SlideShare a Scribd company logo
TUMOR MEDULA SPINALIS


I.          DEFINISI
       Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang
       belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena
       keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia
       anderson, 1995)


II.         KLASIFIKASI
       a.       Tumor Intradural
            Berbeda     dengan     tumor ekstradural    tumor intradural   pada
            umumnya jinak.
            -           Tumor Ekstramedular
                Terletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian
                besar tumor di daerah ini merupakan neurofibroma atau
                meningioma jinak
            -           Tumor Intramedular
                Berasal dari dalam medula spinalis itu sendiri.
       b.       Tumor Ekstradural
             Tumor ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi
                 primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal, dan
                 lambung
             Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna
                 vertebralis atau dari dalam ruangan ekstradural. Neoplasma
                 ekstradural dalam ruangan ekstradural biasanya karsinoma
                 dan limfoma metastase.


III.        MANIFESTASI KLINIK
                           Tumor ekstradural
            -           Nyeri yang digambarkan sebagai konstan dan terbatas
                pada daerah tumor diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut
                pola dermatom
            -           Nyeri paling hebat pada malam hari dan menjadi lebih
                hebat oleh gerakan tulang belakang dan istirahat baring
            -           Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengedan
-            Nyeri dapat berlangsung selama beberapa minggu
              atau bulan sebelum keterlibatan medula spinalis.
          -            Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali
          -            Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar
          -            Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat
              menjadi paraplegia yang irreversible
          -            Gangguan buang air besar dan buang air kecil
                         Tumor intradural
          Perjalanan klinis dapat lebih lambat dan berlangsung selama
          berbulan-bulan.
          -            Berkurangnya persepsi nyeri dan suhu kontralateral
              dibawah tingkat lesi
          -            Penderita mengeluh nyeri, mula mula pada punggung
              dan kemudian sepanjang akar-akar spinal
          -            Nyeri diperhebat oleh gerakan, batuk, bersin, atau
              mengedan dan paling berat pada malam hari ( nyeri pada
              malam hari disebabkan oleh traksi pada akar-akar yang sakit,
              yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya
              efek pemendekan dari gravitasi.
          -            Parestesia    dan     berlanjutnya   defisit   sensorik
              proprioseptif


IV.       ETIOLOGI
      Faktor Resiko tumor dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden
      meningkat seiring dengan pertambahan usia, faktor resiko akan
      meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu (Okrionitil,
      tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa
      dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor,
      penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis.


V.        PATOFISIOLOGI
      Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh
      kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis
      dan terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala
      tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan,
adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor
      medula spinalis jinak.
      Terutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra
      medula.    Tumor     sekunder   atau    tumor    metastase    dapat   juga
      mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang
      belakang
      Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya
      menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor
      bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan
      tingkat akardan medula spinalis yang terserang. Karena tumor
      membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan
      dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori
      dibawah lesi/tumor
      Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering
      menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk
      hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula
      fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan.
      Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi.
      Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik
      berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun.
      Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang,
      termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine. (Long C, Barbara,
      1996)


VI.       PENATALAKSANAAN
                          Stabilisasi : fusi spinal
                          Pengobatan : relaksan otot, transquilizer, anti
          koagulan, laksatif, antasida dan steroid.
                          Tumor Ekstradural
          -          Laminektomie
          -          Hormon,      radiasi     dan      kemoterapi   merupakan
              pengobatan tambahan
                          Tumor Intradural
          -          Pengangkatan dengan pembedahan
VII.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
   Pemeriksaan diagnostik secara umum dapat dilakukan :
          Pemeriksaan sinar X
          CT. Scan
          MRI
          Analisa Gas Darah
          Elektrolit
          Tumor Ekstradural
       -            Radiogram tulang belakang
           Akan memperlihatkan osteoporosis atau kerusakan nyata pada
           korpus vertebra dan pedikel
       -            Myelogram
           Memastikan lokalisasi tumor
       -            Pemeriksaan LCS
           Akan memperlihatkan peningkatan kadar protein dan kadar
           glukosa yang normal
          Tumor Intradural
       -            Radiogram      tulang     punggung   memperlihatkan
           pembesaran foramen dan penipisan pedikel yang berdekatan
       -            Myelogram
           Menentukan lokalisasi yang cepat
ASUHAN KEPERAWATAN
I.        Pengkajian
     a.      Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
          alamat, golongan darah, penghasilan
     b.      Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia
          tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului
          seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala
          mulai timbul
     c.      Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang
          keseimbangan.      Tanda     :   perubahan     kesadaran,     letargi,
          hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan,
          perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi
          tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan
          latihan
     d.      Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas.
          Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal,
          perubahan frekuensi jantung.
     e.      Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku
          atau kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium,
          agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
     f.      Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami
          gangguan fungsi.
     g.      Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan
          mengalami perubahan sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektil),
          gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
     h.      Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus,
          kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas,
          gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan
          kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan
          pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan
          penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak
          seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese,
          quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan
     i.      Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas
          yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai,
respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak
            bisa istirahat / tidur.
       j.      Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas
            meningkat, dispnea, potensial obstruksi.
       k.      Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
       l.      Sistem     Motorik     :   scaning   speech,   hiperekstensi   sendi,
            kelemahan
       m.      Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk,
            karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda :
            demam, ruam kulit, ulserasi
       n.      Seksualitas,     Gejala: masalah pada seksual (dampak pada
            hubungan, perubahan tingkat kepuasan)
       o.      Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat
            perkawinan (kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
            ( Doenges, 2000 )


II.         Masalah keperawatan
       -                 Kelumpuhan
       -                 Gangguan sensibilitas
       -                 Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor
            servical tinggi
       -                 Gangguan sistem cerna
       -                 Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil
       -                 Perawatan        khusus    rehabilitasi   bagi   penderita
            instabilitas tulang punggung


III.        Diagnosa keperawatan
1. Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai
       dengan : menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri,
       pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi
       sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada
       diri sendiri, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur, menarik diri
       secara fisik
       Kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjuKkan
       perilaku untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri
Intervensi :
   a. Kaji keluhan nyeri
   b. Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah,
        gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi
        jantung, pernapasan dan tekanan darah.
   c. Anjurkan untuk istirahat denn tenang
   d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai
        kebutuhan
   e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien
        dapat toleransi terhadap sentuhan
   f.   Sarankana pasien untuk menggnakan persyaratan positif “ saya
        sembuh “ atau “ saya suka hidup ini “
   g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi
   h. Berikan antiemetiksesuai indikasi


2. Defisit perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang
   b. d gangguan neurofisiologis.
   Kriteria hasil : kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi, kebutuhan
   nutrisi dan cairan terpenuhi, kebutuhan eliminasi terpenuhi, kebutuhan
   higiene oral, muka terpenuhi, latihan rentang gerak aktif dan psif
   dilakukan.
   Intervensi :
   a.               Kaji tingkat kemampuan yang berhubungan dalam
        melakukan kebutuhan perawatan diri
   b.               Bantu saat pasien makan sesuai kebutuhan
   c.               Lakukan perawatan kateter setiap hari
   d.               Lakukan higiene oral setiap hari
   e.               Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk ekstremitas
   f.               Bantu dan ajarkan latihan pembentukan otot sesuai
        indikasi : boneka untuk latihan memeras, bola karet.
   g.               Lakukan perawatan kulit : gosok punggung
   h.               Berikan higiene secara total sesuai indikasi
   i.               Berikan bantuan nutrisi sesuai pesanan : konsulkan
        dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan
j.               Jelaskan pentingnya perawatan diri.
3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris,
   transmisi dan atau integrasi ( trauma atau defisit neurologis ), ditandai
   dengan      disorientasi,     perubaan   respon   terhadap     rangsang,
   inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius
   dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir,
   respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku
   Kriteria hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan
   fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan
   adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya
   hidup.
   Intervensi :
   a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif,
       sensoris dan proses pikir
   b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin,
       benda tajam atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak
       tubuh, perhatkian adanya masalah penglihatan
   c. Observasi repon perilaku
   d. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan
   e. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil,
       pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan psikologis
   Kolaborasi :
   f. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB
   g. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi
4. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai
   dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise,
   atrofi otot dan kontraktur.
  Kriteria hasil : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak
  adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh
  yang sakit / kompensasi, mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang
  memungkinkan melakuakn kembali aktivitas
  Intervensi :
  a.               Kaji rasa nyeri, kemerahan, bengkak, ketegangan otot
       jari.
b.              Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta
       pertolongan , seperti : bel atau lampu pemanggil
  c.              Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas
       dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut. Lakukan
       hiperekstensi pada paha secara teratur
  d.              Letakkan tangan dalam posisi kedalam ( melipat )
  e.              Tinggikan ekstremitas bawah beberapa saat sewaktu
       duduk atau angkat kaki
  f.              Buat rencana aktivitas untuk pasin sehingga pasien
       dapat beristirahat tanpa terganggu
  g.              Berikan posisi alih baring setiap 2 jam
  h.              Monitor tanda-tanda vital
  i.              Konsultasikan dengan ahli fisioterapi
5. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan
   neurovaskuler, kerusakan kognitif.
   Kriteria hasil: pasien dapat dipertahanakan pola nafas efektif, bebas
   sianosis, dengan GDA dan tanda-tanda vital dalam batas normal,
   bunyi nafas jelas saat dilakukan auskultasi, tidak terdapat tanda
   distress pernafasan
   Intervensi :
   a. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman
       pernapasan
   b. Auskultasi bunyi pernafasan
   c. Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miring sesuai
       indikasi
   d. Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar
   e. Kaji kemampuan dan kualitas batuk
   f. Monitor tanda-tanda vital
   g. Waspada bahwa trakeostomie mungkundilakukan bila ada indikasi
   h. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10
       – 15 detik, catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret
   i. Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif
   j. Berikan O2 sesuai indikasi
   k. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi
SUMBER PUSTAKA


Long C, Barbara. Perawatan Medikal Bedah. Volume 2. Bandung: Yayasan
   IAPK Pajajaran; 1996
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner &
   Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
   8.Volume 3. Jakarta : EGC; 2002
Padmosantjojo, R.M, Keperawatan bedah saraf, bagian bedah saraf, FKUI,
   2000
Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3
   , EGC, jakarta
Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997,            Diagnosa
   Keperawatan , ed 6, EGC, Jakarta
Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC,
   jakarta
Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik
   proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta

More Related Content

What's hot

Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
rezky ilhamsyah
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
fikri asyura
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
SofiaNofianti
 
Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun
Bryce Maria Brigitha
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
fikri asyura
 
askep miokarditis
askep miokarditisaskep miokarditis
askep miokarditis
younkOyounk
 
Askep leukemia
Askep leukemia Askep leukemia
Askep leukemia
Amnita Ginting
 
Makalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingMakalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingKANDA IZUL
 
SISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADHSISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADH
putri081
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhfDwi Andini
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Sri Nala
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
UIN Alauddin Makassar
 
Komplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetesKomplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetes
fikri asyura
 
Demensia
DemensiaDemensia
Demensia
fikri asyura
 
Askep addison disease
Askep addison diseaseAskep addison disease
Askep addison disease
Sri Nala
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
Victor Madritsta
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
Sri Nala
 

What's hot (20)

Supraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardiSupraventrikuler takikardi
Supraventrikuler takikardi
 
Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
how it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitushow it happened diabetes melitus
how it happened diabetes melitus
 
Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun
 
Hashimoto disease
Hashimoto diseaseHashimoto disease
Hashimoto disease
 
Tumor tulang shb
Tumor tulang shbTumor tulang shb
Tumor tulang shb
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
askep miokarditis
askep miokarditisaskep miokarditis
askep miokarditis
 
Askep leukemia
Askep leukemia Askep leukemia
Askep leukemia
 
Makalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushingMakalah sindrom cushing
Makalah sindrom cushing
 
SISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADHSISTEM REGULASI HORMON ADH
SISTEM REGULASI HORMON ADH
 
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
 
Patofisiologi dhf
Patofisiologi dhfPatofisiologi dhf
Patofisiologi dhf
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
 
Komplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetesKomplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetes
 
Demensia
DemensiaDemensia
Demensia
 
Askep addison disease
Askep addison diseaseAskep addison disease
Askep addison disease
 
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
KMB SLE (Sistemik Lupus Eritematosus)
 
Askep Chusing Sindrom
Askep Chusing SindromAskep Chusing Sindrom
Askep Chusing Sindrom
 

Viewers also liked

Asuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalis
Asuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalisAsuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalis
Asuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalis
Eka Putri
 
Tumor otak
Tumor otakTumor otak
Tumor otak
Helmon Chan
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
Wawan Akibu
 
Stournaras-pmi-greece-march-2012
Stournaras-pmi-greece-march-2012Stournaras-pmi-greece-march-2012
Stournaras-pmi-greece-march-2012
12PM Consulting
 
Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeKANDA IZUL
 
Peripheral neuropathy
Peripheral neuropathyPeripheral neuropathy
Peripheral neuropathySanjay Bhat
 

Viewers also liked (13)

Asuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalis
Asuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalisAsuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalis
Asuhan keperawatan secara teoritis cedera medula spinalis
 
Askep Kwashiorkor
Askep KwashiorkorAskep Kwashiorkor
Askep Kwashiorkor
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
kanker otak
kanker otakkanker otak
kanker otak
 
Lumbal punksi
Lumbal punksiLumbal punksi
Lumbal punksi
 
Tumor otak
Tumor otakTumor otak
Tumor otak
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
 
Stournaras-pmi-greece-march-2012
Stournaras-pmi-greece-march-2012Stournaras-pmi-greece-march-2012
Stournaras-pmi-greece-march-2012
 
Tumor otak 1
Tumor otak 1Tumor otak 1
Tumor otak 1
 
Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan stroke
 
Peripheral neuropathy
Peripheral neuropathyPeripheral neuropathy
Peripheral neuropathy
 

Similar to Askep tumor medula spinalis

Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Stiawan Akbar
 
Diagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otakDiagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otak
Christian Egia Sebayang
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
sandylabulu1
 
PENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptx
PENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptxPENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptx
PENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptx
NimfaChristinaRWibow
 
neuropati diabetik ku.ppt
neuropati diabetik ku.pptneuropati diabetik ku.ppt
neuropati diabetik ku.ppt
AriandindiAriandi
 
SGD 15 SKENARIO 4 (1).pptx
SGD 15 SKENARIO 4 (1).pptxSGD 15 SKENARIO 4 (1).pptx
SGD 15 SKENARIO 4 (1).pptx
sabrina300533
 
Movement disorder. steven martin f
Movement disorder. steven martin fMovement disorder. steven martin f
Movement disorder. steven martin f
UmmuDiyah
 
Askep hernia nukleus pulposus
Askep hernia nukleus pulposusAskep hernia nukleus pulposus
Askep hernia nukleus pulposusStiawan Akbar
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2
Ekky Rahmawan
 
kanker tulang
kanker tulangkanker tulang
kanker tulang
AndrianusSudarmono2
 
Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA
Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA
Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
LAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptx
LAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptxLAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptx
LAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptx
HikayatWahyu
 
Tumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaa
Tumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaaTumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaa
Tumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaa
KikieRizkyHening
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
Yulia mar'atuzzakiyah
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
Yulia mar'atuzzakiyah
 

Similar to Askep tumor medula spinalis (20)

Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )
 
Diagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otakDiagnosis tumor otak
Diagnosis tumor otak
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
PENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptx
PENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptxPENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptx
PENYAKIT_DAN_GANGGUAN_SYARAF.pptx
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
neuropati diabetik ku.ppt
neuropati diabetik ku.pptneuropati diabetik ku.ppt
neuropati diabetik ku.ppt
 
SGD 15 SKENARIO 4 (1).pptx
SGD 15 SKENARIO 4 (1).pptxSGD 15 SKENARIO 4 (1).pptx
SGD 15 SKENARIO 4 (1).pptx
 
Movement disorder. steven martin f
Movement disorder. steven martin fMovement disorder. steven martin f
Movement disorder. steven martin f
 
Hemiparesis
HemiparesisHemiparesis
Hemiparesis
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 
Askep hernia nukleus pulposus
Askep hernia nukleus pulposusAskep hernia nukleus pulposus
Askep hernia nukleus pulposus
 
Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2Neuromusculer d dan neuropati 2
Neuromusculer d dan neuropati 2
 
SGB
SGBSGB
SGB
 
A
AA
A
 
kanker tulang
kanker tulangkanker tulang
kanker tulang
 
Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA
Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA
Meningitis pwr poin AKPER PEMKAB MUNA
 
LAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptx
LAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptxLAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptx
LAPSUS Tumor Cerebry Hikayat Wahyu Ramadani 19710077.pptx
 
Tumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaa
Tumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaaTumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaa
Tumor otak untuk kuliah pemula mahasiswaa
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
 
Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)Infeksi cns (central nervous system)
Infeksi cns (central nervous system)
 

More from Stiawan Akbar

Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragikStiawan Akbar
 
Askep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaranAskep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaranStiawan Akbar
 
Askep stroke hemorhagic
Askep stroke hemorhagicAskep stroke hemorhagic
Askep stroke hemorhagicStiawan Akbar
 
Askep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgarisAskep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgarisStiawan Akbar
 
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)Stiawan Akbar
 
Askep ablasio retina
Askep ablasio retinaAskep ablasio retina
Askep ablasio retinaStiawan Akbar
 
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleuraAskep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleuraStiawan Akbar
 

More from Stiawan Akbar (18)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Pathways stroke
Pathways strokePathways stroke
Pathways stroke
 
Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragik
 
Askep saraf
Askep sarafAskep saraf
Askep saraf
 
Askep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaranAskep penurunan kesadaran
Askep penurunan kesadaran
 
Askep migrain
Askep migrainAskep migrain
Askep migrain
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Askep low back pain
Askep low back painAskep low back pain
Askep low back pain
 
Askep chefalgia
Askep chefalgiaAskep chefalgia
Askep chefalgia
 
Askep stroke hemorhagic
Askep stroke hemorhagicAskep stroke hemorhagic
Askep stroke hemorhagic
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Askep eritroderma
Askep eritrodermaAskep eritroderma
Askep eritroderma
 
Askep kulit
Askep kulitAskep kulit
Askep kulit
 
Askep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgarisAskep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgaris
 
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
 
Askep abses paru
Askep abses paruAskep abses paru
Askep abses paru
 
Askep ablasio retina
Askep ablasio retinaAskep ablasio retina
Askep ablasio retina
 
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleuraAskep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
 

Askep tumor medula spinalis

  • 1. TUMOR MEDULA SPINALIS I. DEFINISI Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala-gejala karena keterlibatan medula spinalis atau akar-akar saraf. (Price sylvia anderson, 1995) II. KLASIFIKASI a. Tumor Intradural Berbeda dengan tumor ekstradural tumor intradural pada umumnya jinak. - Tumor Ekstramedular Terletak diantara durameter dan medula spinalis, sebagian besar tumor di daerah ini merupakan neurofibroma atau meningioma jinak - Tumor Intramedular Berasal dari dalam medula spinalis itu sendiri. b. Tumor Ekstradural  Tumor ekstradural terutama merupakan metastase dari lesi primer di payudara, prostat, tiroid, paru-paru, ginjal, dan lambung  Tumor ekstradural pada umumnya berasal dari kolumna vertebralis atau dari dalam ruangan ekstradural. Neoplasma ekstradural dalam ruangan ekstradural biasanya karsinoma dan limfoma metastase. III. MANIFESTASI KLINIK  Tumor ekstradural - Nyeri yang digambarkan sebagai konstan dan terbatas pada daerah tumor diikuti oleh nyeri yang menjalar menurut pola dermatom - Nyeri paling hebat pada malam hari dan menjadi lebih hebat oleh gerakan tulang belakang dan istirahat baring - Nyeri radikuler diperberat oleh batuk dan mengedan
  • 2. - Nyeri dapat berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum keterlibatan medula spinalis. - Fungsi medula spinalis akan hilang sama sekali - Kelemahan spastik dan hilangnya sensasi getar - Parestesi dan defisit sensorik akan berkembang cepat menjadi paraplegia yang irreversible - Gangguan buang air besar dan buang air kecil  Tumor intradural Perjalanan klinis dapat lebih lambat dan berlangsung selama berbulan-bulan. - Berkurangnya persepsi nyeri dan suhu kontralateral dibawah tingkat lesi - Penderita mengeluh nyeri, mula mula pada punggung dan kemudian sepanjang akar-akar spinal - Nyeri diperhebat oleh gerakan, batuk, bersin, atau mengedan dan paling berat pada malam hari ( nyeri pada malam hari disebabkan oleh traksi pada akar-akar yang sakit, yaitu sewaktu tulang belakang memanjang setelah hilangnya efek pemendekan dari gravitasi. - Parestesia dan berlanjutnya defisit sensorik proprioseptif IV. ETIOLOGI Faktor Resiko tumor dapat terjadi pada setiap kelompok Ras, insiden meningkat seiring dengan pertambahan usia, faktor resiko akan meningkat pada orang yang terpajan zat kimia tertentu (Okrionitil, tinta, pelarut, minyak pelumas), namun hal tersebut belum bisa dipastikan. Pengaruh genetik berperan serta dalam tibulnya tumor, penyakit sklerosis TB dan penyakit neurofibomatosis. V. PATOFISIOLOGI Kondisi patofisiologi akibat tumor medula spinalis disebabkan oleh kerusakan dan infiltrasi, pergeseran dan dekompresi medula spinalis dan terhentinya suplai darah atau cairan serebrospinal. Derajad gejala tergantung dari tingkat dekompresi dan kecepatan perkembangan,
  • 3. adaptasi bisa terjadi dengan tumor yang tumbuh lamban, 85 % tumor medula spinalis jinak. Terutama tumor neoplasma baik yang timbul ekstramedula atau intra medula. Tumor sekunder atau tumor metastase dapat juga mengganggu medula spinalis dan lapisannya serta ruas tulang belakang Tumor ekstramedular dari tepi tumor intramedural pada awalnya menyebabkan nyeri akar sarat subyektif. Dengan pertumbuhan tumor bisa muncul defisit motorik dan sensorik yang berhubungan dengan tingkat akardan medula spinalis yang terserang. Karena tumor membesar terjadilah penekanan pada medula spinalis. Sejalan dengan itu pasien kehilangan fungsi semua motor dan sensori dibawah lesi/tumor Tumor medula spinalis, yang dimulai dari medula spinalis, sering menimbulkan gejala seperti pada sentral medula spinalis, termasuk hilang rasa nyeri segmental dan fungsi temperatur. Tambahan pula fungsi sel-sel tanduk anterior seringkali hilang, terutama pada tangan. Seluruh jalur sentral yang dekat benda kelabu menjadi disfungsi. Hilangnya rasanyeri dan sensori suhu dan kelemahan motorik berlangsung sedikit demi sedikit, bertambah berat dan menurun. Motorik cauda dan fungsi sensorik yang terakhir akan hilang, termasuk hilang fungsi eliminasi fecal dan urine. (Long C, Barbara, 1996) VI. PENATALAKSANAAN  Stabilisasi : fusi spinal  Pengobatan : relaksan otot, transquilizer, anti koagulan, laksatif, antasida dan steroid.  Tumor Ekstradural - Laminektomie - Hormon, radiasi dan kemoterapi merupakan pengobatan tambahan  Tumor Intradural - Pengangkatan dengan pembedahan
  • 4. VII. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan diagnostik secara umum dapat dilakukan :  Pemeriksaan sinar X  CT. Scan  MRI  Analisa Gas Darah  Elektrolit  Tumor Ekstradural - Radiogram tulang belakang Akan memperlihatkan osteoporosis atau kerusakan nyata pada korpus vertebra dan pedikel - Myelogram Memastikan lokalisasi tumor - Pemeriksaan LCS Akan memperlihatkan peningkatan kadar protein dan kadar glukosa yang normal  Tumor Intradural - Radiogram tulang punggung memperlihatkan pembesaran foramen dan penipisan pedikel yang berdekatan - Myelogram Menentukan lokalisasi yang cepat
  • 5. ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian a. Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan darah, penghasilan b. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala mulai timbul c. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan d. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan frekuensi jantung. e. Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan impulsif. f. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi. g. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia) h. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang, sensitiv terhadap gerakan i. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai,
  • 6. respon menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa istirahat / tidur. j. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea, potensial obstruksi. k. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus. l. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan m. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi n. Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan) o. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat perkawinan (kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran. ( Doenges, 2000 ) II. Masalah keperawatan - Kelumpuhan - Gangguan sensibilitas - Gangguan nafas/kelumpuhan diafragma untuk tumor servical tinggi - Gangguan sistem cerna - Kesukaran dalam buang air besar dan buang air kecil - Perawatan khusus rehabilitasi bagi penderita instabilitas tulang punggung III. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri (akut) / kronis b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf,ditandai dengan : menyatakan nyeri oleh karena perubahan posisi, nyeri, pucat sekitar wajah, perilaku berhati hati, gelisah condong keposisi sakit, penurunan terhadap toleransi aktivitas, penyempitan fokus pada diri sendiri, wajah menahan nyeri, perubahan pola tidur, menarik diri secara fisik Kriteria hasil : pasien melaporkan nyeri berkurang, menunjuKkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan atau nyeri
  • 7. Intervensi : a. Kaji keluhan nyeri b. Observasi keadaan nyeri nonverbal ( misal ; ekspresi wajah, gelisah, menangis, menarik diri, diaforesis, perubaan frekuensi jantung, pernapasan dan tekanan darah. c. Anjurkan untuk istirahat denn tenang d. Berikan kompres panas lembab pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan e. Lakukan pemijatan pada daerah kepala / leher / lengan jika pasien dapat toleransi terhadap sentuhan f. Sarankana pasien untuk menggnakan persyaratan positif “ saya sembuh “ atau “ saya suka hidup ini “ g. Berikan analgetik / narkotik sesuai indikasi h. Berikan antiemetiksesuai indikasi 2. Defisit perawatan diri : higiene, makan toileting dan mobilitas yang b. d gangguan neurofisiologis. Kriteria hasil : kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi, kebutuhan nutrisi dan cairan terpenuhi, kebutuhan eliminasi terpenuhi, kebutuhan higiene oral, muka terpenuhi, latihan rentang gerak aktif dan psif dilakukan. Intervensi : a. Kaji tingkat kemampuan yang berhubungan dalam melakukan kebutuhan perawatan diri b. Bantu saat pasien makan sesuai kebutuhan c. Lakukan perawatan kateter setiap hari d. Lakukan higiene oral setiap hari e. Lakukan latihan rentang gerak pasif untuk ekstremitas f. Bantu dan ajarkan latihan pembentukan otot sesuai indikasi : boneka untuk latihan memeras, bola karet. g. Lakukan perawatan kulit : gosok punggung h. Berikan higiene secara total sesuai indikasi i. Berikan bantuan nutrisi sesuai pesanan : konsulkan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan
  • 8. j. Jelaskan pentingnya perawatan diri. 3. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau integrasi ( trauma atau defisit neurologis ), ditandai dengan disorientasi, perubaan respon terhadap rangsang, inkoordinasi motorik, perubahan pola komunikasi, distorsi auditorius dan visual, penghidu, konsentrasi buruk, perubahan proses pikir, respon emosiaonal berlebihan, perubahan pola perilaku Kriteria hasil : pasien dapat dipertahanakan tingkat kesadaran dan fuingsi persepsinya, mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residu, mendemonstrasikan perubahan gaya hidup. Intervensi : a. Kaji secar teratur perubahan orientasi, kemampuan bicara, afektif, sensoris dan proses pikir b. Kaji kesadaran sensoris seperti respon sentuan , panas / dingin, benda tajam atau tumpul, keadaran terhadap gerakan dan letak tubuh, perhatkian adanya masalah penglihatan c. Observasi repon perilaku d. Hilangkan suara bising / stimulus ang berlebihan e. Berikan stimulus yang berlebihan seperti verbal, penghidu, taktil, pendengaran, hindari isolasi secara fisik dan psikologis Kolaborasi : f. pemberian obat supositoria gna mempermudah proses BAB g. konsultasi dengan ahli fisioterapi / okupasi 4. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan ; paralise, atrofi otot dan kontraktur. Kriteria hasil : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit / kompensasi, mendemonstrasikan tehnik / perilaku yang memungkinkan melakuakn kembali aktivitas Intervensi : a. Kaji rasa nyeri, kemerahan, bengkak, ketegangan otot jari.
  • 9. b. Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan , seperti : bel atau lampu pemanggil c. Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut. Lakukan hiperekstensi pada paha secara teratur d. Letakkan tangan dalam posisi kedalam ( melipat ) e. Tinggikan ekstremitas bawah beberapa saat sewaktu duduk atau angkat kaki f. Buat rencana aktivitas untuk pasin sehingga pasien dapat beristirahat tanpa terganggu g. Berikan posisi alih baring setiap 2 jam h. Monitor tanda-tanda vital i. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi 5. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan neurovaskuler, kerusakan kognitif. Kriteria hasil: pasien dapat dipertahanakan pola nafas efektif, bebas sianosis, dengan GDA dan tanda-tanda vital dalam batas normal, bunyi nafas jelas saat dilakukan auskultasi, tidak terdapat tanda distress pernafasan Intervensi : a. Kaji dan catat perubahan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan b. Auskultasi bunyi pernafasan c. Angkat kepala tempat tidur sesuai atuiran / posisi miring sesuai indikasi d. Anjurkan utuk bernapas dalam, jika pasien sadar e. Kaji kemampuan dan kualitas batuk f. Monitor tanda-tanda vital g. Waspada bahwa trakeostomie mungkundilakukan bila ada indikasi h. Lakukan penghisapan lendir dengan hati hati jangan lebih dari 10 – 15 detik, catat karakter warna, kekentalan dan kekeruhan sekret i. Pantau pengguanaan obat obatan depresan seperti sedatif j. Berikan O2 sesuai indikasi k. Lakukan fisioterapi dada jika ada indikasi
  • 10. SUMBER PUSTAKA Long C, Barbara. Perawatan Medikal Bedah. Volume 2. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran; 1996 Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.Volume 3. Jakarta : EGC; 2002 Padmosantjojo, R.M, Keperawatan bedah saraf, bagian bedah saraf, FKUI, 2000 Brunner & Sudarth, 2003, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 , EGC, jakarta Lynda Juall Carpenito, Alih bahasa Yasmin Asih, 1997, Diagnosa Keperawatan , ed 6, EGC, Jakarta Marilyn E. Doenges, et al, 1997, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, jakarta Sylvia A. Price, Alih bahasa Adji Dharma, 1995 Patofisiologi, konsep klinik proses- proses penyakit ed. 4, EGC, Jakarta