SlideShare a Scribd company logo
ASUHAN KEPERAWATAN
     PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA




          MOCHAMAD ARIFIN
              0901300020




    PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
                 2011



                                       1
ASUHAN KEPERAWATAN
                       PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA


A. DEFINISI
          Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa
  peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang
  pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
          Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan
  tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)


B. ETIOLOGI
  Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
   - Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
   - Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau   di celah pupil


C. KLASIFIKASI
  1. Glaukoma primer
     -   Glaukoma sudut terbuka
         Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata.
         Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut
         terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular.
         Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran
         schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
         Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan
         sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan
         nyeri mata yang timbul.
     -   Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
         Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga
         iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor
         aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena
         peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa
         yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba
         dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang



                                                                                         2
kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak
       segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
   Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat
   mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
   -   Perubahan lensa
   -   Kelainan uvea
   -   Trauma
   -   bedah
3. Glaukoma kongenital
   -   Primer atau infantil
   -   Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
   Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan
   total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma
   absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
   glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta
   ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
   berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
   timbulnya glaukoma hemoragik.
          Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada
   badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata
   telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.


Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
   a. Definisi
       Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler
       yang meningkat mendadak sangat tinggi.
   b. Etiologi
       Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa
       sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder
       sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk
       primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

                                                                                    3
c. Faktor Predisposisi
   Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan
   midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
   sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen
   atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe,
   atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
   1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah
       belakang kepala .
   2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan
       muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
   3). Tajam penglihatan sangat menurun.
   4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
   5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
   6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
   7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat
       timbulnya reaksi radang uvea.
   8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
   9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media
       penglihatan.
   10). Tekanan bola mata sangat tinggi.
   11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
   Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan.
   Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
   menghilang.
f. Penatalaksanaan
   Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler
   (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera.
   Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi,
   iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi
   setelah pengobatan medikamentosa.




                                                                                  4
2. GLAUKOMA KRONIK
  a. Definisi
     Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata
     sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
  b. Etiologi
     Keturunan    dalam    keluarga,    diabetes   melitus,   arteriosklerosis,   pemakaian
     kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
  c. Manifestasi klinik
     Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang
     secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak
     mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien
     sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga
     kebutaan permanen.
  d. Pemeriksaan Penunjang
     Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan
     peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25
     mmHg.
     Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding
     cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan
     lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal,
     tangga Ronne, atau skotoma busur.
  e. Penatalaksanaan
     Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang
     pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran
     tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga
     dan minum harus sedikit-sedikit.




                                                                                          5
D. PATHWAY GLAUKOMA
                                          Usia > 40 th
                                              DM
                               Kortikosteroid jangka panjang
                                            Miopia
                                          Trauma mata




                     Obstruksi jaringan                     peningkatan tekanan
                         Trabekuler                                        Vitreus




                      Hambatan pengaliran                pergerakan iris kedepan
                      Cairan humor aqueous




     Nyeri
                         TIO meningkat          Glaukoma            TIO Meningkat




                         Gangguan saraf optik                              tindakan operasi




    Gangguan                                             Anxietas        Kurang pengetahuan
                         Perubahan penglihatan
  persepsi sensori
    penglihatan               Perifer



                              Kebutaan


                                                                                              6
E. ASUHAN KEPERAWATAN
  1). Pengkajian
     a) Aktivitas / Istirahat       :
         Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
     b) Makanan / Cairan            :
         Mual, muntah (glaukoma akut)
     c) Neurosensori                :
         Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan
         kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan
         dekat/merasa di ruang gelap (katarak).
         Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar,
         kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut).
         Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.
         Tanda                      :
         Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.
         Peningkatan air mata.
     d) Nyeri / Kenyamanan          :
         Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
         Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala
         (glaukoma akut).
     e) Penyuluhan / Pembelajaran
         Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
         Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena),
         ketidakseimbangan endokrin.
         Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
  2). Pemeriksaan Diagnostik
     (1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
         penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau
         vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina
         atau jalan optik.
     (2) Lapang penglihatan         :   Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
         pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
     (3) Pengukuran tonografi       : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)



                                                                                         7
(4) Pengukuran gonioskopi      :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut
            tertutup glaukoma.
        (5) Tes Provokatif             :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
            normal atau hanya meningkat ringan.
        (6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
            lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
        (7) Darah lengkap, LED         :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
        (8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
        (9) Tes Toleransi Glukosa      :menentukan adanya DM.


F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
   a.   Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual
        dan muntah.
        Tujuan         : Nyeri hilang atau berkurang
        Kriteria hasil :
        -     pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
        -     pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
        -     ekspresi wajah rileks
        Intervensi :
        -     kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
        -     kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
        -     anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
        -     atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
        -     Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
        -     Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
        -     Berikan analgesik sesuai anjuran
   b.   Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan
        status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
        Tujuan         : Penggunaan penglihatan yang optimal
        Kriteria Hasil:
        - Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
        - Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih
            lanjut.
        Intervensi         :

                                                                                            8
-        Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
     -        Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan
              kehilangan penglihatan
         -     Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal,
                                              tidak salah dosis
     -        Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan,
              contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek
              yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
                               -    Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c.   Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
     kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan,
     ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
     Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
     Kriteria Hasil:
         -    Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun       sampai tingkat dapat
              diatasi.
         -    Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
         -    Pasien menggunakan sumber secara efektif
         Intervensi      :
         -    Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
              pengetahuan kondisi saat ini.
         -    Berikan        informasi     yang     akurat        dan    jujur.    Diskusikan
              kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan
              penglihatan tambahan.
         -    Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
         -    Identifikasi sumber/orang yang menolong.


     d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan
             pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat,
             salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi,
             tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
             Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.




                                                                                           9
Kriteria Hasil:
-   pasien         menyatakan       pemahaman            kondisi,       prognosis,         dan
    pengobatan.
-   Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
-   Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
-   Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
-   Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
-   Izinkan pasien mengulang tindakan.
-   Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan
    obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid
    topikal.
-   Identifikasi     efek       samping/reaksi     merugikan            dari       pengobatan
    (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,
    jantung tak teratur dll.
-   Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
-   Dorong         menghindari       aktivitas,seperti       mengangkat              berat/men
    dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
-   Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan                         berserat.
-   Tekankan pemeriksaan rutin.
-   Anjurkan        anggota     keluarga    memeriksa          secara          teratur   tanda
    glaukoma.




                                                                                            10
DAFTAR PUSTAKA


1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982


2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000.


3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992


4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
   Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000


5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi
   dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998


6. Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002




                                                                              11

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
pjj_kemenkes
 
Soal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawat
Soal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawatSoal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawat
Soal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawat
aidil fitrisyah
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
masantian
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
Desy Trisnasari
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
andalizah
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
AULIA SHARA
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
Warnet Raha
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
Faris Andrianto
 
Woc diabetes-melitus
Woc diabetes-melitusWoc diabetes-melitus
Woc diabetes-melitus
dian sanjaya
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
Ira Rahmawati
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
DiniHadianingsih
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
Fais PPT
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
UNIVERSITAS SARIPUTRA INDONESIA TOMOHON
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Fransiska Oktafiani
 

What's hot (20)

Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
Laporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritisLaporan kasus gastritis
Laporan kasus gastritis
 
Evaluasi keperawatan
 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Soal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawat
Soal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawatSoal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawat
Soal, kunci jawaban dan pembahasan ukom perawat
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Santi askep dm
Santi askep dmSanti askep dm
Santi askep dm
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Tanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksiTanda tanda infeksi
Tanda tanda infeksi
 
Makalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aidsMakalah asuhan hiv aids
Makalah asuhan hiv aids
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Woc diabetes-melitus
Woc diabetes-melitusWoc diabetes-melitus
Woc diabetes-melitus
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
Alat Ukur Pengkajain Manula Short Portable Mental Questionneire (SPMSQ)
 

Viewers also liked

WOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata GlaukomaWOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata Glaukoma
Mira Fitriani Suwarnoo II
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukomaKANDA IZUL
 
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDFINTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
Baskoro Abdiansyah
 
Woc glaukoma
Woc glaukomaWoc glaukoma
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Yabniel Lit Jingga
 
Kb 2 kelainan kongenital dan keturunan
Kb 2 kelainan kongenital dan keturunanKb 2 kelainan kongenital dan keturunan
Kb 2 kelainan kongenital dan keturunan
pjj_kemenkes
 
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011bahtiarl
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
GLAUKOMA
GLAUKOMAGLAUKOMA
Hidronefrosis, fimosis y parafimosis
Hidronefrosis, fimosis y parafimosisHidronefrosis, fimosis y parafimosis
Hidronefrosis, fimosis y parafimosisGarleth Rivera
 
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakYesi Tika
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
Viktor Iwan
 

Viewers also liked (20)

WOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata GlaukomaWOC penyakit mata Glaukoma
WOC penyakit mata Glaukoma
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDFINTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GLAUKOMA PDF
 
Woc glaukoma
Woc glaukomaWoc glaukoma
Woc glaukoma
 
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dmLaporan pendahuluan askep ujian icu dm
Laporan pendahuluan askep ujian icu dm
 
Kb 2 kelainan kongenital dan keturunan
Kb 2 kelainan kongenital dan keturunanKb 2 kelainan kongenital dan keturunan
Kb 2 kelainan kongenital dan keturunan
 
Cover miopi
Cover miopiCover miopi
Cover miopi
 
Woc ablasio retina
Woc ablasio retinaWoc ablasio retina
Woc ablasio retina
 
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
GLAUKOMA
GLAUKOMAGLAUKOMA
GLAUKOMA
 
Hidronefrosis, fimosis y parafimosis
Hidronefrosis, fimosis y parafimosisHidronefrosis, fimosis y parafimosis
Hidronefrosis, fimosis y parafimosis
 
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarak
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 

Similar to Askep glukoma

Askep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxAskep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptx
ssuser01dbde
 
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docxtinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
Desya5
 
Glaukoma akut ku
Glaukoma akut kuGlaukoma akut ku
Glaukoma akut kuyunuz
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glukoma
GlukomaGlukoma
Katarak
KatarakKatarak
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptxReferat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
idawahyunimapsan
 
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
Dimas Priyantono
 
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptxDiskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
agungpratamaputra12
 
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdfMAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
1130016076ZAHROTULJA
 
Bab i
Bab iBab i
Askep trauma mata
Askep trauma mataAskep trauma mata
Askep trauma matamateri-x2
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
NURULMUMINAH
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
kharismaMr1
 

Similar to Askep glukoma (20)

Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Askep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxAskep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptx
 
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docxtinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
 
Glaukoma cidera
Glaukoma cideraGlaukoma cidera
Glaukoma cidera
 
Glaukoma akut ku
Glaukoma akut kuGlaukoma akut ku
Glaukoma akut ku
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptxReferat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
 
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
 
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptxDiskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
 
Bab i mte
Bab i mte Bab i mte
Bab i mte
 
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdfMAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK PERSEPSI SENSORIK KATARAK.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Askep trauma mata
Askep trauma mataAskep trauma mata
Askep trauma mata
 
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
 

Askep glukoma

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA MOCHAMAD ARIFIN 0901300020 PRODI D-III KEPERAWATAN BLITAR POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG 2011 1
  • 2. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA A. DEFINISI Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000). Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996) B. ETIOLOGI Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh : - Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary - Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil C. KLASIFIKASI 1. Glaukoma primer - Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. - Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit) Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang 2
  • 3. kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. 2. Glaukoma sekunder Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab. - Perubahan lensa - Kelainan uvea - Trauma - bedah 3. Glaukoma kongenital - Primer atau infantil - Menyertai kelainan kongenital lainnya 4. Glaukoma absolut Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit. Berdasarkan lamanya : 1. GLAUKOMA AKUT a. Definisi Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi. b. Etiologi Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih. 3
  • 4. c. Faktor Predisposisi Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler. d. Manifestasi klinik 1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala . 2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut. 3). Tajam penglihatan sangat menurun. 4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat. 5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar. 6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh. 7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea. 8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat. 9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan. 10). Tekanan bola mata sangat tinggi. 11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal. e. Pemeriksaan Penunjang Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. f. Penatalaksanaan Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa. 4
  • 5. 2. GLAUKOMA KRONIK a. Definisi Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. b. Etiologi Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif. c. Manifestasi klinik Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen. d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur. e. Penatalaksanaan Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit. 5
  • 6. D. PATHWAY GLAUKOMA Usia > 40 th DM Kortikosteroid jangka panjang Miopia Trauma mata Obstruksi jaringan peningkatan tekanan Trabekuler Vitreus Hambatan pengaliran pergerakan iris kedepan Cairan humor aqueous Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO Meningkat Gangguan saraf optik tindakan operasi Gangguan Anxietas Kurang pengetahuan Perubahan penglihatan persepsi sensori penglihatan Perifer Kebutaan 6
  • 7. E. ASUHAN KEPERAWATAN 1). Pengkajian a) Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b) Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut) c) Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata. d) Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). e) Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin. 2). Pemeriksaan Diagnostik (1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. (2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. (3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) 7
  • 8. (4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma. (5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan. (6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. (7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi. (8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK. (9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM. F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil : - pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri - pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang - ekspresi wajah rileks Intervensi : - kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri - kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik - anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang - atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman. - Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO - Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan - Berikan analgesik sesuai anjuran b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal Kriteria Hasil: - Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan - Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut. Intervensi : 8
  • 9. - Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan - Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan - Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis - Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. - Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. Tujuan : Cemas hilang atau berkurang Kriteria Hasil: - Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi. - Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah - Pasien menggunakan sumber secara efektif Intervensi : - Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini. - Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan. - Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. - Identifikasi sumber/orang yang menolong. d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya. 9
  • 10. Kriteria Hasil: - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan. - Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit - Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi : - Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, - Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. - Izinkan pasien mengulang tindakan. - Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal. - Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll. - Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup - Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit. - Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat. - Tekankan pemeriksaan rutin. - Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma. 10
  • 11. DAFTAR PUSTAKA 1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982 2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000. 3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992 4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000 5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998 6. Brunner & Suddart. Keperawatan Medical Bedah EGC. Jakarta 2002 11