Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Β
Versi lengkap
1. DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah .........................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................5
A. Kajian Teori...................................................................................................7
1. Metode Pembelajaran Kooperatif ..............................................................7
2. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)...........9
3. MotivasiBelajar....................................................................................... 15
4. Prestasi belajar......................................................................................... 18
B. Kerangka Berfikir........................................................................................ 19
C. Hipotesis Penelitian...................................................................................... 20
III.METODE PENELITIAN.................................................................................. 21
A. Jenis Penelitian............................................................................................ 21
B. Tempat Penelitian........................................................................................ 21
C. Desain Penelitian.......................................................................................... 21
D. Instrumen dan Perangkat Pembelajaran ..................................................... 22
E. Metode Penelitian ........................................................................................ 22
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 25
G. Teknik Analisis Data....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................30
2. 2 | P a g e
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan utama setiap warga negara, di mana
mereka dapat mengembangkan potensi yang dimiliki seluas-luasnya
sehinggamampu ikut serta dalam pembangunan demi kemajuan suatu negara.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan telah banyak memberikan kontribusi
dalam kehidupan manusia, terbukti dengan semakin majunya ilmu pengetahuan
dan teknologi yang membawa manusia ke era globalisasi. Pendidikan merupakan
sebuah indikator yang sangat penting untuk mengukur kemajuan sebuah bangsa.
Suatu negara harus mampu mengembangkan pendidikan sehingga memiliki daya
saing dengan bangsa lain. Atas dasar inilah, negara wajib untuk ikut serta dalam
upaya penyelenggaraan proses pendidikan dengan sebaik-baiknya, akan tetapi
dalam kenyataannya banyak masalah yang harus dihadapi untuk mengembangkan
pendidikan agar mampu bersaing di era global.
Salah satu masalah yang sering timbul dalam bidang pendidikan adalah
masalah yang terkait dengan proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan
proses yang kompleks yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa yang
diarahkan untu mencapai suatu tujuan tertentu.(Wina Sanjaya 2015). Pada
kenyataannya proses pembelajaran tidak selamanya berjalan sesuai yang
diharapkan, kadang-kadang menyenangkan, kadang-kadang membosankan,
kadang-kadang lancar, kadang-kadang tersendat. Itulah kenyataan yang terjadi
dalam proses pembelajaran di kelas, tetapi dengan kenyataan seperti itulah konsep
pembelajaran harus dirubah menjadi sesuatu yang menyenangkan. Suatu
keberhasilan dalam proses pembelajaran di sekolah tidak semata-mata tergantung
dari guru tetapi juga terletak pada siswa.
Aktivitas belajar yang dilakukan siswa juga merupakan salah satu faktor
penting dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah suatu
peristiwa yang melibatkan dua pihak guru dan siswa dimana guru berfungsi
sebagai pemberi materi pelajaran dan siswa menerima pelajaran, pengaruh atau
sesuatu yang diberikan oleh guru. ( Abuddin Nata, 2016). Mengingat bahwa
kegiatan belajar mengajar diadakan dalam rangka memberikan pengalaman-
pengalaman belajar pada siswa. Jika siswa aktif dalam proses belajar maka
3. 3 | P a g e
kemungkinan besar siswa akan dapat mengambil makna dari pembelajaran
tersebut.
Berdasar hasil observasi awal dengan cara melakukan pengamatan lansung
proses berlangsungnya pembelajaran Fisika di kelas X MIA 1 SMAN 9 Tana
Toraja diperoleh informasi bahwa ditemukan beberapa masalah terkait
pembelajaran. Siswa kurang aktif terlibat ketika proses pembelajaran berlangsung.
Metode ceramah dan diskusi kelompok yang diterapkan belum mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran masih cukup rendah dibuktikan dengan siswa tidak memperhatikan
kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Selain itu ketika disuruh
bertanya mengenai materi yang belum dipahami hanya ada beberapa orang yang
mengajukan pertanyaan, sedangkan siswa lain cenderung hanya diam dan
mendengarkan. Prestasi belajar siswa juga masih tergolong rendah, hal ini terlihat
dari jumlah siswa yang mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini tabel nilai ketuntasan siswa:
Tabel 1. Nilai Akhir Siswa Mata Pelajaran Fisika Kelas X
No Kelas Jumlah Siswa Tuntas Belum Tuntas
1. X MIA 1 35 16 45,71% 19 54,28%
2. X MIA 2 35 27 77,14% 8 22,85%
3. X MIA 3 35 28 80% 7 20%
Ξ£ 105 71 67,61% 34 32,38%
Sumber: Dokumentasi nilai sumatif guru mata pelajaran fisika SMA Negeri 9 Tana
Toraja tahun ajaran 2017/2018
Dari data di atas terlihat bahwa sebesar 32,38% siswa kelas X belum
karena belum mencapai Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). KKM untuk mata
pelajaran fisika kelas X adalah sebesar 65. Dari data diketahui bahwa kelas X
MIA 1 merupakan kelas yang paling rendah dalam mencapai KKM. Siswa yang
mencapai KKM hanya sebesar 45,71% dan sisanya sebesar 54,28% belum
mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa kelas ini paling bermasalah dengan
prestasi belajar.
Proses pembelajaran akan berhasil jika siswa mempunyai motivasi dalam
belajar karena motivasi merupakan faktor pendukung yang sangat berpengaruh
dalam pembelajaran. Mata pelajaran Fisika yang bagi sebagian besar kalangan
4. 4 | P a g e
dianggap sebagai mata pelajaran yang sangat susah dengan banyaknya persamaan-
persamaan yang rumit. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi menurunnya semangat belajar Fisika dari siswa. Selain itu
pemilihan model pembelajaran yang digunakan guru saat proses pembelajaran
juga sangat mempengaruhi semangat dan motivasi belajar dari siswa.
Saat ini ada banyak metode pembelajaran atau model pembelajaran, salah
satunya adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray. Model pembelajaran
Two Stay Two Strey merupakan suatu model pembelajara dimana siswa belajar
memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari
kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain. Model
pembelajaran ini diamana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 orang. Kemudian dua orang bertamu ke kelompok lain dan dua
orang tinggal yang bertuga memberikan informasi kepada dua tamu kelompok.
Setelah selesai bertamu dua orang tamu undur diri dan kembali ke kelompoknya
untuk membagikan informasi yang di peroleh.(Anita Lie 2002)
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian
yang berjudul βPenerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X
SMAN 9 Tana Torajaβ
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah ;
1. Bagaimanakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan Motivasi Belajar Fisika siswa
kelas X SMAN 9 Tana Toraja ?
2. Bagaimanakah penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan Prestasi Belajar Fisika siswa kelas
X SMAN 9 Tana Toraja ?
5. 5 | P a g e
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai melalui
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan Motivasi Belajar Fisika pada
siswa kelas X SMAN 9 Tana Toraja ?
2. Mengetahui penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS) untuk meningkatkan Prestasi Belajar Fisika pada siswa
kelas kelas X SMAN 9 Tana Toraja ?
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari teoritis
maupun paktis
1. Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan penjelasaan mengenai penerapan
metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap motivasi
belajar fisika siswa.
b. Penelitian ini dapat memberikan penjelasaan mengenai penerapan
metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap prestasi
belajar fisika siswa.
2. Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penelitian
tindakan kelas dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang lebih
menarik dalam proses pembelajaran
b. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa untuk menumbuhkan
semangat dalam melakukan pembelajaran, selain itu untuk mendorong
siswa agar mampu bekerja sama dalam kelompok.
c. Bagi Guru
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru untuk menambah
variasi metode pembelajaran yang sesuai diterapkan di kelas agar
terlihat lebih menarik dan siswa lebih aktif.
6. 6 | P a g e
E. Batasan Masalah
1. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray adalah
salah satu metode pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk membagikan informasi dari hasil kerja kelompoknya
kepada kelompok lain melalui peran siswa sebagai stay dan stray. Tugas
siswa yang tinggal (stay) yaitu membagikan informasi dan hasil kerja
kepada tamu dari kelompok lain, sedangkan tugas yang bertamu (stray)
yaitu menerima informasi yang dibagikan dari kelompok lain.
2. Motivasi Belajar Fisika
Motivasi belajar fisika merupakan dorongan psikologi yang berasal
dari diri seseorang baik secara internal maupun eksternal dalam mempelajari
fisika. Dengan demikian, untuk memunculkan suatu motivasi dalam diri
siswa, pembelajaran harus menyenangkan sehingga siswa termotivasi dalam
proses pembelajaran yang ditunjukkan dari keterlibatan siswa untuk
berpartisipasi aktif.
3. Prestasi belajar fisika
Prestasi belajar fisika adalah hasil yang telah dicapai siswa berupa
penguasaaan pengetahuan mata pelajaran ekonomi yang diberikan oleh guru
dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar dapat diukur dengan tes dan
non tes.
7. 7 | P a g e
II. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan pembelajaran kooperatif merupakan kegiata
belajar yang berorientasikan pada kerja sama antarsiswa dalam
kelompok-kelompok tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif ditandai dengan siswa yang bekerja sama
dalam kelompok kecil yang heterogen. (Andayani 2015).
Menurut Agus Suprijino (2012:54) Pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk oleh guru. Bebrapa keuntungannya antara
lain: mengajarkan siswa menjadi percaya guru, kemampuan untuk
berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa
lain, mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal
dan membandingkannya denga ide tamannya, dan membantu siswa
belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga
menerima perbedaan ini. Secara umum, pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas
dan permasalahan atau pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa
menyelesaikan masalah yang dimaksud.
Menurut Anite Lie (2008:29) bahwa metode pembelajaran
kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-
unsur dasar pembelajaran cooperatice learning yang membedakannya
dengan pembagia kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan
prosedur metode cooperative learning dengan benar-benar akan
memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas mengenai definisi
metode pembelajaran kooperatif dapat ditarik kesimpulan bahwa
metode pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran
yang menggunakan sistem berkelompok dengan anggota lebih dari
8. 8 | P a g e
dua orang setiap kelompok di mana setiap anggota saling bekerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Nuhardi (2004) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yaitu sebagai berikut:
1) Setiap anggota memiliki peran
2) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
belajaranya dan juga teman-teman kelompoknya
4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-
keterampilan inter personal kelompok
5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok bila diperlukan
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif sebagaimana dikemukakan Rahmadi Widdiharto (2004)
yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan
kesmpatan yang sama untuk berhasil.
1) Penghargaan Kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan
kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.
Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok
mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam
mencipyakan hubungan antar personal yang saling
mendukung, saling peduli, dan saling membantu.
2) Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran
individu dari semua kelompok. Pertanggungjawaban
tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota
kelompok yang saling membantu dalam belajar.
Pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan
9. 9 | P a g e
setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-
tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
kelompoknya.
3) Kesempatan yang Sama untuk Mencapai Keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring
yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan
peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini
setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau
tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
a. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray (TSTS)
Metode pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan metode
pembelajaran dua tinggal dua tamu. Pembelajaran dengan metode ini
diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk
guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang
harus mereka diskusikan jawabannya.setelah diskusi intra kelompok
selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota
kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai tamu mempunyai
kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah
menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang
yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua
kolmpok. Jika mereka telah selesai melaksanakan tugasnya, mereka
kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke
kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun
mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas
hasil kerja yang telah mereka kerjakan.(Agus Suprijono 2009)
10. 10 | P a g e
Menurut Anita Lie (2008:61-62) Teknik belajar mengajar dua
tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992) dan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur dua
tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain dengan cara:
1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok
akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing
bertamu ke dua kelompok yang lain.
3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu
mereka.
4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri
dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5) Kelompok membahas hasil-hasil kerja mereka.
11. 11 | P a g e
sedangkan teknik perpindahan kelompok dalam pembelajaran
kooperatif Two Stay Two Stray dijelaskan dalam bentuk diagram
oleh TIM Dosen PAI dalam bukunya yang berjudul Bunga Rampai
Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
Gambar 2.1. Alur perpindahan kelompok dalam metode
pembelajaran TSTS (Two Stay Two Stray)
b. Langkah-Langkah dalam Metode Pembelajaran Kooperatif Two
Stay Two Stray (TSTS)
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) di
kembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Model ini dapat
digunakan pada semua materi pelajaran dan tingkatan usia. Struktur
12. 12 | P a g e
dua tinggal dua tamu memberi kesempatan pada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Hal ini
dilakukan dengan cara saling mengunjungi atau bertamu antar
kelompok untuk berbagi informasi. Menurut Lie (2002), langkah-
langkah model pembelajaran yang dilakukan dengan model two stay
two stray yaitu:
1. Siswa bekerja dalam kelompok berempat seperti biasa.
2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke
kelompok yang lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu mereka.
4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja
mereka.
Langkah-langkah model pembelajaran two stay two stray
adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan kelompok heterogen. Pembentukan
kelompok dalam kelas ditentukan olehguru yang lebih
mengetahui siswa yang pandai dan siswa yang lemah.
Pembentukan kelompok ini harus bersifat heterogen.
Siswa-siswa dalam kelompok merupakan campuran siswa
dari tingkat kepandaian, jenis kelamin dan suku. Sehingga
tidak akan ditemui kelompok yang beranggotakan siswa
yang pandai saja atau sebaliknya
2. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok. Guru
memberikan informasi pada siswa berkenaan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh siswa serta relevansi kegiatan
dengan materi pelajaran. Pada saat guru memberikan
materi pelajaran, siswa sudah harus berada dalam
kelompok masing-masing, kemudian guru memberikan
13. 13 | P a g e
tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
Apabila terdapat kesulitan dalam interpretasi petunjuk
kegiatan, siswa dapat meminta bantuan guru.
3. Kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok memahami jawaban
tersebut.
4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok
akan meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke
kelompok lain. Dua orang yang bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka kepada tamu mereka.
5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri
dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
6. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja
mereka.
7. Pemberian penghargaan. Kelompok yang mempunyai nilai
rata-rata tiap anggota paling baik, pantas diberi
penghargaan. Skor yang dicapai tiap kelompok ini
digunakan sebagai dasar pembentukan kelompok baru.
c. Tahapan-Tahapan dalam Model Pembelajaran Two Stay Two
Stray (TSTS)
Menurut Lie pembelajaran kooperatif model Two Sray Two
Stray (TSTS) terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah
membuat RPP (Rancangan Pelaksanaaan Pembelajaran),
sistem penilaian, menyiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa) dan
membagi siswa kedalam beberapa kelompok dengan masing-
masing beranggotakan 4 siswa dan setiap anggotakelompok
harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi belajar.
2. Presentasi Guru
14. 14 | P a g e
Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran
den menjelaskan materi secara garis besarnya sesuai denagan
rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya.
3. Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar
kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari tiap-tiap
siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan
dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajari
alam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah tersebut
bersama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan
dengan cara mereka sendiri. Masing-masing siswa boleh
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari
temannya. Kemudian dua dari anggota kelompok
meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok lain
secara terpisah, sementara dua anggota yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari
anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke
kelompok masing-masing dan melaporkan temuan ari
kelompok lain serta mencocokkan hasil kerja mereka.
4. Presentasi Kelompok
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.
Dalam hal ini masing-masing siswa boleh mangajukan
pertanyaan dan memberikan jawaban ataupun tanggapan
kepada keolmpok yang sedang mempresentasikan hasil
diskusinya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa
ke jawaban yang benar.
5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
15. 15 | P a g e
Pada tahap evaluasi ini, untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah
diberikan dapat dilihat dari seberapa banyak pertanyaan yang
diajukan dan ketepatan jawaban yang telah diberikan atau
diajukan.
d. Kelemahan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Two
Stay Two Stray (TSTS)
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kelemahan. Menurut Eko kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran
Two Stay Two Stray adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan model pembelajaran Two Stay Two Stray
a. Pembelajaran akan lebih bermakna.
b. Pembelajaran berpusat pada siswa.
c. Siswa akan lebih aktif.
d. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya.
e. Meningkatkan kemampuan berbicara siswa.
f. Dapat meningkatkan minat siswa.
2. Kelemahan model pembelajaran Two Stay Two Stray
a. Memerlukan waktu yang lama.
b. Membutuhkan banyak persiapan
c. Siswa yang kurang akan bergantung kepada siswa yang pintar
maka ada kecenderungan siswa tidak mau belajar dalam
kelompok.
3. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi sangat diprlukan dalam proses belajar karena seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar merupakan pengarah untuk
kegiatan belajar agar tujuan yang sesuai harapan dapat tercapai. Siswa
dituntut agar memiliki motivasi belajar, karena preoses belajar dan
pembelajaran efektif didasarkan oleh adanya motivasi belajar yang kuat.
16. 16 | P a g e
Menurut surdiman A.M (2011:75) motivasi belajar adalah faktor
yang bersifat non-intelektual. Peranannya yag khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa
yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tinkah
laku, yang timbul dari beberapa faktor seperti; keinginan untuk berhasil
dan dorongan belajar, penghargaan, lingkungan belajar, dan kegiatan
belajar yang menarik. (Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd 2007)
Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi
Belajar Fisika. Pengertian motivasi di atas dapat diterapkan dalam
pembelajaran Fisika karena tidak jauh berbeda dengan motivasi belajar
secara umum. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi belajar fisika merupakan dorongan psikologi yang berasal dari
diri seseorang baik secara internal maupun eksternal untuk suatu
kompetensi tentang bagaiman manusia mengalokasikan sumber daya yang
terbatas untuk menghasilkan komoditi atau barang-barang yang
memberikan kepuasan bagi manusia serta bagaimana barang-barang
tersebut didistribusikan kepada orang lain.
b. Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi belajar Fisika sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar pada mata pelajaran fisika. Semakin tepat Motivasi Belajar
fisika yang digunakan, akan semakin berhasil berhasil pula pembelajaran
fisika. Menurut Sarinah (2017:83) ada 3 fungsi motivasi dalam belajar
yaitu:
1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tamnpa
motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
17. 17 | P a g e
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
c. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Menurut Sardiman A.M (2011:81) motivasi belajar yang ada pada
diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya)
4) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalh untuk
orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik,
ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan
terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya).
5) Lebih senang bekerja mandiri.
6) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin (berulang-ulang begitu
saja sehingga kurang kreatif).
7) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau yakin akan
sesuatu)
8) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.
9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Ciri-ciri motivasi belajar fisika tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri
motivasi belajar yang dikemukakan Sardiman A.M. siswa yang memiliki
ciri-ciri tersebut dalam kegiatan pembelajaran fisika berarti orang
tersebut memiliki motivasi belajar fisika yang tinggi. Motivasi belajar
fisika siswa dalam kegiatan belajar mengajar ditunjukkan dalam hal
tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan mampu
mempertahankan pendapatnya. Guru perlu mendrong dan menumbuhkan
motivasi belajar kepada siswa agar tumbuh motivasi belajar fisika yang
tinggi.
18. 18 | P a g e
4. Prestasi belajar
a. Pengertian Prestasi
Menurut Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(2001:895) βPrestasi adalah hasil yang telah dicapai atau dari yang telah
dilakukan atau dikerjakan. Sehubungan dengan kaitan ini, Sardiman A,M
(2011:21) menyatakan bahwa belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa
raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya,
yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa serta ranah kognitif, afektif
dan psikomotor.
Berdasarkan uraian di atas, yang dimakasud dengan prestasi belajar
dalam peneltian ini adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa
setelah mengalami perubahan dalam penguasaan pengetahuan. Penilaian
prestasi belajar yang ditekankan adalah penilaian pada aspek pengetahuan
(kognitif). Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah siswa mempelajari
satu kompetensi dasar yang harus dicapai, akhir dari semester, dan
jenjang satuan pelajaran.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat
digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber
pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa.
Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat,
minat, motivasi, kematangan, kesiapan, dan kelelahan. Sedangkan
faktorekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.(Slameto 2003) Proses dan hasil belajar
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar
terdiri dari:
1) Faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alam seperti sirkulasi
udara, suhu, kebisingan, penerangan, ruang belajar dan lain-lain,
serta lingkungan sosial seperti suasana sekolah, suasana di rumah
dan suasana di masyarakat.
2) Faktor instrumental seperti kurikulum, program sarana dan
prasarana, serta guru.
19. 19 | P a g e
Faktor dari dalam terdiri dari:
1) Faktor fisikologis, seperti kondisi fisik secara umum, kondisi alat
indera.
2) Faktor psikologis, seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan
kemampuan kognitif.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dikemukakan bahwa prestasi
belajar dipengaruhi oleh faktor antara lain faktor dari dalam dan dari luar,
faktor dari dlama terdiri dari faktor fisikologis dan psikologis, sedangkan
faktor dari luar ada faktor lingkungan dan instrumental seperti kurikulum
dan progra, atau pembelajaran yang salah satunya adalah pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang nantinya dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori yang dijabarkan di atas dapat diambil suatu
kerangka berpikir bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang
dilakukan guru kepada siswa dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dengan
berbagai metode pembelajaran sehingga siswa dapat melakukan kegiatan
belajar mengajar dengan efektif dan efisien serta bisa mendapatkan hasil yang
maksimal. Apabila hasil yang diperoleh siswa mencapai maksimal itulah
yang dimaksud telah mencapai tujuan pembelajaran dengan baik.
Pembelajaran konvensional cenderung menggunakan metode ceramah
dan latihan soal ketika guru menyampaikan materi sehingga hanya terjadi
komunikasi satu arah. Hal ini mengakibatkan siswa terlihat pasif dan jenuh
dalam proses pembelajaran, kondisi ini menjadikan motivasi belajar siswa
menjadi rendah yang mengakibatkan prestasi juga menurun sehingga proses
pembelajaranpun terasa kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu
metode pembelajaran yang mampu menciptakan suasana yang menyenangkan
sehingga dalam proses pembelajaran siswa menjadi aktif dan bersemangat.
Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray
pada siswa kelas X SMAN 9 Tana Toraja diharapkan dapat membantu siswa
yang mengalami kesulitan belajar ekonomi yang akhirnya dapat memahami
20. 20 | P a g e
materi yang diajarkan dan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
fisika.
C. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian yang akan dilakukan ini ada beberapa hopotesis yang
telah disusun berdasarkan rumusan masalah dan teori yang ada, yaitu:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan motivasi belajar fisika kelas X SMAN 2 Tana
Toraja.
2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan prestasi belajar fisika siswa kelas X SMAN 9 Tana
Toraja.
21. 21 | P a g e
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR) dalam bentuk kolaborasi. Penelitian ini
dilakukan secara kolaboratif sehingga peneliti tidak melakukan penelitian
sendiri, namun berkolaborasi atau bekerjasama dengan guru fisika. Wina
Sanjaya menyebutkan tiga istilah penting berhubungan dengan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yaitu:
Pertama, penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan
secara sistematis, empiris dan terkontrol. Kedua, tindakan adalah perlakuan
tertentu yang dilakukan oleh peneliti. Ketiga, kelas menunjukkan pada tempat
proses pembelajaran dilakukan. Dari penjelasan di atas maka penelitian
tindakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah
pembelajaran dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk
memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang
terencana dalam situasinya serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut.(Wina Sanjaya 2016)
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA 1 SMAN 9 Tana Toraja
kabupaten Tana Toraja.
C. Desain Penelitian
Menurut Kemmis, dalam penelitian tindakan kelas komponen acting
(tindakan) dan observing (pengamatan) dua kegiatan tersebut haruslah
dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya satu tindakan
begitu pula observasi juga dilakukan. Didalam desain penelitian Kemmis
dikenal sistem siklus. Artinya dalam satu siklus terdapat suatu putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Ketika siklus satu hampir berakhir, namun peneliti masih menemukan
kekurangan ketika dilakukan refleksi, peneliti bisa melanjutkan pada siklus
kedua. Siklus kedua dengan masalah yang sama, namun dengan teknik yang
berbeda.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik kelas X MIA 1
di SMAN 9 Tana Toraja
22. 22 | P a g e
E. Instrumen dan Perangkat Pembelajaran
Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan mengikuti
model yang dikembangkan oleh Kemmis berupa siklus spiral yang terdiri
dari: perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, yang diikuti
siklus spiral berikutnya. Selanjutnya untuk pengumpulan data, digunakan
instrumen sebagai berikut:
1. Rancangan pembelajaran
Instrumen ini peneliti cancang yang terdiri dari: (1) rancangan
pembelajaran siklus I ; (2) rancangan pembelajaran siklus II ; dan (3)
rancangan pembelajaran siklus III.
2. Lembar Observasi
Instrumen ini dirancang untuk mengumpulkan data mengenai
aktivitas belajar siswa.
3. Tes Hasil Belajar
F. Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini mengikuti model Kemmis dan Taggart yang
dilakukan dalam bentuk siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap,
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Siklus
berakhir apabila hasil penelitian yang diperoleh sudah mencapai indikator
keberhasilan penelitian.
Penelitian tindakan ini direncanakan terdri dari dua siklus. Setiap siklus
dilaksanakan sesui dengan perubahan yang ingin dicapai. Sebelum
dilaksanakan tindakan, terlebih dahulu peserta didik diberikan tes awal (pre-
tes) dengan maksud mengukur kemampun awal siswa berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan.
Setiap sklus dalam penelitian ini mengikti prosedur berkut: (1)
perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; (4) refleksi. Secara
rinci penelitian tindakan kelas ini dijabarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi:
a. Membuat skenario pembelajaran,
b. Membuat lembar observasi,
23. 23 | P a g e
c. Membuat alat bantu pebelajaran yang diperlukan dalam rangka
membantu siswa memahami konsep-konsep fiska dengan baik,
d. Mendesain alat evaluasi, untuk melihat apakah materi fisika telah
dikuasai siswa
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yaitu 3 kali pertemuan untuk setiap siklus. Adapun
langkah-langkah pelaksanaan tindakan sebagai acuan penyusunan skenario
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
1. Menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran;
2. Memotivasi siswa;
3. Memberikan apersepsi
b. Kegiatan Inti
1. Guru menyampaikan konsep fisika sesuai dengan materi yang akan
diajarkan
2. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari
4-5 siswa pada masing-masing kelompok yang akan dibuat
3. Guru memberikan satu permasalahan yang berbeda untuk setiap
kelompok sebagai topik diskusi
4. Siswa melakukan diskusi terkait dengan topik permasalahan
masing-masing kelompok dan guru memandu siswa dalam
berdiskusi
5. Setelah melakukan diskusi, dua orang dari masing-masing
kelompok pergi dari kelompok asal ke kelompok lain untuk
bertamu sesuai dengan panduan dari guru
6. Siswa yang tinggal dalam kelompok asal bertugas memberikan
informasi terkait dengan hasil diskusi kelompok mereka kepada
dua orang tamu yang datang bertamu.
7. memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal, tamu mohon
diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuan dari kelompok lain serta mencocokkan hasil kerja mereka.
24. 24 | P a g e
8. Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan
yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan
dengan kelompok lainnya. Dalam hal ini masing-masing siswa
boleh mengajukan pertanyaan dan memberikan jawaban atapun
tanggapan kepada kelompok yang sedang mempresentasikan hasil
diskusinya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke
jawaban yang benar.
c. Kegiatan penutup
1. Guru bersama siswa merangkum hasil pembahasan
2. Guru menyampaikan pembelajaran yang akan dilakasanakan pada
pertemuan berikutnya
3. Guru menutup pertemuan
3. Observasi
Pada tahap ini hasil yang diperoleh setelah melakukan pengamatan pada
saat pelaksanaan tindakan, yaitu melihat apakah pelaksanaan tindakan
sudah sesuai skenario pembelajaran yang telah dibuat. Setelah itu
dilakukan evaluasi, yaitu untuk melihat keberhasilan pelaksanaan
tindakan.
4. Refleksi
Pada tahap ini hasil yang telah diperoleh setelah pelaksanaan tindakan,
observasi dan evaluasi, didiskusikan, dianalisis dan dilihat kelemahan-
kelemahan yang ada pada siklus sebelumnya dan akan diperbaki pada
siklus berikutnya.
Secara sederhana alur pelaksanaan tindakan digambarkan sebagai berikut:
25. 25 | P a g e
Gambar 3.1 Desain penelitian tindakan model Kemmis dan Mc Taggart
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penelitian dibutuhkan teknik pengumpulan data
yang sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian. Teknik
pengumpulan data yang degunakan dalam penelitian ini adalah
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan
pencatatan perilaku pada subyek penelitian yang dilakukan pada saat
pelaksanaan tindakan.
2. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data mengenai peningkatan prestasi
belajar siswa melalui instrumen berupa soal-soal tes.
26. 26 | P a g e
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan suatu cara memperoleh data mengenai
hal-hal tertentu terutama peninggalan tertulis, arsip-arsip dan
sebagaimana yang berkaitan dengan subyek yang diteliti
H. Teknik Analisis Data
Tahapan sesudah pengumpulan data adalah tahap analis data. Dalam
penelitian ini dilakukan analisis data kualitauf dan data kuantitatif. Analisis
data kualitatif dalam penelitian dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan,
selama dilapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam penelitian
kualitatif, analisis data lebih difokuskan sama proses di lapangan bersamaan
dengan pengumpulan data.(Sugiyono, 2008) Dalam penelitian ini analisis
dilakukan selama dan setelah pengumpulan data dianalisis yang meliputi
mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.(Miles, M.B &
Huberman, 1992).
a. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyerdehanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul catatan-catatan tertulis di lapangan. (Miles, M.B & Huberman,
1992). Hasil tes yang diberikan utuk data kualitatif yang masih berupa angka
dianalisis secara deskriftif. Serta catatan observasi dimungkinkan masih
dalam bentuk informasi yang belum jelas, maka dlakukan reduksi data
dengan cara pemilihan , pemusatan perhatian pada pesederhanaan dan
transformasi atau yang diperoleh melalui observasi lapangan.(Suharsimi,
2008)
b. Menyajikan Data
Setelah mereduksi, maka selanjutnya adalah menyajikan data. Data-data
yang disajikan adalah data-data tes awal, observasi, dan catatan lapangan.
Data yang telah disajikan tersebut selanjutnya dibuat penafsiran dan evaluasi
berupa penjelasan tentang perbedaan antara ancangan dan pelaksanaan
tindakan, perlunya perubahan tindakan, alternatif tindakan yang dianggap
tepat, penafsiran peneliti dan guru yang terlibat dalam pengamatan, dan
kendala yang dihadapi.
27. 27 | P a g e
c. Penarikan Kesimpulan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah memberikan kesimpulan
terhadap data-data hasil penafsiran. Kesimpulan dalam penelitian ini
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada. Temuan tersebut
berupa deskripsi suatu objek yang sebelumnya masih belum jelas,
sehngga setelah di teliti menjadi jelas.
Untuk data kuantitatif dianalisis dengan cara analisis statistik deskriptif.
Sugiyono (2016:29), menjelaskan bahwa statistik deskriptif merupakan statistik
dengan fungsi untuk mendeskripsikan atau menggambarkan subjek yang diteliti
melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa adanya analisis dan
membuat kesimpulan untuk umum. Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini
ditampilkan dalam bentuk skor rata-rata, varians dan standar deviasi, skor
maksimum, skor minimum.
a. Mean/Rerata
Skor rata-rata data yang tersusun dalam daftar distribusi frekuensi dapat
diketahui dengan persamaan berikut.
π₯Μ =
β ππ π₯ π
β ππ
Keterangan:
π₯Μ = skor rata-rata
π₯ π = tanda kelas interval
ππ = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas π₯ π
b. Varians dan Standar Deviasi
Sugiyono (2016:56), menjelaskan bahwa varians merupakan salah satu teknik
statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok. Varians
dapat deketahui dengan persamaan:
π2
=
π β ππ π₯ π
2
β (β ππ π₯ π)2
π( π β 1)
Adapun standar deviasi merupakan akar dari varians seperti persaman
berikut.
S = β
π β ππ π₯ π
2
β (β ππ π₯ π)2
π( πβ1)
(Sudjana, 2005:95).
28. 28 | P a g e
Keterangan:
S = nilai standar deviasi
π₯ π = tanda kelas interval
ππ = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas π₯ π
N = jumlah sampel ( π = β ππ π₯ π
2)
Langkah Selanjutnya adalah mencari koefisien variansnya untuk melihat apakah
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw memberikan efek merata pada hasil
belajar fisika dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan menggunakan persamaan:
πΎπ =
π
π₯
π₯ 100%
Keterangan:
KV = Koefisien Varians
S = Standar Deviasi
X = rata-rata skor
Hasil perhitungan disesuaikan dengan kriteria dibawah ini. Kriteria hasil belajar
fisika pada kelas eksperimen dan kontrol diadaptasi dari buku (Ali dan
Khaeruddin, 2012) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Kategori Hasil Belajar
Interval Skor Kategori Hasil Belajar
28 β 34 Sangat Tinggi
21 β 27 Tinggi
14 β 20 Sedang
7 β 13 Rendah
0 β 6 Sangat Rendah
Penaksiran rata-rata untuk memberi gambaran skor rata-rata digunakan rumus
sebagai berikut:
πΜ β π‘ π
π
βπ
β
πβπ
πβ1
< π < πΜ + π‘ π
π
βπ
β
πβπ
πβ1
(Sudjana, 2005: 202)
29. 29 | P a g e
Keterangan:
πΜ = Rata β rata skor responden
S = Standar deviasi
N = Jumlah populasi
n = Jumlah sampel
tp = nilai t diperoleh dari daftar distribusi peserta didik, dengan:
π =
1
2
(1 + πΎ)dan dk = π β 1
30. 30 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Prenada Media.
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning TEORI & APLIKASI PAIKEM.
Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Andayani. 2015. Problema dan Aksioma Dalam Metodologi Pembelajaran
Bahasa Indonsia. Yogyakarta: Deepublish.
Anita Lie. 2002. Mempraktikkan Cooperative Learning d Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta: Grasindo.
Hamzah B. Uno. 2007. TEORI MOTIVASI & PENGUKURANNYA Analisis di
Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nuhardi, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit
Universitas Negeri Malang
Widdiharto, Rahmadi, 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. P3G
Matematika Yogyakarta
Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Slameto. 2003. BELAJAR dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. REVISI.
1134/H/2003. Jakarta: PT asdi Mahasataya.
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya:
Bandung.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitafi, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
TIM Dosen PAI. 2016. Bunga Ramapi Penelitian dalam Pendidikan Agama Islam.
Yogyakarta: CV BUDI UTAMA
Wina Sanjaya. 2015. PERENCANAAN dan DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN.
Jakarta: Kencana.
βββ. 2016. PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Jakarta : Prenada Media.