2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Panduan Praktik IDK 1
1. BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM
ILMU DASAR KEPERAWATAN 1
( IDK 1 )
DISUSUN OLEH :
TIM
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
PROGRAM STUDI PROGSUS S1 KEPERAWATAN
JL.GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS TELP.0291-437218
2. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT
atas terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik laboratorium Keperawatan
khususnya mata ajaran Ilmu Dasar Keperawatan 1 (IDK 1). Buku pedoman praktik
laboratorium keperawatan ini merupakan salah satu metode pembelajaran praktik
laboratorium keperawatan IDK 1 sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi
hardskill lulusan S-1 Keperawatan.
Buku panduan praktik laboratorium IDK 1 ini membahas konsep prosedur
atau tindakan keperawatan yang berhubungan dengan ilmu dasar keperawatan antara
lain tentang definisi, tujuan, indikasi dan kontra indikasi, persiapan alat dan prosedur
pelaksanaan dari kompetensi hardskill ilmu dasar keperawatan.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja aspek hard skill, namun
demikian aspek soft skill sangat berperan menjadikan lulusan yang unggul. Studi di
lapangan menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan mahasiswa
dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik laboratorium ilmu dasar keperawatan ini
dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Kami juga
merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan
ini sangat kami harapkan. Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat bagi proses
pembelajaran laboratorium mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan.
Kudus, Januari 2017
Tim Penyusun
3. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 3
DAFTAR ISI
Contents
PENDAHULUAN...............................................................................................................5
VISI DAN MISI STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS............................................................5
VISI DAN MISI PROGRAMSTUDI S1 KEPERAWATAN....................................................6
RANCANGAN PEMBELAJARAN..........................................................................................7
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE....................................................................................9
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA.........................................................................................9
PEMERIKSAAN FISIK LEHER .....................................................................................12
PEMERIKSAAN FISIK RONGGA MULUT DAN FARING.........................................................30
PEMERIKSAAN FISIK HIPOFARING DAN LARING............................................................34
PEMERIKSAAN FISIK PARU (THORAX).......................................................................37
Pemeriksaan Fisik Pada Ekstremitas ........................................................................65
PEMASANGAN INFUS, PERAWATAN, DAN PELEPASAN INFUS ...........................................95
MEMASANG INFUS........................................................................................................95
PERAWATAN DAN PELEPASAN INFUS..............................................................................97
MENGHITUNG TETESAN INFUS.......................................................................................99
Faktor tetes rumus dewasa .................................................................................... 103
Anak-anak (drip mikro) ........................................................................................ 104
Penurunan rumus anak.......................................................................................... 104
MENGUKUR INTAKE DAN OUTPUT................................................................................ 111
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT PARENTERAL( INJEKSI INTRAVENA,INTRAMUSKULAR,
SUBCUTAN, INTRACUTAN) ........................................................................................... 115
PROSEDUR NGT / NASOGASTRICTUBE( PEMASANGAN,PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT
DAN PELEPASAN NGT) .................................................................................................125
PEMBERIAN OKSIGEN ..................................................................................................136
FISIOTERAPI DADA....................................................................................................... 142
HEACTING ATAU PENJAHITAN LUKA ............................................................................. 151
KONSEP TEORI....................................................................................................... 151
PERAWATAN LUKA ...................................................................................................... 160
4. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 4
TEHNIK MENGATASINYERI........................................................................................... 164
(Distraksi , Relaksasi dan Massage)............................................................................... 164
TEHNIK MENGATASINYERI........................................................................................... 174
Kompres (hangat, dingin, kering, basah)........................................................................ 174
PEMBIDAIAN............................................................................................................... 179
Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing. USA : Mosby Elseiver. ................... 185
5. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 5
BAB I
PENDAHULUAN
VISI DAN MISI STIKES MUHAMMADIYAH
KUDUS
a. VISI
Menjadi sekolah tinggi kesehatan yang unggul, menghasilkan lulusan
dengan penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Keterampilan dan Seni
(IPTEKS), di tingkat regional dan nasional berlandaskan nilai nilai luhur
bangsa dan keislaman pada tahun 2020.
b. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan cara
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, terpadu, dan mampu memenuhi kebutuhan serta
tuntutan ketenagaan kesehatan pada tingkat regional dan nasional.
2. Mengembangkan kegiatan yang mendorong terwujudnya pendidikan
berbasis research bagi pendidikan melalui pelatihan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat
3. Merealisasikan pendidikan dengan menerapkan nilai-nilai Keislaman
untuk menghasilkan lulusan kesehatan yang islami dengan
keteladanan Kemuhammadiyahan dan berwawasan kebangsaan
4. Mengembangkan organisasi sekolah tinggi yang sesuai dengan
perkembangan zaman dan meningkatkan manajemen yang transparan,
berkualitas serta bertanggungjawab
5. Menjalin kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan dengan
stakeholders, instansi pemerintah maupun swasta.
6. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 6
VISIDANMISI PROGRAM STUDIS1KEPERAWATAN
a. VISI
Menjadi program studi S-1 Ilmu Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Kudus yang unggul, menghasilkan lulusan dengan
penguasaan IPTEKS serta berlandaskan nilai - nilai luhur bangsa dan
keislaman untuk kemanfaatan masyarakat di tingkat regional dan
nasional pada tahun 2020.
b. MISI
1. Menyelenggarakan pendidikanS-1 keperawatan yang unggul,
berkualitas dengan mengikuti perkembangan IPTEKS
2. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang mendorong
terwujudnya pendidikan berbasis riset melalui pelatihan, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat sesuai bidang ilmu
keperawatan untuk kemanfaatan masyarakat.
4. Mengembangkan peserta didik agar menjadi lulusan yang islami,
berwawasan kebangsaan dan mampu mengamalkan IPTEKS
keperawatan di masyarakat
5. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan IPTEKS dan
ketrampilan keperawatan dan lembaga dengan berbagai pihak.
A. PROFIL LULUSAN S1 KEPERAWATAN
1. Care Provider
2. Communicator
3. Educator and health promoter
7. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 7
4. Manager and leader
5. Researcher
BAB II
RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. Nama dan bobot SKS, Kode mata Kuliah dan Penempatan Semester
Nama Mata Kuliah : ILMU DASAR KEPERAWATAN
Bobot SKS : 5 SKS ( 4T, 1P)
Kode Mata Kuliah : P157420112
Penempatan Semester : SEMESTER 1
Koordinator : Sukarmin, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.,MB
Tim Pengajar : 1. Dewi Hartinah, S.Kep.,Ns.,M.Si.,Med
2. M.Purnomo,S.Kep.,SH.,M.Hkes
3. Sri Siska Mardiana, S.Kep.,Ns
B. Deskripsi mata Kuliah :
Mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan ini di tempuh di semester I pada program
studi S-1 keperawatan dengan beban 5 SKS (4 SKS Ceramah dan 1 SKS
Laboratorium). Mata kuliah membahas tentang struktur, fungsi, kelainan serta
mekanisme yang terjadi dalam pemenuhan kebutuhan dasar tubuh manusia dalam
menjaga fungsi dan homeostasis mulai dari tingkat sel sampai jaringan sesuai
dengan tumbuh kembangnya. Di dalamnya mencakup konsep biologi, fisika,
anatomi, fisiologi, biokimia dan patofisiologi serta konsep kebutuhan oksigenasi,
kebutuhan sirkulasi/ peredaran darah, kebutuhan sirkulasi dan elektrolit,
kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi, pemeriksaan fisik, konsep kebutuhan
aktifitas dan latihan, kebutuhan seksualitas pada manusia, kebutuhan rasa aman
dan nyaman, kebutuhan istirahat dan tidur serta proses infeksi dan transfer
8. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 8
mikroorganisme. Penerapan proses keperawatan dilaksanakan berdasarkan
kebutuhan dasar tersebut. Aktivitas belajar meliputi diskusi, seminar, penugasan,
role play di kelas dan praktikum di laboratorium institusi
C. Capaian Pembelajaran
1. Ketrampilan Khusus
Mampu melakukan tehnik :
1. Pemeriksaan fisik head to toe
2. Kateterisasi (Pemasangan,perawatan dan pelepasan kateter)
3. Pemasangan infus, menghitung tetesan infus serta Penghitungan intake
dan ouput
4. Pemberian obat IV, IM, SC, IC
5. Pemasangan NGT, Pemberian makan melalui NGT dan pelepasan NGT
6. Pemberian oksigen ( nasal, sungkup dan masker )
7. Fisioterapi dada
8. Perawatan Luka dan teknik mengatasi nyeri
1. Distraksi, Relaksasi & massage
2. Kompres (hangat,dingin,kering,basah)
9. Pembidaian
10. Heacting
11. ROM aktif dan pasif
D. Alokasi Waktu
Mata kuliah ini terdiri atas :
1 SKS Praktik x 15 x 170 menit x 1 kelas = 2550 menit
E. Praktik
Ujian kompetensi = 70 %
9. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 9
Nilai observasi/ PROJECT/ partisipasi kuliah = 30 %
PEMERIKSAAN FISIK HEADTOTOE
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat
melakukan keterampilan dalam pemeriksaan fisik kepala dengan tepat
dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan fisik
kepala dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik kepala dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik kepala sesuai dengan
prosedur yang tepat dan benar.
KONSEP TEORI
Pemeriksaan Kepala
a. Inspeksi : Lihat kebersihan kulit kepala, apakah ada ketombe, kutu
kepala, warna rambut, persebaran rambut kepala, dan bentuk kepala.
10. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 10
Bentuk kepala dipengaruhi oleh ras, penyakit, dan lingkungan. Bentuk
kepala (dolicephalus/ lonjong, Brakhiocephalus/ bulat), kesimetrisan,
dan pergerakan. Adakah hidrochepalus/ pembesaran kepala.
b. Palpasi : Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak (pada bayi). Rasakan
adanya massa pada kepala, adanya perubahan kontur tengkorak , atau
diskontinuitas tengkorak. Tanyakan apakah klien merasa nyeri, minta
klien untuk menunjukkan dan jangan lanjutkan palpasi.
c. Auskultasi : Menempatkan diafragma stetoskop pada daerah oksipital,
temporal dan orbital untuk mendengarkan apakah ada suara bruit.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR
TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, palpasi
pada kepala pasien.
TUJUAN 1. Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
2. Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala.
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat 1. Lampu / penlight
2. Sarung tangan dan Masker
Orientasi a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Mencuci tangan
c. Mengucapkan salam dan menyapa pasien
d. Memperkenalkan diri
e. Menjelaskan tujuan tindakan
f. Menjelaskan prosedur tindakan
11. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 11
g. Menempatkan alat di dekat klien dengan benar
Prosedur kerja 1. Inspeksi
a. Atur posisi klien duduk atau berdiri
b. Anjurkan klien untuk melepas penutup kepala,
kacamata dll
c. Lakukan inspeksi dengan mengamati bentuk kepala,
kesimetrisan dan keadaan kulit kepala.
d. Inspeksi penyebaran, ketebalan, kebersihan dan
tekstur, warna rambut.
2. Palpasi
a. Atur posisi duduk atau berdiri
b. Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kacamata dll
c. Memakai sarung tangan (terutama jika terdapat
luka/lesi di kepala).
d. Melakukan palpasi dengan gerakan memutar yang
lembut menggunakan ujung jari, lakukan mulai dari
depan turun kebawah melalui garis tengah kemudian
palpasi setiap sudut garis kepala.
e. Rasakan terdapat benjolan dan massa, tanda bekas
luka dikepala, pembekakan, nyeri tekan, dll. Jika hal
itu ditemukan perhatikan berapa besarnya/luasnya.
3. Auskultasi
a. Tempatkan diafragma stetoskop pada daerah oksipital,
temporal dan orbital lalu dengarkan apakah ada suara
bruit.
Terminasi 1. Merapikan alat dan Evaluasi tindakan
2. Kontrak waktu dan menyampaikan RTL
3. Cuci tangan
4. Mendokumentasikan tindakan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
12. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 12
PEMERIKSAANFISIKLEHER
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik leher dengan tepat dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan leher dengan
tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik leher dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik leher sesuai dengan prosedur
yang tepat dan benar.
KONSEP TEORI
Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :
a. Bentuk leher simetris atau tidak, ektomorf/kurus ditemukan pada orang
dengan gizi jelek, atau TBC, sedangkan endomorf ditemukan pada klen
obesitas, adakah peradangan ,jaringan parut, perubahan warna, dan massa
13. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 13
b. Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak dengan meraba pada
suprasternal pada saat klien menelan, normalnya tidak teraba kecuali pada
orang kurus
c. Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak, dengan cara lakukan
pembendungan pada supraclavikula kemudian tekan pada ujung proximal
vena jugularis sambil melepaskan bendungan pada supraclavikula,
ukurlah jarak vertical permukaan atas kolom darah terhadap bidang
horizontal, katakanlah jaraknya a Cm di atas atau di bawah bidang
horisontal. Maka nilai tekanan vena jugularisnya adalah : JVP = 5 – a
Cm, ( bila di bawah bidang horizontal ) JVP = 5 – a CmHg ( bila di atas
bidang horizontal ), normalnya JVP = 5 – 2 CmHg
Pengukuran langsung tekanan vena melalui pemasangan CVP dengan
memasukan cateter pada vena, tekanan normal CVP = 5 – 15 CmHg
Palpasi pada leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar
tiroid dan posisi trakea :
Pembesaran kelenjar limfe leher (Adenopati limfe) menandakan
adanya peradangan pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau
syphilis.
Pembesaran tiroid dapat terjadi karena defisiensi yodium
Perhatikan posisi trakea, bila bergeser atau tidak simetris dapat terjadi
karena proses desak ruang atau fibrosis pada paru atau mediastinum
14. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 14
d. Pada pemeriksaan lobus tiroid kanan, minta klien sedikit menunduk dan
menengokkan kepalanya sedikit ke kanan (kesisi yang sedang diperiksa)
dengan jari kiri geser trakea secara perlahan kekanan, dengan jari kanan
palpasi lobus tiroid, minta klien menelan saat melakukan palpasi (ulangi
langkah untuk lobus kiri tiroid)
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK LEHER
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR
TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, palpasi
pada kepala pasien.
TUJUAN 1. Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
2. Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala.
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat 1. 2 penggaris
2. Sarung tangan dan masker
Orientasi 1. Memberikan salam, panggil klien dg nama klien yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarganya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
15. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 15
5. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
6. Mencuci tangan
Prosedur kerja 1. Minta klien menegakkan kepala, inspeksi otot leher
(sternokleidomastoideus dan trapezius) untuk melihat
adanya pembengkakan atau massa abnormal
2. Gerakkan dagu ke dada (menentukan fungsi otot
sternokleidomastoideus)
3. Tengadahkan kepala sehingga dagu mengarah ke atas
(menentukan fungsi otot trapezius)
4. Gerakkan kepala sehingga telinga bergerak kearah bahu
kanan dan kiri (menentukan fungsi otot
sternokleidomastoideus)
5. Hadapkan kepala ke kanan dan kiri (menentukan fungsi
otot sternokleidomastoideus)
6. Minta klien menghadapkan kepala kesalah satu sisi
melawan tahanan tangan Anda, ulangi pada sisi yang lain
(menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus)
7. Minta klien mengangkat bahu melawan tahanan tangan
Anda (menentukan fungsi otot trapezius)
8. Palpasi seluruh bagian leher untuk menemukan adanya
pembesaran nodus limfe
9. Palpasi trakea untuk mengetahui adanya deviasi lateral.
Letakkan ujung jari atau ibu jari pada trakea di insisura
suprasternum, gerakkan jari ke sisi kiri dan kanan yang
dibatasi oleh klavikula, bagian anterior otot
sternokleidomastoideus dan trakea
10. Palpasi adanya bendungan vena jugularis (JVP) dengan
cara kepala ditinggikan 45º miring kiri, letakkan penggaris
tegak lurus sternal angle, letakkan penggaris ke 2 secara
horizontal dari sternokleidomastoideus (normalnya <4-5
cm)
16. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 16
11. Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid
12. Apabila diduga terdapat pembesaran kelenjar auskultasi
area tiroid untuk mengetahui adanya “bruit” (bunyi desir
halus yang ditimbulkan oleh turbulensi aliran darah).
Gunakan bagian stetoskop yang berbentuk bel
13. Rapikan pasien
14. Rapikan alat
Terminasi 1. Cuci tangan
2. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
17. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 17
PEMERIKSAANFISIK MATA
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik mata dengan tepat dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan mata dengan
tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik mata dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik mata sesuai dengan prosedur
yang tepat. Dan benar.
KONSEP TEORI
18. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 18
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK MATA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR
TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, palpasi
pada mata pasien.
TUJUAN 1. Mengetahui bentuk dan fungsi mata
2. Mengetahui adanya kelainan pada mata
KEBIJAKAN Surat keputusan
PERSIAPAN ALAT Senter kecil, Surat kabar atau majalah, Kartu snellen, Penutup
mata, Sarung tangan dan masker (jika perlu).
19. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 19
ORIENTASI 1. Memberikan salam, panggil klien dg nama klien yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarganya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
5. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
6. Mencuci tangan
PROSEDUR
KERJA
1. INSPEKSI
Kelopak mata
1. Anjurkan klien melihat lurus kedepan kemudian
bandingkan mata kiri dan kanan, inspeksi posisi dan
warna kelopak mata
2. Anjurkan klien memejamkan mata kemudian amati
bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata, serta
pada pingir kelopak mata.
3. Untuk ispeksi kelopak mata bawah, minta klien
untuk membuka mata, perhatikan frekuensi berkedip
mata.
Konjungtiva dan sklera
1. Anjurkan klien melihat lurus kedepan
2. Tarik kelopak mata bagian bawah kebawah dengan
mengunakan ibu jari, kemudan amati keadaan
konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah,
catat jika ada pus atau warnnya tidak normal.
Kornea
1. Berdiri disisi klien, lalu dengan cahaya tidak
langsung, inspeksi kejernihan dan tekstur kornea
2. Lakukan uji sensitivitas kornea dengan menyebtuhkan
gulungan kapas steril untuk melihat reaksi berkedip.
Pupil dan Iris
1. Atur pencahayaan kamar menjadi sedikit redup
20. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 20
2. Pegang kepala dan dagu klien agar tidak bergerak-
gerak
3. Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi
terhadap cahaya
4. Uji refleks pupil terhadap cahaya
5. Sinari pupil klien dengan senter dari samping
6. Amati mengecilnya pupil yang sedang disinari
7. Lakukan pada pupil yang lain
8. Periksa reflek akomodasi
9. Anjurkan klien untuk menatap suatu objek yang jauh
10. Anjurkan klien untuk menatap objek pemeriksa
(jari/pensil) yang dipegang 10 cm dari batang hidung
klien
11. Amati perubahan pupil dan akomodasi melalui
konstriksi saat melihat objek yang dekat.
Pergerakan Bola Mata
1. Anjurkan klien untuk melihat lurus kedepan
2. Amati kedua bola mata apakah diam atau nistagmus
(pergerakan secara spontan)
3. Amati bentuk, frekuensi (cepat/lambat)amati apakah
kedua mata memandang lurus kedepan atau salah satu
deviasi.
4. Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien
dengan jarak 15-30 cm.
5. Instruksikan klien agar mengikuti gerakan jari
pemeriksa ke-8 arah tatapan utama, yaitu atas dan
bawah, kanan dan kiri, diagonal keatas dan kebawah
kanan.
6. Jaga jari agartetap dalam lapang pandang penglihatan
normal.
Pemeriksaan visus (ketajaman penglihatan)
1. Gantungkan snellen cart pada jarak 5-6 meter dari
21. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 21
pasien
2. Minta pasien berdiri pada jarak 5-6 meter dari snellen
cart
3. Lakukan pemeriksaan pada mata kanan dengan cara
minta pasien menutup mata kirinya, kemudian minta
pasien menyebutkan huruf pada snellen cart yang
anda tunjuk.Pasien diminta membaca huruf
SNELLEN dari baris paling atas ke bawah. Hasil
pemeriksaan dicatat, kemudian diulangi untuk mata
sebelahnya.
Pemeriksaan Medan Penglihatan
1. Pemeriksa berdiri didepan klien kira-kira 60 cm
2. Tutup mata klien yang tidak diperiksa
3. Instruksikan klien untuk melihat lurus kedepan dan
memfokuskan pada 1 titik pandang.
4. Gerakan jari pemeriksa pada jarak yang sebanding
dengan panjang lengan di luar lapang penglihatan
5. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia
melihat jari pemeriksa.
6. Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar
selalu tetap ditengah antara pemeriksa dan klien.
7. Kaji mata sebelahnya.
Penglihatan warna
Dengan menggunakan buku ishihara, lakukan tes buta
warna dengan cara meminta penderita membaca dan
menyebutkan angka yang tampak pada setiap halaman
buku. Hasil bacaan penderita dikonfirmasikan dengan
jawaban yang tersedia untuk menentukan diagnosis
2. PALPASI
1. Anjurkan klien untuk memjamkan mata
2. Palpasi kedua mata dengan jari telunjuk diatas
kelopak mata sisi kiri dan sisi kanan
22. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 22
3. Dengan menekan-nekan bola mata, periksa nilai
konsistensianya dan adanya nyeri tekan
TERMINASI 1. Merapikan alat dan Melakukan evaluasi
2. Menyampaikan RTL
3. Berpamitan
4. Cuci tangan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
PEMERIKSAANFISIK TELINGA
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik telinga dengan tepat dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan fisik telinga
dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik telinga dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik telinga sesuai dengan prosedur
yang tepat
KONSEP TEORI
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar, telinga
bagian tengah, dan telinga bagian dalam.
23. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 23
Pemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan daun
telinga dan liang telinga dengan menentukan bentuk, besar, dan posisinya.
Pemeriksaaan liang telinga dapat dilakukan dengan bantuan otoskop. Pemeriksaan
selanjutnya adalah membran timpani. Membran timpani yang normal bentuknya
sedikit cekung dan mengkilap. Kemudian, dapat dilihat apakah terdapat perforasi
atau tidak. Pemeriksaan mastoid bertujuan untuk melihat adanya pembengkakan
pada daerah mastoid. Pemeriksaaan pendengaran dilaksanakan dengan bantuan
garputala untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan apa tidak.
Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi Daun Telinga
Pengkajian Hasil Normal
Inspeksi posisi, warna, ukuran,
bentuk, dan simetrisitas daun
telinga dan bandingkan dengan
hasil normal.
Dengan lembut palpasi daun
telinga mengenai tekstur,
adanya nyeri dan
pembengkakkan.
Palpasi prosesus mastoideus
mengenai nyeri dan
pembengkakan.
Apabila telinga tampak
inflamasi atau bila klien
menderita nyeri, tarik lobul
(lobus lunak di dasar daun
Daun telinga berukuran sebanding dan
setingkat satu sama lain dengan titik
puncak penempelan pada lipatan luar
mata. Posisi daun telinga vertikal
terhadap suatu garis yang ditarik
memanjang dari lipat luar (mata) ke titik
penempelan.
Daun telinga secara halus, kuat, dan
dapat digerakkan.
Jika ditekuk ke depan, daun telinga
kembali ke posisi normal setelah
dilepas.
Mastoid halus dan tidak nyeri.
Penarikan daun telinga secara tidak
nyeri. Bila penarikan daun telinga
mengakibatkan peningkatan nyeri yang
sudah ada, klien mungkin menderita
infeksi telinga tengah.
Liang seharusnya tidak bengkak atau
tertutup. Serumen seperti getah
24. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 24
telinga) dan tekan tragus untuk
mendeteksi peningkatan nyeri.
Inspeksi liang pendengaran
eksternal dan perhatikan
adanya cairan atau bau.
kekuningan.
Pemeriksaan Pendengaran
Pemeriksaan mengunakan bisiskan
1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh enam”
4. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama dengan menggunakan
kombinasi angka dan huruf yang berbeda.
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien.
Pemeriksaan Menggunakan Arloji
1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang
2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
3. Minta klien untuk member tahu pemeriksa jika ia mendengar detak
arloji
4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan meminta
klien untuk member tahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak
arloji. Normalnya, klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari
telinga.
25. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 25
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK TELINGA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR
TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan
telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
TUJUAN Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga, dan fungsi pendengaran.
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Arloji berjarum detik, Garpu tala, Speculum telinga, Lampu
kepala
Orientasi 1. Memberikan salam, panggil klien dg nama klien yang
26. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 26
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
dan keluarganya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
5. Mencuci tangan
Prosedur kerja Inspeksi dan Palpasi Telinga Luar
a. Mengatur posisi pasien
b. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji.
c. Mengatur pencahayaan dengan menggunakan auroskop,
sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas
bekerja.
d. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran,
bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan.
e. Lakukan palpasi dengan memegang telinga
menggunakan jari telunjuk dan jempol.
f. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari
jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri
g. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan
tulang telinga di bawah daun telinga.
h. Bandingkan telinga kiri dan kanan.
i. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara
berikut:
Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan
perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke
belakang sehingga lurus dan menjadi mudah
diamatai.
Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.
j. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/
serumen pada lubang telinga.
Pemeriksaan Garpu Tala
Pemeriksaan Rinne
27. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 27
1. Vibrasikan/getarkan garpu tala
2. Letakkan garputala pada prosessus mastoideus
klien
3. Anjurkan pasien untuk memberitahukan sewaktu
tidak mendengarkan getaran lagi.
4. Angkat garputala dan pegang didepan lubang
telinga klien berjarak kurang lebih 1-2 cm
5. Anjurkan pasien untuk memberitahukan masih
mendengarkan suara/tidak. Normalnya masih
mendengarkan kedua telingga.
6. Lakukan hal yang sama pada kedua telinga
Pemeriksaan Weber
1. Getarkan garpu tala di tengah puncak kepala
pasien
2. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar
jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah
satu telinga saja.
3. Catat hasil pemeiksaan pendengaran tersebut.
Pemeriksaan Swabach
1. Vibrasikan/getarkan garpu tala
2. Letakkan garputala pada prosessus mastoideus
klien
3. Anjurkan orang yang diperiksa mengangkat
tangan bila sudah tidak mendengar atau tidak
merasakan getaran.
4. Bila orang yang diperiksa sudah tidak mendengar
atau tidak merasakan getaran maka pindah ke
prosessus mastoideus pemeriksa
5. Bila pemeriksa masih mendengarkan maka
hasilnya swabach memendek
6. Bila pemeriksa tidak mendengar maka tes harus
diulangi dengan alur yang berkebalikan yaitu :
28. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 28
Getarkan garputala kemudian letakkan di
prosessus mastoideus pemeriksa, setelah
tidak mendengar dengan cepat garputala
dipindahkan ke prosessus mastoideus
orang yaNg diperiksa
Apabila orang yang diperiksa masih
mendengar hasilnya swabach memanjang
7. Bila orang yang diperiksa tidak mendengar maka
hasinya Normal
Terminasi 1. Merapikan alat dan Melakukan evaluasi
2. Menyampaikan RTL
3. Berpamitan
4. Cuci tangan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
PEMERIKSAANFISIKHIDUNG
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat
melakukan keterampilan dalam pemeriksaan fisik hidung dengan tepat
dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan hidung
dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik hidung dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik hidung sesuai dengan prosedur
yang tepat
29. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 29
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR
TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan untuk Mengetahui bentuk dan
fungsi hidung
TUJUAN Mengetahui bentuk dan fungsi hidung, Menentukan
kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Speculum hidung,Senter kecil,Lampu penerangan, Sarung
tangan dan masker (jika diperlukan)
Orientasi 1. Memberikan salam, panggil klien dg nama klien yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
dan keluarganya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
5. Mencuci tangan
Prosedur kerja 1. Inspeksi hidung bagian luar untuk melihat adanya
kelainan bentuk, ukuran atau warna, septum nasi
2. Inspeksi rongga hidung dengan penlight atau speculum
nasal, catat adanya kemerahan, pembengkakan dan
cairan yang keluar dari hidung
3. Palpasi hidung bagian luar dengan lembut untuk
menentukan area yang mengalami nyeri tekan, terdapat
massa dan mengalami pergeseran tulang kartilago,
deviasi septum nasi
4. Tentukan kepatenan rongga hidung, minta klien
30. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 30
menutup mulut, mengeluarkan tekanan pada salah satu
lubang hidung dan bernafas pada lubang hidung yang
lain (ulangi prosedur untuk lubang hidung yang
berbeda)
5. Palpasi semua sinus paranasalis untuk mengetahui
adanya nyeri tekan
Terminasi 1. Merapikan pasien dan alat
2. Melepaskan sarung tangan
3. Melakukan evaluasi hasil tindakan
4. Berpamitan
5. Mencuci tangan
6. Melakukan dokumentasi
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
PEMERIKSAAN FISIK RONGGAMULUT DAN FARING
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik rongga mulut dan faring dengan tepat
dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan mulut dan
faring dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik mulut dan faring dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik mulut dan faring sesuai dengan
prosedur yang tepat dan benar
KONSEP TEORI
31. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 31
Pemeriksaan fisik mulut yaitu suatu pemeriksaan yang dilakukan pada mulut
dengan atau tanpa alat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau data
yang menggambarkan kondisi klien yang sesungguhnya.
Teknik pemeriksaan pada mulut meliputi inspeksi, palpasi, dan perkusi
(dilakukan hanya pada gigi).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan mulut yaitu :
a) Pengkajian mulut dan faring dilakukan dengan posisi duduk
b) Pencahayaan harus baik, sehingga semua bagian dalam mulut dapat
diamati dengan jelas.
c) Pengkajian di mulai dengan mengamati bibir, gigi, gusi, lidah, selaput
lendir, pipi bagian dalam, lantai dasar mulut dan palatum/langit-langit
mulut, kemudian faring.
Indikasi : Stomatitis , Kanker orofaring, Gigi yang terinfeksi
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK MULUT
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR
TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, palpasi
pada mulut pasien.
TUJUAN Mengetahui bentuk mulut, Untuk mengetahui warna, lesi,
atau adanya tumor
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Sarung tangan dan masker
Orientasi 1. Memberikan salam, panggil klien dg nama klien yang
disenangi
32. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 32
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien dan
keluarganya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
5. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
6. Mencuci tangan
Prosedur kerja Inspeksi
1. Bantu pasien duduk berhadapan dengan anda, dengan
tinggi yang sejajar
2. Amati bibir untuk mengetahui kelainan kongenital,
bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lesi, dan massa.
3. Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien
dianjurkan membuka mulut.
4. Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan
gunakan penekan lidah untuk menekan lidah sehingga
gigi akan nampak lebih jelas.
5. Amati keadaan setiap gigi mengenai posisi, jarak, gigi
rahang atas dan bawah, ukuran, warna, lesi atau
adanya tumor. Amati juga secara khusus pada akar-
akar gigi dan gusi.
6. Pemeriksaan gigi dengan cara mengetuk secara
sistematis, bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas
dan bawah, dan anjurkan pasien untuk memberitahu
bila merasa nyeri sewaktu diketuk.
7. Perhatikan pula ciri – ciri umum sewaktu melakukan
pengkajian antara lain kebersihan mulut dan bau
mulut.
8. Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya. Suruh pasien menjulurkan lidah dan
amati mengenai kelurusan, warna, ulkus, maupun
setiap ada kelainan.
9. Amati selaput lendir mulut secara sistematis pada
33. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 33
semua bagian mulut mengenaai warna, adanya
pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan, ulkus dan
perdarahan.
10. Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan
menutup mulut sejenak bila capai, lalu lanjutkan
dengan inspeksi paring dengan cara pasien dianjurkan
membuka mulut, tekan lidah kebawah pasien sewaktu
pasien berkata “ah”. Amati paring terhadap
kesimetrisan ovula.
Palpasi
1. Atur posisi pasien duduk menghadap anda.
2. Anjurkan pasien membuka mulut.
3. Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari
telunjuk berada di dalam). Palpasi pipi secara
sistematis dan perhatikan terhadap adanya tumor atau
pembengkakan. Bila ada pembengkakan
determinasikan menurut ukuran, konsistensi,
hubungan dengan daerah sekitarnya dan adanya nyeri.
4. Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari
telunjuk dan rasakan terhadap adanya pembengkakan
dan visura.
5. Palpasi dasar mulut dengan cara pasien mengatakan
“el” kemudian palpasi dilakukan pada dasar mulut
secara sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan.
Bila diperlukan beri sedikit penekanan dengan ibu jari
dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi. Catat
apabila ada pembengkakan
6. Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan
lidah, pegang lidah dengan kasa steril menggunakan
tangan kiri. Dengan jari penunjuk tangan kanan
lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan
batas-bats lidah.
34. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 34
Terminasi 1. Merapikan pasien dan alat
2. Melepaskan sarung tangan
3. Melakukan evaluasi hasil tindakan
4. Berpamitan
5. Mencuci tangan
6. Melakukan dokumentasi
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
PEMERIKSAAN FISIK HIPOFARING DAN
LARING
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik hipofaring dan laring dengan tepat dan
benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan hipofaring
dan laring dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik hipofaring dan laring dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik hipofaring dan laring sesuai
dengan prosedur yang tepat
35. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 35
KONSEP TEORI
Pemeriksaan pada hipofaring dan laring , perhatikan :
Epiglotis yang berbentuk omega
Aritenoid berupa tonjolan 2 buah
Plika ariepiglotika yaitu lipatan yang menghubungkan aritenoid dengan
epiglottis
Pita suara (plika vokalis): warna, gerakan adduksi pada waktu fonasi
danabduksi pada waktu inspirasi, tumor dan lain-lain
Pita suara palsu (plika ventrikularis) : warna, edema atau tidak, tumor.
Valekula : adakah benda asing
Sinus piriformis : apakah banyak sekret
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN HIPOFARING DAN LARING
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR
TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, palpasi
pada mulut pasien.
TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
36. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 36
6. Merangsang peristaltik usus
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Handschone dan Masker
Orientasi 1. Memberikan salam, panggil klien dg nama klien yang
disenangi
2. Memperkenalkan nama perawat
3. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien
dan keluarganya
4. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
5. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
6. Mencuci tangan
Prosedur kerja Pasien duduk lurus agak condong ke depan dengan leher agak
fleksi. Lidah pasien dijulurkan kemudian dipegang dengan
tangan kiri memakai kasa. Pasien diminta bernafas melalui
mulut denggan tenang. Kaca tenggorok yang telah
dihangatkan dipegang dengan tangan kanan seperti
memegang pensil, diarahkan ke bawah, dimasukkan ke dalam
mulut dan diletakkan di muka uvula. Diperhatikan :
Epiglotis yang berbentuk omega
Aritenoid berupa tonjolan 2 buah
Plika ariepiglotika yaitu lipatan yang menghubungkan
aritenoid denganepiglottis
Pita suara (plika vokalis): warna, gerakan adduksi
pada waktu fonasi danabduksi pada waktu inspirasi,
tumor dan lain-lain
Pita suara palsu (plika ventrikularis) : warna, edema
atau tidak, tumor.
Valekula : adakah benda asing
Sinus piriformis : apakah banyak sekret
Terminasi 1. Merapikan pasien dan alat
37. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 37
2. Melepaskan sarung tangan
3. Melakukan evaluasi hasil tindakan
4. Berpamitan
5. Mencuci tangan
6. Melakukan dokumentasi
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
PEMERIKSAAN FISIK PARU (THORAX)
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat
melakukan keterampilan dalam pemeriksaan fisik paru dengan tepat dan
benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan fisik paru
dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik paru dengan tepat.
38. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 38
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik paru sesuai dengan prosedur
yang tepat
KONSEP TEORI
Pengertian Pemeriksaan Thorax
Pemeriksaan thorax adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan
fungsi dari thorax dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilakukan dengan
cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada pemeriksaan dada yang
perlu diperhatikan antara lain :
1. Posisi pasien diusahakan duduk sama tinggi dengan pemeriksa atau
berbaring tergantung bagian mana yang akan diperiksa.
2. Daerah dada yang akan diperiksa harus terbuka.
3. Usahakan keadaan pasien santai dan relaksasi untuk mengendorkan otot-
otot, terutama otot pernapasan.
4. Usahakan pemeriksa untuk tidak kontak langsung dengan pernapasan
pasien, untuk menghindari penularan melalui pernapasan, caranya dengan
meminta pasien memalingkan muka ke arah samping.
39. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 39
Gambar : suara perkusi paru, normalnya adalah resonan namun dari tanda garis
hitam ke bawah adalah dullness (karena ada organ hepar)
Tehnik Pemeriksaan Thorax
1.Inspeksi
1) Perhatikan irama dan frekuensi pernapasan. Dikenal berbagai tipe :
Normal. Rate dewasa 8 – 16 x/menit dan anak maksimal 44 x /menit
Tachypnoea.Cepat dan dangkal, penyebab : nyeri pleuritik, penyakit paru
restriktif, diafragma letak tinggi karena berbagai sebab.
Hyperpnoea hiperventilasi. Napas cepat dan dalam, penyebabnya: cemas,
exercise, asidosis metabolik, pada kasus koma ingat gangguan otak
(midbrain/pons).
Pernapasan Kussmaul. Napas dalam dengan asidosis metabolic
Bradypnoea. Napas lambat, karena depresi respirasi karena obat, tekanan
intrakranial meninggi.
Napas Cheyne Stokes. Ada perioda siklik antara napas dalam dan apnoe
bergantian. Gagal jantung, uremi, depresi napas, kerusakan otak.
Meskipun demikian dapat terjadi pada manula dana anak-anak.
40. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 40
Pernapasan Biot . Disebut pernapasan ataxic, iramanya tidak dapat
diramalkan, acap ditemukan pada kerusakan otak di tingkat medulla.
Sighing. “Unjal ambegan”, menggambarkan sindrom hiperventilasi yang
dapat berakibat pusing dan sensasi, sesak napas‟, psikologik juga.
Ekspirasi diperpanjang. Ini terjadi pada penyakit paru obstruktif, karena
resistensi jalan napas yang meningkat.
2) Gerakan paru yang tidak sama, dapat kita amati dengan melihat lapang dada
dari kaki penderita, tertinggal, umumnya menggambarkan adanya gangguan
di daerah dimana ada gerakan dada yang tertinggal. (tertinggal = abnormal)
3) Dada yang lebih tertarik ke dalam dapat karena paru mengkerut (atelectasis,
fibrosis) pleura mengkerut (schwarte) sedangkan dada mencembung karena
paru mengembung (emfisema pulmo) pleura berisi cairan (efusi pleura)
Deformitas dan bentuk dada
Dada normal anak. Dada normal dewasa Dada bentuk tong. Diameter antero-
post memanjang – usila, kifosis, emfisema paru disebut juga barrel chest Dada bentuk
corong.Funnel chest, pectus excavatum, lekuk di sternum bawah yang dapat membuat
kompresi jantung dan vasa besar --- bising Dada Burung. pigeon chest, pectus
carinatum,dada menjorok ke depan Dada kifoskoliosis. Dada mengikuti deformitas
punggung, terjadi distorsi alat dalam yang sering mengganggu interpretasi dapatan
diagnosis fisik.
2.Palpasi
1) Dengan palpasi ini diharapkan kita dapat menilai semua kelainan pada
dinding dada (tumor, benjolan, muskuloskeletal, rasa nyeri di tempat
tertentu, limfonodi, posisi trakea serta pergeserannya, fraktur iga, ruang
antar iga, fossa supraklavikuler, dsb) serta gerakan, excursion dinding dada
2) Lingkarkan pita ukur (ukur sampai 0.5 cm ketelitian) sekitar dada dan nilai
lingkar ekspirasi dan lingkar inspirasi dalam, yang menggambarkan
elastisitas paru dan dada.
3) Untuk ini diperlukan penggunaan dua tangan ditempatkan di daerah yang
simetris, kemudian dinilai. Pada waktu pasien bernapas dalam :
tangan diletakkan di bagian depan dada) maka amati gerakan dada
simetriskah,
41. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 41
(tangan ditaruh di dada samping) gerakan tangan kita naik turun secara
simetris apa tidak,
(tangan ditaruh di dada belakang bawah) gerakan tangan ke lateral di
bagian bawah atau tidak. Gerakan dinding dada maksimal terjadi di
bagian depan dan bawah.
4) Pada waktu melakukan palapasi kita gunakan juga untuk memeriksa
fremitus taktil. Dinilai dengan hantaran suara yang dijalarkan ke permukaan
dada dan kita raba dengan tangan kita.
5) Pasien diminta mengucapkan dengan suara dalam, misalnya mengucapkan
sembilan puluh sembilan (99) atau satu-dua-tiga dan rasakan getaran yang
dijalarkan di kedua tangan saudara.
Fremitus akan meninggi kalau ada konsolidasi paru (misal : pneumonia,
fibrosis)
fremitus berkurang atau menghilang apabila ada gangguan hantaran ke
dinding dada (efusi pleura, penebalan pleura, tumor, pneumothorax)
6) Apabila jaringan paru yang berisi udara ini menjadi kurang udaranya atau
padat,suara yang dijalarkan ke dinding dada lewat cabang bronkus yang
terbuka ini melemah. Suara dengan nada tinggi (high-pitched sounds) yang
biasanya tersaring terdengar lebih jelas. Keadaan ini ditemukan di
permukaaan dari jaringan paru yang abnormal. Perubahan ini dikenal
sebagai : suara bronchial, bronchophonie, egophony dan suara bisikan
(whispered pictoriloqui). Untuk mudahnya dikatakan : suara bronchial dan
vesikuler mengeras. Hal ini dapat dirasakan dengan palpasi (fremitus taktil)
atau didengar dengan auskultasi.
42. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 42
3. Perkusi
1) Tujuan perkusi dada dan paru ini ialah untuk mencari batas dan menentukan
kualitas jaringan paru-paru.
2) Perkusi terdapat cara : direk : langsung mengetuk dada atau iga - cara klasik
Auenbrugger) atau indirek: ketukan pada jari kiri yang bertindak sebagai
plessimeter oleh jari kanan
3) Di bagian depan mulai di fossa supraclav. Terus ke bawah, demikian juga
pada bagian belakang dada. Ketukan perkusi dapat keras atau lemah. Makin
keras makin dalam suara dapat „tertembus‟. Misalnya untuk batas paru
bawah yang jaringan parunya mulai menipis, dengan perkusi keras maka
akan terkesan jaringan di bawahnya sedangkan dengan perkusi lemah maka
masih terdeteksi paru yang tipis ini sehingga masih terdengar suara sonor.
4) Dengan perkusi dapat terdengar beberapa kemungkinan suara :
Suara sonor (resonant) : suara perkusi jaringan paru normal (latihlah di
paru anda).
43. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 43
Suara memendek (suara tidak panjang)
Suara redup (dull), ketukan pada pleura yang terisi cairan, efusi pleura.
Suara timpani (tympanic) seperti ketukan di atas lambung yang kembung
Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati
Resonansi amforik, seperti timpani tetapi lebih bergaung, Metallklang
Hipersonor (hyperresonant) disini justru suara lebih keras, contoh pada
bagian paru yang di atas daerah yang ada cairannya, suara antara sonor
dan timpani, karena udara bertambah misalnya pada emfisema
pulmonum, juga pneumothorak.
5) Perkusi dapat menentukan batas paru hati, peranjakan, batas jantung relatif
dan batas jantung absolut. Kepadatan (konsolidasi) yang tertutup oleh
jaringan paru lebih tebal dari 5 cm sulit dideteksi dengan perkusi.
Kombinasi antara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi banyak
mengungkap patologi paru. Perlu diingat bahwa posisi pasien (misalnya
tidur miring) mempengaruhi suara perkusi meskipun sebenarnya “normal”
6) Untuk menentukan batas paru bawah gunakan perkusi lemah di punggung
sampai terdengar perubahan dari sonor ke redup, kemudian pasien diminta
inspirasi dalam-tahan napas-perkusi lagi sampai redup. Perbedaan ini
disebut peranjakan paru (normal 2 – 3 cm). Peranjakan akan kurang atau
hilang pada emfisema paru, pada efusi pleura, dan asites yang berlebihan.
Untuk menentukan batas paru-hati lakukan hal yang sama di bagian depan
paru, linea medio clavicularis kanan.
7) Dalam melakukan perkusi ingat selalu pembagian lobus paru yang ada
dibawahnya, seperti diketahui paru kanan terdiri dari lobus superior, medius
dan inferior dan lobus kiri terdiri hanya dari lobus superior dan lobus
inferior .
8) Perkusi hendaknya dimulai di tempat yang diduga sehat (dari inspeksi dan
palpasi) menuju ke bagian yang diduga sakit. Untuk lebih meyakinkan,
bandingkan dengan bagian yang kontra lateral. Batas-batas kelainan harus
ditentukan
44. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 44
9) Perkusi untuk menentukan apek paru (Kronig’s isthmus) dilakukan dengan
cara melakukan perkusi di pundak mulai dari lateral ke arah medial. Suara
perkusi dari redup sampai sonor, diberi tanda. Kemudian perkusi dari
medial (leher) ke lateral sampai terdengar sonor, beri tanda lagi. Diantara
kedua tanda inilah letaknya apek paru. Pada orang sehat lebarnya 4-6 cm.
Pada kelainan di puncak paru (tuberculosis atau tumor) daerah sonor ini
menyempit atau hilang (seluruhnya redup).
10) Pada perkusi efusi pleura dengan jumlah ciran kira-kira mengisi sebagian
hemitoraks (tidak terlalu sedikit dan juga tidak terlalu banyak) akan
ditemukan batas cairan (keredupan) berbentuk garis lengkung yang berjalan
dari lateral ke medial bawah yang disebut garis Ellis-Damoiseau.
11) Pada perkusi di kiri depan bawah akan terdengar suara timpani yang
berbentuk setengah lingkaran yang disebut daerah semilunar dari Traube.
Daerah ini menggambarkan lambung (daerah bulbus) terisi udara.
4. Auskultasi
1) Untuk auskultasi digunakan stetoskop, sebaiknya yang dapat masuk antara 2
iga (dalam ruang antar iga). Urutan pemeriksaan seperti pada perkusi.
Minimal harus didengar satu siklus pernapasan (inspirasi-ekspirasi).
Bandingkan kiri-kanan pada tempat simetris.
2) Umumnya fase inspirasi lebih panjang dan lebih jelas dari ekspirasi.
Penjelasan serta perpanjangan fase ekspirasi mempunyai arti penting. Kita
mulai dengan melukiskan suara dasar dahulu kemudian melukiskan suara
45. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 45
tambahannya. Kombinasi ini, bersama dengan palpasi dan perkusi
memberikan diagnosis serta diferensial diagnosis penyakit paru.
3) Suara dasar :
Vesikuler: Suara paru normal, inspirium > ekspirium serta lebih jelas
Vesikuler melemah: Pada bronchostenose, emfisema paru,
pneumothorak, eksudat, atelektase masif, infiltrat masif, tumor.
Vesikuler mengeras: Terdengar lebih keras.
Vesikuler mengeras dan memanjang: Pada radang
Bronchial: Ekspirasi lebih jelas, seperti suara dekat trachea, dimana paru
lebih padat tetapi bronchus masih terbuka (kompresi, radang) Amforik:
Seperti bunyi yang ditimbulkan kalau kita meniup diatas mulut botol
kososng sering pada caverne. Eksipirasi Jelas.
4) Suara tambahan :
Ronchi kering (bronchitis geruis, sonorous, dry rales). Pada fase inspirasi
maupun ekspirasi dapat nada tinggi (sibilant) dan nada rendah (sonorous) =
rhonchi, rogchos berarti „ngorok‟. Sebabnya ada getaran lendir oleh aliran
udara. Dengan dibatukkan sering hilang atau berubah sifat. Rhonchi basah
(moist rales). Timbul letupan gelembung dari aliran udara yang lewat
cairan. Bunyi di fase inspirasi.
ronkhi basah halus (suara timbul di bronchioli),
ronkhi basah sedang (bronchus sedang),
ronkhi basah kasar (suara berasal dari bronchus besar).
ronkhi basah meletup. Sifatnya musikal, khas pada infiltrat, pneumonia,
tuberculosis.
Krepitasi. Suara halus timbul karena terbukanya alveolus secara
mendadak, serentak terdengar di fase inspirasi. (contoh: atelectase
tekanan)
Suara gesekan (wrijfgeruisen, friction-rub). Ada gesekan pleura dan
gesek perikardial sebabnya adalah gesekan dua permukaan yang kasar
(mis: berfibrin)
46. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 46
Ronkhi basah sering juga disebut sebagai crackles, rhonchi kering disebut
sebagai wheezes dan gesek pleura atau gesek perikard sebagai pleural dan
pericardial rubs.
Auskultasi suara
Dapat dilaksanakan dengan auskultasi menggunakan dua cara: suara
keras dan suara berbisik (gunakan suara S). Terdengar resonansi suara yang
jelas makin kita auskultasi mendekati hilus. (depan di IC 2 dan 3 dekat
sternum dan belakang interskapula dekat vertebra). Apabila suara tadi
dijalarkan membaik Maka disebut ada bronchophoni (paling baik digunakan
suara bisik). Diatas eksudat yang terlalu besar didengar egophoni suara ini
jarang ditemukan.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK PARU-PARU
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Serangkaian pemeriksaan pada daerah paru-paru yang terdiri ari
inpeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi.
TUJUAN 1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit dinding
dada
2. Mengetahui frekuensi ,sifat irama pernafasan
47. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 47
3. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, taktil ftemitus
4. Mengathui keadaan paru, rongga pleura
5. Mengatahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya
6. Mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkial
7. Mengetahui adanya sumbatan aliran udara
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Stetoskop, handscoon ( bila perlu), masker (bila perlu).
Orientasi 1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama
2. Memperkenalkan diri
3. Memberi penjelasan tentang prosedur dan tujuan tindakan
4. Mengatur posisi klien agar nyaman baik bagi klien atau perawat
5. Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan
Prosedur kerja 1. Cuci tangan
2. Melakukan inspeksi untuk melihat kesimetrisan dengan semua
area dada terlihat
3. Melakukan palpasi : membandingkan ekspansi paru dan focal
fremitus kanan dan kiri
4. Melakukan perkusi dengan membandingkan kanan dan kiri
5. Melakukan auskultasi pada paru kanan dan kiri dengan
memperhatikan pernafasan pasien
Terminasi 1. Perhatikan Respon klien setelah tindakan
2. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
3. Menyampaikan RTL
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Cuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
48. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 48
PEMERIKSAANFISIK JANTUNG
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik jantung dengan tepat dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan fisik jantung
dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan pemeriksaan
fisik jajntung dengan tepat.
49. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 49
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik jantung sesuai dengan prosedur
yang tepat
KONSEP TEORI
Letak Anatomi Jantung
Keterangan:
Batas-batas anatomis jantung
Batas Atas : Intercosate II kanan.
Batas pinggir kanan : Mid clavicularis (2/3 cm dari pinggir sternum bagian
kanan)
Batas Kiri atas : Intercostae II kiri mid clavicularis sinistra (5 cm dari
pinggir sternum bagian kiri)
Batas Kiri tengah : Mid clavicula III kiri
Batas Kiri bawah : Mid clavicula IV-V 3 cm kiri
50. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 50
A. Prosedur Pemeriksaan Fisik Jantung
1. Inspeksi Jantung
Tanda-tanda yang diamati :
1) Bentuk prekordium
(1) Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris
(2) Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat perikarditis menahun,
fibrosis atau atelektasis paru, scoliosis atau kifoskoliosis
(3) Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari pembesaran
jantung, efusi epikardium, efusi pleura, tumor paru, tumor
mediastinum
2) Denyut pada apeks jantung
(1)Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang atau
berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis sinistra
(2) Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV
(3) Sifat iktus :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus
akan meluas.
51. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 51
b. Iktus hanya terjadi selama systole. Oleh karena itu, untuk
memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis
untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari systole.
3) Denyut nadi pada dada
(1) Apabila di dada bagian atas terdapat denyutan maka harus curiga
adanya kelainan pada aorta
(2) Aneurisma aorta ascenden dapat menimbulkan denyutan di ruang
interkostal II kanan, sedangkan denyutan dada di daerah ruang
interkostal II kiri menunjukkan adanya dilatasi a. pulmonalis dan
aneurisma aorta descenden
4) Denyut vena
(1) Vena yang tampak pada dada dan punggung tidak menunjukkan
denyutan
(2) Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah vena jugularis interna
dan eksterna
2. Palpasi Jantung
Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan iktus cordis
Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus, dan apabila teraba dinilai
kuat angkat atau tidak
Kadang-kadang kita tidak dapat melihat, tetapi dapat meraba iktus
Pada keadaan normal iktus cordis dapat teraba pada ruang interkostal kiri
V, agak ke medial (2 cm) dari linea midklavikularis kiri.
2) Pemeriksaan getaran / thrill
Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya kelainan katub bawaan
atau penyakit jantung congenital.
Disini harus diperhatikan :
(1) Lokalisasi dari getaran
(2) Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
(3) Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila orang
tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi jantung dan darah
akan mengalir lebih cepat.
52. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 52
(4) Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya akan
terdengar bising jantung
3) Pemeriksaan gerakan trachea
Pada pemeriksaan jantung, trachea harus juga diperhatikan karena anatomi
trachea berhubungan dengan arkus aorta
Pada aneurisma aorta denyutan aorta menjalar ke trachea dan denyutan ini
dapat teraba
3. Perkusi Jantung
Kita melakukan perkusi untuk menetapkan batas-batas jantung
1) Batas kiri jantung
Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke medial.
Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita
tetapkan sebagai batas jantung kiri
Normal
Atas : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
Bawah : SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( t4
iktus)
2) Batas kanan jantung
(4) Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.
(5) Disini agak sulit menentukan batas jantung karena letaknya agak jauh
dari dinding depan thorak
(6) Normal :
a. Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal III-
IV kanan,di linea parasternalis kanan
b. Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea
parasternalis kanan
(7) Perkusi jantung mempunyai arti pada dua macam penyakit jantung
yaitu efusi pericardium dan aneurisma aorta
4. Auskultasi Jantung
1) Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop duplek, yang memiliki dua
corong yang dapat dipakai bergantian.
53. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 53
2) Corong pertama berbentuk kerucut (bell)yang sangat baik untuk
mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi (apeks)
3) Corong yang kedua berbentuk lingkaran (diafragma) yang sangat baik
untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
54. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 54
PROSEDUR TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa bagian
jantung pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
TUJUAN 1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit dinding
dada
2. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan
3. Mengetahui batas-batas jantung
4. mengetahui suara jantung
5. Mengetahui letak apeks jantung
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Stetoskop, handscoon (bila perlu), masker (bila perlu).
Orientasi 1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama
2. Memperkenalkan diri
3. Memberi penjelasan tentang prosedur dan tujuan tindakan
4. Mengatur posisi klien agar nyaman baik bagi klien atau perawat
5. Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan
Prosedur kerja 1. Cuci tangan.
2. Memakai masker dan sarung tangan.
3. mengatur posisi klien terlentang (supinasi).
4. Melakukan inspeksi.
5. Melakukan palpasi.
a. Daerah aorta : ICS II kanan sternal.
b. Daerah pulmonal : ICS II kiri sternal.
c. Erb’s point : ICS III kiri sternal.
d. Daerah trikuspidalis : ICS V bawah sternal.
e. Daerah mitral : ICS V kiri MCL.
6. Melakukan perkusi, dari mid clavicula sinistra ke arah inferior,
untuk menentukan batas jantung
7. Melakukan auskultasi.
a. Pada daerah aorta, pulmonal, erb’s point, trikuspidalis, mitral.
b. Bunyi jantung I (S1 : LUB)
55. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 55
c. Bunyi jantung II (S2 : DUB)
Terminasi 1. Respon klien setelah tindakan
2. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
3. Menyampaikan RTL
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Cuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
PEMERIKSAANFISIK ABDOMEN
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
56. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 56
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik abdomen dengan tepat dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan fisik abdomen
dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik abdomen dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik abdomen sesuai dengan
prosedur yang tepat
KONSEP TEORI
Abdomen (perut) merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga
tempat beberapa organ tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan
ginjal.Tahapan pemeriksaan fisik diawali dengan inspeksi, auskultasi, perkusi dan
palpasi yang pada pemeriksaan sistem lain tidak menekankan urutan seperti ini. Hal
ini dikarenakan perubahan nilai atau kualitas hasil bila palpasi atau perkusi dilakukan
terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah frekuensi peristaltik usus dapat berubah oleh
suhu tangan pemeriksa, oleh karenanya auskultasi dahulu, peristaltik baru kemudian
palpasi abdomen.
Bentuk abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun
kurus. Permukaan abdomen normal tampak halus, lembut dan kontur datar,
melingkar, atau cekung. Abdomen menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa
57. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 57
keadaan, misalnya kehamilan, tumor dalam rongga abdomen, tumor ovarium, atau
tumor kandung kemih. Abdomen dapat membesar setempat, misalnya
pembengkakan hati, ginjal, limpa, atau kandung empedu. Apabila ada pembesaran,
kult abdomen menjadi tegang, licin, dan tipis. Pada keadaan setelah distensi berat,
kulit abdomen menjadi keriput, dan pada keadaan ikterik, kulit abdomen akan
tampak kuning.
Gerakan abdomen berkaitan dengan aktivitas pernapasan, yaitu mengempis
pada saat ekspirasi dan mengembung pada saat inspirasi. Gerakan ini menjadi
berlawanan bila terjadi kelumpuhan diafragma. Selain gerakan yang berkaitan
dengan pernapasan tersebut, denyutan dapat terlihat pada dinding abdomen, yaitu
didaerah epigastrium khususnya pada orang yang kurus. Apabila ada tumor aorta,
denyutan aorta akan dihantarkan oleh tumor tersebut ke dinding abdomen.
Untuk mempermudah pemeriksaan, secara anatomis abdomen dibagi menjadi
empat kuadran dan sembilan bagian. Pembagian abdomen ke dalam kuadran-kuadran
dilakukan dengan cara membuat garis vertikal bayangan/imajiner yang ditarik dari
prosesus xifoideus ke simfisis pubis dan membuat garis horizontal bayangan yang
melintang pada imbilikus. Dari dua garis bayangan tersebut, akan timbul empat
daerah abdomen, yaitu kuadran kanan atas, kuadran kanan bawah, kuadran kiri atas,
kuadran kiri bawah.
Pembagian abdomen menjadi sembilan daerah dilakukan dengan cara
membuat dua garis vertikal bayangan yang lurus dan titik tengah ligamentum
inguinale ke arah superior dan dua garis
horisontal bayangan, yaitu satu garis setinggi batas bawah tulang rusuk dan satu garis
yang lain setinggi krista iliaka.
58. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 58
Inspeksi
Inspeksi dilakukan pertama kali untuk mengetahui bentuk dan gerakan-
gerakan abdomen.
Cara melakukan inspeksi:
6. Melakukan pengamatan bentuk abdomen secara umum, kontur permukaan
abdomen, dan adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
7. Mengamati gerakan kulit abdomen saat inspirasi dan ekspirasi.
8. Mengamati pertumbuhan rambut dan pigmentasi pada kulit secara lebih
teliti.
Auskultasi
Perawat melakukan auskultasi untuk mendengarkan dua suara abdomen, yaitu
bising usus (peristaltik) yang disebabkan oleh perpindahan gas atau makanan
sepanjang intestinum dan suara pembuluh darah. Tehnik ini juga digunakan
untuk mendeteksi fungsi pencernaan pasien setelah menjalani operasi. Pada
keadaan tertentu, suara didengar melalui auskultasi mungkin melemah.
Auskultasi juga dapat dilakukan untuk mendengarkan denyut jantung janin pada
wanita hamil.
Dalam pelaporan auskultasi abdomen, bising usus dapat dinyatakan dengan
“terdengar, tidak ada/hipoaktif, sangat lambat” (misalnya hanya terdengar sekali
per menit) dan “hiperaktif atau meningkat” (misalnya terdengar setiap 3 detik).
Bila bising usus terdengar jarang sekali/tidak ada, dengarkan dulu selama tiga
sampai lima menit sebelum dipastikan.
Cara melakukan auskultasi:
1. Menyiapkan stetoskop, hangatkan tangan dan bagian diafragma stetoskop
bila ruang pemeriksaan dingin.
2. Menanyakan pada klien tentang waktu terakhir makan. Bising usus dapat
meningkat setelah makan.
3. Menentukan bagian stetoskop yang akan digunakan. Bagian diafragma
digunakan untuk mendengarkan bising usus, sedangkan bagian bel
(sungkup) untuk mendengarkan suara pembuluh darah.
4. Meletakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pada setiap area
empat kuadran abdomen dan dengarkan suara peristaltik aktif dan deguk
59. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 59
(gurgling) yang secara normal terdengar setiap 5 sampai 20 detik dengan
durasi kurang atau lebih dari satu detik. Frekuensi suara bergantung pada
status pencernaan atau ada/tidaknya makanan dalam saluran pencernaan.
5. Meletakkan bagian bel (sungkup) stetoskop di atas
aorta, arteri renalis, dan arteri ilika. Dengarkan
suara-suara arteri (bruit). Mengauskultasi aorta
dilakukan dari arah superior ke umbilikus.
Mengauskultasi arteri renalis dilakukan dengan
cara meletakkan stetoskop pada garis tengah
abdomen atau ke arah kanan kiri garis abdomen
bagian atas mendekati panggul. Mengauskultasi
arteri iliaka dilakukan dengan cara meletakkan stetoskop pada area bawah
umbilikus disebelah kanan dan kiri garis tengah abdomen.
6. Meletakkan bagian bel stetoskop di atas area preumbilikal (sekeliling
umbilikus) untuk mendengarkan bising vena (jarang terdengar).
7. Mengkaji suara gesekan pada area limpa, meletakkan stetoskop pada area
batas bawah tulang rusuk digaris aksila anterior dan minta klien menarik
napas dalam.
8. Mengkaji suara gesekan pada area hepar, meletakkan stetoskop pada sisi
bawah kanan tulang rusuk.
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mendengarkan/mendeteksi adanya gas, cairan, atau
massa di dalam abdomen. Perkusi juga dilakukan untuk mengetahui posisi limpa
dan hepar. Bunyi perkusi pada abdomen yang normal adalah timpani, namun
bunyi ini dapat berubah pada keadaan-keadaan tertentu. Misalnya, apabila hepar
dan limpa membesar, bunyi perkusi akan menjadi redup, khususnya perkusi di
area bawah arkus kostalis kanan dan kiri.
Apabila terdapat udara bebas dalam rongga abdomen, daerah pekak pada
hepar akan hilang. Pada keadaan usus berisi terlalu banyak cairan, bunyi yang
dihasilkan pada seluruh dinding abdomen adalah hipertimpani, sedangkan
daerah hepar tetap pekak. Perkusi pada daerah yang berisi cairan juga akan
menghasilkan suara pekak.
60. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 60
Cara melakukan perkusi:
1. Memperkusi dimulai dari kuadran kanan atas
kemudian bergerak searah jarum jam (dari sudut
pandang/ perpektif pasien).
2. Memperhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien
merasa nyeri atau nyeri tekan.
3. Melakukan perkusi pada area timpani dan redup.
Suara timpani mempunyai ciri nada lebih tinggi daripada resonan. Suara
timpani dapat didengarkan pada rongga atau organ yang berisi udara. Suara
redup mempunyai ciri nada lebih rendah atau lebih datar daripada resonan.
Suara ini dapat didengarkan pada massa yang padat, misalnya keadaan
asites, keadaan distensi kandung kemih, serta pembesaran atau tumor hepar
dan limpa.
Palpasi
Palpasi merupakan metode yang dilakukan paling akhir pada pengkajian
abdomen. Palpasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu palpasi ringan dan
palpasi dalam. Penggunaan palpasi tersebut bergantung pada tujuannya. Perawat
yang melakukan palpasi dalam tidak boleh mempunyai kuku yang panjang
karena dapat melukai pasien dan menyulitkan pengkajian. Palpasi dilakukan
untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan konsistensi organ serta struktur di dalam
abdomen (intraabdomen).
Cara melakukan palpasi:
1. Menghangatkan tangan perawat agar saat
menyentuh perut klien tidak menyebabkan otot
abdomen klien menjadi tegang.
2. Untuk melakukan palpasi ringan, meletakkan
telapak tangan pada abdomen klien dengan jari-
jari paralel terhadap abdomen. Jari-jari digerakkan dengan agak melingkar
dan ditekankan ke bawah kira-kira sedalam 1 cm atau sedalam jaringan
subkutan. Tetap memperhatikan ekspresi wajah klien dan menganjurkan
klien untuk memberi tahu area-area yang mengalami nyeri tekan.
61. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 61
3. Mencatat area-area yang mengalami nyeri tekan, nyeri superfisial, dan
adanya massa.
4. Palpasi dalam dilakukan pada empat kuadran
abdomen. Area yang paling sensitif dipalpasi
paling akhir. Palpasi dalam dilakukan dengan
cara menekankan seperempat distal permukaan
tangan pada tangan yang lain yang diletakkan di
dinding abdomen klien.
5. Penekanan ke bawah dilakukan sedalam 4 sampai 5 cm atau mendekati
jaringan subkutan. Mencatat bila teraba adanya massa yang dijelaskan
menurut ukuran, lokasi, mobilitas, kontur, konsistensi, dan adanya nyeri
tekan.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
62. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 62
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa bagian
abdomen pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
TUJUAN 1. Mengetahui kondisi permukaan abdomen
2. Mengetahui suara peristaltik usus & bising
3. Mengetahui ukuran, konsistensi organ-organ dalam abdomen
(hepar, lien, ginjal dan vesika urinaria)
4. Mengetahui adanya gejala patologis dalam rongga abdomen
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Stetoskop
Sarung tangan/handscoen
Orientasi 1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama
2. Memperkenalkan diri
3. Memberi penjelasan tentang prosedur dan tujuan tindakan
4. Mengatur posisi klien agar nyaman baik bagi klien atau perawat
5. Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan
Prosedur kerja A. INSPEKSI
1. Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
2. Buka baju pasien,bantu/minta pasien untuk turunkan celana
hingga simfisis
3. Tutup dada dan daerah simfisis pasien menunakan selimut
4. Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog,
scapoid/cekung) kesimetrisan abdomen, kulit (warna, lesi,
penyebaran pembuluh darah vena), gerakan dinding abdomen
(gelombang peristaltik, pulsasi), umbilikus, pembesaran organ,
massa
B. AUSKULTASI
63. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 63
1. MENDENGARKAN PERISTALTIK USUS
a. Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah
dinding abdomen (sesuaikan dengan gambar) pada
abdomen pasien
b. Dengarkan suara peristaltik usus, hitung selama 1 menit
Normal dewasa : 5 – 35x/menit
Normal anak : 5 – 15 x/menit
2. MENDENGARKAN SUARA PEMBULUH DARAH
Letakkan diafragma stetoskop, dengarkan bising yang
muncul ; Misalnya “bruit” hepatik terdengar pada karsinoma
hepar
C. PERKUSI
1. Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi
2. Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan di
perkusi. Lakukan perkusi sesuai urutan gambar di bawah ini.
3. Ketuk punggung jari telunjuk/tengah tangan kiri dengan jari
telunjuk/tengah tangan kanan
4. Dengarkan suara yang ditimbulkan
(perkusi abdomen normal adalah timpani, hati berbunyi
redup/dullness)
PEMERIKSAAN SHIFTING DULLNESS
1. Miringkan pasien ke kanan
2. Perkusi abdomen bagian atas dan bawah
(atas terdengan timpani, bawah redup)
3. Miringkan pasien pada sisi yang berlawanan
(akan terdengar yang semula redup akan berubah menjadi timpani)
D. PALPASI
1. Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam
(jika pasien mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
2. Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk
lutut. Tekan daerah muskulus rectus abdominalis, minta pasien
nafas dalam (muskulus rectus relaksasi maka ada spasme
64. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 64
volunter, jika kontraksi/kaku maka itu spasme sejati)
1) PALPASI BIMANUAL
(dilakukan dengan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam)
Letakkan tangan kiri di pinggang kanan atau kiri pasien, dan
tangan kanan pada bagian depan dinding abdomen
2) PEMERIKSAAN BALLOTTEMENT
memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen
dan dengan cepat tangan ditarik kembali
1. Amati gerakan/pantulan abdomen
(cairan asites akan berpindah untuk sementara sehingga massa
yang membesar dalam rongga abdomen dapat terasa saat
memantul)
2. Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien
3. Tangan yang lain mendorong/menekan sisi perut yang
berlawanan
4. Rasakan adanya tekanan gelombang cairan pada tangan
pertama
Terminasi 1. Respon klien setelah tindakan
2. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
3. Menyampaikan RTL
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Cuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
PEMERIKSAANEKSTREMITAS
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
65. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 65
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemeriksaan fisik ekstremitas dengan tepat dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan ekstremitas
dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik ekstremitas dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik eksttremitas sesuai dengan
prosedur yang tepat
KONSEP TEORI
Dalam pemeriksaan Ekstremitas meliputi :
1. Pemeriksaan Reflek
2. Pemeriksaan keseimbangan
3. Pemeriksaan fungsi koordinasi
Pemeriksaan Fisik Pada Ekstremitas
I. Ekstermitas atas
Inspeksi : bagaimana pergerakan tangan,dan kekuatan otot
Palpasi : apakah ada nyeri tekan, massa/benjolan
Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot,melakukan
pemeriksaan tonus kekuatan otot,dan tes keseimbangan.
Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
66. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 66
Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,
temperature, rasa, gerak dan tekanan.
II. Ekstermitas bawah
Inspeksi : bagaimana pergerakan kaki, dan kekuatan otot
Palpasi : apakah ada nyeri tekan, massa/ benjolan
Motorik : untuk mengamati besar dan bentuk otot, melakukan
pemeriksaan tonus kekuatan otot, dan tes keseimbangan.
Reflex : memulai reflex fisiologi seperti biceps dan triceps
Sensorik : apakah klien dapat membedakan nyeri, sentuhan,
temperature, rasa, gerak dan tekanan.
III. Pemeriksaan Reflek Fisiologis
Refleks biasanya tidak terlalu singkat terjadinya pada klien yang lebih
dewasa. Respon repleks pada ekstremitas bawah berkurang sebelum
ekstremitas-ekstremitas atas terpengaruh. Menimbulkan reaksi refleks
memungkinkan perawat untuk mengkaji integritas jalur-jalur sensori dan
gerak dari lengkung repleks dan segmen batang spinal spesifik. Pengujian
refleks tidak berarti menentukan pungsi saraf pusat. Saat otot dan tendon di
regangkan selama pengujian refleks, implus-implus saraf merambat
sepanjang jalur saraf aferen ke bagian dorsal segmen batang spinal. Implus-
67. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 67
implus bergerak ke saraf motor eferen dalam batang spinal. Kemudian sebuah
saraf motor mengirim implus kembali ke otot dan menyebabkan respon
refleks terjadi.
IV. Pemeriksaan Reflek Patologis
Hoffmann tromer : Tangan pasein ditumpu oleh tangan pemeriksa.
Kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari
tengah tangan penderita. Reflek positif jika terjadi fleksi jari yang lain
dan adduksi ibu jari
Rasping : Gores palmar penderita dengan telunjuk jari pemeriksa
diantara ibujari dan telunjuk penderita. Maka timbul genggaman dari jari
penderita, menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka penderita
dapat membebaskan jari pemeriksa. Normal masih terdapat pada anak
kecil. Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di area
premotorik cortex
Reflek palmomental : Garukan pada telapak tangan pasien menyebabkan
kontraksi muskulus mentali ipsilateral. Reflek patologis ini timbul akibat
kerusakan lesi UMN di atas inti saraf VII kontralateral
Reflek snouting : Ketukan hammer pada tendo insertio m. Orbicularis
oris maka akan menimbulkan reflek menyusu. Menggaruk bibir dengan
tongue spatel akan timbul reflek menyusu. Normal pada bayi, jika positif
pada dewasa akan menandakan lesi UMN bilateral
Mayer reflek : Fleksikan jari manis di sendi metacarpophalangeal, secara
halus normal akan timbul adduksi dan aposisi dari ibu jari. Absennya
respon ini menandakan lesi di tractus pyramidalis
Reflek babinski : Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke
arah jari melalui sisi lateral. Orang normal akan memberikan resopn
fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul
respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan
menyebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
68. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 68
Reflek Oppenheim : Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang
tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah. Jika
positif maka akan timbul reflek seperti babinski
Reflek Gordon : Lakukan goresan/memencet otot gastrocnemius, jika
positif maka akan timbul reflek seperti babinski
Reflek Schaefer : Lakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif
maka akan timbul refflek seperti babinski
Reflek caddock : Lakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki
di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. Jika positif maka akan timbul
reflek seperti babinski.
Reflek rossolimo : Pukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang
cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.
Reflek mendel-bacctrerew : Pukulan telapak kaki bagian depan akan
memberikan respon fleksi jari-jari kaki.
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK EKSTREMITAS
NO. NO. REVISI HALAMAN
Skala Gambaran Presentasi
normal
klasifikasi
5 Gerakan Aktif, dapat
melawan tahanan penuh
100
Normal
4 Gerakan aktif, hanya dalam
menahan sebagai tahanan
75 Kelemahanringan
3 Gerakanaktif, dapat
melawan
gravitasi
50 Cukup/kelemahanse
dang
2 Rentang gerak (ROM) pasif 25 Buruk
1 Hanya terdapat kontraksi
otot
10 Sangatburuk
(kelemahanberat
0 Tidak dapat kontraksi otot 0 Paraliasis
69. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 69
DOKUMEN
PROSEDUR TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan yang dilakukan pada ekstremitas bagian atas dan
bawah meliputi pemeriksaan refleks, pemeriksaan keseimbangan,
dan pemeriksaan fungsi koordinasi.
TUJUAN Mengetahui kenormalan pada fungsi refleks, fungsi keseimbangan
dan fungsi koordinasi pada ekstremitas atas dan bawah.
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Refleks hammer
Orientasi 1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Memberi penjelasan tentang tujuan tindakan
4. Memberi penjelasan tentang langkah prosedur tindakan
5. Meminta persetujuan dan kesiapan pasien untuk dilakukannya
tindakan dan menjelaskan kerjasama yang diharapkan
6. Mencuci tangan
Prosedur kerja A. PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS
1. Pemeriksaan Reflek Otot Biseps
Posisikan pasien tidur terlentang dan siku kanan yang
akan diperiksa, diletakan di atas perut dalam posisi
fleksi 60º dan rileks.
Pemeriksa berdiri dan menghadap pada sisi kanan
pasien.
Carilah tendon biseps dengan meraba fossa cubiti, maka
akan teraba keras bila siku difleksikan.
Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot
biseps.
Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan
pergelangan tangan, diatas jari telunjuk kiri pemeriksa.
Terlihat gerakan fleksi pada siku akibat kontraksi otot
biseps dan terasa tarikan tendon otot biseps dibawah
70. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 70
telunjuk pemeriksa.
2. Pemeriksaan Reflek Otot Triseps
Posisi pasien tidur terlentang
Bila siku tangan kanan yang akan diperiksa, maka
diletakan diatas perut dalam posisi fleksi 90º dan rileks.
Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
Carilah tendon triseps 5 cm diatas siku (proksimal
ujung olecranon)
Letakan jari telunjuk kiri pemeriksa diatas tendon otot
triseps
Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan
pergelangan tangan diatas jari telunjuk kiri pemeriksa
Terlihat gerakan ektensi pada siku akibat kontraksi otot
triseps dan terasa tarikan tendon otot triseps dibawah
telunjuk pemeriksa
3. Pemeriksaan Reflek Tendon Patela
Posisi pasien tidur terlentang atau duduk
Pemeriksa berdiri pada sisi kanan pasien
Bila posisi pasien tidur terlentang, lutut pasien fleksi
60º dan bila duduk lutut fleksi 90º
Tangan kiri pemeriksa menahan pada fossa poplitea
Carilah 2 cekungan pada lutut dibawah patela
inferolateral/ inferomedial
Diantara 2 cekungan tersebut terdapat tendon patela
yang terasa keras dan tegang
Ayunkan hammer reflek sebatas kekuatan ayunan
pergelangan tangan diatas tendon patella
Terlihat gerakan ektensi pada lutut akibat kontraksi otot
quadriseps femoris
71. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 71
Pemeriksaan Reflek Tendon Achiles
Pasien tidur terlentang atau duduk
Bila pasien tidur terlentang pemeriksa berdiri dan bila
pasien duduk pemeriksa jongkok disisi kiri pasien
Bila pasien tidur terlentang lutut fleksi 90º dan
disilangkan diatas kaki berlawanan, bila pasien duduk
kaki menggelantung bebas
Pergelangan kaki dorsofleksikan dan tangan kiri
pemeriksa memegang/ menahan kaki pasien
Carilah tendon achiles diantara 2 cekungan pada tumit
yang terasa keras dan makin tegang bila posisi kaki
dorsofleksi
Ayunkan reflek hammer diatas tendon achiles
Terasa gerakan plantar fleksi kaki yang mendorong
tangan kiri pemeriksa dan tampak kontraksi otot
gastrocnemius
72. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 72
4. Pemeriksaan Reflek Cremaster
Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial.
Respon : elevasi testis ipsilateral
5. Pemeriksaan Reflek Plantar
Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu reflex.
Respon: plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki
Terminasi 1. Respon klien setelah tindakan
2. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
3. Menyampaikan RTL
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Cuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
73. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 73
PEMERIKSAANFISIKGENETALIA
TUJUAN PRAKTIKUM
A. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat
melakukan keterampilan dalam pemeriksaan fisik genetalia dengan tepat
dan benar.
B. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemeriksaan genetalia
dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemeriksaan fisik genetalia dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan fisik genetalia sesuai dengan
prosedur yang tepat
KONSEP TEORI
A. Alat Reproduksi Pada Pria dan Wanita
74. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 74
Alat Reproduksi Pria :
Genetalia Eksterna
Penis, Berfungsi untuk menyalurkan dan menyemprotkan sperma saat
ejakulasi
Skrotum, berfungsi untuk melindungi testis dari taruma atau suhu
Genetalia Interna
Testis, Berfungsi sebagai : Memproduksi sperma, Tempat memproduksi
testosteron yang memegang peranan penting untuk sifat kelamin sekunder
dan kejantanan
Epididimis, Berfungsi sebagai: menghubungkan testis dengan saluran vas
deferens, memproduksi cairan yang banyak mengandung enzym dan gizi
yang fungsinya mematangkan / menyempurnakan bentuk sperma
Vans deferens, Berfungsi untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke
vesika seminalis, Tempat menyimpan sebagian dari sperma sebelum
dikeluarkan .
Vesika seminalis, Berfungsi sebagai: Tempat untuk mengeluarkan cairan
yang sifatnya alkalis atau sedikit basa yang mengandung fruktosa dan zat gizi
yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa dan agar sperma lebih
segar, kuat dan mudah bergerak dalam mencapai ovum, Sebagai tempat
penyimpanan spermatozoa sebelum dikeluarkan melalui kegiatan seksual.
Kelenjar prostat, Berfungsi sebagai: Mengeluarkan cairan yang bersifat
alkalis yang encer berwarna seperti susu mengandung asam sitrat, kalsium
dan beberapa zat lain
Kelenjar bulbo uretralis, berfungsi mengsekresi cairan yang membantu agar
sperma lebih tahan hidup dan lebih memungkinkan untuk bergerak dan
memudahkan pembuahan.
Alat-alat reprofroduksi wanita yaitu:
Genetalia Eksterna
Mons Veneris, Berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya
kotoran selain itu untuk estetika,
75. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 75
Labia Mayora, Berfungsi untuk menutupi orga-organ genetalia di dalamnya
dan mengeluarkan cairan pelumas pada saat menerima rangsangan seksual,
Labia Minora, Berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di dalamnya
serta merupakan daerah erotik yang mengandung pambuluh darah dan syaraf,
Klitoris, Merupakan daerah erotik utama pada wanita yang akan membesar
dan mengeras apabila mendapatkan rangsangan seksual,
Vestibulum, Berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan
seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama,
Hymen, Merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari introitus
vagina, membentuk lubang sebesar ibu jari sehingga darah haid maupun
sekret dan cairan dari genetalia interrnal dapat mengalir keluar
Genetalia Interna
Vagina, Berfungsi sebagai : Saluran keluar untuk mengeluarkan darah waktu
haid dan sekret dari dalam uterus, Alat untuk bersenggama, Jalan lahir bayi
waktu melahirkan
Uterus, Berfungsi sebagai : Tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di
dalam rahim pada saat hamil, Memberi makanan pada janin melalui plasenta
yang melekat pada dinding rahim.
Tuba Fallopi, Berfungsi sebagai saluran yang membawa ovum yang
dilepaskan ovarium ke dalam uterus.
Ovarium, Berfungsi memproduksi ovum
Ligamentum, Berfungsi untuk mengikat atau menahan organ-organ
reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak bergerak
dan berhubungan dengan organ sekitarnya.
76. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 76
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK GENETALIA WANITA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan fisik pada genetalia untuk mengetahu adanya
abnormalitas pada genetalia
TUJUAN Mengkaji adanya abnormalitas pada genetalia
Melakukan perawatan higiene vulva atau penis
Mengkaji kemajuan proses persalinan pada ibu melahirkan
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
handschone
Orientasi 1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama
2. Memperkenalkan diri
3. Memberi penjelasan tentang prosedur dan tujuan tindakan
4. Mengatur posisi klien agar nyaman baik bagi klien atau perawat
5. Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan
Prosedur kerja A. Inspeksi dan palpasi genetalia eksternal wanita
1. Memberi kesempatan pada klien untuk mengosongkan
kandung kemih sebelum pemeriksaan dimulai
2. Anjurkan klien membuka celana mengatur posisi litotomi
dan menutupi bagian yang tidak dinikmati
3. Mengatur pencahayaan sehingga area parineal mendapatkan
sinar dengan baik
4. Memakai sarung tangan pada kedua tangan
5. Jangan menyentuh area parineal tanpa memberi tahu klien,
atau sentuh salah satu paha terlebih dahulu.
6. Inspeksi kuantitas dan penyebaran pertumbuhan bulu pubis
dan dibandingkan sesuai usia perkembangan klien.
77. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 77
7. Observasi kulit dan area pubis. Perhatikan adanya
lesi,eritema,fisura,leuplakia dan exkoriasi
8. Tarik lembut radia minora,orivisium uretra, selaput
darah,orifisium vagina dan perinuium.
9. Perhatikan setaip adanya pembengkakan
alkus,keluarkan,nedula,dll
10. Palpasi pada kelenjar skene untuk mengetahui adanya
discharge maupun kekakuan.
11. Palpasi pada kelenjar bartholini.
Terminasi 1. Respon klien setelah tindakan
2. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
3. Menyampaikan RTL
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Cuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
78. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 78
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK GENETALIA PRIA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Pemeriksaan fisik pada genetalia untuk mengetahu adanya
abnormalitas pada genetalia
TUJUAN Mengkaji adanya abnormalitas pada genetalia
Melakukan perawatan higiene vulva atau penis
Mengkaji kemajuan proses persalinan pada ibu melahirkan
KEBIJAKAN Surat keputusan
Persiapan alat Lampu yang dapat diatur pencahayaannya
handschone
Orientasi 1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama
2. Memperkenalkan diri
3. Memberi penjelasan tentang prosedur dan tujuan tindakan
4. Mengatur posisi klien agar nyaman baik bagi klien atau perawat
5. Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan
Prosedur kerja 1. Minta klien membuka pakaian bawahnya dan bantu memperoleh
posisi berbaring telentang. Tutupi bagian tubuh yang tidak
terkaji.
2. Memakai sarung tangan
3. Inspeksi penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lainnya
4. Pada pria yang belum disirkumsisi(khitan), tarik prekursium /
kulup untuk menginspeksi kepala penis dan meatus uretra
terhadap adanya cairan, resi, edema, dan emplamasi.
5. Inspeksi batang penis untuk mengetahui adanya lesi, jaringan
parut atau area edema.
6. Palpasi lembut batang penis diantara ibu jari dan kedua jari – jari
utama untuk mengetahui adanya area pengerasan atau nyeri
79. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 79
lokal.
7. Palpasi skrotum dan tests menggunakan ibu jari dan tiga jari
bagian tengah. Palpasi setiap testis dan amati ukuran,
konsistensi, dan bentuk
8. Palpasi epididimis yang memanjang dari puncak testis ke
belakang
9. Palpasi salurn sperma memnggunakan ibu jari dan jari telunjuk
10. Melepas sarung tangan.
Terminasi 1. Respon klien setelah tindakan
2. Menanyakan perasaan klien setelah dilakukan tindakan
3. Menyampaikan RTL
4. Kontrak waktu dan berpamitan
5. Cuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan
UNIT TERKAIT Laborat
Prodi Keperawatan
Bagian Akademik
80. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 80
KATETERISASI
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam pemasangan, perawatan dan pelepasan kateter dengan tepat
dan benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan kontrak awal untuk melakukan pemasangan, perawatan dan
pelepasan kateter dengan tepat.
b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat melakukan
pemasangan, perawatan dan pelepasan kateter dengan tepat.
c. Melakukan prosedur pemeriksaan pemasangan, perawatan dan
pelepasan kateter sesuai dengan prosedur yang tepat
KONSEP TEORI
Kateter adalah pipa untuk memasukan atau mengeluarkan cairan.kateter
terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, wofen, silk, dan silikon.
Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni
yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang
ginjal.
Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukannya kateter melalui uretra ke
dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.Kateterisasi urine
adalah memasukan selang karet atau plastic melalui uretra ke dalam kandung kemih.
81. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 81
Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara
kateter dengan antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter
bagian luar serta mempertahankan kepatenan posisi kateter.
Indikasi :
1. Diagnostik (secepatnya di lepas)
2. Mengambil sampel urine untuk kultur urine
3. Mengukur residu urine
1. Memasukan bahan kontras untuk pemeriksaan radiologi
2. Urodinamik
3. Monitor produksi urine atau balance cairan
4. Terapi (di lepas setelah tujuan di capai)
5. Retensi urine
6. Self intermitten kateterisasi (CIC)
7. Memasukan obat-obatan
Komplikasi :
Komplikasi pemasangan kateter antara lain ; Bacterial shock, Striktur uretra,
Rupture uretra, Perforasi buli-buli, Perdarahan, Balon pecah atau tidak bias
dikempeskan
Komplikasi operasi : Pneumo atau hematothoraks, Thrombosis vena, Cedera
arteri atau saraf, Fistula arteriovena, Chylothoraks, Infeksi, Emboli udara
morbiditas (morbiditas 0-15%)
Jenis Kateter :
Macam-macam kateter dapat di bedakan berdasarkan :
1. Bentuk
a. Straight : lurus tanpa ada cabang
Contoh :
Robinson kateter
Nelaton kateter
b. Coude catheter : kateter dengan ujung lengkung dan ramping
Contoh :
Kateter Tiemann
c. Self retaining kateter : dipakai menetap
82. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 82
Contoh:
Molecot kateter
Foleey kateter
Gambar foleey kateter
2. Ukuran
Skala Cheriere”s (Franch)
Ich atau Fr 0,33 mm
Atau 1 mm = 3 Fr
Contoh :Kateter 18 Fr artinya diameter luarnya 6 mm
3. Bahan
Stainless
Lateks (karet)
Siikon
Dilapisi silikon
4. Jumlah percabangan
Cabang 2
Cabang 3
Ukuran kateter
URIN BAG
83. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 83
Persiapan Perawat :
1. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak
dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran
infeksi nosokomial.
2. Cukup keterampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan
tersebut
3. Usahakan jangan sampai menyinggung perasaan penderita, melakukan
tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati.
4. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang
prosedur dan tujuan tindakan
Persiapan Pasien :
Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang
akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed
consent
85. Prodi S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Kudus 85
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
PEMASANGAN KATETER PADA WANITA
NO. DOKUMEN NO. REVISI HALAMAN
PROSEDUR TETAP
KEPERAWATAN
TGL. TERBIT DITETAPKAN
KETUA
PENGERTIAN Serangkai tindakan memasukan selang karet atau plastic melalui
uretra ke dalam kandung kemih.
TUJUAN Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih, pengumpulan
spesimen urine, mengukur residu urine setelah miksi di dalam
kandung kemih, mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama
pembedahan.
KEBIJAKAN Surat keputusan
PERSIAPAN ALAT Bak instrument sedang, Kurentang, Sarung tangan steril, Satu duk
lubang, Pinset (boleh cirurugis boleh anatomis), Kom berisi Kapas
sublimate, Kateter sementara dan menetap, Kom berisi NaCl, Jelly,
Perlak dan alasnya, Bengkok 2, Baskom yang berisi air hangat,
Waslap, Spuit 10 cc, Urine bag, Kassa steril, Plester, Gunting plester
ORIENTASI 1. Memberikan salam terapeutik dan menanyakan nama klien
2. Memberi penjelasan tentangtujuan tindakan
3. Memberi penjelasan tentang prosedur tindakan
4. Meminta persetujuan klien untuk dilakukannya tindakan dan
menjelaskan kerjasama yang diharapkan
5. Mencuci tangan
PROSEDUR KERJA 1. Menjaga privacy klien
2. Mendekatkan alat ke dekat klien
3. Memberikan posisi semi fowler
4. Atur pencahayaan
5. Atur posisi pasien senyaman mungkin
6. Berdiri di bagian kanan tempat tidur jika anda menggunakan
tangan kanan