SlideShare a Scribd company logo
1 of 46
KEGAWATDARURATAN
MATA
KELOMPOK 1
Trauma pada mata
Closed Globe Open Globe
Burn
Kontusio
Laserasi Laserasi
Penetrasi Perforasi
Ruptur
ULKUS KORNEA
Keluhan :
◦ Penglihatan berkurang, silau dan mata berair terus menerus.
◦ Nyeri sekitar mata dan seisi kepala.
◦ Biasanya didahului trauma ringan pada mata
Pada mata terlihat :
◦ Injeksi siliar dan dapat disertai pula dengan injeksi konjungtiva.
◦ Kornea keruh, keputihan dengan permukaan mencekung, bila
disebabkan jamur,permukaannyadapat menonjol karena
timbunan jaringan nekrotik.
Penatalaksanaan :
◦ Beri tetes mata larutan atropine sulfat 1% 3-4 kali/hari
◦ Antibiotik, bila dalam bentuk tetes mata, berikan 2 tetes/jam atau dalam bentuk salep mata 3-
5 kali/hari. Bila ada gunakan antibiotik
yang efektif untuk pseudomonas seperti terramycindengan polymixin B sulfate, garamycin.
Berikan juga secara sistemik antibiotik yangberspektrum luas dengan dosis tinggi.
◦ Vit. A
◦ Mata ditutup dengan kasa steril
ULKUS KORNEA
ACUTE ANGLE CLOSURE GLAUCOMA
• Mata merah, penglihatan buram, halo, mual
dan muntah
• Tekanan intraokuler meningkat
• Tajam penglihatan menurun
• Injeksi konjungtiva
• Kornea keruh
• Bilik mata depan dangkaL
Turunkan tekanan Intraokular:
• O.5% Timolol
• 2-4 % Pilocarpine 1 drop setiap 15
minutes
• 20% Mannitol 250-500 ml IV drip
• Acetazolamide 500 mg oral
• 100% Glycerin 1 cc/kg
SELULITIS ORBITA
Infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang septum orbita.
Dapat berkembang jadi abses subperiosteal atau abses orbita
Etiologi : staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae
Keluhan : keluhan kelopak mata bengkak dan nyeri dan gerakan
bolamata terhambat
Periorbital erythema and edema
Proptosis
Restriksi gerakan bolamata
Tajam penglihatan menurun
Kemosis
Demam
• CT scan orbita
• Broad spectrum intravenous antibiotic
• Referred Ophthalmologist
SELULITIS PRESEPTAL
◦ suatu infeksi pada jaringan lunak dari kelopak mata
dan regio periokular anterior ke septum orbital
ditandai dengan eritema dan edema kelopak mata
akut.
◦ Edema, eritema, hyperemia, nyeri
◦ Tatalaksana
 Pada anak-anak : Antibiotik oral (seperti
cephalexin atau ampisilin) dan dekongestan
nasal (seperti oxymetazoline nasal spray)
 Pada remaja dan orang dewasa : Antibiotik
oral (seperti ampisilin-sulbaktam,
trimethoprim-sulfamethoxazole, atau
clindamycin)
Kompres hangat
ENDOFTALMITIS
◦ Peradangan pada segmen anterior dan
posterior
◦ Nyeri, penurunan penglihatan, riwayat
infeksi sistemik, riwayat bedah intraocular
◦ Mata merah, kornea edema, dapat
ditemukan hipopion
Terapi
 Shield the eye (do not patch)
 Antibiotik sistemik
 Antibiotik topikal
Siklopegik
 Referred ophthalmologist
TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA
1.EDEMA KONJUNGTIVA
◦ Pada keadaan berat mengakibatkan
palpebra tidak menutup
◦ Tatalaksana :
 Dekongestan untuk mencegah
pembendungan cairan di selaput
lendir konjungtiva
 Reposisi konjungtiva
TRAUMA TUMPUL KORNEA
EROSI KORNEA
◦ Hilangnya sebagian epitel diakibatkan gesekan keras pada epitel kornea
◦ Keluhan : sangat nyeri, fotofobia,lakrimasi, blefarospasme, penglihatan terganggu oleh
media kornea yang keruh
◦ Pemeriksaan : fluoresin test (+)
◦ Terapi :
Anestesi topical
Antibiotik topical, diharapkan 1-2 hari terjadi proses penyembuhan
HIFEMA TRAUMATIK
◦ Kerusakan pada pembuluh darah iris dan badan
siliar akibat trauma tumpul
◦ Perdarahan pada anterior chamber
◦ Pasien mengeluh nyeri, disertai epifora dan
blefarospasme, penglihatan sangat menurun
Tatalaksana
◦ Posisi baring 30 derajat
◦ bed rest
◦ Atropine 1% 3-4 kali / hari
◦ Rujuk
TRAUMA IRIS
1.IRIDODIALISIS
◦ Iris terlepas dari insersi yang kadang diikuti dengan
hifema
◦ Keluhan :
- Penglihatan ganda
- Unilateral
◦ Terapi :
- Reposisi pangkal iris
TRAUMA LENSA
SUBLUKSASI ATAU DISLOKASI LENSA
Subuksasi lensa : putusnya sebagian zonula zinn
shingga lensa berpindah tempat
Dislokasi lensa : putusnya zonula zinn yang
mengakibatkan kedudukan lensa tertanggu
Terapi :
- Operasi pada dislokasi ke anterior untuk mencegah
kerusakan endotel kornea dan glaucoma sekunder
- Asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola
mata
2. LUKSASI LENSA
- Seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus
akibat trauma sehingga lensa jatuh ke dalam
bilik mata depan atau belakang.
- Gangguan pengaliran aquos humor
- Penglihatan turun mendadak, nyeri, mata merah,
blefarospasme
Tatalaksana :
- Asetazolamide untuk menurunkan tekanan bola
mata
- Rujuk -> ekstraksi lensa
3. KATARAK TRAUMA
◦ Akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah
beberapa hari ataupun tahun
◦ Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang
◦ Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat
terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan
akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah
amblyopia pada anak dapat di pasang lensa intra okuler
primer atau sekunder.
◦ Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka
dapat ditunggu sampaimata menjadi tenang. Bila terjadi
peyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya
makasegera dilakukan ekstraksi lensa.
Terlepasnya lapisan neurosensori retina dari
lapisan epitel pigmen retina  akumulasi
cairan di ruang sub potensial
ABLASIO RETINA
Khurana, AK.Physiology of Eye and Vision. In: Comprehensive Ophthalmology fourth Edition. New Age International (P)Ltd.Publshers. New Delhi: 2007
Retinal
Detachment
Primer
Rhegmatogenous
Sekunder/non-
rhegmatogenous
Traksional
Eksudatif
Robekan pada retina  korpus vitreous yang alami pencairan  masuk ke ruang sub
retina
Etiologi: umur tua, miopia tinggi + degenerasi retina, trauma
1. Primer/ rhegmatogenous
Horseshoe tear
U-Shape tear
Tractional : Neurosensoris retina tertarik ke arah korpus vitreous akibat tarikan
jaringan fibrotik
Etiologi : Perdarahan retina/vitreous, sikatrik, ekstraksi benda asing
pada rongga vitreous
2. Sekunder/ Non
Rhegmatogenous
Exudative : Akibat akumulasi cairan di ruang sub retina yang berasal
dari koroid
Diasosiasikan dengan penyakit sistemik, misalnya : nefropati,
inflamasi, hipertensi pada kehamilan, tumor, Vogt-Koyanagi
harada disease
2. Sekunder/ Non
Rhegmatogenous
MANIFESTASI KLINIS
◦ Anamnesis : Floaters, Photopsia, Penurunan visus tiba-tiba , terutama bila makula terlibat
Mulai dari perifer , Defek lapangan pandang perifer  sentral
Seperti pandangan berasap
- Pemeriksaan Klinis
1.Segmen anterior : dalam batas normal
2.Tekanan intraokuler : biasanya rendah
3.Pupil Marcus Gunn : pada ablasio retina yang lama
4.Funduskopi : Indirect
refleks fundus keabu-abuan dan
kesan terangkat arah anterior.
horse-shoe shaped, U-shape
5. lapang pandangan : skotoma pada area yang detached
6. USG : membrane like lesion
Prinsip :
1. Melekatkan kembali lapisan retina → RPE
2. drainase cairan subretina
3. Mempertahankan aposisi korioretina
3.1. scleral buckling
3.2. Pneumatic retinopexy
3.3. PARS PLANA VITRECTOMY
TERAPI
Tractional retinal detachment :
bersihkan vitreus dari jaringan fibrotik → vitrectomy
Exudative retinal detachment :
umumnya non operatif, terapi sesuai kausa
SKRINING DALAM
OFTALMOLOGI
KELOMPOK 1
Tujuan Skrining
Intervensi awal
Untuk memudahkan mendeteksi penyakit
/ masalah kesehatan yang umum terjadi
Sangat menguntungkan untuk pasien
dalam nenperbaiki maupun mencegah
kondisi terburuh yang dapat terjadi pada
mata
https://www.essilor.co.id/vision/eye-exams-tests
Karakteristik Program Skrining
Evaluasi singkat atau terbatas
terhadap sekelompok individu
yang dianggap normal
Follow-up sampai
masalah teratasi
Hasil harus
dikomunikasikan
Follow- up pada
yang beresiko
Preventif dalam oftalmologi komunitas dititik beratkan pada:
◦ Glaukoma
◦ Gangguan Refraksi
◦ Degenerasi
◦ Corneal disorder
Preventif dibagi 3 jenis:
1. Primer  mencegah terjadi penyakit
2. Sekunder  mencegah hilangnya visus
3.Tertier  memperbaiki visus pada orang buta. Mis: katarak
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
Pencegahan primer  pencegahan penyakit agar tak terjadi.
Misal:
◦ Defisiensi vitamin A: beri gizi yang baik
◦ Trachoma: dengan air dan sanitasi yang bersih
◦ Cacar/Campak: dengan imunisasi
◦ Kelainan Refraksi: nonton TV pada jarak minimal 5X diagonal TV. Jarak
baca 30 cm pada tempat yang cukup terang.
◦ Glaukoma: diatas umur 40 tahun, control tekanan bola mata secara teratur
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
Pencegahan Sekunder  mencegah hilangnya tajam penglihatan dari
penyakit yang sedang diderita
Misalnya:
◦ Defisiensi vitamin A
Bada gejala-gejala buta senja, segera beri vitamin A 2X setahun dan perbaiki gizi
◦ Katarak
Operasi bila visus menurun
◦ Glaukoma
Penyelamatan penglihatan dengan operasi atau terapi secara teratur
◦ Retinopati diabetik
Menyelamatkan penglihatan dengan terapi laser pada retina
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
Pencegahan tertier  diperbaiki visusnya orang yang telah buta
Misalnya:
◦ Katarak: operasi
◦ Sikatriks kornea: keratoplasty
◦ Penderita Low Vision: pakai alat bantu penglihatan, misalnya kaca
pembesar
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
JENIS SKRINING YANG
UMUM
KETAJAMAN VISUAL
• Ketajaman visual mengacu pada ketajaman penglihatan
seseorang. Ketajaman dilaporkan dalam sebagian kecil.
Numerator jarak dari subjek ke grafik
Penyebut  ukuran simbol yang dapat dilihat orang pada jarak 20 kaki
Contoh  20/40, pasien dapat melihat pada jarak 20 kaki , ketika yang
dilihat mata normal pada 40 kaki
Childhood Vision Disorders
Condition Negative Impact Intervention
Myopia Blurry distance vision
Poor school performance
Glasses
Contact Lenses
Hyperopia Blurry near vision
Eye strain
Difficulty reading
Poor school performance
Glasses
Contact Lenses
Astigmatism Blur at distance and near
Eye strain
Glasses
Contact Lenses
https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/common-childhood-diseases-conditions
MYOPIA Gangguan myopia adalah
gangguan yang ditandai dengan
kesulitan untuk melihat benda
yang letaknya jauh (distance
objects). Secara fisiologis,
gangguan ini ditandai dengan
keadaan mata yang mempunyai
kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan sehingga sinar sejajar
yang datang dibiaskan di depan
retina
Ilyas, S. (2001). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
HYPERMETROPIA
Gangguan hipermetropia adalah gangguan yang ditandai dengan kesulitan untuk melihat
benda yang letaknya dekat (close objects) dimana sinar sejajar yang datang dibiaskan di
belakang retina
Ilyas, S. (2001). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Gangguan astigmatisme merupakan gangguan karena permukaan kornea (selaput
bening) yang tidak teratur sehingga penderita tidak mampu membedakan garis
lengkung dan lurus sedangkan presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang
disebabkan faktor penuaan
ASTIGMAT
Distance Visual Acuity Screening
• Tujuan
Skrining untuk ketajaman penglihatan jarak jauh
Deteksi
• Myopia (nearsightedness)
• Amblyopia (weakness of sight, lazy eye)
• Astigmatism (blurred vision)
• Alat
Jarak chart sekitar 20 kaki (5-6 meter)
• HOTV, Snellen, Sloan, Tumbling E, LEA Symbol, Lighthouse
Occluder (e.g., paper cup, paper patch, palm of hand with tissue)
Antibacterial wipes
Marsden, Janet. Stevens, Sue. Ebri Anne. How to Measure Distance Visual Acuity. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S
Near Visual Acuity Screening
• Purpose
Skrining ketajaman penglihatan dekat
Deteksi hipermetropia
• Equipment
 Pemilihan Chart sesuai dengan kemampuan siswa
Occluder (e.g., paper cup, paper patch, palm of hand with tissue)
Antibacterial wipes
Huurneman,B. Assessment of near visual acuity in 0–13 year olds with normal and low vision: a systematic review.2016. National Center for Biotechnology Information,
U.S
HOW TO IDENTIFY A CHILD IN NEED
 Mata lelah saat membaca atau
mengerjakan tugas sekolah lainnya
 Memutar atau memiringkan kepala
untuk menggunakan satu mata saja
 Membuat pembalikan yang sering
saat membaca atau menulis
 Menggunakan jari untuk menjaga
posisi bacaan
 Mata berputar ke dalam atau ke luar
 Menyipitkan mata
 Sakit kepala
 Penurunan prestasi akademik
 Penglihatan kabur atau ganda
 Kehilangan posisi bacaan
 Menghindari kerja dekat
 Memegang bahan bacaan lebih dekat
dari biasanya
 Menggosok mata
Comprehensive Child Development Service.2008.Hongkong
GLAUCOMA SCREENING PROGRAMME
◦ Di banyak negara, ini adalah penyebab penting kedua atau
ketiga kebutaan. Diperkirakan 22,5 juta orang menderita
Glaukoma di dunia di mana 5,3 juta orang buta.
◦ Pemeriksaan skrining terbatas ke populasi di atas usia 40
tahun, dan kelompok berisiko tinggi. Kelompok risiko termasuk
individu dengan riwayat keluarga glaukoma, mereka yang
menderita miopia, oklusi vena sentral, penderita diabetes,
hipertensi, dan orang dengan penyakit tiroid, dll.
◦ Dua tes awal yang bisa digunakan adalah IOP(> 2lmm Hg)
dan rasio vertikal cup dics (> 0,5). Jika seseorang memiliki
abnormal pada salah satu dari kedua tes, maka tes lapangan
pandang harus dilakukan.
Yanoff, M; Duker, J (2014).“Ophthalmology. Yanoff and Duker.” Screening for Glaucoma Part 10.2. 4ª Edition. Elsevier.
DIABETIC RETINOPATHY SCREENING
PROGRAMME
skrining primer tidak hanya harus dilakukan oleh dokter mata, kerana diabetes adalah penyakit multi-
sistem yang membutuhkan kontrol diet dan diabetes dengan obat-obatan,
Mungkin bermanfaat untuk menyaring populasi di atas usia dari 30 tahun untuk diabetes, terutama ada
riwayat keluarga, dan untuk merujuk pasien tersebut ke dokter mata mata jika ada temuan abnormal dari
pemeriksaan oftalmoskopi.
Pasien dengan diabetes tipe I harus disaring setiap tahun untuk retinopati, dimulai 5 tahun setelah
timbulnya diabetes (Tidak perlu skrining sebelum pubertas).
Pasien dengan diabetes tipe II harus melakukan pemeriksaan awal untuk retinopati tak lama setelah
diagnosis diabetes . Jika ophthalmoscopy dilatasi, maka pemeriksaan harus diulang setiap tahun.
Wanita dengan diabetes mellitus yang hamil, harus memiliki pemeriksaan mata yang komprehensif dalam
trimester pertama,
Squirrell,D.M. Screening for diabetic retinopathy.2003. National Center for Biotechnology Information, U.S
CATARACTS SCREENING PROGRAMME
Katarak adalah penyebab utama hilangnya penglihatan pada orang dewasa
berusia 55 tahun ke atas dan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia.
Kekeruhan pada lensa dimulia sejak usia remaja.
Keluarga riwayat, paparan sinar matahari, masalah kesehatan kronis, dan
faktor-faktor lain semuanya berperan dalam seberapa cepat lensa mulai
keruh.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
MenularTahun 2017. Modul Deteksi Dini Katarak
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
MenularTahun 2017. Modul Deteksi Dini Katarak
Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx

More Related Content

Similar to Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx

Similar to Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx (20)

Katarak dr. lk
Katarak dr. lkKatarak dr. lk
Katarak dr. lk
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Glaukoma akut ku
Glaukoma akut kuGlaukoma akut ku
Glaukoma akut ku
 
Sap katarak
Sap katarakSap katarak
Sap katarak
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
Kasus 4 dhila
Kasus 4 dhilaKasus 4 dhila
Kasus 4 dhila
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
etiologi diagnosis tatalaksana dan edukasi trauma mata
etiologi diagnosis tatalaksana dan edukasi trauma mataetiologi diagnosis tatalaksana dan edukasi trauma mata
etiologi diagnosis tatalaksana dan edukasi trauma mata
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retina
 
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma nooraujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
ujian glaukoma ppt tahun 2018:2019 atasnama Rahma noora
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
Katarak
KatarakKatarak
Katarak
 
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptxReferat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
Referat_Glaukoma Sudut Tertutup_Ida wahyuni.pptx
 
Kasus 3 dhila
Kasus 3 dhilaKasus 3 dhila
Kasus 3 dhila
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep trauma mata
Askep trauma mataAskep trauma mata
Askep trauma mata
 

Recently uploaded

Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 

Diskusi_3_Kegawatdaruratan_Mata_dan_Skrining_Penyakit_Mata.pptx

  • 2.
  • 3.
  • 4. Trauma pada mata Closed Globe Open Globe Burn Kontusio Laserasi Laserasi Penetrasi Perforasi Ruptur
  • 5. ULKUS KORNEA Keluhan : ◦ Penglihatan berkurang, silau dan mata berair terus menerus. ◦ Nyeri sekitar mata dan seisi kepala. ◦ Biasanya didahului trauma ringan pada mata Pada mata terlihat : ◦ Injeksi siliar dan dapat disertai pula dengan injeksi konjungtiva. ◦ Kornea keruh, keputihan dengan permukaan mencekung, bila disebabkan jamur,permukaannyadapat menonjol karena timbunan jaringan nekrotik.
  • 6. Penatalaksanaan : ◦ Beri tetes mata larutan atropine sulfat 1% 3-4 kali/hari ◦ Antibiotik, bila dalam bentuk tetes mata, berikan 2 tetes/jam atau dalam bentuk salep mata 3- 5 kali/hari. Bila ada gunakan antibiotik yang efektif untuk pseudomonas seperti terramycindengan polymixin B sulfate, garamycin. Berikan juga secara sistemik antibiotik yangberspektrum luas dengan dosis tinggi. ◦ Vit. A ◦ Mata ditutup dengan kasa steril ULKUS KORNEA
  • 7. ACUTE ANGLE CLOSURE GLAUCOMA • Mata merah, penglihatan buram, halo, mual dan muntah • Tekanan intraokuler meningkat • Tajam penglihatan menurun • Injeksi konjungtiva • Kornea keruh • Bilik mata depan dangkaL Turunkan tekanan Intraokular: • O.5% Timolol • 2-4 % Pilocarpine 1 drop setiap 15 minutes • 20% Mannitol 250-500 ml IV drip • Acetazolamide 500 mg oral • 100% Glycerin 1 cc/kg
  • 8. SELULITIS ORBITA Infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang septum orbita. Dapat berkembang jadi abses subperiosteal atau abses orbita Etiologi : staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae Keluhan : keluhan kelopak mata bengkak dan nyeri dan gerakan bolamata terhambat Periorbital erythema and edema Proptosis Restriksi gerakan bolamata Tajam penglihatan menurun Kemosis Demam • CT scan orbita • Broad spectrum intravenous antibiotic • Referred Ophthalmologist
  • 9. SELULITIS PRESEPTAL ◦ suatu infeksi pada jaringan lunak dari kelopak mata dan regio periokular anterior ke septum orbital ditandai dengan eritema dan edema kelopak mata akut. ◦ Edema, eritema, hyperemia, nyeri ◦ Tatalaksana  Pada anak-anak : Antibiotik oral (seperti cephalexin atau ampisilin) dan dekongestan nasal (seperti oxymetazoline nasal spray)  Pada remaja dan orang dewasa : Antibiotik oral (seperti ampisilin-sulbaktam, trimethoprim-sulfamethoxazole, atau clindamycin) Kompres hangat
  • 10. ENDOFTALMITIS ◦ Peradangan pada segmen anterior dan posterior ◦ Nyeri, penurunan penglihatan, riwayat infeksi sistemik, riwayat bedah intraocular ◦ Mata merah, kornea edema, dapat ditemukan hipopion Terapi  Shield the eye (do not patch)  Antibiotik sistemik  Antibiotik topikal Siklopegik  Referred ophthalmologist
  • 11. TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA 1.EDEMA KONJUNGTIVA ◦ Pada keadaan berat mengakibatkan palpebra tidak menutup ◦ Tatalaksana :  Dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di selaput lendir konjungtiva  Reposisi konjungtiva
  • 12. TRAUMA TUMPUL KORNEA EROSI KORNEA ◦ Hilangnya sebagian epitel diakibatkan gesekan keras pada epitel kornea ◦ Keluhan : sangat nyeri, fotofobia,lakrimasi, blefarospasme, penglihatan terganggu oleh media kornea yang keruh ◦ Pemeriksaan : fluoresin test (+) ◦ Terapi : Anestesi topical Antibiotik topical, diharapkan 1-2 hari terjadi proses penyembuhan
  • 13. HIFEMA TRAUMATIK ◦ Kerusakan pada pembuluh darah iris dan badan siliar akibat trauma tumpul ◦ Perdarahan pada anterior chamber ◦ Pasien mengeluh nyeri, disertai epifora dan blefarospasme, penglihatan sangat menurun Tatalaksana ◦ Posisi baring 30 derajat ◦ bed rest ◦ Atropine 1% 3-4 kali / hari ◦ Rujuk
  • 14. TRAUMA IRIS 1.IRIDODIALISIS ◦ Iris terlepas dari insersi yang kadang diikuti dengan hifema ◦ Keluhan : - Penglihatan ganda - Unilateral ◦ Terapi : - Reposisi pangkal iris
  • 15. TRAUMA LENSA SUBLUKSASI ATAU DISLOKASI LENSA Subuksasi lensa : putusnya sebagian zonula zinn shingga lensa berpindah tempat Dislokasi lensa : putusnya zonula zinn yang mengakibatkan kedudukan lensa tertanggu Terapi : - Operasi pada dislokasi ke anterior untuk mencegah kerusakan endotel kornea dan glaucoma sekunder - Asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola mata
  • 16. 2. LUKSASI LENSA - Seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa jatuh ke dalam bilik mata depan atau belakang. - Gangguan pengaliran aquos humor - Penglihatan turun mendadak, nyeri, mata merah, blefarospasme Tatalaksana : - Asetazolamide untuk menurunkan tekanan bola mata - Rujuk -> ekstraksi lensa
  • 17. 3. KATARAK TRAUMA ◦ Akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun ◦ Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang ◦ Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah amblyopia pada anak dapat di pasang lensa intra okuler primer atau sekunder. ◦ Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampaimata menjadi tenang. Bila terjadi peyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya makasegera dilakukan ekstraksi lensa.
  • 18. Terlepasnya lapisan neurosensori retina dari lapisan epitel pigmen retina  akumulasi cairan di ruang sub potensial ABLASIO RETINA Khurana, AK.Physiology of Eye and Vision. In: Comprehensive Ophthalmology fourth Edition. New Age International (P)Ltd.Publshers. New Delhi: 2007 Retinal Detachment Primer Rhegmatogenous Sekunder/non- rhegmatogenous Traksional Eksudatif
  • 19. Robekan pada retina  korpus vitreous yang alami pencairan  masuk ke ruang sub retina Etiologi: umur tua, miopia tinggi + degenerasi retina, trauma 1. Primer/ rhegmatogenous Horseshoe tear U-Shape tear
  • 20. Tractional : Neurosensoris retina tertarik ke arah korpus vitreous akibat tarikan jaringan fibrotik Etiologi : Perdarahan retina/vitreous, sikatrik, ekstraksi benda asing pada rongga vitreous 2. Sekunder/ Non Rhegmatogenous
  • 21. Exudative : Akibat akumulasi cairan di ruang sub retina yang berasal dari koroid Diasosiasikan dengan penyakit sistemik, misalnya : nefropati, inflamasi, hipertensi pada kehamilan, tumor, Vogt-Koyanagi harada disease 2. Sekunder/ Non Rhegmatogenous
  • 22. MANIFESTASI KLINIS ◦ Anamnesis : Floaters, Photopsia, Penurunan visus tiba-tiba , terutama bila makula terlibat Mulai dari perifer , Defek lapangan pandang perifer  sentral Seperti pandangan berasap - Pemeriksaan Klinis 1.Segmen anterior : dalam batas normal 2.Tekanan intraokuler : biasanya rendah 3.Pupil Marcus Gunn : pada ablasio retina yang lama 4.Funduskopi : Indirect refleks fundus keabu-abuan dan kesan terangkat arah anterior. horse-shoe shaped, U-shape 5. lapang pandangan : skotoma pada area yang detached 6. USG : membrane like lesion
  • 23. Prinsip : 1. Melekatkan kembali lapisan retina → RPE 2. drainase cairan subretina 3. Mempertahankan aposisi korioretina 3.1. scleral buckling 3.2. Pneumatic retinopexy 3.3. PARS PLANA VITRECTOMY TERAPI Tractional retinal detachment : bersihkan vitreus dari jaringan fibrotik → vitrectomy Exudative retinal detachment : umumnya non operatif, terapi sesuai kausa
  • 25. Tujuan Skrining Intervensi awal Untuk memudahkan mendeteksi penyakit / masalah kesehatan yang umum terjadi Sangat menguntungkan untuk pasien dalam nenperbaiki maupun mencegah kondisi terburuh yang dapat terjadi pada mata https://www.essilor.co.id/vision/eye-exams-tests
  • 26. Karakteristik Program Skrining Evaluasi singkat atau terbatas terhadap sekelompok individu yang dianggap normal Follow-up sampai masalah teratasi Hasil harus dikomunikasikan Follow- up pada yang beresiko
  • 27. Preventif dalam oftalmologi komunitas dititik beratkan pada: ◦ Glaukoma ◦ Gangguan Refraksi ◦ Degenerasi ◦ Corneal disorder Preventif dibagi 3 jenis: 1. Primer  mencegah terjadi penyakit 2. Sekunder  mencegah hilangnya visus 3.Tertier  memperbaiki visus pada orang buta. Mis: katarak https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
  • 28. Pencegahan primer  pencegahan penyakit agar tak terjadi. Misal: ◦ Defisiensi vitamin A: beri gizi yang baik ◦ Trachoma: dengan air dan sanitasi yang bersih ◦ Cacar/Campak: dengan imunisasi ◦ Kelainan Refraksi: nonton TV pada jarak minimal 5X diagonal TV. Jarak baca 30 cm pada tempat yang cukup terang. ◦ Glaukoma: diatas umur 40 tahun, control tekanan bola mata secara teratur https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
  • 29. Pencegahan Sekunder  mencegah hilangnya tajam penglihatan dari penyakit yang sedang diderita Misalnya: ◦ Defisiensi vitamin A Bada gejala-gejala buta senja, segera beri vitamin A 2X setahun dan perbaiki gizi ◦ Katarak Operasi bila visus menurun ◦ Glaukoma Penyelamatan penglihatan dengan operasi atau terapi secara teratur ◦ Retinopati diabetik Menyelamatkan penglihatan dengan terapi laser pada retina https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
  • 30. Pencegahan tertier  diperbaiki visusnya orang yang telah buta Misalnya: ◦ Katarak: operasi ◦ Sikatriks kornea: keratoplasty ◦ Penderita Low Vision: pakai alat bantu penglihatan, misalnya kaca pembesar https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
  • 32. KETAJAMAN VISUAL • Ketajaman visual mengacu pada ketajaman penglihatan seseorang. Ketajaman dilaporkan dalam sebagian kecil. Numerator jarak dari subjek ke grafik Penyebut  ukuran simbol yang dapat dilihat orang pada jarak 20 kaki Contoh  20/40, pasien dapat melihat pada jarak 20 kaki , ketika yang dilihat mata normal pada 40 kaki
  • 33. Childhood Vision Disorders Condition Negative Impact Intervention Myopia Blurry distance vision Poor school performance Glasses Contact Lenses Hyperopia Blurry near vision Eye strain Difficulty reading Poor school performance Glasses Contact Lenses Astigmatism Blur at distance and near Eye strain Glasses Contact Lenses https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/common-childhood-diseases-conditions
  • 34. MYOPIA Gangguan myopia adalah gangguan yang ditandai dengan kesulitan untuk melihat benda yang letaknya jauh (distance objects). Secara fisiologis, gangguan ini ditandai dengan keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina Ilyas, S. (2001). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
  • 35. HYPERMETROPIA Gangguan hipermetropia adalah gangguan yang ditandai dengan kesulitan untuk melihat benda yang letaknya dekat (close objects) dimana sinar sejajar yang datang dibiaskan di belakang retina Ilyas, S. (2001). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Gangguan astigmatisme merupakan gangguan karena permukaan kornea (selaput bening) yang tidak teratur sehingga penderita tidak mampu membedakan garis lengkung dan lurus sedangkan presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang disebabkan faktor penuaan ASTIGMAT
  • 36. Distance Visual Acuity Screening • Tujuan Skrining untuk ketajaman penglihatan jarak jauh Deteksi • Myopia (nearsightedness) • Amblyopia (weakness of sight, lazy eye) • Astigmatism (blurred vision) • Alat Jarak chart sekitar 20 kaki (5-6 meter) • HOTV, Snellen, Sloan, Tumbling E, LEA Symbol, Lighthouse Occluder (e.g., paper cup, paper patch, palm of hand with tissue) Antibacterial wipes Marsden, Janet. Stevens, Sue. Ebri Anne. How to Measure Distance Visual Acuity. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S
  • 37. Near Visual Acuity Screening • Purpose Skrining ketajaman penglihatan dekat Deteksi hipermetropia • Equipment  Pemilihan Chart sesuai dengan kemampuan siswa Occluder (e.g., paper cup, paper patch, palm of hand with tissue) Antibacterial wipes Huurneman,B. Assessment of near visual acuity in 0–13 year olds with normal and low vision: a systematic review.2016. National Center for Biotechnology Information, U.S
  • 38.
  • 39. HOW TO IDENTIFY A CHILD IN NEED  Mata lelah saat membaca atau mengerjakan tugas sekolah lainnya  Memutar atau memiringkan kepala untuk menggunakan satu mata saja  Membuat pembalikan yang sering saat membaca atau menulis  Menggunakan jari untuk menjaga posisi bacaan  Mata berputar ke dalam atau ke luar  Menyipitkan mata  Sakit kepala  Penurunan prestasi akademik  Penglihatan kabur atau ganda  Kehilangan posisi bacaan  Menghindari kerja dekat  Memegang bahan bacaan lebih dekat dari biasanya  Menggosok mata Comprehensive Child Development Service.2008.Hongkong
  • 40. GLAUCOMA SCREENING PROGRAMME ◦ Di banyak negara, ini adalah penyebab penting kedua atau ketiga kebutaan. Diperkirakan 22,5 juta orang menderita Glaukoma di dunia di mana 5,3 juta orang buta. ◦ Pemeriksaan skrining terbatas ke populasi di atas usia 40 tahun, dan kelompok berisiko tinggi. Kelompok risiko termasuk individu dengan riwayat keluarga glaukoma, mereka yang menderita miopia, oklusi vena sentral, penderita diabetes, hipertensi, dan orang dengan penyakit tiroid, dll. ◦ Dua tes awal yang bisa digunakan adalah IOP(> 2lmm Hg) dan rasio vertikal cup dics (> 0,5). Jika seseorang memiliki abnormal pada salah satu dari kedua tes, maka tes lapangan pandang harus dilakukan. Yanoff, M; Duker, J (2014).“Ophthalmology. Yanoff and Duker.” Screening for Glaucoma Part 10.2. 4ª Edition. Elsevier.
  • 41. DIABETIC RETINOPATHY SCREENING PROGRAMME skrining primer tidak hanya harus dilakukan oleh dokter mata, kerana diabetes adalah penyakit multi- sistem yang membutuhkan kontrol diet dan diabetes dengan obat-obatan, Mungkin bermanfaat untuk menyaring populasi di atas usia dari 30 tahun untuk diabetes, terutama ada riwayat keluarga, dan untuk merujuk pasien tersebut ke dokter mata mata jika ada temuan abnormal dari pemeriksaan oftalmoskopi. Pasien dengan diabetes tipe I harus disaring setiap tahun untuk retinopati, dimulai 5 tahun setelah timbulnya diabetes (Tidak perlu skrining sebelum pubertas). Pasien dengan diabetes tipe II harus melakukan pemeriksaan awal untuk retinopati tak lama setelah diagnosis diabetes . Jika ophthalmoscopy dilatasi, maka pemeriksaan harus diulang setiap tahun. Wanita dengan diabetes mellitus yang hamil, harus memiliki pemeriksaan mata yang komprehensif dalam trimester pertama, Squirrell,D.M. Screening for diabetic retinopathy.2003. National Center for Biotechnology Information, U.S
  • 42.
  • 43. CATARACTS SCREENING PROGRAMME Katarak adalah penyebab utama hilangnya penglihatan pada orang dewasa berusia 55 tahun ke atas dan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia. Kekeruhan pada lensa dimulia sejak usia remaja. Keluarga riwayat, paparan sinar matahari, masalah kesehatan kronis, dan faktor-faktor lain semuanya berperan dalam seberapa cepat lensa mulai keruh. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak MenularTahun 2017. Modul Deteksi Dini Katarak
  • 44.
  • 45. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak MenularTahun 2017. Modul Deteksi Dini Katarak