SlideShare a Scribd company logo
2.1 Glaukoma
Glaukoma adalah kumpulan penyakit mata yang terdiri dari atrofi papil optikus
glaukomatosa (N II), defek luas lapang pandang dan peningkatan tekanan intra
okular (TIO). (Sitorus dkk, 2017).
2.1.1 Klasifikasi dari glaukoma menurut Ilyas (2014) sebagai berikut :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu
timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan
yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan
dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan
anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-
95% ), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan
berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai
pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan
saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi.
Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan
TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semu (akut)
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena
ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke
depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor
aqueos mengalir ke saluran schlem. Pargerakan iris ke depan dapat
karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang
posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul
dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata
yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi
pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata
lain atau trauma didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan
sudut/peningkatan volume cairan dari dalam mata. Misalnya glaukoma
sekunder oleh karena hifema, laksasi/sub laksasi lensa, katarak instrumen,
oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
3. Glaukoma Kongenital
Glaukoma Kongenital adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi
dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05 %)
manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos),
lakrimasi.
4. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/ terbuka)
dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti
batu dan dengan rasa sakit sering mata dengan buta ini mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa
neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat
timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat
dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau
melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.
Glaukoma sekunder dibagi menjadi
2.1.2 Lens Induced Glaucoma
Glaukoma yang diakibatkan karena kelainan atau gangguan pada lensa
(glaucoma sekunder). Glaukoma akibat lensa diklasifikasikan menjadi 2
yaitu sudut terbuka dan sudut tertutup. (AAO, 2021)
Glaukoma sudut tertutup akibat lensa (AAO, 2021) :
1. Glaukoma Fakomorfik
Glaukoma yang terjadi karena perubahan ukuran dan posisi permukaan
anterior lensa yang mendorong lensa menekan iris. terhalangnya iris
menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Glaukoma fakomorfik lebih
sering terjadi pada katarak hipermature namun dapat terjadi pada katarak
intumesen yang berkembang dengan cepat. (AAO, 2021)
Diagnosis Glaukoma Fakomorfik
1) Anamnesis
 Nyeri pada mata, riwayat penurunan visus
2) Pemeriksaan Fisik
 Slit lamp exam : terdapat katarak
 Gonioscopy : Sudut tertutup
 Tonometri : peningkatan TIO
3) Pemeriksaan penunjang
 Ultrasound Biomicroscopy : memperlihatkan densitas lensa
yang katarak menyebabkan efek masa yang akan mendorong
iris dan membentuk sudut tertutup
Tatalaksana meliputi :
1) Menurunkan Tekanan Intraokular
 Beta blocker
 Carbonic anhydrase inhibitor
 Agen Hiperosmotic : gliserin oral atau mannitol
 Agen Parasimpatomimetic
 Iridotomy
2) Ekstraksi Katarak
2. Ektopia Lentis
Glaukoma yang disebabkan karena perpindahan lensa ke depan yang
menyebabkan penyempitan sudut bilik mata depan dan pupil. Ektopia
lentis dapat disebabkan karena trauma atau gangguan sistemik lain seperti
sindrom Weill-Marchesani, Sindrom marfan dan lain-lain. (AAO, 2021)
Diagnosis Glaukoma Fakomorfik
1) Anamnesis
 Nyeri pada mata, penurunan tajam penglihatan, kesulitan
berakmodasi dan melihat dekat
2) Pemeriksaan Fisik
 Slit lamp exam : Lensa dislokasi/sublukasi
 Gonioscopy : Sudut tertutup
 Tonometri : peningkatan TIO
Tatalaksana meliputi :
1) Sublukasi parsial tanpa blok pupil, pengobatan konservatif
dengan pemantauan TIO. Jika ada blok pupil, 2 laser iridotomy
terpisah 1800
dibuat untuk menghindari penyumbatan
2) Dislokasi total, dilakukan pengangkatan lensa
Glaukoma akibat lensa sudut terbuka :
1. Glaukoma Fakolitik
Glaukoma fakolitik timbul pada mata dengan katarak matur dimana
kapsul lensa maish intak. Material lensa yang mengalami denaturasi dan
likuifikasi nonantigenik keluar melalui kapsul lensa yang intak dan
menimbulkan reaksi makrofagik, serta reaksi inflamasi. Makrofag ini
membengkak bersama material lensa dan menyumbat saluran keluar
aqueous humor sehingga terjadi glaukoma sekunder sudut terbuka.
(AAO, 2021)
Diagnosis Glaukoma Partikel Lensa
1) Anamnesis :Nyeri pada mata, fotofobia, penurunan visus,
konjungtiva hiperemis
2) Pemeriksaan Fisik :
• Slit lamp exam : konjungtiva hiperemis, terdapat partikel putih
pada COA, reaksi flare tanpa keratik presipitat, edema kornea,
katarak matur
• Gonioscopy : Sudut terbuka
• Tonometri : peningkatan TIO
2. Glaukoma fakoantigenik
Glaukoma fakoantigenik disebut juga dengan fakoanafilaktik. Penyebab
glaukoma ini melibatkan reaksi imun yang dimediasi oleh IgG dan sistem
komplemen terhadap protein lensa. (AAO, 2021) :
Diagnosis Glaukoma Fakoantigenik
1) Anamnesis :biasa terjadi 1-14 hari pasca operasi katarak atau
trauma
2) Pemeriksaan Fisik :
• Slit lamp exam : keratik presipitat, sel dan flare pada COA,
sinekia, dan materi residu lensa
• Gonioscopy : Sudut terbuka
• Tonometri : peningkatan TIO
3. Glaukoma Partikel Lensa
Peningkatan TIO pada glaukoma partikel lensa disebabkan oleh obstruksi
aliran aqueous oleh partikel lensa. Glaukoma jenis ini masuk ke dalam
kategori glaukoma sekunder sudut terbuka. Glaukoma berhubungan
dengan kapsul lensa yang mengalami disrupsi dan terdapat fragmen dari
material lensa yang keluar ke bilik depan. Glaukoma ini dapat timbul
setelah operasi katarak atau trauma pada lensa. (AAO, 2021)
1) Anamnesis :onset lambat, terdapat riwayat pembedahan atau
truma
2) Pemeriksaan Fisik :
• Slit lamp exam : lensa kortikal di ruang anterior, edema kornea,
sinekia, reaksi sel dan flare di COA
• Gonioscopy : Sudut terbuka
• Tonometri : peningkatan TIO
2.1.3 Manifestasi Klinis
Pada Glaukoma terinduksi lensa, keluhan pasien dapat berupa (Shah & Jay.
2022) :
1. Nyeri mata unilateral, onset tiba-tiba dapat disertai sakit kepala,
mual, dan muntah
2. Kemerahan pada mata, onset tiba-tiba
3. Berkurangnya tajam penglihatan
4. Halo berwarna, fotofobia dan epifora
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan (Shah & Jay, 2022)
1. Adneksa mata : mungkin bengkak dan kemerahan pada kelopak mata
2. Konjungtiva : Kongesti dan Chemosis
3. Sclera : pembuluh darah episklera dilatasi
4. Kornea : Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan edema pada
strome, bulla sub epitel dan membran descmet fold.
5. Anterior Chamber : Pada fakomorfik dan ektopia lentis didapatkan
chamber yang dangkal.
6. Iris : Pada fakomorfik dan ektopia lentis didapatkan iris menunduk
7. Pupil : Peningkatan tekanan intraokular yang lama dapat
menyebabkan perubahan bentuk pupil karena iskemia pada muskulus
sphincter pupillae
8. Lensa : pada fakomorfik tampak intumescent senile cataract
2.1.4 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Glaukoma
Menurut Ausburger JJ, dkk. (2019), terdapat beberapa hal yang harus
diperiksa pada glaukoma:
1. Ketajaman Penglihatan
Pada tahap awal glaukoma, ketajaman penglihatan sentral masih baik
dan dapat tetap intak meskipun sampai tahap akhir penyakit. Pada
kasus glaukoma yang sangat lanjut, ketajaman visual dapat
menentukan pilihan terapi. Penurunan subjektif ketajaman visual dapat
menjadi indikator progresi ketika tes lapang pandang tidak dapat
dilakukan.
2. Respon Pupil
Hasil relative afferent pupillary defect (RAPD) yang positif ditemukan
pada abnormalitas definitif jaras refleks pupil dan kerusakan nervus
optik asimetris. RAPD dapat muncul sebelum defek lapang pandang
dan kerusakan nervus optik terjadi.
3. Tonometri
Pengukuran tekanan intra okular berperan penting dalam pemeriksaan
pasien glaukoma. Tekanan intraokular sangat dinamis. Pengukuran
TIO dapat dilakukan dengan pengukuran digital dan menggunakan alat
yaitu tonometri. Nilai normal TIO adalah 15-17 mmHg. Dalam
menggunakan tonometri, harus diperhatikan untuk menghindari
komplikasi berupa abrasi kornea dan dekompensasi sekunder kornea
karena penggunaan anestesi topikal.
4. Slit Lamp
Pada pemeriksaan slit lamp, harus memerhatikan injeksi konjungtiva,
sklera, dan episklera. Adanya pelebaran pembuluh darah episklera
harus menjadi patokan untuk menginvestigasi peningkatan tekanan
vena episklera yang dapat mengurangi pengeluaran aqueous dan
memicu peningkatan TIO. Pemeriksaan kornea juga harus dilakukan
dengan hati-hati untuk memerhatikan keberadaan inflitrat, edema, atau
abnormalitas yang berhubungan dengan glaukoma sekunder. Penilaian
anterior chamber dilakukan untuk menentukan apakah terdapat
obstruksi mekanik pada trabekular meshwork oleh sel inflamasi,
eritrosit, atau makrofag. Bentuk pupil harus diidentifikasi secara hati-
hati untuk melihat apakah terdapat sinekia posterior, uvea ektropion,
atau iregularitas dari trauma sebelumnya atau serangan glaukoma
sebelumnya. Lensa juga harus dinilai untuk melihat opasitas lensa.
5. Gonioskopi
Pemeriksaan gonioskopi untuk menilai anterior chamber perifer.
6. Pemeriksaan nervus optikus
Pada glaukoma dapat terjadi perubahan struktur diskus optik . nervus
optik biasanya dideskripsikan dengan cup-disc-ratio. Diskus yang
besar diketahui memiliki cup yang lebih besar dan rim neuroretinal
lebih sempit, hal ini tidak dipertimbangkan sebagai patologis. Akan
tetapi, diskus yang kecil dengan cup yang besar merupakan tanda
patologis.
2.1.5 Tatalaksana Glaukoma
Pengobatan medikamoentosa adalah dengan pemberian obat-obatan berikut
(Sitorus dkk, 2017):
 Carbonic anhydrase inhibitor
Pada awal terapi diberikan asetazolamide tablet 500 mg, dilanjutkan
dengan asetazolamid oral 4x250 mg setelah 1 jam, hingga tekanan
intraokular menjadi normal (<21 mmHg). Dapat diberikan carbonic
anhydrase inhibitor topikal bila tersedia untuk mempercepat
penurunan TIO.
 Obat tetes mata beta blocker 0,5%
Tetes mata beta blocker diberikan 2xsehari 1 tetes untuk membantu
menurunkan TIO.
 Obat tetes steroid
Obat tetes steroid 4x sehari 1 tetes bermanfaat untuk mengurangi
peradangan pada mata yang terkena.
 Analgesik oral
Diberikan bila pasien merasakan nyeri dan sakit kepala hebat.
 Obat tetes pilokarpin 2%
Baru mulai diberikan 30 menit sampai 1 jam setelah terapi
medikamentosa awal karena pilokarpin baru dapat bekerja setelah
iskemia iris berkurang dan TIO <40 mmHg. Pilokarpin 2% diberikan
2x selang 15 menit, selanjutnya diberikan 6x1 tetes pada mata yang
terkena. Mata yang tidak mengalami serangan juga diberikan
pilokarpin 1% profilaksis sebanyak 4x sehari, sampai dilakukan laser
iridotomi.
 Obat hiperosmotik
Digunakan jika TIO sangat tinggi (50 mmHg) dan jika asetazolamid
tidak berefek. Obat hiperosmotik dapat ditemukan sebagai gliserin
atau manitol. Dosis larutan gliserin 50% per oral adalah 1-1,5
gram/kgBB atau setara dengan 1,5-4 mL/kgBB. Dosis
manitol 20% intravena adalah 2 gram/kgBB atau setara
dengan 2-7 mL/kgBB(Sitorus dkk. 2017).

More Related Content

Similar to tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx

Katarak
KatarakKatarak
Glaukoma cidera
Glaukoma cideraGlaukoma cidera
Bab i
Bab iBab i
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakYesi Tika
 
GLAUKOMA.pptx
GLAUKOMA.pptxGLAUKOMA.pptx
GLAUKOMA.pptx
hafidzqadri
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
Dimas Priyantono
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
pjj_kemenkes
 
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptx
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptxdr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptx
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptx
ArivaSyivaa2
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukomaKANDA IZUL
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
kharismaMr1
 
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011bahtiarl
 
Dm retinopati
Dm retinopatiDm retinopati
Dm retinopati
Sulaiman Martawinata
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx
PTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptxPTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptx
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx
12drMohamadYhoniDwik
 
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxREFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
ninikindriyani0
 

Similar to tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx (20)

Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Glaukoma cidera
Glaukoma cideraGlaukoma cidera
Glaukoma cidera
 
Bab i mte
Bab i mte Bab i mte
Bab i mte
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Asuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarakAsuhan keperawatan katarak
Asuhan keperawatan katarak
 
GLAUKOMA.pptx
GLAUKOMA.pptxGLAUKOMA.pptx
GLAUKOMA.pptx
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptx
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptxdr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptx
dr. Raharjo K, Sp.M(K)-Glaukoma Sekunder.pptx
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
 
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
Trauma mata AKPER PEMKAB MUNA
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
 
Dm retinopati
Dm retinopatiDm retinopati
Dm retinopati
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx
PTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptxPTM  indra & fungsional   31 05 2023.pptx
PTM indra & fungsional 31 05 2023.pptx
 
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptxREFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
REFERAT OPERASI KATARAK PADA MATA (JENIS OPERASI DAN INDIKASINYA).pptx
 

Recently uploaded

Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
syam586213
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
fritshenukh
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
sulastri822782
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
Datalablokakalianda
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
andiulfahmagefirahra1
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
ryskilahmudin
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
SyailaNandaSofiaWell
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
nurulkarunia4
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
adhiwargamandiriseja
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
hadijaul
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
adwinhadipurnadi
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
lala263132
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
MFCorp
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
ortopedifk
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
FiikFiik
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
MuhammadAuliaKurniaw1
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
ssusera85899
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
MuhammadAuliaKurniaw1
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DamianLoveChannel
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
arikiskandar
 

Recently uploaded (20)

Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptxMateri 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
Materi 5. Penjaminan Mutu Labkesmas.pptx
 
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdfv2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
v2 Intervensi serentak pencegahan stunting.pdf
 
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMERPPT  RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
PPT RAKOR POKJANAL POSYANDU DALAM PENGUATAN INTEGRASI LAYANAN PRIMER
 
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
441766795-PERSONAL-HYGIENE-ppt kebersihan diri sendiri.ppt
 
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.pptCara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik_New.ppt
 
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdfPengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
Pengertian dan jenis obat antiparasit.pdf
 
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratoriumPengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
Pengendalian Proses.pptx Mata kuliah manajemen mutu laboratorium
 
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
Hiv DAN AIDS dalam kehamilan-------------
 
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTPPetunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
Petunjuk teknis Aplikasi Indikator Nasional Mutu FKTP
 
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteranpemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
pemaparan PPT pneumonia untuk fakultas kedokteran
 
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdfpengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
pengukuran dan intervensi Serentak stunting.pdf
 
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasijejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
jejaring dan jaringan pkm 2019 presentasi
 
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic DasarANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
ANTIBIOTIK TOPIKAL Farmakologi Basic Dasar
 
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdfSupracondyler humerus fracture modul.pdf
Supracondyler humerus fracture modul.pdf
 
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptxSlide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
Slide 1. Analisis Obat-obat Analgetik.pptx
 
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptxfarmakologi antikoagulan presentasi.pptx
farmakologi antikoagulan presentasi.pptx
 
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.pptGambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
Gambaran Umum asuhan persalinan normal.ppt
 
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskularfarmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
farmakologi antikoagulan pada kasus kardiovaskular
 
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptxDEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
DEFENISI OPERASIONAL (SINDROM) PENYAKIT SKDR.pptx
 
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdfDesain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
Desain Deskriptif Desain studi pada epidemiology bencana .pdf
 

tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx

  • 1. 2.1 Glaukoma Glaukoma adalah kumpulan penyakit mata yang terdiri dari atrofi papil optikus glaukomatosa (N II), defek luas lapang pandang dan peningkatan tekanan intra okular (TIO). (Sitorus dkk, 2017). 2.1.1 Klasifikasi dari glaukoma menurut Ilyas (2014) sebagai berikut : 1. Glaukoma Primer Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu : a. Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis) Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90- 95% ), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. b. Glaukoma sudut tertutup / sudut semu (akut) Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlem. Pargerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat nyeri mata
  • 2. yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. 2. Glaukoma Sekunder Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit mata lain atau trauma didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan sudut/peningkatan volume cairan dari dalam mata. Misalnya glaukoma sekunder oleh karena hifema, laksasi/sub laksasi lensa, katarak instrumen, oklusio pupil, pasca bedah intra okuler. 3. Glaukoma Kongenital Glaukoma Kongenital adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata sistemik jarang (0,05 %) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata (bulfamos), lakrimasi. 4. Glaukoma absolut Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit. Glaukoma sekunder dibagi menjadi 2.1.2 Lens Induced Glaucoma Glaukoma yang diakibatkan karena kelainan atau gangguan pada lensa (glaucoma sekunder). Glaukoma akibat lensa diklasifikasikan menjadi 2 yaitu sudut terbuka dan sudut tertutup. (AAO, 2021)
  • 3. Glaukoma sudut tertutup akibat lensa (AAO, 2021) : 1. Glaukoma Fakomorfik Glaukoma yang terjadi karena perubahan ukuran dan posisi permukaan anterior lensa yang mendorong lensa menekan iris. terhalangnya iris menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Glaukoma fakomorfik lebih sering terjadi pada katarak hipermature namun dapat terjadi pada katarak intumesen yang berkembang dengan cepat. (AAO, 2021) Diagnosis Glaukoma Fakomorfik 1) Anamnesis  Nyeri pada mata, riwayat penurunan visus 2) Pemeriksaan Fisik  Slit lamp exam : terdapat katarak  Gonioscopy : Sudut tertutup  Tonometri : peningkatan TIO 3) Pemeriksaan penunjang  Ultrasound Biomicroscopy : memperlihatkan densitas lensa yang katarak menyebabkan efek masa yang akan mendorong iris dan membentuk sudut tertutup Tatalaksana meliputi : 1) Menurunkan Tekanan Intraokular  Beta blocker  Carbonic anhydrase inhibitor  Agen Hiperosmotic : gliserin oral atau mannitol  Agen Parasimpatomimetic  Iridotomy 2) Ekstraksi Katarak 2. Ektopia Lentis Glaukoma yang disebabkan karena perpindahan lensa ke depan yang menyebabkan penyempitan sudut bilik mata depan dan pupil. Ektopia lentis dapat disebabkan karena trauma atau gangguan sistemik lain seperti
  • 4. sindrom Weill-Marchesani, Sindrom marfan dan lain-lain. (AAO, 2021) Diagnosis Glaukoma Fakomorfik 1) Anamnesis  Nyeri pada mata, penurunan tajam penglihatan, kesulitan berakmodasi dan melihat dekat 2) Pemeriksaan Fisik  Slit lamp exam : Lensa dislokasi/sublukasi  Gonioscopy : Sudut tertutup  Tonometri : peningkatan TIO Tatalaksana meliputi : 1) Sublukasi parsial tanpa blok pupil, pengobatan konservatif dengan pemantauan TIO. Jika ada blok pupil, 2 laser iridotomy terpisah 1800 dibuat untuk menghindari penyumbatan 2) Dislokasi total, dilakukan pengangkatan lensa Glaukoma akibat lensa sudut terbuka : 1. Glaukoma Fakolitik Glaukoma fakolitik timbul pada mata dengan katarak matur dimana kapsul lensa maish intak. Material lensa yang mengalami denaturasi dan likuifikasi nonantigenik keluar melalui kapsul lensa yang intak dan menimbulkan reaksi makrofagik, serta reaksi inflamasi. Makrofag ini membengkak bersama material lensa dan menyumbat saluran keluar aqueous humor sehingga terjadi glaukoma sekunder sudut terbuka. (AAO, 2021) Diagnosis Glaukoma Partikel Lensa 1) Anamnesis :Nyeri pada mata, fotofobia, penurunan visus, konjungtiva hiperemis 2) Pemeriksaan Fisik : • Slit lamp exam : konjungtiva hiperemis, terdapat partikel putih pada COA, reaksi flare tanpa keratik presipitat, edema kornea, katarak matur • Gonioscopy : Sudut terbuka
  • 5. • Tonometri : peningkatan TIO 2. Glaukoma fakoantigenik Glaukoma fakoantigenik disebut juga dengan fakoanafilaktik. Penyebab glaukoma ini melibatkan reaksi imun yang dimediasi oleh IgG dan sistem komplemen terhadap protein lensa. (AAO, 2021) : Diagnosis Glaukoma Fakoantigenik 1) Anamnesis :biasa terjadi 1-14 hari pasca operasi katarak atau trauma 2) Pemeriksaan Fisik : • Slit lamp exam : keratik presipitat, sel dan flare pada COA, sinekia, dan materi residu lensa • Gonioscopy : Sudut terbuka • Tonometri : peningkatan TIO 3. Glaukoma Partikel Lensa Peningkatan TIO pada glaukoma partikel lensa disebabkan oleh obstruksi aliran aqueous oleh partikel lensa. Glaukoma jenis ini masuk ke dalam kategori glaukoma sekunder sudut terbuka. Glaukoma berhubungan dengan kapsul lensa yang mengalami disrupsi dan terdapat fragmen dari material lensa yang keluar ke bilik depan. Glaukoma ini dapat timbul setelah operasi katarak atau trauma pada lensa. (AAO, 2021) 1) Anamnesis :onset lambat, terdapat riwayat pembedahan atau truma 2) Pemeriksaan Fisik : • Slit lamp exam : lensa kortikal di ruang anterior, edema kornea, sinekia, reaksi sel dan flare di COA • Gonioscopy : Sudut terbuka • Tonometri : peningkatan TIO 2.1.3 Manifestasi Klinis Pada Glaukoma terinduksi lensa, keluhan pasien dapat berupa (Shah & Jay.
  • 6. 2022) : 1. Nyeri mata unilateral, onset tiba-tiba dapat disertai sakit kepala, mual, dan muntah 2. Kemerahan pada mata, onset tiba-tiba 3. Berkurangnya tajam penglihatan 4. Halo berwarna, fotofobia dan epifora Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan (Shah & Jay, 2022) 1. Adneksa mata : mungkin bengkak dan kemerahan pada kelopak mata 2. Konjungtiva : Kongesti dan Chemosis 3. Sclera : pembuluh darah episklera dilatasi 4. Kornea : Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan edema pada strome, bulla sub epitel dan membran descmet fold. 5. Anterior Chamber : Pada fakomorfik dan ektopia lentis didapatkan chamber yang dangkal. 6. Iris : Pada fakomorfik dan ektopia lentis didapatkan iris menunduk 7. Pupil : Peningkatan tekanan intraokular yang lama dapat menyebabkan perubahan bentuk pupil karena iskemia pada muskulus sphincter pupillae 8. Lensa : pada fakomorfik tampak intumescent senile cataract 2.1.4 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Glaukoma Menurut Ausburger JJ, dkk. (2019), terdapat beberapa hal yang harus diperiksa pada glaukoma: 1. Ketajaman Penglihatan Pada tahap awal glaukoma, ketajaman penglihatan sentral masih baik dan dapat tetap intak meskipun sampai tahap akhir penyakit. Pada kasus glaukoma yang sangat lanjut, ketajaman visual dapat menentukan pilihan terapi. Penurunan subjektif ketajaman visual dapat menjadi indikator progresi ketika tes lapang pandang tidak dapat dilakukan. 2. Respon Pupil
  • 7. Hasil relative afferent pupillary defect (RAPD) yang positif ditemukan pada abnormalitas definitif jaras refleks pupil dan kerusakan nervus optik asimetris. RAPD dapat muncul sebelum defek lapang pandang dan kerusakan nervus optik terjadi. 3. Tonometri
  • 8. Pengukuran tekanan intra okular berperan penting dalam pemeriksaan pasien glaukoma. Tekanan intraokular sangat dinamis. Pengukuran TIO dapat dilakukan dengan pengukuran digital dan menggunakan alat yaitu tonometri. Nilai normal TIO adalah 15-17 mmHg. Dalam menggunakan tonometri, harus diperhatikan untuk menghindari komplikasi berupa abrasi kornea dan dekompensasi sekunder kornea karena penggunaan anestesi topikal. 4. Slit Lamp Pada pemeriksaan slit lamp, harus memerhatikan injeksi konjungtiva, sklera, dan episklera. Adanya pelebaran pembuluh darah episklera harus menjadi patokan untuk menginvestigasi peningkatan tekanan vena episklera yang dapat mengurangi pengeluaran aqueous dan memicu peningkatan TIO. Pemeriksaan kornea juga harus dilakukan dengan hati-hati untuk memerhatikan keberadaan inflitrat, edema, atau abnormalitas yang berhubungan dengan glaukoma sekunder. Penilaian anterior chamber dilakukan untuk menentukan apakah terdapat obstruksi mekanik pada trabekular meshwork oleh sel inflamasi, eritrosit, atau makrofag. Bentuk pupil harus diidentifikasi secara hati- hati untuk melihat apakah terdapat sinekia posterior, uvea ektropion, atau iregularitas dari trauma sebelumnya atau serangan glaukoma sebelumnya. Lensa juga harus dinilai untuk melihat opasitas lensa. 5. Gonioskopi Pemeriksaan gonioskopi untuk menilai anterior chamber perifer. 6. Pemeriksaan nervus optikus Pada glaukoma dapat terjadi perubahan struktur diskus optik . nervus optik biasanya dideskripsikan dengan cup-disc-ratio. Diskus yang besar diketahui memiliki cup yang lebih besar dan rim neuroretinal lebih sempit, hal ini tidak dipertimbangkan sebagai patologis. Akan tetapi, diskus yang kecil dengan cup yang besar merupakan tanda patologis.
  • 9. 2.1.5 Tatalaksana Glaukoma Pengobatan medikamoentosa adalah dengan pemberian obat-obatan berikut (Sitorus dkk, 2017):  Carbonic anhydrase inhibitor Pada awal terapi diberikan asetazolamide tablet 500 mg, dilanjutkan dengan asetazolamid oral 4x250 mg setelah 1 jam, hingga tekanan intraokular menjadi normal (<21 mmHg). Dapat diberikan carbonic anhydrase inhibitor topikal bila tersedia untuk mempercepat penurunan TIO.  Obat tetes mata beta blocker 0,5% Tetes mata beta blocker diberikan 2xsehari 1 tetes untuk membantu menurunkan TIO.  Obat tetes steroid Obat tetes steroid 4x sehari 1 tetes bermanfaat untuk mengurangi peradangan pada mata yang terkena.  Analgesik oral Diberikan bila pasien merasakan nyeri dan sakit kepala hebat.  Obat tetes pilokarpin 2% Baru mulai diberikan 30 menit sampai 1 jam setelah terapi medikamentosa awal karena pilokarpin baru dapat bekerja setelah iskemia iris berkurang dan TIO <40 mmHg. Pilokarpin 2% diberikan 2x selang 15 menit, selanjutnya diberikan 6x1 tetes pada mata yang terkena. Mata yang tidak mengalami serangan juga diberikan pilokarpin 1% profilaksis sebanyak 4x sehari, sampai dilakukan laser iridotomi.  Obat hiperosmotik Digunakan jika TIO sangat tinggi (50 mmHg) dan jika asetazolamid tidak berefek. Obat hiperosmotik dapat ditemukan sebagai gliserin atau manitol. Dosis larutan gliserin 50% per oral adalah 1-1,5
  • 10. gram/kgBB atau setara dengan 1,5-4 mL/kgBB. Dosis manitol 20% intravena adalah 2 gram/kgBB atau setara dengan 2-7 mL/kgBB(Sitorus dkk. 2017).