SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN
     YANG MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN


 A. PENGERTIAN
   Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu.
                                                              ( Corwin, 2001 )
   Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti
   tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan
   respons yang normal terhadap stimulus.
   Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana
   seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya.
                                                      ( Padmosantjojo, 2000 )
   Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu :
   1. Kompos mentis
      Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari
      panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik
      dari luar maupun dalam.
   2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness
      Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan
      perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung,
      tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
   3. Stupor / Sopor
      Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata
      atau bersuara satu dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak
      terhadap rangsang nyeri.
   4. Soporokoma / Semikoma
      Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat
      mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.
   5. Koma
      Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal
      membuka mata, bicara maupun reaksi motorik.
                                                              ( Harsono , 1996 )
 B. ETIOLOGI
   Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan – kemungkinan
   penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “ SEMENITE “ yaitu :




                                                                                 1
1. S : Sirkulasi
         Meliputi stroke dan penyakit jantung
     2. E : Ensefalitis
         Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis
         yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
     3. M : Metabolik
         Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma
         hepatikum
     4. E : Elektrolit
         Misalnya diare dan muntah yang berlebihan.
     5. N : Neoplasma
         Tumor otak baik primer maupun metastasis
     6. I : Intoksikasi
         Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat
         menyebabkan penurunan kesadaran
     7. T : Trauma
         Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural,
         perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.
     8. E : Epilepsi
         Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat
         menyebabkan penurunan kesadaran.
                                                              ( Harsono , 1996 )


C. MANIFESTASI KLINIS
  Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
     9. Penurunan kesadaran secara kwalitatif
     10. GCS kurang dari 13
     11. Sakit kepala hebat
     12. Muntah proyektil
     13. Papil edema
     14. Asimetris pupil
     15. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif
     16. Demam
     17. Gelisah
     18. Kejang




                                                                               2
19. Retensi lendir / sputum di tenggorokan
     20. Retensi atau inkontinensia urin
     21. Hipertensi atau hipotensi
     22. Takikardi atau bradikardi
     23. Takipnu atau dispnea
     24. Edema lokal atau anasarka
     25. Sianosis, pucat dan sebagainya


D. PATHWAYS ( terlampir )


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
  Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab
  penurunan kesadaran yaitu :
     26. Laboratorium darah
         Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea
         darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan
         keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ).
     27. CT Scan
         Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak
     28. PET ( Positron Emission Tomography )
         Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan
         tumor otak
     29. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography )
         Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.
     30. MRI
         Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.
     31. Angiografi serebral
         Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan
         malformasi arteriovena.




     32. Ekoensefalography




                                                                            3
Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral
       yang disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark
       serebral yang luas dan neoplasma.
    33. EEG ( elektroensefalography )
       Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses,
       jaringan parut otak, infeksi otak
    34. EMG ( Elektromiography )
       Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat
       penyakit lain.


F. PENGKAJIAN PRIMER
    35. Airway
             a. Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas
             b. Terjadi penurunan kesadaran
             c. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
             d. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan
             e. Gelisah
             f. Sianosis
             g. Kejang
             h. Retensi lendir / sputum di tenggorokan
             i. Suara serak
             j. Batuk
    36. Breathing
             a. Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll
             b. Sianosis
             c. Takipnu
             d. Dispnea
             e. Hipoksia
             f. Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi
    37. Circulation
             a. Hipotensi / hipertensi
             b. Takipnu
             c. Hipotermi
             d. Pucat
             e. Ekstremitas dingin




                                                                             4
f. Penurunan capillary refill
             g. Produksi urin menurun
             h. Nyeri
             i. Pembesaran kelenjar getah bening


G. PENGKAJIAN SEKUNDER
    38. Riwayat penyakit sebelumnya
       Apakah klien pernah menderita :
      a. Penyakit stroke
      b. Infeksi otak
      c. DM
      d. Diare dan muntah yang berlebihan
      e. Tumor otak
      f.   Intoksiaksi insektisida
      g. Trauma kepala
      h. Epilepsi dll.


    39. Pemeriksaan fisik
      a. Aktivitas dan istirahat
            Data Subyektif:
                 kesulitan dalam beraktivitas
                 kelemahan
                 kehilangan sensasi atau paralysis.
                 mudah lelah
                 kesulitan istirahat
                 nyeri atau kejang otot
            Data obyektif:
                 Perubahan tingkat kesadaran
                 Perubahan tonus otot       ( flasid atau spastic),   paraliysis
                  ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
                 gangguan penglihatan
      b. Sirkulasi
            Data Subyektif:
                 Riwayat penyakit stroke




                                                                               5
   Riwayat penyakit jantung
          Penyakit    katup     jantung,   disritmia,   gagal   jantung   ,
          endokarditis bacterial.
         Polisitemia.
    Data obyektif:
         Hipertensi arterial
         Disritmia
         Perubahan EKG
         Pulsasi : kemungkinan bervariasi
         Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta
          abdominal
c. Eliminasi
    Data Subyektif:
         Inkontinensia urin / alvi
         Anuria
    Data obyektif
         Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh )
         Tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
d. Makan/ minum
    Data Subyektif:
         Nafsu makan hilang
         Nausea
         Vomitus menandakan adanya PTIK
         Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan
         Disfagia
         Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
    Data obyektif:
      Obesitas ( faktor resiko )
e. Sensori neural
    Data Subyektif:
         Syncope
         Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral               atau
          perdarahan sub arachnoid.




                                                                          6
   Kelemahan
           Kesemutan/kebas
           Penglihatan berkurang
           Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada
            muka
           Gangguan rasa pengecapan
           Gangguan penciuman
      Data obyektif:
           Status mental
           Penurunan kesadaran
           Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)
           Gangguan fungsi kognitif
           Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan
            tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
           Wajah: paralisis / parese
           Afasia    ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
            kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif /
            kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari
            keduanya. )
           Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli
            taktil
           Kehilangan kemampuan mendengar
           Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
           Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya
            positif / negatif, ukuran pupil isokor / anisokor, diameter
            pupil
f.   Nyeri / kenyamanan
      Data Subyektif:
        Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
      Data obyektif:
           Tingkah laku yang tidak stabil
           Gelisah
           Ketegangan otot
g. Respirasi



                                                                          7
Data Subyektif : perokok ( faktor resiko )




  h. Keamanan
        Data obyektif:
           Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
           Perubahan persepsi terhadap tubuh
           Kesulitan untuk melihat objek
           Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
           Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang
            pernah dikenali
           Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan
            regulasi suhu tubuh
           Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap
            keamanan
           Berkurang kesadaran diri
  i.    Interaksi sosial
        Data obyektif:
           Problem berbicara
           Ketidakmampuan berkomunikasi


40. Menilai GCS
   Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang
   menggunakan Skala Coma Glasgow :
            Respon motorik
            Respon bicara
            Pembukaan mata
   Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan.
   Penilaian pada Glasgow Coma Scale
   Respon motorik
       Nillai 6 : Mampu       mengikuti     perintah   sederhana   seperti   :
                  mengangkat tangan, menunjukkan jumlah jari-jari dari
                  angka-angka      yang      disebutkan   oleh     pemeriksa,
                  melepaskan gangguan.




                                                                             8
Nilai 5:    Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang
             diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada M.
             Trapezius
 Nilai 4 :   Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan ,
             tapi tidak mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang
             dengan tangannya.
 Nilai 3 :   fleksi abnormal .
             Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi
             pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi
             rangsang nyeri ( decorticate rigidity )
 Nilai 2 :   ekstensi abnormal.
             Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah,
             fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi
             rangsang nyeri ( decerebrate rigidity )
 Nilai 1 :   Sama sekali tidak ada respon
 Catatan :
   -   Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat
   -   Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu
       negatif


Respon verbal atau bicara
Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun).
Pemeriksaan ini tidak berlaku bila pasien :
   -   Dispasia atau apasia
   -   Mengalami trauma mulut
   -   Dipasang intubasi trakhea (ETT)
 Nilai 5 :   pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara .
             orientasi waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada
             dimana, tanggal hari.
 Nilai 4 :   pasien “confuse” atau tidak orientasi penuh
 Nilai 3 :   bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi
             tidak menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan
 Nilai 2 :   bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya
             (“ngrenyem”), suara-suara tidak dapat dikenali makna
             katanya




                                                                      9
Nilai 1 :    tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri




   Respon membukanya mata :
   Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau
   kedua matanya
   Catatan:
   Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata.
     Nilai 4 :    Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuh
     Nilai 3 :    Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil
                  nama atau diperintahkan membuka mata
     Nilai 2 :    Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeri
     Nilai 1 :    Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri


41. Menilai reflek-reflek patologis :
         a. Reflek Babinsky
              Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan
              suatu benda yang runcing maka timbullah pergerakan
              reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki dan jari-jarinya ke
              daerah plantar
         b. Reflek Kremaster :
              Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda
              halus pada bagian dalam (medial) paha. Reaksi positif
              normal adalah terjadinya kontrkasi M.kremaster homolateral
              yang    berakibat    tertariknya   atau   mengerutnya      testis.
              Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti
              adanya ganguan traktus corticulspinal


42. Uji syaraf kranial :
   NI.N.      Olfaktorius – penghiduan diperiksa dengan bau bauhan
              seperti tembakau, wangi-wangian, yang diminta agar pasien
              menyebutkannya dengan mata tertutup


   N.II. N. Opticus




                                                                              10
Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata .
         digunakan optotipe snalen yang dipasang pada jarak 6 meter
         dari pasien . fisus ditentukan dengan kemampuan membaca
         jelas deretan huruf-huruf yang ada
N.III/   Okulomotoris. N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN
         Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan
         bola mata kesegala arah , diameter pupil , reflek cahaya dan
         reflek akomodasi


N.V.     Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik,
         Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi ,
         pipi, dan rahang bawah serta goresan kapas dan mata tertutup
         Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua
         tonus muskulusmasketer         saat diperintahkan untuk gerak
         menggigit


N.VII/   Fasialis    fungsi   motorik   N.VII   diperiksa   kemampuan
         mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan bibir ,
         tersentum , meringis (memperlihatkan gigi depan )bersiul ,
         menggembungkan         pipi.fungsi   sensorik   diperiksa   rasa
         pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula ,
         garam , asam)


N.VIII/ Vestibulo - acusticus
         Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber ,
         Schwabach dengan garpu tala.


N.IX/    Glosofaringeus, N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah
         atau deviasi dan kemampuan menelan pasien


N.XI /   Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu
         kiri dan kanan ( kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala




                                                                      11
N.XII/     Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah
                      pada posisi lurus , gerakan lidah mendorong pipi kiri dan
                      kanan dari arah dalam


H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan, ditandai
   dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak,
   depresi SSP dan oedema
   Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan
   tindakan keperawatan selama 1 jam.
   Kriteria hasil :
       -   Tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK
       -   Tanda – tanda vital dalam batas normal
       -   Tidak adanya penurunan kesadaran
   Intervensi :
   Mandiri :
       -   Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang
           dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
       -   Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart
       -   Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
       -   Pantau tekanan darah
       -   Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman
           pnglihatan dan penglihatan kabur
       -   Pantau suhu lingkungan
       -   Pantau intake, output, turgor
       -   Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah
       -   Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
       -   Tinggikan kepala 15-45 derajat
   Kolaborasi :
       -   Berikan oksigen sesuai indikasi
       -   Berikan obat sesuai indikasi


2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas oleh sekret
   Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
   selama 1 jam.




                                                                                 12
Kriteria hasil:
      -    Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
      -    Ekspansi dada simetris
      -    Bunyi napas bersih saat auskultasi
      -    Tidak terdapat tanda distress pernapasan
      -    GDA dan tanda vital dalam batas normal
   Intervensi:
   Mandiri :
       -   Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
       -   Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas
           dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal
       -   Penghisapan sekresi
       -   Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
   Kolaborasi :
       -   Berikan oksigenasi sesuai advis
       -   Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi


3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
   Tujuan :
   Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam
   Kriteria hasil:
       -   RR 16-24 x permenit
       -   Ekspansi dada normal
       -   Sesak nafas hilang / berkurang
       -   Tidak suara nafas abnormal
   Intervensi :
   Mandiri :
       -   Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
       -   Auskultasi bunyi nafas.
       -   Pantau penurunan bunyi nafas.
       -   Berikan posisi yang nyaman : semi fowler
       -   Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam
           Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan
   Kolaborasi :
       -   Berikan oksigenasi sesuai advis




                                                                               13
-   Berikan obat sesuai indikasi




4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
   sekunder terhadap hipoventilasi
   Tujuan :
   Setelah diberikan tindakan keperawatan selaama 1 jam, pasien dapat
   mempertahankan pertukaran gas yang adekuat
   Kriteria Hasil :
   Pasien mampu menunjukkan :
           -   Bunyi paru bersih
           -   Warna kulit normal
           -   Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan
   Intervensi :
   Mandiri :
           -   Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia
           -   Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn,
               laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter.
           -   Pantau     dan   catat   pemeriksaan   gas   darah,   kaji   adanya
               kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam
               PaO2
           -   Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji
               perlunya CPAP atau PEEP.
           -   Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam
           -   Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan
               peningkatan atau penyimpangan
           -   Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan
               oksigen.
           -   Pantau irama jantung
       Kolaboraasi :
           -   Berikan cairan parenteral sesuai pesanan
           -   Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik,
               steroid.




                                                                               14
DAFTAR PUSTAKA


1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII.
   Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ;
   1998
3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta :
   EGC ; 2001
4. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process
   approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK
   Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical –
   surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000
   (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.
   Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease
   processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994
   (Buku asli diterbitkan tahun 1992)
8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans:
   Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa:
   Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993)
9. Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Yokyakarta, Gajah Mada University
   Press, 1996 )
10. Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf
   FKUI, 2000
11. Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat
   Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000




                                                                          15
16

More Related Content

What's hot

Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Ade Wijaya
 
LP DHF MEGA (1) FIXXX.docx
LP DHF MEGA (1) FIXXX.docxLP DHF MEGA (1) FIXXX.docx
LP DHF MEGA (1) FIXXX.docxRoni Anasoka
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)pjj_kemenkes
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyUlfa Pradipta
 
Latihan soal uji kompetensi perawat
Latihan soal uji kompetensi perawatLatihan soal uji kompetensi perawat
Latihan soal uji kompetensi perawatsri syla
 
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungAsuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungKANDA IZUL
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
Pendekatan Klinis Penurunan Kesadaran
 
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
Askep dbd AKPER PEMKAB MUNA
 
Analisa data & uji statistik
Analisa data & uji statistikAnalisa data & uji statistik
Analisa data & uji statistik
 
LP DHF MEGA (1) FIXXX.docx
LP DHF MEGA (1) FIXXX.docxLP DHF MEGA (1) FIXXX.docx
LP DHF MEGA (1) FIXXX.docx
 
Stroke hemoragik
Stroke hemoragikStroke hemoragik
Stroke hemoragik
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafanPengkajian keperawatan sistem persarafan
Pengkajian keperawatan sistem persarafan
 
askep Hernia
askep Herniaaskep Hernia
askep Hernia
 
Analisa data batu saluran kemih ella
Analisa data batu saluran kemih ellaAnalisa data batu saluran kemih ella
Analisa data batu saluran kemih ella
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
Leaflet Isolasi sosial
Leaflet Isolasi sosialLeaflet Isolasi sosial
Leaflet Isolasi sosial
 
Askep trauma kepala
Askep trauma kepalaAskep trauma kepala
Askep trauma kepala
 
Latihan soal uji kompetensi perawat
Latihan soal uji kompetensi perawatLatihan soal uji kompetensi perawat
Latihan soal uji kompetensi perawat
 
128114958 lp-febris
128114958 lp-febris128114958 lp-febris
128114958 lp-febris
 
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantungAsuhan keperawatan dengan gagal jantung
Asuhan keperawatan dengan gagal jantung
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
 
Konsep caring
Konsep caringKonsep caring
Konsep caring
 
LP CHF.doc
LP CHF.docLP CHF.doc
LP CHF.doc
 
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
Presentasi vsd (Ventrikel septal defect)
 
Askep retensio urine
Askep retensio urineAskep retensio urine
Askep retensio urine
 

Similar to Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Penurunan Kesadaran

Similar to Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Penurunan Kesadaran (20)

Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragik
 
Askep stroke non hemoragik
Askep stroke  non hemoragikAskep stroke  non hemoragik
Askep stroke non hemoragik
 
Tia
TiaTia
Tia
 
Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan stroke
 
Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
SEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptx
SEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptxSEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptx
SEMINAR KASUS RSUD BUDI ASIH.pptx
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
VIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptx
VIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptxVIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptx
VIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII STROKE.pptx
 
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
Kejang demam pada anak
Kejang demam pada anakKejang demam pada anak
Kejang demam pada anak
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
 
Gadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.pptGadar_Neurologi.ppt
Gadar_Neurologi.ppt
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 
Askep cedera otak berat
Askep cedera otak beratAskep cedera otak berat
Askep cedera otak berat
 
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
Askep ensefalitis AKPER PEMDA MUNA
 
Cedera kepala
Cedera kepalaCedera kepala
Cedera kepala
 

More from Stiawan Akbar

More from Stiawan Akbar (19)

Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Pathways stroke
Pathways strokePathways stroke
Pathways stroke
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
Askep tumor medula spinalis
Askep tumor medula spinalisAskep tumor medula spinalis
Askep tumor medula spinalis
 
Askep saraf
Askep sarafAskep saraf
Askep saraf
 
Askep migrain
Askep migrainAskep migrain
Askep migrain
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Askep low back pain
Askep low back painAskep low back pain
Askep low back pain
 
Askep hernia nukleus pulposus
Askep hernia nukleus pulposusAskep hernia nukleus pulposus
Askep hernia nukleus pulposus
 
Askep chefalgia
Askep chefalgiaAskep chefalgia
Askep chefalgia
 
Askep stroke hemorhagic
Askep stroke hemorhagicAskep stroke hemorhagic
Askep stroke hemorhagic
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Askep eritroderma
Askep eritrodermaAskep eritroderma
Askep eritroderma
 
Askep kulit
Askep kulitAskep kulit
Askep kulit
 
Askep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgarisAskep pemfigus vulgaris
Askep pemfigus vulgaris
 
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)
 
Askep abses paru
Askep abses paruAskep abses paru
Askep abses paru
 
Askep ablasio retina
Askep ablasio retinaAskep ablasio retina
Askep ablasio retina
 
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleuraAskep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
 

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Penurunan Kesadaran

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN YANG MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN A. PENGERTIAN Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu. ( Corwin, 2001 ) Penurunan kesadaran adalah keadaan dimanapenderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. ( Padmosantjojo, 2000 ) Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu : 1. Kompos mentis Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dalam. 2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun. 3. Stupor / Sopor Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri. 4. Soporokoma / Semikoma Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif. 5. Koma Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik. ( Harsono , 1996 ) B. ETIOLOGI Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan – kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “ SEMENITE “ yaitu : 1
  • 2. 1. S : Sirkulasi Meliputi stroke dan penyakit jantung 2. E : Ensefalitis Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan. 3. M : Metabolik Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum 4. E : Elektrolit Misalnya diare dan muntah yang berlebihan. 5. N : Neoplasma Tumor otak baik primer maupun metastasis 6. I : Intoksikasi Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran 7. T : Trauma Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada. 8. E : Epilepsi Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan penurunan kesadaran. ( Harsono , 1996 ) C. MANIFESTASI KLINIS Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah : 9. Penurunan kesadaran secara kwalitatif 10. GCS kurang dari 13 11. Sakit kepala hebat 12. Muntah proyektil 13. Papil edema 14. Asimetris pupil 15. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif 16. Demam 17. Gelisah 18. Kejang 2
  • 3. 19. Retensi lendir / sputum di tenggorokan 20. Retensi atau inkontinensia urin 21. Hipertensi atau hipotensi 22. Takikardi atau bradikardi 23. Takipnu atau dispnea 24. Edema lokal atau anasarka 25. Sianosis, pucat dan sebagainya D. PATHWAYS ( terlampir ) E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab penurunan kesadaran yaitu : 26. Laboratorium darah Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ). 27. CT Scan Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak 28. PET ( Positron Emission Tomography ) Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor otak 29. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography ) Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke. 30. MRI Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak. 31. Angiografi serebral Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi arteriovena. 32. Ekoensefalography 3
  • 4. Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral yang luas dan neoplasma. 33. EEG ( elektroensefalography ) Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses, jaringan parut otak, infeksi otak 34. EMG ( Elektromiography ) Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit lain. F. PENGKAJIAN PRIMER 35. Airway a. Apakah pasien berbicara dan bernafas secara bebas b. Terjadi penurunan kesadaran c. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll d. Penggunaan otot-otot bantu pernafasan e. Gelisah f. Sianosis g. Kejang h. Retensi lendir / sputum di tenggorokan i. Suara serak j. Batuk 36. Breathing a. Adakah suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi dll b. Sianosis c. Takipnu d. Dispnea e. Hipoksia f. Panjang pendeknya inspirasi ekspirasi 37. Circulation a. Hipotensi / hipertensi b. Takipnu c. Hipotermi d. Pucat e. Ekstremitas dingin 4
  • 5. f. Penurunan capillary refill g. Produksi urin menurun h. Nyeri i. Pembesaran kelenjar getah bening G. PENGKAJIAN SEKUNDER 38. Riwayat penyakit sebelumnya Apakah klien pernah menderita : a. Penyakit stroke b. Infeksi otak c. DM d. Diare dan muntah yang berlebihan e. Tumor otak f. Intoksiaksi insektisida g. Trauma kepala h. Epilepsi dll. 39. Pemeriksaan fisik a. Aktivitas dan istirahat  Data Subyektif:  kesulitan dalam beraktivitas  kelemahan  kehilangan sensasi atau paralysis.  mudah lelah  kesulitan istirahat  nyeri atau kejang otot  Data obyektif:  Perubahan tingkat kesadaran  Perubahan tonus otot ( flasid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.  gangguan penglihatan b. Sirkulasi  Data Subyektif:  Riwayat penyakit stroke 5
  • 6. Riwayat penyakit jantung Penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial.  Polisitemia.  Data obyektif:  Hipertensi arterial  Disritmia  Perubahan EKG  Pulsasi : kemungkinan bervariasi  Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal c. Eliminasi  Data Subyektif:  Inkontinensia urin / alvi  Anuria  Data obyektif  Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh )  Tidak adanya suara usus( ileus paralitik ) d. Makan/ minum  Data Subyektif:  Nafsu makan hilang  Nausea  Vomitus menandakan adanya PTIK  Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan  Disfagia  Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah  Data obyektif: Obesitas ( faktor resiko ) e. Sensori neural  Data Subyektif:  Syncope  Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid. 6
  • 7. Kelemahan  Kesemutan/kebas  Penglihatan berkurang  Sentuhan : kehilangan sensor pada ekstremitas dan pada muka  Gangguan rasa pengecapan  Gangguan penciuman  Data obyektif:  Status mental  Penurunan kesadaran  Gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang)  Gangguan fungsi kognitif  Ekstremitas : kelemahan / paraliysis genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam  Wajah: paralisis / parese  Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. )  Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, stimuli taktil  Kehilangan kemampuan mendengar  Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik  Reaksi dan ukuran pupil : reaksi pupil terhadap cahaya positif / negatif, ukuran pupil isokor / anisokor, diameter pupil f. Nyeri / kenyamanan  Data Subyektif: Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya  Data obyektif:  Tingkah laku yang tidak stabil  Gelisah  Ketegangan otot g. Respirasi 7
  • 8. Data Subyektif : perokok ( faktor resiko ) h. Keamanan Data obyektif:  Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan  Perubahan persepsi terhadap tubuh  Kesulitan untuk melihat objek  Hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit  Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali  Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh  Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan  Berkurang kesadaran diri i. Interaksi sosial Data obyektif:  Problem berbicara  Ketidakmampuan berkomunikasi 40. Menilai GCS Ada 3 hal yang dinilai dalam penilaian kuantitatif kesadaran yang menggunakan Skala Coma Glasgow :  Respon motorik  Respon bicara  Pembukaan mata Ketiga hal di atas masing-masing diberi angka dan dijumlahkan. Penilaian pada Glasgow Coma Scale Respon motorik Nillai 6 : Mampu mengikuti perintah sederhana seperti : mengangkat tangan, menunjukkan jumlah jari-jari dari angka-angka yang disebutkan oleh pemeriksa, melepaskan gangguan. 8
  • 9. Nilai 5: Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan seperti tekanan pada sternum, cubitan pada M. Trapezius Nilai 4 : Fleksi menghindar dari rangsang nyeri yang diberikan , tapi tidak mampu menunjuk lokasi atau tempat rangsang dengan tangannya. Nilai 3 : fleksi abnormal . Bahu aduksi fleksi dan pronasi lengan bawah , fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decorticate rigidity ) Nilai 2 : ekstensi abnormal. Bahu aduksi dan rotasi interna, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal, bila diberi rangsang nyeri ( decerebrate rigidity ) Nilai 1 : Sama sekali tidak ada respon Catatan : - Rangsang nyeri yang diberikan harus kuat - Tidak ada trauma spinal, bila hal ini ada hasilnya akan selalu negatif Respon verbal atau bicara Respon verbal diperiksa pada saat pasien terjaga (bangun). Pemeriksaan ini tidak berlaku bila pasien : - Dispasia atau apasia - Mengalami trauma mulut - Dipasang intubasi trakhea (ETT) Nilai 5 : pasien orientasi penuh atau baik dan mampu berbicara . orientasi waktu, tempat , orang, siapa dirinya , berada dimana, tanggal hari. Nilai 4 : pasien “confuse” atau tidak orientasi penuh Nilai 3 : bisa bicara , kata-kata yang diucapkan jelas dan baik tapi tidak menyambung dengan apa yang sedang dibicarakan Nilai 2 : bisa berbicara tapi tidak dapat ditangkap jelas apa artinya (“ngrenyem”), suara-suara tidak dapat dikenali makna katanya 9
  • 10. Nilai 1 : tidak bersuara apapun walau diberikan rangsangan nyeri Respon membukanya mata : Perikasalah rangsang minimum apa yang bisa membuka satu atau kedua matanya Catatan: Mata tidak dalam keadaan terbalut atau edema kelopak mata. Nilai 4 : Mata membuka spontan misalnya sesudah disentuh Nilai 3 : Mata baru membuka bila diajak bicara atau dipanggil nama atau diperintahkan membuka mata Nilai 2 : Mata membuka bila dirangsang kuat atau nyeri Nilai 1 : Tidak membuka mata walaupaun dirangsang nyeri 41. Menilai reflek-reflek patologis : a. Reflek Babinsky Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda yang runcing maka timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi kaki dan jari-jarinya ke daerah plantar b. Reflek Kremaster : Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada bagian dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis. Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan traktus corticulspinal 42. Uji syaraf kranial : NI.N. Olfaktorius – penghiduan diperiksa dengan bau bauhan seperti tembakau, wangi-wangian, yang diminta agar pasien menyebutkannya dengan mata tertutup N.II. N. Opticus 10
  • 11. Diperiksa dengan pemerikasaan fisus pada setiap mata . digunakan optotipe snalen yang dipasang pada jarak 6 meter dari pasien . fisus ditentukan dengan kemampuan membaca jelas deretan huruf-huruf yang ada N.III/ Okulomotoris. N.IV/TROKLERIS , N.VI/ABDUSEN Diperiksa bersama dengan menilai kemampuan pergerakan bola mata kesegala arah , diameter pupil , reflek cahaya dan reflek akomodasi N.V. Trigeminus berfungsi sensorik dan motorik, Sensorik diperiksa pada permukaan kulit wajah bagian dahi , pipi, dan rahang bawah serta goresan kapas dan mata tertutup Motorik diperiksa kemampuan menggigitnya, rabalah kedua tonus muskulusmasketer saat diperintahkan untuk gerak menggigit N.VII/ Fasialis fungsi motorik N.VII diperiksa kemampuan mengangkat alis, mengerutkan dahi, mencucurkan bibir , tersentum , meringis (memperlihatkan gigi depan )bersiul , menggembungkan pipi.fungsi sensorik diperiksa rasa pengecapan pada permukaan lidah yang dijulurkan (gula , garam , asam) N.VIII/ Vestibulo - acusticus Fungsi pendengaran diperiksa dengan tes Rinne , Weber , Schwabach dengan garpu tala. N.IX/ Glosofaringeus, N.X/vagus : diperiksa letak ovula di tengah atau deviasi dan kemampuan menelan pasien N.XI / Assesorius diperiksa dengan kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan ( kontraksi M.trapezius) dan gerakan kepala 11
  • 12. N.XII/ Hipoglosus diperiksa dengan kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus , gerakan lidah mendorong pipi kiri dan kanan dari arah dalam H. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam. Kriteria hasil : - Tidak ada tanda – tanda peningkatan TIK - Tanda – tanda vital dalam batas normal - Tidak adanya penurunan kesadaran Intervensi : Mandiri : - Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK - Catat status neurologi secara teratur, bandingkan dengan nilai standart - Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana - Pantau tekanan darah - Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan dan penglihatan kabur - Pantau suhu lingkungan - Pantau intake, output, turgor - Beritahu klien untuk menghindari/ membatasi batuk,muntah - Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai - Tinggikan kepala 15-45 derajat Kolaborasi : - Berikan oksigen sesuai indikasi - Berikan obat sesuai indikasi 2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan nafas oleh sekret Tujuan : bersihan jalan nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam. 12
  • 13. Kriteria hasil: - Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas - Ekspansi dada simetris - Bunyi napas bersih saat auskultasi - Tidak terdapat tanda distress pernapasan - GDA dan tanda vital dalam batas normal Intervensi: Mandiri : - Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi - Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memberikan pengeluaran sekresi yang optimal - Penghisapan sekresi - Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam Kolaborasi : - Berikan oksigenasi sesuai advis - Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi 3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan Tujuan : Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam Kriteria hasil: - RR 16-24 x permenit - Ekspansi dada normal - Sesak nafas hilang / berkurang - Tidak suara nafas abnormal Intervensi : Mandiri : - Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan. - Auskultasi bunyi nafas. - Pantau penurunan bunyi nafas. - Berikan posisi yang nyaman : semi fowler - Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan Kolaborasi : - Berikan oksigenasi sesuai advis 13
  • 14. - Berikan obat sesuai indikasi 4. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasi Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selaama 1 jam, pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan : - Bunyi paru bersih - Warna kulit normal - Gas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakan Intervensi : Mandiri : - Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapnia - Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[ jam dan prn, laporkan perubahan tinmgkat kesadaran pada dokter. - Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2 - Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP. - Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jam - Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpangan - Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan kebutuhan oksigen. - Pantau irama jantung Kolaboraasi : - Berikan cairan parenteral sesuai pesanan - Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid. 14
  • 15. DAFTAR PUSTAKA 1. Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997 2. Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998 3. Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001 4. Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989) 5. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) 6. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996) 7. Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992) 8. Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999 (Buku asli diterbitkan tahun 1993) 9. Harsono, Buku Ajar Neurologi Klinis, Yokyakarta, Gajah Mada University Press, 1996 ) 10. Padmosantjojo, Keperawatan Bedah Saraf, Jakarta, Bagian Bedah Saraf FKUI, 2000 11. Markum, Penuntun Anamnesis dan Pemeriksaan Fisis, Jakarta, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000 15
  • 16. 16