Dokumen tersebut membahas tentang skala pengukuran dan instrumen penelitian. Secara singkat, dibahas empat jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio beserta contohnya. Kemudian dijelaskan pula beberapa jenis instrumen penelitian seperti kuesioner, alat ukur ilmiah, serta uji validitas dan reliabilitasnya. Terakhir dibahas prinsip-prinsip penyusunan kuesioner yang baik
Dokumen tersebut membahas tentang desain penelitian, mulai dari penjelasan mengapa perlu desain penelitian, berbagai sudut pandang untuk melihat desain penelitian, desain variabel penelitian, desain skala pengukuran, desain sampling, dan prosedur penentuan jumlah sampel.
Dokumen tersebut membahas tentang skala bertingkat sebagai salah satu skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan data. Secara singkat, skala bertingkat menggunakan sistem angka yang disusun secara bertingkat untuk mengukur sikap, pandangan, atau nilai-nilai kualitatif secara kuantitatif. Contoh skala bertingkat juga diberikan untuk mengukur tingkat suka dari 1 untuk tidak
Dokumen tersebut membahas tentang skala pengukuran dan instrumen penelitian. Terdapat empat jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio yang menghasilkan data berbeda. Dokumen juga menjelaskan beberapa jenis skala sikap dan cara menyusun instrumen penelitian termasuk contoh judul dan instrumennya.
Dokumen tersebut membahas tentang skala pengukuran dan instrumen penelitian. Secara singkat, dibahas empat jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio beserta contohnya. Kemudian dijelaskan pula beberapa jenis instrumen penelitian seperti kuesioner, alat ukur ilmiah, serta uji validitas dan reliabilitasnya. Terakhir dibahas prinsip-prinsip penyusunan kuesioner yang baik
Dokumen tersebut membahas tentang desain penelitian, mulai dari penjelasan mengapa perlu desain penelitian, berbagai sudut pandang untuk melihat desain penelitian, desain variabel penelitian, desain skala pengukuran, desain sampling, dan prosedur penentuan jumlah sampel.
Dokumen tersebut membahas tentang skala bertingkat sebagai salah satu skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian kuantitatif untuk mengumpulkan data. Secara singkat, skala bertingkat menggunakan sistem angka yang disusun secara bertingkat untuk mengukur sikap, pandangan, atau nilai-nilai kualitatif secara kuantitatif. Contoh skala bertingkat juga diberikan untuk mengukur tingkat suka dari 1 untuk tidak
Dokumen tersebut membahas tentang skala pengukuran dan instrumen penelitian. Terdapat empat jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio yang menghasilkan data berbeda. Dokumen juga menjelaskan beberapa jenis skala sikap dan cara menyusun instrumen penelitian termasuk contoh judul dan instrumennya.
Kritikal apprasial merupakan evaluasi sistematis terhadap artikel penelitian ilmiah untuk menentukan validitas dan kegunaannya sebagai dasar pengambilan keputusan klinis. Metode ini membantu memahami metodologi dan hasil penelitian serta menganalisis kualitasnya secara objektif. Kritikal apprasial perlu dilakukan untuk menerapkan pendekatan evidence-based medicine dalam pengambilan keputusan klinis.
Tes psikologis harus memenuhi syarat-syarat seperti validitas, reliabilitas, berbagai jenis norma, dan standarisasi agar hasilnya dapat diandalkan. Laporan hasil tes psikologis perlu memuat informasi identitas klien, alasan rujukan, prosedur evaluasi, hasil tes, interpretasi, dan rekomendasi. Metode kualitatif dan kuantitatif saling melengkapi dalam psikodiagnostik untuk memahami kepribadian seseorang secara
Teks tersebut membahas tentang pengukuran, pengumpulan data, dan analisis data dalam penelitian. Topik utama yang dibahas meliputi berbagai skala pengukuran, validitas dan reliabilitas alat ukur, metode pengumpulan data, teknik sampling dan analisis data.
1. Dokumen tersebut membahas mengenai jenis-jenis metode analisis data seperti ujian-T, ANOVA, korelasi, regresi linear, dan khi kuadrat serta tahap-tahap dalam analisis data dan strategi analisis data.
2. Beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, kuesioner, wawancara, dan teknologi audiovisual dibahas.
3. Diskusi mengenai analisis data kuantitatif dan kualitatif serta kesimpulan b
Dokumen tersebut membahas tentang pembagian data penelitian, objektivitas data, variabel penelitian, jenis skala variabel dan macam-macam skala pengukuran variabel dalam penelitian.
Dokumen tersebut membahas tentang langkah-langkah pembuatan skala likert dan elemen dalam pengukuran psikologis. Dijelaskan pula pertimbangan dalam menyusun item skala dan contoh penggunaan skala likert untuk mengukur sikap terhadap stereotip peran seks.
Dokumen tersebut membahas tentang metodologi penelitian kualitatif yang mencakup skala pengukuran, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik pengumpulan data seperti wawancara dan angket.
Dokumen tersebut membahas tentang data dan pengukuran data, termasuk definisi data, syarat-syarat data yang baik, pengelompokan data berdasarkan cara memperoleh, waktu pengumpulan, dan sifatnya. Juga dibahas tentang metode pengumpulan data, skala pengukuran, instrumen penelitian, serta konsep populasi dan sampel.
Metode penelitian kuantitatif membahas proses penelitian kuantitatif mulai dari masalah, hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan. Jenis penelitian kuantitatif dibedakan berdasarkan paradigma, fungsi, dan metode yang digunakan. Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif juga dijelaskan. Karakteristik penelitian kuantitatif meliputi inferensial, menggunakan data kuantitatif,
Dokumen tersebut membahas tentang konflik, termasuk definisi, jenis, penyebab, dan pandangan tradisional versus modern terhadap konflik. Pandangan tradisional menganggap konflik merugikan dan harus dihindari, sedangkan pandangan modern menyatakan bahwa konflik dapat bermanfaat bila dikelola dengan baik. Konflik dapat berfungsi secara positif dengan meningkatkan kinerja kelompok apabila berada pada tingkat sedang, tetapi akan men
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis, penyebab, dan cara menyelesaikan konflik secara efektif dengan lima pendekatan yaitu menghindari, kompetisi, akomodasi, kompromi, dan kolaborasi.
Kritikal apprasial merupakan evaluasi sistematis terhadap artikel penelitian ilmiah untuk menentukan validitas dan kegunaannya sebagai dasar pengambilan keputusan klinis. Metode ini membantu memahami metodologi dan hasil penelitian serta menganalisis kualitasnya secara objektif. Kritikal apprasial perlu dilakukan untuk menerapkan pendekatan evidence-based medicine dalam pengambilan keputusan klinis.
Tes psikologis harus memenuhi syarat-syarat seperti validitas, reliabilitas, berbagai jenis norma, dan standarisasi agar hasilnya dapat diandalkan. Laporan hasil tes psikologis perlu memuat informasi identitas klien, alasan rujukan, prosedur evaluasi, hasil tes, interpretasi, dan rekomendasi. Metode kualitatif dan kuantitatif saling melengkapi dalam psikodiagnostik untuk memahami kepribadian seseorang secara
Teks tersebut membahas tentang pengukuran, pengumpulan data, dan analisis data dalam penelitian. Topik utama yang dibahas meliputi berbagai skala pengukuran, validitas dan reliabilitas alat ukur, metode pengumpulan data, teknik sampling dan analisis data.
1. Dokumen tersebut membahas mengenai jenis-jenis metode analisis data seperti ujian-T, ANOVA, korelasi, regresi linear, dan khi kuadrat serta tahap-tahap dalam analisis data dan strategi analisis data.
2. Beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, kuesioner, wawancara, dan teknologi audiovisual dibahas.
3. Diskusi mengenai analisis data kuantitatif dan kualitatif serta kesimpulan b
Dokumen tersebut membahas tentang pembagian data penelitian, objektivitas data, variabel penelitian, jenis skala variabel dan macam-macam skala pengukuran variabel dalam penelitian.
Dokumen tersebut membahas tentang langkah-langkah pembuatan skala likert dan elemen dalam pengukuran psikologis. Dijelaskan pula pertimbangan dalam menyusun item skala dan contoh penggunaan skala likert untuk mengukur sikap terhadap stereotip peran seks.
Dokumen tersebut membahas tentang metodologi penelitian kualitatif yang mencakup skala pengukuran, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik pengumpulan data seperti wawancara dan angket.
Dokumen tersebut membahas tentang data dan pengukuran data, termasuk definisi data, syarat-syarat data yang baik, pengelompokan data berdasarkan cara memperoleh, waktu pengumpulan, dan sifatnya. Juga dibahas tentang metode pengumpulan data, skala pengukuran, instrumen penelitian, serta konsep populasi dan sampel.
Metode penelitian kuantitatif membahas proses penelitian kuantitatif mulai dari masalah, hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan. Jenis penelitian kuantitatif dibedakan berdasarkan paradigma, fungsi, dan metode yang digunakan. Perbedaan antara penelitian kuantitatif dan kualitatif juga dijelaskan. Karakteristik penelitian kuantitatif meliputi inferensial, menggunakan data kuantitatif,
Dokumen tersebut membahas tentang konflik, termasuk definisi, jenis, penyebab, dan pandangan tradisional versus modern terhadap konflik. Pandangan tradisional menganggap konflik merugikan dan harus dihindari, sedangkan pandangan modern menyatakan bahwa konflik dapat bermanfaat bila dikelola dengan baik. Konflik dapat berfungsi secara positif dengan meningkatkan kinerja kelompok apabila berada pada tingkat sedang, tetapi akan men
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis, penyebab, dan cara menyelesaikan konflik secara efektif dengan lima pendekatan yaitu menghindari, kompetisi, akomodasi, kompromi, dan kolaborasi.
1. Translating biblical passages is a multi-step process involving analysis, drafting, review, testing, and revision.
2. The analysis stage involves understanding the source text, audience needs, and selecting translators.
3. In the drafting process, translators create initial drafts and refine them based on feedback from reviewers and language testing.
4. Further revisions are made following translation consultant checks and testing in local churches before final publication preparation.
Eugene Nida was a pioneer in developing translation theory and establishing it as a field of scientific inquiry. He incorporated insights from linguistics, particularly Chomsky's theory of generative grammar, and emphasized understanding meaning in context and culture. Nida proposed techniques like componential analysis to clarify ambiguities between languages and introduced the concepts of formal and dynamic equivalence to guide translators in bridging cultural and linguistic differences to achieve equivalent effect for the target audience. His work established translation as the study of meaning transfer across languages and cultures.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis penelitian yang dikelompokkan berdasarkan tujuan, metode, tingkat eksplanasi, tempat, jenis data, dan sifat penelitian. Beberapa jenis penelitian yang disebutkan antara lain penelitian eksploratif, verifikatif, deskriptif, kualitatif, kuantitatif, survey, eksperimen, evaluasi, dan penelitian akademik, profesional, institusional.
The document analyzes the translation of verbal humor in subtitles for the animated film Rio from English to Indonesian. It discusses types of verbal humor like wordplay, allusions, and verbal irony. The analysis finds that while sense is generally maintained, wordplay is sometimes lost in translation. Strategies like condensation and transfer are used. Overall, the translations of humor were found to be acceptable. The research aims to identify humor translation strategies and evaluate translation quality.
Dokumen tersebut membahas tentang pengukuran dan klasifikasi. Klasifikasi merupakan konsep pengukuran yang paling sederhana yang membagi objek menjadi kelas-kelas. Pengukuran lebih lanjut dapat dilakukan dengan penataan sebagian, penataan sederhana, dan skala bilangan untuk membandingkan objek secara kuantitatif. Ontologi, epistemologi, dan aksilogi juga dibahas sehubungan dengan pengukuran.
Equivalent Effect in Javanese Translation.pptALFAFAAMIN
This document discusses several theories of translation proposed by linguists in the 1950s-1960s that addressed key issues of meaning and equivalence in translation. It outlines Roman Jakobson's discussion of meaning and equivalence, which was further developed by Eugene Nida into the concepts of formal and dynamic equivalence, focusing on producing an equivalent effect for the target text receiver. Peter Newmark later proposed the dichotomy of semantic versus communicative translation, rejecting the principle of equivalent effect. Finally, Skopos theory was introduced by Katharina Reiss and Hans Vermeer, establishing that a translation's purpose (skopos) should determine the translation method over fidelity to the original text. The document examines each theory and their approaches to
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
2. • MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
• IINSTRUMEN PENELITIAN
• CARA MENYUSUN INSTRUMEN
• CONTOH JUDUL PENELITIAN DAN
INSTRUMEN YANG DIKEMBANGKAN
• VALIDITAS DAN RELIABILITAS
• PENGUJIAN VALIDITAS DAN
RELIABILITAS INSTRUMEN
3. • Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan
menggunakan instrumen untuk
mengumpulkan data sedangkan dalam
penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan
lebih banyak menjadi instrumen karena
dalam penelitian kualitatif peneliti
merupakan key instruments.
• Instrumen penelitian digunakan untuk
mengukur nilai variabel yang diteliti. Jumlah
instrumen yang akan digunakan untuk
penelitian akan tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti.
4. A. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
• Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan
dalam pengukuran akan menghasilkan data
kuantitatif.
• Sebagai contoh timbangan emas sebagai
instrumen untuk mengukur berat emas dibuat
dengan skala mg dan akan menghasilkan data
kuantitatif berat emas dalam satuan mg bila
digunakan untuk mengukur.
• Skala pengukuran dapat berupa : skala nominal,
skala ordinal, skala interval dan skala rasio dari
skala pengukuran itu akan diperoleh data
nominal, ordinal, interval dan rasio.
5. Skala sikap yang biasa digunakan untuk penelitian
administrasi, pendidikan dan sosial antara lain :
1. skala Likert
2. Skala Guttman
3. Rating Scale
4. Semantic Diferential
Skala Likert
• Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah
ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang
selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian
6. • Dengan skala ini variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban
setiap item interumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif antara lain :
– sangat setuju
– setuju
– ragu-ragu
– tidak setuju
– sangat tidak setuju
• Untuk keperluan analisis kuantitatif maka
jawaban itu dapat diberi skor.
7. • Dalam penyusunan instrumen untuk
variabel tertentu sebaiknya butir-butir
pertanyaan dibuat dalam bentuk kalimat
positif, netral atau negatif sehingga
responden dapat menjawab dengan serius
dan konsisten.
Contoh :
• Saya mencintai mobil Diesel karena hemat
bahan bakar (positif)
• Mobil diesel banyak diproduksi di Jepang
(netral)
• Mobil Diesel sulit dihidupkan di tempat
yang dingin (negatif)
8. Skala Guttman
• Skala pengukuran tipe ini akan didapat jawaban
yang tegas yaitu ya-tidak, benar-salah dll.
Penelitian yang menggunakan skala ini
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang
tegas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan.
Semantic Diferensial
• Dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga
digunakan untuk mengukur sikap hanya
bentuknya tidak dalam bentuk pilihan ganda
maupun checklist tetapi tersusun dalam satu
garis kontinu yang jawabanya sangat positif
terletak di bagian kanan garis dan jawaban
yang sangat negatif terletak di bagian kiri garis
atau sebaliknya.
9. • Data yang diperoleh adalah data interval dan
biasanya skala ini digunakan untuk
• Responden yang memberi angka 5 berarti
persepsi responden terhadap pemimpin itu
sangat positif sedangkan bila memberi angka 3
berarti netral dan bila memberi angka 1 berarti
persepsinya sangat negatif.
Rating Scale
• Rating-scale data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif.
• Responden menjawab salah satu jawaban
kuantitatif yang disediakan sehingga dapat
mengukur persepsi responden terhadap
fenomena lainnya seperti skala untuk mengukur
status sosial ekonomi, kelembagaan,
pengetahuan dll.
10. B. INSTRUMEN PENELITIAN
• Meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam.
• Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau
dinamakan membuat analisis data dan membuat laporan
daripada melakukan penelitian. Namun demikian dalam
skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan
sebagai bentuk penelitian.
• Harus ada alat ukur yang baik yang dinamakan instrumen
penelitian.
• Instrumen penelitian : suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
Secara spesifik fenomena ini dinamakan variabel
penelitian.
• Instrumen-instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel dalam ilmu alam sudah banyak tersedia dan telah
teruji validitas dan reliabilitasnya.
• Variabel-variabel dalam ilmu alam misalnya panas maka
instrumennya adalah kalorimeter dll.
11. • Instrumen-instrumen dalam penelitian
sosial memang ada yang sudah tersedia
dan telah teruji validitas dan reliabilitasnya
seperti instrumen untuk mengukur motif
berprestasi, mengukur IQ , mengukur bakat
dll.
• Intrumen-instrumen tersebut sudah ada
tetapi sulit untuk dicari dimana harus dicari
dan apakah bisa dibeli atau tidak.
Instrumen-instrumen dalam bidang sosial
walaupun telah teruji validitas analisis
reliabilitasnya tetapi bila digunakan untuk
tempat tertentu belum tentu tepat dan
mungkin tidak valid dan reliabel lagi.
12. • Peneliti-peneliti dalam bidang sosial,
instrumen penelitian yang digunakan sering
disusun sendiri termasuk menguji validitas
dan reliabilitasnya.
Contoh :
• Pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja
lembaga terhadap produktivitas kerja
pegawai.
• Ada tiga instrumen yang perlu dibuat :
– Instrumen untuk mengukur kepemimpinan
– Instrumen untuk mengukur iklim kerja
– Instrumen untuk mengukur produktifitas kerja
pegawai
13.
14. C. CARA MENYUSUN INSTRUMEN
• Peneliti harus mampu membuat instrumen
yang akan digunakan untuk penelitian.
• Dari variabel-variabel penelitian tersebut
diberikan definisi operasionalnya dan
selanjutnya ditentukan indikator yang akan
diukur dan kemudian dijabarkan menjadi
butir-butir pertanyaan atau pernyataan.
• Matriks pengembangan instrumen atau kisi-
kisi instrumen dibuat untuk memudahkan
penyusunan instrumen.
15. • Variabel penelitian : ”tingkat kekayaan”
• Indikator : rumah, kendaraan, tempat
belanja, pendidikan, jenis makanan yang
sering dimakan, jenis olah raga yang
dilakukan dll.
• Indikator rumah :
• 1) berapa jumlah rumah
• 2) di mana letak rumah
• 3) berapa luas masing-masing rumah
• 4) bagaimana kualitas bangunan rumah
dsb
16. D. CONTOH JUDUL PENELITIAN DAN
INSTRUMEN YANG DIKEMBANGKAN
• Gaya dan situasi kepemimpinan serta
pengaruhnya terhadap iklim kerja organisasi
• Judul tersebut terdiri atas dua variable
independen dan satu variable dependen
• Masing-masing instrumennya adalah :
• a. Instrumen untuk mengukur variable gaya
kepemimpinan
• b. Instrumen untuk mengukur variable situasi
kepemimpinan
• c. Instrumen untuk mengukur variable iklim kerja
organisasi
17. • Dengan skala ini variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban
setiap item interumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
sampai sangat negatif antara lain :
– sangat setuju
– setuju
– ragu-ragu
– tidak setuju
– sangat tidak setuju
• Untuk keperluan analisis kuantitatif maka
jawaban itu dapat diberi skor.
18. • Gaya kepemimpinan yang baik tergantung pada
stuasinya. Pada saat menjelaskan tugas-tugas
kelompok maka ia harus bergaya direktif dan
pada saat menunjukkan hal-hal yang dapat
menarik minat anggotanya maka ia harus
bergaya suportif dan untuk merumuskan tujuan
kelompok maka ia bergaya partisipatif.
• Menilai pemimpin akan lebih obyektif bila sumber
datanya menggunakan berbagai kelompok yang
terlibat dengan pekerjaan pimpinan. Untuk itu
maka akan obyektif bila sumber datanya adalah :
• 1. Bawahan
• 2. Teman Kerja
• 3. Atasan (bila ada)
• 4. Yang bersangkutan (pemimpinnya menilai
dirinya sendiri).
19. Kapan ketiga metode pengumpulan data ini
digunakan ?
• Angket : digunakan bila responden jumlahnya
besar dapat membaca dengan baik dan dapat
mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia.
• Observasi : digunakan bila proyek penelitian
bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala
alam, responden kecil.
• Wawancara : digunakan bila ingin mengetahui
hal-hal dari responden secara lebih mendalam
serta jumlah reponden sedikit.
• Gabungan Ketiganya : digunakan bila ingin
mendapatkan data yang lengkap, akurat dan
konsisten
20. E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS
• Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti.
• Hasil penelitian yang reliabel bila terdapat
kesamaan data dalam waktu yang berbeda.
• Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur)
itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur.
• Meteran yang valid dapat digunakan untuk
mengukur panjang dengan teliti karena meteran
memang alat untuk mengukur panjang.
21. • Instrumen yang mempunyai validitas internal atau
rasional bila kriteria yang ada dalam instruyen
secara rasional atau teoritis telah mencerminkan
apa yang diukur. Jadi kriterianya ada di dalam
instrumen itu.
• Penelitian yang mempunyai validitas internal bila
data yang dihasilkan merupakan fungsi dari
rancangan yang digunakan. Instrumen tentang
kepemimpinan akan menghasilkan data
kepemimpinan bukan motivasi.
• Penelitian yang mempunyai validitas external bila
hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel
yang lain atau hasil penelitian itu dapat
digeneralisasikan.
22. • Untuk menyusun instrumen prestasi relajar
yang mempunyai validitas isi (content
validity) maka instruyen harus disusun
berdasarkan materi pelajaran yang telah
diajarkan.
• Instrumen yang digunakan untuk mengukur
tingkat tercapainya tujuan (efektiffitas)
maka instrumen harus disusun
berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan.
23.
24. F. PENGUJIAN VALIDITAS DAN
RELIABILITAS INSTRUMEN
Pengujian Validitas Instrumen
Pengujian Validitas Konstruksi (Construct Validity)
• Untuk menguji validitas konstruksi dapat
digunakan pendapat dari ahli (judment experts).
• Mungkin para ahli akan memberi keputusan :
instruyen dapat digunakan tanpa perbaikan,
ada perbaikan dan mungkin dirombak total.
• Instrumen diujicoba pada sampel dari mana
populasi diambil (pengujian pengalaman
empiris ditunjukkan pada pengujian validitas
external). Jumlah anggota sampel yang
digunakan sekitar 30 orang.
• Analisis factor dilakukan dengan
mengkorelasikan Antar skor item instrumen
dalam suatu factor dan mengkorelasikan skor
factor dengan skor total.
25. • Variabel penelitiannya adalah prestasi kerja. Berdasarkan
teori dan hasil konsultasi ahli, indikator prestasi kerja
pegawai meliputi dua faktor yaitu : kualitas hasil kerja dan
kecepatan kerja.
• Indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi
3 pertanyaan dan kualitas hasil kerja dikembangkan
menjadi 4 butir pertanyaan.
• Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan tersebut
selanjutnya diberikan kepada 5 pegawai sebagai
responden untuk menjawabnya.
• Berdasarkan tabel 6.8 dihitung korelasi antara butir pada
factor 1 dengan skor total (Y) dan korelasi antara butir
pada factor 2 dengan skor total Y. Diperoleh hasil pada
Tabel 6.9. Tabel 6.9 digunakan untuk mengecek apakah
setiap butir dalam instrumen itu valid atau tidak. Bila
korelasi kurang dari 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa
butir instrumen tersebut tidak valid sehingga harus
diperbaiki atau dibuang.
26. • Butir no 2 pada factor 1 tidak valid karena butir
tersebut mempunyai korelasi dengan skor total
sebesar 0,22 sehingga butir tersebut tidak selaras
dengan butir yang lain.
• Demikian juga korelasi antara jumlah factor X1
dengan skor total Y dan diperoleh 0.85 dan
antara jumlah factor 2 atau X2 dengan skor total
Y diperoleh 0.94. Karena koefisien korelasi kedua
factor tersebut lebih dari 0,30 maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas kerja dan kecepatan
kerja merupakan konstruksi yang valid untuk
variable prestasi kerja pegawai.
• Masrun (1979) menyatakan bahwa : “ analisis
untuk mengetahui daya pembeda sering juga
dinamakan analisis untuk mengetahui validitas
item”. Jumlah kelompok yang tinggi diambil 27 %
dan kelompok yang renda diambil 27 % dari
sampel uji coba. Pengujian analisis daya
pembeda dapat menggunakan t-test.
27. Contoh :
• Suatu instrumen penelitian akan digunakan
untuk mengukur kinerja aparatur negara.
Instrumen tersebut telah dikonsultasikan
lepada para ahli aparatur dan dinyatakan
siap untuk diujicoba. Ujicoba diberlakukan
terhadap sampel 25 responden yang tahu
masalah aparatur.
• Berdasarkan 25 responden tersebut dapat
dikelompokkan 27 % responden yang
memberikan skor tinggi dan 27 % skor
rendah seperti pada tabel.
28. Pengujian validitas Isi (Content Validity)
• Seorang dosen yang memberi ujian di luar pelajaran
yang telah ditetapkan berarti instrumen ujian tersebut
tidak mempunyai validitas isi.
• Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan
validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi
instrumen atau matriks pengembangan instrumen.
• Pada setiap instrumen baik test maupun non test
terdapat butir-butir (item) pertanyaan atau pernyataan.
Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut
maka setelah dikonsultasikan dengan ahli selanjutnya
diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji
beda.
• Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi
antara skor butir instruyen dengan skor total dan uji
beda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan
antara 27 % skor kelompok atas dan 27 % skor
kelompok bawah.
29.
30. Pengujian Validitas Eksternal
• Validitas external instrumen diuji dengan cara
membandingkan antara kriteria yang ada pada
instruyen dengan fakta-fakta empiris yang
terjadi di lapangan.
• Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja
sekelompok pegawai maka kriteria kinerja pada
instrumen itu dibandingkan dengan catatan-
catatan di lapangan tentang kinerja pegawai
yang baik.
• Bila telah terdapat kesamaan antara kriteria
dalam instrumen dengan fakta di lapangan
maka dapat dinyatakan instrumen tersebut
mempunyai validitas eksternal yang tinggi.
31. • Pengujian Reliabilitas Instrumen
– Test-retest
• Instrumen yang reliabilitasnya diuji dengan test-
retest dilakukan dengan cara mencobakan
instruyen beberapa kali pada responden.
• Dalam hal ini instrumennya sama,
respondennya sama dan waktunya yang
berbeda.
• Reliabilitasnya diukur dari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan yang
berikutnya.
• Bila koefisien korelasi positif dan significan
maka instruyen tersebut sudah dinyatakan
reliabel. Pengujian cara ini sering juga disebut
stability.
32. – Ekuivalen
• Instrumen yang equivalen adalah pertanyaan
yang secara bahasa berbeda tetapi maksudnya
sama.
• Pengujian reliabilitas instruyen dengan cara ini
cukup dilakukan sekali tetapi instrumennya dua
pada responden yang sama, waktu yang sama,
instruyen berbeda.
– Gabungan
• Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara
mencobakan dua instrumen yang equivalen itu
beberapa kali ke responden yang sama
sehingga cara ini merupkan gabungan pertama
dan kedua.
• Reliabilitas instruyen dilakukan dengan
mengkorelasikan dua instrumen setelah itu
dikorelasikan pada pengujian kedua dan
selanjutnya dikorelasikan secara silang.
33. – Internal Consistency
• Pengujian ini dilakukan dengan cara
mencobakan instruyen sekali saja
kemudian data yang diperoleh dianalisis
dengan teknik tertentu. Hasil analisis
dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen.
• Pengujian reliabilitas instruyen dapat
dilakukan dengan teknik belah dua dari
Prearman Brown (splits half), KR. 20, KR
21 dan Anova Hoyt.
34. • Rumus Spearman Brown :
dengan
• ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
• rb = korelasi produk moment antara
belahan pertama dan belahan kedua
b
b
i
r
r
r
1
2
35. • Rumus KR 20 (Kuder Richardson)
dengan
• K = jumlah item dalam instruyen
• pi = proporsi banyaknya subyek yang
menjawab pada item i
• qi = 1 – pi
• s2t = variansi total
2
1
2
1 t
n
i
i
i
t
i
s
q
p
s
k
k
r
36. • Rumus KR 21
• dengan
• K = jumlah item dalam instruyen
• M = mean skor total
• s2t = variansi total
2
)
(
1
1 t
i
s
k
M
k
M
k
k
r
37. • Anova Hoyt
dengan
• MKs = mean kuadrat antara subyek
• MKe = mean kuadrat kesalahan
• ri = reliabilitas internal seluruh instrumen
s
e
i
MK
MK
r
1
38. Contoh Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Instrumen
– Pengujian Validitas Instrumen
• Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item
yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total
yang merupakan jumlah tiap skor butir.
• Item yang mempunyai korelasi positif dengan dengan
kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi
menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas
yang tinggi pula.
• Jika korelasi antara butir dengan skor total kurang dari
0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan
tidak valid.
• Terdapat 18 koefisien korelasi (jumlah butir 18) dan
korelasi tersebut lebih besar dari 0,3 atau lebih kecil.
• Dari data ternyata semua item valid sehingga semua
item instruyen valid.
39. – Pengujian Reliabilitas Instrumen
• Pengujian reliabilitas instruyen dilakukan
dengan internal consistency dengan
teknik splits half yang dianalisis dengan
rumus Spearman Brown.
• Butir-butir instrumen dibelah menjadi dua
kelompok yaitu kelompok instrumen ganjil
dan kelompok genap.
• Skor butirnya dijumlahkan sehingga
menghasilkan skor total.
• Skor total antara kelompok ganjil dan
genap dicari korelasinya .
40. • Koefisien korelasi tersebut selanjutnya
dimasukkan dalam rumus Spearman Brown
yaitu :
• Jadi reliabilitas instrumen gaya
kepemimpinan 0,809.
• Berdasarkan uji coba instrumen ini sudah
valid dan reliabel seluruh butirnya maka
instrumen dapat digunakan untuk
pengukuran dalam rangka pengumpulan
data.
809
,
0
68
,
1
)
68
,
0
(
2
1
2
b
b
i
r
r
r