SlideShare a Scribd company logo
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di akhir abad ke 19, serum darah telah diketahui mengandung suatu faktor
atau cara yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri. Pada tahun 1896,
Jules

Bordet,

ilmuwan

muda

Belgia

dari

Pasteur

Institute,

Paris,

mendemonstrasikan bahwa prinsip ini bisa dianalisis menggunakan dua
komponen: komponen panas-tetap dan komponen panas-labil. Panas-labil
menunjukkan bahwa komponen akan kehilangan kemampuannya jika serum
dipanaskan. Komponen panas-tetap ada untuk memberikan kekebalan
melawan

mikroorganisme

spesifik,

sedangkan

komponen

panas-labil

bertanggung jawab terhadap aktivitas mikrobial non-spesifik yang dimiliki
serum. Komponen panas-labil ini adalah yang disebut “komplemen”.
Istilah “komplemen” diperkenalkan oleh Paul Ehrlich di akhir tahun
1980an, sebagai bagian dari teorinya mengenai sistem kekebalan. Menurut
teorinya, sistem kekebalan terdiri dari berbagai sel yang memiliki reseptor
spesifik pada permukaannya untuk mengenali antigen. Pasca imunisasi dengan
antigen, lebih banyak reseptor terbentuk, lalu reseptor itu mengalir dari sel ke
aliran sirkulasi darah. Reseptor ini, yang saat ini kita kenal dengan nama
“antibodi”, disebut oleh Ehrlich sebagai “amboceptor” untuk menekankan
fungsi ganda reseptor dalam melakukan pengikatan. Reseptor tesebut mampu
mengenali dan mengikat antigen spesifik, namun mereka juga mampu
mengenali dan mengikat komponen antimikrobial panas-labil dari serum.
Ehrlich lalu menamakan komponen panas-labil ini “komplemen” karena ini
adalah sesuatu dalam darah yang menjadi komplemen sel pada sistem
kekebalan.
Ehrlich percaya bahwa setiap amboceptor antigen spesifik memiliki
komplemen yang spesifik, di mana Bordet percaya bahwa sebenarnya hanya
ada satu tipe komplemen. Di awal abad ke 20, kontroversi ini terselesaikan
ketika ditemukan bahwa komplemen bisa beraksi berpasangan dengan
antibodi spesifik atau secara sendirian secara non-spesifik.
1.2 Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini ruang lingkup yang akan dibahas adalah
pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan dan uji diagnostik dari
imunodefisiensi komplemen
1.3 Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan
ditunjang dengan teknik pengumpulan data. Dimana di dalam pembuatan
makalah ini kami mencari sumber masalah dengan mengkaji beberapa sumber
buku di perpustakaan serta browsing melalui internet.
1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini, diantaranya adalah :
1. Memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Imunoserologi II
2. Untuk lebih memahami tentang Imunodefisiensi Komplemen
3. Menambah pengetahuan dan wawasan
4. Saling bertukar informasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Imunodefisiensi
Imunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana
sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering
terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari
biasanya. Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru
lahir, anak-anak maupun dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap
antibiotik, maka kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan.
Gangguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi virus,
jamur atau bakteri yang tidak biasa. Gangguan imunodefisiensi dapat
disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel fagositik, limfosit B,
limfosit T atau komplemen.
2.2 Sistem Komplemen
2.2.1 Pengertian
Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang
bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan
selular dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari
infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus bereaksi terhadap
antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari
patogen. Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan
bagian dari sistem kekebalan turunan. Walaupun demikian, beberapa
antibodi dapat memicu beberapa protein komplemen, sehingga aktivasi
sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem kekebalan
humoral. Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari
seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda.
Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi. darah dalam
keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur
yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan
jalur alternatif.
Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang
menghasilkan berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan
lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem komplemen tersebut
selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat
membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya
disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat
endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terusmenerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan
penyakit
2.2.2 Fungsi Komplemen
1. Mencerna sel, bakteri, dan virus
2. Opsonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulat
3. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel pada sistem
kekebalan, memicu fungsi sel spesifik, inflamasi, dan beberapa
molekul imunoregulator
4. Pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa-sisa bahan imunitas dari
sistem kekebalan dan menimbunnya di limpa dan hati
2.2.3 Aktifasi Komplemen
1. Aktifasi Komplemen Jalur Klasik
a. Fase Pengenalan
Pada fase ini terjadi interaksi antara komponen C1 dengan
reseptor pada Fc antibodi. Setelah antibosi berikatan dengan
antigen yang sesuai maka reseptor pada Fc antibodi menjadi aktif
dan dapat mengikat C1 yang terdiri dari 3 sub fraksi, yaitu: C1q
(yang berikatan dengan reseptor), C1r, C1s.
b. Fase Aktifasi
C1s bereaksi dengan C4 dan C2 membentuk C142, kompleks
C142 bersifat aktif sebagai enzim, disebut C3 konvertase lalu
memecah C3 menjadi 2 sub unit, yaitu :
• Sub unit kecil C3A yang dilepas ke dalam cairan tubuh
• Sub unit besar C3B yang bekerja sebagai enzim terhadap
C5+C6+C7 menghasilkan kompleks trimolekul C567 aktif
c. Fase Efektor
C567 yang bekerja sebagai enzim, mengaktifkan faktor titik dari
C8 dan C9 sehingga membentuk C89 yang secara aktif
melisiskan membran sel (membran attack complex)
2. Aktifasi Komplemen Jalur Alternatif
Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi
tanpa melalui tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1
,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan antibodi IgG dan IgM.
Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus
menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan
H2O2 ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di
dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan
C3b. Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah
kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi
pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I sehingga
proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses penghancuran,
dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif
ini dapat dilarutkan dalam plasma.
Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat (mikroorganisme,
polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular) yang dapat
mengikat dan melindungi C3b dan menstabilkan C3 konvertase
sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari
pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi
komplemen selanjutnya. C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar
akan berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan
berikatan dengan C3b yang berada pada permukaan membran sel
dan selanjutnya oleh fragmen C3 konvertase yang aktif akan dipecah
menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada
jalur altematif (kompleks serangan membran)
2.3 Defisiensi Komplemen
2.3.1 Pengertian
Rangkaian protein serum enzimatik yang bersirkulasi dengan
sembilan

komponen

fungsional

menyusun

komplemen.

Ketika

imunoglobulin (Ig) G atau IgM bereaksi terhadap antigen sebagai
bagian dari respons imun, protein tersebut mengawali saluran
komplemen

klasik.

Kemudian,

komplemen

bergabung

dengan

kompleks antigen-antibodi dan menjalani rangkaian reaksi yang
memperkuat respons imun terhadap antigen (proses kompleks yang
fiksasi

komplemen).

Defisiensi

atau

disfungsi

komplemen

meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi akibat kelainan fagositosis
bakterial; bisa juga berkaitan dengan gangguan auto imun tertentu.
Defisiensi komplemen primer jarang terjadi. Bentuk yang paling umum
adalah defisiensi C1, C2, dan C4 dan disfungsi familial C5.
Keabnormalan komplemen yang lebih sekunder telah dipastikan
pada

pasien

terpilih

yang

mengalami

lupus

eritematosus,
dermatomiositis, skleroderma, infeksi gonokokal dan meningokokal.
Prognosisnya bervariasi menurut keabnormalan dan keparahan penyakit
yang berkaitan

2.3.2 Penyebab Defisiensi Komplemen (Complement Deficiencies)
a. Defisiensi kompelemen primer : sifat resesif autosomal turun
temurun (kecuali defisiensi inhibitor esterase C1 yang disebabkan
oleh sifat dominan autosomal)
b. Defisiensi sekunder : reaksi imunologis penetapan komplemen
(complement fixing) misalnya penyakit serum terpicu obat,
glomerulonefritis streptokokal akut, dan lupus eritematosus sistemik
aktif akut
2.3.3 Tanda Dan Gejala
a. Defisiensi C1 dan C3 dan disfungsi familial C5 : meningkatnya
suseptibilitas terhadap infeksi bakteri (yang bisa melibatkan
beberapa sistem tubuh secara simultan)
b. Defisiensi C2 dan C4 : penyakit vaskular kolagen, misalnya lupus
eritematosus dan disertai gagal ginjal kronis
c. Disfungsi C5 (kelainan familial pada bayi) : gagal tumbuh, diare,
dan dermatitis seboroik
d. Kelainan dalam komponen terakhir dari jenis komplemen (C5
sampai C9) : meningkatnya suseptibilitas terhadap infeksi neisseria.
e. Defisiensi

inhibitor

esterase

C1

(angioderma

herediter)

:

pembengkakkan secara periodik di wajah, tangan, abdomen, atau
tenggorokan, disertai edema laringeal yang bisa berakibat fatal
2.3.4 Uji Diagnostik
a. Kadar komplemen serum total rendah pada berbagai defisiensi
komplemen
b. Uji spesifik digunakan untuk memastikan defisiensi komponen
komplemen spesifik (misalnya deteksi komponen komplemen dan
IgG dengan pemeriksaan imunofluoresen pada jaringan glomerular
dalam glomerulonefritis menunjukkan defisiensi komplemen dengan
kuat)
2.3.5 Tindakan Penanganan
Penanganan dilakukan terutama untuk infeksi yang berkaitan,
penyakit vaskular kolagen, atau penyakit ginjal. Penanganan ini
meliputi:
1. Transfusi plasma beku dan segar digunakan untuk menggantikan
komponen komplemen untuk sementara waktu
2. Transplantasi

sumsum

tulang

bisa

membantu

tetapi

bisa

menyebabkan reaksi graf versus penerima (graft-versus-bost-GVH)
yang berpotensi fatal
3. Steroid anabolik, misalnya danazol, dan agens antifibrinolitik bisa
digunakan untuk meredakan pembengkakkan akut pada pasien yang
mengalami angiedema herediter.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
•

Imunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana
sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih
sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih
lama dari biasanya

•

Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi
berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan
sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi

•

Penyebab Defisiensi Komplemen (Complement Deficiencies)
1. Defisiensi kompelemen primer : sifat resesif autosomal turun temuru)
2. Defisiensi sekunder : glomerulonefritis streptokokal akut, dan lupus
eritematosus sistemik aktif akut

•

Penanganan dilakukan terutama untuk infeksi yang berkaitan, penyakit
vaskular kolagen, atau penyakit ginjal, yaitu : transfusi plasma beku dan
segar , transplantasi sumsum tulang, steroid anabolik.
DAFTAR PUSTAKA

Allergi Online Clinic. Imunologi Dasar: Sistem Komplemen. Tersedia:
http://allergyclinic.wordpress.com/2012/02/01/imunologi-dasar-sistemkomplemen/ Diunduh pada : 28 November 2012. 19:00
IN SEHAT. Defisiensi Komplemen. Tersedia :
http://in-sehat.blogspot.com/2012/10/defisiensi-komplemen.html
Diunduh pada : 28 November 2012, 20:00
Scribd. IMMUNODEFICIENCY (DEFISIENSI IMUN). Tersedia:
http://id.scribd.com/doc/53420283/imunodefisiensi
Diunduh pada : 28 November 2012, 20:10
Galang galih. Imunodefisiensi. Tersedia :
http://galanggalih.blogspot.com/2012/09/imunodefisiensi.html
Diunduh pada : 30 November 2012, 19:00

More Related Content

What's hot

Vitamin
VitaminVitamin
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Abdul Hakim
 
Hormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagonHormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagon
Rolly Scavengers
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Nesha Mutiara
 
Vitamin larut air
Vitamin larut airVitamin larut air
Vitamin larut air
Muhammad Luthfan
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasiwidipta
 
Ppt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotikPpt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotik
Widdya Anggraini
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosis
panal1
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
AstriedAmalia
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
PRAMITHA GALUH
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
Fadhol Romdhoni
 
Vitamin A
Vitamin AVitamin A
Vitamin A
Candra Wiguna
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
Lestari Moerdijat
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1tristyanto
 
imunoserologi
imunoserologiimunoserologi
imunoserologi
afifahirbah
 
Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineralVitamin dan mineral
Vitamin dan mineral
Asyifa Robiatul adawiyah
 
Imunodefisiensi
ImunodefisiensiImunodefisiensi
Imunodefisiensi
Ariyanto Harsono
 
Ppt efek samping obat
Ppt efek samping obat Ppt efek samping obat
Ppt efek samping obat
putrirahayu62
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
Dokter Tekno
 

What's hot (20)

Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan AutoimnitasToleransi Imunologik dan Autoimnitas
Toleransi Imunologik dan Autoimnitas
 
Hormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagonHormon insulin dan glukagon
Hormon insulin dan glukagon
 
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul HemostatikFormulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
Formulasi Sediaan Steril Injeksi Ampul Hemostatik
 
Vitamin larut air
Vitamin larut airVitamin larut air
Vitamin larut air
 
Inflamasi
InflamasiInflamasi
Inflamasi
 
Ppt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotikPpt mekanisme kerja antibiotik
Ppt mekanisme kerja antibiotik
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosis
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
CARIK CELUP URINE (REFLACTAN)
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
Vitamin A
Vitamin AVitamin A
Vitamin A
 
Memahami Autoimun
Memahami AutoimunMemahami Autoimun
Memahami Autoimun
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
imunoserologi
imunoserologiimunoserologi
imunoserologi
 
Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineralVitamin dan mineral
Vitamin dan mineral
 
Imunodefisiensi
ImunodefisiensiImunodefisiensi
Imunodefisiensi
 
Ppt efek samping obat
Ppt efek samping obat Ppt efek samping obat
Ppt efek samping obat
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 

Similar to 150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen

Imunologi das10
Imunologi das10Imunologi das10
Imunologi das10
lilin rosyanti
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMJM Networks
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
MJM Networks
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Catatan Medis
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
desiaulia7
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
desiaulia7
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
AgusMardiyanto3
 
Sistem Imun.pptx
Sistem Imun.pptxSistem Imun.pptx
Sistem Imun.pptx
KaizoAoiFuuma
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
Septian Muna Barakati
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
Warnet Raha
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
Septian Muna Barakati
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
Operator Warnet Vast Raha
 
Sistemimun revisi
Sistemimun revisiSistemimun revisi
Sistemimun revisi
Annisa Khoerunnisya
 
Makalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulinMakalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulin
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulinMakalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulin
Warnet Raha
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to 150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen (20)

Imunologi das10
Imunologi das10Imunologi das10
Imunologi das10
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
 
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan SelulerDiscussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
Discussion Notes 1 : Respon Imun Bawaan Seluler
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
 
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuhBahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
Bahan ajar 2 imunitas dalam tubuh
 
Sistem imun
Sistem imunSistem imun
Sistem imun
 
Sistem Imun.pptx
Sistem Imun.pptxSistem Imun.pptx
Sistem Imun.pptx
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah hipersensitivitas (2)
Makalah hipersensitivitas (2)Makalah hipersensitivitas (2)
Makalah hipersensitivitas (2)
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Wordsensitif
WordsensitifWordsensitif
Wordsensitif
 
Sistemimun revisi
Sistemimun revisiSistemimun revisi
Sistemimun revisi
 
Sistemimun revisi
Sistemimun revisiSistemimun revisi
Sistemimun revisi
 
Makalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulinMakalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulin
 
Makalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulinMakalah macam macam imunoglobulin
Makalah macam macam imunoglobulin
 
Makalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitasMakalah hipersensitivitas
Makalah hipersensitivitas
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
Operator Warnet Vast Raha
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
Operator Warnet Vast Raha
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

150095252 makalah-imser-imunodefisiensi-komplemen

  • 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di akhir abad ke 19, serum darah telah diketahui mengandung suatu faktor atau cara yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri. Pada tahun 1896, Jules Bordet, ilmuwan muda Belgia dari Pasteur Institute, Paris, mendemonstrasikan bahwa prinsip ini bisa dianalisis menggunakan dua komponen: komponen panas-tetap dan komponen panas-labil. Panas-labil menunjukkan bahwa komponen akan kehilangan kemampuannya jika serum dipanaskan. Komponen panas-tetap ada untuk memberikan kekebalan melawan mikroorganisme spesifik, sedangkan komponen panas-labil bertanggung jawab terhadap aktivitas mikrobial non-spesifik yang dimiliki serum. Komponen panas-labil ini adalah yang disebut “komplemen”. Istilah “komplemen” diperkenalkan oleh Paul Ehrlich di akhir tahun 1980an, sebagai bagian dari teorinya mengenai sistem kekebalan. Menurut teorinya, sistem kekebalan terdiri dari berbagai sel yang memiliki reseptor spesifik pada permukaannya untuk mengenali antigen. Pasca imunisasi dengan antigen, lebih banyak reseptor terbentuk, lalu reseptor itu mengalir dari sel ke aliran sirkulasi darah. Reseptor ini, yang saat ini kita kenal dengan nama “antibodi”, disebut oleh Ehrlich sebagai “amboceptor” untuk menekankan fungsi ganda reseptor dalam melakukan pengikatan. Reseptor tesebut mampu mengenali dan mengikat antigen spesifik, namun mereka juga mampu mengenali dan mengikat komponen antimikrobial panas-labil dari serum. Ehrlich lalu menamakan komponen panas-labil ini “komplemen” karena ini adalah sesuatu dalam darah yang menjadi komplemen sel pada sistem kekebalan. Ehrlich percaya bahwa setiap amboceptor antigen spesifik memiliki komplemen yang spesifik, di mana Bordet percaya bahwa sebenarnya hanya
  • 2. ada satu tipe komplemen. Di awal abad ke 20, kontroversi ini terselesaikan ketika ditemukan bahwa komplemen bisa beraksi berpasangan dengan antibodi spesifik atau secara sendirian secara non-spesifik. 1.2 Ruang Lingkup Dalam penyusunan makalah ini ruang lingkup yang akan dibahas adalah pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan dan uji diagnostik dari imunodefisiensi komplemen 1.3 Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode kepustakaan ditunjang dengan teknik pengumpulan data. Dimana di dalam pembuatan makalah ini kami mencari sumber masalah dengan mengkaji beberapa sumber buku di perpustakaan serta browsing melalui internet. 1.4 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini, diantaranya adalah : 1. Memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Imunoserologi II 2. Untuk lebih memahami tentang Imunodefisiensi Komplemen 3. Menambah pengetahuan dan wawasan 4. Saling bertukar informasi
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Imunodefisiensi Imunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya. Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir, anak-anak maupun dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik, maka kemungkinan masalahnya terletak pada sistem kekebalan. Gangguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau infeksi virus, jamur atau bakteri yang tidak biasa. Gangguan imunodefisiensi dapat disebabkan oleh defek atau defisiensi pada sel-sel fagositik, limfosit B, limfosit T atau komplemen. 2.2 Sistem Komplemen 2.2.1 Pengertian Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus bereaksi terhadap antigen tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari patogen. Oleh karena itu sistem komplemen dianggap merupakan bagian dari sistem kekebalan turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu beberapa protein komplemen, sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem kekebalan humoral. Sistem komplemen adalah suatu sistem yang terdiri dari seperangkat kompleks protein yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Pada kedaan normal komplemen beredar di sirkulasi. darah dalam
  • 4. keadaan tidak aktif, yang setiap saat dapat diaktifkan melalui dua jalur yang tidak tergantung satu dengan yang lain, disebut jalur klasik dan jalur alternatif. Aktivasi sistem komplemen menyebabkan interaksi berantai yang menghasilkan berbagai substansi biologik aktif yang diakhiri dengan lisisnya membran sel antigen. Aktivasi sistem komplemen tersebut selain bermanfaat bagi pertahanan tubuh, sebaliknya juga dapat membahayakan bahkan mengakibatkan kematian, hingga efeknya disebut seperti pisau bermata dua. Bila aktivasi komplemen akibat endapan kompleks antigen-antibodi pada jaringan berlangsung terusmenerus, akan terjadi kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan penyakit 2.2.2 Fungsi Komplemen 1. Mencerna sel, bakteri, dan virus 2. Opsonisasi, yaitu memicu fagositosis antigen partikulat 3. Mengikat reseptor komplemen spesifik pada sel pada sistem kekebalan, memicu fungsi sel spesifik, inflamasi, dan beberapa molekul imunoregulator 4. Pembersihan imun, yaitu memindahkan sisa-sisa bahan imunitas dari sistem kekebalan dan menimbunnya di limpa dan hati
  • 5. 2.2.3 Aktifasi Komplemen 1. Aktifasi Komplemen Jalur Klasik a. Fase Pengenalan Pada fase ini terjadi interaksi antara komponen C1 dengan reseptor pada Fc antibodi. Setelah antibosi berikatan dengan antigen yang sesuai maka reseptor pada Fc antibodi menjadi aktif dan dapat mengikat C1 yang terdiri dari 3 sub fraksi, yaitu: C1q (yang berikatan dengan reseptor), C1r, C1s. b. Fase Aktifasi C1s bereaksi dengan C4 dan C2 membentuk C142, kompleks C142 bersifat aktif sebagai enzim, disebut C3 konvertase lalu memecah C3 menjadi 2 sub unit, yaitu : • Sub unit kecil C3A yang dilepas ke dalam cairan tubuh • Sub unit besar C3B yang bekerja sebagai enzim terhadap C5+C6+C7 menghasilkan kompleks trimolekul C567 aktif c. Fase Efektor C567 yang bekerja sebagai enzim, mengaktifkan faktor titik dari C8 dan C9 sehingga membentuk C89 yang secara aktif melisiskan membran sel (membran attack complex) 2. Aktifasi Komplemen Jalur Alternatif Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak memerlukan antibodi IgG dan IgM. Pada keadaan normal ikatan tioester pada C3 diaktifkan terus menerus dalam jumlah yang sedikit baik melalui reaksi dengan H2O2 ataupun dengan sisa enzim proteolitik yang terdapat sedikit di dalam plasma. Komplemen C3 dipecah menjadi frclgmen C3a dan C3b. Pada keadaan normal reaksi ini berjalan terus dalam jumlah kecil sehingga tidak terjadi aktivasi komplemen selanjutnya. Lagi pula C3b dapat diinaktivasi oleh faktor H dan faktor I sehingga
  • 6. proses aktivasi ini C3b akan terlindungi dari proses penghancuran, dan selanjutnya dengan pengaruh tripsin zat yang sudah tidak aktif ini dapat dilarutkan dalam plasma. Tetapi bila pada suatu saat ada bahan atau zat (mikroorganisme, polisakarida (endotoksin, zimosan), dan bisa ular) yang dapat mengikat dan melindungi C3b dan menstabilkan C3 konvertase sehingga jumlahnya menjadi banyak, maka C3b yang terbentuk dari pemecahan C3 menjadi banyak pula, dan terjadilah aktivasi komplemen selanjutnya. C3b yang dihasilkan dalam jumlah besar akan berikatan pada permukaan membran sel. Komplemen C5 akan berikatan dengan C3b yang berada pada permukaan membran sel dan selanjutnya oleh fragmen C3 konvertase yang aktif akan dipecah menjadi C5a dan C5b. Reaksi selanjutnya seperti yang terjadi pada jalur altematif (kompleks serangan membran) 2.3 Defisiensi Komplemen 2.3.1 Pengertian Rangkaian protein serum enzimatik yang bersirkulasi dengan sembilan komponen fungsional menyusun komplemen. Ketika imunoglobulin (Ig) G atau IgM bereaksi terhadap antigen sebagai bagian dari respons imun, protein tersebut mengawali saluran komplemen klasik. Kemudian, komplemen bergabung dengan kompleks antigen-antibodi dan menjalani rangkaian reaksi yang memperkuat respons imun terhadap antigen (proses kompleks yang fiksasi komplemen). Defisiensi atau disfungsi komplemen meningkatkan suseptibilitas terhadap infeksi akibat kelainan fagositosis bakterial; bisa juga berkaitan dengan gangguan auto imun tertentu. Defisiensi komplemen primer jarang terjadi. Bentuk yang paling umum adalah defisiensi C1, C2, dan C4 dan disfungsi familial C5. Keabnormalan komplemen yang lebih sekunder telah dipastikan pada pasien terpilih yang mengalami lupus eritematosus,
  • 7. dermatomiositis, skleroderma, infeksi gonokokal dan meningokokal. Prognosisnya bervariasi menurut keabnormalan dan keparahan penyakit yang berkaitan 2.3.2 Penyebab Defisiensi Komplemen (Complement Deficiencies) a. Defisiensi kompelemen primer : sifat resesif autosomal turun temurun (kecuali defisiensi inhibitor esterase C1 yang disebabkan oleh sifat dominan autosomal) b. Defisiensi sekunder : reaksi imunologis penetapan komplemen (complement fixing) misalnya penyakit serum terpicu obat, glomerulonefritis streptokokal akut, dan lupus eritematosus sistemik aktif akut 2.3.3 Tanda Dan Gejala a. Defisiensi C1 dan C3 dan disfungsi familial C5 : meningkatnya suseptibilitas terhadap infeksi bakteri (yang bisa melibatkan beberapa sistem tubuh secara simultan) b. Defisiensi C2 dan C4 : penyakit vaskular kolagen, misalnya lupus eritematosus dan disertai gagal ginjal kronis
  • 8. c. Disfungsi C5 (kelainan familial pada bayi) : gagal tumbuh, diare, dan dermatitis seboroik d. Kelainan dalam komponen terakhir dari jenis komplemen (C5 sampai C9) : meningkatnya suseptibilitas terhadap infeksi neisseria. e. Defisiensi inhibitor esterase C1 (angioderma herediter) : pembengkakkan secara periodik di wajah, tangan, abdomen, atau tenggorokan, disertai edema laringeal yang bisa berakibat fatal 2.3.4 Uji Diagnostik a. Kadar komplemen serum total rendah pada berbagai defisiensi komplemen b. Uji spesifik digunakan untuk memastikan defisiensi komponen komplemen spesifik (misalnya deteksi komponen komplemen dan IgG dengan pemeriksaan imunofluoresen pada jaringan glomerular dalam glomerulonefritis menunjukkan defisiensi komplemen dengan kuat) 2.3.5 Tindakan Penanganan Penanganan dilakukan terutama untuk infeksi yang berkaitan, penyakit vaskular kolagen, atau penyakit ginjal. Penanganan ini meliputi: 1. Transfusi plasma beku dan segar digunakan untuk menggantikan komponen komplemen untuk sementara waktu 2. Transplantasi sumsum tulang bisa membantu tetapi bisa menyebabkan reaksi graf versus penerima (graft-versus-bost-GVH) yang berpotensi fatal 3. Steroid anabolik, misalnya danazol, dan agens antifibrinolitik bisa digunakan untuk meredakan pembengkakkan akut pada pasien yang mengalami angiedema herediter.
  • 9. BAB III PENUTUP Kesimpulan • Imunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya • Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang sebagai enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan humoral untuk melindungi tubuh dari infeksi • Penyebab Defisiensi Komplemen (Complement Deficiencies) 1. Defisiensi kompelemen primer : sifat resesif autosomal turun temuru) 2. Defisiensi sekunder : glomerulonefritis streptokokal akut, dan lupus eritematosus sistemik aktif akut • Penanganan dilakukan terutama untuk infeksi yang berkaitan, penyakit vaskular kolagen, atau penyakit ginjal, yaitu : transfusi plasma beku dan segar , transplantasi sumsum tulang, steroid anabolik.
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Allergi Online Clinic. Imunologi Dasar: Sistem Komplemen. Tersedia: http://allergyclinic.wordpress.com/2012/02/01/imunologi-dasar-sistemkomplemen/ Diunduh pada : 28 November 2012. 19:00 IN SEHAT. Defisiensi Komplemen. Tersedia : http://in-sehat.blogspot.com/2012/10/defisiensi-komplemen.html Diunduh pada : 28 November 2012, 20:00 Scribd. IMMUNODEFICIENCY (DEFISIENSI IMUN). Tersedia: http://id.scribd.com/doc/53420283/imunodefisiensi Diunduh pada : 28 November 2012, 20:10 Galang galih. Imunodefisiensi. Tersedia : http://galanggalih.blogspot.com/2012/09/imunodefisiensi.html Diunduh pada : 30 November 2012, 19:00