Laporan ini menganalisis status kerusakan lahan dan tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten Pelalawan. Survei tanah menemukan empat ordo tanah yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols dan Ultisols dengan berbagai jenis tanah. Analisis laboratorium menunjukkan tekstur tanah secara umum halus sampai sedang namun pH tanah sangat masam yang perlu dikoreksi untuk optimalisasi produksi biomassa.
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...Joy Irman
Dokumen ini membahas peran masyarakat dan badan usaha swasta dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah (SPAL) di Indonesia. Masyarakat dapat berperan dengan memberikan masukan, dukungan materi, menjaga sarana SPAL, membentuk kelompok pengelola SPAL skala permukiman atau komunal, serta melaporkan keluhan. Sedangkan badan usaha swasta dapat membantu penyelenggaraan SPAL dan pemerintah daerah dapat membent
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
Dokumen tersebut membahas tentang kimia tanah, termasuk tentang mineral liat, koloid tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB). Juga membahas tentang unsur hara esensial yang diperlukan tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kaliumn beserta sumber dan fungsinya.
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Ellyvia Trisnawati
Dokumen ini membahas tentang degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya degradasi lahan antara lain penebangan hutan, kerusakan lahan oleh manusia, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan kegagalan reklamasi lahan. Dampak degradasi lahan meliputi perubahan iklim, hilangnya spesies, sering terjadinya banjir dan kekeringan, tanah menjadi tandus dan tidak
Sistem Pengelolaan Air Limbah Sistem Setempat (SPAL) – Peran Masyarakat dan B...Joy Irman
Dokumen ini membahas peran masyarakat dan badan usaha swasta dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah (SPAL) di Indonesia. Masyarakat dapat berperan dengan memberikan masukan, dukungan materi, menjaga sarana SPAL, membentuk kelompok pengelola SPAL skala permukiman atau komunal, serta melaporkan keluhan. Sedangkan badan usaha swasta dapat membantu penyelenggaraan SPAL dan pemerintah daerah dapat membent
Dasar-Dasar Ilmu Tanah: kimia kesuburan tanah dan unsur hara tanamanPurwandaru Widyasunu
Dokumen tersebut membahas tentang kimia tanah, termasuk tentang mineral liat, koloid tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation (KTK), dan kejenuhan basa (KB). Juga membahas tentang unsur hara esensial yang diperlukan tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan kaliumn beserta sumber dan fungsinya.
Degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan (*tugas kelompok)Ellyvia Trisnawati
Dokumen ini membahas tentang degradasi lahan dan dampaknya terhadap kehidupan. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya degradasi lahan antara lain penebangan hutan, kerusakan lahan oleh manusia, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan kegagalan reklamasi lahan. Dampak degradasi lahan meliputi perubahan iklim, hilangnya spesies, sering terjadinya banjir dan kekeringan, tanah menjadi tandus dan tidak
Batubara terbentuk melalui proses diagenetik dan geokimia selama jutaan tahun. Ada dua teori pembentukannya, yaitu teori rawa (pembentukan dari sisa tumbuhan di rawa gambut) dan teori transportasi (akumulasi bahan dari perpindahan di perairan). Batubara memiliki keunggulan sebagai sumber energi yang melimpah, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan karena emisi karbonnya. Terdapat berbagai
deliniasi tu sama aja kayak ngelompokin, bedakin, terus batas pembedanya pake garis. metodenya gampangnya ialah metode potong roti. jadi tu ada peta, kamu lapisin mika, terus digaris-garis, dibedain, dideliniasi mana yang permukiman, mana pendidikan, mana industri, dll, tapi secara digital. gitu. ini tugasnya bikin kamu nyelingkuhin waktu tidur. haha but that's just fine, kok. SEMANGAT, PLANNER !
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalinfosanitasi
Dokumen tersebut membahas ketentuan dan pedoman pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, mencakup kualifikasi kontraktor dan konsultan, persiapan lokasi dan peralatan, konstruksi sipil dan mekanikal, serta uji coba unit-unit pengolahan."
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan efisiensi pengolahan limbah industri secara anaerobik dengan mengukur kadar COD dan MLVSS sebelum dan sesudah proses. Hasilnya menunjukkan penurunan COD dari 4111 mg/L menjadi 1302 mg/L dan 1596 mg/L masing-masing untuk Reaktor 1 dan 2, serta kadar MLVSS sebesar 26875 mg/L dan 31000 mg/L.
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaBagus ardian
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan panduan langkah-langkah pembuatan peta GIS secara sederhana menggunakan software ArcGIS dan Google Maps.
2. Langkah awalnya adalah menyiapkan perangkat lunak dan data pendukung seperti peta citra satelit, informasi letak fasilitas, dan baseline.
3. Kemudian dilakukan georeferencing peta citra Google Maps, membuat shapefile, dan menambahkan informasi sp
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Digitasi adalah proses mengkonversi obyek geografis dari peta analog ke format digital
2. Membuat shapefile baru untuk menampung hasil digitasi
3. Mengaktifkan toolbar Editor dan memulai digitasi obyek peta
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain nutrisi, media, dan kondisi fisik seperti suhu, oksigen, pH, dan lingkungan. Bakteri dibedakan menjadi autotrof, heterotrof, aerob, anaerob, dan lainnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan oksigen. Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh jenis media, suhu, pH, dan kadar garam. Bakteri berkembang biak se
Laporan ini menganalisis kesesuaian lahan di Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur menggunakan ArcGIS. Karakteristik yang dianalisis meliputi curah hujan, kelerengan, dan jenis tanah. Hasil analisis mengidentifikasi kawasan penyangga, budidaya, dan lindung berdasarkan skor total dari karakteristik tersebut.
Laporan ini membahas tentang pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur yang berfokus pada pemanfaatan pompa air untuk irigasi pertanian. Kegiatan PKL ini bertujuan untuk mempelajari pengoperasian dan optimalisasi penggunaan pompa air di lahan pertanian serta menerapkan prinsip keselamatan kerja. Hasilnya, pompa air digunakan untuk mengai
Batubara terbentuk melalui proses diagenetik dan geokimia selama jutaan tahun. Ada dua teori pembentukannya, yaitu teori rawa (pembentukan dari sisa tumbuhan di rawa gambut) dan teori transportasi (akumulasi bahan dari perpindahan di perairan). Batubara memiliki keunggulan sebagai sumber energi yang melimpah, tetapi juga berdampak negatif terhadap lingkungan karena emisi karbonnya. Terdapat berbagai
deliniasi tu sama aja kayak ngelompokin, bedakin, terus batas pembedanya pake garis. metodenya gampangnya ialah metode potong roti. jadi tu ada peta, kamu lapisin mika, terus digaris-garis, dibedain, dideliniasi mana yang permukiman, mana pendidikan, mana industri, dll, tapi secara digital. gitu. ini tugasnya bikin kamu nyelingkuhin waktu tidur. haha but that's just fine, kok. SEMANGAT, PLANNER !
Pengendalian dan pengawasan pembangunan iplt dan ipalinfosanitasi
Dokumen tersebut membahas ketentuan dan pedoman pembangunan sistem pengolahan air limbah domestik, mencakup kualifikasi kontraktor dan konsultan, persiapan lokasi dan peralatan, konstruksi sipil dan mekanikal, serta uji coba unit-unit pengolahan."
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan efisiensi pengolahan limbah industri secara anaerobik dengan mengukur kadar COD dan MLVSS sebelum dan sesudah proses. Hasilnya menunjukkan penurunan COD dari 4111 mg/L menjadi 1302 mg/L dan 1596 mg/L masing-masing untuk Reaktor 1 dan 2, serta kadar MLVSS sebesar 26875 mg/L dan 31000 mg/L.
Cara pembuatan peta gis secara sederhanaBagus ardian
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut memberikan panduan langkah-langkah pembuatan peta GIS secara sederhana menggunakan software ArcGIS dan Google Maps.
2. Langkah awalnya adalah menyiapkan perangkat lunak dan data pendukung seperti peta citra satelit, informasi letak fasilitas, dan baseline.
3. Kemudian dilakukan georeferencing peta citra Google Maps, membuat shapefile, dan menambahkan informasi sp
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Digitasi adalah proses mengkonversi obyek geografis dari peta analog ke format digital
2. Membuat shapefile baru untuk menampung hasil digitasi
3. Mengaktifkan toolbar Editor dan memulai digitasi obyek peta
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain nutrisi, media, dan kondisi fisik seperti suhu, oksigen, pH, dan lingkungan. Bakteri dibedakan menjadi autotrof, heterotrof, aerob, anaerob, dan lainnya berdasarkan kebutuhan nutrisi dan oksigen. Pertumbuhan bakteri juga dipengaruhi oleh jenis media, suhu, pH, dan kadar garam. Bakteri berkembang biak se
Laporan ini menganalisis kesesuaian lahan di Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur menggunakan ArcGIS. Karakteristik yang dianalisis meliputi curah hujan, kelerengan, dan jenis tanah. Hasil analisis mengidentifikasi kawasan penyangga, budidaya, dan lindung berdasarkan skor total dari karakteristik tersebut.
Laporan ini membahas tentang pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur yang berfokus pada pemanfaatan pompa air untuk irigasi pertanian. Kegiatan PKL ini bertujuan untuk mempelajari pengoperasian dan optimalisasi penggunaan pompa air di lahan pertanian serta menerapkan prinsip keselamatan kerja. Hasilnya, pompa air digunakan untuk mengai
Dokumen tersebut membahas tentang komponen utama tanah yaitu bahan mineral, bahan organik, air tanah, dan udara tanah. Juga membahas faktor-faktor pembentuk tanah seperti iklim, jasad hidup, topografi, bahan induk, dan waktu yang mempengaruhi proses pembentukan tanah.
Praktikum ini bertujuan untuk mengenali profil tanah secara lengkap melalui penggalian dan pengamatan lapisan-lapisan tanah secara vertikal. Mahasiswa menggali lubang sedalam 1,5 meter dan mengamati 5 lapisan tanah berdasarkan ciri fisik seperti kedalaman dan warna, untuk mempelajari pembentukan dan karakteristik tanah.
1. Dokumen membahas tentang dinamika perubahan pedosfer dan berbagai komponen yang mempengaruhinya seperti iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu.
2. Juga dibahas tentang berbagai jenis tanah seperti latosol, grumosol, podsolik, dan lainnya beserta ciri khas masing-masing.
3. Proses pembentukan tanah dan perkembangan horison tanah juga dijelaskan."
GEOGRAFI - Penyebab kerusakan tanah dan cara mengatasinya (SMA kurtilas)farsfyn19
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian tanah, proses pembentukan tanah, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah, lapisan tanah, klasifikasi tanah, penyebab kerusakan tanah seperti erosi dan pencemaran, jenis kerusakan tanah, serta upaya pencegahan dan perbaikan kerusakan tanah.
Dokumen tersebut membahas tentang proses pembentukan tanah, sifat fisik dan kimia tanah, klasifikasi tanah, erosi tanah, dan konservasi tanah melalui metode vegetatif, mekanik, dan kimia.
Tanah terbentuk dari proses pelapukan batuan yang terjadi dalam siklus geologi. Berdasarkan tingkat pelapukan, terdiri dari horizon A (top soil), B (sub soil), dan C (regolith). Tanah diklasifikasi berdasarkan sifatnya, seperti tanah prairie, forest, tropikal, organik, dan desert. Erosi tanah dapat mengikis tanah dan mengurangi kesuburannya, namun dapat dikurangi dengan metode vegetatif dan me
Laporan praktikum ini membahas pengamatan tanah dengan indra. Terdapat 4 jenis tanah yang diamati warna dan teksturnya, yaitu Entisol berwarna dark yellowish brown dengan tekstur lempung berpasir, Vertisol berwarna hitam dengan tekstur liat berdebu, Inseptisol berwarna dark redish brown dengan tekstur liat, dan Andisol berwarna dark red dengan tekstur liat berpasir. Laporan ini juga membahas mengenai latar belak
Dokumen tersebut membahas tentang pembentukan, sifat, klasifikasi, dan penggunaan tanah. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pembentukan tanah antara lain batuan induk, iklim, organisme, topografi, dan waktu. Terdapat berbagai jenis tanah di Indonesia yang diklasifikasikan berdasarkan proses pembentukannya, seperti entisol, inceptisol, alfisol, dan mollisol. Tanah dapat dimanfaatkan untuk pert
Dokumen tersebut membahas tentang komponen-komponen tanah dan sifat-sifat tanah. Komponen-komponen tanah terdiri dari air, udara, bahan mineral, dan bahan organik. Sedangkan sifat-sifat tanah mencakup sifat fisik seperti tekstur, struktur, dan kimia seperti pH, bahan organik, dan unsur hara.
Komponen Komponen dan sifat fisik tanah kelas 10Ade Retno
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai komponen-komponen dan sifat-sifat tanah. Komponen-komponen tanah meliputi air, udara, bahan organik, dan bahan mineral. Sifat-sifat tanah mencakup sifat fisik seperti tekstur, struktur, dan konsistensi; serta sifat kimia seperti bahan organik, pH, dan unsur hara.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai jenis-jenis tanah di Indonesia. Terdapat delapan jenis tanah horizontal yang dijelaskan berdasarkan ciri-ciri dan pemanfaatannya, yaitu tanah gambut, latosol, regosol, aluvial, litosol, grumusol, andosol, dan podzolik merah-kuning. Dokumen tersebut juga menjelaskan empat lapisan tanah vertikal yakni lapisan atas, bawah, bahan induk, dan bat
PT. Bennatin Suryacipta melakukan kajian status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa di Kabupaten Pelalawan. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi lahan dan tanah yang dapat digunakan untuk produksi biomassa. Hasil kajian digunakan sebagai dasar dalam perencanaan pemanfaatan lahan untuk budidaya tanaman biomassa.
Dokumen tersebut membahas pengertian penyusunan peta status kerusakan tanah untuk produksi biomassa, kebutuhan bahan dan peralatan, serta penyusunan peta kondisi tanah awal melalui penyaringan areal kerja efektif dan penentuan skoring potensi kerusakan tanah berdasarkan beberapa peta tematik."
[Ringkasan]
Dokumen ini membahas letak lokasi Kabupaten Pelalawan yang terletak di pesisir timur Sumatera dengan luas wilayah sekitar 1,3 juta ha. Kabupaten ini memiliki iklim tropis dengan curah hujan rata-rata 191 mm per bulan. Sebagian besar wilayahnya datar dengan tanah berjenis histosol, entisol, inceptisol dan ultisol yang didominasi penggunaan lahannya untuk perkebunan kelapa sawit dan hutan.
5 bab 3 metodologi pelaksanaan pekerjaandrestajumena1
Dokumen tersebut membahas metodologi yang digunakan dalam studi kelayakan pelabuhan penyeberangan Sagu-Sagu Lukit, yaitu survey dan observasi lapangan untuk mengumpulkan data potensi hinterland dan kondisi operasional pelabuhan. Tahapannya meliputi pengumpulan data sekunder dan primer serta analisis kelayakan dan lingkungan.
Dokumen tersebut membahas rencana studi kelayakan pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Sagu-Sagu Lukit. Ruang lingkup studi meliputi identifikasi umum, kelayakan teknis, operasional, lingkungan hidup, dan finansial proyek tersebut. Tujuannya adalah untuk memperoleh dasar perencanaan pengembangan pelabuhan secara berkelanjutan."
DAMPAK KEBAKARAN LAHAN GAMBUT TERHADAP KUALITAS AIR DAN KESEHATAN MASYARAKAT.pdfd1051231031
Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan seperti pepohonan maupun semak-semak, kemudian api menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (Ground fire), membakar bahan organicmelalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar ataupun pohon yang bagian atasnya terbakar. Selanjutnya api menjalar secara vertical dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang Nampak di atas permukaan, yang sering dikenal dengan kabut asap yang terjadi akibat kebakaran hutan yang bersifat masiv. Oleh karena peristiwa kebakaran tersebut terjadi di bawah tanah dan tidak nampak di permukaanselain itu tanahnya merupakan tanah basah/gambut yang mengandung air maka proses kegiatan pemadamannya tentu akan menimbulkan kesulitan.
“ANALISIS DINAMIKA DAN KONDISI ATMOSFER AKIBAT PENINGKATAN POLUTAN DAN EMISI...aisyrahadatul14
Pencemaran udara adalah pelepasan zat-zat berbahaya ke atmosfer, seperti polusi industri, kendaraan bermotor, dan pembakaran sampah. Dampaknya terhadap lingkungan sangat serius. Udara yang tercemar dapat merusak lapisan ozon, memicu perubahan iklim, dan mengurangi kualitas udara yang kita hirup setiap hari. Bagi makhluk hidup, pencemaran udara dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, iritasi mata, dan bahkan kematian. Lingkungan juga terdampak dengan terganggunya ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati.
DAMPAK PIRIT ANTARA MANFAAT DAN BAHAYA BAGI LINGKUNGAN DAN KESEHATAN.pdfd1051231033
Tanah merupakan bagian terpenting dalam bidang pertanian, peranan tanah juga sangat kompleks bagi media perakaran tanaman. Tanah mampu menopang dan menyediakan unsur hara yang sangat dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanah tersusun dari bahan mineral, bahan organik, udara dan air. Bahan mineral tersusun dari hasil aktivitas pelapukan bebatuan, sedangkan bahan organik berasal dari pelapukan serasah tumbuhan akibat adanya aktivitas mikroorganisme di dalam tanah. Salah satu jenis tanah adalah tanah sulfat masam. Tanah sulfat masam ini keberadaannya di daerah rawa pasang surut. Sering kali tanah sulfat masam dijumpai pada lahan gambut terdegradasi yang mengakibatkan tanah mengandung pirit (FeS2) naik kepermukaan. Tanah sulfat masam yang mengandung pirit ini juga mengganggu pertumbuhan tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman menyebabkan lahan ini nantinya akan ditinggalkan petani bila tidak dilakukan usaha perbaikan atau menjadi lahan bongkor.
Pengelolaan Lahan Gambut Sebagai Media Tanam Dan Implikasinya Terhadap Konser...d1051231053
Gambut merupakan tanah yang memiliki karakteristik unik. Lahan gambut yang begitu luas di beberapa pulau besar di Indonesia, menjadikan pengelolaan lahan gambut sering dilakukan, terutama dalam peralihan fungsi menjadi perkebunan, pertanian, hingga pemukiman. Pada studi kasus ini lebih berfokus pada degradasi lahan gambut menjadi media tanam, proses, dampak, serta upaya pemulihan dampak yang dihasilkan dari degradasi lahan gambut tersebut
ANALISIS DAMPAK DAN SOLUSI HUJAN ASAM: PENGARUH PEMBAKARAN BAHAN BAKAR FOSIL ...d1051231079
Hujan asam merupakan kombinasi ringan dari asam sulfat dan asam nitrat. Hujan asam biasanya terjadi di daerah-daerah yang padat penduduk dan banyaknya aktivitas manusia dalam kegiatan transportasi. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari kegiatan industri dan transportasi merupakan penyebab terjadinya peristiwa hujan asam apabila emisi gas tersebut bereaksi dengan air hujan, dimana senyawa yang bersifat asam terbentuk. Emisi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari aktivitas manusia dapat berubah menjadi nitrat (NO3 - ) dan sulfat (SO4 2-) melalui proses fisika dan kimia yang kompleks. Sulfat dan nitrat lebih banyak berbentuk asam yang terlarut dalam air hujan. Keasaman air hujan berhubungan erat dengan konsentrasi SO2 dan NO2 yang terlarut di dalam air hujan. Semakin tinggi konsentrasi SO2 dan NO2 , maka dapat mengakibatkan nilai keasaman air hujan semakin asam .Deposisi asam yang berasal dari emisi antropogenik SO2 dan NOx , memiliki pengaruh besar pada biogeokimia, dan menyebabkan pengasaman tanah dan air permukaan, eutrofikasi ekosistem darat dan air dan penurunan keanekaragaman hayati di banyak wilayah.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...d1051231039
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang unik dan penting secara global. Terbentuk dari endapan bahan organik yang terdekomposisi selama ribuan tahun, lahan gambut memiliki peran yang sangat signifikan dalam menjaga keanekaragaman hayati, menyimpan karbon, serta mengatur siklus air. Kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya habitat, degradasi lingkungan, dan penurunan kesuburan tanah. Kerusakan lahan gambut di Indonesia telah meningkat seiring waktu, dengan laju deforestasi dan degradasi lahan gambut yang signifikan. Menurut data, sekitar 70% dari lahan gambut di Indonesia telah rusak, dan angka tersebut terus meningkat. Kerusakan lahan gambut memiliki dampak yang luas dan serius, tidak hanya secara lokal tetapi juga global. Selain menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan yang khas bagi ekosistem gambut, kerusakan lahan gambut juga melepaskan jumlah karbon yang signifikan ke atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim global.Kerusakan lahan gambut memiliki dampak negatif yang luas pada masyarakat, lingkungan, dan ekonomi. Dalam jangka panjang, kerusakan lahan gambut dapat menyebabkan hilangnya sumber daya alam, penurunan kesuburan tanah, dan peningkatan risiko bencana alam.
KERUSAKAN LAHAN GAMBUT ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAN STRATEGI ...
Bab v
1. V – 1
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
5.1. SURVEY TANAH
5.1.1. Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanah
Penelitian dan pengambilan contoh tanah di lapangan dilakukan dengan sistem
random sampilng di mana penelitian dan pengambilan contoh tanah dilakukan
secara acak pada berbagai unit lahan sesuai dengan kondisi topografi dan
penutupan lahan yang relatif seragam. Pekerjaan lapangan meliputi pekerjaan
pemboran, pengambilan contoh komposit dan pengambilan contoh tanah tak
terganggu.
a. Pengamatan Pemboran
Pemboran tanah dilakukan untuk mengetahui sebaran jenis tanah dan sifat-
sifatnya pada seluruh areal survey. Pemboran pada tanah mineral dilakukan
sampai kedalaman 120 cm atau sampai bahan induk tanah ditemukan
apabila tanah lebih dangkal. Pada tanah organik (gambut) pemboran
dilakukan sampai kedalaman 420 cm yang tujuannya untuk mengetahui
2. V – 2
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
kedalaman, tingkat dekomposisi bahan organik dan kondisi jenis tanah pada
lapisan bawah dari tanah organik tersebut.
b. Pengambilan Contoh Komposit
Komposit tanah diambil untuk keperluan analisis laboratorium kimia dan biologi
untuk mengetahui reaksi tanah (pH), daya hantar listrik (DHL), redoks dan
jumlah mikroba. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0 – 60 cm dari
permukaan tanah, jumlah contoh yang diambil bervariasi yang disesuaikan
dengan luas dan karakterislik tanah/lahan (rata-rata 4 sampel tanah).
Gambar 5.1.
Pengamatan Pemboran Tanah Mineral
Gambar 5.2.
Pengamatan Pemboran Tanah Organik
3. V – 3
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
c. Pengambilan Contoh Tanah Tidak Terganggu (Ring Sampler)
Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan untuk keperluan analisis
fisika tanah yang terdiri dari : tekstur tanah (komposisi fraksi kasar), berat Isi
(BI), porositas total, derajat pelulusan air (permeabilitas), contoh tanah diambil
pada kedalaman 0 – 30 cm dari permukaan tanah rata 4 (empat) sampel per unit
lahan .
Gambar 5.4.
Pengamatan Tanah Mineral dan Pengambilan Sampel Tanah
Tidak Terganggu (Ring Sampler)
Gambar 5.3.
Pengamatan Tanah Mineral
Dan Pengambil Sampel Tanah Terganggu (Komposit)
4. V – 4
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
5.1.2. Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah dilakukan menurut sistem klasifikasi Soil Taxonomy USDA
(1998) dan padanannya menurut klasifikasi tanah FAO/UNESCO (1985) dan
Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983). Berdasarkan hasil survey di lapangan dan
interfretasi peta Satuan Lahan dan Tanah, di lokasi studi ditemukan 4 (empat)
ordo tanah yaitu Histosols, Entisols, Inceptisols dan Ultisols yang menurunkan
beberapa jenis tanah berikut ini :
1. Histosol, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Sulfohemists, Typic
Haplohemists, Typic Sulfosafrist dan Typic Haplosaprists.
2. Entisol, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Sulfaquents, Typic
Udifluvents dan Aeric Endoaquents.
3. Inceptisols, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Endoaquepts dan
Typic Dystrudepts.
4. Ultisols, ordo tanah ini menurunkan jenis tanah Typic Hapludults, Rhodic
Kanhapludults dan Typic Kanhapludults.
Tabel 5.1.
Padanan Nama Klasifikasi Tanah Di Lokasi Penelitian
No. Ordo
Macam Tanah Luas
Soil Taxonomy USDA,
1998
FAO/UNESCO,
1985
PPT, 1983 Ha %
1. Histosols
Typic Sulfohemists
Typic Haplohemists
Typic Haplosaprists
HemicHistosols
ThionicHistosols
SapricHistosols
OrganosolHemik
OrganosolHemik
OrganosolSaprik
43.478,36
523.110,31
49.274,46
3,38
40,71
3,83
2. Entisols
HaplicSulfaquents
Typic Udifluvents
Aeric Endoaquents
ThionicFluvisols
Dystric Fluvisols
Eutic Fluvisols
Aluvial Tionik
Aluvial Distrik
Aluvial Eutrik
12.617,28
4.099,79
115.919,79
0,98
0.32
9,02
3. Inceptisols
Typic Dystrudepts
OxicDystrudepts
ChromicCambisols
Dystric Cambisols
KambisolKromik
KambisolDistrik
285.755,47
21.241,83
22,24
1,65
4. Ultisols
Typic Hapludults
RhodicKanhapludults
Typic Kanhapludults
HaplicAcrisols
UmbricAcrisols
UmbricAcrisols
PodsolikHaplik
PodsilikRodik
PodsolikKromik
57.540,27
57.699,24
114.168,52
4,48
4,49
8,89
Jumlah 1.284.906,30 100,0
Sumber : Analisis Tim Survey, 2010
5. V – 5
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
5.1.3. Deskripsi Tanah
Tanah yang dijumpai pada areal survey berdasarkan hasil verifikasi lapangan
dan analisis laboratorium memiliki sifat sebagai berikut :
a. Ordo Histosols
Oro Histosols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Typic Sulfohemists, tanah berkembang dari bahan induk bahan organik,
solum dalam (150 - 320 cm), tingkat dekomposisi bahan organik sedang,
terdapat kandungan sulfidik pada kedalaman < 100 cm, reaksi tanah
sangat masam (pH 3,5 - 4), dipengaruhi oleh pasang surut laut.
2. Typic Haplohemists, tanah berkembang dari bahan induk bahan
organik, solum dalam (150 - 250 cm), tingkat dekomposisi bahan
organik sedang, terdapat lapisan fibrik pada penampang bawah, reaksi
tanah sangat masam (pH < 4), dipengaruhi oleh pasang surut sungai.
3. Typic Haplosaprists, tanah berkembang dari bahan induk bahan
organik, solum dalam (200 - > 420 cm), tingkat dekomposisi bahan
organik matang, reaksi tanah sangat masam (pH < 4), dipengaruhi oleh
pasang surut sungai.
b. Ordo Entisols
Oro Entisols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Haplic Sulfaquents, tanah ini berkembang dari bahan endapan
(aluvium), solum dalam (> 120 cm), tekstur tanah halus sampai sedang,
terdapat kandungan sulfidik pada kedalaman > 100 cm, reaksi tanah
6. V – 6
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
sangat masam (pH 4), bersifat hidromorfik mulai dari permukaan tanah
dipengaruhi oleh pasang surut laut.
2. Aeric Endoaquents, bahan induk tanah merupakan endapan aluvial,
solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur halus sampai sedang, reaksi
tanah sangat masam (pH < 4), mempunyai sifat hidromorfik sebagai
akibat pasang surut sungai.
3. Typic Udifluvents, bahan induk tanah merupakan endapan aluvial, solum
tanah dalam (> 120 cm), tekstur halus sampai sedang, reaksi tanah
sangat masam (pH < 4).
c. Ordo Inceptisols
Oro Inceptisols di lapangan dijumpai dua jenis tanah dengan sifat-sifat
sebagai berikut :
1. Typic Dystrudepts, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
halus sampai agak kasar, reaksi tanah sangat masam sampai agak
masam (pH 4 – 4,5).
2. Oxic Dystrudepts, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam
(pH 4 - 4,5 ) dan warna tanah kemerahan.
d. Ordo Ultisols
Oro Ultisols di lapangan dijumpai tiga jenis tanah dengan sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Typic Hapludults, tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
7. V – 7
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
sedang sampai agak kasar, reaksi tanah sangat masam sampai agak
masam (pH 4 - 4,5) dan terdapat timbunan liat pada lapisan bawah.
2. Rhodic Kanhapludults, tanah ini berkembang dari batuan sedimen
berupa batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur
tanah halus sampai sedang, berwarna kemerahan, reaksi tanah sangat
masam sampai agak masam (pH 4 -4,2) dan terdapat timbunan liat pada
lapisan bawah.
3. Typic Kanhapludults. tanah ini berkembang dari batuan sedimen berupa
batu pasir dan batu liat, solum tanah dalam (> 120 cm), tekstur tanah
halus sampai sedang, reaksi tanah sangat masam sampai agak masam
(pH 4 – 4,3) dan terdapat timbunan liat pada lapisan bawah.
5.1.4. Analisis Tanah
Untuk menentukan status kerusakan tanah selain dilakukan penelitian lapangan,
dilakukan pula analisis terhadap contoh tanah komposit dan tanah tak terganggu
di laboratorium tanah. Sifat tanah yang dianalisis di antaranya adalah : tekstur
tanah (komposisi fraksi kasar), berat Isi (BI), porositas total, derajat pelulusan air
(permeabilitas), reaksi tanah (pH), daya hantar listrik (DHL), redoks dan jumlah
mikroba (hasil analisis tanah terlampir).
a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan perbandingan antara fraksi pasir, debu dan liat dari
satu masa tanah. Tanah yang mengandung banyak pasir merupakan tanah
yang relatif tidak subur karena tidak dapat menahan unsur hara dan air,
sehingga tidak tersedia bagi tanaman dan tanaman akan cepat mengalami
kekeringan. Tekstur tanah di lokasi penelitian secara umum tergolong pada
kelas halus sampai sedang, sehingga cukup baik sebagai media tanaman.
b. Berat Isi (BI) / Kerapatan Lindak
8. V – 8
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Berat isi tanah merupakan perbandingan antara berat tanah kering terhadap
volumenya. Kerapatan lindak dijadikan petunjuk tingkat kepadatan tanah.
Makin tinggi nilai kerapatan lindak suatu tanah makin tinggi pula
kepadatannya dan menandakan tanah tersebut sulit diolah dan merupakan
media yang buruk untuk perkembangan akar tanaman dan infiltrasi air.
c. Porositas Total
Porositas tanah dipengaruhi oleh tekstur, struktur dan kandungan bahan
organik. Porositas tanah menjadi tinggi apabila tanah tersebut bertekstur dan
berstruktur kasar sehingga tidak tanah dapat menahan air dan tanah akan
mudah cepat kekeringan.
d. Derajat Pelulusan Air (Permeabilitas)
Permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya air pada suatu media berpori
dalam keadaan jenuh. Tanah dengan permeabilitas rendah menandakan
tanah tersebut dapat menahan air tergenang di permukaan, sebaliknya tanah
dengan permeabilitas tinggi maka air akan mudah terinfiltrasi sehingga unsur
hara mudah tercuci.
e. Derajat Pelurusan Air Reaksi Tanah (pH)
Pada umumnya tanaman akan tumbuh baik pada lingkungan pH tanah netral
(6-7) dan kadar Al3+ yang rendah, karena dalam lingkungan tersebut unsur
hara dalam keadaan bebas, sehingga mudah diserap oleh akar tanaman.
Kemasaman tanah (pH) di lokasi studi pada seluruh areal tergolong sangat
masam (pH 4 – 4,5). Untuk memperbaiki pH tanah di lokasi studi dapat
dilakukan dengan penambahan kapur, diantaranya dengan menambahkan
Kaptan (CaCO3 90 %).
f. Daya Hantar Listrik
Merupakan daya tegangan listrik yang dihitung dala satuan mS/cm.
9. V – 9
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
g. Redoks
Redoks merupakan reaksi kimia yang menyebabkan beralihnya elektron ke
atom atau ke molekul lain, redoks dihitung dalam satuan mV.
h. Jumlah Mikroba
Adalahmikroba yang membantu dalam pembentukan struktur tanah yang
mantap, karena mikroba tersebut dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat
yang tidak mudah larut dalam air, satuan jumlah mikroba dihitung dalam efu/g
tanah.
5.2. KONDISI KELERENGAN/KEMIRINGAN LAHAN
Kerusakan tanah akibat erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam dan
semakin panjang. Apabila lereng semakin curam maka kecepatan aliran permukaan
akan meningkat sehingga kekuatan aliran permukaan dalam mengangkut tanah akan
semakin tinggi. Apabila lereng semakin panjang akan menyebabkan volume air menjadi
semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka kecepatan aliran
menjadi empat kali lipat lebih besar, sehingga benda ataupun berat benda yang
diangkut pada permukaan tanah juga menjadi lebih besar.
Dalam studi ini kemiringan lahan dibagi menjadi menjadi lima kelas yaitu datar sampai
landai (0 – 8 %), agak miring/begelombang (9 – 15%), miring (16 – 25 %), agak curam
(26 – 40 %), curam ( > 40 %).
Pengukuran lereng di lapagan dilakukan dengan memakai alat Clinometer sedangkan
untuk panjang lereng dilakukan dengan menggunakan Metrol. Pengamatan dilakukan
bersamaan dengan waktu pengamatan tanah atau di tempat pengambilan sampel tanah
dan untuk posisi lokasi dilakukan pengukuran koordinat GPS.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, kemiringan lahan di lokasi studi didominasi
oleh daerah atar (lereng 0 – 3 %) dan persen kemiringan lereng tertinggi < 40%.
10. V – 10
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Sedangkan panjang lereng pada daerah-daerah miring berkisar antara 50 – 100 m. Luas
lahan berdasarkan kemiringan lereng dapat dilihat pada bab terdahulu (Bab IV, Tabel
4.3.)
5.3. SURVEY PENGGUNAAN/PENUTUPAN LAHAN
Berdasarkan hasil survey lapangan di seluruh wiayah kerja efektif didominasi oleh hutan
tanaman dengan vegetasi Acacia dan Eucalypthus dan kebun kelapa sawit, mengenai
jenis dan luas penutupan lahan telah disajikan pada bab terdahulu (Bab IV, Tabel 4.4).
5.4. EROSI DAN KONSERVASI TANAH
Dalam pekerjaan ini pengukuran dan penghitungan besarnya erosi yang terjadi di lokasi
studi tidak dilakukan karena berdasarkan Pedoman Teknis Penyusunan Peta Status
Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa ( PP No. 150 tahun 2000), pengukuran
besarnya erosi dan subsidensi ditetapkan harus diukur langsung berdasarkan patok
erosi dan patok subsidensi yang ada dalam waktu 5 tahun. Sedangkan patok-patok
tersebut pada saat dilakukan verifikasi lapangan belum terpasang. Dengan demikinan
masalah erosi dan upaya konservasi tanah hanya dilihat berdasarkan kondisi yang ada
di lapangan.
Kerusakan sumber daya tanah/lahan dan air di Indonesia sebagian besar diakibatkan
oleh erosi tanah sebagai dampak dari tidak diterapkannya kaidah-kaidah konservasi
dalam penggunaan lahan. Erosi merupakan suatu proses di mana tanah dihancurkan
(detached) dan kemudian dipindahkan ke tempat lain yang lebih rendah dan dapat
membentuk endapan tanah (sedimentasi) yang disebabkan oleh kekuatan aliran air,
angin atau gravitasi. Sedangkan besarnya erosi tanah diartikan suatu perkiraan jumlah
tanah hilang maksimum yang akan terjadi pada sebidang lahan, bila pengelolaan
tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu yang
panjang.
11. V – 11
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Adapun akibat yang ditimbulkan oleh erosi tanah di antaranya adalah :
Menurunnya produktifitas tanah.
Daya infiltrasi dan kemampuan tanah dalam menahan air berkurang.
Strutur dan konsistensi tanah menjadi rusak.
Meningkatnya biaya pengolahan tanah.
Lahan terbagi-bagi dan mengurangi luasan yang dapat ditanami.
Pada dasarnya konservasi tanah dengan berbagai metodenya dimaksudkan untuk :
Melindungi tanah dari curahan air hujan
Meningkatkan kapsitas infiltrasi tanah tehadap air dan udara
Mengurangi kecepatan dan besarnya aliran permukaan (run off) dan
Meningkatkan stabilitas agregat tanah.
Konservasi lahan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu cara vegetatif, cara fisik
mekanis dan secara kimia.
1. Perbaikan Lahan Secara Vegetatif
Metoda perbaikan lahahan secara vegetatif dilakukan dengan cara :
Gambar 5.5.
Pembukaan Lahan Tanpa Upaya Konservasi
12. V – 12
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Melakukan reboisasi/penghijauan dilakukan pada daerah dengan kemiringan
lahan > 50% dengan jenis tanaman kehutanan secara permanent.
Penanaman tanaman penutup tanah permanen (cover crop) pada daerah-
daerah kemiringan lahan < 50% yang masih dapat diperuntukan bagi budi daya
tanaman tahunan/tanaman keras yang ditanam sejak selesai pembukaan lahan,
yaitu dengan penanaman leguminose seperti kacang ruji/pucro (Pucraria
phaseoloides).
Penanaman rumput pada jalur pengaliran dan saluran-saluran pambuang
(grassed water ways) serta tebing-tebing sungai.
Penanaman dalam strip (strip cropping) yaitu untuk tanaman semusim yang
dibudidayakan pada daerah dengan kemiringan lahan ≤ 15%.
2. Perbaikan Lahan Secara Fisik Mekanis
Perbaikan fisik lahan secara mekanik adalah malakukan perubahan terhadap lahan
dari bentuk aslinya menjadi bentuk lain dengan memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi lahan terutama pada lahan miring, tujuan sebagai berikut :
Memperlambat laju aliran air permukaan agar dapat mengurangi perusakan
tanah oleh aliran air.
Gambar 5.7.
Kondisi Lahan Tanpa Upaya Konservasi
13. V – 13
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kakuatan yang tidak
merusak tanah.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan perbaikan fisik lahan secara mekanik
terutama adalah kondisi kedalamam solum tanah, tekstur dan sruktur tanah, kondisi
batuan permukaan, kemiringan lahan dan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
Kegiatan konservasi tanah dan air dengan perlakuan fisik mekanis diantaranya
adalah :
Terasering.
Pengolahan tanah menurut kontur.
Pembuatan bedengan dan saluran menurut kontur (contour ridges and furrows).
Pembuatan waduk, dam penghambat (chek dam), rorakan (lubang resapan air)
dan tanggul.
Walaupun secara umum perbaikan lahan secara fisik mekanis bertujuan untuk
melakukan konsevasi tanah dan air agar lestari sebagai lahan produktif, akan tetapi
pada lahan datar di daerah dataran rendah terutama pada tanah organik (gambut
dalam) sering manimbulkan masalah kerusakan terhadap tanah/lahan. Dalam hal ini
adalah pembuatan saluran drainase/kanalisasi untuk pengeringan lahan agar dapat
dijadikan kawasan budidaya baik untuk produksi biomassa maupun untuk
penggunaan lain. Dampak buruk dari kanalisasi pada lahan basah terjadi apbila
pengeringan lahan tanpa disertai pengelolaan tata air dan pembuatan saluran-
saluran drainase terlalu dalam (over drain). Adapun dampak dari pengolahan lahan
dengan kanalisasi tanpa adanya pengelolaan tata air dan over drain adalah :
Terjadinya penurunan permukaan lahan terutama pada lahan gambut
(subsidensi) karena turunnya permukaan air tanah dangkal.
Pada daerah pasang surut akan terjadi instrusi atau genangan air laut pada
tanah, sehingga lahan tidak produktif lagi.
Menyebabkan kekeringan lahan pada musim kemarau sehingga tanaman mati
akibat proses plasmolisis dan transpirasi.
14. V – 14
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
Pada lahan gambut akan mudah terbakar dalam waktu yang lama pada musim
kemarau.
Akan mudah terjadi banjir dan genangan pada penghujan.
3. Perbaikan Lahan Secara Kimia
Metode ini merupakan penggunaan bahan kimia sintetis atau alami sebagai
pemantap tanah (soil coditioner). Bahan kimia ini fungsinya dapat memperbaiki
struktur tanah sehingga resisten terhadap erosi. Jenis yang berbentuk sebuk
diantaranya adalah : polysacharida dan polyvinyl alcohol, sedangkan yang
berbentuk emulsi adalah : polyurethane, polyacrylamide, dan polyacrylacid. Metoda
konservasi tanah secara kimia ini sebaiknya hanya dilakukan pada tanah hasil
konservasi metoda fisik mekanis saja sebagai pemantap struktur tanah baru.
Pada dasarnya lahan di seluruh wilayah kerja efektif pada saat verifikasi lapangan
dilakukan, sudah tertutup oleh vegetasi, terutama oleh tanaman yang dibududayakan
seperti tanaman akasia, eukaliptus, kelapa sawit, karet, kelapa maupun kebun campuran
yang ada di sekitar permukiman penduduk. Akan tetapi upaya konservasi lahan pada
areal budi daya baik pada lahan kering maupun lahan basah belum nampak dilakukan
baik oleh perusahaan perkebunan, perusahaan HTI, maupun oleh masyarakat. Pada
daerah budidaya tanaman tersebut, terutama pada lahan-lahan miring tidak ditemui
Gambar 5.6.
Kanalisasi Tanpa Pengelolaan Tata Air
15. V – 15
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
upaya konservasi baik dengan tanaman penutup tanah permanen maupun terassering.
Selain itu umunya pembersihan kebun dari rumput-rumput yang tumbuh dengan
menggunakan pestisida, setelah rumput-rumput mati kondisi permukaan tanah menjadi
terbuka, sehingga erosi tanah menjadi tinggi.
Secara visual jenis erosi yang terjadi Hal ini mengakibatkan terjadinya erosi tanah yang
nampak dengan adanya alur-alur kecil pada daerah berlereng serta sedimentasi pada
daerah lembah.
Pengolahan lahan pada lahan basah (tanah gambut) dilakukan dengan cara
pengeringan dengan pembuatan saluran drainase, akan tetapi tanpa pengelolaan tata air
yang memadai sehingga terjadi subsidensi lahan gambut yang terlihat dari munculnya
akar pohon-pohonan di permukaan tanah atau tumbangnya pohon. Subsidensi lahan
gambut yang cukup signifikan terlihat di daerah Kecamatan Kuala Kampar.
5.5. PEMETAAN KONDISI TANAH HASIL VERIFIKASI LAPANGAN
Penyusunan pemeta kondisi tanah dilakukan berdasarkan peta kondisi tanah awal, data
primer hasil inventarisasi waktu melakukan verifikasi lapangan dan nilai parameter
kerusakan tanah hasil analisis contoh tanah di laboratorium. Berdasarkan hasil
penyusunan peta kondisi tanah hasil verifikasi lapangan, areal kerja efektif di lokasi studi
dibagi menjadi 36 unit lahan dengan keseragaman jenis tanah, kemiringan lahan,
sebaran curan hujan dan penggunaan/penutupan lahan yang terdiri dari 20 unit lahan
basah da 16 unit lahan kering. Selanjutnya peta kondisi tanah ini dijadikan bahan dasar
penetapan status kerusakan tanah. Karakter masing-masing unit lahan dari peta kondisi
tanah dapat dilihat pada Tabel 5.2. dan Tabel 5.3. sedangkan hasil pemetaannya dapat
dilihat pada Gambar 5.1. Peta Kondisi Tanah pada halaman berikut :
16. V – 16
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
TABEL 5.2.
17. V – 17
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
TABEL 5.3.
18. V – 18
Pekerjaan Penyusunan Kajian Status Kerusakan Lahan Dan/AtauTanah Untuk
Produksi Biomassa di Kabupaten Pelalawan LAPORAN AKHIR
PT. BENNATIN SURYACIPTA
GAMBAR 5.1.
PETA PENETAPAN
KONDISI TANAH