SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Tempat Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini benda uji kerjakan di beberapa tempat
antara lain :
1. Proses pemesinan dilakukan di Departemen Logam bagian fabrikasi dan
Las, Pusat Pelatihan PPPPTK/VEDC Malang.
2. Tempat pengujian kekasaran dilakukan di Laboratorium metalorgi
Universitas Negeri Malang.
1.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian di bagi menjadi dua (2) yaitu
 Variabel bebas : Variasi Putaran Spindel, Kecepatan makan
 Variabel terikat : Kekasaran permukaan
1.3 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mesin bubut,
pahat potong dan benda kerja dan komponen lainnya yaitu :
1.3.1 Alat
1. Mesin Bubut
Mesin bubut yang digunakan adalah mesin bubut tipe standar merk
KINWA tipe CH 530 x 1100 buatan China , yang mengunakan pengerak
motor listrik dengan daya 7,5 KW, Phase 3 dan Frekuensi 50 Hz. Mesin ini
memiliki berat kurang lebih 2500 Kg.
45
Gambar 3. 1 Mesin Bubut
(Sumber : Pusat Pelatihan PPPPTK/ VEDC Malang)
2. Pahat Potong
Pahat di gunakan untuk membubut yaitu pahat HSS (High Speed
Steels ; Tools Steels) dengan ukuran ½” x ½” x 4;
Gambar 3. 2 Pahat Bubut
(Pusat Pelatihan VEDC Malang.)
3. Jangka Soron
Digunakan untuk mengukur panjang benda kerja sebelum dipotong
atau di bubut, Jangka sorong yang di gunakan memiliki ketelitian 0,1 mm
spesifikasi sebagai berikut :
Merk : Mitutoyo
Kapasitas : 200 mm
Type : 531 – 108 NE8
46
Gambar 3. 3 Jangka Sorong
(Pusat Pelatihan VEDC Malang)
4. Alat Ukur keksaraan Permukaan
Pengujian kekasaran dengan Surface Roughness Tester milik laboratorium
Univ. Negeri Malang. dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk : Mitutoyo SJ – 301
Display Unit : No. 178 – 240 mm
Drive Unit : No. 178 – 230 mm
Detektor : No. 178 – 390 mm
Tegangan Input : AC 220 V, 50 Hz, 21 Amp
Tegangan Output : DC 10 V, 12 Amp
Buatan : Japan
47
Gambar 3. 4 Alat Uji Kekasaran
(Laboratorium Metalorgi Teknik Mesin Univ. Negeri Malang)
1.3.2 Bahan
Material yang digunakan adalah Baja Karbon rendah ST 37 dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Material yang terkandung dalam baja ST 37
Jenis Kadar Persentase (%)
Carbon ( C ) 0,17
Silicon ( Si ) 0,3
Manganese ( Mn ) 0,20 - 0,50
Fosfor ( P ) 0,05
Belerang ( S ) 0,05
48
Gambar 3. 5 Material ST. 37
(Proses Pembubutan di PPPPTK/VEDC Malang)
1.4 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah urutan kerja yang
dilakukan dalam penelitian sampai diperoleh hasil yang diinginkan, adapun
prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.4.1 Persiapan Benda Kerja
Sebelum dilakukan proses pembubutan bahan dipotong terlebih dahulu
menggunakan gergaji besi. Adapun ukuran bahan yaitu dengan diameter 32 mm
dan Panjang benda uji 45 mm, dan bahan yang digunakan dalam penelitian kali
ini sebanyak 9 spesimen.
Gambar 3. 6 Material Uji yang sudah di bubut
49
1.4.2 Proses Pemesinan
Setelah bahan dipotong sesuai dengan ukuran, kemudian dilakukan proses
pemesinan, menggunakan mesin bubut yang telah ditentukan. Sebelum
dilakukan proses pemesinan sampel diberi kode tertentu agar mudah
diidentifikasi selama proses pemesinan dan proses pengujian kekasaran, dengan
rincian sebagai berikut :
a. Sampel 1, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit.
b. Sampel 2, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 20 mm/menit.
c. Sampel 3, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle(n) sebesar
490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit.
d. Sampel 4, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
650 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit.
e. Sampel 5, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
650 rpm dan gerak makan (Vf) sebesar 20 mm/menit.
f. Sampel 6, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
650 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit.
g. Sampel 7, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit.
h. Sampel 8, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 20 mm/menit.
50
i. Sampel 9, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar
950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit.
1.4.3 Pembubutan Benda Kerja
Pembuatan benda kerja dilakukan dengan menggunakan mesin bubut yaitu
dengan cara material poros dipasang pada pencekam bubut dan dilakukan
pengecekan posisi center benda kerja seperti terlihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3. 7 Proses pemasangan benda kerja ke Chuck Mesin bubut
(Sumber : Muhamad Choirul Azhar (Skripsi 2014))
Selanjutnya pemasangan pahat potong pada tool post dan dudukan pahat.
Pemasangan pahat dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3. 8 Proses pemasangan pahat potong
51
Proses selanjutnya adalah melakukan pemotongan awal dengan kedalaman
potong 0,5 mm dengan panjang pemotongan 45 mm dan putaran 250 rpm.
Tujuannya adalah untuk membersihkan permukaan benda kerja agar bersih dari
kotoran dan permukaan yang tidak rata. Setelah pemotongan awal dilanjutkan
dengan proses finishing. Pada proses finishing kedalaman penyatan yang
diberikan adalah 1,5 mm dengan panjang penyatannya adalah 30 mm, dan putaran
Spindel yang telah di tentukan yaitu (490 Rpm, 650 Rpm, 950 Rpm), Proses
pembuatan benda kerja dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Gambar 3. 9 Proses dan Hasil pembuatan benda kerja
(sumber : PPPPTK/VEDC Malang)
52
1.4.4 Pengujian Kekasaran
Pengukuran tingkat kekasaran permukaan dilakukan dengan menggunakan
Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-301. Alat ini digunakan untuk mengukur
tingkat kekasaran permukaan benda kerja setelah dilakukan proses pemesinan.
Gambar 3. 10 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-301
(Sumber : Laboratorium metalorgi Universitas negeri Malang)
Cara kerja alat ini adalah saat memulai pengukuran, atur Mitutoyo SJ-301
pada bidang kerja dan tekan (Start /Stop). Setelah tombol start ditekan maka
stylus atau peraba akan betgerak mundur sejauh panjang sampel yang akan
diukur. Kemudian stylus atau peraba bergerak maju sejauh panjang sampel yang
diukur, dan melakuakan perabaan permukaan benda kerja.
Gambar 3. 11 Bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan Mitutoyo SJ-301
53
Setelah pengukuran sempurna atau lengkap, hasil pengkuran akan
ditampilkan pada LCD (Liquid Crystal Display) untuk penegasan. Berikut ini
adalah diagram alir dari proses pengukuran keksaran permukaan.
Gambar 3. 12 Diagram Alir Pengukuran Kekasaran Permukaan
Mitutoyo SJ-301
Hasil perbaan stylus pada permukaan benda kerja akan diterima dalam
bentuk pulsa, kemudian bentuk ini oleh triger dijadikan atau diubah menjadi
bentuk rata, untuk memudahkan dalam proses perubahannya menjadi bilangan
biner. Informasi dalam bentuk bilangan biner ini kemudian dikonversi menjadi
data angka dalam satuan μm dan ditampilkan pada layar LCD.
Hasil pengukuran dan komunikasi SJ-301 disediakan dengan fungsi pada
keluaran hasil pengukuran, dan komunikasi dengan eksternal device melalui
interface RS- 32C. Jika SJ-301 dihubungkan pada Mitutoyo Digimatic data
prosesor (DP-1HS) hal ini dapat mengeluarkan hasil pengukuran (termasuk unit
pengukuran). Berikut ini prosedur pengukuran :
1. Pindahkan dua sekrup pengaman pada bagian belakang SJ-301, kemudian
pindahkan bagian belakangnya.
2. Gunakan kabel penghubung untuk menyambungkan SJ-301 dan DP- 1HS.
54
3. Tekan tombol (parameter) pada SJ-301 sehingga objektif pengukuran
ditampilkan.
4. Tekan (power data) pada SJ-301 dan tombol (data) DP-1HS.
Setelah semua prosedur diatas maka hasil akan dikeluarkan dari SJ-301 ke DP-
1HS.
Gambar 3. 13 Pengujian Kekasaran
1.5 Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data
Setelah dilakukan proses pemesinan dan pengujian kekasaran pada
benda kerja maka akan diperoleh data-data yang menyatakan tentang
kekasaran pada permukaan benda tersebut dan data yang diperoleh kita
masukkan dalam tabel untuk mengklasifikasikan nilai kekasaran permukaan
dari setiap kombinasi permesinan, dan melakukan pengolahan data dengan
metode statistik untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari beberapa
variabel serta menganalisa dari perbedaan respon dari kombinasi perlakuan.
55
Tabel 3. 2 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 10
mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,16 mm/putaran
Putaran Spindel
(n)
Kecepatan Makan
(Vf)
Tingkat Kekasaran Ra (μm)
Ra (μm) Ujung Ra (μm) Pangkal
490 10
650 10
950 10
Tabel 3. 3 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 20
mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,33 mm/putaran
Putaran Spindel
(n)
Kecepatan Makan
(Vf)
Tingkat Kekasaran Ra (μm)
Ra (μm) Ujung Ra (μm) Pangkal
490 20
650 20
950 20
Tabel 3. 4 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 30
mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,5 mm/putaran
Putaran Spindel
(n)
Kecepatan Makan
(Vf)
Tingkat Kekasaran Ra (μm)
Ra (μm) Ujung Ra (μm) Pangkal
490 30
650 30
950 30
1.5.1 Prosedur Pengolahan Data Berdasarkan Statistik Korelasi
Analisa mengenai hubungan dua variable membutuhkan data yang terdiri
dari dua kelompok hasil observasi atau pengukuran. Data sedemikian itu dapat
diperoleh di berbagai bidang kegiatan, sehingga menghasilkan pasangan
observasi atau sebanyak ukuran n yang dinyatakan sebagai pasangan terurut (Xi,
56
Yi) dimana i = 1,2,…., n. Sebagai contoh, variabel X mungkin merupakan
jumlah uang yang beredar sedangkan variabel Y merupakan indeks harga
barang-barang konsumsi dalam periode tertentu.
Pengukuran tentang derajat keeratan antara Variabel X dan Y tergantung
pada pola variasi atau interelasi yang bersifat simultan dari variabel X dan Y.
Variasi sedemikin itu merupakan variasi bersama (joint variation) X dan Y yang
pengukurannya merupakan masalah korelasi (cerelation). Dalam pengukuran
mengenai derajat keeratan atau korelasi antara dua variabel yang selalu dianggap
dua variabel tersebut terjadi secara simultan. Batas hubungan antara X dan Y
sedemikian itu dapat dinyatakan dalam dua kemungkinan. Kemungkinan X da Y
dependen sempurna atau X dan Y independen sempurna. Variabel X dan Y
dianggap berasosiasi atau berkorelasi secara statistik jika hubungannya terdapat
diantara kedua batas diatas, dimana hubungan kedua variabel dapat dirumuskan
sebagai berikut:
pada hakekatnya, nalai r dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga + 1. Bila
r = 0 atau mandekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau
tidak terdapat hubungan sama sekali. Bila r = +1 atau mandekati 1, maka korelasi
antara kedua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali. Bila nilai r = -1
atau mendekati -1, maka korelasinya dikatakan sangat kuat dan negatif. Tanda +
dan – pada koefisien korelasi sebetulnya memiliki arti yang khas. Bila r positif,
maka korelasi antara dua variabel bersifat searah. Dengan lain perkataan,
57
kenaikan/penurunan nilainilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau
penurunan nilai-nilai Y. Sebaiknya, bila r negatif kenaikan nilai-nilai X terjadi
bersama-sama penurunan nilai-nilai Y atau sebaliknya.
1.5.2 Prosedur Pengolahan Data Berdasarkan Uji Hipotesis
Pada umumnya, statistisi menggunakan statistik uji (tes statistik) t
sebagai dasar pengambilan keputusan dalam prosedur pengujian hipotesis yang
menggunakan jumlah sampel kecil katakanlah kurang dari 30, maka dasar
keputusan dalam prosedur pengujian hipotesis akan menggunakan statistik uji t
dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
thitung < ttabel tidak signifikan
thitung > ttabel signifikan
kwantitas t diatas memiliki distribusi t dengan derajat bebas besaran n-2.
Dengan df = n-2, patut diingat bahwa statistik uji diatas dapat digunakan secara
memuaskan andaikan X dan Y memang didistribusikan secara normal atau
mendekati normal. Disamping itu statistik uji tersebut dapat digunakan untuk
menguji apakah r benar – benar beda dari nol secara berarti.
58
1.6 Diagram Alir Penelitian
Gamabar 3. 1 Diagram alir penelitian
59

More Related Content

What's hot

Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Muhamad Amirudin
 
Presentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarPresentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarrandy suwandy
 
Rancang pabrik produksi mesin pemarut
Rancang pabrik produksi mesin pemarutRancang pabrik produksi mesin pemarut
Rancang pabrik produksi mesin pemarutKamal Januari
 
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangMesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangEssyKarundeng
 
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINEko Supriyadi
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6mocoz
 
RANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIK
RANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIKRANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIK
RANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIKRepository Ipb
 
Mesinbubut jenisdanbagian
Mesinbubut jenisdanbagianMesinbubut jenisdanbagian
Mesinbubut jenisdanbagianBamb Waryanto
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutAlen Pepa
 
Power point proses produksi 1
Power point proses produksi 1Power point proses produksi 1
Power point proses produksi 1Heru Santoso
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutEssyKarundeng
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)ade jalaludin
 
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe GuntingJurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe GuntingRezyAmmarSutejo
 
PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...
PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...
PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...firmanahyuda
 

What's hot (20)

Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)Proses pemotongan (milling dan grinda)
Proses pemotongan (milling dan grinda)
 
Presentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasarPresentasi proses pemesinan dasar
Presentasi proses pemesinan dasar
 
Rancang pabrik produksi mesin pemarut
Rancang pabrik produksi mesin pemarutRancang pabrik produksi mesin pemarut
Rancang pabrik produksi mesin pemarut
 
Parameter mesin bubut
Parameter mesin bubutParameter mesin bubut
Parameter mesin bubut
 
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar LubangMesin Gergaji dan Pembesar Lubang
Mesin Gergaji dan Pembesar Lubang
 
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESINMengenal proses bubut TEKNIK MESIN
Mengenal proses bubut TEKNIK MESIN
 
Pertemuan 6
Pertemuan 6Pertemuan 6
Pertemuan 6
 
RANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIK
RANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIKRANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIK
RANCANGAN PROTOTIPE ALAT PENGUKUR KESEGARAN IKAN BERDASARKAN TAHANAN LlSTRIK
 
Mesinbubut jenisdanbagian
Mesinbubut jenisdanbagianMesinbubut jenisdanbagian
Mesinbubut jenisdanbagian
 
Mesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serutMesin ketam dan mesin serut
Mesin ketam dan mesin serut
 
Power point proses produksi 1
Power point proses produksi 1Power point proses produksi 1
Power point proses produksi 1
 
Mesin freis
Mesin freisMesin freis
Mesin freis
 
Mesin bubut
Mesin bubutMesin bubut
Mesin bubut
 
Presentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin BubutPresentasi Mesin Bubut
Presentasi Mesin Bubut
 
Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)Laporan mesin bubut (selesai)
Laporan mesin bubut (selesai)
 
Apa itu mesin sekrap
Apa itu mesin sekrapApa itu mesin sekrap
Apa itu mesin sekrap
 
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe GuntingJurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
Jurnal Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting
 
Mesin bubut
Mesin bubutMesin bubut
Mesin bubut
 
PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...
PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...
PDF PROPOSAL UJI KINERJA MESIN PENCACAH BIJI JAGUNG DENGAN TENAGA PENGERAK MO...
 
Mesin bubut
Mesin bubutMesin bubut
Mesin bubut
 

Similar to OPTIMASI_SEO

BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGABAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGAAmrih Prayogo
 
Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)Eko Supriyadi
 
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANBAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANAmrih Prayogo
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusIndra Cecen
 
Analisa Keausan Pahat.pptx
Analisa Keausan Pahat.pptxAnalisa Keausan Pahat.pptx
Analisa Keausan Pahat.pptxMufasya2
 
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptxMohAliYahya1
 
LKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdf
LKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdfLKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdf
LKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdfDonnyAsmarawanBios1
 
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)Agus Witono
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Surya BS
 
parameter frais.pptx
parameter frais.pptxparameter frais.pptx
parameter frais.pptxErwinFauzi9
 
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRBAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRAmrih Prayogo
 
Parameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubutParameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubutedo soehendro
 
Besaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smkBesaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smkemri3
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarAhmad Lubis
 

Similar to OPTIMASI_SEO (20)

BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGABAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
BAB II PENGUKURAN RODA GIGI DAN PLAT SEGITIGA
 
Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)Modul mesin bubut 7 (7)
Modul mesin bubut 7 (7)
 
Parameter Mesin Bubut.pptx
Parameter Mesin Bubut.pptxParameter Mesin Bubut.pptx
Parameter Mesin Bubut.pptx
 
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAANBAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
BAB V PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN
 
Pembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurusPembuatan roda gigi lurus
Pembuatan roda gigi lurus
 
Analisa Keausan Pahat.pptx
Analisa Keausan Pahat.pptxAnalisa Keausan Pahat.pptx
Analisa Keausan Pahat.pptx
 
Desain Mesin Pemipil Jagung
Desain Mesin Pemipil JagungDesain Mesin Pemipil Jagung
Desain Mesin Pemipil Jagung
 
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
3.8 Parameter Mesin Bubut.pptx
 
LKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdf
LKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdfLKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdf
LKPD PEMBUATAN RODA GIGI LURUS_DONNY AB_T. MESIN.pdf
 
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
(P pt) materi 2. proses kerja bubut (turning)
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 
Lanjutan bab 2
Lanjutan bab 2Lanjutan bab 2
Lanjutan bab 2
 
4312100026 - Presentasi
4312100026 - Presentasi4312100026 - Presentasi
4312100026 - Presentasi
 
parameter frais.pptx
parameter frais.pptxparameter frais.pptx
parameter frais.pptx
 
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIRBAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
BAB III PENGUKURAN DIAMETER MUR DAN GEOMETRI ULIR
 
Parameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubutParameter kecepatan potong mesin bubut
Parameter kecepatan potong mesin bubut
 
Laporan Uji Bahan
Laporan Uji BahanLaporan Uji Bahan
Laporan Uji Bahan
 
Besaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smkBesaran dan satuan fisika smk
Besaran dan satuan fisika smk
 
BAB 2
BAB 2BAB 2
BAB 2
 
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambarPresentation1 menerapkan aturan teknik gambar
Presentation1 menerapkan aturan teknik gambar
 

Recently uploaded

Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranSintaMarlina3
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 

Recently uploaded (9)

Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur LebaranMateri Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
Materi Safety Talk Persiapan Libur Lebaran
 
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 

OPTIMASI_SEO

  • 1. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Tempat Penelitian Dalam pelaksanaan penelitian ini benda uji kerjakan di beberapa tempat antara lain : 1. Proses pemesinan dilakukan di Departemen Logam bagian fabrikasi dan Las, Pusat Pelatihan PPPPTK/VEDC Malang. 2. Tempat pengujian kekasaran dilakukan di Laboratorium metalorgi Universitas Negeri Malang. 1.2 Variabel Penelitian Variabel penelitian di bagi menjadi dua (2) yaitu  Variabel bebas : Variasi Putaran Spindel, Kecepatan makan  Variabel terikat : Kekasaran permukaan 1.3 Persiapan Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi mesin bubut, pahat potong dan benda kerja dan komponen lainnya yaitu : 1.3.1 Alat 1. Mesin Bubut Mesin bubut yang digunakan adalah mesin bubut tipe standar merk KINWA tipe CH 530 x 1100 buatan China , yang mengunakan pengerak motor listrik dengan daya 7,5 KW, Phase 3 dan Frekuensi 50 Hz. Mesin ini memiliki berat kurang lebih 2500 Kg. 45
  • 2. Gambar 3. 1 Mesin Bubut (Sumber : Pusat Pelatihan PPPPTK/ VEDC Malang) 2. Pahat Potong Pahat di gunakan untuk membubut yaitu pahat HSS (High Speed Steels ; Tools Steels) dengan ukuran ½” x ½” x 4; Gambar 3. 2 Pahat Bubut (Pusat Pelatihan VEDC Malang.) 3. Jangka Soron Digunakan untuk mengukur panjang benda kerja sebelum dipotong atau di bubut, Jangka sorong yang di gunakan memiliki ketelitian 0,1 mm spesifikasi sebagai berikut : Merk : Mitutoyo Kapasitas : 200 mm Type : 531 – 108 NE8 46
  • 3. Gambar 3. 3 Jangka Sorong (Pusat Pelatihan VEDC Malang) 4. Alat Ukur keksaraan Permukaan Pengujian kekasaran dengan Surface Roughness Tester milik laboratorium Univ. Negeri Malang. dengan spesifikasi sebagai berikut : Merk : Mitutoyo SJ – 301 Display Unit : No. 178 – 240 mm Drive Unit : No. 178 – 230 mm Detektor : No. 178 – 390 mm Tegangan Input : AC 220 V, 50 Hz, 21 Amp Tegangan Output : DC 10 V, 12 Amp Buatan : Japan 47
  • 4. Gambar 3. 4 Alat Uji Kekasaran (Laboratorium Metalorgi Teknik Mesin Univ. Negeri Malang) 1.3.2 Bahan Material yang digunakan adalah Baja Karbon rendah ST 37 dengan spesifikasi sebagai berikut : Tabel 3. 1 Material yang terkandung dalam baja ST 37 Jenis Kadar Persentase (%) Carbon ( C ) 0,17 Silicon ( Si ) 0,3 Manganese ( Mn ) 0,20 - 0,50 Fosfor ( P ) 0,05 Belerang ( S ) 0,05 48
  • 5. Gambar 3. 5 Material ST. 37 (Proses Pembubutan di PPPPTK/VEDC Malang) 1.4 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah urutan kerja yang dilakukan dalam penelitian sampai diperoleh hasil yang diinginkan, adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1.4.1 Persiapan Benda Kerja Sebelum dilakukan proses pembubutan bahan dipotong terlebih dahulu menggunakan gergaji besi. Adapun ukuran bahan yaitu dengan diameter 32 mm dan Panjang benda uji 45 mm, dan bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini sebanyak 9 spesimen. Gambar 3. 6 Material Uji yang sudah di bubut 49
  • 6. 1.4.2 Proses Pemesinan Setelah bahan dipotong sesuai dengan ukuran, kemudian dilakukan proses pemesinan, menggunakan mesin bubut yang telah ditentukan. Sebelum dilakukan proses pemesinan sampel diberi kode tertentu agar mudah diidentifikasi selama proses pemesinan dan proses pengujian kekasaran, dengan rincian sebagai berikut : a. Sampel 1, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit. b. Sampel 2, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 20 mm/menit. c. Sampel 3, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle(n) sebesar 490 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit. d. Sampel 4, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 650 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit. e. Sampel 5, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 650 rpm dan gerak makan (Vf) sebesar 20 mm/menit. f. Sampel 6, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 650 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit. g. Sampel 7, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 10 mm/menit. h. Sampel 8, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 20 mm/menit. 50
  • 7. i. Sampel 9, dilakukan proses pemesinan dengan putaran spindle (n) sebesar 950 rpm dan gerak makan (vf) sebesar 30 mm/menit. 1.4.3 Pembubutan Benda Kerja Pembuatan benda kerja dilakukan dengan menggunakan mesin bubut yaitu dengan cara material poros dipasang pada pencekam bubut dan dilakukan pengecekan posisi center benda kerja seperti terlihat pada Gambar 3.6. Gambar 3. 7 Proses pemasangan benda kerja ke Chuck Mesin bubut (Sumber : Muhamad Choirul Azhar (Skripsi 2014)) Selanjutnya pemasangan pahat potong pada tool post dan dudukan pahat. Pemasangan pahat dapat dilihat pada Gambar 3.7. Gambar 3. 8 Proses pemasangan pahat potong 51
  • 8. Proses selanjutnya adalah melakukan pemotongan awal dengan kedalaman potong 0,5 mm dengan panjang pemotongan 45 mm dan putaran 250 rpm. Tujuannya adalah untuk membersihkan permukaan benda kerja agar bersih dari kotoran dan permukaan yang tidak rata. Setelah pemotongan awal dilanjutkan dengan proses finishing. Pada proses finishing kedalaman penyatan yang diberikan adalah 1,5 mm dengan panjang penyatannya adalah 30 mm, dan putaran Spindel yang telah di tentukan yaitu (490 Rpm, 650 Rpm, 950 Rpm), Proses pembuatan benda kerja dapat dilihat pada Gambar 3.9. Gambar 3. 9 Proses dan Hasil pembuatan benda kerja (sumber : PPPPTK/VEDC Malang) 52
  • 9. 1.4.4 Pengujian Kekasaran Pengukuran tingkat kekasaran permukaan dilakukan dengan menggunakan Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-301. Alat ini digunakan untuk mengukur tingkat kekasaran permukaan benda kerja setelah dilakukan proses pemesinan. Gambar 3. 10 Surface Roughness Tester Mitutoyo SJ-301 (Sumber : Laboratorium metalorgi Universitas negeri Malang) Cara kerja alat ini adalah saat memulai pengukuran, atur Mitutoyo SJ-301 pada bidang kerja dan tekan (Start /Stop). Setelah tombol start ditekan maka stylus atau peraba akan betgerak mundur sejauh panjang sampel yang akan diukur. Kemudian stylus atau peraba bergerak maju sejauh panjang sampel yang diukur, dan melakuakan perabaan permukaan benda kerja. Gambar 3. 11 Bagian Alat Ukur Kekasaran Permukaan Mitutoyo SJ-301 53
  • 10. Setelah pengukuran sempurna atau lengkap, hasil pengkuran akan ditampilkan pada LCD (Liquid Crystal Display) untuk penegasan. Berikut ini adalah diagram alir dari proses pengukuran keksaran permukaan. Gambar 3. 12 Diagram Alir Pengukuran Kekasaran Permukaan Mitutoyo SJ-301 Hasil perbaan stylus pada permukaan benda kerja akan diterima dalam bentuk pulsa, kemudian bentuk ini oleh triger dijadikan atau diubah menjadi bentuk rata, untuk memudahkan dalam proses perubahannya menjadi bilangan biner. Informasi dalam bentuk bilangan biner ini kemudian dikonversi menjadi data angka dalam satuan μm dan ditampilkan pada layar LCD. Hasil pengukuran dan komunikasi SJ-301 disediakan dengan fungsi pada keluaran hasil pengukuran, dan komunikasi dengan eksternal device melalui interface RS- 32C. Jika SJ-301 dihubungkan pada Mitutoyo Digimatic data prosesor (DP-1HS) hal ini dapat mengeluarkan hasil pengukuran (termasuk unit pengukuran). Berikut ini prosedur pengukuran : 1. Pindahkan dua sekrup pengaman pada bagian belakang SJ-301, kemudian pindahkan bagian belakangnya. 2. Gunakan kabel penghubung untuk menyambungkan SJ-301 dan DP- 1HS. 54
  • 11. 3. Tekan tombol (parameter) pada SJ-301 sehingga objektif pengukuran ditampilkan. 4. Tekan (power data) pada SJ-301 dan tombol (data) DP-1HS. Setelah semua prosedur diatas maka hasil akan dikeluarkan dari SJ-301 ke DP- 1HS. Gambar 3. 13 Pengujian Kekasaran 1.5 Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data Setelah dilakukan proses pemesinan dan pengujian kekasaran pada benda kerja maka akan diperoleh data-data yang menyatakan tentang kekasaran pada permukaan benda tersebut dan data yang diperoleh kita masukkan dalam tabel untuk mengklasifikasikan nilai kekasaran permukaan dari setiap kombinasi permesinan, dan melakukan pengolahan data dengan metode statistik untuk mengetahui pengaruh yang signifikan dari beberapa variabel serta menganalisa dari perbedaan respon dari kombinasi perlakuan. 55
  • 12. Tabel 3. 2 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 10 mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,16 mm/putaran Putaran Spindel (n) Kecepatan Makan (Vf) Tingkat Kekasaran Ra (μm) Ra (μm) Ujung Ra (μm) Pangkal 490 10 650 10 950 10 Tabel 3. 3 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 20 mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,33 mm/putaran Putaran Spindel (n) Kecepatan Makan (Vf) Tingkat Kekasaran Ra (μm) Ra (μm) Ujung Ra (μm) Pangkal 490 20 650 20 950 20 Tabel 3. 4 Data Hasil Uji Kekasaran Permukaan dengan Kecepatan makan 30 mm/putaran Gerak makan ( f ) = 0,5 mm/putaran Putaran Spindel (n) Kecepatan Makan (Vf) Tingkat Kekasaran Ra (μm) Ra (μm) Ujung Ra (μm) Pangkal 490 30 650 30 950 30 1.5.1 Prosedur Pengolahan Data Berdasarkan Statistik Korelasi Analisa mengenai hubungan dua variable membutuhkan data yang terdiri dari dua kelompok hasil observasi atau pengukuran. Data sedemikian itu dapat diperoleh di berbagai bidang kegiatan, sehingga menghasilkan pasangan observasi atau sebanyak ukuran n yang dinyatakan sebagai pasangan terurut (Xi, 56
  • 13. Yi) dimana i = 1,2,…., n. Sebagai contoh, variabel X mungkin merupakan jumlah uang yang beredar sedangkan variabel Y merupakan indeks harga barang-barang konsumsi dalam periode tertentu. Pengukuran tentang derajat keeratan antara Variabel X dan Y tergantung pada pola variasi atau interelasi yang bersifat simultan dari variabel X dan Y. Variasi sedemikin itu merupakan variasi bersama (joint variation) X dan Y yang pengukurannya merupakan masalah korelasi (cerelation). Dalam pengukuran mengenai derajat keeratan atau korelasi antara dua variabel yang selalu dianggap dua variabel tersebut terjadi secara simultan. Batas hubungan antara X dan Y sedemikian itu dapat dinyatakan dalam dua kemungkinan. Kemungkinan X da Y dependen sempurna atau X dan Y independen sempurna. Variabel X dan Y dianggap berasosiasi atau berkorelasi secara statistik jika hubungannya terdapat diantara kedua batas diatas, dimana hubungan kedua variabel dapat dirumuskan sebagai berikut: pada hakekatnya, nalai r dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga + 1. Bila r = 0 atau mandekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau tidak terdapat hubungan sama sekali. Bila r = +1 atau mandekati 1, maka korelasi antara kedua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali. Bila nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasinya dikatakan sangat kuat dan negatif. Tanda + dan – pada koefisien korelasi sebetulnya memiliki arti yang khas. Bila r positif, maka korelasi antara dua variabel bersifat searah. Dengan lain perkataan, 57
  • 14. kenaikan/penurunan nilainilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau penurunan nilai-nilai Y. Sebaiknya, bila r negatif kenaikan nilai-nilai X terjadi bersama-sama penurunan nilai-nilai Y atau sebaliknya. 1.5.2 Prosedur Pengolahan Data Berdasarkan Uji Hipotesis Pada umumnya, statistisi menggunakan statistik uji (tes statistik) t sebagai dasar pengambilan keputusan dalam prosedur pengujian hipotesis yang menggunakan jumlah sampel kecil katakanlah kurang dari 30, maka dasar keputusan dalam prosedur pengujian hipotesis akan menggunakan statistik uji t dan dapat dirumuskan sebagai berikut : thitung < ttabel tidak signifikan thitung > ttabel signifikan kwantitas t diatas memiliki distribusi t dengan derajat bebas besaran n-2. Dengan df = n-2, patut diingat bahwa statistik uji diatas dapat digunakan secara memuaskan andaikan X dan Y memang didistribusikan secara normal atau mendekati normal. Disamping itu statistik uji tersebut dapat digunakan untuk menguji apakah r benar – benar beda dari nol secara berarti. 58
  • 15. 1.6 Diagram Alir Penelitian Gamabar 3. 1 Diagram alir penelitian 59