V. Proyek stategis daerah sumatera baratTAROK CITY.ppt
1. LATAR BELAKANG
Berdasarkan observasi dan penelusuran
lapangan keberadaan lahan yang
direncanakan untuk Pengembangan
Kawasan Pendidikan Terpadu Tarok seluas
697 hektar tidak berada pada kawasan
hutan lindung dan sebagian besar lahan
adalah bekas perkebunan, tegalan/ladang,
semak belukar dan lahan kosong.
3. Mengingat lokasi Pengembangan Kawasan
Pendidikan Terpadu Tarok ditumbuhi oleh
tanaman perkebunan, lahan
tegalan/ladang dan lahan, maka
pemilik/penggarap bersama dengan unsur
Ninik Mamak atau Kerapatan Adat Nagari
(KAN) Kapalo Hilalang telah bersedia
dilakukan kompensasi.
4. Kelayakan berdasarkan studi lainnya
adalah merupakan kawasan strategis yang
dihubungkan oleh Jalan Nasional Padang -
Bukittinggi dengan Rencana Kawasan
Komplek Pusat Studi (Kampus) Terpadu.
5. Keberadaan Kawasan Pendidikan Tarok
seluas 697 hektar, selain tujuan utama
untuk Pengembangan Kawasan Terpadu
Tarok, kawasan tersebut akan
mengembangkan daerah-daerah
belakangnya (hinterlandnya), dengan
demikian akan berpengaruh terhadap pola
pergerakan lalu lintas, sehingga daerah
belakangnya akan berkembang.
6. Dapat dilakukan Pengembangan Kawasan
Pendidikan Terpadu Tarok dengan
membangun berbagai fasilitas, terutama
fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas pelayanan umum dan fasilitas
penunjang lainnya yang memenuhi aspek
teknis, lingkungan dan tata ruang.
7. Acuan Perumusan Pengembangan Kawasan
Pendidikan Tarok seluas 697 hektar menurut
kelayakan lokasi dengan menganalisa pada kawasan
yang akan direncanakan pengembangannya
terutama terhadap kondisi topografi, kemudahan
hubungan (aksesibilitas), dampak terhadap sumber
mata air, sedangkan menurut kelayakan lingkungan
dan tata ruang mengacu pada keberadaan kawasan
yang tidak berada pada kawasan hutan lindung,
kelayakan menurut Peta Indikatif Penundaan
Pemberian Izin Baru (PIPPIB).
8. Rencana kegiatan Pengembangan Kawasan
Pendidikan Terpadu Tarok yang akan dikembangkan
sebagai lokasi Pembangunan Komplek Pusat Studi
(Kampus) Terpadu dan Fasilitas Pelayanan Umum
Lainnya dalam areal seluas 697 hektare.
Berdasarkan observasi konsultan di lapangan,
rencana kegiatan dimaksud berada pada vegetasi
penutup berupa areal perkebunan, tegalan/ladang,
semak belukar dan areal yang masih kosong.
9. Untuk lebih jelasnya tentang orientasi Kecamatan
2x11 Kayu Tanam dapat dilihat pada Peta Kabupaten
Padang Pariaman gambar II.1 dan orientasi
Korong Tarok dalam Kenagarian Kapalo Hilalang,
merupakan tempat keberadaan Kawasan Pendidikan
Terpadu Tarok yang akan dikembangkan dapat
dilihat pada Peta Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam
gambar II.2.
10.
11.
12. Tabel 2.1
Nama Nagari dan Korong di Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam
KECAMATAN 2 x 11 KAYU TANAM
Nagari Kayu Tanam Nagari Guguak Nagari Anduriang
Nagari Kapalo
Hilalang
No. Korong No. Korong No. Korong No. Korong
1. Pasa Usang 1. Kandang Ampek 1. Lubuk Aur 1. Simpang
Balai Kamih
2. Titian Panjang 2. Pasa Karambia 2. Sipisang
Sipinang
2. Tarok *)
3. Bandar Manggih 3. Pasa Surau 3. Lubuk Napa 3. Pincuran
Tujuah
4. Pasa Galombang 4. Padang Lapai 4. Kampuang
Tangah
4. Pasar Limau
5. Pasa Tangah 5. Balah Air
6. Padang Mantuang 6. Rimbo Kalam
7. Asam Pulau
Sumber : Pemerintah Nagari Setdakab Padang Pariaman, Tahun 2016.
Keterangan : *) Nama Korong Tempat Keberadaan Kawasan Pendidikan Terpadu Tarok
13. Latar Belakang Terlihat Jalan Masuk Dari Simpang Balai Kamih/Simpang Kapalo
Hilalang (Persimpang Jalan Negara Padang - Bukittinggi) Menuju Kawasan
Pendidikan Tarok
14. Latar Belakang Terlihat Jalan Dari Simpang Balai Kamih/ Simpang
Kapalo Hilalang Menuju Kabun Baru Merupakan Tempat Pertemuan
Dengan Jalan Utama
15. Pandangan di Pinggir Sebelah Kiri Jalan Beton Dari Simpang Kapalo Hilalang,
Latar Belakang Terlihat Pekerjaan Badan Jalan Munuju Kawasan Pendidikan
Tarok Sebagai Jalan Utama Telah Mulai Dilaksanakan
16. Pandangan Dari Persimpangan Jalan Negara Padang- Bukittinggi Menuju
Kawasan Pendidikan Tarok, Latar Belakang Terlihat Kondisi Awal (STA 0+000)
Badan Jalan Sebelum Dilakukan Pekerjaan Pembangunannya.
17. Latar Belakang Persimpangan Jalan Negara Padang - Bukittinggi Merupakan Awal
(STA 0+000 Menuju Tarok Terlihat Pekerjaan Jalan Munuju Kawasan Pendidikan
Tarok Telah Mulai Dilaksanakan Pembukaan/Pelebaran Badan Jalan
18. Latar Belakang (STA 3+000) Merupakan Pertemuan Jalan Beton Dengan Jalan
Utama Dari Simpang Pasar Limau - Tarok, Terlihat Kondisi Eksisting Pekerjaan
Pembangunan Jalan Utama Tersebut Sudah Dimulai Dilaksanakan
19. Latar Belakang Pada (STA 3+000) Arah ke Komplek Kawasan Pengembangan
Pendidikan Terpadu Tarok, Terlihat Pembangunan Dari Jalan Simpang Pasar
Limau - Tarok Sedang Dilaksanakan Pembukaan Badan Jalan.
20. Penggunaan Lahan Di Dalam dan Sekitar
Kawasan Pengembangan
Sebelah Utara : Kebun Campuran dan Semak Belukar
Sebelah Timur : Kebunan Campuran
Sebelah Selatan : Lahan Permukiman dan Kebun Campuran
Sebelah Barat : Kebunan Campuran.
Untuk lebih jelasnya tentang penggunaan/pemanfaatan
saat ini di dalam dan di sekitar lahan Pengembangan
Kawasan Pendidikan Terpadu Tarok dapat dilihat pada
foto dokumentasi pada lampiran I.
21. Tabel 2.2
Data Iklim Bulanan Di Sekitar Wilayah Kegiatan (Tempat
Pengukuran Sicincin)
NO BULAN
CURAH HUJAN SUHU
UDARA
(0C)
KELEMBABAN
(%)
JUMLAH
(MM)
HARI HUJAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
222
183
297
333
205
215
90
168
112
122
487
331
14
11
16
19
13
10
6
11
8
9
23
18
25,12
26.22
25.69
25.66
25.96
25.16
25.57
25.71
24.70
25.59
24.74
25.80
85.0
80.0
85.0
88.0
87.0
82.0
84.0
87.0
84.0
89.0
90.0
86.0
JUMLAH 2.765 158
RATA-RATA 230 13 25,49 85,58
Sumber : Padang Pariaman Dalam Angka Tahun 2016
22. Topografi
Pada dasarnya kondisi topografi yang akan
dikemukakan berikut ini adalah tentang ketinggian
lahan dan kemiringan lahan. Adapun mengenai
ketinggian lahan berdasarkan Detail Engineering
Design (DED) Jalan Utama ke Kawasan Kampus
Terpadu Tarok bagian ujung, dalam hal ini ketinggian
lahan titik elevasi mulai dari Permukaan Jalan Nasional
Padang - Bukittingi, yaitu 121 meter. (Sumber : Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten
Padang Pariaman) yang telah dibuat sebelumnya. Selain
itu, dikemukakan kemiringan lahan dalam kawasan
berada di bawah 15 %.
23. Hidrologi
Pada bagian ini dikemukakan tentang hidrologi
yang terdapat dalam Kawasan Pendidikan
Terpadu Tarok dan sekitarnya, menurut
observasi konsultan di lapangan terdapat tiga
aliran air, yaitu aliran anak air/Banda
Pabanaran, Banda Asamsilasuang dan Banda
Bindalang, kesemua anak air/banda ini mengalir
ke aliran Batang Ulakan.
24. Status Lahan Untuk Pengembangan
Kawasan Pendidikan Terpadu Tarok
Mengenai status lahan Untuk Pengembangan Kawasan
Kampus Terpadu Tarok, akan dikemukakan tentang
legalitas lahan seluas 697 Ha kembali menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh negara, didasarkan oleh
adanya surat Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional yang berisi penyerahan sepenuhnya kepada
Bupati Padang Pariaman Untuk mengatur perUntukan
dan penggunaan tanahnya. Selain itu, adanya
Kesepakatan Ninik Mamak melalui Kerapatan Adat
Nagari (KAN) Kapalo Hilalang dan surat lainnya
(terlampir).
25. Gambar II.3 RENCANA PEMANDAATAN LAHAN DIKAWASAN PENDIDIKAN TERPADU TAROK
Sumber : Dinas PUPR dan Dinas LHPKPP
Kabupaten Padang Pariaman
26. DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT PEMBANGUNAN
KAWASAN TAROK
Pada dasarnya dengan adanya alih fungsi
penggunaan lahan yang semula sebagai hutan
sekunder dan perkebunan karet serta semak
belukar yang berperan sebagai konservasi air
bagi kepentingan manusia, makhluk hidup
lainnya termasuk tananam-tanaman hutan itu
sendiri.
27. Dengan adanya hujan turun di atas ekosistem hutan
sebelum sampai ke permukaan tanah akan ditahan
dan dihambat terlebih dahulu oleh daun-daun dan
ranting-ranting tanaman tinggi (intersepsi) di
kawasan tersebut, sehingga permukaan tanah akan
terhindar dari timpaan-timpaan butir hujan yang
berdaya tumbuk berat. Air hujan yang tertahan oleh
daun-daunan dan ranting-ranting tersebut akan
sampai ke permukaan tanah dan sebagian besar
akan mengalir ke bawah mengikuti batang-batang
pohon, sehingga daya tumbuknya dapat dikatakan
relatif kecil.
28. Kemudian dengan adanya tanaman rendah,
semak belukar dan rumput-rumputan di bawah
pohon-pohon tersebut, yang menutupi
permukaan tanah dan akan berfungsi
menghilangkan daya tumbuk air yang akan
menghancurkan agregat-agregat tanah menjadi
partikel-partikel yang kecil. Selanjutnya
sebagian air ini akan mengalir ke dalam tanah
(infiltrasi) melalui permukaan tanah.
29. Air yang berinfiltrasi ini sebagian akan
diisap oleh akar-akar tanaman dan
sebagian besar akan diuapkan kembali
(transpirasi), sisa air yang masih berada
di permukaan tanah akan mengalir
menjadi aliran permukaan (run off) dan
sebagian akan menguap (evaporasi) dan
sisanya mengalir secara lambat memasuki
sungai.
30. Sebagian air yang berinfiltrasi ke dalam
tanah akan disambut (absorbs) oleh
humus bagi pelapukan-pelapukannya
lebih lanjut dan sebagian lagi akan terus
berinfiltrasi lebih dalam lagi yang disebut
perkolasi, yaitu gerakan air ke bawah dari
zona tidak jenuh (antara permukaan tanah
sampai ke permukaan air tanah) ke dalam
daerah jenuh (daerah di bawah
permukaan air tanah).
31. Air yang berperkolasi ini akhirnya akan
mencapai lapisan kulit bumi membentuk
persediaan air atau kandungan air dalam tanah.
Air tanah ini selanjutnya mengalir secara
horizontal dengan kecepatan yang sangat lambat
sehingga pada akhirnya keluar pada kaki-kaki
bukit sebagai mata air dan tebing-tebing sungai
yang disebut sebagai aliran dasar (base flow).
Air ini bertahan dalam waktu yang lama yang
memberikan air bersih bagi kepentingan hidup
manusia terutama di musim kemarau.
32. Mengingat bahwa air merupakan sumber daya
yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
maka diupayakan agar pembangunan dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
kehidupan masyarakat, namun diupayakan agar
memberikan dampak negatif sekecil-kecilnya
terhadap Iingkungan, termasuk dampaknya
terhadap sumber air, yaitu hilangnya sebagai
aliran permukaan dan menyimpannya
semaksimal mungkin ke dalam tubuh bumi.
33. Atas dasar prinsip ini, maka curah hujan
berlebihan yang turun di kawasan
Pendidikan Terpadu Tarok ini tidak
dibiarkan mengalir ke sungai, tetapi
ditampung dalam suatu wadah yang
memungkinkan air kembali meresap ke
dalam tanah (ground water recharge).
34. Adapun beberapa cara konservasi yang
dapat diterapkan pada kawasan ini :
Pertama, konsep sumur resapan. Konsep
ini pada hakekatnya adalah suatu sistem
drainase air hujan, dimana air hujan yang
jatuh di atap atau lahan, kemudian
ditampung pada suatu sistem resapan air.
35. Cara pelaksanaannya adalah dengan
memanfaatkan bangunan-bangunan gedung
perkuliahan, pekantoran dan bangunan fasilitas
lainnya sebagai daerah tangkapan air (catcment
area), dimana air hujan yang jatuh di atas atap
kemudian disalurkan melalui talang untuk
selanjutnya dikumpulkan dan dimasukkan ke
dalam sumur resapan yang Iokasinya berada di
sekeliling gedung dengan jumlah dan jaraknya
sesuai dengan luas atap dan kapasiltas sumur
resapan.
36. Sedangkan untuk jalan-jalan yang ada dalam
kawasan ini, digunakan luas permukaan jalan
sebagai daerah tangkapan airnya, dimana air
hujan yang jatuh di permukaan jalan ini
kemudian mengalir ke saluran samping di kedua
sisi jalan. Pada saluran samping jalan ini dibuat
sumur resapan dengan jarak tertentu sesuai
dengan luas permukaan jalan dan kapasitas
tampung sumur resapan.
37. Kedua, konsep kolam resapan. Untuk
meresapkan air hujan yang jatuh pada lahan-
lahan terbuka seperti halaman, taman-taman
pada setiap gedung dibuatkan kolam resapan,
berupa kolam terbuka yang khusus dibuat untuk
menampung air hujan dan peresapannya ke
dalam tanah. Dengan demikian kolam resapan
akan mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai
konservasi air sekaligus nilai estetika.
38. Ketiqa, konsep bangunan stabilisasi. Dengan membuat
bangunan stabitisasi berupa chek dam yang berfungsi
untuk mengurangi volume dan kecepatan aliran
permukaan, disamping itu juga untuk menambah
masukan air tanah dan air bawah tanah. Selain itu, juga
dapat mernurunkan kecepatan aliran air permukaan
(run oft). Dengan membuat waduk kecil atau embung
dibuat pada lahan yang cekung berfungsi untuk
menampung air aliran permukaan, menampung
sedimen hasil erosi dan meningkatkan jumlah air yang
meresap ke dalam tanah (infiltrasi). Untuk itu
diharapkan kepada konsultan perencana nantinya agar
tidak memanfaatkan lahanlahan ini sebagai tapak
bangunan ataupun menimbunnya.
39. Keempat, pembuatan lubang resapan biori. Lubang
resapan biori merupakan lubang berbentuk silinder
berdiameter sekitar 10 sentimeter yang digali ke dalam
tanah. Adapun kedalamannya tidak melebihi muka air
tanah, yaitu sekitar 100 sentimeter dari permukaan tanah.
Lubang resapan biori dapat meningkatkan kemampuan
tanah dalam meresapkan air (Brata, K.R & Nelistya, 2008).
Air tersebut meresap melalui biori yang menembus dinding
lubang resapan ke dalam tanah di sekitar lubang. Dengan
demikian akan dapat menambah cadangan air tanah serta
menghindarkan terjadinya aliran air di permukaan tanah.
Lubang resapan biori harus ditempatkan di lokasi yang
dilalui aliran air serta tidak membahayakan bagi manusia
dan hewan peliharaan.
40. Selain itu, cara pengendalian dampak yang didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Memperbesar kapasitas infiltrasi tanah, sehingga
jumlah aliran permukaan dapat diredusir.
b. Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off),
sehingga daya gesek pada permukaan tanah dapat
diperkecil.
c. Memperbesar daya tahan (resistensi) tanah terhadap
daya merusakkan dan menghanyutkan dari butir-
butir hujan serta aliran permukaan. Berdasarkan
prinsip-prinsip di atas, pengendalian erosi dapat
dilaksanakan dengan Metode Vegetatif atau Biologi
dan Metode Mekanik sebagai berikut
42. Pelaksana atau pengelola kegiatan
melakukan penataan drainase aliran
permukaan di lokasi kegiatan menuju
badan air penerima pada Tahap
Konstruksi dimulai atau bersamaan
dengan kegiatan Pembangunan Kawasan
Tarok, agar sedimentasi pada badan air
penerima dan pada lahan pertanian
masyarakat di sekitarnya dapat
dikendalikan.
43. Pembuatan penahan lereng atau
perkuatan lereng dibuat pada kaki lereng,
sedangkan pondasi penguat lereng dibuat
diletakkan pada batuan dasar yang cukup
kuat menahan beban, apabila ditempatkan
pada tubuh lereng kemungkinan akan
menjadi beban yang justru memicu
terjadinya proses gerakan (longsor).
44. Penanaman tanaman penutup tanah tinggi seperti
Albizzia falcata, Swietania macrophyilla (Mahoni),
Leucaena leucocephala (Lamtoro gung), Altingia excelsa
(Rasamala), Alcurites moluccana (Kemiri), dan lain-lain yang
merupakan tanaman reboisasi, sedangkan tanaman buah-
buahan merupakan tanaman penghijauan.
Adapun tanaman penutup sedang seperti berupa semak
seperti beberapa tanaman leguminosa, yaitu Clotararia
anagyroides, C.Junceal, C.Striata dan lain-lain serta
tanaman penutup rendah misalnya akar wangi, rumput gajah,
rumput benggala, rumput signal (Brachiaria decumbens
staph) dan rumput setaria (Setaria sphacelata) hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya erosi dan
meningkatkan kesuburan tanah, rumput tersebut bisa
ditanam pada tanah miring yang berteras dan ditanam pada
tepi teras.
45. Pada pekerjaan penimbunan, lahan yang
tetutup tanaman sebaiknya tidak ditimbun
langsung, tetapi top soilnya dikupas
terlebih dahulu. Kupasan top soil tersebut
digunakan kembali untuk menutup hasil
timbunan.
46. Perlu pembatasan intensitas ruang untuk tapak bangunan
yang akan dibangun di Kawasan Tarok. Adapun ketentuan
perbandingan antara luas bagian lahan yang tertutup
bangunan dengan luas bagian yang terbuka proporsinya
dinyatakan dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau
Building Coverage Ratio (BCR), merupakan bagian zona yang
tertutup bangunan (yang dapat dibangun) biasanya
maksimum 60 % dari luas zona. Mengingat lahan masih luas
dan saat ini berada di luiar kota, maka sebaiknya KDB
disarankan adalah 40 %, artinya lahan yang terbangun adalah
40 %, sedangkan lahan tidak dibangun sebagai lahan terbuka
adalah 60 %, agar lebih luas vegetasi penutup-nya (Ground
Cover Vegetation). Selain itu, tidak menutup semua lahan
dengan bangunan penutup, walaupun ditutup tetapi dengan
pasangan paving block, agar air yang mengalir (run off) tidak
terlalu tinggi.
47.
48.
49.
50.
51. RENCANA PERUNTUKAN TANAH PADA PEMBANGUNAN
KAWASAN TAROK CITY
Uraian Luas (Ha) Keterangan
Kompensasi Untuk Masyarakat 75 -
Kampus ISI 40 SK Bupati
Politeknik Negeri Padang 40 SK Bupati
UNP 150 SK Bupati
Diklat BPN 50 SK Bupati
Rumah Sakit Vertikal 30 SK Bupati
Kantor UPTD Metrologi Legal Kab. Padang Pariaman 0,3 SK Dalam Proses
GOR 15 -
Diklat LAN 40 -
Agro Wisata 97,3 -
Diklat Jaksa Agung 25 -
Jumlah 562,6
Sandi Negara 40 + 48,7 Ha, belum ada kesepakatan
peruntukan Tanah
UIN/IAIN Imam Bonjol 50
Fasum (Jalan Umum, Aliran Drainase, dan Lainnya) 44,4 -
Jumlah 134,4
Total Tanah Tersedia 697
Keterangan:
Setiap Zona Disarankan Membuat Ruang Terbuka Hijau (RTH) Sebesar 20 % sampai dengan 30 %.
52. Pandangan dari Pinggir Jalan, Saat Hampir Sampai Pada Jalan Masuk
(Jalan Utama) Terlihat Sebelah Barat Penggunaan Lahan Saat ini Adalah
Sebagai Lahan Perkebunan Karet
53. Pandangan Dari Timur ke Barat, Latar Belakang
Terlihat Pekerjaan Sebagian Badan Jalan Munuju Kawasan
Pendidikan Terpadu Tarok Mulai Dilaksanakan
54. Pandangan dari Timur Areal ini Berada di Pinggir Sebelah Barat,
Rencana Penggunaan Lahan Sama Dengan di Atas, Sedangkan
Penggunaan Lahan Saat ini (Kondisi Eksisting) Adalah Sebagai Lahan
Kebun Campuran (Tanaman Karet dan Sawit)
55. Latar Belakang di Pinggir Kanan Terlihat Banda Pabanaran,
Rencana Penggunaan Lahan Sama Dengan di Atas, Sedangkan
Penggunaan Lahan Saat ini (Kondisi Eksisting) Adalah Sebagai Lahan
Kebun Campuran (Tanaman Karet dan Sawit)
56. Pandangan Dari Pinggir Jalan (Daerah Pandawa), Latar Belakang
Terlihat Jalan Menuju Kampus ISI (Berada Pada Zoning 05) Kondisi
Eksisting Pembukaan Badan Jalan Sudah Dimulai
57. Areal ini Berada Antara Zoning 01 (Rencana Penggunaan Lahan Untuk
Cadangan) dan Zoning 02 (Rencana Penggunaan Lahan Untuk Agro
Wisata) Lokasi ini Berada di Pinggir Sebelah Barat
58. Pandangan Arah ke Luar Lokasi Kegiatan, Latar Belakang Terlihat
Jembatan Yang Dilalui Oleh Saluran/Banda Pabanaran Aliran
Tersebut Bermuara ke Batang Ulakan
59. Latar Belakang Terlihat Salah Seorang Ninik Mamak Sedang
Menunjukkan Tapal Batas, Lokasi ini Berada di Sebelah Barat Kawasan
(Koordinat 000 29’ 54,96” LS dan 1000 18’ 4,86” BT).
60. Latar Belakang Terlihat Pemanfaatan Lahan Saat ini,
(Kondisi Eksisting) Adalah Sebagai Lahan Perkebunan Tanaman
Pinang, Lokasi ini Berada Sebelum Masuk Jalan Utama
61. Latar Belakang Terlihat Patok Tapal Batas di Sebelah Timur
Kawasan Pendidikan Terpadu Tarok, Lokasi ini Berada Pada
Koordinat No. 5 (000 31’ 55,62” LS dan 1000 18’ 4,44” BT).
63. DOKUMENTASI
PRA STUDI KELAYAKAN
PENGEMBANGAN KAWASAN PENDIDIKAN
TERPADU TAROK
LOKASI
KORONG TAROK
KENAGARIAN KAPALO HILALANG
KECAMATAN 2X11 KAYU TANAM
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
TAHUN 2017
64. DOKUMENTASI
PRA STUDI KELAYAKAN
PENGEMBANGAN KAWASAN PENDIDIKAN TERPADUTAROK
LOKASI
KORONG TAROK
KENAGARIAN KAPALO HILALANG
KECAMATAN 2X11 KAYU TANAM
KABUPATEN PADANG PARIAMAN
TAHUN 2017