SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
BAB V
PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
Kekasaran permukaan merupakan hal yang di butuhkan dalam dunia
industri karenadijadikan parameter sebagai acuan untuk menentukan produk
spesifikasi yang di inginkan kekasaran dapat dilakuakn melalui beberapa rekayasa
yaitu ada beberapa cara yang di kembangkan untuk mengukur kekasaran melalui
Laser Scanner,Surfoam Ploter Integrated Digital Photography dan Outdor IDIP
5.1 PROSEDUR PENGUKURAN
5.1.1 Peralatan dan Benda Ukur
Peralatan yang digunakan dalam pengukuran kekasaran permukaan pada
praktikum ini terdiri dari alat ukur dan benda ukur.
A. Alat Ukur
Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah SJ-210,
vernier caliper, meja datar, dan v-block.
1. Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type
Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type seperti yang
terlihat pada gambar 5.1, adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kekasaran
benda dengan spesifikasi:
• Merk: Mitutoyo
• Driver: 0 - 21 mm
• Tip radius: 20 µm
• Skid curvature: 40 µm
• Measuring Force: 0,75 µN
• Stylus material : Diamond
Gambar 5.1 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type
(Laboratorium Metrologi Industri, 2017)
Display
Driver
Detector
Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type terdiri dari
display unit, driver unit, dan detector. Penjelasan lebih lanjut mengenai bagian-
bagian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Display Unit
Display unit adalah bagian yang berguna untuk menampilkan data berupa
grafik yang diperoleh dari pengukuran kekasaran pada suatu benda pada standard
alat ukur ini yang digunakan oleh JIS oada industri (JIS-B0601-2001, JIS-B0601-
1994, JIS B0601-1982), VDA, ISO-1997, dan ANSI.
b. Driver Unit
Bagian ini berfungsi untuk mengendalikan pergerakan detector. Drive unit
dapat disambungkan dengan kabel khusus agar pergerakkannya lebih fleksibel
dengan memiliki driver range 21 mm.
c. Detector
Bagian ini berfungsi untuk mendeteksi kekasaran permukaan benda dan
terdiri dari skid dan stylus.
Gambar 5.2. Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type
(Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017)
2. Vernier Caliper
Vernier caliper atau jangka sorong adalah alat ukur mekanik yang
memiliki nilai keakuratan hingga 0,01 mm. Namun untuk vernier caliper yang
digunakan pada praktikum kali ini memiliki spesifikasi sebagai berikut.
Display
Unit
Driver
UnitDetector
• Merk : Mitutoyo
• Ketelitian : 0,02 mm
• Kapasitas ukur : 0-150 mm
Gambar 5.3. Vernier Caliper (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017)
3. Meja Datar
Meja datar adalah alat yang digunakan untuk meletakkan benda kerja serta
alat-alat lainya. Biasanya meja datar dibuat dari besi tuang keramik atau batu
granit.
Gambar 5.4. Meja Datar (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017)

4. V-Block
V-block adalah balok baja yang kedudukannya memiliki bentuk v dan
biasa digunakan untuk menempatkan benda kerja yang berbentuk silindris.
Meja
Datar
Meja
Datar
Gambar 5.5. V-Block (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017)
A. Benda Ukur
Benda ukur yang digunakan pada kegiatan praktikum kali ini adalah dua
buah spesimen berbentuk silinder yang terbuat dari besi baja. Spesimen A
dibentuk dengan kecepatan pembubutan 300 rpm sedangkan spesimen B dibentuk
dengan kecepatan pembubutan 135 rpm. Spesimen A memiliki diameter (d) 33,74
mm dan panjang (l) 20,84 mm. Spesimen B memiliki diameter (d) 32,04 mm dan
panjang (l) 24,20 mm.
Gambar 5.6. Benda Ukur Silindris (Laboratorium Metrologi Industri Undip,
2017)
5.1.2 Kalibrasi Alat Ukur
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan kalibrasi alat
ukur kekasaran permukaan suatu benda.
1. Siapkan precision roughness specimen dan calibration stage.
Gambar 5.7. Precision roughness dan calibration stage (Laboratorium
Metrologi Industri Undip, 2017)
2. Buka menu Calibration Measurement.
Gambar 5.8. Calibration Stage (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017)
3. Masukan nilai awal precision roughness specimen ke SJ-210.
4. Tempatkan SJ-210 pada calibration stage dengan benar.
5. Tekan tombol [START/STOP], kemudian akan muncul Measurement
Waveform Display.
calibration
stage.
precision
roughness
specimen
6. Setelah stylus berhenti bergerak dan hasil kalibrasi muncul, hasil akan
terbaca. Jika nilai yang didapatkan ±0,009 µm dari nilai awal, tekan
tombol [RED] (Update). Namun jika berbeda, ganti titik pengukuran dan
ulangi langkah 5 hingga nilai yang didapatkan sesuai.
5.1.3 Prosedur Pengukuran Kekasaran Permukaan
Prosedur pengukuran kekasaran permukaan terdiri dari setup alat dan
benda, penentuan sampling length, dan pengukuran.
A. Setup Alat dan Benda Ukur
1. Ukur panjang benda ukur menggunakan vernier caliper.
2. Letakan benda ukur pada V-block.
3. Lepaskan drive unit dari display unit dan sambungkan dengan connection
cable khusus.
4. Sejajarkan detector dengan permukaan benda ukur dengan manfaatkan
meja datar.
B. Penentuan sampling length (ℓ)
1. Input measuring condition, pilih standar ISO 1997, profil Roughness,
parameter Ra dan Rz.
2. Perkirakan nilai Ra, Rz, atau Rsm spesimen berdasarkan data-data relevan,
inspeksi visual, dan sejenisnya.
3. Cari nilai sampling length yang sesuai dengan nilai Ra, Rz, atau Rsm pada
Tabel 5.1 sampai 3.
4. Ukur Ra, Rz, atau Rsm sesuai sampling length yang dipilih.
5. Bila hasil yang keluar tidak sesuai range nilai parameternya, pilih
sampling length yang lebih kecil atau besar.
6. Ulangi langkah 4 dan 5 sampai menemukan sampling length yang sesuai
dengan range nilai parameternya.
Tabel 5.1 Korelasi Ra dengan sampling length
C. Pengukuran
1. Atur jumlah pengambilan sampel (n) pada measuring condition. Sesuaikan
dengan panjang benda ukur dan nomenklatur pada gambar 5.5.
2. Pastikan kondisi detector tetap sesuai dengan kondisi yang benar.
3. Kembali ke halaman utama pada display unit.
4. Tekan tombol [START/STOP].
5. Tunggu sampai detector berhenti bergerak. Catat hasil pengukuran.
6. Simpan data pengukuran.
7. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap spesimen. Ulangi
langkah 2-6 pada titik pengukuran berbeda.
Gambar 5.9. Transversal Length untuk GAUSS filter (Modul Praktikum
Metrologi Industri, 2017)
Gambar 5.10. Diagram Alir Pengukuran Kekasaran
5.2 PENGOLAHAN DATA
Tahap pengolahan data terdiri dari mengumpulkan dan menulis data hasil
pengukuran, mengolah data, kemudian memberikan kesimpulan dari praktikum.
5.2.1 Data Hasil Pengukuran
Pada praktikum ini diperoleh data-data seperti yang dapat dilihat pada
tabel 5.2 dan 5.3.
Tabel 5.2 Data Benda Ukur
Profil Geometris
A
d = 32,10 mm
l = 23,58 mm
B
d = 34,84 mm
l = 21,44 mm
Tabel 5.3 Hasil Data Pengukuran Kekasaran Permukaan
5.2.2 Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari tahap pengukuran kemudian diolah untuk
mendapatkan nilai Rv dengan rumus:
....................................................................................................(5.1)
Gambar 5.11 Gambar Rz, Rp, Rv (Modul Praktikum Metrologi Industri, 2017)
Contoh perhitungan berdasarkan data pengukuran kekasaran permukaan
pada table 5.5 adalah sebagai berikut.
Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus pada gambar 5.8 untuk
memperoleh nilai Rv dari masing-masing permukaan benda ukur dapat dilihat
pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Hasil perhitungan nilai Rv
Specimen Rz(μm) Rp(μm) Rv = (Rz-Rp)(μm)
Rata-Rata Rv
(μm)
A
I = 51,937 I = 24,797 I = 27,140
II = 51,498 II = 25,236 II = 26,262 27,834
III = 63,725 III = 33,624 III = 30,101
B
I = 24,016 I = 12,497 I = 11,519
II = 22,300 II = 12,405 II = 9,895 10,606
III = 24,203 III = 13,800 III = 10,403
5.2.3 Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai data-data yang
telah didapat dari pengukuran dan perhitungan pada praktikum ini, nilai Ra, Rp,
Rz, dan Rv kemudian diterapkan pada grafik kekasaran permukaan dari masing-
masing spesimen pada setiap pengukurannya. Grafik tersebut diperoleh dari alat
Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type.
A. Spesimen A
1. Hasil Pengukuran I
Gambar 5.12 merupakan plotting hasil pengukuran I untuk specimen A
dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type.
Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 8,959 mm, Rz = 51,937 mm,
Rp = 24,797 mm, dan Rv = 27,140 mm.
Gambar 5.12 Grafik kekasaran permukaan A pengukuran I
2. Hasil Pengukuran II
Gambar 5.13 merupakan plotting hasil pengukuran II untuk specimen A
dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type.
Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 9,233 mm, Rz = 51,498 mm,
Rp = 25,236 mm, dan Rv = 26,262 mm.
Gambar 5.13 Grafik kekasaran permukaan A pengukuran II
Ra
Rp
Rz
Rv
Ra
Rp
Rv
Rz
3. Hasil Pengukuran III
Gambar 5.14 merupakan plotting hasil pengukuran kekasaran III untuk
spesimen A dengan menggunakan alat ukur Surface Roughness Tester Mitutoyo
SJ-210 Standard Type dan telah digabungkan dengan data hasil pengukuran
perhitungan. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 7,841 mm, Rz
= 63,725 mm, Rp = 33,624 mm, dan Rv = 30,101 mm.
Gambar 5.14 Grafik kekasaran permukaan A pengukuran III
B. Spesimen B
1. Hasil Pengukuran I
Gambar 5.15 merupakan plotting hasil pengukuran kekasaran I untuk
specimen B dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210
Standard Type yang telah digabungkan dengan data hasil pengukuran
perhitungan. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 3,848 mm, Rz
= 24,016 mm, Rp = 12,497 mm, dan Rv = 11,519 mm.
Gambar 5.15 Grafik kekasaran permukaan B pengukuran I
Ra
Rp
Rv
Rz
RzRa
Rp
Rv
2. Hasil Pengukuran II
Gambar 5.16 merupakan plotting hasil pengukuran II untuk specimen B
dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type
yang telah digabungkan dengan data hasil pengukuran perhitungan. Pada sampel
dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 3,591 mm, Rz = 22,300 mm, Rp = 12,405
mm, dan Rv = 9,895 mm.
Gambar 5.16 Grafik kekasaran permukaan B pengukuran II
3. Hasil Pengukuran III
Gambar 5.17 merupakan plotting hasil pengukuran III untuk specimen B
dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type.
Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 4,378 mm, Rz = 24,203 mm,
Rp = 13,800 mm, dan Rv = 10,403 mm.
Gambar 5.17 Grafik kekasaran permukaan B pengukuran III
Tabel 5.5 berisi daftar pengelompokan benda ukur kedalam kelas-kelas
kekasaran berdasarkan kriteria harga C.L.A, harga Ra beserta toleransinya, dan
panjang sampel.
RzRa
Rp
Rv
Ra
Rp
Rv
Rz
Pada praktikum ini melalui proses pengukuran dengan menggunakan
Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type diperoleh data Ra rata-
rata dari spesimen A sebesar 8,68 mm dan dari spesimen B sebesar 3,94 mm.
Sehingga berdasarkan data tersebut spesimen A dan spesimen B dapat
digolongkan kedalam kelas kekasaran N9 dan N8 secara berurutan.
Tabel 5.5 Kelas kekasaran permukaan
5.3 APLIKASI PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
Karl dan Bohmer melakukan penelitian pada teknologi permukaan yang
Saat ini, komponen yang diproduksi secara aditif (AM) memiliki kekasaran
permukaan awal yang tinggi setelah proses pembuatan, yang dapat menjadi
batasan penerapan di area yang sangat tertekan dan siklis. Dalam penelitian ini,
sampel Ti-6Al-4V diproduksi dengan pelepasan sinar laser, anil dan penekanan
isostatik panas sesudahnya. Hal ini menunjukkan kekasaran permukaan awal Ra =
17,9 μm tergantung pada arah strukturnya (45 °).. Efektivitas setiap perlakuan
dievaluasi sehubungan dengan topografi permukaan, serta sifat kelelahan
berdasarkan uji kelelahan aksial yang dilakukan sesuai dengan DIN EN 6072.
Kekasaran awal seringkali dapat dikurangi menjadi nilai Ra <1 μm. Penurunan
kekasaran menyebabkan peningkatan kinerja kelelahan secara substansial dari
semula 300 MPa menjadi maksimum 775 MPa (setelah siklus 3x107).

More Related Content

What's hot

Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linierndirocket
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoranChache Go
 
Teknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin MillingTeknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin MillingAlfi Akbar
 
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)universitas negri yogyakarta
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot workingFeliks Sitopu
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.Ilham Al-Buwuly
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGANDwi Ratna
 
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhanaLaporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhanaSahrul Sindriana
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosDewi Izza
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARMOSES HADUN
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)GGM Spektafest
 

What's hot (20)

Materi Dasar Gambar Teknik
Materi Dasar Gambar TeknikMateri Dasar Gambar Teknik
Materi Dasar Gambar Teknik
 
Laporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasanLaporan uji kekerasan
Laporan uji kekerasan
 
Laporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja BangkuLaporan Praktikum Kerja Bangku
Laporan Praktikum Kerja Bangku
 
Toleransi linier
Toleransi linierToleransi linier
Toleransi linier
 
DRAWING PROSES
DRAWING PROSESDRAWING PROSES
DRAWING PROSES
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Proses pengecoran
Proses pengecoranProses pengecoran
Proses pengecoran
 
Teknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin MillingTeknik Perawatan Mesin Milling
Teknik Perawatan Mesin Milling
 
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
mengenal proses blanking (pemotongan plat pada praktikum pembentukan bahan)
 
Cold and hot working
Cold and hot workingCold and hot working
Cold and hot working
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
Perancangan Roda Gigi Elemen Mesin 2 Untad Palu.
 
Baut dan Mur
Baut dan MurBaut dan Mur
Baut dan Mur
 
[8] momen kopel
[8] momen kopel[8] momen kopel
[8] momen kopel
 
KESETIMBANGAN
KESETIMBANGANKESETIMBANGAN
KESETIMBANGAN
 
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhanaLaporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
Laporan menentukan gaya gravitasi dengan bandul sederhana
 
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan PorosElemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
Elemen Mesin Modul 1 - Perencanaan Poros
 
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBARATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
ATURAN DAN CARA MEMBERI UKURAN GAMBAR
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
 

Similar to OPTIMAL UNTUK PENGUKURAN KEKSARAN PERMUKAAN

BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGABAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGAAmrih Prayogo
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Arief Efendi
 
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkorKompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkorAhmad Ramdani
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...bram santo
 
Laporan akhir praktikum_dasar_pengukuran
Laporan akhir praktikum_dasar_pengukuranLaporan akhir praktikum_dasar_pengukuran
Laporan akhir praktikum_dasar_pengukuran'Adinda Mulyani
 
mengukur dengan alat ukur mekanik presisi
mengukur dengan alat ukur mekanik presisimengukur dengan alat ukur mekanik presisi
mengukur dengan alat ukur mekanik presisiRirin Wijayanti
 
1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness Tester
1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness Tester1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness Tester
1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness TesterWhoro Prayogo Budi Kartika
 
BAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTON
BAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTONBAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTON
BAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTONAmrih Prayogo
 
Modul mesin bubut 7 (5)
Modul mesin bubut 7 (5)Modul mesin bubut 7 (5)
Modul mesin bubut 7 (5)Eko Supriyadi
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarAhmad Lubis
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARILAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARIFarida Dadari
 
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRBAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRAmrih Prayogo
 
Laporan Pengukuran Kelistrikan Otomotif
Laporan Pengukuran Kelistrikan OtomotifLaporan Pengukuran Kelistrikan Otomotif
Laporan Pengukuran Kelistrikan Otomotifroy apr
 
TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANRafben Andika
 
M0 teori dasar pengukuran
M0 teori dasar pengukuranM0 teori dasar pengukuran
M0 teori dasar pengukuranRafben Andika
 
Modul praktikum revisi aw
Modul praktikum  revisi awModul praktikum  revisi aw
Modul praktikum revisi awMuhammad Kusuma
 
Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaik
 Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaik Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaik
Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaiklessytania
 
Testing
TestingTesting
TestingK .
 
2054 p3-spk teknik transmisi (4 tahun)
2054 p3-spk teknik transmisi  (4 tahun)2054 p3-spk teknik transmisi  (4 tahun)
2054 p3-spk teknik transmisi (4 tahun)Winarto Winartoap
 

Similar to OPTIMAL UNTUK PENGUKURAN KEKSARAN PERMUKAAN (20)

BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGABAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
 
Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2Jenis jenis-pengukuran-2
Jenis jenis-pengukuran-2
 
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkorKompetensi dasar kekasaran angle dekkor
Kompetensi dasar kekasaran angle dekkor
 
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...Bab iii ANALISA PENGARUH  PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
Bab iii ANALISA PENGARUH PUTARAN SPINDEL DAN KECEPATAN MAKAN TERHADAP KEKASA...
 
Laporan akhir praktikum_dasar_pengukuran
Laporan akhir praktikum_dasar_pengukuranLaporan akhir praktikum_dasar_pengukuran
Laporan akhir praktikum_dasar_pengukuran
 
mengukur dengan alat ukur mekanik presisi
mengukur dengan alat ukur mekanik presisimengukur dengan alat ukur mekanik presisi
mengukur dengan alat ukur mekanik presisi
 
1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness Tester
1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness Tester1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness Tester
1. Alat Ukur Kekasaran Permukaan, Surface Roughness Tester
 
BAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTON
BAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTONBAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTON
BAB I PENGUKURAN KEDATARAN PLAT DAN KEBULATAN PISTON
 
Modul mesin bubut 7 (5)
Modul mesin bubut 7 (5)Modul mesin bubut 7 (5)
Modul mesin bubut 7 (5)
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARILAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK UAS - FARIDA NUR DADARI
 
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRBAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
 
Laporan Pengukuran Kelistrikan Otomotif
Laporan Pengukuran Kelistrikan OtomotifLaporan Pengukuran Kelistrikan Otomotif
Laporan Pengukuran Kelistrikan Otomotif
 
TEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURANTEORI DASAR PENGUKURAN
TEORI DASAR PENGUKURAN
 
M0 teori dasar pengukuran
M0 teori dasar pengukuranM0 teori dasar pengukuran
M0 teori dasar pengukuran
 
Paket 3
Paket 3Paket 3
Paket 3
 
Modul praktikum revisi aw
Modul praktikum  revisi awModul praktikum  revisi aw
Modul praktikum revisi aw
 
Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaik
 Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaik Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaik
Mikrometer - Fungsi, Jenis, dan Contoh Mikrometer Terbaik
 
Testing
TestingTesting
Testing
 
2054 p3-spk teknik transmisi (4 tahun)
2054 p3-spk teknik transmisi  (4 tahun)2054 p3-spk teknik transmisi  (4 tahun)
2054 p3-spk teknik transmisi (4 tahun)
 

More from Amrih Prayogo

Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIANBab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIANAmrih Prayogo
 
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASANBab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASANAmrih Prayogo
 
BAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFT
BAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFTBAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFT
BAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFTAmrih Prayogo
 
Jenis-jenis Permesinan Konvensional
Jenis-jenis Permesinan KonvensionalJenis-jenis Permesinan Konvensional
Jenis-jenis Permesinan KonvensionalAmrih Prayogo
 
Membuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubut
Membuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubutMembuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubut
Membuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubutAmrih Prayogo
 
Bab III Metotologi Praktikum CNC TU 3A
Bab III Metotologi Praktikum CNC TU 3ABab III Metotologi Praktikum CNC TU 3A
Bab III Metotologi Praktikum CNC TU 3AAmrih Prayogo
 
Makalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearingMakalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearingAmrih Prayogo
 
Makalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasMakalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasAmrih Prayogo
 
Laporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakarta
Laporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakartaLaporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakarta
Laporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakartaAmrih Prayogo
 
Pengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksiPengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksiAmrih Prayogo
 

More from Amrih Prayogo (12)

UNDERWATER WELDING
UNDERWATER WELDINGUNDERWATER WELDING
UNDERWATER WELDING
 
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIANBab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
Bab 3 METODOLOGI PENGUJIAN
 
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASANBab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
 
BAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFT
BAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFTBAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFT
BAB IV PENGUKURAN LINIER PAKU DAN CRANKSHAFT
 
Jenis-jenis Permesinan Konvensional
Jenis-jenis Permesinan KonvensionalJenis-jenis Permesinan Konvensional
Jenis-jenis Permesinan Konvensional
 
Membuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubut
Membuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubutMembuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubut
Membuat tirus 14,7 derajat pada mesin bubut
 
2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais2.2 Mesin Frais
2.2 Mesin Frais
 
Bab III Metotologi Praktikum CNC TU 3A
Bab III Metotologi Praktikum CNC TU 3ABab III Metotologi Praktikum CNC TU 3A
Bab III Metotologi Praktikum CNC TU 3A
 
Makalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearingMakalah Produksi bearing
Makalah Produksi bearing
 
Makalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasMakalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gas
 
Laporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakarta
Laporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakartaLaporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakarta
Laporan kunjungan industri upt balai yasa yogyakarta
 
Pengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksiPengerasan permukaan induksi
Pengerasan permukaan induksi
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 

Recently uploaded (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 

OPTIMAL UNTUK PENGUKURAN KEKSARAN PERMUKAAN

  • 1. BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN Kekasaran permukaan merupakan hal yang di butuhkan dalam dunia industri karenadijadikan parameter sebagai acuan untuk menentukan produk spesifikasi yang di inginkan kekasaran dapat dilakuakn melalui beberapa rekayasa yaitu ada beberapa cara yang di kembangkan untuk mengukur kekasaran melalui Laser Scanner,Surfoam Ploter Integrated Digital Photography dan Outdor IDIP 5.1 PROSEDUR PENGUKURAN 5.1.1 Peralatan dan Benda Ukur Peralatan yang digunakan dalam pengukuran kekasaran permukaan pada praktikum ini terdiri dari alat ukur dan benda ukur. A. Alat Ukur Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah SJ-210, vernier caliper, meja datar, dan v-block. 1. Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type seperti yang terlihat pada gambar 5.1, adalah alat yang berfungsi untuk mengukur kekasaran benda dengan spesifikasi: • Merk: Mitutoyo • Driver: 0 - 21 mm • Tip radius: 20 µm • Skid curvature: 40 µm • Measuring Force: 0,75 µN • Stylus material : Diamond Gambar 5.1 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type (Laboratorium Metrologi Industri, 2017) Display Driver Detector
  • 2. Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type terdiri dari display unit, driver unit, dan detector. Penjelasan lebih lanjut mengenai bagian- bagian tersebut adalah sebagai berikut: a. Display Unit Display unit adalah bagian yang berguna untuk menampilkan data berupa grafik yang diperoleh dari pengukuran kekasaran pada suatu benda pada standard alat ukur ini yang digunakan oleh JIS oada industri (JIS-B0601-2001, JIS-B0601- 1994, JIS B0601-1982), VDA, ISO-1997, dan ANSI. b. Driver Unit Bagian ini berfungsi untuk mengendalikan pergerakan detector. Drive unit dapat disambungkan dengan kabel khusus agar pergerakkannya lebih fleksibel dengan memiliki driver range 21 mm. c. Detector Bagian ini berfungsi untuk mendeteksi kekasaran permukaan benda dan terdiri dari skid dan stylus. Gambar 5.2. Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017) 2. Vernier Caliper Vernier caliper atau jangka sorong adalah alat ukur mekanik yang memiliki nilai keakuratan hingga 0,01 mm. Namun untuk vernier caliper yang digunakan pada praktikum kali ini memiliki spesifikasi sebagai berikut. Display Unit Driver UnitDetector
  • 3. • Merk : Mitutoyo • Ketelitian : 0,02 mm • Kapasitas ukur : 0-150 mm Gambar 5.3. Vernier Caliper (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017) 3. Meja Datar Meja datar adalah alat yang digunakan untuk meletakkan benda kerja serta alat-alat lainya. Biasanya meja datar dibuat dari besi tuang keramik atau batu granit. Gambar 5.4. Meja Datar (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017) 4. V-Block V-block adalah balok baja yang kedudukannya memiliki bentuk v dan biasa digunakan untuk menempatkan benda kerja yang berbentuk silindris. Meja Datar Meja Datar
  • 4. Gambar 5.5. V-Block (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017) A. Benda Ukur Benda ukur yang digunakan pada kegiatan praktikum kali ini adalah dua buah spesimen berbentuk silinder yang terbuat dari besi baja. Spesimen A dibentuk dengan kecepatan pembubutan 300 rpm sedangkan spesimen B dibentuk dengan kecepatan pembubutan 135 rpm. Spesimen A memiliki diameter (d) 33,74 mm dan panjang (l) 20,84 mm. Spesimen B memiliki diameter (d) 32,04 mm dan panjang (l) 24,20 mm. Gambar 5.6. Benda Ukur Silindris (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017)
  • 5. 5.1.2 Kalibrasi Alat Ukur Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan kalibrasi alat ukur kekasaran permukaan suatu benda. 1. Siapkan precision roughness specimen dan calibration stage. Gambar 5.7. Precision roughness dan calibration stage (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017) 2. Buka menu Calibration Measurement. Gambar 5.8. Calibration Stage (Laboratorium Metrologi Industri Undip, 2017) 3. Masukan nilai awal precision roughness specimen ke SJ-210. 4. Tempatkan SJ-210 pada calibration stage dengan benar. 5. Tekan tombol [START/STOP], kemudian akan muncul Measurement Waveform Display. calibration stage. precision roughness specimen
  • 6. 6. Setelah stylus berhenti bergerak dan hasil kalibrasi muncul, hasil akan terbaca. Jika nilai yang didapatkan ±0,009 µm dari nilai awal, tekan tombol [RED] (Update). Namun jika berbeda, ganti titik pengukuran dan ulangi langkah 5 hingga nilai yang didapatkan sesuai. 5.1.3 Prosedur Pengukuran Kekasaran Permukaan Prosedur pengukuran kekasaran permukaan terdiri dari setup alat dan benda, penentuan sampling length, dan pengukuran. A. Setup Alat dan Benda Ukur 1. Ukur panjang benda ukur menggunakan vernier caliper. 2. Letakan benda ukur pada V-block. 3. Lepaskan drive unit dari display unit dan sambungkan dengan connection cable khusus. 4. Sejajarkan detector dengan permukaan benda ukur dengan manfaatkan meja datar. B. Penentuan sampling length (ℓ) 1. Input measuring condition, pilih standar ISO 1997, profil Roughness, parameter Ra dan Rz. 2. Perkirakan nilai Ra, Rz, atau Rsm spesimen berdasarkan data-data relevan, inspeksi visual, dan sejenisnya. 3. Cari nilai sampling length yang sesuai dengan nilai Ra, Rz, atau Rsm pada Tabel 5.1 sampai 3. 4. Ukur Ra, Rz, atau Rsm sesuai sampling length yang dipilih. 5. Bila hasil yang keluar tidak sesuai range nilai parameternya, pilih sampling length yang lebih kecil atau besar.
  • 7. 6. Ulangi langkah 4 dan 5 sampai menemukan sampling length yang sesuai dengan range nilai parameternya. Tabel 5.1 Korelasi Ra dengan sampling length C. Pengukuran 1. Atur jumlah pengambilan sampel (n) pada measuring condition. Sesuaikan dengan panjang benda ukur dan nomenklatur pada gambar 5.5. 2. Pastikan kondisi detector tetap sesuai dengan kondisi yang benar. 3. Kembali ke halaman utama pada display unit. 4. Tekan tombol [START/STOP]. 5. Tunggu sampai detector berhenti bergerak. Catat hasil pengukuran. 6. Simpan data pengukuran. 7. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada setiap spesimen. Ulangi langkah 2-6 pada titik pengukuran berbeda.
  • 8. Gambar 5.9. Transversal Length untuk GAUSS filter (Modul Praktikum Metrologi Industri, 2017)
  • 9. Gambar 5.10. Diagram Alir Pengukuran Kekasaran
  • 10. 5.2 PENGOLAHAN DATA Tahap pengolahan data terdiri dari mengumpulkan dan menulis data hasil pengukuran, mengolah data, kemudian memberikan kesimpulan dari praktikum. 5.2.1 Data Hasil Pengukuran Pada praktikum ini diperoleh data-data seperti yang dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.3. Tabel 5.2 Data Benda Ukur Profil Geometris A d = 32,10 mm l = 23,58 mm B d = 34,84 mm l = 21,44 mm Tabel 5.3 Hasil Data Pengukuran Kekasaran Permukaan 5.2.2 Pengolahan Data Data-data yang diperoleh dari tahap pengukuran kemudian diolah untuk mendapatkan nilai Rv dengan rumus: ....................................................................................................(5.1)
  • 11. Gambar 5.11 Gambar Rz, Rp, Rv (Modul Praktikum Metrologi Industri, 2017) Contoh perhitungan berdasarkan data pengukuran kekasaran permukaan pada table 5.5 adalah sebagai berikut. Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus pada gambar 5.8 untuk memperoleh nilai Rv dari masing-masing permukaan benda ukur dapat dilihat pada tabel 5.4. Tabel 5.4 Hasil perhitungan nilai Rv Specimen Rz(μm) Rp(μm) Rv = (Rz-Rp)(μm) Rata-Rata Rv (μm) A I = 51,937 I = 24,797 I = 27,140 II = 51,498 II = 25,236 II = 26,262 27,834 III = 63,725 III = 33,624 III = 30,101 B I = 24,016 I = 12,497 I = 11,519 II = 22,300 II = 12,405 II = 9,895 10,606 III = 24,203 III = 13,800 III = 10,403 5.2.3 Pembahasan
  • 12. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai data-data yang telah didapat dari pengukuran dan perhitungan pada praktikum ini, nilai Ra, Rp, Rz, dan Rv kemudian diterapkan pada grafik kekasaran permukaan dari masing- masing spesimen pada setiap pengukurannya. Grafik tersebut diperoleh dari alat Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type. A. Spesimen A 1. Hasil Pengukuran I Gambar 5.12 merupakan plotting hasil pengukuran I untuk specimen A dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 8,959 mm, Rz = 51,937 mm, Rp = 24,797 mm, dan Rv = 27,140 mm. Gambar 5.12 Grafik kekasaran permukaan A pengukuran I 2. Hasil Pengukuran II Gambar 5.13 merupakan plotting hasil pengukuran II untuk specimen A dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 9,233 mm, Rz = 51,498 mm, Rp = 25,236 mm, dan Rv = 26,262 mm. Gambar 5.13 Grafik kekasaran permukaan A pengukuran II Ra Rp Rz Rv Ra Rp Rv Rz
  • 13. 3. Hasil Pengukuran III Gambar 5.14 merupakan plotting hasil pengukuran kekasaran III untuk spesimen A dengan menggunakan alat ukur Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type dan telah digabungkan dengan data hasil pengukuran perhitungan. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 7,841 mm, Rz = 63,725 mm, Rp = 33,624 mm, dan Rv = 30,101 mm. Gambar 5.14 Grafik kekasaran permukaan A pengukuran III B. Spesimen B 1. Hasil Pengukuran I Gambar 5.15 merupakan plotting hasil pengukuran kekasaran I untuk specimen B dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type yang telah digabungkan dengan data hasil pengukuran perhitungan. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 3,848 mm, Rz = 24,016 mm, Rp = 12,497 mm, dan Rv = 11,519 mm. Gambar 5.15 Grafik kekasaran permukaan B pengukuran I Ra Rp Rv Rz RzRa Rp Rv
  • 14. 2. Hasil Pengukuran II Gambar 5.16 merupakan plotting hasil pengukuran II untuk specimen B dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type yang telah digabungkan dengan data hasil pengukuran perhitungan. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 3,591 mm, Rz = 22,300 mm, Rp = 12,405 mm, dan Rv = 9,895 mm. Gambar 5.16 Grafik kekasaran permukaan B pengukuran II 3. Hasil Pengukuran III Gambar 5.17 merupakan plotting hasil pengukuran III untuk specimen B dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type. Pada sampel dan pengukuran ini diperoleh data Ra = 4,378 mm, Rz = 24,203 mm, Rp = 13,800 mm, dan Rv = 10,403 mm. Gambar 5.17 Grafik kekasaran permukaan B pengukuran III Tabel 5.5 berisi daftar pengelompokan benda ukur kedalam kelas-kelas kekasaran berdasarkan kriteria harga C.L.A, harga Ra beserta toleransinya, dan panjang sampel. RzRa Rp Rv Ra Rp Rv Rz
  • 15. Pada praktikum ini melalui proses pengukuran dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-210 Standard Type diperoleh data Ra rata- rata dari spesimen A sebesar 8,68 mm dan dari spesimen B sebesar 3,94 mm. Sehingga berdasarkan data tersebut spesimen A dan spesimen B dapat digolongkan kedalam kelas kekasaran N9 dan N8 secara berurutan. Tabel 5.5 Kelas kekasaran permukaan 5.3 APLIKASI PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN Karl dan Bohmer melakukan penelitian pada teknologi permukaan yang Saat ini, komponen yang diproduksi secara aditif (AM) memiliki kekasaran permukaan awal yang tinggi setelah proses pembuatan, yang dapat menjadi batasan penerapan di area yang sangat tertekan dan siklis. Dalam penelitian ini, sampel Ti-6Al-4V diproduksi dengan pelepasan sinar laser, anil dan penekanan isostatik panas sesudahnya. Hal ini menunjukkan kekasaran permukaan awal Ra = 17,9 μm tergantung pada arah strukturnya (45 °).. Efektivitas setiap perlakuan
  • 16. dievaluasi sehubungan dengan topografi permukaan, serta sifat kelelahan berdasarkan uji kelelahan aksial yang dilakukan sesuai dengan DIN EN 6072. Kekasaran awal seringkali dapat dikurangi menjadi nilai Ra <1 μm. Penurunan kekasaran menyebabkan peningkatan kinerja kelelahan secara substansial dari semula 300 MPa menjadi maksimum 775 MPa (setelah siklus 3x107).