Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma, penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan kerusakan saraf optik dan gangguan penglihatan. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, klasifikasi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan glaukoma serta faktor risikonya.
Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma, sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Dokumen menjelaskan penyebab, jenis, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan glaukoma.
Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Gejala utamanya adalah nyeri, gangguan penglihatan seperti kabur dan silau, serta ketakutan akan kehilangan penglihatan. Pengobatan bertujuan menurunkan tekanan mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Gejala utamanya adalah nyeri, gangguan penglihatan seperti kabur dan silau, serta ketakutan akan kehilangan penglihatan. Pengobatan bertujuan menurunkan tekanan mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma, penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan kerusakan saraf optik dan gangguan penglihatan. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, klasifikasi, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan glaukoma serta faktor risikonya.
Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma, sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Dokumen menjelaskan penyebab, jenis, gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaan glaukoma.
Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Gejala utamanya adalah nyeri, gangguan penglihatan seperti kabur dan silau, serta ketakutan akan kehilangan penglihatan. Pengobatan bertujuan menurunkan tekanan mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Gejala utamanya adalah nyeri, gangguan penglihatan seperti kabur dan silau, serta ketakutan akan kehilangan penglihatan. Pengobatan bertujuan menurunkan tekanan mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Dokumen ini membahas konsep dasar glaukoma termasuk pengertian, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Katarak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya seperti kongenital, senile, juvenil, dan komplikata. Pengobatan utama katarak adalah melalui operasi bedah untuk mengeluarkan lensa keruh dan menggantikannya dengan lensa buatan.
Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma, penyebab kebutaan kedua di Indonesia. Glaukoma dibedakan menjadi glaukoma primer yang terdiri dari glaukoma sudut terbuka dan tertutup, serta glaukoma sekunder. Penjelasan selanjutnya membahas patofisiologi, gejala, dan penatalaksanaan untuk berbagai jenis glaukoma.
Bantu pasien mengobati mata sesuai anjuran dokter.
Bantu pasien mengganti balutan mata sesuai jadwal.
Bantu pasien membersihkan mata dari dalam kelopak dengan tisu basah/bola kapas.
Kolaborasi:
Hubungi dokter bila terjadi tanda infeksi seperti demam, nyeri, bengkak, kemerahan,drainase
purulen.
Hubungi dokter bila terjadi komplikasi seperti perdarahan, kejanggalan
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptxArivaSyivaa2
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis glaukoma sekunder yang dapat terjadi akibat faktor lensa, penggunaan kortikosteroid, peradangan, kondisi vaskular, trauma, dan komplikasi bedah. Jenis-jenis glaukoma sekunder dijelaskan beserta patofisiologi, gejala, tanda, dan penatalaksanaannya.
1) Trauma mata dapat menyebabkan nyeri akibat peningkatan tekanan intraokuler dan kerusakan organ mata seperti kornea dan uvea;
2) Hal ini dapat menimbulkan gangguan persepsi sensori seperti penglihatan kabur dan penurunan visus;
3) Pasien mengalami ansietas karena kekhawatiran akan fungsi penglihatan dan diperlukannya tindakan pembedahan.
Kasus melaporkan seorang gadis berusia 14 tahun dengan diagnosa ketoasidosis diabetikum yang kemudian mengalami katarak bilateral. Laporan ini menunjukkan bahwa pasien diabetes berisiko tinggi mengalami katarak. Katarak pada pasien diabetes disebabkan oleh proses glikasi yang menumpukkan produk akhir glikasi maju di lensa mata, menyebabkan degenerasi. Bedah katarak pada pasien diabetes umumnya aman, tetapi perlu mempersiapkan dan memantau
Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma dan pengobatannya. Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat merusak saraf optik dan retina, menyebabkan kebutaan. Pemeriksaan dan pengobatan glaukoma meliputi pemeriksaan mata, pengukuran tekanan mata, dan operasi jika diperlukan untuk mengurangi tekanan mata. Pasien perlu istirahat dan mengikuti
Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Dokumen ini membahas konsep dasar glaukoma termasuk pengertian, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan hingga kebutaan. Katarak dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya seperti kongenital, senile, juvenil, dan komplikata. Pengobatan utama katarak adalah melalui operasi bedah untuk mengeluarkan lensa keruh dan menggantikannya dengan lensa buatan.
Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma, penyebab kebutaan kedua di Indonesia. Glaukoma dibedakan menjadi glaukoma primer yang terdiri dari glaukoma sudut terbuka dan tertutup, serta glaukoma sekunder. Penjelasan selanjutnya membahas patofisiologi, gejala, dan penatalaksanaan untuk berbagai jenis glaukoma.
Bantu pasien mengobati mata sesuai anjuran dokter.
Bantu pasien mengganti balutan mata sesuai jadwal.
Bantu pasien membersihkan mata dari dalam kelopak dengan tisu basah/bola kapas.
Kolaborasi:
Hubungi dokter bila terjadi tanda infeksi seperti demam, nyeri, bengkak, kemerahan,drainase
purulen.
Hubungi dokter bila terjadi komplikasi seperti perdarahan, kejanggalan
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptxArivaSyivaa2
Dokumen tersebut merangkum berbagai jenis glaukoma sekunder yang dapat terjadi akibat faktor lensa, penggunaan kortikosteroid, peradangan, kondisi vaskular, trauma, dan komplikasi bedah. Jenis-jenis glaukoma sekunder dijelaskan beserta patofisiologi, gejala, tanda, dan penatalaksanaannya.
1) Trauma mata dapat menyebabkan nyeri akibat peningkatan tekanan intraokuler dan kerusakan organ mata seperti kornea dan uvea;
2) Hal ini dapat menimbulkan gangguan persepsi sensori seperti penglihatan kabur dan penurunan visus;
3) Pasien mengalami ansietas karena kekhawatiran akan fungsi penglihatan dan diperlukannya tindakan pembedahan.
Kasus melaporkan seorang gadis berusia 14 tahun dengan diagnosa ketoasidosis diabetikum yang kemudian mengalami katarak bilateral. Laporan ini menunjukkan bahwa pasien diabetes berisiko tinggi mengalami katarak. Katarak pada pasien diabetes disebabkan oleh proses glikasi yang menumpukkan produk akhir glikasi maju di lensa mata, menyebabkan degenerasi. Bedah katarak pada pasien diabetes umumnya aman, tetapi perlu mempersiapkan dan memantau
Dokumen tersebut membahas tentang glaukoma dan pengobatannya. Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang dapat merusak saraf optik dan retina, menyebabkan kebutaan. Pemeriksaan dan pengobatan glaukoma meliputi pemeriksaan mata, pengukuran tekanan mata, dan operasi jika diperlukan untuk mengurangi tekanan mata. Pasien perlu istirahat dan mengikuti
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
1. 2.1 Glaukoma
Glaukoma adalah kumpulan penyakit mata yang terdiri dari atrofi papil optikus
glaukomatosa (N II), defek luas lapang pandang dan peningkatan tekanan intra
okular (TIO). (Sitorus dkk, 2017).
2.1.1 Klasifikasi dari glaukoma menurut Ilyas (2014) sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu
timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan
yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan
dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan
anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-
95% ), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan
saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan
TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semu (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena
ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke
depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor
aqueos mengalir ke saluran schlem. Pargerakan iris ke depan dapat
karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul
dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata
2. yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi
pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata
lain atau trauma didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan
sudut/peningkatan volume cairan dari dalam mata. Misalnya glaukoma
sekunder oleh karena hifema, laksasi/sub laksasi lensa, katarak instrumen,
oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi
dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05 %)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos),
lakrimasi.
4. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/ terbuka)
dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit sering mata dengan buta ini mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat
dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
Glaukoma sekunder dibagi menjadi
2.1.2 Lens Induced Glaucoma
Glaukoma yang diakibatkan karena kelainan atau gangguan pada lensa
(glaucoma sekunder). Glaukoma akibat lensa diklasifikasikan menjadi 2
yaitu sudut terbuka dan sudut tertutup. (AAO, 2021)
3. Glaukoma sudut tertutup akibat lensa (AAO, 2021) :
1. Glaukoma Fakomorfik
Glaukoma yang terjadi karena perubahan ukuran dan posisi permukaan
anterior lensa yang mendorong lensa menekan iris. terhalangnya iris
menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Glaukoma fakomorfik lebih
sering terjadi pada katarak hipermature namun dapat terjadi pada katarak
intumesen yang berkembang dengan cepat. (AAO, 2021)
Diagnosis Glaukoma Fakomorfik
1) Anamnesis
Nyeri pada mata, riwayat penurunan visus
2) Pemeriksaan Fisik
Slit lamp exam : terdapat katarak
Gonioscopy : Sudut tertutup
Tonometri : peningkatan TIO
3) Pemeriksaan penunjang
Ultrasound Biomicroscopy : memperlihatkan densitas lensa
yang katarak menyebabkan efek masa yang akan mendorong
iris dan membentuk sudut tertutup
Tatalaksana meliputi :
1) Menurunkan Tekanan Intraokular
Beta blocker
Carbonic anhydrase inhibitor
Agen Hiperosmotic : gliserin oral atau mannitol
Agen Parasimpatomimetic
Iridotomy
2) Ekstraksi Katarak
2. Ektopia Lentis
Glaukoma yang disebabkan karena perpindahan lensa ke depan yang
menyebabkan penyempitan sudut bilik mata depan dan pupil. Ektopia
lentis dapat disebabkan karena trauma atau gangguan sistemik lain seperti
4. sindrom Weill-Marchesani, Sindrom marfan dan lain-lain. (AAO, 2021)
Diagnosis Glaukoma Fakomorfik
1) Anamnesis
Nyeri pada mata, penurunan tajam penglihatan, kesulitan
berakmodasi dan melihat dekat
2) Pemeriksaan Fisik
Slit lamp exam : Lensa dislokasi/sublukasi
Gonioscopy : Sudut tertutup
Tonometri : peningkatan TIO
Tatalaksana meliputi :
1) Sublukasi parsial tanpa blok pupil, pengobatan konservatif
dengan pemantauan TIO. Jika ada blok pupil, 2 laser iridotomy
terpisah 1800
dibuat untuk menghindari penyumbatan
2) Dislokasi total, dilakukan pengangkatan lensa
Glaukoma akibat lensa sudut terbuka :
1. Glaukoma Fakolitik
Glaukoma fakolitik timbul pada mata dengan katarak matur dimana
kapsul lensa maish intak. Material lensa yang mengalami denaturasi dan
likuifikasi nonantigenik keluar melalui kapsul lensa yang intak dan
menimbulkan reaksi makrofagik, serta reaksi inflamasi. Makrofag ini
membengkak bersama material lensa dan menyumbat saluran keluar
aqueous humor sehingga terjadi glaukoma sekunder sudut terbuka.
(AAO, 2021)
Diagnosis Glaukoma Partikel Lensa
1) Anamnesis :Nyeri pada mata, fotofobia, penurunan visus,
konjungtiva hiperemis
2) Pemeriksaan Fisik :
• Slit lamp exam : konjungtiva hiperemis, terdapat partikel putih
pada COA, reaksi flare tanpa keratik presipitat, edema kornea,
katarak matur
• Gonioscopy : Sudut terbuka
5. • Tonometri : peningkatan TIO
2. Glaukoma fakoantigenik
Glaukoma fakoantigenik disebut juga dengan fakoanafilaktik. Penyebab
glaukoma ini melibatkan reaksi imun yang dimediasi oleh IgG dan sistem
komplemen terhadap protein lensa. (AAO, 2021) :
Diagnosis Glaukoma Fakoantigenik
1) Anamnesis :biasa terjadi 1-14 hari pasca operasi katarak atau
trauma
2) Pemeriksaan Fisik :
• Slit lamp exam : keratik presipitat, sel dan flare pada COA,
sinekia, dan materi residu lensa
• Gonioscopy : Sudut terbuka
• Tonometri : peningkatan TIO
3. Glaukoma Partikel Lensa
Peningkatan TIO pada glaukoma partikel lensa disebabkan oleh obstruksi
aliran aqueous oleh partikel lensa. Glaukoma jenis ini masuk ke dalam
kategori glaukoma sekunder sudut terbuka. Glaukoma berhubungan
dengan kapsul lensa yang mengalami disrupsi dan terdapat fragmen dari
material lensa yang keluar ke bilik depan. Glaukoma ini dapat timbul
setelah operasi katarak atau trauma pada lensa. (AAO, 2021)
1) Anamnesis :onset lambat, terdapat riwayat pembedahan atau
truma
2) Pemeriksaan Fisik :
• Slit lamp exam : lensa kortikal di ruang anterior, edema kornea,
sinekia, reaksi sel dan flare di COA
• Gonioscopy : Sudut terbuka
• Tonometri : peningkatan TIO
2.1.3 Manifestasi Klinis
Pada Glaukoma terinduksi lensa, keluhan pasien dapat berupa (Shah & Jay.
6. 2022) :
1. Nyeri mata unilateral, onset tiba-tiba dapat disertai sakit kepala,
mual, dan muntah
2. Kemerahan pada mata, onset tiba-tiba
3. Berkurangnya tajam penglihatan
4. Halo berwarna, fotofobia dan epifora
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan (Shah & Jay, 2022)
1. Adneksa mata : mungkin bengkak dan kemerahan pada kelopak mata
2. Konjungtiva : Kongesti dan Chemosis
3. Sclera : pembuluh darah episklera dilatasi
4. Kornea : Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan edema pada
strome, bulla sub epitel dan membran descmet fold.
5. Anterior Chamber : Pada fakomorfik dan ektopia lentis didapatkan
chamber yang dangkal.
6. Iris : Pada fakomorfik dan ektopia lentis didapatkan iris menunduk
7. Pupil : Peningkatan tekanan intraokular yang lama dapat
menyebabkan perubahan bentuk pupil karena iskemia pada muskulus
sphincter pupillae
8. Lensa : pada fakomorfik tampak intumescent senile cataract
2.1.4 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Glaukoma
Menurut Ausburger JJ, dkk. (2019), terdapat beberapa hal yang harus
diperiksa pada glaukoma:
1. Ketajaman Penglihatan
Pada tahap awal glaukoma, ketajaman penglihatan sentral masih baik
dan dapat tetap intak meskipun sampai tahap akhir penyakit. Pada
kasus glaukoma yang sangat lanjut, ketajaman visual dapat
menentukan pilihan terapi. Penurunan subjektif ketajaman visual dapat
menjadi indikator progresi ketika tes lapang pandang tidak dapat
dilakukan.
2. Respon Pupil
7. Hasil relative afferent pupillary defect (RAPD) yang positif ditemukan
pada abnormalitas definitif jaras refleks pupil dan kerusakan nervus
optik asimetris. RAPD dapat muncul sebelum defek lapang pandang
dan kerusakan nervus optik terjadi.
3. Tonometri
8. Pengukuran tekanan intra okular berperan penting dalam pemeriksaan
pasien glaukoma. Tekanan intraokular sangat dinamis. Pengukuran
TIO dapat dilakukan dengan pengukuran digital dan menggunakan alat
yaitu tonometri. Nilai normal TIO adalah 15-17 mmHg. Dalam
menggunakan tonometri, harus diperhatikan untuk menghindari
komplikasi berupa abrasi kornea dan dekompensasi sekunder kornea
karena penggunaan anestesi topikal.
4. Slit Lamp
Pada pemeriksaan slit lamp, harus memerhatikan injeksi konjungtiva,
sklera, dan episklera. Adanya pelebaran pembuluh darah episklera
harus menjadi patokan untuk menginvestigasi peningkatan tekanan
vena episklera yang dapat mengurangi pengeluaran aqueous dan
memicu peningkatan TIO. Pemeriksaan kornea juga harus dilakukan
dengan hati-hati untuk memerhatikan keberadaan inflitrat, edema, atau
abnormalitas yang berhubungan dengan glaukoma sekunder. Penilaian
anterior chamber dilakukan untuk menentukan apakah terdapat
obstruksi mekanik pada trabekular meshwork oleh sel inflamasi,
eritrosit, atau makrofag. Bentuk pupil harus diidentifikasi secara hati-
hati untuk melihat apakah terdapat sinekia posterior, uvea ektropion,
atau iregularitas dari trauma sebelumnya atau serangan glaukoma
sebelumnya. Lensa juga harus dinilai untuk melihat opasitas lensa.
5. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi untuk menilai anterior chamber perifer.
6. Pemeriksaan nervus optikus
Pada glaukoma dapat terjadi perubahan struktur diskus optik . nervus
optik biasanya dideskripsikan dengan cup-disc-ratio. Diskus yang
besar diketahui memiliki cup yang lebih besar dan rim neuroretinal
lebih sempit, hal ini tidak dipertimbangkan sebagai patologis. Akan
tetapi, diskus yang kecil dengan cup yang besar merupakan tanda
patologis.
9. 2.1.5 Tatalaksana Glaukoma
Pengobatan medikamoentosa adalah dengan pemberian obat-obatan berikut
(Sitorus dkk, 2017):
Carbonic anhydrase inhibitor
Pada awal terapi diberikan asetazolamide tablet 500 mg, dilanjutkan
dengan asetazolamid oral 4x250 mg setelah 1 jam, hingga tekanan
intraokular menjadi normal (<21 mmHg). Dapat diberikan carbonic
anhydrase inhibitor topikal bila tersedia untuk mempercepat
penurunan TIO.
Obat tetes mata beta blocker 0,5%
Tetes mata beta blocker diberikan 2xsehari 1 tetes untuk membantu
menurunkan TIO.
Obat tetes steroid
Obat tetes steroid 4x sehari 1 tetes bermanfaat untuk mengurangi
peradangan pada mata yang terkena.
Analgesik oral
Diberikan bila pasien merasakan nyeri dan sakit kepala hebat.
Obat tetes pilokarpin 2%
Baru mulai diberikan 30 menit sampai 1 jam setelah terapi
medikamentosa awal karena pilokarpin baru dapat bekerja setelah
iskemia iris berkurang dan TIO <40 mmHg. Pilokarpin 2% diberikan
2x selang 15 menit, selanjutnya diberikan 6x1 tetes pada mata yang
terkena. Mata yang tidak mengalami serangan juga diberikan
pilokarpin 1% profilaksis sebanyak 4x sehari, sampai dilakukan laser
iridotomi.
Obat hiperosmotik
Digunakan jika TIO sangat tinggi (50 mmHg) dan jika asetazolamid
tidak berefek. Obat hiperosmotik dapat ditemukan sebagai gliserin
atau manitol. Dosis larutan gliserin 50% per oral adalah 1-1,5
10. gram/kgBB atau setara dengan 1,5-4 mL/kgBB. Dosis
manitol 20% intravena adalah 2 gram/kgBB atau setara
dengan 2-7 mL/kgBB(Sitorus dkk. 2017).