SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
iii
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang
Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya
Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu
bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi.
Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian
Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan
perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK)
SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi
target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah
tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang
SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan.
Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah
menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk
program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan
kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan
Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan
Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi.
Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah
ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan
SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing
program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah.
Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan
program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah,
efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana,
pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya.
Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan
seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan
seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah
Menengah Pertama tahun anggaran 2010.
Jakarta, Januari 2010
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Pertama,
Didik Suhardi, SH., M.Si
NIP. 196312031983031004
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................................ 3
BAB II KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE..................... 5
A. Konsep Bridging Course ............................................................................ 5
B. Pola Pembelajaran Pada Program Bridging Course ................................... 9
BAB III POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
BRIDGING COURSE DI SEKOLAH ................................................................... 13
A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah.................................... 13
B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah..................................... 14
C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course................... 16
D. Unsur-Unsur Derkait dengan Perluasan Pelaksanaan Program
Bridging Course................................................................................................. 20
BAB IV PENUTUP................................................................................................ 21
Lampiran: Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course....................... 20
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah tingkat
kesiapan lulusan SD ketika memasuki jenjang SMP. Keragaman dan
rendahnya mutu pendidikan di SD menyebabkan lulusan SD tidak siap
mengikuti pendidikan di SMP. Pola pendidikan yang saat ini
berlangsung memberi kemungkinan lulusan SD, walaupun dengan
dengan tingkat penguasaan “terbatas” dapat lulus dan berhak
melanjutkan ke SMP. Kondisi seperti itu kemudian menjadi masalah
bagi guru di SMP, yakni kesulitan memulai pelajaran karena bekal
awal yang dimiliki oleh siswa (lulusan SD) tidak memadai untuk
mengikuti pelajaran di SMP.
Siswa baru SMP yang kurang siap mengikuti pelajaran baru, dan
terutama ketidakmerataan kesiapan juga terjadi di sebagian besar
sekolah. Ketidakmerataan mutu SD dan rendahnya mutu di sebagian
SD menjadi penyebab pokok. Dengan adanya program Wajib Belajar
sekolah tidak dapat menolak lulusan SD yang memiliki bekal awal
yang tidak memadai, sehingga akhirnya mereka tidak siap mengikuti
pelajaran baru di SMP.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicari jalan keluar agar siswa
baru di SMP siap untuk mengikuti pelajaran ketika tahun pelajaran
dimulai. Mengingat mutu lulusan SD belum optimal, maka perlu
dilakukan program bridging course (BC) di awal tahun pelajaran SMP
supaya siswa baru siap untuk mengikuti pelajaran di SMP dengan
baik. Program BC ini adalah semacam program matrikulasi untuk
meningkatkan kemampuan awal siswa di tingkat SMP. Pelaksanaan
BC dapat diintegrasikan dengan masa orientasi siswa (MOS) bagi
siswa baru atau dapat pula dilaksanakan secara terpisah dari kegiatan
MOS.
Pada tahun 2003 telah diujicobakan program BC di 4 (empat) sekolah,
yaitu SMPN 1 Cisarua, SMPN 1 Parung, SMPN 1 Taktakan Serang
dan SMPN 16 Bekasi. Hasil uji coba tersebut sangat
menggembirakan. Tes sebelum dan sesudah mengikuti BC
menunjukkan hasil yang signifikan pada seluruh mata pelajaran,
walaupun dari nilai nominalnya masih belum cukup mencolok. Dari
isian kuesioner siswa justru memberikan gambaran yang memberikan
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat PSMP - QEC24711”
2
harapan. Sebagian besar siswa menyatakan senang mengikuti program
BC dan merasa yakin dapat mengikuti pelajaran dengan baik di SMP,
serta tidak merasa takut terhadap mata pelajaran yang selama ini
dianggap sulit, yaitu Matematika dan Fisika.
Para guru dan kepala sekolah juga menyatakan bahwa siswa menjadi
lebih yakin, karena materi BC lebih mirip dengan mengulang
pelajaran SD secara singkat dan kemudian disambungkan dengan
pelajaran awal di SMP. Pola pembelajaran juga menyenangkan,
sehingga siswa merasa nyaman terhadap mata pelajaran.
Pada tahun 2004 telah dilaksanakan perluasan pelaksanaan BC pada
25 SMP yang tersebar di 13 provinsi, yaitu Bangka Belitung,
Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Walaupun tidak dilakukan
monitoring pada awalnya, laporan tertulis yang disusun oleh pihak
sekolah menunjukkan bahwa program BC memberikan dampak
signifikan terhadap kesiapan siswa baru untuk mengikuti pelajaran di
kelas VII. Sekolah juga melaporkan bahwa MOS menjadi menarik,
karena ada kegiatan yang terkait langsung dengan persiapan pelajaran.
Pada tahun 2006, pelaksanaan program BC diperluas lagi menjadi 246
SMP yang tersebar di 30 provinsi. Hasil analisis terhadap monitoring
dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2006 dan laporan yang
dikirimkan oleh beberapa sekolah menunjukkan bahwa program BC
memberi manfaat yang sangat baik. Namun demikian, terdapat catatan
bahwa sekolah mengalami kesulitan keuangan dalam menggandakan
bahan tercetak satu set untuk setiap siswa baru, sehingga proses
pembelajaran ketika program BC dilaksanakan belum dapat berjalan
secara ideal. Perkembangan program BC cukup menggembirakan.
Sejak tahun 2006 sampai sekarang, lebih banyak sekolah yang
mengimplementasikan program BC. Pola dan materi BC yang
diterapkan di sekolah juga berkembang sesuai dengan kebutuhan
siswa dan potensi sekolah.
Kekurangsiapan siswa untuk mengikuti pelajaran baru juga terjadi
pada saat pembelajaran MIPA bilingual dilaksanakan, terutama di
SMP RSBI. Dalam Kurikulum SD tidak ada mata pelajaran Bahasa
Inggris, meskipun terdapat SD yang memberikannya dalam bentuk
muatan lokal. Akibatnya bekal awal bahasa Inggris siswa kurang
memadai untuk mengikuti pelajaran MIPA dengan pengantar bahasa
Inggris, dan yang lebih menyulitkan adalah bekal awal tersebut sangat
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
3
berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu,
program BC juga penting dilakukan untuk siswa baru yang mengikuti
program bilingual.
B. Tujuan
Tujuan utama dilaksanakannya program BC adalah menyiapkan siswa
baru di SMP, sehingga memiliki kesiapan memadai dalam mengikuti
pelajaran. Tujuan ini dapat dirinci sebagai berikut:
1. Meningkatkan bekal awal siswa baru SMP dengan cara
membahas materi-materi esensial (misalnya materi di SD) yang
sangat penting untuk persiapan mengikuti pelajaran di SMP.
2. Menyamakan bekal awal siswa baru SMP, agar antara satu siswa
dengan siswa lainnya tidak jauh berbeda, sehingga guru lebih
mudah dalam memulai pelajaran.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
5
BAB II
KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE
A. Konsep Bridging Course
Program BC merupakan program pembelajaran pada beberapa mata
pelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan bekal kemampuan
awal siswa baru SMP, sehingga pada saat pembelajaran, siswa dapat
mengikuti pelajaran dengan baik, lancar, dan mampu menguasai
materi pelajaran secara optimal.
Bekal awal sangat penting bagi siswa dalam proses pembelajaran.
Bekal awal tersebut akan berfungsi sebagai “modal” dalam memahami
informasi yang dipelajari. Proses pemahaman pada dasarnya
merupakan interaksi secara asimilasi atau akomodasi informasi yang
baru diterima dengan bekal awal yang telah dimiliki sebelumnya.
Sebagai contoh, ketika siswa SD belajar perkalian, maka mereka akan
menggunakan kemampuan penjumlahan berulang sebagai bekal awal.
Jika siswa belum menguasai penjumlahan, maka mereka akan sangat
sulit mempelajari perkalian. Oleh karena itu, banyak ahli menyebut
penjumlahan sebagai prasyarat belajar perkalian. Pola tersebut juga
terjadi pada topik-topik pada mata pelajaran Matematika dan mata
pelajaran lainnya.
Secara teoretik, orang belajar pada dasarnya merupakan proses
pengembangan skema berpikir yang bertolak dari skema yang telah
ada sebelumnya. Makin dekat antara skema berpikir yang telah
dimiliki dengan skema yang dipelajari akan semakin mudah orang
belajar. Proses belajar pada dasarnya merupakan proses asimilasi dari
skema yang telah ada, yaitu perluasan “skema” lama akibat adanya
penambahan informasi baru. Misalnya kita telah memahami tentang
peta jalan raya di kota Jakarta. Setelah itu, kita mempelajari peta jalan
kereta api sehingga kita dapat menggabungkan kedua peta tersebut
dan dapat mengetahui cara naik kereta api dari stasiun jatinegara turun
di stasiun kota dan akan ke ancol naik angkutan kota.
Proses belajar dapat juga merupakan proses akomodasi, yaitu jika
informasi baru mengubah atau mengoreksi skema lama menjadi
skema baru. Misalnya semula kita telah belajar dan menyimpulkan
bahwa ikan paus berkembang biak dengan cara bertelur karena
termasuk jenis ikan. Kemudian belajar tentang ikan secara lebih
mendalam dan menjumpai informasi bahwa ikan paus berkembang
“Belajar Untuk Masa Depanku”
“Direktorat PSMP - QEC24711”
6
biak dengan beranak karena termasuk mamalia. Dengan demikian,
terjadi perubahan skema berpikir dari ikan paus termasuk jenis ikan
menjadi ikan paus termasuk jenis mamalia. Jika terjadi perubahan
pemahaman secara utuh, yaitu bahwa ikan paus termasuk mamalia,
walaupun bentuk ikan, tetapi berkembang biak dengan cara beranak,
seperti pada ciri mamalia. Berarti telah terjadi proses akomodasi pada
skema berpikir siswa.
Baik proses asimilasi maupun akomodasi memerlukan skema lama
yang secara sederhana disebut bekal awal atau prasyarat. Kelemahan
atau kekurangan bekal awal akan menyulitkan siswa belajar karena
yang bersangkutan tidak memiliki skema berpikir yang dapat
dikaitkan dengan apa yang dipelajari. Jika dipaksakan, informasi akan
dihafal tanpa pemahaman dan dalam waktu cepat akan mudah
dilupakan. Pola pembelajaran seperti itu akan menyebabkan
pendidikan tidak bermakna (meaningless), karena siswa tidak
memahami apa yang sedang dipelajari. Di samping itu, pembelajaran
menjadi penumpukan informasi tanpa disertai pemaknaan dan
perangkaian antara berbagai fakta, konsep, dan teori. Akibatnya siswa
akan menjadi sangat terbebani ketika belajar.
Seperti dinyatakan oleh Ausuble, pembelajaran haruslah berlangsung
secara bermakna (meaningful) bagi anak, agar yang bersangkutan
merasakan manfaat dari apa yang dipelajari, sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar mereka. Belajar bermakna dapat
terjadi jika anak memahami apa yang dipelajari atau mengerti kaitan
antara satu konsep dengan konsep lainnya sehingga menjadi suatu
rangkaian konsep yang komprehensif.
Proses pembelajaran sebenarnya merupakan proses pengolahan
informasi, yaitu siswa yang sedang belajar mengolah informasi yang
diperoleh dari bacaan, penjelasan guru, dan fenomena yang diamati
dari lingkungan. Proses pengolahan informasi tersebut dapat dilihat
pada bagan berikut.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
7
Pada gambar tersebut tampak bahwa informasi yang di terima berupa
stimulus akan disaring oleh sebuah penyaring untuk menguji apakah
menarik perhatian atau tidak. Jika tidak mampu menarik perhatian
seseorang, informasi akan segera hilang (terabaikan). Sebagai contoh,
ketika penjual mi goreng lewat di depan rumah sambil menawarkan,
tetapi kita tidak menaruh perhatian karena baru makan. Ini berarti
bahwa informasi adanya mi goreng tidak mampu menarik perhatian
kita.
Ketertarikan seseorang terhadap stimulus informasi, biasanya terkait
dengan dua hal, yaitu (1) sesuai dengan kebutuhan saat itu, dan (2)
sesuai dengan hobinya. Pada contoh di atas, kita tidak memberikan
perhatian ketika ada penjual mi goreng yang lewat, karena sedang
kenyang. Sebaliknya jika kita sedang lapar, maka kita akan segera
tertarik jika ada penjual makanan yang lewat. Jika motor kita sedang
rusak dan kita kebingungan memperbaiki, kemudian di TV ada
penjelasan cara mereparasi motor, maka kita akan tertarik. Sebab,
informasi itu sedang kita perlukan, seperti halnya adanya penjual mi
goreng pada saat kita sedang lapar.
STIMULUS
YA YA
SARINGANI:
SESUAIDGHOBI?
ATAUKEBUTUHAN?
MEMORI
JANGKA
PENDEK
SARINGANII:
DAPATDIPAHAMI
MEMORI
JANGKA
PANJANG
TIDAK
TIDAK ADA PERHATIAN TERLUPAKAN
TIDAK
Bagan 1: Proses Pengolahan Informasi
“Belajar Untuk Masa Depanku”
“Direktorat PSMP - QEC24711”
8
Seseorang yang mempunyai hobi bermain catur akan segera tertarik
ketika TV menayangkan pertandingan catur. Sebaliknya bagi orang
yang tidak mempunyai hobi catur, tayangan pertandingan catur tidak
akan menarik perhatiannya. Seorang anak kecil yang hobi main
layang-layang akan segera tertarik, jika diajak membuat layang-
layang. Sebaliknya, bagi anak yang tidak mempunyai hobi bermain
layang-layang akan kurang tertarik ketika diajak membuat layang-
layang.
Jika mampu menarik perhatian seseorang, maka informasi tersebut
akan masuk memori jangka pendek (short-term memory). Artinya
informasi tersebut sudah masuk ke ingatan kita, walaupun memori
jangka pendek sangat mudah terlupakan. Selanjutnya informasi akan
masuk ke saringan berikutnya dan diuji apakah dapat dipahami oleh
yang bersangkutan atau tidak.
Tahap ini sangat kritis, karena seringkali informasi yang diminati
tidak dapat dipahami. Misalnya kita tertarik dengan informasi tentang
reparasi sepeda motor di TV, tetapi ternyata informasinya begitu rumit
sehingga kita tidak paham. Akhirnya kita akan meninggalkan
tayangan tersebut dan informasinya segera terlupakan. Sebaliknya,
jika tayangan tentang reparasi sepeda motor tersebut dapat kita
pahami, kita akan tertarik mengikuti terus dan akhirnya menjadi
“pengetahuan baru” bagi kita. Pengetahuan baru seperti itu akan
tersimpan dalam memori jangka panjang yang dapat diungkap
kembali jika diperlukan. Misalnya jika suatu saat motor kita rusak
lagi, kita akan mencoba mengingat kembali penjelasan di TV atau
bahkan pengalaman kita membetulkan sepeda motor pada masa lalu.
Pertanyaannya, bagaimana caranya agar informasi itu dapat mudah
dipahami oleh seseorang? Nah, di sinilah pentingnya bekal awal
sebagaimana disinggung pada bagian terdahulu. Intinya untuk
mempelajari sesuatu, siswa memerlukan bekal awal yang cukup,
berupa pengetahuan lain yang terkait dan menjadi dasar apa yang saat
ini dipelajari. Dalam istilah pendidikan seringkali bekal awal tersebut
disebut sebagai prasyarat, yaitu pengetahuan yang menjadi prasyarat
untuk mempelajari sesuatu. Pada contoh di atas, penjumlahan
berulang merupakan prasyarat untuk belajar perkalian.
Terkait dengan prinsip di atas, penting diingat bahwa menurut Piaget,
perkembangan berpikir siswa SMP kelas VII pada umumnya masih
pada taraf operasi konkrit. Bahkan menurut hasil-hasil penelitian di
Indonesia, banyak siswa SMP masih dalam taraf berfikir konkrit.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
9
Artinya siswa sudah mampu melakukan operasi atau manipulasi tetapi
berdasarkan obyek fisik yang konkrit. Dengan demikian, setiap
penjelasan yang diberikan harus bertitik tolak dari fenomena fisik
yang sudah diketahui atau dipahami siswa.
Di samping prasyarat pengetahuan sebagai bekal awal, keberhasilan
siswa ketika belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya
keyakinan dia mampu menguasai apa yang sedang dipelajari dan
kesungguhan dalam belajar. Jika pada saat belajar, siswa sudah
merasa tidak akan mampu menguasai apa yang dipelajari, maka akan
terjadi apa yang sering disebut “kalah sebelum bertanding”. Artinya,
siswa sudah takut atau menyerah sebelum berusaha.
Ketakutan seperti itu seringkali disebabkan oleh pengalaman yang
lalu. Misalnya pada waktu lalu, seseorang selalu kesulitan belajar
matematika, maka dia seakan sudah merasa akan mengalami kesulitan
juga ketika akan belajar topik Matematika berikutnya. Akibatnya, dia
seakan menyerah sebelum mulai belajar dan pada akhirnya tidak
berusaha secara maksimal.
Kesungguhan dalam belajar terkait dengan kadar intensitas saat
belajar. Siswa yang sungguh-sungguh dalam belajar, akan belajar
dengan intensitas tinggi. Oleh karena itu, walaupun dia duduk belajar
dalam waktu yang sama dengan teman lainnya (misalnya 120 menit),
sesungguhnya dia belajar dalam waktu yang lebih banyak, karena
selama 120 menit tersebut dia bersungguh-sungguh. Siswa yang tidak
sungguh-sungguh, seringkali “mencuri” waktu belajar untuk
memikirkan hal lain. Misalnya ketika sedang mengerjakan soal
Matematika, dia memikirkan bermain bola.
Kesungguhan belajar antara lain disebabkan keyakinan apakah yang
dipelajari bermanfaat bagi dirinya. Jika siswa merasa apa yang
dipelajari memberi manfaat tinggi, dia akan belajar dengan sungguh-
sungguh, sebaliknya jika tidak memberi manfaat akan malas dalam
belajar.
B. Pola Pembelajaran pada Program Bridging Course
Cara melaksanakan pembelajaran dalam program BC terkait erat
dengan upaya agar siswa belajar dengan mudah, penuh keyakinan
akan mampu menguasai apa yang dipelajari dan sungguh-sungguh
dalam belajar. Prinsip pembelajaran yang dapat memunculkan tiga hal
di atas, antara lain: (1) pembelajaran kontekstual, (2) pembelajaran
“Belajar Untuk Masa Depanku”
“Direktorat PSMP - QEC24711”
10
yang menyenangkan (joyful learning), dan (3) pembelajaran
berdasarkan masalah. Tentu masih banyak pola pembelajaran lain
yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik anak didik dan
kondisi sekolah serta lingkungannya.
Pembelajaran kontekstual artinya pembelajaran yang dikaitkan
dengan konteks kehidupan siswa dan konteks apa yang sudah
diketahui oleh siswa. Misalnya ketika guru IPS menerangkan hukum
permintaan dan penawaran dalam ekonomi, dalam mengajar guru
memulai dengan meminta siswa membandingkan harga buah-buahan
pada saat musim panen dan pada saat tidak musim panen. Tentu siswa
paham bahwa pada saat musim panen harga buah lebih murah
dibanding pada saat tidak panen. Hal serupa juga terjadi pada harga
barang-barang lainnya. Fenomena yang sudah diketahui sebelumnya
itu dapat digunakan sebagai awalan dan konteks untuk menjelaskan
hukum permintaan dan penawaran.
Bahkan pada tahap tertentu pola pembelajaran kontekstual dapat
diteruskan dengan mendorong siswa menarik kesimpulan sendiri,
sehingga seakan-akan mereka menemukan “teori” atau “hukum” baru.
Misalnya ketika siswa menyebutkan “ya saat panen produksi buah
mangga banyak sehingga harganya turun”. Setelah itu siswa dapat
dipancing dan didorong untuk membandingkan jumlah penawaran dan
permintaan, sehingga dapat menyimpulkan “ketika jumlah penawaran
melebihi permintaan harga akan turun, sementara jika penawaran
lebih sedikit dibanding permintaan harga akan naik.” Ketika itu guru
dapat menyebutkan “itulah hukum penawaran dan permintaan dan
kalian telah menemukan sendiri”. Tentu mereka akan bangga, karena
merasa mampu menemukan hukum itu tanpa diajari oleh orang lain.
Kebanggaan seperti itu menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi
belajar.
Pembelajaran yang menyenangkan artinya pembelajaran yang
dapat membuat siswa senang dan bukan merasa terpaksa ikut
pelajaran. Agar siswa senang dalam belajar, maka prinsip pemrosesan
informasi patut diperhatikan. Siswa akan menyenangi situasi belajar
jika apa yang dipelajari sesuai dengan apa yang diperlukan atau sesuai
dengan hobinya, paling tidak terkait dengan apa yang dibutuhkan atau
hobinya. Di samping itu, siswa akan senang belajar jika situasinya
menyenangkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk
mengkaitkan pembelajaran dengan apa yang pada umumnya disenangi
oleh siswa dan menyelipkan humor yang dapat menarik perhatian
siswa.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
11
Siswa SMP kelas VII pada umumnya masih dalam taraf berpikir
operasional konkrit sehingga pembelajaran yang pada umumnya
disenangi adalah yang terkait atau paling tidak dapat dikaitkan atau
mengambil contoh kehidupan remaja sehari-hari. Adapun pokok
bahasan yang sedang dipelajari akan menjadi menarik bagi siswa jika
dikaitkan kehidupan mereka sehari-hari.
Interaksi antar teman juga merupakan aktivitas yang disenangi oleh
remaja seusia siswa SMP. Oleh karena itu, aktivitas kelompok
merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka. Jika proses
pembelajaran dapat diwujudkan dalam kerja kelompok atau paling
tidak siswa dapat mendiskusikan dengan teman akan membuat situasi
pembelajaran lebih menyenangkan.
Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran
didasarkan pada problema sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa
diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu
siswa akan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya
akan muncul berbagai gagasan dan siswa akan saling memberikan
alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan gagasan
itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada akhirnya
mengarah pada saling melengkapi. Siswa biasanya sangat senang
karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan.
Contoh pembelajaran berdasarkan masalah adalah kegiatan belajar
tentang cara mengatur kebersihan di sekolah. Mata pelajaran PKn
dapat menggunakan masalah kebersihan sekolah sebagai tema untuk
membahas topik tanggung jawab sosial. Tema kebersihan juga dapat
digunakan sebagai tema Matematika dalam topik yang sesuai.
Kegiatan yang paling pokok dalam pembelajaran berdasarkan masalah
adalah dicari masalah sehari-hari yang dihadapi siswa, kemudian
masalah itu dipecahkan dengan topik yang akan diajarkan.
Karena bekal awal siswa baru SMP pada umumnya sangat beragam,
maka pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sangat cocok
untuk diterapkan. Pada pola ini siswa dikelompokkan dalam
kelompok setara, tetapi anggota masing-masing kelompok terdiri dari
individu yang heterogen dilihat dari bekal awalnya. Sederhananya,
dalam setiap kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang dan
kurang. Selama pembelajaran, setiap kelompok dirancang untuk
bekerjasama dan didorong agar semua anggota kelompok memahami
apa yang dipelajari. Penilaian bukan hanya berdasarkan atas
pemahaman masing-masing anggota kelompok, tetapi juga
“Belajar Untuk Masa Depanku”
“Direktorat PSMP - QEC24711”
12
pemahaman kelompok. Artinya nilai kelompok akan berpengaruh
terhadap penilaian individu yang menjadi anggotanya. Jadi siswa yang
pandai akan terimbas oleh nilai siswa yang kurang pandai, jika siswa
tersebut tetap tidak paham materi yang dipelajari pada saat penilaian.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
13
BAB III
POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN
PROGRAM BRIDGING COURSE DI SEKOLAH
A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, program BC dilaksanakan
dengan tujuan untuk meningkatkan bekal awal siswa SMP, sehingga
pada saat pembelajaran untuk kurikulum SMP, siswa dapat mengikuti
kegiatan dengan baik. Oleh karena itu, seharusnya program BC
dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Selain itu, BC
dapat juga dilaksanakan untuk penyiapan program tertentu. Misalnya
BC bahasa Inggris untuk mempersiapkan siswa-siswa yang akan
mengikuti program pembelajaran dalam bahasa Inggris.
Pada awal tahun pelajaran, sekolah sudah memiliki program Masa
Orientasi Siswa (MOS) yang bertujuan untuk mengenalkan siswa
yang baru lulus SD kepada situasi kehidupan dan pembelajaran di
SMP. Dengan demikian, antara MOS dan BC memiliki kaitan yang
erat. MOS lebih berfokus pada kehidupan secara umum di sekolah,
sementara BC berfokus pada peningkatan bekal awal siswa. Oleh
karena itu keduanya dapat dan sebaiknya diintegrasikan menjadi
kegiatan penyiapan siswa baru agar lebih siap mengikuti kegiatan
pembelajaran baik yang menyangkut materi ajar (lewat BC) maupun
kehidupan sosial di sekolah (lewat MOS). Namun demikian, sekolah
dapat mengalokasikan waktu yang lebih lama dari waktu yang
diperuntukkan pada program MOS. Untuk keperluan tersebut, sekolah
dapat melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota setempat untuk keperluan pembinaan.
Mekanisme pengintegrasian program BC dengan MOS di sekolah,
sangat tergantung pada program yang direncanakan oleh sekolah.
Sekolah dapat mengatur sesuai dengan kondisi sekolah dan
karakteristik siswa baru. Sebagai contoh, BC dapat dijadikan topik
yang dibahas, sedangkan cara pembahasan dalam kehidupan sehari-
hari di sekolah menerapkan prinsip MOS. Tentu saja ada beberapa
substansi MOS yang juga perlu untuk diangkat menjadi topik,
misalnya topik mengenal diri yang berasal dari MOS dipadukan
dengan topik PKn atau bahkan Matematika. di SD yang dianggap
sukar oleh siswa.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat PSMP
14
Apakah semua mata pelajaran perlu diikutkan dalam program BC atau
hanya mata pelajaran tertentu? Sekolah yang harus menentukan hal
ini. Prinsipnya program BC ingin membantu siswa baru SMP agar
memiliki bekal awal cukup baik sehingga dapat mengikuti proses
pembelajaran di SMP dengan baik. Pada mata pelajaran juga dipilih
pokok bahasan atau topik yang pada umumnya sulit bagi siswa dan
pokok bahasan yang merupakan prasyarat bagi pembahasan pokok
bahasan lainnya. Namun harus dipahami bahwa waktu pelaksanaan
BC tidak terlalu banyak. Pada ujicoba di Kabupaten Bogor, Serang
dan Kota Bekasi, waktu yang digunakan bervariasi antara 1–2 minggu
yang sudah diintegrasikan dengan program MOS. Namun demikian,
sekolah dapat menentukan sendiri lama waktu yang diperlukan sesuai
dengan kebutuhan sekolah tersebut.
Dengan demikian, jadwal atau struktur program BC tidak harus
seragam antara sekolah satu dengan lainnya, termasuk materi yang
akan digunakan dalam program BC. Setiap sekolah dapat mengatur
sesuai dengan karakteristik siswa baru dan kondisi sekolah sehingga
siswa dapat mengikuti program dengan senang seperti yang
diharapkan agar siswa dapat lebih siap untuk mengikuti program-
program berikutnya di sekolah.
B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah
Pelaksanaan BC di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa, yang
dapat digunakan sebagai dasar pedoman sekolah dalam
penyelenggaraannya. Perancangan yang baik akan menghasilkan dan
mencapai tujuan BC seperti yang diinginkan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pelaksanaan BC menjadi
satu dengan kegiatan masa orientasi siswa (MOS), meskipun tidak
menutup kemungkinan dilaksanaan pada kegiatan-kegiatan lain selain
pada saat MOS dengan tujuan yang juga berbeda. Misalnya pada saat
waktu luang setelah kenaikan kelas, yang bertujuan untuk
memberikan bekal umum kepada siswa untuk mempersiapkan materi
di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, untuk menjamin
terselenggaranya BC dengan baik dan lancar perlu dibuat suatu desain
atau rancangan yang memadukan antara kedua kegiatan tersebut.
Sebagai suatu gambaran dalam perencanaan pelaksanaan BC di
sekolah, perlu disusun komponen kegiatan pokok sebagai berikut:
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
15
1. Melaksanakan sosialisasi dan penjelasan tentang konsep dan
penyelenggaraan BC kepada warga sekolah dan stakeholder
dengan melibatkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota;
2. Membentuk kepanitiaan untuk penyelenggaraan BC;
3. Melaksanakan pre-test kepada siswa baru untuk mengetahui
kompetensi atau kemampuan awal siswa;
4. Melaksanakan pembelajaran kepada siswa sasaran dengan
menggunakan materi (modul) yang telah disediakan sebelumnya,
dengan rambu-rambu komponen dan kegiatan yang ada antara
lain meliputi:
a. Terdapat pembagian tugas antara pelaksanaan BC dengan
MOS, jika program BC disubstitusikan dengan kegiatan
MOS;
b. Penyiapan atau pembekalan terhadp fasilitator atau guru yang
akan melaksanakan program BC untuk mata pelajaran
tertentu (sesuai dengan yang sudah diputuskan oleh sekolah);
c. Terdapat penjadwalan yang menjamin terjadinya
pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan,
tidak monoton;
d. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan relevan;
e. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan relevan;
f. Penggunaan sistem evaluasi yang tepat dan relevan;
g. Penambahan sumber-sumber belajar yang relevan;
h. Dan lain-lain komponen / kegiatan yang diperlukan.
5. Melaksanakan post-test untuk mengetahui hasil pelaksanaan
pembelajaran atau kompetensi/kemampuan siswa atau tanggapan
siswa terhadap pelaksanaan program yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi peserta didik antara sebelum dan sesudah
pelaksanaan BC;
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan akhir kegiatan (purna BC);
7. Membuat laporan yang berisi tentang: hasil-hasil BC dan
penyelenggaraan BC, dengan dilampiri berbagai dokumen yang
relevan termasuk beberapa rekomendasi untuk keperluan
pelaksanaan program sejenis di masa yang akan datang. Laporan
ini dibuat rangkap sesuai dengan kebutuhan yang diperuntukkan
pada unsur-unsur dan dinas terkait, misalnya untuk: komite
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat PSMP
16
sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan
Propinsi, dan arsip sekolah.
Penyelenggaraan program BC diharapkan dapat dibiayai sendiri oleh
sekolah atau lembaga penyelenggara program. Besarnya dana yang
diperlukan untuk menyelenggarakan program BC di sekolah
tergantung kepada lama berlangsungnya program dan jumlah sasaran
murid yang mengikuti program BC. Dana peruntukan dengan
keperluan sebagai berikut: (1) biaya operasional persiapan program
(misalnya: rapat), dan (2) biaya operasional pelaksanaan (misalnya:
honor guru, transportasi, konsumsi, penggandaan materi, media, dan
ATK).
C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course
Tahap Persiapan
Pada tahap ini beberapa yang perlu dilaksanakan di antaranya adalah:
a. Kegiatan rapat-rapat persiapan sekolah termasuk melakukan
koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pada tahap persiapan ini
juga dilakukan penetapan mekanisme pelaksanaan program
secara menyeluruh oleh sekolah berdasarkan hasil evaluasi
terhadap program BC yang sudah dilakukan sebelumnya jika
sekolah sudah pernah melakukan program ini.
b. Penentuan materi yang akan disampaikan pada saat BC.
Penentuan materi ini sangat penting mengingat perlu disadari
bahwa pola penyampaian materi dalam program BC ini berbeda
dengan pola penyampaian materi pada pembelajaran yang biasa
dilakukan. Oleh karena itu penentuan dan pengembangan materi
harus dilakukan secara berhati-hati dengan mempertimbangkan
tujuan program BC dilakukan. Materi yang telah dikembangkan
kemudian digandakan oleh panitia pelaksana. Pada tahap ini juga
akan dilaksanakan persiapan-persiapan yang bersifat
administratif.
Sosialisasi Program
Sosialisasi yang dilakukan oleh sekolah dilakukan dalam bentuk rapat
yang melibatkan warga sekolah termasuk Komite Sekolah dan unsur
dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Sedangkan sosialisasi di
tingkat pusat dilakukan melalui rapat koordinasi tingkat pusat yang
diikuti oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kepala Dinas
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
17
Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk sosialisasi tingkat provinsi
dilaksanakan melalui rapat koordinasi tingkat provinsi yang diikuti
oleh Ketua TTK, Subdin Program, dan Konsultan Kab/Kota.
Sosialisasi tingkat Kabupaten/Kota dilakukan melalui rapat kerja yang
diikuti oleh Kepala Sekolah SMP, Ketua Komite Sekolah, dan Dewan
Pendidikan Kabupaten/Kota. Program ini sejak tahun 2007 sudah
tidak disediakan dana dari pusat. Oleh karena itu mulai tahun 2007
pelaksanaan program ini diserahkan ke sekolah secara mandiri,
dengan pengawasan dan koordinasi Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota setempat.
Tahap Verifikasi dan Penentuan Sekolah Pelaksana Program
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat menentukan sekolah yang
harus melaksanakan program ini. Namun demikian, sekolah dapat
melakukan program ini secara mandiri asal daya dukung yang dimiliki
oleh sekolah tersebut memungkinkan. Dalam penentuan sekolah yang
harus melaksanakan program BC, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota
dapat menempuh mekanisme tertentu melalui tahapan verifikasi.
Verifikasi dapat diawali dengan menentukan kriteria. Berdasarkan
kriteria tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi
terhadap SMP yang mengajukan proposal program BC, yakni dengan
langkah berikut: (1) mengumpulkan proposal program penggalangan
partisipasi masyarakat di bidang pendidikan dari berbagai lembaga,
dan (2) berdasarkan proposal yang masuk, TTK melakukan seleksi
proposal sesuai dengan ketentuan: (a) menilai proposal yang diajukan
oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan
verifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh lembaga
penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian proposal dan
verifikasi lapangan, tim membuat rangking lembaga calon pelaksana
program. Selanjutnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan
hasil seleksi tersebut menentukan sekolah-sekolah yang mampu atau
selayaknya melaksanakan program BC.
Tahap Pelatihan bagi Pelaksana Program
Sekolah-sekolah yang baru memulai program BC, perlu mendapatkan
pelatihan. Pelatihan bagi pelaksana program BC yang baru ini
merupakan kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan program
ini. Dalam hal ini guru-guru, kepala sekolah, dan salah satu anggota
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat PSMP
18
komite sekolah dari sekolah yang menjadi sasaran perluasan
pelaksanaan BC adalah pihak pelaksana program yang perlu
mengikuti pelatihan. Guru yang diikutsertakan untuk mengikuti
pelatihan ini adalah guru yang akan memberikan BC kepada para
siswa. Misalnya untuk program BC yang disubstitusikan dengan
kegiatan MOS, dapat dilibatkan guru yang terdiri atas 5 (lima) mata
pelajaran, yaitu: matematika, IPA (fisika, biologi), PKN, IPS
(geografi, sejarah, ekonomi), dan bahasa Indonesia.
Mengingat mulai tahun 2007, Direktorat Pembinaan SMP tidak lagi
mengadakan pelatihan secara terpusat untuk sekolah-sekolah yang
akan melaksanakan program ini, maka Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dapat melaksanakan kegiatan pelatihan dengan
melibatkan sumber daya manusia yang berasal dari sekolah-sekolah
yang sebelumnya sudah melaksanakan program BC. Untuk keperluan
tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat memodifikasi
struktur program yang selama ini diterapkan oleh Direktorat
Pembinaan SMP (terlampir).
Materi pelatihan lebih menekankan pada memberi pembekalam
kepada sekolah (dalam hal ini kepala sekolah) dan guru dalam
melaksanakan program BC. Untuk peserta kepala sekolah dan komite,
materi lebih menitikberatkan pada perencanaan pelaksanaan BC
dengan produk akhir adalah dihasilkannya proposal kegiatan BC
termasuk mekanisme pelaksanaan BC di sekolah dan bagaimana
mengevaluasi keterlaksanaan program ini di sekolah. Untuk guru mata
pelajaran, lebih menitikberatkan pada memberikan pembekalan
kepada mereka bagaimana penyampaian materi pembelajaran dalam
program BC dengan konsep-konsep yang melandasinya.
Instruktur dalam pelatihan ini dapat melibatkan para guru yang
sebelumnya sudah melaksanakan program BC di sekolah atau para
guru yang sudah mengembangkan materi untuk keperluan
implementasi program BC di sekolah. Di samping itu, akan lebih baik
jika pelatihan ini juga melibatkan instruktur dari perguruan tinggi
yang memahami atau berkompeten dalam bidangnya. Pelatihan akan
dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan kerja
kelompok. Metode ceramah digunakan untuk materi tentang konsep
BC. Melalui kegiatan diskusi diharapkan para peserta tidak akan
merasa digurui. Melalui kerja kelompok, para peserta dikelompokkan
sesuai dengan mata pelajaran yang diampu masing-masing. Di
samping itu, para peserta dari kelompok mata pelajaran Biologi dan
Fisika disatukan untuk memperoleh materi hakikat IPA dan IPA
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
19
terpadu, dan para peserta dari kelompok mata pelajaran Sejarah,
Geografi, dan Ekonomi disatukan untuk memperoleh materi hakikat
dan IPS terpadu. Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi
kelompok yang diikuti oleh kepala sekolah, dan komite sekolah.
Diskusi dimaksudkan untuk membuat rancangan pelaksanaan program
BC di masing-masing sekolah.
Tahap Pelaksanaan Program
Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dalam pelaksanaan
program BC. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan BC sebagaimana
telah dirancang oleh masing-masing sekolah pelaksana program atas
persetujuan dan koordinasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Dalam tahap ini di masing-masing sekolah akan berlangsung beberapa
kegiatan berikut: (a) konsolidasi program sekolah, (b) sosialisasi bagi
warga sekolah, (c) proses pelaksanaan BC, serta (d) kegiatan-kegiatan
lain yang mendukung kelancaran kegiatan BC.
Tahap Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan
Tahap ini digunakan untuk melihat apakah program yang telah
direncanakan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Evaluasi
semacam ini perlu dimasukkan ke dalam laporan akhir sehingga
pihak-pihak yang akan menyelenggarakan kegiatan serupa dapat
mengambil manfaat dari hasil evaluasi ini.
Laporan setidak-tidaknya memuat:
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan program, sasaran, dan
hasil yang diharapkan.
Bab II Pelaksanaan, berisi persiapan kegiatan, proses pelaksanaan
kegiatan, dan hasil yang dicapai.
Bab III Pembahasan, berisi tentang hasil pelaksanaan kegiatan dan
hambatan-hambatan yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan, dan
upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan-
hambatan yang terjadi.
Bab IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat PSMP
20
C. Unsur-Unsur terkait dengan Perluasan Pelaksanaan
Program Bridging Course
Pelaksana program ini adalah sekolah melalui persetujuan dan
koordinasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Pelaksana di Kabupaten/Kota adalah Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota dalam hal ini. Tim Teknis Kabupaten/Kota (TTK),
dengan tugas pokok berikut.
1. Menetapkan pedoman program.
2. Melakukan pemetaan terhadap SMP yang siswa barunya
mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah
tersebut.
3. Mensosialisasikan program kepada masyarakat di wilayahnya.
4. Melakukan seleksi lembaga calon pelaksana program dengan
langkah-langkah sebagai berikut: (a) menilai proposal yang
diajukan oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk
memverifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh
lembaga penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian
proposal dan verifikasi lapangan, tim membuat peringkat lembaga
calon pelaksana program.
5. Memberi masukan kepada lembaga yang mengajukan proposal
program untuk merevisi proposalnya.
6. Menerima proposal yang telah direvisi dari lembaga.
7. Mengesahkan proposal program dengan melakukan
penandatanganan berita acara pengesahan proposal.
8. Memantau dan mengevaluasi penyaluran dana dan penggunaan
dana program di wilayahnya masing-masing.
9. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program di wilayahnya.
10. Memberikan pembinaan kepada lembaga pelaksana program
terkait dengan pengembangan, pelaksanaan, dan penggunaan dana
program.
Pelaksana pada tingkat sekolah adalah panitia yang dibentuk oleh
sekolah untuk melaksanakan program BC. Panitia tersebut memiliki
tugas pokok sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi program ke berbagai pihak, terutama
kepada orangtua siswa baru.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
21
2. Menyusun rencana program.
3. Menyerahkan proposal kepada TTK.
4. Mengikuti perkembangan proses dan hasil seleksi proposal.
5. Merevisi proposal program berdasarkan masukan dari TTK.
6. Menyerahkan proposal yang telah direvisi kepada TTK.
7. Memanfaatkan dana program untuk merealisasikan program
seperti tertuang dalam proposal program yang telah disetujui oleh
TTK.
8. Membukukan semua jenis pemasukan dan pengeluaran dana
program.
9. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program.
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
21
BAB IV
PENUTUP
Pelaksanaan program BC yang diintegrasikan dengan kegiatan MOS ini
merupakan program yang dapat digunakan untuk menginisiasi agar proses
belajar mengajar selanjutnya di SMP dapat berlangsung lebih baik dengan
kesiapan awal siswa yang lebih baik dan relatif lebih seragam. Dengan
demikian, pola pengorganisasian dan pengelolaan kelas akan lebih mudah
sehingga prestasi belajar siswa dapat dicapai, termasuk mengurangi angka
drop out. Namun demikian pola pembinaan dari Dinas Pendidikan provinsi
dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sangat diperlukan terkait dengan
pola pengaturan waktu antara MOS dan BC mengingat banyaknya masukan
dari lapangan bahwa program MOS di beberapa Kabupaten/Kota tidak
boleh diintegrasikan dengan program BC.
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat PSMP
20
Lampiran:
Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course
Jadwal Pelaksanaan Pelatihan/Pembekalan Bridging Course
Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Pemateri Keterangan
14.00 - Check in
19.00-19.30 Pembukaan
H-1
19.30 –
21.00
Konsep Bridging
Course
1 nara sumber Pleno:
Kepala
Sekolah,
Komite
Sekolah, Guru
Mapel
07.30 –
08.30
Desain
Pelaksanaan
Bridging Course
di Sekolah
1 nara sumber Pleno: Kepala
Sekolah,
Komite
Sekolah, Guru
Mapel
08.30 –
09.30
Diskusi
Kelompok
Perancangan
Bridging Course
di tiap Kabupaten
/ Kota
1 nara sumber Kelompok per
sekolah
09.30 –
10.00
ISTIMIN
10.00 –
12.00
Melanjutkan
Diskusi
Kelompok
Perancangan
Bridging Course
di tiap Kabupaten
/ Kota
1 nara sumber Kelompok per
sekolah
12.00 –
13.30
ISHOMA
H-2
13.30
Catatan : peserta
masuk ke kelas
mapel
Belajar Untuk Masa Depanku
QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP
21
Jadwal Pelatihan Bridging Course : Diskusi Kelompok Guru Mapel
Belajar Untuk Masa Depanku
Direktorat PSMP
22

More Related Content

What's hot

Dokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi Khusus
Dokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi KhususDokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi Khusus
Dokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi KhususKahar Muzakkir
 
Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014PASEBAN01
 
2.panduan matrikulasi lampiran lengkap
2.panduan matrikulasi lampiran lengkap2.panduan matrikulasi lampiran lengkap
2.panduan matrikulasi lampiran lengkapkasdi haryanta
 
Kaldik 2013
Kaldik 2013Kaldik 2013
Kaldik 2013tonzchid
 
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UNPermendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UNSMK NEGERI 1 BANGKINANG
 
Program Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala SekolahProgram Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala SekolahSolikhin Gusoli
 
Panduan operasional bagi smp terbuka
Panduan operasional  bagi smp terbukaPanduan operasional  bagi smp terbuka
Panduan operasional bagi smp terbukaNandang Sukmara
 
Rks presentasi
Rks presentasiRks presentasi
Rks presentasiZo Ri
 
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2Wibowo Wibowo
 
Rencana kerja-tahunan-madrasah
Rencana kerja-tahunan-madrasahRencana kerja-tahunan-madrasah
Rencana kerja-tahunan-madrasahMediaArtisia
 
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG EkuivalensikegiatanguruperubahankurikulumPERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG EkuivalensikegiatanguruperubahankurikulumGito Brahmana
 
Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Nandang Sukmara
 
KERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSP
KERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSPKERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSP
KERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSPCool Herdi
 
Program final kerja kepala 1 tahun 2017
Program  final  kerja kepala  1 tahun 2017Program  final  kerja kepala  1 tahun 2017
Program final kerja kepala 1 tahun 2017Yana Taryana
 
penyusunan rencana kerja sekolah
penyusunan rencana kerja sekolahpenyusunan rencana kerja sekolah
penyusunan rencana kerja sekolahnovri suryadi
 

What's hot (15)

Dokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi Khusus
Dokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi KhususDokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi Khusus
Dokumen 1 kurikulum SMP Negeri 3 pringgabaya dalam Kondisi Khusus
 
Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014Program tahunan sekolah 2013 2014
Program tahunan sekolah 2013 2014
 
2.panduan matrikulasi lampiran lengkap
2.panduan matrikulasi lampiran lengkap2.panduan matrikulasi lampiran lengkap
2.panduan matrikulasi lampiran lengkap
 
Kaldik 2013
Kaldik 2013Kaldik 2013
Kaldik 2013
 
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UNPermendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
Permendikbud No.5 tahun 2015 Kriteria Kelulusan Peserta Didik UN
 
Program Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala SekolahProgram Kerja Kepala Sekolah
Program Kerja Kepala Sekolah
 
Panduan operasional bagi smp terbuka
Panduan operasional  bagi smp terbukaPanduan operasional  bagi smp terbuka
Panduan operasional bagi smp terbuka
 
Rks presentasi
Rks presentasiRks presentasi
Rks presentasi
 
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
Instrument verifikasi validasi ktsp sman 1 ld 2
 
Rencana kerja-tahunan-madrasah
Rencana kerja-tahunan-madrasahRencana kerja-tahunan-madrasah
Rencana kerja-tahunan-madrasah
 
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG EkuivalensikegiatanguruperubahankurikulumPERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
PERMEN NO 4 TH 2015 TTG Ekuivalensikegiatanguruperubahankurikulum
 
Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1Panduan pembinaan smp terbuka 1
Panduan pembinaan smp terbuka 1
 
KERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSP
KERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSPKERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSP
KERANGKA STRATEGIS PENGEMBANGAN KTSP
 
Program final kerja kepala 1 tahun 2017
Program  final  kerja kepala  1 tahun 2017Program  final  kerja kepala  1 tahun 2017
Program final kerja kepala 1 tahun 2017
 
penyusunan rencana kerja sekolah
penyusunan rencana kerja sekolahpenyusunan rencana kerja sekolah
penyusunan rencana kerja sekolah
 

Similar to Bridging Course SMP

Panduan rakor pip kk 2015 draft3
Panduan rakor pip kk 2015 draft3Panduan rakor pip kk 2015 draft3
Panduan rakor pip kk 2015 draft3iman budiman
 
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)Si Juki Ajah
 
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdfRKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdfssuserb74f78
 
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...paketbpsmp
 
Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1
Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1
Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1Hilmi Halim
 
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket BBuku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket Bpaketbpsmp
 
Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013
Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013
Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013Ikhsan Din
 
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.docProgram Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.docSetiadiNurzaman2
 
Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013smkdasasemesta
 
Rencana kerja tahunan_sekolah
Rencana kerja tahunan_sekolahRencana kerja tahunan_sekolah
Rencana kerja tahunan_sekolahAsep Adi
 
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptxmochmalikalfirdaus
 
Garis Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdf
Garis Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdfGaris Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdf
Garis Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdframlicarlo1
 
Buku 8 panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
Buku 8  panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...Buku 8  panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
Buku 8 panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...Nandang Sukmara
 
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smksonifirstson
 
laporan akhir kampus mengajar 3.pdf
laporan akhir kampus mengajar 3.pdflaporan akhir kampus mengajar 3.pdf
laporan akhir kampus mengajar 3.pdfAwanAbdusSalam
 
PROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docx
PROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docxPROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docx
PROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docxHeruEkwanto4
 

Similar to Bridging Course SMP (20)

Panduan rakor pip kk 2015 draft3
Panduan rakor pip kk 2015 draft3Panduan rakor pip kk 2015 draft3
Panduan rakor pip kk 2015 draft3
 
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
5c. rkt tahun 2011 2012 (1)
 
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdfRKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
RKT 2022 SMK 12 Samarinda.pdf
 
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
Buku 2 Panduan Bantuan Ketrampilan Berbasis Kewirausahaan Program Paket B Tah...
 
Rks sd pmy 2014 2018
Rks sd pmy 2014 2018Rks sd pmy 2014 2018
Rks sd pmy 2014 2018
 
Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1
Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1
Proker jangka-pendekmenengah-dan-panjang1
 
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket BBuku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
Buku 4 Panduan Lomba Akademik dan Ketrampilan Program Paket B
 
Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013
Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013
Laporan mgmp mat gugus iii sumbawa thn. 2013
 
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.docProgram Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
Program Kerja Ujian Sekolah 2021-2022.doc
 
Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013Petunjuk Teknis bos SMK_2013
Petunjuk Teknis bos SMK_2013
 
16 bos sm_2013
16 bos sm_201316 bos sm_2013
16 bos sm_2013
 
20 materi
20 materi20 materi
20 materi
 
Rencana kerja tahunan_sekolah
Rencana kerja tahunan_sekolahRencana kerja tahunan_sekolah
Rencana kerja tahunan_sekolah
 
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
24022020-Kebijakan_BOS_Mendukung_Merdeka_Belajar.pptx
 
Buku pedoman arah peminatan
Buku pedoman arah peminatan Buku pedoman arah peminatan
Buku pedoman arah peminatan
 
Garis Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdf
Garis Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdfGaris Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdf
Garis Panduan PLaN semakan Nov2020_LAMPIRAN B.pdf
 
Buku 8 panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
Buku 8  panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...Buku 8  panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
Buku 8 panduan pemberian dana bantuan pelaksanaan program pendidikan keteram...
 
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
 
laporan akhir kampus mengajar 3.pdf
laporan akhir kampus mengajar 3.pdflaporan akhir kampus mengajar 3.pdf
laporan akhir kampus mengajar 3.pdf
 
PROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docx
PROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docxPROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docx
PROGRAM_KERJA_KEPSEK_SDN 4 KARNAGRAYUNG.docx
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 

Bridging Course SMP

  • 1. iii KATA PENGANTAR Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara merupakan indikasi yang sangat nyata upaya Pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu sumberdaya manusia agar mampu bersaing dalam era keterbukaan dan globalisasi. Di lingkungan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, diantara dampak realisasi dari peraturan-peraturan perundangan tersebut dapat diukur dari Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Sederajat pada akhir tahun 2009 mencapai 98,11%. Angka ini melebihi target yang diharapkan dapat dicapai akhir tahun 2008, yaitu 95.0%. Dengan telah tercapainya target APK di atas, maka orientasi pembinaan pendidikan pada jenjang SMP lebih ditekankan pada peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka peningkatan mutu tersebut, Direktorat Pembinaan SMP telah menyusun berbagai kebijakan dan strategi yang kemudian dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi. Dengan kebijakan dan program tersebut, diharapkan misi 5 K Kementerian Pendidikan Nasional terkait dengan Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian juga diharapkan dapat terpenuhi. Agar program dan/atau kegiatan tersebut dapat mencapai target yang telah ditetapkan, sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang ada, Direktorat Pembinaan SMP menerbitkan berbagai Buku Panduan Pelaksanaan untuk masing-masing program dan/atau kegiatan, baik yang pengelolaannya di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun yang dilaksanakan langsung oleh sekolah. Dengan buku panduan ini diharapkan pihak-pihak terkait dengan penyelenggaraan program di semua tingkatan dapat memahami dan melaksanakan dengan amanah, efektif dan efisien seluruh proses kegiatan mulai dari penyiapan rencana, pelaksanaan, sampai dengan monitoring, evaluasi dan pelaporannya. Akhirnya, kami mengharapkan agar semua pihak terkait mempelajari dengan seksama dan menjadikannya sebagai pedoman serta acuan dalam pelaksanaan seluruh program atau kegiatan pembangunan pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama tahun anggaran 2010. Jakarta, Januari 2010 Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Didik Suhardi, SH., M.Si NIP. 196312031983031004
  • 2.
  • 3. v DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................iii DAFTAR ISI ............................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................... 1 B. Tujuan ........................................................................................................ 3 BAB II KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE..................... 5 A. Konsep Bridging Course ............................................................................ 5 B. Pola Pembelajaran Pada Program Bridging Course ................................... 9 BAB III POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM BRIDGING COURSE DI SEKOLAH ................................................................... 13 A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah.................................... 13 B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah..................................... 14 C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course................... 16 D. Unsur-Unsur Derkait dengan Perluasan Pelaksanaan Program Bridging Course................................................................................................. 20 BAB IV PENUTUP................................................................................................ 21 Lampiran: Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course....................... 20
  • 4.
  • 5. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah tingkat kesiapan lulusan SD ketika memasuki jenjang SMP. Keragaman dan rendahnya mutu pendidikan di SD menyebabkan lulusan SD tidak siap mengikuti pendidikan di SMP. Pola pendidikan yang saat ini berlangsung memberi kemungkinan lulusan SD, walaupun dengan dengan tingkat penguasaan “terbatas” dapat lulus dan berhak melanjutkan ke SMP. Kondisi seperti itu kemudian menjadi masalah bagi guru di SMP, yakni kesulitan memulai pelajaran karena bekal awal yang dimiliki oleh siswa (lulusan SD) tidak memadai untuk mengikuti pelajaran di SMP. Siswa baru SMP yang kurang siap mengikuti pelajaran baru, dan terutama ketidakmerataan kesiapan juga terjadi di sebagian besar sekolah. Ketidakmerataan mutu SD dan rendahnya mutu di sebagian SD menjadi penyebab pokok. Dengan adanya program Wajib Belajar sekolah tidak dapat menolak lulusan SD yang memiliki bekal awal yang tidak memadai, sehingga akhirnya mereka tidak siap mengikuti pelajaran baru di SMP. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicari jalan keluar agar siswa baru di SMP siap untuk mengikuti pelajaran ketika tahun pelajaran dimulai. Mengingat mutu lulusan SD belum optimal, maka perlu dilakukan program bridging course (BC) di awal tahun pelajaran SMP supaya siswa baru siap untuk mengikuti pelajaran di SMP dengan baik. Program BC ini adalah semacam program matrikulasi untuk meningkatkan kemampuan awal siswa di tingkat SMP. Pelaksanaan BC dapat diintegrasikan dengan masa orientasi siswa (MOS) bagi siswa baru atau dapat pula dilaksanakan secara terpisah dari kegiatan MOS. Pada tahun 2003 telah diujicobakan program BC di 4 (empat) sekolah, yaitu SMPN 1 Cisarua, SMPN 1 Parung, SMPN 1 Taktakan Serang dan SMPN 16 Bekasi. Hasil uji coba tersebut sangat menggembirakan. Tes sebelum dan sesudah mengikuti BC menunjukkan hasil yang signifikan pada seluruh mata pelajaran, walaupun dari nilai nominalnya masih belum cukup mencolok. Dari isian kuesioner siswa justru memberikan gambaran yang memberikan
  • 6. Belajar Untuk Masa Depanku Direktorat PSMP - QEC24711” 2 harapan. Sebagian besar siswa menyatakan senang mengikuti program BC dan merasa yakin dapat mengikuti pelajaran dengan baik di SMP, serta tidak merasa takut terhadap mata pelajaran yang selama ini dianggap sulit, yaitu Matematika dan Fisika. Para guru dan kepala sekolah juga menyatakan bahwa siswa menjadi lebih yakin, karena materi BC lebih mirip dengan mengulang pelajaran SD secara singkat dan kemudian disambungkan dengan pelajaran awal di SMP. Pola pembelajaran juga menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman terhadap mata pelajaran. Pada tahun 2004 telah dilaksanakan perluasan pelaksanaan BC pada 25 SMP yang tersebar di 13 provinsi, yaitu Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Walaupun tidak dilakukan monitoring pada awalnya, laporan tertulis yang disusun oleh pihak sekolah menunjukkan bahwa program BC memberikan dampak signifikan terhadap kesiapan siswa baru untuk mengikuti pelajaran di kelas VII. Sekolah juga melaporkan bahwa MOS menjadi menarik, karena ada kegiatan yang terkait langsung dengan persiapan pelajaran. Pada tahun 2006, pelaksanaan program BC diperluas lagi menjadi 246 SMP yang tersebar di 30 provinsi. Hasil analisis terhadap monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada tahun 2006 dan laporan yang dikirimkan oleh beberapa sekolah menunjukkan bahwa program BC memberi manfaat yang sangat baik. Namun demikian, terdapat catatan bahwa sekolah mengalami kesulitan keuangan dalam menggandakan bahan tercetak satu set untuk setiap siswa baru, sehingga proses pembelajaran ketika program BC dilaksanakan belum dapat berjalan secara ideal. Perkembangan program BC cukup menggembirakan. Sejak tahun 2006 sampai sekarang, lebih banyak sekolah yang mengimplementasikan program BC. Pola dan materi BC yang diterapkan di sekolah juga berkembang sesuai dengan kebutuhan siswa dan potensi sekolah. Kekurangsiapan siswa untuk mengikuti pelajaran baru juga terjadi pada saat pembelajaran MIPA bilingual dilaksanakan, terutama di SMP RSBI. Dalam Kurikulum SD tidak ada mata pelajaran Bahasa Inggris, meskipun terdapat SD yang memberikannya dalam bentuk muatan lokal. Akibatnya bekal awal bahasa Inggris siswa kurang memadai untuk mengikuti pelajaran MIPA dengan pengantar bahasa Inggris, dan yang lebih menyulitkan adalah bekal awal tersebut sangat
  • 7. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 3 berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, program BC juga penting dilakukan untuk siswa baru yang mengikuti program bilingual. B. Tujuan Tujuan utama dilaksanakannya program BC adalah menyiapkan siswa baru di SMP, sehingga memiliki kesiapan memadai dalam mengikuti pelajaran. Tujuan ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Meningkatkan bekal awal siswa baru SMP dengan cara membahas materi-materi esensial (misalnya materi di SD) yang sangat penting untuk persiapan mengikuti pelajaran di SMP. 2. Menyamakan bekal awal siswa baru SMP, agar antara satu siswa dengan siswa lainnya tidak jauh berbeda, sehingga guru lebih mudah dalam memulai pelajaran.
  • 8.
  • 9. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 5 BAB II KONSEP PEMBELAJARAN PADA BRIDGING COURSE A. Konsep Bridging Course Program BC merupakan program pembelajaran pada beberapa mata pelajaran yang dilaksanakan untuk meningkatkan bekal kemampuan awal siswa baru SMP, sehingga pada saat pembelajaran, siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik, lancar, dan mampu menguasai materi pelajaran secara optimal. Bekal awal sangat penting bagi siswa dalam proses pembelajaran. Bekal awal tersebut akan berfungsi sebagai “modal” dalam memahami informasi yang dipelajari. Proses pemahaman pada dasarnya merupakan interaksi secara asimilasi atau akomodasi informasi yang baru diterima dengan bekal awal yang telah dimiliki sebelumnya. Sebagai contoh, ketika siswa SD belajar perkalian, maka mereka akan menggunakan kemampuan penjumlahan berulang sebagai bekal awal. Jika siswa belum menguasai penjumlahan, maka mereka akan sangat sulit mempelajari perkalian. Oleh karena itu, banyak ahli menyebut penjumlahan sebagai prasyarat belajar perkalian. Pola tersebut juga terjadi pada topik-topik pada mata pelajaran Matematika dan mata pelajaran lainnya. Secara teoretik, orang belajar pada dasarnya merupakan proses pengembangan skema berpikir yang bertolak dari skema yang telah ada sebelumnya. Makin dekat antara skema berpikir yang telah dimiliki dengan skema yang dipelajari akan semakin mudah orang belajar. Proses belajar pada dasarnya merupakan proses asimilasi dari skema yang telah ada, yaitu perluasan “skema” lama akibat adanya penambahan informasi baru. Misalnya kita telah memahami tentang peta jalan raya di kota Jakarta. Setelah itu, kita mempelajari peta jalan kereta api sehingga kita dapat menggabungkan kedua peta tersebut dan dapat mengetahui cara naik kereta api dari stasiun jatinegara turun di stasiun kota dan akan ke ancol naik angkutan kota. Proses belajar dapat juga merupakan proses akomodasi, yaitu jika informasi baru mengubah atau mengoreksi skema lama menjadi skema baru. Misalnya semula kita telah belajar dan menyimpulkan bahwa ikan paus berkembang biak dengan cara bertelur karena termasuk jenis ikan. Kemudian belajar tentang ikan secara lebih mendalam dan menjumpai informasi bahwa ikan paus berkembang
  • 10. “Belajar Untuk Masa Depanku” “Direktorat PSMP - QEC24711” 6 biak dengan beranak karena termasuk mamalia. Dengan demikian, terjadi perubahan skema berpikir dari ikan paus termasuk jenis ikan menjadi ikan paus termasuk jenis mamalia. Jika terjadi perubahan pemahaman secara utuh, yaitu bahwa ikan paus termasuk mamalia, walaupun bentuk ikan, tetapi berkembang biak dengan cara beranak, seperti pada ciri mamalia. Berarti telah terjadi proses akomodasi pada skema berpikir siswa. Baik proses asimilasi maupun akomodasi memerlukan skema lama yang secara sederhana disebut bekal awal atau prasyarat. Kelemahan atau kekurangan bekal awal akan menyulitkan siswa belajar karena yang bersangkutan tidak memiliki skema berpikir yang dapat dikaitkan dengan apa yang dipelajari. Jika dipaksakan, informasi akan dihafal tanpa pemahaman dan dalam waktu cepat akan mudah dilupakan. Pola pembelajaran seperti itu akan menyebabkan pendidikan tidak bermakna (meaningless), karena siswa tidak memahami apa yang sedang dipelajari. Di samping itu, pembelajaran menjadi penumpukan informasi tanpa disertai pemaknaan dan perangkaian antara berbagai fakta, konsep, dan teori. Akibatnya siswa akan menjadi sangat terbebani ketika belajar. Seperti dinyatakan oleh Ausuble, pembelajaran haruslah berlangsung secara bermakna (meaningful) bagi anak, agar yang bersangkutan merasakan manfaat dari apa yang dipelajari, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Belajar bermakna dapat terjadi jika anak memahami apa yang dipelajari atau mengerti kaitan antara satu konsep dengan konsep lainnya sehingga menjadi suatu rangkaian konsep yang komprehensif. Proses pembelajaran sebenarnya merupakan proses pengolahan informasi, yaitu siswa yang sedang belajar mengolah informasi yang diperoleh dari bacaan, penjelasan guru, dan fenomena yang diamati dari lingkungan. Proses pengolahan informasi tersebut dapat dilihat pada bagan berikut.
  • 11. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 7 Pada gambar tersebut tampak bahwa informasi yang di terima berupa stimulus akan disaring oleh sebuah penyaring untuk menguji apakah menarik perhatian atau tidak. Jika tidak mampu menarik perhatian seseorang, informasi akan segera hilang (terabaikan). Sebagai contoh, ketika penjual mi goreng lewat di depan rumah sambil menawarkan, tetapi kita tidak menaruh perhatian karena baru makan. Ini berarti bahwa informasi adanya mi goreng tidak mampu menarik perhatian kita. Ketertarikan seseorang terhadap stimulus informasi, biasanya terkait dengan dua hal, yaitu (1) sesuai dengan kebutuhan saat itu, dan (2) sesuai dengan hobinya. Pada contoh di atas, kita tidak memberikan perhatian ketika ada penjual mi goreng yang lewat, karena sedang kenyang. Sebaliknya jika kita sedang lapar, maka kita akan segera tertarik jika ada penjual makanan yang lewat. Jika motor kita sedang rusak dan kita kebingungan memperbaiki, kemudian di TV ada penjelasan cara mereparasi motor, maka kita akan tertarik. Sebab, informasi itu sedang kita perlukan, seperti halnya adanya penjual mi goreng pada saat kita sedang lapar. STIMULUS YA YA SARINGANI: SESUAIDGHOBI? ATAUKEBUTUHAN? MEMORI JANGKA PENDEK SARINGANII: DAPATDIPAHAMI MEMORI JANGKA PANJANG TIDAK TIDAK ADA PERHATIAN TERLUPAKAN TIDAK Bagan 1: Proses Pengolahan Informasi
  • 12. “Belajar Untuk Masa Depanku” “Direktorat PSMP - QEC24711” 8 Seseorang yang mempunyai hobi bermain catur akan segera tertarik ketika TV menayangkan pertandingan catur. Sebaliknya bagi orang yang tidak mempunyai hobi catur, tayangan pertandingan catur tidak akan menarik perhatiannya. Seorang anak kecil yang hobi main layang-layang akan segera tertarik, jika diajak membuat layang- layang. Sebaliknya, bagi anak yang tidak mempunyai hobi bermain layang-layang akan kurang tertarik ketika diajak membuat layang- layang. Jika mampu menarik perhatian seseorang, maka informasi tersebut akan masuk memori jangka pendek (short-term memory). Artinya informasi tersebut sudah masuk ke ingatan kita, walaupun memori jangka pendek sangat mudah terlupakan. Selanjutnya informasi akan masuk ke saringan berikutnya dan diuji apakah dapat dipahami oleh yang bersangkutan atau tidak. Tahap ini sangat kritis, karena seringkali informasi yang diminati tidak dapat dipahami. Misalnya kita tertarik dengan informasi tentang reparasi sepeda motor di TV, tetapi ternyata informasinya begitu rumit sehingga kita tidak paham. Akhirnya kita akan meninggalkan tayangan tersebut dan informasinya segera terlupakan. Sebaliknya, jika tayangan tentang reparasi sepeda motor tersebut dapat kita pahami, kita akan tertarik mengikuti terus dan akhirnya menjadi “pengetahuan baru” bagi kita. Pengetahuan baru seperti itu akan tersimpan dalam memori jangka panjang yang dapat diungkap kembali jika diperlukan. Misalnya jika suatu saat motor kita rusak lagi, kita akan mencoba mengingat kembali penjelasan di TV atau bahkan pengalaman kita membetulkan sepeda motor pada masa lalu. Pertanyaannya, bagaimana caranya agar informasi itu dapat mudah dipahami oleh seseorang? Nah, di sinilah pentingnya bekal awal sebagaimana disinggung pada bagian terdahulu. Intinya untuk mempelajari sesuatu, siswa memerlukan bekal awal yang cukup, berupa pengetahuan lain yang terkait dan menjadi dasar apa yang saat ini dipelajari. Dalam istilah pendidikan seringkali bekal awal tersebut disebut sebagai prasyarat, yaitu pengetahuan yang menjadi prasyarat untuk mempelajari sesuatu. Pada contoh di atas, penjumlahan berulang merupakan prasyarat untuk belajar perkalian. Terkait dengan prinsip di atas, penting diingat bahwa menurut Piaget, perkembangan berpikir siswa SMP kelas VII pada umumnya masih pada taraf operasi konkrit. Bahkan menurut hasil-hasil penelitian di Indonesia, banyak siswa SMP masih dalam taraf berfikir konkrit.
  • 13. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 9 Artinya siswa sudah mampu melakukan operasi atau manipulasi tetapi berdasarkan obyek fisik yang konkrit. Dengan demikian, setiap penjelasan yang diberikan harus bertitik tolak dari fenomena fisik yang sudah diketahui atau dipahami siswa. Di samping prasyarat pengetahuan sebagai bekal awal, keberhasilan siswa ketika belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya keyakinan dia mampu menguasai apa yang sedang dipelajari dan kesungguhan dalam belajar. Jika pada saat belajar, siswa sudah merasa tidak akan mampu menguasai apa yang dipelajari, maka akan terjadi apa yang sering disebut “kalah sebelum bertanding”. Artinya, siswa sudah takut atau menyerah sebelum berusaha. Ketakutan seperti itu seringkali disebabkan oleh pengalaman yang lalu. Misalnya pada waktu lalu, seseorang selalu kesulitan belajar matematika, maka dia seakan sudah merasa akan mengalami kesulitan juga ketika akan belajar topik Matematika berikutnya. Akibatnya, dia seakan menyerah sebelum mulai belajar dan pada akhirnya tidak berusaha secara maksimal. Kesungguhan dalam belajar terkait dengan kadar intensitas saat belajar. Siswa yang sungguh-sungguh dalam belajar, akan belajar dengan intensitas tinggi. Oleh karena itu, walaupun dia duduk belajar dalam waktu yang sama dengan teman lainnya (misalnya 120 menit), sesungguhnya dia belajar dalam waktu yang lebih banyak, karena selama 120 menit tersebut dia bersungguh-sungguh. Siswa yang tidak sungguh-sungguh, seringkali “mencuri” waktu belajar untuk memikirkan hal lain. Misalnya ketika sedang mengerjakan soal Matematika, dia memikirkan bermain bola. Kesungguhan belajar antara lain disebabkan keyakinan apakah yang dipelajari bermanfaat bagi dirinya. Jika siswa merasa apa yang dipelajari memberi manfaat tinggi, dia akan belajar dengan sungguh- sungguh, sebaliknya jika tidak memberi manfaat akan malas dalam belajar. B. Pola Pembelajaran pada Program Bridging Course Cara melaksanakan pembelajaran dalam program BC terkait erat dengan upaya agar siswa belajar dengan mudah, penuh keyakinan akan mampu menguasai apa yang dipelajari dan sungguh-sungguh dalam belajar. Prinsip pembelajaran yang dapat memunculkan tiga hal di atas, antara lain: (1) pembelajaran kontekstual, (2) pembelajaran
  • 14. “Belajar Untuk Masa Depanku” “Direktorat PSMP - QEC24711” 10 yang menyenangkan (joyful learning), dan (3) pembelajaran berdasarkan masalah. Tentu masih banyak pola pembelajaran lain yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik anak didik dan kondisi sekolah serta lingkungannya. Pembelajaran kontekstual artinya pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa dan konteks apa yang sudah diketahui oleh siswa. Misalnya ketika guru IPS menerangkan hukum permintaan dan penawaran dalam ekonomi, dalam mengajar guru memulai dengan meminta siswa membandingkan harga buah-buahan pada saat musim panen dan pada saat tidak musim panen. Tentu siswa paham bahwa pada saat musim panen harga buah lebih murah dibanding pada saat tidak panen. Hal serupa juga terjadi pada harga barang-barang lainnya. Fenomena yang sudah diketahui sebelumnya itu dapat digunakan sebagai awalan dan konteks untuk menjelaskan hukum permintaan dan penawaran. Bahkan pada tahap tertentu pola pembelajaran kontekstual dapat diteruskan dengan mendorong siswa menarik kesimpulan sendiri, sehingga seakan-akan mereka menemukan “teori” atau “hukum” baru. Misalnya ketika siswa menyebutkan “ya saat panen produksi buah mangga banyak sehingga harganya turun”. Setelah itu siswa dapat dipancing dan didorong untuk membandingkan jumlah penawaran dan permintaan, sehingga dapat menyimpulkan “ketika jumlah penawaran melebihi permintaan harga akan turun, sementara jika penawaran lebih sedikit dibanding permintaan harga akan naik.” Ketika itu guru dapat menyebutkan “itulah hukum penawaran dan permintaan dan kalian telah menemukan sendiri”. Tentu mereka akan bangga, karena merasa mampu menemukan hukum itu tanpa diajari oleh orang lain. Kebanggaan seperti itu menumbuhkan kepercayaan diri dan motivasi belajar. Pembelajaran yang menyenangkan artinya pembelajaran yang dapat membuat siswa senang dan bukan merasa terpaksa ikut pelajaran. Agar siswa senang dalam belajar, maka prinsip pemrosesan informasi patut diperhatikan. Siswa akan menyenangi situasi belajar jika apa yang dipelajari sesuai dengan apa yang diperlukan atau sesuai dengan hobinya, paling tidak terkait dengan apa yang dibutuhkan atau hobinya. Di samping itu, siswa akan senang belajar jika situasinya menyenangkan. Oleh karena itu, sangat penting bagi guru untuk mengkaitkan pembelajaran dengan apa yang pada umumnya disenangi oleh siswa dan menyelipkan humor yang dapat menarik perhatian siswa.
  • 15. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 11 Siswa SMP kelas VII pada umumnya masih dalam taraf berpikir operasional konkrit sehingga pembelajaran yang pada umumnya disenangi adalah yang terkait atau paling tidak dapat dikaitkan atau mengambil contoh kehidupan remaja sehari-hari. Adapun pokok bahasan yang sedang dipelajari akan menjadi menarik bagi siswa jika dikaitkan kehidupan mereka sehari-hari. Interaksi antar teman juga merupakan aktivitas yang disenangi oleh remaja seusia siswa SMP. Oleh karena itu, aktivitas kelompok merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi mereka. Jika proses pembelajaran dapat diwujudkan dalam kerja kelompok atau paling tidak siswa dapat mendiskusikan dengan teman akan membuat situasi pembelajaran lebih menyenangkan. Pembelajaran berdasarkan masalah artinya pembelajaran didasarkan pada problema sehari-hari dan dalam pembelajaran siswa diajak untuk memecahkannya. Melalui pembelajaran semacam itu siswa akan merasa ditantang untuk mengajukan gagasan. Biasanya akan muncul berbagai gagasan dan siswa akan saling memberikan alasan dari gagasan yang diajukan. Dalam proses pembahasan gagasan itu akan terjadi interaksi dan pemaduan gagasan yang pada akhirnya mengarah pada saling melengkapi. Siswa biasanya sangat senang karena merasa mampu memecahkan masalah yang diberikan. Contoh pembelajaran berdasarkan masalah adalah kegiatan belajar tentang cara mengatur kebersihan di sekolah. Mata pelajaran PKn dapat menggunakan masalah kebersihan sekolah sebagai tema untuk membahas topik tanggung jawab sosial. Tema kebersihan juga dapat digunakan sebagai tema Matematika dalam topik yang sesuai. Kegiatan yang paling pokok dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah dicari masalah sehari-hari yang dihadapi siswa, kemudian masalah itu dipecahkan dengan topik yang akan diajarkan. Karena bekal awal siswa baru SMP pada umumnya sangat beragam, maka pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sangat cocok untuk diterapkan. Pada pola ini siswa dikelompokkan dalam kelompok setara, tetapi anggota masing-masing kelompok terdiri dari individu yang heterogen dilihat dari bekal awalnya. Sederhananya, dalam setiap kelompok terdapat siswa yang pandai, sedang dan kurang. Selama pembelajaran, setiap kelompok dirancang untuk bekerjasama dan didorong agar semua anggota kelompok memahami apa yang dipelajari. Penilaian bukan hanya berdasarkan atas pemahaman masing-masing anggota kelompok, tetapi juga
  • 16. “Belajar Untuk Masa Depanku” “Direktorat PSMP - QEC24711” 12 pemahaman kelompok. Artinya nilai kelompok akan berpengaruh terhadap penilaian individu yang menjadi anggotanya. Jadi siswa yang pandai akan terimbas oleh nilai siswa yang kurang pandai, jika siswa tersebut tetap tidak paham materi yang dipelajari pada saat penilaian.
  • 17. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 13 BAB III POLA PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM BRIDGING COURSE DI SEKOLAH A. Pengaturan Program Bridging Course di Sekolah Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, program BC dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan bekal awal siswa SMP, sehingga pada saat pembelajaran untuk kurikulum SMP, siswa dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Oleh karena itu, seharusnya program BC dilaksanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Selain itu, BC dapat juga dilaksanakan untuk penyiapan program tertentu. Misalnya BC bahasa Inggris untuk mempersiapkan siswa-siswa yang akan mengikuti program pembelajaran dalam bahasa Inggris. Pada awal tahun pelajaran, sekolah sudah memiliki program Masa Orientasi Siswa (MOS) yang bertujuan untuk mengenalkan siswa yang baru lulus SD kepada situasi kehidupan dan pembelajaran di SMP. Dengan demikian, antara MOS dan BC memiliki kaitan yang erat. MOS lebih berfokus pada kehidupan secara umum di sekolah, sementara BC berfokus pada peningkatan bekal awal siswa. Oleh karena itu keduanya dapat dan sebaiknya diintegrasikan menjadi kegiatan penyiapan siswa baru agar lebih siap mengikuti kegiatan pembelajaran baik yang menyangkut materi ajar (lewat BC) maupun kehidupan sosial di sekolah (lewat MOS). Namun demikian, sekolah dapat mengalokasikan waktu yang lebih lama dari waktu yang diperuntukkan pada program MOS. Untuk keperluan tersebut, sekolah dapat melakukan koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat untuk keperluan pembinaan. Mekanisme pengintegrasian program BC dengan MOS di sekolah, sangat tergantung pada program yang direncanakan oleh sekolah. Sekolah dapat mengatur sesuai dengan kondisi sekolah dan karakteristik siswa baru. Sebagai contoh, BC dapat dijadikan topik yang dibahas, sedangkan cara pembahasan dalam kehidupan sehari- hari di sekolah menerapkan prinsip MOS. Tentu saja ada beberapa substansi MOS yang juga perlu untuk diangkat menjadi topik, misalnya topik mengenal diri yang berasal dari MOS dipadukan dengan topik PKn atau bahkan Matematika. di SD yang dianggap sukar oleh siswa.
  • 18. Belajar Untuk Masa Depanku Direktorat PSMP 14 Apakah semua mata pelajaran perlu diikutkan dalam program BC atau hanya mata pelajaran tertentu? Sekolah yang harus menentukan hal ini. Prinsipnya program BC ingin membantu siswa baru SMP agar memiliki bekal awal cukup baik sehingga dapat mengikuti proses pembelajaran di SMP dengan baik. Pada mata pelajaran juga dipilih pokok bahasan atau topik yang pada umumnya sulit bagi siswa dan pokok bahasan yang merupakan prasyarat bagi pembahasan pokok bahasan lainnya. Namun harus dipahami bahwa waktu pelaksanaan BC tidak terlalu banyak. Pada ujicoba di Kabupaten Bogor, Serang dan Kota Bekasi, waktu yang digunakan bervariasi antara 1–2 minggu yang sudah diintegrasikan dengan program MOS. Namun demikian, sekolah dapat menentukan sendiri lama waktu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Dengan demikian, jadwal atau struktur program BC tidak harus seragam antara sekolah satu dengan lainnya, termasuk materi yang akan digunakan dalam program BC. Setiap sekolah dapat mengatur sesuai dengan karakteristik siswa baru dan kondisi sekolah sehingga siswa dapat mengikuti program dengan senang seperti yang diharapkan agar siswa dapat lebih siap untuk mengikuti program- program berikutnya di sekolah. B. Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah Pelaksanaan BC di sekolah perlu dirancang sedemikian rupa, yang dapat digunakan sebagai dasar pedoman sekolah dalam penyelenggaraannya. Perancangan yang baik akan menghasilkan dan mencapai tujuan BC seperti yang diinginkan. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pelaksanaan BC menjadi satu dengan kegiatan masa orientasi siswa (MOS), meskipun tidak menutup kemungkinan dilaksanaan pada kegiatan-kegiatan lain selain pada saat MOS dengan tujuan yang juga berbeda. Misalnya pada saat waktu luang setelah kenaikan kelas, yang bertujuan untuk memberikan bekal umum kepada siswa untuk mempersiapkan materi di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, untuk menjamin terselenggaranya BC dengan baik dan lancar perlu dibuat suatu desain atau rancangan yang memadukan antara kedua kegiatan tersebut. Sebagai suatu gambaran dalam perencanaan pelaksanaan BC di sekolah, perlu disusun komponen kegiatan pokok sebagai berikut:
  • 19. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 15 1. Melaksanakan sosialisasi dan penjelasan tentang konsep dan penyelenggaraan BC kepada warga sekolah dan stakeholder dengan melibatkan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota; 2. Membentuk kepanitiaan untuk penyelenggaraan BC; 3. Melaksanakan pre-test kepada siswa baru untuk mengetahui kompetensi atau kemampuan awal siswa; 4. Melaksanakan pembelajaran kepada siswa sasaran dengan menggunakan materi (modul) yang telah disediakan sebelumnya, dengan rambu-rambu komponen dan kegiatan yang ada antara lain meliputi: a. Terdapat pembagian tugas antara pelaksanaan BC dengan MOS, jika program BC disubstitusikan dengan kegiatan MOS; b. Penyiapan atau pembekalan terhadp fasilitator atau guru yang akan melaksanakan program BC untuk mata pelajaran tertentu (sesuai dengan yang sudah diputuskan oleh sekolah); c. Terdapat penjadwalan yang menjamin terjadinya pembelajaran yang menyenangkan, tidak membosankan, tidak monoton; d. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan relevan; e. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan relevan; f. Penggunaan sistem evaluasi yang tepat dan relevan; g. Penambahan sumber-sumber belajar yang relevan; h. Dan lain-lain komponen / kegiatan yang diperlukan. 5. Melaksanakan post-test untuk mengetahui hasil pelaksanaan pembelajaran atau kompetensi/kemampuan siswa atau tanggapan siswa terhadap pelaksanaan program yang bertujuan untuk mengetahui kondisi peserta didik antara sebelum dan sesudah pelaksanaan BC; 6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan akhir kegiatan (purna BC); 7. Membuat laporan yang berisi tentang: hasil-hasil BC dan penyelenggaraan BC, dengan dilampiri berbagai dokumen yang relevan termasuk beberapa rekomendasi untuk keperluan pelaksanaan program sejenis di masa yang akan datang. Laporan ini dibuat rangkap sesuai dengan kebutuhan yang diperuntukkan pada unsur-unsur dan dinas terkait, misalnya untuk: komite
  • 20. Belajar Untuk Masa Depanku Direktorat PSMP 16 sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Propinsi, dan arsip sekolah. Penyelenggaraan program BC diharapkan dapat dibiayai sendiri oleh sekolah atau lembaga penyelenggara program. Besarnya dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan program BC di sekolah tergantung kepada lama berlangsungnya program dan jumlah sasaran murid yang mengikuti program BC. Dana peruntukan dengan keperluan sebagai berikut: (1) biaya operasional persiapan program (misalnya: rapat), dan (2) biaya operasional pelaksanaan (misalnya: honor guru, transportasi, konsumsi, penggandaan materi, media, dan ATK). C. Tahap Pelaksanaan Perluasan Pelaksanaan Bridging Course Tahap Persiapan Pada tahap ini beberapa yang perlu dilaksanakan di antaranya adalah: a. Kegiatan rapat-rapat persiapan sekolah termasuk melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Pada tahap persiapan ini juga dilakukan penetapan mekanisme pelaksanaan program secara menyeluruh oleh sekolah berdasarkan hasil evaluasi terhadap program BC yang sudah dilakukan sebelumnya jika sekolah sudah pernah melakukan program ini. b. Penentuan materi yang akan disampaikan pada saat BC. Penentuan materi ini sangat penting mengingat perlu disadari bahwa pola penyampaian materi dalam program BC ini berbeda dengan pola penyampaian materi pada pembelajaran yang biasa dilakukan. Oleh karena itu penentuan dan pengembangan materi harus dilakukan secara berhati-hati dengan mempertimbangkan tujuan program BC dilakukan. Materi yang telah dikembangkan kemudian digandakan oleh panitia pelaksana. Pada tahap ini juga akan dilaksanakan persiapan-persiapan yang bersifat administratif. Sosialisasi Program Sosialisasi yang dilakukan oleh sekolah dilakukan dalam bentuk rapat yang melibatkan warga sekolah termasuk Komite Sekolah dan unsur dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Sedangkan sosialisasi di tingkat pusat dilakukan melalui rapat koordinasi tingkat pusat yang diikuti oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kepala Dinas
  • 21. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 17 Pendidikan Kabupaten/Kota. Untuk sosialisasi tingkat provinsi dilaksanakan melalui rapat koordinasi tingkat provinsi yang diikuti oleh Ketua TTK, Subdin Program, dan Konsultan Kab/Kota. Sosialisasi tingkat Kabupaten/Kota dilakukan melalui rapat kerja yang diikuti oleh Kepala Sekolah SMP, Ketua Komite Sekolah, dan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Program ini sejak tahun 2007 sudah tidak disediakan dana dari pusat. Oleh karena itu mulai tahun 2007 pelaksanaan program ini diserahkan ke sekolah secara mandiri, dengan pengawasan dan koordinasi Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. Tahap Verifikasi dan Penentuan Sekolah Pelaksana Program Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat menentukan sekolah yang harus melaksanakan program ini. Namun demikian, sekolah dapat melakukan program ini secara mandiri asal daya dukung yang dimiliki oleh sekolah tersebut memungkinkan. Dalam penentuan sekolah yang harus melaksanakan program BC, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat menempuh mekanisme tertentu melalui tahapan verifikasi. Verifikasi dapat diawali dengan menentukan kriteria. Berdasarkan kriteria tersebut Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melakukan seleksi terhadap SMP yang mengajukan proposal program BC, yakni dengan langkah berikut: (1) mengumpulkan proposal program penggalangan partisipasi masyarakat di bidang pendidikan dari berbagai lembaga, dan (2) berdasarkan proposal yang masuk, TTK melakukan seleksi proposal sesuai dengan ketentuan: (a) menilai proposal yang diajukan oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk melakukan verifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh lembaga penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian proposal dan verifikasi lapangan, tim membuat rangking lembaga calon pelaksana program. Selanjutnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan hasil seleksi tersebut menentukan sekolah-sekolah yang mampu atau selayaknya melaksanakan program BC. Tahap Pelatihan bagi Pelaksana Program Sekolah-sekolah yang baru memulai program BC, perlu mendapatkan pelatihan. Pelatihan bagi pelaksana program BC yang baru ini merupakan kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan program ini. Dalam hal ini guru-guru, kepala sekolah, dan salah satu anggota
  • 22. Belajar Untuk Masa Depanku Direktorat PSMP 18 komite sekolah dari sekolah yang menjadi sasaran perluasan pelaksanaan BC adalah pihak pelaksana program yang perlu mengikuti pelatihan. Guru yang diikutsertakan untuk mengikuti pelatihan ini adalah guru yang akan memberikan BC kepada para siswa. Misalnya untuk program BC yang disubstitusikan dengan kegiatan MOS, dapat dilibatkan guru yang terdiri atas 5 (lima) mata pelajaran, yaitu: matematika, IPA (fisika, biologi), PKN, IPS (geografi, sejarah, ekonomi), dan bahasa Indonesia. Mengingat mulai tahun 2007, Direktorat Pembinaan SMP tidak lagi mengadakan pelatihan secara terpusat untuk sekolah-sekolah yang akan melaksanakan program ini, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat melaksanakan kegiatan pelatihan dengan melibatkan sumber daya manusia yang berasal dari sekolah-sekolah yang sebelumnya sudah melaksanakan program BC. Untuk keperluan tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat memodifikasi struktur program yang selama ini diterapkan oleh Direktorat Pembinaan SMP (terlampir). Materi pelatihan lebih menekankan pada memberi pembekalam kepada sekolah (dalam hal ini kepala sekolah) dan guru dalam melaksanakan program BC. Untuk peserta kepala sekolah dan komite, materi lebih menitikberatkan pada perencanaan pelaksanaan BC dengan produk akhir adalah dihasilkannya proposal kegiatan BC termasuk mekanisme pelaksanaan BC di sekolah dan bagaimana mengevaluasi keterlaksanaan program ini di sekolah. Untuk guru mata pelajaran, lebih menitikberatkan pada memberikan pembekalan kepada mereka bagaimana penyampaian materi pembelajaran dalam program BC dengan konsep-konsep yang melandasinya. Instruktur dalam pelatihan ini dapat melibatkan para guru yang sebelumnya sudah melaksanakan program BC di sekolah atau para guru yang sudah mengembangkan materi untuk keperluan implementasi program BC di sekolah. Di samping itu, akan lebih baik jika pelatihan ini juga melibatkan instruktur dari perguruan tinggi yang memahami atau berkompeten dalam bidangnya. Pelatihan akan dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan kerja kelompok. Metode ceramah digunakan untuk materi tentang konsep BC. Melalui kegiatan diskusi diharapkan para peserta tidak akan merasa digurui. Melalui kerja kelompok, para peserta dikelompokkan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu masing-masing. Di samping itu, para peserta dari kelompok mata pelajaran Biologi dan Fisika disatukan untuk memperoleh materi hakikat IPA dan IPA
  • 23. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 19 terpadu, dan para peserta dari kelompok mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi disatukan untuk memperoleh materi hakikat dan IPS terpadu. Kegiatan lain yang dilakukan adalah diskusi kelompok yang diikuti oleh kepala sekolah, dan komite sekolah. Diskusi dimaksudkan untuk membuat rancangan pelaksanaan program BC di masing-masing sekolah. Tahap Pelaksanaan Program Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dalam pelaksanaan program BC. Pada tahap ini dilaksanakan kegiatan BC sebagaimana telah dirancang oleh masing-masing sekolah pelaksana program atas persetujuan dan koordinasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Dalam tahap ini di masing-masing sekolah akan berlangsung beberapa kegiatan berikut: (a) konsolidasi program sekolah, (b) sosialisasi bagi warga sekolah, (c) proses pelaksanaan BC, serta (d) kegiatan-kegiatan lain yang mendukung kelancaran kegiatan BC. Tahap Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan Tahap ini digunakan untuk melihat apakah program yang telah direncanakan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Evaluasi semacam ini perlu dimasukkan ke dalam laporan akhir sehingga pihak-pihak yang akan menyelenggarakan kegiatan serupa dapat mengambil manfaat dari hasil evaluasi ini. Laporan setidak-tidaknya memuat: Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan program, sasaran, dan hasil yang diharapkan. Bab II Pelaksanaan, berisi persiapan kegiatan, proses pelaksanaan kegiatan, dan hasil yang dicapai. Bab III Pembahasan, berisi tentang hasil pelaksanaan kegiatan dan hambatan-hambatan yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan, dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hambatan- hambatan yang terjadi. Bab IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi.
  • 24. Belajar Untuk Masa Depanku Direktorat PSMP 20 C. Unsur-Unsur terkait dengan Perluasan Pelaksanaan Program Bridging Course Pelaksana program ini adalah sekolah melalui persetujuan dan koordinasi dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Pelaksana di Kabupaten/Kota adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam hal ini. Tim Teknis Kabupaten/Kota (TTK), dengan tugas pokok berikut. 1. Menetapkan pedoman program. 2. Melakukan pemetaan terhadap SMP yang siswa barunya mengalami kesulitan untuk mengikuti pelajaran di sekolah tersebut. 3. Mensosialisasikan program kepada masyarakat di wilayahnya. 4. Melakukan seleksi lembaga calon pelaksana program dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) menilai proposal yang diajukan oleh lembaga, (b) melakukan kunjungan lapangan untuk memverifikasi data dan program-program yang diusulkan oleh lembaga penyusun proposal, serta (c) berdasarkan hasil penilaian proposal dan verifikasi lapangan, tim membuat peringkat lembaga calon pelaksana program. 5. Memberi masukan kepada lembaga yang mengajukan proposal program untuk merevisi proposalnya. 6. Menerima proposal yang telah direvisi dari lembaga. 7. Mengesahkan proposal program dengan melakukan penandatanganan berita acara pengesahan proposal. 8. Memantau dan mengevaluasi penyaluran dana dan penggunaan dana program di wilayahnya masing-masing. 9. Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program di wilayahnya. 10. Memberikan pembinaan kepada lembaga pelaksana program terkait dengan pengembangan, pelaksanaan, dan penggunaan dana program. Pelaksana pada tingkat sekolah adalah panitia yang dibentuk oleh sekolah untuk melaksanakan program BC. Panitia tersebut memiliki tugas pokok sebagai berikut: 1. Melakukan sosialisasi program ke berbagai pihak, terutama kepada orangtua siswa baru.
  • 25. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 21 2. Menyusun rencana program. 3. Menyerahkan proposal kepada TTK. 4. Mengikuti perkembangan proses dan hasil seleksi proposal. 5. Merevisi proposal program berdasarkan masukan dari TTK. 6. Menyerahkan proposal yang telah direvisi kepada TTK. 7. Memanfaatkan dana program untuk merealisasikan program seperti tertuang dalam proposal program yang telah disetujui oleh TTK. 8. Membukukan semua jenis pemasukan dan pengeluaran dana program. 9. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan program.
  • 26.
  • 27. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 21 BAB IV PENUTUP Pelaksanaan program BC yang diintegrasikan dengan kegiatan MOS ini merupakan program yang dapat digunakan untuk menginisiasi agar proses belajar mengajar selanjutnya di SMP dapat berlangsung lebih baik dengan kesiapan awal siswa yang lebih baik dan relatif lebih seragam. Dengan demikian, pola pengorganisasian dan pengelolaan kelas akan lebih mudah sehingga prestasi belajar siswa dapat dicapai, termasuk mengurangi angka drop out. Namun demikian pola pembinaan dari Dinas Pendidikan provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sangat diperlukan terkait dengan pola pengaturan waktu antara MOS dan BC mengingat banyaknya masukan dari lapangan bahwa program MOS di beberapa Kabupaten/Kota tidak boleh diintegrasikan dengan program BC.
  • 28. Belajar Untuk Masa Depanku Direktorat PSMP 20 Lampiran: Contoh program pelatihan/pembekalan bridging course Jadwal Pelaksanaan Pelatihan/Pembekalan Bridging Course Hari/Tanggal Waktu Kegiatan Pemateri Keterangan 14.00 - Check in 19.00-19.30 Pembukaan H-1 19.30 – 21.00 Konsep Bridging Course 1 nara sumber Pleno: Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Guru Mapel 07.30 – 08.30 Desain Pelaksanaan Bridging Course di Sekolah 1 nara sumber Pleno: Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Guru Mapel 08.30 – 09.30 Diskusi Kelompok Perancangan Bridging Course di tiap Kabupaten / Kota 1 nara sumber Kelompok per sekolah 09.30 – 10.00 ISTIMIN 10.00 – 12.00 Melanjutkan Diskusi Kelompok Perancangan Bridging Course di tiap Kabupaten / Kota 1 nara sumber Kelompok per sekolah 12.00 – 13.30 ISHOMA H-2 13.30 Catatan : peserta masuk ke kelas mapel
  • 29. Belajar Untuk Masa Depanku QEC24711 - Panduan Pelaksanaan Bridging Course SMP 21 Jadwal Pelatihan Bridging Course : Diskusi Kelompok Guru Mapel
  • 30. Belajar Untuk Masa Depanku Direktorat PSMP 22