Peraturan terkait biota laut yang dilindungiDidi Sadili
Biota laut yang dimaksud disini adalah ikan yaitu segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian hidupnya di dalam lingkungan perairan laut.
Yang terdiri dari:
1. pisces (ikan bersirip),
2. crustacea (udang, rajungan, kepiting dsb), 3. mollusca (kerang, tiram, cumi cumi, gurita, siput, dsb), 4. coelentarata (ubur ubur dsb), 5. echinodermata (teripang, bulu babi, dsb), 6. ampibia (kodok dsb), 7. reptilia (buaya, penyu, kura kura, biawak, ular air, dsb), 8. mamalia (paus, lumba lumba, pesut, dugong/duyung, dsb), dan 9. algae (rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di air).
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Peraturan terkait biota laut yang dilindungiDidi Sadili
Biota laut yang dimaksud disini adalah ikan yaitu segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian hidupnya di dalam lingkungan perairan laut.
Yang terdiri dari:
1. pisces (ikan bersirip),
2. crustacea (udang, rajungan, kepiting dsb), 3. mollusca (kerang, tiram, cumi cumi, gurita, siput, dsb), 4. coelentarata (ubur ubur dsb), 5. echinodermata (teripang, bulu babi, dsb), 6. ampibia (kodok dsb), 7. reptilia (buaya, penyu, kura kura, biawak, ular air, dsb), 8. mamalia (paus, lumba lumba, pesut, dugong/duyung, dsb), dan 9. algae (rumput laut dan tumbuhan lain yang hidupnya di air).
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan IkanAmos Pangkatana
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Selayang Pandang Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wirya...Agus Rochdianto
Buku berjudul “Selayang Pandang Peranan, Komitmen dan Kebijakan Bupati Tabanan N. Adi Wiryatama dalam Pembangunan Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Tabanan” ini, disusun sebagai pelengkap dan data pendukung dalam penilaian lomba Kriteria Pembina bidang Pembangunan Perikanan Budidaya sebagai tindaklanjut dari surat Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali Nomor : 523.2/261/Prod/DPK tanggal 16 Februari 2007 dan surat dari Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor: 576/DPB/HM.330.01/II/2007 tanggal 5 Februari 2007 tentang Lomba Adibakti Mina Bahari Kategori Lomba Bidang Perikanan Budidaya Tahun 2007.
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
Pemanfaatan SDKP berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan
sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam
jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki
proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap
lingkungan perairan dan biodiversitinya.
Lobster merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Oleh sebab itu, dalam beberapa waktu terakhir pemerintah terus berupaya menjaga keberlanjutan sumber daya lobster di seluruh perairan Indonesia. Menjaga stok lobster di alam menjadi sangat penting, mengingat sampai saat ini produksi lobster dunia masih sangat tergantung pada pasokan dari hasil tangkapan di alam. Artinya, dengan menjaga keberlanjutan stok lobster di alam akan turut menjaga keberlanjutan ekonomi lobster.
Tantangan dan Upaya Konservasi Ikan Hiu di IndonesiaDidi Sadili
Ikan hiu sebagai predator puncak dalam rantai makanannya menjadi penyeimbang dalam suatu ekosistem perairan namun populasinya kini kian menurun akibat penangkapan berlebihan. Untuk itu perlu adanya regulasi nasional untuk membatasi penangkapannya
Sosialisasi dan Konsultasi Publik Status Perlindungan Ikan Hiu dan PariDidi Sadili
populasi ikan hiu dan pari di perairan semakin menurun drastis. Seyogyanya untuk beberapa jenis ikan hiu dan pari segera diberikan status perlindungannya
Perlindungan dan Pelestarian Jenis Ikan Terancam Punah (penyu, hiu, pari, dan...Didi Sadili
Populasi penyu, hiu, pari, dan mamalia laut di perairan Indonesia kian menyusut, untuk itu perlu aksi nyata dalam perlindungan dan pelestariannya. Salah satu bentuk konservasinya adalah pemasangan lampu pendar pada jaring ikan yang digunakan nelayan. Namun demikian, perlu pertimbangan masak-masak untuk menerapkan lampu pendar tersebut
Bahan Masukan Naskah Akademik Rancangan PERDA Prov DKI Jakarta tentang Penge...Didi Sadili
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta akan menerbitkan PERDA tentang Pengelolaan Ikan Hiu dan Pari yang sebelumnya didahului dengan penyusunan Naskah Akademik. Beberapa kisi kisi untuk menyusun Perda tersebut perlu untuk diperhatikan agar Perda tersebut nantinya bisa seleras dengan aturan di atasnya, efektif dan mudah diawasi.
2. Pengelolaan perikanan di Indonesia harus
sesuai dengan ketentuan pelaksanaan
perikanan yang bertanggung jawab
(FAO Code of conduct for Responsible
Fisheries/CCRF).
3. SOFIA (The State of World Fisheries and
Aquaculture)
• 5 % dari perikanan dunia dalam status deplesi atau
penurunan produksi secara terus menerus,
• 16 % terlah dieksploitasi secara berlebihan dan melampaui
batas optimum produksi,
• 52 % telah penuh eksploitasi,
• 23 % pada tahap moderat yang artinya produksinya masih
dapat ditingkatkan meskipun dalam jumlah yang kecil,
• 3 % sumberdaya ikan masih dibawah tingkat eksploitasi
optimumnya dan hanya
• 1 % yang dalam proses pemulihan melalui program-program
konservasi.
4. 1. menurut klasifikasi A. Von Brandt (1964).
2. Klasifikasi statistik internasional alat tangkap standar FAO
3. Klasifikasi standar alat tangkap berdasarkan statistik perikanan
Indonesia (Anonim, 2007).
Di Indonesia saat ini dikenal 3 klasifikasi alat penangkapan ikan :
5. 9 (sembilan) kriteria suatu alat tangkap dikatakan ramah
terhadap lingkungan, FAO (1995)
1. Mempunyai selektifitas yang tinggi
2. Tidak merusak habitat
3. Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi
4. Tidak membahayakan nelayan
5. Produksi tidak membahayakan konsumen
6. By-catch rendah
7. Dampak ke biodiversty rendah
8. Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi
9. Dapat diterima secara sosial
6. • Tidak membahayakan kelestarian target spesies, dengan
demikian maka alat tangkap tersebut harus mempunyai
selektivitas yang tinggi, baik terhadap ukuran maupun
terhadap jenis
• Tidak mengakibatkan tertangkapnya atau terancamnya
kehidupan hewan atau tanaman air yang dilindungi dan aman
bagi keanekaragaman hayati
• Tidak mengganggu keseimbangan ekologis, termasuk
rendahnya bycatch dan discard yang ditimbulkan
• Tidak merusak habitat
• Tidak membahayakan keselamatan pelaku penangkapan ikan
dan konsumen.
• Bersifat menguntungkan dan dapat diterima oleh masyarakat
7. : Hanya dapat menangkap sasaran saja.
Ada dua macam selektivitas yang menjadi sub kriteria,
yaitu selektivitas ukuran dan selektivitas jenis.
Sub kriteria ini terdiri dari (yang paling rendah hingga yang paling tinggi):
Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauh.
Alat menangkap tiga spesies dengan ukuran yang berbeda jauhA
Alat menangkap kurang dari tiga spesies dengan ukuran yang kurang lebih
sama.
Alat menangkap satu spesies saja dengan ukuran yang kurang lebih sama.
Alat tangkap harus memiliki selektivitas yang tinggi.
8. Ada pembobotan yang digunakan dalam kriteria ini yang
ditetapkan berdasarkan luas dan tingkat kerusakan yang
ditimbulkan alat penangkapan.
Pembobotan tersebut adalah sebagai berikut (dari yang rendah
hingga yang tinggi):
Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang luas.
Menyebabkan kerusakan habitat pada wilayah yang sempit
Menyebabkan sebagian habiat pada wilayah yang sempit
Aman bagi habitat (tidak merusak habitat)
Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal dan
berkembang biak ikan dan organisme lainnya.
9. dampak yang mungkin dialami
oleh nelayan, yaitu (dari rendah
hingga tinggi):
• Alat tangkap dan cara
penggunaannya dapat
berakibat kematian pada
nelayan
• Alat tangkap dan cara
penggunaannya dapat
berakibat cacat menetap
(permanen) pada nelayan.
• Alat tangkap dan cara
penggunaannya dapat
berakibat gangguan
kesehatan yang sifatnya
sementara
• Alat tangkap aman bagi
nelayan
Tidak membahayakan nelayan (penangkap ikan).
10. Dalam menentukan
tingkat kualitas ikan
digunakan kondisi hasil
tangkapan secara
morfologis (bentuknya).
Pembobotan (dari
rendah hingga tinggi)
adalah sebagai berikut:
• Ikan mati dan busuk
• Ikan mati, segar, dan
cacat fisik
• Ikan mati dan
segarIkan hidup
Menghasilkan ikan yang bermutu baik.
11. Pembobotan kriteria ini ditetapkan
berdasarkan tingkat bahaya yang mungkin
dialami konsumen yang harus menjadi
pertimbangan adalah (dari rendah hingga
tinggi):
• Berpeluang besar menyebabkan kematian
konsumen
• Berpeluang menyebabkan gangguan
kesehatan konsumen
• Berpeluang sangat kecil bagi gangguan
kesehatan konsumen
• Aman bagi konsumen
Produk tidak membahayakan kesehatan konsumen.
12. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasarkan pada hal
berikut (dari rendah hingga tinggi):
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa
jenis (spesies) yang tidak laku dijual di pasar.
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) terdiri dari beberapa
jenis dan ada yang laku dijual di pasar
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis
dan laku dijual di pasar.
• Hasil tangkapan sampingan (by-catch) kurang dari tiga jenis
dan berharga tinggi di pasar.
Hasil tangkapan yang terbuang minimum.
13. Pembobotan kriteria ini ditetapkan berdasasrkan pada hal berikut
(dari rendah hingga tinggi) :
• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian semua
mahluk hidup dan merusak habitat.
• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa
spesies dan merusak habitat.
• Alat tangkap dan operasinya menyebabkan kematian beberapa
spesies tetapi tidak merusak habitat
• Aman bagi keanekaan sumberdaya hayati
Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak minimum terhadap
keanekaan sumberdaya hayati (biodiversity).
14. Tingkat bahaya alat tangkap terhadap spesies
yang dilindungi undangundang ditetapkan
berdasarkan kenyataan bahwa:
• Ikan yang dilindungi sering tertangkap alat
• Ikan yang dilindungi beberapa kali
tertangkap alat
• Ikan yang dilindungi .pernah. tertangkap
• Ikan yang dilindungi tidak pernah tertangkap
Tidak menangkap jenis yang dilindungi undang-undang atau terancam punah.
15. Suatu alat diterima secara sosial oleh masyarakat bila:
(1) biaya investasi murah,
(2) menguntungkan secara ekonomi,
(3) tidak bertentangan dengan budaya setempat,
(4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada.
Pembobotan Kriteria ditetapkan dengan menilai kenyataan di lapangan bahwa
(dari yang rendah hingga yang tinggi):
• Alat tangkap memenuhi satu dari empat butir persyaratan di atas
• Alat tangkap memenuhi dua dari empat butir persyaratan di atas
• Alat tangkap memenuhi tiga dari empat butir persyaratan di atas
• Alat tangkap memenuhi semua persyaratan di atas
Diterima secara sosial.
16. 1. Larangan penggunaan penangkapan ikan jenis trawl. SK. DirjenPerikanan
Nomor 340 tahun 1997.
2. Ketentuan tentang ukuran mata jaring, melarang purse seine yang
menggunakan ukuran mata jaring lebih kecil dari 2 inci pada bagian sayap dan
kurang dari 1 inci pada bagian Kantong.
3. Pengaturan tentang jalur penangkapan ikan, melalui SK. MenteriPertanian No.
392/Kpts/IK. 120/4/99.
4. Pengaturan pemasangan rumpon
5. Perlindungan species ikan dan biota air. Pelarangan penangkapan beberapa
jenis sumber daya ikan yang sudah dalam kondisi langka atauterancam punah,
seperti : Trochus (Trochus niloticus), beberapa jenis penyu, kima (Pinctada
sp.), beberapa jenis arwana (Schlerophagus spp),ikan duyung, dll. SK.Mentan
No. 375/Kpts/IK.250/5/1995 tentang pelarangan penangkapan ikan napoleon
wrasse (Cheilinus undulatusruppef).
6. Pengawasan penangkapan ikan. Kep. Menteri KP No. Kep. 02/MEN/2002
menetapkan Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan.
7. Penetapan potensi sumberdaya ikan dan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan (JTB).
KEBIJAKAN PEMERINTAH
17. Dalam menjaga tatanan integritas ekosistem sumberdaya hayati
perairan maka kegiatan penangkapan ikan harus
memperhatikan 3 hal yaitu:
• 1. Habitat dimana ikan dan biota perairan lainnya berada
• 2. Sumberdaya ikan yang merupakan target aktivitas
penangkapan
• 3. Manusia (nelayan, pedagang, maneger dan stekholder
lainnya)
18. (1)mampu memberikan pendapatan yang layak bagi para nelayan,
mulai dari pemilik sampai pada operator level terbawah, dalam
arti setiap personnel memiliki kemampuan untuk menabung;
(2)keuntungan usaha memberikan kemampuan bagi usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan usahanya
(3)Produk yang dihasilkan adalah exportable untuk menghasilkan
devisa;
(4)usaha dapat diselenggarakan secara profitable dan berkelanjutan ;
(5)tidak menimbulkan keresahan sosial. Jika sumberdaya perairan
laut diusakan secara profitable secara berkelanjutan maka
Teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan menjadi suatu
keharusan.
profil penangkapan ikan yang ideal untuk dicapai antara lain perlu memiliki keragaan
sebagai berikut;
19. Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)
2. Trawl
3. Dredge (Penggaruk)
4. Lift net (Jaring Angkat)
5. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
6. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal
7. Trap (perangkap)
8. Hook and line (pancing)
9. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai).
10.Harvesting machine (mesin pemanen)
11.Alat tangkap lainnya.
20. Dari makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
Code of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) yaitu terdapat 9 (sembilan ) kriteria suatu
alat tangkap dikatakan ramah terhadap lingkungan, antara lain :
1. Mempunyai selektifitas yang tinggi
2. Tidak merusak habitat
3. Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi
4. Tidak membahayakan nelayan
5. Produksi tidak membahayakan konsumen
6. By-catch rendah
7. Dampak ke biodiversty rendah
8. Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi
9. Dapat diterima secara sosial
KESIMPULAN