Dokumen tersebut merupakan bagian dari skripsi yang membahas pengaruh model pembelajaran generatif terhadap kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa SMA. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran generatif dan kelas kontrol yang diberi perlakuan konvensional. Hasilnya menunjukkan ada pengaruh positif model pembelajaran generatif terhadap kemampuan pe
1. 1
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF (MPG) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA DI KELAS X PADA SMA NEGERI 8 PALEMBANG
Nyayu Husnul Chotimah1
Misdalina2, Lusiana3
Tujuan pembelajaran matematika disekolah berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 antara lain, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan untuk memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah dan kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (BNSP: 2006)
Menurut kurikulum 2013 salah satu tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa salah satunya yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Jika dilihat secara umum pada tujuan pembelajaran matematika disekolah dan kurikulum 2013, mata pelajaran matematika bertujuan agar para siswa memiliki kemampuan-kemampuan yang diharapkan dalam pembelajaran matematika. Menurut Syaban dalam Minarni (2010) “ kemampuan untuk menghadapi berbagai macam permasalahan baik permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata merupakan suatu daya matematis “. Salah satu daya matematis tersebut adalah kemampuan pemecahan masalah matematis “.
Pemecahan masalah merupakan kompetensi strategis yang ditunjukkan siswa dalam memahami, memilih pendekatan, strategi pemecahan masalah, dan menyelesaikan model untuk menyelesaikan masalah matematika. Kesumawati (dikutip oleh Puspita, 2013: 2) menambahkan bahwa pemecahan masalah merupakan komponen yang sangat penting yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin sehingga dapat membantu keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari.
Abstrak: Masalah dalam penelitian ini yaitu adakah pengaruh positif MPG terhadap kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh positif MPG terhadap kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen (Posstest Only Control Design). Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan angket. Dari hasil penelitian disimpulkan ada pengaruh positif MPG terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang ditunjukkan pada perbedaan rata – rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis dengan nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen yaitu 80,51 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 47,78 dan ada pengaruh positif MPG terhadap disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang ditunjukkan pada perbedaan rata – rata skor disposisi matematis dengan nilai rata-rata siswa pada kelas eksperimen yaitu 76,22 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 72,50.
Kata kunci: MPG, Pemecahan Masalah, Disposisi Matematis
2. 2
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
Salah satu tujuan dari pembelajaran matematika yang terdapat dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 (BNSP: 2006) yaitu memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan dengan memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. NCTM (2003) (dikutip oleh Syaban, 2009) menamakan tujuan pembelajaran matematika tersebut dengan istilah mathematical disposition atau disposisi matematis.
Jika dilihat dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa kurikulum 2013 memiliki harapan yang sangat besar dalam tujuan pembelajaran matematika. Namun kenyataannya pada saat ini daya dan disposisi matematis siswa belum tercapai sepenuhnya sehingga masih belum bisa mencapai tujuan pembelajaran matematika dan mewujudkan harapan kurikulum 2013. Hal tersebut antara lain karena pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru yang menekankan pada proses prosedural, tugas latihan yang mekanistik, dan kurang memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan matematis khususnya kemampuan pemecahan masalah sedangkan kurikulum 2013 menekankan pembelajaran dengan pendekatan scientific yaitu siswa dipinta mampu berfikir secara ilmiah, aktif, dan siswa mampu menemukan sendiri pengetahuannya sehingga mampu mengembangkan kemampuannya. Maka untuk mencapai tujuan pembelajaran dan harapan kurikulum 2013 dengan daya dan disposisi matematis yang diharapkan diperlukan inovasi dan variasi dalam pembelajaran matematika yaitu dengan memberikan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika.
Dalam Lusiana (2009) di antara alternatif model pembelajaran matematika yang dapat mendukung tercapainya tujuan mata pelajaran matematika adalah model pembelajaran yang berlandaskan pada paham konstruktivis, dengan asumsi dasar bahwa pengetahuan dikonstruksi dalam pikiran siswa. Menurut Astuti (2005) model pembelajaran yang berlandaskan konstruktivis salah satunya adalah Model Pembelajaran Generatif (MPG) yang di usulkan oleh Osborn & Wittrock (1985). MPG adalah suatu prosedur pembelajaran yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa pengetahuan itu dikonstruksi oleh siswa itu sendiri. Osborne dan Wittrock (dikutip oleh Puspita, 2013: 3) menambahkan, penerapan model pembelajaran generatif merupakan suatu cara yang baik untuk mengetahui bagaimana siswa memahami dan memecahkan masalah dengan baik.
Model Pembelajaran Generatif pertama kali diperkenalkan oleh Osborn dan Cosgrove. Pembelajaran generatif (dalam Wena, 2011: 177) terdiri dari empat tahap yaitu : (1). Tahap eksplorasi (persiapan), pada tahap ini guru membimbing siswa untuk melakukan eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada tingkat kelas sebelumnya; (2). Tahap pemfokusan (pemusatan), pada tahap pemfokusan siswa melakukan tugas- tugas pembelajaran yang disusun/dibuat oleh guru hendaknya tidak seratus persen merupakan petunjuk langkah-langkah kerja, tetapi tugas-tugas haruslah memberikan kemungkinan siswa beraktivitas sesuai caranya sendiri atau cara yang diinginkannya; (3). Tahap tantangan (challenge), dalam tahap ini, siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat, menghargai pendapat teman dan menghargai adanya perbedaan diantara pendapat teman, dan (4). Tahap aplikasi, pada tahap ini, siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan menggunakan konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan dengan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tahapan pembelajaran ini siswa diharapkan memiliki pengetahuan, kemampuan, serta keterampilan untuk menkonstruksikan atau membangun pengetahuan secara mandiri dengan pengetahuan awal (priorknowledge) yang telah dimiliki sebelumnya dan
3. 3
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
menghubungkannya dengan konsep yang dipelajari, akhirnya siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan baru.
Berdasarkan uraian diatas yang menjadi tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran generatif (MPG) terhadap kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang.
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
Variabel dalam penenlitian ini ada dua macam, yaitu variabel bebas adalah model pembelajaran generatif (MPG) dan pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikat adalah kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis.
Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah metode penelitian eksperimen (Posstest Only Control Design) yaitu suatu metode yang terdapat dua kelompok : kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: (Sugiyono,
2011:112)
Gambar 1. Desain Penelitian
Dalam desain ini terdapat dua kelompok, masing-masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen (O1) dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol (O2). Untuk kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan (MPG), sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini secara umum terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perencanaan / persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan / analisis. Adapun prosedur penelitian tergambar pada alur langkah penelitian berikut:
Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 8 Palembang tahun pelajaran 2013/2014, dengan sampel siswa kelas X. IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas X. IPA 4 sebagai kelas kontrol. Kelas XI. IPA 5 sebagai kelas uji coba instrumen penelitian, dimana uji coba ini bertujuan untuk mendapatkan instrumen penelitian yang valid. Setelah itu barulah perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian dapat digunakan.
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes berbentuk essay (uraian) untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan angket dengan skala likert untuk mengukur disposisi matematis siswa.
Hasil tes yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis, pemberian skor hasil tes siswa didasarkan pada pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah. Cara pengolahan nilai tes akhir:
R E X O1
R K O2
Gambar 2. Prosedur Penelitian
Observasi ke sekolah, konsultasi, persiapan, analisis
Menyiapkan perangkat MPG, yaitu: RPP, LAS,LT + Instrumen penelitian: tes akhir, angket
Validasi perangkat pembelajaran dan uji coba instrumen penelitian
Proses Pembelajaran
Laporan Hasil Penelitian
Tahap 1
Persiapan
Tahap 2
Pelaksana- an
Tahap 3
Pelaporan/ Analisis
4. 4
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
Setelah diperoleh skor akhir tes kemampuan pemecahan masalah, peneliti menentukan kategori/kriteria skor yang diperoleh siswa. Pemberian kriteria bertujuan untuk mengetahui kategori kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematis. Kriteria skor tes siswa menurut Suharsimi Arikunto (dalam Yuanari, 2011: 55) yang telah dimodifikasi sebagai berikut:
Tabel 1.
Kriteria Interpretasi Skor
Interval
Kriteria
80 – 100
Sangat Baik
65 – 79,99
Baik
55 – 64,99
Cukup
40 – 54,99
Kurang
0 – 39,99
Sangat Kurang
Data yang diperoleh dari tes akhir tersebut kemudian dianalisa dengan menentukan normalitas dan homogenitas. Uji normalitas diperlukan untuk menentukan statistika uji hipotesis yang akan digunakan. Jika data yang diperoleh berdistribusi normal maka akan digunakan uji t (Student Test).
Demikian juga untuk hasil angket dari hasil penelitian akan dianalisis, pemberian skor hasil angket siswa didasarkan pada pedoman penskoran disposisi matematis. Cara pengolahan skor akhir angket.
Setelah diperoleh skor akhir angket, peneliti menentukan kategori / kriteria skor yang diperoleh siswa. Pemberian kriteria bertujuan untuk mengetahui kategori disposisi matematis siswa pada tabel berikut:
Tabel 2.
Kriteria Disposisi Matematis
Skor Angket
Kategori
75,00 – 100
Tinggi
50,00 - 74,99
Sedang
25 - 49,99
Kurang
0 - 24,99
Rendah
Sumber: Yuanari (2011: 55)
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Palembang yang beralamatkan di Jalan Pertahanan, Plaju Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan dari tanggal 14 Mei 2014 s/d 21 Mei 2014. Pelaksanaan dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Perencanaan/Persiapan
Pada tahap perencanaan peneliti melakukan observasi ke sekolah. Hasil obeservasi tersebut diperoleh informasi mengenai jumlah kelas X yaitu sebanyak sepuluh kelas terdiri dari enam kelas X. IPA dan empat kelas X. IPS. Dipilih dua kelas secara acak sebagai sampel, yaitu kelas X. IPA 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas X. IPA 4 sebagai kelas kontrol. Pada tahap ini juga peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. Perangkat pembelajaran yaitu berupa Silabus, RPP, LAS, dan Tes evaluasi pada tiap akhir pertemuan masing-masing terdiri dari satu buah soal berbentuk essay (uraian). Instrumen pada penelitian ini ada dua macam, yaitu intrumen tes dalam bentuk essay (uraian) untuk mengukur tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan intrumen angket dengan skala likert untuk mengukur tingkat disposisi matematis siswa. Instrumen sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada siswa untuk mengetahui apakah instrumen tersebut memiliki validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran. Untuk instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematis, uji coba dilakukan kepada 20 orang siswa SMA Negeri 8 Palembang kelas XI. Untuk Instrumen angket disposisi matematis yang digunakan dalam penelitian menyadur dari disertasi Kesumawati pada tahun 2010, sehingga angket tersebut tidak perlu divalidasi dan diuji cobakan kepada siswa.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran pada kelas X. IPA 5 dengan menggunakan model pembelajaran generatif
5. 5
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
(MPG) dan kelas X. IPA 4 dengan menggunakan pembelajaran konvesional masing-masing berlangsung sebanyak dua kali pertemuan, setelah diadakan tatap muka selama dua kali baru diadakan evaluasi.
Sebelum peneliti melakukan penelitian dengan MPG pada hari Rabu tanggal 14 Mei 2014, terlebih dahulu pada hari Senin tanggal 12 Mei 2014 pukul 07.00 WIB peneliti melakukan sosialisasi bersama Bapak Ariadi, M. Pd selaku guru bidang studi matematika di kelas X. IPA 5.
Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan pada siswa kelas X di SMA Negeri 8 Palembang, menggunakan dua kelas yaitu satu kelas eksperimen (X. IPA 5) dan satu kelas kontrol (X. IPA 4), dimana pada kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan pembelajaran generatif sedangkan pada kelas kontrol akan diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional, masing- dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan dengan materi statistika. Dalam 3 kali pertemuan pada tiap akhir pembelajaran akan dilakukan evaluasi proses pembelajaran, setelah itu pada pertemuan selanjutnya dilakukan tes akhir serta penyebaran angket untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa setelah dilaksanakan proses pembelajaran pada masing-masing kelas.
Pembelajaran dilakukan berdasarkan RPP yang dibuat sesuai dengan tahap-tahap yang ada pada model pembelajaran generatif (MPG) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pemfokusan, tahap tantangan, dan tahap aplikasi, adapun langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut; Contohnya pada RPP pertemuan 1 untuk kelas Eksperimen.
Tahap 1. Persiapan
Tahap ini dirancang selama 20 menit, yaitu 10 menit terdapat pada kegiatan awal dan 5 menit tedapat pada kegiatan inti. Pada tahap persiapan diawali dengan salam, memberikan sedikit penjelasan tentang MPG kemudian siswa membentuk kelompok belajar dimana kelompok belajar telah dibentuk sebelumnya, setelah itu peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk mengenali materi yang akan dibahas dengan cara menginformasikan materi pembelajaran yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel/diagram plot tertentu serta menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Siswa memperhatikan penjelasan guru (peneliti). Guru menggali gagasan dari siswa serta mengklasifikasikannya (informasi awal) sebagai titik tolak pembelajaran yang akan dilakukan (dengan menyatakan konsep – konsep apa saja yang dapat dikaitkan dengan materi menyajikan data dalam bentuk tabel/diagram plot tertentu yang akan dibahas). Saat guru menggali gagasan dari siswa, guru juga memberi motivasi kepada siswa. Gagasan-gagasan yang muncul dari siswa, bahwa untuk membahas materi, kita membutuhkan beberapa pengetahuan antara lain: Data, tabel, frekuensi, sudut, dan logaritma. Dalam mengemukakan gagasan, siswa akan menghubungkan pengalaman belajar sebelumnya (konsepsi awal) dengan materi yang akan dipelajari. Informasi ini akan menjadi titik tolak awal pembelajaran yang akan digunakan pada tahap pemfokusan melalui kegiatan-kegiatan pada LAS 1 yang diberikan.
Tahap 2. Pemfokusan
Tahap ini dilakukan selama 90 menit. Pada tahap ini guru (peneliti) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkontruksikan pengetahuan melalui kegiatan –kegiatan yang ada pada LAS 1. Mengarahkan siswa mengaitkan konsep yang dipelajari dengan menggunakan konsep – konsep yang telah dipelajari / yang siswa miliki. Kemudian memberikan pertanyaan – pertanyaan yang sifatnya menggali informasi pada siswa.
Siswa berdikusi dengan sesama anggota kelompok dengan bertanya dan menjawab pertanyaan – pertanyaan yang mengarahkan, pertanyaan itu muncul karena ada pertanyaan –pertanyaan dari siswa-siswa yang dalam hal ini guru tidak langsung menjawab tetapi guru balik bertanya.
6. 6
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
Selanjutnya siswa menggunakan konsep yang telah dipahami untuk memecahkan masalah yang ada pada LAS 1.
Tahap 3. Tantangan
Tahap ini dirancang selama 30 menit. Pada tahap ini guru (peneliti) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan sharing idea baik antar siswa atau antar kelompok siswa sehingga siswa dapat membandingkan gagasannya dengan siswa lainnya. Sharing idea yang dilakukan antar kelompok dengan mengemukakan /menampilkan hasil yang didapat dari diskusi kelompok, dengan menuliskan hasil kerja di papan tulis, sehingga kelompok lain dapat membandingkan hasil kerja mereka dan memberikan pendapat atau menanggapi.
Pada tahap ini juga terdapat perbedaan pada hasil kerja yang dikemukakan baik dari proses atau pun hasil, pada waktu ini juga masing-masing kelompok akan mempertahankan pendapatnya, disinilah guru (peneliti) bertugas untuk mengarahkan melalui pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengarahkan sehingga pemahaman siswa menjadi lebih baik. Melalui tahap ini siswa akan merasa bahwa hasil kerjanya tidak sia- sia, dengan kegiatan diskusi kelompok ini juga akan bertambah luas pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang mereka dapatkan.
Tahap 4. Aplikasi
Tahap ini dilakukan selama 30 menit, yaitu 20 menit pada kegiatan inti dan 10 menit pada penutup. Pada tahap ini guru (peneliti) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan pemahaman konseptual yang baru diperolehnya kedalam konteks lain (dengan meminta siswa menggunakan konsep baru yang didapatnya dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan) melalui tugas.
Dalam tahap ini guru (peneliti) menyiapkan lembar tugas sebagai evaluasi dari proses pembelajaran yang telah dilakukan. Lembar tugas berisi satu soal essay (uraian) dimana siswa akan diuji dalam menggunakan / mengaplikasikan pengetahuan yang baru diperoleh selama pembelajaran dalam bentuk konteks lain yang sedikit berbeda dalam tahap pemfokusan.
Setelah itu pembelajaran ditutup dengan mengajak siswa untuk menyimpulkan apa yang sudah mereka dapat dari pembelajaran yang telah dilakukan. Setelah menyimpulkan pembelajaran bersama siswa, guru (peneliti) menyampaikan judul materi pembelajaran selanjutnya pada pertemuan berikutnya untuk dibaca oleh siswa di rumah, yaitu mendeskrisikan dan mengolah data dalam bentuk tabel atau diagram/plot tertentu.
Seperti pada pertemuan pertama, untuk pertemuan kedua dan ketiga tetap dilakukan proses pembelajaran dengan tahap- tahap MPG.
Untuk kelas kontrol (X. IPA 4) proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan RPP pembelajaran konvensional atau pembelajaran yang biasanya dilakukan di sekolah yaitu dengan metode ceramah, dimana guru berperan aktif dalam pembelajarn sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, pada akhir kegiatan pembelajaran siswa diberikan lembar tugas dimana isi tugas tersebut sama dengan lembar tugas yang diberikan di kelas eksperimen (X. IPA 5).
Pada pertemuan terakhir atau ketiga akan diadakan tes akhir untuk melihat tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan menyebarkan angket untuk mengetahui tingkat disposisi matematis siswa baik pada kelas ekperimen maupun kelas kontrol, kemudian hasil tes dan angket dari masing-masing kelas akan dilihat perbandingan tingkat kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematisnya.
Deskripsi Hasil Penelitian
Semua data yang didapat dari hasil penelitian kemudian dihitung dan dianalisis skornya kemudian dilihat tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk tiap pertemuan sesuai dengan kriteria interpretasi skor. Berikut ini disajikan deskripsi rata-rata nilai siswa pada tiap pertemuan yang ditunjukkan pada tabel berikut:
7. 7
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
Tabel 3.
Rata-Rata Nilai Siswa
Kelas
Pertemuan
I
II
III
Eksperimen
76, 16
88, 00
80,51
Kontrol
72, 86
56, 70
47,78
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Dari penelitian diperoleh data hasil angket pada kelas eksperimen (X. IPA 5) dan kelas kontrol (X. IPA 4) pada tabel berikut:
Tabel 4.
Data Hasil Angket Disposisi Matematis
Statistik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
N
38
38
Nilai Tertinggi
95,73
93,29
Nilai Terendah
65,24
65,24
Rata-Rata ( ̅)
76,22
72,50
Analisis Data Penelitian
1. Analisis Data Tes
Untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas control, pada tabel berikut deskripsi data dan kriteria tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Berdasarkan tabel 5 dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelas ekperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
Untuk mengetahui tingkat
Uji Normalitas Data Tes
Dari hasil tes akhir kemampuan pemecahan masalah matematis diketahui:
Tabel 7
Rata-Rata, Modus, dan Simpangan Baku
Kelas
̅
Mo
S
KM
Eksperimen
80,51
81,25
15,91
-0,05
Kontrol
47,78
46,88
14,89
0,06
Dari tabel diatas dapat diperoleh hasil perhitungan uji normalitas data tes dengan menggunakan rumus kemiringan kurva pada kelas ekperimen yaitu -0,05, karena sehingga
data posttest kelas eksperimen berdistribusi
normal. Dan pada kelas kontrol yaitu 0,06, karena sehingga data posttest kelas kontrol berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Data Tes
Dari tes akhir kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol didapat hasil perhitungan uji homogenitas pada tabel dibawah ini:
Statistik
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Nilai
Kriteria
Nilai
Kriteria
N
38
Sangat Baik
38
Kurang
Nilai Maksimum
100,00
78,13
Nilai Minimum
62,50
9,38
Rata-Rata
80,51
47,78
Tabel 5.
Deskripsi Data Tes
Tabel 6.
Perbandingan Persentasi Skor Tes Perindikator
No
Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Eks (%)
Kontrol
(%)
1
Pemahaman masalah
77,63
5,26
2
Membuat atau menyusun model matematika
89,47
80,26
3
Memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah
62,50
50,66
4
Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh
92,43
54,93
Rata-Rata
80,51
47,78
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah, berikut ini perbandingan presentase skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tiap-tiap indikator.
8. 8
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
Tabel 8
Uji Homogenitas
Kelas
N
α
Si2
Fhit
Ftabel
Eksperimen
38
0,05
253,29
1,14
1,73
Kontrol
38
221,66
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji F diatas terlihat bahwa data posttest dinyatakan homogen, karena Fhitung < Fhitung tabel = ( 1,14 < 1,73 ), maka varians- varians adalah homogen. Dari uji normalitas dan uji homogenitas data tes didapat kedua data posttest tersebut normal dan homogen sehingga dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
Uji Hipotesis Data Tes
Dari uji normalitas dan homogenitas maka diperoleh rata-rata dan simpangan baku untuk digunakan dalam uji hipotesis yaitu uji t
Tabel 9
Nilai Rata-Rata dan Varians
Kelas
N
α
Si2
̅
Sgab
thit
Eks
38
0,05
253,29
80,51
15,31
9,27
Kont
38
221,66
47,78
Dari perhitungan diatas diperoleh harga ttabel = 1,67. berdasarkan kriteria pengujian terlihat bahwa thitung > ttabel = 9,27 > 1,67 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Analisis Data Angket
Untuk mengetahui tingkat disposisi matematis siswa pada tabel 10 dapat dilihat deskripsi data disposisi matematis siswa.
Tabel 10
Deskripsi Data Angket
Statistik
Ekperimen
Kontrol
Nilai
Kriteria
Nilai
Kriteria
N
38
Tinggi
38
Sedang
Nilai Maksimum
95,73
93,29
Nilai Minimum
65,24
27,44
Rata-Rata
76,22
72,50
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan disposisi matematis siswa pada kelas ekperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
Untuk mengetahui tingkat disposisi matematis siswa berdasarkan indikator disposisi matematis, berikut tabel perbandingan presentase skor disposisi matematis siswa tiap indikator.
Uji Normalitas Data Angket
Dari hasil skor akhir disposisi matematis didapat hasil perhitungan seperti tabel dibawah ini:
Tabel 12
Rata-Rata, Modus, dan Simpangan Baku
Kelas
̅
Mo
S
KM
Kriteria
Eks
76,22
74,39
7,47
0,25
Normal
Kont
72,50
73,78
9,55
-0,13
Normal
Tabel 11
Perbandingan Presentasi Skor Angket
No
Indikator Disposisi Matematis
Eks (%)
Kont (%)
1
Kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika, mengkomunikasikan ide-ide, dan memberi alasan
69,37
68,79
2
Fleksibel dalam mengeksplorasi ide-ide matematis dan mencoba berbagai metode alternatif untuk memecahkan masalah
78,95
76,48
3
Bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika
73,68
73,55
4
Ketertarikan, keingintahuan, dan kemampuan untuk menemukan dalam mengerjakan matematika
74,91
69,45
5
Kecenderungan untuk memonitoring dan merefleksikan proses berpikir dan kinerja diri sendiri
77,54
72,65
6
Menilai aplikasi matematika dalam bidang lain dan dalam kehidupan sehari-hari
84,21
75,26
7
Penghargaan(appreciation) peran matematika dalam budaya dan nilainya, baik matematika sebagai alat, maupun matematika sebagai bahasa
82,07
77,14
Rata-Rata
76,22
72,50
9. 9
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
Dari tabel diatas diperoleh hasil perhitungan uji normalitas data tes dengan menggunakan rumus kemiringan kurva diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Data Angket
Dari skor akhir angket disposisi matematis didapat hasil perhitungan frekuensi dan varians pada tabel dibawah ini:
Tabel 13
Data Angket Disposisi Matematis
Kelas
N
α
Si2
Fhit
Ftabel
Eks
38
0,05
55,75
1,64
1,73
Kontrol
38
91,20
Dari tabel diatas diperoleh hasil perhitungan uji homogenitas data angket dengan menggunakan uji F.
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan uji F diatas terlihat bahwa data angket dinyatakan homogen, karena Fhitung < Fhitung tabel = ( 1,64 < 1,73 ), maka varians- varians adalah homogen. Dari uji normalitas dan uji homogenitas data angket didapat kedua data tersebut normal dan homogen sehingga dapat dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t.
Uji Hipotesis Data Angket
Dari hasil perhitungan sebelumnya, diperoleh nilai rata-rata, simpangan baku untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 14
Nilai Rata-Rata dan Varians
Kelas
N
Α
Si2
̅
Sgab
thit
Eks
38
0,05
253,29
80,51
8,51
1,88
K
38
221,66
47,78
Dari perhitungan diperoleh harga ttabel = 1,67. berdasarkan kriteria pengujian terlihat bahwa thitung > ttabel = 1,88 > 1,67 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (MPG) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Berdasarkan hasil analisis tes akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk tiap indikator kemampuan pemecahan masalah matematis terlihat jelas bahwa kelas eksperimen yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran generatif lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
Pada analisis nilai tes akhir sesuai dengan kriteria kemampuan pemecahan masalah matematis diperoleh pada kelas eksperimen kemampuan pemecahan masalah adalah sangat baik sedangkan pada kelas kontrol kemampuan pemecahan masalah adalah kurang.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti melalui tes dengan cara memberikan tes akhir pembelajaran. Hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis dengan menggunakan MPG lebih besar dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan ini terlihat dari hasil rata-rata siswa dimana kelas eksperimen adalah 80,51 dan simpangan bakunya 15,91 , sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata siswa adalah 47,78 dan simpangan bakunya 14,89. Dari hasil tes akhir diperoleh t hitung = 9,27 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 74 diperoleh t tabel = 1,67
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang telah dirumuskan H0 ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel , karena 9,27 > 1,67 maka Ha diterima dimana Ha menyatakan bahwa “Ada pengaruh positif model pembelajaran eneratif (MPG) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang”.
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada BAB 1 yaitu “Adakah pengaruh positif model pembelajaran generatif (MPG) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang?”, terbukti kebenarannya bahwa pembelajaran MPG memberikan pengaruh positif terhadap
10. 10
1) Alumni Mahasiswa FKIP Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang
2) Dosen Pembimbing Skripsi Universitas PGRI Palembang
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang.
Pengaruh Model Pembelajaran Generatif (MPG) Terhadap Disposisi Matematis
Berdasarkan hasil analisis skor akhir disposisi matematis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk tiap indikator disposisi matematis, terlihat bahwa kelas ekperimen yang pembelajarannya menggunakan MPG lebih baik dibandingkan kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti. Skor akhir disposisi matematis dengan menggunakan MPG lebih besar dibandingkan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan ini terlihat dari nilai rata-rata siswa dimana kelas eksperimen adalah 76,22 dan simpangan bakunya 55,75 , sedangkan pada kelas kontrol nilai rata-rata siswa adalah 72,50 dan simpangan bakunya 91,20. Dari hasil tes akhir diperoleh t hitung = 1,88 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 74 diperoleh t tabel = 1,67
Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis yang telah dirumuskan H0 ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t tabel , karena 1,88 > 1,67 maka Ha diterima dimana Ha menyatakan bahwa “Ada pengaruh positif model pembelajaran generatif (MPG) terhadap disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang”.
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada BAB 1 yaitu “Adakah pengaruh positif model pembelajaran generatif (MPG) terhadap disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang?”, terbukti kebenarannya bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran generatif (MPG) memberikan pengaruh positif terhadap disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang.
Simpulan
1. Ada pengaruh positif model pembelajaran generatif (MPG) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang.
2. Ada pengaruh positif model pembelajaran generatif (MPG) terhadap disposisi matematis siswa di kelas X pada SMA Negeri 8 Palembang
Saran
1. Bagi guru khususnya guru matematika SMA Negeri 8 Palembang agar dapat menjadikan MPG sebagai inovasi pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan disposisi matematis siswa.
2. Bagi peneliti lain untuk bisa melakukan inovasi baru mengkaitkan model pembelajaran generatif dengan daya matematis lainya serta sebagai referensi dan informasi tambahan tentang MPG, kemampuan pemecahan masalah, dan disposisi matematis.
DAFTAR PUSTAKA
Kesumawati, Nila. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (Tidak Diterbitkan).
Lusiana. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Generatif (MPG) Untuk Pelajaran Matematika Di Kelas X SMA Negeri Palembang. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Palembang.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Syaban, Mumun. (2008). Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi matematis Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Investigasi (Online). (http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/EDUCATIONIST/Vol._III_No._2-, diakses 7 Februari 2014)