2. A. Latar Belakang
Risiko merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. hal ini disebabkan
banyaknya ketidakpastian yang muncul secara alamiah. Ahli statistik menyatakan bahwa risiko adalah
penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Risiko dapat diartikan sebagai probabilitas
sesuatu outcome yang berbeda dengan outcome yang diharapkan.
Oleh karena itu, pelaku sektor perbankan khususnya bank syariah di tuntut mampu secara efektif
mengelola risiko yang dihadapinya. Salah satunya adalah risiko kepatuhan dalam bank Islam, karena
kepatuhan merupakan saalah satu sektor terpenting dalam menjaga sistem operasional perbankan agar tetap
berjalan dengan baik, maka harus ada manajemen risiko yang mampu menangani masalah risiko kepatuhan di
perbankan syariah.
b. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan risiko kepatuhan ?
2. Bagaimana proses identifikasi risiko kepatuhan ?
3. Bagaimana penerapan manajemen risiko kepatuhan ?
4. Bagaimana sistem pengendalian internal ?
c. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui maksud dengan risiko kepatuhan
2. Untuk mengetahui proses identifikasi risiko kepatuhan
3. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko kepatuhan
4. Untuk mengetahui sistem pengendalian internal
3. PEMBAHASAN
a. Pengertian Resiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah resiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan bank atau adanya persepsi negatif terhadap bank.
Resiko reputasi adalah resiko dimana kepercayaan dari klien bank syariah rusak karena adanya
tindakan atau kelakuan yang tidak bertanggungjawab dari manajemen. Reputasi ini juga adalah resiko
dimana hanya karena perbuatan tidak bertanggung jawab dari satu institusi dapat mencemari reputasi dari
bank syariahyang lain. Publisitas yang negatif memiliki dampak yang signifikan pada saham pasar institusi,
keuntungan dan liquiditas. Satu kasus kegagalan dari satu institusi dapat memberikan nama yang buruk
kepada semua institusi yang mungkin saja tidak terlibat dengan tindakan tidak bertanggung jawab tersebut.
Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan, ketentuan dari regulator yang berlaku, dan/atau tidak memenuhi prinsip
syariah.
Bank melakukan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko
kepatuhan secara terus menerus melalui antara lain uji kepatuhan terhadap rancangan kebijakan dan
produk program yang diterbitkan oleh unit kerja, termasuk terhadap rencana penerbitan produk/aktivitas
baru maupun pengembangannya.Bank memiliki sistem laporan risiko kepatuhan secara periodik minimal
setiap bulan.
b. Proses Identifikasi Resik
Kepatuhan
4. c. Penerapan Manajemen Resiko
Penerapan Manajemen Risiko
Resiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya ketentuan ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun
eksternal, sepertiberikut:
1. Kententuan Giro Wajib Minimum,Net Open Position, NonPerforming Financing, dan Batas Maksimum Pemberian
Pembiayaan
2. Ketentuan dalam penyediaan produk
3. Ketentuan dalam pemberian pembiayaan
4. Ketentuan dalam pelaporan baik laporan internal, laporan kepada Bank Indonesia maupun laporan kepada pihak ketiga
lainnya
5. Ketentuan perpajakan
6. Ketentuan dalam akad kontrak
7. Fatwa Dewan Syariah Nasional
Kegiatan usaha Bank terus mengalami perubahan dan peningkatan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi,
globalisasi dan integrasi pasar keuangan, sehingga kompleksitas kegiatannya semakin tinggi. Kompleksitas kegiatan usaha
Bank yang semakin meningkat tersebut mengakibatkan tantangan dan eksposur risiko yang dihadapi juga semakin besar.
Untuk itu diperlukan pengelolaan risiko kepatuhan yang baik dan tepat waktu agar dapat meminimalisir dampak risiko sedini
mungkin. Beberapa faktor yang dinilai dapat meningkatkan eksposur risiko kepatuhan antara lain adalah:
1. Jenis atau kompleksitas kegiatan usaha Bank yang semakin meningkat.
2. Banyaknya produk dan aktivitas baru yang dimiliki oleh Bank.
3. Jumlah (volume) dan materialitas ketidakpatuhan Bank terhadap kebijakan dan prosedur internal, peraturan perundang-
udangan dan ketentuan yang berlaku, serta praktik dan standar etika bisnis yang sehat.
4. Banyaknya peraturan yang terbit memberikan dampak pada proses atau sistem Bank dinilai berdasarkan kesiapan
infrastruktur Bank dan sumber daya manusia.
5. d. Sistem Pengendalian Internal
Kegagalan manajemen resiko kepatuhan dapat menimbulkan penarikan besar-besaran dana pihak ketiga,
menimbulkan masalahlikuiditas, ditutupnya bank oleh otoritas, dan bahkan bisa mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu,
tujuan utama manajemen resiko untuk resiko kepatuhan adalah untuk memastikan bahwa proses manajemen resiko dapat
meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari perilaku bank syariah yang melanggar standar yang berlaku secara umum,
ketentuan, dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bank memiliki pengendalian terhadap risiko kepatuhan yang dilakukan melalui kaji ulang berkala terhadap
kebijakan dan prosedur kepatuhan, penerapan pengecekan kepatuhan secara berkala, melakukan proses assurance terhadap
seluruh aktivitas fungsional, melakukan tindak lanjut atas hasil audit internal/eksternal.
Beberapa faktor yang dinilai dapat meningkatkan eksposur risiko kepatuhan antara lain adalah:
1. Jenis atau kompleksitas kegiatan usaha Bank yang semakin meningkat.
2. Banyaknya produk dan aktivitas baru yang dimiliki oleh Bank.
3. Jumlah (volume) dan materialitas ketidakpatuhan Bank terhadap kebijakan dan prosedur internal, peraturan perundang-
udangan dan ketentuan yang berlaku, serta praktik dan standar etika bisnis yang sehat.
4. Banyaknya peraturan yang terbit memberikan dampak pada proses atau sistem Bank dinilai berdasarkan kesiapan
infrastruktur Bank dan sumber daya manusia.
Dalam mekanisme pemantauan terhadap pelaksanaan Fungsi Kepatuhan dilakukan dengan cara:
1. Memantau implementasi prinsip kehati-hatian Bank antara lain dalam bentuk pemenuhan rasio-rasio sesuai ketentuan
dalam peraturan yang berlaku.
2. Memantau pelanggaran yang dilakukan Bank dengan mengacu pada surat dari Regulator dan hasil Audit Internal maupun
eksternal.
3. Melakukan pemantuan dalam bentuk Self-Assessment yaitu pengisian RRSA yang berfungsi sebagai tools bagi unit kerja
di Bank untuk memantau kepatuhan terhadap peraturan yang memiliki dampak signifikan. Penerapan RRSA ini
dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan pendekatan yang digunakan serta sumber daya yang ada.
6. PENUTUP
A. Kesimpulan
Risiko Kepatuhan adalah risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan
peraturan perundang-undangan, ketentuan dari regulator yang berlaku, dan/atau tidak memenuhi prinsip
syariah.
Bank melakukan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko
kepatuhan secara terus menerus melalui antara lain uji kepatuhan terhadap rancangan kebijakan dan
produk program yang diterbitkan oleh unit kerja, termasuk terhadap rencana penerbitan produk/aktivitas
baru maupun pengembangannya.
Kegiatan usaha Bank terus mengalami perubahan dan peningkatan sejalan dengan
perkembangan teknologi informasi, globalisasi dan integrasi pasar keuangan, sehingga kompleksitas
kegiatannya semakin tinggi. Kompleksitas kegiatan usaha Bank yang semakin meningkat tersebut
mengakibatkan tantangan dan eksposur risiko yang dihadapi juga semakin besar. Untuk itu diperlukan
pengelolaan risiko kepatuhan yang baik dan tepat waktu agar dapat meminimalisir dampak risiko sedini
mungkin.
Pemakalah Menyadari masih terdapat banyak kekurangan didalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, pemakalah sangat memohon kritik, saran dan masukan dari peserta diskusi, untuk perbaikan
makalah ini kedepannya.
b. Saran