Makalah ini membahas tentang dinamika populasi ikan dan mengetahui umur serta pertumbuhan ikan. Untuk mengetahui umur ikan dapat dilakukan secara langsung pada ikan budidaya atau tidak langsung pada ikan liar melalui metode frekuensi panjang atau analisis otolit. Otolit digunakan untuk menghitung umur ikan berdasarkan lapisan-lapisan kristal kalsium karbonatnya.
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...Mustain Adinugroho
Musta’in Adinugroho. K2A005049. Beban Kerja Osmotik, Perubahan Osmoefektor dan Efisiensi Pemanfaatan Pakan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) yang Dikulltivasi pada Media Isoosmotik, Hipoosmotik dan Hiperosmotik Intermolt (Pembimbing : Sutrisno Anggoro dan Mustofa Niti Suparjo)
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan spesies yang komersial untuk budidaya sejak usaha budidaya udang di Indonesia lesu akibat serangan virus WSS. Udang ini adalah udang introduksi yang berasal dari perairan Meksiko dan Amerika Latin. Kehidupan udang ini bergantung pada kelancaran proses molting dan beban kerja osmotik dimana salinitas sangat berperan sebagai masking faktor. Selain itu perubahan osmoefektor juga akan mempengaruhi proses metabolisme udang sehingga daya pemanfaatan pakan tidak optimal.
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah mengkaji beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan udang Litopenaeus vannamei yang dikultivasi pada media dengan isoosmotik yang berbeda.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010 di Laboratorium Pengembangan Wilayah Pantai, Universitas Diponegoro, Jepara. Materi yang digunakan adalah udang vannamei dengan metode eksperimental laboratoris dengan menggunakan rancangan acak sistematis dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Lama pemeliharaan adalah 60 hari. Perlakuan yang diterapkan adalah menggunakan media isoosmotik yang berbeda. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah beban kerja osmotik, kandungan ion-ion (osmoefektor) dan daya pemanfaatan pakan. Hasil data diolah dengan menggunakan analisis ragam dan perbedaan pengaruh antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Duncan dengan bantuan progam SPSS 15.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat salinitas media (larutan osmotik) yang berbeda (hipoosmotik, isoosmotik dan hiperosmotik) memberikan pengaruh yang nyata terhadap beban kerja osmotik, perubahan osmoefektor dan daya pemanfaatan pakan (p<0.05). Salinitas yang terbaik diantara beberapa perlakuan yang dicobakan untuk beban kerja osmotik adalah 20+1 ppt dengan beban kerja osmotik 43.65 mOsm/l H2O. Nisbah ion (osmoefektor) terendah terdapat pada salinitas 20+1 ppt. Sedangkan daya pemanfaatan pakan terbaik adalah pada salinitas 26+1 ppt dengan nilai FCR 1,34 dan PER 1,79. Rentang salinitas isoosmotik molt pada salinitas 26+1 ppt memberikan lingkungan media yang ideal bagi kultivasi udang vannamei.
Kata kunci: salinitas, beban kerja osmotik, osmoefektor, daya pemanfaatan pakan, Litopenaeus vannamei
Ikan karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir menggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal.
SIG dan Pemetaan Pertemuan ke III (Konsep Dasar Penginderaan Jauh)Amos Pangkatana
Secara sederhana, penginderaan jarak jauh (Remote Sensing) dapat didefinisikan sebagai :
“ilmu tentang pengamatan dan pengumpulan informasi mengenai obyek di permukaan bumi, dengan menggunakan sensor tertentu tanpa kontak langsung dengan obyek yang diamati”. Hal ini dilakukan dengan menangkap dan merekam pantulan cahaya atau sumber energi lain, serta menginterpretasikan, menganalisa dan mengaplikasikan data yang terekam.
Padang lamun merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem pesisir, selain mangrove
dan karang. Ketiga ekosistem tersebut memiliki peran yang penting dan saling terkait di
wilayah pesisir sehingga kerusakan pada satu ekosistem kemungkinan dapat memberikan
dampak negatif pada ekosistem lainnya. Oleh karena itu, pemantauan ekosistem lamun
cukup penting untuk menunjang keberlanjutan pemantauan kesehatan karang pada program
COREMAP-CTI.
Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.
Makalah tentang Ilmu kimia dalam kehidupan sehari hariAmos Pangkatana
Ilmu Kimia adalah ilmu yang terkait dengan kehidupan sehari-hari atau gejala-gejala alam, karena mulai dari urusan sandang dan pangan, bahan bakar, obat-obatan sampai bahan konstruksi bangunan, bahan industri elektronik dan bahan produk melibatkan ilmu kimia.
INVENTARISASI JENIS - JENIS IKAN HASIL TANGKAPAmos Pangkatana
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Indonesai memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan 70% dari luas Indonesia adalah lautan (5,8 juta km2) (Budiharsono, 2001).
Lamun (seagrass) atau disebut juga ilalang laut. Istilah lamun untuk seagrass, pertama-tama diperkenalkan oleh Hutomo dimana merupakan satu-satunya kelompok tumbuhan hidup di perairan laut dangkal. Lamun tumbuh padat membentuk padang, sehingga dikenal sebagai padang lamun (seagrass beds).
INVENTARISASI JENIS-JENIS BINTANG LAUT (ASTEROIDEA)Amos Pangkatana
Bintang laut adalah jenis yang paling dominan dan beragam dari Filum Echinodermata. Sekitar lebih dari 1800 spesies yang termasuk dalam kelas Asteroidea yang terdiri dari 4 ordo, 26 famili dan 144 genus.
Sistem Informasi Geografis dan Pemetaan Sumberdaya Pesisir dan LautAmos Pangkatana
Sebagaimana sistem-sistem lain yang tergantung pada data sebagai input utama, kualitas analisa yang dihasilkan oleh SIG akan sangat tergantung pada kualitas sumber datanya.
Sebagian besar kuda laut memiliki musim kawin sepanjang tahun. Biasanya mereka kawin pada pagi atau sore hari. Ada beberapa spesies yang memiliki musim kawin antara bulan Agustus hingga Oktober. Ada pula spesies yang musim kawinnya pada saat bulan purnama (DKP, 2004)
IDENTIFIKASI JENIS DAN PENGELOMPOKAN TIPE KARANG DI PERAIRAN KAYOPULAU KOTA...Amos Pangkatana
Terumbu karang mempunyai nilai dan arti yang sangat penting dari segi sosial ekonomi dan budaya, karena hampir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Populasi IkanAmos Pangkatana
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Makalah Dinamika Populasi Ikan tentang Mengetahui Umur dan Pertumbuhan Ikan
1. TUGAS MAKALAH
DINAMIKA POPULASI IKAN
Mengetahui Umur Ikan dan Pertumbuhan Ikan
OLEH:
NAMA : YORIS V MERAHABIA
NPM : 121165427140017
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA PESISIR
FAKULTAS PERTANIAN KEHUTANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS OTTOW GEISSLER PAPUA
JAYAPURA
2. 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Biologi perikanan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan
ikan sejak individu ikan tersebut menetas (hadir ke alam) kemudian makan, tumbuh,
bermain, bereproduksi, dan akhirnya mengalami kematian, baik kematian secara
alami ataupun dikarenakan faktor-faktor lain.
Ilmu pengetahuan biologi perikanan ini menguraikan tentang struktur
organisme ikan (morfologi), struktur tubuh ikan (anatomi), faktor kimia dan fisika
pada ikan (fisiologi), dan proses beserta kebiasaan kehidupannya, sehingga
pengetahuan biologi perikanan ini merupakan pengetahuan dasar ketika mendalami
pengetahuan dinamika populasi ikan, pengembangan spesies ikan untuk dikelola
menjadi ikan budidaya dan upaya pelestarian spesies ikan yang akan mengalami
kepunahan di perairan alaminya.
Ikan adalah binatang bertulang belakang (vertebrata) yang hidup dalam air,
berdarah dingin (poikilotherm), umumnya bernapas dengan insang, mempunyai sirip
untuk bergerak dan mempunyai gurat sisi untuk mengatur keseimbangan badannya di
saat ikan tersebut bergerak. Sebagian besar ikan hidup di perairan laut sedangkan
sebagiannya kecilnya lagi hidup di perairan darat.
1.2 TUJUAN
Penyusunan makalah Biologi Perikanan ini antara lain bertujuan:
Untuk mengetahui pengertian Biologi Perikanan
Untuk mengetahui tentang umur ikan
Untuk mengetahui tentang pertumbuhan ikan
1.3 MANFAAT
Manfaat makalah Biologi Perikaanan ini antara lain agar kita:
Dapat mengetahui tentang umur ikan
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Umur Ikan
1. Pengertian Umur Ikan
Umur ikan adalah masa kehidupan yang dapat ditempuh oleh suatu individu
dari suatu spesies ikan sampai saatnya spesies ikan itu mengalami kematian secara
alami atau karena keperluan tertentu maupun disebabkan oleh faktor lainnya.
Pembacaan umur adalah suatu pengetahuan yang cukup menarik dalam
bidang perikanan terutama pembacaan umur pada spesies-spesies ikan yang hidup
secara alami diperairan umum. Karena kita tidak mengetahui pasti kapan suatu
individu ikan itu menetas dari telur, yang dapat kita ketahui adalah beberapa ukuran
panjang tubuh individi ikan itu ketika tertangkap oleh nelayan. Lain halnya dengan
spesies ikan yang dibudidayakan kita mengetahui berapa lama individu ikan tersebut
telah dipelihara dan kalau kita ingin melacak lebih lanjut kita dapat mengetahui kapan
ikan itu menetas dari telurnya. Penelitian tentang umur ikan yang berasal dari
perairan sudah dilakukan sekitar 100 tahun yang lalu.
2.3 Metode Penentuan umur ikan
Metode untuk menentukan umur suatu individu ikan dapat dilakukan melalui 2 cara
yaitu :
1. Cara langsung, yang hanya dapat dilakukan pada individu spesies ikan budidaya.
2. Cara tidak langsung yaitu pada individu spesies ikan yang masih hidup
diperairanalami.
Penentuan umur ikan secara tidak langsung dapat dilakukan melalui 2 carayaitu :
a. Dengan mempelajari tanda-tanda tahunan (Annulus) atau harian (Sirkulus)
padabagian-bagian tubuh yang keras.
b. Metoda prekuensi panjang (metoda petersen) yaitu melalui pengukuran
panjangtubuh ikan, metoda ini biasanya diterapkan pada individu-individu spesies
ikanyang hidup didaerah tropis (Pulungan, 2006).
Pada ikan di daerah tropis walaupun mengalami hidup di dua musim,
kenyataannya suhu lingkungan sekitar tidak begitu mempengaruhi pertumbuhan
sirkulasi pada bagiantubuh yang keras. Jadi tanda tahunan dari hasil susunan sirkuli
yang rapat tidak begitunyata bentuknya (Effendie, 1997).Selain berdasarkan metode
tersebut, untuk menentukan umur ikan juga dapatmenggunakan metode :
4. 1. Tanda tahunan. Tanda tahunan terjadi karena adanya kelambatan pertumbuhan
yang disebabkanoleh musim dingin atau kekurangan makanan atau faktor lain.
Tanda tahunan yangbiasanya digunakan untuk menentukan umur ikan adalah
sisik (squama), operculum,otolith, vertebrae dan jari keras sirip dorsal (Effendie,
1997).
Metoda penentuan umur berdasarkan tanda tahunan pada bagian tubuh yang
kerasbiasanya dilakukan pada daerah subtropis (4 musim). Karena ikan-ikan yang
hidup didaerah subtropis sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya, dimana pada
musim dinginpertumbuhan tubuh ikan hampir terhenti atau lambat sama sekali.
Sehingga mempengaruhipertumbuhan pada sisik (squama), vertebrae, tulang,
operculum, duri sirip dan tulangotolith yang menyebabkan terbentuknya susunan
sirkulasi yang sangat rapat dan akhirnyamembentuk annulus (Effendie, 1997).
Penentuan umur ikan dengan menggunakan tanda tahunan berupa sisik
berdasarkankepada tiga hal, yaitu:
Jumlah sisik ikan tidak berubah dan tetap identitasnya selama hidup.
Pertumbuhan tahunan pada sisik ikan sebanding dengan pertambahan panjang
ikanselama hidupnya.
Hanya satu annulus yang dibentuk pada tiap tahunnya (Effendie, 1997).
2. Metode frekuensi panjang, yaitu dengan metode PetersenMetode Petersen
digunakan untuk ikan dengan masa pemijahan pendek, dimanaterjadi satu kali
satu tahun dan umur ikan tidak panjang. Metode ini tidak cocok untuk ikandengan
masa pemijahan panjang karena menyebabkan terjadi pertumpuan ukuran
dariumur yan berbeda. Ikan yang pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur
lebih tinggi,akan bertumpuk atau mempunyai ukuran sama dengan ikan yang
tumbuhnya lebih cepatpada umur yang lebih rendah (Effendie, 1997).
3. Tagging dan MarkingTagging adalah pemberian tanda berupa benda asing pada
tubuh ikan, dimana padatanda tadi dapat diberi tanda-tanda lain berupa tanggal
nomor atau kode-kode lain (Effendie, 1997).Marking adalah pemberian tanda
pada ikan bukan dengan benda asing melainkandengan jalan menghilangkan
bagian tubuh ikan, misalnya pemotongan sirip (Effendie,1997).
2.4 Metode menghitung umur ikan
Otolit adalah unit mikrostruktur yang digunakan untuk menghitung umur ikan
terdiri dari lapisan-lapisan kristal kalsium karbonat yang mengendap secara periodik
pada matriks organik. Lapisan-lapisan kristal yang mengendap tersebut merupakan
struktur yang tendiri dari 2 bagian (bipartite) dan disebut sebagai zona inkremental.
5. Zona tersebut terdiri dari zona inkremen dan zona diskontinus yang umumnya
terbentuk dalam 24 jam (Campana dan Neilson 1985).
2.4.1 Otolith pada ikan
Otolit terletak di dalam aparatus vestibula. Aparatus ini terbagi menjadi
kantung bagian dorsal yang disebut pars superior, dan kantung bagian ventral yang
disebut pars inferior. Lapili terletak di bagian anterior dari pars superior, sedangkan
sagita dan asteriskus letaknya saling berdekatan yakni berada didalam pars inferior
yang posisinya di bagian tengah dan bawah dan lapili (Gambar 1 A)
.
Kantung-kantung (vestibula) berisi 3 pasang otolith masing-masing
mempunyai nama sendiri yaitu utriculus berisi lapilus, sacculus berisi sagita dan
lagenus berisi asteriscus (Gambar IB), menurut Secor et al. (1991),
Otolith umumnya dikeluarkan dengan cara menyayat bagian kepala (dekat otak)
dengan memakai pinset yang agak halus. Tehnik ini dapat dilakukan untuk semua
ukuran ikan baik dewasa maupun embrio yang masih dalam telur. Setelah otolit
dikeluarkan dari tempatnya, dibersihkan dari jaringan yang menempel dan
dikeringkan, untuk selanjutnya siap untuk dibaca. Untuk ikan-ikan yang berukuran
kecil, cara ini sudah cukup dan inkremen pada otolit dapat langsung dibaca dihitung.
Akan tetapi untuk otolit yang berukuran relatif besar, biasanya dibutuhkan
pengasahan dan pemolesan sebelum dibaca. dua zona, yaitu: 1) Zona kontinus atau
inkremen, yaitu penambahan (deposit) yang terjadi pada periode aktif dan
metabolisme kalsium, dan 2) Zona diskontinus yang mated utamanya berupa matriks
organik (PANELLA 1974; BEAMISH & Me. FARLANE 1990).
2.4.2. Penyimpanan Otolit
Otolit ikan dewasa dapat disimpan dalam bentuk kering di dalam vial atau
botol. Untuk otolit dan ikan-ikan muda, penyimpanan dalam alkohol akan lebih
cocok, sedangkan otolit dari larva ikan, penanganan lebih sulit karena sifatnya yang
rapuh dan mudah pecah. Cara penyimpanan terbaik yaitu dengan meletakkan diobjek-
6. glas dan direkatkan (mounted) dengan media yang tembus pandang (contoh:
permount) dan kemudian ditutup dengan coverslip (BROTHERS 1990).
2.4.3. Aplikasi otolit dalam perikanan
Perubahan yang terjadi pada inkremen otolit dapat menjadi tanda yang sangat
berguna untuk mengetahui suatu kejadian pada saat itu, sehingga melalui inkremen
otolit, dapat diketahui kejadian awal (sejarah) kehidupan dari individu ikan
(PANELLA 1971; 1908; BROTHERS & McFARLAND 1981; VICTOR 1982).
2.4.4. Metode otolit
Otolit sebaiknya diambil dan ikan yang baru mati namun jika tidak
memungkinkan, ikan bisa diawetkan dalam etanol atau dibekukan. Tidak disarankan
untuk menggunakan formalin, karena akan merubah struktur otolit. Untuk ikan
juvenil atau larva, sangat dibutuhkan penanganan yang teliti karena pada stadium ini,
otolit sangat sensitif terhadap perubahan atau degradasi. Metoda yang paling aman
dalam menangani stadium ini adalah dengan mengawetkan dalam etanol 95% atau
dibekukan (BROTHERS 1990). Otolith umumnya dikeluarkan dengan cara menyayat
bagian kepala (dekat otak) dengan memakai pinset yang agak halus. Tehnik ini dapat
dilakukan untuk semua ukuran ikan baik dewasa maupun embrio yang masih dalam
telur. Setelah otolit dikeluarkan dari tempatnya, dibersihkan dari jaringan yang
menempel dan dikeringkan, untuk selanjutnya siap untuk dibaca. Untuk ikan-ikan
yang berukuran kecil, cara ini sudah cukup dan inkremen pada otolit dapat langsung
dibaca/ dihitung.
Akan tetapi untuk otolit yang berukuran relatif besar, biasanya dibutuhkan
pengasahan dan pemolesan sebelum dibaca.Otolit sebaiknya diambil dan ikan yang
baru mati namun jika tidak memungkinkan, ikan bisa diawetkan dalam etanol atau
dibekukan. Tidak disarankan untuk menggunakan formalin, karena akan merubah
struktur otolit. Untuk ikan juvenil atau larva, sangat dibutuhkan penanganan yang
teliti karena pada stadium ini, otolit sangat sensitif terhadap perubahan atau
degradasi. Metoda yang paling aman dalam menangani stadium ini adalah dengan
mengawetkan dalam etanol 95% atau dibekukan (BROTHERS 1990).
Otolith umumnya dikeluarkan dengan cara menyayat bagian kepala (dekat
otak) dengan memakai pinset yang agak halus. Tehnik ini dapat dilakukan untuk
semua ukuran ikan baik dewasa maupun embrio yang masih dalam telur. Setelah
otolit dikeluarkan dari tempatnya, dibersihkan dari jaringan yang menempel dan
dikeringkan, untuk selanjutnya siap untuk dibaca. Untuk ikan-ikan yang berukuran
kecil, cara ini sudah cukup dan inkremen pada otolit dapat langsung dibaca/ dihitung.
Akan tetapi untuk otolit yang berukuran relatif besar, biasanya dibutuhkan
7. pengasahan dan pemolesan sebelum dibaca.Otolit bersifat spesies spesifik dan terdiri
dari 3 pasang yang masing masing mempunyai perbedaan karakteristik tersendiri
yang mempengaruhi kegunaan dalam menentukan umur. Pasangan terbesar disebut
sagita, diikuti oleh lapilus sedangkan pasangan terkecil disebut asteriskus (Gambar
2). Untuk menentukan umur ikan, otolit yang sering digunakan adalah sagita dan
lapilus. Sagita umumnya mempunyai inkremen yang lebar, sehingga lebih sering
dipilih untuk menentukan umur ikan yang pertumbuhannya lambat (ikan yang
berumur panjang). Sedangkan inkremen pada lapilus umumnya lebih sempit,
sehingga membutuhkan keakuratan yang tinggi dalam membacanya.
8. BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam mengetahui umur ikan dilakukan dengan 2 metode, metode langsung
dan tidak langsung. Metode langsung hanya dilakukan pada ikan budidaya,
sedangkan metode tidak langsung dilakukan pada ikan yang hidup diperairan umum.
Metode tidak langsung dilakukan dengan metode frekuensi panjang (metode
Petersen) yaitu dengan mengukur ukuran panjang tubuh ikan ; metode ototlith yaitu
dengan mengamati tulang otolith yang terdapat pada bagian kepala bagian dalam di
bawah mikroskop electron.
3.2. SARAN
Kami menyarankan kepada praktikan yang lain, selama melakukan praktikum
hendaknya bekerja dengan serius dan benar-benar memperhatikan objek yang
dipraktikumkan, agar hasil yang didapat benar-benar akurat.
9. DAFTAR PUSTAKA
Campana, S.E., and J.D. Neilson. 1985. Microstructure offish otoliths. Can. J. Fish.
Aquat. Sci. 42: 1014-1032
Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara:
Yogyakarta.
Pulungan, C. P., et al. 2006. Biologi Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.Univesitas Riau: Pekanbaru.