Brainstorming kurikulum darurat di era pandemic COVID-19 oleh Dr. Ir. Vina Serevina, M.M dan Siti Sulistia Amanah, S.Pd.

1. 0

2. 1
Brainstorming
Kurikulum Darurat di Era Pandemic Covid-19
Oleh: Siti Sulistia Amanah (1310820008)
Sejak masa pandemi covid-19 tepatnya bulan Maret lalu, pembelajaran di sekolah
mau tidak mau dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) dari rumah masing-masing.
Hal tersebut dilakukan untuk mencegah penyebaran covid-19 yang semakin meluas.
Sehubungan dengan hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 719/P/2020
tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.
Satuan pendidikan dalam kondisi khusus dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran peserta didik. Kurikulum darurat ini merupakan penyederhanaan
dari kurikulum nasional. Pada kurikulum tersebut dilakukan pengurangan kompetensi dasar
untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial
dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya
(www.kemdikbud.go.id).
Kurikulum darurat di masa pandemi covid-19 ini tentu memiliki beberapa sisi positif
dan kebermanfaatan, diantaranya yaitu: 1) Meringankan beban belajar siswa dan
meringankan beban mengajar guru dengan mengurangi Kompetensi Dasar yang saat ini
berlaku pada kurikulum nasional. Kompetensi Dasar yang terlalu banyak tentu berpengaruh
pada psikologis siswa pada saat belajar, terlebih dalam kondisi pandemi seperti sekarang.
Kompetensi Dasar yang digunakan hanya yang mengandung materi yang esensial dan
kontekstual, sehingga pembelajaran diharapkan lebih mudah untuk dilaksanakan dari rumah
dan orang tua siswa juga dapat berkontribusi dalam proses belajar anak 2) Mempermudah
guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Sekolah Dasar (SD) dalam mengajar karena
pemerintah menyediakan modul-modul pembelajaran.
Namun di lain sisi, kurikulum darurat ini memiliki beberapa kekurangan yang sangat
disorot oleh masyarakat. Kekurangan kurikulum darurat ini antara lain: 1) Beredar kabar di
masyarakat bahwa kurikulum darurat ini akan menghilangkan beberapa mata pelajaran. Hal
ini tentu menjadi kekhawatiran bagi beberapa guru pengampu mata pelajaran jika mata
pelajaran yang mereka ajar benar dihilangkan atau hanya menjadi mata pelajaran pilihan. 2)
Keputusan Mendikbud yang memperbolehkan sekolah untuk memilih tiga opsi untuk
menetapkan kurikulum di sekolahnya yaitu tetap mengacu pada Kurikulum Nasional,
menggunakan kurikulum darurat, atau melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri

3. 2
akan membuat ketimpangan antara satu sekolah dengan sekolah yang lain karena perbedaan
kurikulum yang digunakan. 3) Mendikbud mengimbau guru perlu melakukan asesmen
diagnostik. Asesmen ini dilakukan di semua kelas secara berkala untuk mendiagnosis
kondisi kognitif dan non-kognitif siswa sebagai dampak pembelajaran jarak jauh.
Penilaian/asesmen ini tentu memberatkan bagi guru. Asesmen non-kognitif ini ditujukan
untuk mengukur aspek psikologis dan kondisi emosional siswa. Namun pada kondisi PJJ ini
tentu merupakan hal yang sulit bagi gruru untuk mengukur aspek psikologis dan emosional
siswa karena guru dan siswa tidak bertemu secara langsung. 4) Bagi siswa SMK yang
membutuhkan praktek lapangan, adanya kurikulum darurat ini kurang membantu
menyelesaikan masalah. Berkaitan dengan kurikulum nasional KKNI yang merupakan
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dengan bidang pelatihan kerja serta
pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan
struktur pekerjaan di berbagai sektor. Bagaimanapun, pembelajaran daring atau PJJ tidak
akan membantu siswa SMK untuk meningkatkan kualifikasi kompetensi yang harus
dimilikinya. Sehingga sebaiknya untuk SMK tidak menggunakan kurikulum darurat sebagai
pilihan dan tetap melaksanakan praktik lapangan dengan menerapkan protokol kesehatan
yang ketat sehingga diharapkan lulusan SMK di era pandemi ini tetap memiliki kompetensi
yang bagus yang nantinya dapat langsung terjun ke dunia kerja.
Kurikulum darurat yang Mendikbud usulkan ini bisa terlaksana dengan baik jika
membenahi beberapa hal yang krusial. Jika hendak dilaksanakan, sebaiknya pemerintah
membagikan informasi yang jelas terkait pelaksanaan kurikulum pada kondisi khusus ini agar
tidak menyebabkan informasi yang simpang siur dan menyebabkan kekhawatiran pada
berbagai pihak. Selanjutnya, pemerintah hendaknya menyetarakan atau menentukan
kebijakan sekolah mana saja yang dianjurkan menggunakan kurikulum darurat ini agar tidak
terjadi ketimpangan antara satu sekolah dengan sekolah lain. Misalnya kurikulum darurat ini
akan diimplementasikan di seluruh sekolah di DKI Jakarta. Hal tersebut tentunya akan
membuat penilaian dan pembelajaran yang lebih seragam diantara suatu wilayah. Selain itu,
di masa pandemi ini kurikulum tidak dapat sepenuhnya memenuhi fungsinya terhadap siswa,
yang seharusnya memiliki fungsi diferensiasi, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik yang
mana ketiga fungsi kurikulum tersebut seharusnya memfasilitasi keberagaman bakat dan
minat siswa. Namun pada kondisi seperti sekarang, menciptakan proses pembelajaran yang
efektif pun masih sulit dilakukan. Penerapan Kurikulum darurat diharapkan dapat menjadi
jalan bagi seluruh guru dan siswa untuk menciptakan kondisi belajar yang efektif dan efisien.