1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SDR. H
DENGAN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL POST OP
FRAKTUR CRURIS
DI RUANG YUDA RS CIREMAI
CIREBON
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SEBELAS APRIL SUMEDANG
2021
2. Fraktur adalah
suatu pahatan pada
kontinuitas struktur
tulang. Pahatan tadi
mungkin tak lebih dari
suatu retakan, suatu
pengisutan atau
primpilan korteks,
biasanya pahatan
lengkap dan fragmen
tulang bergeser (Wijaya
dan Putri, 2013).
KONSEP DASAR PASIEN DENGAN FRAKTUR CRURIS
Fraktur cruris
adalah terputusnya
kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis
(TAMBAH SLIDE
TENTANG JENIS
FRAKTUR CRURIS
DAN ANATOMI
CRURIS (FIBULA
TIBIA) dan luasnya
yang disebabkan
karena trauma atau
A. DEFINISI
4. C. MANIFESTASI
KLINIK
01
Nyeri terus
menerus dan
bertambah
berartnya sampai
fragmen tulang di
imobilitas .
03
02
Setalah terjadinya
fraktur, bagian-
bagian terdapat
digunakan dan
cenderung bergerak
secara tidak alami
(gerakan luar biasa)
bukanya tetap rigit
seperti normalnya.
04 05
Pada fraktur
panjang,
terjadinya
pemendekan
tulang yang
sebenarnya
karena kontrasi
otot yang melekat
diatas atau
dibawah tempat
fraktur.
Pada ekstermitas
diperiksa dengan
tangan, teraba adanya
derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba
akibat gerakan antara
fragmen satu dengan
Pembengkakan
dan perubahan
warna lokal pada
kulit terjadi
sebagai akibat
trauma dan
pendarahan
7. Reduksi fraktur
terbuka atau
tertutup : tindakan
manipulasi
fragmen-fragmen
tulang yang patah
sedapat mungkin
untuk kembali
seperti letak
semula.
01
02 05
03
F.
PENATALAKSAN
AAN
Imobilisasi
fraktur : dapat
dilakukan
dengan fiksasi
eksternal atau
internal
Mempertahankan dan
mengembalikan fungsi :
• Reduksi dan imobilisasi
harus dipertahankan
sesuai kebutuhan.
(JELASKAN SEDIKIT
TENTANG MACAM
MACAM REDUKSI :
ORIF DAN OREF)
• Pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri.
• Status neurovaskuler
(misal : peredaran
darah, nyeri, perabaan
gerakan) dipantau.
• Latihan isonetrik dan
8. LAPORAN
KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Sdr. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
No RM : 108830
Usia : 19 Tahun
Tgl MRS : 10 Oktober 2021
Tgl Pengkajian : 11 Oktober 2021
Alamat/telp : Dsn. Sigabus Ds. Setu Patok
Kec. Mundu Kab. Cirebon
Status Pernikahan : Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan Terakhir : SMA/SMK
Pekerjaan : -
Lama Bekerja : -
Sumber Informasi : Pasien/Orang Tua
Kontak Keluarga Dekat: -
9. II. KELUHAN UTAMA
Saat MRS : Pasien datang ke UGD pada tanggal 10
oktober 2021 pukul 12.00 dengan keluhan tabrak lari,
pasien dibahu kanan, badan kanan, dan kaki kanan, mual
muntah 8x di UGD. Pasien dalam keadaan mabuk,
setelah minum alkohol. Pada pukul 03.34 pasien
dipindahkan ke ruang yudha kelas 3. Pada pukul 08.00
pasien di pindahkan ke Ruang Operasi untuk dilakukan
tindakan operasi pemasangan pen.
Saat Pengkajian : Saat dilakukan pengkajian pada pukul
13.30 pasien mengatakan mual dan muntah. Pasien juga
mengatakan nyeri pada luka operasi. Pasien terlihat sulit
dalam melakukan aktivitas.
Riwayat Penyakit Sekarang : Upaya pasien dalam
mengatasi nyeri akibat luka post op dengan cara distraksi,
pasien mengaikan rasa nyerinya dengan cara menonton.
Upaya pasien dalam mengatasi mual dan muntah dengan
cara tidak banyak bergerak. Upaya pasien dalam
menatasi sulit beraktivitas dengan cara dibantu oleh
10. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat:
• Kecelakaan: Pernah kecelakaan pada umur 7 tahun
• Operasi : Operasi pada abdomen akibat kecelakaan
• Alergi Obat : Tidak ada
• Alergi lain-lain : Tidak ada
• Alergi Makanan : Tidak ada
• Merokok : Iya, perokok aktif
• Alkohol : Iya
• Kopi : Iya
• Lain-lain : -
• Obat-obatan yang digunakan : -
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit menular atau riwayat
penyakit yang sama dengan pasien. Penyakit yang
pasien derita bukan penyakit keturunan.
11. III. PEMERIKSAAN
FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
GCS :15 E : 4, V : 5, M : 6
TTV : TD : INI JANGAN LUPA
DIISI
Nadi:
Suhu:
Pernapasan:
12. Sistem Kardiovaskuler
Sistem pernafasan dalam batas normal, suara jantun
terdengar normal, ictus cordis simetris, CRT < 2 detik, akra
teraba hangat.
Sistem Pencernaan
Mulut terliat bersih, membrane mukosa sedikit terlihat
kering, tenggorokan terasa kering, bising usus normal,
nafsu makan baik, frekuensi makan 3x1/hari porsi makan
sedikit, BAB jarang karena tirah baring frekuensi muntah
…..dalam 1 hari
Sistem Pernapasan
Pasien tidak ada sesak, tidak menggunakan otot bantu
nafas, suara nafas baik.
13. Sistem Muskuloskletal
Pasien terlihat lemas, terdapat luka operasi pemasangan
pen pada ekstremitas kanan atas dan kanan bawa.
Kekuatan otot ekstremitas kanan atas 2, ekstremitas kiri
atas 5, ekstremitas kanan bawah 2, ekstremitas kiri bawah
5. Terdapat keluhan nyeri pada luka post operasi
pemasangan ORIF . Turgor kulit normal < 3 detik.
Sistem Persyarafan
Klien dapat melihat ke kanan dan ke kiri, klien dapat
memutarkan bola mata, klien dapat mendengar dengan
baik, pupil mata terlihat isokor, sclera anikterus, konjuntiva
terlihat ananemis, istirahat dan tidur kurang nyenyak.
Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran typoid, tidak terdapat
pembesaran getah bening, tidak terdapat infeksi, tidak
terdapat riwayat luka sebelumnya.
14. Sistem Integumen
Tidak terdapat resiko dekubitus, tidak terdapat ekskoriasis,
tidak terdapat psoriasis, tidak terdapat pruritus dan tidak
terdapat urtikaria. Ada bekas luka operasi pada abdomen.
Sistem Reproduksi
Tidak terkaji
Sistem Perkemihan
Klien terpasang kateter
19. VII. PERENCANAAN
PULANG
1. Tujuan Pulang : Rumah
2. Transportasi Pulang : Mobil
3. Dukungan Keluarga : Ada
4. Antisipasi biaya setelah pulang: -
5. Antisipasi perawatan setelah pulang : Tenaga kesehatan
setempat
6. Rawat jalan ke : Klinik Bedah Ortopedi
7. Hal-hal yang perlu diperhatikan di Rumah :
• Perawatan luka operasi
• Pola makan dan minum
• Pola istirahat
• Pola Aktivitas
20. VIII. RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN
NYERI AKUT B.D AGEN PENCEDERA FISIK (POST OPERASI CRURIS DEXTRA)
Tujuan dan Kriteria Hasil :
NOC :
1. Pain Level ganti dengan “Tingkat Nyeri”
2. Pain Control ganti dengan “ Kontrol Nyeri”
3. Comfort Level ganti dengan “Status Kenyamanan”
Kriteria Hasil :
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan management nyeri.
2. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, mecari bantuan).
3. Mampu mengenai nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
21. Intervensi
OBSERVASI
1. Observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuaitas dan
faktor presipitasi.
2. Observasi skala nyeri
3. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
TERAPEUTIK
1. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
2. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan.
3. Berikan teknik non farmakologi
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
EDUKASI
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri pada pasien
2. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri : Ative ROM (AROM)
KOLABORASI
1. Berikan analgetik sesuai anjuran dokter
22. Rasional
1. Sebagai data utama yang bisa dijadikan rujukan untuk intervensi yang akan dilakukan
2. Reaksi nonverbal, seperti ekspresi raut muka akan membantu dalam menentukan skala nyeri
klien.
3. Berkomunikasi dengan cara yang tepat akan membuat klien merasa nyaman dalam menceritakan
pengalaman nyerinya.
4. Lingkungan yang nyaman dapat membuat klien lebih rileks dan mengurangi nyeri
5. Agar nyeri yang dirasakan klien tidak bertambah dan membuat klien merasa aman dan nyaman.
6. Analgetik berfungsi sebagai depresan sistem saraf pusat sehingga dapat mengurangi atau
menghilangkan nyeri
7. Agar rasa nyeri yang dirasakan tidak bertambah dan merelaksasi untuk mengurangi nyeri
23. GANGGUAN MOBILITAS FISIK B.D GANGGUAN MUSCULOSKELETAL (LUKA POST
OPERASI FRAKTUR CRURIS DEXTRA)
NOC :
• Level Mobilitas Fisik
• Joint Movement: Avtive Pergerakan Sendi: Aktif
• Transfer performance Koordinasi Pegerakan
• Ambulasi
Kriteria Hasil :
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
4. Memperagakan penggunaan alat
5. Bantu untuk mobilisasi (walker)
24. Intervensi
OBSERVASI
1. Monitoring tanda-tanda vital sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan
2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
TERAPEUTIK
1. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien
2. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
3. Dampingi pasien melakukan Active ROM Excercise
EDUKASI
1. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
2. Ajarkan pasien melaukan Active ROM Exercise
KOLABORASI
1. Konsul fisioterapi untuk latihan mobilitas yang lebih spesifik: hold-relax, dll
Rasional
1. Untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Untuk mengetahui tingkat kemampuan mobilisasi
3. Menjaga klien agar tidak terjadi cidera
4. Membantu mobilisasi klien
5. Agar tidak terjadi kekakuan
25. RASIONAL
Penelitian Widyasari dan
Djawas (2021) membuktikan
bahwa terapi latihan AROM
(Active Range of Motion)
pada pasien post ORIF
Fraktur Cruris dapat
meningkatkan kepampuan
fungsional tungkai bawah.
Dengan melakukan gerakan
secara aktif diyakini dapat
mempertahankan elastisitas
fisiologis dan kontraktilitas
otot yang berpartisipasi
memberikan stimulus untuk
integritas jaringan tulang
26. RASIONAL
Penelitian lain yang dilakukan
oleh Andri et al. (2020),
mengungkapkan bahwa
pelaksanaan mobilisasi dan
ambulasi dini termasuk
latihan ROM secara aktif
dapat menurunkan nyeri
pada pasien post operasi
fraktur ekstremitas bawah
Latihan AROM dapat
memelihara mobilitas sendi
sehingga memliki efek dalam
memp erbaiki sirkulasi dan
menurunkan nyeri
27. RASIONAL
Selain mengurangi nyeri dan
meningkatkan fungsional
tungkai, Lestari (2014), pada
penelitiannya juga
menyebutkan bahwa
Mobilisasi, Ambulasi, dan
ROM Excercise pada pasien
post operasi fraktur
ekstremitas bawah juga
berpengaruh secara
signifikan terhadap proses
penyembuhan luka dan lama
rawat pasien (length of stay)
28. RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH B.D
ADANYA MUAL MUNTAH DAN ANOREKSIA
NOC :
• Nutritional status
• Nutritional status: Food and Fluid
• Intake
• Nutritional status: Nutrient intake
• Weight Control
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
1. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
4. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan
5. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
29. Intervensi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
6. Monitor adanya penurunan berat badan
7. Monitor mual dan muntah
8. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Rasional
1. Untuk mengetahui adanya alergi
2. Memberikan asupan diit yang tepat bagi klien
3. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4. Untuk mencegah konstipasi
5. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang tepat bagi klien
6. Perubahan berat badan bisa menunjukan perubahan status gizi
7. Informasi yang diberikan dapat memotivasi pasien untuk meningkatkan intake nutrisi
8. Untuk mengetahui karakteristik mual dan faktor-faktor yang menyebabkan mual
30. RASIONAL
Penelitian Yusuf & Tenriwati (2017),
mengungkapkan bahwa terdapat
ubungan antara status gizi dengan
proses kesembuhan luka (p < 0.001).
Nutrisi secara spesifik diperlukan untuk
meningkatkan kekuatan luka dan
menurunkan kerentanan terhadap
infeksi. Nutrisi yang baik juga akan
mempercepat penyembuhan luka dan
menurunkan resiko infeksi.
31. Tambahkan diagnose resiko infeksi
untuk penanganan luka..
Intervensinya akan ada perawatan
luka dan antobiotik & antitetanus…
32. IX. IMPLEMENTASI : kalo implementasi bahasanya bukan lagi kalimat
perintah yaa teh tapi jadi kalimat kerja missal “melakukan …
mengobservasi… menggunakan teknik …
NYERI AKUT B.D AGEN CEDERA BIOLOGIS (POST OPERASI CRURIS DEXTRA)
Implementasi
1. MeLakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuaitas dan
faktor presipitasi.
2. MengObservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. MengGunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien.
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
5. Ajarkan teknik non farmakologo sebutkan teknik non farmakologinya apa
6. Memberikan analgetik sesuai anjuran dokter sebutkan analgetiik nya apa dan dosisnya berapa
7. Tingkatkan istirahat
Evaluasi
S : Pasien mengeluh nyeri pada luka operasi
O : GCS : 12, E : 4, V : 5, M : 6
TD :
Suhu :
Nadi :
SPo2 :
RR :
Skala nyeri : 6
A : Nyeri akut Pasien mengatakan nyeri agak berkurang.
P : Intervensi dilanjutkan.
33. HAMBATAN MOBILITAS FISIK B.D GANGGUAN MUSCULOSKELETAL (LUKA POST
OPERASI FRAKTUR CLURIS DEXTRA)
Intervensi
1. Monitoring tanda-tanda vital sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
2. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
3. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien
4. Berikan alat bantu jika klien memerlukan
5. Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
Evaluasi
S : Pasien mengatakan sulit untuk menggerakan kaki dan tangan, pasien juga mengatakan sulit
untuk berjalan
O : GCS : 12, E : 4, V : 5, M : 6
TD :
Suhu :
Nadi :
SPo2 :
RR :
A : Gangguan Mobilitas Fisik. Pasien sudah dapat duduk.
P : Intervensi dilanjutkan
34. KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH B.D ADANYA MUAL
MUNTAH DAN ANOREKSIA
Intervensi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
4. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
6. Monitor adanya penurunan berat badan
7. Monitor mual dan muntah
8. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Evaluasi
S : Pasien mengatakan mual dan pasien terlihat muntah-muntah
O : GCS : 12, E : 4, V : 5, M : 6
TD :
Suhu :
Nadi :
SPo2 :
RR :
A : Defisit nutrisi Pasien mengatakan mual sudah agak berkurang.
P :Intervensi dilanjutkan
35. Tambahkan diagnose resiko infeksi
ditulis perawatan lukanya berapakali
obat antibiotiknya apa dosis nya berapa,
pasien dikasih ATS (anti tetanus) juga
tuliskan di implementasi resiko infeksi
CARI JUGA JURNAL SEPERTI YANG
SAYA CONTOHKAN CARI tentang
PERAWATAN LUKA Terbaru FRAKTUR
CRURIS
36. CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
TERIMAKASIH