Dokumen tersebut membahas mengenai sumber daya perikanan dan pengelolaannya. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain jenis-jenis metode penentuan stok sumber daya ikan, tujuan pengelolaan perikanan seperti maximum sustainable yield dan maximum economic yield, serta pendekatan-pendekatan pengelolaan seperti pengaturan musim penangkapan ikan dan penentuan kuota.
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Didi Sadili
pengelompokkan pulau-pulau kecil berdasarkan letak geografis dan status peruntukannya menjadi hal yang penting, agar pengelolaannya seperti perencanaanya, pemanfaatannya, dan pengawasannya menjadi lebih baik dan terarah
Versi power point kondisi ekosistem terumbu karang serta strategi pengelolaannyaMujiyanto -
Penelitian dilakukan di perairan Pulau Rakit dan Pulau Ganteng di perairan Teluk Saleh Nusa Tenggara Barat pada tahun 2005 dengan waktu pelaksanaan pada bulan Mei dan Oktber 2005. Berdasarkan informasi dari nelayan, terumbu karang di perairan Teluk Saleh, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah mengalami banyak kerusakan, terutama pada perairan yang dangkal yaitu pada kedalaman kurang dari 15 meter. Pengamatan dan perhitungan persentase penutupan karang dilakukan dengan menggunakan metode Line Intercef Transect (LIT). Kerusakan terumbu karang tersebut akibat dari kegiatan penangkapan ikan dengan cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Kondisi terumbu karang hidup pada kategori sedang, penutupan karang dalam kategori karang rusak. Adapun Strategi pengelolaan terumbu karang berdasarkan permasalah yang ditemukan di lokasi, secara garis besarnya adalah dengan memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang, mengurangi laju degradasi kondisi terumbu karang yang ada pada saat ini serta mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya.
Pengelompokan Pulau-Pulau Kecil Berdasarkan Letak Geografis dan Status Perunt...Didi Sadili
pengelompokkan pulau-pulau kecil berdasarkan letak geografis dan status peruntukannya menjadi hal yang penting, agar pengelolaannya seperti perencanaanya, pemanfaatannya, dan pengawasannya menjadi lebih baik dan terarah
Strategi Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Secara...Abida Muttaqiena
Pemanfaatan SDKP berkelanjutan pada prinsipnya adalah perpaduan antara pengelolaan
sumberdaya dan pemanfaatan dengan tetap menjaga kelestarian sumberdaya dalam
jangka panjang untuk kepentingan generasi mendatang. Teknologi penangkapan ikan
bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki
proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap
lingkungan perairan dan biodiversitinya.
Kearifan lokal dalam pemanfaatan sumber daya alamdeviarsel
Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam
A. Pemanfaatan Sumber Daya Alam
1. Pemanfaatan Sumber Daya Alam Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
Pada dasarnya kegiatan pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya terbarukan dan sumber daya tidak terbarukan untuk proses produksi pertanian dengan menekankan dampak negatif terhadap lingkungan yang serendah-rendahnya. Pertanian ini menitikberatkan pada pengolahan sumber daya alam yang memanfaatkan produk hayati ramah lingkungan
Manfaat pertanian berkelanjutan
Mampu meningkatkan produksi pertanian dan menjamin ketahanan pangan di dalam negeri.
Menghasilkan pangan yang terbeli dengan kualitas tinggi
Tidak mengurangi dan merusak kesuburan tanah
Mendukung dan menopang kehidupan masyarakat pedesaan
Tidak membahayakan kesehatan masyarakat
Melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup di lahan pertanian
Indikator
Budi daya berbagai jenis tanaman secara alami.
Memelihara keanekaragaman genetik sistem pertanian.
Meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian.
Menghasilkan produk pertanian yang bermutu dalam jumlah memadai.
Memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Menghindarkan pencemaran yang di sebabkan penerapan teknik pertanian.
Tujuan pengembangan kegiatan pertanian berkelanjutan adalah meningkatkan kualitas alami lingkungan. Dampak pemakaian bahan kimia dalam kegiatan pertanian dapat ditekan melalui kegiatan pertanian organik yang berwawasan lingkungan.Akan tetapi,dalam kegiatan pertanian berkelanjutan sering mengalami hambatan seperti persediaan modal ataupun sumber daya manusianya.
Unsur-unsur konsep wawasan berkelanjutan :
1. Melakukan penyelidikan umum (prospecting)2. Eksplorasi terdiri atas eksplorasi pendahuluan dan eksplorasi terperinci3. studi kelayakan terdiri atas kelayakan teknik,ekonomi,dan lingkungan4. persiapan produksi (development dan construction)5. penambangan terdiri atas pembongkaran,pemuatan,pengangkutan,dan penimbunan6. rehabilitasi dan pengelolaan lingkungan7. pengolahan (mineral dressing)8. pemurnian9. pemasaran10. tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility(CSR)11. pengakhiran tambang (mine closure)
c. Industri Berkelanjutan
Industri berkelanjutan di Indonesia harus memiliki daya saing yang dapat menopang perekonomian nasional. Kegiatan berkelanjutan dapat memadukan antara aspek lingkungan,ekonomi,dan sosial. Pola hidup masyarakat yang konsumtif dapat perkembangan sektor industri di Indonesia terutama industri yang memengaruhi memanfaatkan sumber daya alam tidak terbarukan.
Prinsip-prinsip industri berkelanjutan :
Menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan
Menjamin kualitas hidup masyarakat di sekitar lokasi penambangan
Menjaga kelangsungan hidup ekologi sistem alami (environmental system)
d. Pariwisata Berkelanjutan
Indonesia memiliki kekayaan hayati yang dapat dilihat dari berbagai jenis tanaman dan hewan yang dapat di budidayakan dan
(10 22) pojok riset, asosiasi ikan target. okasyawalarkan
Floating net cages (KJA) is one means of marine aquaculture (mariculture) are placed in water will act as FADs or fish aggregating devices (FAD) as a gathering place for various types of fish. Similarly to the artificial reef will serve as the breeding (nursery grounds) for various types of fish.
In general, the target fish belonging -Fish economically important fishes associated with artificial reefs and floating net which interact in the mornings and afternoons differ in amount and kind, this is because of differences in the nature and behavior based on the type of fish species. The target fish population changes from day to night fish in diurnal seen mostly during the day will take refuge in the reef and replaced by a nocturnal species that are not visible during the day. The fish-eating plankton are usually widely spread around the reefs during the day and hide or take refuge in the crevices of the reef at night, it is a cause of differences in the amount of the target fish species associated with artificial reefs and floating net. Thus the association structure of the target fish around the artificial reefs and floating net can be concluded that as a shelter and as a visitor species.
Similar to Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cibinong T.A. 2017/2018 (20)
Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) merupakan pengklasifikasian wilayah berdasarkan industri yang ada di wilayah yang bersangkutan. Semoga Bermanfaat
Interpretasi citra pada bentang alam dan bentang budayaCahya Panduputra
Interpretasi Citra merupakan metode untuk menggali informasi pada sebuah citra, baik citra satelit maupun foto, berikut ini adalah materi mengenai Interpretasi Citra untuk SMA sebagai modal dasar untuk perkuliahan penginderaan jauh. Semoga bermanfaat.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan - Presentasi Kelas XI IPS 1 - SMA Mardi Waluya Cibinong T.A. 2017/2018
1. SUMBER DAYA PERIKANAN
1. ALBERTUS AGUNG
2. CARISSA LEVIANA
3. DAREL ROMERO
4. RICKY CHEN
5. WINA TOLINAWATI
6. YESSICA
XI-IPS1
2. • Ikan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat
renewable atau mempunyai sifat dapat pulih/dapat memperbaharui
diri. Disamping sifat renewable, menurut Widodo dan Nurhakim
(2002), sumberdaya ikan pada umumnya mempunyai sifat “open
access” dan “common property” yang artinya pemanfaatan bersifat
terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat umum. Sifat
sumberdaya seperti ini menimbulkan beberapa konsekuensi, antara
lain :
1) Tanpa adanya pengelolaan akan menimbulkan gejala eksploitasi
berlebihan (over exploitation), investasi berlebihan (over investment)
dan tenaga kerja berlebihan (over employment).
2) Perlu adanya hak kepemilikan (property rights), misalnya oleh
Negara (state property rights), oleh masyarakat (community property
rights) atau oleh swasta/perorangan (private property rights).
• Dengan sifat-sifat sumberdaya seperti diatas, menjadikan
sumberdaya ikan bersifat unik, dan setiap orang mempunyai hak
untuk memanfaatkan sumberdaya tersebut dalam batas-batas
kewenangan hukum suatu Negara.
3. Bagi Indonesia, perikanan mempunyai peranan yang cukup penting
dalam pembangunan nasional. Hal ini disebabkan karena adanya
beberapa factor, diantaranya adalah :
Sekitar 2.274.629 orang nelayan dan 1.063.140 rumah tangga
budidaya, menggantungkan hidupnya dari kegiatan usaha perikanan.
Adanya sumbangan devisa yang jumlahnya cukup signifikan dan
cendrung meningkat dari tahun ketahun.
Mulai terpenuhinya kebutuhan sumber protein hewani bagi sebagian
masyarakat.
Terbukanya lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, sehingga
diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran
Adanya potensi perikanan yang dimiliki Indonesia
4. Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi
mulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,
pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya, dalam
rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian
tujuan pengelolaan (FAO, 1997). Sementara Widodo dan Nurhakim
(2002) mengemukakan bahwa secara umum, tujuan utama
pengelolaan sumberdaya ikan adalah untuk :
1). Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi
serta tindakan perbaikan (enhancement).
2). Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan
serta
3). Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi
tersebut.
5. Jenis SD. Ikan
Metoda
Sensus/
Transek
Swept
Area
Akustik Surplus
Produksi
Tagging Ekstra/
Intra-
polasi
1. Ikan Pelagis Besar X x
2. Ikan Pelagis Kecil X x
3. Ikan Demersal X x
4. Ikan Karang X X
5. Ikan Hias X
6. Udang dan krustasea X x
7. Muluska & teripang X X
8. Mammalia & reptilian X X
9. Rumput Laut X
10. Benih Alam X X
11. Karang X
Sementara dalam menentukan stok sumberdaya ikan di perairan Indonesia,
dipergunakan beberapa metoda sesuai dengan jenis dan sifat sumberdaya ikan.
Metoda tersebut dapat dilihat melalui table berikut :
6. PRISIP IDE PENGELOLAAN
Sebagaimana diketahui bahwa sumberdaya perikanan adalah
sumberdaya yang dapat pulih (renewable) yang berarti bahwa apabila
tidak terganggu, maka secara alami kehidupan akan terjaga
keseimbangannya, dan akan sia-sia bila tidak dimanfaatkan. Apabila
pemanfaatannya tidak seimbang dengan daya pulihnya maka
sumberdaya tersebut dapat terdegradasi dan terancam
kelestariannya, yang sering dikenal sebagai tangkap berlebih
(overfishing). Untuk menghindari kemungkinan terjadinya kondisi
tangkap lebih maka perlu adanya pengelolaan sumberdaya perikanan.
Prinsip dasar yang mendasari ide pengelolaan adalah bahwa
pemanfaatan sumberdaya harus didasarkan pada sistem dan
kapasitas daya dukung (carrying capacity) alamiahnya (Saputra,
2009). Besar kecilnya hasil tangkapan tergantung pada jumlah stok
alami yang tersedia di perairan dan kemampuan alamiah dari habitat
untuk menghasilkan biomass.
7. 1. Pendekatan Pengelolaan Perikanan
Salah satu pertanyaan mendasar dalam pengelolaan sumberdaya ikan
adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya tersebut sehingga
menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi bagi pengguna, namun
kelestariannya tetap terjaga. Secara implisit pertanyaan tersebut
mengandung dua makna, yaitu makna ekonomi dan makna konservasi atau
biologi. Dengan demikian, pemanfaatan optimal sumberdaya ikan mau tidak
mau harus mengakomodasi kedua disiplin ilmu tersebut. Oleh karena itu,
pendekatan bio-ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya ikan merupakan
hal yang harus dipahami oleh setiap pelaku yang terlibat dalam pengelolaan
sumberdaya ikan.
8. a. Pengaturan Musim Penangkapan Ikan (MPI)
Manajemen sumberdaya perikanan melalui pendekatan penutupan musim
penangkapan, memerlukan dukungan semua lapisan masyarakat
khususnya masyarakat nelayan sebagai pemanfaat sumberdaya untuk
memiliki rasa kepedulian dan disiplin yang tinggi dalam pelaksanaan
peraturan perundang-undanganyang ada. Sebagaimana dikatakan
Nikijuluw (2002), bahwa penutupan musim penangkapan merupakan
pendekatan manajemen yang umumnya dilakukan di negara yang sistem
penegakan hukumnya sudah maju.
Beddington dan Retting (1983) mengatakan, paling tidak ada dua bentuk
penutupan musim penangkapan ikan. Pertama, menutup musim
penangkapan ikan pada waktu tertentu untuk memungkinkan ikan dapat
memijah dan berkembang. Contoh dari bentuk ini adalah penangkapan
ikan teri (anchovy) di Peru yang biasanya menutup kegiatan penangkapan
pada awal tahun ketika juvenil dan ikan berukuran kecil sangat banyak di
perairan. Kedua, penutupan kegiatan penangkapan ikan karena
sumberdaya ikan telah mengalami degradasi, dan ikan yang ditangkap
semakin sedikit
9. b. Penutupan Daerah Penangkapan Ikan
Pendekatan penutupan daerah penangkapan ikan berarti menghentikan kegiatan
penangkapan ikan disuatu perairan pada musim tertentu atau secara permanen.
Pendekatan ini dilakukan seiring dengan penutupan musim penangkapan.
Penutupan daerah penangkapan dalam jangka panjang biasanya dilakukan dengan
usaha-usaha konservasi jenis ikan tertentu yang memang dalam status terancam
kepunahan. Hal ini juga dilakukan secara permanen atau sementara untuk
menutup kegiatan penangkapan ikan di daerah tempat ikan berpijah (spawning
ground) atau daerah asuhan (nursery ground).
c. Selektifitas Alat Tangkap
Pendekatan manajemen sumberdaya perikanan ini dilaksanakan melalui
penggunaan alat penangkapan ikan yang tinggi selektifitasnya. Beberapa contoh
pendekatan ini adalah pembatasan minimum terhadap ukuran mata jaring (mesh
size), pembatasan minimum ukuran mata pancing, serta pembatasan ukuran mulut
perangkappada kondisi terbuka.
Masalah utama yang dihadapi dalam penerapan kebijakan ini adalah tingginya
biaya pelaksanaan, pengawasan, pemantauanatau pengendalian. Disamping itu
juga diperlukan adanya personil perikanan yang memiliki kemampuan teknis dalam
bertindak cepat di lapangan untuk menentukan jenis dan skala alat tangkap yang
digunakan.
10. d. Pelarangan Alat Tangkap
Pelarangan jenis alat tangkap tertentu dapat dilakukan secara permanen atau
sementara waktu, yang dilakukan untuk melindungi sumberdaya ikan dari
penggunaan alat tangkap yang merusak atau destruktif, atau pertimbangan lain
yang bertujuan untukmelindungi nelayan kecil/tradisional.
Cara-cara penangkapan ikan yang dewasa ini sudah lazim dilarang adalah
penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bahan peledak.
e. Kuota Penangkapan Ikan
Kuota penangkapan ikan adalah salah satu cara pendekatan dalam manajemen
sumberdaya perikanan, yaitu pola manajemen rasionalisasi yang dicapai melalui
pemberian hak kepada industri atau perusahaan perikanan untuk menangkapikan
sejumlah tertentu dalam suatu perairan.
Ada tiga cara dalam mengimplementasikan pendekatan TAC, yaitu :
1) Penentuan TAC secara keseluruhan pada skala nasional atas jenis ikan atau
perairan tertentu.
2) Membagi TAC kepada setiap nelayan, kapal, atau armada dengan keberpihakan
pemerintah kepada nelayan atau kapal tertentu atas dasar keadilan, sehingga
perbedaan/kesenjangan pendapatan antar nelayandapat diperkecil.
3) Membatasi atau mengurangi efisiensi penangkapan ikan sedemikian rupa
sehingga TAC tidak terlampaui. Cara ini secara ekonomis tidak efisien serta tidak
akurat karena kesulitan dalam pengaturan dan memprediksi jumlah ikan yang
tertangkap setiap kapal, akibatnya seringkali TAC terlampaui.
11. f. Pengendalian Upaya Penangkapan Ikan
Pengendalian upaya penangkapan adalah salah satu pendekatan
pengelolaan sumberdaya perikanan yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil tangkapan, kinerja ekonomi industri perikanan
melalui pengurangan upaya atau kapasitas penangkapan ikan yang
berlebihan. Pendekatan lain yang dapat dilakukan dalam
mengendalikan upaya penangkapan ikan adalah penentuan jumlah
unit penangkapan ikan yang diperbolehkan melalui pengaturan
perijinan.
12. 2. Tujuan Pengelolaan Perikanan
Tujuan pengelolaan seperti dikemukakan diatas adalah pemanfaatan dalam jangka panjang atas
sumberdya perikanan secara berkelanjutan. Untuk mewujudkan tujuan ini diperlukan pendekatan proaktif
dan berusaha secara aktif menemukan cara untuk mengoptimalkan keuntungan ekonomi dan social dari
sumberdaya yang tersedia.
a. Maximum Sustainable Yield (MSY)
MSY adalah hasil tangkapan terbesar yang dapat dihasilkan dari tahun ke tahun oleh suatu perikanan.
Konsep MSY didasarkan atas suatu model yang sangat sederhana dari suatu populasi ikan yang dianggap
sebagai unit tunggal. Konsep ini dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield sebagai
fungsi dari effort dengan suatu nilai maksimum yang jelas, terutama bentuk parabola dari model Schaefer
yang paling sederhana.
MSY memiliki beberapa keuntungan :
1) Konsep ini didasarkan pada gambaran yang sederhana dan mudah dimengerti atas reaksi suatu stok
ikan terhadap penangkapan. Setiap nelayan akan memahami bahwa dari stok berukuran kecil, dan
demikian juga sebaliknya.
2) MSY ditentukan dengan suatu ukuran fisik yang sederhana, yakni berat atau jumlah ikan yang
ditangkap, sehingga menghindarkan perbedaan-perbedaan dalam wilayah suatu negara ataupun antar
negara, dibandingkan dengan kriteria lainnya (misalnya harga hasil tangkapan atau penurunan biaya
operasi).
Dibalik kelebihan-kelebihan tersebut sebenarnya terdapat beberapa kelemahan mendasar yaitu bahwa
konsep ini tidak cukup memiliki dasar berpijak yang cukup kuat. Banyak stok ikan yang sifat dinamikanya
tidak dapat dilukiskan dengan gambaran yang demikian sederhana, atau dapat ditentukan dengan mudah,
sehingga sangat sulit menentukan letak MSY dari sumberdaya tersebut. Selain itu konsep ini tidak dapat
13. b. Maximum Economic Yield (MEY)
Pengkajian secara teoritis telah menyimpulkan untuk mengganti MSY dengan
pendekatan Maximum Economic Yield (MEY), atau Maximum Rent. Net Economic Yield
cenderung menjadi nol (0) dalam suatu sumberdaya perikanan yang tidak dikelola,
mungkin menjadi sangat kecil pada saat penangkapan berada pada tingkat MSY, dan
akan mempunyai nilai maksimum pada suatu tingkat upaya sedikit lebih kecil dari pada
nilai yang menghasilkan hasil tangkapan yang terbesar.
Beberapa keuntungan penggunaan model MEY sebagai tujuan pengelolaan, selain yang
telah disebutkan juga model ini sangat fleksibel dan dapat diadaptasikan untuk analisis
cost and benefit bagi nelayan komersial, rekreasional, para pengolah, konsumen, dan
lain-lain, yang kegiatan usahanya berkaitan dengan perikanan. Selain itu konsep ini
dapat diaplikasikan terhadap setiap model biologi, dan berbeda dengan konsep MSY,
MEY tiodak berdasarkan konsep ekuilibrium.
Kelemahan yang paling menonjol dari penggunaan net economic yield sebagai tujuan
pengelolaan ialah bahwa model ini tergantung pada harga ikan yang tertangkap serta
satuan biaya penangkapan yang bervariasi dari tahun ke tahun, dari negara ke negara.
Oleh karena itu, net economic yield tidak memberikan nilai pasti yang tetap untuk
tujuan suatu pengelolaan.
c. Optimum Sustainable Yield (OSY)
Istilah Optimum Sustainable Yield (OSY) dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk
mempertimbangkan segala keuntungan dan kerugian yang sering digolongkan ke
dalam biologi, ekonomi, hukum (legal), sosial dan politik. Pertimbangan sosial menjadi
salah satu kunci dalam tujuan pengelolaan dengan pendekatan ini. Hal ini dapat
dipahami karena hasil ekonomi yang optimal hanya akan bermakna jika diikuti oleh
keuntungan maksimal secara sosial berupa pengurangan angka pengangguran atau
penyediaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, dan resolusi konflik.
14. 3. Pertimbangan Pengelolaan Perikanan
Seandainya sumberdaya hayati laut bukan tidak terbatas dan bukan tidak terusakkan, maka kita dapat
saja membiarkan manusia untuk memanfaatkannya dan menyalahgunakan pemanfaatan itu dengan
cara semena-mena.Produksi dan potensi perikanan dibatasi oleh sejumlah faktor yang dapat
dikelompokkan ke dalam biologi, ekologi dan lingkungan, teknologi, sosial, kultural dan ekonomi.
a. Pertimbangan Biologi
Sebagai populasi atau komunitas yang hidup, sumberdaya hayati laut mampu membarui dirinya melalui
proses pertumbuhan dalam ukuran (panjang) dan massa (bobot) individu selain pertambahan terhadap
populasi atau komunitas melalui reproduksi (yang biasa disebut dalam dunia perikanan sebagai
rekrutmen).
Dalam populasi yang tidak dieksploitasi, mortalitas total mencakup mortalitas alami yang terdiri dari
proses-proses seperti pemangsaan, penyakit, dan kematian melalui perubahan-perubahan drastisdari
lingkungan dan lain-lain. Dalam populasi yang dieksploitasi, mortalitas total terdiri dari mortalitas
alami plus mortalitas penangkapan. Tugas utama dari pengelolaan perikanan adalah menjamin bahwa
mortalitas penangkapan tidak melampaui kemampuan populasi untuk bertahan dan tidak mengancam
atau merusak kelestarian dan produktivitas dari populasi ikan yang sedang dikelola.
b. Pertimbangan Ekologi dan Lingkungan
Kelimpahan dan dinamika populasi ikan mempunyai peranan penting dalam perikanan tetapi populasi
akuatik tidak hidup dalam isolasi. Mereka menjadi salah satu komponen ekosistem yang rumit, terdiri
dari komponen biologi yang mungkin memangsa, dimangsa, atau berkompetisi dengan stok atau
populasi tertentu. Komponen fisik ekosistem, seperti air itu sendiri, substrat, masukan air tawar atau
nutrient atau proses non-biologi lainnya mungkin juga menjadi sangat penting dalam pertimbangan ini.
Lingkungan dari ikan jarang bersifat statis dan kondisi lingkungan akuatik dapat berubah secara nyata
15. c. Pertimbangan Sosial, Budaya, dan Kelembagaan
Populasi manusia dan masyarakat bersifat dinamis seperi halnya populasi biologi
lainnya. Selain itu perubahan sosial berlangsungterus menerus dalam skala yang
berbeda, dipengaruhi oleh perubahan dalam cuaca, lapangan pekerjaan, kondisi politik,
penawaran dan permintaan produk perikanan, dan faktor-faktor lainnya. Perubahan
seperti itu mempengaruhi efektifitas dari strategi pengelolaan dan oleh sebab itu harus
dipertimbangkan dan diakomodasi.
Kendala social utama dalam pengelolaan perikanan adalah bahwa masyarakat dan
perilakunya tidak mudah ditransformasikan. Keluarga dan komunitas nelayan mungkin
tidak akan bersedia pindah ke pekerjaan lainnya, atau ketempat jauh dari rumah
mereka yang bila terjadi surplus kapasitas dalam perikanan, meskipun kualitas hidup
mereka akan mengalami penurunan sebagai akibat sumberdaya yang menipis atau
rusak. Disamping itu, ketersediaan lapangan pekerjaan bagi mereka juga tidak tersedia
secara memadai.
d. Pertimbangan Ekonomi
Kekuatan pasar sangat berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan. Selain itu
pengelolaan perikanan masih sering dihadapkan pada persoalan perikanan akses
terbuka (open acces), dimana setiap orang diperbolehkan masuk ke
dalamusahaperikanan. Dibawah keadaan seperti itu orang akan terus masuk ke
perikanan sampai keuntungan dariusahaperikanan sedemikian rendah, sehingga tidak
lagi menarik bagi pelaku usaha baru (new entrance). Akibat yang tidak dapat dielakkan
dari usaha perikanan akses terbuka adalah hilangnya keuntungan sehingga mengarah
kepada tidak efisiensi secara ekonomi, dan jika tidak dapat ditegakkan tindakan
pengelolaan yang efektif, akan terjadi over exploitation.