Glaukoma adalah kondisi peningkatan tekanan intraokuler yang menyebabkan kerusakan saraf optik dan kebutaan. Gejala utamanya adalah nyeri, gangguan penglihatan seperti kabur dan silau, serta ketakutan akan kehilangan penglihatan. Pengobatan bertujuan menurunkan tekanan mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
Laporan pendahuluan asuhan keperawatan diabetes mellitus tipe 2Utik Pariani
laporan pendahuluan asuhan keperawatan DM tipe 2. definisi: Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. etiologi: Factor genetic, Factor imunologi
Factor lingkungan, Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun), Obesitas, Riwayat keluarga. pathway dan masalah keperawatan. pengkajian, diagnosa intervensi rasional
1. GLAUKOMA
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Pengertian
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos berarti hijau kebiruan
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma.
Glaukoma adalah kondisi dimana peningkatan tekanan intraokuler
yang diakibatkan oleh perubahan patologis pada sudut iridokorneal yang
menghambat aliran keluar normal aqueus humor. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional secara progresif pada
saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan.
2. Penyebab
Glaukoma terjadi karena tidak adekuatnya drainase aqueus humor
di bilik anterior mata sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokuler
menyebabkan atrofi saraf optik dan kebutaan bila tidak teratasi.
3. Klasifikasi
Glaukoma dibagi atas :
a. Glaukoma primer
Klasifikasi dalam golongan ini berdasarkan gonioskopi pada glaukoma
primer tidak diketahui penyebabnya.
•
Glaukoma sudut bilik mata depan tertutup
•
Glaukoma sudut bilik mata depan terbuka.
b. Glaukoma sekunder
Glaukoma disini timbul sebagai akibat penyakit lain dalam bola mata,
jadi penyebabnya
diketahui
penggolongan ini berdasarkan atas
anatomi mata karena kelainan lensa :
•
Luksasi
•
Pembengkakan (intumesen)
•
Fakolitik
1
2. Karena kelainan uvea : uveitis, tumor
Karena trauma :
•
Perdarahan dalam bilik mata depan (hifema)
•
Perforasi kornea dan prolaps iris
Karena pembedahan
•
Bilik mata yang tidak cepat terbuka setelah pembedahan katerak
Lain penyebab
•
Rubeosis iridis (akibat trombose vena sentral)
•
Penggunaan kortikosteroid topical berlebihan.
c. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital primer atau glaukoma infantile (buftalmus,
hidroftalmus). Glaukoma yang bertalian dengan kelainan kongenital
lain.
d. Glaukoma absolus
Keadaan terakhir suatu glaukoma, yaitu dengan kebutaan total dan
bola mata sering nyari.
Berdasarkan lamanya glaukoma dibagi atas :
a. Glaukoma akut
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intaokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
Penyababnya
dapat terjadi primer yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat
bawaan berupa sudut bilik mata dengan sempit pada kedua mata.
b. Glaukoma Kronik
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan
tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan dan fungsi mata yang
permanent. Biasanya disebabkan oleh keturunan dalam keluarga,
diabetes mellitus, arterosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka
panjang, myopia tinggi dan progresif.
2
3. 4. Patoway
Faktor Keturunan
progresif
DM
Arteriosklerosis
Kortikosteroid jagka panjang
Myopia
TIO
Tindakan pembedahan
Missinterpretasi
tentang penyakit,
pengobatan dan
prognosa
Kurang
Pengetahuan
Perubahan status
kesehatan
Beban
Psikologis
Ansietas
Gangguan anatomik
Dan fungsi mata
Distensi area sekitar
Rongga orbita
Pelepasan mediator kimia
Merangsang saraf sensorik
Trigeminal (proses transmisi, transduksi
Modulasi dan presepsi)
Ketidak seimbagan
metabolic lensa dan
aquaus humor
Enzim
Perubahan selaput
halus pada lensa
Menghalang cahaya
yang masuk
Bayangan tdk ditangkap
oleh saraf optik
Nyeri
Tindakan invasive
(trabekulektomi)
Keterbatasan penglihatan
Resiko infeksi
Resiko Cedera
3
Signal tidak dipresepsikan
oleh nucleus germikulatum
lateral talamus
Gangguan presepsi
sensori visual
4. 5. Manifestasi Klinis
a. Tanda :
Pupil menyempit danmerah/mata keras dengan kornea berawan
(glaukoma darurat)
Peningkatan air mata
Peningkatan tekanan bola mata.
b. Gejala
Perubahan
aktivitas
biasanya
sehubungan
dengan
gangguan
penglihatan.
Mual/muntah
Penglihatan berawan/kabur
Tampak lingkaran cahaya kecil/Pelangi sekitara mata
Kehilnagan penglihatan perifer
Fotophobia
Mata kabur
Sakit kepala
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada sekitar mata.
Sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatan perifer.
6. Pemeriksaan Penunjang
Tonometri
Gonioskopi
Pemeriksaan perimetri slit lamp
Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
4
5. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glaukoma.
Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi
lempeng
optik,
papiledema,
perdarahan
retina,
dan
mikroaneurisma.
Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
EKG,
kolesterol
serum,
dan
pemeriksaan
lipid:
Memastikan
aterosklerosisi, PAK.
Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7. Penatalaksanaan
Bila diagnosis sudah dibuat maka klien harus memakai obat seumur
hidup untuk mencegah kebutaan. Tujuan pengobatan pada glaukoma
simpleks adalah untuk memperlancar pengeluaran cairan mat
(akueus
humor) atau usaha untuk mengurangi produksi cairan mata (akueus
humor).
Obat-obat yang biasa digunakan pada glaukoma adalah miotik,
bloker reseptor β-adrenergik, inhibitor karbonik anhidrase, antikolinergik.
5
6. B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Aktivitas / Istrahat
Gejala :
Klien mengatakan aktivitasnya berkurang karena kurang
jelas dalam melihat
Tanda : Nampak berhati-hari kalau sedang berjalan
Makanan / Cairan
Gejala : klien mengeluh pusing-pusing
Tanda : Klien Nampak mual dan muntah.
Neurosensori
Gejala :
Klien mengeluh penglihatannya kabur, klien mengeluh
silau
Tanda
:
dengan
sinar
terang,
penglihatannya berawan
penglihatan kabur, kesulitan
klien
mengeluh
memfokuskan
kerja,
penglihatan perifer, papil menyempit dan merah, mata
keras dengan kornea berawan, peningkatan air mata.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
Klien mengeluh pusing tiba-tiba, klien mengeluh ada
tekanan pada daerah mata, sakit kepala
Tanda : Nampak menekan area mata
Integritas ego
Gejala :
Klien mengeluh akan kondisi matanya, klien mengatakan
Tanda
kekhawatiran akan fungsi penglihatan
Klien nampak cemas akan kondisinya, ketakutan akan
:
tindakan pembedahan
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
Tanda :
Klien mengatakan riwayat keluarga glaucoma, DM
Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh
peningkatan
tekanan
endokrin.
6
vena),
ketidakseimbangan
7. b. Pengelompokan Data
Data subyektif :
Klien mengatakan aktivitasnya berkurang karena kurang jelas dalam
melihat
Klien mengeluh pusing-pusing
Klien mengeluh penglihatannya kabur
Klien mengeluh silau dengan sinar terang
Klien mengeluh penglihatannya berawan
Klien mengeluh pusing tiba-tiba
Klien mengeluh ada tekanan pada daerah mata
Sakit kepala (glaukoma akut)
Klien mengatakan riwayat keluarga glaukoma, dm
Klien mengeluh akan kondisi matanya
Klien mengatakan kekhawatiran akan fungsi penglihatan
Data obyektif :
Klien nampak mual dan muntah.
Nampak berhati-hari dalam beraktivitas
Penglihatan kabur
Kesulitan memfokuskan kerja
penglihatan perifer
Papil menyempit dan merah
Mata keras dengan kornea berawan
Peningkatan air mata.
Riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan
tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Nampak menekan area mata akibat nyeri
Klien nampak cemas akan kondisinya
Ketakutan akan tindakan pembedahan
7
8. c. Analisa Data
Data
1
Ds :
Klien mengeluh
pusing-pusing
Sakit kepala
(glaukoma akut)
Klien mengeluh
pusing tiba-tiba
Klien mengeluh ada
tekanan pada daerah
mata
Do :
Mata keras dengan
kornea berawan
Papil menyempit dan
merah
Nampak menekan
area mata
Ds :
Klien mengatakan
aktivitasnya berkurang
karena kurang jelas
dalam melihat
Klien mengeluh
penglihatannya kabur
Klien mengeluh
penglihatannya
berawan
Klien mengeluh silau
dengan sinar terang
Kemungkin Penyebab
2
Penyebab glukoma
↓
Peningkatan TIO
↓
Gangguan anatomik
Dan fungsi mata
↓
Distensi area sekitar
Rongga orbita
Masalah
3
Gangguan rasa
nyaman : nyeri
Tindakan invasive
(trabekulektomi)
Pelepasan
mediator kimia
Merangsang saraf sensorik
Trigeminal (proses transmisi,
transduksi
Modulasi dan presepsi)
↓
Nyeri
Penyebab glukoma
↓
Peningkatan TIO
↓
Gangguan anatomik
Dan fungsi mata
↓
Distensi area sekitar
Rongga orbita
↓
Ketidak seimbagan metabolik
lensa dan aquaus humor
8
Gangguan persepsi
sensori penglihatan
9. Do :
Nampak berhati-hari
dalam beraktivitas
Penglihatan kabur
Mata keras dengan
kornea berawan
penglihatan perifer
Papil menyempit dan
merah
Peningkatan air mata.
Kesulitan
memfokuskan kerja
Ds :
Ketakutan
akan
tindakan pembedahan
Do :
Klien nampak cemas
akan kondisinya
Klien
mengatakan
kekhawatiran
akan
fungsi penglihatan
Ds :
Klien mengatakan
aktivitasnya berkurang
karena kurang jelas
dalam melihat
Klien mengeluh
penglihatannya kabur
↓
Perubahan selaput halus pada
lensa
↓
Menghalang cahaya yang
masuk
↓
Bayangan tidak ditangkap oleh
saraf optik
↓
Signal tidak dipresepsikan oleh
nukleus germikulatum lateral
talamus
↓
Gangguan presepsi sensori
visual
Penyebab glukoma
↓
Peningkatan TIO
↓
Gangguan anatomik
Dan fungsi mata
↓
Tindakan pembadahan
↓
Perubahan pada status
kesehatan
↓
Beban psikologi
↓
Ansietas
Penyebab glukoma
↓
Peningkatan TIO
↓
Gangguan anatomik
Dan fungsi mata
↓
Distensi area sekitar
9
Ansietas
Resiko cidera
10. Klien mengeluh silau
dengan sinar terang
Rongga orbita
↓
Klien mengeluh
Ketidak seimbagan metabolik
lensa dan aquaus humor
↓
berawan
Perubahan selaput halus pada
lensa
Do :
↓
Penglihatan kabur
Menghalang cahaya yang
masuk
Nampak berhati-hari
↓
dalam beraktivitas
Bayangan tidak ditangkap oleh
Kesulitan
saraf optik
↓
memfokuskan kerja
Signal tidak dipresepsikan oleh
nukleus germikulatum lateral
talamus
↓
Keterbatasan lapang pandang
↓
Resiko cidera
penglihatannya
d. Prioritas Masalah
1) Nyeri
2) Gangguan persepsi sensori penglihatan
3) Ansietas
4) Resiko cidera
10
11. 2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler ditandai
dengan :
Ds :
Klien mengeluh pusing-pusing
Sakit kepala (glaukoma akut)
Klien mengeluh pusing tiba-tiba
Do :
Klien mengeluh ada tekanan pada daerah mata
Mata keras dengan kornea berawan
Papil menyempit dan merah
Nampak menekan area mata
b. Gangguan persepsi sensori penglihatan
berhubungan
dengan
gangguan organ penglihatan ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan aktivitasnya berkurang karena kurang
jelas dalam melihat
Klien mengeluh penglihatannya kabur
Klien mengeluh penglihatannya berawan
Do :
Klien mengeluh silau dengan sinar terang
Nampak berhati-hari dalam beraktivitas
Penglihatan kabur
Mata keras dengan kornea berawan
penglihatan perifer
Papil menyempit dan merah
Peningkatan air mata.
Kesulitan memfokuskan kerja
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan :
Ds :
Do :
Ketakutan akan tindakan pembedahan
Klien nampak cemas akan kondisinya
Klien mengatakan kekhawatiran akan fungsi penglihatan
11
12. d. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan ditandai
dengan :
Ds :
Klien mengatakan aktivitasnya berkurang karena kurang
jelas dalam melihat
Klien mengeluh penglihatannya kabur
Klien mengeluh silau dengan sinar terang
Do :
Klien mengeluh penglihatannya berawan
Penglihatan kabur
Nampak berhati-hari dalam beraktivitas
Kesulitan memfokuskan kerja
12
13. 3.
I m p le m e n tas i
4. Implementasi
N
o
Hari /
tanggal
1
1
2
Senin
Dx
3
Nyeri
Jam
4
08.00
24 – 04 - 09
1
2
Implementasi
5
1.Mengkaji tingkat nyeri
Hasil
Skala nyeri sedang dan nyeri tekan
didaerah sekitar mata
2.Menganjurkan klien untuk istrahat
didalam ruangan yang tenang
Hasil
Klien mau untuk mengikuti anjuran
perawat
3.mengajarkan klien tehnik distraksi
Hasil
Mengajak klien berbincang atau
memutar musik
4.menganjurkan
klien
untuk
menghindari rasa mual dan muntah
Hasil
Klien mau mengikuti anjurkan
perawat
5.menganjurkan pada klien untuk
tidak menggerakan kepala tibatiba, menggaruk mata.
Hasil
Klien mau mengikuti anjuran
perawat.
6.Penatalaksanaan dalam pemberian
analgesik sesuai kebutuhan.
4
13
14. 2
Senin
Gangguan
08.00 1. Memastikan
24 – 04 - 09 persepsi
derajat
tipe
kehilangan penglihatan
sensori :
2. Mendorong klien mengekspresikan
penglihatan
perasaaan
tentang
kehilangan/kemungkinan
kehilangan penglihatan
Hasil
klien mau untuk mengekspresikan
perasaan
akan
fungsi
penglihatannya
3. Menunjukkan
pemberian
tetes
mata, contoh menghitung tetesan,
mengikuti jadwal, tidak salah dosis
4. Melakukan
pasien
3
Senin
Ansietas
tindakan
menangani
membantu
keterbatasan
penglihatan
08.00 1. Menggunakan
24 – 04 - 09
terapeutik
komunikasi
dalam
pendekatan
kepada klien.
Hasil
Klien kooperatif dan mau untuk
berbincang-bincang
dengan
perawat
2. Membantu
klien
mengungkapkan
untuk
perasaan
cemasnya.
Hasil
Klien mau untuk mengekspresikan
perasaan cemasnya
3. Menjelaskan pada klien tentang
kegiatan dari perioperatif.
14
15. 4. Melibatkan
keluarga
dalam
pengambilan keputusan terhadap
4
Senin
Resiko
24 – 04 - 09
perawatan yang dilakukan
08.00 1. Mengorientasikan lingkungan staf
cidera
dan situasi lain di sekitar klien.
2. Menganjurkan
mempelajari
klien
kembali
ADL
untuk
yang
sering dilakukan.
3. Menganjurkan
meletakkan
dibutuhkan
klien
peralatan
pada
tempat
untuk
ynag
yang
sama dan mudah terjangkau
4. Menganjurkan keluarga klien untuk
membantu aktivitas klien seharihari
15