SlideShare a Scribd company logo
BAB I 
KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA 
SISTEM TENAGA LISTRIK 
1 
Tujuan Umum: 
 Mahasiswa dapat memahami komponen-komponen 
utama suatu sistem tenaga listrik 
Tujuan Khusus: 
 Mahasiswa dapat memahami pengertian dari 
sistem pembangkit tenaga listrik, sistem 
transmisi dan sistem distribusi 
 Mahasiswa mengenal sumber-sumber energi 
listrik 
 Mahasiswa mampu membuat perancangan dan 
perencanaan sistem tenaga listrik 
A. Pendahuluan 
Komponen-komponen utama suatu sistem 
tenaga listrik terdiri dari Pusat-pusat Pembangkit
atau Sistem Pembangkitan, Saluran Transmisi 
atau Sistem Transmisi dan Sistem Distribusi. 
B. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik 
Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi 
membangkitkan energi listrik melalui berbagai 
macam pembangkit tenaga listrik. Pada 
pembangkit tenaga listrik ini sumber-sumber 
energi alam dirobah oleh penggerak mula menjadi 
energi mekanis yang berupa kecepatan atau 
putaran dan selanjutnya energi mekanis dirobah 
menjadi energi listrik oleh generator. 
C. Sistem Transmisi 
Sistem transmisi berfugsi menyalurkan tenaga 
listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban 
melalui saluran transmisi, karena adakalanya 
pembangkit tenaga listrik dibagun ditempat yang 
jauh dari pusat-pusat beban. 
D. Sistem Distribusi 
Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan 
tenaga listrik ke konsumen yang berupa pabrik, 
industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi 
tenaga dengan tengangan tinggi maupun tegangan 
ekstra tinggi pada saluran transmisi dirubah pada 
gardu induk menjadi tegangan menengah atau 
tegangan distribusi primer, yang selanjutnya 
tegangannya diturunkan lagi menjadi tegangan 
untuk konsumen. 
2
Persoalan-persoalan yang muncul pada sistem 
tenaga listrik meliputi antara lain: aliran daya, 
operasi ekonomik (economic load dispatch), 
gangguan hubungan singkat, kestabilan sistem, 
pengaturan daya aktif dan frekuensi, pelepasan 
beban, pengetanahan netral sistem, pengaman 
sistem arus lebih, tegangan lebih, keandalan dan 
interkoneksi sistem tenaga. 
E. Perancangan dan Perencanaan Sistem Tenaga 
3 
Listrik 
Perancangan adalah proses atau cara membuat 
rancangan, dalam hal ini kalau diterapkan pada 
sistem tenaga listrik akan melibatkan masalah 
bagaimana merancang pembangkit, saluran 
transmisi dan distribusi tenaga listrik yang 
disesuaikan dengan kebutuhan masa datang, 5-10 
tahun untuk jangka menengah dan 25-30 tahun 
untuk jangka panjang. 
Perencanaan adalah menyangkut masalah 
pembuatan rencana, yang melibatkan masalah 
perencanaan pengoperasian, perbaikan dan 
perluasan pada sistem tenaga listrik, sehingga 
diperlukan: 
Analisis Aliran Beban Sistem Tenaga Listrik 
dimaksudkan untuk penyempurnaan operasi 
sistem tenaga listrik baik pada saat dianalisis 
ataupun masa yang akan datang yang 
menyangkut masalah operasi jaringan atau jatuh 
tegangan pada jaringan yang harus dipertahankan 
konstan, perluasan sistem berupa lokasi beban 
baru atau lokasi pembangkit baru, kondisi sistem 
masa yang akan datang karena pertumbuhan 
beban yang pesat maupun interkoneksi sistem
tenaga listrik untuk mengantisipasi pertumbuhan 
beban yang begitu cepat. 
Analisis Gangguan Sistem tenaga Listrik 
berfungsi untuk memberikan informasi dalam 
menjawab masalah pengaman sistem tenaga 
listrik, koordinasi isolasi sistem tenaga listrik serta 
koordinasi rele dan pemutus tenaga dalam 
mengisolasi bagian atau peralatan yang terganggu. 
Gangguan yang dimaksud adalah gangguan 
parallel (shunt) berupa gangguan simetris dan 
tidak simetris, gangguan seri berupa satu fasa dan 
dua fasa putus, gangguan simultan berupa 
gabungan gangguan shunt pada suatu tempat dan 
tempat yang lain atau gangguan seri yang 
merupakan kombinasi gangguan diatas. 
Analisis Stabilitas Sistem Tenaga Listrik 
menyangkut masalah kemampuan sistem untuk 
tetap sinkron selama terjadi gangguan misalnya 
karena jatuhnya suatu pembangkit tenaga, 
stabilitas penambahan beban baru, pemasangan 
motor besar yang telah ada, penambahan unit 
pembangkit baru dan keperluan pengaturan beban 
puncak. 
4
BAB II 
DAYA DALAM RANGKAIAN 
ARUS BOLAK-BALIK FASA 
TUNGGAL 
5 
Tujuan Umum: 
 Mahasiswa dapat memahami teori dasar serta 
pengertian daya sebagai perubahan tenaga listrik 
Tujuan Khusus: 
 Mahasiswa dapat memahami daya untaian 
dalam satu gerbang dengan satuannya 
 Mahasiswa mengenal berbagai macam daya ( 
daya aktif, daya rekatif dan daya kompleks) 
 Mahasiswa memahami persamaan daya 
termasuk persamaan daya kostan dan sinusoidal 
 Mahasiswa mempu mengoperasikan persamaan 
daya dan faktor daya
A. Pendahuluan 
Menurut teori dasar pengertian daya didefinisikan 
sebagai perubahan tenaga terhadap waktu. Satuan 
daya adalah watt, daya yang diserap suatu beban 
adalah hasil kali tegangan jatuh sesaat diantara 
beban dengan satuan volt, dengan arus sesaat 
yang mengalir dalam beban tersebut dengan 
satuan amper, yang dinyatakan oleh persamaan: 
p(t)  v(t).i(t) (2.1) 
N 
i(t) 
V(t) 
+ 
- 
Gambar (2.1). Daya Dalam Untai satu gerbang 
Diandaikan bahwa tegangan dan arus, keduanya 
dinyatakan oleh gelombang sinusoidal dengan 
kecepatan sudut  , dituliskan dengan pernyataan 
sebagai berikut: 
vt   V cos  t  v max (2.2) 
it   I cos t  i max (2.3) 
dengan : Vmax = besarnya dari amplitudo tegangan 
Imax = besaran nyata dari amplitudo arus 
6 
v  = sudut fasa dari tegangan (V ) 
i  = sudut fasa dari arus ( I ) 
Berdasarkan persamaan (2.2) dan persamaan (2.3) 
akan diperoleh daya sebagai berikut: 
      v i p t  V I cos  t  cos  t  max max
     v i v i  1/ 2 V I cos    cos 2 t   max max (2.4) 
Dari persamaan (2.4) dapat dilihat bahwa daya p(t) 
terdiri dari dua bagian, yang satu terdiri dari 
komponen yang konstan dan bagian yang kedua 
terdiri dari komponen sinusoidal dengan frekuensi 
2 . Nilai dari p(t) adalah nol bila salah satu dari 
v(t) dan i(t) bernilai nol. 
Selanjutnya bila didefinisikan sudut faktor sebagai 
berikut: 
v i     (2.5) 
dan P daya rata-rata pada satu periode, T  2 / , 
dari persamaan (2.4) akan diperoleh: 
   (2.6) 
max     (2.7) 
7 
T 
1/   1/ 2 cos  max max 
P T p t dt V I 
0 
Bila menghitung harga daya P mempergunakan 
phasor dari v(t) dan i(t), dalam teori rangkaian 
pilihan phasor tegangan adalah harga efektifnya, 
dengan demikian dapat dituliskan bahwa: 
v  t  V cos  t   V 
V 
max 
j 
v e 
2 
vt   Re 2 V jt (2.8) 
Nilai sesaat dari tegangan adalah v(t), sedangkan 
harga efektifnya atau harga rms (root mean-square) 
adalah / 2 max V  V yang dapat dibaca pada 
meter. 
Seandainya menghitung disipasi daya rata-rata 
dalam suatu resistansi R yang dihubungkan
sumber tegangan sinusoidal dengan harga efektif V 
maka dapat dituliskan: 
P T pt  dt T vt  R dt V R 
     
Persamaan tersebut sama halnya dengan yang 
didapatkan pada kasus arus searah, sehingga jika 
tegangan efektif 120 volt, maka didapatkan bahwa 
energi panas rata-rata keluar dari resistans sama 
halnya dengan tegangan searah 120 volt. 
Pembahasan yang sama dapat dilakukan untuk 
arus efektif yang mengalir pada resistans R, 
sehingga persamaan menjadi: 
P  I R  V / R  V I 2 2 
8 
T T 
1/ 1/ / / 2 
0 0 
Dengan demikian maka dapat dinyatakan secara 
umum bahwa phasor tegangan yang dinyatakan 
pada persamaan (2.6) dapat dituliskan sebagai 
berikut: 
1/ 2 cos cos max max P  V I  V I 
Re V e I Re V I *  j v j i     (2.9) 
dimana: *) = menyatakan nilai kebalikan atau 
bayangan (conjugate). Besaran cos pada 
persamaan (2.9) dikenal sebagai faktor daya 
(power faktor = PF) sehingga dituliskan sebagai 
berikut: 
PF  cos 
(2.10) 
Dalam persamaan (2.9), nilai Re VI*, dan nilai ImVI* 
masing-masing dapat dinyatakan oleh daya 
kompleks S dan daya reaktif Q, sehingga dapat 
dituliskan:
9 
S  VI * 
Q I VI * m  (2.11) 
S  VI *  V I e jq  P  jQ 
(2.12) 
dari persamaan (2.12) S dinyatakan dalam bentuk 
polar dan dalam bentuk segitiga dan  S 
dinyatakan oleh , seperti pada gambar berikut: 
Gambar 2.2 Daya Komplek dalam Jaringan satu 
N 
Untuk mengetahui arti phisik dari daya reaktif Q, 
dapat dicoba dengan mengganti N dengan suatu 
induktor seperti pada contoh soal berikut: 
Contoh soal 2.1. 
Untuk impedans Z = jωL, hitung 
a. nilai Q 
b. daya sesaat dalam L 
c. bandingkan hasil a dan b 
jawab: 
a. Menggunakan rumus 2.12, maka 
didapatkan, 
S VI *  ZII *  Z I 2  j L I 2 
2 Q I S L I m   
b. Jika arus diberikan oleh persamaan, 
it   2 I cos t   
i(t) 
S 
v(t) 
S 
P 
Q 
v 
i 

vt   L di / dt   2  L I sin  t   maka 
nilai 
pt   vt it    2 L I sin  t   cos  t   2 
10 
   L I sin 2  t   2 
c. Perbandingan hasil bagian (a) dan (b) 
didapatkan bahwa: 
pt    Q sin 2  t   
Dalam hal ini Q adalah amplitudo atau nilai 
maksimum dari daya sesaat dalam untai atau 
rangkaian satu gerbang N. Dalam contoh soal ini 
dapat diketahui bahwa daya rata-rata P yang 
melayani induktor adalah nol, yang ada adalah 
daya sesaat (untuk mempertahankan perubahan 
energi dalam medan magnit) dengan nilai 
maksimum Q. 
Contoh 2.2. 
Andaikan ada jaringan dengan impedans Z 
a. dapatkan pernyataan untuk P dan Q 
b. Nyatakan p(t) dengan tanda P dan Q 
c. Andaikan bahwa jaringan adalah rangkaian 
RLC, bandingkan hasil yang didapatkan 
dengan hasil dari butir (b). 
Jawab: 
a. menggunakan persamaan (2.12), maka 
didapatkan: 
S VI  ZII Z I  P  j Q * * Re 2 , sehingga 
P  Re Z I  Z I cos  Z 2 2 
Q I Z I Z I Z m   sin  2 2
11 
b. Dengan pilihan yang sesuai yakni, 
it   2 I cos  t dan 
vt   2 Z I cos  t   Z  
c. Dengan demikian akan didapatkan bahwa: 
pt  vt it  Z I cos  t Z  cos  t  2     
 Z I cos  Z  cos 2 t  Z  2 
 Z I cos  Z  cos 2 t cos  Z  sin 2 t sin  Z  2   
P  1 cos 2 t  Q sin 2 t 
d. Dalam hal ini Z  R  j l 1/ j c . Dari bagian 
(a) didapatkan bahwa 2 P  R I dan L c Q  Q  Q , 
dimana 2 Q L I L  adalah daya reaktif 
masing-masingdalam L dan C, sehingga dapat 
dituliskan bahwa: 
pt  P t  Q t Q t L C  1 cos 2  sin 2  sin 2 
Dari persamaan tersebut maka suku 
pertama menyatakan daya sesaat dalam R. Suku 
kedua dan ketiga masing-masing menyatakan 
daya sesaat dalam L dan C. Dalam kasus 2 L C = 
1, maka    0 L C Q Q Q 
Tabel 2.1. Terminologi daya dengan satuan 
Kuantitas Terminology Satuan 
S Daya kompleks (daya semu) VA, KVA, dan MVA 
S Daya kompleks mutlak VA, KVA, dan MVA 
P Daya Aktif atau daya real rata-rata Watt, kW, dan MW 
Q Daya reaktif VAR, KVAR, dan 
MVAR
BAB III 
GAMBARAN UMUM DARI 
SISTEM TENAGA LISTRIK 
12 
Tujuan Umum: 
 Mahasiswa dapat memahami dan membaca 
diagram segaris (one line diagram) 
Tujuan Khusus: 
 Mahasiswa dapat memahami pengertian dari 
diagram segaris 
 Mahasiswa dapat merobah diagram segaris 
menjadi diagram impedansi dan diagram 
reaktansi 
 Mahasiswa mampu mengolah dari sistem dasar 
menjadi sistem perunit (pu) 
B. Diagram Segaris (one line diagram) 
Diagram segaris adalah suatu diagram yang 
menunjukan suatu garis tunggal dan lambang-lambang 
standar saluran transmisi dan peralatan-
peralatan yang berhubungan dengan suatu sistem 
listrik. 
Kegunaan diagram segaris dalah untuk 
memberikan informasi yang berarti mengenai 
suatu sistem dalam bentuk yang ringkas. 
Tabel 3.1. Simbol-simbol komponen sistem tenaga yang 
dipergunakan untuk diagram segaris 
13 
Simbol Digunakan 
untuk 
Simbol 
Digunakan 
untuk 
Mesin 
berputar 
Pemutus 
tenaga 
dengan 
minyak 
Bus (rel = 
simpul) 
Pemutus 
tenaga 
dengan udara 
Trafo tenaga 
dua belitan Pemisah 
Trafo tenaga 
tiga belitan 
or Sekering 
Hubungan 
delta 
(3, tiga 
kawat) 
Pemisah 
dengan 
sekering 
Hubungan 
Wye ( 3, 
netral tidak 
ditanahkan) 
Saluran 
transmisi 
Hubungan 
Wye ( 3, 
netral 
ditanahkan) 
Beban statis 
Kapasitor Trafo 
potensial
Dari gambar simbol standar tersebut apabila ingin 
mengetahui letak titik dimana sistem dihubungkan 
ketanah, untuk menghitung besarnya arus yang 
mengalir terjadi gangguan tidak simetris yang 
melibatkan tanah, maka simbol standar yang 
dipergunakan adalah tiga fasa Y dengan netral 
ditanahkan. Untuk membatasi aliran arus ketanah 
pada waktu ada gangguan maka netral Y dengan 
tanah disisipkan resistans atau reaktans. Diagram 
segaris suatu sistem tenaga yang sederhana terdiri 
dari dua simpul (rel atau bus atau gardu induk) 
dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut: 
14 
Beban B 
T1 T2 
Beban A 
saluran transmisi 
Gambar 3.1. Diagram segaris sistem tenaga 
listrik sederhana 
Diagram segaris sederhana tersebut menunjukan 
dua generator sinkron dengan kumparan jangkar 
yang ada statornya dihubungkan Y, satu titik 
netral hubungan bintangnya ditanahkan melalui 
reaktans yang satunya titik netral hubungan Y 
ditanahkan melalui reaktans, hubungan ke rel, 
masing-masing melalui pemutus tenaga, dari rel 
tersebut melalui pemutus tenaga dihubungkan 
dengan transformator tiga fasa hubungan Y – Y 
(T1) dimana netral trafo ditanahkan secara 
langsung baik pada sisi tegangan rendah maupun 
disisi tegangan tinggi. Selanjutnya rangkaian
generator dan trafo tersebut, melalui pemutus 
tenaga dihubungkan ke saluran transmisi. Dari 
saluran transmisi melalui pemutus dihubungkan 
ke transformator tiga fasa hubungan Y - , dimana 
titik netral Y ditanahkan langsung, selanjutnya 
melalui pemutus dihubungkan ke rel yang lain, 
pada rel ini dihubungkan generator sinkron 
dimana kumparan jangkar yang ada di stator 
dirangkai tiga fasa hubungan Y yang netralnya 
ditanahkan memalui reaktans. Pada masing-masing 
rel dihubungkan beban melalui pemutus 
beban. Keterangan mengenai rating generator, 
trafo, beban dan reaktans dari berbagai komponen 
sistem tenaga tersebut seringkali diberikan 
langsung pada gambar. 
C. Diagram Impedans dan Reaktans 
Dalam aturan untuk menganalisis unjuk kerja dari 
suatu sistem tenaga listrik baik dalam keadaan 
berbeban atau dalam keadaan terjadi suatu 
gangguan hubung singkat, maka diagram segaris 
diatas harus dirubah kedalam suatu gambar 
impedans yang memperlihatkan ekivalen untai 
dari tiap komponen sistem. Sistem tenaga yang 
sederhana seperti pada gambar 3.1 diatas, gambar 
diagram impedansnya dapat dilihat pada gambar 
berikut: 
15
16 
+ 
- 
E1 
+ 
- 
+ 
- 
E1 E2 
Gen 1 & B2 e b a n A Transf o r m a t o r T 1 saluran stransmisi transformaBtoer bTa2 n B Gen 3 
Gambar 3.2. Diagram impedans dari diagram segaris 
pada gambar 3.1 
Diagram impedans yang diberikan pada gambar 
3.2 diatas tergantung penggunaanya, jika 
dipergunakan untuk analisis aliran beban, apalagi 
dengan bantuan program komputer maka gambar 
tersebut sudah dapat digunakan. Tetapi bila 
dipergunakan untuk menganalisis dan 
menghitung arus gangguan, agar sederhana maka 
rugi-rugi sistem diabaikan, dalam hal ini yang 
diabaikan adalah semua beban statis, semua 
resistans, rangkaian magnetisasi trafo, dan 
kapasitans saluran transmisi, sehingga diagram 
impedans tersebut akan menjadi diagram 
reaktans, akan tetapi kalau tersedia komputer 
digital untuk membantu perhitungan, maka 
penyederhanaan tersebut tidak diperlukan. 
Diagram reaktans dari diagram segaris pada 
gambar 3.1 diatas dapat dilihat sebagai berikut:
17 
+ 
- 
E1 
+ 
- 
E2 
+ 
- 
E1 
Gambar 3.3 Diagram reaktans dari diagram segari 
pada gambar 3.1 
Diagram impedans dan reaktans diatas kadang-kadang 
disebut juga diagram urutan positif karena 
diagram tersebut menunjukan impedans terhadap 
arus seimbang dalam suatu tiga fasa seimbang. 
D. Perhitungan Dalam Sistem Perunit (pu) 
Dalam perhitungan besaran-besaran listrik seperti 
tegangan, arus, daya, impedans dalam sistem 
tenaga, yang sudah lazim dipergunakan adalah 
dimensi atau ukuran dari masing-masing besaran 
seperti pada tabel 3.2 berikut: 
Tabel 3.2. Dimensi/ukuran symbol dari besaran 
besaran listrik 
No Besaran Simbol Dimensi/ukuran 
1 Tegangan V Volt, kV 
2 Arus I Amper 
3 Daya Semu S VA, KVA, MVA 
4 Daya Aktif P Watt, KW, MW 
5 Daya 
Reaktif 
Q AR, KVAR, MVAR 
6 Impedans Z Ohm 
7 Reaktans X Ohm
Sehubungan dengan dimensi dari besaran-besaran 
tersebut diatas berbeda-beda maka untuk 
memudahkan dipakai sistem perhitungan dalam 
persen (%) dan dalam perunit (pu). Akan tetapi 
perhitungan yang dilakukan dalam pu lebih 
menguntungkan, karena satu besaran dalam pu 
dikalikan dengan besaran yang lain dalam pu 
maka hasilnya tetap dalam pu. Jika perhitungan 
dilakukan dalam persen , maka satu besaran 
dalam persen dikalikan dengan besaran lain yang 
juga dalam persen maka hasil akhirnya harus 
dibagi dengan angka seratus. 
Harga perunit (pu) dari setiap besaran adalah 
menyatakan perbandingan dari nilai yang 
sebenarnya dari besaran tersebut terhadap nilai 
basis atau nilai dasar yang dapat dirumuskan 
sebagai berikut: 
Nilai perunit ( pu)  (3.1) 
18 
Nilai sebenarnya 
Nilai basis 
Dimensi satuan dari nilai basis dan nilai 
yang sebenarnya adalah sama, misalnya nilai yang 
sebenarnya dari tegangan adalah 100 volt, 
sedangkan nilai basis tegangan misalnya 200 volt, 
maka nilai tegangan tersebut dalam pu adalah 0,5, 
sehingga nilai suatu besaran dalam pu tidak 
mempunyai dimensi satuan lagi. 
E. Sistem Satu Fasa 
Menghitung nilai basis dari keempat besaran yang 
telah dikemukakan diatas untuk sistem satu fasa, 
dimulai dengan memberi tanda subskrip pada 
harga basis, sehingga jika dua harga basis
diasumsikan terlebih dahulu adalah sebagai 
berikut: 
a.Harga basis daya semu = (VA)B volt amper 
b.Harga basis tegangan = VB volt 
Harga dua basis yang lain dapat dihitung 
dari kedua harga basis yang telah diasumsikan 
tersebut, cara menghitungnya adalah sebagai 
berikut: 
c.Harga basis arus 
 I  Amp (3.2) 
Z pu   (3.4) 
Pilihan harga basis yang praktis untuk sistem 
tenaga satu fasa adalah sebagai berikut: 
a. Asumsikan bahwa harga basis daya semu = 
19 
 VA 
 
B 
B 
B V 
V 
d.Harga basis impedans B 
B 
B  V 
B 
B 
V 
I 
Z 
2 
   ohm(3.3) 
Jika harga yang sebenarnya dari impedans 
adalah Z (ohm) diketahui, maka harganya dalam 
pu adalah sebagai berikut: 
  Z  ohm 
 
  
  
2 
B 
B 
Z x VA 
Z ohm 
B V 
(KVA)B atau dalam (MVA)B 
b. Diasumsikan juga harga basis untuk tegangan 
= (KV)B 
Harga dua basis yang lain dapat dihitung sebagai 
berikut: 
c. Harga basis arus 
  
  
  
 B 
B 
  1000 
x MVA 
I  B 
B 
KVA 
B KV 
KV 
Amp 
(3.5) 
d. Harga basis impedans :
2 2 1000 1000     (3.6) 
Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z 
(ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu 
adalah sebagai berikut: 
 Z pu   (3.7) 
1000     (3.9) 
Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z 
(ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu 
adalah sebagai berikut: 
    
20 
   KV 
 
  
  
 B 
B 
B 
B 
x KV 
B 
B 
x KV 
B I 
MVA 
KVA 
Z 
  Z x  MVA 
 
  
  
B 
Z x KVA 
2   2 1000 B 
B 
B 
x KV 
KV 
F. Sistem Tiga Fasa 
Perhitungan harga basis untuk sistem tiga fasa, 
memakai besaran-besaran basis tiga fasa sebagai 
berikut: 
a. Diasumsikan harga basis daya semu tiga 
fasa = (KVA)B atau (MVA)B 
b. Diasumsikan harga basis tegangan antara 
fasa =(KV)B 
Harga basis dua besaran yang lain dapat dihitung 
sebagai berikut: 
a. Harga basis arus 
  
  
 KVA 
 
 Amp 
KV 
  1000 x MVA 
 
KV 
B 
B 
B 
B 
3 3 
(3.8) 
b. Harga basis impedans: 
    
B 
KV 
  
  
 B 
B 
B 
x KV 
B 
B 
x KV 
B MVA 
KVA 
I 
Z 
2 2 1000 
3 
Z x MVA 
Z pu   (3.10) 
  
  
B 
Z x KVA 
2   2 1000 B 
B 
B 
x KV 
KV
G. Mengubah Harga Basis dari Kuantitas 
imp sebenarnya dlm ohm x KVA  (3.11) 
Rumus tersebut memperlihatkan bahwa impedans 
perunit berbanding lurus dengan basis daya semu 
dan berbanding terbalik dengan kuadrat basis 
tegangan . Jika harga basis daya semu berubah 
dari (MVA)B lama ke harga basis daya semu yang 
baru (MVA)B baru dan harga basis tegangan yang 
lama (KV)B lama ke harga basis tegangan yang baru 
(KV)B baru maka harga impedans dan reaktans 
dalam pu yang lama akan berubah menjadi harga 
impedans dan reaktans dalam harga pu yang baru 
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: 
      
21 
Perunit 
Kadang-kadang impedans perunit dari satu 
komponen sistem tenaga dinyatakan menurut 
harga basis yang berbeda dengan harga basis yang 
dipilih untuk bagian dimana komponen tersebut 
terpasang. 
Semua impedans dalam bagian manapun dari 
suatu sistem tenaga harus dinyatakan 
berdasarkan suatu harga basis yang sama, maka 
dalam membuat perhitungan diperlukan cara 
untuk mengubah impedans perunit berdasarkan 
harga basis yang lama ke impedans perunit 
berdasarkan harga basis yang baru. Berdasarkan 
persamaan (3.7) dan (3.10) maka dapat dikatakan 
bahwa: 
Impedansi perunit dari suatu elemen rangkaian: 
  
  2 1000 B 
B 
x KV 
MVA 
Z pu Z pu x 2 
  
  
  B baru 
B lama 
B baru 
baru lama KV 
B lama 
KV 
x 
MVA 
2 
 (3.12)
Contoh soal 3.1: 
Reaktans subtransien (X”) dari sebuah generator 
diketahui sama dengan 0,25 perunit (pu) 
berdasarkan harga basis dari rating yang tertera 
pada platnama generator yaitu 18kV, 500 MVA. 
Sedangkan harga basis untuk perhitungan adalah 
20 kV, 100 MVA. Hitung X” berdasarkan harga 
basis yang baru. 
Jawab: 
Berdasarkan persamaan (3.12) diperoleh: 
      
22 
MVA 
Z pu Z pu x 2 
  
  
 B baru 
B lama 
B baru 
baru lama KV 
B lama 
KV 
x 
MVA 
2 
 
100 
18 
 
 
 
  
X 0,045 per unit 
500 
20 
0,25 
2 
"   
 
 
 
atau dengan cara mengubah nilai pu yang 
diketahui ke dalam nilai ohm dan membaginya 
dengan basis impedans yang baru sebagai berikut: 
0,25  18 2 
/ 500 
 X 0,0405 per unit 
"   
2 
20 /100 
Resistans dan reaktans dari suatu mesin, biasanya 
diberikan oleh pabrik dalam besaran % atau dalam 
besaran pu. Sebagai basisnya yaitu harga basis 
tegangan dalam kV dan harga basis daya dalam 
KVA adalah rating dari platnama mesin itu sendiri, 
jika mesin ini berada dalam sistem tenaga dimana 
harga basis perhitungan ditentukan baru, maka 
resistans dan reaktans dari mesin tersebut harus 
disesuaikan nilai pu nya berdasarkan harga basis 
yang baru.
H. Nilai pu pada Besaran-besaran Sistem Tenaga 
1. Sistem fasa tunggal 
a. Daya Semu 
Daya semu ini dapat dinyatakan oleh 
persamaan sebagai berikut: 
S  V.I * atau S  V  .I    
jika didefinisikan harga basis untuk daya 
semu: 
23 
B B B S  V I 
Maka daya semu dalam pu adalah: 
 .    
V I 
B B B V I 
S 
S 
. 
 
  
S   pu  V  pu .I    pu 
S pu  V pu I *.pu 
(3.13) 
b. Impedans dalam pu 
Menurut hukum ohm, persamaan impedans 
: Z  V / I , harga basis impedans telah 
diberikan oleh persamaan diatas sehingga 
harga impedans dalam pu adalah sebagai 
berikut: 
V pu 
I pu 
/ 
 atau Z pu 
 
V I 
/ 
V I 
Z 
Z 
B B B 
(3.14) 
2. Sistem tiga fasa 
a. Tegangan 
Dalam sistem tiga fasa, hubungan Y terdapat 
dua harga tegangan yakni tegangan antara fasa 
atau tegangan antara saluran (VL-L), dan 
tegangan antara saluran dengan netral (VL-N).
Jika perhitungan dilakukan dalam harga basis 
untuk tegangan antara saluran atau VL-L basis 
sehingga: 
24 
L L 
3 
  
L N basis 
V 
V  
L N 
L N basis 
   
L L L N 
V 
L L 
L L basis 
V 
dan V pu 
V 
V 
jika V pu 
 
 
 
 
 
dengan 
L L 
3 
  
l N 
V 
V  
maka 
/ 3 
/ 3 
L L 
L L basi s 
 L N 
 
 L N V 
L N basis 
V 
V 
V 
V pu 
 
 
 
 
atau V pu V pu LN LL  
(3.15) 
Berdasarkan persamaan (3.15) tersebut maka 
dalam perhitungan dengan pu untuk tiga fasa 
hubungan Y, tegangan anatara saluran dan 
netral dalam pu sama dengan tegangan antara 
saluran dengan saluran dalam pu. Hal ini 
merupakan salah satu keuntungan dari 
perhitungan dalam sistem pu. 
b. Daya Semu 
Daya semu dapat dinyatakan oleh persamaan: 
3 
3 
1 
fasa 
fasa 
S 
S  
dengan fasa basis fasa basis S S3 1  3 , maka 
/ 3 
/ 3 
3 
3 
fasa S 
1 
1 
1 
fasa 
fasa basis 
fasa 
fasa basis 
S 
S 
S 
S pu   
S pu S pu 1 fasa 3 fasa  (3.16)
Berdasarkan persamaan (3.16) tersebut maka 
untuk perhitungan dalam pu, daya semu tiga 
fasa dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu 
keuntungan bila perhitungan dilakukan dalam 
sistem pu. 
25 
c. Impedans 
Impedans hubungan Y, 
   / 3 
 
/ 3 
Z     
L L basis 
3 
2 
L N basis 
V 
Y basis S 
1 
2 
fasa 
fasa basis 
V 
S 
atau 
  
L L basis 
fasa basis 
V 
Y basis S 
Z 
3 
2 
  
Dengan definisi bahwa Z basis = 3 Zy basis, 
sehingga diperoleh: 
Z pu Z pu y   
(3.17) 
Berdasarkan persamaan (3.17) tersebut maka 
impedans tiga fasa hubungan Y dalam pu sama 
dengan impedans tiga fasa dalam hubungan  
dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu 
keuntungan dalam perhitungan dengan sistem 
pu. Keuntungan lain dalam perhitungan sistem 
pu, adalah tidak diperlukan perhitungan lagi 
jika suatu impedans dipindahkan dari suatu 
sisi ke sisi lain pada sebuah transformator. 
Contoh soal 3.2. 
Sebuah generator sinkron tiga fasa 20 kV, 300 
MVA mempunyai reaktans sub-transien sebesar 
20%. Generator ini mencatu beberapa motor 
serempak melalui suatu saluran transmisi 
sepanjang 64 km (40 mil) yang mempunyai 
transformator pada kedua ujungnya seperti
diperlihatkan pada diagram segaris pada gambar 
3.4. Kedua motor M1 dan M2 masing-masing 
mempunyai rating 13,2 kV. Netral motor M1 
ditanahkan melalui rektans, sedangkan netral dari 
motor M2 tidak diketanahkan. Input nominal 
untuk motor M1 dan M2 masing-masing adalah 
200 MVA dan 100 MVA, dengan reaktans sub-transien 
masing-masing sebesar X” = 20%. 
Transformator tiga fasa T1 mempunyai rating 350 
MVA, 13,2/115 kV dengan reaktans bocor sebesar 
10%. Transformator T2 mempunyai teraan 300 
MVA, 116/12,5 kV dengan reatans bocor 10%. 
Reaktans seri saluran transmisi adalah 0,5 
ohm/km. Gambarkan diagram reaktans dengan 
semua reaktansnya dalam besaran pu. 
Pergunakan rating generator untuk basis 
perhitungan. 
26 
Gambar 3.4. Diagram segaris 
Jawab: 
Rating tiga fasa dari transformator T2 adalah 3 x 
100 MVA = 300 MVA, dan perbandingan tegangan 
antara salurannya adalah 
3 x 127 /13,2 kV  220 /13,2 kV . Sebagai basis 
perhitungan adalah rating generator yakni 300 
MVA sebagai basis daya, 20 kV sebagai basis
tegangan, sehingga seluruh sistem harus 
mempergunakan basis daya yang baru sebesar 
300 MVA tersebut, sedangkan basis tegangannya 
harus memperhatikan perbandingan transformasi 
dari transformator. Pada saluran transmisi basis 
dayanya 300 MVA sedangkan basis tegangannya 
sebesar 230 kV dengan T1 mempunyai rating 
230/20 kV. Pada rangkaian motor, basis dayanya 
300 MVA sedangkan basis tegangannya adalah 
230 x 13,2 / 220  13,8 kV . Basis tegangan ini telah 
dicantumkan pada gambar 3.4 diatas reaktans 
transformator yang disesuaikan dengan harga 
basis yang baru: 
Transformator T1: X  0,1 x 300 / 350  0,0857 pu 
Transformator T2: X 0,1 x 13,2 /13,8 0,0915 pu 2   
Basis impedans saluran transmisi adalah 
(230)2/300 = 176,3 ohm, sehingga reaktans 
saluran dalam pu adalah (0,5 x 64)/176,3 = 
0,1815 pu 
Reaktans motor M1 = 0,2 (300/200) x (13,2/13,8)2 
= 0,2745 pu 
Reaktans motor M2 = 0,2 (300/100) x (13,2/13,8)2 
= 0,5490 pu 
Diagram reaktans yang diminta adalah seperti 
pada gambar 3.5 berikut: 
27
28 
j 0,2 
Eg 
+ 
- 
k j 0,0857 j 0,1815 j 0,0915 
l m n 
p r 
j 0,2745 j 0,5490 
+ 
- 
+ 
- 
Em1 Em2 
Gambar 3.5. Diagram reaktans yang dinyatakan 
dalam pu berdasarkan harga basis perhitungan 
Contoh soal 3.3 
Jika motor M1 dan M2 pada contoh 3.2 diatas 
berturut-turut mempunyai masukan 120 dan 60 
MW pada 13,2 kV, dan keduanya bekerja dengan 
factor daya satu, hitung tegangan terminal 
generator. 
Jawab: 
Bersama-sama kedua motor menyerap 180 MW 
atau 180/300 = 0,6 pu, oleh karena itu dengan V 
dan I pada motor dalam pu adalah V. I  0,6 pu , 
dan karena : 
V  13,2 /13,8  0,9565  0 pu 
I  0,6 / 0,9565  0,6273  0 pu 
Pada generator: 
V  0,9565  0,6273  j 0,0915  j0,1815  j0,0857 
 0,9565  j 0,2250  0,9826 13,2 pu 
Tegangan terminal generator adalah 0,9826 x 20 
kV = 19,65 kV.
Soal Latihan: 
1. Sistem tenaga yang sederhana seperti pada 
29 
gambar berikut: 
2. 
G 150 ohm M 
1 2 
Data teknik komponen sebagai berikut: 
Generator : 40 MVA, 25 kV, 
X” = 20% 
Motor : 50 MVA, 11 kV, 
X” = 30% 
Transformator Y-Y : 40 MVA, 33 Y – 
220 Y kV, X” = 30 % 
Tranformator Y- : 30 MVA, 11  - 
220 Y kV, X” = 15% 
Gambarkan diagram reaktansnya untuk 
sistem tenaga tersebut, dimana semua 
reaktansnya dalam sistem pu, pergunakan 
basis (dasar) hitung, 100 MVA, 220 kV pada 
saluran 50 ohm. 
3. Diagram segaris dari suatu sistem tenaga 
yang tidak dibebani diperlihatkan pada 
gambar berikut:
30 
T1 T2 
1 A B j 80 ohm 
C 
j 100 ohmE 
1 2 
D 
T3 
F 
2 
Generator dan transformator mempunyai 
data sebagai berikut: 
Generator 1 : 20 MVA, 13,8 kV, X” = 
0,2 pu 
Generator 2 ; 30 MVA, 18 kV, X” = 
0,2 pu 
Generator 3 : 30 MVA, 20 kV, X” = 
0,2 pu 
Transformator T1 : 25 MVA, 220Y/13,8 
kV, X” = 10% 
Transformator T2 : Satu transformator 
tiga fasa yang dirangkai dari tiga 
Transformator 1 , rating masing-masing 
10MVA, 
127/18kV, X = 10% 
Transformator T3 : 35 MVA, 220Y/20Y 
kV, X” = 10% 
Gambarkan diagram reaktans dengan 
semua reaktans diberikan dalam besaran 
pu, pilih basis 50 MVA, 13,8 kV pada 
rangkaian generator.
3. Suatu sistem tenaga yang sederhana seperti 
31 
pada diagram segaris berikut: 
1 
3 
2 
j 40 ohm 
j 20 o h m j 20 ohm 
A 
B 
C 
Data sistem seperti berikut: 
Generator 1 : 20 MVA, 18 kV, 
X” = 20% 
Generator 2 : 20 MVA, 18 kV, 
X” = 20% 
Motor Serempak 3 : 30 MVA, 13,8 
kV, X” = 20% 
Transformator Y-Y tiga fasa : 20 MVA, 
138Y/20Y kV, X” = 10% 
Transformator Y- tiga fasa : 15 MVA, 
138Y/13,8 kV, X” = 10% 
Gambarkan diagram reaktans untuk sistem 
tenaga tersebut, dimana semua reaktans 
dalam sistem pu, pergunakan satu basis 
(dasar), 50 MVA, 138 kV, pada saluran 40 
ohm, untuk seluruh sistem.
BAB IV 
STUDI ALIRAN DAYA 
32 
Tujuan Umum: 
 Mahasiswa dapat menghitung aliran-aliran daya 
pada saluran-saluran dan kemudian memeriksa 
kapasitas semua peralatan yang ada dalam 
sistem apakah cukup besar untuk menyalurkan 
daya yang diinginkan. 
Tujuan Khusus: 
 Mahasiswa dapat memeriksa tegangan-tegangan 
pada setiap rel dan memeriksa profil tegangan 
sistem, biasanya variasi tegangan yang diizinkan 
berkisar – 5% sampai + 5%. 
 Mahasiswa dapat menentukan operasi sistem 
yang ekonomis. 
 Mahasiswa menentukan kedudukan sadapan-sadapan 
transformator untuk operasi yang 
ekonomis. 
 Mahasiswa meminimumkan rugi-rugi transmisi 
sistem.
 Mahasiswa dapat memperoleh kondisi mula 
untuk studi-studi lanjutan, seperti hubungan 
singkat dan kestabilan. 
A. Representasi Sistem 
Sebelum studi aliran beban itu dilakukan sistem 
itu harus terlebih dahulu dipresentasikan dengan 
suatu diagram pengganti (diagram impedansi). 
Representasi sistem untuk studi aliran beban ini 
terdiri dari: 
a. Generator Sinkron 
Generator sisnkron biasanya dihubungkan 
langsung pada rel atau sering juga melalui 
transformator daya. Karena tujuan dari studi 
ini adalah untuk mengetahui besar tegangan 
rel dan aliran daya, maka generator sinkron 
direpresentasikan sebagai suatu sumber daya, 
dan tegangan yang diperoleh dari studi ini 
adalah tegangan rel dimana generator itu 
terhubung. 
33 
b. Transformator 
Transformator dipresentasikan sebagai 
reaktansi X saja dengan mengabaikan sirkuit 
eksitasi dari tranformator itu sendiri. 
c. Kawat transmisi 
Kawat transmisi direpresentasikan sesuai 
dengan kelas transmisi itu, pendek, menengah, 
panjang. Untuk transmisi pendek 
menggunakan impedans seri, kawat transmisi 
menengah menggunakan nominal PI dan T, 
sedangkan kawat transmisi panjang 
menggunakan ekivalen T dan PI. 
d. Beban-beban
Beban-beban dapat dibagi menjadi dua 
golongan yaitu beban static atau beban 
berputar. Beban static atau beban berputar 
biasanya direpresentaikan sebagai impedans 
konstan atau sebagai daya konstan Pdan Q, 
tergantung dari alat hitung yang digunakan. 
B. Alat Pembantu Untuk Studi Aliran Beban 
Alat pembantu untuk mengadakan perhitungan 
dalam sistem tenaga adalah: 
i. Perhitungan dengan tangan 
ii. AC atau DC Network Analyzer 
iii. Komputer Digital 
Didalam studi aliran beban, sistem itu 
direpresentasikan setepat mungkin, sehingga 
sangat sedikit pengabaian dan perhitungannya 
juga sangat susah. Untuk sirkuit yang berbentuk 
loop hampir tidak mungkin untuk melakukan 
studi aliran beban dengan tangan. Oleh karena itu 
diperlukan AC Network Analyzer. 
C. Macam Rel dan Besaran 
Didalam studi aliran beban rel itu dibagi kedalam 
tiga kelompok yakni: 
a. Rel pedoman, harga scalar V dan sudut  
b. Rel generator atau voltage controlled bus 
c. Rel beban atau load bus 
Pada tiap-tiap rel terdapat empat besaran yakni: 
i. Daya real (P) 
ii. Daya Reaktif (Q) 
iii.Harga scalar tegangan V 
34
35 
iv.Sudut fasa tegangan  
Pada tiap-tiap rel hanya dua besaran yang 
ditentukan sedangkan dua besaran yang lainnya 
merupakan hasil akhir dari perhitungan. Besaran-besaran 
yang ditentukan itu adalah: 
a. Rel pedoman: Harga scalar V dan sudut  
b. Rel generator: Daya real P dan harga scalar 
tegangan V 
c. Real beban: Daya Pdan Q 
Real pedoman itu berfungsi untuk mensuplay 
kekurangan daya real dan daya reaktif termasuk 
rugi-rugi pada kawat transmisi, karena rugi-rugi 
ini baru dapat diketahui setelah solusi akhir 
diperoleh. Pemberian besaran untuk rel-rel diatas 
berlaku baik bila perhitungan dilakukan dengan 
AC Analyzer maupun dengan komputer digital. 
Untuk memudahkan persoalan aliran daya, cara 
yang paling lama tetapi masih digunakan adalah 
bentuk “admitans rel”: 
rel rel rel I  Y .Y (4.1) 
dimana I, Y dan V merupakan matrik 
D. Persamaan Pembebanan 
Daya real dan daya reaktif pada salah satu bus p: 
* 
p p p p P  j Q  V I 
dan arus:
 * (4.3) 
36 
P j Q 
* 
p 
p 
p V 
I 
 
 (4.2) 
Ip bertanda positif bila arus mengalir menuju rel, 
bertanda negatif bila arus mengalir meninggalkan 
rel. Bila elemen shunt belum termasuk matrik 
parameter maka arus total pada rel p adalah: 
 
P j Q 
I  
p y V 
p p 
p p 
p 
V 
dimana: yp = admitans shunt total pada rel p 
yp Vp = arus shunt yang mengalir dari rel p ke 
tanah 
E. Persamaan Aliran Kawat 
Setelah tegangan-tegangan rel diketahui, maka 
aliran daya dapat dicari. Arus yang mengalir dari 
rel p ke rel q adalah: 
  
' 
pq 
2 
pq p q pq p 
y 
I  V V y  V (4.4) 
dimana: 
pq y = admiatns kawat p dan q 
y pq ' = admitans kawat p – q 
' / 2 
p pq V y = konstribusi arus pada rel 
a. Persamaan Daya 
Daya yang mengalir dari rel p ke rel q : 
pq pq p pq P  j Q  V I *
37 
atau : 
  
' * 
* * * * pq 
2 
pq pq p p q pq p p 
y 
P  jQ  V V  V y V V (4.5) 
sedangkan daya yang mengalir dari rel p ke rel 
q: 
  
' 
* * * * pq 
2 
qp qp q q p pq q q 
y 
P  jQ  V V  V y V V (4.6) 
Jumlah aljabar persamaan (4.5) dan (4.6) 
adalah rugi-rugi pada transmisi. 
F. Teknik Pemecahan 
Sebagaimana disebutkan diatas, teknik 
pemecahan disini ditunjukan pada penggunaan 
komputer. Walaupun demikian teknik pemecahan 
ini dapat juga dilakukan dengan tangan apabila 
sistem yang digunakan sangat sederhana secara 
sederhana. 
Pemecahan yang paling banyak digunakan adalah 
metode iterasi Gauss-Seidel dan Newton-Rapshon 
dengan menggunakan bentuk admitans rel. Dalam 
metode ini tegangan pada rel-rel , kecuali rel 
pedoman, diberi harga sembarang biasanya 1,0 
pu, setelah itu harus dihitung untuk semua rel 
kecuali rel pedoman dengan persamaan sebagai 
berikut: 
P j Q 
p p 
* 
p 
p V 
I 
 
 
p = 1,2,……………………………,n 
p  s
38 
dimana; n = jumlah rel dalam sistem 
s = nomor rel pedoman 
Misalkan kita mempunyai sistem yang terdiri dari, 
n = 4, rel no 1 dipilih sebagai rel pedoman, 
sehingga s = 1, dan persamaan arus menjadi: 
1 11 1 12 2 13 3 14 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V 
2 21 1 22 2 23 3 24 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V 
3 31 1 32 2 33 3 34 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V 
4 41 1 42 2 43 3 44 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V 
dengan 
Y admi s total pada rel p pp  tan 
pp pq p Y  y  y 
Y y admi s kawat p q pq pq    tan  
Karena rel 1 dipilih sebagai rel pedoman, maka I1 
tidak perlu dihitung, perhitungan dimulai dari I2 
dan seterusnya. Karena Ip arus total pada rel p, 
maka: 
P j Q 
p p 
* p 
p V 
I 
 
 
atau 
P jQ 
2 2 
2 Y V Y V Y V Y V 
* 12 1 22 2 23 3 24 4 
V 
I 
p 
    
 
 
Sehingga
V (4.8) 
39 
 
 
 
 
   
 
P jQ 
 2 2 
* 21 1 23 3 24 4 
2 
22 
2 
1 
Y V Y V Y V 
V 
Y 
Dalam bentuk umum 
 
   
 
 
   
P jQ 
p Y V 
 
n 
  
 
  
  
p q q 
pq q 
p p 
p 
pp 
V 
Y 
V 
1 
* 
1 
(4.9) 
dimana: p = 1,2,3,…………………..n , 
p  s 
Sebelum membicarakan teknik pemecahan Gauss-sheidell 
atau Newton-Rapshon, terlebih dahulu 
diberikan dibawah ini teknik pemecahan secara 
pendekatan. 
G. Pemecahan Aliran Daya Secara Pendekatan 
Dalam teknik pemecahan aliran daya secara 
pendektatan ini dibuat asumsi-asumsi sebagai 
berikut: 
a. Karena tahanan-tahanan kecil diabaikan 
b. p q    kecil   / 6 sehingga 
  p q p q sin        
c. Semua rel, kecuali rel pedoman diladeni 
sebagai generator (PV) 
Jadi 
  pq pq q p 
n 
 
P  V V V cos 
     p p q q 
1 

      
p p q sin 1,2,3,.........., 
40 
pq  p q  
n 
 V V Y    p q q 
1 
(4.10) 
n 
Q V V Y   p n pq pq q p 
q 
1 
   
n 
V V Y   V Y p n pq p q p pp 
2         
p q cos 1,2,3,........... 
(4.11) 
p = 1,2,………………,n 
dimana  90   90 pq pp Q dan  
Karena semua rel PV, harga-harga p V diberikan, 
maka persamaan (4.10) memverikan suatu 
persamaan linear dalam p  yang terdiri dari (n-1) 
jumlah persamaan, karena 1  untuk rel pedoman 
diberikan. 
Persamaan (4.10) dapat dipecahkan langsung 
untuk n  , ,......... 2 3 , dan dengan memasukan 
harga-harga n  , ............ 2 3, dalam persamaan 
(4.11) diperoleh harga-harga Qp. 
Dengan asumsi-asumsi diatas persamaan (4.10) 
dan (4.11) telah dipisahkan, sehingga tidak perlu 
dipecahkan secara simultan.
S3 = -2 + jQ3 
1,0 3 V  
1,0 2 V  
41 
Contoh 4.1 
3 
1,0 1 V  
j 0,1 j = 0,1 
2 
4 
S1 =1 +1Q1 
j 0,15 
j 0,2 
j = 0,15 
1,0 4 V  
S4 = -2 + jQ4 S2 = 3 + jQ2 
1 
Gambar 4.1. Sistem 4 rel 
Tabel 4.1. Data tegangan, beban dan generator 
untuk contoh 4.1 
Rel Tegangan 
Beban Generator 
Keterangan
-j 21,667 -j5 -j6,667 j10 
j5 -j21,667 j10,0 j6,667 
j6,667 j10 -j16,667  
j10 j6,667  -j16,667 
Yrel = 
42 
PD QD PG QG 
1 1,0 1,0 0,5 Rel pedoman 
2 1,0 1,0 0,4 4,0 Rel PV 
3 1,0 2,0 1,0 0 Rel PV 
4 1,0 2,0 1,0 0 Rel PV 
Karena rugi-rugi diabaikan, maka PG1 bisa 
dihitung dari generator pedoman 
G1 D1 D2 D3 D4 G2 P  P  P  P  P  P 
 11 2  2  4  2 pu 
11 
Jadi 
      2 2 1 2 3 2 4 P  3  5    10     6,667    
    3 3 1 3 2 P  2  6,667    10    
    4 4 1 4 2 P  2  10     6,667    
(4.12) 
Bila 1  = 0 (pedoman), maka dengan menentukan 
persamaan (4.12) sehingga, 
 4,41 ,  4,23  5,11 2 3 4    
Subsitusikan harga-harga ini kedalam persamaan 
(4.11):
        
5 cos 4,41 6,667 cos 4,23 10 cos 5,11 21,667 1 
 
      
5 cos 4,41 10 cos 8,64 6,667 cos 9,52 21,667 2 
 
43 
pu 
Q 
0,07 
pu 
Q 
0,02 
Q 6,667 cos 4,23 10 cos 8,64 16,667 0,132 pu 3       
Q 10 cos 5,11 6,667 cos 9,52 16,667 0,132 Pu 4        
Sehingga 
Q  Q  0,5  
0,570 pu G 1 1 Q  Q  0,4  
0,620 pu G 2 2 Q  Q  1,0  
1,132 pu G 2 3 Q  1,132 
Q  1,0  
pu G 2 4 3,454 
  
  
   
4 
Q Q Q 
rugi rugi GP 1 
 3,454  2,3  0,554 pu 
Aliran daya pada kawat: 
4 
1 p 
DP 
p 
  p q pq 
V V 
p p 
P  sin      
pq P 
pq 
X 
  p q 
p q 
Q   cos    
pq 
p 
V 
pq X 
pq 
V V 
X 
2 
sin 4,23 
1 
P   0,492 pu 
13 1 3       
0,15 
sin 
0,15
12 21 1 2         
Q Q 0,015 pu 12 21   
P 0,891 pu 14  Q 0,04 pu 14  
Q   pu rugi  2 0,018  0,113  0,015  0,092  0,04 .2  0,556 
44 
1 
1 
Q cos   0,018 pu 
13 1 3       
0,15 
0,15 
sin 4,41 
1 
P P   0,385 pu 
0,2 
sin 
0,2 
Hasil-hasil perhitungan aliran daya diberikan pada 
gambar (4.2.) 
2 = j 1 
j 1,132 
1,502 - j 0,113 
1,502 + j0,113 
1 + j0,4 
1 +j 0,5 
1,103 - j 0,0 9 2 1,103 + j 0,092 
1 
0,891 = j 0,04 
2 + j 1 
0,891 - j 0,04 
j 1,132 
2 
3 
4 
10 
0,492 +j 0 , 0 1 8 0,492 - j 0,18 
0,385 - j0,015 
0,385 + j 0,015 
14,23 
15,11 14,41 
4 + j 0,2 
2 + j0,57
Gambar 4.2. Hasil perhitungan aliran daya untuk 
k 
p V V V , 
45 
contoh 4.1 
H. Hasil Iterasi Gauss-Sheidell 
Metode iterasi atau metode ulang adalah suatu 
metode coba-coba yang sangat baik dalam 
penggunaan computer untuk memecahkan 
persamaan-persamaan simultan. Teknik 
Penggunaan metode Gauss-Sheidell ini dapat 
dilihat dibawah ini untuk memecahkan masalah 
(4.9). Karena p = 1 adalah rel pedoman maka 
perhitungan dimulai dengan p = 2 jadi, 
 
P jQ 
     
 
  
1 1 
k 2 2 
Y V Y V Y V 
V * 21 1 23 3 24 4 
 
   
 
  k k 
k 
V 
Y 
2 
22 
 
P jQ 
    
 
 
  
k 3 3 
Y V Y V Y V 
V 34 4 
 
   
 
  k  k 
k 
V 
Y 
1 
* 31 1 32 2 
3 
33 
1 
3 
1 
(4.13) 
 
P jQ 
k Y V Y V Y V 
    
 
  
   
 
   1 
43 3 
1 
4 4 
* 41 1 42 2 
4 
44 
1 
4 
1 k k 
k 
V 
Y 
V 
Seperskrip k+1 menyatakan Nomor iterasi dimulai 
dengan k = 0, bila 1    k1   
p 
k 
p 
dinamakan indeks ketelitian atau indeks persisi 
dan biasanya diambil 0,0001. 
1. Faktor Percepatan (Accelaration Factor) 
Dalam proses iterasi ini sering diperoleh 
kovergensi yang lebih cepat, sehingga jumlah 
iterasi lebih sedikit, dengan menggunakan 
factor percepatan pada tiap hasil iterasi. 
Misalkan  factor percepatan, maka harga 
dipercepat sebesar:
V k terlebih dahulu dihitung dan harga V k 
1 
 
k 
c V dan seterusnya. Harga 
46 
 k  
  p 
V k 
1  V k 
 V k 
1 V 
p c p 
p 
(4.14) 
Menggantikan harga k1 
p V dalam perhitungan 
selanjutnya, maka perhitungan selanjutnya 
1 
3 
2 
dipercepat sebasar: 
   1  
k  k  k 
c V V  V 
2 2 
1 
2 
 
 
 
P jQ 
k 3 3 
Y V Y V V Y V 
V 34 4 
 
   
 
  k k 
k c 
V 
Y 
1 
31 1 32 2 2( ) 
3 
33 
1 
3 
1 
  k k  k k  
    1 
 , dan 
3 V V V Vc 3 3 
3 
1 
P jQ 
k Y V Y V Y V 
    
 
  
   
 
   1 
43 3( ) 
1 
4 4 
* 41 1 42 2( ) 
4 
44 
1 
4 
1 k 
c 
k 
k c 
V 
Y 
V 
Selanjutnuya dicari 1 
4( ) 
 berkisar antara 1,4 dan 1,7. Harga yang 
kecil untuk sistem yang kecil dan harga yang 
besar untuk sistem yang besar. 
2. Rel Geberator (Voltage Controlled Bus) 
Persamaan daya pada rel P dapat di tunjukan 
oleh persamaan berikut: 
* 
pq  
* * 
p p p p p P jQ V I V Y V 
1 
q 
n 
q 
   
untuk menyelesaikan rel PV dibutuhkan 
representasi koordinat salib sumbu, seperti 
contoh berikut: 
p p p p p p V    j f V *  e  j f 
pq pq pq Y  G  jB
  
f e G f B 
p q pq q pq 
p p pp p pp e f G e B 
47 
Jadi 
  n 
   
q q P  jQ  e  j f G  jB e  j f p p p p pq pq q 
1 
(4. 
15) 
Daya reaktif pada rel P 
 
  
 
  
  
n 
p m p q Q I V Y V 
q 
pq 
1 
* * 
   
  
   
   
  
  
    
n 
Q p q pq q pq 
Q e B f B 
1 
2 2 
(4.16) 
Setelah Q dihitung, hasil ini dimasukkan pada 
persamaan (4.9) untuk menghitung V k1 . 
Harga-harga p e dan p f harus memenuhi rekasi 
2 2 2 
p p p e  f  V 
(4.17) 
supaya daya reaktif yang diperlukan 
menghasilkan tegangan yang telah dijadualkan 
dapat dihitung. Harga estimasi dari k 
p e dan k 
p f 
harus diatur agar memenuhi persamaan (4.17). 
Sudut-sudut fasa dari tegangan yang diestimasi 
adalah: 
k 
k p 
p e 
k 
p 
f 
  arc tan 
(4.18) 
Bila dimisalkan sudut-sudut fasa tegangan 
yang diestimasi dan dijadualkan sudah sama, 
maka harga-harga baru dari k 
p e dan k 
p f adalah:
k 
p baru f V jadual sin  ( )  
subsitusikan harga-harga baru persamaan 
(4.19) dalam persamaan (4.16) diperoleh harga 
48 
  k 
k 
p e baru  V jadual cos 
p p 
k 
p p 
k 
p Q , dan harga ini bersama-sama dengan k 
p baru V ( ) 
dipakai untuk menghitung harga tegangan 
yang baru, k1 
p V . 
Dalam praktek harga Q untuk sesuatu 
pembangkit harus dibatasi, dan biasanya 
diambil: 
Q 0,6 ps min   Q ps maks  0,8 
Bila harga k 
p Q yang dihitung melebihi maks Q , 
maka harga maksimum ini diambil sebagai 
daya reaktif pada rel generator yang 
bersangkutan. Bila harga k 
p Q lebih kecil dari 
min Q , harga minimum ini diambil sebagai daya 
reaktif pada rel generator yang bersangkutan. 
Dalam hal ini jelas tidak mungkin diperoleh 
harga tegangan yang telah dijadualkan , maka 
harga k 
p baru V ( ) tidak dapat digunakan untuk 
menghitung k1 
p V . 
Dengan demikian rel tadi harus dirubah 
menjadi rel beban dan tegangan yang berikan 
tidak bias dipertahankan lagi. Tetapi pada 
iterasi berikutnya rel yang ditentukan tersebut 
ditentukan sebagai rel generator. 
Contoh 4.2. 
Dalam gambar dibawah ini diberikan oleh sebuah 
sistem yang terdiri dari tiga rel. Data transmisi
beban dan generator diberikan pada tabel 4.2 dan 
4.3. Lakukan iterasi Gauss-Sheidell untuk 
memperoleh tegangan. 
49 
G 
G 
1 
3 
2 
Gambar 4.3. Sistem tiga rel 
Rel 1 = rel pedoman, 1,05 0,00 1 V   j , factor 
percepatan = 1,6 untuk P dan Q. Indeks persisi = 
0,001 
Tabel 4.2 . Data-data kawat transmisi 
Kode rel 
p - q 
Impedans 
Spq 
Admitans 
Shunt 
pq1/2 
1 – 2 
1 – 3 
0,8 + j 0,26667 pu 
0,2 + j 0,06667 pu 
00
50 
2 – 4 0,59998 + j 0,2 pu 0 
Tabel 4.3 . Data Pembangkitan, beban dan tegangan 
rel permulaan 
a. Matrik Admitansi Rel 
Kode Rel ( p – q ) Admitansi 
pq pq y  1/ z 
1 - 2 1,2500 + j 18,7500 
1 - 3 5,0000 + j 15,0000 
2 - 3 1,6667 + j 5,0000 
6,2500 18,7500 11 12 13 Y  Y  y   j 
2,9167 8,7500 22 23 21 Y  y  y   j 
6,6667 0,7500 33 31 32 Y  y  y   j 
1,2500 20,00 12 12 Y   y   j 
5,000 15,00 13 13 Y  y    j 
1,6667 5,000 23 23 Y  y    j 
6,2500 + 
j18,7500 
-1,2500 + j 
3,7500 
-5,0000 + j 
15,0000 
-1,2500 + j 2,9167 – j -1,6667 + j 
Kode Rel 
P 
Tegangan 
Permulaaan 
Generator Beban 
Keterangan 
MW MVAR MW MVAR 
1 1,05 + j 0,00 - -0 0 0 Rel pedoman 
2 1,00 + j 0,00 20 0 50 20 Rel beban 
3 1,00 + j 0,00 0 0 60 25 Rel beban 
Yrel =
51 
13,7500 8,7500 5,0000 
-5,000 + j 
-1,6667 + j 
15,0000 
5,0000 
6,6667 - j 
20,0000 
b. Perhitungan Daya Bersih Rel 
Daya bersih untuk p = 2 dan 3 adalah 
P jQ daya bersih pada relp p p   
    p p Gp Gp Ip Ip P  j Q  P  jQ  P  j Q 
untuk p = 2, 
Daya bersih rel 2 = (0,20 – j 0,00) – (0,50 – j 0,23) = 
-0,30 + j 0,20 
Daya bersih rel 3 = (0 + j0) – (0,6 – j 0,25) = -0,6 + j 
0,25 
c. Solusi Iterasi Gauss-Sheidell 
1,05 0,00 1 V   j 
0 1,0 0,00 
2 V   j 
0 1,0 0,00 
3 V   j 
Iterasi ke 1: 
   
  
0,30 0,20 
 5 151,00 
1,25 3,75 1,05 
1,00 0,00 
1 1 
2 
2,9167 8,75 
j 
j 
j 
j 
V 
  
    
 
 
 
1 0,9905 0,0240 
2 V   j 
0 0,9905 0,0240 1,00 0,00 
2 
V 1 
 V 1 
V   j   j 
2 2 
1 0,0095 0,0240 0,0258 0,001 
2 V    j  x
0,60 0,25 
1 1 
3 j 
 5 15 1,05 
52 
1 1,00 0,00 1,6  0,0095 0,0240 
2( ) V j j c      
1 0,9648 0,0384 
2( ) V j c   
 
 
         
  
 
 
1,00 0,00 
6,6667 20 
j 
j 
j 
V 
1,6667  j 5,00,9848  j 0,0384 
1 1,0135 0,0328 
3 V   j 
1 1,0135 0,0328 1,00 0,00 
3 V   j  j 
1 1,0135 0,0328 0,0355 0,001 
3 V   j  x 
1 1,00 0,00 1,60,0135 0,0328 
3( ) V j j c     
1 1,0216 0,0525 
3( ) V j c   
dengan cara yang sama perhitungan ini dapat 
dilakukan untuk iterasi ke 2 dan ke tiga. 
Soal Latihan 
Selesaikanlah soal pada contoh 4.2 dengan 
menggunakan iterasi Gauss-Sheidell bila rel 2 
diladeni sebagai rel generator dengan tegangan 
1,03 pu. Daya reaktif QG2(maks)= 35 MVAR dan 
QG2(min) = -15 MVAR. Pilih factor percepatan untuk 
P dan Q = 1,4. 
I. Solusi Newton-Rapshon
Dengan melihat sebuah persamaan aljabar non 
linear yang terdiri dari persamaan: 
(0) 
1 , ,.................., n x x x 
Misalkan harga koreksi n x , x ,..........,x 1 2 sehingga 
persamaan 4.20 dapat ditulis: 
      
      n n n 
53 
f  x , x ,.............., x   
y 1 1 2 n 1  , ,.............., 
 
 
  n n n 
f x x x y 
2 1 2 n 
2 
 
 
, ,.............., 
f x x x y 
1 2 
(4.20) 
Misalkan harga estimasi mula-mula 
(0) (0) 
2 
  ,   ,................, 
 
f x x x x x y 
n 
  ,   ,.............., 
 
f x x x x x y 
2 
0 
1 2 
0 
1 
2 1 
0 
1 2 
0 
1 1 
 
(4.21) 
a. Perbandingan Solusi Iterasi Gauss-Sheidell 
dan Newton-Rahshon 
Perbandingan solusi iterasi Gauss-Sheidell dan 
Newton-Rapshon adalah sebagai berikut: 
Gauss-Sheidell Newton- 
Rapshon 
1. Memori yang 
diperlukan 
2. Operasi matematika 
3. Waktu per iterasi 
4. Kecepatan 
konvergensi 
5. Jumlah iterasi 
Sedikit 
Sedikit 
Singkat 
Lambat 
Banyak sekali 
tergantung pada 
Banyak 
Banyak 
Lebih lama 
Cepat 
Sedikit sekali
S P j Q j b V V V V V jb p p p pq p p q p p pq 
 
p pq P j Q j b V V V e p q V j b 
p pq 
54 
6. Besar sistem 
7. Pemogramam 
8. Sistem radial 
jumlah rel 
Baik untuk 
sistem kecil 
Mudah 
Sering tidak 
konvergen 
Tidak 
tergantung 
jumlah rel 
Baik untuk 
sistem besar 
Sukar 
Baik 
J. Solusi Aliran Beban Decoupled 
Langkah pertama dengan memisalkan semua rel 
adalah PQ, kecuali rel pedoman dan tahanan-tahanan 
transmisi diabaikan, sehingga 
pq pq y   j b 
pq q y  jbp 
  pq pq pq p q pq p pq I  I  I  V V y V y 
* 
pq pq pq p pq S  P  j Q  V I 
 * *  * *  * 
p p q pq p p pq  V V V  j b V V j b 
(4.22) 
Daya kompleks yang diinjeksikan pada rel p 
diperoleh dengan menjumlahkan semua daya yang 
memasuki saluran-saluran yang terhubung pada 
rel p. 
       
q 
q 
* * * 
  
 
 
 
      
 
q 
j 
p p q 
q 
 
2   2 
(4.23) 
Jadi:
 
pq pq b b  = jumlah semua suseptansi yang 
terhubung rel p: 
untuk sudut-sudut yang kecil maka: 
     / 6 p q 
maka persamaan menjadi: 
55 
q  p q  
p pq P b V sin    
q 
(4.24) 
 
    
      
p pq Q b V V V b b    2 
  
p q p q p pq p 
q 
q 
cos 
(4.25) 
dimana: 
 
q 
  p q p q 
p pq P b V V    
q 
(4.26) 
Selanjutnya bila dimisalkan bahwa: 
V V V tegangan no al p q   min  
maka 
  q p 
p pq P V b       2 
q 
(4.27) 
Persamaan (4.27) dapat lebih mudah diselesaikan 
dengan metode iterasi Gaus-Sheidell sehingga 
persamaan dalam bentuk:
56 
  
P V b  
p pq q 
 
 
q 
q 
pq 
p b 
 
 
2 
(4.28) 
Setelah p  dihitung, dilanjutkan dengan 
persamaan (4.28) untuk memperoleh tegangan rel, 
sehingga persamaan dapat ditulis: 
   2 cos 1 1/ 2 p q p q        
maka persamaan (4.25 ) menjadi: 
     p q p q p ps 
2 2    11/ 2     
p p pq Q V b V V V b 
q 
Dengan membuat V V p  kecuali dalam bentuk 
  p q V  V 
  
 
   
 
Q V b V V V 
 
p pq 
    2 2 
p q  p 
 
q 
pq 
p q p 
q 
b V b 
1/ 2 
  
(4.29) 
Persamaan (4.29) dapat dipecahkan secara 
iterative dengan menuliskan 
 
Q b V 
p pq 
 
 
q 
pq 
q 
q 
p b 
V 
(4.30)
2 +j 1 pu 0 + j 2 pu 
57 
dimana: 
p p p c Q  Q 1/ 2 q  q 
2  2 
p pq q V b       
p q 
q 
 p q rugi-rugi daya reaktif yang diinjeksikan pada 
sistem oleh suseptansi shunt saluran. 
Contoh soal 4.3. 
2 
0,02 + j 0,08 pu 
3 
0,02 + j 0,08 pu 
1,5 + j 0,6 pu 
0,02 + j 0,08 pu
Gambar 4.4. Data-data kawat transmisi untuk 
58 
contoh soal 4.3. 
Tabel 4.3 . Data Pembangkitan, beban dan 
tegangan rel permulaan 
Rel Tegangan 
Beban Generator 
Ketetangan 
PG QG PG QG 
1. 1,0 + j 0 
2. 
3. 
1,0 + j 0 
….. 
…. 
2 
0 
1,5 
1 
0 
0,6 
…. 
0,5 
0 
…. 
1,0 
1,0 
Rel pedoman 
Rel PQ 
Rel PQ 
Jawab: 
QG3 = 1,0 pu, admitans diabaikan, berdasarkan 
persamaan (4.27)  1 V 
  2 2 21 22 23 21 1 22 2 23 3 P   b  b  b  b   b   b  
  3 3 31 32 33 31 1 32 2 33 3 P   b  b  b  b   b   b   
 23,528 ii b 
 11,764 ik b 
maka 
2 3 0,5  23,528  11,764  
3 2 1,5  23,528  11,764  
0,014 rad 2    
0,0rad 3    
11,7640,014 11,764 0,14 0,07  0,9807 
2 
1 2 2 
2 Q      
11,7640,07   0,07 0,014  0,353 
1 
Q  0,4  x 2    2 
 
3 2
59 
23,528 11,764 12,7447 2 3 V  V  
23,528 11,764 12,117 2 2 V  V  
jadi 
V 1,065 pu 2  
V 1,047 pu 3  
   
Q b V b V b V 
1 11 1 12 2 13 3 
1 b b b 
11 12 13 
V 
  
 
dimana 
 2  
1 Q  Q  b   b  
13 3 
2 
, 
1 2 
1 12 2 
11,7640,005 
1 
1  Q  x 
2 
0,029 1  Q  
= 1 0,029 1   G Q 
47,056  1 0,029 23,029 11,764 2,112 1 Q x G      
Q pu G 0,288 1  
BAB V 
STUDI HUBUNGAN SINGKAT 
TIGA FASA SIMETRIS 
60 
Tujuan Umum:
 Mahasiswa dapat memahami arus hubng singkat 
61 
satu fasa dan tiga fasa. 
Tujuan Khusus: 
 Mahasiswa dapat mengenal jenis-jenis hubung 
singkat 
 Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung 
arus hubung singkat. 
 Mahasiswa dapat membuat diagram ekivalen 
dari hubung singkat untuk masing-masing 
kondisi 
A. Pendahuluan 
Bila hubungan singkat terjadi pada suatu sistem 
tenaga, arus akan mengalir diberbagai bagian 
sistem. Besaran arus sesaat setelah terjadi 
gangguan berbeda dengan besaran beberapa 
putaran (cycle), yaitu pada saat pada saat 
pemutusan terjadi. Kedua arus diatas jauh 
berbeda dengan arus yang akan mengalir setelah 
keadaan mantap, yaitu bila gangguan tidak 
diisolasi dari sistem (dengan bekerjanya pemutus-pemutus 
tenaga). Pemilihan yang tepat dari 
pemutus tenaga yang akan dipakai tergantung 
pada dua hal, besarnya arus sesaat setelah 
terjadinya hubungan singkat dan besarnya arus 
yang harus diputuskan. Berdasarkan hal tersebut 
diatas, studi arus hubungan singkat ini bertujuan: 
1. Menentukan besarnya arus hubugan 
singkat pada suatu titik dalam sistem 
tenaga, dan berdasarkan besar arus 
tersebut akan ditentukan kapasitas alat 
pemutus tenaga yang akan dipergunakan 
pada titik tersebut. 
2. Menentukan besar aliran arus diberbagai 
bagian sistem dan berdasarkan besaran
arus tersebut akan didapatkan penyetelan 
(setting) dari rele-rele yang mengatur 
pemutus daya. 
B. Representasi Sistem Tenaga Listrik untuk 
Studi Hubungan Singkat 
Representasi sistem tenaga listrik telah dibahas 
pada BAB II. 
C. Hubungan Singkat Generator Tanpa Beban 
Pada mesin sinkron terdapat tiga macam reaktans 
dengan mengabaikan nilai tahanannya, kecuali 
dalam menentukan redaman atau konstanta 
waktu. Rekatans-reaktans tersebut adalah: 
d q  X dan X rekatans sinkron, pada sumbu d dan 
q 
' '  
d q X dan X reaktans peralihan pada sumbu d 
dan q 
" "  
d q X dan X reaktans peralihan pada sumbu d 
dan q 
Kedua macam terakhir bukan reatans sebenarnya, 
tetapi reaktans hipotesis. 
Pada umumnya hubungan singkat dalam keadaan 
mantap, rektans mesin sinkron terdiri dari 
reaktans jangkar a X dan reaktans bocor 1 X . 
Sehingga reaktans sinkron sumbu d, dapat dilihat 
pada gambar (5.1.a), dimana 
1 X X X d a   (5.1) 
Pada keadaan hubungan singkat yang ketiga 
fasanya terjadi hubungan singkat arus komponen 
searah (DC) dengan besar yang berbeda-beda, 
karena besar gelombang tegangan pada ketiga 
62
fasanya tidak sama pada saat hubungan singkat 
itu terjadi. Komponen DC ini sulit menghitungnya 
dan biasanya dipisahkan dari komponen AC. 
Untuk studi hubungan singkat kita hanya 
mengkonsentrasikan perhatian pada komponen 
AC atau arus hubungan singkat simetris, 
sedangkan pengaruh komponen DC dapat 
dimasukan kemudian dengan mengalikan 
komponen AC tadi dengan suatu factor pengali 
(multiplying factor). 
Setelah hubungan singkat terjadi, arus hubungan 
singkat simetris itu hanya dibatasi oleh rektans 
bocor mesin. Tetapi karena fluks udara tidak dapat 
berubah seketika (instantaneously), sesuai dengan 
teori fluks lingkup konstan, untuk melawan 
demagnetisasi dari arus hubungan singkat 
jangkar, maka arus kan timbul pada belitan 
penguat (beltan eksitasi) demikian juga pada 
belitan peredam pada arah fluks utama. Arus-arus 
ini menurun sesuai dengan konstanta waktu 
belitan-belitannya. Konstanta waktu belitan 
peredam yang mempunyai induktans bocor yang 
rendah jauh lebih kecil dari konstanta waktu 
belitan penguat yang mempunyai induktans bocor 
tinggi. Jadi selama beberapa saat dari waktu 
hubungan singkat itu pada belitan-belitan 
peredam dan lilitan penguat timbul arus induksi, 
sehingga pada sirkuit ekivalen reaktans medan 
penguat X f dan reatans belitan peredam dw X 
kelihatannya terhubung parallel dengan reaktans 
jangkar a X seperti terlihat pada gambar (5.1.b) 
63
64 
1 X a X 
d X 
+ 
- 
Gambar (5.1.a) Sirkuit ekivalen mesin sinkron 
dalam keadaan mantap 
+ 
_ 
1 X 
dw X 
f X 
a X 
Gambar (5.1.b) Sirkuit ekivalen mesin sinkron 
selama periode sub peralihan hubungan singkat 
E 
+ 
_ 
1 X 
f X 
a X 
Gambar (5.1.c) Rangkaian ekivalen mesin sinkron 
selama periode sub peralihan hubungan singkat 
Setelah beberapa saat kemudian, karena 
konstanta waktu belitan peredam sangat kecil,
maka arus belitan peredam itu akan hilang dan 
sekarang mesin berada pada keadaan perali han. 
Hal tersebut dapat digambarkan dengan membuka 
sirkuit peredam dw X pada gambar (5.1.b) menjadi 
gambar (5.1.c). 
Reaktans yang dipresentasikan oleh mesin selama 
periode permulaan dari hubungan singkat itu 
disebut reaktans sub perlihan mesin sinkron 
dengan persamaan sebagai berikut: 
  (5.2) 
  (5.3) 
65 
1 
 a f dw  
X X 
d X X X 
1/ 1/ 1/ 
1 
" 
  
sedangkan reaktans yang bekerja setelah arus 
belitan peredam mati disebut reaktans peralihan 
dengan persamaan sebagai berikut: 
1 
  a f 
X X 
d X X 
1/ 1/ 
1 
' 
 
d d d X "  X '  X , maka reaktans mesin sinkron 
berubah terhadap waktu dimulai dari " 
d X sampai 
d X . Sesuai dengan reaktans-reaktans diatas, 
maka aruspun ada tiga macam: 
I = arus hubung singkat mantap, yaitu arus 
mantap setelah bagian peralihan hilang karena 
redaman. 
I’= arus hubung singkat peralihan, yaitu arus 
selama keadaan peralihan , beberapa saat 
setelah hubung singkat terjadi, dan belum 
termasuk arus komponen searah (DC). 
I”= arus sub peralihan, yaitu arus maksimum pada 
saat terjadi hubung singkat, belum termasuk 
komponen DC.
Didalam anlisis sistem tenaga, pada umumnya 
mesin sinkron itu dianggap sebagai mesin (non-salient 
pole), sehingga reaktans pada sumbu d 
sama dengan reatans pada sumbu q dan reaktans 
itu biasanya diberikan dengan notasi X , X ' atau 
X " . Dengan kata lain pengaruh kutub menonjol 
itu diabaikan. Untuk generator tanpa beban yang 
dihubung singkat, tegangan dalam (internal 
voltage) untuk ketiga macam keadaan (mantap, 
peralihan, dan sub peralihan) adalah sama, yaitu 
E sehingga: 
66 
E"  E'  E 
maka arus-arus itu adalah (lihat gambar (5.2)) 
O E 
X 
I  a  
2 
' 
I ' 
 b  
O E 
2 X 
O E 
" 
I " 
 c  
2 X 
Seperti sudah disampaikan sebelumnya arus 
hubung singkat itu sebenarnya terdiri dari dua 
komponen arus, komponen arus bolak-balik (AC) 
dan komponen arus searah (DC). Komponen DC 
itu tegantung dari besarnya sudut fasa, pada saat 
mana hubung singkat itu terjadi, sedang harga 
maksimumnya sama dengan harga maksimum 
komponen AC. 
Bila hubung singkat tiga fasa itu terjadi dalam 
keadaan tanpa beban, maka besar arus hubung 
singkat itu dapat ditulis sebagai berikut:
   
d t m d t 
 X X 
m t 
X X 
d q m t d q 
a e a 
2     
'   = factor redaman peralihan pada 
sumbu d 
"     . = factor redaman sub 
peralihan pada sumbu d 
Rumus diatas diperoleh secara pendekatan dengan 
menggunakan teorema “Fluksi Lingkup Konstan”. 
Dari persamaan (5.5) terlihat bahwa arus hubung 
singkat terdiri dari tiga komponen, yaitu: 
67 
   
 
  
 
1 1 1 1 1 
    
  
 
 
  
  2 
  cos 
' " 
a e 
' " ' 
d d 
m 
d d d 
X X 
e 
X X X 
i E 
" " 
 " " 0 
" " 
" " 0 
cos 2 
2 . 
cos 2 
2 . 
 
 
d q 
d q 
X X 
e E 
X X 
E 
dimana: 
f 
ff 
d 
X 
m . ' 
d L 
d 
R 
X 
 " " 
 
w X X 
d q 
a X X 
" " 
2 . d q 
m 
 
  = factor redaman belitan 
jangkar 
11 
d 
d 
" 
d 
X 
X 
X 
' 
d L 
d 
d 
d 
d 
d 
R 
X 
X 
X 
m 
11 
" 
" ' 
a. Komponen bolak-balik dari frekuensi dasar 
b. Komponen searah (DC) 
c. Komponen bolak-balik dari frekuensi 
harmonis kedua 
Tetapi bila pengaruh kutub menonjol itu diabaikan 
maka X " X " X " d q   , maka komponen bolak-balik 
dari frekuensi harmonis kedua itu hilang. Nilai 
efektif komponen bolak-balik sebagai funsi waktu,
I E (5.6) 
nilai efektif komponennya adalah: 
I 0  2 .cos  (5.7) 
pada saat t = 0 
I DC  dan 
I "  E / X 
Jadi arus maksimum total, pada t = 0, dan 0 0   , 
I maks  3  1,732 (5.9) 
68 
 
 
 
    ' ' 
AC e 
 
 
1 1 1 1 1 m d t m d t 
 
    
 
 
 
" ' 
X X 
e 
X X X 
ma t 
E 
DC e 
X 
E 
X " 
I AC  
E 
I  
2 .cos  
DC X 
" 0 dan harga efektif total arus hubung singkat itu, 
2 2 
DC AC DC I  I  I (5.8) 
Arus maksimum komponen searah diperoleh bila 
0 0   , maka 
E 
" 2. 
X 
2 
E 
" 
2 
 
   
 
E 
" 2  
  
 
X 
X 
I maks 
E 
X 
E 
X 
Pada umumnya untuk menghitung arus awal atau 
arus seketika yang mengalir pada saat terjadi 
hubung singkat digunakan reaktans sub peralihan 
baik untuk generator maupun untuk motor. 
Dengan demikian untuk menentukan kapasitas 
seketika dari alat-alat pemutus daya digunakan
reaktans sub peralihan bagi generator dan motor. 
Untuk menentukan kapasitas pemutusan 
(instantaneous capacity) dari pemutus-pemutus 
daya digunakan reaktans sub peralihan untuk 
generator dan reaktans peralihan untuk motor. 
Contoh 5.1. 
Suatu generator 13,2 kV, 30 MVA, 50 Hz 
mempunyai reaktans-reaktans X” = 0,2 pu dan X’ = 
0,3 pu. Generator itu bekerja pada beban nol 
ketika terjadi hubung singkat tiga fasa pada 
jepitan-jepitan. Hitunglah arus maksimum total 
pada t = 0 dan 0  = 0,30,45, dan 60. 
Jawab: 
Misalkan tegangan dalam generator pada saat 
terjadinya hubung singkat 13,2 kV atau sama 
dengan 1 pu. Daya dasar dipilih 30 MVA sebagai 
rating generator tersebut. Arus komponen AC tidak 
dipengaruhi oleh sudut pemutusan o  ,maka 
69 
pu 
E 
1 
" 
   
I AC 5 
X 
0,2 
" 
komponen arus DC tergantung dari sudut 
pemutusan 0  
(a). 0 
0   0 , E  E'  E  1 pu 
pu 
E 
1 
" 
    
I DC .1 0,707 
X 
0,2 
2. .cos 2 " 0 
jadi 
I pu maks  52  7,072  8,66
70 
11,364 Amp 
30.000 
 8,66  
3.13,2 
(b). 0 
0   30 
 2.5.cos 300 DC I 
I pu maks  52  6,122  7,9055 
I amp maks  10,374 
0   45 
©. 0 
 2.5.cos 450 DC I 
I pu maks  52  52  7,071 
I amp maks  9,279 
0   60 
(d). 0 
 2.5.cos 600 DC I 
I pu maks  52  3,53552  6,124 
I amp maks  3,036 
d. Hubung Singkat Generator Sinkron dalam 
Keadaan Berbeban 
a. Beban Statik 
Bila sebelum gangguan telah ada arus, yaitu 
arus beban, arus total generator, termasuk 
arus beban dapat diperoleh dengan dua cara; 
a). Dengan Theorema Thevenin 
b). Dengan menggunakan tegangan dalam sub 
peralihan generator 
b. Dengan Theorema Thevenin
Dalam ganbar (5.3.a) diberikan sebuah 
generator sinkron dengan beban ZL. Arus 
hubung singkat adalah arus beban IL 
71 
E" 
g jX 
t V 
e Z 
L Z f V 
p 
+ S 
- 
Gambar (5.3.a) Hubung singkat generator sinkron 
sebelum gangguan dalam keadaan berbeban 
e Z p 
" 
g jX f V 
L Z 
g I 
" 
f I 
+ 
- 
Gambar (5.3.b) Hubung singkat generator sinkron 
selama gangguan dalam keadaan berbeban 
Hubung singkat dilakukan dengan menutup 
sakelar S, dan dengan teori Thevenin, arus 
yang timbul karena hubung singkat itu adalah 
f 
th 
V 
I "  
(5.10) 
f Z
72 
  
 
Z Z jX 
L e g 
th Z Z jX 
L e g 
Z 
  
 
" 
Arus hubung singkat generator, tidak termasuk 
arus beban IL, 
" 
L 
Z 
" . f 
g e L 
g I 
jX Z Z 
I 
  
 
Jadi arus total generator (termasuk arus beban 
IL) 
  g g L I tot  I "  I 
(5.11) 
dengan 
f 
L 
V 
I  
L Z 
b).Menggunakan Tegangan Dalam Sub 
Peralihan Generator 
Arus total generator yaitu arus karena hubung 
singkat dan arus beban, dapat diperoleh 
dengan menggunakan tegangan dalam sub 
peralihan generator. Tegangan dalam sub 
peralihan generator adalah sebagai berikut: 
  g f L g e E"  V  I jX "  Z (5.12) 
jadi 
g 
E 
g tot jX Z 
g e 
I 
 
 " 
" 
( ) 
(5.13) 
Contoh 5.2. 
Sebuah generator 30 MVA, 13,2 kV, 50 Hz, 
mencatu daya pada beban static sebesar 20 MW
pada factor daya tertinggal 0,8 dan tegangan 12,8 
kV. Generator itu mempunyai reaktans 0,1 pu 
pada dasar rating generator. Bila terjadi hubung 
singkat tiga fasa pada jepitan beban, hitung 
jumlah arus seketika rms simetris, termasuk arus 
beban dengan menggunakan 
a). Teorema Thevenin 
b). Menggunakan tegangan dalam sub peralihan 
73 
Jawab: 
a). Menggunakan teorema Thevenin 
f 
th 
V 
I "  
f Z 
12,8    
  
0,97 00 
V pu f 
13,2 
 
jX Z Z 
g e L 
th jX Z Z 
g e L 
Z 
  
 " 
" 
jX j pu g "  0,2 
Z j pu e  0,1 
L 
f 
V 
L I 
Z 
00 
 
f 
L 
S 
L V 
I 
 36,870 
 
pu 
20   
SL 0,833 
30 x 
0,8 
0,833     
36,870 0,859 36,870 
I pu L 
0,97
74 
0 
 
0,97 0   
 
Z pu L 
0 
0 
1,1292 37,87 
0,859 36,87 
 
 0,9033  j 0,6775 pu 
ZL dapat juga dicari: 
  pu 
V 
f 
2 0 2 
 
0,97 0 
 
L 0 
S 
Z 
L 
0,833 36,87 
  
 1,129236,870 pu 
jadi 
    
 
0,2 0,10,9033 0,6775 
j 0,2 0,1 0,9033 j 
0,6775 
j j 
 
Zth   
 0,254579,620 pu 
maka 
0 
 
0,97 0   
 
" 3,8114 79,62 
I pu f 
0 
0,2545 79,62 
 
Arus hubung singkat generator: 
" 
Z 
g x I 
" 
" 
f 
L 
j X Z Z 
g e L 
I 
  
 
0 
 
1,1292 36,87  
= 0 
0 
3,8114 79,62 
 
1,331 47,26 
x 
 3,2335 900 pu 
  j 3,2335 pu 
Arus total generator: 
g tot g L I  I  I " 
( ) 
  j 3,2335  0,859 36,870 
  j 3,2335  0,6872  j 0,5154
75 
 0,6672  j 3,7489 
 3,8114 79,610 pu 
c. Dengan Menggunakan Tegangan Dalam 
Sub Peralihan Generator 
Tegangan dalam sub peralihan generator:   g f L g e E  V  I jX  Z " " 
 0,9700  0,859 36,870 x 0,3900 
 0,97  j 0,2062 pu 
 1,143310,390 pu 
 
1,1433 10,39 
I 
 g tot 0 
 3,811 79,610 pu 
0 
( ) 0,3 90 
 
a). Beban Motor Sinkron 
" 
g jX 
" 
g E 
e Z 
L I 
f V 
m j X 
" 
m E 
" 
g jX 
" 
g E 
e Z 
L I 
" 
g I 
" 
f I 
L I 
" 
m I 
" 
m jX 
a. Sebelum Gangguan b. Selama 
Gangguan 
Gambar (5.4) Hubungan singkat 
generator 
sinkron dengan beban motor sinkron
76 
b). Dengan Teorema Thevenin 
Arus hubung singkat simetris pada titik 
hubung singkat, 
f 
th 
V 
I  " 
f Z 
 jX " 
 
Z  j X 
 
 g e  m 
g m e 
th j X X Z 
Z 
  
 " 
Arus hubung singkat generator; 
" 
j X 
" . f 
 m 
 " 
g I 
" " 
j X X Z 
g m e 
I 
  
 
Arus hubung singkat motor, 
" 
 
j X Z 
g e 
" . f 
  " 
m I 
" " 
j X X Z 
g m e 
I 
  
 
Arus beban, 
 
pu 
L Jadi arus total generator dan motor: 
S 
V 
I 
L 
f 
gtot  g L I  I "  I 
mtot  m L I  I "  I 
(5.14) 
d). Dengan Menggunakan Tegangan Dalam 
Sub Peralihan Generator dan Motor 
Generator: 
  g f L g e E"  V  I j X  Z 
Motor: "  "  
m f L m E  V  I j X
77 
Jadi arus total generator dan motor: 
  
g 
E 
g tot j X Z 
g e 
I 
 
 " 
" 
Contoh 5.3. 
Generator pada contoh 5.2. dibebani dengan 
sebuah motor sinkron yang mempunyai rating 
yang sama dengan generator. Reaktansi sub 
peralihan motor X” = 0,2 pu. Mptpr itu menarik 
daya sebesar 20 MW pada factor daya tertinggal 
0,8 dan pada tegangan 12,6 kV. Hitunglah 
besar arus seketika rms simetris, termasuk 
arus beban dengan menggunakan teorema: 
a). Teorema thevenin 
b).Menggunakan tegangan dalam sub 
peralihan 
Jawab 
a). Dengan teorema thevenin 
f 
th 
V 
I "  
f Z 
    
0,2 0,1 0,2  
Zth 0,12 
j pu 
j j 
j 
0,5 
 
 
 0,97 00 
V pu f 
Jadi 
 
0,97 00 
"   
I j pu f 8,0833 
 
0,12 90 
 
Arus hubung singkat generator dan motor:
78 
j X 
" . f 
" 
" 
m 
g I 
" " 
j X Z j X 
g e m 
I 
  
 
0,2    
. j 8,0833 j 3,233 pu 
0,5 
"  0,3    
I  j  j pu m . 8,0833 4,850 
0,5 
 0,859 36,870 
 0,6872  j 0,5154 pu 
I pu L 
Jadi arus total: 
g tot  g L I  I "  I 
  j 3,233  0,6870  j 0,5154 
 0,6872  j 3,7484 pu 
m tot m L I  I "  I 
( ) 
  j 4,850  0,6872  j 0,5154 
 0,6872  j 5,3654 
 5,409  97,30 pu 
e). Dengan Menggunakan Tegangan Dalam 
Sub Peralihan 
  g f L g e E"  V  I j X Z 
 0,9700  0,859 36,870.0,3900 
 1,1433 10,390 pu 
"  "  
f L m E V I j X 
m 
  
 0,9700  0,859  36,870 x 0,2 900 
 1,073  j 0,1374 
 1,0818 7,30 pu
79 
Jadi 
  
g 
E 
g tot jX Z 
g e 
I 
 
 
" 
 
1,1433 10,39 
 
0 
 3,811 79,610 pu 
0 
 
0,3 90 
" 
m 
E 
I  
  " 
m 
m tot jX 
 
1,0818 7,3 
 
0 
 5,409 97,30 pu 
0 
 
0,2 90 
e. Perhitungan Arus Hubung Singkat 
a). Dengan Tangan 
Untuk menghitung arus hubung singkat 
dengan tangan digunakan metode reduksi jala-jala. 
Bila tegangan pada titik hubung singkat 
sebelum hubung singkat terjadi tidak 
diketahui, maka biasanya diambil sebesar 1 pu. 
Pada perhitungan arus hubung singkat 
biasanya arus beban diabaikan. Ini berarti 
bahwa semua titik dalam sistem mempunyai 
tegangan yang sama. 
b). Komputer Digital 
Dengan komputer digital banyak model 
matematis yang dapat digunakan, anatara lain: 
 Model iterasi admitans rel 
 Metode impedans hubung singkat
c). Metode Admitans Rel 
Metode ini sama dengan metode iterasi dalam 
studi aliran beban, persamaan arus sebagai 
berikut: 
80 
n n I Y E Y E Y E Y E 1 11 1 12 2 13 3 1     ............ 
n n n n nn n I Y E Y E Y E ...........Y E 1 1 2 2 3 3     
n 
n 
 
I  
Y E k knn 
1 
n = jumlah simpul (rel) 
Bila arus beban diabaikan semua tegangan dalam 
sama, dengan demikian dapat diganti oleh satu 
gambat tegangan. Tegangan pada rel yang 
dihubung singkat adalah nol dan tegangan dalam 
dihitung dari studi aliran beban , atau dimisalkan 
sama dengan f V bila arus beban tidak diabaikan. 
Jadi persamaan yang dibutuhkan hanya untuk 
simpul-simpul dimana arus-arus yang masuk 
jaringan nol, yaitu rel-rel dimana tegangan tidak 
diketahui. Persamaan umum diatas dapat ditulis 
sebagai berikut: 
n 
Y E Y E n k  n 
   kk k kn n 
1 
0 
karena  0 k I 
Jadi diperoleh satu set persamaan yaitu untuk 
rel-rel dimana tengangan tidak diketahui. 
Mtode ini tidak praktis karena untuk 
menghitung arus hubung singkat pada tiap rel 
seluruh proses iterasi itu harus diabaikan.
a. Metode Impedans Hubung Singkat 
Metode ini membutuhkan perhitungan matrik 
impedas dari seluruh jaringan. Perhitungan ini 
sangat panjang, bila ada perubahan pada 
jaringan, misalnya penambahan atau 
pengurangan saluran dan penambahan atau 
pengurangan pembangkit, tidak perlu 
membantuk matrik impedans itu elemen demi 
elemen seperti pada pembentukan matrik asal. 
81 
Soal Latihan 
1. Diketahui diagram segaris pada gambar 5.5 
(a) dengan reaktansi-reaktansi dalam persen 
pada dasar yang sama, sedangkan tahanan-tahanan 
diabaikan, bila terjadi hubung 
singkat pada rel 4: 
a. Hitung besar arus hubung singkat 
simetris pada rel itu 
b. Hitung aliran arus pada saluran-saluran 
yang terhubung pada rel 4 itu
82 
1 2 
10% 
20% 
10% 10% 
10% 10% 
3 
Gambar 5.5 (a) Diagram segaris sistem 
BAB VI
STUDI KESTABILAN 
PERALIHAN 
83 
Tujuan Umum: 
 Mahasiswa dapat memahami kestabilan dari 
suatu sistem tenaga listrik 
Tujuan Khusus: 
 Mahasiswa dapat mengenal kestabilan dan 
ketidakstabilan pada sistem tenaga listrik 
 Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung 
daya keluaran generator pada keadaan mantap 
(steady state) 
 Mahasiswa dapat menetukan persamaan ayunan 
dan mempresentasikan dalam sistem 
A. Pendahuluan 
Kestabilan dari suatu sistem tenaga listrik adalah 
kemampuan dari sistem itu untuk kembali bekerja 
normal setelah mengalami suatu macam 
gangguan. Sebaliknya, ketidakstabilan berarti 
kehilangan kestabilan dalam sistem (loss of 
synchronism). 
Suatu sistem tiga fasa yang terdiri dari suatu 
generator sinkron mencatu daya pada suatu motor 
sinkron melalui saluran dengan reaktans XL, 
seperti gambar berikut:
84 
G M 
XG XL XM 
EM EG 
Gambar 6.1. Sistem tenaga yang terdiri dari dua 
mesin 
E  
 
E 
I G M j X 
dimana 
G M L X  X  X  X 
misalkan 
  00 M M E E 
  0 G G E E 
Daya keluar generator sama dengan daya masuk 
motor karena tanahan-tahanan diabaikan. 
P ReE I *  G  
 
  
 
E E 
E G M 
G 
  900 
  
   
   
  
 
Re 
X 
 
 
E EG M 
 cos  900    
X 
sin 
E E G M 
X
Dalam keadaan mantap (steady state) daya 
maksimum yang dapat disalurkan diperoleh bila 
  900 . 
P G M 
m  
Nilai Pm dapat diperbesar bila salah satu 
85 
E E 
X 
G M E atau E diperbesar, atau bila nilai reaktans XL 
diperkecil (saluran parallel). 
Bila penambahan beban itu dilakukan secara tiba-tiba 
dan cukup besar, motor itu kemungkinan 
akan keluar dari keadaan sinkron walaupun beban 
belum mencapai limit kestabilan manatap Pm. 
Kestabilan ini dapat dijelaskan sebagai berikut; 
Apabila penambahan beban motor dilakukan tiba-tiba 
dan cukup besar, daya keluar mekanis motor 
akan jauh melampaui daya masuk elektris motor 
dan kekurangan ini dicatu dengan berkurangnya 
energi kinetis motor. Jadi motor berputar lebih 
lambat susut daya bertambah besar dan daya 
masuk motor juga bertambah. 
Bila penambahan beban tiba-tiba itu melampaui 
harga tertentu motor akan keluar dari keadaan 
sinkron, tetapi bila penambahan tiba-tiba itu 
masih dibawah harga tertentu, motor masih bias 
kembali bekerja normal pada keadaan beban baru. 
Harga tertentu tadi disebut limit kestabilan 
(transients stability limit). 
Sesuai dengan penjelasan diatas, persoalan 
kestabilan pada sistem tenaga dibagi dalam tiga 
bagian: kestabilan mantap (steady state stability), 
kestabilan dinamik (dynamic stability), dan 
kestabilan peralihan (transients stability).
Studi kestabilan mantap adalah studi yang 
menentukan limit atas dari pembebanan mesin 
sebelum mesin tersebut kehilangan keadaan 
sinkron bila penambahan beban dilakukan secara 
perlahan-lahan (gradually). Dalam keadaan 
sebenarnya gangguan-gangguan (disturbances) 
pada sistem tenaga terjadi terus menerus karena 
beban itu sendiri berubah terus menerus dan juga 
karena perubahan perputaran turbin dan lain-lain. 
Tetapi perubahan ini biasanya kecil sekali 
sehingga tidak sampai menyebabkan sistem 
kehilangan keserempakannya. Jadi dalam keadaan 
ini sistem itu disebut secara dinamis (dynamically 
stable). Tetapi bila gangguan-gangguan itu cukup 
besar dan amplitudo osilasi besar dan bertahan 
lama (redaman tidak ada atau sangat kecil) maka 
kestaqbilan yang demikian akan menimbulkan 
ancaman yang berbahaya bagi sistem dan akan 
menimbulkan operasi yang sangat sulit. Studi 
kestabilan dinamik ini biasanya harus dilakukan 
dalam waktu 5 sampai 10 detik dan kadang-kadang 
sampai 30 detik. Oleh karena itu waktu 
studi cukup lama, pengaruh-pengaruh governor 
dan pengatur tegangan otomatik (AVR) biasanya 
harus diikutsertakan. 
Dalam studi kestabilan peralihan waktu yang 
dipandang hanya kira-kira 1 detik, dengan 
demikian cukup singkat sehingga pengaruh-pengaruh 
dari governor dan AVR biasanya 
diabaikan, karena dalam waktu singkat tersebut 
kedua peralatan tersebut masih dapat dianggap 
belum bekerja. 
Hubung singkat merupakan gangguan yang paling 
berbahaya. Selama hubung singkat, daya 
generator-generator yang dekat dengan gangguan 
86
akan berkurang secara mendadak, sedangkan 
daya generator yang jauh dari titik gangguan tidak 
begitu terpengaruh. Apakah sistem tetap stabil 
setelah terjadi gangguan tidak hanya tergantung 
dari type gangguan, lokasi gangguan dan 
kecepatan pengisolasian gangguan (fault clearing). 
B. Representasi Sistem 
Dalam studi kestabilan peralihan sering diambil 
asumsi-asumsi sebagai berikut: 
a. Generator sinkron dipresentasikan sebagai 
reaktans (reaktans peralihan) terhubung seri 
dengan tegangan konstan dibelakang reaktans 
peralihan. 
b. Torsi redaman diabaikan 
c. Daya poros konstan 
d. Momentum sudut (angular momentum) konstan 
C. Persamaan Ayunan 
Misalkan: 
87 
 s T torsi poros 
 e T torsi elektromagnetik 
 a T torsi percepatan 
 s P daya poros 
 e P daya elektromagnetis 
 a P daya percepatan 
 2 f Ts 
M = momentum sudut atau angular momentum 
H = Konstanta inersia 
 
energi tersimpan ( Mega joule 
) I = inersia 
daya no min 
al generator MVA
88 
1 
1 2  
Energi tersimpan 2 
I w 2 Mw 
Momentum sudut M dan konstanta inersia H 
dihubungkan dalam persamaan: 
 
  
  
  
 
Mega joule ik 
derajat 
f 
GH 
M 
det 
150 
(6.1) 
dimana G = daya nominal generator (MVA) 
a s e T  T  T 
a s e P  P  P 
T w I  w M  a .   
2 
2 
dt 
d 
T I I 
 
   (6.2) 
d  
2 
2 
dt 
  = perceptatan sudut 
Dalam keadaan seimbang  0 a T , tidak ada 
percepatan atau terjadinya perlambatan. Karena  
berubah-rubah terus menerus seiring dengan 
waktu, maka  dan w diukur terhadap sumbu 
stationer. 
Misalkan: 
  w t   1 
w t 1     
dimana  1 w kecepatan sudut sinkron pada 
keadaan normal. Turunan pertama dari 
 terhadap waktu 
1 w 
d e 
 
d   
d t 
d t 
d   
2 
2 
2 
2 
d 
d t 
d t 

89 
2 
d 
2 
d t 
T I 
 
 
2 
2 
d t 
d 
I 
 
 
a s e  T  T T (6.3) 
a s e P  P  P 
d 
d t 
M 
 
 
2 
 
2 
d 
2 
d t 
M 
 
(6.4) 
persamaan (6.4) dinamakan persamaan ayunan 
atau swing equation dan  dinamakan sudut daya 
atau power angle. 
Pemecahan eksak dari persamaan ayunan diatas 
sangat sulit bila ada beberapa mesin , bahkan 
bila P = 0 dan hanya ada 1 mesin berayun 
terhadap rel yang sangat besar (infinite bus) 
pemecahan persamaan itu harus menggunakan 
integral eliptik. Pemecahan yang umum dipakai 
dapat dibagi kedalam dua bagian. Golongan 
pertama adalah metode klasik yang terdiri dari : 
1. Kriteria sama luas atau equal area criterion 
2. Pemecahan langkah demi langkah atau step 
by step solution 
Dengan kriteria sama-luas dapat diperoleh sudut 
kritis, yaitu susdut terbesar yang diizinkan 
sebelum gangguan diisolasi sehingga sitem tetap 
stabil. Metode ini hanya dapat digunakan untuk 
sistem yang terdiri dari 2 mesin.
Pemecahan langkah-demi langkah dapat 
digunakan untuk sistem yang terdiri dari banyak 
mesin. Dengan metode ini diperoleh hubungan 
antara sudut daya () dan waktu (t). 
Golongan kedua adalah metode modern dengan 
menggunakan komputer. Metode-metode ini diberi 
nama sesuai dengan model matematiknya dan 
yang umum digunakan adalah : 
2 dδ 
90 
1. Metode Euler 
2. Metode Runge-Kutta 
3. Metode Liapunov 
Dalam buku ini hanya dibicarakan metode 
golongan pertama. 
D. Satu Mesin Berayun Terhadap Rel Besar 
(Infinite Bus) 
Satu rel besar (infinite Bus) mempresentasikan 
suatu istem yang sangat besar di mana frekuensi 
dan tegangan konstan. Atau dapat juga disebutkan 
sebagai suatu mesin dengan konstanta inersia H 
yang tak terhingga. Pada persamaan ayunan (6.4) 
dinayatakan bahwa, 
d 2 
δ m  
p 
2 a 
dt 
Kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan 
M dt 
maka diperoleh 
2 
2 
dδ p 
m 
dt 
dδ 
2 
  
dt 
d δ 
dt 
2 a 
atau 
Pa 
d dδ 
M 
 
dδ 2  
(  ) 2 
dt 
 

91 
maka 
dδ 
2 
2   
M 
) 
dδ 
( 
dt 
0 
2 
 
 
a P 
dan 
dδ 
2 
2   
M 
) w 
dδ ( 
dt 
0 
' 
 
 
a P (6.5) 
dimana, 
δ o = sudut daya sesaat sebelum gangguan 
w’ = perubahan kecepatan sudut terhadap 
kecepatan sinkron. 
Bila mesin itu tetap stabil terhadap rel besar 
setelah terjadi gangguan dan.setelah keadaan 
stasioner tercapai maka : 
2 
  
atau 
P dδ 0 
M 
a 
δ 
δφ 
2 
   
(P P sin δ) dδ 0 
M 
s m 
δ 
δφ 
Jadi syarat kestabilan adalah : 
(6.6) 
  
m  = sudut akhir. 
P d δ 0 a 
δ 
δ φ 
Pa 
Ps 
As1 
Pe
A1 = Energi 
Percepatan 
A2 = Energi 
Perlambatan 
Gambar. (6.2) Lengkung daya terhadap sudut daya 
Integral diatas dapat di artikan sebagai daerah 
dibawah lengkung pa terhadap  dengan 0  dan m  
sebagai batas-batasnya, atau karena pa = ps – pe 
dapat juga diartikan sebagai daerah antara ps dan 
 dan antara pe dan Gambar (6.3) . Sehingga 
A1 = Energi 
Percepatan 
A2 = Energi 
Perlambatan 
92 
 s  P 
d δ 0 
δ 
δ φ 
Maka A1 + A2 = 0 atau A1 = - A2 
inilah asal- usul dari nama kriteria sama luas 
untuk kestabilan. 
P 
Ps 
As1 
0 m 
Pe 
Gambar (6.3)Lengkung daya terhadap sudut daya. 
E. Dua Mesin Yang terbatas Besarnya 
Suatu sistem yang terdiri dari dua mesin selalu 
dapat diganti dengan satu mesin ekivalen dan satu 
rel besar. Persamaan ayunan untuk kedua mesin 
tersebut :
P P 
2 1 2 
93 
d δ  
P P 
s 1 e1 
1 
P 
a 1 
1 
1 
2 
2 
M 
M 
dt 
  
dan 
d δ  
P P 
s 2 e 2 
2 
P 
a 2 
2 
2 
2 
2 
M 
M 
dt 
  (6.7) 
Perbedaan sudut antara kadua mesin, 
 1 =  1- 2 
jadi, 
P 
s 2 
2 
P 
s 1 
1 
d   
2 
2 
2 
2 
1 
2 
d δ 
2 
2 
M 
M 
dt 
d 
   
dt 
dt 
atau 
P P 
2 1 1 2 
M M d  
M M  
1 2 
2 
1 
2 
d δ 
2 
2 
2 1 
1 2 
M M 
dt 
 
 
 
a a M M 
dt 
 
M M d  
M M  
1 2 
P P 
2 1 1 2 
1 2 
2 
1 
2 
d δ 
2 
2 
2 1 
1 2 
M M 
M M 
dt 
 
 
 
 
 
a a el ea M M M M 
dt 
atau 
d δ 
2 
dt 
a s e M  P  P  P 2 
dimana : 
 M M 
2 1 
M M 
1 2 
M 
Ps = 
H Pe 
 
2 s1 1 2 
M 
1 2 
M P 
M 
 
Pe = 
H Pe 
 
2 s1 1 2 
M 
1 2 
M P 
M 
 
(6.8)
F. Persamaan Daya – Sudut Suatu Sistem 
94 
dengan n Generator 
s 
s 
s 
1 2 n 
jaringan 
E1 
E2 En 
I1 I2 In 
Gambar (6.4) Skematis dari suatu sistem 
dengan n generator 
E1, E2,….En terletak dibelakang reaktansi 
peralihan reaktansi peralihan X1, X2, X3,………Xn. 
Dari generator-generator sudah termasuk dengan 
jaringan itu. 
Daya yang diberikan oleh tiap generator : 
S1 = P1 + j Q1 = E1 I1* 
S2 = P2 + j Q2 = E2 I2* 
………………………. 
Sn = Pn + j Qn = En In* (6.9) 
Arus yang diberikan oleh tiap generator : 
I1 = Y11 E1 + Y12 E2 +………….+ Y1n En 
I2. = Y21 E1 + Y2.2 E2 +………….+ Y2n En 
…………………………………………… 
In. = Yn1 E1 + Yn.2 E2 +………….+ Ynn En (6.10) 
Jadi , 
P1 + JQ1 = E1Y11* E 1* + E1Y12 E2 + E2* +…………..+ 
E1Y 1n* En* 
n 
P1 + JQ1 = E1 
k 1   
Y1k* E k* 
(6.11)
95 
Rumus umum : 
n 
Pn + JQn = En 
k 1   
Y1k* E k*(n = 1,….., n) 
(6.12) 
Untuk perhitungan kestabilan kita perlukan harga 
skalar yang mengandung sudut pergepseran mesin 
 . Misalkan : 
E1 = 1 E 1 / ; E1* = 1 E 1 /  
E2 = 2 E 2 / ; E2* = 2 E 2 /  
En = n E n / ; En* = n E n /  
Y11 = 11 Y 11 / ; Y11* = 11 Y 11 /  
Y12 = 12 Y n / ; Y12* = 12 Y 11 / θ 
…….……………………………….. 
Yik = Y / θ ; Yik* = Y /  
θik ik ik i k P1 + Q1 = E 2 
Y / θ + E E Y / δ δ  θ 
1 11 11 1 2 12 1 2 12 +…………….+ E E Y /    
 θ 1 n i n 1 n 12 n 
F1 + JQ1 = 
m 1   
1 E k E ik Y k ik / θ 1     
Rumus umum : 
n 
Pn + JQn = 
 En k E nk Y n k nk /    θ 
k `1 
(6.13) 
Dengan mengingat, 
 = cos  + J sin  
 = cos  - sin  
maka,
96 
P1 = E 2 
Y cos 11+ E E Y cos (1-2-12) 
1 11 1 2 12 + …….+ F E Y cos (1-n-1n) 
1 n 11 P2 = E E Y cos (2-1-21) + E 2 
Y cos 2 1 21 2 22 22 
+ …….+ EEY cos (n-k-nk) 
2 n 2 n Rumus umum : 
n 
Pn = 
k 1   
n E k E n k Y cos (n-k-nk) 
Jadi persamaan daya sudut untuk 2 mesin : 
Pe1 = 1 E 2 
11 Y cos 11 + 1 E 2 E 12 Y cos (1-2-12) 
Pe2 = 1 E 2 E 12 Y cos (2-1-21) + 2 E 2 
22 Y cos 22 
bila mesin 2 merupakan rel besar : 
02 = 0 
1 =  
Pe1 = 1 E 2 
11 Y cos 11 + 1 E 2 E 12 Y cos (-12) 
Pe1 = Po +Pm sin (-); (= 12- 90o) 
(6.14) 
Jadi pada umumnya lengkung daya sudut itu 
merupakan gfungsi yang digeserkan ke atas. 
Gambar (6.5). 
PM 
Pc 
90 
012 012 
0 
P 
Gambar (6.5) Lengkung daya – sudut yang 
tergeser
Bila jala-jala itu aterdiri dari reaktansi yang 
induktif saja : 
11 = -90o 
12 = -90o 
 = 12 – 90o - = 90o - 90o = 0o 
maka, 
Pe = 1 E 2 
11 Y cos 11= 0 
Jadi rumus atas menjadi : 
Pe1 = Pm sin  
97 
G. Lengkung Daya – Sudut Ekivalen dari Dua 
Mesin 
Pc1 = 1 E 2 
11 Y cos 11+ 1 E 2 
2 Y 12 Y cos (1-2-12) 
Pc2 = 2 Y 1 E 22 Y cos (2-1-21) + 2 Y 2 
22 Y cos 22 
Substitusi harga Pe1 dan Pe2 dalam persamaan (6.8) 
M P  
M Pe 2 
Pe = 
2 e1 1 
M M 
 
1 2 
Pe = 
M E Y cosθ  
M E Y cosθ 
 
1 2 
22 22 
2 
11 11 1 2 
2 
2 1 
M M 
E E Y {M cos(δ  M )  M (δ  
θ ) 
1 2 12 2 12 1 12 
 
M M 
1 2 
(6.15) 
dimana  = 1 - 2 
Bila jala-jala itu terdiri dari hanya reaktansi yang 
induktif 
11 = 22 -90o
98 
12 = 90o 
Pe = 
E E Y {M sin(0δ θ M sin δ) 
1 2 12 2 1 
 
M M 
1 2 
  
E E Y {M sinδ  M  M sin  
) 
1 2 12 2 12 1 
 
M M 
1 2 
Pe = 
  
M M 
1 2 
1 2 
1 2 12 
sin 
M M 
E E Y 
 
Pe = sin 1 2 12 E E Y 
(6.16) 
Dengan :  = 1 - 2 
Jadi bila jala-jala itu hanya aterdiri dari reaktansi, 
persamaan daya sudut dari dua mesin yang 
terbatas besarnya tidak atergantung dari 
konstanta inersia mesin-mesin itu. 
H. Pemakaian Kriteria Sama-Luas untuk 
Kestabilan 
1. Saluran Terbuka Pada Gambar (6.5) 
diberikan gambar segaris dan gambar 
impedansi dari suatu sistem yang terdiri 
dari dua generator.
Rel Besar 
(Infinite bus) 
99 
Gambar (6.5) Sistem yang terdiri dari dua 
generator 
Bila pada kerja normal salah satu saluran 
terbuka maka ada kemungkinan generator 
itu keluar dari keadaan sinkron 
Gambar (6.6) Satu saluran terbuka 
Dengan pembukaan salah satu kawat 
berarti memperbesar impedensi transfer 
antara faktor dan rel besar. Jadi bila X 
diperbesar  harus diperbesar bila, daya 
yang ditransmisikan tetap besarnya. Ini 
dapat dilihat pada persamaan.
100 
E E 
1 2 
P = sinδ 
X 
12 
Jadi r1, r2 dapat dinyatakan sebagai : 
r1= 
(sebelumgangguan) 
(selama gangguan) 
12 
X 
12 
X 
r2= 
(sebelumgangguan) 
(sesudah gangguan) 
12 
X 
12 
X 
Untuk menentukan waktu kerja (setting) 
rele perlu diketahui waktu atau sudut daya 
di mana rele itu selambat-lambatnya harus 
sudah bekerja supaya sistem itu tetap 
stabil dinamakan sudut penentuan kritis, 
. Untuk maencari c digunakan kriteria 
sama luas. 
P 
Ps 
0 0 
Pe 
Pe 
  
Gambar (6.7) Lengkung-lengkung daya-sudut 
sebelum dan setelah satu saluran terbuka 
Syarat supaya sistem tetap stabil adalah : 
A1 Ag
Atau energi percepatan A1 harus lebih kecil 
atau sama dengan energi perlambatan Ag, 
dan untuk maemperoleh sudut pemutusan 
kritis harus memenuhi syarat : 
A1 = Ag 
Jadi 
Ps ( o - 0) 
101 
 
 r1 Pm sin  d 
o 
= 
 r2 Pm sin  d - Ps (m-o) 
dan 
(m-o) Ps - r2 Pm (cos c – cos m) 
r1 Pm (cos 0 – cos c) = 0 
tetapi, Ps = Pm sin o 
Maka 
(m-o) sin 0 = (r2 – r1) cos c + r1 cos 0) 
r2 cos m 
atau 
cos c = 
 
o 
(δ  δ sin δ  r cos δ  
r cos δ 
m 0 0 1 0 2 m 
 
r r 
2 1 
(6.17) 
dimana, sin 0  = 
P 
s 
P 
m
102 
sin m  = 
P 
s 
r P 
2 m 
dan m  > 90o 
m  =  - sin –1 ( 
P 
s 
r P 
2 m 
) 
catatan : m  , o  dalam tanda kurung 
persamaan (6.17) harus dalam radian. 
Dengana kriteria sama-luas diperoleh 
hanya sudut daya, sedang waktu tidak 
diperoleh. Untuk memperoleh waktu t, 
dipakai pemecahan langkah-demi-langkah. 
Soal Latihan 6.1 
Pada gambar dibawah ini, diberikan impedans 
dalam persaatuan pada dasar yang sama 
dengan mengabaikan nilai resistans. 
Generator A memberikan daya sebesar 1 pu 
kepada rel besar B. Misalkan tegangan 
dibelakang reaktans peralihan generator A 
1,25 pu dan rel besar B 1,0 pu. Pada titik P 
terjadi hubung singkat tiga fasa dan kedua 
pemutus daya yang ada pada ujung kawat 
terganggu, dianggap membuka secara 
simultan. Tentukan besar sudut daya kritis c.
103 
J 0,16 J 0,24 J 0,16 
J 0,28 
A 
H = 3 
EA = 1,25 J 0,16 J 0,24 J 0,16 
J 0,16 
H = 
EB = 1,0 
B 
P 
Rel Besar 
Gambar (6.8). Diagram reaktasi untuk contoh soal 
6.1 
BAB VII 
PENGATURAN DAYA DAN 
FREKUENSI DALAM SISTEM 
TENAGA LISTRIK 
Tujuan Umum:
 Mahasiswa dapat memahami pengaturan daya 
104 
dan frekuensi pada sistem tenaga listrik 
Tujuan Khusus: 
 Mahasiswa dapat menghitung daya frekuensi 
pada sistem tenaga listrik 
 Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung 
arus hubung singkat. 
 Mahasiswa dapat memahami konsep pengaturan 
kecepatan 
 Mahasiswa dapat menetukan karakteristik beban 
dan penyimpanan energi 
A. Pendahuluan 
Daya dan frekuensi pada sistem tenaga listrik 
sangat erat hubungannya satu sama lain. Bila 
dimisalkan bahwa semua alat-alat pengatur dari 
penggerak mula yag menggerakkan generator 
ditahan tetap pada posisinya, jadi tidak bekerja, 
maka bila ada perubahan beban frekwensi juga 
akan berubah. Misalnya, bhila beban bertambah 
dan semua alat-alat pengatur daya dari penggerak 
mua tidak bekerja, maka mesin itu akan 
diperlambat sampai terjadi karena penurunan 
frekwensi dan penurunan tegangan. Perlambatan 
mesin akan terus berlangsung sampai dicapai 
keseimbangan yang baru yaitu bila beban yang 
tinggal sama dengan daya mesin. 
Operasi yang demikian jelas sangat buruk dan 
tidak bisa diterima. Oleh karena itu tiap-tiap 
pergerakan mula selalu dilengkapi dengan 
pengatur daya dan frekuensi. Jadi bila pengatur 
daya ini akan bekerja sehingga memperoleh 
keseimbangan antara daya mesin dan beban.
Jadi tuuan dari pengaturan daya frekwensi dalam 
sistem tenaga adalah menjaga frekwensi yang 
konstan bila ada perubahan beban. 
Untuk menjaga frekwensi konstan dlakukan 
dengan mengatur pembukaan katup-katup 
pengatur (control valves) bahan bakar (atau air 
untuk turbin) dari penggerak mua. Semua 
penggerak mua : diesel, turbin-turbin uap, gas, 
dan air selalu dilengkapi dengan pengatur 
perputaran (speed governor. Governor inilah alat 
utama untuk mengatur daya dan frekuensi. 
Daya watt disamping tergantung pada frekuensi 
juga tergantung pada ategangan, tetapi pengaruh 
dari yang terakhir ini kecil. Aterutama untuk 
sistem tegangan tinggi. Untuk sistem transmisi 
tegangan tinggi tahanan R jauh lebih kecil dari 
rekasi X sehingga sudutnya mendekati 900. 
Dengan demikian persaman daya watt dan daya 
VAR dapat ditulis sebagai : 
P = sin  
V V1 2 (7.3) 
105 
V V1 2 
X 
V V1 2 
Q = cos  
X 
2 
V 
2 
X 
(7.1) 
Karena pada umumnya nilai sudut  kecil, maka 
Sin    (7.2) 
Cos   
Jadi [ersamaan (7.1) dapat ditulis, 
P =  
X 
Q = 
V V1 2 
X 
2 
V 
2 
X 
Atau
V2 V (7.4) 
106 
Q = 
V2 ( 1 2 ) V  V 
X 
Atau 
Q = 
X 
Dari persamaan (7.3) dapat dilihat bahwa aliran 
daya aktif (watt) hanya tergantung dari selisih 
sudutdaua  selama ategangan-tegangan 
dipertahankan konstan, dan aliran daya reaktif 
(var) hanya atergantung dari selisih ategangan V. 
oleh karena itu kedua persoalan ini secara 
perdekatan dapat dibahan terpisah. 
B. Daya konsepsi Dasar Mekanisme Pengatur 
Kecepatan. 
Sistem governor yang sederhana pada turbin-turbin 
uap alat-alat usaha dari governor itu adalah 
: 
a. pengatur kecepatan g 
b. katup bantu (pi) ………….. 
c. Servemeta 
d. Batang I 
e. Katup utama V 
Misalkan membukaan katup utama atau katup 
kontrol x2 dan kedudukan katup bantu x1. dalam 
keadaan seimbang dan tanpa beban. Katup bantu 
v tertutup sama sekali. Dan katup utama juga 
hampir tertutup, jadi x1 =  dan x2 = . 
Jika beban bertambah, perputaran akan 
berkurang dan akan mengubah letak titik  ke 
bawah bersama-sama denga titik 1. hal ini akan 
membuka katup bantu V da minyak dengan
tekanan tingi akan masuk di bawah piston 
servomotor . Katup utama akan terangkat da uap 
atau air akan lebih banyak masuk turbin sehingga 
perputaran akan naik. 
Jika titik 2 tetap dana tidak dihubungkan dengan 
katup utama V (Viston), katup ini akan menutup 
hanya pada satu posisi dari titik . Jadi hanya 
pada satu perputaran atertentu. Jadi dalam hal ini 
perputaran akan atetap kembali ke n setiap ada 
[perubahan beban turbin. Hal ii aterjadi karena 
katup v akantetap terbuka setelah perubahan 
beban sampai katup utama mengembalikan titik 
. 
Kepada kedudukan semula, yaitu dengan 
kembalinya perputaran pada harga ng. kejadian ini 
akan menghasilkan karakteristik beban 
perputaran yangdisebut “Imnecronous”. Seperti 
karakteristik 1 pada gambar 7.2. 
Sebaliknya bila titik 2 diperoleh dengan piston 
utama, seperti pada gambar turbin. Pada saatu 
posisi dari titik  yagberada di bawah posisi yang 
menhagsilkan perputaran n. oleh karena itu, 
keadaan seimbang akan dipulihkan setelah 
penambahan beban turbin pada perputaran yang 
loebih rendah dari perlutaran beban nol n. 
meskipun demikian akan mempunyai karakteristik 
menurun (drooping characteristic). Daya yang 
diberika turbin, secara pendekatan adalah 
perbadingan lurus dengan pembukaan x2 dari 
katup utama V. jadi : 
P = r x 
(7.5) 
2 107 
P 
d 
v
dv = pembukaan katup utama ketika daya turbin 
sama dengan P, yaitu daya nominal turbin. Posisi 
x sebanding dengan bahan kedepatan atau 
rekwensi, jadi: 
X = k (ng – N ) = k (w - w) (7.6) 
K dan k adalah konstanta-konstanta. Dalam 
keadaan mantap dengan katup bantu tertutup 
hubungan x dan x2 adalah sebagai barikut : 
108 
x 
2 x 
 
12 
1 
=  c 
c = konstanta 
maka, 
N = N - N = 
c.d .P 
r 
v 
k.p 
persamaan terakhir ini adalah persamaan untuk 
kurva 2 pada gambar 7.2 pangaturan kecepatan 
keadaan mantap atau “steady state sopeed doop” 
didefinisikan sebagai : 
R = 
c.d .P 
v 
  
N N  
r N .k.p 
r r 
N 
Dua macam pengaturan karakterisktik 
pembangkitan yaitu : 
1. “Droop”R, dapat diatur dengan mengubah c 
yaitu perbandingan panjang bagian-bagian 
pembangkit sehingga kurva perubah, misalnya 
kurva 2 berubah menjadi kurva 2, pada 
gambar 7.2 ini jarang dilakukan dan hanya 
dapat dilakukan bila mesin telah dingin. 
2. Kecepatan tak berbeban. N, dapat diatur 
dengan mengubah ketegangan pegas S. maka
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)
Buku ast(yusreni warmi)

More Related Content

What's hot

contoh soal motor dc
contoh soal motor dccontoh soal motor dc
contoh soal motor dc
Zainul Muttaqi
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)mocoz
 
6 faktor daya
6  faktor daya6  faktor daya
6 faktor daya
Simon Patabang
 
Sistem proteksi tenaga listrik
Sistem proteksi tenaga listrikSistem proteksi tenaga listrik
Sistem proteksi tenaga listrik
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Materi Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiMateri Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiGredi Arga
 
Macam relay proteksi
Macam relay proteksiMacam relay proteksi
Macam relay proteksiRidwan Satria
 
STABILITAS DAN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
STABILITAS  DAN  OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIKSTABILITAS  DAN  OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
STABILITAS DAN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
Buck Boost Converter
Buck Boost ConverterBuck Boost Converter
Buck Boost Converter
Chardian Arguta
 
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrolPenyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrolUniv of Jember
 
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASAMuhammad Dany
 
Parameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaParameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasa
Diana Fauziyah
 
PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1
PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1
PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1
Maulana Ilham Saputra
 
MAKALAH KESTABILAN TEGANGAN
MAKALAH KESTABILAN TEGANGANMAKALAH KESTABILAN TEGANGAN
MAKALAH KESTABILAN TEGANGAN
Hastih Leo
 
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSIGARDU DISTRIBUSI
Regulasi Tegangan by Muhammad Kennedy Ginting
Regulasi Tegangan by Muhammad Kennedy GintingRegulasi Tegangan by Muhammad Kennedy Ginting
Regulasi Tegangan by Muhammad Kennedy Ginting
Muhammad Kennedy Ginting
 
Instalasi motor 3 fasa
Instalasi motor 3 fasaInstalasi motor 3 fasa
Instalasi motor 3 fasa
Indra S Wahyudi
 
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan TinggiKegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 
SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK
SISTEM TRANSMISI  TENAGA LISTRIKSISTEM TRANSMISI  TENAGA LISTRIK
SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK
Politeknik Negeri Ujung Pandang
 

What's hot (20)

contoh soal motor dc
contoh soal motor dccontoh soal motor dc
contoh soal motor dc
 
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
Mesin arus bolak_balik_(bahan_kuliah)
 
6 faktor daya
6  faktor daya6  faktor daya
6 faktor daya
 
Sistem proteksi tenaga listrik
Sistem proteksi tenaga listrikSistem proteksi tenaga listrik
Sistem proteksi tenaga listrik
 
Teknik tegangan tinggi
Teknik tegangan tinggiTeknik tegangan tinggi
Teknik tegangan tinggi
 
Materi Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan TinggiMateri Teknik Tegangan Tinggi
Materi Teknik Tegangan Tinggi
 
Macam relay proteksi
Macam relay proteksiMacam relay proteksi
Macam relay proteksi
 
STABILITAS DAN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
STABILITAS  DAN  OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIKSTABILITAS  DAN  OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
STABILITAS DAN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Buck Boost Converter
Buck Boost ConverterBuck Boost Converter
Buck Boost Converter
 
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrolPenyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
Penyearah Satu Fasa Tidak terkontrol
 
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
 
RL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASARL - RANGKAIAN 3 FASA
RL - RANGKAIAN 3 FASA
 
Parameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasaParameter saluran transmisi 3 fasa
Parameter saluran transmisi 3 fasa
 
PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1
PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1
PPT Pembangkitan Tegangan Tinggi Kelompok 1
 
MAKALAH KESTABILAN TEGANGAN
MAKALAH KESTABILAN TEGANGANMAKALAH KESTABILAN TEGANGAN
MAKALAH KESTABILAN TEGANGAN
 
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSIGARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI
 
Regulasi Tegangan by Muhammad Kennedy Ginting
Regulasi Tegangan by Muhammad Kennedy GintingRegulasi Tegangan by Muhammad Kennedy Ginting
Regulasi Tegangan by Muhammad Kennedy Ginting
 
Instalasi motor 3 fasa
Instalasi motor 3 fasaInstalasi motor 3 fasa
Instalasi motor 3 fasa
 
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan TinggiKegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
Kegagalan Tembus Gas pada Teknik Tegangan Tinggi
 
SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK
SISTEM TRANSMISI  TENAGA LISTRIKSISTEM TRANSMISI  TENAGA LISTRIK
SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK
 

Viewers also liked

Catalog hidroplasto 22.04
Catalog hidroplasto 22.04Catalog hidroplasto 22.04
Catalog hidroplasto 22.04
SC HIDROPLASTO SRL
 
Bab 13 generator sinkron
Bab 13   generator sinkronBab 13   generator sinkron
Bab 13 generator sinkronEko Supriyadi
 
Catalog DYNA
Catalog DYNACatalog DYNA
Catalog DYNA
SC HIDROPLASTO SRL
 
Besagroup Presentation
Besagroup PresentationBesagroup Presentation
Besagroup Presentation
SC HIDROPLASTO SRL
 
Catalog accesorii pentru cofrag
Catalog accesorii pentru cofragCatalog accesorii pentru cofrag
Catalog accesorii pentru cofrag
SC HIDROPLASTO SRL
 
Wealth Engineering by S R Srinivasan
Wealth Engineering by S R SrinivasanWealth Engineering by S R Srinivasan
Wealth Engineering by S R Srinivasan
freefincal.com
 
Risk in Personal Finance
Risk in Personal FinanceRisk in Personal Finance
Risk in Personal Finance
freefincal.com
 
Italian Roplasto Presentation
Italian Roplasto PresentationItalian Roplasto Presentation
Italian Roplasto Presentation
SC HIDROPLASTO SRL
 
Freefincal mutual fund screener
Freefincal mutual fund screenerFreefincal mutual fund screener
Freefincal mutual fund screener
freefincal.com
 
Catalog Gumba
Catalog GumbaCatalog Gumba
Catalog Gumba
SC HIDROPLASTO SRL
 
Produse minerit / polietilena - Zeissig
Produse minerit / polietilena - ZeissigProduse minerit / polietilena - Zeissig
Produse minerit / polietilena - Zeissig
SC HIDROPLASTO SRL
 
DSP BlackRock Treasury Bill Fund
DSP BlackRock Treasury Bill FundDSP BlackRock Treasury Bill Fund
DSP BlackRock Treasury Bill Fund
freefincal.com
 
Deb fund volatility 1
Deb fund volatility  1Deb fund volatility  1
Deb fund volatility 1
freefincal.com
 
How To Graduate With: Exam Preparation
How To Graduate With: Exam PreparationHow To Graduate With: Exam Preparation
How To Graduate With: Exam Preparation
Chevonnese Chevers Whyte, MBA, B.Sc.
 
167618810 potensial-listrik
167618810 potensial-listrik167618810 potensial-listrik
167618810 potensial-listrikKevin Adit
 

Viewers also liked (20)

Catalog hidroplasto 22.04
Catalog hidroplasto 22.04Catalog hidroplasto 22.04
Catalog hidroplasto 22.04
 
Lngcode
LngcodeLngcode
Lngcode
 
Materi e belajar
Materi e belajarMateri e belajar
Materi e belajar
 
Bab 13 generator sinkron
Bab 13   generator sinkronBab 13   generator sinkron
Bab 13 generator sinkron
 
Catalog DYNA
Catalog DYNACatalog DYNA
Catalog DYNA
 
Jm200026b
Jm200026bJm200026b
Jm200026b
 
Besagroup Presentation
Besagroup PresentationBesagroup Presentation
Besagroup Presentation
 
Catalog accesorii pentru cofrag
Catalog accesorii pentru cofragCatalog accesorii pentru cofrag
Catalog accesorii pentru cofrag
 
Wealth Engineering by S R Srinivasan
Wealth Engineering by S R SrinivasanWealth Engineering by S R Srinivasan
Wealth Engineering by S R Srinivasan
 
Risk in Personal Finance
Risk in Personal FinanceRisk in Personal Finance
Risk in Personal Finance
 
Italian Roplasto Presentation
Italian Roplasto PresentationItalian Roplasto Presentation
Italian Roplasto Presentation
 
Cmp0200 ieee
Cmp0200 ieeeCmp0200 ieee
Cmp0200 ieee
 
Freefincal mutual fund screener
Freefincal mutual fund screenerFreefincal mutual fund screener
Freefincal mutual fund screener
 
Catalog Gumba
Catalog GumbaCatalog Gumba
Catalog Gumba
 
Produse minerit / polietilena - Zeissig
Produse minerit / polietilena - ZeissigProduse minerit / polietilena - Zeissig
Produse minerit / polietilena - Zeissig
 
Motor dc.
Motor dc.Motor dc.
Motor dc.
 
DSP BlackRock Treasury Bill Fund
DSP BlackRock Treasury Bill FundDSP BlackRock Treasury Bill Fund
DSP BlackRock Treasury Bill Fund
 
Deb fund volatility 1
Deb fund volatility  1Deb fund volatility  1
Deb fund volatility 1
 
How To Graduate With: Exam Preparation
How To Graduate With: Exam PreparationHow To Graduate With: Exam Preparation
How To Graduate With: Exam Preparation
 
167618810 potensial-listrik
167618810 potensial-listrik167618810 potensial-listrik
167618810 potensial-listrik
 

Similar to Buku ast(yusreni warmi)

Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analogNur Aoliya
 
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Aris Widodo
 
01 ikip penerapan static var compensator
01 ikip penerapan static var compensator01 ikip penerapan static var compensator
01 ikip penerapan static var compensator
Yan Boedi
 
Bahan daya ku
Bahan daya kuBahan daya ku
Bahan daya ku
fadjrinamanda
 
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Wahyu Pratama
 
Isi makalah TTL
Isi makalah TTLIsi makalah TTL
Isi makalah TTL
OBOR 2
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
sandypurba5
 
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02somad79
 
Unit 6 penyearah gelombang
Unit 6 penyearah gelombangUnit 6 penyearah gelombang
Unit 6 penyearah gelombang
Dedi Riwanto
 
4.teoridasarlistrik01
4.teoridasarlistrik014.teoridasarlistrik01
4.teoridasarlistrik01
Rianda Ecoel
 
1.konsep rangkaian listrik
1.konsep rangkaian listrik1.konsep rangkaian listrik
1.konsep rangkaian listrik
Muhammad Fitriady
 
Konsep Rangkaian Listrik
Konsep Rangkaian ListrikKonsep Rangkaian Listrik
Konsep Rangkaian Listriksutriyanto
 
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptxRANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
PutrapratamaputraPra
 
Teknik dasar-listrik
Teknik dasar-listrikTeknik dasar-listrik
Teknik dasar-listrik
JoessiantoEkoPoetro
 
Dkk01 menganalisis rangkaian listrik
Dkk01 menganalisis rangkaian listrikDkk01 menganalisis rangkaian listrik
Dkk01 menganalisis rangkaian listrikEko Supriyadi
 
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptxT-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
ArifinSyahrial
 
pertemuan 1b Listrik Statis
pertemuan 1b Listrik Statispertemuan 1b Listrik Statis
pertemuan 1b Listrik Statis
Mario Yuven
 
Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor
Natalia Devita
 
A1 Ohm Kiki
A1 Ohm KikiA1 Ohm Kiki
A1 Ohm Kiki
ruy pudjo
 

Similar to Buku ast(yusreni warmi) (20)

Makalah elektronika analog
Makalah elektronika analogMakalah elektronika analog
Makalah elektronika analog
 
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
Osiloskop sebagai Penghitung Daya Efektif
 
01 ikip penerapan static var compensator
01 ikip penerapan static var compensator01 ikip penerapan static var compensator
01 ikip penerapan static var compensator
 
Bahan daya ku
Bahan daya kuBahan daya ku
Bahan daya ku
 
Rangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RCRangkaian Integral & Diferensial RC
Rangkaian Integral & Diferensial RC
 
Isi makalah TTL
Isi makalah TTLIsi makalah TTL
Isi makalah TTL
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
14008 6-377466573892
14008 6-37746657389214008 6-377466573892
14008 6-377466573892
 
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
Pkdle 1menjelaskanarustegangandantahanan 110214220303-phpapp02
 
Unit 6 penyearah gelombang
Unit 6 penyearah gelombangUnit 6 penyearah gelombang
Unit 6 penyearah gelombang
 
4.teoridasarlistrik01
4.teoridasarlistrik014.teoridasarlistrik01
4.teoridasarlistrik01
 
1.konsep rangkaian listrik
1.konsep rangkaian listrik1.konsep rangkaian listrik
1.konsep rangkaian listrik
 
Konsep Rangkaian Listrik
Konsep Rangkaian ListrikKonsep Rangkaian Listrik
Konsep Rangkaian Listrik
 
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptxRANGKAIAN  ARUS SEARAH.pptx
RANGKAIAN ARUS SEARAH.pptx
 
Teknik dasar-listrik
Teknik dasar-listrikTeknik dasar-listrik
Teknik dasar-listrik
 
Dkk01 menganalisis rangkaian listrik
Dkk01 menganalisis rangkaian listrikDkk01 menganalisis rangkaian listrik
Dkk01 menganalisis rangkaian listrik
 
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptxT-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
T-3 M4 Rangkaian Penyearah.pptx
 
pertemuan 1b Listrik Statis
pertemuan 1b Listrik Statispertemuan 1b Listrik Statis
pertemuan 1b Listrik Statis
 
Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor Potensial listrik dan kapasitor
Potensial listrik dan kapasitor
 
A1 Ohm Kiki
A1 Ohm KikiA1 Ohm Kiki
A1 Ohm Kiki
 

Buku ast(yusreni warmi)

  • 1. BAB I KOMPONEN-KOMPONEN UTAMA SISTEM TENAGA LISTRIK 1 Tujuan Umum:  Mahasiswa dapat memahami komponen-komponen utama suatu sistem tenaga listrik Tujuan Khusus:  Mahasiswa dapat memahami pengertian dari sistem pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi dan sistem distribusi  Mahasiswa mengenal sumber-sumber energi listrik  Mahasiswa mampu membuat perancangan dan perencanaan sistem tenaga listrik A. Pendahuluan Komponen-komponen utama suatu sistem tenaga listrik terdiri dari Pusat-pusat Pembangkit
  • 2. atau Sistem Pembangkitan, Saluran Transmisi atau Sistem Transmisi dan Sistem Distribusi. B. Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik Sistem Pembangkitan Tenaga Listrik berfungsi membangkitkan energi listrik melalui berbagai macam pembangkit tenaga listrik. Pada pembangkit tenaga listrik ini sumber-sumber energi alam dirobah oleh penggerak mula menjadi energi mekanis yang berupa kecepatan atau putaran dan selanjutnya energi mekanis dirobah menjadi energi listrik oleh generator. C. Sistem Transmisi Sistem transmisi berfugsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban melalui saluran transmisi, karena adakalanya pembangkit tenaga listrik dibagun ditempat yang jauh dari pusat-pusat beban. D. Sistem Distribusi Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen yang berupa pabrik, industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi tenaga dengan tengangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi pada saluran transmisi dirubah pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi primer, yang selanjutnya tegangannya diturunkan lagi menjadi tegangan untuk konsumen. 2
  • 3. Persoalan-persoalan yang muncul pada sistem tenaga listrik meliputi antara lain: aliran daya, operasi ekonomik (economic load dispatch), gangguan hubungan singkat, kestabilan sistem, pengaturan daya aktif dan frekuensi, pelepasan beban, pengetanahan netral sistem, pengaman sistem arus lebih, tegangan lebih, keandalan dan interkoneksi sistem tenaga. E. Perancangan dan Perencanaan Sistem Tenaga 3 Listrik Perancangan adalah proses atau cara membuat rancangan, dalam hal ini kalau diterapkan pada sistem tenaga listrik akan melibatkan masalah bagaimana merancang pembangkit, saluran transmisi dan distribusi tenaga listrik yang disesuaikan dengan kebutuhan masa datang, 5-10 tahun untuk jangka menengah dan 25-30 tahun untuk jangka panjang. Perencanaan adalah menyangkut masalah pembuatan rencana, yang melibatkan masalah perencanaan pengoperasian, perbaikan dan perluasan pada sistem tenaga listrik, sehingga diperlukan: Analisis Aliran Beban Sistem Tenaga Listrik dimaksudkan untuk penyempurnaan operasi sistem tenaga listrik baik pada saat dianalisis ataupun masa yang akan datang yang menyangkut masalah operasi jaringan atau jatuh tegangan pada jaringan yang harus dipertahankan konstan, perluasan sistem berupa lokasi beban baru atau lokasi pembangkit baru, kondisi sistem masa yang akan datang karena pertumbuhan beban yang pesat maupun interkoneksi sistem
  • 4. tenaga listrik untuk mengantisipasi pertumbuhan beban yang begitu cepat. Analisis Gangguan Sistem tenaga Listrik berfungsi untuk memberikan informasi dalam menjawab masalah pengaman sistem tenaga listrik, koordinasi isolasi sistem tenaga listrik serta koordinasi rele dan pemutus tenaga dalam mengisolasi bagian atau peralatan yang terganggu. Gangguan yang dimaksud adalah gangguan parallel (shunt) berupa gangguan simetris dan tidak simetris, gangguan seri berupa satu fasa dan dua fasa putus, gangguan simultan berupa gabungan gangguan shunt pada suatu tempat dan tempat yang lain atau gangguan seri yang merupakan kombinasi gangguan diatas. Analisis Stabilitas Sistem Tenaga Listrik menyangkut masalah kemampuan sistem untuk tetap sinkron selama terjadi gangguan misalnya karena jatuhnya suatu pembangkit tenaga, stabilitas penambahan beban baru, pemasangan motor besar yang telah ada, penambahan unit pembangkit baru dan keperluan pengaturan beban puncak. 4
  • 5. BAB II DAYA DALAM RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK FASA TUNGGAL 5 Tujuan Umum:  Mahasiswa dapat memahami teori dasar serta pengertian daya sebagai perubahan tenaga listrik Tujuan Khusus:  Mahasiswa dapat memahami daya untaian dalam satu gerbang dengan satuannya  Mahasiswa mengenal berbagai macam daya ( daya aktif, daya rekatif dan daya kompleks)  Mahasiswa memahami persamaan daya termasuk persamaan daya kostan dan sinusoidal  Mahasiswa mempu mengoperasikan persamaan daya dan faktor daya
  • 6. A. Pendahuluan Menurut teori dasar pengertian daya didefinisikan sebagai perubahan tenaga terhadap waktu. Satuan daya adalah watt, daya yang diserap suatu beban adalah hasil kali tegangan jatuh sesaat diantara beban dengan satuan volt, dengan arus sesaat yang mengalir dalam beban tersebut dengan satuan amper, yang dinyatakan oleh persamaan: p(t)  v(t).i(t) (2.1) N i(t) V(t) + - Gambar (2.1). Daya Dalam Untai satu gerbang Diandaikan bahwa tegangan dan arus, keduanya dinyatakan oleh gelombang sinusoidal dengan kecepatan sudut  , dituliskan dengan pernyataan sebagai berikut: vt   V cos  t  v max (2.2) it   I cos t  i max (2.3) dengan : Vmax = besarnya dari amplitudo tegangan Imax = besaran nyata dari amplitudo arus 6 v  = sudut fasa dari tegangan (V ) i  = sudut fasa dari arus ( I ) Berdasarkan persamaan (2.2) dan persamaan (2.3) akan diperoleh daya sebagai berikut:       v i p t  V I cos  t  cos  t  max max
  • 7.      v i v i  1/ 2 V I cos    cos 2 t   max max (2.4) Dari persamaan (2.4) dapat dilihat bahwa daya p(t) terdiri dari dua bagian, yang satu terdiri dari komponen yang konstan dan bagian yang kedua terdiri dari komponen sinusoidal dengan frekuensi 2 . Nilai dari p(t) adalah nol bila salah satu dari v(t) dan i(t) bernilai nol. Selanjutnya bila didefinisikan sudut faktor sebagai berikut: v i     (2.5) dan P daya rata-rata pada satu periode, T  2 / , dari persamaan (2.4) akan diperoleh:    (2.6) max     (2.7) 7 T 1/   1/ 2 cos  max max P T p t dt V I 0 Bila menghitung harga daya P mempergunakan phasor dari v(t) dan i(t), dalam teori rangkaian pilihan phasor tegangan adalah harga efektifnya, dengan demikian dapat dituliskan bahwa: v  t  V cos  t   V V max j v e 2 vt   Re 2 V jt (2.8) Nilai sesaat dari tegangan adalah v(t), sedangkan harga efektifnya atau harga rms (root mean-square) adalah / 2 max V  V yang dapat dibaca pada meter. Seandainya menghitung disipasi daya rata-rata dalam suatu resistansi R yang dihubungkan
  • 8. sumber tegangan sinusoidal dengan harga efektif V maka dapat dituliskan: P T pt  dt T vt  R dt V R      Persamaan tersebut sama halnya dengan yang didapatkan pada kasus arus searah, sehingga jika tegangan efektif 120 volt, maka didapatkan bahwa energi panas rata-rata keluar dari resistans sama halnya dengan tegangan searah 120 volt. Pembahasan yang sama dapat dilakukan untuk arus efektif yang mengalir pada resistans R, sehingga persamaan menjadi: P  I R  V / R  V I 2 2 8 T T 1/ 1/ / / 2 0 0 Dengan demikian maka dapat dinyatakan secara umum bahwa phasor tegangan yang dinyatakan pada persamaan (2.6) dapat dituliskan sebagai berikut: 1/ 2 cos cos max max P  V I  V I Re V e I Re V I *  j v j i     (2.9) dimana: *) = menyatakan nilai kebalikan atau bayangan (conjugate). Besaran cos pada persamaan (2.9) dikenal sebagai faktor daya (power faktor = PF) sehingga dituliskan sebagai berikut: PF  cos (2.10) Dalam persamaan (2.9), nilai Re VI*, dan nilai ImVI* masing-masing dapat dinyatakan oleh daya kompleks S dan daya reaktif Q, sehingga dapat dituliskan:
  • 9. 9 S  VI * Q I VI * m  (2.11) S  VI *  V I e jq  P  jQ (2.12) dari persamaan (2.12) S dinyatakan dalam bentuk polar dan dalam bentuk segitiga dan  S dinyatakan oleh , seperti pada gambar berikut: Gambar 2.2 Daya Komplek dalam Jaringan satu N Untuk mengetahui arti phisik dari daya reaktif Q, dapat dicoba dengan mengganti N dengan suatu induktor seperti pada contoh soal berikut: Contoh soal 2.1. Untuk impedans Z = jωL, hitung a. nilai Q b. daya sesaat dalam L c. bandingkan hasil a dan b jawab: a. Menggunakan rumus 2.12, maka didapatkan, S VI *  ZII *  Z I 2  j L I 2 2 Q I S L I m   b. Jika arus diberikan oleh persamaan, it   2 I cos t   i(t) S v(t) S P Q v i 
  • 10. vt   L di / dt   2  L I sin  t   maka nilai pt   vt it    2 L I sin  t   cos  t   2 10    L I sin 2  t   2 c. Perbandingan hasil bagian (a) dan (b) didapatkan bahwa: pt    Q sin 2  t   Dalam hal ini Q adalah amplitudo atau nilai maksimum dari daya sesaat dalam untai atau rangkaian satu gerbang N. Dalam contoh soal ini dapat diketahui bahwa daya rata-rata P yang melayani induktor adalah nol, yang ada adalah daya sesaat (untuk mempertahankan perubahan energi dalam medan magnit) dengan nilai maksimum Q. Contoh 2.2. Andaikan ada jaringan dengan impedans Z a. dapatkan pernyataan untuk P dan Q b. Nyatakan p(t) dengan tanda P dan Q c. Andaikan bahwa jaringan adalah rangkaian RLC, bandingkan hasil yang didapatkan dengan hasil dari butir (b). Jawab: a. menggunakan persamaan (2.12), maka didapatkan: S VI  ZII Z I  P  j Q * * Re 2 , sehingga P  Re Z I  Z I cos  Z 2 2 Q I Z I Z I Z m   sin  2 2
  • 11. 11 b. Dengan pilihan yang sesuai yakni, it   2 I cos  t dan vt   2 Z I cos  t   Z  c. Dengan demikian akan didapatkan bahwa: pt  vt it  Z I cos  t Z  cos  t  2      Z I cos  Z  cos 2 t  Z  2  Z I cos  Z  cos 2 t cos  Z  sin 2 t sin  Z  2   P  1 cos 2 t  Q sin 2 t d. Dalam hal ini Z  R  j l 1/ j c . Dari bagian (a) didapatkan bahwa 2 P  R I dan L c Q  Q  Q , dimana 2 Q L I L  adalah daya reaktif masing-masingdalam L dan C, sehingga dapat dituliskan bahwa: pt  P t  Q t Q t L C  1 cos 2  sin 2  sin 2 Dari persamaan tersebut maka suku pertama menyatakan daya sesaat dalam R. Suku kedua dan ketiga masing-masing menyatakan daya sesaat dalam L dan C. Dalam kasus 2 L C = 1, maka    0 L C Q Q Q Tabel 2.1. Terminologi daya dengan satuan Kuantitas Terminology Satuan S Daya kompleks (daya semu) VA, KVA, dan MVA S Daya kompleks mutlak VA, KVA, dan MVA P Daya Aktif atau daya real rata-rata Watt, kW, dan MW Q Daya reaktif VAR, KVAR, dan MVAR
  • 12. BAB III GAMBARAN UMUM DARI SISTEM TENAGA LISTRIK 12 Tujuan Umum:  Mahasiswa dapat memahami dan membaca diagram segaris (one line diagram) Tujuan Khusus:  Mahasiswa dapat memahami pengertian dari diagram segaris  Mahasiswa dapat merobah diagram segaris menjadi diagram impedansi dan diagram reaktansi  Mahasiswa mampu mengolah dari sistem dasar menjadi sistem perunit (pu) B. Diagram Segaris (one line diagram) Diagram segaris adalah suatu diagram yang menunjukan suatu garis tunggal dan lambang-lambang standar saluran transmisi dan peralatan-
  • 13. peralatan yang berhubungan dengan suatu sistem listrik. Kegunaan diagram segaris dalah untuk memberikan informasi yang berarti mengenai suatu sistem dalam bentuk yang ringkas. Tabel 3.1. Simbol-simbol komponen sistem tenaga yang dipergunakan untuk diagram segaris 13 Simbol Digunakan untuk Simbol Digunakan untuk Mesin berputar Pemutus tenaga dengan minyak Bus (rel = simpul) Pemutus tenaga dengan udara Trafo tenaga dua belitan Pemisah Trafo tenaga tiga belitan or Sekering Hubungan delta (3, tiga kawat) Pemisah dengan sekering Hubungan Wye ( 3, netral tidak ditanahkan) Saluran transmisi Hubungan Wye ( 3, netral ditanahkan) Beban statis Kapasitor Trafo potensial
  • 14. Dari gambar simbol standar tersebut apabila ingin mengetahui letak titik dimana sistem dihubungkan ketanah, untuk menghitung besarnya arus yang mengalir terjadi gangguan tidak simetris yang melibatkan tanah, maka simbol standar yang dipergunakan adalah tiga fasa Y dengan netral ditanahkan. Untuk membatasi aliran arus ketanah pada waktu ada gangguan maka netral Y dengan tanah disisipkan resistans atau reaktans. Diagram segaris suatu sistem tenaga yang sederhana terdiri dari dua simpul (rel atau bus atau gardu induk) dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut: 14 Beban B T1 T2 Beban A saluran transmisi Gambar 3.1. Diagram segaris sistem tenaga listrik sederhana Diagram segaris sederhana tersebut menunjukan dua generator sinkron dengan kumparan jangkar yang ada statornya dihubungkan Y, satu titik netral hubungan bintangnya ditanahkan melalui reaktans yang satunya titik netral hubungan Y ditanahkan melalui reaktans, hubungan ke rel, masing-masing melalui pemutus tenaga, dari rel tersebut melalui pemutus tenaga dihubungkan dengan transformator tiga fasa hubungan Y – Y (T1) dimana netral trafo ditanahkan secara langsung baik pada sisi tegangan rendah maupun disisi tegangan tinggi. Selanjutnya rangkaian
  • 15. generator dan trafo tersebut, melalui pemutus tenaga dihubungkan ke saluran transmisi. Dari saluran transmisi melalui pemutus dihubungkan ke transformator tiga fasa hubungan Y - , dimana titik netral Y ditanahkan langsung, selanjutnya melalui pemutus dihubungkan ke rel yang lain, pada rel ini dihubungkan generator sinkron dimana kumparan jangkar yang ada di stator dirangkai tiga fasa hubungan Y yang netralnya ditanahkan memalui reaktans. Pada masing-masing rel dihubungkan beban melalui pemutus beban. Keterangan mengenai rating generator, trafo, beban dan reaktans dari berbagai komponen sistem tenaga tersebut seringkali diberikan langsung pada gambar. C. Diagram Impedans dan Reaktans Dalam aturan untuk menganalisis unjuk kerja dari suatu sistem tenaga listrik baik dalam keadaan berbeban atau dalam keadaan terjadi suatu gangguan hubung singkat, maka diagram segaris diatas harus dirubah kedalam suatu gambar impedans yang memperlihatkan ekivalen untai dari tiap komponen sistem. Sistem tenaga yang sederhana seperti pada gambar 3.1 diatas, gambar diagram impedansnya dapat dilihat pada gambar berikut: 15
  • 16. 16 + - E1 + - + - E1 E2 Gen 1 & B2 e b a n A Transf o r m a t o r T 1 saluran stransmisi transformaBtoer bTa2 n B Gen 3 Gambar 3.2. Diagram impedans dari diagram segaris pada gambar 3.1 Diagram impedans yang diberikan pada gambar 3.2 diatas tergantung penggunaanya, jika dipergunakan untuk analisis aliran beban, apalagi dengan bantuan program komputer maka gambar tersebut sudah dapat digunakan. Tetapi bila dipergunakan untuk menganalisis dan menghitung arus gangguan, agar sederhana maka rugi-rugi sistem diabaikan, dalam hal ini yang diabaikan adalah semua beban statis, semua resistans, rangkaian magnetisasi trafo, dan kapasitans saluran transmisi, sehingga diagram impedans tersebut akan menjadi diagram reaktans, akan tetapi kalau tersedia komputer digital untuk membantu perhitungan, maka penyederhanaan tersebut tidak diperlukan. Diagram reaktans dari diagram segaris pada gambar 3.1 diatas dapat dilihat sebagai berikut:
  • 17. 17 + - E1 + - E2 + - E1 Gambar 3.3 Diagram reaktans dari diagram segari pada gambar 3.1 Diagram impedans dan reaktans diatas kadang-kadang disebut juga diagram urutan positif karena diagram tersebut menunjukan impedans terhadap arus seimbang dalam suatu tiga fasa seimbang. D. Perhitungan Dalam Sistem Perunit (pu) Dalam perhitungan besaran-besaran listrik seperti tegangan, arus, daya, impedans dalam sistem tenaga, yang sudah lazim dipergunakan adalah dimensi atau ukuran dari masing-masing besaran seperti pada tabel 3.2 berikut: Tabel 3.2. Dimensi/ukuran symbol dari besaran besaran listrik No Besaran Simbol Dimensi/ukuran 1 Tegangan V Volt, kV 2 Arus I Amper 3 Daya Semu S VA, KVA, MVA 4 Daya Aktif P Watt, KW, MW 5 Daya Reaktif Q AR, KVAR, MVAR 6 Impedans Z Ohm 7 Reaktans X Ohm
  • 18. Sehubungan dengan dimensi dari besaran-besaran tersebut diatas berbeda-beda maka untuk memudahkan dipakai sistem perhitungan dalam persen (%) dan dalam perunit (pu). Akan tetapi perhitungan yang dilakukan dalam pu lebih menguntungkan, karena satu besaran dalam pu dikalikan dengan besaran yang lain dalam pu maka hasilnya tetap dalam pu. Jika perhitungan dilakukan dalam persen , maka satu besaran dalam persen dikalikan dengan besaran lain yang juga dalam persen maka hasil akhirnya harus dibagi dengan angka seratus. Harga perunit (pu) dari setiap besaran adalah menyatakan perbandingan dari nilai yang sebenarnya dari besaran tersebut terhadap nilai basis atau nilai dasar yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Nilai perunit ( pu)  (3.1) 18 Nilai sebenarnya Nilai basis Dimensi satuan dari nilai basis dan nilai yang sebenarnya adalah sama, misalnya nilai yang sebenarnya dari tegangan adalah 100 volt, sedangkan nilai basis tegangan misalnya 200 volt, maka nilai tegangan tersebut dalam pu adalah 0,5, sehingga nilai suatu besaran dalam pu tidak mempunyai dimensi satuan lagi. E. Sistem Satu Fasa Menghitung nilai basis dari keempat besaran yang telah dikemukakan diatas untuk sistem satu fasa, dimulai dengan memberi tanda subskrip pada harga basis, sehingga jika dua harga basis
  • 19. diasumsikan terlebih dahulu adalah sebagai berikut: a.Harga basis daya semu = (VA)B volt amper b.Harga basis tegangan = VB volt Harga dua basis yang lain dapat dihitung dari kedua harga basis yang telah diasumsikan tersebut, cara menghitungnya adalah sebagai berikut: c.Harga basis arus  I  Amp (3.2) Z pu   (3.4) Pilihan harga basis yang praktis untuk sistem tenaga satu fasa adalah sebagai berikut: a. Asumsikan bahwa harga basis daya semu = 19  VA  B B B V V d.Harga basis impedans B B B  V B B V I Z 2    ohm(3.3) Jika harga yang sebenarnya dari impedans adalah Z (ohm) diketahui, maka harganya dalam pu adalah sebagai berikut:   Z  ohm      2 B B Z x VA Z ohm B V (KVA)B atau dalam (MVA)B b. Diasumsikan juga harga basis untuk tegangan = (KV)B Harga dua basis yang lain dapat dihitung sebagai berikut: c. Harga basis arus        B B   1000 x MVA I  B B KVA B KV KV Amp (3.5) d. Harga basis impedans :
  • 20. 2 2 1000 1000     (3.6) Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z (ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu adalah sebagai berikut:  Z pu   (3.7) 1000     (3.9) Jika diketahui nilai impedans yang sebenarnya = Z (ohm), maka harga impedans tersebut dalam pu adalah sebagai berikut:     20    KV       B B B B x KV B B x KV B I MVA KVA Z   Z x  MVA      B Z x KVA 2   2 1000 B B B x KV KV F. Sistem Tiga Fasa Perhitungan harga basis untuk sistem tiga fasa, memakai besaran-besaran basis tiga fasa sebagai berikut: a. Diasumsikan harga basis daya semu tiga fasa = (KVA)B atau (MVA)B b. Diasumsikan harga basis tegangan antara fasa =(KV)B Harga basis dua besaran yang lain dapat dihitung sebagai berikut: a. Harga basis arus      KVA   Amp KV   1000 x MVA  KV B B B B 3 3 (3.8) b. Harga basis impedans:     B KV      B B B x KV B B x KV B MVA KVA I Z 2 2 1000 3 Z x MVA Z pu   (3.10)     B Z x KVA 2   2 1000 B B B x KV KV
  • 21. G. Mengubah Harga Basis dari Kuantitas imp sebenarnya dlm ohm x KVA  (3.11) Rumus tersebut memperlihatkan bahwa impedans perunit berbanding lurus dengan basis daya semu dan berbanding terbalik dengan kuadrat basis tegangan . Jika harga basis daya semu berubah dari (MVA)B lama ke harga basis daya semu yang baru (MVA)B baru dan harga basis tegangan yang lama (KV)B lama ke harga basis tegangan yang baru (KV)B baru maka harga impedans dan reaktans dalam pu yang lama akan berubah menjadi harga impedans dan reaktans dalam harga pu yang baru dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:       21 Perunit Kadang-kadang impedans perunit dari satu komponen sistem tenaga dinyatakan menurut harga basis yang berbeda dengan harga basis yang dipilih untuk bagian dimana komponen tersebut terpasang. Semua impedans dalam bagian manapun dari suatu sistem tenaga harus dinyatakan berdasarkan suatu harga basis yang sama, maka dalam membuat perhitungan diperlukan cara untuk mengubah impedans perunit berdasarkan harga basis yang lama ke impedans perunit berdasarkan harga basis yang baru. Berdasarkan persamaan (3.7) dan (3.10) maka dapat dikatakan bahwa: Impedansi perunit dari suatu elemen rangkaian:     2 1000 B B x KV MVA Z pu Z pu x 2       B baru B lama B baru baru lama KV B lama KV x MVA 2  (3.12)
  • 22. Contoh soal 3.1: Reaktans subtransien (X”) dari sebuah generator diketahui sama dengan 0,25 perunit (pu) berdasarkan harga basis dari rating yang tertera pada platnama generator yaitu 18kV, 500 MVA. Sedangkan harga basis untuk perhitungan adalah 20 kV, 100 MVA. Hitung X” berdasarkan harga basis yang baru. Jawab: Berdasarkan persamaan (3.12) diperoleh:       22 MVA Z pu Z pu x 2      B baru B lama B baru baru lama KV B lama KV x MVA 2  100 18      X 0,045 per unit 500 20 0,25 2 "      atau dengan cara mengubah nilai pu yang diketahui ke dalam nilai ohm dan membaginya dengan basis impedans yang baru sebagai berikut: 0,25  18 2 / 500  X 0,0405 per unit "   2 20 /100 Resistans dan reaktans dari suatu mesin, biasanya diberikan oleh pabrik dalam besaran % atau dalam besaran pu. Sebagai basisnya yaitu harga basis tegangan dalam kV dan harga basis daya dalam KVA adalah rating dari platnama mesin itu sendiri, jika mesin ini berada dalam sistem tenaga dimana harga basis perhitungan ditentukan baru, maka resistans dan reaktans dari mesin tersebut harus disesuaikan nilai pu nya berdasarkan harga basis yang baru.
  • 23. H. Nilai pu pada Besaran-besaran Sistem Tenaga 1. Sistem fasa tunggal a. Daya Semu Daya semu ini dapat dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut: S  V.I * atau S  V  .I    jika didefinisikan harga basis untuk daya semu: 23 B B B S  V I Maka daya semu dalam pu adalah:  .    V I B B B V I S S .    S   pu  V  pu .I    pu S pu  V pu I *.pu (3.13) b. Impedans dalam pu Menurut hukum ohm, persamaan impedans : Z  V / I , harga basis impedans telah diberikan oleh persamaan diatas sehingga harga impedans dalam pu adalah sebagai berikut: V pu I pu /  atau Z pu  V I / V I Z Z B B B (3.14) 2. Sistem tiga fasa a. Tegangan Dalam sistem tiga fasa, hubungan Y terdapat dua harga tegangan yakni tegangan antara fasa atau tegangan antara saluran (VL-L), dan tegangan antara saluran dengan netral (VL-N).
  • 24. Jika perhitungan dilakukan dalam harga basis untuk tegangan antara saluran atau VL-L basis sehingga: 24 L L 3   L N basis V V  L N L N basis    L L L N V L L L L basis V dan V pu V V jika V pu      dengan L L 3   l N V V  maka / 3 / 3 L L L L basi s  L N   L N V L N basis V V V V pu     atau V pu V pu LN LL  (3.15) Berdasarkan persamaan (3.15) tersebut maka dalam perhitungan dengan pu untuk tiga fasa hubungan Y, tegangan anatara saluran dan netral dalam pu sama dengan tegangan antara saluran dengan saluran dalam pu. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari perhitungan dalam sistem pu. b. Daya Semu Daya semu dapat dinyatakan oleh persamaan: 3 3 1 fasa fasa S S  dengan fasa basis fasa basis S S3 1  3 , maka / 3 / 3 3 3 fasa S 1 1 1 fasa fasa basis fasa fasa basis S S S S pu   S pu S pu 1 fasa 3 fasa  (3.16)
  • 25. Berdasarkan persamaan (3.16) tersebut maka untuk perhitungan dalam pu, daya semu tiga fasa dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu keuntungan bila perhitungan dilakukan dalam sistem pu. 25 c. Impedans Impedans hubungan Y,    / 3  / 3 Z     L L basis 3 2 L N basis V Y basis S 1 2 fasa fasa basis V S atau   L L basis fasa basis V Y basis S Z 3 2   Dengan definisi bahwa Z basis = 3 Zy basis, sehingga diperoleh: Z pu Z pu y   (3.17) Berdasarkan persamaan (3.17) tersebut maka impedans tiga fasa hubungan Y dalam pu sama dengan impedans tiga fasa dalam hubungan  dalam pu. Hal ini juga merupakan suatu keuntungan dalam perhitungan dengan sistem pu. Keuntungan lain dalam perhitungan sistem pu, adalah tidak diperlukan perhitungan lagi jika suatu impedans dipindahkan dari suatu sisi ke sisi lain pada sebuah transformator. Contoh soal 3.2. Sebuah generator sinkron tiga fasa 20 kV, 300 MVA mempunyai reaktans sub-transien sebesar 20%. Generator ini mencatu beberapa motor serempak melalui suatu saluran transmisi sepanjang 64 km (40 mil) yang mempunyai transformator pada kedua ujungnya seperti
  • 26. diperlihatkan pada diagram segaris pada gambar 3.4. Kedua motor M1 dan M2 masing-masing mempunyai rating 13,2 kV. Netral motor M1 ditanahkan melalui rektans, sedangkan netral dari motor M2 tidak diketanahkan. Input nominal untuk motor M1 dan M2 masing-masing adalah 200 MVA dan 100 MVA, dengan reaktans sub-transien masing-masing sebesar X” = 20%. Transformator tiga fasa T1 mempunyai rating 350 MVA, 13,2/115 kV dengan reaktans bocor sebesar 10%. Transformator T2 mempunyai teraan 300 MVA, 116/12,5 kV dengan reatans bocor 10%. Reaktans seri saluran transmisi adalah 0,5 ohm/km. Gambarkan diagram reaktans dengan semua reaktansnya dalam besaran pu. Pergunakan rating generator untuk basis perhitungan. 26 Gambar 3.4. Diagram segaris Jawab: Rating tiga fasa dari transformator T2 adalah 3 x 100 MVA = 300 MVA, dan perbandingan tegangan antara salurannya adalah 3 x 127 /13,2 kV  220 /13,2 kV . Sebagai basis perhitungan adalah rating generator yakni 300 MVA sebagai basis daya, 20 kV sebagai basis
  • 27. tegangan, sehingga seluruh sistem harus mempergunakan basis daya yang baru sebesar 300 MVA tersebut, sedangkan basis tegangannya harus memperhatikan perbandingan transformasi dari transformator. Pada saluran transmisi basis dayanya 300 MVA sedangkan basis tegangannya sebesar 230 kV dengan T1 mempunyai rating 230/20 kV. Pada rangkaian motor, basis dayanya 300 MVA sedangkan basis tegangannya adalah 230 x 13,2 / 220  13,8 kV . Basis tegangan ini telah dicantumkan pada gambar 3.4 diatas reaktans transformator yang disesuaikan dengan harga basis yang baru: Transformator T1: X  0,1 x 300 / 350  0,0857 pu Transformator T2: X 0,1 x 13,2 /13,8 0,0915 pu 2   Basis impedans saluran transmisi adalah (230)2/300 = 176,3 ohm, sehingga reaktans saluran dalam pu adalah (0,5 x 64)/176,3 = 0,1815 pu Reaktans motor M1 = 0,2 (300/200) x (13,2/13,8)2 = 0,2745 pu Reaktans motor M2 = 0,2 (300/100) x (13,2/13,8)2 = 0,5490 pu Diagram reaktans yang diminta adalah seperti pada gambar 3.5 berikut: 27
  • 28. 28 j 0,2 Eg + - k j 0,0857 j 0,1815 j 0,0915 l m n p r j 0,2745 j 0,5490 + - + - Em1 Em2 Gambar 3.5. Diagram reaktans yang dinyatakan dalam pu berdasarkan harga basis perhitungan Contoh soal 3.3 Jika motor M1 dan M2 pada contoh 3.2 diatas berturut-turut mempunyai masukan 120 dan 60 MW pada 13,2 kV, dan keduanya bekerja dengan factor daya satu, hitung tegangan terminal generator. Jawab: Bersama-sama kedua motor menyerap 180 MW atau 180/300 = 0,6 pu, oleh karena itu dengan V dan I pada motor dalam pu adalah V. I  0,6 pu , dan karena : V  13,2 /13,8  0,9565  0 pu I  0,6 / 0,9565  0,6273  0 pu Pada generator: V  0,9565  0,6273  j 0,0915  j0,1815  j0,0857  0,9565  j 0,2250  0,9826 13,2 pu Tegangan terminal generator adalah 0,9826 x 20 kV = 19,65 kV.
  • 29. Soal Latihan: 1. Sistem tenaga yang sederhana seperti pada 29 gambar berikut: 2. G 150 ohm M 1 2 Data teknik komponen sebagai berikut: Generator : 40 MVA, 25 kV, X” = 20% Motor : 50 MVA, 11 kV, X” = 30% Transformator Y-Y : 40 MVA, 33 Y – 220 Y kV, X” = 30 % Tranformator Y- : 30 MVA, 11  - 220 Y kV, X” = 15% Gambarkan diagram reaktansnya untuk sistem tenaga tersebut, dimana semua reaktansnya dalam sistem pu, pergunakan basis (dasar) hitung, 100 MVA, 220 kV pada saluran 50 ohm. 3. Diagram segaris dari suatu sistem tenaga yang tidak dibebani diperlihatkan pada gambar berikut:
  • 30. 30 T1 T2 1 A B j 80 ohm C j 100 ohmE 1 2 D T3 F 2 Generator dan transformator mempunyai data sebagai berikut: Generator 1 : 20 MVA, 13,8 kV, X” = 0,2 pu Generator 2 ; 30 MVA, 18 kV, X” = 0,2 pu Generator 3 : 30 MVA, 20 kV, X” = 0,2 pu Transformator T1 : 25 MVA, 220Y/13,8 kV, X” = 10% Transformator T2 : Satu transformator tiga fasa yang dirangkai dari tiga Transformator 1 , rating masing-masing 10MVA, 127/18kV, X = 10% Transformator T3 : 35 MVA, 220Y/20Y kV, X” = 10% Gambarkan diagram reaktans dengan semua reaktans diberikan dalam besaran pu, pilih basis 50 MVA, 13,8 kV pada rangkaian generator.
  • 31. 3. Suatu sistem tenaga yang sederhana seperti 31 pada diagram segaris berikut: 1 3 2 j 40 ohm j 20 o h m j 20 ohm A B C Data sistem seperti berikut: Generator 1 : 20 MVA, 18 kV, X” = 20% Generator 2 : 20 MVA, 18 kV, X” = 20% Motor Serempak 3 : 30 MVA, 13,8 kV, X” = 20% Transformator Y-Y tiga fasa : 20 MVA, 138Y/20Y kV, X” = 10% Transformator Y- tiga fasa : 15 MVA, 138Y/13,8 kV, X” = 10% Gambarkan diagram reaktans untuk sistem tenaga tersebut, dimana semua reaktans dalam sistem pu, pergunakan satu basis (dasar), 50 MVA, 138 kV, pada saluran 40 ohm, untuk seluruh sistem.
  • 32. BAB IV STUDI ALIRAN DAYA 32 Tujuan Umum:  Mahasiswa dapat menghitung aliran-aliran daya pada saluran-saluran dan kemudian memeriksa kapasitas semua peralatan yang ada dalam sistem apakah cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan. Tujuan Khusus:  Mahasiswa dapat memeriksa tegangan-tegangan pada setiap rel dan memeriksa profil tegangan sistem, biasanya variasi tegangan yang diizinkan berkisar – 5% sampai + 5%.  Mahasiswa dapat menentukan operasi sistem yang ekonomis.  Mahasiswa menentukan kedudukan sadapan-sadapan transformator untuk operasi yang ekonomis.  Mahasiswa meminimumkan rugi-rugi transmisi sistem.
  • 33.  Mahasiswa dapat memperoleh kondisi mula untuk studi-studi lanjutan, seperti hubungan singkat dan kestabilan. A. Representasi Sistem Sebelum studi aliran beban itu dilakukan sistem itu harus terlebih dahulu dipresentasikan dengan suatu diagram pengganti (diagram impedansi). Representasi sistem untuk studi aliran beban ini terdiri dari: a. Generator Sinkron Generator sisnkron biasanya dihubungkan langsung pada rel atau sering juga melalui transformator daya. Karena tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui besar tegangan rel dan aliran daya, maka generator sinkron direpresentasikan sebagai suatu sumber daya, dan tegangan yang diperoleh dari studi ini adalah tegangan rel dimana generator itu terhubung. 33 b. Transformator Transformator dipresentasikan sebagai reaktansi X saja dengan mengabaikan sirkuit eksitasi dari tranformator itu sendiri. c. Kawat transmisi Kawat transmisi direpresentasikan sesuai dengan kelas transmisi itu, pendek, menengah, panjang. Untuk transmisi pendek menggunakan impedans seri, kawat transmisi menengah menggunakan nominal PI dan T, sedangkan kawat transmisi panjang menggunakan ekivalen T dan PI. d. Beban-beban
  • 34. Beban-beban dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu beban static atau beban berputar. Beban static atau beban berputar biasanya direpresentaikan sebagai impedans konstan atau sebagai daya konstan Pdan Q, tergantung dari alat hitung yang digunakan. B. Alat Pembantu Untuk Studi Aliran Beban Alat pembantu untuk mengadakan perhitungan dalam sistem tenaga adalah: i. Perhitungan dengan tangan ii. AC atau DC Network Analyzer iii. Komputer Digital Didalam studi aliran beban, sistem itu direpresentasikan setepat mungkin, sehingga sangat sedikit pengabaian dan perhitungannya juga sangat susah. Untuk sirkuit yang berbentuk loop hampir tidak mungkin untuk melakukan studi aliran beban dengan tangan. Oleh karena itu diperlukan AC Network Analyzer. C. Macam Rel dan Besaran Didalam studi aliran beban rel itu dibagi kedalam tiga kelompok yakni: a. Rel pedoman, harga scalar V dan sudut  b. Rel generator atau voltage controlled bus c. Rel beban atau load bus Pada tiap-tiap rel terdapat empat besaran yakni: i. Daya real (P) ii. Daya Reaktif (Q) iii.Harga scalar tegangan V 34
  • 35. 35 iv.Sudut fasa tegangan  Pada tiap-tiap rel hanya dua besaran yang ditentukan sedangkan dua besaran yang lainnya merupakan hasil akhir dari perhitungan. Besaran-besaran yang ditentukan itu adalah: a. Rel pedoman: Harga scalar V dan sudut  b. Rel generator: Daya real P dan harga scalar tegangan V c. Real beban: Daya Pdan Q Real pedoman itu berfungsi untuk mensuplay kekurangan daya real dan daya reaktif termasuk rugi-rugi pada kawat transmisi, karena rugi-rugi ini baru dapat diketahui setelah solusi akhir diperoleh. Pemberian besaran untuk rel-rel diatas berlaku baik bila perhitungan dilakukan dengan AC Analyzer maupun dengan komputer digital. Untuk memudahkan persoalan aliran daya, cara yang paling lama tetapi masih digunakan adalah bentuk “admitans rel”: rel rel rel I  Y .Y (4.1) dimana I, Y dan V merupakan matrik D. Persamaan Pembebanan Daya real dan daya reaktif pada salah satu bus p: * p p p p P  j Q  V I dan arus:
  • 36.  * (4.3) 36 P j Q * p p p V I   (4.2) Ip bertanda positif bila arus mengalir menuju rel, bertanda negatif bila arus mengalir meninggalkan rel. Bila elemen shunt belum termasuk matrik parameter maka arus total pada rel p adalah:  P j Q I  p y V p p p p p V dimana: yp = admitans shunt total pada rel p yp Vp = arus shunt yang mengalir dari rel p ke tanah E. Persamaan Aliran Kawat Setelah tegangan-tegangan rel diketahui, maka aliran daya dapat dicari. Arus yang mengalir dari rel p ke rel q adalah:   ' pq 2 pq p q pq p y I  V V y  V (4.4) dimana: pq y = admiatns kawat p dan q y pq ' = admitans kawat p – q ' / 2 p pq V y = konstribusi arus pada rel a. Persamaan Daya Daya yang mengalir dari rel p ke rel q : pq pq p pq P  j Q  V I *
  • 37. 37 atau :   ' * * * * * pq 2 pq pq p p q pq p p y P  jQ  V V  V y V V (4.5) sedangkan daya yang mengalir dari rel p ke rel q:   ' * * * * pq 2 qp qp q q p pq q q y P  jQ  V V  V y V V (4.6) Jumlah aljabar persamaan (4.5) dan (4.6) adalah rugi-rugi pada transmisi. F. Teknik Pemecahan Sebagaimana disebutkan diatas, teknik pemecahan disini ditunjukan pada penggunaan komputer. Walaupun demikian teknik pemecahan ini dapat juga dilakukan dengan tangan apabila sistem yang digunakan sangat sederhana secara sederhana. Pemecahan yang paling banyak digunakan adalah metode iterasi Gauss-Seidel dan Newton-Rapshon dengan menggunakan bentuk admitans rel. Dalam metode ini tegangan pada rel-rel , kecuali rel pedoman, diberi harga sembarang biasanya 1,0 pu, setelah itu harus dihitung untuk semua rel kecuali rel pedoman dengan persamaan sebagai berikut: P j Q p p * p p V I   p = 1,2,……………………………,n p  s
  • 38. 38 dimana; n = jumlah rel dalam sistem s = nomor rel pedoman Misalkan kita mempunyai sistem yang terdiri dari, n = 4, rel no 1 dipilih sebagai rel pedoman, sehingga s = 1, dan persamaan arus menjadi: 1 11 1 12 2 13 3 14 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V 2 21 1 22 2 23 3 24 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V 3 31 1 32 2 33 3 34 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V 4 41 1 42 2 43 3 44 4 I  Y V  Y V  Y V  Y V dengan Y admi s total pada rel p pp  tan pp pq p Y  y  y Y y admi s kawat p q pq pq    tan  Karena rel 1 dipilih sebagai rel pedoman, maka I1 tidak perlu dihitung, perhitungan dimulai dari I2 dan seterusnya. Karena Ip arus total pada rel p, maka: P j Q p p * p p V I   atau P jQ 2 2 2 Y V Y V Y V Y V * 12 1 22 2 23 3 24 4 V I p       Sehingga
  • 39. V (4.8) 39         P jQ  2 2 * 21 1 23 3 24 4 2 22 2 1 Y V Y V Y V V Y Dalam bentuk umum          P jQ p Y V  n        p q q pq q p p p pp V Y V 1 * 1 (4.9) dimana: p = 1,2,3,…………………..n , p  s Sebelum membicarakan teknik pemecahan Gauss-sheidell atau Newton-Rapshon, terlebih dahulu diberikan dibawah ini teknik pemecahan secara pendekatan. G. Pemecahan Aliran Daya Secara Pendekatan Dalam teknik pemecahan aliran daya secara pendektatan ini dibuat asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Karena tahanan-tahanan kecil diabaikan b. p q    kecil   / 6 sehingga   p q p q sin        c. Semua rel, kecuali rel pedoman diladeni sebagai generator (PV) Jadi   pq pq q p n  P  V V V cos      p p q q 1 
  • 40.       p p q sin 1,2,3,.........., 40 pq  p q  n  V V Y    p q q 1 (4.10) n Q V V Y   p n pq pq q p q 1    n V V Y   V Y p n pq p q p pp 2         p q cos 1,2,3,........... (4.11) p = 1,2,………………,n dimana  90   90 pq pp Q dan  Karena semua rel PV, harga-harga p V diberikan, maka persamaan (4.10) memverikan suatu persamaan linear dalam p  yang terdiri dari (n-1) jumlah persamaan, karena 1  untuk rel pedoman diberikan. Persamaan (4.10) dapat dipecahkan langsung untuk n  , ,......... 2 3 , dan dengan memasukan harga-harga n  , ............ 2 3, dalam persamaan (4.11) diperoleh harga-harga Qp. Dengan asumsi-asumsi diatas persamaan (4.10) dan (4.11) telah dipisahkan, sehingga tidak perlu dipecahkan secara simultan.
  • 41. S3 = -2 + jQ3 1,0 3 V  1,0 2 V  41 Contoh 4.1 3 1,0 1 V  j 0,1 j = 0,1 2 4 S1 =1 +1Q1 j 0,15 j 0,2 j = 0,15 1,0 4 V  S4 = -2 + jQ4 S2 = 3 + jQ2 1 Gambar 4.1. Sistem 4 rel Tabel 4.1. Data tegangan, beban dan generator untuk contoh 4.1 Rel Tegangan Beban Generator Keterangan
  • 42. -j 21,667 -j5 -j6,667 j10 j5 -j21,667 j10,0 j6,667 j6,667 j10 -j16,667  j10 j6,667  -j16,667 Yrel = 42 PD QD PG QG 1 1,0 1,0 0,5 Rel pedoman 2 1,0 1,0 0,4 4,0 Rel PV 3 1,0 2,0 1,0 0 Rel PV 4 1,0 2,0 1,0 0 Rel PV Karena rugi-rugi diabaikan, maka PG1 bisa dihitung dari generator pedoman G1 D1 D2 D3 D4 G2 P  P  P  P  P  P  11 2  2  4  2 pu 11 Jadi       2 2 1 2 3 2 4 P  3  5    10     6,667        3 3 1 3 2 P  2  6,667    10        4 4 1 4 2 P  2  10     6,667    (4.12) Bila 1  = 0 (pedoman), maka dengan menentukan persamaan (4.12) sehingga,  4,41 ,  4,23  5,11 2 3 4    Subsitusikan harga-harga ini kedalam persamaan (4.11):
  • 43.         5 cos 4,41 6,667 cos 4,23 10 cos 5,11 21,667 1        5 cos 4,41 10 cos 8,64 6,667 cos 9,52 21,667 2  43 pu Q 0,07 pu Q 0,02 Q 6,667 cos 4,23 10 cos 8,64 16,667 0,132 pu 3       Q 10 cos 5,11 6,667 cos 9,52 16,667 0,132 Pu 4        Sehingga Q  Q  0,5  0,570 pu G 1 1 Q  Q  0,4  0,620 pu G 2 2 Q  Q  1,0  1,132 pu G 2 3 Q  1,132 Q  1,0  pu G 2 4 3,454        4 Q Q Q rugi rugi GP 1  3,454  2,3  0,554 pu Aliran daya pada kawat: 4 1 p DP p   p q pq V V p p P  sin      pq P pq X   p q p q Q   cos    pq p V pq X pq V V X 2 sin 4,23 1 P   0,492 pu 13 1 3       0,15 sin 0,15
  • 44. 12 21 1 2         Q Q 0,015 pu 12 21   P 0,891 pu 14  Q 0,04 pu 14  Q   pu rugi  2 0,018  0,113  0,015  0,092  0,04 .2  0,556 44 1 1 Q cos   0,018 pu 13 1 3       0,15 0,15 sin 4,41 1 P P   0,385 pu 0,2 sin 0,2 Hasil-hasil perhitungan aliran daya diberikan pada gambar (4.2.) 2 = j 1 j 1,132 1,502 - j 0,113 1,502 + j0,113 1 + j0,4 1 +j 0,5 1,103 - j 0,0 9 2 1,103 + j 0,092 1 0,891 = j 0,04 2 + j 1 0,891 - j 0,04 j 1,132 2 3 4 10 0,492 +j 0 , 0 1 8 0,492 - j 0,18 0,385 - j0,015 0,385 + j 0,015 14,23 15,11 14,41 4 + j 0,2 2 + j0,57
  • 45. Gambar 4.2. Hasil perhitungan aliran daya untuk k p V V V , 45 contoh 4.1 H. Hasil Iterasi Gauss-Sheidell Metode iterasi atau metode ulang adalah suatu metode coba-coba yang sangat baik dalam penggunaan computer untuk memecahkan persamaan-persamaan simultan. Teknik Penggunaan metode Gauss-Sheidell ini dapat dilihat dibawah ini untuk memecahkan masalah (4.9). Karena p = 1 adalah rel pedoman maka perhitungan dimulai dengan p = 2 jadi,  P jQ         1 1 k 2 2 Y V Y V Y V V * 21 1 23 3 24 4        k k k V Y 2 22  P jQ         k 3 3 Y V Y V Y V V 34 4        k  k k V Y 1 * 31 1 32 2 3 33 1 3 1 (4.13)  P jQ k Y V Y V Y V               1 43 3 1 4 4 * 41 1 42 2 4 44 1 4 1 k k k V Y V Seperskrip k+1 menyatakan Nomor iterasi dimulai dengan k = 0, bila 1    k1   p k p dinamakan indeks ketelitian atau indeks persisi dan biasanya diambil 0,0001. 1. Faktor Percepatan (Accelaration Factor) Dalam proses iterasi ini sering diperoleh kovergensi yang lebih cepat, sehingga jumlah iterasi lebih sedikit, dengan menggunakan factor percepatan pada tiap hasil iterasi. Misalkan  factor percepatan, maka harga dipercepat sebesar:
  • 46. V k terlebih dahulu dihitung dan harga V k 1  k c V dan seterusnya. Harga 46  k    p V k 1  V k  V k 1 V p c p p (4.14) Menggantikan harga k1 p V dalam perhitungan selanjutnya, maka perhitungan selanjutnya 1 3 2 dipercepat sebasar:    1  k  k  k c V V  V 2 2 1 2    P jQ k 3 3 Y V Y V V Y V V 34 4        k k k c V Y 1 31 1 32 2 2( ) 3 33 1 3 1   k k  k k      1  , dan 3 V V V Vc 3 3 3 1 P jQ k Y V Y V Y V               1 43 3( ) 1 4 4 * 41 1 42 2( ) 4 44 1 4 1 k c k k c V Y V Selanjutnuya dicari 1 4( )  berkisar antara 1,4 dan 1,7. Harga yang kecil untuk sistem yang kecil dan harga yang besar untuk sistem yang besar. 2. Rel Geberator (Voltage Controlled Bus) Persamaan daya pada rel P dapat di tunjukan oleh persamaan berikut: * pq  * * p p p p p P jQ V I V Y V 1 q n q    untuk menyelesaikan rel PV dibutuhkan representasi koordinat salib sumbu, seperti contoh berikut: p p p p p p V    j f V *  e  j f pq pq pq Y  G  jB
  • 47.   f e G f B p q pq q pq p p pp p pp e f G e B 47 Jadi   n    q q P  jQ  e  j f G  jB e  j f p p p p pq pq q 1 (4. 15) Daya reaktif pada rel P         n p m p q Q I V Y V q pq 1 * *                    n Q p q pq q pq Q e B f B 1 2 2 (4.16) Setelah Q dihitung, hasil ini dimasukkan pada persamaan (4.9) untuk menghitung V k1 . Harga-harga p e dan p f harus memenuhi rekasi 2 2 2 p p p e  f  V (4.17) supaya daya reaktif yang diperlukan menghasilkan tegangan yang telah dijadualkan dapat dihitung. Harga estimasi dari k p e dan k p f harus diatur agar memenuhi persamaan (4.17). Sudut-sudut fasa dari tegangan yang diestimasi adalah: k k p p e k p f   arc tan (4.18) Bila dimisalkan sudut-sudut fasa tegangan yang diestimasi dan dijadualkan sudah sama, maka harga-harga baru dari k p e dan k p f adalah:
  • 48. k p baru f V jadual sin  ( )  subsitusikan harga-harga baru persamaan (4.19) dalam persamaan (4.16) diperoleh harga 48   k k p e baru  V jadual cos p p k p p k p Q , dan harga ini bersama-sama dengan k p baru V ( ) dipakai untuk menghitung harga tegangan yang baru, k1 p V . Dalam praktek harga Q untuk sesuatu pembangkit harus dibatasi, dan biasanya diambil: Q 0,6 ps min   Q ps maks  0,8 Bila harga k p Q yang dihitung melebihi maks Q , maka harga maksimum ini diambil sebagai daya reaktif pada rel generator yang bersangkutan. Bila harga k p Q lebih kecil dari min Q , harga minimum ini diambil sebagai daya reaktif pada rel generator yang bersangkutan. Dalam hal ini jelas tidak mungkin diperoleh harga tegangan yang telah dijadualkan , maka harga k p baru V ( ) tidak dapat digunakan untuk menghitung k1 p V . Dengan demikian rel tadi harus dirubah menjadi rel beban dan tegangan yang berikan tidak bias dipertahankan lagi. Tetapi pada iterasi berikutnya rel yang ditentukan tersebut ditentukan sebagai rel generator. Contoh 4.2. Dalam gambar dibawah ini diberikan oleh sebuah sistem yang terdiri dari tiga rel. Data transmisi
  • 49. beban dan generator diberikan pada tabel 4.2 dan 4.3. Lakukan iterasi Gauss-Sheidell untuk memperoleh tegangan. 49 G G 1 3 2 Gambar 4.3. Sistem tiga rel Rel 1 = rel pedoman, 1,05 0,00 1 V   j , factor percepatan = 1,6 untuk P dan Q. Indeks persisi = 0,001 Tabel 4.2 . Data-data kawat transmisi Kode rel p - q Impedans Spq Admitans Shunt pq1/2 1 – 2 1 – 3 0,8 + j 0,26667 pu 0,2 + j 0,06667 pu 00
  • 50. 50 2 – 4 0,59998 + j 0,2 pu 0 Tabel 4.3 . Data Pembangkitan, beban dan tegangan rel permulaan a. Matrik Admitansi Rel Kode Rel ( p – q ) Admitansi pq pq y  1/ z 1 - 2 1,2500 + j 18,7500 1 - 3 5,0000 + j 15,0000 2 - 3 1,6667 + j 5,0000 6,2500 18,7500 11 12 13 Y  Y  y   j 2,9167 8,7500 22 23 21 Y  y  y   j 6,6667 0,7500 33 31 32 Y  y  y   j 1,2500 20,00 12 12 Y   y   j 5,000 15,00 13 13 Y  y    j 1,6667 5,000 23 23 Y  y    j 6,2500 + j18,7500 -1,2500 + j 3,7500 -5,0000 + j 15,0000 -1,2500 + j 2,9167 – j -1,6667 + j Kode Rel P Tegangan Permulaaan Generator Beban Keterangan MW MVAR MW MVAR 1 1,05 + j 0,00 - -0 0 0 Rel pedoman 2 1,00 + j 0,00 20 0 50 20 Rel beban 3 1,00 + j 0,00 0 0 60 25 Rel beban Yrel =
  • 51. 51 13,7500 8,7500 5,0000 -5,000 + j -1,6667 + j 15,0000 5,0000 6,6667 - j 20,0000 b. Perhitungan Daya Bersih Rel Daya bersih untuk p = 2 dan 3 adalah P jQ daya bersih pada relp p p       p p Gp Gp Ip Ip P  j Q  P  jQ  P  j Q untuk p = 2, Daya bersih rel 2 = (0,20 – j 0,00) – (0,50 – j 0,23) = -0,30 + j 0,20 Daya bersih rel 3 = (0 + j0) – (0,6 – j 0,25) = -0,6 + j 0,25 c. Solusi Iterasi Gauss-Sheidell 1,05 0,00 1 V   j 0 1,0 0,00 2 V   j 0 1,0 0,00 3 V   j Iterasi ke 1:      0,30 0,20  5 151,00 1,25 3,75 1,05 1,00 0,00 1 1 2 2,9167 8,75 j j j j V          1 0,9905 0,0240 2 V   j 0 0,9905 0,0240 1,00 0,00 2 V 1  V 1 V   j   j 2 2 1 0,0095 0,0240 0,0258 0,001 2 V    j  x
  • 52. 0,60 0,25 1 1 3 j  5 15 1,05 52 1 1,00 0,00 1,6  0,0095 0,0240 2( ) V j j c      1 0,9648 0,0384 2( ) V j c                  1,00 0,00 6,6667 20 j j j V 1,6667  j 5,00,9848  j 0,0384 1 1,0135 0,0328 3 V   j 1 1,0135 0,0328 1,00 0,00 3 V   j  j 1 1,0135 0,0328 0,0355 0,001 3 V   j  x 1 1,00 0,00 1,60,0135 0,0328 3( ) V j j c     1 1,0216 0,0525 3( ) V j c   dengan cara yang sama perhitungan ini dapat dilakukan untuk iterasi ke 2 dan ke tiga. Soal Latihan Selesaikanlah soal pada contoh 4.2 dengan menggunakan iterasi Gauss-Sheidell bila rel 2 diladeni sebagai rel generator dengan tegangan 1,03 pu. Daya reaktif QG2(maks)= 35 MVAR dan QG2(min) = -15 MVAR. Pilih factor percepatan untuk P dan Q = 1,4. I. Solusi Newton-Rapshon
  • 53. Dengan melihat sebuah persamaan aljabar non linear yang terdiri dari persamaan: (0) 1 , ,.................., n x x x Misalkan harga koreksi n x , x ,..........,x 1 2 sehingga persamaan 4.20 dapat ditulis:             n n n 53 f  x , x ,.............., x   y 1 1 2 n 1  , ,..............,     n n n f x x x y 2 1 2 n 2   , ,.............., f x x x y 1 2 (4.20) Misalkan harga estimasi mula-mula (0) (0) 2   ,   ,................,  f x x x x x y n   ,   ,..............,  f x x x x x y 2 0 1 2 0 1 2 1 0 1 2 0 1 1  (4.21) a. Perbandingan Solusi Iterasi Gauss-Sheidell dan Newton-Rahshon Perbandingan solusi iterasi Gauss-Sheidell dan Newton-Rapshon adalah sebagai berikut: Gauss-Sheidell Newton- Rapshon 1. Memori yang diperlukan 2. Operasi matematika 3. Waktu per iterasi 4. Kecepatan konvergensi 5. Jumlah iterasi Sedikit Sedikit Singkat Lambat Banyak sekali tergantung pada Banyak Banyak Lebih lama Cepat Sedikit sekali
  • 54. S P j Q j b V V V V V jb p p p pq p p q p p pq  p pq P j Q j b V V V e p q V j b p pq 54 6. Besar sistem 7. Pemogramam 8. Sistem radial jumlah rel Baik untuk sistem kecil Mudah Sering tidak konvergen Tidak tergantung jumlah rel Baik untuk sistem besar Sukar Baik J. Solusi Aliran Beban Decoupled Langkah pertama dengan memisalkan semua rel adalah PQ, kecuali rel pedoman dan tahanan-tahanan transmisi diabaikan, sehingga pq pq y   j b pq q y  jbp   pq pq pq p q pq p pq I  I  I  V V y V y * pq pq pq p pq S  P  j Q  V I  * *  * *  * p p q pq p p pq  V V V  j b V V j b (4.22) Daya kompleks yang diinjeksikan pada rel p diperoleh dengan menjumlahkan semua daya yang memasuki saluran-saluran yang terhubung pada rel p.        q q * * *             q j p p q q  2   2 (4.23) Jadi:
  • 55.  pq pq b b  = jumlah semua suseptansi yang terhubung rel p: untuk sudut-sudut yang kecil maka:      / 6 p q maka persamaan menjadi: 55 q  p q  p pq P b V sin    q (4.24)            p pq Q b V V V b b    2   p q p q p pq p q q cos (4.25) dimana:  q   p q p q p pq P b V V    q (4.26) Selanjutnya bila dimisalkan bahwa: V V V tegangan no al p q   min  maka   q p p pq P V b       2 q (4.27) Persamaan (4.27) dapat lebih mudah diselesaikan dengan metode iterasi Gaus-Sheidell sehingga persamaan dalam bentuk:
  • 56. 56   P V b  p pq q   q q pq p b   2 (4.28) Setelah p  dihitung, dilanjutkan dengan persamaan (4.28) untuk memperoleh tegangan rel, sehingga persamaan dapat ditulis:    2 cos 1 1/ 2 p q p q        maka persamaan (4.25 ) menjadi:      p q p q p ps 2 2    11/ 2     p p pq Q V b V V V b q Dengan membuat V V p  kecuali dalam bentuk   p q V  V        Q V b V V V  p pq     2 2 p q  p  q pq p q p q b V b 1/ 2   (4.29) Persamaan (4.29) dapat dipecahkan secara iterative dengan menuliskan  Q b V p pq   q pq q q p b V (4.30)
  • 57. 2 +j 1 pu 0 + j 2 pu 57 dimana: p p p c Q  Q 1/ 2 q  q 2  2 p pq q V b       p q q  p q rugi-rugi daya reaktif yang diinjeksikan pada sistem oleh suseptansi shunt saluran. Contoh soal 4.3. 2 0,02 + j 0,08 pu 3 0,02 + j 0,08 pu 1,5 + j 0,6 pu 0,02 + j 0,08 pu
  • 58. Gambar 4.4. Data-data kawat transmisi untuk 58 contoh soal 4.3. Tabel 4.3 . Data Pembangkitan, beban dan tegangan rel permulaan Rel Tegangan Beban Generator Ketetangan PG QG PG QG 1. 1,0 + j 0 2. 3. 1,0 + j 0 ….. …. 2 0 1,5 1 0 0,6 …. 0,5 0 …. 1,0 1,0 Rel pedoman Rel PQ Rel PQ Jawab: QG3 = 1,0 pu, admitans diabaikan, berdasarkan persamaan (4.27)  1 V   2 2 21 22 23 21 1 22 2 23 3 P   b  b  b  b   b   b    3 3 31 32 33 31 1 32 2 33 3 P   b  b  b  b   b   b    23,528 ii b  11,764 ik b maka 2 3 0,5  23,528  11,764  3 2 1,5  23,528  11,764  0,014 rad 2    0,0rad 3    11,7640,014 11,764 0,14 0,07  0,9807 2 1 2 2 2 Q      11,7640,07   0,07 0,014  0,353 1 Q  0,4  x 2    2  3 2
  • 59. 59 23,528 11,764 12,7447 2 3 V  V  23,528 11,764 12,117 2 2 V  V  jadi V 1,065 pu 2  V 1,047 pu 3     Q b V b V b V 1 11 1 12 2 13 3 1 b b b 11 12 13 V    dimana  2  1 Q  Q  b   b  13 3 2 , 1 2 1 12 2 11,7640,005 1 1  Q  x 2 0,029 1  Q  = 1 0,029 1   G Q 47,056  1 0,029 23,029 11,764 2,112 1 Q x G      Q pu G 0,288 1  
  • 60. BAB V STUDI HUBUNGAN SINGKAT TIGA FASA SIMETRIS 60 Tujuan Umum:
  • 61.  Mahasiswa dapat memahami arus hubng singkat 61 satu fasa dan tiga fasa. Tujuan Khusus:  Mahasiswa dapat mengenal jenis-jenis hubung singkat  Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung arus hubung singkat.  Mahasiswa dapat membuat diagram ekivalen dari hubung singkat untuk masing-masing kondisi A. Pendahuluan Bila hubungan singkat terjadi pada suatu sistem tenaga, arus akan mengalir diberbagai bagian sistem. Besaran arus sesaat setelah terjadi gangguan berbeda dengan besaran beberapa putaran (cycle), yaitu pada saat pada saat pemutusan terjadi. Kedua arus diatas jauh berbeda dengan arus yang akan mengalir setelah keadaan mantap, yaitu bila gangguan tidak diisolasi dari sistem (dengan bekerjanya pemutus-pemutus tenaga). Pemilihan yang tepat dari pemutus tenaga yang akan dipakai tergantung pada dua hal, besarnya arus sesaat setelah terjadinya hubungan singkat dan besarnya arus yang harus diputuskan. Berdasarkan hal tersebut diatas, studi arus hubungan singkat ini bertujuan: 1. Menentukan besarnya arus hubugan singkat pada suatu titik dalam sistem tenaga, dan berdasarkan besar arus tersebut akan ditentukan kapasitas alat pemutus tenaga yang akan dipergunakan pada titik tersebut. 2. Menentukan besar aliran arus diberbagai bagian sistem dan berdasarkan besaran
  • 62. arus tersebut akan didapatkan penyetelan (setting) dari rele-rele yang mengatur pemutus daya. B. Representasi Sistem Tenaga Listrik untuk Studi Hubungan Singkat Representasi sistem tenaga listrik telah dibahas pada BAB II. C. Hubungan Singkat Generator Tanpa Beban Pada mesin sinkron terdapat tiga macam reaktans dengan mengabaikan nilai tahanannya, kecuali dalam menentukan redaman atau konstanta waktu. Rekatans-reaktans tersebut adalah: d q  X dan X rekatans sinkron, pada sumbu d dan q ' '  d q X dan X reaktans peralihan pada sumbu d dan q " "  d q X dan X reaktans peralihan pada sumbu d dan q Kedua macam terakhir bukan reatans sebenarnya, tetapi reaktans hipotesis. Pada umumnya hubungan singkat dalam keadaan mantap, rektans mesin sinkron terdiri dari reaktans jangkar a X dan reaktans bocor 1 X . Sehingga reaktans sinkron sumbu d, dapat dilihat pada gambar (5.1.a), dimana 1 X X X d a   (5.1) Pada keadaan hubungan singkat yang ketiga fasanya terjadi hubungan singkat arus komponen searah (DC) dengan besar yang berbeda-beda, karena besar gelombang tegangan pada ketiga 62
  • 63. fasanya tidak sama pada saat hubungan singkat itu terjadi. Komponen DC ini sulit menghitungnya dan biasanya dipisahkan dari komponen AC. Untuk studi hubungan singkat kita hanya mengkonsentrasikan perhatian pada komponen AC atau arus hubungan singkat simetris, sedangkan pengaruh komponen DC dapat dimasukan kemudian dengan mengalikan komponen AC tadi dengan suatu factor pengali (multiplying factor). Setelah hubungan singkat terjadi, arus hubungan singkat simetris itu hanya dibatasi oleh rektans bocor mesin. Tetapi karena fluks udara tidak dapat berubah seketika (instantaneously), sesuai dengan teori fluks lingkup konstan, untuk melawan demagnetisasi dari arus hubungan singkat jangkar, maka arus kan timbul pada belitan penguat (beltan eksitasi) demikian juga pada belitan peredam pada arah fluks utama. Arus-arus ini menurun sesuai dengan konstanta waktu belitan-belitannya. Konstanta waktu belitan peredam yang mempunyai induktans bocor yang rendah jauh lebih kecil dari konstanta waktu belitan penguat yang mempunyai induktans bocor tinggi. Jadi selama beberapa saat dari waktu hubungan singkat itu pada belitan-belitan peredam dan lilitan penguat timbul arus induksi, sehingga pada sirkuit ekivalen reaktans medan penguat X f dan reatans belitan peredam dw X kelihatannya terhubung parallel dengan reaktans jangkar a X seperti terlihat pada gambar (5.1.b) 63
  • 64. 64 1 X a X d X + - Gambar (5.1.a) Sirkuit ekivalen mesin sinkron dalam keadaan mantap + _ 1 X dw X f X a X Gambar (5.1.b) Sirkuit ekivalen mesin sinkron selama periode sub peralihan hubungan singkat E + _ 1 X f X a X Gambar (5.1.c) Rangkaian ekivalen mesin sinkron selama periode sub peralihan hubungan singkat Setelah beberapa saat kemudian, karena konstanta waktu belitan peredam sangat kecil,
  • 65. maka arus belitan peredam itu akan hilang dan sekarang mesin berada pada keadaan perali han. Hal tersebut dapat digambarkan dengan membuka sirkuit peredam dw X pada gambar (5.1.b) menjadi gambar (5.1.c). Reaktans yang dipresentasikan oleh mesin selama periode permulaan dari hubungan singkat itu disebut reaktans sub perlihan mesin sinkron dengan persamaan sebagai berikut:   (5.2)   (5.3) 65 1  a f dw  X X d X X X 1/ 1/ 1/ 1 "   sedangkan reaktans yang bekerja setelah arus belitan peredam mati disebut reaktans peralihan dengan persamaan sebagai berikut: 1   a f X X d X X 1/ 1/ 1 '  d d d X "  X '  X , maka reaktans mesin sinkron berubah terhadap waktu dimulai dari " d X sampai d X . Sesuai dengan reaktans-reaktans diatas, maka aruspun ada tiga macam: I = arus hubung singkat mantap, yaitu arus mantap setelah bagian peralihan hilang karena redaman. I’= arus hubung singkat peralihan, yaitu arus selama keadaan peralihan , beberapa saat setelah hubung singkat terjadi, dan belum termasuk arus komponen searah (DC). I”= arus sub peralihan, yaitu arus maksimum pada saat terjadi hubung singkat, belum termasuk komponen DC.
  • 66. Didalam anlisis sistem tenaga, pada umumnya mesin sinkron itu dianggap sebagai mesin (non-salient pole), sehingga reaktans pada sumbu d sama dengan reatans pada sumbu q dan reaktans itu biasanya diberikan dengan notasi X , X ' atau X " . Dengan kata lain pengaruh kutub menonjol itu diabaikan. Untuk generator tanpa beban yang dihubung singkat, tegangan dalam (internal voltage) untuk ketiga macam keadaan (mantap, peralihan, dan sub peralihan) adalah sama, yaitu E sehingga: 66 E"  E'  E maka arus-arus itu adalah (lihat gambar (5.2)) O E X I  a  2 ' I '  b  O E 2 X O E " I "  c  2 X Seperti sudah disampaikan sebelumnya arus hubung singkat itu sebenarnya terdiri dari dua komponen arus, komponen arus bolak-balik (AC) dan komponen arus searah (DC). Komponen DC itu tegantung dari besarnya sudut fasa, pada saat mana hubung singkat itu terjadi, sedang harga maksimumnya sama dengan harga maksimum komponen AC. Bila hubung singkat tiga fasa itu terjadi dalam keadaan tanpa beban, maka besar arus hubung singkat itu dapat ditulis sebagai berikut:
  • 67.    d t m d t  X X m t X X d q m t d q a e a 2     '   = factor redaman peralihan pada sumbu d "     . = factor redaman sub peralihan pada sumbu d Rumus diatas diperoleh secara pendekatan dengan menggunakan teorema “Fluksi Lingkup Konstan”. Dari persamaan (5.5) terlihat bahwa arus hubung singkat terdiri dari tiga komponen, yaitu: 67        1 1 1 1 1             2   cos ' " a e ' " ' d d m d d d X X e X X X i E " "  " " 0 " " " " 0 cos 2 2 . cos 2 2 .   d q d q X X e E X X E dimana: f ff d X m . ' d L d R X  " "  w X X d q a X X " " 2 . d q m    = factor redaman belitan jangkar 11 d d " d X X X ' d L d d d d d R X X X m 11 " " ' a. Komponen bolak-balik dari frekuensi dasar b. Komponen searah (DC) c. Komponen bolak-balik dari frekuensi harmonis kedua Tetapi bila pengaruh kutub menonjol itu diabaikan maka X " X " X " d q   , maka komponen bolak-balik dari frekuensi harmonis kedua itu hilang. Nilai efektif komponen bolak-balik sebagai funsi waktu,
  • 68. I E (5.6) nilai efektif komponennya adalah: I 0  2 .cos  (5.7) pada saat t = 0 I DC  dan I "  E / X Jadi arus maksimum total, pada t = 0, dan 0 0   , I maks  3  1,732 (5.9) 68        ' ' AC e   1 1 1 1 1 m d t m d t         " ' X X e X X X ma t E DC e X E X " I AC  E I  2 .cos  DC X " 0 dan harga efektif total arus hubung singkat itu, 2 2 DC AC DC I  I  I (5.8) Arus maksimum komponen searah diperoleh bila 0 0   , maka E " 2. X 2 E " 2      E " 2     X X I maks E X E X Pada umumnya untuk menghitung arus awal atau arus seketika yang mengalir pada saat terjadi hubung singkat digunakan reaktans sub peralihan baik untuk generator maupun untuk motor. Dengan demikian untuk menentukan kapasitas seketika dari alat-alat pemutus daya digunakan
  • 69. reaktans sub peralihan bagi generator dan motor. Untuk menentukan kapasitas pemutusan (instantaneous capacity) dari pemutus-pemutus daya digunakan reaktans sub peralihan untuk generator dan reaktans peralihan untuk motor. Contoh 5.1. Suatu generator 13,2 kV, 30 MVA, 50 Hz mempunyai reaktans-reaktans X” = 0,2 pu dan X’ = 0,3 pu. Generator itu bekerja pada beban nol ketika terjadi hubung singkat tiga fasa pada jepitan-jepitan. Hitunglah arus maksimum total pada t = 0 dan 0  = 0,30,45, dan 60. Jawab: Misalkan tegangan dalam generator pada saat terjadinya hubung singkat 13,2 kV atau sama dengan 1 pu. Daya dasar dipilih 30 MVA sebagai rating generator tersebut. Arus komponen AC tidak dipengaruhi oleh sudut pemutusan o  ,maka 69 pu E 1 "    I AC 5 X 0,2 " komponen arus DC tergantung dari sudut pemutusan 0  (a). 0 0   0 , E  E'  E  1 pu pu E 1 "     I DC .1 0,707 X 0,2 2. .cos 2 " 0 jadi I pu maks  52  7,072  8,66
  • 70. 70 11,364 Amp 30.000  8,66  3.13,2 (b). 0 0   30  2.5.cos 300 DC I I pu maks  52  6,122  7,9055 I amp maks  10,374 0   45 ©. 0  2.5.cos 450 DC I I pu maks  52  52  7,071 I amp maks  9,279 0   60 (d). 0  2.5.cos 600 DC I I pu maks  52  3,53552  6,124 I amp maks  3,036 d. Hubung Singkat Generator Sinkron dalam Keadaan Berbeban a. Beban Statik Bila sebelum gangguan telah ada arus, yaitu arus beban, arus total generator, termasuk arus beban dapat diperoleh dengan dua cara; a). Dengan Theorema Thevenin b). Dengan menggunakan tegangan dalam sub peralihan generator b. Dengan Theorema Thevenin
  • 71. Dalam ganbar (5.3.a) diberikan sebuah generator sinkron dengan beban ZL. Arus hubung singkat adalah arus beban IL 71 E" g jX t V e Z L Z f V p + S - Gambar (5.3.a) Hubung singkat generator sinkron sebelum gangguan dalam keadaan berbeban e Z p " g jX f V L Z g I " f I + - Gambar (5.3.b) Hubung singkat generator sinkron selama gangguan dalam keadaan berbeban Hubung singkat dilakukan dengan menutup sakelar S, dan dengan teori Thevenin, arus yang timbul karena hubung singkat itu adalah f th V I "  (5.10) f Z
  • 72. 72    Z Z jX L e g th Z Z jX L e g Z    " Arus hubung singkat generator, tidak termasuk arus beban IL, " L Z " . f g e L g I jX Z Z I    Jadi arus total generator (termasuk arus beban IL)   g g L I tot  I "  I (5.11) dengan f L V I  L Z b).Menggunakan Tegangan Dalam Sub Peralihan Generator Arus total generator yaitu arus karena hubung singkat dan arus beban, dapat diperoleh dengan menggunakan tegangan dalam sub peralihan generator. Tegangan dalam sub peralihan generator adalah sebagai berikut:   g f L g e E"  V  I jX "  Z (5.12) jadi g E g tot jX Z g e I   " " ( ) (5.13) Contoh 5.2. Sebuah generator 30 MVA, 13,2 kV, 50 Hz, mencatu daya pada beban static sebesar 20 MW
  • 73. pada factor daya tertinggal 0,8 dan tegangan 12,8 kV. Generator itu mempunyai reaktans 0,1 pu pada dasar rating generator. Bila terjadi hubung singkat tiga fasa pada jepitan beban, hitung jumlah arus seketika rms simetris, termasuk arus beban dengan menggunakan a). Teorema Thevenin b). Menggunakan tegangan dalam sub peralihan 73 Jawab: a). Menggunakan teorema Thevenin f th V I "  f Z 12,8      0,97 00 V pu f 13,2  jX Z Z g e L th jX Z Z g e L Z    " " jX j pu g "  0,2 Z j pu e  0,1 L f V L I Z 00  f L S L V I  36,870  pu 20   SL 0,833 30 x 0,8 0,833     36,870 0,859 36,870 I pu L 0,97
  • 74. 74 0  0,97 0    Z pu L 0 0 1,1292 37,87 0,859 36,87   0,9033  j 0,6775 pu ZL dapat juga dicari:   pu V f 2 0 2  0,97 0  L 0 S Z L 0,833 36,87    1,129236,870 pu jadi      0,2 0,10,9033 0,6775 j 0,2 0,1 0,9033 j 0,6775 j j  Zth    0,254579,620 pu maka 0  0,97 0    " 3,8114 79,62 I pu f 0 0,2545 79,62  Arus hubung singkat generator: " Z g x I " " f L j X Z Z g e L I    0  1,1292 36,87  = 0 0 3,8114 79,62  1,331 47,26 x  3,2335 900 pu   j 3,2335 pu Arus total generator: g tot g L I  I  I " ( )   j 3,2335  0,859 36,870   j 3,2335  0,6872  j 0,5154
  • 75. 75  0,6672  j 3,7489  3,8114 79,610 pu c. Dengan Menggunakan Tegangan Dalam Sub Peralihan Generator Tegangan dalam sub peralihan generator:   g f L g e E  V  I jX  Z " "  0,9700  0,859 36,870 x 0,3900  0,97  j 0,2062 pu  1,143310,390 pu  1,1433 10,39 I  g tot 0  3,811 79,610 pu 0 ( ) 0,3 90  a). Beban Motor Sinkron " g jX " g E e Z L I f V m j X " m E " g jX " g E e Z L I " g I " f I L I " m I " m jX a. Sebelum Gangguan b. Selama Gangguan Gambar (5.4) Hubungan singkat generator sinkron dengan beban motor sinkron
  • 76. 76 b). Dengan Teorema Thevenin Arus hubung singkat simetris pada titik hubung singkat, f th V I  " f Z  jX "  Z  j X   g e  m g m e th j X X Z Z    " Arus hubung singkat generator; " j X " . f  m  " g I " " j X X Z g m e I    Arus hubung singkat motor, "  j X Z g e " . f   " m I " " j X X Z g m e I    Arus beban,  pu L Jadi arus total generator dan motor: S V I L f gtot  g L I  I "  I mtot  m L I  I "  I (5.14) d). Dengan Menggunakan Tegangan Dalam Sub Peralihan Generator dan Motor Generator:   g f L g e E"  V  I j X  Z Motor: "  "  m f L m E  V  I j X
  • 77. 77 Jadi arus total generator dan motor:   g E g tot j X Z g e I   " " Contoh 5.3. Generator pada contoh 5.2. dibebani dengan sebuah motor sinkron yang mempunyai rating yang sama dengan generator. Reaktansi sub peralihan motor X” = 0,2 pu. Mptpr itu menarik daya sebesar 20 MW pada factor daya tertinggal 0,8 dan pada tegangan 12,6 kV. Hitunglah besar arus seketika rms simetris, termasuk arus beban dengan menggunakan teorema: a). Teorema thevenin b).Menggunakan tegangan dalam sub peralihan Jawab a). Dengan teorema thevenin f th V I "  f Z     0,2 0,1 0,2  Zth 0,12 j pu j j j 0,5    0,97 00 V pu f Jadi  0,97 00 "   I j pu f 8,0833  0,12 90  Arus hubung singkat generator dan motor:
  • 78. 78 j X " . f " " m g I " " j X Z j X g e m I    0,2    . j 8,0833 j 3,233 pu 0,5 "  0,3    I  j  j pu m . 8,0833 4,850 0,5  0,859 36,870  0,6872  j 0,5154 pu I pu L Jadi arus total: g tot  g L I  I "  I   j 3,233  0,6870  j 0,5154  0,6872  j 3,7484 pu m tot m L I  I "  I ( )   j 4,850  0,6872  j 0,5154  0,6872  j 5,3654  5,409  97,30 pu e). Dengan Menggunakan Tegangan Dalam Sub Peralihan   g f L g e E"  V  I j X Z  0,9700  0,859 36,870.0,3900  1,1433 10,390 pu "  "  f L m E V I j X m    0,9700  0,859  36,870 x 0,2 900  1,073  j 0,1374  1,0818 7,30 pu
  • 79. 79 Jadi   g E g tot jX Z g e I   "  1,1433 10,39  0  3,811 79,610 pu 0  0,3 90 " m E I    " m m tot jX  1,0818 7,3  0  5,409 97,30 pu 0  0,2 90 e. Perhitungan Arus Hubung Singkat a). Dengan Tangan Untuk menghitung arus hubung singkat dengan tangan digunakan metode reduksi jala-jala. Bila tegangan pada titik hubung singkat sebelum hubung singkat terjadi tidak diketahui, maka biasanya diambil sebesar 1 pu. Pada perhitungan arus hubung singkat biasanya arus beban diabaikan. Ini berarti bahwa semua titik dalam sistem mempunyai tegangan yang sama. b). Komputer Digital Dengan komputer digital banyak model matematis yang dapat digunakan, anatara lain:  Model iterasi admitans rel  Metode impedans hubung singkat
  • 80. c). Metode Admitans Rel Metode ini sama dengan metode iterasi dalam studi aliran beban, persamaan arus sebagai berikut: 80 n n I Y E Y E Y E Y E 1 11 1 12 2 13 3 1     ............ n n n n nn n I Y E Y E Y E ...........Y E 1 1 2 2 3 3     n n  I  Y E k knn 1 n = jumlah simpul (rel) Bila arus beban diabaikan semua tegangan dalam sama, dengan demikian dapat diganti oleh satu gambat tegangan. Tegangan pada rel yang dihubung singkat adalah nol dan tegangan dalam dihitung dari studi aliran beban , atau dimisalkan sama dengan f V bila arus beban tidak diabaikan. Jadi persamaan yang dibutuhkan hanya untuk simpul-simpul dimana arus-arus yang masuk jaringan nol, yaitu rel-rel dimana tegangan tidak diketahui. Persamaan umum diatas dapat ditulis sebagai berikut: n Y E Y E n k  n    kk k kn n 1 0 karena  0 k I Jadi diperoleh satu set persamaan yaitu untuk rel-rel dimana tengangan tidak diketahui. Mtode ini tidak praktis karena untuk menghitung arus hubung singkat pada tiap rel seluruh proses iterasi itu harus diabaikan.
  • 81. a. Metode Impedans Hubung Singkat Metode ini membutuhkan perhitungan matrik impedas dari seluruh jaringan. Perhitungan ini sangat panjang, bila ada perubahan pada jaringan, misalnya penambahan atau pengurangan saluran dan penambahan atau pengurangan pembangkit, tidak perlu membantuk matrik impedans itu elemen demi elemen seperti pada pembentukan matrik asal. 81 Soal Latihan 1. Diketahui diagram segaris pada gambar 5.5 (a) dengan reaktansi-reaktansi dalam persen pada dasar yang sama, sedangkan tahanan-tahanan diabaikan, bila terjadi hubung singkat pada rel 4: a. Hitung besar arus hubung singkat simetris pada rel itu b. Hitung aliran arus pada saluran-saluran yang terhubung pada rel 4 itu
  • 82. 82 1 2 10% 20% 10% 10% 10% 10% 3 Gambar 5.5 (a) Diagram segaris sistem BAB VI
  • 83. STUDI KESTABILAN PERALIHAN 83 Tujuan Umum:  Mahasiswa dapat memahami kestabilan dari suatu sistem tenaga listrik Tujuan Khusus:  Mahasiswa dapat mengenal kestabilan dan ketidakstabilan pada sistem tenaga listrik  Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung daya keluaran generator pada keadaan mantap (steady state)  Mahasiswa dapat menetukan persamaan ayunan dan mempresentasikan dalam sistem A. Pendahuluan Kestabilan dari suatu sistem tenaga listrik adalah kemampuan dari sistem itu untuk kembali bekerja normal setelah mengalami suatu macam gangguan. Sebaliknya, ketidakstabilan berarti kehilangan kestabilan dalam sistem (loss of synchronism). Suatu sistem tiga fasa yang terdiri dari suatu generator sinkron mencatu daya pada suatu motor sinkron melalui saluran dengan reaktans XL, seperti gambar berikut:
  • 84. 84 G M XG XL XM EM EG Gambar 6.1. Sistem tenaga yang terdiri dari dua mesin E   E I G M j X dimana G M L X  X  X  X misalkan   00 M M E E   0 G G E E Daya keluar generator sama dengan daya masuk motor karena tanahan-tahanan diabaikan. P ReE I *  G      E E E G M G   900            Re X   E EG M  cos  900    X sin E E G M X
  • 85. Dalam keadaan mantap (steady state) daya maksimum yang dapat disalurkan diperoleh bila   900 . P G M m  Nilai Pm dapat diperbesar bila salah satu 85 E E X G M E atau E diperbesar, atau bila nilai reaktans XL diperkecil (saluran parallel). Bila penambahan beban itu dilakukan secara tiba-tiba dan cukup besar, motor itu kemungkinan akan keluar dari keadaan sinkron walaupun beban belum mencapai limit kestabilan manatap Pm. Kestabilan ini dapat dijelaskan sebagai berikut; Apabila penambahan beban motor dilakukan tiba-tiba dan cukup besar, daya keluar mekanis motor akan jauh melampaui daya masuk elektris motor dan kekurangan ini dicatu dengan berkurangnya energi kinetis motor. Jadi motor berputar lebih lambat susut daya bertambah besar dan daya masuk motor juga bertambah. Bila penambahan beban tiba-tiba itu melampaui harga tertentu motor akan keluar dari keadaan sinkron, tetapi bila penambahan tiba-tiba itu masih dibawah harga tertentu, motor masih bias kembali bekerja normal pada keadaan beban baru. Harga tertentu tadi disebut limit kestabilan (transients stability limit). Sesuai dengan penjelasan diatas, persoalan kestabilan pada sistem tenaga dibagi dalam tiga bagian: kestabilan mantap (steady state stability), kestabilan dinamik (dynamic stability), dan kestabilan peralihan (transients stability).
  • 86. Studi kestabilan mantap adalah studi yang menentukan limit atas dari pembebanan mesin sebelum mesin tersebut kehilangan keadaan sinkron bila penambahan beban dilakukan secara perlahan-lahan (gradually). Dalam keadaan sebenarnya gangguan-gangguan (disturbances) pada sistem tenaga terjadi terus menerus karena beban itu sendiri berubah terus menerus dan juga karena perubahan perputaran turbin dan lain-lain. Tetapi perubahan ini biasanya kecil sekali sehingga tidak sampai menyebabkan sistem kehilangan keserempakannya. Jadi dalam keadaan ini sistem itu disebut secara dinamis (dynamically stable). Tetapi bila gangguan-gangguan itu cukup besar dan amplitudo osilasi besar dan bertahan lama (redaman tidak ada atau sangat kecil) maka kestaqbilan yang demikian akan menimbulkan ancaman yang berbahaya bagi sistem dan akan menimbulkan operasi yang sangat sulit. Studi kestabilan dinamik ini biasanya harus dilakukan dalam waktu 5 sampai 10 detik dan kadang-kadang sampai 30 detik. Oleh karena itu waktu studi cukup lama, pengaruh-pengaruh governor dan pengatur tegangan otomatik (AVR) biasanya harus diikutsertakan. Dalam studi kestabilan peralihan waktu yang dipandang hanya kira-kira 1 detik, dengan demikian cukup singkat sehingga pengaruh-pengaruh dari governor dan AVR biasanya diabaikan, karena dalam waktu singkat tersebut kedua peralatan tersebut masih dapat dianggap belum bekerja. Hubung singkat merupakan gangguan yang paling berbahaya. Selama hubung singkat, daya generator-generator yang dekat dengan gangguan 86
  • 87. akan berkurang secara mendadak, sedangkan daya generator yang jauh dari titik gangguan tidak begitu terpengaruh. Apakah sistem tetap stabil setelah terjadi gangguan tidak hanya tergantung dari type gangguan, lokasi gangguan dan kecepatan pengisolasian gangguan (fault clearing). B. Representasi Sistem Dalam studi kestabilan peralihan sering diambil asumsi-asumsi sebagai berikut: a. Generator sinkron dipresentasikan sebagai reaktans (reaktans peralihan) terhubung seri dengan tegangan konstan dibelakang reaktans peralihan. b. Torsi redaman diabaikan c. Daya poros konstan d. Momentum sudut (angular momentum) konstan C. Persamaan Ayunan Misalkan: 87  s T torsi poros  e T torsi elektromagnetik  a T torsi percepatan  s P daya poros  e P daya elektromagnetis  a P daya percepatan  2 f Ts M = momentum sudut atau angular momentum H = Konstanta inersia  energi tersimpan ( Mega joule ) I = inersia daya no min al generator MVA
  • 88. 88 1 1 2  Energi tersimpan 2 I w 2 Mw Momentum sudut M dan konstanta inersia H dihubungkan dalam persamaan:         Mega joule ik derajat f GH M det 150 (6.1) dimana G = daya nominal generator (MVA) a s e T  T  T a s e P  P  P T w I  w M  a .   2 2 dt d T I I     (6.2) d  2 2 dt   = perceptatan sudut Dalam keadaan seimbang  0 a T , tidak ada percepatan atau terjadinya perlambatan. Karena  berubah-rubah terus menerus seiring dengan waktu, maka  dan w diukur terhadap sumbu stationer. Misalkan:   w t   1 w t 1     dimana  1 w kecepatan sudut sinkron pada keadaan normal. Turunan pertama dari  terhadap waktu 1 w d e  d   d t d t d   2 2 2 2 d d t d t 
  • 89. 89 2 d 2 d t T I   2 2 d t d I   a s e  T  T T (6.3) a s e P  P  P d d t M   2  2 d 2 d t M  (6.4) persamaan (6.4) dinamakan persamaan ayunan atau swing equation dan  dinamakan sudut daya atau power angle. Pemecahan eksak dari persamaan ayunan diatas sangat sulit bila ada beberapa mesin , bahkan bila P = 0 dan hanya ada 1 mesin berayun terhadap rel yang sangat besar (infinite bus) pemecahan persamaan itu harus menggunakan integral eliptik. Pemecahan yang umum dipakai dapat dibagi kedalam dua bagian. Golongan pertama adalah metode klasik yang terdiri dari : 1. Kriteria sama luas atau equal area criterion 2. Pemecahan langkah demi langkah atau step by step solution Dengan kriteria sama-luas dapat diperoleh sudut kritis, yaitu susdut terbesar yang diizinkan sebelum gangguan diisolasi sehingga sitem tetap stabil. Metode ini hanya dapat digunakan untuk sistem yang terdiri dari 2 mesin.
  • 90. Pemecahan langkah-demi langkah dapat digunakan untuk sistem yang terdiri dari banyak mesin. Dengan metode ini diperoleh hubungan antara sudut daya () dan waktu (t). Golongan kedua adalah metode modern dengan menggunakan komputer. Metode-metode ini diberi nama sesuai dengan model matematiknya dan yang umum digunakan adalah : 2 dδ 90 1. Metode Euler 2. Metode Runge-Kutta 3. Metode Liapunov Dalam buku ini hanya dibicarakan metode golongan pertama. D. Satu Mesin Berayun Terhadap Rel Besar (Infinite Bus) Satu rel besar (infinite Bus) mempresentasikan suatu istem yang sangat besar di mana frekuensi dan tegangan konstan. Atau dapat juga disebutkan sebagai suatu mesin dengan konstanta inersia H yang tak terhingga. Pada persamaan ayunan (6.4) dinayatakan bahwa, d 2 δ m  p 2 a dt Kalikan ruas kiri dan ruas kanan dengan M dt maka diperoleh 2 2 dδ p m dt dδ 2   dt d δ dt 2 a atau Pa d dδ M  dδ 2  (  ) 2 dt  
  • 91. 91 maka dδ 2 2   M ) dδ ( dt 0 2   a P dan dδ 2 2   M ) w dδ ( dt 0 '   a P (6.5) dimana, δ o = sudut daya sesaat sebelum gangguan w’ = perubahan kecepatan sudut terhadap kecepatan sinkron. Bila mesin itu tetap stabil terhadap rel besar setelah terjadi gangguan dan.setelah keadaan stasioner tercapai maka : 2   atau P dδ 0 M a δ δφ 2    (P P sin δ) dδ 0 M s m δ δφ Jadi syarat kestabilan adalah : (6.6)   m  = sudut akhir. P d δ 0 a δ δ φ Pa Ps As1 Pe
  • 92. A1 = Energi Percepatan A2 = Energi Perlambatan Gambar. (6.2) Lengkung daya terhadap sudut daya Integral diatas dapat di artikan sebagai daerah dibawah lengkung pa terhadap  dengan 0  dan m  sebagai batas-batasnya, atau karena pa = ps – pe dapat juga diartikan sebagai daerah antara ps dan  dan antara pe dan Gambar (6.3) . Sehingga A1 = Energi Percepatan A2 = Energi Perlambatan 92  s  P d δ 0 δ δ φ Maka A1 + A2 = 0 atau A1 = - A2 inilah asal- usul dari nama kriteria sama luas untuk kestabilan. P Ps As1 0 m Pe Gambar (6.3)Lengkung daya terhadap sudut daya. E. Dua Mesin Yang terbatas Besarnya Suatu sistem yang terdiri dari dua mesin selalu dapat diganti dengan satu mesin ekivalen dan satu rel besar. Persamaan ayunan untuk kedua mesin tersebut :
  • 93. P P 2 1 2 93 d δ  P P s 1 e1 1 P a 1 1 1 2 2 M M dt   dan d δ  P P s 2 e 2 2 P a 2 2 2 2 2 M M dt   (6.7) Perbedaan sudut antara kadua mesin,  1 =  1- 2 jadi, P s 2 2 P s 1 1 d   2 2 2 2 1 2 d δ 2 2 M M dt d    dt dt atau P P 2 1 1 2 M M d  M M  1 2 2 1 2 d δ 2 2 2 1 1 2 M M dt    a a M M dt  M M d  M M  1 2 P P 2 1 1 2 1 2 2 1 2 d δ 2 2 2 1 1 2 M M M M dt      a a el ea M M M M dt atau d δ 2 dt a s e M  P  P  P 2 dimana :  M M 2 1 M M 1 2 M Ps = H Pe  2 s1 1 2 M 1 2 M P M  Pe = H Pe  2 s1 1 2 M 1 2 M P M  (6.8)
  • 94. F. Persamaan Daya – Sudut Suatu Sistem 94 dengan n Generator s s s 1 2 n jaringan E1 E2 En I1 I2 In Gambar (6.4) Skematis dari suatu sistem dengan n generator E1, E2,….En terletak dibelakang reaktansi peralihan reaktansi peralihan X1, X2, X3,………Xn. Dari generator-generator sudah termasuk dengan jaringan itu. Daya yang diberikan oleh tiap generator : S1 = P1 + j Q1 = E1 I1* S2 = P2 + j Q2 = E2 I2* ………………………. Sn = Pn + j Qn = En In* (6.9) Arus yang diberikan oleh tiap generator : I1 = Y11 E1 + Y12 E2 +………….+ Y1n En I2. = Y21 E1 + Y2.2 E2 +………….+ Y2n En …………………………………………… In. = Yn1 E1 + Yn.2 E2 +………….+ Ynn En (6.10) Jadi , P1 + JQ1 = E1Y11* E 1* + E1Y12 E2 + E2* +…………..+ E1Y 1n* En* n P1 + JQ1 = E1 k 1   Y1k* E k* (6.11)
  • 95. 95 Rumus umum : n Pn + JQn = En k 1   Y1k* E k*(n = 1,….., n) (6.12) Untuk perhitungan kestabilan kita perlukan harga skalar yang mengandung sudut pergepseran mesin  . Misalkan : E1 = 1 E 1 / ; E1* = 1 E 1 /  E2 = 2 E 2 / ; E2* = 2 E 2 /  En = n E n / ; En* = n E n /  Y11 = 11 Y 11 / ; Y11* = 11 Y 11 /  Y12 = 12 Y n / ; Y12* = 12 Y 11 / θ …….……………………………….. Yik = Y / θ ; Yik* = Y /  θik ik ik i k P1 + Q1 = E 2 Y / θ + E E Y / δ δ  θ 1 11 11 1 2 12 1 2 12 +…………….+ E E Y /     θ 1 n i n 1 n 12 n F1 + JQ1 = m 1   1 E k E ik Y k ik / θ 1     Rumus umum : n Pn + JQn =  En k E nk Y n k nk /    θ k `1 (6.13) Dengan mengingat,  = cos  + J sin   = cos  - sin  maka,
  • 96. 96 P1 = E 2 Y cos 11+ E E Y cos (1-2-12) 1 11 1 2 12 + …….+ F E Y cos (1-n-1n) 1 n 11 P2 = E E Y cos (2-1-21) + E 2 Y cos 2 1 21 2 22 22 + …….+ EEY cos (n-k-nk) 2 n 2 n Rumus umum : n Pn = k 1   n E k E n k Y cos (n-k-nk) Jadi persamaan daya sudut untuk 2 mesin : Pe1 = 1 E 2 11 Y cos 11 + 1 E 2 E 12 Y cos (1-2-12) Pe2 = 1 E 2 E 12 Y cos (2-1-21) + 2 E 2 22 Y cos 22 bila mesin 2 merupakan rel besar : 02 = 0 1 =  Pe1 = 1 E 2 11 Y cos 11 + 1 E 2 E 12 Y cos (-12) Pe1 = Po +Pm sin (-); (= 12- 90o) (6.14) Jadi pada umumnya lengkung daya sudut itu merupakan gfungsi yang digeserkan ke atas. Gambar (6.5). PM Pc 90 012 012 0 P Gambar (6.5) Lengkung daya – sudut yang tergeser
  • 97. Bila jala-jala itu aterdiri dari reaktansi yang induktif saja : 11 = -90o 12 = -90o  = 12 – 90o - = 90o - 90o = 0o maka, Pe = 1 E 2 11 Y cos 11= 0 Jadi rumus atas menjadi : Pe1 = Pm sin  97 G. Lengkung Daya – Sudut Ekivalen dari Dua Mesin Pc1 = 1 E 2 11 Y cos 11+ 1 E 2 2 Y 12 Y cos (1-2-12) Pc2 = 2 Y 1 E 22 Y cos (2-1-21) + 2 Y 2 22 Y cos 22 Substitusi harga Pe1 dan Pe2 dalam persamaan (6.8) M P  M Pe 2 Pe = 2 e1 1 M M  1 2 Pe = M E Y cosθ  M E Y cosθ  1 2 22 22 2 11 11 1 2 2 2 1 M M E E Y {M cos(δ  M )  M (δ  θ ) 1 2 12 2 12 1 12  M M 1 2 (6.15) dimana  = 1 - 2 Bila jala-jala itu terdiri dari hanya reaktansi yang induktif 11 = 22 -90o
  • 98. 98 12 = 90o Pe = E E Y {M sin(0δ θ M sin δ) 1 2 12 2 1  M M 1 2   E E Y {M sinδ  M  M sin  ) 1 2 12 2 12 1  M M 1 2 Pe =   M M 1 2 1 2 1 2 12 sin M M E E Y  Pe = sin 1 2 12 E E Y (6.16) Dengan :  = 1 - 2 Jadi bila jala-jala itu hanya aterdiri dari reaktansi, persamaan daya sudut dari dua mesin yang terbatas besarnya tidak atergantung dari konstanta inersia mesin-mesin itu. H. Pemakaian Kriteria Sama-Luas untuk Kestabilan 1. Saluran Terbuka Pada Gambar (6.5) diberikan gambar segaris dan gambar impedansi dari suatu sistem yang terdiri dari dua generator.
  • 99. Rel Besar (Infinite bus) 99 Gambar (6.5) Sistem yang terdiri dari dua generator Bila pada kerja normal salah satu saluran terbuka maka ada kemungkinan generator itu keluar dari keadaan sinkron Gambar (6.6) Satu saluran terbuka Dengan pembukaan salah satu kawat berarti memperbesar impedensi transfer antara faktor dan rel besar. Jadi bila X diperbesar  harus diperbesar bila, daya yang ditransmisikan tetap besarnya. Ini dapat dilihat pada persamaan.
  • 100. 100 E E 1 2 P = sinδ X 12 Jadi r1, r2 dapat dinyatakan sebagai : r1= (sebelumgangguan) (selama gangguan) 12 X 12 X r2= (sebelumgangguan) (sesudah gangguan) 12 X 12 X Untuk menentukan waktu kerja (setting) rele perlu diketahui waktu atau sudut daya di mana rele itu selambat-lambatnya harus sudah bekerja supaya sistem itu tetap stabil dinamakan sudut penentuan kritis, . Untuk maencari c digunakan kriteria sama luas. P Ps 0 0 Pe Pe   Gambar (6.7) Lengkung-lengkung daya-sudut sebelum dan setelah satu saluran terbuka Syarat supaya sistem tetap stabil adalah : A1 Ag
  • 101. Atau energi percepatan A1 harus lebih kecil atau sama dengan energi perlambatan Ag, dan untuk maemperoleh sudut pemutusan kritis harus memenuhi syarat : A1 = Ag Jadi Ps ( o - 0) 101   r1 Pm sin  d o =  r2 Pm sin  d - Ps (m-o) dan (m-o) Ps - r2 Pm (cos c – cos m) r1 Pm (cos 0 – cos c) = 0 tetapi, Ps = Pm sin o Maka (m-o) sin 0 = (r2 – r1) cos c + r1 cos 0) r2 cos m atau cos c =  o (δ  δ sin δ  r cos δ  r cos δ m 0 0 1 0 2 m  r r 2 1 (6.17) dimana, sin 0  = P s P m
  • 102. 102 sin m  = P s r P 2 m dan m  > 90o m  =  - sin –1 ( P s r P 2 m ) catatan : m  , o  dalam tanda kurung persamaan (6.17) harus dalam radian. Dengana kriteria sama-luas diperoleh hanya sudut daya, sedang waktu tidak diperoleh. Untuk memperoleh waktu t, dipakai pemecahan langkah-demi-langkah. Soal Latihan 6.1 Pada gambar dibawah ini, diberikan impedans dalam persaatuan pada dasar yang sama dengan mengabaikan nilai resistans. Generator A memberikan daya sebesar 1 pu kepada rel besar B. Misalkan tegangan dibelakang reaktans peralihan generator A 1,25 pu dan rel besar B 1,0 pu. Pada titik P terjadi hubung singkat tiga fasa dan kedua pemutus daya yang ada pada ujung kawat terganggu, dianggap membuka secara simultan. Tentukan besar sudut daya kritis c.
  • 103. 103 J 0,16 J 0,24 J 0,16 J 0,28 A H = 3 EA = 1,25 J 0,16 J 0,24 J 0,16 J 0,16 H = EB = 1,0 B P Rel Besar Gambar (6.8). Diagram reaktasi untuk contoh soal 6.1 BAB VII PENGATURAN DAYA DAN FREKUENSI DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK Tujuan Umum:
  • 104.  Mahasiswa dapat memahami pengaturan daya 104 dan frekuensi pada sistem tenaga listrik Tujuan Khusus:  Mahasiswa dapat menghitung daya frekuensi pada sistem tenaga listrik  Mahasiswa dapat menentukan dan menghitung arus hubung singkat.  Mahasiswa dapat memahami konsep pengaturan kecepatan  Mahasiswa dapat menetukan karakteristik beban dan penyimpanan energi A. Pendahuluan Daya dan frekuensi pada sistem tenaga listrik sangat erat hubungannya satu sama lain. Bila dimisalkan bahwa semua alat-alat pengatur dari penggerak mula yag menggerakkan generator ditahan tetap pada posisinya, jadi tidak bekerja, maka bila ada perubahan beban frekwensi juga akan berubah. Misalnya, bhila beban bertambah dan semua alat-alat pengatur daya dari penggerak mua tidak bekerja, maka mesin itu akan diperlambat sampai terjadi karena penurunan frekwensi dan penurunan tegangan. Perlambatan mesin akan terus berlangsung sampai dicapai keseimbangan yang baru yaitu bila beban yang tinggal sama dengan daya mesin. Operasi yang demikian jelas sangat buruk dan tidak bisa diterima. Oleh karena itu tiap-tiap pergerakan mula selalu dilengkapi dengan pengatur daya dan frekuensi. Jadi bila pengatur daya ini akan bekerja sehingga memperoleh keseimbangan antara daya mesin dan beban.
  • 105. Jadi tuuan dari pengaturan daya frekwensi dalam sistem tenaga adalah menjaga frekwensi yang konstan bila ada perubahan beban. Untuk menjaga frekwensi konstan dlakukan dengan mengatur pembukaan katup-katup pengatur (control valves) bahan bakar (atau air untuk turbin) dari penggerak mua. Semua penggerak mua : diesel, turbin-turbin uap, gas, dan air selalu dilengkapi dengan pengatur perputaran (speed governor. Governor inilah alat utama untuk mengatur daya dan frekuensi. Daya watt disamping tergantung pada frekuensi juga tergantung pada ategangan, tetapi pengaruh dari yang terakhir ini kecil. Aterutama untuk sistem tegangan tinggi. Untuk sistem transmisi tegangan tinggi tahanan R jauh lebih kecil dari rekasi X sehingga sudutnya mendekati 900. Dengan demikian persaman daya watt dan daya VAR dapat ditulis sebagai : P = sin  V V1 2 (7.3) 105 V V1 2 X V V1 2 Q = cos  X 2 V 2 X (7.1) Karena pada umumnya nilai sudut  kecil, maka Sin    (7.2) Cos   Jadi [ersamaan (7.1) dapat ditulis, P =  X Q = V V1 2 X 2 V 2 X Atau
  • 106. V2 V (7.4) 106 Q = V2 ( 1 2 ) V  V X Atau Q = X Dari persamaan (7.3) dapat dilihat bahwa aliran daya aktif (watt) hanya tergantung dari selisih sudutdaua  selama ategangan-tegangan dipertahankan konstan, dan aliran daya reaktif (var) hanya atergantung dari selisih ategangan V. oleh karena itu kedua persoalan ini secara perdekatan dapat dibahan terpisah. B. Daya konsepsi Dasar Mekanisme Pengatur Kecepatan. Sistem governor yang sederhana pada turbin-turbin uap alat-alat usaha dari governor itu adalah : a. pengatur kecepatan g b. katup bantu (pi) ………….. c. Servemeta d. Batang I e. Katup utama V Misalkan membukaan katup utama atau katup kontrol x2 dan kedudukan katup bantu x1. dalam keadaan seimbang dan tanpa beban. Katup bantu v tertutup sama sekali. Dan katup utama juga hampir tertutup, jadi x1 =  dan x2 = . Jika beban bertambah, perputaran akan berkurang dan akan mengubah letak titik  ke bawah bersama-sama denga titik 1. hal ini akan membuka katup bantu V da minyak dengan
  • 107. tekanan tingi akan masuk di bawah piston servomotor . Katup utama akan terangkat da uap atau air akan lebih banyak masuk turbin sehingga perputaran akan naik. Jika titik 2 tetap dana tidak dihubungkan dengan katup utama V (Viston), katup ini akan menutup hanya pada satu posisi dari titik . Jadi hanya pada satu perputaran atertentu. Jadi dalam hal ini perputaran akan atetap kembali ke n setiap ada [perubahan beban turbin. Hal ii aterjadi karena katup v akantetap terbuka setelah perubahan beban sampai katup utama mengembalikan titik . Kepada kedudukan semula, yaitu dengan kembalinya perputaran pada harga ng. kejadian ini akan menghasilkan karakteristik beban perputaran yangdisebut “Imnecronous”. Seperti karakteristik 1 pada gambar 7.2. Sebaliknya bila titik 2 diperoleh dengan piston utama, seperti pada gambar turbin. Pada saatu posisi dari titik  yagberada di bawah posisi yang menhagsilkan perputaran n. oleh karena itu, keadaan seimbang akan dipulihkan setelah penambahan beban turbin pada perputaran yang loebih rendah dari perlutaran beban nol n. meskipun demikian akan mempunyai karakteristik menurun (drooping characteristic). Daya yang diberika turbin, secara pendekatan adalah perbadingan lurus dengan pembukaan x2 dari katup utama V. jadi : P = r x (7.5) 2 107 P d v
  • 108. dv = pembukaan katup utama ketika daya turbin sama dengan P, yaitu daya nominal turbin. Posisi x sebanding dengan bahan kedepatan atau rekwensi, jadi: X = k (ng – N ) = k (w - w) (7.6) K dan k adalah konstanta-konstanta. Dalam keadaan mantap dengan katup bantu tertutup hubungan x dan x2 adalah sebagai barikut : 108 x 2 x  12 1 =  c c = konstanta maka, N = N - N = c.d .P r v k.p persamaan terakhir ini adalah persamaan untuk kurva 2 pada gambar 7.2 pangaturan kecepatan keadaan mantap atau “steady state sopeed doop” didefinisikan sebagai : R = c.d .P v   N N  r N .k.p r r N Dua macam pengaturan karakterisktik pembangkitan yaitu : 1. “Droop”R, dapat diatur dengan mengubah c yaitu perbandingan panjang bagian-bagian pembangkit sehingga kurva perubah, misalnya kurva 2 berubah menjadi kurva 2, pada gambar 7.2 ini jarang dilakukan dan hanya dapat dilakukan bila mesin telah dingin. 2. Kecepatan tak berbeban. N, dapat diatur dengan mengubah ketegangan pegas S. maka