SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
CASE REPORT
“GLAUKOMA SIMPLEKS”
Disusun oleh:
Radian Pandhika
Preceptor:
dr. Yul Khaizar, Sp. M
dr. Yuda Saputra, Sp. M
PROFIL PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Seputih Matan
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Periksa : 22 Mei 2016
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri menjadi semakin kabur sejak 3 tahun
yang lalu.
Keluhan Tambahan
Lapang pandang semakin menyempit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata dengan keluhan
mata kiri menjadi semakin kabur secara perlahan-lahan
sejak 3 tahun yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan
lapang pandang semakin menyempit sehingga seperti
melihat dalam terowongan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah menderita penyakit infeksi berat pada mata
kanan sehingga mata kanan telah dilakukan operasi
pengangkatan bola mata sejak ± 30 tahun lalu. Riwayat
hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa ataupun riwayat penyakit glaukoma pada
anggota keluarga tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-Tanda Vital
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Suhu badan : 36,6o C
• Nadi : 100 x/menit
• Respirasi : 20 x/menit
Kepala : dalam batas normal
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : dalam batas normal
Status Oftalmologi
Oculus Dextra (OD) Penilaian Oculus Sinistra (OS)
0 Visus 1/300
Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Dalam batas normal Supersilia Dalam batas normal
Edema (-), spasme (-) Palpebra superior Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) Palpebra inferior Edema (-), spasme (-)
Tidak ada kelainan Silia Tidak ada kelainan
Anoftlamia Bulbus Oculi Orthoforia,
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Status Oftalmologi
Tidak diperiksa Gerak bola mata Bebas ke segala arah
Tidak diperiksa Konjungtiva Bulbi Injeksi (-)
Tidak diperiksa Konjungtiva Fornices Sekret (-)
Tidak diperiksa Konjungtiva Palpebra Hiperemi (-)
Sikatrik (-)
Tidak diperiksa Sklera Siliar injeksi (-)
Tidak diperiksa Kornea Jernih
Tidak diperiksa COA Kedalaman menyempit,
Bening
Status Oftalmologi
Tidak diperiksa Iris Kripta (+),
Warna: coklat
Tidak diperiksa Pupil Bulat, sentral, regular,
diameter 3 mm, refleks
pupil (+) N
Tidak diperiksa Lensa Jernih
Tidak diperiksa Shadow Test Tidak diperiksa
Tidak diperiksa Fundus Refleks Tidak diperiksa
Tidak diperiksa Corpus vitreum Tidak diperiksa
Tidak diperiksa Tekanan bola mata T dig N+2
Tidak diperiksa Sistem Canalis Lakrimalis Tidak diperiksa
RESUME
Seorang pria Tn. M datang dengan keluhan penglihatan mata
kiri yang semakin kabur secara perlahan-lahan sejak 3 tahun
yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan lapang pandang
yang semakin menyempit sehingga seperti melihat dalam
terowongan. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan
hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan status
oftamologis didapatkan visus mata kiri 1/300, kedalaman
kamera okuli anterior menyempit, dan tekanan bola mata T
dig N+2.
DIAGNOSIS BANDING
OS Glaukoma Simpleks
OS Glaukoma Sudut Tertutup Kronik
PEMERIKSAAN ANJURAN
 Slit Lamp
 Gonioskopi
 Tonometri
 Funduskopi
 Perimeter
OS Glaukoma Simpleks
DIAGNOSIS KERJA
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Ad bonam
• Quo ad funtionam : Dubia ad malam
• Quo ad sanam : Dubia ad malam
PENATALAKSANAAN
a. Konservatif
 Timolol 0,5% eye drop 2 gtt II OS
 Asetozolamid 250 mg tab 2 x 1 tab
 KSR 600 mg tab 1 x 1 tab
b. Edukasi
 Minum obat secara teratur
 Kontrol teratur ke poli bila obat habis
 Olahraga ringan untuk membantu menurunkan tekanan
intraokular
 Diet rendah garam agar tidak meningkatkan tekanan
darah
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang
ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan
lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan
intraokuler.
Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan
terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa
ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang
dapat berakhir dengan kebutaan.
PENDAHULUAN
Epidemiologi
Glaukoma adalah penyebab kedua kebutaan di dunia, hampir 60
juta orang terkena glaukoma.
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan bentuk tersering pada
ras kulit hitam dan putih.
Pada penyakit ini terdapat kecenderugan familial yang kuat dan
kerabat dekat pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining
yang teratur.
Anatomi dan Fisiologis
Cairan bilik mata (humor
akueous) dibentuk oleh epitel
tak berpigmen corpus ciliare,
masuk ke dalam bilik mata
belakang (camera oculi
posterior) kemudian melaui
pupil masuk ke bilik mata depan
(camera oculi anterior), ke sudut
camera oculi anterior melalui
trabekula ke kanal Sclemm,
saluran kolektor, kemudian
masuk ke dalam pleksus vena di
jaringan sklera dan episklera
juga ke dalam vena siliaris
anterior di corpus ciliare
Etiopatogenesis
Ada dua teori utama mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf:
• Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada
akson saraf optik dan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam
retina, iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris
memperlihatkan degenerasi hialin sehingga terjadi penurunan penglihatan.
• Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat
berkurangnya aliran darah pada papil saraf optik. Diskus optikus menjadi
atrofi disertai pembesaran cekungan optikus.
Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses
degeneratif di jaringan trabekular berupa penebalan lamella trabekula yang
mengurangi ukuran pori dan berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas. Juga
termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan
endotel kanalis Schlemm.
Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueous yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraokuler.
Faktor Resiko
 Umur lebih dari 40 tahun
 Peningkatan tekanan intraokular
 Keturunan Amerika-Afrika
 Riwayat trauma ocular
 Penggunaan kortikosteroid topikal, sistemik ataupun endogen
 Miopia
 Diabetes mellitus
 Penyakit vaskular karotis
 Penyakit distiroid
 Kehilangan darah akut
 Anemia
 Riwayat hipertensi sistemik
 Insufisiensi vaskular
 Penyakit migrain
Diagnosis
a. Anamnesis
Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma sudut terbuka primer adalah tidak
adanya gejala sampai stadium akhir.
Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang
kadang-kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan
kebutaan.
Sewaktu pasien menyadari ada pengecilan lapangan pandang, biasanya telah
terjadi pencekungan glaukomatosa yang bermakna
Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat
gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita.
Kerusakan lapangan pandang mata dimulai dari tepi lapangan pandang dan
lambat laun meluas ke bagian tengah (tunnel vision).
Diduga glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif
pada 50% penderita
Pemeriksaan Ofthamologis
a. Pengukuran Tekanan Intraokular
Peningkatan tekanan intraokular semata tidak selalu diartikan
bahwa pasien mengedap glaukoma sudut terbuka primer; untuk
menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti
adanya diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan
pandang.
b. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata Depan
Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan
pencahayaan oblik bilik mata depan, menggunakan sebuah
senter atau dengan pengamatan kedalaman bilik mata depan
perifer menggunakan slitlamp.
Faktor Resiko
c. Gonioskopi
Sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang
memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Dengan
gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma
sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris
bagian perifer ke bagian depan
d. Penilaian Diskus Optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang
ukurannya bervariasi. Pada glaukoma mula-mula terjadi pembesaran
konsentrik cekungan optik yang diikuti oleh pencekungan superior dan
inferior serta disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus
optikus. Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat
ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah
perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengah diskus. Rasio
cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara
kedua mata diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
Faktor Resiko
e. Pemeriksaan Lapangan Pandang
Lapangan pandang normal adalah 90 derajat temporal, 50
derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat bawah. Berbagai
cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah
automated perimeter (misal Humphrey, Octopus, atau Henson),
perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar
tangent.
Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama
mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah.
Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya skotoma relative
atau absolut yang terletak pada 30 derajat sentral..
Faktor Resiko
c. Gonioskopi
Sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang
memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Dengan
gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma
sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris
bagian perifer ke bagian depan
d. Penilaian Diskus Optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang
ukurannya bervariasi. Pada glaukoma mula-mula terjadi pembesaran
konsentrik cekungan optik yang diikuti oleh pencekungan superior dan
inferior serta disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus
optikus. Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat
ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah
perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengah diskus. Rasio
cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara
kedua mata diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Non Bedah
menggunakan obat-obatan yang berfungsi menurunkan produksi
maupun sekresi dari humor akueous.
a. Supresi pembentukan humor akueous topikal
Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan.
Dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain.
Preparat yang tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%,
betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan
metipranol 0,3%.
b. Fasilitasi aliran keluar humor akueous topikal
Obat parasimpatomimetik seperti pilocarpin meningkatkan aliran
keluar humor akueous dengan bekerja pada anyaman trabekular
melalui kontraksi otot siliaris. Obat ini diberikan dalam bentuk larutan
0,5-6% yang diteteskan hingga empat kali sehari atau bentuk gel 4%
yang diberikan sebelum tidur.
Analog prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan aliran keluar
humor akueous melaului uveosklera.
c. Obat-obatan sistemik
Menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%. Asetozolamid
dapat diberikan peroral dalam dosis 125-250 mg sampai empat kali
sehari.
2. Penanganan Bedah dan Laser
Indikasi penanganan bedah yaitu terapi obat-obatan tidak adekuat
seperti reaksi alergi, penurunan penglihatan akibat penyempitan pupil,
nyeri, spasme siliaris dan ptosis.
Penanganan bedah meliputi:
a. Trabekuloplasti laser
Trabekuloplasti laser digunakan dalam terapi awal glaukoma sudut
terbuka primer. Jenis tindakan ini yaitu penggunaan laser untuk
menimbulkan luka bakar melalui suatu geniolensa ke jalinan trabekular
sehingga dapat mempermudah aliran keluar humor akueous
b. Trabekulektomi
Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk
memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses
langsung humor akueous dari bilik mata depan ke jaringan
subkonjungtiva dan orbita.
KOMPLIKASI
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin
rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi
kebutaan.
PROGNOSIS
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik secara medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka
dapat berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan
kebutaan total. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol
tekanan intaokular pada mata yang belum mengalami kerusakan
glaumatosa luas, prognosis akan baik (walaupun penurunan lapangan
pandang dapat terus berlanjut).
THANK
YOU

More Related Content

Similar to GLAUKOMA-SEDERHANA

106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucomaDimas Priyantono
 
Presentasi WGW. 2023.pptx
Presentasi WGW. 2023.pptxPresentasi WGW. 2023.pptx
Presentasi WGW. 2023.pptxmansyah8
 
Presentasi kasus z
Presentasi kasus zPresentasi kasus z
Presentasi kasus zDaniel Denny
 
Presentasi WGW 2023.pptx
Presentasi WGW 2023.pptxPresentasi WGW 2023.pptx
Presentasi WGW 2023.pptxmansyah8
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxNURULMUMINAH
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxAlfinKamal
 
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpulPresentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpulDhila Fadhila
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukomaKANDA IZUL
 
refleksi pterigium mata kedokteran Undata
refleksi pterigium mata kedokteran Undatarefleksi pterigium mata kedokteran Undata
refleksi pterigium mata kedokteran UndataSriNaharindahNaharin
 
Glaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatann
Glaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatannGlaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatann
Glaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatannArumAja1
 

Similar to GLAUKOMA-SEDERHANA (20)

Glaukoma cidera
Glaukoma cideraGlaukoma cidera
Glaukoma cidera
 
106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma106227936 low-tension-glaucoma
106227936 low-tension-glaucoma
 
Kasus 4 dhila
Kasus 4 dhilaKasus 4 dhila
Kasus 4 dhila
 
Presentasi WGW. 2023.pptx
Presentasi WGW. 2023.pptxPresentasi WGW. 2023.pptx
Presentasi WGW. 2023.pptx
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Presentasi kasus z
Presentasi kasus zPresentasi kasus z
Presentasi kasus z
 
Presentasi WGW 2023.pptx
Presentasi WGW 2023.pptxPresentasi WGW 2023.pptx
Presentasi WGW 2023.pptx
 
Cataract presus
Cataract presusCataract presus
Cataract presus
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
syayid ppt.pdf
syayid ppt.pdfsyayid ppt.pdf
syayid ppt.pdf
 
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpulPresentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpul
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
SC_Ulkus kornea_ppt.pptx
SC_Ulkus kornea_ppt.pptxSC_Ulkus kornea_ppt.pptx
SC_Ulkus kornea_ppt.pptx
 
refleksi pterigium mata kedokteran Undata
refleksi pterigium mata kedokteran Undatarefleksi pterigium mata kedokteran Undata
refleksi pterigium mata kedokteran Undata
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Glaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatann
Glaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatannGlaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatann
Glaukoma (1).pptx PDF Kmb 2 keperawatann
 

GLAUKOMA-SEDERHANA

  • 1. CASE REPORT “GLAUKOMA SIMPLEKS” Disusun oleh: Radian Pandhika Preceptor: dr. Yul Khaizar, Sp. M dr. Yuda Saputra, Sp. M
  • 3. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. M Umur : 70 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Seputih Matan Pekerjaan : Petani Suku : Jawa Agama : Islam Tanggal Periksa : 22 Mei 2016
  • 4. ANAMNESIS Keluhan Utama Penglihatan mata kiri menjadi semakin kabur sejak 3 tahun yang lalu. Keluhan Tambahan Lapang pandang semakin menyempit Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Mata dengan keluhan mata kiri menjadi semakin kabur secara perlahan-lahan sejak 3 tahun yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan lapang pandang semakin menyempit sehingga seperti melihat dalam terowongan.
  • 5. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien pernah menderita penyakit infeksi berat pada mata kanan sehingga mata kanan telah dilakukan operasi pengangkatan bola mata sejak ± 30 tahun lalu. Riwayat hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Keluarga Keluhan serupa ataupun riwayat penyakit glaukoma pada anggota keluarga tidak ada.
  • 6. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis Tanda-Tanda Vital • Tekanan darah : 130/80 mmHg • Suhu badan : 36,6o C • Nadi : 100 x/menit • Respirasi : 20 x/menit Kepala : dalam batas normal Thorax : dalam batas normal Abdomen : dalam batas normal Ekstremitas : dalam batas normal
  • 7. Status Oftalmologi Oculus Dextra (OD) Penilaian Oculus Sinistra (OS) 0 Visus 1/300 Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan Dalam batas normal Supersilia Dalam batas normal Edema (-), spasme (-) Palpebra superior Edema (-), spasme (-) Edema (-), spasme (-) Palpebra inferior Edema (-), spasme (-) Tidak ada kelainan Silia Tidak ada kelainan Anoftlamia Bulbus Oculi Orthoforia, eksoftalmus (-), strabismus (-)
  • 8. Status Oftalmologi Tidak diperiksa Gerak bola mata Bebas ke segala arah Tidak diperiksa Konjungtiva Bulbi Injeksi (-) Tidak diperiksa Konjungtiva Fornices Sekret (-) Tidak diperiksa Konjungtiva Palpebra Hiperemi (-) Sikatrik (-) Tidak diperiksa Sklera Siliar injeksi (-) Tidak diperiksa Kornea Jernih Tidak diperiksa COA Kedalaman menyempit, Bening
  • 9. Status Oftalmologi Tidak diperiksa Iris Kripta (+), Warna: coklat Tidak diperiksa Pupil Bulat, sentral, regular, diameter 3 mm, refleks pupil (+) N Tidak diperiksa Lensa Jernih Tidak diperiksa Shadow Test Tidak diperiksa Tidak diperiksa Fundus Refleks Tidak diperiksa Tidak diperiksa Corpus vitreum Tidak diperiksa Tidak diperiksa Tekanan bola mata T dig N+2 Tidak diperiksa Sistem Canalis Lakrimalis Tidak diperiksa
  • 10. RESUME Seorang pria Tn. M datang dengan keluhan penglihatan mata kiri yang semakin kabur secara perlahan-lahan sejak 3 tahun yang lalu. Selain itu, pasien mengeluhkan lapang pandang yang semakin menyempit sehingga seperti melihat dalam terowongan. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan hasil dalam batas normal. Pada pemeriksaan status oftamologis didapatkan visus mata kiri 1/300, kedalaman kamera okuli anterior menyempit, dan tekanan bola mata T dig N+2.
  • 11. DIAGNOSIS BANDING OS Glaukoma Simpleks OS Glaukoma Sudut Tertutup Kronik PEMERIKSAAN ANJURAN  Slit Lamp  Gonioskopi  Tonometri  Funduskopi  Perimeter
  • 13. PROGNOSIS • Quo ad vitam : Ad bonam • Quo ad funtionam : Dubia ad malam • Quo ad sanam : Dubia ad malam PENATALAKSANAAN a. Konservatif  Timolol 0,5% eye drop 2 gtt II OS  Asetozolamid 250 mg tab 2 x 1 tab  KSR 600 mg tab 1 x 1 tab b. Edukasi  Minum obat secara teratur  Kontrol teratur ke poli bila obat habis  Olahraga ringan untuk membantu menurunkan tekanan intraokular  Diet rendah garam agar tidak meningkatkan tekanan darah
  • 14. Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus optikus, pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraokuler. Pada glaukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik yang dapat berakhir dengan kebutaan. PENDAHULUAN
  • 15. Epidemiologi Glaukoma adalah penyebab kedua kebutaan di dunia, hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Glaukoma sudut terbuka primer merupakan bentuk tersering pada ras kulit hitam dan putih. Pada penyakit ini terdapat kecenderugan familial yang kuat dan kerabat dekat pasien dianjurkan menjalani pemeriksaan skrining yang teratur.
  • 16. Anatomi dan Fisiologis Cairan bilik mata (humor akueous) dibentuk oleh epitel tak berpigmen corpus ciliare, masuk ke dalam bilik mata belakang (camera oculi posterior) kemudian melaui pupil masuk ke bilik mata depan (camera oculi anterior), ke sudut camera oculi anterior melalui trabekula ke kanal Sclemm, saluran kolektor, kemudian masuk ke dalam pleksus vena di jaringan sklera dan episklera juga ke dalam vena siliaris anterior di corpus ciliare
  • 17. Etiopatogenesis Ada dua teori utama mengenai mekanisme kerusakan serabut saraf: • Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson saraf optik dan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina, iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin sehingga terjadi penurunan penglihatan. • Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat berkurangnya aliran darah pada papil saraf optik. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus. Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses degeneratif di jaringan trabekular berupa penebalan lamella trabekula yang mengurangi ukuran pori dan berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas. Juga termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueous yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.
  • 18. Faktor Resiko  Umur lebih dari 40 tahun  Peningkatan tekanan intraokular  Keturunan Amerika-Afrika  Riwayat trauma ocular  Penggunaan kortikosteroid topikal, sistemik ataupun endogen  Miopia  Diabetes mellitus  Penyakit vaskular karotis  Penyakit distiroid  Kehilangan darah akut  Anemia  Riwayat hipertensi sistemik  Insufisiensi vaskular  Penyakit migrain
  • 19. Diagnosis a. Anamnesis Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma sudut terbuka primer adalah tidak adanya gejala sampai stadium akhir. Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang kadang-kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Sewaktu pasien menyadari ada pengecilan lapangan pandang, biasanya telah terjadi pencekungan glaukomatosa yang bermakna Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita. Kerusakan lapangan pandang mata dimulai dari tepi lapangan pandang dan lambat laun meluas ke bagian tengah (tunnel vision). Diduga glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50% penderita
  • 20. Pemeriksaan Ofthamologis a. Pengukuran Tekanan Intraokular Peningkatan tekanan intraokular semata tidak selalu diartikan bahwa pasien mengedap glaukoma sudut terbuka primer; untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti adanya diskus optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan pandang. b. Pemeriksaan Sudut Bilik Mata Depan Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik bilik mata depan, menggunakan sebuah senter atau dengan pengamatan kedalaman bilik mata depan perifer menggunakan slitlamp.
  • 21. Faktor Resiko c. Gonioskopi Sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Dengan gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer ke bagian depan d. Penilaian Diskus Optikus Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang ukurannya bervariasi. Pada glaukoma mula-mula terjadi pembesaran konsentrik cekungan optik yang diikuti oleh pencekungan superior dan inferior serta disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus optikus. Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengah diskus. Rasio cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
  • 22. Faktor Resiko e. Pemeriksaan Lapangan Pandang Lapangan pandang normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat nasal dan 65 derajat bawah. Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah automated perimeter (misal Humphrey, Octopus, atau Henson), perimeter Goldmann, Friedmann field analyzer, dan layar tangent. Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian tengah. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya skotoma relative atau absolut yang terletak pada 30 derajat sentral..
  • 23. Faktor Resiko c. Gonioskopi Sudut mata depan sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi yang memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktur sudut. Dengan gonioskopi juga dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, selain itu juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer ke bagian depan d. Penilaian Diskus Optikus Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang ukurannya bervariasi. Pada glaukoma mula-mula terjadi pembesaran konsentrik cekungan optik yang diikuti oleh pencekungan superior dan inferior serta disertai pembentukan takik (notching) fokal di tepi diskus optikus. Rasio cekungan diskus adalah cara yang digunakan untuk mencatat ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma. Besaran tersebut adalah perbandingan antara ukuran cekungan terhadap garis tengah diskus. Rasio cawan diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa.
  • 24. PENATALAKSANAAN 1. Penanganan Non Bedah menggunakan obat-obatan yang berfungsi menurunkan produksi maupun sekresi dari humor akueous. a. Supresi pembentukan humor akueous topikal Penghambat beta adrenergik adalah obat yang paling luas digunakan. Dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5% dan metipranol 0,3%. b. Fasilitasi aliran keluar humor akueous topikal Obat parasimpatomimetik seperti pilocarpin meningkatkan aliran keluar humor akueous dengan bekerja pada anyaman trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Obat ini diberikan dalam bentuk larutan 0,5-6% yang diteteskan hingga empat kali sehari atau bentuk gel 4% yang diberikan sebelum tidur. Analog prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan aliran keluar humor akueous melaului uveosklera.
  • 25. c. Obat-obatan sistemik Menekan pembentukan humor akueous sebesar 40-60%. Asetozolamid dapat diberikan peroral dalam dosis 125-250 mg sampai empat kali sehari. 2. Penanganan Bedah dan Laser Indikasi penanganan bedah yaitu terapi obat-obatan tidak adekuat seperti reaksi alergi, penurunan penglihatan akibat penyempitan pupil, nyeri, spasme siliaris dan ptosis. Penanganan bedah meliputi: a. Trabekuloplasti laser Trabekuloplasti laser digunakan dalam terapi awal glaukoma sudut terbuka primer. Jenis tindakan ini yaitu penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu geniolensa ke jalinan trabekular sehingga dapat mempermudah aliran keluar humor akueous b. Trabekulektomi Trabekulektomi adalah prosedur yang paling sering digunakan untuk memintas saluran-saluran drainase normal sehingga terbentuk akses langsung humor akueous dari bilik mata depan ke jaringan subkonjungtiva dan orbita.
  • 26. KOMPLIKASI Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optik dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan. PROGNOSIS Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik secara medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol tekanan intaokular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaumatosa luas, prognosis akan baik (walaupun penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut).

Editor's Notes

  1. This template can be used as a starter file for a photo album.