2. 2
KESEHATAN REPRODUKSI
@Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan sebagian isi atau
seluruh buku dengan cara dan dalam bentuk apapun juga tanpa seijin
editor dan penerbit
Penyusun :
Nurhayati, S.ST,M.Biomed
Febriyeni, S.SiT,M.Biomed
Editor :
Dr. Hj. Evi Hasnita, S.Pd, Ns, M.Kes
Oktavianis, S.ST,M.Biomed
Penerbit :
Fort De Kock Press
Bukittinggi
Edisi Pertama, Agustus 2017
3. 3
VISI STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Mewujudkan STIKes Fort De Kock menjadi Institut Kesehatan yang Unggul dalam
rangka menghasilkan tenaga kesehatan yang profesional serta memiliki daya saing
global Tahun 2021
MISI STIKes Fort De Kock Bukittinggi
1. Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermutu, berkarakter dan
berkseinambungan.
2. Meningkatkan kualitas tata kelola yang baik (good university governance), menuju
tata kelola yang unggul (excellent university governance)
3. Menjalin jaringan kerjasama yang produktif dan berkelanjutan dengan
kelembagaan pendidikan, pemerintahan dan dunia usaha di tingkat daerah,
nasional dan internasional.
VISI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
Mewujudkan Program studi Kebidanan Program Sarjana Terapanyang unggul
dalam rangka menghasilkan bidan ahli yang profesional serta memiliki daya saing
global tahun 2021
MISI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
1. Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermutu, berkarakter
dan berkesinambungan
2. Meningkatkan kualitas tata kelola yang baik (good institute Governance)
menuju tata kelola yang unggul (exellent Institute Governance)
3. Menjalin kerjasama yang produktif dan berkelanjutan baik didalam maupun
diluar negeri
4. 4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah atas rahmat Allah SWT sehingga penyusunan Buku modul
Kesehatan Reproduksi ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini dibuat sebagai
acuan bagi tutor dalam proses belajar mengajar dengan kurikulum perguruan tinggi.
Buku ini membahas tentang konsep kesehatan reproduksi, Hak-hak reproduksi,
asuhan kesehatan reproduksi pada remaja, siklus kehidupan wanita, masalah
gangguan pada kesehatan reproduksi, dimensi sosial wanita dan permasalahannya,
gender, Upaya promotif dan preventif
Berbagai metode pembelajaran akan ditetapkan selama proses sesuai
dengan kompetensi yang telah ditetapkan, yaitu mahasiswa diberi skenario kasus
yang dijadikan pemicu untuk diskusi kecil dengan kuliah, seminar, praktikum atau skill
lab. Adanya modul ini diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik. Saran dan kritikan positif sangat kami harapkan demi kesempurnaan buku ini.
Terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan modul ini dan semoga dapat bermanfaat bagi semua.
Bukittinggi, Agustus 2017
Penyusun
5. 5
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ...................................................................................................... 1
Visi Misi ..................................................................................................................... 2
Kata pengantar ........................................................................................................ 3
Daftar isi .................................................................................................................... 4
Kesehatan Reproduksi
Unit Belajar 1 .. .......................................................................................................... 5
Unit Belajar 2............................................................................................................. 8
Unit Belajar 3........................................................................................................... 18
Unit Belajar 4........................................................................................................... 32
Unit Belajar 5........................................................................................................... 43
Unit belajar 6 ........................................................................................................... 68
Unit belajar 7 …………………………...……………………….......………….……...... 97
Unit Belajar 8 ........................................................................................................ 107
Daftar Pustaka .......................................................................................................118
Rubrik .................................................................................................................... 120
6. 6
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan
penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar di perguruan tinggi. Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan STIKes Fort
De Kock sebagai program studi dalam yang mengarahkan lulusannya agar memiliki
keahlian dalam bidang kebidanan dengan demikian, dibutuhkan kurikulum
perguruan tinggi.
Kurikulum pendidikan tinggi mengutamakan kesetaraan capaian pembelajaran
yang terdiri dari sikap dan tata nilai, kemampuan kerja, penguasaan keilmuan,
kewenangan dan tanggung jawab, perumusan capaian pembelajaran minimal
tercantum pada SNPT dan hasil kesepakatan forum atau prodi sejenis, dalam hal ini
forum sejenis untuk profesi kebidanan adalah asosiasi pendidikan kebidanan
indonesia. Perumusan kompetensi lulusan melihatkan kelompok ahli yang relevan,
asosiasi profesi, instansi pemerintah terkait/penggunaan lulusan.
Kebijakan pengembangan kurikulum Pendidikan tinggi adalah UU no 12 tahun
2012 tentang pendidikan tinggi, pasal 35 tentang kurikulum, standar nasional
pendidikan tinggi (SNPT) pada permendikbut no 49 tahun 2014 pada pasal 5,6, dan
7, peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 73
tahun 2013 tentang penerapan KKNI. Tujuan dari pengembangan kurikulum dalah
agar lulusan memiliki kualifikasi sesuai dengan level KKNI, untuk Sarjana Terapan
kebidanan berada pada level enam.
Capaian pembelajaran menjadi komponen penting dalam rangkaian penyusunan
kurikulum pendidikan tinggi, adapun unsur capaian pembelajaran mencakup sikap
dan tata nilai, kemampuan, pengetahuan, dan tanggung jawab /hak. Oleh karena itu,
program studi profesi kebidanan perlu mengubah beberapa hal mendasar untuk
1
7. 7
mencapai tujuannya sesuai dengan kerangka kualifikasi masional Indonesia (KKNI)
menjadi sebuah penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan konsep Sarjana
Terapan.
1.2 Profil Lulusan
Profil merupakan peran yang diharapkan dapat dilakukan oleh lulusan program
studi di masyarakat atau dunia kerja. Adapun profil lulusan program studi Sarjana
Terapan Kebidanan adalah sebagai :
1.2.1 Care Provider
Bidan berperan sebagai pemberi asuhan kebidanan komprehensif dan
professional pada perempuan sepanjang siklus reproduksinya yang meliputi
masa remaja, pranikah, prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, bayi , balita, dan pra sekolah, pre menopause, kesehatan reproduksi
perempuan, dan keluarga berencana dengan melibatkan keluarga dan
masyarakat sesuai kode etik profesi.
1.2.2 Communicator
Bidan mampu mengkomunikasikan kebijakan, advokasi dan
menyampaikan pemikiran atau karya inovasi yang bermanfaat bagi
pengembangan profesi bidan serta menjadi agen pembaharuan dalam
pelayanan kesehatan.
1.2.3 Community Leader
Bidan berperan sebagai penggerak dan pemberdaya masyarakat dalam
peningkatan kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang tersedia.
1.2.4 Manager
Bidan berperan sebagai pengelola layanan kesehatan ibu dan anak,
kesehatan reproduksi dan keluarga berencana dengan memanfaatkan
IPTEKS serta memperhatikan potensi social budaya dan sumber daya secara
efektif dan efisien.
1.2.5 Educator
8. 8
Pendidik kesehatan yang terkait dengan Kesehatan Ibu dan
Anakdenganmemanfaatkan IPTEKS, kepada individu, keluarga, kelompok
khusus dan masyarakat.
1.3 Capaian Pembelajaran Program Studi
Rumusan Sikap
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap
religius;
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan praktik kebidanan
berdasarkan agama, moral dan filosofi, kode etik profesi serta standar
praktek bidan
3. Berkonstribusi dalam peningkatan mutu,kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan peradaban berdasarkan Pancasila
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air,memiliki
nasionalisme serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan,
dan status sosio-ekonomi serta pendapat atau temuan orisinal orang lain
6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
serta dalam kehidupan berprofesi
8. Menginternalisasikan nilai, norma, dan etika akademik
9. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaannya
10. Menginternalisasikan semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan
11. Menghargai martabat perempuan sebagai individu yang unik, memiliki hak-
hak, potensi dan privasi
Keterampilan Umum
1. Mampu menerapkan pemikian logis, kritis, inovatif , bermutu, dan terukur
dalam melakukan jenis pekerjaan spesifik, di bidang keahliannya serta sesuai
9. 9
dengan standar kompetensi kerja bidang yang bersangkutan;
2. Mampu menunjukkan kinerja mandiri, bermutu, dan terukur;
3. Mampu mengkaji kasus penerapan ilmu pengetahuan, teknologi yang
memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan bidang
keahliannya dalam rangka menghasilkan prototype, prosedur baku, desain
atau karya seni,
4. Mampu menyusun hasil kajian tersebut dalam bentuk kertas kerja,
sepesifikasi desain, atau esai seni, dan mengunggahnya dalam laman
perguruan tinggi;
5. Mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan prosedur baku,
spesifikasi desain , dan persyaratan keselamatan dan keamanan kerja dalam
melakukan supervisi dan evaluasi pada pekerjaannya;
6. Mampu memelihara dan mengembangkan jaringan kerja sama dan hasil
kerja sama didalam maupun di luar lembaganya;
7. Mampu bertanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok dan
melakukan supervisi serta evaluasi terhadap penyelesaian pekerjaan yang
ditugaskan kepada pekerja yang berada di bawah tanggung jawabnya;
8. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang
berada di bawah tanggung jawabnya, dan mampu mengelola pembelajaran
secara mandiri;
9. Mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengamankan, dan menemukan
kembali data untuk menjamin kesahihan dan mencegah plagiasi;
Keterampilan Khusus
1. Mampu mengaplikasikan keilmuan kebidanan dalam menganalisis masalah
dan memberikan petunjuk dalam memilih alternatif pemecahan masalah
pada lingkup praktik kebidanan meliputi asuhan pranikah, prakonsepsi,
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,bayi, anak balita, anak
prasekolah, kesehatan reproduksi (remaja, perempuan usia subur dan
perimenopause) serta pelayanan KB
2. Mampu mengidentifikasi secara kritis penyimpangan/kelainan sesuai lingkup
10. 10
praktik kebidanan
3. Mampu mendemonstrasikan tatalaksana konsultasi, kolaborasi dan rujukan
4. Mampu mendemostrasikan penanganan awal kegawatdaruratan maternal
neonatal sesuai standar mutu yang berlaku
5. Mampu menerapkan berbagai teori kontrasepsi termasuk AKDR dan AKBK
6. Mampu mendemonstrasikan pencengahan infeksi, pasien safety dan upaya
bantuan hidup dasar
7. Mampu mendemonstrasikan pendokumentasian asuhan kebidanan sesuai
standar yang berlaku
8. Mampu mengambangkan KIE dan promosi kesehatan yang berhubungan
dengan kesehatan perempuan pada tahap perkembangan siklus
reproduksinya dengan menggunakan hasil riset dan teknologi informasi
9. Mampu menerapkan teori manajemen kebidanan komunitas yang berbasis
pada partisipasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah melalui
pendekatan interprofesional
10. Mampu mengaplikasikan teori dan praktik pengambilan keputusan dan
manajemen dalam pelayanan kebidanan sesuai kode etik
11. Mampu mendemonstrasikan langkah-langkah manajemen pelayanan
PENGETAHUAN
1. Menguasai konsep teoritis ilmu kebidanan, manajemen asuhan kebidanan,
model praktik kebidanan, dan etika profesi secara mendalam
2. Menguasai konsep teoritis ilmu biomedik, biologi perkembangan,
mikrobiologi anatomi, fisiologi, yang terkait dengan siklus kesehatan
reproduksi perempuan dan proses asuhan
3. Menguasai konsep teoritis sosiologi dan antropologi kesehatan,humaniora,
epidemiologi dan biostatistik secara umum
4. Menguasai teoritis psikologi perkembangan terkait asuhan kebidanan
sepanjang sikus reproduksi perempuan dan proses adaptasi menjadi
orangtua
5. Menguasai konsep teoritis gizi dalam siklus reproduksi perempuan secara
11. 11
umum
6. Menguasai konsep teoritis keterampilan dasar praktik kebidanan secara
mendalam
7. Menguasai konsep umum patofisiologi dan farmakologi yang terkait dengan
asuhan kebidanan sesuai dengan wewenangnya
8. Menguasai prinsip hukum peraturan dan perundang-undangan yang terkait
dengan pelayanan kebidanan secara umum
9. Menguasai konsep teoritis komunikasi efekti, konseling, bahasa inggris serta
penggunaan teknologi dan sistem informasi dalam pelayanan kebidanan
secara mendalam
10. Menguasai konsep teoritis manajemen dan kepemimpinan, character
building, kewirausahaan, serta pembelajaran mikro secara umum
11. Menguasai konsep teoritis penelitian dan evidence based practice dalam
praktik kebidanan, serta konsep preseptorship dan mentorship
Unit Belajar 1
13. 13
1. Menurut WHO
Suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi baik fungsi dan prosesnya
2. Menurut Halija Hasan
Suatu keadaan dimana proses produksi terjadi dalam kesatuan yang lengkap
meliputi fisik, mental dan sosial yang baik serta tidak adanya penyakit atau
ketimpangan proses reproduksi
3. Menurut Ida Bagus Gde
Kemampuan seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan
mengatur reproduksi, dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman
dan menempatkan bayi tanpa resiko apapun
Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap
orang dapat menikmati kehidupan seks yang aman dan menyenangkan, dan
mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi serta memiliki kebebasan
untuk menetapkan kapan dan seberapa sering mereka ingin bereproduksi.
Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat dalam pengertian
fisik, mental maupun sosial diperlukan beberapa syarat :
1. Tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik pada perempuan maupun laki –
laki. Antara lain seorang perempuan harus memiliki rongga panggul yang cukup
besar untuk mempermudah kelahiran bayinya. Ia juga harus memiliki kelanjar
penghasil hormon endokrin yang mampu memproduksi hormon – hormon yang
diperlukan untuk memfasilitasi pertumbuhan fisik dan fungsi sistem atau organ
reproduksinya. Sedangkan seorang laki – laki memerlukan gizi yang baik agar
dapat berkembang menjadi laki – laki dewasa dan juga testisnya harus sudah
turun ke kantung zakarnya sewaktu ia dilahirkan semasa didalam kandungan.
Kelenjar endokrinnya atau penghasil hormon sudah berfungsi sacara normal
sehingga ia dapat tumbuh kembang dengan kemampuan reproduksi yang normal
2. Baik laki – laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai
agar perkembangan emosinya berlangsung baik. Hal ini harus dimulai sejak anak
– anak bahkan sejak bayi. Sentuhan pada kulitnya melalui rabaan dan usapan
yang hangat terutama sewaktu menyusu ibunya, akan memberikan rasa terima
kasih, tenang, aman dan kepuasan yang tidak akan dilupakan sampai ia besar.
14. 14
3. Setiap orang hendaknya terbebas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung
maupun tidak langsung mengenai organ reproduksinya. Setiap kelainan atau
penyakit pada organ reproduksi, akan dapat mengganggu kemampuan
seseorang dalam menjalankan tugas reproduksinya. Termasuk 1 `disini
adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual misalnya AIDS dan
hepatitis b.
4. Seorang perempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan dapat melewati
masa tersebut dengan aman. Kehamilan bukanlah penyakit atau kelainan.
Kehamilan adalah sebuah proses fisiologis. Meskipun demikian, kehamilan dapat
pula mencelakai atau mengganggu kesehatan perempuan yang mengalaminya.
Kehamilan dapat menimbulkan kenaikan tekanan darah yang tinggi, perdarahan
bahkan kematian.
B. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Dalam Siklus Kehidupan
Ruang lingkup kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan atau
yang langsung berkaitan dengan kehamilan. Masalah kesehatan reproduksi
mencakup area lebih luas yaitu masalah yang terjadi sepanjang daur kehidupan,
meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Keluarga berencana
3. Pencegahan dan penyalahgunaan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk
PMS (HIV/AIDS)
4. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
5. Kesehatan reproduksi remaja
6. Pencegahan dan penaggulangan infertilitas
7. Usia dengan masalah hormonal, kanker dan osteoporosis
8. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lainnya, seperti kanker leher rahim,dll
Adapun pendekatan yang digunakan dalam kesehatan reproduksi yaitu
pendekatan dalam siklus kehidupan. Dalam pendekatan siklus kehidupan ini dikenal
lima tahap yaitu : konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur dan usia lanjut. Berikut
digambarkan pendekatan siklus hidup kesehatan reproduksi, untuk laki – laki dan
perempuan dengan memperhatikan hak reproduksi perorangan.
15. 15
Gambar 1. Siklus Kehidupan
Unit Belajar 2
Remaj
Usia
subu
Usia
tua
Anak
balita
bay
Konseps BBL
Bayi
menyus
Anak
usia
sekola
17. 17
Hak – hak reproduksi merupakan hak asasi manusia yang juga merupakan bentuk
perlindungan bagi setiap individu, serta prakondisi untuk memperoleh hak – hak
lainnya tanpa diskriminasi. Hak – hak reproduksi berarti pasangan dan individu
berhak untuk memutuskan apakah dan kapan mereka ingin memiliki anak tanpa
diskriminasi, paksaan dan kekerasan. Hak – hak reproduksi berlaku untuk semua
perempuan dan laki – laki dewasa, tanpa memandang status kewarganegaraan,
mereka berhak mengetahui tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi serta
pelayanannya termasuk pengaturan kesuburan. (menurut Wallstam, 1997)
Hak – hak reproduksi mengacu pada hak – hak asasi manusia seperti tercantum
pada hukum – hukum internasional dan nasional serta dokumen – dokumen hak asasi
manusia yang mencakup;
1. hak dasar pasangan dan individu untuk menentukan secara bebas dan
bertanggung jawab atas jumlah dan jarak kelahiran anak, mendapatkan
informasi serta cara – cara untuk melaksanakan hal tersebut
2. hak untuk mencapai standar tertinggi kesehatan reproduksi dan seksual
3. hak untuk membuat keputusan yang terbebas dari diskriminasi, paksaan dan
kekerasan
A. Siklus hidup
Tujuan memahami siklus hidup perempuan adalah karena kaitannya dengan
resiko pelanggaran hak-hak reproduksi.
Pendekatan siklus hidup berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan system reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi
pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik
mka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini dikenal lima tahap, yaitu:
1. Konsepsi
2. Bayi dan anak
3. Remaja
4. Usia subur
5. Usia lanjut
Gambaran pendekatan siklus hidup laki-laki dan perempuan dengan
memperhatikan hak reproduksi perorangan. Perempuan mempunyai kebutuhan
khusus disbandingkan laki-laki karena kodratnya untuk haid, hamil, melahirkan,
18. 18
menyusui, dan mengalami menopause, sehingga memerlukan pemeliharaan
kesehatan yang lebih intensif selama hidupnya. Ini berarti bahwa pada masa-masa
kritis, seperti pada masa kehamilan, terutama sekitar persalinan, diperlukan perhatian
khusus pada peempuan.
19. 19
Gambaran siklus hidup kesehatan reproduksi
laki-laki dan perempuan
Gambar 2. Siklus Hidup
Hambatan sosial budaya dan ekonomi yang dihadapi sepanjang hidup
perempuan merupakan akar masalah buruknya kesehatan maternal (saat hamil,
bersalin, dan nifas). Dengan menggunakan pendekatan siklus hidup diketahui
bahwamasalah mendasar kesehatan perempuan telah terjadijauh sebelum
memasuki usia kesehatan reproduksi (15-49 tahun). Status kesehatan perempuan
semasa kanak-kanak dan ramaja mempengaruhi kondisi kesehatannya saat hamil
dan bersalin. Jenis makanan, tingkat pendidikan, nilai dan sikap yang dianut, system
kesehatan yang tersedia dan bias diakses, situasi ekonomi, serta kualitas hubungan
seksualnya mempengaruhi perempuan dalam menjalankan masa-masa produksi dan
reproduksinya (ISSA, 1993).
Berlakunya diskriminasi terhadap anak perempuan dalam akses terhadap
pelayanan gizi, kesehatan fisik dan mental berdampak membahayakan terhadap
3
4
5
1 2
2
2
2
2
Siklus
hidup
Remaja Anak
balita
Usia subur
Usia tua
Konsepsi
(ibu hamildan janin)
Bayi baru lahir (dan
ibu bersalin)
Bayi
Anak
usia sekolah
Perempuan
Perempuan dan
laki-laki
20. 20
kondisi kesehatannya, baik pada masa usia anak-anak maupun setelah dewasa.
Diperkirakan bahwa sekitar 450 juta perempuan dewasa di Negara berkembang telah
mengalami perkembangan yang tidak optimal karena kekurangan protein dan gizi
sewaktu masih anak-anak.
Antisipasi kebutuhan perempuan sepanjang hidupnya, mulai saat konsepsi
hingga masa pasca usia reproduksi dapat dilakukan dengan mengunakan
pendekatan siklus hidup. Pendekatan ini menekankan pada pentingnya perilaku
pencapaian pelayanan kesehatan yang memenuhi kebutuhan perempuan karena
memiliki kebutuhan khusus. System kesehatan harus mengenali dan memperhatikan
masalah kesehatan perempuan karena kondisi dan upaya pada satu tahap kehidupan
akan mempengaruhi sepanjang hiupnya. Contohnya:
Pemberian asi ekslusif selama 4 bulan memberi anti body (kekebalan) dan gizi
yang dibutuhkan bayi untuk memulai hidup sehat.
Kekurangan gizi yan dialami remaja perempuan di masa kanak-kanak bias
menghambat pertumbuhannya (tulang panggul tidak berkembang sempurna),
sehingga bersiko mengalami persalinan macet.
Perempuan muda yang tekena infeki saluran reproduksi yang tidak diobati
dengan benar, beresiko mengalami kemandulan.
Hak reproduksi perorangan dapt diartikan bahwa “ setiap orang, baik laki-laki
maupun perempuan (tanpa memandang perbedaan kelas social, suku, umur, agama,
dll), mempunyai hak yang sama untuk memutuskan secara bebas dan bertannggung
jawab (kepada diri, keluarga dan masyarakat), mengetahui jumlah anak, jarak antar
anak, seta untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan”.
Hak reproduksi ini didasarkan pada pengakuan hak-hak asasi manusia yang diakui
di dunia internasional.
Hak – hak reproduksi merupakan hak asasi manusia yang juga merupakan bentuk
perlindungan bagi setiap individu, serta prakondisi untuk memperoleh hak – hak
lainnya tanpa diskriminasi. Hak – hak reproduksi berarti pasangan dan individu
berhak untuk memutuskan apakah dan kapan mereka ingin memiliki anak tanpa
diskriminasi, paksaan dan kekerasan. Hak – hak reproduksi berlaku untuk semua
perempuan dan laki – laki dewasa, tanpa memandang status kewarganegaraan,
mereka berhak mengetahui tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi serta
pelayanannya termasuk pengaturan kesuburan. (menurut Wallstam, 1997)
Hak-hak reproduksi dapat dijabarkan secara praktis sebagai berikut:
21. 21
1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang
terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
menjamin keselamatan dan keamanan klien.
2. Perempuan dan laki-laki sebagai pasangan atau sebagai individu berhak
memperoleh informasi yang lengkap tentang seksualitas, kesehatan reproduksi,
dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
3. Adanya hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,
dapat diterima, sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tidak melawan hukum.
4. perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya,
yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilan,
persalinan, dan memperoleh bayi yang sehat.
5. hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing
dan dilakukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama, tanpa unsure
paksaan, ancaan dan kekerasan.
6. pada remaj, laki-laki maupun perempuan, berhak memperoleh informasi yang
tepatdan benar tentang reproduksiremaja, sehinggadapat berperilaku sehat dan
menjalani kehidupan seksual yang bertanggung jawab.
7. laki-laki dan perempuan berhak mendapt informasi tentang penyakit menular
seksual, termasuk HIV/AIDS.
Piagam IPPF tentang hak-hak reproduksi dan seksual :
1. Hak untuk hidup
2. Hak mendapatkan kebebasan dan kemanan
3. Hak atas kesetaraan, dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4. Hak privacy
5. Hak kebebasan berpikir
6. Hak atas informasi dan edukasi
7. Hak memilih untuk menikah atau tidak serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga.
8. Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan punya anak.
9. Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan.
10. Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
22. 22
11. Hak atas kebebasan berserikat dan bepartisipasi dalam arena berpolitik, dan hak
untuk terbebas dari kesakitan dan kesalah pengobatan.
Pelayanan kesehatan reproduksi dalam konteks pelayanan kesehatan dasar
mencakup elemen-elemen berikut :
1. Pelayanan dan konseling, informasi, edukasi, dan komumikasi KB yang
berkualitas
2. Pelayanan prenatal, persalinan dan post partum yang aman, termasuk menyusui
3. Pencegahan dan pengobatan kemandulan
4. Pencegahan dan penanganan aborsi tidak aman
5. Pelayanan aborsi aman, bila tidak melanggar hokum.
6. Pengobatan ISR, IMS dan kondisi lain dalam kesehatan reproduksi
7. Informasi dan konseling mengenai seksualitas, menjadi orang tua yang
bertangung jawab serta kesehatan reproduksi dan seksual.
8. Pencegahan secara aktif praktek-praktek berbahaya seperti sunat
perempuan/mutilasi kelamin.
9. Pelayanan rujukan untuk komplikasi KB, kehamilan, persalinan dan aborsi,
kemandulan, ISR, IMS, dan HIV/ AIDS, serta kanker kandungan, dan
10. Jika mungkin program kespro dn KB harus meliputi fasilitas diagnosis dan
pengobatan Ims, seiring dengan meningkatnya resiko penularan HIV.
Faktor-faktor penghambat terlaksnanya hak-hak reproduksi :
1. Kemiskinan
Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada dibawah garis
kemiskinan, hal ini mengahambat akses terhadap pelayanan kesehatan, yang pada
akhirnya dapat berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.
2. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat ditentukan oleh banyak
hal, misalnya: keadaan sosio ekonomi, budaya dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Diskriminatif terhadap perempuan antara lain:
Perempuan di nomor duakan dalam aspek kehidupan contoh: makanan,
pendidikan, kerja dan kedudukan.
Keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan terhadap dirinya
Tingkat pendidikan perempuan yang belum merata
23. 23
3. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi belum memadai, antara lain karena:
Jarak ke fasilitas kesehatan cukup jauh dan sulit dicapai
Kurangnya informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan
Keterbatasan biaya
Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan
4. Kualitas pelayanan kehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain karena:
Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai.
Kesimpulan :
Agar kesehatan dan hak-hak reproduksi semua individu dapat dipenuhi dengan baik,
maka factor-faktor penghambat diatas perlu diatasi. Dan tugas bidan adalah
memberikan pandangn yang baik dan benar kepada masyarakat melalui pendekatan-
pendekatan dan contoh-contoh yang nyata.
24. 24
Bayi dan anak
Asi ekslusif dan penyapihan yang layak
Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi
seimbang
Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki
dan perempuan
Usia subur
Kehamilan dan persalinan yang aman
Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi
Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
Pencegahan dan manajemen infertilitas
Remaja
Gizi seimbang
Informasi tentang kesehatan reproduksi
Pencegahan kekerasan, termasuk seksual
Pencegahan thd ketergantungan NAPZA
Perkawinan pada usia yang wajar
Pendidikan, peningkatan keterampilan
Peningkatan penghargaan diri
Peningkatan petahanan terhadap godaan
dan ancaman
Pendekatan siklus hidup
Konsepsi
Perlakuan sama terhadap janin laki-laki/perempuan
Pelayanan antenatal, persalinan aman dan nifas, serta
pelayanan bayi baru lahir
Usia tua
Perhatian terhadap problem meno/andro
pause
Perhatian pada penyakit utama degeneratif,
termasuk rabun,gangguan mobilitas dan
osteoporosis
Deteksi dini kanker rahim dan kanker prostat
Gambar 3. Pendekatan Siklus Hidup
25. 25
Komponen-komponen reproduksi
Lima komponen kesehatan reproduksi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
AKI dan AKB masih tinggi di indonesia, AKI diperkirakan (25/1000) kelahiran hidup,
sedangkan AKB (334/100.000) kelahiran hidup.
Oleh karena itu, upaya kesehatan ibu dan bayi baru lahir menjadi upaya prioritas dalam bidang
kesehatan.
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru yang bisa diberikan diberbagai tingkat pelayanan
kesehatan adalah :
a. Bidan di desa : Pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,pelayanan nifas untuk ibu
dan bayi, dan pertolongan pertama pada kegawat daruratan kebidanan dan bayi baru
lahir.
b. Puskesmas : pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas untuk ibu
dan bayi baru lahir tertentu.
c. Rumah sakit kabupaten: pemeriksaan kehamilan, pertolonan persalinan, pelayanan nifas
ntuk ibu dan bayi baru lahir termasuk bedah sesar dan transfusi darah.
Agar ibu dan bayi selamat, upaya bidang kesehatan saat ini adalah “Gerakan Ansional
Kehamilan Yang Aman”, ditujukan agar tiga hal berikut tidak terjadi:
1) Semua ibu hamil dan bayi baru lahir harus mempunyai akses terhadap pelayanan
kehamilan, persalinan, nifas oleh tenaga kesehatan yang terampil.
2) Semua komplikasi obstetri neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
3) Setiap wanita usia subur harus mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
2. Keluarga berencana
Sebagai komponen reproduksi , pelayanan keluarga berencana (KB) diarahkan untuk
menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan KB bertujuan menunda,
menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Kehamilan yang
diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat akan lebih menjamin
keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama pada pasangan usia subur paa keadaan “4
Terlalu” terlalu muda (usia kuarang dari 20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang),
terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
26. 26
2. Tanggung jawab dalam kesertaan KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami
dan istri, karena adanya ketersediaan alat kontrasepsi untuk pria.
3. Setiap metoda kontrasepsi mempunyai keuntungan dan kelemahan masing-masing,
setiap klien berhak mendapatkan informasi mengenai hal itu.
4. Pelaksana pelayanan KB wajib memberikan nasehat tentang metoda yang paling cocok
dan sesuai dengan hasil pemerikasaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan pada klien.
5. Klien juga harus diberi informasi tentang kontra indikasi pemakaian berbagai metoda
kontrasepsi
3. Kesehatan reproduksi remaja
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh berbagai perubahan
fisik, emosi psikis (10-19 tahun). Dari segi kesehatan reproduksi , perilaku ingin mencoba-
coba dalam bidang seks merupakan hal yang sangat rawan, karenan dapat membawa akibat
yang sangat burukdan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja puteri.
Beberapa hal yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja:
a. Masalah gizi
b. Masalah pendidikan
c. Masalah lingkungan dan pekerjaan
d. Masalah seks dan seksualitas
e. Masalah kesehatan reproduksi remaja.
Pembinaan kesehatan reproduksi pada remaja, berupa pembekalan ilmu pengetahuan yang
diperlukan remaja:
a. Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
b. Proses reproduksi yang bertanggung jawab
c. Pergaulan yang sehat antara remaja laki-laki dan perempuan
d. Persiapan pra nikah
e. Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya.
4. Penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS
Dari semua PMS, HIV/AIDS merupakan jenis yang paling penting karena sangat
berbahaya, belum ditemukan cara pengobatannya sampai sekarang. HIV adalah virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang
timbul karena rendahnya daya tahan tubuh.
Hal-hal yang perlu diketahui tentang HIV/AIDS:
Sekali virus HIV masuk kedalam tubuh, selama-lamanya akan memetap dalam tubuh
manusia.
Virus HIV hidup dalam darah, air mani, cairan didalam jalan lahir, air liur, air mata dan
cairan tubuh lainnya.
27. 27
Sebagian besar infeksi ditularkan melalui hubungan seksual.
HIV tidak hanya menular pada kaum homoseksual.
Perempuan 5 x lebih mudah tertular dari pada laki-laki karena bentuk alat kelamin
perempuan yang luas permukaannya sehingga mudah terpapar oleh cairan mani yang
tinggal lama dalam tubuhperlukaan pada sluran kelamin memudahkan masuknya virs HIV.
Hubungan seks melalui anus lebih beresiko dalam penularannya karena jaringan yang
terdapat pada anus jauh lebih lembut.
Kekerasan seksual atau hubungan seksual dengan gadis remaja lebih memudahkan
terjadinya penularan.
5. Kesehatan reproduksi pada usia lanjut
Masalah kesehatan reproduksi pada usia lanjut terutama dirasakan oleh wanita ketika
masa suburnya berakhir, atau ketika mengalami menopause. Pria juga mengalami penurunan
fungsi kesuburan yang disebut dengan andropause, namun hal tersebut terjadi pada usia
lebih lanjut.
Masalah kesehatan akibat menopause:
Rasa panas di dada yang menjalar kearah wajah, sering disebut Hot Flush.
Gangguan psikologis
Kelainan kulit, rambut, gigi, dan keluhan sendi tulang.
Gangguan mata
Gangguan saluran kemih dan alat kelamin
Masalah kesehatan akibat andropause:
Keluhan seksual, akibat berkurangnya hormon testosteron maka akan mengurangi
keinginan seksual pada laki-laki dan terjadi gangguan ereksi.
Penurunan kekuatan otot
Osteoporosis
Kepikunan/demenzia Alzheimer, akibat penurunan kadar testosteron.
29. 29
ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA
A. Definisi Remaja
1. Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai berbagai perubahan fisik,
emosi dan psikis.
2. Menurut W. J. S Purwodarminto, remaja yaitu mulai dewasa, sudah cukup umur untuk
kawin dan bukan anak – anak lagi.
3. Secara psikologis usia remaja yaitu usia ketika seseorang mengalami masa peralihan
antara usia anak – anak dan dewasa.
4. Menurut Gallatin dan Anna Freud menggambarkan usia remaja sebagai usia yang penuh
badai dan tekanan, suatu tahapan ketika sifat – sifat manusia yang baik dan buruk tampil
secara bersamaan.
5. Menurut American Academy of Child And Adolescent Psicology, usia remaja dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu remaja awal (12-14 tahun), remaja pertengahan (14-17 tahun)
dan remaja akhir (17-19 tahun).
B. Keadaan Yang Berpengaruh Buruk Terhadap Kesehatan Remaja dan Reproduksi
Remaja
1. Masalah Gizi
Anemia dan kurang energi kronis
Pertumbuhan yang terhambat pada remaja putri, sehingga mengakibatkan panggul
sempit dan risiko untuk melahirkan bayi berat badan lahir rendah dikemudian hari
2. Masalah Pendidikan
Buta huruf, yang mengakibatkan remaja tidak mempunyai akses terhadap informasi
yang dibutuhkannya
Pendidikan rendah dapat mengakibatkan remaja kurang mampu memenuhi
kebutuhan fisik dasar ketika berkeluarga dan hal ini akan berpengaruh buruk terhadap
derajat kesehatan diri dan keluarganya.
3. Masalah Lingkungan Dan Pekerjaan
Lingkungan dan suasana kerja yang kurang memperhatikan kesehatan remaja yang
bekerja akan menggangu kesehatan remaja
Lingkungan sosial yang kurang sehat dapat menghambat, bahkan merusak kesehatan
fisik, mental dan emosional remaja.
4. Masalah Seks Dan Seksualitas
30. 30
Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas,
misalnya mitos yang tidak benar
Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan
seksualitas
Penyalahgunaan dan ketergantungan napza, yang mengarah kepada penularan
hiv/aids melalui jarum suntik dan melalui hubungan seks bebas.
Penyalahgunaan seksual
Kehamilan remaja
Kehamilan pranikah/diluar ikatan pernikahan
5. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja
Ketidakmatangan secara fisik dan mental
Risiko komplikasi dan kematian ibu dan bayi lebih besar
Kehilangan kesempatan untuk pengembangan diri remaja
Risiko bertambah untuk melakukan aborsi yang tidak aman
C. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Masa Reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi remaja selain berdampak secara fisik, juga dapat
berpengaruh terhadap kesehatan mental dan emosi, keadaan ekonomi dan kesejahteraan
sosial dalam jangka panjang. Dampak jangka panjang tersebut tidak hanya berpengaruh
terhadap remaja itu sendiri, tetapi juga terhadap keluarga, masyarakat dan bangsa pada
akhirnya.
Masalah pokok yang ditemui pada kespro remaja yaitu masalah informasi dan masalah
pelayanan yang diperuntukkan bagi remaja mengenai kespro dan bahaya narkoba khususnya
dalam penggunaan jarum suntik dapat menularkan HIV/AIDS.
Asuhan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan yang berhubungan dengan perilaku hidup sehat bagi remaja, disamping
mengatasi masalah yang ada. Dengan pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi
untuk menjalani masa remaja secara sehat, para remaja diharapkan mampu memelihara
kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi
yang sehat. Adapun asuhan atau pembekalan pengetahuan yang dapat diberikan, antara lain
:
1. Persiapan fisik
Gizi yang cukup diperlukan oleh seorang remaja untuk menghadapi masa menarche.
Pada remaja wanita zat besi sangat diperlukan karena selama masa menstruasi terjadi
pendarahan. Kebutuhan atau kecukupan zat gizi harus dipenuhi. Persiapan fisik lainnya yang
31. 31
diperlukan adalah persiapan higiene. Seorang wanita remaja sebelum menstruasi perlu
diberikan bimbingan tentang kebersihan fisik.
Contoh: a) Mandi teratur 2x sehari
b) Mengganti pakaian dalam min 2x sehari
c) Membersihkan daerah vulva, perineum, setelah BAB, BAK, untuk mencegah
infeksi.
d) Memelihara kebersihan kuku dan memotongnya.
2. Persiapan mental
a) Menjelaskan Pada Wanita Remaja Tentang Fisiologi Menstruasi
b) Memberikan penjelasan mengenai perubahan yang terjadi pada fisik
c) Menganjurkan pada remaja untuk menjaga kebersihan diri
d) Menjelaskan bahwa tidak semua remaja menglami dismenorrhoe
3 Sex education
a) Penyuluhan muda mudi (remaja)
Dimulai dari sekolah lanjutan baik oleh dokter maupun yang memiliki pengetahuan
tentang seksiologi. Pada penyuluhan perlu dibahas mengenai anatomi fisiologi alat
kelamin serta fisiologi hubungan seksual, dan juga perlu dibahas mengenai
penyimpangannya, terutama masalah masturbasi, lesbianisme yang perlu
ditanggulangi lebih mendalam
b) Perkembangan fisik, kejiwaan dan kematangan seksual remaja
Dapat diberikan berupa informasi tentang haid dan mimpi basah, tentang alat
reproduksi remaja laki – laki dan perempuan serta tanda – tanda seks primer dan
sekunder.
c) Proses reproduksi yang bertanggung jawab
Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu
mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif,
seperti olahraga dan mengembangkan hobi yang membangun. Penyaluran yang
berupa hubungan seksual dilakukan setelah berkeluarga, untuk melanjutkan
keturunan.
d) Pergaulan yang sehat antara remaja laki – laki dan perempuan, serta kewaspadaan
terhadap masalah remaja yang banyak ditemukan. Remaja memerlukan informasi
tersebut agar selalu waspada dan berperilaku reproduksi sehat dalam bergaul dengan
lawan jenisnya. Disamping itu remaja memerlukan pembekalan tentang kiat – kiat
untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi
berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan
NAPZA.
32. 32
e) Persiapan pranikah
Informasi tentang hal ini diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan
emosional dalam memasuki kehidupan berkeluarga.
f) Kehamilan dan persalinan, serta cara pencegahannya
Remaja perlu mendapatkan informasi tentang hal ini, sebagai persiapan bagi remaja
pria dan wanita dalam memasuki kehidupan berkeluarga di masa depan.
Permasalahan prioritas kesehatan reproduksi pada remaja dapat dikelompokkan sebagai
berikut :
1. kehamilan tak dikehendaki, yang sering kali menjurus kepada aborsi yang tidak aman dan
komplikasinya
2. kehamilan dan persalinan usia muda yang menambah risiko kesakitan dan kematian ibu
dan bayi
3. masalah PMS, termasuk infeksi HIV/AIDS
4. tindak kekerasan seksual, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual dan transaksi seks
komersil
Peran bidan dalam menanggulangi masalah sexual
1. Ikut serta dalam kelompok remaja sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan , misal
: pengajian remaja dan karang taruna.
2. Melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi.
Wacana Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja
I. Definisi Remaja
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12
sampai 24 tahun. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong
dalam dewasa atau bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi
masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok
remaja.
Apa yang perlu diperhatikan dalam berdiskusi dengan remaja?
Jangan menggurui. Jangan beranggapan bahwa kita lebih mengetahui sesuatu dibandingkan
dengan remaja. Berikan kesempatan kepada remaja untuk mengemukakan
pandangannya. Berikan argumen yang jelas dan masuk akal terhadap suatu persoalan
(jangan mengatakan…. Pokoknya…..). Berikan dukungan pada remaja bila mereka memang
patut diberikan dukungan. Katakan salah jika mereka salah, dengan alasan yang masuk akal
menurut ukuran mereka. Jadikan mereka sebagai teman diskusi bukan sebagai individu yang
harus diberitahu.
33. 33
2. Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Apa yang dimaksud dengan reproduksi?
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau
menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.
Apasih Kesehatan reproduksi itu?
KESEHATAN REPRODUKSI (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi
(Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).
Bagaimana cakupan pelayanannya?
Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:
konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)
pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman, pelayanan
bayi baru lahir/neonatal)
pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS),
termasuk pencegahan kemandulan
Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kespro
Apa itu Kesehatan Reproduksi Remaja?
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural.
Mengapa Remaja Perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi?
Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar
mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi
yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab
mengenai proses reproduksi.
Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik?
Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja)
mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
34. 34
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
Hak-hak reproduksi
Siapa saja yang Perlu Diberitahu Perihal Informasi Kesehatan Reproduksi?
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab
bersama laki-laki maupun perempuan. Karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus
tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi. Kesalahan dimana
persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan tidak boleh terjadi
lagi.
3. Tumbuh Kembang remaja
Perubahan apa yang Banyak Dialami Remaja?
Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang
tidak kelihatan. Remaja juga mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin
dalam sikap dan tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak
saja oleh orangtua dan lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan sekolah, ataupun teman-
teman pergaulan di luar sekolah.
Perubahan Fisik apa saja yang Dialami Remaja?
Tubuh mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak kamu lahir. Perubahan yang cukup
menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan laki-laki memasuki usia antara 9 sampai
15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja,
tetapi terjadi juga perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk
bereproduksi atau berketurunan.
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah
masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada perempuan) atau mimpi basah
(pada laki-laki). Datangnya menstruasi dan mimpi basah pertama tidak sama pada setiap
orang. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Salah satunya adalah karena
gizi. Saat ini ada seorang anak perempuan yang mendapatkan menstrusi pertama
(menarche) di usia 8-9 tahun. Namun pada umumnya sekitar 12 tahun.
Apa itu mimpi basah?
Remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma tidak harus selalu dikeluarkan,
ia akan diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair dan kotoran
padat. Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya
35. 35
sperma melalui penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja laki-laki)
melalui mimpi basah.
Bagaimana proses terjadinya menstruasi?
Menstruasi terjadi karena sel telur yang diproduksi ovarium tidak dibuahi oleh sel sperma
dalam rahim. Sel telur tersebut menempel pada dinding rahim dan membentuk lapisan yang
banyak mengandung pembuluh darah, kemudian menipis dan luruh keluar melalui mulut
rahim dan vagina dalam bentuk darah, yang biasanya terjadi antara 3-7 hari. Jarak antara
satu haid dengan haid berikutnya tidak sama pada setiap orang. Adakalanya 21 hari atau bisa
juga 35 hari.
Apa yang perlu kita ketahui tentang alat reproduksi kita?
Orang biasanya berbicara hanya bentuk luar dari alat reproduksi (kelamin). Namun perlu
diketahui, bahwa alat reproduksi terdiri dari bagian luar dan bagian dalam.
ALAT REPRODUKSI PEREMPUAN
Bagian luar::
Bibir luar/labia majora
Bibir dalam/labia minora
Kelentit (clitoris) yang sangat peka karena banyak syaraf, ini merupakan bagian yang
paling sensitive dalam meneriman rangsangan seksual.
Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan anus (dubur)
Rambut kemaluan yang tumbuhnya saat perempuan memasuki usia pubertas
Bagian dalam:
Vagina (liang kemaluan/liang senggama), bersifat elastis dan dapat membesar serta
memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks, jalan
keluarnya bayi saat melahirkan atau saluran keluarnya darah saat haid.
Mulut rahim (cervix), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan penis laki-laki di
dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim hingga bertemu sel telur perempuan.
Rahim (uterus) adalah tempat rumbuhnya janin hingga dilahirkan. Rahim dapat membesar
dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan).
Dua buah saluran telur (tuba fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel telur
yang sudah matang atau yang sudah dibuahi akan disalurkan ke dalam rahim melalu
saluran ini.
Dua buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang perempuan lahir, ia sudah
memiliki ovarium yang mempunyai sekitar setengah juta ova (cikal bakal telur). Tiap ova
punya kemungkinan untuk bekembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ova,
hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur semasa usia produktif
perempuan.
36. 36
ALAT REPRODUKSI LAKI-LAKI
- Zakar atau penis. Berbentuk buat memanjang dan memiliki ujung berbentuk seperti helm
disebut Glans. Ujung penis ini dipenuhi serabut syaraf yang peka. Penis tidak memiliki tulang,
hanya daging yang dipenuhi dengan pembuluh darah. Penis dapat menegang yang disebut
ereksi. Ereksi terjadi karena rangsangan yang membuat darah dalam jumlah besar mengalir
dan memenuhi pembuluh darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar,
tegang dan keras.
- Buah zakar atau testis. Jumlahnya dua berbentuk bulat lonjong dan menggantung pada
pangkal penis. Testis inilah yang menghasilkan sel kelamin pria (sperma).
- Saluran zakar atau uretra. Berfungsi untuk mengeluarkan air mani dan air seni.
- Kantong pelir atau skrotum, yaitu lapisan kulit yang agak berkerut membentuk kantong
yang menggelantung di belakang penis. Skrotum gunanya untuk mengontrol suhu dari
testis, yaitu 6 derajat celcius lebih rendah dari suhu bagian tubuh lainnya agar testis dapat
berfungsi menghasilkan sperma.
- Epididimis, yaitu tempat pematangan sperma sesudah dibentuk dalam testis
- Saluran sperma atau vas deferens. Saluran sperma dari testis menuju seminal vasicle.
- Seminal Vesicle, yang berguna untuk memproduksi semacam gula. Ini berguna sebagai
sumber kekuatan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dan berenang mencari telur di
dalam alat reproduksi perempuan. Pada saat ejakulasi seminal vesicle mengalirkan gula
tersebut ke vas deferens.
- Kelenjar prostat, yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk menghidupi
sperma.
- Bladder (kandung kencing), tempat terkumpulnya air seni yang nantinya disalurkan ke
uretra ketika buang air kecil.
Apakah kita perlu merawat organ reproduksi kita?
Organ reproduksi yang sehat dibutuhkan untuk kesehatan reproduksi. Organ-organ
reproduksi didalam tubuh bisa rusak oleh penyakit menular seksual (PMS) yang
mengakibatkan kemandulan (infertilitas). Baik pria ataupun wanita bisa memiliki masalah
infertilitas bila terinfeksi PMS. Wanita hamil dapat menularkan PMS kepada bayi di dalam
kandungannya.
Lalu apa yang dimaksud dengan Menopause?
Menopause secara klinis didefinisikan sebagai waktu di mana seorang perempuan tidak
mengalami menstruasi lagi. Menopause terjadi karena hormon estrogen dan progesteron
tidak lagi diproduksi sehingga indung telur tidak melepaskan sel telur. Akibatnya perempuan
37. 37
tidak memiliki sel telur yang bisa dibuahi oleh sperma dan tidak memiliki dinding rahim yang
akan luruh menjadi darah menstruasi. Dengan demikian, masa reproduksi perempuan sudah
berhenti sehingga tidak bisa hamil lagi. Usia menopause pada perempuan berkisar antara 40-
50 tahun, tetapi masing-masing orang tidak selalu sama, hal itu tergantung dari faktor
kesehatan, gizi maupun keturunan.
Dengan tidak diproduksinya hormon estrogen, maka mukosa atau lapisan lendir pada vagina
menipis sehingga pada saat berhubungan seks mudah lecet dan menimbulkan rasa
nyeri. Akibatnya, banyak perempuan yang sudah menopause menghindari hubungan
seks. Rasa nyeri akibat luka lecet saat berhubungan seks dapat dikurangi dengan memakai
pelicin yang berbahan dasar air seperti jelly.
Perubahan Emosional/psikologis yang terjadi pada masa remaja?
Pada remaja juga terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan
tanggung jawab yang dihadapi.
Mengapa Perubahan di atas Perlu Diketahui oleh Remaja?
Remaja perlu mengetahui perubahan di atas agar mereka mampu mengendalikan
perilakunya. Remaja harus mengerti bahwa begitu dia mendapatkan menstruasi atau mimpi
basah maka secara fisik dia telah siap dihamili atau menghamili. Bisa hamil atau tidaknya
remaja putri bila melakukan hubungan seksual tidak tergantung pada berapa kali dia
melakukan hubungan seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan hubungan seksual
(dikaitkan dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya berfungsi dengan baik
(tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal ini, sehingga mereka
menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu melakukan hubungan seksual
berkali-kali.
Kapan Masa Subur Terjadi?
Masa subur adalah masa dimana terjadinya pelepasan sel telur pada perempuan. Titik
puncak kesuburan terjadi pada hari ke 14 sebelum masa menstruasi berikutnya. Tetapi
tanggal menstruasi berikutnya sering kali tidak pasti pada remaja. Biasanya diambil perkiraan
masa subur 3-5 hari sebelum dan sesudah hari ke 14 tersebut. Pada masa remaja
pencegahan kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur (sisten
kalender), tidak dapat diandalkan. Ini disebabkab siklus mentruasi pada remaja perempuan
biasanya tidak teratur. Secara lebih mendetail, siklus kesuburan seorang perempuan dapat
dipelajari pada gambar terlampir
38. 38
Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja
Apa yang dimaksud dengan reproduksi?
Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau
menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.
Siapa saja yang Perlu Diberitahu Perihal Informasi Kesehatan Reproduksi?
Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab
bersama laki-laki maupun perempuan. Karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus
tahu dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi. Kesalahan dimana
persoalan reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan tidak boleh terjadi
lagi.
Usia ideal untuk hamil dan melahirkan
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan
oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan
kesiapan sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika
telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar
usia 20 tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
Apa yang Terjadi jika Remaja Menikah/hamil pada Usia Sangat Muda (di bawah 20
tahun)?
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-
undang Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah bagi perempuan adalah
16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. Tetapi perlu diingat beberapa hal sebagai berikut:
Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol
kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dpat
berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berkibat pada kematian
Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (dibawah 20 tahun) sering
kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitanya dengan belum
sempurnanya perkembangan dinding rahim.
Peran dan Tugas bidan dalam pengambilan keputusan
a. Peran bidan dalam menanggulangi masalah pada remaja
Secara umum dalam penanggulangan masalah pada remaja peran bidan adalah sebagai
fasilitator dan konselor yang bisa dijadikan tempat mencari jawaban dari suatu permasalahan
39. 39
yang dihadapi oleh remaja. Keberhasilan seorang bidan dalam memberikan pelayanan
sebagai fasilitator sekaligus pendamping bagi wanita, tentunya seorang bidan tersebut
haruslah memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang cukup sehingga mampu memandang
manusia itu sebagai makhluk bio, psiko, sosial, cultural dan spritual. Sehingga bidan mampu
menjawab semua persoalan yang ada.
Contoh peran yang bisa dilakukan oleh bidan adalah:
3. Mendengarkan keluhan remaja yang bermasalah, dengan tetap menjaga kerahasiaan
kliennya.
4. Membangun komunikasi dengan remaja.
5. Ikut serta dalam kelompok remaja sehingga lebih mudah mengadakan pendekatan , misal
: Pengajian remaja dan karang taruna
6. Melakukan penyuluhan-penyuluhan pada remaja yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi.
7. Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya pada remaja sesuai dengan
kebutuhannya.
b. Melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan
Kenyataan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat adalah, perilaku deskriminatif
terhadap perempuan. Seringkali gender menjadi suatu permasalahan yang tidak pernah
tuntas dibahas, yang pada akhirnya wanita tidak memepunyai hak untuk mengambil
keputusan terbaik yang berhubungan dengan dirinya.
Gender
Pandangan tentang gender
Seringkali gender disama artikan dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan,
sehingga peran dan tugasnya dibedakan sesuai jenis kelamin.
Gender adalah : pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung
jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi (yaitu kebiasaan
sosial yang tumbuh dan disepakati dalam masyarakat). Dan dapat diubah sesuai
perkembangan zaman.
Seks adalah perbedaan organ biologis antara laki-laki dan perempuan terutama pada bagian
reproduksi.
Perbedaan gender dan seks
Jenis kelamin (seks) Gender
Tidak dapat diubah
Tidak dapat dipertukarkan
Dapat berubah
Dapat dipertukarkan
40. 40
Berlaku sepanjang zaman
Berlaku dimana saja
Merupakan kodrat tuhan
Ciptaan tuhan
Tergantung waktu
Tergantung budaya setempat
Bukan merupakan kodrat Tuhan
Buatan manusia
Bentuk-bentuk perilaku deskriminatif terhadap perempuan:
1. Dinomor duakan dalam segala aspek kehidupan
Contoh : pemberian makanan bergizi sehari-hari, kesempatan untuk pendidikan, kerja dan
kedudukan.
2. Keterbatasan dalam pengambilan keputusan
Contoh : untuk ber KB, pemilihan bidan untuk persalinan atau pertolongan segera di RS,
kurang kesempatan mengendalikan keuangan keluarga.
3. Terpaksa menikah diusia muda
Contoh : tekanan ekonomi, dorongan orang tua agar lepas dari beban keluarga.
4. Tingkat pendidikan yang belum merata dan masih rendah
Contoh : informasi tentang kespro sangat terbatas.
Melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan dalam asuhan reproduksi banyak
ditemui permasalahan-permasalahan oleh karena itu dalam pengambilan keputusan dan
tindakan pada wanita yang bersangkutan diikut sertakan, karena wanita tersebut memiliki
wewenang untuk memberikan informasi kesehatan, gambaran tindakan yang akan dilakukan.
Pada kenyataannya, akibat dari adanya deskriminasi gender sehingga perempuan tidak
punya akses dan kontrol atas kekuasaan dan proses pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan hak reproduksinya dan kesehatan reproduksinya, seperti :
1. Penentuan pasangan hidup
2. Hubungan seksual
3. Penentuan alat kontrasepsi
4. Penentuan kehamilan
5. Penentuan jumlah anak
6. Penentuan jenis kelamin anak
7. Penentuan pencarian pelayanan kesehatan
Faktor penentu ketimpangan gender dalam kesehatan reproduksi:
1. Pengetahuan dan keterampilan
2. Budaya dan prakteknya.
3. Ketersediaan fasilitas pelayanan.
41. 41
4. Ketertinggalan laki-laki dalam peran dan tujuan
Laki-laki adalah pasangan dalam proses reproduksi
Laki-laki ikut bertanggung jawab secara sosial, moral, dan ekonomi
Perannya baik langsung maupun tidak langsung masih rendah
Cara melibatkan wanita dalam pengambilan keptusan :
Memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya tentang permasalahan sesuai
kebutuhan
Memberikan pandangan-pandangan tentang akibat dari keputusan apapun yang akan
diambilnya.
Meyakinkan ibu untuk bertanggung jawab terhadap keputusan yang akan diambilnya.
Pastikan bahwa keputusan yang diambil ibu adalah yang terbaik
Memberi dukungan pada ibu atas keputusan yang diambilnya.
Melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan dalam asuhan reproduksi banyak
ditemui permasalahan-permasalahan oleh karena itu dalam pengambilan keputusan dan
tindakan pada wanita yang bersangkutan diikut sertakan, karena wanita tersebut memiliki
wewenang untuk memberikan informasi kesehatan, gambaran tindakan yang akan dilakukan.
Pada kenyataannya perempuan tidak punya aksesdan kontrol atas kekuasaan dan
proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan hak reproduksinya dan kesehatan
reproduksinya, seperti :
1. penentuan pasangan hidup
2. hubungan seksual
3. penentuan alat kontrasepsi
4. penentuan kehamilan
5. penentuan jumlah anak
6. penentuan jenis kelamin anak
7. penentuan pencarian pelayanan kesehatan
Unit Belajar 4
KESEHATAN REPRODUKSI
42. 42
Kesehatan Wanita Sepanjang Siklus Kehidupan
SIKLUS KEHIDUPAN WANITA
A. Siklus Kesehatan Wanita,
Konsepsi, Bayi dan Anak Remaja, Dewasa, Usia lanjut
a) Masa bayi:
43. 43
bayi yang lahir cukup bulan, pembentukan genetallia interna dan eksterna telah selesai .
pada alat genitalia interna seperti ovarium telah terbentuk folikel primer dengan jumlah
750.000 butir, sedangkan alat genitalia eksterna seperti labia mayora biasanya menutupi
labia, tetapi pada bayi prematur vagina tertutup dan labia minora lebih kelihatan.
perkembangan uterus pada bayi baru lahir agak lebih besar daripada uterus anak kecil.
Hal ini disebabkan oleh hormon estrogen yang sewaktu hamil masuk tubuh janin melalui
plasenta. Disamping itu pengaruh estrogen menyebabkan payudara bayi bengkok baik
pria atau wanita selama 10 hari pertama kelahirannya kadang-kadang disertai sekresi
cairan seperti air susu.
Biasanya alat genitalia pada bayi baru lahir wanita basah karena sekresi cairan vagina
yang jernih. Epitel vagina relatif tebal karena terdapat glikogen dalam jumlah yang besar
dan pH vagina 4,5-5 setelah 2-3 minggu, epitel vagina menjadi tipis dengan Ph 7.
b) masa anak-anak
alat genitalia dalam masa ini tidak memperlihatkan pertumbuhan yang berarti karena
perangsangan oleh hormon kelamin kurang kadar hormon estrogen dan gonadotropin
sangat rendah. Asidifas vagina yang rendah memudahkan terjadinya infeksi, pengaruh
hipofisis terutama pada pertumbuhan badan yang menimbulka perbedaan antara anak
wanita dan anak laki-laki serta tingkah lakunya.
Ovarium masih istirahat, jadi belum menstruasi. Gangguan pada masa anak sering
ditemui aglutinasi labia minora dimana labium minus kanan melekat pada labium minus
kiri tanpa ada kelainan apa-apa. Jika perlekatan jauh kedepan, bisa kesulitan waktu buang
air kecil
c) Masa Remaja / Pubertas
pubertas pada wanita dimulai 8-14 tahun dan berlangsung 4 tahun. Pubertas dapat juga
dikatakan bahwa mulai berfungsinya ovarium dan diakhiri saat ovarium sudah berfungsi
dengan mantap dan teratur. Secara klinis pubertas dimulai dengan timbulnya ciri-ciri
kelamin sekunder, menarche, dan perubahan psikis, pertumbuhan badan yang cepat
dipengaruhi oleh androgen yang dibentuk oleh kelenjer suprarenalis terutama pada
ekstremikasnya dan lambat laun badan mendapat bentuk sesuai jenis kelamin. Ciri-ciri
kelamin sekunder:
Peubahan dan pembesaran alat kelamin dimulai
Pertumbuhan rambut tubuh
Pertumbuhan payudara
Terjadinya menarche
Bidang bahu mengecil punggung melebar
44. 44
Kulit bertambah halus dan bagus
Perubahan psikis pada masa remaja, yaitu :
1. Perubahan fisik hampir selalu diiringi dengan perubahan prilaku
2. Perubahan sangat menonjol, prilaku mereka mendada k sulit diduga.sifat mudah
tersinggung, susah untuk diikuti jalan pikirannya atau perasaannya, sering menyendiri,
menentang kewenangan, sangat mendambakan kemandirian dan sangat kritis kepada
orang lain, dll
Gangguan pada masa pubertas:
1. Pubertas prekok/dini disebabkan karena hormon gonadotropin. Hormon ini diproduksi
sebelum umur 8 tahun. Adapun tanda – tanda dari pubertas prekok ini yaitu :
Pembesaran payudara sebelum umur 8 tahun
Menarche sebelum umur 10 tahun
Tumbuh rambut dipubis dan ketiak sebelum umur 9 tahun
Pembesaran klitoris/penis tidak sesuai umur anak.
2. Pubertas tunda, masa ini dianggap terlambat jika gejala pubertas baru datang, antara
umur 14 – 16 tahun. Pubertas tunda in terjadi karena faktor hereditas, gangguan esehatan
dan kekurangan gizi. Dengan adanya peningkatan kesehatan, maka gejala tersebut dapat
sembuh secara spontan.
3. Perdarahan pada masa pubertas, banyak terjadi pada wanita berusia 12-28 tahun yang
disebut dengan “perdarahan juvenil” yang dapat diakibatkan oleh tidak terbentuknya
korpus uteri yang nantinya bisa menyebabkan kematian
d) Masa Kehamilan
1. Perubahan rohani
Konsepsi dan implantasi sebagai awal kehamilan menyebabkan keterlambatan datang
bulan dan menimbulkan keinginan untuk melakukan pemeriksaan setelah positif hamil,
perasaan gembira dan cinta makin bertambah, tetapi diikuti dengan perasaan cemas
karena kemungkinan keguguran. Oleh karena itu jika hamil, datanglah kepada petugas
kesehatan yang ahli untuk meminta nasehat sehingga kehamilan berlangsung aman
sampai melahirkan.
2. Perubahan jasmani.
- Pada kulit terjadi hiperpigmentasi pada pipi, kulit perut, puting susu disebabkan
pengaruh kelenjer suprarenalis.
- Pada payudara terasa adanya nyeri karena timbunan air dan garam, yang mendesak
saraf sensorik dan pembuluh darah makin tampak sebagai tanda pembentukan ASI.
45. 45
- Pada perut terjadi pembesaran karena rahim membesar untuk menampung
kehamilan, pada mulut rahim terjadi penambahan pembuluh darah pada keseluruhan
alat reproduksi yang menyebabkan terjadinya perlunakan.
- Liang senggama terasa makin besar, pembuluh darah makin banyak.
- Pada peredaran darah terjadi perubahan yaitu penyesuaian akibat peningkatan
hormon estrogen untuk memberikan cukup nutrisi, mengalirkan O2 dan CO2 serta sisa
metabolisme untuk dibuang melalui plasenta.
- Pada pencernaan, proses pencernaan makin menurun akibat pengaruh hormon
progesteron.
Permasalahan yang sering timbul dalam masa kehamilan, yaitu :
A. Morning sickness; terjadi pada pagi hari, waktu bangun tidur, mual ringan sampai muntah.
Keadaan disebabkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat.
B. Hipersalivasi; pengeluaran air liur yang meningkat sehingga menyebabkan kesulitan untuk
makan, dapat menyebabkan gangguan gigi dan pembengkakan gusi.
C. Kram betis; sering terjadi pada wanita yang kekurangan vitamin terutama vitamin E dan B
kompleks serta kalsium.
D. Varises; pembesaran pembuluh darah sampai tampak dari luar dan banyak terjadi pada
kehamilan multigravida. Varises disebabkan hormon kehamilan dan sebagian karena
keturunan , pada kasus berat dapat terjadi infeksi dan bendungan berat. Bahaya yang
paling penting adalah trombosit yang dapat menimbulkan gangguan sirkulasi darah.
E. Pingsan; merupakan keadaan pening, mata kabur sejenak oleh karena bangun
mendadak.
F. Kaki bengkak; terjadi pada akhir trisemester III. Ini disebabkan penahanan air dan garam
serta tekanan pembuluh darah bayi mulai masuk PAP.
e. Masa persalinan
1) Kala I dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap. Pada kala I terjadi
2 fase, yaitu :
Fase laten ( 8 jam ) serviks membuka sampai 3 cm
Fase aktif servik membuka 3-10 cm.
2) Kala II dimulai Pembukaan Lengkap 10 Cm Sampai Bayi Lahir
3) Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai plasenta lahir yang berlangsung
tidak lebih 30 menit
4) Kala IV dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum
f. Masa nifas
Perubahan yang terjadi pada masa nifas, yaitu :
1. Perubahan fisik
46. 46
Kembalinya rahim kebentuk asalnya dimana secara berangsur-angsur alat-alat rahim
mengecil kembali sampai seberat semula pada minggu ke 7 / 42 hari. Tempat implantasi
plasenta segera tertutup epitel sebagai proses penyembuhan sehingga tidak menjadi sumber
perdarahan dan tempat masuknya infeksi, liang senggama mengecil, dan robekan pada liang
senggema sembuh dengan sendirinya.
i. Perubahan kulit setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi
berkurang atau menghilang
ii. Perubahan dinding perut setelah persalinan dinding perut kendor dan lebih kendor
sesuai dengan jumlah kehamilan. Hal ini dikurangi dengan senam kesegaran jasmani.
2. Involusi uterus, servik dan endometrium
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat. Segera setelah persalinan
fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat, pada hari ke 5 post partum uterus kurang lebih
setinggi 7 cm diatas simpisis dan sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas
simphysis
Perubahan pada serviks yaitu setelah post partum, servik agak menganga seperti corong,
warnanya terang kehitam-hitaman dan konsistensinya lunak. Perubahan endometrium yaitu
timbulnya trombosit degenerasi dan mikrosis di tempat implantasi plasenta.
3. Pengeluaran Lochea
Cairan yang keluar dari liang senggama pada masa nifas dapat berupa darah / sisa lapisan
rahim. Lochea terbagi atas :
Lochea rubra berupa darah agak gelap, mungkin ada gumpalan yang terjadi 2-5 hari
Lochea sanguinolenta : cairan berupa lendir campur darah warna merah muda antara
6-14 hari
Lochea alba : cairan yang keluar berupa lendir putih sampai kala nifas berakhir
g. Laktasi
Sejak kehamilan muda terdapat persiapan pada kelenjer-kelenjer mammae untuk
menghadapi perubahan yang terjadi pada kedua mammae. Perubahan yang ada terjadi akibat
:
Proliferasi jaringan terutama kelenjer-kelenjer dari alveolus mammae dan lemak.
Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang – kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum)
Hiperkaseulasi pada permukaan dan bagian dalam mamae
Pengaruh korion – korion hipofisis.
h. Masa klimakterium
47. 47
Merupakan suatu masa peralihan yang normal antara masa produksi dan masa
senium. Dalam menentukan awal dan akhir masa klimaterium sangat sulit, tapi dapat
dikatakan bahwa klimaterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopause berdasarkan
keadaan endokrinologik diantaranya kadar estrogen mulai turun, kadar hormon gonadotropin
naik, dan jika ada gejala-gejala klinik klimaterium berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah
menopause.
Wanita lebih peka terhadap suhu udara pada sekitar masa menopause sehingga sering
merasa kepanasan atau kedinginan secara akut. Hal ini disebabkan :
Makanan dan minuman yang panas
Alkohol
Kekalutan emosi
Cuaca panas
Ruangan yang panas
Tempat tidur yang panas
Cara mengatasi rasa panas itu hilang dengan sendirinya yaitu dengan mengikuti terapi
estrogen pelengkap.
Masalah-masalah yang terjadi dalam masa klimakterium:
Banyak timbul masalah
Masalah yang sering terjadi yaitu ketika bersenggema, dimana terdapat kekeringan dan
rasa sakit pada vagina yang diakibatkan oleh estrogen yang merosot sehingga dinding
vagina tipis dan kering.
Bertambahnya berat badan
Kehilangan estrogen mempengaruhi/ merangsang kegiatan fisik dan kehilangan pengaruh
progesteron yang menyebabkan meningkatnya nafsu makan dan menurunnya gerakan
Perubahan kulit
Kehilangan keturunan
Pada saat ini kadar estrogen telah mencapai nilai rendah, sesuai dengan keadaan senium
dan gejala neurovegetatif telah terhenti. Jadi klimaterium ± 13 tahun. Klimaterium disebabkan
oleh kurang bereaksinya ovarium terhadap rangsangan hormon gonadotropin yang
disebabkan karena ovarium menjadi tua. Proses menjadi tua dimulai pada umur 40 tahun.
Folikel yang tersisa juga lebih resisten terhadap rangsangan gonadotropin. Jadi siklus
ovarium yang terdiri dari pertumbuhan folikel, ovulasi, jadi bersifat anovulasi.
Pada klimaterium terdapat penurunan estrogen dan kenaikan hormon gonadotropin.
Kadar hormon akhir ini terus tetap naik sampai kira-kira 15 tahun menopause. Kemudian
menurun akibat kurangnya produksi estrogen. Pada masa premenopause terjadi kelainan,
48. 48
perdarahan, sedangkan pada masa pasca menopause, rasa panas dan keringat malam,
perasaan jantung berdebar-debar.
i. Menopause
Haid terakhir atau saat terjadinya hari terakhir haid. Diagnosis menopause dibuat setelah
terdapat amenore sekurang-kurangnya 1 tahun. Berhentinya haid dapat didahului oleh siklus
haid yang lebih panjang dengan pendarahan yang berkurang. Umur waktu terjadinya
dipengaruhi oleh keturunan dan pola kehidupan. Menopause sangat berhubungan dengan
menarche, makin dini menarche, makin lambat menopause timbul.
1. Perubahan emosi
Sebagai wanita akan mengalami depresi, kegelisahan, ketegangan dan ketakutan
2 Perubahan dari gairah seksual
Karena wanita lelah / merasa tidak menarik lagi akibatnya gairah seksualnya menurun,
apalagi suami kurang mendukung dan kurang simpatik
3 Perubahan dari rasa percaya diri
Karena wanita mersa dirinya dan menganggap kecantikan sebagai daya tarik utama,
akibatnya pada masa menopause ia kehilangan rasa percaya diri
4 Merasa rendah diri dan putus asa
Karena wanita merasa tidak dibutuhkan lagi oleh para suami dan anak
5 Meningkatnya stres
Apalagi pada wanita yang tidak mampu melahirkan, masa menopause akan membuatnya
stress
6 Perubahan hormon
Perubahan hormon tidak mempengaruhi kemampuan seseorang wanita untuk menikmati
dan menanggapi sex
j. Senium / Lansia
Telah tercapainya keadaan keseimbangan hormonal yang baru sehingga tidak ada lagi
gangguan vegetatif maupun psikis yang paling mencolok dari masa ini adalah kemunduran
alat-alat tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses seorang wanita menjadi tua. Dalam masa
ini terjadi pula osteoporosis dengan intensitas yang berbeda pada masing-masing wanita
walaupun sebabnya belum jelas betul, namun berkurangnya pengaruh hormon steroid dan
berkurangnya aktifitas osteoblast yang memegang peranan. Perubahan dan permasalahan
yang sering timbul,diantaranya :
1. Wanita menjadi lebih peka terhadap suhu udara pada sekitar masa menopause. Mereka
kerap kali merasa dingin dan panas secara lebih akut. Begitu masa haid berhenti, kira-kira
80% wanita mulai mengalami rasa panas.
49. 49
2. Banyak muncul masalah bersenggama, diantaranya kekeringan dan rasa sakit pada
vagina, diakibatkan tingkat estrogen menurun sehingga dinding vagina menjadi tipis dan
kering.
3. Pertambahan berat badan disebabkan oleh kehilangan pengaruh estrogen sehingga
menpengaruhi kegiatan fisik. Kehilangan pengaruh progesteron menyebabkan
meningkatnya nafsu makan dan menurunnya gerakan
4. Perubahan kulit, hormon estrogen punya pengaruh terhadap produksi dalam sel kulit.
Kekurangan estrogen menyebabkan kekeringan dan menipisnya kulit karena
berkurangnya lemak dibawah permukaan kulit.
5. Kehilangan kelenturan.
a) Perubahan fungsi kandung kemih dan saluran kencing akibat kurangnya hormon
tertentu. Akibatnya frekuensi kencing sering meningkat sekali dan ini perlu
ditanggulangi yaitu akibat kurangnya hormon estrogen.
b) Perubahan pada fungsi organ- organ tertentu
Organ – organ pada wanita dalam masa tua umumnya sudah menurun fungsinya. Hal
ini disebabkan karena melemahnya jaringan penyangga karena faktor usia dan juga
karena melemahnya otot panggul akibatnya organ reproduksi tidak menjalankan
fungsinya dengan baik
c) Perubahan pada kulit vagina
Kulit vagina menjadi lebih tipis sehingga menimbulkan infeksi disaluran vagina karena
hal itu disebabkan oleh daya tahan tubuh menghadapi infeksi berkurang
d) Perubahan seksual
Kekuatannya menurun, elastisitas dan juga respon waktu yang bersangkutan
berkurang (lambat)
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
Masa konsepsi
1. Pengaruh kesehatan ibu sejak hamil
2. Gizi ibu hamil
3. Perawatan kehamilan
Masa bayi dan anak
1. Status gizi
2. Pengaruh lingkungan
3. Pelayanan kesehatan, seperti imunisasi
4. Perawatan anak oleh orang tua seperti anak wanita tidak diberi beban berat
karena bisa mempengaruhi bentuk panggul
50. 50
Masa remaja
1. Pengaruh hormon hypofise sehingga merangsang ovarium untuk berovulasi
sehingga terjadinya menstruasi, dst.
2. Pengaruh lingkungan
3. Pengaruh status gizi
4. Pelayanan kesehatan reproduksi
5. Perilaku terhadap kespro
Masa hamil/ bersalin/ nifas dan klimakterium
1. Pengaruh hormon kehamilan
2. Pengaruh janin di dalam kandungan
3. Pengaruh pelayanan kesehatan reproduksi
4. Pengaruh dukungan sosial keluarga dan lingkungan serta agama
5. Kemampuan adaptasi pada setiap siklus kehidupan
6. Status gizi
IV MELAKUKAN PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG SEPANJANG DAUR
KEHIDUPAN DAN GANGGUAN PERMASALAHANNYA
ASPEK – ASPEK YANG DIKAJI DALAM SETIAP TAHAP KEHIDUPAN
Menurut WHO kesehatan reproduksi yaitu keadaan sehat yang menyeluruh meliputi
aspek mental, fisik, dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan dari
segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi itu sendiri.
Dengan demikian kesehatan reproduksi menyiratkan bahwa setiap orang dapat menikmati
kehidupan sex yang aman dan menyenangkan dan mereka memiliki kemampuan untuk
memproduksi serta memiliki kebebasan untuk menetapkan kapan dan seberapa sering
mereka bereprpoduksi.
Agar dapat melaksanakan fungsi reproduksi secara sehat dalam pengertian fisik, mental,
maupun sosial dipelukan beberapa syarat:
Tidak ada kelainan anatomis dan fisiologis baik perempuan maupun laki-laki
Baik laki-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar
perkembangan emosinya berlangsung baik
Sikap orng hendaknya terbatas dari kelainan atau penyakit yang baik langsung maupun
tidak langsung mengenai organ reproduksinya
Seorang perrempuan hamil memerlukan jaminan bahwa ia akan dapat melewati masa
reproduksi dengan aman
51. 51
Kesehatan reproduksi mencakup seluruh siklus kehidupan perempuan, oleh karena itu
agar seseorang dapat melalui fungsi reproduksinya secara sehat. Kesehatan harus terjaga
sejak masih usia anak-anak. Ada 3 unsur yang perlu diperhatikan.
Bagaimana menjaga agar baik laki-laki maupun perempuan akan mampu bereproduksi
dalam keadaan sehat, dapat mempunyai anak yang sehat, serta mampu mengasuh anak
secara bertnggung jawab
Bagaimana menjamin mereka akan melewati masa reproduksinya secara aman tanpa
komplikasi baik secara fisik, mental, maupun sosial
Bagaimana menjamin setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
mencapai semua itu.
A. Aspek Fisik
Keadaan fisik seorang wanita dilandasi faktor energi, gizi yang cukup, fokus pemenuhan
konsumsi makanan perlu diperhatikan diseluruh siklus kehidupan.
Kecukupan konsumsi makanan penting pada masa bayi dan kanak-kanak untuk masa
pertumbuhan yang cepat
Pada masa remaja sebagai periode pertumbuhan yang cepat untuk mempersiapkan
tugas-tugas masa dewasa yang berkaitan dengan pertumbuhan fisik remaja adalah pola
intake makanan dan pola aktifitas fisik merupakan komponen utama keseimbangan energi
Pada masa remaja pertumbuhan fisik seperti panggul membesar, payudara membesar,
hasrus sudah jelas selain itu pertumbuhan fisik pada masa remaja sangat tergantung pada
hormon, keturunan dan aktifitas.
B. Pada Masa Reproduksi
Wanita mempunyai peran ganda dikeluarkan denganmasyarakat, mereka mempunyai
tugas biologis utama dalm proses reproduksi yang sering kali menghabiskan sedangkan
sebagian besar waktu mereka untuk hamil mentusul lamanya waktu bekerja serta peran
ganda wanita menciptakan suatu kerentanan sosial terhadap masalah mal nutrisi terutama
selama reproduksi kehamilan, laktasi dan menstruasi meningkatkan kebutuhan makanan
wanita. Jumlah kerja fisik yang dilakukan perhari sangat bervariasi, tergantung dari macam
lingkungan dan faktor keluarga.
C. Masa Tua
Penelitian menunjukan makin bertambahnya lanjut usia, absorbsi tubuhnya semakin
menurun beberapa nutrien. Jumlah makanan yang dimakan berkurang dan jika
dikombinasikan dengan masalah penurunan absorbsi dapat membuat kaum lanjut usia
tersbut mudah terserang defisiensi nutrisi tertentu. Lagi pula kecendrungan penyakit-penyakit
kronis semakin tinggi sesuai peningkatan usia.
52. 52
D. Psikososial
Kesehatan reproduksi bukanlah sekedar masalah biomekanik belaka tetapi justru lebih
merupakann masalah sosial. Ia dipengaruhi faktor sosial seperti:
Bagaimana masyarakat mempersiapkan peranan perempuan, seberapa jauh masyarakat
mengetahui bahwa mereka pun dapat menjaga kesehatan kaum ibu, bagaimana masyarakat
menilai tentang anak-anak, keluagga dll
Jika status perempuan dalam masyarakat berada dibawah,maka mereka yang pertama
kali akan terkena dampak ketidaksamaan ketika sumber daya terbatas
Pola perilaku seseorang seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tata nilai dan adat
istiadatyang berbeda sesuai dengan etnis, agama, dan status sosial ekonominya, semua
kemudian akan menentukan peran seksual seseorang di dalam masyarakat.
Peran sexsual dapat diartikan sebagai suatu sikap dari perilaku yang mencakup cara
seseorang mengidentifikasikan dirinya sendirinya, kegiatan fisik yang dilakukan cara
berpakaian dan berperilaku seksual macam apa yang di anggap pantas bagi setiap individu
seksual jenis kelaminnya yang secara nyata dipengaruhi pada budaya daripada faktor
biologis.
E. Indikator Pemantauan
Bagi pertumbuhan dan perkembangan janin, bayi, balita, dan kanak-kanak tergantung
pada pedoman gizinya. Indikator pemantauan bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik
meliputi :
1. BMI ( bobymass indeks)
>> secara konsensus BMI yang menggunakan ukuran berat serta tinggi badan digunakan
untuk menilai defisiensi energi pada orang dewasa.
2. Lingkar lengan
>> banyak digunakan sebagai indikator suatu gizi wanita karena ukuran ini tidak banyak
berubah menurut reproduksi.
3. Tinggi badan
>> tumbuh dengan tubuh pendek merupakan indikator yang berguna bagi wanita yang
mungkin melahirkan bayi denganBBLR dan juga sebagai faktor resiko proses persalinan
sulit.
Unit Belajar 5
54. 54
I. INFERTILITAS
A. Definisi
Fertilitas yaitu kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup
oleh suami yang mampu menghamilkannya. Dapat juga diartikan sebagai fungsi satu
pasangan yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.
Infertilitas yaitu kesulitan untuk memperoleh keturunan pada pasangan yang tidak
menggunakan kontrasepsi dan melakukan sanggama secara teratur setelah 1 – 2 tahun.
Infertilitas yaitu suatu keadaan pasutri yang telah kawin 1 tahun atau lebih dan telah
melakukan hubungan suami istri secara teratur dan tanpa memakai alat kontrasepsi tapi tidak
memperoleh keturunan.
Pasangan infertilitas yaitu pasangan yang telah kawin selama 1 tahu dengan kehidupan
keluarga harmonis tapi belum dikaruniai keturunan/hamil.
Infertilitas dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. infertilitas primer : apabila istri sama sekali belum pernah mengalami
konsepsi/kehamilan.
2. infertilitas sekunder : apabila istri pernah mengalami konsepsi, namun kemudian tidak
terjadi lagi kehamilan.
B. Faktor Penyebab Infertilitas
Di negara maju, infertilitas disebabkan oleh pihak pria (40% dari pasangan infertil), atau
wanita (40%) dan sisanya akibat kelainan pada suami istri atau tidak diketahui penyebabnya.
Di negara sedang berkembang, faktor penyebab infertilitas antara lain :
1. Faktor pria dan wanita.
Banyak pria dan wanita penderita penyakit kelamin yang tidak mendapatkan pengobatan
memadai. Hal ini mengakibatkan radang panggul pada wanita dan epididimitis pada pria, yang
dapat mengurangi kesuburan.
Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan
atau ketakutan yang berlebihan (emosional stres) dapat pula menurunkan kesuburan pria dan
wanita. Ketegangan jiwa dalam hal ini menyebabkan spasmus didaerah antara uterus dengan
tuba (uterotubal junction). Anggapan bahwa berhubungan kelamin itu tabu dan jahat,
sehingga dapat pula menyebabkan sutri tidak dikaruniai keturunan.
2. Pada perempuan antara lain disebabkan oleh :
Tidak Dihasilkannya Ovum
Menstruasi yang tidak teratur seing kali dkaitkan dengan anovlasi. jika tidak ada ovum,
maka perubahan tidak akan mungkin terjadi.
Masalah Tuba Fallopi
55. 55
Kemungkinan akibat terjadinya kerusakan pada lumen yang terdapat pada tuba atau
pembukaan serosa atau keduanya. kerusakan pada lumen dapat menyebabkan
penutupan lumen/kerusakan silia sehingga perjalanan ovum dicegah atau terhalang.
krusakan serosa dapat mengganggu mobilitas tuba dan mencegah pendekatan dari ujung
fimbria ke ovarium saat ovulasi.
Produksi Hormon Yang Tidak Efisien
Tidak jarang produksi hormon ini buruk atau masa hidup yang pendek dan fase sekresi
tidak cukup atau terlalu pendek sehingga terjadi kegagalan implantasi
Lendir Serviks Yang Buruk
Jumlah lendir cerviks jernih yang cukup tidak akan dihasilkan akibat produksi estrogen
yang indifferen oleh folikel de graf saat ovulasi
Kelainan Bentuk Uterus
Endometriosis
yaitu tumbuhnya kelenjar dan stroma endometrium yang masih berfungsi di luar
tempatnya yang biasa yaitu rongga uterus
3. Pada pria antara lain disebabkan oleh :
Faktor Hormonal
Dalam proses pembentukan sel sperma (spermatogenesis) diperlukan hormon –
hormon tertentu, misalnya hormon gonadotropin. Hormon ini tadinya harus dalam
keseimbangan tertentu baru dapat mempengaruhi proses spermatogenesis secara
normal.
Misalnya jika hormon FSH kurang dan hormon LH kadarnya tinggi, maka proses
spermatogenesis akan berlangsung secara tidak sempurna. Jadi antara hormon ini
perlu adanya keseimbangan
Sperma Tidak Dihasilkan Atau Tidak Berfungsi
dapat disebabkan oleh kesalahan anatomi dalam perkembangan atau penurunan
testis
Penutupan Vasdeferens
Disebabkan oleh infeksi yang dapat menghalangi perjalanan sperma sepanjang
perjalanan ke vesikula seminalis
Ejakulasi Prematur, Impotensi Atau Suatu Kesalahan Anatomis Seperti hipospadia
yang dapat mencegah depresi sperma kedalam vagina. Hipospadia yaitu suatu
keadaan dimana lobang orifisium urethrae externa tedapat di batang penis, biasanya
dibagian bawah batang penis, sedangkan yang normal terdapat pada ujung penis.
Kelainan Gerak Sperma
Suhu
56. 56
Faktor suhu tersebut berpengaruh langsung terhadap proses spermatogenesis,
misalnya pada pekerja – pekerja yang ditempatkan pada tempat – tempat tertentu
dengan suhu tinggi, dalam jangka yang cukup lama
Radiasi
Ini terdapat pada orang – orang yang bekerja pada tempat – tempat yang berhubungan
secara langsung dengan radiasi. Misalnya : pegawai – pegawai yang ditempatkan
pada bagian rontgen. Pegawai – pegawai dibagian rontgen tersebut jika mereka
kurang hati – hati dalam bekerja, misalnya tidak memakai alat pengaman, maka besar
kemungkinan akan terkena radiasi. Jika radiasi tadi mengenai alat – alat reproduksi,
maka kemungkinan timbulnya steril bagi individu bersangkutan mungkin terjadi.
C. Masalah Yang Timbul Akibat Infertilitas
1. ketidakharmonisan dalam keluarga
2. perselingkuhan
3. perceraian
4. trauma atau rasa tidak pecaya diri
5. gangguan jiwa
D. Syarat – syarat Pemeriksaan Pasangan Infertil
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sabagai satu kesatuan. Itu berarti, kalau istri
saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak diperiksa.
Adapun syarat – syarat pemeriksaan pasangan infertil yaitu :
1. Istri yang berumur antara 20 – 30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk
mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabila :
Pernah mengalami keguguran berulang
Diketahui mengidap kelainan endokrin
Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
Pernah mengalami bedah ginekologik
2. Istri yang berumur antara 31 – 35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang ke dokter
3. Istri pasangan infertil yang berumur antara 36 – 40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan
infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangannya mengidap penyakit yang dapat
membahayakan kesehatan istri atau anaknya.
E. Tugas Bidan Dalam Menghadapi Kasus Infertilitas
57. 57
1. Memberikan penyuluhan dan nasehat pada pasangan
2. Menganjurkan untuk mengubah teknik hubungan seks dengan memperhatikan masa
subur istri yaitu hari ke 14, 15 dan 16 setelah hari haid pertama
3. Melakukan rujukan ke fasilitas yang lebih berhak dan lebih dapat memfasilitasi masalah
tersebut
4. Penanggulangan infertilitas yang mempunyai dasar psikologi yaitu dengan pendekatan
psikologis, jika bidan tidak dapat lagi memberikan penyuluhan terhadap pasangan ini,
langkah selanjutnya yang dapat diambil bidan yaitu dengan merujuk ke ahli jiwa (yang
lebih berhak)
II. SEKSUAL TRANSMITED DESEASE (STD/PMS)
Seksual Transmited Disease atau Penyakit Menular Seksual merupakan salah satu infeksi
saluran reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Termasuk didalam
kelompok PMS yaitu gonoroe, sifilis, ulkus molle, kondiloma akuminata, herpes genital dan
HIV/AIDS. Dari semua PMS, HIV/AIDS merupakan jenis PMS yang paling penting karena
sangat berbahaya, belum ditemukan cara pengobatannya dan berakhir dengan kematian bagi
penderitanya. Gejala yang paling sering ditimbulkan dari PMS ini yaitu berupa duh (nanah)
yang keluar dari saluran kencing laki – laki (uretra) atau dari liang sanggama perempuan
(vagina), dan borok pada kelamin.
Hal – hal penting yang perlu diketahui mengenai PMS yaitu :
1. PMS dapat terjadi baik pada laki – laki maupun perempuan
2. penularan PMS dapat terjadi, walaupun hanya sekali melakukan hubungan seksual tanpa
memakai kondom dengan penderita PMS
3. tidak ada seorangpun yang kebal terhadap PMS
4. perempuan lebih mudah tertular PMS dari pasangannya dibandingkan sebaliknya, karena
bentuk alat kelaminnya dan luasnya permukaan yang terpapar oleh air mani pasangannya
5. infeksi atau borok pada alat reproduksi perempuan sering tersembunyi dan tidak mudah
terlihat oleh petugas yang kurang terlatih.
6. ISR meningkatkan risiko penularan PMS/HIV/AIDS pada perempuan sepuluh kali lebih
besar
7. beberapa PMS mungkin tidak menimbulkan gejala yang berarti pada perempuan, tetapi
tetap dapat menularkan penyakit tersebut kepada pasangannya
8. tanda – tanda dan gejala PMS pada laki – laki biasanya tampak jelas sebagai luka atau
duh tubuh, sehingga pengobatannya dapat dilakukan lebih awal
9. PMS sering tidak diobati dengan benar, sehingga mengakibatkan penularan dan
penderitaan yang berkepanjangan.
10. komplikasi PMS, seperti kemandulan, dapat dicegah bila PMS segera diobati
58. 58
11. belum ada vaksin atau imunisasi untuk PMS
12. PMS meningkat kemungkinan tertular HIV/AIDS sebanyak 4 kali
Gejala akibat PMS dapat berupa :
1. Keluarnya duh tubuh (cairan) dari alat kelamin yaitu penyakit gonorrhoe, clamydia
2. Luka pada kelamin yaitu choncroid penyakit sifilis, herpes simpleks (genitalis)
3. Timbul benjolan atau tumor seperti jengger ayam yaitu penyakit kondiloma akuminata
4. Pembengkakan kelenjar inguinal testis/skrotum yaitu penyakit gonorrhoe, clamydia
5. Radang mata pada bayi akibat gonorrhoe, clamydia yang ditularkan melalui jalan lahir
6. Tanpa gejala pada tahap permulaan yaitu penyakit hepatitis b dan hiv/aids
Cara penularan PMS, termasuk HIV/AIDS dapat melalui :
1. Hubungan seksual yang tidak terlindungi, baik melalui vaginal, anal, maupun oral. Cara
ini merupakan cara penularan utama (lebih dari 90%)
2. Penularan ibu ke janin selama kehamilan, pada persalinan dan sesudah bayi lahir
3. Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk
darah (sifilis dan HIV/AIDS)
Cara pencegahan PMS :
1. Melakukan hubungan seksual hanya dengan seorang pasangan yang setia
2. Menghindari hubungan seksual sebelum menikah (abstinensia)
3. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
4. Bila terinfeksi pms mencari pengobatan bersama pasangan seksual
5. Menghindari hubungan seksual bila ada gejala pms, misalnya borok pada alat kelamin
atau keluarnya duh (cairan nanah) dari tubuh.
Perilaku yang berisiko tinggi terhadap penularan PMS, termasuk HIV/AIDS :
1. Sering berganti – ganti pasangan seksual atau mempunyai lebih dari satu pasangan
seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal, misal dengan penjaja seks
2. Pasangan seksual mempunyai pasangan ganda.
3. Terus melakukan hubungan seksual, walaupun mempunyai keluhan pms dan tidak
memberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut
4. Tidak memakai kondom saat melakukan hubungan seks dengan pasangan yang berisiko
5. Pemakaian jarum suntik bersama – sama secara bergantian, misalnya pada pengguna
narkotika atau kelalaian petugas kesehatan dalam menjaga sterilitas jarum suntik
Penanggulangan :
59. 59
1. Periksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan segera setelah mengetahui gejala –
gejala PMS
2. Jangan melakukan pengobatan sendiri dan atau tradisional, karena kemungkinan tidak
akan sembuh total
Tanya jawab
PMS & HIV/AIDS
Apa yang Dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual (PMS)?
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui
hubungan seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati
dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti
terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.
Apa saja Tanda dan Gejala PMS?
Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah
dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:
Berupa bintil-bintil berisi cairan,
Lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
Luka tidak sakit;
Keras dan berwarna merah pada alat kelamin,
Adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,
Rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
Rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
Kencing nanah atau darah yang berbau busuk,
Bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada
gejala, biasanya berupa antara lain:
Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
Rasa nyeri pada perut bagian bawah,
Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada
alat kelamin atau sekitarnya,
Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
Bintil-bintil berisi cairan,
Lecet atau borok pada alat kelamin.
60. 60
Bagaimana Remaja Bisa Terhindar dari PMS?
Bagi remaja yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan hubungan
seksual, saling setia bagi pasangan yang sudah menikah, hindari hubungan seksual yang
tidak aman atau beresiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS,
selalu menjaga kebersihan alat kelamin.
Apa saja Jenis PMS?
Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak
ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia,
trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin.
Apakah PMS dapat Diobati?
Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa diobati secara tuntas
seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika kita terkena PMS, satu-stunya cara adalah
berobat ke dokter atau tenaga kesehatan., jangan mengobati diri sendiri. Selain itu, pasangan
kita juga harus diobati agar tidak saling menularkan kembali penyakit tersebut.
Mitos-mitos seputar PMS
Perlu diketahui bahwa PMS tidak dapat dicegah hanya dengan memilih pasangan yang
kelihatan bersih penampilannya, mencuci alat kelamin setelah berhubungan seksual, minum
jamu-jamuan, minum antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seks.
Apakah HIV/AIDS itu?
AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Penyakit ini adalah kumpulan
gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus
HIV. HIV sendiri adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.
Apakah HIV/AIDS Termasuk PMS?
Ya, karena salah satu cara penularannya adalah melalui hubungan seksual. Selain itu HIV
dapat menular melalui pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV,
menerim tranfusi darah yang tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada
bayi yang dikandungannya. Di Indonesia penularan HIV/AIDS paling banyak melalui
hubungan seksual yang tidak aman serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).
61. 61
Tanda-tanda dan Gejala HIV/AIDS
Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Beru
beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering menderita penyakit ringan sehari-
hari seperti flu atau diare. Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan
gejala khas atau disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat
dan dari luar juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang,
penurunan berat badan secara mendadak, sering sariawan dimulut, dan terjadi
pembengkakan di kelenjar getah bening dan pada akhirnya bisa terjadi berbagai macam
penyakit infeksi, kanker dan bahkan kematian.
Bagaimana Bisa Terhindar dari HIV/AIDS?
Lebih aman berhubungan seks dengan pasangan tetap (tidak berganti-ganti pasangan
seksual). Hindari hubungan seks di luar nikah. Menggunakan kondom jika melakukan
hubungan seksual berisiko tinggi seperti dengan pekerja seks komersial; sedapat mungkin
menghindari tranfusi darah yang tidak jelas asalnya; menggunakan alat-alat medis dan non
media yang terjamin streril.
Pengobatan HIV/AIDS
Sampai sekarang, belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang ada
hanyalah menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya.
Bagaimana Mendeteksi HIV/AIDS
Dengan melakukan tes-tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Untuk
mendeteksi adanya antibodi terhadap virus HIV, yang menunjukkan adanya virus HIV dalam
tubuh, dilakukan tes darah dengan cara Elisa sebanyak 2 kali. Kemudian bila hasilnya positif,
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara Western Blot atau Immunofluoresensi.
Mitos yang Salah Seputar HIV/AIDS?
Beberapa mitos yang salah yang sering terjadi di masyarakat adalah bahwa berhubungan
sosial dengan penderita HIV/AIDS akan membuat kita tertular, seperti bersalaman,
menggunakan WC yang sama, tinggal serumah, atau menggunakan sprei yang sama dengan
penderita HIV/AIDS.
Apakah Penderita HIV/AIDS Perlu Dikucilkan?
Sebaikya penderita jangan dikucilkan. Kita perlu tetap memperlakukannya sebagai teman
dan tidak merubah sikap karena penyakitnya. Memberi mereka dorongan semangat dan juga
memperhatikan keterbatasan keadaan fisiknya dalam bergaul.