4. Trauma pada mata
Closed Globe Open Globe
Burn
Kontusio
Laserasi Laserasi
Penetrasi Perforasi
Ruptur
5. ULKUS KORNEA
Keluhan :
◦ Penglihatan berkurang, silau dan mata berair terus menerus.
◦ Nyeri sekitar mata dan seisi kepala.
◦ Biasanya didahului trauma ringan pada mata
Pada mata terlihat :
◦ Injeksi siliar dan dapat disertai pula dengan injeksi konjungtiva.
◦ Kornea keruh, keputihan dengan permukaan mencekung, bila
disebabkan jamur,permukaannyadapat menonjol karena
timbunan jaringan nekrotik.
6. Penatalaksanaan :
◦ Beri tetes mata larutan atropine sulfat 1% 3-4 kali/hari
◦ Antibiotik, bila dalam bentuk tetes mata, berikan 2 tetes/jam atau dalam bentuk salep mata 3-
5 kali/hari. Bila ada gunakan antibiotik
yang efektif untuk pseudomonas seperti terramycindengan polymixin B sulfate, garamycin.
Berikan juga secara sistemik antibiotik yangberspektrum luas dengan dosis tinggi.
◦ Vit. A
◦ Mata ditutup dengan kasa steril
ULKUS KORNEA
7. ACUTE ANGLE CLOSURE GLAUCOMA
• Mata merah, penglihatan buram, halo, mual
dan muntah
• Tekanan intraokuler meningkat
• Tajam penglihatan menurun
• Injeksi konjungtiva
• Kornea keruh
• Bilik mata depan dangkaL
Turunkan tekanan Intraokular:
• O.5% Timolol
• 2-4 % Pilocarpine 1 drop setiap 15
minutes
• 20% Mannitol 250-500 ml IV drip
• Acetazolamide 500 mg oral
• 100% Glycerin 1 cc/kg
8. SELULITIS ORBITA
Infeksi akut pada jaringan lunak orbita di belakang septum orbita.
Dapat berkembang jadi abses subperiosteal atau abses orbita
Etiologi : staphylococcus aureus, streptococcus pneumoniae
Keluhan : keluhan kelopak mata bengkak dan nyeri dan gerakan
bolamata terhambat
Periorbital erythema and edema
Proptosis
Restriksi gerakan bolamata
Tajam penglihatan menurun
Kemosis
Demam
• CT scan orbita
• Broad spectrum intravenous antibiotic
• Referred Ophthalmologist
9. SELULITIS PRESEPTAL
◦ suatu infeksi pada jaringan lunak dari kelopak mata
dan regio periokular anterior ke septum orbital
ditandai dengan eritema dan edema kelopak mata
akut.
◦ Edema, eritema, hyperemia, nyeri
◦ Tatalaksana
Pada anak-anak : Antibiotik oral (seperti
cephalexin atau ampisilin) dan dekongestan
nasal (seperti oxymetazoline nasal spray)
Pada remaja dan orang dewasa : Antibiotik
oral (seperti ampisilin-sulbaktam,
trimethoprim-sulfamethoxazole, atau
clindamycin)
Kompres hangat
10. ENDOFTALMITIS
◦ Peradangan pada segmen anterior dan
posterior
◦ Nyeri, penurunan penglihatan, riwayat
infeksi sistemik, riwayat bedah intraocular
◦ Mata merah, kornea edema, dapat
ditemukan hipopion
Terapi
Shield the eye (do not patch)
Antibiotik sistemik
Antibiotik topikal
Siklopegik
Referred ophthalmologist
11. TRAUMA TUMPUL KONJUNGTIVA
1.EDEMA KONJUNGTIVA
◦ Pada keadaan berat mengakibatkan
palpebra tidak menutup
◦ Tatalaksana :
Dekongestan untuk mencegah
pembendungan cairan di selaput
lendir konjungtiva
Reposisi konjungtiva
12. TRAUMA TUMPUL KORNEA
EROSI KORNEA
◦ Hilangnya sebagian epitel diakibatkan gesekan keras pada epitel kornea
◦ Keluhan : sangat nyeri, fotofobia,lakrimasi, blefarospasme, penglihatan terganggu oleh
media kornea yang keruh
◦ Pemeriksaan : fluoresin test (+)
◦ Terapi :
Anestesi topical
Antibiotik topical, diharapkan 1-2 hari terjadi proses penyembuhan
13. HIFEMA TRAUMATIK
◦ Kerusakan pada pembuluh darah iris dan badan
siliar akibat trauma tumpul
◦ Perdarahan pada anterior chamber
◦ Pasien mengeluh nyeri, disertai epifora dan
blefarospasme, penglihatan sangat menurun
Tatalaksana
◦ Posisi baring 30 derajat
◦ bed rest
◦ Atropine 1% 3-4 kali / hari
◦ Rujuk
14. TRAUMA IRIS
1.IRIDODIALISIS
◦ Iris terlepas dari insersi yang kadang diikuti dengan
hifema
◦ Keluhan :
- Penglihatan ganda
- Unilateral
◦ Terapi :
- Reposisi pangkal iris
15. TRAUMA LENSA
SUBLUKSASI ATAU DISLOKASI LENSA
Subuksasi lensa : putusnya sebagian zonula zinn
shingga lensa berpindah tempat
Dislokasi lensa : putusnya zonula zinn yang
mengakibatkan kedudukan lensa tertanggu
Terapi :
- Operasi pada dislokasi ke anterior untuk mencegah
kerusakan endotel kornea dan glaucoma sekunder
- Asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola
mata
16. 2. LUKSASI LENSA
- Seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus
akibat trauma sehingga lensa jatuh ke dalam
bilik mata depan atau belakang.
- Gangguan pengaliran aquos humor
- Penglihatan turun mendadak, nyeri, mata merah,
blefarospasme
Tatalaksana :
- Asetazolamide untuk menurunkan tekanan bola
mata
- Rujuk -> ekstraksi lensa
17. 3. KATARAK TRAUMA
◦ Akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah
beberapa hari ataupun tahun
◦ Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang
◦ Pengobatan katarak traumatik tergantung pada saat
terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan
akan kemungkinan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah
amblyopia pada anak dapat di pasang lensa intra okuler
primer atau sekunder.
◦ Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka
dapat ditunggu sampaimata menjadi tenang. Bila terjadi
peyulit seperti glaukoma, uveitis dan lain sebagainya
makasegera dilakukan ekstraksi lensa.
18. Terlepasnya lapisan neurosensori retina dari
lapisan epitel pigmen retina akumulasi
cairan di ruang sub potensial
ABLASIO RETINA
Khurana, AK.Physiology of Eye and Vision. In: Comprehensive Ophthalmology fourth Edition. New Age International (P)Ltd.Publshers. New Delhi: 2007
Retinal
Detachment
Primer
Rhegmatogenous
Sekunder/non-
rhegmatogenous
Traksional
Eksudatif
19. Robekan pada retina korpus vitreous yang alami pencairan masuk ke ruang sub
retina
Etiologi: umur tua, miopia tinggi + degenerasi retina, trauma
1. Primer/ rhegmatogenous
Horseshoe tear
U-Shape tear
20. Tractional : Neurosensoris retina tertarik ke arah korpus vitreous akibat tarikan
jaringan fibrotik
Etiologi : Perdarahan retina/vitreous, sikatrik, ekstraksi benda asing
pada rongga vitreous
2. Sekunder/ Non
Rhegmatogenous
21. Exudative : Akibat akumulasi cairan di ruang sub retina yang berasal
dari koroid
Diasosiasikan dengan penyakit sistemik, misalnya : nefropati,
inflamasi, hipertensi pada kehamilan, tumor, Vogt-Koyanagi
harada disease
2. Sekunder/ Non
Rhegmatogenous
22. MANIFESTASI KLINIS
◦ Anamnesis : Floaters, Photopsia, Penurunan visus tiba-tiba , terutama bila makula terlibat
Mulai dari perifer , Defek lapangan pandang perifer sentral
Seperti pandangan berasap
- Pemeriksaan Klinis
1.Segmen anterior : dalam batas normal
2.Tekanan intraokuler : biasanya rendah
3.Pupil Marcus Gunn : pada ablasio retina yang lama
4.Funduskopi : Indirect
refleks fundus keabu-abuan dan
kesan terangkat arah anterior.
horse-shoe shaped, U-shape
5. lapang pandangan : skotoma pada area yang detached
6. USG : membrane like lesion
23. Prinsip :
1. Melekatkan kembali lapisan retina → RPE
2. drainase cairan subretina
3. Mempertahankan aposisi korioretina
3.1. scleral buckling
3.2. Pneumatic retinopexy
3.3. PARS PLANA VITRECTOMY
TERAPI
Tractional retinal detachment :
bersihkan vitreus dari jaringan fibrotik → vitrectomy
Exudative retinal detachment :
umumnya non operatif, terapi sesuai kausa
25. Tujuan Skrining
Intervensi awal
Untuk memudahkan mendeteksi penyakit
/ masalah kesehatan yang umum terjadi
Sangat menguntungkan untuk pasien
dalam nenperbaiki maupun mencegah
kondisi terburuh yang dapat terjadi pada
mata
https://www.essilor.co.id/vision/eye-exams-tests
26. Karakteristik Program Skrining
Evaluasi singkat atau terbatas
terhadap sekelompok individu
yang dianggap normal
Follow-up sampai
masalah teratasi
Hasil harus
dikomunikasikan
Follow- up pada
yang beresiko
27. Preventif dalam oftalmologi komunitas dititik beratkan pada:
◦ Glaukoma
◦ Gangguan Refraksi
◦ Degenerasi
◦ Corneal disorder
Preventif dibagi 3 jenis:
1. Primer mencegah terjadi penyakit
2. Sekunder mencegah hilangnya visus
3.Tertier memperbaiki visus pada orang buta. Mis: katarak
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
28. Pencegahan primer pencegahan penyakit agar tak terjadi.
Misal:
◦ Defisiensi vitamin A: beri gizi yang baik
◦ Trachoma: dengan air dan sanitasi yang bersih
◦ Cacar/Campak: dengan imunisasi
◦ Kelainan Refraksi: nonton TV pada jarak minimal 5X diagonal TV. Jarak
baca 30 cm pada tempat yang cukup terang.
◦ Glaukoma: diatas umur 40 tahun, control tekanan bola mata secara teratur
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
29. Pencegahan Sekunder mencegah hilangnya tajam penglihatan dari
penyakit yang sedang diderita
Misalnya:
◦ Defisiensi vitamin A
Bada gejala-gejala buta senja, segera beri vitamin A 2X setahun dan perbaiki gizi
◦ Katarak
Operasi bila visus menurun
◦ Glaukoma
Penyelamatan penglihatan dengan operasi atau terapi secara teratur
◦ Retinopati diabetik
Menyelamatkan penglihatan dengan terapi laser pada retina
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
30. Pencegahan tertier diperbaiki visusnya orang yang telah buta
Misalnya:
◦ Katarak: operasi
◦ Sikatriks kornea: keratoplasty
◦ Penderita Low Vision: pakai alat bantu penglihatan, misalnya kaca
pembesar
https://perdami.id/oftalmologi-komunitas/
32. KETAJAMAN VISUAL
• Ketajaman visual mengacu pada ketajaman penglihatan
seseorang. Ketajaman dilaporkan dalam sebagian kecil.
Numerator jarak dari subjek ke grafik
Penyebut ukuran simbol yang dapat dilihat orang pada jarak 20 kaki
Contoh 20/40, pasien dapat melihat pada jarak 20 kaki , ketika yang
dilihat mata normal pada 40 kaki
33. Childhood Vision Disorders
Condition Negative Impact Intervention
Myopia Blurry distance vision
Poor school performance
Glasses
Contact Lenses
Hyperopia Blurry near vision
Eye strain
Difficulty reading
Poor school performance
Glasses
Contact Lenses
Astigmatism Blur at distance and near
Eye strain
Glasses
Contact Lenses
https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/common-childhood-diseases-conditions
34. MYOPIA Gangguan myopia adalah
gangguan yang ditandai dengan
kesulitan untuk melihat benda
yang letaknya jauh (distance
objects). Secara fisiologis,
gangguan ini ditandai dengan
keadaan mata yang mempunyai
kekuatan pembiasan sinar yang
berlebihan sehingga sinar sejajar
yang datang dibiaskan di depan
retina
Ilyas, S. (2001). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
35. HYPERMETROPIA
Gangguan hipermetropia adalah gangguan yang ditandai dengan kesulitan untuk melihat
benda yang letaknya dekat (close objects) dimana sinar sejajar yang datang dibiaskan di
belakang retina
Ilyas, S. (2001). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Gangguan astigmatisme merupakan gangguan karena permukaan kornea (selaput
bening) yang tidak teratur sehingga penderita tidak mampu membedakan garis
lengkung dan lurus sedangkan presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang
disebabkan faktor penuaan
ASTIGMAT
36. Distance Visual Acuity Screening
• Tujuan
Skrining untuk ketajaman penglihatan jarak jauh
Deteksi
• Myopia (nearsightedness)
• Amblyopia (weakness of sight, lazy eye)
• Astigmatism (blurred vision)
• Alat
Jarak chart sekitar 20 kaki (5-6 meter)
• HOTV, Snellen, Sloan, Tumbling E, LEA Symbol, Lighthouse
Occluder (e.g., paper cup, paper patch, palm of hand with tissue)
Antibacterial wipes
Marsden, Janet. Stevens, Sue. Ebri Anne. How to Measure Distance Visual Acuity. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S
37. Near Visual Acuity Screening
• Purpose
Skrining ketajaman penglihatan dekat
Deteksi hipermetropia
• Equipment
Pemilihan Chart sesuai dengan kemampuan siswa
Occluder (e.g., paper cup, paper patch, palm of hand with tissue)
Antibacterial wipes
Huurneman,B. Assessment of near visual acuity in 0–13 year olds with normal and low vision: a systematic review.2016. National Center for Biotechnology Information,
U.S
38.
39. HOW TO IDENTIFY A CHILD IN NEED
Mata lelah saat membaca atau
mengerjakan tugas sekolah lainnya
Memutar atau memiringkan kepala
untuk menggunakan satu mata saja
Membuat pembalikan yang sering
saat membaca atau menulis
Menggunakan jari untuk menjaga
posisi bacaan
Mata berputar ke dalam atau ke luar
Menyipitkan mata
Sakit kepala
Penurunan prestasi akademik
Penglihatan kabur atau ganda
Kehilangan posisi bacaan
Menghindari kerja dekat
Memegang bahan bacaan lebih dekat
dari biasanya
Menggosok mata
Comprehensive Child Development Service.2008.Hongkong
40. GLAUCOMA SCREENING PROGRAMME
◦ Di banyak negara, ini adalah penyebab penting kedua atau
ketiga kebutaan. Diperkirakan 22,5 juta orang menderita
Glaukoma di dunia di mana 5,3 juta orang buta.
◦ Pemeriksaan skrining terbatas ke populasi di atas usia 40
tahun, dan kelompok berisiko tinggi. Kelompok risiko termasuk
individu dengan riwayat keluarga glaukoma, mereka yang
menderita miopia, oklusi vena sentral, penderita diabetes,
hipertensi, dan orang dengan penyakit tiroid, dll.
◦ Dua tes awal yang bisa digunakan adalah IOP(> 2lmm Hg)
dan rasio vertikal cup dics (> 0,5). Jika seseorang memiliki
abnormal pada salah satu dari kedua tes, maka tes lapangan
pandang harus dilakukan.
Yanoff, M; Duker, J (2014).“Ophthalmology. Yanoff and Duker.” Screening for Glaucoma Part 10.2. 4ª Edition. Elsevier.
41. DIABETIC RETINOPATHY SCREENING
PROGRAMME
skrining primer tidak hanya harus dilakukan oleh dokter mata, kerana diabetes adalah penyakit multi-
sistem yang membutuhkan kontrol diet dan diabetes dengan obat-obatan,
Mungkin bermanfaat untuk menyaring populasi di atas usia dari 30 tahun untuk diabetes, terutama ada
riwayat keluarga, dan untuk merujuk pasien tersebut ke dokter mata mata jika ada temuan abnormal dari
pemeriksaan oftalmoskopi.
Pasien dengan diabetes tipe I harus disaring setiap tahun untuk retinopati, dimulai 5 tahun setelah
timbulnya diabetes (Tidak perlu skrining sebelum pubertas).
Pasien dengan diabetes tipe II harus melakukan pemeriksaan awal untuk retinopati tak lama setelah
diagnosis diabetes . Jika ophthalmoscopy dilatasi, maka pemeriksaan harus diulang setiap tahun.
Wanita dengan diabetes mellitus yang hamil, harus memiliki pemeriksaan mata yang komprehensif dalam
trimester pertama,
Squirrell,D.M. Screening for diabetic retinopathy.2003. National Center for Biotechnology Information, U.S
42.
43. CATARACTS SCREENING PROGRAMME
Katarak adalah penyebab utama hilangnya penglihatan pada orang dewasa
berusia 55 tahun ke atas dan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia.
Kekeruhan pada lensa dimulia sejak usia remaja.
Keluarga riwayat, paparan sinar matahari, masalah kesehatan kronis, dan
faktor-faktor lain semuanya berperan dalam seberapa cepat lensa mulai
keruh.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
MenularTahun 2017. Modul Deteksi Dini Katarak
44.
45. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
MenularTahun 2017. Modul Deteksi Dini Katarak