PPT ANALISIS KUALITAS PERANGKAT TES SECARA KUALITATIFsabilal123
Mempresentasikan tentang materi analisis kulitas tes secara kulitatif, yang di mana isinya terdapat pengertian, tujuan, analisis, tehnik, manfaat, dan format penelaah butiran soal baik PG ataupun Uraian yang berkaitan dengan Tes dan Butiran Tes
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
Modul ini mencakup 3 bahasan yaitu:
1. Prinsip-prinsip pemberian nilai
2. Penilaian diberbagai jenjang pendidikan
3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
dalam pengumpulan data pada metode penelitian kuantitatif membutuhkan instrumen, salah satunya adalah instrumen nontes berupa skala pengukuran atau ratingscale. makalah ini disertai langkah-langkah menyusun instrumen skala bertingkat dalam mengumpulkan data seperti angket.
PPT ANALISIS KUALITAS PERANGKAT TES SECARA KUALITATIFsabilal123
Mempresentasikan tentang materi analisis kulitas tes secara kulitatif, yang di mana isinya terdapat pengertian, tujuan, analisis, tehnik, manfaat, dan format penelaah butiran soal baik PG ataupun Uraian yang berkaitan dengan Tes dan Butiran Tes
Modul 6. Pemberian Nilai dan Tindak Lanjut Hasil PenilaianNaita Novia Sari
Modul ini mencakup 3 bahasan yaitu:
1. Prinsip-prinsip pemberian nilai
2. Penilaian diberbagai jenjang pendidikan
3. Tindak lanjut penilaian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
dalam pengumpulan data pada metode penelitian kuantitatif membutuhkan instrumen, salah satunya adalah instrumen nontes berupa skala pengukuran atau ratingscale. makalah ini disertai langkah-langkah menyusun instrumen skala bertingkat dalam mengumpulkan data seperti angket.
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
1. BAB 6
SKALA PENGUKURAN DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan
data sedangkan dalam penelitian kualitatif-naturalistik peneliti akan lebih banyak menjadi
instrumen karena dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan key instruments.
A. Macam-macam Skala Pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk
menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Macam-
macam skala pengukuran dapat berupa: skala nominal, skala ordinal, skala interval dan
skala rasio. Dari skala pengukuran tersebut akan diperoleh data nominal, ordinal, interval
dan rasio. Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrasi,
pendidikan dan sosial antara lain adalah:
1. Skala Likert
2. Skala Guttman
3. Rating scale
4. Semantic Deferential
Keempat jenis skala tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan data
interval atau rasio hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur.
1. Skala Likert
Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka
variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variable, kemudian indikator
tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
Misalnya:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju
f. Selalu
g. Sering
Untuk keperluan analisis kuantitatif maka jawaban itu dapat diberi skor. Instrumen
penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun
pilihan ganda.
2. 2. Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas yaitu
menggunakan “positif-negatif” misalnya: “ya-tidak’’; “benar-salah”; “pernah-tidak”;
dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupah data interval atau rasio dikhotomi(dua
alternatif), jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval dari kata “sangat
setuju” sampai “sangat tidak setuju” maka pada dalam skala skala Guttaman hanya ada
dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala guttaman
dilakukan bila ingin mendapat jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan. Skala Guttaman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda juga dapat
dibuat dalam bentuk checklist.
3. Semantic Defferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh
Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak
pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang
jawaban “sangat positifnya” terletak pada bagian kanan garis dan jawaban yang “sangat
negatif” terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Dan skala ini digunakan untuk
mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.
4. Rating Scale
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan data yang diperoleh
semuanya dalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan, tetapi dengan Rating
scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian
kualitatif, yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus
dapat mengartikan setiap angka yang diberi pada alternatif jawaban pada setiap item
instrumen. Ada instrumen penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nominal
dan ordinal
1) Instrumen untuk menjaring data nominal
Misalnya:
a. Berapakah jumlah guru disekolah anda? ........................guru
b. Berapakah guru yang dapat berbahasa inggris? ..............guru
c. Berapa murid yang paling anda sukai? ...........................murid
2) Instrumen untuk menjaring data ordinal
Misalnya:
Berilah rangking terhadap prestasi belajar sepuluh murid dikelas ini!
Nama murid Rangking nomor
A ....
B ....
3. C ....
D ....
E ....
F ....
G ....
H ....
I ....
J ....
B. Instrumen Penelitian
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukaan pengukuran terhadap fenomena sosial
maupun alam, meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau dinamakan membuat
laporan daripada melakukan penelitian, namun demikian dalam skala yang paling rendah
laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk penelitian( Emory, 1995). Karena pada
prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran maka harus ada alat ukur yang baik dan
alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Untuk itu maka
peneliti-peneliti dalam bidang pendidikan instrumen penelitian yang digunakan sering
disusun sendiri termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Jumlah instrumen penelitian
tergantung pada jumlah variable penelitian yang telah ditetapkan untuk diteliti, misalnya:
“pengaruh kepemimpinan dan iklim kerja sekolah terhadap prestasi belajar anak”
dalam hal ini ada 3 instrumen yang perlu dibuat yaitu:
1. Instrumen untuk mengukur kepemimpinan
2. Instrumen untuk mengukur iklim kerja sekolah
3. Instrumen untuk mengukur prestasi belajar murid
C. Cara Menyusun Instrumen
Titik tolak dari penyusunan adalah variable-variable penelitian yang ditetapkan untuk
diteliti, dari variable-variable tersebut diberikan definisi operasionalnya dan selanjutnya
ditentukan indikator yang akan diukur, dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-
butir pertanyaan dan pernyataan. Untuk memudahkan penyusunan maka perlu digunakan
“matrix pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen”
Suyud(2005) mengembangkan instrumen kinerja profesional guru dengan subvariabel yaitu:
a. Penguasaan bahan ajar dengan indikator
1. Membuat satuan pelajaran(sp) untuk setiap unit atau pokok bahasan
2. Membuat rencana pelajaran setiap pertemuan
3. Menyusun silabus mata pelajaran
4. Aktif mencari sumber lain
5. Mengintergrasikan life skill dalam pembelajaran
4. b. Pemahaman karakteristik siswa
1. Berusaha mengenali variasi gaya belajar siswa
2. Hafal nama-nama siswa
3. Menciptakan hubungan akrab dengan siswa
4. Memperlakukan siswa secara adil tanpa memadang suku, ras, dan status sosial
5. Mendiskusikan permasalahan dan kemajuan belajar siswa dengan orang tua/wali
murid
c. Penguasaan pengelolaan kelas
1. Melaksanakan berbagai strategi dan cara pengelolaan kelas
2. Tepat waktu dalam memulai dan mengakhiri pelajaran
3. Memotivasi siswa dalam melakukan berbagai kegiatan pembelajaran yang bersifat
interaktif
d. Penguasaan metode dan strategi pembelajaran
1. Menggunakan metode demonstrasi untuk memperjelas materi pembelajaran
2. Mengajukan pertanyaan untuk mendorong siswa aktif dan kreatif dalam
pembelajaran
3. Menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi
4. Menggunakan alat peraga atau multi media pembelajaran
e. Penguasaan evaluasi pembelajaran
1. Melaksanakan evaluasi hasil belajar secara berkesinambungan
2. Memahami dan terampil menerapkan berbagai teknik evaluasi
3. Memilih jenis test sesuai materi pembelajaran
4. Membuat data kemajuan tiap siswa
f. Kepribadian
1. Melaksanakan ajaran yang dianutnya
2. Sopan, santun, ramah kepada orang lain dan siswa
3. Memberikan teladaan yang baik
4. Disiplin dalam bekerja
5. Menyadari adanya kebinekaan dan hak individu yang perlu dihormati bersama
D. Contoh Judul Penelitian dan Instrumen yang dikembangkan
Judul penelitian:
GAYA DAN SITUASI KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SERTA
PENGARUHNYA TERHADAP IKLIM KERJA ORGANISASI SEKOLAH
5. Judul tersebut terdiri atas dua variable independen dan satu dependen. Masing-masing
instrumennya adalah:
a. Instrumen untuk mengukur variable gaya kepemimpinan
b. Instrumen untuk mengukur variable situasi kepemimpinan
c. Instrumen untuk mengukur variable iklim kerja organisasi sekolah
Supaya penyusunan instrumen lebih sistematis sehingga muda untuk dikontrol, dikoreksi,
dan dikonsultasikan pada orang ahli, maka sebelum instrumen disusun menjadi item-item
instrumen maka perlu dibuat kisi-kisi instrumen seperti pada tabel dibawah ini.
KISI-KISI INSTRUMEN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENGUKUR GAYA
KEPEMIMPINAN, SITUASI KEPEMIMPINAN DAN IKLIM KERJA ORGANISASI
SEKOLAH
Variable penelitian Indikator No item instrumen
Gaya kepemimpinan
1. Kepemimpinan direktif
2. Kepemimpinan
supportive
3. Kepemimpinan
partisipatif
4. Kepemimpinan goal
oriented
1,4,7,10,13,16
2,5,8,11,14,17
3,6,9,12,15,18
19,20,21,22,23,24
Situasi kepemimpinan
1. Hubungan
kepemimpinan
dengan anggota
2. Tugas-tugas
3. Power position
1,2,3,4,5,6
7,8,9,10,11,12
13,14,15,16,17,18
Iklim organisasi
sekolah
1. Otonomi dan fleksibilitas
2. Menaaruh kepercayaan
1,2
6. dan terbuka
3. Simpatik dan memberi
dukungan
4. Jujur dan menghargai
5. Kejelasan tujuan
6. Pekerjaan yang resiko
7. Pertumbuhan
kepribadian
3,4
5,6
7,8
9,10
11,12
13,14
Bentuk instrumen
1. Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan variable gaya kepemimpinan kepala
sekolah tertentu, sumber datanya adalah guru dan karyawan bentuk angketnya adalah
multiple choice(pilihan ganda)
2. Instrumen untuk mengungkapkan iklim kerja organisasi sekolah, bentuk instrumen
ratingscale dapat digunakan untuk pedoman observasi, wawancara, dan sebagai angket
sumber data para pegawai.
3. Instrumen yang diperlukan untuk mengungkapkan variable situasi kepemimpinan dari suatu
lembaga, sumber datanya adalah para pegawai, bentuk instrumennya adalah checklist untuk
itu dapat digunakan sebagai pedoman observasi, wawancara, maupun sebagai angket.
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dengan menggunakan instrumen yang valid dan realible dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan realible. Jadi instrumen yang valid dan
realible merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realible.
Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen yaitu instrumen yang berbentuk test untuk
mengukur prestasi belajar dan instrumen yang nontest untuk mengukur sikap. Pada instrumen
yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar” sedangkan instrumen sikap
jawabannya tidak ada yang “salah atau benar” tetapi bersifat “positif dan negatif”
F. Pengujian Validitas dan realibilitas Instrumen
1. Pengujian Validitas Instrumen
7. a. Pengujian Validitas konstrak(construct Validity)
Untuk menguji validitas konstrak dapat digunakan pendapat dari ahli(jugment
expert), setelah pengujian konstrak dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris
dilapangan selesai maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen tersebut
dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil setelah data ditabulasikan maka
pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan
mengorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor dan mengorelasikan
skor faktor dengan skor total.
b. Pengujian Validitas Isi(content validity)
Untuk instrumen yang berbentuk test pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Secatara teknis pengujian validitas konstrak dan validitas isi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrix pengembangan instrumen. Dalam kisi-
kisi tersebut terdapat variable yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor
butir(item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator dengan
kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan muda dan
sistematis.
c. Pengujian validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan antara kriteria yang
ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi dilapangan. Instrumen
penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang tinggi akan mengakibatkan hasil
penelitian mempunyai validitas eksternal yang tinggi. Untuk meningkatkan validitas
eksternal penelitian selain meningkatkan validitas eksternal instrumen maka dapat
dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.
2. Pengujian realibilitas instrumen
Pengujian realibilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara
eksternal pengujian dapat dilakukan dengan
a. Test-retest
b. Ekuivalen
c. Gabungan
d. Internal consistency
3. Contoh pengujian validitas dan reabilitas instrumen
a. Pengujian validitas instrumen
8. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item yaitu mengorelasikan skor
setiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir.
b. Pengujian Realibilitas Instrumen
Pengujian realibilitas instrumen dilakukan dengan internal consistency dengan teknik
belah dua(split half) yang dianalisis dengan rumus spearman brown, untuk keperluan
itu maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok yaitu kelompok
instrumen ganjil dan kelompok genap, selanjutnya skor data tiap kelompok itu
disusun sendiri.
9. BAB 7
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dapat diakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai
cara. Bila dilihat dari setingnya data dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium
dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden pada suatu seminar, diskusi,
di jalan dan lain lain. Pengumpulan data berdasarkan tekniknya, yaitu melalui wawancara,
angket (kuesioner), dan observasi.
A. Interview (wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah
respondennya sedikit/kecil. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang
perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode interview dan juga kuesioner
(angket) adalah sebagai berikut:
1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya
3. Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti
kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpul data, pengumpul data
telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang
alternative jawabannya pun telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap
responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. Berikut salah
satu contoh wawancara terstruktur,
Bagaimanakah tanggapan Bapak/Ibu terhadap pelayanan pendidikan di Kabupaten
ini?
a. sangat bagus
b. bagus
10. c. tidak bagus
d. sangat tidak bagus
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya.
Contoh:
Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu terhadap kebijakan pemerintah terhadap
perguruan Tinggi Berbadan Hukum? Dan bagaimana peluang masyarakat miskin
dalam memperoleh penidikan tinggi yang bermutu?
Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian
pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang responden.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang responden, maka peneliti dapat
juga menggunakan wawancara tidak terstruktur. Misalnya seorang yang dicurigai sebagai
penjahat, maka peneliti akan melakukan wawancara tidak terstruktur secara mendalam,
sampai diperoleh keterangan bahwa orang tersebut penjahat atau bukan.
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden. Wawancara baik yang dilakukan dengan face to face maupun yang
menggunakan pesawat telepon, akan selalu terjadi kontak pribadi, oleh karena
pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang
tepat kapan dan di mana harus melakukan wawancara.
Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah
menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut subyektif dan
tidak akurat. Kebiasaan data ini akan tergantung pada pewawancara, yang diwawancarai
(responden) dan situasi & kondisi pada saat wawancara.
11. B. Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden. Selain itu kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar
dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim
melalui pos, atau internet.
Uma Sekaran (1992) mengemukakan beberapa prinsip dalam penulisan angket
sebagai teknik pengumpulan data yauitu: prinsip penulisan, pengukuran dan penampilan
fisik.
1. Prinsip penulisan angket
a. Isi dan tujuan pertanyaan
b. Bahasa yang digunakan
c. Tipe dan bentuk pertanyaan
d. Pertanyaan tidak mendua
e. Tidak menanyakan yang sudah lupa
f. Pertanyaan tidak menggiring
g. Panjang pertanyaan
h. Urutan pertanyaan
i. Prinsip pengukuran
j. Penampilan fisik angket
C. Observasi
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Sutrisno Hadi (1986)
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang tersusun dari berbagai
proses biologis dan psikhologis.
1. Observasi Berperansentra (participant observation)
2. Observasi nonpartisipan
13. BAB 12
INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
A. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Dua hal yang
mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas
pengumpulan data.Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman
wawancara, pedoman observasi dan kuesioner. Dalam penelitian kualitatif yang menjadi
instrumen atau alat penelitian yaitu peneliti itu sendiri.
Menurut Nasution (1988) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa
karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang
harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. penelitian sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadapa semua aspek keadaan dan dapat
mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh, ia dapat
menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan,
untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan
semata. Untuk memahaminya kita perlu merasakannya, menyelaminya berdasarkan
pengetahuan kita.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena
tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, berbagai cara. Berbagai macam teknik
pengumpulan data, secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data yaitu
observasi, wancara, dokumentasi, dan gabungan atau triangulasi.
1. Pengumpulan data dengan Observasi
a. Macam-macam Observasi
1) Obsevasi partisipatif
Dalam observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
14. melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data dan ikut merasakan suka dukanya maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku
yang tampak.
Gambar Macam-macam teknik observasi
Observasi
partisipatif
Observasi
tak
terstruktur
Observasi
terus terang
dan
tersamar
Macam-
macam
observasi
Observasi
yang pasif
Observasi
yang
moderat
Observasi
yang aktif
Observasi
yang
lengkap
15. 2)Observasi Terus Terang atau Tersamar
Dalam hal ini peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data, jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak
terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu
data yang dicari merupakan data yang masi dirahasiakan.
3) Observasi Tak Berstruktur
Observasi tidak berstruktur merupakan observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Dalam melakukan pengamatan
peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku tetapi hanya berupa
rambu-rambu pengamatan. Dalam pameran produk industri dari berbagai negara
misalnya, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati oleh karena itu peneliti
dapat mengamati bebas, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan
maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
b. Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Nasution (1988), manfaat observasi adalah sebagai berikut:
1. Dengan observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data
dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang
holistik
2. Dengan observasi akan diperoleh pengalaman langsung sehingga memungkinkan
peneliti menggunakan pendekatan induktif
3. Dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamaati
orang lain
4. Dengan observasi peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi
responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
c. Obyek Observasi
Obyek peneliti dalam penelitian kualitatif yang diobservasi menurut Spradley
dinamakan situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu :
1)Place atau tempat
2)Actor atau pelaku
3)Activity atau kegiatan yang dilakukan
Tiga elemen tersebut dapat diperluas sehingga apa yang dapat kita
amati adalah :
1. Space : ruang dalam aspek fisiknya
2. Actor : semua orang yang terlibat
3. Activity : seperangkat kegiatan yang dilakukan orang
4. Object : benda- benda yang terdapat ditempat itu
16. 5. Act : perbuatan atau tindakan tertentu
6. Event : rangkaian aktivitas yang dikerjakan orang-orang
7. Time : urutan kegiatan
8. Goal : tujuan yang ingi dicapai orang-orang
9. Feeling : yang dirasakaan dan diekspresikan oleh orang-orang
2. Pengumpulan data dengan Wawancara
3. Pengumpulan data dengan Dokumen