2. [Type text]
Akuntansi Perpajakan Aktiva Tetap
Aktiva Tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
A. JENIS AKTIVA TETAP
1. Tanah
Prinsip akuntansi tidak berbeda dalam ketentuan yang berlaku dalam ketentuan
untuk perpajakan dalam perlakua aktiva tetap tanah. Nilai tanah harus
dipisahkan dari bangunan. Untuk keperluan perpajakan harga tanah meliputi
biaya pembelian dan pemotonagn tanah. Biaya pengurusan izin, pemindahan
atau perpanjangan hak dikelompokan kedalam harta berwujud. Apabila biaya
pembelian tanah tidak dapat dipisahkan dari biaya pengurusan perizinan hak,
seluruh biaya tersebut dibukukan sebagai harga tanah.
2. Gedung atau Bangunan
Gedung adalah golongan aktiva yang umurnya terbatas sehingga harus
disusutkan. Nilai gedung dalam neraca dicatat sesuai dengan harga
perolehanya
3. Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan disajikan dalam neraca sesuai dengan harga perolehanya.
Yang termasuk dalam harga perolehan aktiva tetap adalah ialah biaya-biaya
yang digolongkan kedalam belanja modal.
Baik menurut akuntansi maupun ketentuan perpajakan nilai aktiva tetap tidak boleh
dibebankan sekaligus sebagai biaya. Pembebanannya dilakukan melalui alokasi
secara berangsur-angsur dengan cara penyusutan atau amortisasi.
Syarat aktiva tetap menurut perpajakan harus memenuhi kriteria berikut :
1. Dimiliki dan digunakan dalam usaha atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan, dengan suatu masa manfaat yang
lebih dari satu tahun.
2. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal.
B. AKTIVA TETAP MENURUT KETENTUAN PERPAJAKAN
Ketentuan perpajakan mengelompokkan aktiva tetap sbb :
1. Aktiva tetap yg dapat disusutkan (depreciable assets)
Misalnya: gedung atau bangunan, mesin & peralatan.
3. [Type text]
a) Gedung
Nilai gedung disajikan dalam neraca adalah sebesar harga perolehan.
Pembelian (Harga beli, biaya perbaikan,biaya balik nama dll)
Di bangun sendiri (Harga kontrak, biaya pengawasan, biaya arsitek, biaya
bunga pinjaman, biaya asuransi) / seluruh biaya yang terjadi berkenaan
dengan pembangunan tersebut hingga siap digunakan.
Baik akuntansi maupun perpajakan biaya bunga yang dikeluarkanuntuk
membangun suatu proyek, bunga tersebut dapat dikapitalisasikan
Dalam prinsip akuntansi, biaya aktiva baru meliputi biaya bongkar dan harga
penggantian aktiva yang lama, yang merupakan pengorbanan yang harus
diperhitungkan sebagai biaya yang harus dikapitalisasi.
Dalam perpajakan nilai sisa buku harta lama yang dibongkar tidak
dikapitalisasi ke nilai perolehan harta baru, tetapi dibiayakan pada tahun
pajak ybs.
b) Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan kantor (mesin tulis, foto copy, meja dan kursi kantor dll)
Mesin dan peralatan disajikan dineraca adalah sebesar H. Perolehan (H. Beli,
bea masuk, PPN, ongkos angkut, biaya asuransi, biaya pemasangan dan by.
percobaan)
2. Aktiva tetap tidak dapat disusutkan (non-depreciable assets)
Misalnya : Tanah, kecuali tanah yang dipakai dalam proses pembuatan produk
seperti pada industri keramik, gerabah, batu bata atau genteng.
Nilai tanah disajikan dalam neraca adalah sebesar harga perolehan (Harga beli,
biaya balik nama, notaris, biaya pematangan tanah, biaya pengurusan surat ijin)
Dalam akuntansi hasil penjualan dari benda-benda yang diperoleh dari
pekerjaan pematangan tanah, misalnya : bekas bangunan, tanah urukan, dll
dipandang sebagai pengurang nilai perolehan tanah ybs.
Dalam perpajakan kasus ini belum diatur secara jelas, penjualan benda-
benda tersebut tidak mengurangi harga perolehan harta, hasil penjualannya
merupakan objek pajak yang dikenakan PPh.
C. PEROLEHAN AKTIVA
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara :
1. Pembelian (tunai, kredit, angsuran)
2. Capital lease (SGU Modal)
3. Pertukaran
4. [Type text]
4. Pembangunan sendiri
5. Hibah / pemberian
1. Pembelian aktiva
Aktiva yang diperoleh dengan pembelian di catat sejumlah :
Harga beli + biaya-biaya (PPN yg tidak dapat dikreditkan, biaya transportasi, biaya
pemasangan, jasa professional).
Harga beli aktiva antar pihak yg mempunyai hub istimewa dapat di hitung kembali
sesuai dengan harga pasar (wajar)
2. Perolehan dengan SGU Modal
Yang di maksud dengan leasehold : hak dari penyewa untuk menggunakan aktiva
tetap dalam suatu perjanjian sewa menyewa. Cara ini tidak menambah aktiva
pemakai, karena hak pemilikan tetap berada ditangan pemiliknya.
Penyusutan barang modal yang pengadaannya melalui perjanjian SGU dengan hak
opsi (financial leasing) dilakukan oleh lesse, meski menurut menurut hukum masih
milik lessor.
Apabila sewa di bayar setiap periode maka biaya sewa dibebankan dalam periode
terjadinya.
Jika sewa di bayar di muka untuk beberapa tahun ada 2 perlakuan :
Diperlakukan sebagai sewa di bayar di muka yg termasuk dlm aktiva lancar,
perlakuan ini apabila biaya sewa dibayar untuk beberapa periode yang relatif
tidak lama.
Diperlakukan sebagai aktiva tetap tidak berwujud jika sewa yang di bayar
dimuka untuk beberapa periode yang relatif lama.
3. Perolehan dengan pertukaran
Aktiva tetap dapat diperoleh melalui pertukaran dengan :
Aktiva non moneter (baik sejenis / bukan)
Sekuritas (obligasi / saham sendiri / emisi badan lain)
Selisih N.B aktiva lama dengan harga perolehan aktiva baru dari pertukaran aktiva
bukan sejenis harus di akui sebagai rugi / laba. Untuk aktiva sejenis pengakuan itu
ditangguhkan sampai saat aktiva baru di lepas kembali.
Pertukaran dengan sekuritas emisi sendiri (obl / saham) menimbulkan agio / disagio.
Pertukaran dalam hal ada hubungan istimewa
Pada pasal 10 ayat (1) UU PPh jika terjadi penjualan harta antara 2 pihak yang
mempunyai hubungan istimewa harga perolehannya adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan. Selisih Harga pasar dengan Nilai buku harta yang
dipertukarkan merupakan PKP.
Pertukaran aktiva dengan saham (emisi) perusahaan sendiri sebagai penyertaan
modal.
5. [Type text]
4. Perolehan dengan membangun sendiri
Praktek akuntansi komersial menyatakan harga perolehan aktiva tetap yang di
bangun sendiri meliputi : seluruh biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
pembangunan aktiva tersebut hingga siap dipergunakan. Dalam hal ini akuntansi
menghadapi masalah mengenai beban overhead (listrik, asuransi, pajak,
penyusutan, adm) ke dalam biaya proyek.
Cara untuk menyelesaian masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a) Semua biaya overhead dibebankan kedalam biaya proyek, hal ini tidak
realistis karena hanya sebagian biaya overhead yang digunakan untuk
proyek.
b) Sebagian saja biaya overhead yang dibebankan ke proyek, dengan
pembebanan proporsional
c) Yang dibebankan biaya tambahan saja, biaya overhead yang bersifat biaya
tetap tidak dibebankan. Jika pekerjaan proyek tidak ada bagaimanapun biaya
tetap akan terjadi.
5. Perolehan dengan hibah / pemberian
Aktiva tetap yang diperoleh karena hibah / pemberian di catat sebesar harga
taksiran / harga pasar, dengan mengkredit “Modal Donasi”
Jika terjadi penyerahan harta karena hibah, bantuan, sumbangan yang memenuhi
syarat (tidak ada hubungan usaha) nilai perolehan bagi pihak yang menerima harta
adalah sisa buku harta dari pihak yang melakukan penyerahan.
Jika terjadi penyerahan harta karena hibah, bantuan, sumbangan antara pihak yang
mempunyai hubungan usaha, maka nilai perolehan bagi pihak yang menerima harta
adalah harga pasar.
D. REVALUASI HARTA BERWUJUD
Revaluasi hanya diperkenankan apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur
biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga. Atas selisih revaluasi aktiva
dikenakan pajak dengan tarif tersendiri dengan keps Men Keu sepanjang tidak
melebihi tariff tertinggi yaitu antara 10% s/d 30%.
Selisih revaluasi aktiva tersebut merupakan laba dan harus kena pajak.Alasan
revaluasi karena terjadi perubahan nilai tukar rupiah (devaluasi)
Selisih penilaian kembali ini harus dibukukan langsung sebagai kenaikan modal dan
tidak boleh diperlakukan sebagai laba luar biasa.
E. PENYUSUTAN
Penyusutan adalah penurunan nilai aktiva yang disebabkan oleh berkurangnya
manfaat potensial dari aktiva ybs yang diperkirakan terjadi pada periode kegiatan
usaha yang berjalan, atau proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi
biaya (cost allocation).
6. [Type text]
Umur aktiva adalah masa pemakaian aktiva dalam usaha.
Umur aktiva dapat dilihat dari umur teknis dan umur ekonomis
Umur teknis :umur aktiva sesuai dengan kreteria teknis aktiva
Umur Ekonomis:jangka waktu pemanfaatannya secara ekonomis.
PSAK membedakan antara penyusutan (depresiasi) dengan penghapusan (write
off).
Depresiasi menunjuk kepada alokasi nilai (penurunan nilai secara gradual)
Penghapusan (write off) menunjuk kepada peniadaan (penghilangan) nilai
suatu aktiva tetap dari pembukuan. Penghapusan dilakukan apabila nilai
buku aktiva di anggap tidak lagi menggambarkan manfaat keekonomiannya.
Aktiva tetap perusahaan :
Aktiva tetap berwujud
Sumber alam (wasting assets)
A tetap tidak berwujud (intangible assets
Untuk mempertemukan penghasilan dan biaya harga perolehan aktiva perlu
ialokasikan pada periode yang mendapat manfaat dari assets tersebut.
Proses alokasi aktiva berwujud di sebut Depresiasi
Proses alokasi sumber daya alam di sebut Deplesi
Proses alokasi aktiva tidak berwujud di sebut Amortisasi
F. METODE PENYUSUTAN
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan
menurut kreteria sbb :
1. Berdasarkan waktu
a) Garis lurus (Straight-line method)
b) Pembebanan menurun
Jumlah angka tahun (sum of the years digits method)
Saldo menurun / saldo menurun ganda (declining / double declining
method)
2. Berdasarkan penggunaan :
a) Jam jasa (service hours method)
b) Jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan kreteria lainnya
a) Berdasarkan jenis dan kelompok (group & composite method)
b) Anuitas (annuity method)
7. [Type text]
c) Sistem persediaan (inventory systems)
G. METODE PENYUSUTANMENURUT PAJAK
Metode penyusutan yg dibolehkan dalam ketentuan fiskal adalah :
1. Straight-line method
2. Declining balance method
Menurut Undang-undang Pajak Penghasilan, penyusutan atau deperesiasi
merupakan konsep alokasi harga perolehan harta tetap berwujud. Untuk
menghitung besarnya penyusutan harta tetap berwujud dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:
1. Harta berwujud yang bukan berupa bangunan.
2. Harta berwujud yang berupa bangunan.
Harta berwujud yang bukan bangunan terdiri dari empat kelompok, yaitu:
1. Kelompok 1: kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 4 tahun.
2. Kelompok 2: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 8 tahun.
3. Kelompok 3: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 16 tahun.
4. Kelompok 4: kelompok harta terwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 20 tahun.
Harta terwujud yang berupa bangunan dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Permanen: masa manfaatnya 20 tahun.
2. Tidak permanen: bangunan yang bersifat sementara, terbuat dari bahan
yang tidak tahan lama, atau bangunan yang dapat dipindah-pindahkan.
Masa manfaatnya tidak lebih dari 10 tahun.
Metode penyusutan yang dipergunakan adalah metode garis lurus (straight line
method) dan metode saldo menurun (declining balance method). Wajib pajak
diperkenankan untuk memilih salah satu metode untuk melakukan penyusutan.
Metode garis lurus diperkenankan dipergunakan untuk semua kelompok harta tetap
terwujud. Sedangkan metode saldo menurun hanya diperkenankan digunakan untuk
kelompok harta berwujud bukan bangunan saja.
Tabel berikut menggambarkan kelompok harta berwujud, metode, serta tarif
penyusutannya:
8. [Type text]
Kelompok Harta
Berwujud
Masa Manfaat Tarif Depresiasi
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen 10 tahun 10% -
Dengan ijin Direktur Jenderal pajak, penyusutan dapat dimulai pada bulan harta
berwujud mulai digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan. Menurut akuntansi
ada 4 faktor yang harus dipertimbangkan dalam penghitungan besarnya biaya
penyusutan suatu aktiva, yaitu:
1. Nilai Perolehan Aktiva
2. Nilai residu
3. Dasar penyusutan
4. Umur aktiva
Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam ketentuan fiskal, yakni :
Metode garislurus
Pada metode penyusutan garis lurus, biaya penyusutan aktiva dialokasikan ke tiap-
tiap tahun dengan jumlah yang sama. Tarif amortisasi : 25%, 12.5%, 6.25%, 5%.
Contoh:
PT. Jaya Abadi membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta
berwujud seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan
atas biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode garis lurus adalah
sebagai berikut :
Tahun
Harga
Perolehan
%Penyusutan Biaya Penyusutan Nilai Sisa Buku
9. [Type text]
2009 Rp. 100.000.000 25% Rp. 12.500.000 Rp. 87.500.000
2010 25% Rp. 25.000.000 Rp. 62.500.000
2011 25% Rp. 25.000.000 Rp. 37.500.000
2012 25% Rp. 25.000.000 Rp. 12.500.000
2013 25% Rp. 12.500.000 Rp. 0
Keterangan :
Untuk tahun 2009 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 25% x biaya
perolehan, karena pembelian dimulai pada bulan Juli 2009 sehingga biaya yang
diperkenankan hanya dari bulan Juli 2009 sampai Desember 2009 yaitu selama 6
bulan.
Untuk tahun 2013 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 25% x biaya
perolehan, karena sisa masa manfaat hanya untuk bulan Januari 2011 sampai Juni
2011 yaitu selama 6 bulan.
Metode saldo menurun (declining balance method)
Dasar penyusutan adalah nilai sisa buku fiskal. Penyusutan dengan metode saldo
menurun adalah penyusutan dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara
menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku. Cara perlakuan nilai sisa buku
suatu aktiva tetap pada akhir masa manfaat yang disusutkan dengan metode saldo
menurun adalah nilai sisa buku suatu aktiva pada akhir masa manfaat yang
disusutkan dengan metode saldo menurun harus disusutkan sekaligus.
Contoh :
PT. Jaya Abadi membeli sebuah aktiva yang termasuk dalam kelompok I harta
berwujud seharga Rp.100.000.000 pada tanggal 10 Juli 2009, maka pembebanan
atas biaya penyusutan aktiva tersebut berdasarkan metode saldo menurun adalah
sebagai berikut :
Tahun Harga Perolehan %Penyusutan
Biaya
Penyusutan
Nilai Sisa Buku
2009 Rp. 100.000.000 50% Rp. 25.000.000 Rp. 75.000.000
2010 50% Rp. 32.500.000 Rp. 32.500.000
2011 50% Rp. 16.250.000 Rp. 16.250.000
2012 50% Rp. 8.125.000 Rp. 8.125.000
2013
Disusutkan
sekaligus
50% Rp. 8.125.000 Rp. 0
10. [Type text]
Keterangan :
Untuk tahun 2009 biaya penyusutan dihitung berdasarkan 6/12 x 50% x biaya
perolehan, karena pembelian dimulai pada bulan Juli 2009 sehingga biaya yang
diperkenankan hanya dari bulan Juli 2009 sampai Desember 2009 yaitu selama 6
bulan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/8790158/AKUNTANSI_P
ERPAJAKAN_AKTIVA_TETAP