilmiah bersama 16 Profesor dan Doktor se-Indonesia ke
Jerman, Belanda, Belgia dan Paris dll atas undangan IASI Jerman.
Di bidang organisasi pria yang dulu pernah menjadi Ketua
OSISMadrasahAliyahdanWakilKetuaOsisMadrasahTsanawiyah
al-Khairiyah Karangtengah Cilegon ini dan aktif di berbagai ke
organisasian Mahasiswa baik Intra (LTTQ, HIQMA) maupun eksta
kampus, ia melabuhkan pengkaderannya di HMI hingga pengurus
Cabang Ciputat.
Pada tingkat Nasional, menduduki beberapa posisi penting di
antaranya Anggota komisi Dakwah MUI Pusat 2020-2024, Ketua
Departemen Dakwah PB Mathlaul Anwar, Wakil Ketua Pengurus
Pusat Forum Silaturahmi Doktor Idnonesia (Forsiladi), Pengurus
Pusat Forum Komunikasi Alumni Petugas Haji Indonesia
(FKAPHI), Ketua Komisi Dakwah Pengurus Pusat ADDAI (Asosiasi
31. 168 Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Dai-daiyah Indonesia), Syuriah PCNU Tangsel, Pembina LD NU
Tangsel, Pengurus Ikal UIN, Pengurus IKAL FU, Pengurus MUI
Tangsel, Pengurus MD KAHMI Tangsel, Pengurus ICMI Tangsel,
pengurus LPTQ Tangsel, juga menjadi dewan pembina Lembaga
Tahfidz dan Ta’lim al-Quran Masjid Fathullah, Pembina Himpunan
Qori’ dan Qori’ah Mahasiswa UIN Jakarta dll.
Pria yang dijuluki memiliki suara emas oleh Majalah Hidayah
ini, pernah menjuara MTQ Nasional Mahasiswa “Pionir” bidang
tilawah, syarhil Qur’an dan dua kali juara I MTQ Tingkat Nasional
Oxford Cours Indonesia bekerjasama dengan DEPAG RI; 2004 dan
2008, dan pada tahun ini, 2014 menjadi Dewan Hakim Tilawah
dan Syarhil al-Qur’an pada Olimpiade al-Qur’an Se-Indonesia,
memperebutkanpialaWakilMenteriAgamaRIyangdiselenggara
kan oleh Lembaga tahfidz dan Ta’lim al-Qur’an, Masjid Fathullah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Hakim MTQ Banten,
ketua Dewam Hakim Majelis Tafsir MTQ Cilegon, Dewan Hakim
MFQ, MSQ, Qiraat Sab’an Murattal, dan Makalah Ilmiyah al-Qur’an
di LPTQ Tangerang Selatan dll.
Pernah menjadi Ketua redaktur Jurnal al-‘Adalah (Jurnal
Kajian Hukum Islam) Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung
saat menjadi dosen tetap IAIN Raden Intan Lampung, yang dari
tangannya mengantarkan hingga TERAKREDIDASI DIKTI dari
tahun 2014-2019 hingga saat ini. Juga pernah menajadi ketua
Redaktur Jurnal Refleksi FU dan beberapa jurnal di FEB UIN
Jakarta. Dalam bidang akademik telah menghasilkan karya-
karya ilmiah baik be
rupa buku, kontributor tulisan, dan editor
32. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka 169
di antarnya: puluhan tulisan yang dimuat di jurnal baik Nasional
terakreditasi Dikti maupun jurnal Internasional terindeks scopus,
di antaranya: The Digital al-Qur’an Viewed by Indonesian Muslim
Schoolars, JARDCS, Vol. 12, 2020. ISSN: 1943-023X, The Polemic
Prohibition of Wearing Veil in Perspective al-Qur’an and Sadd al-
Dzari’ah, JTDE, Vol. 12, No. 3s (2020), ISSN: 1869-0459 (print) /
ISSN: 1869-2885 (online), The Review of Castration Punisment for
Pedophile in Islamic Law Perspekctive, IJAST, Vol. 29, No. 9s (2020),
ISSN: 2005-4238 (print), ISSN: 2207-6360 (online), The Chain of
Tafsir Schoolars Transmission Network in Nusantara, International
Journal of Psychosocial Rehablitation, Vol. 24, Issue 04, 2020, ISSN:
1475-77192, Islamic Relation, Local Tradition (Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah,andTheEthnicBaduy)andTheirEffectsonReligious
Life Patterns in Indonesia, International Journal European Journal
of Research in Social Sciences, Progressive Academic Publishing,
UK., Vol;. 8 No. 1, 2020. ISSN: 2056-5429, Harmonization of
Culture and Religion: Comparison of Baduy and Nahdlatul Ulama
Traditions, Vol. 20 (2020): Al-Ulum, IAIN Gorontalo, DOI: https://
doi.org/10.30603/au.v20i2.2034, The Understanding of Islamic
Thought as an Ideology and Methodology for the Indonesian
Millennial Generation, at-Tajdid, Jurnal Pendidikan dan Pemikiran
Islam UMM Metro, VOL 5, NO 01 (2021): JANUARI-JUNI 2021, DOI:
https://dx.doi.org/10.24127/att.v5i01.1469; Kalimatun Sawa’ in
the Perspective of Indonesian’s Interpretation, Jurnal Afkaruna,
Vol. 15, N0. 1, Juni 2019. DOI 10.18196/AIIJIS.2019.0095.55.81.
P.ISSN: 2599-0551, E-ISSN: 2599-0586, Portrait of The Qur’anic
33. 170 Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Studies in Oriental View, Jurnal At-Tibyan, Jurnal Ilmu al-Qur’an
dan Tafsir, IAIN Langsa Aceh, Vol. 3, No. 1, Juni 2018. P ISSN: 2442-
594X/E ISSN: 2579-5708, Mengenal Tafsir Nusantara: Melacak
Mata Rantai Tafsir dari Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore
hingg Brunai Darussalam, Refleksi, Fakultas Ushuluddin UIN
Jakarta, Vol. 16, Nomor 2, Oktober 2017, Islam dan Budaya di
Banten: Menelisik Tradisi Debus dan Maulid, Jurnal Kalam, UIN
Raden Intan Lampung, Vol. 10, No. 1, Juni 2016. P-ISSN: 0853-
9510, E-ISSN: 2540-7759, (SINTA 2), Tafsir al-Mishbah in The
Frame Work of Indonesia Golden Triangle Tafsirs: A Review on The
Correlation Study (Munasabah) of Quran, International Journal
HeritageofNusantara,2014;TafsirAhkamEkonomi:ZakatSebagai
Solusi Perekonomian Imat di Indonesia, Jurnal Bimas Islam, 2014;
Urgensi Tafsir Ahkam dalam Kajian al-Qur’an, Nuansa: Jurnal
Ilmiah Aktualisasi Studi Islam dan Kemasyarakatan, 2013; Ragam
Gaya Bahasa: Kajian atas Syair-syair Arab, Nuansa: Jurnal Ilmiah
Aktualisasi Studi Islam dan Kemasyarakatan, 2013; Dekonstruksi
Syariah: Menggagas Hukum Waris Perspektif Gender, Al-‘Adalah:
Jurnal Hukum, 2012; Hadis-hadis Misoginis: Wacana Pemahaman
Hadis, Menggali Akar Sosio-Kultural, al-Dzikra: Jurnal Ilmu al-
Qur’an dan al-Hadits, 2012; Manhaj Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
dalamKitabal-ManarfiShahihwaal-Dhaif,Madania:JurnalKajian
Islam, 2011; Ijtihad dan Sekularisasi: Telisik atas Tradisi Keilmuan
Islam dan Barat, Al-‘Adalah: Jurnal Hukum, 2011; Meneguhkan
Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara, IBDA’, Jurnal Kebudayaan
Islam, 2011; Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Kontemporer:
34. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka 171
Telaah Atas Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd Dan Muhammad
Arkoun, SUHUF: Jurnal Kajian al-Qur’an dan Kebudayaan, tahun
2011; Menimbang Perbankkan Syari’ah di Indonesia, Jurnal Bimas
Islam, Vol. 2 no. 3, Tahun 2009; Kesetaraan Jender dalam Perspektif
Hukum Waris, Jurnal Bimas Islam, Tahun 2010; Dimensi Ruhani
Manusia dalam Al-Qur’an dan Tasawuf, Jurnal Bimas Islam, Tahun
2010 dll.
DiantarakaryabukuterbitanNasionalyangbiasadimilikiyaitu:
Jaringan & Pembaharuan Ulama tafsir Nusantara Abad XVI-XXI,
Bandung: Manggu Makmur Lestari, 2020. ISBN: 978-623-7715-
18-4; Tafsir Teologis: Menggali Ayat-ayat Kalam dalam tafsir Fath
al-Qadir, Depok: Rajawali Pers, 2020. ISBN: 978-623-231-315-6;
Diskursus Munasabah al-Qur’an dalam Tafsir al-Mishbah, Jakarta:
Amzah,BumiAksara,2015,ISBN:978-602-8689-95-3;StudiIslam;
Kajian Islam Kontemporer, Jakarta: Rajagrafindo, 2016. ISBN: 978-
979-769-995-6; Diskursus Munasabah al-Qur’an—Mengungkap
Tradisi Tafsir Nusantara: Tinjauan Kritis Terhadap Konsep dan
Penerapan Munasabah dalam Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lectura-
Puslitbang Lektur Balitbang Diklat Lektur Khazanah Keagamaan
Kemenag RI, tahun 2014.; Detik-detik Terakhir Bersama Cak Nur
(Kontributor Tulisan) dalam All You Need is Love! Caknur di
Mata Anak Muda (ed. Ihsan Ali Fauzi & Ade Armando), Jakarta:
Democrazy Project Yayasan Abad Demokrasi, 2012 (Edisi
Digital), dicetak pertama kali oleh penerbit Paramadina, Syair-
syair Cinta Rasul: Kajian tahlil terhadap Corak Kasidah Burdah
karya al-Bushiri, karya Prof. Dr. H. Fathurrahman Rauf, Editor,
35. 172 Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka
Jakarta: Puspita Press, 2009; Studi Ilmu-Ilmu Hadis, Lampung:
Syariah Press, 2010; Kepribadian Qur’ani, karya Prof. Dr. H. Rif’at
Syauqi Nawawi, M.A., Editor, Jakarta: WNI, 2009. Sedangkan karya
dengan judul Diskursus Munasabah Al-Qur’an: Kajian Atas Tafsir
al-Mishbah adalah buah karya akademik disertasi penulis sebagai
syarat memperoleh gelar doktor dalam bidang ilmu Tafsir dan
umul Qur’an pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang terpilih sebagai disertasi Terbaik (dicetak terbatas)
versi Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagama
an Balitbang dan
Diklat Kemenag RI tahun 2013. Saat ini, edisi revisinya sudah
diterbitkan dan dipasarkan secara luas oleh Penerbit Amzah
sejak tahun 2015. Selain itu, aktif juga sebagai penulis lepas dan
tetap pada kolom opini pada beberapa Koran lokal dan beberapa
website di antarnya Lampung Post, Radar Lampung, Kabar Banten,
Radar Banten, Baraya Post, Tangsel Post, Alo Indonesia, Majalah
Alif dan lain-lain.
Di antara banyak penelitiannya, bertajuk The Tracking of
Exegesis Scholars Network in Nusantara (Indonesia, Malaysia,
Singapore, and Brunei Darussalam di 5 negara dalam International
Collaborative Research yang dibiayai oleh UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Di sela-sela rutinitas aktifitas tersebut, juga mengabdi
sebagai Imam dan Khatib juga dewan pakar Masjid Fathullah
UIN Jakarta. Juga terlibat aktif dengan dunia dakwah melalui
berbagai mimbar, Dai Nasional, khatib Jabodetabek, imam, dan
sebagai Qari’ (pembaca al-Qur’an) dari tingkat kampung, masjid,
instansi pemerintah, hotel, Kampus (Wisuda, Seminar Nasional-
36. Corak Sastra Tafsir Al-Qur’an: Studi Atas Tafsir Al-Azhar Karya Hamka 173
Internasional, Pengukuhan Guru Besar dan Dr. H.C.) hingga
menuju ke Istana Presiden dan Wakil Presiden. Bahkan beberapa
kali menjadi pengisi tetap acara Serambi Islami TVRI, Satukan
Shaf TVRI, Jelang Ifthar TVRI, Damai Indonesiaku TVONE, RCTI,
INDOSIAR, Cahaya Hati ANTV, Kurma Ramadhan Berita Satu
TV, Cermin Ramadhan I-News TV Bengkel Hati MNCTV, Solusi
Muslimah MNCTV Indovision, Dai Sahabat Iman ACT dan Dai
terstandarisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dan lain-
lain. Penulis dapat di sapa melalu email/fb: cilegonhasani@gmail.
com, atau call/wa tim Pusiat Elhasani ke 081574203074.