3. Kebijakan Pemulihan Pembelajaran
Masa pandemi Covid-19 merupakan salah satu kondisi
khusus yang menyebabkan ketertinggalan pembelajaran
(learning loss) yang berbeda-beda pada ketercapaian
kompetensi peserta didik.
Satuan pendidikan diberikan opsi dalam melaksanakan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
bagi peserta didik.
4.
5. Pergantian Kurikulum
Perlunya pemahaman atas Kerangka Kurikulum dan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Laju perubahan kurikulum dari KBK di tahun 2004, KTSP di
tahun 2006, dan yang terakhir adalah Kurikulum 2013 (K-13)
Kurikulum Merdeka baru akan menjadi kurikulum nasional
pada tahun 2024.
6. Pergantian Kurikulum
Tujuan perubahan kurikulum adalah untuk mengatasi krisis belajar (learning
crisis).
Menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang aman, inklusif, dan
menyenangkan.
Melakukan reformasi sistem evaluasi pendidikan.
Menata sistem rekrutmen dan pelatihan guru.
Menyelaraskan pendidikan vokasi dengan dunia kerja.
Mendampingi dinas-dinas pendidikan, dan melakukan penguatan anggaran
dan kelembagaan.
7. Dasar Pertimbangan: Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran
intrakurikuler yang beragam.
Konten pembelajaran disajikan dengan lebih optimal agar
peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi.
Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat
ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan
kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
8. Dasar Pertimbangan: Kurikulum Merdeka
Studi nasional maupun internasional menunjukkan
bahwa Indonesia telah mengalami krisis
pembelajaran (learning crisis) yang cukup lama.
Studi-studi tersebut menunjukkan bahwa banyak dari
anak-anak Indonesia yang tidak mampu memahami
bacaan sederhana atau menerapkan konsep
matematika dasar.
9.
10. Kurikulum Merdeka dan
Keberlanjutannya
Regulasi yang fundamental; Peraturan Pemerintah No.
57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Asesmen; Kurikulum harus didampingi sistem penilaian
atau asesmen yang baik sebagaimana Asesmen
Nasional (AN).
Dukungan publik; Dukungan publik menjadi hal krusial
lainnya dalam keberlanjutan penerapan kurikulum.
15. Struktur Kurikulum
Kurikulum terdiri:
• Intrakurikuler,
• projek penguatan profil pelajar Pancasila,
• dan ekstrakurikuler.
Alokasi jam pelajaran dituliskan secara total dalam
satu tahun.
16. Struktur Kurikulum
Tidak ada perubahan total jam pelajaran:
JP (jam pelajaran) untuk setiap mata pelajaran dialokasikan untuk 2
kegiatan pembelajaran: (1) pembelajaran intrakurikuler dan (2) projek
penguatan profil pelajar Pancasila.
JP kegiatan belajar rutin di kelas (intrakurikuler) berkurang
dibandingkan dengan Kurikulum 2013. Namun, selisih jam pelajaran
dialokasikan untuk projek penguatan profil Pelajar Pancasila.
Projek tetap dihitung sebagai beban mengajar guru.
17. Struktur Kurikulum dan Muatan Lokal
Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menambahkan
muatan tambahan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik.
Satuan pendidikan dan/atau daerah dapat mengelola kurikulum muatan lokal
secara fleksibel.
Pembelajaran muatan lokal dapat dilakukan melalui tiga metode:
1) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain
2) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan profil pelajar
Pancasila
3) Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri sebagai
bagian dari program intrakurikuler.
18. Struktur Kurikulum dan Peminatan dan
Penjurusan
Tidak ada peminatan siswa di kelas X
Peserta didik dapat menggunakan 1 tahun masa belajar di SMA untuk
mengenal pilihan-pilihan yang disediakan satuan Pendidikan.
Tidak ada penjurusan di jenjang SMA, peserta didik akan memilih
mata pelajaran kelompok pilihan di Kelas XI dan XII sesuai minat dan
bakatnya dengan panduan guru Bimbingan Konseling.
Tidak ada jam pelajaran khusus Bimbingan Konseling di kelas. Waktu
pelaksanaan kegiatan ini ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
19. Struktur Kurikulum dan Mata Pelajaran
Pilihan
Total jam pelajaran (JP) per minggunya dialokasikan 42-47 JP,
termasuk mata pelajaran pilihan.
Alokasi mata pelajaran pilihan terdiri dari 20-25 JP. Mata pelajaran dari
kelompok MIPA, IPS, dan Bahasa dan Budaya memiliki alokasi
masing-masing 5 JP,
Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan 2 JP, dan maksimal 5 JP
untuk mata pelajaran Vokasi.
Peserta didik memilih 4-5 mata pelajaran dari minimal dua kelompok
mata pelajaran pilihan (maksimal mata pelajaran pilihan yang diambil
dari satu kelompok mata pelajaran pilihan adalah 3 mata pelajaran
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28. Pendidikan Dasar dan
Menengah
Langkah pertama merancang
alokasi waktu projek profil adalah
mengidentifikasi jumlah total jam
projek profil yang dimiliki setiap
kelas.
Jumlah jam tersebut ditentukan
dalam Kepmendibudristek RI
Nomor 56/M/2022 tentang
Pedoman Penerapan Kurikulum
dalam Rangka Pemulihan
Pembelajaran.
29. Pilihan Waktu
Pelaksanaan Projek
Profil
Menentukan satu hari dalam
seminggu untuk
pelaksanaan projek profil
(misalnya hari Jumat).
Seluruh jam belajar pada
hari itu digunakan untuk
projek profil.
30. Pilihan Waktu
Pelaksanaan Projek
Profil
Mengalokasikan 1-2 jam
pelajaran di akhir hari,
khusus untuk mengerjakan
projek profil.
Bisa digunakan untuk
eksplorasi di sekitar satuan
pendidikan sebelum peserta
didik pulang
31. Pilihan Waktu
Pelaksanaan Projek
Profil
Mengumpulkan dan memadatkan
pelaksanaan tema dalam satu
periode waktu (misalnya 2 minggu
atau 1 bulan - tergantung jumlah
jam tatap muka yang dialokasikan
pada setiap projek profil), di mana
semua Tenaga Pendidik
berkolaborasi mengajar projek
profil setiap hari selama durasi
waktu yang ditentukan.
32. Pemetaan dimensi, tema, dan alokasi waktu
projek profil.
• Di sebuah sekolah dasar, kepala satuan pendidikan dan tim
fasilitator memutuskan bahwa di tahun ajaran berjalan
dimensi profil pelajar Pancasila yang akan difokuskan
adalah Berkebinekaan Global, Bergotong-Royong, dan
Bernalar Kritis.
• Sementara tema projek profil pilihannya adalah Bhinneka
Tunggal Ika, Kearifan Lokal, dan Kewirausahaan. Pemilihan
dimensi dan tema tersebut berangkat dari kondisi dan
kebutuhan sekolah.
35. Tema: Projek Profil
Gaya Hidup
Berkelanjutan
Peserta didik memahami dampak aktivitas manusia, baik jangka pendek
maupun panjang, terhadap kelangsungan kehidupan di dunia maupun
lingkungan sekitarnya. Peserta didik juga membangun kesadaran untuk
bersikap dan berperilaku ramah lingkungan, mempelajari potensi krisis
keberlanjutan yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta mengembangkan
kesiapan untuk menghadapi dan memitigasinya.
Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK, dan sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema:
• Jakarta: situasi banjir
• Kalimantan: hutan sebagai paru-paru dunia
• Daerah pedesaan: pemanfaatan sampah organik
36. Tema: Projek Profil
Kearifan Lokal
Peserta didik membangun rasa ingin tahu dan kemampuan inkuiri
melalui eksplorasi budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar atau
daerah tersebut, serta perkembangannya. Peserta didik
Contoh kontekstualisasi tema:
• Jawa Barat: sistem masyarakat di Kampung Naga
• Papua: sistem masyarakat di Lembah Baliem
• SMK tata kecantikan: eksplorasi seni pranata acara adat Jawa
37. Tema: Projek Profil
Bhineka
Tunggal Ika
Peserta didik mengenal dan mempromosikan budaya perdamaian
dan anti kekerasan, belajar membangun dialog penuh hormat tentang
keberagaman serta nilai-nilai ajaran yang dianutnya. Peserta didik
juga mempelajari perspektif berbagai agama dan kepercayaan,
secara kritis dan reflektif menelaah berbagai stereotip negatif dan
dampaknya terhadap terjadinya konflik dan kekerasan. Tema ini
ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK,
dan sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema:
Menangkap isu-isu atau masalah keberagaman di lingkungan sekitar
dan mengeksplorasi pemecahannya
38. Tema: Projek Profil
Bangunlah
Jiwa
dan Raganya
Peserta didik membangun kesadaran dan keterampilan memelihara kesehatan fisik dan
mental, baik untuk dirinya maupun orang sekitarnya. Peserta didik melakukan penelitian
dan mendiskusikan masalah-masalah terkait kesejahteraan diri (wellbeing), perundungan
(bullying), serta berupaya mencari jalan keluarnya. Mereka juga menelaah masalah-
masalah yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan fisik dan mental, termasuk
isu narkoba, pornografi, dan kesehatan reproduksi.
Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan
sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema:
Jenjang SMP/SMA dan setara: Mencari solusi untuk masalah cyber bullying yang marak
di kalangan remaja.
Jenjang SMPLB/SMALB: Pengembangan kemandirian dalam merawat diri dan menjaga
kesehatan
39. Tema: Projek Profil
Suara
Demokrasi
Peserta didik menggunakan kemampuan berpikir sistem, menjelaskan
keterkaitan antara peran individu terhadap kelangsungan demokrasi
Pancasila. Melalui pembelajaran ini peserta didik merefleksikan makna
demokrasi dan memahami implementasi demokrasi serta tantangannya
dalam konteks yang berbeda, termasuk dalam organisasi sekolah
dan/atau dalam dunia kerja. Tema ini ditujukan untuk jenjang
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, dan sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema:
Sistem musyawarah yang dilakukan masyarakat adat tertentu untuk
memilih kepala desa.
40. Tema: Projek Profil
Rekayasa
Teknologi
Peserta didik melatih daya pikir kritis, kreatif, inovatif, sekaligus
kemampuan berempati untuk berekayasa membangun produk
berteknologi yang memudahkan kegiatan diri dan sekitarnya. Peserta
didik dapat membangun budaya smart society dengan menyelesaikan
persoalan-persoalan di masyarakat sekitarnya melalui inovasi dan
penerapan teknologi, mensinergikan aspek sosial dan aspek teknologi.
Tema ini ditujukan untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK, dan sederajat.
Contoh kontekstualisasi tema:
Membuat desain inovatif sederhana yang menerapkan teknologi untuk
menjawab permasalahan di sekitar satuan pendidikan.
41. Tema: Projek Profil
Kewirausahaa
n
Peserta didik mengidentifikasi potensi ekonomi di tingkat lokal dan masalah
yang ada dalam pengembangan potensi tersebut, serta kaitannya dengan aspek
lingkungan, sosial dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini,
kreativitas dan budaya kewirausahaan akan ditumbuhkembangkan. Peserta
didik juga membuka wawasan tentang peluang masa depan, peka akan
kebutuhan masyarakat, menjadi problem solver yang terampil, serta siap untuk
menjadi tenaga kerja profesional penuh integritas. Tema ini ditujukan untuk
jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan sederajat. (Karena jenjang
SMK/MAK sudah memiliki mata pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan,
maka tema ini tidak menjadi pilihan untuk jenjang SMK.)
Contoh kontekstualisasi tema:
Membuat produk dengan konten lokal yang memiliki daya jual.
42. Tema: Projek Profil
Kebekerjaan
Peserta didik menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah dipahami
dengan pengalaman nyata di keseharian dan dunia kerja. Peserta didik
membangun pemahaman terhadap ketenagakerjaan, peluang kerja, serta
kesiapan kerja untuk meningkatkan kapabilitas yang sesuai dengan
keahliannya, mengacu pada kebutuhan dunia kerja terkini. Dalam projeknya,
peserta didik juga akan mengasah kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan
standar yang dibutuhkan di dunia kerja. Tema ini ditujukan sebagai tema wajib
khusus jenjang SMK/MAK.
Contoh kontekstualisasi tema:
• Lampung: eksplorasi pengembangan serat tekstil dari limbah daun nanas
• Kawasan industri sekitar Jakarta: budidaya dan pengolahan tanaman lokal
Betawi
43.
44. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak
Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan
mengalami kesulitan.
Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta
didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan
Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
45. Langkah Pembelajaran PBL
Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan
menantang (start with the big question)
Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Mengawasi jalannya proyek (monitor the students
and the progress of the project).
Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess
the outcome)
Evaluasi (evaluate the experience).
46. Pengalaman Belajar dalam PBL
Tahapan dalam
PBL
Pengalaman Belajar Kompetensi Abad
21
Pendekatan Saintifik
Langkah 1 .
Pengenalan
masalah (Penentuan
Pertanyaan
Mendasar)
• Menggugah
ketertarikan peserta
didik terhadap topik
yang akan dipelajari
(apersepsi)
• Mendorong peserta
didik untuk berfikir kritis
• Membangun
kemampuan peserta
didik dalam
menghubungkan
kejadian yang tejadi di
sekitarnya dengan topik
yang dibahas
• Critical thinking
(mendorong
berfikir kritis
mencari jawaban
dari pertanyaan
yang diberikan
• EQ
• IQ
• SQ
• Mengamati
fenomena sekitar
(dunia nyata) yang
dihubungkan
dengan topik yang
dibahas
• Mengasosiasi
(mengubungkan
keterkaitan
fenomena alam
dengan topik yang
dibahas)
47. Pengalaman Belajar dalam PBL
Tahapan dalam
PBL
Pengalaman Belajar Kompetensi Abad 21 Pendekatan Saintifik
Langkah 2
Penyusunan
Rancangan Project
• Mengorganisasikan
peserta didik dalam
kelompok kerja
• Membangun kerjasama
sesama peserta didik
• Membangun komunikasi
antar peserta didik
Melibatkan peserta didik
dalam proses
perencanaan
• Menentukan dan
menemukan rancangan
project sendiri
• Critical thinking
(mengembangkan kemampuan
berfikir (menggali pengetahuan
sendiri) untuk menyusun
rancangan project)
• Creative (mengembangkan
kreatifitas dalam membuat
rancangan)
• Collaboration (bekerjasama
dengan kelompoknya dalam
membuat rancangan)
• Communication
(mengkomunikasikan
rancangan dengan teman dan
pendidiknya)
• Mendiskusikan
rancangan project
• Mencoba
• Mengkomunikasika
n dengan teman
dan pendidiknya
48. Pengalaman Belajar dalam PBL
Tahapan dalam PBL Pengalaman Belajar Kompetensi Abad 21 Pendekatan Saintifik
Langkah 3
Penyusunan Rencana
Kerja
• Mengembangkan
kemampuan
penyelidikan otentik
• Mengidentifikasi
masalah nyata
• Mencari sumber
informasi
• Critical thinking
• Creative
• Collaboration
• Communication)
• Mengasosiasi
• Mendiskusikan
• Mengkomunikasika
n
49. Pengalaman Belajar dalam PBL
Tahapan dalam
PBL
Pengalaman Belajar
Kompetensi Abad
21
Pendekatan
Saintifik
Langkah 4
Pelaksanaan dan
Monitoring
Project
• Memiliki pengalaman untuk
melakukan penyelidikan (mencoba)
• Menumbuhkan kemampuan
menganalisis (menemukan sendiri
hubungan antara kondisi nyata
dengan permasalahan yang
dihadapi)
• Membangun sikap berbagi dan
kekerjasama
• Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi
• Memumbuhkan kemampuan
membuat keputusan
• Memanfaatkan media dan sumber
(TIK)
• Critical thinking
• Creative
• Collaboration
• Communication)
• Mengamati
• Mengasosiasi
• Mencoba
• Mendiskusikan
• Mengkomunikasi
kan
50. Pengalaman Belajar dalam PBL
Tahapan dalam
PBL
Pengalaman Belajar
Kompetensi Abad
21
Pendekatan Saintifik
Langkah 5
Pengujian Hasil
(Presentasi)
Menyusun bahan presentasi
Menyampaikan hasil project
(presentasi menggunakan
media/TIK)
Menjawab pertanyaan saat
diskusi
Mengembangkan kemampuan
menampilkan hasil karya
(menggunakan media/TIK)
Mengemas produk
Mendokumentasikan tahapan
projek (memanfaatkan TIK)
Menampilkan produk
(menggunakan media/TIK)
Creative
Collaboration
Communication)
• Mendiskusikan
• Mengkomunikasika
n
51. Pengalaman Belajar dalam PBL
Tahapan dalam PBL Pengalaman Belajar Kompetensi Abad 21 Pendekatan Saintifik
Langkah 6
Evaluasi dan Refleksi
Mengembangkan
kemampuan
menganalisis hasil
project
Kemampuan
mengambil
keputusan
Critical thinking
EQ
IQ
SQ
Mengasosiasi