Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses perkuliahan Termodinamika dan peningkatan hasil belajar mahasiswa dengan mengintensifkan penggunaan tes formatif melalui pembelajaran kooperatif bermodul. Hasilnya menunjukkan peningkatan kualitas proses pembelajaran, peningkatan hasil belajar mahasiswa, dan respon mahasiswa yang positif terhadap strategi pembelajaran yang digunakan.
1. ISSN 0215 - 8250
PENINGKATAN KUALITAS PERKULIAHAN TERMODINAMIKA
DENGAN MENGINTENSIFKAN PENGGUNAAN TES FORMATIF
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERMODUL
oleh
Made Pujani
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
A B S T R A K
Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) kualitas proses perkuliahan
Termodinamika dan (2) hasil belajar mahasiswa dalam perkuliahan
Termodinamika dengan mengintensifkan penggunaan tes formatif melalui
pembelajaarn kooperatif bermodul. Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas. Data tentang proses perkuliahan digali melalui aktivitas belajar
mahasiswa dan dikumpulkan dengan metode observasi, data hasil belajar
mahasiswa dikumpulkan dengan metode tes, dan data respon mahasiswa
dikumpulkan dengan angket. Selanjutnya, data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif. Temuan penelitian ini adalah kualitas proses
pembelajaran membaik dan hasil belajar mahasiswa mengalami
peningkatan, sedangkan respon mahasiswa terhadap strategi perkuliahan
yang diterapkan positif.
Kata kunci : tes formatif, pembelajaran bermodul, pendekatan pembelajaran
kooperatif
ABSTRACT
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
20
2. ISSN 0215 - 8250
This research aimed to show: (1) the quality of Termodynamics
teaching-learning process, and (2) the student achievement by using the
formative test intensification trough the module cooperative teaching and
learning. The research was a class room action research. The data were
collected by observation, test and questionaire. Then the data were analyzed
by using descriptive statistics. The results showed that the quality of
Termodynamics teaching learning process was increased, the students
achievement were improved, and their respons to the teaching and learning
strategy was positive.
Key words : formative test, instructional module, cooperative teaching and
learning approach
1. Pendahuluan
Dari pengalaman mengajar dapat diketahui bahwa mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika umumnya masih banyak mengalami kesulitan
dalam memahami konsep-konsep fisika. Oleh karena itu, diperlukan adanya
pembenahan secara menyeluruh seperti peningkatan kualitas proses
perkuliahan. Dalam pelaksanaan perkuliahan Termodinamika, upaya
perbaikan proses pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini disebabkan oleh
pencapaian hasil belajar mahasiswa dalam mata kuliah ini masih relatif
rendah. Hanya sekitar 15 % mahasiswa yang mampu memperoleh nilai A
dan B.
Hasil wawancara dengan mahasiswa yang telah pernah mengikuti
perkuliahan Termodinamika secara umum menunjukkan bahwa mahasiswa
kurang termotivasi dalam mengikuti perkuliahan ini dan menilai materi
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
21
3. ISSN 0215 - 8250
mata kuliah Termodinamika banyak mengandung perumusan matematis
dan perhitungan sehingga dipandang sebagai mata kuliah yang sulit. Di sisi
lain, mahasiswa sangat menyadari pentingnya penguasaan Termodinamika
karena akan memudahkan penguasaan mata kuliah lainnya terutama yang
menjadikan Termodinamika sebagai prasyarat. Namun, mereka sering
mengeluhkan, terutama setelah selesai ujian, bahwa mereka memahami
semua teori yang diajarkan tetapi tidak bisa memecahkan setiap soal yang
dihadapinya. Ungkapan ini mengindikasikan bahwa pemahaman mahasiswa
terhadap perkuliahan ini kurang mendalam. Hal ini tentu berimplikasi pada
rendahnya hasil belajar pada mata kuliah Termodinamika yang dicapai
mahasiswa.
Hasil evaluasi diri tim pengajar mata kuliah Termodinamika
menunjukkan bahwa, dalam perkuliahan, mahasiswa cenderung menunggu
informasi dari dosen. Sangat jarang mahasiswa melakukan diskusi
kelompok untuk memecahkan masalah. Hasil belajar mahasiswa selama ini
hanya diukur melalui ujian tengah semester (UTS), tugas, dan ujian akhir
semester (UAS). Mahasiswa sangat jarang diberi tes formatif. Padahal,
hasil tes formatif dapat dijadikan sebagai umpan balik bagi dosen untuk
perbaikan proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam sistem evaluasi,
dosen perlu mengintensifkan penggunaan tes formatif. Tes formatif yang
dilakukan secara sistematis diharapkan dapat memperbaiki kualitas proses
pembelajaran yang pada gilirannya bermuara pada peningkatan hasil belajar
mahasiswa. Tes sebagai alat pengukur dan penilaian hasil belajar dapat
memiliki manfaat, antara lain, sebagai diagnosis dan remedial untuk
mengukur kekuatan dan kelemahan seseorang dalam rangka memperbaiki
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
22
4. ISSN 0215 - 8250
penguasaan atau kemampuan dalam suatu program pendidikan tertentu
(Asmawi dan Noehi, 1993).
Di samping itu, keadaan mahasiswa di Jurusan pendidikan Fisika
masih sangat heterogen dalam hal jenis kelamin, bakat, kecepatan belajar,
dll. Penerapan modul dalam pembelajaran sangat memberikan peluang
yang baik bagi pembelajaran pada usia dewasa dan dapat mengatasi
perbedaan terutama dalam kecepatan belajar siswa (Tjipto Utomo dan Kies
Ruijter, 1990). Hasil penelitian terdahulu (Richard Duschl, 1993)
menemukan bahwa penggunaan modul dalam pembelajaran konsep
kesetimbangan kimia dapat mengubah miskonsepsi mahasiswa menuju
konsep ilmiah. Demikian pula hasil penelitian oleh Santyasa (1998)
menemukan bahwa penerapan modul dalam perkuliahan fisika dapat
meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Dalam seting kelas, mahasiswa lebih banyak belajar dari teman
yang satu ke yang lain daripada dosennya. Model pembelajaran kooperatif
memanfaatkan kecenderungan mahasiswa untuk berinteraksi dan memiliki
dampak positif terhadap mahasiswa yang rendah hasil belajarnya (Nur,
1996). Slavin (1994) dalam Wahyu Widada (1998) menyatakan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif dapat menghasilkan pemikiran
dan tantangan pengubahan miskonsepsi mahasiswa. Di lain pihak, Samani
(1996) menyatakan bahwa jika mahasiswa memiliki keterampilan
kooperatif tingkat mahir, maka mereka akan memiliki kemampuan
mengelaborasi suatu konsep yang akan menghasilkan suatu pemahaman
lebih dalam dan hasil belajar yang lebih tinggi yang pada akhirnya akan
menumbuhkan motivasi positif dan sikap yang lebih baik. Model
pembelajaran kooperatif konstruktivistik menerapkan strategi pembelajaran
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
23
5. ISSN 0215 - 8250
dengan model elaborasi sebagai strategi pengorganisasian materi ajar,
menurut Degeng (1989), ternyata lebih efektif, lebih mudah dipelajari, lebih
menarik, dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan tindakan perbaikan
proses pembelajaran dengan mengintensifkan penggunaan tes formatif
melalui pembelajaran kooperatif bermodul untuk meningkatkan kualitas
perkuliahan Termodinamika di Jurusan Pendidikan Fisika. Dalam seting
kelas, perkuliahan dilakukan melalui kerja kooperatif yang difasilitasi
modul dan LKM model pemecahan masalah.
Secara eksplisit dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut. (1) Seberapa jauh pemberian tindakan dengan mengintensifkan
penggunaan tes formatif melalui pembelajaran kooperatif bermodul dapat
meningkatkan kualitas proses perkuliahan Termodinamika? (2) Seberapa
jauh pemberian tindakan dengan mengintensifkan penggunaan tes formatif
melalui pembelajaran kooperatif bermodul dapat meningkatkan hasil
belajar mahasiswa? (3) Bagaimana respon mahasiswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran Termodinamika dengan mengintensifkan
penggunaan tes formatif melalui pembelajaran kooperatif bermodul?
Sejalan dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini
adalah (1) untuk memperbaiki kualitas proses perkuliahan Termodinamika
dengan mengintensifkan penggunaan tes formatif melalui pembelajaran
kooperatif bermodul, (2) untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa
dengan mengintensifkan penggunaan tes formatif melalui pembelajaran
kooperatif bermodul, (3) untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran Termodinamika dengan mengintensifkan
penggunaan tes formatif melalui pembelajaran kooperatif bermodul.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
24
6. ISSN 0215 - 8250
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
langsung bagi dosen yang terlibat dalam penelitian ini dalam merancang
dan menerapkan model pembelajaran dengan mengintensifkan penggunaan
tes formatif melalui pembelajaran kooperatif bermodul. Memberi
pengalaman langsung bagi mahasiswa untuk berani mengungkapkan
ide/pendapatnya dalam diskusi kelompok dapat meningkatkan motivasi dan
aktivitas belajarnya yang akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar
yang dicapai. Di samping itu, pembelajaran kooperatif juga diharapkan
dapat mengurangi sifat egosentris mahasiswa dengan terlibat aktif dalam
masing-masing kelompoknya untuk memperoleh pengetahuan.
Kerangka konseptual penelitian ini dibangun dari konsep bahwa
penilaian hasil belajar adalah suatu kegiatan yang tak terpisahkan dengan
proses pembelajaran. Penilaian merupakan suatu proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Secara garis besar, penilaian dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
penilaian formatif dan penilaian sumatif (Asmawi dan Noehi, 1993).
Penilaian formatif dimaksudkan untuk memantau sejauh mana suatu
proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
sedangkan penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit pembelajaran
berikutnya. Manfaat penilaian di dalam pendidikan baik yang diperoleh
melalui tes maupun nontes adalah sebagai diagnosis dan remidial, umpan
balik, motivasi dan pembimbing belajar, perbaikan kurikulum dan program
pendidikan, dan pengembangan ilmu. Sebagai diagnosis dan remidial, tes
dapat dipakai untuk mengukur kekuatan dan kelemahan mahasiswa sebagai
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
25
7. ISSN 0215 - 8250
peserta didik dalam kerangka memperbaiki penguasaan atau kemampuan
dalam suatu program pembelajaran tertentu.
Sebagai salah satu alternatif untuk lebih memudahkan mahasiswa
dalam belajar, dapat dipilih pendekatan pembelajaran kooperatif yang
merupakan suatu model pendekatan pembelajaran dengan penekanan pada
aspek sosial dan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari
4-6 mahasiswa yang sederajat tetapi heterogin untuk menghasilkan
pemikiran dan tantangan miskonsepsi sebagai unsur kuncinya (Slavin, 1994
dalam Wahyu Widada, 1998). Ini berarti bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan pembelajaran yang didasarkan pada paham konstruktivisme
yang mengasumsikan bahwa mahasiswa akan lebih mudah mengkonstruksi
pengetahuannya, lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan
konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang
dihadapinya dengan temannya (Erni Maidiyah, 1989 dalam Nur, 1996).
Tujuan dibentuk kelompok kecil dalam mengimplementasikan
model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan peluang kepada
mahasiswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah (a) setiap anggota memiliki peran, (b)
terjadi interaksi langsung antar anggota, (3) setiap anggota bertanggung
jawab atas belajarnya, (d) dosen membantu mahasiswa dalam
mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, (e) dosen hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin, 1993 dalam Wahyu
Widada, 1998).
Dari teori perkembangan kognitif dapat diturunkan asumsi bahwa
interaksi antar mahasiswa dalam tugas-tugas yang sesuai akan
meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit,
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
26
8. ISSN 0215 - 8250
sedangkan dari teori elaborasi kognitif dapat diturunkan asumsi apabila
informasi harus ditinggalkan dalam memori dan terkait dengan informasi
yang telah ada dalam memori tersebut, maka mahasiswa harus terlibat
dalam beberapa macam kegiatan restruktur (elaborasi kognitif) atas suatu
materi. Sebagai contoh, membuat ikhtisar dari suatu perkuliahan lebih baik
dibandingkan membuat catatan. Sebab untuk dapat membuat ikhtisar,
mahasiswa harus memiliki kemampuan mereorganisasi dan memilih materi
yang penting. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah
menjelaskan materi tersebut kepada orang lain (Nur, 1996 dalam Wahyu
Widada, 1998).
Jika kemampuan mahasiswa berbeda-beda (kecerdasan, bakat, dan
kecepatan belajar), maka perlu diadakan pengaturan dalam pengorganisasi
materi, sehingga semua mahasiswa dapat mencapai dan menguasai materi
pelajaran sesuai dengan yang telah ditargetkan dalam waktu yang
disediakan. Salah satu pengaturan yang dimaksud di atas, di samping cara
mengorganisasi materi pelajaran, juga cara-cara mengajar yang disesuaikan
dengan pribadi individu masing-masing mahasiswa. Bentuk pelaksanaan
cara mengajar yang demikian adalah membagi-bagi bahan pelajaran dalam
unit-unit pelajaran yang masing-masing bagian meliputi satu atau beberapa
pokok bahasan. Bagian-bagian materi ajar tersebut selanjutnya disebut
paket materi ajar atau modul. Jadi, modul adalah suatu cara/strategi
pengorganisasian materi pelajaran yang harus memperhatikan semua fungsi
pendidikan.
Modul yang akan diterapkan dalam penelitian ini memiliki ciri-ciri
berikut. (1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar. (2) Pengetahuan
disusun dalam suatu kerangka yang bertolak dari miskonsepsi yang dibawa
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
27
9. ISSN 0215 - 8250
mahasiswa tentang Fisika dengan memperhatikan kaitan antara konsepsi
mahasiswa dengan konsepsi ilmiah melalui suatu model logika matematika.
(3) Formula matematika yang diperlukan dalam menganalisis suatu konsep
fisika dibuat sedemikian sehingga dapat menggiring partisipasi mahasiswa
secara aktif. (4) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan. (5)
Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran. (6)
Memberi peluang bagi perbedaan antar individu mahasiswa. (7) Mengarah
pada suatu tujuan belajar tuntas.
Dalam mengakomodasi perbedaan antara konsepsi mahasiswa dan
konsep-konsep yang disajikan dalam modul, mereka biasanya
menggunakan beberapa strategi, sebagai berikut. (1) Mahasiswa membaca
untuk mengubah konsepsinya. (2) Berpegang pada pengetahuan awal
mereka dan berusaha mengubah konsep-konsep yang terkandung dalam
materi ajar pada modul yang tidak sesuai dengan konsepsi mereka. (3)
Berpegang pada fakta-fakta yang ada pada modul ditambah dengan dugaan-
dugaan pengetahuannya dan memisahkan pengetahuan awal mereka dengan
pengetahuan yang terdapat didalam paket materi ajar atau modul. (4)
Berpegang pada pengetahuan awal dan mengabaikan pengetahuan yang ada
pada paket materi ajar.
Dalam pelaksanaannya, scenario pembelajaran dengan
menggunakan modul memiliki perencanaan berikut ini. (1) Modul
dibagikan kepada mahasiswa paling lambat dua hari sebelum perkuliahan.
(2) Penterapan modul dalam perkuliahan menggunakan model
konstruktivis. (3) Evaluasi dilakukan pada akhir satu unit pembelajaran/
satu modul. (4) Hasil evaluasi dibagikan sedini mungkin sehingga dapat
diketahui pada modul yang mana mahasiswa telah berhasil dan pada bagian
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
28
10. ISSN 0215 - 8250
modul yang mana mereka belum berhasil. (5) Memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengulang pada salah satu modul atau beberapa modul
yang belum dikuasai.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diyakini bahwa penterapan
modul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep
ilmiah. Sehingga pada gilirannya hasil belajar mereka dapat ditingkatkan
seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Hasil
penelitian terdahulu oleh Santyasa dkk. (1995) menunjukkan bahwa
penterapan modul berupa paket materi ajar dalam pembelajaran Vektor
satuan dan aplikasinya dalam analisis gerak dapat meningkatkan motivasi
mahasiswa dan hasil belajar mahasiswa. Oleh karena itu, bila penggunaan
modul ini dipadukan dengan mengintensifikan penggunaan tes formatif,
maka miskonsepsi yang timbul segera dapat diketahui untuk diperbaiki
pada setiap akhir satu unit pembelajaran. Hal ini akan menjadi lebih efektif
dan efisien bila pembahasan modul tersebut dilakukan secara kooperatif
dalam kelompok-kelompok kecil, sehingga intensifikasi penggunaan tes
formatif melalui pembelajaran kooperatif bermodul diyakini akan dapat
meningkatkan kualitas hasil dan proses belajar mahasiswa.
2. Metode Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika IKIP Negeri Singaraja tahun akademik 2004/2005 sebanyak 18
orang. Objek penelitian adalah (1) hasil belajar, (2) proses pembelajaran ,
dan (4) respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang diterapkan.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus 1 mencakup materi Sistem dan
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
29
11. ISSN 0215 - 8250
Lingkungan, Hukum ke Nol Termodinamika, Persamaan Keadaan dan
Usaha; sedangkan siklus 2 mencakup materi Kalor, Hukum I
Termodinamika, Persamaan Energi, Energi Dalam dan Entalphi.
Prosedur penelitian untuk setiap siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta tahap refleksi
tindakan.
a. Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah menyiapkan
SAP, menyusun modul dan LKM pembelajaran, menyusun instrumen
penelitian seperti paket latihan soal, tes formatif, tes hasil belajar dan
pedoman observasi siswa.
b. Langkah-langkah pembelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan adalah
membentuk kelompok diskusi, membagikan modul dilengkapi dengan
LKM; melakukan kerja kelompok dengan mempelajari dan memahami
isi modul dan LKM; melakukan diskusi/tanya jawab dan mengerjakan
soal-soal latihan secara berkelompok; memberi kesempatan kepada
salah satu wakil kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya di
depan kelas; menyimpulkan hasil kegiatan serta memperbaiki
kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi; memberi tugas-tugas dan
latihan soal setiap akhir pembelajaran; memberikan tes formatif pada
setiap akhir satu unit pembelajaran; mengembalikan hasil tes formatif
atau tugas atau latihan soal dengan menambahkan catatan kecil sebagai
umpan balik kepada mahasiswa sebelum pelajaran unit baru dimulai;
Memberi remidial kepada mahasiswa yang belum berhasil menguasai
unit pelajaran yang telah diajarkan di luar jam kuliah dalam bentuk
tutorial
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
30
12. ISSN 0215 - 8250
c. Observasi dilakukan pada setiap kegiatan pembelajaran terhadap
aktivitas belajar mahasiswa di kelas, termasuk masalah-masalah yang
ditemukan dalam pelaksanaan tindakan, sedangkan evaluasi dilakukan
untuk mengetahui hasil pembelajaran dan respon mahasiswa terhadap
pembelajaran yang diterapkan.
d. Refleksi dilakukan terhadap hasil observasi dan evaluasi yang
dilaksanakan pada setiap siklus untuk memperbaiki dan
menyempurnakan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus
berikutnya.
Data mengenai kualitas proses perkuliahan yang digali dari aktivitas
belajar mahasiswa dengan teknik observasi, data hasil belajar yang
dikumpulkan dengan teknik tes yang berbentuk essai, dan data respon
mahasiswa terhadap pembelajaran yang diterapkan selanjutnya dianalisis
dengan statistik deskriptif. Penentuan kualitas hasil belajar didasarkan pada
nilai rata-ratanya dengan kreteria keberhasilan ditetapkan bila skor rata-rata
mencapai kategori cukup atau lebih. Data mengenai kualitas proses
perkuliahan dan respon mahasiswa dianalisis secara deskriptif kuantitatif
dengan kriteria keberhasilan untuk aktivitas tergolong aktif dan respon
terkategori positif.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Kualitas Proses Perkuliahan
Hasil observasi terhadap proses perkuliahan yang dicerminkan oleh
aktivitas belajar mahasiswa selama perkuliahan Termodinamika yang telah
dilakukan selama dua siklus, menunjukkan bahwa kualitas perkuliahan
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
31
13. ISSN 0215 - 8250
Termodinamika setelah pemberian tindakan membaik. Hal ini tampak dari
dengan adanya peningkatan skor rata-rata aktivitas belajar mahasiswa.
Rata-rata skor aktivitas belajar pada siklus 1 sebesar 18,22 tergolong aktif
dan pada siklus 2 sebesar 20,5 yang tergolong sangat aktif. Ini berarti
terjadi peningkatan aktivitas belajar mahasiswa dari aktif menjadi sangat
aktif yang mengindikasikan terjadinya perbaikan kualitas proses
perkuliahan.
3.1.2 Hasil Belajar Mahasiswa
Hasil belajar yang dicapai mahasiswa selama pemberian tindakan
baik pada siklus 1 maupun siklus 2 dapat dicermati melalui nilai rata-rata
tes hasil belajar siswa. Pada siklus 1 nilai rata-ratanya sebesar 69,7
termasuk dalam kategori cukup, dengan jumlah mahasiswa yang mencapai
nilai cukup ke atas sebesar 66,67 % dan pencapaian hasil belajar mahasiswa
masih kurang dari 85 %. Rata-rata dari tes hasil belajar pada siklus 2
sebesar 75 termasuk dalam kategori baik dengan jumlah mahasiswa yang
mencapai nilai cukup ke atas sebesar 88,88 %. Bila dibandingkan dengan
ketuntasan belajar pada kurikulum, pencapaian hasil belajar mahasiswa
setelah siklus 2 sudah melebihi 85 %. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian tindakan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa dari
kategori cukup menuju kategori baik.
3.1.3 Respon Mahasiswa
Hasil analisis respon mahasiswa terhadap pelaksanaan tindakan
dengan mengintensifkan penggunaan tes formatif menunjukkan bahwa
respon mahasiswa adalah positif dengan rata-rata skor respon sebesar 4,30.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
32
14. ISSN 0215 - 8250
3.2 Pembahasan
Implementasi model pembelajaran kooperatif bermodul dengan
mengintensifkan pemberian tes formatif ternyata dapat memperbaiki
kualitas proses perkuliahan Termodinamika dengan meningkatnya aktivitas
belajar mahasiswa (Rata-rata siklus 1 = 18,22 dan siklus 2 = 20,5). Kondisi
ini disebabkan oleh hampir semua mahasiswa sudah berperan dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan melalui Lembar Kerja
Mahasiswa.
Pemberian tes formatif secara intensif pada setiap akhir perkuliahan
yang diikuti dengan pengembalian hasil tes disertai catatan kecil memberi
kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan aktivitas belajar
mahasiswa. Penilaian yang dilakukan dengan tes formatif ini memang tidak
dimaksudkan untuk menilai mahasiswa, melainkan untuk mengukur
karakteristik yang ada pada diri mahasiswa, seperti tingkat penguasaan
pada bidang tertentu, sehingga hasil tes formatif yang diperoleh lebih
mencerminkan pada kualitas kegiatan pembelajaran yang dilakukan
mahasiswa. Dengan kata lain, hasil tes formatif dapat digunakan sebagai
indikator proses belajar yang dilaksanakan dan sebagai feed back bagi guru
untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya. Hasil tes formatif pada setiap
siklus mengalami peningkatan, yang menunjukkan telah terjadi perbaikan
dalam proses perkuliahan.
Adanya perbaikan kualitas proses perkuliahan dimungkinkan pula
karena proses pembelajaran yang diterapkan menggunakan pendekatan
kooperatif. Dengan pendekatan ini, penggunaan kelompok-kelompok kecil
dapat meningkatkan interaksi multi arah karena belajar secara kooperatif
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
33
15. ISSN 0215 - 8250
dapat meningkatkan tanggung jawab dan rasa percaya diri yang bermuara
pada meningkatnya konsep diri setiap mahasiswa dan hasil belajarnya.
Melalui belajar kooperatif dapat dikembangkan aktivitas belajar yang lebih
didominasi oleh aktivitas mahasiswa. Aktivitas mengajukan pertanyaan dan
pendapat memberi kesempatan pada mahasiswa untuk menunjukkan
aktualisasi dirinya. Demikian pula pembelajaran secara kooperatif dapat
menumbuhkan sikap saling mengisi antar mahasiswa yang mengarah pada
makin terbukanya wawasan yang akan dimiliki. Kondisi ini akan membantu
mahasiswa yang kemampuannya lebih lemah. Penggunaan modul dalam
pembelajaran akan dapat mengatasi perbedaan antara individu, karena
melalui modul ini siswa akan dapat belajar sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki.
Adanya peningkatan yang positif terhadap kualitas proses
perkuliahan membawa dampak yang positif pula terhadap capaian hasil
belajar mahasiswa. Hasil belajar yang dicapai mahasiswa digambarkan dari
rata-rata hasil tes akhir setiap siklus. Pada siklus I, rata-rata sebesar 69,7.
Bila dikonversi ke tabel 3.5, nilai ini berada pada kategori cukup. Jumlah
mahasiswa yang nilainya cukup ke atas mencapai 66,77%, dengan kata lain
ketuntasan belajar pada siklus I adalah 66,67%. Hasil belajar yang dicapai
pada siklus 2 mencapai rata-rata sebesar 75,0 dan termasuk dalam kategori
baik. Jumlah mahasiswa yang mencapai nilai cukup ke atas sebesar 88,88
% atau ketuntasan belajar siswa mencapai 88,88%. Bila dibandingkan
dengan ketuntasan dalam kurikulum pencapaian hasil belajar mahasiswa
setelah siklus 2 sudah melampaui 85 %. Ini berarti hasil belajar mahasiswa
mengalami peningkatan. Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa model
pembelajaran Termodinamika dengan mengintensifkan penggunaan tes
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
34
16. ISSN 0215 - 8250
formatif melalui pendekatan kooperatif bermodul yang diterapkan dapat
meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Mengingat waktu penelitian telah berakhir sedangkan masih ada
hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran, maka diharapkan kepada
dosen untuk terus melanjutkan kegiatan pembelajaran ini dengan
menganalisis lebih jauh kesulitan-kesulitan belajar yang dialami
mahasiswa. Upaya yang terus-menerus dilakukan tentu akan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran fisika khususnya Termodinamika dan
pada akhirnya akan dapat lebih meningkatkan hasil belajar mereka.
4. Penutup
Berdasarkan analisis data dan temuan dari penelitian ini, dapat
disimpulkan beberapa hal berikut ini. Pertama, intensifikasi penggunaan tes
formatif melalui pembelajaran kooperatif bermodul yang diterapkan pada
perkuliahan Termodinamika di Jurusan Pendidikan Fisika tahun ajaran
2004/2005 dapat meningkatkan kualitas proses perkuliahan dengan
kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh aktivitas belajar mahasiswa.
Kedua, dengan intensifikasi penggunaan tes formatif melalui pembelajaran
kooperatif bermodul pada perkuliahan Termodinamika di Jurusan
Pendidikan Fisika tahun ajaran 2004/2005 dapat meningkatkan kualitas
hasil belajar mahasiswa. Ketiga, respon mahasiswa terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang diterapkan berupa intensifikasi penggunaan tes formatif
melalui pembelajaran kooperatif bermodul pada perkuliahan
Termodinamika di Jurusan Pendidikan Fisika tahun ajaran 2004/2005
adalah positif.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
35
17. ISSN 0215 - 8250
Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
Termodinamika mahasiswa perlu dipertimbangkan saran berikut ini. (1)
Penilaian terhadap proses pembelajaran dilakukan secara teratur dan
terstruktur berupa tes, baik pemberian tes formatif ataupun tes sumatif.
Hasil belajar yang diperoleh mahasiswa melalui tes maupun tugas-tugas
agar dikembalikan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa mengetahui
kelemahan dan kelebihannya untuk dapat melakukan perbaikan-perbaikan
yang diperlukan. (2) Modul yang digunakan dalam pembelajaran agar
dibagikan sebelum pembelajaran dimulai dan akan lebih baik bila dibagikan
paling lambat seminggu sebelumnya. (3) Pembentukan kelompok dalam
pembelajaran dengan pendekatan kooperatif perlu memperhatikan jumlah
anggota kelompok. Kelompok kecil lebih efektif menumbuhkan terjadinya
interaksi sosial antar individu.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion. 1990. Penilaian Hasil Belajar.
Dirjen Dikti. Jakarta: Depdikbud.
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Pengaruh Interaktif Antara Cara
Penstrukturan Isi Teks Ajar dan Strategi Belajar Mahasiswa
Terhadap Perolehan Belajar Mengingat Fakta dan Memahami
Konsep. Laporan Penelitian. Lemlit. IKIP Malang.
Gagne, R.M. 1985. The Conditional of Learning and Theory of Instruction.
New York: Holt Rinehart and Winstone.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
36
18. ISSN 0215 - 8250
Hasibuan, J.J.; Ibrahim dan A.J.E. Toenlioe. 1994. Proses Belajar
Mengajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro. Bandung: P.T
Remaja Rosdakarya.
Maidiyah, Erni. 1989. Efektivitas Pembelajaran koperatif Pada Topik
Pecahan di Sekolah Dasar. Tesis. Program Pascasarjana IKIP
Surabaya.
Merrill, M.D.& Tennyson, R.D. 1977. Teaching Concept: An Instructonal
Design Guide. Englewood Cliffs, N.J: Educational Technology
Publication.
Nur. M. 1996. Pembelajaran Kopratif dalam Pembelajaran Kelas IPA
(Terjemahan dari Linda Lundgren 1994: Cooperative Learning In
The Science Classroom). Makalah. Disampaikan dalam Penyegaran
dan Pelatihan Penelitian Bagi Guru-guru Pembina KIR SMU di
IKIP Surabaya, 26 Agustus-7 September 1996.
PIP DUE-LIKE. 2003. Jurusan Pendidikan Fisika, FP MIPA, IKIP Negeri
Singaraja.
Samani. M. Memperkenalkan Keterampilan Koperatif. Makalah.
Disampaikan dalam Penyegaran dan Pelatihan Penelitian Bagi
Guru-guru Pembina KIR SMU di IKIP Surabaya, 26 Agustus-7
September 1996.
Santyasa I Wayan. dkk. 1995. Penerapan Paket Strategi Struktur Materi
Dalam Pembelajaran Konsep Vektor Satuan dan Aplikasinya Dalam
Analisis Gerak Mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA STKIP
Singaraja. Laporan penelitian. P3M STKIP Singaraja.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
37
19. ISSN 0215 - 8250
---------, dkk. 1998 . Penerapan Modul Berorientasi Konstrukstivisme dalam
Perkuliahan Fsiika Dasar I sebagai upaya Mengubah Miskonsepsi
dan Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika STKIP Negeri Singaraja 1998/1999.
Laporan Penelitian. P3M STKIP Singaraja.
Tjipto Utomo dan Kees Ruijter. 1990. Peningkatan dan Pengembangan
Pendidikan. Manajemen Perkuliahan dan Metode Perbaikan
Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
Wahyu Widada.1998.Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Matematika
SMU yang Berorientasi Model Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw.
Makalah Komprehensif. Program Pascasarjana IKIP Surabaya.
____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXIX Januari 2006
38