SlideShare a Scribd company logo
Bagian Ilmu Penyakit Mata                           Tutorial Klinik
Fakultas Kedokteran Umum
Universitas Mulawarman


               GlUKOMA AKUT SUDUT TERTUTUP




                                   Disusun Oleh :
                              Muhammad Yunus Rosyidi
                                 Arifian Wijaya L.P


                                    Pembimbing :
                                dr. Yulia Anita, Sp.M




                 Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
                      Pada Bagian Ilmu Kedokteran Penyakit Mata
                             Fakultas Kedokteran Umum
                               Universitas Mulawarman
                                     Samarinda
                                        2012
BAB I
                                 PENDAHULUAN




1. Latar Belakang


       Glaukoma adalah nama penyakit yang diberikan untuk sekumpulan penyakit mata di
mana terjadi kerusakan syaraf mata (nervus opticus) yang terletak di belakang mata dan
mengakibatkan penurunan penglihatan tepi (perifer) dan berakhir dengan kebutaan.1 Glaukoma
merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan
dunia. 2 tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open Angle Glaucoma
(POAG)/glaukoma sudut terbuka dan Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma sudut
tertutup. glaukoma juga merupakan penyebab kebutaan mata nomor dua di Indonesia. Berada di
urutan pertama adalah katarak. dari 1,2 juta penderita penyakit kebutaan mata, 0,2 persen di
antaranya mengalami buta karena glaukoma. Glaukoma primer sudut tertutup paling banyak di
Indonesia.2 Menurut penelitian Glaukoma sudut tertutup merupakan penyebab kebutaan bilateral
terbanyak diantara glaukoma lainnya.3,4 Tanpa pengobatan intensif glaukoma primer sudut
tertutup bisa mengakibatkan buta.1,2 oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan
membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup.




2. Tujuan


       Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai

glaukoma fakomorfik.
BAB II


                                  GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP




DEFINISI 1

       Glaukoma sudut tertutup adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
dengan sudut yang lebih dangkal dari normal.

       Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20
mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan mengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang
terletak di dalam bola mata. Pada keadaan tekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan
terjadi gangguan lapang pandangan. Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.
FAKTOR RESIKO

Ras

       Menurut penelitian rektrospektif yang dilakukan oleh Sakya, GST merupakan penyebab
kebutaan di asia timur dan merupakn penyebab kebutaan bilateral terbanyak diantara galaukoma
lainnya.3

       Menurut Foster PJ GST merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh negara di asia,
merupakan penyebab terjadinya kebutaan bilateral terbanyak dibandingkan GSA/ glaukoma
sekunder. Diperkirakan terdapat 9,4 juta orang di Cina yang berusia 40 tahun keatas memiliki
Glaukoma sudut tertutup4

       Sebagian populasi mongoloid seperti orang Eskimo, asia timur dan tenggara serta asia selatan
memiliki angka sangat tinggi dengan primer GST. Dengan kecenderungan memiliki sudut bilik mata
yang dangkal pada primer GST telah dilaporkan pada orang kaukasia, Eskimo dan asia.sedangakan
di India dilaporkan adanya kecendurangan orang memilki katarak intusmescent5

Riwayat keluarga.5

       Bila ada riwayat penderita glaukoma pada keluarga maka risiko 4 kali orang normal.

Umur 5,6,7
peningkatan prevalensi dari primer GST berhubungan berhubungan dengan umur, dan
mencapai puncak pada dekade ke 6 dan 7 dengan jarang dipertimbangkan pada umur dibawah
40tahun. Resiko akan meningkat pad umur 40 ahun keatas (1%) dan pada 65 tahun keatas 5 %

Jenis Kelamin5,6,7

       Wanita lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 2 : 1 hingga 4 : 1

Error refraktif6

       Lebih banyak pada pasien hipermetropi

ETIOLOGI2

       Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini, disebabkan:

   1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
   2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
       (glaukoma hambatan pupil).
   3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga.
   4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata.
   5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh.
   6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat.

       Hasil penelitian Panday didapatkan terapi sulfonamide dapat menyebabkan reaksi
idiosyncratic, dan terdapat pada myopia dan akut glaukoma sudut tertutup. Kemungkinan terdapat
reaksi ini sebesar 3%

Classification of Angle Closure Glaucomas5

I. Angle Closure Glaucoma with pupillary block

       A. Primary angle closure with pupillary block

               1. Suspect
2. Subacute (intermittent)

       3.Acute

       4.Chronic (creeping angle closure )




                                    Gambar a. blok pupil

                                    Gambar b. iris bombe

                               Gambar c. iridocorneal contact




B. Secondary angle closure with pupillary block
1. Posterior synechiae to lens, vitreous, or IOL

              2.Ectopia lentis

              3.Miotic induced

              4.Spherophakia

              5.Phacomorphic

              6.Nanophthalmos




                                    Gambar posterior synechiae




II. Angle Closure Glaucoma without pupillary block

       A. Primary angle closure without pupillary block

              1. Plateau iris

                      •Plateau iris configuration

                      •Plateau iris syndrome
Gambar plateu iris




B. Secondary angle closure without pupillary block

       1.Anterior pulling mechanism

              •Neovascular glaucoma

              •Epithelial downgrowth

              •Inflammatory induced (PAS)

       2.Posterior pushing mechanism(Malignant glaucomas and related causes)

       *Modified from Hoskins and Kass.
Gambar c. posterior pulling mechanism

                                   Gambar d. posterior pulling mechanism




PATOFISIOLOGI7

         Pada orang dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup sudutnya
lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di
sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula
iris terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati
ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di
belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi
membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran.
DIAGNOSIS4,8

       Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada jenis glaukoma
tersebut.

Subakut

       Pada subakut glaukoma sudut tertutup didapatkan adanya peningkatan TIO yang tiba – tiba /
dalam waktu singkat dan berulang. Didapatkan adanya gejala singkat dan berulang pada nyeri
unilateral dan penglihatan kabur yang berhubungan dengan adanya halo pada sekitar
cahaya.diagnosis ini hanya bisa ditentukan dengan menggunakan gonioskopi

Akut

       akut glaukoma sudut tertutup merupakan kegawatdaruratan mata dan apabila tidak diberikan
terapi secara adekuat maka akan mengakibatkan kehilangan penglihatan. Diagnosis dari akut
glaukoma sudut tertutup tidak susah karena merupakan gejala klasik

        Pada serangan akut, penderita tampak sakit berat. Terasa nyeri di dalam dan di sekitar bola
mata, penglihatan sangat kabur, melihat pelangi di sekitar lampu. Penderita kadang tidak bisa bisa
bangun karena sakit kepala yang disertai muntah-muntah.
Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan edema palpebra, hyperemis konjungtiva, kornea
tampak buram, bilik mata depan dangkal, pupil melebar lonjong vertikal atau midriasis yang hampir
total, refleks pupil lamban atau tidak ada, tekanan intra okuler meningkat tinggi sekali jauh diatas 21
mmHg (normal: 15-21 mmHg)

Kronik

        Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang
nyata. Seringkali terdapat gejala penurunan penglihatan pada kedua bola mata. Jika ini terjadi, maka
akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat
sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak.




Plateau Iris

        Plateu iris adalah keadaan dimana central COA normal tetapi anterior dari COA sangat
dangkal oleh karena kelainan congenital pada iris. Pasien dengan plateau iris biasanya tidak
memberikan gejala sampai terjadi akut atau subakut galukoma sudut tertutup. Diagnosis dari iris
plateu hanya bisa dievalusi dengan menggunakan biomikroskop dan gonioskopi.


        TYPES OF GLAUCOMA

    Type                Cause/Effect       Symptoms               Comments

                                        Gradual loss of
Chronic        Gradual blockage of                        This type of glaucoma
                                        sidevision
Open Angle     drainage channel                           progresses very slowly and
                                        Affects side
Glaucoma       Pressure builds slowly                     is a lifelong condition.
                                        vision first

               Total blockage of        Nausea            This condition constitutes a
Acute Closed
               drainage channel         Blurred vision    medical emergency, as
Angle
               Sudden increase          Severe pain       permanent blindness occurs
Glaucoma
               in pressure              Halos around      rapidly without immediate
lights            treatment.

               Injury, infection,
               tumors,drugs, or
                                        Gradual loss of
               inflammation                               This form of glaucoma may
Secondary                               side vision
               cause scar tissue                          progress slowly, as in cases of
Glaucoma                                Affects side
               which                                      chronic glaucoma.
                                        vision first
               blocks the drainage
               channel

                                        Enlarged eyes
                                        Cloudy cornea
                                                          This condition must be
Congenital     Fluid drainage system Light
                                                          treatedsoon after birth if
Glaucoma       abnormal at birth        sensitivity
                                                          visionis to be saved.
                                        Excessive
                                        tearing




PEMERIKSAAN 4

Evaluasi dari primer akut glaucoma sudut tertutup meliputi posedur :

       • refraksi ( terutama pada pasien akut glaukoma sudut tertutup)

       • biomikroskop untuk mengevaluasi segmen anterior

pemeriksaan TIO

Schiotz tonometri

   -   Pantocain 1 – 2% : 1 tetes.
   -   Penderita baring, mata sehat disuruh fiksasi ibu jarinya.
   -   Letakkan tonometer diatas kornea.
-   Catat angka skala menunjuk kurang dari 3, tambahkan beban 10 gram.

Cara palpasi

   -   Dengan 2 jari telunjuk bola mata dipalpasi
   -   Bandingkan dengan mata sehat pendertita atau bola mata pemeriksa sendiri.
   -   Waktu palpasi penderita harus dilihat kebawah, tetapi tidak menutup matanya.

• Gonioskopi

• Stereoskopi untuk mengevaluasi syaraf optikus

• Baseline photographs of the optic nerve

• Baseline visual fields.

       Perlu dilihat adanya : peripheral anterior synechiae, posterior synechiae, glaukomflecken
(anterior subcapsular lens opacities), iris atrophy, pigment anterior dan kemungkinan glaucomatous
nervus optikus atau kemungkina penurunan lapangan pandang. Dengan serangan yang sering
kemungkinan syaraf optikus terlihat lebih pucat dibandingkan cupping.




TERAPI 4,9

         Glaukoma akut merupakan masalah kegawatdaruratan pada mata dan tindakan bedah
(iridektomi perifer) merupakan pilihan dalam penatalaksanaannya. Sebelum tindakan bedah
dilaksanakan, penderita harus mendapatkan pertolongan pertama dulu sebagai persiapan preop, yaitu
berupa pemberian:

   1. Beta blockers. Jika pasien tidak mempunyai kontraindikasi jantung , non selektif beta blokers
       yang dapat digunakan yaitu timolol, 0.5 % yang diberikan 1 tetes setiap 12 jam.dan dapat
       diulang setiap 1 jam jika diperlukan.
   2. Bahan Hiperosmotik:
Gliserin:

       1 cc/kg BB, dilarutkan dalam air minum (menjadi larutan 50%), dan diminum sekaligus.

       Manitol:

       Manitol 20%, IV, 200 cc, dengan kecepatan 1-2 tetes/detik.

   3. Miotikum:

       Pilokarpin:

       Pilokarpin 2%, 1 tetes/5menit (3-5 kali), kemudian 1 tetes/30menit (selama 2 jam),
dilanjutkan 1 tetes/jam (sampai saat operasi)

   4. Carbonic Anhydrase Inhibitors:

       Acetazolamide

   5. pemberian KCL 3 x 1 tab perhari
   6. Pengobatan tambahan:

       Morfin:

       15 mg sc.

       Sedangkan pada sub akut dan kronik GST dapat digunakan laser peripheral iridectomy,

Laser peripheral iridotomy.

       Primer GST dimana blok papil merupakan penyebabnya maka LPI merupakan indikasi.
Intermiten dan kronik blok papil juga dapat dipertimbangkan sebagai indikasi LPI

Terapi Pembedahan : Trabekulektomi10
Pada saat ini bila seorang dokter ahli mata dihadapkan untuk mengerjakan bedah anti
glaukoma maka lazimnya yang terpikir adalah melakukan trabekulektomi. Dari kepustakaan dapat
diketahui trabekulektomi merupakan bedah anti galukoma yang sekarang paling banyak dilakukan
dan memberikan hasil yang baik dan dapat digunakan untuk semua jenis glaukoma

       Bila respon thd terapi baik , tunggu sampai mata tenang.
       Operasi secepat mungkin bila dalam 24 jam tidak ada respon terhadap terapi.
       PreOperasi : Infus manitol 20 % bila TIO lebih dari 30 mmHg.

Urutan bedah trabekulektomi adalah sebagai berikut :

       Tindakan pembedahan umumnya dilakukan dibawah anastesi local, termasuk akinesia dan
anastesi retrobulbar. Setelah disinfeksi daerah operasi dan membuat tali kendali otot rektus superior
serta retraksi palpebra dilakukan tahapan – tahapan pembedahan sebagai berikut :




   1. parasintesis di kornea perifer bagian temporal bawah
   2. flap tendon – konjungtiva yang dapat dibuat baik dengan basis dalam limbus (limbal base
       flap) maupun berbasis pada fornix (fornix base flap). Bila digunakan flep tendon –
       konjungtiva dengan basis limbus kornea dilakukan pada jarak 6 – 8 mm dari sejajar limbus.
       Pada yang berbaris fornix, dibuat sayatan sepanjang limbus + 7 mm
   3. flap sklera berbasis pada limbus dengan ukuran + 4x4 mm, setengah tebal sklera, yang
       dilanjutkan kearah kornea melewati taji sklera (berwarna putih) sampai denga lokalilisasi
       tuberkulum (berwarna lebih gelap). Selanjutnya dibuat 2 buah jahitan sementara pada kedua
       sudut posterior flep sklera.
   4. pembuatan jendela trabekula sebesar 2 x 2 mm. sayatan dibuat dengan pisau silet dimulai
       pada kedua sisi kanan dan kiri tegak lurus pada limbus, lak bagian posterior. Bagian depan
       digunting dengan gunting vannas.
   5. iredektomi perifer, bersihkan bibir luka pada waktu iridektomi, perhatikan bahwa pupil
       lonjong kea rah jendela trabekulae. Reposisi iris biasanya cukup dilakukan dengan menekan
       dan mendorongnya kearah pupil dari luar melalui perifer kornea diatasnya.
   6. kedua jahitan sementara flep sklera dikuatkan, bila perlu ditambah satu atau lebih jahitan lagi.
7. flep tendon konjungtiva dijahit secara jelujur pada yang berbasis limbus. Pada flep dengan
       basis difornik, cukup dibuat 2 jahitan pada kedua ujung sayatan, setelah konjungtiva ditarik
       dan diyakini dapat menutup bekas sayatan.
   8. injeksi antibiotika subkonjungtiva dan diberikan salep mata antibiotika.

Penyulit – penyulit yang dapat terjadi selama pembedahan

   -   pendarahan.
   -   Konjungtiva robek
   -   Perforasi sklera/kornea dan flep sklera robek
   -   Iris tidak prolap
   -   Bilik mata depan yang dangkal/ rata.




Prognosis5

       Tujuan terapi glaukoma adalah menghentikan kecepatan kerusakan visual. Beberapa pasien
mungkin masih akan tetap mengalami kehilangan penglihatan meskipun terdapat penurunan tekanan
yang signifikan tergantung luas kerusakan saraf optikus yang terkena dan pemberian terapi penuruna
TIO sejak dini.
PENCEGAHAN11

Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:

        Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata
         berkala secara teratur setiap 3 tahun.
        Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap
         tahun.
        Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang
         yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.
        Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang
         berat.




                                                   BAB V

                                              LAPORAN KASUS


         Anamnesa (autoanamnesa) dan pemeriksaan fisik dilakukan pada , 22 September 2012.

Identitas Pasien
Nama              : Ny.A
Umur              : 50 tahun
Agama             : Islam
Pekerjaan         : Ibu Runah Tangga
Alamat            : Jl. Bengkuring Smd


Anamnesa
Keluhan Utama : Nyeri pada mata kiri


Riwayat penyakit Sekarang :
Keadaan ini dirasakan pasien sejak 2 hari sebelum mrs, nyeri dirasakan mendadak dan terus
menerus sehingga nyeri dirasakan menjalar ke kepala serta mengeluarkan air mata dan mata menjadi
merah. Keluhan pandangan penglihatan mata kiri menjadi kabur, mual dan muntah juga dirasakan
pasien bersamaan dengan keluhan nyerinya . BAK normal, BAB normal, demam (-)


Riwayat Penyakit Dahulu :
       Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu
       Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus.
       Riwayat operasi glukoma mata kanan 2 tahun yang lalu


Riwayat Penyakit Keluarga :
       Bapak pasien mmiliki riwayat hipertensi
       Tidak ada keluarga yang mengeluhkan seperti pasien
       .


Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum            : sakit sedang
Kesadaran               : Kompos mentis
Tanda vital :
       Tekanan darah : 130/80 mmHg
       Nadi             : 72 kali/menit
       Respirasi        : 20 kali/menit
       Suhu             : 36.9 °C
Status generalisata :
       Kepala leher : dalam batas normal
       Thorax           : dalam batas normal
       Abdomen          : dalam batas normal
       Ekstremitas      : dalam batas normal


Status Oftalmologi
Pemeriksaan                   Oculi Dextra                    Oculi Sinistra
       Visus                          3/60                            6/60
  Posisi bola mata                  Ortoforia                       Ortoforia
Pergerakan bola mata           Baik ke segala arah        Baik ke segala arah, nyeri (+)
        Silia                  Tidak ada kelainan              Tidak ada kelainan
 Palpebra superior             Tidak ada kelainan              Tidak ada kelainan
  Palpebra inferior            Tidak ada kelainan              Tidak ada kelainan
 Konjungtiva tarsus            Tidak ada kelainan              Tidak ada kelainan
 Konjungtiva bulbi             Tidak ada kelainan                   Hiperemi
      Kornea                          Jernih                         Jernih
       COA                      Kedalaman cukup               Kedalaman dangkal
       Pupil                   Bulat, regular, 5 mm           Bulat, regular, 5 mm
                         Refleks cahaya langsung (-)      Refleks cahaya langsung (-)
                       Refleks cahaya tak langsung (-)   Refleks cahaya tak langsung (-)
        Iris                      Warna coklat                    Warna coklat
       Lensa                          Jernih                         Jernih
   TIO (Palpasi)                       Tn                 Bola mata keras seperti batu
 TIO ( tonometer )               Tidak dilakukan                Tidak dilakukan
    Funduskopi                   Tidak dilakukan                Tidak dilakukan


 Diagnosis Kerja : Glaukoma Akut


 Penatalaksanaan :
        IVFD Manitol 20 % drip
        Timolol 2 x 1 gtt os
        Glaukocon 2 x 1 tab
        Asam mefenamat 3 x 1 tab


 Usulan Penatalaksanaan :

        Pro tindakan bedah trabekulektomi
Prognosis :

      Ad vitam        : bonam
      Ad functionam   : malam
BAB IV
                                         PEMBAHASAN


      Pasien Ny. A usia 50 tahum datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri dan didiagnosis
dengan glukoma akut berdasarkan :
    Anamnesis
             Nyeri kepala yang dtimbul secara mendadak yang menjalar ke belakang kepala dan
             nyeri saat menggerakan bola mata
             Adanya mata merah dan berairan
             Penurunan penglihatan secara mendadak
             Adanya perasaan mual tetapi tidak sampai muntah
             Adanya riwayat hipertensi
    Pemeriksaan Ofthamologi OS
             Visus          : 6/60
             Konjungtiva bulbi hiperemi
             Midriasis pupil yang tidak reaktif
             Reflex cahaya (-)
             Palpasi OS teraba bola mata lebih keras dibandingkan OD
KESIMPULAN



    Glaukoma fakomorfik merupakan glaukoma sekunder yang disebabkan oleh kelainan pada lensa,

dapat menyerang ras apapun, baik laki-laki maupun perempuan. Glaukoma fakomofik mudah terjadi

pada pasien dengan katarak matur. Katarak matur dapat mengakibatkan sudut bilik mata tertutup dan

mengakibatkan glaukoma fakomorfik, sedangkan katarak hipermatur dapat mengakibatkan glaukoma

fakolitik.

    Pasien yang menderita glaukoma fakomorfik mengeluh nyeri yang akut, pandangan kabur,

melihat bayangan seperti pelangi (halo) disekitar cahaya, mual, dan muntah. Pasien secara umum

mengalami penurunan visus sebelum episode akut dikarenakan adanya riwayat katarak.

    Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik yang kecil dengan lensa yang

besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Serangan akut sudut tertutupnya dapat dicetuskan

oleh dilatasi pupil pada penerangan yang suram.

    Penatalaksanaan glaukoma fakomorfik bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokuler secara

cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optik, kornea, dan untuk menjegah

terbentuknya sinekia.
DAFTAR PUSTAKA




1. Pradhan D, Hennig A, Kumar J, et al. A prospective study of 413 cases
of lens-induced glaucoma in Nepal. Indian J Ophthalmol 2001;49(2):
103-7.
2. Rao SK, Padmanabhan P. Capsulorhexis in eyes with phacomorphic
glaucoma. J Cataract Refract Surg 1998;24(7):882-4.
3. Prajna NV, Ramakrishnan R, Krishnadas R, et al. Lens induced
glaucomas—visual results and risk factors for final visual acuity. Indian J Ophthalmol
1996;44(3):149-55.
4. Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Alih Bahasa Tambajong J,
Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183-4.
5. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta,
1993 : 190-196.
6. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 1998 : 209-210.
1. Glaucoma Phacomorphic http://emedicine.medscape.com/article/1204917-media

More Related Content

What's hot

PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
Surya Amal
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
Ade Wijaya
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
UIN Alauddin Makassar
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
andikabudiarto
 
Soal mata
Soal mataSoal mata
Soal mata
Joko Wiwied
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Adeline Dlin
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAdhita Dwi Aryanti
 
Urtikaria akut
Urtikaria akutUrtikaria akut
Urtikaria akut
deky akbar
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
Fransiska Oktafiani
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
peternugraha
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
homeworkping7
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
Ariesta Mp
 
Nyeri sendi
Nyeri sendiNyeri sendi
Nyeri sendi
sry yumyum
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Tenri Ashari Wanahari
 
OMA & OMSK
OMA & OMSKOMA & OMSK
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
Fransiska Oktafiani
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Syscha Lumempouw
 

What's hot (20)

PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Meningitis
Meningitis Meningitis
Meningitis
 
Tumor mandibula
Tumor mandibulaTumor mandibula
Tumor mandibula
 
Proses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan frakturProses penyembuhan fraktur
Proses penyembuhan fraktur
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
 
Impetigo bullosa
Impetigo bullosaImpetigo bullosa
Impetigo bullosa
 
Soal mata
Soal mataSoal mata
Soal mata
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi AAnatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
Anatomi fisiologi mata dr.Adhita Dwi A
 
Urtikaria akut
Urtikaria akutUrtikaria akut
Urtikaria akut
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Status Dermatologikus
Status DermatologikusStatus Dermatologikus
Status Dermatologikus
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Nyeri sendi
Nyeri sendiNyeri sendi
Nyeri sendi
 
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra ReponibilisLaporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
Laporan Kasus Bedah Anak : Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibilis
 
12 nervus cranial
12 nervus cranial 12 nervus cranial
12 nervus cranial
 
OMA & OMSK
OMA & OMSKOMA & OMSK
OMA & OMSK
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 

Similar to Glaukoma akut ku

tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docxtinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
Desya5
 
Askep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxAskep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptx
ssuser01dbde
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
Viktor Iwan
 
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011bahtiarl
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
NURULMUMINAH
 
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
Dimas Priyantono
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
kharismaMr1
 
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptxReferat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
idawahyunimapsan
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukomaKANDA IZUL
 
Askep trauma mata
Askep trauma mataAskep trauma mata
Askep trauma matamateri-x2
 
289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi
taufiq andrian
 
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptxDiskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
agungpratamaputra12
 
Bab i
Bab iBab i

Similar to Glaukoma akut ku (20)

tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docxtinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
tinjauan pustaka glaukoma pada mata .docx
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Askep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxAskep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptx
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Bab i mte
Bab i mte Bab i mte
Bab i mte
 
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
 
Glaukoma cidera
Glaukoma cideraGlaukoma cidera
Glaukoma cidera
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
 
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
 
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptxReferat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
Askep trauma mata
Askep trauma mataAskep trauma mata
Askep trauma mata
 
289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi289902682 kelainan-refraksi
289902682 kelainan-refraksi
 
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptxDiskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Glaukoma akut ku

  • 1. Bagian Ilmu Penyakit Mata Tutorial Klinik Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman GlUKOMA AKUT SUDUT TERTUTUP Disusun Oleh : Muhammad Yunus Rosyidi Arifian Wijaya L.P Pembimbing : dr. Yulia Anita, Sp.M Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu Kedokteran Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman Samarinda 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Glaukoma adalah nama penyakit yang diberikan untuk sekumpulan penyakit mata di mana terjadi kerusakan syaraf mata (nervus opticus) yang terletak di belakang mata dan mengakibatkan penurunan penglihatan tepi (perifer) dan berakhir dengan kebutaan.1 Glaukoma merupakan salah satu penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan dunia. 2 tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open Angle Glaucoma (POAG)/glaukoma sudut terbuka dan Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma sudut tertutup. glaukoma juga merupakan penyebab kebutaan mata nomor dua di Indonesia. Berada di urutan pertama adalah katarak. dari 1,2 juta penderita penyakit kebutaan mata, 0,2 persen di antaranya mengalami buta karena glaukoma. Glaukoma primer sudut tertutup paling banyak di Indonesia.2 Menurut penelitian Glaukoma sudut tertutup merupakan penyebab kebutaan bilateral terbanyak diantara glaukoma lainnya.3,4 Tanpa pengobatan intensif glaukoma primer sudut tertutup bisa mengakibatkan buta.1,2 oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang diagnosis dan penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup. 2. Tujuan Laporan kasus ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai glaukoma fakomorfik.
  • 3. BAB II GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP DEFINISI 1 Glaukoma sudut tertutup adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal dengan sudut yang lebih dangkal dari normal. Tekanan bola mata yang normal dinyatakan dengan tekanan air raksa yaitu antara 15-20 mmHg. Tekanan bola mata yang tinggi juga akan mengakibatkan kerusakan saraf penglihat yang terletak di dalam bola mata. Pada keadaan tekanan bola mata tidak normal atau tinggi maka akan terjadi gangguan lapang pandangan. Kerusakan saraf penglihatan akan mengakibatkan kebutaan.
  • 4. FAKTOR RESIKO Ras Menurut penelitian rektrospektif yang dilakukan oleh Sakya, GST merupakan penyebab kebutaan di asia timur dan merupakn penyebab kebutaan bilateral terbanyak diantara galaukoma lainnya.3 Menurut Foster PJ GST merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh negara di asia, merupakan penyebab terjadinya kebutaan bilateral terbanyak dibandingkan GSA/ glaukoma sekunder. Diperkirakan terdapat 9,4 juta orang di Cina yang berusia 40 tahun keatas memiliki Glaukoma sudut tertutup4 Sebagian populasi mongoloid seperti orang Eskimo, asia timur dan tenggara serta asia selatan memiliki angka sangat tinggi dengan primer GST. Dengan kecenderungan memiliki sudut bilik mata yang dangkal pada primer GST telah dilaporkan pada orang kaukasia, Eskimo dan asia.sedangakan di India dilaporkan adanya kecendurangan orang memilki katarak intusmescent5 Riwayat keluarga.5 Bila ada riwayat penderita glaukoma pada keluarga maka risiko 4 kali orang normal. Umur 5,6,7
  • 5. peningkatan prevalensi dari primer GST berhubungan berhubungan dengan umur, dan mencapai puncak pada dekade ke 6 dan 7 dengan jarang dipertimbangkan pada umur dibawah 40tahun. Resiko akan meningkat pad umur 40 ahun keatas (1%) dan pada 65 tahun keatas 5 % Jenis Kelamin5,6,7 Wanita lebih banyak daripada pria dengan perbandingan 2 : 1 hingga 4 : 1 Error refraktif6 Lebih banyak pada pasien hipermetropi ETIOLOGI2 Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intra okular ini, disebabkan: 1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar. 2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil (glaukoma hambatan pupil). 3. Sangat mungkin merupakan penyakit yang diturunkan dalam keluarga. 4. Glaukoma dapat timbul akibat penyakit atau kelainan dalam mata. 5. Glaukoma dapat diakibatkan penyakit lain di tubuh. 6. Glaukoma dapat disebabkan efek samping obat. Hasil penelitian Panday didapatkan terapi sulfonamide dapat menyebabkan reaksi idiosyncratic, dan terdapat pada myopia dan akut glaukoma sudut tertutup. Kemungkinan terdapat reaksi ini sebesar 3% Classification of Angle Closure Glaucomas5 I. Angle Closure Glaucoma with pupillary block A. Primary angle closure with pupillary block 1. Suspect
  • 6. 2. Subacute (intermittent) 3.Acute 4.Chronic (creeping angle closure ) Gambar a. blok pupil Gambar b. iris bombe Gambar c. iridocorneal contact B. Secondary angle closure with pupillary block
  • 7. 1. Posterior synechiae to lens, vitreous, or IOL 2.Ectopia lentis 3.Miotic induced 4.Spherophakia 5.Phacomorphic 6.Nanophthalmos Gambar posterior synechiae II. Angle Closure Glaucoma without pupillary block A. Primary angle closure without pupillary block 1. Plateau iris •Plateau iris configuration •Plateau iris syndrome
  • 8. Gambar plateu iris B. Secondary angle closure without pupillary block 1.Anterior pulling mechanism •Neovascular glaucoma •Epithelial downgrowth •Inflammatory induced (PAS) 2.Posterior pushing mechanism(Malignant glaucomas and related causes) *Modified from Hoskins and Kass.
  • 9. Gambar c. posterior pulling mechanism Gambar d. posterior pulling mechanism PATOFISIOLOGI7 Pada orang dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup sudutnya lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula iris terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran.
  • 10. DIAGNOSIS4,8 Pada penderita glaukoma ditentukan beberapa gejala tergantung pada jenis glaukoma tersebut. Subakut Pada subakut glaukoma sudut tertutup didapatkan adanya peningkatan TIO yang tiba – tiba / dalam waktu singkat dan berulang. Didapatkan adanya gejala singkat dan berulang pada nyeri unilateral dan penglihatan kabur yang berhubungan dengan adanya halo pada sekitar cahaya.diagnosis ini hanya bisa ditentukan dengan menggunakan gonioskopi Akut akut glaukoma sudut tertutup merupakan kegawatdaruratan mata dan apabila tidak diberikan terapi secara adekuat maka akan mengakibatkan kehilangan penglihatan. Diagnosis dari akut glaukoma sudut tertutup tidak susah karena merupakan gejala klasik Pada serangan akut, penderita tampak sakit berat. Terasa nyeri di dalam dan di sekitar bola mata, penglihatan sangat kabur, melihat pelangi di sekitar lampu. Penderita kadang tidak bisa bisa bangun karena sakit kepala yang disertai muntah-muntah.
  • 11. Pada pemeriksaan fisik mata didapatkan edema palpebra, hyperemis konjungtiva, kornea tampak buram, bilik mata depan dangkal, pupil melebar lonjong vertikal atau midriasis yang hampir total, refleks pupil lamban atau tidak ada, tekanan intra okuler meningkat tinggi sekali jauh diatas 21 mmHg (normal: 15-21 mmHg) Kronik Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang nyata. Seringkali terdapat gejala penurunan penglihatan pada kedua bola mata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak. Plateau Iris Plateu iris adalah keadaan dimana central COA normal tetapi anterior dari COA sangat dangkal oleh karena kelainan congenital pada iris. Pasien dengan plateau iris biasanya tidak memberikan gejala sampai terjadi akut atau subakut galukoma sudut tertutup. Diagnosis dari iris plateu hanya bisa dievalusi dengan menggunakan biomikroskop dan gonioskopi. TYPES OF GLAUCOMA Type Cause/Effect Symptoms Comments Gradual loss of Chronic Gradual blockage of This type of glaucoma sidevision Open Angle drainage channel progresses very slowly and Affects side Glaucoma Pressure builds slowly is a lifelong condition. vision first Total blockage of Nausea This condition constitutes a Acute Closed drainage channel Blurred vision medical emergency, as Angle Sudden increase Severe pain permanent blindness occurs Glaucoma in pressure Halos around rapidly without immediate
  • 12. lights treatment. Injury, infection, tumors,drugs, or Gradual loss of inflammation This form of glaucoma may Secondary side vision cause scar tissue progress slowly, as in cases of Glaucoma Affects side which chronic glaucoma. vision first blocks the drainage channel Enlarged eyes Cloudy cornea This condition must be Congenital Fluid drainage system Light treatedsoon after birth if Glaucoma abnormal at birth sensitivity visionis to be saved. Excessive tearing PEMERIKSAAN 4 Evaluasi dari primer akut glaucoma sudut tertutup meliputi posedur : • refraksi ( terutama pada pasien akut glaukoma sudut tertutup) • biomikroskop untuk mengevaluasi segmen anterior pemeriksaan TIO Schiotz tonometri - Pantocain 1 – 2% : 1 tetes. - Penderita baring, mata sehat disuruh fiksasi ibu jarinya. - Letakkan tonometer diatas kornea.
  • 13. - Catat angka skala menunjuk kurang dari 3, tambahkan beban 10 gram. Cara palpasi - Dengan 2 jari telunjuk bola mata dipalpasi - Bandingkan dengan mata sehat pendertita atau bola mata pemeriksa sendiri. - Waktu palpasi penderita harus dilihat kebawah, tetapi tidak menutup matanya. • Gonioskopi • Stereoskopi untuk mengevaluasi syaraf optikus • Baseline photographs of the optic nerve • Baseline visual fields. Perlu dilihat adanya : peripheral anterior synechiae, posterior synechiae, glaukomflecken (anterior subcapsular lens opacities), iris atrophy, pigment anterior dan kemungkinan glaucomatous nervus optikus atau kemungkina penurunan lapangan pandang. Dengan serangan yang sering kemungkinan syaraf optikus terlihat lebih pucat dibandingkan cupping. TERAPI 4,9 Glaukoma akut merupakan masalah kegawatdaruratan pada mata dan tindakan bedah (iridektomi perifer) merupakan pilihan dalam penatalaksanaannya. Sebelum tindakan bedah dilaksanakan, penderita harus mendapatkan pertolongan pertama dulu sebagai persiapan preop, yaitu berupa pemberian: 1. Beta blockers. Jika pasien tidak mempunyai kontraindikasi jantung , non selektif beta blokers yang dapat digunakan yaitu timolol, 0.5 % yang diberikan 1 tetes setiap 12 jam.dan dapat diulang setiap 1 jam jika diperlukan. 2. Bahan Hiperosmotik:
  • 14. Gliserin: 1 cc/kg BB, dilarutkan dalam air minum (menjadi larutan 50%), dan diminum sekaligus. Manitol: Manitol 20%, IV, 200 cc, dengan kecepatan 1-2 tetes/detik. 3. Miotikum: Pilokarpin: Pilokarpin 2%, 1 tetes/5menit (3-5 kali), kemudian 1 tetes/30menit (selama 2 jam), dilanjutkan 1 tetes/jam (sampai saat operasi) 4. Carbonic Anhydrase Inhibitors: Acetazolamide 5. pemberian KCL 3 x 1 tab perhari 6. Pengobatan tambahan: Morfin: 15 mg sc. Sedangkan pada sub akut dan kronik GST dapat digunakan laser peripheral iridectomy, Laser peripheral iridotomy. Primer GST dimana blok papil merupakan penyebabnya maka LPI merupakan indikasi. Intermiten dan kronik blok papil juga dapat dipertimbangkan sebagai indikasi LPI Terapi Pembedahan : Trabekulektomi10
  • 15. Pada saat ini bila seorang dokter ahli mata dihadapkan untuk mengerjakan bedah anti glaukoma maka lazimnya yang terpikir adalah melakukan trabekulektomi. Dari kepustakaan dapat diketahui trabekulektomi merupakan bedah anti galukoma yang sekarang paling banyak dilakukan dan memberikan hasil yang baik dan dapat digunakan untuk semua jenis glaukoma Bila respon thd terapi baik , tunggu sampai mata tenang. Operasi secepat mungkin bila dalam 24 jam tidak ada respon terhadap terapi. PreOperasi : Infus manitol 20 % bila TIO lebih dari 30 mmHg. Urutan bedah trabekulektomi adalah sebagai berikut : Tindakan pembedahan umumnya dilakukan dibawah anastesi local, termasuk akinesia dan anastesi retrobulbar. Setelah disinfeksi daerah operasi dan membuat tali kendali otot rektus superior serta retraksi palpebra dilakukan tahapan – tahapan pembedahan sebagai berikut : 1. parasintesis di kornea perifer bagian temporal bawah 2. flap tendon – konjungtiva yang dapat dibuat baik dengan basis dalam limbus (limbal base flap) maupun berbasis pada fornix (fornix base flap). Bila digunakan flep tendon – konjungtiva dengan basis limbus kornea dilakukan pada jarak 6 – 8 mm dari sejajar limbus. Pada yang berbaris fornix, dibuat sayatan sepanjang limbus + 7 mm 3. flap sklera berbasis pada limbus dengan ukuran + 4x4 mm, setengah tebal sklera, yang dilanjutkan kearah kornea melewati taji sklera (berwarna putih) sampai denga lokalilisasi tuberkulum (berwarna lebih gelap). Selanjutnya dibuat 2 buah jahitan sementara pada kedua sudut posterior flep sklera. 4. pembuatan jendela trabekula sebesar 2 x 2 mm. sayatan dibuat dengan pisau silet dimulai pada kedua sisi kanan dan kiri tegak lurus pada limbus, lak bagian posterior. Bagian depan digunting dengan gunting vannas. 5. iredektomi perifer, bersihkan bibir luka pada waktu iridektomi, perhatikan bahwa pupil lonjong kea rah jendela trabekulae. Reposisi iris biasanya cukup dilakukan dengan menekan dan mendorongnya kearah pupil dari luar melalui perifer kornea diatasnya. 6. kedua jahitan sementara flep sklera dikuatkan, bila perlu ditambah satu atau lebih jahitan lagi.
  • 16. 7. flep tendon konjungtiva dijahit secara jelujur pada yang berbasis limbus. Pada flep dengan basis difornik, cukup dibuat 2 jahitan pada kedua ujung sayatan, setelah konjungtiva ditarik dan diyakini dapat menutup bekas sayatan. 8. injeksi antibiotika subkonjungtiva dan diberikan salep mata antibiotika. Penyulit – penyulit yang dapat terjadi selama pembedahan - pendarahan. - Konjungtiva robek - Perforasi sklera/kornea dan flep sklera robek - Iris tidak prolap - Bilik mata depan yang dangkal/ rata. Prognosis5 Tujuan terapi glaukoma adalah menghentikan kecepatan kerusakan visual. Beberapa pasien mungkin masih akan tetap mengalami kehilangan penglihatan meskipun terdapat penurunan tekanan yang signifikan tergantung luas kerusakan saraf optikus yang terkena dan pemberian terapi penuruna TIO sejak dini.
  • 17. PENCEGAHAN11 Pencegahan kebutaan akibat glaukoma:  Pada orang yang telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata berkala secara teratur setiap 3 tahun.  Bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada keluarga maka lakukan pemeriksaan ini setiap tahun.  Secara teratur perlu dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang yang dicurigai akan timbulnya glaukoma.  Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata menjadi merah dengan sakit kepala yang berat. BAB V LAPORAN KASUS Anamnesa (autoanamnesa) dan pemeriksaan fisik dilakukan pada , 22 September 2012. Identitas Pasien Nama : Ny.A Umur : 50 tahun Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Runah Tangga Alamat : Jl. Bengkuring Smd Anamnesa Keluhan Utama : Nyeri pada mata kiri Riwayat penyakit Sekarang :
  • 18. Keadaan ini dirasakan pasien sejak 2 hari sebelum mrs, nyeri dirasakan mendadak dan terus menerus sehingga nyeri dirasakan menjalar ke kepala serta mengeluarkan air mata dan mata menjadi merah. Keluhan pandangan penglihatan mata kiri menjadi kabur, mual dan muntah juga dirasakan pasien bersamaan dengan keluhan nyerinya . BAK normal, BAB normal, demam (-) Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus. Riwayat operasi glukoma mata kanan 2 tahun yang lalu Riwayat Penyakit Keluarga : Bapak pasien mmiliki riwayat hipertensi Tidak ada keluarga yang mengeluhkan seperti pasien . Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum : sakit sedang Kesadaran : Kompos mentis Tanda vital : Tekanan darah : 130/80 mmHg Nadi : 72 kali/menit Respirasi : 20 kali/menit Suhu : 36.9 °C Status generalisata : Kepala leher : dalam batas normal Thorax : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : dalam batas normal Status Oftalmologi
  • 19. Pemeriksaan Oculi Dextra Oculi Sinistra Visus 3/60 6/60 Posisi bola mata Ortoforia Ortoforia Pergerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah, nyeri (+) Silia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Palpebra superior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Palpebra inferior Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Konjungtiva tarsus Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Konjungtiva bulbi Tidak ada kelainan Hiperemi Kornea Jernih Jernih COA Kedalaman cukup Kedalaman dangkal Pupil Bulat, regular, 5 mm Bulat, regular, 5 mm Refleks cahaya langsung (-) Refleks cahaya langsung (-) Refleks cahaya tak langsung (-) Refleks cahaya tak langsung (-) Iris Warna coklat Warna coklat Lensa Jernih Jernih TIO (Palpasi) Tn Bola mata keras seperti batu TIO ( tonometer ) Tidak dilakukan Tidak dilakukan Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Diagnosis Kerja : Glaukoma Akut Penatalaksanaan : IVFD Manitol 20 % drip Timolol 2 x 1 gtt os Glaukocon 2 x 1 tab Asam mefenamat 3 x 1 tab Usulan Penatalaksanaan : Pro tindakan bedah trabekulektomi
  • 20. Prognosis : Ad vitam : bonam Ad functionam : malam
  • 21. BAB IV PEMBAHASAN Pasien Ny. A usia 50 tahum datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri dan didiagnosis dengan glukoma akut berdasarkan :  Anamnesis Nyeri kepala yang dtimbul secara mendadak yang menjalar ke belakang kepala dan nyeri saat menggerakan bola mata Adanya mata merah dan berairan Penurunan penglihatan secara mendadak Adanya perasaan mual tetapi tidak sampai muntah Adanya riwayat hipertensi  Pemeriksaan Ofthamologi OS Visus : 6/60 Konjungtiva bulbi hiperemi Midriasis pupil yang tidak reaktif Reflex cahaya (-) Palpasi OS teraba bola mata lebih keras dibandingkan OD
  • 22. KESIMPULAN Glaukoma fakomorfik merupakan glaukoma sekunder yang disebabkan oleh kelainan pada lensa, dapat menyerang ras apapun, baik laki-laki maupun perempuan. Glaukoma fakomofik mudah terjadi pada pasien dengan katarak matur. Katarak matur dapat mengakibatkan sudut bilik mata tertutup dan mengakibatkan glaukoma fakomorfik, sedangkan katarak hipermatur dapat mengakibatkan glaukoma fakolitik. Pasien yang menderita glaukoma fakomorfik mengeluh nyeri yang akut, pandangan kabur, melihat bayangan seperti pelangi (halo) disekitar cahaya, mual, dan muntah. Pasien secara umum mengalami penurunan visus sebelum episode akut dikarenakan adanya riwayat katarak. Glaukoma fakomorfik lebih umum terjadi pada mata hiperopik yang kecil dengan lensa yang besar/cembung dan sudut bilik mata yang dangkal. Serangan akut sudut tertutupnya dapat dicetuskan oleh dilatasi pupil pada penerangan yang suram. Penatalaksanaan glaukoma fakomorfik bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokuler secara cepat untuk mencegah kerusakan lebih lanjut pada saraf optik, kornea, dan untuk menjegah terbentuknya sinekia.
  • 23. DAFTAR PUSTAKA 1. Pradhan D, Hennig A, Kumar J, et al. A prospective study of 413 cases of lens-induced glaucoma in Nepal. Indian J Ophthalmol 2001;49(2): 103-7. 2. Rao SK, Padmanabhan P. Capsulorhexis in eyes with phacomorphic glaucoma. J Cataract Refract Surg 1998;24(7):882-4. 3. Prajna NV, Ramakrishnan R, Krishnadas R, et al. Lens induced glaucomas—visual results and risk factors for final visual acuity. Indian J Ophthalmol 1996;44(3):149-55. 4. Vaughan DG, Asbury T. Lensa. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Alih Bahasa Tambajong J, Pendit UB. Widya Medika. Jakarta, 2000 : 175,183-4. 5. Wijana, Nana S.D, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-6, Penerbit Abadi Tegal, Jakarta, 1993 : 190-196. 6. Ilyas, Sidarta, Ilmu Penyakit Mata, Cetakan ke-2, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998 : 209-210. 1. Glaucoma Phacomorphic http://emedicine.medscape.com/article/1204917-media