Dokumen tersebut membahas tentang nyeri kepala dan meningoensefalitis TB. Pertama, dijelaskan pendekatan diagnosis nyeri kepala berdasarkan anamnesis dan klasifikasi berbagai jenis nyeri kepala sekunder dan primer. Kedua, dibahas epidemiologi, etiologi, patogenesis, dan patofisiologi meningoensefalitis TB yang disebabkan oleh infeksi Mikobakterium tuberkulosis.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan keperawatan untuk anak yang mengalami demam kejang. Demam kejang adalah kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak berumur 6 bulan hingga 4 tahun dan disebabkan oleh proses ekstrakranium seperti infeksi. Gejalanya berupa serangan kejang yang berlangsung singkat ketika suhu tubuh meningkat."
Dokumen tersebut membahas tentang nyeri kepala dan meningoensefalitis TB. Pertama, dijelaskan pendekatan diagnosis nyeri kepala berdasarkan anamnesis dan klasifikasi berbagai jenis nyeri kepala sekunder dan primer. Kedua, dibahas epidemiologi, etiologi, patogenesis, dan patofisiologi meningoensefalitis TB yang disebabkan oleh infeksi Mikobakterium tuberkulosis.
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan keperawatan untuk anak yang mengalami demam kejang. Demam kejang adalah kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak berumur 6 bulan hingga 4 tahun dan disebabkan oleh proses ekstrakranium seperti infeksi. Gejalanya berupa serangan kejang yang berlangsung singkat ketika suhu tubuh meningkat."
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, tipe, pemeriksaan, dan penatalaksanaan cedera kepala. Termasuk di dalamnya adalah penjelasan mengenai skala koma Glasgow dan penanganan awal pasien cedera kepala."
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Dapat disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit otak lain. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil EEG.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang trauma kepala dan tulang belakang, termasuk anatomi, patologi, tanda-tanda, dan penatalaksanaannya. (2) Beberapa poin penting adalah stabilisasi dan penilaian ABCDE pasien trauma kepala, indikasi CT scan dan bedah, serta teknik pengangkatan dan pemindahan pasien trauma tulang belakang dengan aman. (3) Penatalaksanaan er
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala, diagnosis dan terapi epilepsi. Secara ringkas, epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya serangan epileptik yang disebabkan oleh faktor predisposisi dan perubahan neurobiologis di otak. Epilepsi umum terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia, dengan diagnosis utama didasarkan pada riway
Dokumen tersebut membahas tentang Bell's palsy yang merupakan kelumpuhan saraf wajah yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus, gangguan sirkulasi darah, atau faktor hereditas. Dokumen ini menjelaskan gejala, patofisiologi, komplikasi, dan penatalaksanaan fisioterapi untuk Bell's palsy dengan modalitas electrical stimulation dan massage.
Dokumen tersebut membahas enam penyakit berbeda, yaitu: 1) penyakit gondongan yang disebabkan virus dan menyerang kelenjar ludah, 2) penyakit kaki gajah yang ditularkan melalui nyamuk, 3) penyakit amnesia yang menyebabkan gangguan memori, 4) penyakit Parkinson yang disebabkan kerusakan otak, 5) meningitis yang menyebabkan peradangan membran pelindung otak, dan 6) katarak yang menyebabkan keker
Asuhan keperawatan klien dengan epilepsianche_meys
Seorang wanita 50 tahun datang dengan keluhan kejang berulang selama 3 hari. Pemeriksaan menemukan kesadaran somnolen tanpa kelainan pada pemeriksaan saraf dan penunjang. Pasien memiliki riwayat epilepsi selama 7 tahun yang tidak diobati selama sebulan terakhir.
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di otak yang dapat terjadi secara intraserebral atau subarakhnoid. Gejala klinisnya bervariasi tergantung lokasi perdarahan namun umumnya meliputi nyeri kepala hebat dan penurunan kesadaran. CT-Scan digunakan untuk mendiagnosis jenis stroke hemoragik.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan (ASKEP) untuk sakit kepala (headache). Dibahas mengenai definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan untuk beberapa jenis sakit kepala seperti migrain, tension type headache, dan cluster headache. Tujuan dari dokumen ini adalah agar tenaga kesehatan dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan masalah sakit
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada sakit kepala. Secara garis besar dibahas tentang definisi sakit kepala, klasifikasi, etiologi, dan manifestasi klinis beberapa jenis sakit kepala seperti migrain, tension type headache, dan cluster headache. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan keluhan sakit kepal
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, tipe, pemeriksaan, dan penatalaksanaan cedera kepala. Termasuk di dalamnya adalah penjelasan mengenai skala koma Glasgow dan penanganan awal pasien cedera kepala."
Epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan serangan berulang akibat aktivitas listrik berlebihan di otak. Dapat disebabkan oleh faktor genetik atau penyakit otak lain. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan hasil EEG.
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Dokumen tersebut membahas tentang trauma kepala dan tulang belakang, termasuk anatomi, patologi, tanda-tanda, dan penatalaksanaannya. (2) Beberapa poin penting adalah stabilisasi dan penilaian ABCDE pasien trauma kepala, indikasi CT scan dan bedah, serta teknik pengangkatan dan pemindahan pasien trauma tulang belakang dengan aman. (3) Penatalaksanaan er
Dokumen tersebut membahas tentang epilepsi, meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala, diagnosis dan terapi epilepsi. Secara ringkas, epilepsi adalah gangguan otak yang ditandai dengan terjadinya serangan epileptik yang disebabkan oleh faktor predisposisi dan perubahan neurobiologis di otak. Epilepsi umum terjadi pada anak-anak dan orang lanjut usia, dengan diagnosis utama didasarkan pada riway
Dokumen tersebut membahas tentang Bell's palsy yang merupakan kelumpuhan saraf wajah yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus, gangguan sirkulasi darah, atau faktor hereditas. Dokumen ini menjelaskan gejala, patofisiologi, komplikasi, dan penatalaksanaan fisioterapi untuk Bell's palsy dengan modalitas electrical stimulation dan massage.
Dokumen tersebut membahas enam penyakit berbeda, yaitu: 1) penyakit gondongan yang disebabkan virus dan menyerang kelenjar ludah, 2) penyakit kaki gajah yang ditularkan melalui nyamuk, 3) penyakit amnesia yang menyebabkan gangguan memori, 4) penyakit Parkinson yang disebabkan kerusakan otak, 5) meningitis yang menyebabkan peradangan membran pelindung otak, dan 6) katarak yang menyebabkan keker
Asuhan keperawatan klien dengan epilepsianche_meys
Seorang wanita 50 tahun datang dengan keluhan kejang berulang selama 3 hari. Pemeriksaan menemukan kesadaran somnolen tanpa kelainan pada pemeriksaan saraf dan penunjang. Pasien memiliki riwayat epilepsi selama 7 tahun yang tidak diobati selama sebulan terakhir.
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di otak yang dapat terjadi secara intraserebral atau subarakhnoid. Gejala klinisnya bervariasi tergantung lokasi perdarahan namun umumnya meliputi nyeri kepala hebat dan penurunan kesadaran. CT-Scan digunakan untuk mendiagnosis jenis stroke hemoragik.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan (ASKEP) untuk sakit kepala (headache). Dibahas mengenai definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan untuk beberapa jenis sakit kepala seperti migrain, tension type headache, dan cluster headache. Tujuan dari dokumen ini adalah agar tenaga kesehatan dapat mengetahui asuhan keperawatan yang tepat untuk pasien dengan masalah sakit
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada sakit kepala. Secara garis besar dibahas tentang definisi sakit kepala, klasifikasi, etiologi, dan manifestasi klinis beberapa jenis sakit kepala seperti migrain, tension type headache, dan cluster headache. Dokumen ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penatalaksanaan dan asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan keluhan sakit kepal
Tumor otak adalah lesi yang tumbuh di otak, menyebabkan gejala seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan neurologis. Diagnosa didukung hasil CT scan atau MRI, yang dapat mengidentifikasi lokasi dan ukuran tumor. Penatalaksanaan meliputi pembedahan, radioterapi, dan obat-obatan untuk mengurangi gejala. Prognosis tergantung jenis dan lokasi tumor.
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala & cederaFerrayulinda
Dokumen tersebut membahas tentang kegawatdaruratan pada sistem persarafan trauma kepala dan cedera spinal, termasuk gejala, penyebab, diagnostik, dan penatalaksanaannya.
Seorang perempuan 28 tahun yang bekerja sebagai sekretaris mengeluhkan nyeri kepala yang sering muncul terutama di siang hari selama 4 tahun terakhir. Dokter mencari tahu tentang penyebab nyeri kepala berulang yang dialami pasien ini dengan mempertimbangkan diagnosis dan penatalaksanaan yang mungkin.
Perempuan berusia 28 tahun yang bekerja sebagai sekretaris mengeluhkan nyeri kepala yang sering muncul sejak 4 tahun terakhir, terutama di siang hari. Dokter diminta menjelaskan definisi, klasifikasi, anatomi, dan patofisiologi nyeri kepala serta diagnosis dan penatalaksanaan yang mungkin untuk kasus ini.
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam. Secara umum, kejang demam disebabkan oleh infeksi ekstrakranial seperti OMA atau infeksi pernapasan atas. Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan membran sel neuron dan menyebabkan kejang. Komplikasi kejang demam antara lain aspirasi, asfiksia, dan retardasi mental. Diagnosa dan penatalaksanaan medis meliputi memberantas kejang, pen
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar pengetahuan dan keluarga. Pertama, mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari pengalaman dan indra, serta menjelaskan proses pembentukan dan cara memperoleh pengetahuan. Kedua, menjelaskan definisi dan struktur keluarga sebagai unit terkecil masyarakat yang terdiri atas anggota yang saling bergantung.
Stroke non hemoragik adalah gangguan fungsi otak akibat berhentinya suplai darah ke bagian otak. Penyebabnya antara lain trombosis, emboli, dan iskemia. Faktor risikonya meliputi hipertensi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, diabetes, dan merokok. Gejalanya bervariasi bergantung lokasi otak yang terganggu seperti kelemahan otot, gangguan bahasa, dan gangguan sensorik. Pemeriksaan seperti CT scan dan
This document lists 13 different types of neurological nursing care plans in Indonesian, including plans for conditions like cephalgia, herniated nucleus pulposus, low back pain, meningitis, migraine, decreased consciousness, space occupying lesions, non-hemorrhagic and hemorrhagic stroke, spinal cord tumors, brain tumors, stroke pathways, and general stroke care.
1. Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penurunan kesadaran, meliputi pengertian, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, pengkajian primer dan sekunder, serta penilaian menggunakan Glasgow Coma Scale.
1. Hernia nukleus pulposus (HNP) terjadi ketika inti gel yang ada di antara tulang belakang keluar dari cakram tulang belakang.
2. HNP biasanya disebabkan oleh proses penuaan yang mengakibatkan kerusakan cakram, diikuti trauma atau stres berulang.
3. HNP dapat menekan saraf tulang belakang dan menyebabkan nyeri, gangguan sensasi, dan keterbatasan gerak.
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema dan pelepasan lapisan kulit di hampir seluruh tubuh. Penyebabnya dapat berupa alergi obat, perluasan penyakit kulit kronis, atau penyakit sistemik. Pada eritroderma terjadi inflamasi kulit parah yang dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi dan gangguan keseimbangan cairan tubuh.
Pemfigus adalah penyakit kulit autoimun kronik yang ditandai dengan timbulnya bula pada kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan erosi dan kehilangan cairan serta protein. Penyakit ini dapat menimbulkan gangguan keseimbangan cairan, nyeri, resiko infeksi, dan gangguan fungsi kulit. Penatalaksanaannya meliputi perawatan luka, penggunaan obat sistemik dan topikal, serta pengawasan keada
Askep adult respiratory distress syndrom (ards)Stiawan Akbar
ARDS adalah gangguan paru progresif dan tiba-tiba ditandai dengan sesak berat, hipoksemia, dan infiltrat paru bilateral. ARDS dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung pada paru seperti pneumonia, sepsis, atau cedera. Penatalaksanaannya meliputi ventilasi mekanik, sedasi, dan pengobatan penyebabnya.
1. CHEFALGIA
A. PENGERTIAN
Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala
pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (
neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit
kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).
B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI
Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of
the International Headache Society sebagai berikut:
1. Migren (dengan atau tanpa aura)
2. Sakit kepal tegang
3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal
4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.
5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.
6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).
7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)
8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.
9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.
10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).
11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau
struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)
12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)
C. PATOFISIOLOGI
Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala
dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah
otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium.
Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri
terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus serta
arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.
Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:
Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.
2. Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah
dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.
Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan lintasan
liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun
tiba-tiba atau cepat sekali.
Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum, intoksikasi
alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia,
hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska contusio
serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).
Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster
headache) dan radang (arteritis temporalis)
Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada
spondiloartrosis deformans servikalis.
Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis), baseol
kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah
leher (spondiloartritis deforman servikalis.
Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi
dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Migren
Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan
serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui
jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak
terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.
Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia
kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam
pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami
dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.
Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:
Fase aura.
Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien
untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala
3. dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada
wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.
Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan
perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan
autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.
Fase sakit kepala
Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan
dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam
dalam satu hari atau beberapa hari.
Fase pemulihan
Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan
ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu
yang panjang.
b. Cluster Headache
Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria.
Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang
menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata
berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat
dan menurun kekuatannya.
Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis,
yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon
terhadap klorpromazin.
c. Tension Headache
Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit
kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini
perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar
sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada
berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan
yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada
lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.
E. PENGKAJIAN
4. Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari
sakit kepala.
Data Subyektif
a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.
b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.
c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.
d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval
diantara sakit kepala.
e. Awal serangan sakit kepala.
f. Ada gejala prodomal atau tidak
g. .Ada gejala yang menyertai.
h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).
i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.
j. Ada alergi atau tidak.
Data Obyektif
a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.
b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.
c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.
d. Suhu badan
e. Drainase dari sinus.
Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya
ialah:
a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau
gangguan organik.
b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau
terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.
d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu
bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.
e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.
f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.
g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada
sakit kepala yang psikogenis.
5. h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.
i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan
makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian
juga alkohol.
j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan
kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.
k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.
l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.
F. DIAGNOSTIK
1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan
menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur
tubuh.
3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena
penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak
adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat,
nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,
tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana
intrakranial.
6. Intervensi:
a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau
terapi apa yang telah digunakan
b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal :
berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau
meredakan.
c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus,
trauma servikal, hipertensi atau trauma.
d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,
gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi
jantung/pernafasan, tekanan darah.
e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang
f. Evaluasi perilaku nyeri
g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan
aktivitas, penurunan berat badan.
h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti
mengisolasi diri.
i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi,
pasangan/keluarga
j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat
k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.
l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.
m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.
n. Berikan kompres dingin pada kepala.
o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.
p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan
reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.
r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang
relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-
internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.
s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat
sesuai indikasi.
7. 2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak
adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat,
nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.
Intervensi.
a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang
daoat diajarkan.
b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.
c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala
itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.
d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.
e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang
diharapkan.
f. Kolaborasi
Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan
sikap asertif sesuai indikasi.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,
tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.
Intervensi ;
a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.
b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress
emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.
c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk
menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi
d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan ,
makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase
dan sebagainya.
e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.
f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan
bersenang-senang.
g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan
tertawa/tersenyum.
h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.
i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor
yang berhubungan atau faktor presipitasinya.
8. j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk
k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi
yang bukan terapi medis
9. DAFTAR PUSTAKA
1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran, Bandung.
2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.
3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan &
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.
4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.
5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi,
Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.
6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta