Osteoartritis (OA) adalah gangguan yang ditandai dengan kerusakan sendi yang progresif dimana semua struktur sendi telah mengalami perubahan patologis. (Fauci, 2009)
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi noninflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi (Dharmawirya, 2000).
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
1) Gangguan psikotik seperti skizofrenia ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar, dan defisit kognitif. 2) Gangguan neurotik seperti gangguan kecemasan obsesif kompulsif ditandai oleh kecemasan yang berlebihan yang menyebabkan perilaku repetitif seperti mengecek berulang-ulang. 3) Perbedaan utama antara gangguan psikotik dan neurotik adalah gangguan psikot
Pasien laki-laki berusia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri dada dan batuk berdahak. Pemeriksaan menunjukkan adanya pleuropneumonia di paru kiri pasien beserta riwayat diabetes.
Osteoartritis (OA) adalah gangguan yang ditandai dengan kerusakan sendi yang progresif dimana semua struktur sendi telah mengalami perubahan patologis. (Fauci, 2009)
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi noninflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi (Dharmawirya, 2000).
Gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
1) Gangguan psikotik seperti skizofrenia ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi, afek yang tidak wajar, dan defisit kognitif. 2) Gangguan neurotik seperti gangguan kecemasan obsesif kompulsif ditandai oleh kecemasan yang berlebihan yang menyebabkan perilaku repetitif seperti mengecek berulang-ulang. 3) Perbedaan utama antara gangguan psikotik dan neurotik adalah gangguan psikot
Pasien laki-laki berusia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri dada dan batuk berdahak. Pemeriksaan menunjukkan adanya pleuropneumonia di paru kiri pasien beserta riwayat diabetes.
Teks tersebut membahas tentang Demam Berdarah Dengue (DHF) pada anak, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, dan manifestasi klinisnya. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan dapat menyebabkan demam, nyeri otot, dan perdarahan. DHF dibagi menjadi 4 derajat beratnya.
Bayi laki-laki mengalami atresia duodenum yang merupakan penyempitan saluran pada duodenum sehingga makanan tidak dapat melalui saluran pencernaan dengan baik. Kondisi ini membutuhkan tindakan bedah untuk menyambung kembali saluran yang terpengaruh. Pasca operasi, perawatan intensif perlu dilakukan untuk memastikan pemulihan dan pertumbuhan bayi.
Dokumen tersebut merangkum berbagai pemeriksaan diagnostik untuk mengevaluasi kondisi muskuloskeletal seperti foto rontgen, CT scan, MRI, angiografi, venogram, mielografi, artrografi, artroskopi, biopsi, dan pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap dan kimia darah untuk mengidentifikasi penyakit tulang dan otot.
Laporan kasus mengenai Ny. AY usia 46 tahun yang mengalami nyeri dan kesulitan bergerak pada tungkai kiri akibat jatuh 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan fraktur femur dextra yang terlantar. Diagnosis negelcted fraktur femur dextra 1/3 tengah yang perlu ditangani dengan refrakturisasi, skeletal traksi, dan rencana operasi.
1. Apendiks adalah organ tabung pendek yang berpangkal pada sekum dan berperan dalam sistem imun. Apendisitis akut disebabkan oleh radang bakteria yang ditimbulkan oleh obstruksi dan infeksi.
2. Gejala klinis apendisitis akut antara lain nyeri perut yang berpindah ke kanan bawah dan tanda-tanda peradangan pada daerah tersebut. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi dapat membantu diagnosis.
3. Pengob
Cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid dan koloid yang digunakan untuk resusitasi akut dan terapi rumatan. Cairan kristaloid meliputi cairan hipotonik, isotonik, dan hipertonik yang berbeda dalam distribusi dan penggunaannya, sementara cairan koloid seperti albumin dan HES berperan sebagai ekspander volume. Prinsip terapi cairan meliputi penggantian kehilangan harian dan abnormal untuk memelihara hidrasi dan elektrolit tub
Teks tersebut merupakan makalah tentang studi kasus campak pada orang dewasa yang membahas tentang konsep medis campak, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis dan tujuan penulisan makalah tersebut untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan diagnosa campak.
Pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun pusat perbelanjaan baru di pusat kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Rencana ini mendapat dukungan dari kalangan bisnis tetapi ditentang oleh kelompok lingkungan karena khawatir akan mengganggu ekosistem setempat. Perdebatan masih berlanjut mengenai dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari rencana pembangunan tersebut.
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Penyakit Hirschprung ditandai dengan penyumbatan pada usus besar akibat ketidakmampuan otot usus untuk berkontraksi karena ketiadaan sel saraf ganglion. Gejala awalnya adalah bayi baru lahir tidak buang air besar selama 24-48 jam. Diagnosa didukung dengan hasil biopsi rektum dan uji colok dubur. Penatalaksanaannya meliputi pembedahan untuk memotong bagian usus tanpa sel saraf dan menyambungkannya ke re
Dokumen tersebut membahas tentang retardasi mental dan kedaruratan psikiatrik. Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau tidak diketahui, dan dibagi menjadi beberapa tingkatan berat. Kedaruratan psikiatrik meliputi keadaan gaduh-gelisah yang disebabkan oleh berbagai gangguan mental, serta percobaan bunuh diri yang dibedakan menurut tingkat ancaman dan pelaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian tidur dan istirahat, fisiologi tidur, jenis-jenis tidur, gangguan tidur, dan kebutuhan istirahat. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa tidur dan istirahat penting untuk kesehatan dan memulihkan fungsi tubuh.
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusheri damanik
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus di Desa Muara Buaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman warga desa tentang cara menangani diare, pentingnya KB dan imunisasi, serta pentingnya kesehatan diri dan lingkungan. Dibahas pula definisi keperawatan komunitas, tujuannya, sasarannya, prinsip-prinsipnya, sistem rujukan kesehatan, dan lingkungan hid
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptxssuserbb0b09
Tinjauan agama, sosial, dan budaya dalam perawatan paliatif membahas tiga hal penting: (1) peran agama sebagai sumber spiritualitas dan mekanisme koping bagi pasien, (2) masalah isolasi sosial yang dihadapi pasien terminal, dan (3) pengaruh budaya terhadap perilaku kesehatan pasien. Dokumen ini menekankan pentingnya memahami dimensi agama, sosial, dan budaya dalam memberikan perawatan paliatif yang holistik.
Teks tersebut membahas tentang Demam Berdarah Dengue (DHF) pada anak, meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, dan manifestasi klinisnya. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan dapat menyebabkan demam, nyeri otot, dan perdarahan. DHF dibagi menjadi 4 derajat beratnya.
Bayi laki-laki mengalami atresia duodenum yang merupakan penyempitan saluran pada duodenum sehingga makanan tidak dapat melalui saluran pencernaan dengan baik. Kondisi ini membutuhkan tindakan bedah untuk menyambung kembali saluran yang terpengaruh. Pasca operasi, perawatan intensif perlu dilakukan untuk memastikan pemulihan dan pertumbuhan bayi.
Dokumen tersebut merangkum berbagai pemeriksaan diagnostik untuk mengevaluasi kondisi muskuloskeletal seperti foto rontgen, CT scan, MRI, angiografi, venogram, mielografi, artrografi, artroskopi, biopsi, dan pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap dan kimia darah untuk mengidentifikasi penyakit tulang dan otot.
Laporan kasus mengenai Ny. AY usia 46 tahun yang mengalami nyeri dan kesulitan bergerak pada tungkai kiri akibat jatuh 2 bulan lalu. Pemeriksaan menunjukkan fraktur femur dextra yang terlantar. Diagnosis negelcted fraktur femur dextra 1/3 tengah yang perlu ditangani dengan refrakturisasi, skeletal traksi, dan rencana operasi.
1. Apendiks adalah organ tabung pendek yang berpangkal pada sekum dan berperan dalam sistem imun. Apendisitis akut disebabkan oleh radang bakteria yang ditimbulkan oleh obstruksi dan infeksi.
2. Gejala klinis apendisitis akut antara lain nyeri perut yang berpindah ke kanan bawah dan tanda-tanda peradangan pada daerah tersebut. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi dapat membantu diagnosis.
3. Pengob
Cairan intravena terdiri dari cairan kristaloid dan koloid yang digunakan untuk resusitasi akut dan terapi rumatan. Cairan kristaloid meliputi cairan hipotonik, isotonik, dan hipertonik yang berbeda dalam distribusi dan penggunaannya, sementara cairan koloid seperti albumin dan HES berperan sebagai ekspander volume. Prinsip terapi cairan meliputi penggantian kehilangan harian dan abnormal untuk memelihara hidrasi dan elektrolit tub
Teks tersebut merupakan makalah tentang studi kasus campak pada orang dewasa yang membahas tentang konsep medis campak, epidemiologi, patogenesis, gejala klinis dan tujuan penulisan makalah tersebut untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dewasa dengan diagnosa campak.
Pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun pusat perbelanjaan baru di pusat kota untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Rencana ini mendapat dukungan dari kalangan bisnis tetapi ditentang oleh kelompok lingkungan karena khawatir akan mengganggu ekosistem setempat. Perdebatan masih berlanjut mengenai dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari rencana pembangunan tersebut.
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Penyakit Hirschprung ditandai dengan penyumbatan pada usus besar akibat ketidakmampuan otot usus untuk berkontraksi karena ketiadaan sel saraf ganglion. Gejala awalnya adalah bayi baru lahir tidak buang air besar selama 24-48 jam. Diagnosa didukung dengan hasil biopsi rektum dan uji colok dubur. Penatalaksanaannya meliputi pembedahan untuk memotong bagian usus tanpa sel saraf dan menyambungkannya ke re
Dokumen tersebut membahas tentang retardasi mental dan kedaruratan psikiatrik. Retardasi mental dapat disebabkan oleh faktor keturunan atau tidak diketahui, dan dibagi menjadi beberapa tingkatan berat. Kedaruratan psikiatrik meliputi keadaan gaduh-gelisah yang disebabkan oleh berbagai gangguan mental, serta percobaan bunuh diri yang dibedakan menurut tingkat ancaman dan pelaksanaannya.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian tidur dan istirahat, fisiologi tidur, jenis-jenis tidur, gangguan tidur, dan kebutuhan istirahat. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa tidur dan istirahat penting untuk kesehatan dan memulihkan fungsi tubuh.
Asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasusheri damanik
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan komunitas dan contoh kasus di Desa Muara Buaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman warga desa tentang cara menangani diare, pentingnya KB dan imunisasi, serta pentingnya kesehatan diri dan lingkungan. Dibahas pula definisi keperawatan komunitas, tujuannya, sasarannya, prinsip-prinsipnya, sistem rujukan kesehatan, dan lingkungan hid
Tinjauan Agama Sosial Budaya Dalam Perawatan.pptxssuserbb0b09
Tinjauan agama, sosial, dan budaya dalam perawatan paliatif membahas tiga hal penting: (1) peran agama sebagai sumber spiritualitas dan mekanisme koping bagi pasien, (2) masalah isolasi sosial yang dihadapi pasien terminal, dan (3) pengaruh budaya terhadap perilaku kesehatan pasien. Dokumen ini menekankan pentingnya memahami dimensi agama, sosial, dan budaya dalam memberikan perawatan paliatif yang holistik.
Dokumen tersebut membahas konsep keluarga, karakteristik, pola kehidupan, tipe, struktur, peran, dan fungsi keluarga. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan bahwa keluarga adalah satuan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang hidup bersama dan saling berinteraksi.
Dokumen tersebut membahas definisi dan istilah yang terkait dengan keluarga, termasuk definisi keluarga menurut beberapa ahli, tipe/bentuk keluarga tradisional dan non-tradisional, serta struktur dan fungsi keluarga seperti pola dan proses komunikasi dalam keluarga.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang konsep keperawatan keluarga, termasuk pengertian keluarga, tipe-tipe keluarga, struktur, fungsi, dan peran keluarga dalam kesehatan
2) Perawat memainkan peran penting dalam memberikan asuhan kesehatan kepada keluarga, mulai dari tingkat individu hingga masyarakat
3) Tujuan utama dari keperawatan keluarga adalah me
Dokumen tersebut membahas tentang keperawatan keluarga, meliputi pengertian keluarga, ciri-ciri keluarga Indonesia, tipe keluarga tradisional dan non-tradisional, peranan dan fungsi keluarga dalam masyarakat.
Kelompok 2 membahas tentang jenis dan karakteristik keluarga. Mereka mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal bersama. Kelompok ini juga menjelaskan berbagai tipe keluarga tradisional dan non-tradisional beserta ciri-cirinya. Contoh kasus yang dibahas adalah tentang seorang lansia yang ditemukan tinggal sendirian karena diting
materi keperawatan komunitas konsep keluarga ayu rahmadani
1. Dokumen tersebut membahas konsep keluarga dan keperawatan keluarga. Terdapat definisi keluarga, tipe keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, tugas kesehatan keluarga, dan indikator keluarga sejahtera.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan jenis-jenis keluarga, fungsi keluarga, tingkat kesejahteraan keluarga, penilaian kesehatan keluarga menggunakan APGAR keluarga, dan siklus kehidupan keluarga menurut Duvall. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan pengembangan anggotanya.
Keluarga memainkan peran penting dalam mengelola masalah kesehatan, meliputi mengenali masalah, memutuskan tindakan, merawat anggota sakit, memodifikasi lingkungan, dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Kesehatan keluarga sangat berpengaruh pada kesejahteraan seluruh anggota.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Askep Kwashiorkor
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus busung lapar umumnya menimpa balita dengan latar belakang
ekonomi lemah. Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak
dari kurang gizi hingga busung lapar. Menurut UNICEF saat ini ada sekitar 40 %
anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Betapa banyaknya
bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan kelaparan dan penderitaan sejak
mereka dilahirkan.
Pemicu utama kasus busung lapar di Indonesia tampaknya karena masalah
ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan memicu kasus busung lapar,
kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi
anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban busung lapar di
Indonesia. Dan juga faktor alam, manusiawi ( kultur social masyarakat setempat
), pemerintah, dan lain – lain.
Persoalan gizi buruk dan busung lapar masih menghantui sebagian
warganya. Bagaimana bisa di era sekarang, masih dijumpai ribuan, dan ratusan
ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depan Indonesia menderita busung
lapar. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus busung
lapar terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat
penderita busung lapar belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus
busung lapar merebak barulah pemerintah melakukan tindakan ( serius ). Sebab,
2. 2
perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama ini adalah, anak-anak yang
menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu
hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang
diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga sudah menipis. Kasus ini
banyak menimpa anak di indonesia.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga ,Duvall dan Logan ( 1986 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Bailon dan Maglaya ( 1978 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI
( 1988 )
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4. 4
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan
fungsinya masing-masing.
4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga
a. Tradisional :
1). The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
5. 5
2). The dyad family : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3). Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak
sudah memisahkan diri
4). The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5). The extended family (keluarga luas/besar) : Keluarga yang terdiri dari tiga generasi
yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai : paman,
tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
6). The single-parent family (keluarga duda/janda) : Keluarga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian,
kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan)
7). Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa
berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
8). Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur
yang tinggal bersama dalam satu rumah
9). Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
10). Blended family : Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
6. 6
11). The single adult living alone / single-adult family : Keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti :
perceraian atau ditinggal mati
b. Non-Tradisional
1). The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2). The stepparent family : Keluarga dengan orangtua tiri
3). Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama
4). The nonmarital heterosexual cohabiting family : Keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5). Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6). Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit
Friedman, 199:
a. Pasangan baru (keluarga baru)
7. 7
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
1). Membina hubungan intim yang memuaskan
2). Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3). Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
1). Persiapan menjadi orang tua
2). Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
3). Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
1). Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
2). Membantu anak untuk bersosialisasi
3). Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
4). Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
8. 8
5). Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
6). Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7). Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1). Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2). Mempertahankan keintiman pasangan
3). Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa :
1). Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
2). Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3). Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4). Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
9. 9
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
1). Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2). Mempertahankan keintiman pasangan
3). Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4). Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5). Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1). Mempertahankan kesehatan
2). Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
3). Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya
meninggal :
1). Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
10. 10
2). Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
3). Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4). Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5). Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
11. 11
B. KONSEP DASAR TEORITIS KWASHIORKOR
1. Pengertian
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang
kekurangan kasih sayang ibu”.
Kwashiorkor adalah suatu syndrome klinik yang timbul sebagai akibat adanya
kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang dari yang
dibutuhkan. (Behrman, Richard E. 1994 : 299)
Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari gangguan
yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa
karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan, depigmentasi,
hyperkeratosis.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlansung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan hal tersebut antara lain :
a. Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak
semua makanan mengandung protein / asam amino yang memadai. Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu,
telur, keju, tahu dll) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai
12. 12
keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor,
terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
b. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan
tertentu dan sudah berlansung turun temurun dapat menjadi hal yang
menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
c. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga / penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
d. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP,
walaupun dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Seperti gejala malnutrisi protein disebabkan oleh gangguan penyerapan protein,
misalnya yang dijumpai pada keadaan diare kronis, kehilangan protein secara
tidak normal padaproteinuria (nefrosis), infeksi saluran pencernaan, serta
kegagalan mensintesis protein akibat penyakit hati yang kronis.
13. 13
3. Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas,
dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-
negara miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan
Asia Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan
kasus yang langka.
4. Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat
berlebihan karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam
dietnya. Kelainan yang mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel
yang disebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan protein dalam
diet akan terjadi kekurangan berbagai asam amino dalam serum yang jumlahnya
yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot, makin kurangnya
asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi albumin
oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema. Perlemakan hati terjadi
karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga transport lemak dari hati
terganggu dengan akibat terjadinya penimbunan lemak dalam hati.
5. Manifestasi Klinis
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein berat-
Kwashiorkor, antara lain :
a. Wujud Umum
14. 14
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada
ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada
tanda moon face dari akibat terjadinya edema.
b. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi
badan juga kurang dibandingkan dengan anak sehat.
c. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut
bisa menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
d. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia,
gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
e. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
15. 15
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak
putih atau merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang
sering mendapat tekanan.
f. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan
hambatan pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
6. Komplikasi
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi dikarenakan
lemahnya sistem imun. Tinggi maksimal dan kempuan potensial untuk tumbuh
tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak dengan riwayat kwashiorkor. Bukti
secara statistik mengemukakan bahwa kwashiorkor yang terjadi pada awal
kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat menurunkan IQ secara permanen.
16. 16
C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
a. Data Umum
1). Nama kepala keluarga
2). Umur
3). Pendidikan
4). Pekerjaan
5). Alamat
6). No.Telp
7). Suku Bangsa : Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
8). Agama dan Kepercayaan : Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan
9). Status Sosial Ekonomi Keluarga : Status sosial ekonomi keluarga ditentukan
oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya,
selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-
kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga.
10). Aktivitas Rekreasi Keluarga : Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan
saja keluarga bepergian bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan
rekreasi.
b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
17. 17
1). Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini : ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan tugas sesuai tahapan
perkembangan.
2). Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi : Tahap ini ditentukan
sampai mana perkembangan keluarga saat ini dan tahap apa yang belum dilakukan
oleh keluarga serta kendalanya.
3). Riwayat Kesehatan Masing-Masing Anggota Keluarga Saat Ini : Menjelaskan
mengenai riwayat kesehatan pada keluarga, yang meliputi penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, dan sumber pelayanan yang
digunakan.
4). Riwayat Keluarga Sebelumnya : Menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga
dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1). Karakteristik Rumah : Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, kepemilikan
rumah, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang
digunakan serta denah rumah.
2). Karakteristik Tetangga Dan Komunitas : Menjelaskan mengenai karakteristik
dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
18. 18
3). Mobilitas Geografis Keluarga : Mobilitas geografis keluarga yang ditentukan
dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat. Sudah berapa lama keluarga tinggal
didaerah ini dan apakah sering berpindah tempat tinggal?
4). Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat : Menjelaskan
mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan
keluarga yang ada.
5). Sistem Pendukung Keluarga : yang termasuk sistem pendukung keluarga
adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan, fasilitas mencakup fisik, fasilitas psikologis atau dukungan
dari anggota keluaraga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
d. Struktur Keluarga
1). Pola Komunikasi Keluarga : menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga, bahasa apa yang digunakan dalam keluarga, bagaimana
frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung dalam keluarga dan adakah
masalah dalam keluarga yang tertutup untuk didiskusikan.
2). Struktur Kekuatan Keluarga : Kemampuan anggota keluarga mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku diantaranya.
a). Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga
b). Bagaimana cara mengambil keputusan?
c). Apakah keluarga puas dengan pola?
19. 19
3). Struktur Peran : Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga, baik
secara formal maupun informal dan siapa yang menjadi model peran dalam
keluarga dan apakah ada konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.
e. Fungsi Keluarga
1). Fungsi Afektif : Mengkaji gambaran dari keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya.
Kehangatan kepada keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2). Fungsi Sosialisasi : Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan
sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya dan perilaku.
3). Fungsi Perawatan Kesehatan : sejauh mana keluarga memberikan
perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit.
4). Fungsi Reproduksi : Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah
anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
5). Fungsi Ekonomi : Mengkaji sejauh mana keluarga memnuhi kebutuhan
sandang, pangan, dan papan, dan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga.
f. Stress Dan Koping Keluarga
1). Stressor Jangka Pendek : Yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian masalah dalam waktu ±6 bulan.
2). Stressor Jangka Panjang : Yaitu yang dialami keluarga yang memrlukan
penyelesaian masalah dalam waktu leih dari 6 bulan.
20. 20
3). Strategi Koping Yang Digunakan : Strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan.
4). Kemampuan Keluarga Untuk Merespon : Dijelaskan mengenai adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
g. Pemeriksaan Fisik
1). Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga yang ada.
2). Pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki.
h. Analisa Data
1). Data objektif dan subjektif diambil dari pengkajian : wawancara, observasi dan
data sekunder.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan
Kwashiorkor adalah:
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia, dan diare.
b. Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan
kehilangan akibat diare.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan protein yang
tidak adekuat.
d. Defisiensi pengetahuan b/d tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan
nutrisi anak
21. 21
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak
adekuat, anoreksia dan diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien akan
menunjukkan peningkatan status gizi.
Kriteria hasil :
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien,
kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat
seimbang.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan kepada keluarga tentang
penyebab malnutrisi, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu dan
pengolahan makanan sehat seimbang,
tunjukkan contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai status sosial
ekonomi klien
1. Meningkatkan pemahaman keluarga
tentang penyebab dan kebutuhan
nutrisi untuk pemulihan klien
sehingga dapat meneruskan upaya
terapi dietetik yang telah diberikan
selama hospitalisasi.
2. Tunjukkan cara pemberian
makanan per sonde, beri kesempatan
keluarga untuk melakukannya sendiri.
2. Meningkatkan partisipasi keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
klien, mempertegas peran keluarga
dalam upaya pemulihan status nutrisi
klien.
3. Laksanakan pemberian roborans
sesuai program terapi.
3. Roborans meningkatkan nafsu
makan, proses absorbsi dan memenuhi
defisit yang menyertai keadaan
malnutrisi.
22. 22
4. Timbang berat badan, ukur lingkar
lengan atas.
4. Menilai perkembangan masalah
klien.
b. Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
Tujuan : Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.
Kriteria hasil:
1). Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
2). Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal,
frekuensi defekasi dengan konsistensi padat/semi padat).
Intervensi Rasional
1. Lakukan/observasi pemberian
cairan per infus/oral sesuai program
rehidrasi.
1. Upaya rehidrasi perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah
kekurangan volume cairan.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang
upaya rehidrasi dan partisipasi yang
diharapkan dari keluarga dalam
pemeliharan patensi pemberian
infus.
2. Meningkatkan pemahaman
keluarga tentang upaya rehidrasi
dan peran keluarga dalam
pelaksanaan terpi rehidrasi.
3. Kaji perkembangan keadaan
dehidarasi klien
3. Menilai perkembangan masalah
klien. Penting untuk menetapkan
program rehidrasi selanjutnya.
c. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein
yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien akan
mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria Hasil : Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
23. 23
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.
Intervensi Rasional
1. Ajarkan kepada orang tua tentang
standar pertumbuhan fisik dan
tugastugas perkembangan sesuai usia
anak.
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga
tentang keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2. Lakukan pemberian makanan/
minuman sesuai program terapi diet
pemulihan.
2. Diet khusus untuk pemulihan
malnutrisi diprogramkan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan anak
dan kemampuan toleransi sistem
pencernaan.
3. Lakukan pengukuran antropo-metrik
secara berkala.
3. Menilai perkembangan masalah
klien.
4. Lakukan stimulasi tingkat
perkembangan sesuai dengan usia
klien.
4. Stimulasi diperlukan untuk mengejar
keterlambatan perkembangan anak
dalam aspek motorik, bahasa dan
personal/sosial.
5. Lakukan rujukan ke lembaga
pendukung stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan
(Puskesmas/Posyandu)
5. Mempertahankan kesinambungan
program stimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak dengan
memberdayakan sistem pendukung
yang ada.
d. Defisiensi pengetahuan b/d tentang kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
anak
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan penyuluhan diharapkan pengetahuan
keluarga akan bertambah.
Kriteria Hasil :
1). Keluarga mengerti dan memahami isi penyuluhan.
2). Keluarga dapat mengulangi isi penyuluhan.
3). Keluaraga mampu menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai
di rumah.
24. 24
Intervensi Rasional
1. Tentukan tingkat pengetahuan dan
kesiapan untuk belajar.
1. mengetahui sejauh mana
pengetahuan dan kebenaran informasi
yang di dapat dan kesiapan untuk
belajar.
2. Jelaskan tentang:
- Nama penyakit anak.
- Penyebab penyakit.
- Akibat yang ditimbulkan.
- Pengobatan yang dilakukan.
2. Keluarga mengerti dan memahami
penyakit anak dan menambah
pengetahuan keluarga.
3. Jelaskan tentang:
- Pengertian nutrisi dan pentingnya.
- Pola makan yang betul untuk anak
sesuai umurnya.
- Bahan makanan yang banyak
mengandung vitamin terutama
banyak mengandung protein.
3. Keluarga mengerti dan memahami
serta menambah pengetahuan tentang
nutrisi.
4. Beri kesempatan keluarga untuk
mengulangi isi penyuluhan.
4. Mengetahui sejauh mana isi
penyuluhan dipahami oleh keluarga.
5. Anjurkan keluarga untuk
membawa anak kontrol di poli gizi.
25. 25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persoalan kwashiorkor masih menghantui sebagian warganya. Bagaimana
bisa di era sekarang, masih dijumpai ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang
menjadi pemegang masa depan Indonesia menderita busung lapar.
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus busung lapar
terlambat seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita
busung lapar belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus busung lapar
merebak barulah pemerintah melakukan tindakan.
Kita sebagai orang yang berada dalam bidang pelayanan kesehatan
sebaiknya lebih baik lagi dalam memberikan pelayanan kepada klien dan
keluarga. Dengan adanya penyuluhan kesehatan kepada kelarga dan klien serta
pemerintah diharapkan kasus busung lapar bisa sedikit teratasi.
26. 26
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/58938327/Askep-Kwashiorkor-Pada-Anak Di akses
21 Februari 2014 jam 11:00 AM
http://hestimeiprett.com/ Di akses 22 Februari 2014 jam 12:30 PM
Judith M. Wilkinson. Nancy R. Ahren : Buku saku diagnosis keperawatan Edisi 9
: Diagnosis NANDA;Intervensi NIC;Kriteria hasil NOC
T.Heather Herdman, PhD, RN : NANDA International DIAGNOSIS
KEPERAWATAN; Definisi dan Klasifikasi 2012-2014