Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang kasus pasien laki-laki berusia 49 tahun dengan keluhan kesulitan menelan. Pasien didiagnosis menderita kanker laring setelah pemeriksaan menemukan benjolan di leher. Dokumen ini meliputi pengkajian medik pasien, analisis data, diagnosa keperawatan, intervensi yang direncanakan, serta implementasi dan evaluasi tindakan.
2. Kasus
Seorang pasien laki-laki, RJM, umur 49 tahun datang ke IGD RSUP H. Adam Malik
tgl. 04-10-2015 dengan keluhan utama kesulitan menelan. Saat dilakukan pemeriksaan,
tampak terdapat benjolan di belakang lehernya. Pasien mengatakan benjolan tersebut
nyeri bila ditekan. Pasien mengatakan lehernya terasa panas seperti terbakar ketika
minum minuman yang hangat. Riwayat suara serak sejak 2 tahun yang lalu, sesak nafas
sejak 5 bulan yang lalu. Tn. RJM juga mengalami masalah bau mulut, tapi dianggapnya
sebagai hal yang biasa. Pasien mengalami penurunan BB dari 60 kg menjadi 50 kg, hal
ini terjadi akibat pasien menjadi kurang nafsu makan semenjak dia kesulitan menelan.
Saat ditanya pekerjaannya, pasien mengatakan bekerja di pertambangan asbes. Riwayat
merokok 2 bungkus dalam 1 hari.
3. A.Pengkajian
Perawat : Sischa W. Tanggal pengkajian : 4 Oktober 2015
• Identitas klien
• Nama : Tn. RJM
• Usia : 49 tahun
• Pekerjaan : Pekerja tambang asbes
• Riwayat kesehatan klien
• Keluhan utama : kesulitan menelan
• Keluhan tambahan : terdapat benjolan di belakang leher, rasa terbakar di leher, sesak nafas, suara serak.
• Riwayat penyakit sekarang : ca laring
• Riwayat penyakit dahulu : riwayat suara serak sejak 2 tahun yang lalu, sesak nafas sejak 5 bulan yang lalu.
• Riwayat keluarga
• Ibu pasien meninggal karena ca mamae.
4. • Pola Fungsi Kesehatan
• Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
• Bekerja di tambang asbes
• Terdapat benjolan di bagian belakang leher
• Perokok (+), 2 bungkus dalam 1 hari
• Pola nutrisi metabolik
• Kesulitan menelan
• Rasa panas terbakar di leher ketika minum yang hangat
• BB turun, kurang nafsu makan, lemas
• Bau mulut
• Pola eliminasi
• BAB 1x dalam 2-3hari, tidak teratur akibat pasien jarang makan.
• Pola aktivitas & latihan
• Badan lemas
• Pola tidur-istirahat
• Pasien kesulitan tidur akibat sesak nafasnya
• Pola persepsi kognitif
• Tidak nafsu makan, badan terasa lemas
5. • Pola peran & hubungan
• Pasien kesulitan dalam berkomunikasi akibat suaranya yang serak terutama ketika banyak berbicara
• Pola reproduksi-seksualitas
• Tidak ada masalah dengan alat reproduksi
• Tidak ada penyimpangan seksual
• Pola mekanisme koping
• Pasien menganggap suara seraknya adalah hal yang biasa
• Saat sulit menelan, pasien menjadi tidak nafsu makan
• Pola persepsi & pola diri
• Bau mulut yang dirasakan dianggap sebagai hal yang biasa
• Pola kepercayaan
• Pasien yakin bahwa dengan berdoa dan beribadah Tuhan akan menyembuhkan penyakitnya
6. • Pemeriksaan Fisik
• Sensorium : Compos Mentis
• TB : 170 cm
• BB : 50 kg
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Nadi : 90x/menit
• Pernafasan : 28x/menit
• Temperatur : 37 ̊C
• Pemeriksaan THT (inspeksi) :
• Telinga : tidak ada kelainan
• Hidung : tidak ada kelainan
• Tenggorokan : terdapat benjolan di belakang leher, nyeri tekan
• Pemeriksaan Penunjang :
• Hasil Laringoskopi Optik :
• Tampak massa memenuhi supraglotik. Massa merah dan berbenjol-benjol
• Pita suara tidak dapat dinilai
• Epiglotis edema & hiperemesis
7. B. Analisa Data
No Data Problem Etiologi
1. DS :
• Pasien mengatakan sesak nafas
sejak 5 bulan yang lalu
• Pasien mengatakan kesulitan
menelan
DO :
• Terdapat benjolan di belakang
leher
• Hasil laringoskopi : tampak
massa memenuhi supraglotik
Bersihan jalan nafas tidak efektif Obstruksi jalan nafas
Mengiritasi sel laring
Infeksi
Akumulasi secret
Gangguan kemampuan
untuk bernafas, batuk,
dan menelan
8. No Data Problem Etiologi
2. DS :
Pasien mengatakan benjolan dilehernya
terasa nyeri bila ditekan
DO :
Pasien tampak meringis kesakitan
Nyeri akut Agens cedera biologis (ca
laring)
3. DS :
• Pasien mengatakan sulit menelan
• Pasien mengatakan tidak nafsu makan
DO :
BB pasien mengalami penurunan yang
signifikan (60 menjadi 50 kg)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Metastase supraglotik
obstruksi lumen esophagus
ketidakmampuan menelan
makanan
9. C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. gangguan kemampuan untuk
bernafas, batuk, dan menelan.
2. Nyeri akut b.d. agens cedera biologis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.
ketidakmampuan menelan makanan.
10. D. Intervensi Keperawatan
• Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. gangguan kemampuan untuk bernafas, batuk,
dan menelan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam,
bersihan jalan nafas sudah efektif.
Kriteria hasil :
• Bunyi nafas bersih
• Tidak sesak
1) Awasi frekuensi atau kedalaman
pernafasan, auskultasi bunyi nafas,
selidiki kegelisahan, dyspnea dan
sianosis.
2) Tinggikan kepala 30-45 ̊
3) Dorong menelan bila pasien
mampu
4) Berikan humodifikasi, contoh
tekanan udara atau O2 dan
peningkatan masukan cairan.
5) Awasi GDA atau nadi oksimetri,
foto dada
1) Perubahan pada pernafasan,
adanya ronkhi, mengi, diduga
adanya retensi sekret
2) Memudahkan drainase sekret,
kerja pernafasan, ekspansi paru
3) Mencegah pengumpulan sekret
oral, menurunkan resiko aspirasi
4) Fisiologi normal (hidung) berarti
menyaring atau melembabkan
udara yang lewat. Tambahan
kelembaban memudahkan batuk.
5) Pengumpulan sekret dapat
menimbulkan pneumonia yang
memerlukan terapi lebih agresif.
11. • Nyeri akut b.d. agens cedera biologis
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri
akut teratasi
Kriteria hasil :
• Klien mengatakan nyeri hilang
• Tidak gelisah
1) Sokong kepala dan leher dengan
bantal. Tunjukkan pada pasien
bagaiman menyokong leher
selama aktivitas.
2) Anjurkan pasien untuk
memberitahu perawat bila terjadi
nyeri, selidiki perubahan
karakteristik nyeri.
3) Anjurkan penggunaan perilaku
manajemen stress : teknik
imajinasi, relaksasi
4) Kolaborasi pemberian analgesik
1) Kurang sokongan mengakibatkan
ketidaknyamanan pada daerah
leher.
2) Dapat menunjukkan terjadinya
komplikasi yang memerlukan
evaluasi lanjut atau intervensi.
3) Dapat menurunkan kebutuhan
analgesik dan meningkatkan
penyembuhan.
4) Menurunkan atau menghilangkan
nyeri.
12. • Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan
menelan makanan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam,
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
• Menunjukkan peningkatan BB
• Menunjukkan pemahaman
pentingnya nutrisi untuk proses
penyembuhan dan kesehatan
secara umum
1) Awasi masukan & BB sesuai
indikasi
2) Berikan perawatan oral
3) Hindari makanan yang sangat
panas/sangat dingin
4) Timbang BB sesuai indikasi
5) Konsultasi ahli gizi/nutrisi
pendukung untuk memberikan
makanan yang mudah dicerna
1) Memberi informasi sehubungan
dengan kebutuhan nutrisi dan
keefektifan terapi
2) Rasa tidak enak, bau dan
penampilan adalah pencegahan
utama terhadap nafsu makan
3) Suhu ekstrem dapat
mencetuskan/meningkatkan
spasme buruk
4) Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori & evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi
5) Metode makan & kebutuhan
kalori didasarkan pada situasi
kebutuhan individu.
13. E. Implementasi & Evaluasi
• Dx 1
Implementasi Evaluasi
1) Mengawasi frekuensi atau kedalaman pernafasan,
auskultasi bunyi nafas, selidiki kegelisahan, dyspnea
dan sianosis.
2) Meninggikan kepala 30-45 ̊
3) Mendorong menelan bila pasien mampu
4) Memberikan humodifikasi, contoh tekanan udara
atau O2 dan peningkatan masukan cairan.
5) Mengawasi GDA atau nadi oksimetri, foto dada
S :
Pasien mengatakan sudah tidak merasa sesak lagi dan
sudah bisa menelan
O :
• Pernafasan 22x/menit
• Tidak ada suara nafas tambahan
• Pasien tampak sudah bisa menelan
A :
Masalah sudah teratasi
P :
Intervensi dihentikan
14. • Dx 2
Implementasi Evaluasi
1) Menyokong kepala dan leher pasien dengan bantal.
2) Menganjurkan pasien untuk memberitahu perawat
bila terjadi nyeri, selidiki perubahan karakteristik
nyeri.
3) Menganjurkan penggunaan perilaku manajemen
stress : teknik imajinasi, relaksasi
4) Kolaborasi pemberian analgesik
S :
Pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi pada
tenggorokannya, baik nyeri tekan ataupun ketika menelan
O :
Pasien sudah tidak menampakkan ekspresi kesakitan
A :
Masalah sudah teratasi
P :
Intervensi dihentikan
15. • Dx 3
Implementasi Evaluasi
1) Mengawasi masukan & BB sesuai indikasi
2) Memberikan perawatan oral
3) Menghindari makanan yang sangat panas/sangat
dingin
4) Menimbang BB sesuai indikasi
5) Konsultasi ahli gizi/nutrisi pendukung untuk
memberikan makanan yang mudah dicerna
S :
Pasien mengatakan sudah menghabiskan porsi makan
yang diberikan, nafsu makannya sudah kembali
O :
• Pasien tampak menghabiskan makanan yg diberikan
• Pasien sudah memahami pentingnya nutrisi
ditunjukkan dengan kemampuan pasien menjawab
pertanyaan perawat
• Pasien tampak sudah bisa menelan
A :
Masalah sudah teratasi
P :
Intervensi dihentikan