3. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Seputih Matan
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Periksa : 22 Mei 2016
4. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri menjadi semakin kabur sejak 3 tahun
yang lalu.
Keluhan Tambahan
Lapang pandang semakin menyempit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata dengan keluhan
mata kiri menjadi semakin kabur secara perlahan-lahan
sejak 3 tahun yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan
lapang pandang semakin menyempit sehingga seperti
melihat dalam terowongan.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita penyakit infeksi berat pada mata
kanan sehingga mata kanan telah dilakukan operasi
pengangkatan bola mata sejak ± 30 tahun lalu. Riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa ataupun riwayat penyakit glaukoma pada
anggota keluarga tidak ada.
6. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Suhu badan : 36,6o C
• Nadi : 100 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
Kepala : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
7. Status Oftalmologi
Oculus Dextra (OD) Penilaian Oculus Sinistra (OS)
0 Visus 1/300
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Supersilia Dalam batas normal
Edema (-), spasme (-) Palpebra superior Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) Palpebra inferior Edema (-), spasme (-)
Tidak ada kelainan Silia Tidak ada kelainan
Anoftlamia Bulbus Oculi Orthoforia,
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
8. Status Oftalmologi
Tidak diperiksa Gerak bola mata Bebas ke segala arah
Tidak diperiksa Konjungtiva Bulbi Injeksi (-)
Tidak diperiksa Konjungtiva Fornices Sekret (-)
Tidak diperiksa Konjungtiva Palpebra Hiperemi (-)
Sikatrik (-)
Tidak diperiksa Sklera Siliar injeksi (-)
Tidak diperiksa Kornea Jernih
Tidak diperiksa COA Kedalaman menyempit,
Bening
9. Status Oftalmologi
Tidak diperiksa Iris Kripta (+),
Warna: coklat
Tidak diperiksa Pupil Bulat, sentral, regular,
diameter 3 mm, refleks
pupil (+) N
Tidak diperiksa Lensa Jernih
Tidak diperiksa Shadow Test Tidak diperiksa
Tidak diperiksa Fundus Refleks Tidak diperiksa
Tidak diperiksa Corpus vitreum Tidak diperiksa
Tidak diperiksa Tekanan bola mata T dig N+2
Tidak diperiksa Sistem Canalis Lakrimalis Tidak diperiksa
10. RESUME
Seorang pria Tn. M datang dengan keluhan penglihatan mata
kiri yang semakin kabur secara perlahan-lahan sejak 3 tahun
yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan lapang pandang
yang semakin menyempit sehingga seperti melihat dalam
terowongan. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan
hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan status
oftamologis didapatkan visus mata kiri 1/300, kedalaman
kamera okuli anterior menyempit, dan tekanan bola mata T
dig N+2.
13. PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Ad bonam
• Quo ad funtionam : Dubia ad malam
• Quo ad sanam : Dubia ad malam
PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
Timolol 0,5% eye drop 2 gtt II OS
Asetozolamid 250 mg tab 2 x 1 tab
KSR 600 mg tab 1 x 1 tab
b. Edukasi
Minum obat secara teratur
Kontrol teratur ke poli bila obat habis
Olahraga ringan untuk membantu menurunkan tekanan
intraokular
Diet rendah garam agar tidak meningkatkan tekanan
darah
14. Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang
ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan
lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan
intraokuler.
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa
ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang
dapat berakhir dengan kebutaan.
PENDAHULUAN
15. Epidemiologi
Glaukoma adalah penyebab kedua kebutaan di dunia, hampir 60
juta orang terkena glaukoma.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan bentuk tersering pada
ras kulit hitam dan putih.
Pada penyakit ini terdapat kecenderugan familial yang kuat dan
kerabat dekat pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining
yang teratur.
16. Anatomi dan Fisiologis
Cairan bilik mata (humor
akueous) dibentuk oleh epitel
tak berpigmen corpus ciliare,
masuk ke dalam bilik mata
belakang (camera oculi
posterior) kemudian melaui
pupil masuk ke bilik mata depan
(camera oculi anterior), ke sudut
camera oculi anterior melalui
trabekula ke kanal Sclemm,
saluran kolektor, kemudian
masuk ke dalam pleksus vena di
jaringan sklera dan episklera
juga ke dalam vena siliaris
anterior di corpus ciliare
17. Etiopatogenesis
Ada dua teori utama mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf:
• Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada
akson saraf optik dan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam
retina, iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris
memperlihatkan degenerasi hialin sehingga terjadi penurunan penglihatan.
• Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat
berkurangnya aliran darah pada papil saraf optik. Diskus optikus menjadi
atrofi disertai pembesaran cekungan optikus.
Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses
degeneratif di jaringan trabekular berupa penebalan lamella trabekula yang
mengurangi ukuran pori dan berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas. Juga
termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan
endotel kanalis Schlemm.
Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueous yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler.
18. Faktor Resiko
Umur lebih dari 40 tahun
Peningkatan tekanan intraokular
Keturunan Amerika-Afrika
Riwayat trauma ocular
Penggunaan kortikosteroid topikal, sistemik ataupun endogen
Miopia
Diabetes mellitus
Penyakit vaskular karotis
Penyakit distiroid
Kehilangan darah akut
Anemia
Riwayat hipertensi sistemik
Insufisiensi vaskular
Penyakit migrain
19. Diagnosis
a. Anamnesis
Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma sudut terbuka primer adalah tidak
adanya gejala sampai stadium akhir.
Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang
kadang-kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan
kebutaan.
Sewaktu pasien menyadari ada pengecilan lapangan pandang, biasanya telah
terjadi pencekungan glaukomatosa yang bermakna
Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat
gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita.
Kerusakan lapangan pandang mata dimulai dari tepi lapangan pandang dan
lambat laun meluas ke bagian tengah (tunnel vision).
Diduga glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif
pada 50% penderita
20. Pemeriksaan Ofthamologis
a. Pengukuran Tekanan Intraokular
Peningkatan tekanan intraokular semata tidak selalu diartikan
bahwa pasien mengedap glaukoma sudut terbuka primer; untuk
menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti
adanya diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan
pandang.
b. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata Depan
Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan
pencahayaan oblik bilik mata depan, menggunakan sebuah
senter atau dengan pengamatan kedalaman bilik mata depan
perifer menggunakan slitlamp.
21. Faktor Resiko
c. Gonioskopi
Sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang
memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Dengan
gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma
sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris
bagian perifer ke bagian depan
d. Penilaian Diskus Optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang
ukurannya bervariasi. Pada glaukoma mula-mula terjadi pembesaran
konsentrik cekungan optik yang diikuti oleh pencekungan superior dan
inferior serta disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus
optikus. Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat
ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah
perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengah diskus. Rasio
cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara
kedua mata diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
22. Faktor Resiko
e. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Lapangan pandang normal adalah 90 derajat temporal, 50
derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat bawah. Berbagai
cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah
automated perimeter (misal Humphrey, Octopus, atau Henson),
perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar
tangent.
Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama
mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah.
Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya skotoma relative
atau absolut yang terletak pada 30 derajat sentral..
23. Faktor Resiko
c. Gonioskopi
Sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang
memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Dengan
gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma
sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris
bagian perifer ke bagian depan
d. Penilaian Diskus Optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang
ukurannya bervariasi. Pada glaukoma mula-mula terjadi pembesaran
konsentrik cekungan optik yang diikuti oleh pencekungan superior dan
inferior serta disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus
optikus. Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat
ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah
perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengah diskus. Rasio
cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara
kedua mata diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
24. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Non Bedah
menggunakan obat-obatan yang berfungsi menurunkan produksi
maupun sekresi dari humor akueous.
a. Supresi pembentukan humor akueous topikal
Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan.
Dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain.
Preparat yang tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%,
betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan
metipranol 0,3%.
b. Fasilitasi aliran keluar humor akueous topikal
Obat parasimpatomimetik seperti pilocarpin meningkatkan aliran
keluar humor akueous dengan bekerja pada anyaman trabekular
melalui kontraksi otot siliaris. Obat ini diberikan dalam bentuk larutan
0,5-6% yang diteteskan hingga empat kali sehari atau bentuk gel 4%
yang diberikan sebelum tidur.
Analog prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan aliran keluar
humor akueous melaului uveosklera.
25. c. Obat-obatan sistemik
Menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%. Asetozolamid
dapat diberikan peroral dalam dosis 125-250 mg sampai empat kali
sehari.
2. Penanganan Bedah dan Laser
Indikasi penanganan bedah yaitu terapi obat-obatan tidak adekuat
seperti reaksi alergi, penurunan penglihatan akibat penyempitan pupil,
nyeri, spasme siliaris dan ptosis.
Penanganan bedah meliputi:
a. Trabekuloplasti laser
Trabekuloplasti laser digunakan dalam terapi awal glaukoma sudut
terbuka primer. Jenis tindakan ini yaitu penggunaan laser untuk
menimbulkan luka bakar melalui suatu geniolensa ke jalinan trabekular
sehingga dapat mempermudah aliran keluar humor akueous
b. Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk
memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses
langsung humor akueous dari bilik mata depan ke jaringan
subkonjungtiva dan orbita.
26. KOMPLIKASI
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin
rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi
kebutaan.
PROGNOSIS
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik secara medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka
dapat berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan
kebutaan total. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol
tekanan intaokular pada mata yang belum mengalami kerusakan
glaumatosa luas, prognosis akan baik (walaupun penurunan lapangan
pandang dapat terus berlanjut).