The document discusses second-order circuits and their characteristics. It covers series and parallel RLC circuits without sources, describing their natural frequencies and damping factors. It then examines RLC series and parallel circuits with DC sources. Finally, it provides the general steps to analyze any second-order circuit: 1) find initial conditions and final value, 2) derive the differential equation and identify response type, 3) obtain steady-state response, and 4) determine total response by combining transient and steady-state responses. Students are assigned homework problems to work on in groups involving second-order circuits.
1. Transformasi Z berfungsi untuk mengubah sinyal waktu diskrit menjadi bentuk kompleks dalam domain frekuensi dan berguna untuk menyelesaikan persamaan beda.
2. Transformasi Z didefinisikan sebagai deret tak hingga dari koefisien sinyal x(n) yang dikalikan dengan z^(-n) dan hanya berlaku di Region of Convergence tertentu.
3. Contoh kasus transformasi Z antara lain transformasi sinyal konstan, impulse, dan deret waktu
Dokumen tersebut membahas tentang arus listrik, kemalaran arus, konduktivitas, dan dielektrik. Secara ringkas, arus listrik adalah aliran muatan listrik melalui suatu konduktor, sedangkan kemalaran arus menjelaskan bahwa muatan akan terbentuk jika ada arus yang keluar dari suatu ruang tertutup. Konduktivitas menjelaskan hubungan antara arus dengan medan listrik pada suatu bahan, sedangkan dielek
The document discusses second-order circuits and their characteristics. It covers series and parallel RLC circuits without sources, describing their natural frequencies and damping factors. It then examines RLC series and parallel circuits with DC sources. Finally, it provides the general steps to analyze any second-order circuit: 1) find initial conditions and final value, 2) derive the differential equation and identify response type, 3) obtain steady-state response, and 4) determine total response by combining transient and steady-state responses. Students are assigned homework problems to work on in groups involving second-order circuits.
1. Transformasi Z berfungsi untuk mengubah sinyal waktu diskrit menjadi bentuk kompleks dalam domain frekuensi dan berguna untuk menyelesaikan persamaan beda.
2. Transformasi Z didefinisikan sebagai deret tak hingga dari koefisien sinyal x(n) yang dikalikan dengan z^(-n) dan hanya berlaku di Region of Convergence tertentu.
3. Contoh kasus transformasi Z antara lain transformasi sinyal konstan, impulse, dan deret waktu
Dokumen tersebut membahas tentang arus listrik, kemalaran arus, konduktivitas, dan dielektrik. Secara ringkas, arus listrik adalah aliran muatan listrik melalui suatu konduktor, sedangkan kemalaran arus menjelaskan bahwa muatan akan terbentuk jika ada arus yang keluar dari suatu ruang tertutup. Konduktivitas menjelaskan hubungan antara arus dengan medan listrik pada suatu bahan, sedangkan dielek
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)kiplaywibley
Buku ini membahas analisis transien pada rangkaian listrik orde-1 dan orde-2 dengan menggunakan transformasi Laplace, Fourier, dan model sistem. Pembahasan dimulai dari konsep dasar analisis transien, contoh rangkaian orde-1 dan orde-2, hingga metode analisis menggunakan transformasi Laplace, Fourier, dan pendekatan model sistem."
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritBeny Nugraha
Modul ini membahas tentang sistem dan sinyal waktu diskrit. Terdapat definisi sistem waktu diskrit sebagai divais atau algoritma yang beroperasi pada sinyal waktu diskrit dengan masukan dan keluaran berupa sinyal waktu diskrit. Modul ini juga menjelaskan sifat-sifat sistem waktu diskrit seperti kausalitas, linearitas, dan time invariant serta contoh penerapannya. Terakhir membahas mengenai konvolusi sebagai hubungan antara mas
Sistem tenaga listrik terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem pembangkit, transmisi, dan distribusi. Sistem pembangkit membangkitkan energi listrik dari sumber daya alam, sistem transmisi menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke pusat beban, sedangkan sistem distribusi mendistribusikan energi ke konsumen.
Sinyal adalah fenomena yang muncul dari suatu lingkungan tertentu dan dapat dinyatakan secara kuantitatif, sementara sistem adalah jalinan berbagai bagian yang berinteraksi dengan sinyal masukan dan keluaran. Contoh aplikasi sinyal dan sistem adalah komputer, alat kesehatan, dan pendingin ruangan.
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
Dokumen tersebut membahas sistem koordinat kartesius, silinder, dan bola beserta transformasinya, serta penerapannya dalam menyelesaikan masalah vektor dan menghitung luas permukaan.
Teks tersebut merangkum tentang Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin yang digunakan untuk mengukur tahanan dengan tingkat ketelitian tinggi. Jembatan Wheatstone terdiri dari 4 buah tahanan dan galvanometer, sedangkan Jembatan Kelvin merupakan modifikasi Jembatan Wheatstone dengan menggunakan 7 buah tahanan untuk meningkatkan ketelitian pengukuran tahanan rendah. Teks tersebut juga menjelaskan cara kerja, persamaan kesetimbangan
1. Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar sistem kontrol, meliputi konsep sistem terkendali, masalah kontrol, transformasi Laplace, model sistem dalam bentuk persamaan diferensial dan fungsi transfer, serta tanggapan sistem terhadap berbagai masukan seperti impulse dan step.
Kapasitor dan dielektrika membahas tentang kapasitor sebagai alat penyimpan muatan listrik dan bagaimana kapasitansi dipengaruhi oleh jarak dan luas konduktor, serta rangkaian kapasitor secara seri dan paralel. Dokumen ini juga membahas tentang dielektrika dan bagaimana keberadaannya di dalam kapasitor dapat meningkatkan kapasitansi melalui pembiasan muatan listrik. Dokumen menjelaskan konsep-konsep
Buku e analisis-rangkaian-listrik-jilid-2 (1)kiplaywibley
Buku ini membahas analisis transien pada rangkaian listrik orde-1 dan orde-2 dengan menggunakan transformasi Laplace, Fourier, dan model sistem. Pembahasan dimulai dari konsep dasar analisis transien, contoh rangkaian orde-1 dan orde-2, hingga metode analisis menggunakan transformasi Laplace, Fourier, dan pendekatan model sistem."
Pengolahan Sinyal Digital - Slide week 2 - sistem & sinyal waktu diskritBeny Nugraha
Modul ini membahas tentang sistem dan sinyal waktu diskrit. Terdapat definisi sistem waktu diskrit sebagai divais atau algoritma yang beroperasi pada sinyal waktu diskrit dengan masukan dan keluaran berupa sinyal waktu diskrit. Modul ini juga menjelaskan sifat-sifat sistem waktu diskrit seperti kausalitas, linearitas, dan time invariant serta contoh penerapannya. Terakhir membahas mengenai konvolusi sebagai hubungan antara mas
Sistem tenaga listrik terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem pembangkit, transmisi, dan distribusi. Sistem pembangkit membangkitkan energi listrik dari sumber daya alam, sistem transmisi menyalurkan energi listrik dari pembangkit ke pusat beban, sedangkan sistem distribusi mendistribusikan energi ke konsumen.
Sinyal adalah fenomena yang muncul dari suatu lingkungan tertentu dan dapat dinyatakan secara kuantitatif, sementara sistem adalah jalinan berbagai bagian yang berinteraksi dengan sinyal masukan dan keluaran. Contoh aplikasi sinyal dan sistem adalah komputer, alat kesehatan, dan pendingin ruangan.
sistem koordinat vektor (kartesian, silindris, bola)Albara I Arizona
Dokumen tersebut membahas sistem koordinat kartesius, silinder, dan bola beserta transformasinya, serta penerapannya dalam menyelesaikan masalah vektor dan menghitung luas permukaan.
Teks tersebut merangkum tentang Jembatan Wheatstone dan Jembatan Kelvin yang digunakan untuk mengukur tahanan dengan tingkat ketelitian tinggi. Jembatan Wheatstone terdiri dari 4 buah tahanan dan galvanometer, sedangkan Jembatan Kelvin merupakan modifikasi Jembatan Wheatstone dengan menggunakan 7 buah tahanan untuk meningkatkan ketelitian pengukuran tahanan rendah. Teks tersebut juga menjelaskan cara kerja, persamaan kesetimbangan
1. Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar sistem kontrol, meliputi konsep sistem terkendali, masalah kontrol, transformasi Laplace, model sistem dalam bentuk persamaan diferensial dan fungsi transfer, serta tanggapan sistem terhadap berbagai masukan seperti impulse dan step.
Kapasitor dan dielektrika membahas tentang kapasitor sebagai alat penyimpan muatan listrik dan bagaimana kapasitansi dipengaruhi oleh jarak dan luas konduktor, serta rangkaian kapasitor secara seri dan paralel. Dokumen ini juga membahas tentang dielektrika dan bagaimana keberadaannya di dalam kapasitor dapat meningkatkan kapasitansi melalui pembiasan muatan listrik. Dokumen menjelaskan konsep-konsep
Bab 2 membahas rangkaian dioda dan penggunaannya sebagai penyearah tegangan. Dioda dapat digunakan untuk mengubah sinyal bolak balik menjadi searah karena hanya dapat melewatkan arus pada satu arah. Rangkaian penyearah sederhana adalah setengah gelombang, sedangkan untuk hasil yang lebih baik diperlukan penyearah gelombang penuh. Stabilisasi tegangan output dapat dicapai menggunakan rang
Bab 9 analisis keadaan tunak sinusoidalRumah Belajar
Bab 9 membahas analisis keadaan tunak sinusoidal, termasuk konsep phasor, impedansi, dan solusi keadaan tunak sinusoidal dengan menggunakan representasi phasor. Metode ini memungkinkan pencarian tegangan dan arus sebagai fungsi waktu untuk rangkaian listrik pada keadaan tunak sinusoidal."
Materi:
1.DasarrangkaianClock / Multivibrator
2.Jenis-jenismultivibrator
3.LajuPengisiandanPengosonganKapasitor
4.MultivibratorAstabildariIC 5555.MultivibratorMonostabildariIC 555
6.IC MultivibratorMonostabil74121
7.Crystal Oscillator
http://technomoderen.blogspot.com
Note : bila sobat mau cari2 bahan gak ketemu , sobat bisa request kok sma sya ...
:D
mumpung hti ane lg baik neh , hehehe
info lebih lanjut
hub : Riszqi Pujangga (facebook)
081990334647 (sms) no call, krn ane kerja lembur ..... :)
dan sobat bsa juga kunjungi my web di atas,
thanks
Rangkaian hambatan paralel dan seri digabung. Hambatan ekivalen diperoleh dengan menggunakan hukum paralel dan seri. Arus dan tegangan pada masing-masing hambatan dihitung menggunakan hukum Ohm dan Kirchhoff.
Dokumen tersebut merupakan tugas mengenai medan listrik statis yang terdiri dari 4 soal. Soal pertama meminta untuk menggambar garis gaya medan listrik pada beberapa muatan listrik. Soal kedua dan ketiga meminta menghitung kuat medan listrik dari muatan-muatan tertentu pada jarak tertentu dengan diketahui persamaan medan listrik. Sedangkan soal keempat meminta menentukan besar muatan listrik jika diketahui kuat medan listrik
Bab 5 membahas tentang multivibrator, yaitu osilator yang menghasilkan perubahan keadaan pada sinyal output. Terdapat tiga jenis multivibrator: astabil, monostabil, dan bistabil. Multivibrator astabil menghasilkan gelombang persegi secara berkelanjutan, sedangkan monostabil dan bistabil hanya menghasilkan satu atau dua keadaan. Multivibrator dapat dibuat menggunakan komponen diskrit atau IC seperti 555 dan 74121.
Rangkuman menjelaskan tentang arus searah (DC) yang hanya melibatkan arus dan tegangan searah yang tidak berubah terhadap waktu. Komponen pada rangkaian DC meliputi baterai, hambatan, dan kawat penghantar. Rangkaian seri dan paralel digunakan untuk menyederhanakan rangkaian yang kompleks."
1. Dokumen berisi 20 soal tes matematika IPA tentang materi barisan dan deret aritmetika, geometri, persamaan kuadrat, dan geometri ruang.
2. Soal-soal tersebut mencakup konsep-konsep dasar matematika SMA seperti operasi bilangan, persamaan, dan hubungan antar bilangan.
3. Jawaban soal tersebut berupa pilihan ganda A sampai E.
Dokumen tersebut membahas tentang rangkaian dioda, dimulai dari penjelasan hubungan P-N pada dioda, karakteristik arus-tegangannya, dan berbagai aplikasinya seperti penyearah sinyal tegangan dan pelipatganda tegangan."
The document discusses image segmentation techniques. It begins by defining segmentation as partitioning an image into distinct regions that correlate with objects or features of interest. The goal of segmentation is to find meaningful groups of pixels. Several segmentation techniques are described, including region growing/shrinking, clustering methods, and boundary detection. Region growing uses homogeneity tests to merge neighboring regions, while clustering divides space based on similarity within groups. Boundary detection finds boundaries between objects. The document provides examples and details of applying these segmentation methods.
The document discusses morphological image operations and mathematical morphology. It provides examples of basic morphological operations like dilation, erosion, opening and closing. It also discusses morphological algorithms for tasks like boundary extraction, region filling, connected component extraction, skeletonization, and using morphological operations for applications like detecting foreign objects. The key concepts covered are binary morphological operations, connectivity in images, and algorithms for thinning, boundary detection, and segmentation.
The document discusses point processing operations in image processing which perform transformations independently on each pixel without considering spatial information. Point processing includes operations like negative, log, power-law transformations, and gamma correction that define a new image as a function of the existing image applied to each pixel. While point processing loses all spatial information, it can be used for basic image enhancement tasks like contrast stretching, histogram equalization, and matching.
The document discusses various 2-D orthogonal and unitary transforms that can be used to represent digital images, including:
1. The discrete Fourier transform (DFT) which transforms an image into the frequency domain and has properties like energy conservation and fast computation via FFT.
2. The discrete cosine transform (DCT) which has good energy compaction properties and is close to the optimal Karhunen-Loeve transform.
3. The discrete sine transform (DST) which is real, symmetric, and orthogonal like the DCT.
4. The Hadamard transform which uses only ±1 values and has a fast computation, and the Haar transform which is a simpler wavelet transform
This document provides definitions and notations for 2-D systems and matrices. It defines how continuous and sampled 2-D signals like images are represented. It introduces some common 2-D functions used in signal processing like the Dirac delta, rectangle, and sinc functions. It describes how 2-D linear systems can be represented by matrices and discusses properties of the 2-D Fourier transform including the frequency response and eigenfunctions. It also introduces concepts of Toeplitz and circulant matrices and provides an example of convolving periodic sequences using circulant matrices. Finally, it defines orthogonal and unitary matrices.
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
This document provides an introduction to image processing and analysis. It discusses image acquisition, pre-processing techniques like image transforms and enhancement, and applications of image processing. Image transforms like the discrete Fourier transform and discrete cosine transform are used to represent images in different domains. Image enhancement techniques accentuate features to make images more useful for display and analysis. Common techniques include adjusting histograms, using median filters, and performing operations in transform domains.
Image enhancement techniques can be used to improve image visual appearance and analysis by accentuating features like edges and boundaries. There are several techniques including:
1. Point operations like contrast stretching and thresholding that modify pixel values.
2. Spatial operations like noise smoothing and sharpening that apply neighborhood pixel averaging or differencing.
3. Transform domain techniques like filtering in the frequency domain to accelerate operations like noise removal.
4. Edge enhancement methods like the pyramid approach that detects edges across multiple image scales to isolate significant edges.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengukuran objek khususnya ukuran dan bentuk objek melalui citra digital. Secara ringkas, dokumen menjelaskan tiga hal utama yaitu: 1) pengukuran ukuran objek seperti luas, keliling, panjang dan lebar menggunakan berbagai metode seperti hitung pixel, chain code, dan lainnya; 2) pengukuran bentuk objek melalui kuantitas seperti kesegiempat-an, kebulatan, mom
Bab VII membahas perancangan poros dan asesorinya. Poros digunakan untuk mentransmisikan putaran dan torsi dari satu komponen ke komponen lainnya. Bab ini menjelaskan pembebanan yang terjadi pada poros, material yang digunakan, dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan poros seperti tegangan, defleksi, dan konsentrasi tegangan.
Bab ini membahas tentang bantalan dan sistem pelumasan. Ada dua jenis bantalan yaitu bantalan luncur yang menggunakan mekanisme geseran dan bantalan gelinding yang menggunakan mekanisme rolling. Sistem pelumasan penting untuk mengurangi geseran, keausan, dan melindungi permukaan. Ada berbagai jenis pelumas seperti cair, padat, dan gas.
Dokumen ini memberikan informasi tentang pertemuan 8 kuliah mikrokontroler yang membahas aplikasi seven segment, common cathode, konversi BCD ke seven segment, tabel kebenaran dan metoda scanning untuk seven segment. Dokumen ini juga memberikan kontak dosen Gembong Edhi Setyawan.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
1. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
BAB 7
RANGKAIAN ORDE DUA
Setelah mempelajari Bab 7 Rangkaian Orde Dua, Anda diharapkan:
1. Memahami definisi rangkaian dinamik orde dua.
• →→ →
2. Mampu menulis state equation rangkaian linier x = A x + u ( t ) dan konversinya ke
persamaan diferensial orde dua.
3. Memahami step-response (tanggapan undak) dan impulse response (tanggapan
ht
impuls) rangkaian orde dua.
tp
4. Memahami zero-state response (tanggapan tanpa kondisi awal) dan zero-input
response (tanggapan tanpa masukan) rangkaian orde dua.
://
5. Memahami definisi transient response (tanggapan peralihan) dan steady-state
ru
response (tanggapan tunak) pada rangkaian orde dua.
m
6. Memahami definisi solusi homogen/ umum dan solusi khusus persamaan diferensial
ah
orde dua.
-b
• →→
7. Memahami perilaku kualitatif state equation x = A x , yakni perilaku zero-input
el
response rangkaian orde dua dan mampu menggambar bentuk umum state
aj
trajectory untuk enam perilaku kualitatif, yakni stable node, unstable node, saddle
a
point, center, stable focus, dan unstable focus.
r.o
8. Mampu menulis state equation rangkaian non linier.
rg
9. Memahami metode aproksimasi terlinierisasi state equation non linier ke state-
equation linier di sekitar titik operasi menggunakan matrisk Jacobian
∂f1 ∂f1
→ ∂x ∂x 2
J = 1
∂f 2 ∂f 2
∂x 1
∂x 2
10. Memahami definisi titik keseimbangan (equilibrium point).
11. Memahami kesamaan antara titik keseimbangan pada rangkaian dinamik dan titik
operasi pada rangkaian resistifnya.
12. Mampu menjelaskan paradoks titik operasi.
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 145
2. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
1. a. Tuliskan state equation untuk rangkaian yang ditunjukkan pada P7.1a.
b. Tulis sebuah persamaan diferensial orde dua untuk rangkaian tersebut,
identifikasi α dan ωo pada persamaan tersebut.
2
10Ω 1 10Ω g2
i c1 i c2
5Ω + 5Ω +
+ +
5v c1 3F vc2 2Ω 5v c1 3F vc2 2Ω
2F v c1 2F v c1
− − − −
10V 10V
P7.1a P7.1b
ht
Solusi
tp
a. Rangkaian pada P7.1a digambar kembali seperti pad P7.1b.
://
10 − v c1 v − v c2
ru
KCL di titik1 : = i c1 + c1 ...(1)
5 10
m
• • 3 1
ah
Substitusi i c1 = 2 v c1 ke (1) menghasilkan v c1 = − v c1 + v c 2 + 1 ...(2)
20 20
-b
v c 2 − v c1 v
KCL pada permukaan Gauss g2: + 5v c1 + i c 2 + c 2 = 0 ...(3)
el
10 2
aj
• • 49 1
Substitusi i c 2 = 3 v c 2 ke (3) menghasilkan v c 2 = − v c1 − v c 2 ....(4)
a
30 5
r.o
Dari persamaan (3) dan (4) dapat ditulis
rg
•
v c1 = − 20 v c 1 1
3 1
+
20
...(5)
• − 30 49
− v c 2 0
1
v c2 5
• a 11 a 12 x 1 u 1 ( t )
b. Matriks state equation x 1 = + dapat diubah ke bentuk
a 22 x 2 u 2 ( t )
•
x 2 a 21
•• •
persamaan diferensial skalar orde dua x 1 − T x 1 + ∆x 1 = u a ( t ) bila a 12 ≠ 0 ...(6)
•• •
atau x 2 − T x 2 + ∆x 2 = u b ( t ) bila a 21 ≠ 0 ...(7) .
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 146
3. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Persamaan skalar orde dua pada persamaan (6) atau (7) juga dapat ditulis dalam
•• •
bentuk x + 2α x + ωo x = u ( t ) ...(8).
2
di mana hubungan antar variabel adalah
T = (a 11 + a 22 ) = −2α dan ∆ = a 11a 22 − a 12 a 21 = ωo
2
• •
u a ( t ) = −a 22 u 1 ( t ) + a 12 u 2 ( t ) + u 1 ( t ) dan u b ( t ) = a 21 u 1 ( t ) − a 11 u 2 ( t ) + u 2 ( t )
Dari persamaan konversi variabel dan persamaan (5) di atas diperoleh
3 1 7 1 7
T=− + − = − ; α = − T =
ht
20 5 20 2 40
tp
3 1 1 49 67
∆=− − − − = = ωo
2
://
20 5 20 30 600
ru
1 1 1
u a ( t ) = .1 + .0 + 0 =
m
5 20 5
ah
49 3 49
u b (t) = − .1 − − .0 + 0 = −
-b
30 20 30
el
Dari persamaan (6) dan (7) (atau persamaan (8)) Anda akan memperoleh
aj
7 67 1 7 67 49
a
v c1 + v c1 + v c1 = dan v c 2 + vc2 + vc 2 = −
20 600 5 20 600 30
r.o
rg
2. Ulangi pertanyaan 1 untuk rangkaian pada P7.2a dan P7.2b.
is ( t)
G = 2S 1F 4H
iL
1: 2
2Ω 4Ω i L2 + vc −
+
2 sin ωt 2F v c1 5A 5H 1Ω 1Ω 1Ω
−
P7.2a P7.2b
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 147
4. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Solusi
Rangkaian pada P7.2a
•
v c1 = − 4 v c1 5 + 1 sin ωt
3 1
+
8 2
a. •
20
1 1
− 80 i L 2 0
i L 2
Rangkaian pada P7.2b
•
v c = − 2
1 1
v c − 1
2
+ − 3 i s ( t )
2
• − 1 8
3
− 8 i L 8
i L
ht
b. Persamaan diferensial orde dua, α dan ωo rangkaian pada P7.2a
2
tp
://
3 1 61 1 61
T = − + − = − ; α = − T =
ru
4 80 80 2 160
m
ah
3 1 1 1 1
∆ = − − − = = ωo
2
4 80 20 8 320
-b
el
1 1 1 1
u a (t) = 5 + sin ωt − (0) + ω cos ωt
aj
80 2 8 2
a r.o
1 1 3
u b (t) = 5 + sin ωt + (0) + 0
rg
20 20 4
•• 61 • 1 1 1 1
v c1 + v c1 + v c1 = + sin ωt + ω cos ωt
80 320 16 160 2
•• 61 • 1 1 1
i L2 + i L2 + i L 2 = + sin ωt
80 320 4 40
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 148
5. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Persamaan diferensial orde dua, α dan ωo rangkaian pada P7.2b
2
1 3 7 1 7
T = − + − = − ; α = − T =
2 8 8 2 16
1 3 1 1 1 2
∆ = − . − − − = = ωo
2 8 8 2 4
3 1 1 3 1•
u a (t) = − i s (t) + − i s (t) − i s (t)
8 2 2 8 2
ht
1 1 1 3 3•
u b (t) = − − i s (t) + − i s (t) − i s (t)
8 2 2 8 8
tp
://
•• 7• 1 3 1•
ru
vc + v c + v c = − i s (t) − i s (t)
8 4 8 2
m
•• 7• 1 1 3•
i L + i L + i L = − i s (t) − i s (t)
ah
8 4 8 8
-b
3. a. Tulis state equation untuk rangkaian yang ditunjukkan pada P7.3a dan
P7.3b. Asumsikan model op amp ideal dan op amp beroperasi pada daerah
el
linier.
aj
b. Untuk rangkaian tersebut, nyatakan vo sebagai fungsi state variable dan
masukan.
a r.o
2Ω
1Ω
rg
1F
1
F
2
+ vc −
iL
+ vc −
3H 1H iL
1
− −
∞ ∞
1Ω + +
+ +
vc
vs (t) vo vo
− −
v s ( t)
P7.3a P7.3b
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 149
6. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Solusi
a. Untuk rangkaian pada P7.3a.
Pilih vc dan iL sebagai state variable (tentunya, Anda juga bisa memilih qc dan φL
sebagai state variable untuk kapasitor dan induktor linear time-invariant).
v s (t) v • vC
Dari KCL di titik1 : = iL + iC + C ⇔ v s (t) = i L + v C + ...(1)
1 2 2
• vC
Persamaan (1) dapat ditulis kembali menjadi v C = − − i L + v s (t) ...(2)
2
• • vC vC
Dari P7.3a juga tampak v C = v L = L i L ⇔ iL = = ...(3)
L 3
ht
tp
Persamaan (2) dan (3) dapat ditulis dalam bentuk matriks
://
• − 1 − 1 v C v s ( t )
v C = 1 2
ru
+
0 i L 0
•
iL 3
m
ah
Dengan cara yang sama, Anda akan mendapatkan state equation untuk rangkaian
P7.3b sebagai berikut
-b
• − 2 − 1 v 0
v C =
el
C
• i + − v ( t )
iL 1
0 L s
aj
a
b. Dari P7.3a juga tampak vo = -vc ..(4). Persamaan (4) dapat disusun dalam
r.o
bentuk matriks
rg
v
v o = [− 1 0] C + [0]
iL
Untuk rangkaian P7.3b
v
v o = [− 1 0] C + [0]
iL
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 150
7. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
4. Ulangi pertanyaan 3 untuk rangkaian pada P7.4a.
R
QR
C
R0 + v c2
+ v c1
R0
− R
∞ + −
+ ∞
vo +
ht
tp
://
R1 R2 R3
ru
m
ah
vs (t)
-b
el
P7.4a
aj
Solusi
a
a. Persamaan state equation
r.o
1 1
rg
1
• − − v C1 R 1C
v C1 = QRC
•
RC
+ v (t)
v C2 1 1 Ro s
0 v C2 −
RC
R 3 C RR 2 C
Persamaan untuk keluaran
v R
v o = [1 0] C1 + − o v s ( t )
v C2 R 2
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 151
8. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
5. Perhatikan rangkaian op amp yang ditunjukkan pada P7.5a. Asumsikan ketiga
op amp adalah ideal dan beroperasi pada daerah linier.
a. Tulis sebuah persamaan diferensial dalam variabel vo.
b. Misalkan R = 2 kΩ, Q = 10, dan C = 0,01 µF. Hitung tanggapan impuls
ds( t )
(impulse response). Petunjuk: Gunakan persamaan h ( t ) = .
dt
QR
R
C R
C
R
R
R
−
∞ −
+ ∞
vs +
+
ht
vo
tp
://
P7.5a
ru
Solusi
m
a. Rangkaian pada P7.5a digambar kembali seperti pada P7.5b.
ah
Untuk op amp di daerah linier, vd =0, sehingga e1 = e 3 = e 5 = 0
-b
vs • 0 − e2 0 − vo
el
KCL di titik 1: i1 = i 2 + i 3 + i o ⇔ = C(0 − e 2 ) + + ..(1)
R QR R
aj
e2 •
KCL di titik 3: i4 = i5 ⇔ = C( 0 − e 4 ) ...(2)
a
R
r.o
e4 0 − vo
KCL di titik 5: i6 = i7 ⇔ = ...(3)
R R
rg
io
QR
i3 R
i2
C R
i5 i7
C
R i1
R
i4
1 R
− i6
2 3 ∞ −
+ 4 5 ∞
vs +
+
vo
P7.5b
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 152
9. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Turunan pertama persamaan (3) terhadap waktu menghasilkan
• •
e 4 = −v o ⇒ e4 = − vo ...(4)
•
Substitusi persamaan (4) ke (2) menghasilkan e 2 = − RC v o ...(5)
Substitusi persamaan (5) dan turunan pertamanya ke persamaan (1) menghasilkan
•• 1 • 1 1
vo + vo + 2 2 vo = − 2 2 vs
RCQ R C R C
b. Cari terlebih dahulu step response rangkaian, yakni zero-state response rangkaian
terhadap masukan fungsi step. Selanjutnya, ambil turunan pertama terhadap waktu
ht
dari step response untuk mendapatkan impulse response h(t).
tp
Untuk R = 1 kΩ, Q = 10, dan C = 0,01µF (dan vs = 1, yakni fungsi step) diperoleh
://
ru
•• 1 • 1 1
v o + .10 4 v o + .1010 v o = − .1010 ...(6)
2 4 4
m
ah
Solusi persamaan diferensial di atas terdiri dari solusi homogen/ umum dan solusi
khusus yang dapat dicari dengan cara berikut
-b
• Mencari solusi homogen/ umum voH (nolkan sisi kanan dari persamaan (6)),
el
Persamaan karakteristik (6) adalah
aj
a
2 1 4 1 10 1 4 1 4
s + .10 s + .10 v o = 0 ⇔ s1 , s 2 = − .10 ± j49937,46 ≈ − .10 ± j5.10
4
r.o
2 4 4 4
1
− .10 4 t
( )
rg
Jadi persamaan solusi homogen adalah v oH ( t ) = ke 4
cos 5.10 4 t − θ
• Mencari solusi khusus voK
1
− .1010
v oK ( t ) = 4 = −1
1 4 1
s 2 + 10 s + .1010
2 4 s =0
Solusi total = solusi homogen + solusi khusus
1
v o ( t ) = v oH ( t ) + v oK ( t ) = ke
− .10 4 t
4
( )
cos 5.10 4 t − θ − 1 ...(7)
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 153
10. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Nilai konstanta k dan θ dapat dicari dengan menggunakan persyaratan kondisi awal
•
rangkaian, yakni v o (0) dan v o (0) .
Ambil kondisi awal kapasitor adalah nol, yakni vc(0) = 0 (Mengapa kita harus
mengasumsikan nilai tegangan awal semua kapasitor adalah nol? Lihat kembali
definisi step response di atas atau definisi impulse response pada solusi pertanyaan
6 Bab 6).
Dari P7.5b tampak e3 = 0. Karena vc(0) = 0 maka e4(0) = e3(0) – vc(0) = 0 sehingga
dari persamaan (3) diperoleh vo(0) = -e4(0) = 0.
Dari P7.5b juga tampak e1 = 0. Karena vc(0) = 0 maka e2(0) = e1(0) – vc(0) = 0
•
sehingga dari persamaan (5) diperoleh v o (0) = 0 .
ht
Karena rangkaian berada dalam keadaan tanpa kondisi awal (zero state) , dapatkah
tp
•
Anda menyimpulkan secara langsung bahwa nilai v o (0) = 0 dan v o (0) = 0 tanpa
://
melakukan perhitungan seperti di atas?
ru
Substitusi kondisi awal ini ke persamaan (7) akan menghasilkan k = 1 dan θ = 2,86°
m
sehingga persamaan (7) menjadi
ah
1
v o (t ) = e
− .10 4 t
4
( )
cos 5.10 4 t − 2,86° − 1 ...(8)
-b
el
Karena persamaan (8) diperoleh dengan persyaratan tanpa kondisi awal, solusi yang
Anda peroleh adalah sebuah zero-state response. Dan karena masukannya adalah
aj
fungsi step maka persamaan (8) adalah step response untuk rangkaian P7.5a.
a
Impulse response dapat diperoleh dari turunan pertama step response tersebut
r.o
terhadap waktu, yakni
rg
1
h(t) =
ds( t ) dv o ( t )
dt
=
dt
− .10 4 1
( ) ( )
= e 4 − .10 4 cos 5.10 4 t − 2,86° − sin 5.10 4 t − 2,86°
4
6. Rangkaian pada P7.6a terdiri dari elemen-elemen linier tak berubah waktu
(linear time-invariant). Tegangan vs merupakan masukan dan vc adalah
tanggapan.
a. Tulis sebuah persamaan orde dua dalam variabel vc.
b. Hitung tanggapan impuls (impulse response).
c. Hitung tanggapan lengkap/ total (complete response) untuk masukan
vs = 1(t) dan kondisi awal iL(0) = 2 A dan vc(0) = 1 V.
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 154
11. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
2Ω
iL 1H 3Ω
1
F
4
vs
+ −
vc
P7.6a
Solusi
•• •
ht
a. Persamaan diferensial orde dua v c + 5 v c + 10 v c = 4v s ...(1)
b. Cari terlebih dahulu step response (yakni zero-state response untuk masukan
tp
berupa fungsi step)
://
Anda akan memperoleh hasil sebagai berikut
ru
v cH ( t ) = e −2,5 t (k 1 cos1,94t + k 2 sin 1,94t )
m
Solusi homogen
ah
Solusi khusus vcK(t) = 0,4
-b
Jadi v c ( t ) = v cH ( t ) + v cK ( t ) = e −2,5 t (k 1 cos1,94 t + k 2 sin 1,94 t ) + 0,4 ...(2)
el
•
aj
Dengan kondisi awal v c (0) = 0 dan v c (0) = 0 (mengapa?) Anda akan mendapatkan
a
v c ( t ) = 0,4 − e −2,5 t (0,4 cos1,94 t + 0,52 sin 1,94t )
r.o
rg
ds( t ) dv c ( t )
h(t) = = = 2,07e − 2,5 t sin 1,94 t
dt dt
c. Pendekatan pertama: Tanggapan lengkap merupakan penjumlahan tanggapan tanpa
kondisi awal (zero-state response vc,ZSR) dan tanggapan tanpa masukan (zero-input
response vc,ZIR).
Perhatikan bahwa solusi vc(t) yang Anda peroleh pada bagian (b) adalah zero-state
response (karena diperoleh dengan mengasumsikan bahwa kondisi awal rangkaian
adalah nol).
Jadi v c , ZSR ( t ) = 0,4 − e −2,5 t (0,4 cos1,94 t + 0,52 sin 1,94 t )
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 155
12. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Jadi, tugas Anda sekarang adalah mencari tanggapan tanpa masukan vc,ZIR, yakni
tanggapan untuk vs = 0.
•• •
Bila vs = 0 maka persamaan (1) menjadi v c + 5 v c + 10 v c = 0 ...(3).
Solusi persamaan diferensial (3) adalah
v c , ZIR ( t ) = e −2,5 t (k 1 cos1,94 t + k 2 sin 1,94 t ) ...(4)
Apakah persamaan (3) memiliki solusi khusus? Kesimpulan apakah yang dapat
Anda tarik mengenai hubungan solusi homogen/ umum dan zero-input response?
Dengan menggunakan kondisi awal vc(0) = 1V dan iL(0) = 2A Anda akan
•
memperoleh nilai v c (0) = 6V . Substitusi nilai-nilai ini ke persamaan (4)
ht
menghasilkan
tp
v c , ZIR ( t ) = e −2,5 t (cos1,94 t + 4,38 sin 1,94 t )
://
ru
Jadi v c ,TOTAL ( t ) = v c ,ZIR ( t ) + v c , ZSR ( t ) = 0,4 + e −2,5 t (0,6 cos1,94 t + 3,86 sin 1,94 t )
m
Pendekatan kedua: Anda juga dapat menghitung tanggapan lengkap (complete
ah
response) secara langsung dengan menyelesaikan persamaan diferensial (1), yakni
(lihat persamaan (2)).
-b
v c ,TOTAL ( t ) = v cH ( t ) + v cK ( t ) = e −2,5 t (k 1 cos1,94 t + k 2 sin 1,94 t ) + 0,4
el
aj
•
Dengan subtitusi kondisi awal v c (0) = 1V dan v c (0) = 6V Anda akan memperoleh
a r.o
v c ,TOTAL ( t ) = 0,4 + e −2,5 t (0,6 cos1,94 t + 3,86 sin 1,94 t )
rg
Dari solusi pertanyaan ini, apakah Anda bisa membedakan definisi antara solusi
khusus dengan zero-state response? Apakah solusi homogen/ umum identik dengan
solusi tanpa input (zero-input response)?
7. Untuk rangkaian yang ditunjukkan pada P7.7a.
a. Tulis state equation rangkaian.
b. Tentukan nilai-nilai eigen (eigenvalues) dan vektor-vektor eigen
(eigenvectors).
c. Bila vc(0) = 2 V dan iL(0) = 1 A, tentukan tanggapan tanpa masukan (zero-
input response) untuk vc(t) dan iL(t).
d. Plot state trajectory pada bidang vc-iL.
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 156
13. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
1Ω 1H iL 2 1Ω 1H iL 1
+ vL −
+ + ic
vs (t) vc 2F 1Ω v s (t ) vc 2F 1Ω
− −
0
P7.7a P7.7b
Solusi
a. Rangkaian pada P7.7a digambar kembali seperti pada P7.7b.
vc • • 1 1
Dari KCL di titik 1: i L = i c + ⇔ iL = 2 vc + vc ⇔ v c = − v c + i L ...(1)
ht
1 2 2
tp
KVL untuk loop 2-1-0-2:
://
• •
1.i L + v L + v c − v s = 0 ⇔ i L + 1. i L + v c − v s = 0 ⇔ i L = v s − v c − i L ...(2)
ru
m
Persamaan (1) dan (2) dapat ditulis dalam bentuk matriks
ah
• →→ → • − 1 1 v
x = A x + u(t) ⇔ v c = 2 2 C + 0 ...(3)
-b
i L − 1 − 1 i L u s
•
el
→
aj
b. Dari definisi, bila A adalah sebuah matriks n x n, maka sebuah vektor tak-nol
→ → →→
a
(nonzero vector) η pada Rn disebut vektor eigen dari A jika A η adalah sebuah
r.o
→ →→ →
perkalian skalar dari η , yakni A η = λ η untuk beberapa nilai λ. Skalar λ disebut
rg
→ →
nilai eigen dari A , dan η disebut vektor eigen dari A untuk nilai λ.
→ →→ →
Untuk mencari nilai eigen dari matriks A n x n, tulis kembali A η = λ η sebagai
→→ →→
→ →→ →
A η = λ I η atau identik dengan λ I − A η = 0 ...(4)
→
di mana I adalah matriks identitas n x n.
Agar λ adalah sebuah nilai eigen, harus terdapat sebuah solusi tak-nol (nonzero
→
solution) dari persamaan (4). Karena η adalah sebuah vektor tak-nol, maka
→ → →
persamaan (4) memiliki solusi tak-nol jika dan hanya jika det λ I − A = 0 .
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 157
14. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
→ → →
Dari definisi di atas, nilai eigen λ diperoleh dari persamaan det λ I − A = 0
1 1
− 2 2 λ 0 1 1 3 7
det − 0 λ = − − λ (− 1 − λ ) + ⇔ λ 1, 2 = − ± j
− 1 − 1 2 2 4 4
→
B
η →→ →
Dari definisi, vektor eigen η = k1 , k = 1,2 diperoleh dari persamaan B η = 0
η k 2
(lihat persamaan (4)) atau
− 1 − λ 1
η k1 0
ht
2
−1
2
= ...(5)
− 1 − λ η k 2 0
tp
://
3 7
ru
Untuk λ1 = − + j , maka persamaan (5) menjadi
4 4
m
1 7 1
−
4 4 jη11 + 2 η12 = 0 ...(6)
ah
1 − 47 j 1 η11 0
= ⇔
4 2
−1 − 1 − 47 j η12 0
1 7
-b
4
− η11 + − −
4 4 jη12 = 0 ...(7)
el
aj
Perhatikan, persamaan (6) dan (7) adalah bergantung linier sehingga kita akan
mendapatkan solusi non-trivial (tak terhingga banyaknya solusi). Misalkan
a
η11 = 1 + j (Anda bebas memilih nilai η1 yang lain) maka diperoleh
r.o
rg
1 7 7 1
η12 = − −
2 2 + j
2 − 2
η 1+ j 1 1
(
η1 = 11 = 1
η12 − 2 − 2 + j
7
) ( 2
7
)
2
=
− 1 − 1 −
2
7
2
+ j 7 − 1
2 2
ηr ηi
→ →*
Untuk nilai eigen yang bernilai kompleks, berlaku η 2 = η1 sehingga untuk
3 7
λ2 = − − j diperoleh vektor eigen
4 4
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 158
15. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
η η* 1− j 1 1
η 2 = 21 = 11 = 1
*
(
η 22 η12 − 2 − 2 − j
7
) ( 2
7 =1
2 2)
− − 1 − 2
7 − j 7 − 1
2 2
ηr ηi
c. Solusi zero-input response untuk state equation (3) adalah (perhatikan bahwa untuk
→
zero-input response, vektor masukan u ( t ) =0 )
1 1
v c ( t ) 3
− t 7 3
− t 7
i ( t ) = 2 k 1 e cos t + ∠k 1 − 2 k 1 e sin t + ∠k 1 ...(8)
4 4
−1− 7 4 7 − 1
L 4
2 2
Konstanta |k1| dan ∠k 1 dapat ditentukan dari kondisi awal vc(0) = 2V dan
ht
iL(0) = 1A. Persamaan (7) dapat diuraikan dalam bentuk
tp
://
3
− t 7 3
− t 7
v c (t) = 2 k 1 e 4
cos − 2 k 1 e 4 sin
t + ∠k 1 t + ∠k 1
4
4
ru
m
v c (0) = 2 = 2 k 1 cos(∠k 1 ) − 2 k 1 sin(∠k 1 ) ...(9)
ah
−1 − 7 −4t
3
7 7 −1 −3t 7
i L (t) = 2 k 1 e cos − 2 k1
t + ∠k 1 e 4 sin t + ∠k 1
-b
2 4
2 4
el
−1− 7 7 −1
aj
cos(∠k 1 ) − 2 k 1
i L (0) = 1 = 2 k 1 2 sin (∠k 1 )
...(10)
2
a
r.o
Dari persamaan (9) dan (10) diperoleh:
rg
sin ∠k 1 2 + 7 2+ 7
= ⇔ ∠k 1 = tan −1
2 − 7 = −82,0877° ≈ −82,1°
cos ∠k 1 2 − 7
Substitusi nilai ∠k 1 ke persamaan (9) menghasilkan
1 1 22 11
k1 = = = =
cos ∠k 1 − sin ∠k 1 2− 7 2+ 7 28 14
−
22 22
Substitusi nilai konstanta |k1| dan ∠k 1 ke persamaan (8), Anda memperoleh
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 159
16. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
1 1
v c ( t ) 3
44 − 4 t 7 44 − 4 t 7
3
i ( t ) = e cos
4 t − 82,1° − 1 − 7 − 14 e sin 4 t − 82,1° 7 − 1
L 14
2 2
d. Gambar state trajectory vc(t) dan iL(t) pada bidang vc-iL tampak pada P7.7c.
iL iL
1.5 1.5
1 1 t→∞ t =0
0.5 0.5
0 t 0 vc
ht
-0.5 -0.5
tp
-1 -1
://
0 5 10 -1 0 1 2
vc
ru
2 Anda dapat memplot terlebih dahulu
m
1.5 iL(t) dan vc(t), dan kemudian plot
ah
1 vc-iL. Perhatikan bahwa pada plot
-b
0.5 trayektori vc-iL seolah-olah variabel t
menjadi “hilang”. Trayektori ini
el
0 t
merupakan jenis stable focus. Grafik
aj
-0.5
0 5 10 ini diplot menggunakan program
a r.o
P7.7a MATLAB versi 6.0.
rg
8. Perhatikan rangkaian pada P7.8a. Data yang tersedia dari hasil pengukuran
pada rangkaian hanyalah turunan waktu dari state vector pada dua keadaan
(state), yakni
• − 15 2 • 3 − 1 i
x= pada x = dan x = pada x = , di mana x = L
10 1 − 5 1 v c
a. Tentukan nilai dari elemen R, L, dan C.
3
b. Hitung turunan dari state vector pada x =
0
3
c. Hitung kemiringan dvc/diL dari state trajectory pada x =
0
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 160
17. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
vc −
L R +
iL
C
P7.8a
Solusi
1 1
a. C = F, R = 2Ω, L = H
5 3
ht
tp
• − 18
b. x =
15
://
ru
dv c 5
c. =−
m
di L 6
ah
9. Perhatikan rangkaian LC yang ditunjukkan pada P7.9a. Sebelum t = 0 saklar
berada dalam posisi terbuka, dan tegangan pada kapasitor adalah vc1 = 1V dan
-b
vc2 = 4V. Saklar ditutup pada saat t = 0 dan berada dalam kondisi tersebut
selama selang waktu 2π detik. Saklar dibuka pada saat t = 2π detik dan
el
selanjutnya terus terbuka. Berapakah nilai vc1 dan vc2 untuk t > 2π detik?
aj
Sketsa state-trajectory pada bidang iL-vc (vc = vc1 + vc2). Bagaimana dengan
energi yang tersimpan pada rangkaian sebelum waktu t = 0 dan setelah waktu
a
t = 2π detik?
r.o
rg
iL 2H 1
iL
− +
− +
v c1 v c2 vc 2H vL
4F 4F
+ C eq = 2F
+ − −
ic
P7.9a P7.9b
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 161
18. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Solusi
Status saklar S1 dirangkum pada tabel berikut
Waktu (detik) Posisi saklar S1 Kondisi kapasitor
(-∞,0-] Terbuka vc1(0-) = 1V, vc2(0-) = 4V
[0+,2π-] Tertutup
[2π+,∞) Terbuka ?
• Nilai v c1 dan v c 2 untuk t > 2π detik
Pendekatan pertama: Pendekatan pertama ini akan menggunakan differential
equation. Pada pendekatan kedua, kita akan menggunakan bentuk state equation.
Untuk mencari nilai v c1 ( t ) dan v c 2 ( t ) untuk t > 2π detik diperlukan informasi
ht
v c1 ( t ) dan v c 2 ( t ) untuk t = 2π (syarat kontinuitas tegangan kapasitor).
tp
://
Untuk 0 + < t < 2π − . Dari P7.9a diperoleh
ru
•
v c1 + v L + v c 2 = 0 ⇔ v c1 + 2 i L + v c 2 = 0 ...(1)
m
ah
t
1
Substitusi persamaan kapasitor v c ( t ) = v c ( t 0 ) + ∫ i(ξ )dξ ke persamaan (1)
C t0
-b
t t
1 1 •
menghasilkan v c1 (0) + ∫ i L (ξ )dξ + v c 2 (0) + ∫ i L (ξ )dξ + 2 i L = 0 ...(2)
el
40 40 vL
aj
v c1 vc 2
a
d
t
r.o
Dengan menggunakan teorema ∫ f (ξ )dξ = f ( t ) , turunan persamaan (2)
dt a
rg
iL iL •• •• 1
terhadap waktu menghasilkan + + 2 i L = 0 ⇔ i L + iL = 0 ...(3)
4 4 4
Persamaan karakteristik untuk persamaan diferensial pada (3) adalah
1 1
(s 2 + )i L = 0 ⇔ akar − akar karakteristik s1, 2 = ± j
4 2
Solusi persamaan diferensial pada persamaan (3) dapat ditulis dalam bentuk
1
i L ( t ) = k cos( t − θ) ...(4)
2
(Anda juga dapat memisalkan solusi persamaan (3) dalam bentuk
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 162
19. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
t t
i L ( t ) = k 1 cos + k 2 sin atau bahkan dalam bentuk persamaan eksponensial
2 2
1 1
jt − jt
i L ( t ) = k 3 e + k 4 e . Cari nilai k1, k2, k3, dan k4 untuk dua persamaan tersebut,
2 2
dan buktikan bahwa hasilnya akan sama seperti persamaan (5) berikut).
•
Konstanta k dan θ ditentukan oleh kondisi awal i L (0) dan i L (0)
Sifat kontinuitas arus pada induktor mensyaratkan i L (0) = i L (0 + ) = i L (0 − ) .
Untuk t < 0, saklar S1 terbuka sehingga i L (0 − ) = 0 , jadi i L (0) = 0 .
Hukum KVL pada P7.9a untuk t > 0 menghasilkan v c1 (0 + ) + v L (0 + ) + v c 2 (0 + ) = 0
ht
atau v L (0 + ) = − v c1 (0 + ) − v c 2 (0 + ) = −1 − 4 = −5 V sehingga
tp
://
• v L (0 + ) 5
i L (0 + ) = = − A / det ik
ru
L 2
m
Dari persamaan (4) diperoleh
ah
i L (0) = 0 = k cos(− θ), k ≠ 0
-b
• 1 1
i L ( t ) = − k sin t − θ diperoleh θ = 90° dan k = −5
el
2 2
aj
• 5 1
i L (0) = − = − k sin (− θ)
a
2 2
r.o
1 1
i L ( t ) = −5 cos t − 90° = −5 sin t untuk 0 < t < 2π ...(5)
rg
2 2
Sifat kontinuitas tegangan kapasitor mensyaratkan v c (2π − ) = v c (2π + )
2 π− 2 π−
ξ
( ) = v (2π )
v c1 2π +
c1
− +
= v c1 (0 ) +
1
4 ∫ i L (ξ )dξ = 1 +
1
4
∫ − 5 sin 2 dξ = −4V ...(6)
0+ 0+
2π− 2π−
ξ
( ) = v (2π )
v c 2 2π +
c2
− +
= v c 2 (0 ) +
1
4 ∫ i L (ξ )dξ = 4 +
1
4
∫ − 5 sin 2 dξ = −1V ...(7)
0+ 0+
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 163
20. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Untuk t > 2π detik, saklar S1 terbuka sehingga
v c1 ( t ) = v c1 (2π + ) = −4V dan v c 2 ( t ) = v c 2 (2π + ) = −1V untuk t > 2π detik
Pendekatan kedua: Pada pendekatan ini, kita akan menggunakan bentuk state
equation untuk menyelesaikan pertanyaan ini.
Karena kita menginginkan vc = vc1 + vc2 sebagai salah satu state variable, serikan
kedua kapasitor untuk mendapatkan kapasitor pengganti Ceq = 2F. Rangkaian pada
P7.9a digambar kembali seperti pada P7.9b. Dari P7.9b tampak
• • iL
KCL di titik 1: iL = ic ⇔ i L = C eq v c ⇔ vc = ...(8)
2
• • vc
ht
Hukum KVL: v c = −v L ⇔ v c = −L i L ⇔ iL = − ...(9)
2
tp
Persamaan (8) dan (9) dapat ditulis dalam bentuk matriks berikut
://
ru
• 0 1
v c
v c = 1 2
0 i L
•
m
i L − 2
ah
A
1
Matriks A memiliki dua buah nilai eigen, yakni λ 1, 2 = ± j (buktikan). Apakah
-b
2
Anda melihat hubungan antara nilai eigen dan akar karakteristik persamaan (3)?
el
1 1 1 0
aj
Untuk nilai eigen λ 1 = j kita akan memperoleh vektor eigen η1 = = + j
2 j 0 1
a
ηr ηi
r.o
(buktikan).
rg
Untuk bentuk state equation, solusi vc dan iL dapat ditulis dalam bentuk
v c 1 1 1 0
i = 2 k 1 cos 2 t + ∠k 1 0 − 2 k 1 sin 2 t + ∠k 1 1 ...(10)
L
ηr ηi
Persamaan (10) dapat diuraikan menjadi
1
v c ( t ) = 2 k 1 cos t + ∠k 1 ...(11)
2
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 164
21. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
1
i L ( t ) = −2 k 1 sin t + ∠k 1 ...(12)
2
Substitusi kondisi awal vc(0) = 5V dan iL(0) = 0A ke persamaan (11) dan (12)
menghasilkan
v c (0) = 5 = 2 k 1 cos(∠k 1 ) ...(13)
i L (0) = 0 = −2 k 1 sin (∠k 1 ) ...(14)
Dari persamaan (14) diperoleh ∠k1 = 0° atau ∠k1 = 360° (mengapa kita tidak
memilih sudut ∠k1 = 180°?). Substitusi nilai ∠k1 = 0° ke persamaan (13)
5
menghasilkan k 1 = . Substitusi nilai-nilai kontanta ini ke persamaan (13) dan
ht
2
tp
(14) menghasilkan
://
1
v c ( t ) = 5 cos t ...(15)
ru
2
1
m
i L ( t ) = −5 sin t ...(16)
2
ah
Untuk mencari vc1(2π) dan vc2(2π), gunakan persamaan (6) dan (7).
-b
• Gambar trayektori pada bidang vc-iL, dengan v c = v c1 + v c 2
el
•
Dari persamaan (1) diperoleh v c1 + v c 2 = −2 i L .
aj
• 5 1
a
Turunan terhadap waktu dari persamaan (5) menghasilkan i L = − cos t
r.o
2 2
•
1
sehingga v c = −2 i L = 5 cos t ...(17)
rg
2
Persamaan (5) dan (17) (atau persamaan (15 dan (16)) dapat ditulis dalam bentuk
1 1 1 1
v c + i 2 = 25 cos 2 t + 25 sin 2 t = 25cos 2 t + sin 2 t = 25
2
L ...(18)
2 2 2 2
Perhatikan bahwa persamaan (18) adalah persamaan lingkaran dengan jari-jari 5.
State-trajectory tampak pada P7.9c. Mengapa state trajectory tersebut hanya berupa
setengah lingkaran?
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 165
22. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
iL iL
t=2π
t=0
2 2
t vc
0 0
-2 -2
-4 -4
-6
vc 2 4 6 8 -5 0 5
ht
6 Bila arah arus iL dibalik (berbalik
4 arah pada P7.9b) dan polaritas
tp
2 tegangan kapasitor dijaga tetap
://
sama, bagaimana pengaruhnya
0 t
pada arah pergerakan state
ru
-2 trajectory?. Bagaimana bila
m
-4 polaritas tegangan induktor
dibalik (arah arus tetap seperti
-6
ah
0 2 4 6 8 pada P7.9b) dan polaritas
tegangan kapasitor tetap? Apakah
-b
P7.9c arah pergerakan state trajectory
berubah?
el
aj
• Energi yang tersimpan pada rangkaian sebelum t = 0 (t = 0-).
a r.o
1 1 1
E s (0 − ) = ε c1 (0 − ) + ε c 2 (0 − ) + ε L (0 − ) =C1 v c1 (0 − ) + C 2 v c 2 (0 − ) + L1i 2 (0 − )
2 2
L
2 2 2
rg
1 1 1
= .4.12 + .4.4 2 + .2.0 = 34J
2 2 2
Energi yang tersimpan pada rangkaian setelah t = 2π (t = 2π+)
1 1 1
E s (2π + ) = ε c1 (2π + ) + ε c 2 (2π + ) + ε L (2π + ) = C1 v c1 (2π + ) + C 2 v c 2 (2π + ) + L1i 2 (2π + )
2 2
L
2 2 2
1 1 1
= .4.(− 4) + .4.(− 1) + .2.0 = 34J
2 2
2 2 2
Tampak bahwa energi sistem adalah kekal. Perhatikan pula bahwa kapasitor C1 dan
C2 “bertukar” jumlah energi mereka sebelum t = 0 dan setelah t = 2π detik.
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 166
23. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
•
10. Sketsa kumpulan trayektori (trajectory family) untuk state equation x = Ax
untuk matriks-matriks A berikut. Nyatakan kedua nilai eigen bila mereka
bernilai nyata, bila tidak nyatakan ηr dan ηi. Identifikasi perilaku kualitatif
untuk tiap kasus.
1 − 2 2 1 − 1 1
a. A = b. A = c. A =
− 2 1
1 2
− 1 − 1
Solusi
1 − 2
a. Cari terlebih dahulu nilai-nilai eigen matriks A = , Anda akan
− 2 1
mendapatkan nilai λ1 = -1 dan λ2 = 3 (buktikan).
ht
1
tp
Untuk nilai eigen λ1 = -1 diperoleh vektor eigen η1 = (buktikan)
1
://
1
Untuk nilai eigen λ2 = 3 diperoleh vektor eigen η 2 = (buktikan)
ru
− 1
m
Perilaku trayektori dapat ditulis dalam bentuk persamaan
ah
−t
1 + k e 3t 1 ⇔ x 1 ( t ) = k 1e + k 2 e
3t
...(1)
-b
−t
x ( t ) = k 1e
1
2
− 1
x 2 ( t ) = k 1e − t − k 2 e 3t ...(2)
el
Beberapa langkah khusus untuk menggambar trayektori
aj
• Ambil nilai k2 = 0 maka dari persamaan (1) dan (2) diperoleh x1 = x2
a
• Ambil nilai k1 = 0 maka dari persamaan (1) dan (2) diperoleh x1 = -x2
r.o
• Saat t → ∞, suku k1e-t → 0 dan k2e3t → ∞ sehingga suku k2e3t akan
1
rg
mendominasi ( x ( t ) ≈ k 2 e 3t ). Jadi untuk t → ∞ seluruh trayektori menuju
− 1
tak berhingga dan sejajar dengan dengan vektor eigen η 2
• Saat t → -∞, suku k2e3t → 0 dan k1e-t → ∞ sehingga suku k1e-t akan
1
mendominasi ( x ( t ) ≈ k 1e − t ). Jadi untuk t → -∞ seluruh trayektori menuju
1
tak berhingga dan sejajar dengan dengan vektor eigen η1
Trayektori matriks A tampak pada P9.10a untuk kombinasi nilai k1 = [-2,-1,0,1,2]
dan k2 = [-2,-1,0,1,2] untuk waktu dari -3 detik hingga 1 detik. Kumpulan
trayektori-trayektori disebut phase portrait.
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 167
24. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Grafik ini digambar menggunakan program MATLAB versi 6.0.
x2
15
10
η1
5
0 x1
-5
ht
-10
η2
tp
-15
-15 -10 -5 0 5 10 15
://
ru
P9.10a
m
2 1
b. Cari terlebih dahulu nilai-nilai eigen matriks A = , Anda akan mendapatkan
ah
1 2
nilai λ1 = 1 dan λ2 = 3 (buktikan).
-b
1
Untuk nilai eigen λ1 = 1 diperoleh vektor eigen η1 = (buktikan)
el
− 1
aj
1
Untuk nilai eigen λ2 = 3 diperoleh vektor eigen η 2 = (buktikan)
a
1
r.o
Perilaku trayektori dapat ditulis dalam bentuk persamaan
rg
x 1 ( t ) = k 1e t + k 2 e 3 t ...(3)
x ( t ) = k 1e t 1 + k 2 e 3 t 1 ⇔
− 1
1
x 2 ( t ) = − k 1e t + k 2 e 3t ...(4)
Beberapa langkah khusus untuk menggambar trayektori
• Ambil nilai k2 = 0 maka dari persamaan (3) dan (4) diperoleh x1 = -x2
• Ambil nilai k1 = 0 maka dari persamaan (3) dan (4) diperoleh x1 = x2
• Saat t → ∞, suku k1et → ∞ maupun k2e3t → ∞ namun suku k2e3t akan lebih
mendominasi (misalnya, ambil t = 50, Anda akan mendapatkan
1
et = e50 = 5,18.1021 dan e3t = e150 = 1,39.1065!, jadi x ( t ) ≈ k 2 e 3t ) . Jadi untuk
1
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 168
25. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
t → ∞ seluruh trayektori menuju tak berhingga dan sejajar dengan dengan
vektor eigen η 2
• Saat t → -∞, suku k1et → 0 maupun k2e3t → 0 namun suku k1et akan lebih
mendominasi (misalnya, ambil t = -50, Anda akan mendapatkan
1
et = e-50 = 1,93.10-22 dan e3t = 7,18.10-66!, jadi x ( t ) ≈ k 1e t ). Jadi untuk
− 1
t → -∞ seluruh trayektori akan menuju nol dan menyinggung vektor eigen η1 .
Trayektori matriks A tampak pada P9.10b untuk kombinasi nilai k1 = [-2,-1,0,1,2]
dan k2 = [-2,-1,0,1,2] untuk waktu dari –5 hingga 2 detik.
ht
x2
tp
15
://
10
ru
m
5
η2
ah
0 x1
-b
-5
el
-10 η1
aj
a
-15
-15 -10 -5 0 5 10 15
r.o
P7.10b
rg
− 1 1
c. Cari terlebih dahulu nilai-nilai eigen matriks A = , Anda akan
− 1 − 1
mendapatkan nilai eigen λ1,2 = -1 ± j (buktikan).
1 1 0
Untuk nilai eigen λ1 = -1 + j diperoleh vektor eigen η1 = = + j (buktikan)
j 0 1
ηr ηi
1
Untuk nilai eigen λ2 = -1 - j diperoleh vektor eigen η 2 = η1 = (buktikan)
*
− j
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 169
26. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
Perilaku trayektori dapat ditulis dalam bentuk persamaan
1 0
x ( t ) = e − t 2 k x cos(t + ∠k x ) − 2 k x sin (t + ∠k x ) ...(5)
0
1
ηr ηi
Di sini kita akan menunjukkan bahwa bentuk persamaan (5) dapat diturunkan dari
persamaan eksponensial seperti pada persamaan (1),(2), (3), dan (4). Perilaku
trayektori dapat ditulis juga dalam bentuk persamaan
x 1 ( t ) = k 1e (−1+ j)t + k 2 e (−1+ j)t ...(6)
x ( t ) = k 1e (−1+ j)t 1 + k 2 e (−1− j)t 1 ⇔
j
− j
x 2 ( t ) = jk 1e (−1+ j)t − jk 2 e (−1− j)t ...(7)
ht
Berbeda dengan kasus pertama dan kedua yang hanya berisi bilangan nyata, pada
tp
kasus ketiga ini Anda menemukan bilangan kompleks (bilangan kompleks
://
mengindikasikan adanya gejala osilasi). Bagaimana Anda menggambarkan
trayektorinya?
ru
m
Berdasarkan hukum Euler e jθ = cos θ + j sin θ maka persamaan trayektori pada
persamaan (6) dan (7) dapat diuraikan menjadi
ah
-b
(−1+ j)t
1 e − t (cos t + j sin t ) e − t cos t
e − t sin t
k 1 e = k1 = k 1 + j
el
j
je (cos t + j sin t )
−t
− e − t sin t
e cos t
−t
aj
Br Bi
a r.o
1 e (cos t − j sin t )
−t e − t cos t e − t sin t
k 2 e (−1− j)t = k2 = k 2 − j
rg
− j
− je (cos t − j sin t )
− e − t sin t e − t cos t
−t
Br Bi
Dari pelajaran aljabar linier kita mengetahui bahwa Br dan Bi adalah basis pada Rn.
sehingga persamaan trayektori dapat ditulis kembali menjadi
e − t cos t e − t sin t x 1 ( t ) = e − t (k 3 cos t + k 4 sin t ) ...(8)
x = k3 + k4 ⇔
− e − t sin t
e − t cos t
x 2 ( t ) = e − t (k 4 cos t − k 3 sin t ) ...(9)
Dengan menggunakan koordinat polar r 2 = x 1 + x 2 dan tan θ = x 2 / x 1 maka
2
2
persamaan (8) dan (9) dapat disusun kembali menjadi
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 170
27. Bab 7 Rangkaian Orde Dua
(
r 2 = e −2 t k 3 + k 2
2
4 ) ⇔ r = coeθ di mana c o = k 3 + k 2 dan θ = − t
2
4 ...(10)
Persamaan (10) merupakan persamaan sebuah lingkaran dengan jari-jari r = coe-t.
Karena t bergerak dari 0 menuju ∞, maka jari-jari lingkaran akan berubah dari co
menuju nol.
Dapatkah Anda menemukan hubungan antara variabel-variabel k3, k4, |kx|, dan ∠kx
pada persamaan (5) dan (10) ? (Petunjuk: susun kembali persamaan (5) menjadi
2
x 1 ( t ) + x 2 ( t ) = e −2 t 4 k x ).
2
2
Trayektori matriks A tampak pada P9.10c untuk kombinasi nilai k1 = [-2,-1,0,1,2]
dan k2 = [-2,-1,0,1,2] untuk waktu dari -5 detik hingga 2 detik..
x2
ht
tp
15
://
10
ru
5
m
ηi
0
x1
ah
-5
ηr
-b
-10
el
-15
aj
-15 -10 -5 0 5 10 15
a
P7.10c
r.o
Persamaan x ( t ) jarang sekali dapat ditulis dalam bentuk yang kompak seperti pada
rg
kasus ini. Karena itu, pada proses penggambaran state trajectory ini, Anda tidak
diharapkan untuk mampu menggambar secara rinci bentuk dari state trajectory.
Namun demikian, Anda harus tetap mampu untuk menggambarkan bentuk umum
yang “cukup representatif” dari perilaku kualitatif rangkaian. Umumnya, state
trajectory digambar menggunakan bantuan komputer. Untuk rangkaian pada kuliah
ini, hanya ada enam bentuk umum state trajectory (lihat juga tiga bentuk lainnya
pada solusi pertanyaan 11 berikut).
11. Ulangi pertanyaan 10 untuk dua matriks A berikut
0 1 1 1 − 2 1
a. A = b. A = c. A =
− 1 0
− 1 1
1 − 2
Diktat Pendukung Teori Rangkaian 171