SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2
Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama
islam dan bahasa arab di madrasah, mata pelajaran Fikih di SD negeri Sakti
merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah,
terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih
muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai
ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram.
Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan
hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan
diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun
lingkungannya. Mata pelajaran Fikih di SD Negeri Sakti bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang
menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup
dalam kehidupan pribadi dan sosial.
2
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan
baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama
Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia
itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan
lingkungannya.
Islam menganjurkan tentang asas pendidikan yang pertama yang harus
ditanamkan kepada anak sejak dini adalah keimanan, hal ini menjadi acuan
tentang tujuan pokok dari pengajaran fiqih ini dalam konteks sosial yaitu,
bagaimana memberikan pengetahuan kepada manusia agar dapat melaksanakan
ibadah kepada Tuhannya dengan baik.
Saat ini, dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan
yang cepat diluar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus di jawab
oleh dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di
Indonesia tidak di rubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh Negara-negara
lain.
Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru,
bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat difahami oleh anak didik secara
benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh guru
dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik. Model
pembelajaran itu banyak macamnya, setiap model pembelajaran sangat ditentukan
oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola proses
pengajaran.
3
Berdasarkan observasi, di SD Negeri Sakti diperoleh gambaran keadaan di
sekolah kami masih banyak siswa beranggapan bahwa pelajaran fiqih merupakan
pelajaran yang sulit ditambah bahan ajar tidak dimiliki siswa. Hal ini berdampak
pada hasil belajar fiqih yang kurang memuaskan. Salah satu kesulitan dalam
proses pembelajaran adalah siswa merasa kesulitan dan kurang memahami materi
pelajaran. Hal ini disebabkan metode pembelajaran yang monoton sehingga siswa
kurang tertarik dalam pelajaran fiqih dan banyak siswa merasa jenuh dan
mengabaikan pelajaran fiqih. Sedangkan mata pelajaran fiqih mempunyai nilai
yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang
unggul, handal dan baik sejak dini.
Hasil observasi di lapangan, menunjukkan bahwa model pembelajaran
kooperatif belum banyak digunakan. Model pembelajaran kooperatif dapat
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan melalui
metode tersebut siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berfikir. Karena
dengan meningkatnya aktivisas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat
pelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami oleh siswa, karena disana ada
keterlibatan siswa dalam membuat dan menyusun perencanaan proses belajar
mengajar, adanya keterlibatan intelektual dan emosional siswa melalui dorongan
dan semangat yang dimilikinya, serta adanya keikutsertakan siswa secara kreatif
dalam memperhatikan dan mendengarkan apa yang disajikan guru (Slavin, 2008:
143 ).
Penggunaan model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat
dimanfaatkan dan memungkinkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih
4
efektif dan memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model mencari pasangan (Make
A-Match) terhadap pelajaran fiqih materi mengenal ketentuan makanan dan
minuman yang halal dan haram kelas V SD Negeri Sakti .
Berdasarkan pemaparan di atas maka penelitian ini dilakukan dengan
mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Fiqih Materi Mengenal Ketentuan Makanan dan Minuman Yang
Halal dan Haram Melalui Metode Cooperative Make A Match
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
pemasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah melalui penggunaan metode
mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih bagi siswa kelas V SD
Negeri Sakti tentang mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan
haram?
C. Tujuan Penelitian
Dari pemasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar Fiqih bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti
tentang mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram
melalui metode mencari pasangan.
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini hendaknya bermanfaat bagi semua pihak baik secara teoritis
maupun secara praktis.
a. Manfaat Teoritis
Mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar Fiqih bagi
siswa kelas V SD Negeri Sakti melalui metode mencari pasangan.
b. Manfaat Praktis
1. Manfaat bagi Siswa
* Metode mencari pasangan untuk materi operasi hitung pecahan merupakan
suatu upaya memanfaatkan secara maksimal penggunaan pendekatan
pembelajaran pendidikan yang sesuai dengan karakteristik SD Negeri Sakti
dalam mengenalkan konsep Fiqih.
* Semakin berkembangnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran Fiqih.
2. Manfaat bagi Guru
* Metode Pembelajaran ini akan menjadi model alternative bagi para guru
dalam melaksanakan tugas mengajarnya untuk menanamkan konsep operasi
hitung pecahan pelajaran Fiqih.
* Dengan adanya metode pembelajaran ini akan mempermudah guru dalam
mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
* Metode ini juga berguna bagi pengembangan profesionalitas guru untuk
meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.
6
3. Manfaat bagi Sekolah
* Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi sekolah untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran pelajaran Fiqih.
* Hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan memberi sumbangan
bagi pengembangan ilmu Pendidikan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teoritis
1. Hasil Belajar pelajaran Fiqih
a. Fiqih
Secara bahasa, fiqih berarti faham, dalam arti pengertian atau pemahaman
yang mendalam yang menghendaki pengarahan potensi akal. Para Ulama’ Usul
Fiqih mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan hukum-hukum Islam (Syarak)
yang bersifat amali (amalan) melalui dalil-dalinya yang terperinci. Sedangkan
para ulama’ Fiqih mendefinisikan feqih sebagai sekumpulan hukum amaliah yang
di syariatkan dalam Islam.
Dengan demikian, pada definisi pertama terlihat bahwa seorang ahli fiqih
bersifat aktif dalam memperoleh hukum-hukum itu sendiri, sedangkan pada
definisi yang kedua seorang ahli fikih hanya memelihara atau menghafal hukum-
hukum dari peristiwa yang ada.
b. Belajar Fiqih
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar
responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut
8
kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb ) supaya
mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 ). Belajar dalam penelitian ini
diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu
menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Fiqih.
c. Hasil Belajar Pelajaran Matematika
Hasil belajar pelajaran Fiqih merupakan hasil yang dicapai berdasarkan
materi dan kompetensi yang ada dalam kurikulum pembelajaran berupa angka
dari hasil test ujian cawu atau ujian semester. Hasil test tersebut merupakan
pencerminan dari hasil yang telah di capai oleh siswa selama pembelajaran dalam
periode tertentu.
2. Metode Mencari Pasangan ( Make – a Macth )
a. Pengertian Metode Make-a Match
Metode secara harfiah bearti “ cara “ dalam pemahaman umum metode
diartikan suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.
Make – a Match atau mencari pasangan adalam metode pembelajaran yang
cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah
diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan
dengan stratgei ini dengan catatan peserta didik diberi tugas untuk mempelajari
topic yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka
sudah memiliki bekal pengetahuan.
Metode Make-a Match merupakan salah satu metode yang dikembangkan
dari pendekatan kooperatif. Metode Pembelajaran kooperatif beranjak dari
9
pemikiran “ getting better together” yang menekankan pada pemberian
kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa
untuk memperoleh,mengembangkan pengetahuan,sikap,nilai,serta ketrampilan-
keterampilan sosial yangbermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pada
metode Make-a match siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan
kartunya diberi poin. Dalam metode pembelajaran ini siswa dan guru sama
aktifnya. Guru di tuntut untuk menilai setiap tindakan siswa yang berkaitan
dengan aspek afektif,kognitif dan psikomotorik. Sedangkan siswa dituntut
pengetahuan dan rasa sosialnya terhadap guru. Siswa juga diberi hak untuk
mencatat nilai untuk temannya yang sudah menjawab soal.sejingga memudahkan
guru dalam menilai serta melatih kejujuran siswa.
b. Langkah-langkah Metode Make – a Macth
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode make- a Match
yaitu
 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topic yang
cocok berupa kartu soal dan kartu jawaban
 Siswa yang mendapat kartu akan memikirkan jawaban atau soal dari
kartu yang dipegang
 Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan
kartunya ( kartu soal/kartu jawaban )
10
 Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi
poin.
 Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
 Kesimpulan
 Penutup
c. kelebihan dan kekurangan metode Pembelajaran make-a Macth
Dalam setiap metode pembelajaran,pasti ada kekurangan dan
kelebihannya. Kelebihan dari metode pembelajaran Make-a Match adalah
melatih siswa untuk ketelitian,kecermatan,dan letepatan serta kecepatan. dalam
hal ini menggunakan prinsip cepat dan bisa/benar. Sedangkan kekurangannya
adalah karena waktunya yang cepat maka siswa kurang berkosentrasi, dan bisa
menimbulkan kericuhan/kegaduhan di kelas ketika siswa mencari pasangannya
( kartunya). Namun hal ini bisa diantisipasi atau dihindari dnegan kreativitas
guru dengan menetapkan pasangan mana siswa harus pindah sehingga kericuhan
bisa dikurangi.
B. Kerangka Berfikir
Pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan ternyata belum
mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar bahkan siswa cenderung
bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar yang
menyebabkan rendahnya perolehan nilai hasil belajar.
11
Penggunaan pembelajaran dengan metode mencari pasangan dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok akan meningkatkan rasa
toleransi siswa untuk saling membantu dalam mempelajari materi. Di duga
dengan menggunakan metode mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar
bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti tentang Mengenal ketentuan makanan dan
minuman yang halal dan haram.
Secara Skematis uraian digambarkan kerangka pemikirannya sebagai berikut:
Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran PTK
KONDISI
AWAL
Diduga melalui metode
investigasi kelompok
dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V SD
Negeri Sakti semester I
tahun ajaran 2013/2014
Menerapkan metode
mencari pasangan
GURU:
Menggunakan metode
konvensional
SISWA :
Nilai Pelajaran Fiqih
rendah
SIKLUS I:
Penggunaan metode
mencari pasangan
SIKLUS II:
Penggunaan metode
mencari pasangan
TINDAKAN
KONDISI
AKHIR
12
C. Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka yang menjadi hipotesis
dalam penelitian ini adalah melalui metode mencari pasangan dapat meningkatkan
hasil belajar Fiqih bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti tentang Mengenal
ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V pada SD Negeri
Sakti Kabupaten Pidie.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Januari sampai
dengan bulan Maret 2013. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari
efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Adapun pembagian waktu penelitian
dapat diperinci seperti pada tabel 1.
Tabel 1.Pembagian Waktu Penelitian
N
o Kegiatan
Waktu
Januari Februari Maret
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1
Pengajuan proposal
2
Penyusunan rancangan
3
Pelaksanaan siklus I
4
Analisis hasil siklus I
5
Pelaksanaan siklus II
6
Analisis hasil siklus II
7
Penulisan hasil
penelitian
14
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri Sakti tahun ajaran
2013/2014 yang berjumlah 32 siswa 18 laki-laki dan 14 perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, sebagai subyek penelitian.
Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis dan guru
kolaborator. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas
tentang mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram. Selain
siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru
kelas sebagai sumber data.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar,
indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan
belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa, lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar.
15
4. Tes tertulis , tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep belajar.
5. Lembar Observasi, merupakan lembar pengamatan aktivitas siswa dan juga
aktivitas guru selama proses pembelajaran dilakukan. Validasi proses
pembelajaran ini dilakukan dengan tekhnik triangulasi sumber dan trianggulasi
metode.
E. Analisa Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
dekskriptif, yang meliputi:
1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan
hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar
dengan indikator pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
PHB =
𝑃
𝑄
x 100%
Keterangan: PHB = Penilaian Hasil Belajar
P = Skor yang diperoleh siswa
Q = Skor maksimum
Dengan kriteria: 0% < PHB < 65%, belum tuntas belajar
PHB ≥ 65%, telah tuntas belajar.
Secara individu seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika PHB
siswa tersebut telah mencapai 65%. Selanjutnya persentase siswa yang telah tuntas
dalam belajar secara klasikal dapat dirumuskan sebagai berikut:
16
PKK =
𝑋
𝑌
x 100%
Keterangan: PKK = Persentase Ketuntasan Klasikal
X = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar
Y = Jumlah siswa
Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal akan diperoleh jika didalam kelas
tersebut terdapat 85% siswa telah mencapai nilai ≥ 65%.
2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan
hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Data aktivitas siswa dan
aktivitas guru menggunakan kriteria tingkat keaktifan siswa dan guru selama
pembelajaran menurut Aqib (2009:270) adalah:
Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa dan guru
No Skor Katagori penilaian
1. 5 ( 80% - 100% ) Sangat baik
2 4 ( 60% - 80% ) Baik
3 3 ( 40% - 60% ) Cukup
4 2 ( 20% - 40% ) Kurang
5 1 ( 10 – 20% ) Sangat Kurang
Analisis data aktivitas siswa dan guru dianalis dengan menggunakan
persentase, dengan menggunakan rumus:
P=F/NX100% (Sudijono, 2005:43)
Keterangan:
P= persentase yang di cari
F= Frekuensi aktivitas guru
N= Jumlah aktivitas guru
17
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri
atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi. Pada siklus pertama terdiri dari 2 kali tatap muka dan siklus kedua
terdiri dari 2 kali tatap muka. Alokasi waktu untuk setiap tatap muka adalah 2
jam pelajaran.
1. Siklus I
a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
 Menyiapkan Silabus, RPP, dan Lembar Observasi
 Menyiapkan kelompok belajar.
 menyiapkan kartu pasangan jawaban/soal
b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
 pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,
 secara klasikal menjelaskan strategi dalam metode mencari pasangan,
 proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran metode
mencari pasangan,
 Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,
 mengadakan tes tertulis,
 penilaian hasil tes tertulis.
c. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan
menilai hasil tes serta hasil praktek sehingga diketahui hasilnya,
18
d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada
siklus I sebagai refleksi pelaksanaan siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
 Menyiapkan Silabus, RPP, dan Lembar Observasi
 Menyiapkan kelompok belajar.
 Menyiapkan kartu pasangan jawaban/soal
b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
 pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,
 secara klasikal menjelaskan strategi dalam metode mencari pasangan,
 proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran metode
mencari pasangan,
 Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,
 mengadakan tes tertulis,
 penilaian hasil tes tertulis.
c. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan
menilai hasil tes serta hasil praktek sehingga diketahui hasilnya,
d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada
siklus I sebagai refleksi pelaksanaan siklus II.
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas V SD Negeri Sakti dengan
jumlah siswa sebanyak 32 orang 18 Laki-laki dan 14 perempuan. Pelaksanaan
pembelajaran seperti biasanya siswa duduk dengan teratur di bangkunya masing-
masing. Guru memberikan materi dan siswa membuka buku paket untuk
mendengarkan materi yang diberikan oleh guru. Suasana belajar yang sepi dan
diam yang terdengar hanya suara guru sedangkan siswa hanya diam menerima
materi dari gurunya. Beberapa siswa sempat ribut dan berbicara tetapi guru
langsung mendiamkannya. Beberapa siswa terlihat mengantuk dan kurang
menyimak penyampaian guru.
Berdasarkan hasil pengamatan nilai belajar pada pra siklus maka dapat di
analisa sebagai berikut :
Tabel 4.1 Rekap hasil test pra-siklus
NO
Hasil
(Angka)
Hasil(Huruf) Arti
Lambang
Jumlah
Siswa
Persen*
( % )
Keterangan
1 85-100 A Sangat baik - 0 Tuntas
2 75-84 B Baik - 0 Tuntas
3 65-74 C Cukup 8 25 Tuntas
4 55-64 D Kurang 11 34 Belum Tuntas
5 <54 E Sangat Kurang 13 40 Belum Tuntas
Jumlah Total 32 100 %
Sumber : Tabulasi data
* Persen ( % ) = Jumlah Siswa X 100
Jumlah Total
20
Dari Table 4.1 di atas terlihat bahwa pada pra-siklus tidak ada siswa yang
mendapat nilai A ( sangat baik ) dan nilai B ( baik ), 8 siswa ( 25%) yang
mendapat nilai C ( cukup ), 11 siswa ( 34%) yang mendapat nilai D ( kurang ) dan
13 siswa ( 40%) yang mendapat nilai E ( sangat kurang ).
Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Tes Pra siklus
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 70
2 Nilai Terendah 50
3 Nilai Rata-rata 57
Nilai rata-rata pada pra siklus adalah sebesar 57 dengan nilai tertinggi 70
dan nilai terendah 50 . Nilai rata-rata pra siklus masih di bawah nilai KKM yaitu
sebesar 65.
B. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pecahan dengan
kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu
sebanyak 2 x 35 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 1 kali tatap muka.
Pada siklus I terjadi dua kali pertemuan atau dua kali tatap muka ( Lampiran 3 ).
21
b. Penyiapan skenario pembelajaran.
 Penyiapan kartu berpasangan soal/jawaban
 Penyiapan kelompok siswa
2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
a.) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada jam pembelajaran,
b). Secara klasikal penulis sebagai guru menjelaskan strategi dalam metode
mencari pasangan,
c). Melaksanakan Proses pembelajaran dengan metode mencari pasangan,
setiap siswa diberikan kartu soal dan jawaban. Guru meminta siswa saling
mencari pasangan kartunya tersebut. siswa yang pertama menemukan akan
mendapatkan poin.
e). Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal
ini observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru bidang studi dan guru
kelas ( teman sejawat ) SD Negeri 7 Sigli. Observasi dilaksanakan untuk
mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa
dalam memahami materi yang diajarkan. Hasil observasi digunakan sebagai
bahan refleksi dalam pembahasan.
f) Mengadakan tes lisan pada akhir siklus I,
g). Penilaian hasil tes lisan.
22
3. Pengamatan (observing)
Tabel 4.3 Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I
No
Hasil
(Angka)
Hasil
( Huruf)
Arti Lambang Jumlah
Siswa
Persen*
( % )
Keterangan
1 85-100 A Sangat baik 9 28 Tuntas
2 75-84 B Baik 10 31 Tuntas
3 65-74 C Cukup 7 21 Tuntas
4 55-64 D Kurang 6 18 Belum Tuntas
5 <54 E Sangat Kurang - 0 Belum Tuntas
Jumlah Total 32 100 %
Sumber : Tabulasi data
* Persen ( % ) = Jumlah Siswa X 100
Jumlah Total
Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Tes siklus I
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 85
2 Nilai Terendah 60
3 Nilai Rata-rata Kelas 71
Pada siklus I terjadi peningkatan perolehan nilai seperti tertera pada Tabel
4.3 di bawah ini, Terlihat perolehan nilai A ( sangat baik ) sebanyak 8 siswa (
28%), nilai B ( baik ) sebanyak 10 siswa ( 35%), nilai C ( cukup ) sebanyak 6
siswa ( 21%), dan nilai D ( kurang ) sebanyak 4 siswa ( 14%).
23
a. Aktivitas Siswa dan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer. Aktivitas siswa dan guru
pada siklus I dalam hal mengikuti pembelajaran sudah baik. Pada pertemuan
pertama dan kedua terlihat siswa aktif mengikuti pembelajaran terutama dalam hal
berinteraksi dengan siswa lain. Siswa saling mencari jawaban dan soal dari kartu
yang dipegangnya. Pada siklus I siswa yang berhasil menemukan pasangannya
sebanyak 8 siswa selebihnya belum menemukan pasangannya dikarenakan waktu
telah habis. Persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 60%. Sedangkan
persentase aktivitas guru adalah sebesar 76 %.
Tabel 3. Aktivitas Siswa dan Guru pada siklus I
No Aspek Pengamatan Skor
Pengamatan
1
Keaktifan dalam Bertanya
2
2
Keaktifan dalam menjawab
2
3
Memberikan tanggapan terhadap materi
2
4
Membantu siswa lain
4
5
Berpartisipasi dalam KBM
3
6
Berinteraksi dengan siswa lain
4
7
Ketepatan dan kecepatan dalam menemukan pasangan
2
8
Antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
4
9
Merespon terhadap penghargaan yang diberikan guru
4
Rata-rata Aktivitas Siswa ( % ) 60%
24
1
Menerapkan Langkah-langkah Pembelajaran
4
2
Menjelaskan Materi
4
3
Mengelola Kelas
4
4
Memotivasi siswa
4
5
Menberikan Kesempatan bagi siswa untuk Tanya jawab
3
6
Mengorganisir siswa
3
7
Membimbing Siswa
4
8
Memberi penghargaan bagi siswa/kelompok yang bagus
4
9
Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan
4
Rata-rata Aktivitas Guru ( % ) 76%
b. Hasil Tes Kemampuan Siswa
Hasil pengamatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal
latihan pada siklus I lebih meningkat dari pra siklus yaitu sebanyak 26 siswa (
71% ) dari jumlah 32 siswa sudah tuntas dalam belajarnya. Perolehan hasil belajar
siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan , keberhasilan yang telah dicapai pada
siklus I adalah sebagai berikut:
a. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I sudah mencapai 75% dengan nilai
rata-rata kelas sebesar 68. Perolehan hasil belajar pada siklus I belum mencapai
ketuntasan yang diharapkan yaitu sebanyak 85% siswa sudah tuntas.
25
a. Keaktifan siswa terlihat dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalah hal
keantusisme dalam mengikuti pembelajaran. Persentase keaktifan siswa pada
siklus I adalah sebesar 60% atau termasuk kategori cukup. Sedangkan persentase
aktivitas guru sebesar 76% atau sudah baik.
Hal-hal yang harus diperbaiki atau ditingkatkan dari siklus I adalah
 Guru bisa menerapkan kerja kelompok supaya semua soal dapat terjawab atau
semua kartu mendapat pasangannya sehingga waktu untuk mencari pasangan
kartu cukup tersedia
 Guru juga bisa memberikan penghargaan bagi kelompok yang tepat dan cepat
menemukan pasangannya.
 Hasil kerja siswa tersebut bisa dipajangkan di depan kelas sehingga semau
siswa dapat melihatnya.
C. Deskripsi Hasil Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:
a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pecahan dengan
kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu
sebanyak 2 x 35 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 1 kali tatap muka.
Pada siklus I terjadi dua kali pertemuan atau dua kali tatap muka ( Lampiran 3 ).
26
b. Penyiapan skenario pembelajaran.
 penyiapan kelompok belajar dengan memperhatikan heterogenitas gender
dan kemampuan akademik
 Penyiapan kartu pasangan soal/jawaban
2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;
a.) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada jam pembelajaran,
b). Secara klasikal penulis sebagai guru menjelaskan strategi dalam metode
mencari pasangan,
c). Melaksanakan Proses pembelajaran dengan metode mencari pasangan,
siswa secara berkelompok mencari pasangan setiap kartu dan menempelkan
didepan kelas. kelompok yang terlebih dahulu menyelesaikan pencarian
pasangan akan mendapat poin.
e). Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,
Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal
ini observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru bidang studi dan guru
kelas ( teman sejawat ) SD Negeri 2 Sigli. Observasi dilaksanakan untuk
mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa
dalam memahami materi yang diajarkan. Hasil observasi digunakan sebagai
bahan refleksi dalam pembahasan.
f) Mengadakan tes lisan pada akhir siklus I,
g). Penilaian hasil tes lisan.
27
3. Pengamatan (observing)
Tabel 4.6 Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II
No Hasil
(Angka)
Hasil
(Huruf)
Arti Lambang Jumlah
Siswa
Persen*
( % )
Keterangan
1 85-100 A Sangat Baik 15 46 Tuntas
2 75-84 B Baik 12 37 Tuntas
3 65-74 C Cukup 5 15 Tuntas
4 55-64 D Kurang - 0 Belum Tuntas
5 <54 E Sangat Kurang - 0 Belum Tuntas
Jumlah 32 100%
Sumber : Tabulasi Data
* Persen ( % ) = Jumlah Siswa X 100
Jumlah Total
Dari tabel di atas memperlihatkan perolehan nilai hasil test siklus II,
sebanyak 15 siswa ( 46% ) mendapatkan nilai A ( sangat baik ), 12 siswa ( 37%)
mendapatkan nilai B ( baik ), dan 5 siswa ( 15% ) mendapatkan nilai C ( cukup)
dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai D ( kurang ).
Tabel 4.7 Rata-rata Hasil Tes siklus II
No Keterangan Nilai
1 Nilai tertinggi 90
2 Nilai Terendah 70
3 Nilai Rata-rata 82
Rata-rata perolehan nilai pada siklus II ini adalah 82 dengan nilai
tertinggi 90 dan nilai terendah 70.
28
a. Aktivitas Siswa dan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan dari observer. Aktivitas siswa dan guru
pada siklus I dalam hal mengikuti pembelajaran sudah baik. Pada siklus II
aktivitas siswa sudah lebih meningkat dari pra siklus. Terlihat selama proses
pembelajaran siswa sangat antusias dan saling membantu untuk menjadi
kelompok yang terbaik. Pemberian hadiah atau penghargaan bagi kelompok
dengan penampilan yang baik menjadikan siswa bersemangat dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Persentase keaktifan
siswa pada siklus II adalah sebesar 82 % atau sudah sangat baik. Sedangkan
persentase aktivitas guru adalah sebesar 84% .
Tabel 5. Aktivitas Siswa dan Guru Siklus II
No Aspek Pengamatan Skor
Pengamatan
1
Keaktifan dalam Bertanya 4
2
Keaktifan dalam menjawab 3
3
Memberikan tanggapan terhadap materi 3
4
Bekerjasama dalam kelompok 5
5
Melakukan tugas yang diberikan oleh guru 5
6
Ketepatan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas 5
7
Berinteraksi dengan siswa/kelompok lain 5
8
Antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 5
9
Merespon terhadap penghargaan yang diberikan guru 5
Rata-rata Aktivitas Siswa ( % )
89%
29
1
Menerapkan Langkah-langkah Pembelajaran 4
2
Menjelaskan Materi 4
3
Mengelola Kelas 4
4
Memotivasi siswa 5
5
Menberikan Kesempatan bagi siswa untuk Tanya jawab 5
6
Mengorganisir siswa dalam kelompok 5
7
Membimbing Siswa 5
8
Memberi penghargaan bagi kelompok yang bagus 5
9
Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan 5
Rata-rata Aktivitas Guru ( % )
93%
b. Hasil Tes Kemampuan Siswa
Hasil tes siswa pada siklus II lebih meningkat dari siklus I. Tabel dibawah
ini memperlihatkan perolehan hasil belajar siswa pada siklus II dengan
ketuntasan sudah mencapai 100% dan rata-rata kelas sebesar 84.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan , keberhasilan yang telah dicapai pada
siklus I adalah sebagai berikut:
 Perolehan ketuntasan pada siklus II mencapai 100% dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 82. Pencapaian ini sudah seperti yang diharapkan yaitu lebih
dari 85% siswa mampu memperoleh nilai di atas 65.
 Aktivitas siswa pada siklus II pun lebih meningkat dari siklus I terutama
dalam hal antusisme dalam mengikuti KBM, bekerjasama dengan
30
kelompoknya dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Selain
itu juga pada siklus II siswa sudah banyak yang tepat dan cepat
mencocokkan pasangan kartu dengan persentase aktivitas siswa sebesar
89%.
 Aktivitas guru pada siklus II pun semakin baik. Guru sudah lebih lancar
mengelola kelas dan pembelajaran. terutama dalam menciptakan suasana
pembelajaran yang dinamis, menyenangkan dan efektif. Persentase
aktivitas guru adalah sebesar 93%.
Pembahasan
a. Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II, telah terjadi
peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri Sakti dalam mempelajari
mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram. Secara klasikal
ketuntasan telah dicapai pada siklus II yaitu lebih dari 85% siswa mampu
menjawab lebih dari 65% soal yang diberikan. Mulyana (2005:99) menyatakan.
“Keberhasilan kelas dilihat dai jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan
atau mencapai sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di
kelas tersebut. Penggunaan metode mencari pasangan menjadikan pembelajaran
matematika tidak membosankan bagi siswa dan juga tidak menegangkan karena
diselingi dengan permainan dan persaingan yang menantang.
31
b. Proses Pembelajaran
Selama proses pembelajaran berlangsung, khususnya pada akhir siklus II
siswa terlihat sangat antusias mengikuti proses pembelajaran, terlihat dari hasil
pengamatan keaktifan siswa pada siklus II lebih meningkat dari siklus I. Siswa
sangat senang mengikuti kegiatan belajar mengajar secara berkelompok. Selama
proses pembelajaran siswa terlihat saling membantu dan berdiskusi dengan teman
baik dalam kelompoknya mau pun di luar kelompok. Peningkatan aktivitas siswa
terlihat dari peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 81%
menjadi 100%.
32
BAB V
Simpulan dan Saran
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran
dengan metode mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa
kelas V SD Negeri Sakti. Peningkatan tersebut terlihat dari perolehan Hasil
belajar, ketuntasan belajar siswa dan juga keaktifan siswa dan aktivitas guru
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ketuntasan belajar pada siklus I
sebesar 81% rata-rata kelas 71 menjadi 100% rata-rata kelas 82 pada siklus II.
Ketuntasan siswa secara klasikal tercapai pada siklus II yaitu lebih dari 85% siswa
mampu memperoleh nilai lebih dari 65. Hasil yang diperoleh pada siklus I dan
siklus II sangat berbeda dengan hasil belajar yang diperoleh pada pra siklus yaitu
pencapaian ketuntasan sebesar 18% dengan rata-rata 57.
Adapun hasil pengamatan pada proses belajar mengajar memperlihatkan
keaktifan siswa pada siklus II lebih meningkat pada siklus I. Persentase keaktifan
siswa pada siklus I sebesar 60% menjadi 89% pada siklus II. Aktivitas guru pun
semakin meningkat dalam mengelola dan mengorganisir siswa yaitu sebesar 76%
menjadi 93%.
33
B. Saran
 Dalam menerapkan metode mencari pasangan guru sebaiknya
mempersiapkan soal-soal yang mudah terlebih dahulu kemudian diikuti
dengan soal yang lebih sulit secara bertahap.
 Sebelum menerapkan model pembelajaran ini, disarankan guru untuk
mempersiapkan bahan-bahan dan penunjang lainnya untuk kegiatan
belajar mengajar ( KBM )
 Di sarankan untuk menggunakan metode pembelajaran ini karena mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dan juga menjadikan siswa lebih aktif
dalam proses pembelajaran
 Perlu adanya penelitian lanjutan karena penelitian ini hanya dilakukan di
SD Negeri Sakti
34
1
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Yrama Widya
Maftuh, M. Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.
Mulyasa,E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sudjana, N. 2001. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung, Sinar Baru
Algesindo.
Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah . Jakarta, Penerbit
Rineka Cipta
Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Raja Grafindo
Persada.
Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta, Grasindo
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi
VI). Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Clark, D. (1999). Learning Domains Or Blooms Taxonomy.
Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Lie, A. (2002). Cooperative Learning, Mempratikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Gramedia Widiasmara Indonesia.
Furqon. (1982). Pengantar penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta.
Mulyasa, E. (2003). Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA.
Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Sudjana, N.(2008). Metode Statistik, Bandung: Tarsito
Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
2
3

More Related Content

What's hot

Siklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelasSiklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelasMAFIA '11
 
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Heri Triyono
 
Presentasi best prastice
Presentasi best prasticePresentasi best prastice
Presentasi best prasticekasmadi4
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKAida Dwi Astuti
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKHaristian Sahroni Putra
 
Konsep penelitian tindakan kelas
Konsep penelitian tindakan  kelasKonsep penelitian tindakan  kelas
Konsep penelitian tindakan kelasauliyadewii
 
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )makciak
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTKHaristian Sahroni Putra
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKAida Dwi Astuti
 
03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusro03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusroWijaya Kusumah
 
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelasKonsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelaseli priyatna laidan
 
Modul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAModul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAEKO SUPRIYADI
 
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasContoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasWanakisu Wanahugu
 
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan KelasPenelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan KelasFURQON
 
Penelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upiPenelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upiRisou Kun
 
Penelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptPenelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptSang Ucup
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
 

What's hot (20)

Siklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelasSiklus penelitian tindakan kelas
Siklus penelitian tindakan kelas
 
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
Ptk jumanah ctl pkn bab iii iv v 6 april 2016
 
Presentasi best prastice
Presentasi best prasticePresentasi best prastice
Presentasi best prastice
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTK
 
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTKPenelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Perkembangan PTK
 
Konsep penelitian tindakan kelas
Konsep penelitian tindakan  kelasKonsep penelitian tindakan  kelas
Konsep penelitian tindakan kelas
 
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )Penelitian tindakan kelas ( ptk ) &  contoh karya tulis ilmiah ( kti )
Penelitian tindakan kelas ( ptk ) & contoh karya tulis ilmiah ( kti )
 
Petunjuk tulis ptk
Petunjuk tulis ptkPetunjuk tulis ptk
Petunjuk tulis ptk
 
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTKPenelitian Tindakan Kelas -  Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
Penelitian Tindakan Kelas - Pengertian dan Ruang Lingkup PTK
 
Silabus evaluasi pai
Silabus evaluasi paiSilabus evaluasi pai
Silabus evaluasi pai
 
Konsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTKKonsep teori dan contoh PTK
Konsep teori dan contoh PTK
 
JURNAL
JURNALJURNAL
JURNAL
 
03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusro03. menyusun proposal ptk yusro
03. menyusun proposal ptk yusro
 
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelasKonsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
Konsep dan karakteristik penelitian tindakan kelas
 
Modul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIAModul plpg PTK KIMIA
Modul plpg PTK KIMIA
 
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelasContoh prosedur penelitian tindakan kelas
Contoh prosedur penelitian tindakan kelas
 
Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan KelasPenelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas
 
Penelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upiPenelitian tindakan kelas upi
Penelitian tindakan kelas upi
 
Penelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptPenelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas ppt
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
 

Similar to FIQIH MENINGKAT (20)

isi
isi isi
isi
 
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
 
Bab i ii ptk
Bab i ii ptkBab i ii ptk
Bab i ii ptk
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Makalah kajian fisika sekolah
Makalah kajian fisika sekolahMakalah kajian fisika sekolah
Makalah kajian fisika sekolah
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaran
 
Proposal sekripsi
Proposal sekripsi Proposal sekripsi
Proposal sekripsi
 
Ptk jual-beli
Ptk jual-beliPtk jual-beli
Ptk jual-beli
 
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoBab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
proposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadistproposal ptk qur'an hadist
proposal ptk qur'an hadist
 
Bg ucok i
Bg ucok iBg ucok i
Bg ucok i
 
Ptk ipa
Ptk ipaPtk ipa
Ptk ipa
 
2.docx
2.docx2.docx
2.docx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Buku Panduan Pendekatan Bertema.pdf
Buku Panduan Pendekatan Bertema.pdfBuku Panduan Pendekatan Bertema.pdf
Buku Panduan Pendekatan Bertema.pdf
 
15205061 (klp 3)
15205061 (klp 3)15205061 (klp 3)
15205061 (klp 3)
 

FIQIH MENINGKAT

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama islam dan bahasa arab di madrasah, mata pelajaran Fikih di SD negeri Sakti merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram. Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Mata pelajaran Fikih di SD Negeri Sakti bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
  • 2. 2 b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya. Islam menganjurkan tentang asas pendidikan yang pertama yang harus ditanamkan kepada anak sejak dini adalah keimanan, hal ini menjadi acuan tentang tujuan pokok dari pengajaran fiqih ini dalam konteks sosial yaitu, bagaimana memberikan pengetahuan kepada manusia agar dapat melaksanakan ibadah kepada Tuhannya dengan baik. Saat ini, dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat diluar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus di jawab oleh dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di Indonesia tidak di rubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh Negara-negara lain. Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat difahami oleh anak didik secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik. Model pembelajaran itu banyak macamnya, setiap model pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam mengelola proses pengajaran.
  • 3. 3 Berdasarkan observasi, di SD Negeri Sakti diperoleh gambaran keadaan di sekolah kami masih banyak siswa beranggapan bahwa pelajaran fiqih merupakan pelajaran yang sulit ditambah bahan ajar tidak dimiliki siswa. Hal ini berdampak pada hasil belajar fiqih yang kurang memuaskan. Salah satu kesulitan dalam proses pembelajaran adalah siswa merasa kesulitan dan kurang memahami materi pelajaran. Hal ini disebabkan metode pembelajaran yang monoton sehingga siswa kurang tertarik dalam pelajaran fiqih dan banyak siswa merasa jenuh dan mengabaikan pelajaran fiqih. Sedangkan mata pelajaran fiqih mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumberdaya manusia yang unggul, handal dan baik sejak dini. Hasil observasi di lapangan, menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif belum banyak digunakan. Model pembelajaran kooperatif dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan melalui metode tersebut siswa merasa lebih terdorong untuk belajar dan berfikir. Karena dengan meningkatnya aktivisas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna dan mudah dipahami oleh siswa, karena disana ada keterlibatan siswa dalam membuat dan menyusun perencanaan proses belajar mengajar, adanya keterlibatan intelektual dan emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya, serta adanya keikutsertakan siswa secara kreatif dalam memperhatikan dan mendengarkan apa yang disajikan guru (Slavin, 2008: 143 ). Penggunaan model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat dimanfaatkan dan memungkinkan guru dapat mengelola kelas dengan lebih
  • 4. 4 efektif dan memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan model mencari pasangan (Make A-Match) terhadap pelajaran fiqih materi mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram kelas V SD Negeri Sakti . Berdasarkan pemaparan di atas maka penelitian ini dilakukan dengan mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih Materi Mengenal Ketentuan Makanan dan Minuman Yang Halal dan Haram Melalui Metode Cooperative Make A Match B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pemasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah melalui penggunaan metode mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti tentang mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram? C. Tujuan Penelitian Dari pemasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar Fiqih bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti tentang mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram melalui metode mencari pasangan.
  • 5. 5 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini hendaknya bermanfaat bagi semua pihak baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Manfaat Teoritis Mendapatkan teori baru tentang peningkatan hasil belajar Fiqih bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti melalui metode mencari pasangan. b. Manfaat Praktis 1. Manfaat bagi Siswa * Metode mencari pasangan untuk materi operasi hitung pecahan merupakan suatu upaya memanfaatkan secara maksimal penggunaan pendekatan pembelajaran pendidikan yang sesuai dengan karakteristik SD Negeri Sakti dalam mengenalkan konsep Fiqih. * Semakin berkembangnya minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran Fiqih. 2. Manfaat bagi Guru * Metode Pembelajaran ini akan menjadi model alternative bagi para guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya untuk menanamkan konsep operasi hitung pecahan pelajaran Fiqih. * Dengan adanya metode pembelajaran ini akan mempermudah guru dalam mengembangkan kompetensi yang dimiliki siswa baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. * Metode ini juga berguna bagi pengembangan profesionalitas guru untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar.
  • 6. 6 3. Manfaat bagi Sekolah * Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran pelajaran Fiqih. * Hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan dan memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu Pendidikan.
  • 7. 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teoritis 1. Hasil Belajar pelajaran Fiqih a. Fiqih Secara bahasa, fiqih berarti faham, dalam arti pengertian atau pemahaman yang mendalam yang menghendaki pengarahan potensi akal. Para Ulama’ Usul Fiqih mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan hukum-hukum Islam (Syarak) yang bersifat amali (amalan) melalui dalil-dalinya yang terperinci. Sedangkan para ulama’ Fiqih mendefinisikan feqih sebagai sekumpulan hukum amaliah yang di syariatkan dalam Islam. Dengan demikian, pada definisi pertama terlihat bahwa seorang ahli fiqih bersifat aktif dalam memperoleh hukum-hukum itu sendiri, sedangkan pada definisi yang kedua seorang ahli fikih hanya memelihara atau menghafal hukum- hukum dari peristiwa yang ada. b. Belajar Fiqih Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut
  • 8. 8 kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb ) supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 ). Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Fiqih. c. Hasil Belajar Pelajaran Matematika Hasil belajar pelajaran Fiqih merupakan hasil yang dicapai berdasarkan materi dan kompetensi yang ada dalam kurikulum pembelajaran berupa angka dari hasil test ujian cawu atau ujian semester. Hasil test tersebut merupakan pencerminan dari hasil yang telah di capai oleh siswa selama pembelajaran dalam periode tertentu. 2. Metode Mencari Pasangan ( Make – a Macth ) a. Pengertian Metode Make-a Match Metode secara harfiah bearti “ cara “ dalam pemahaman umum metode diartikan suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Make – a Match atau mencari pasangan adalam metode pembelajaran yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Namun demikian, materi baru pun tetap bisa diajarkan dengan stratgei ini dengan catatan peserta didik diberi tugas untuk mempelajari topic yang akan diajarkan terlebih dahulu, sehingga ketika masuk kelas mereka sudah memiliki bekal pengetahuan. Metode Make-a Match merupakan salah satu metode yang dikembangkan dari pendekatan kooperatif. Metode Pembelajaran kooperatif beranjak dari
  • 9. 9 pemikiran “ getting better together” yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh,mengembangkan pengetahuan,sikap,nilai,serta ketrampilan- keterampilan sosial yangbermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Pada metode Make-a match siswa disuruh untuk mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Dalam metode pembelajaran ini siswa dan guru sama aktifnya. Guru di tuntut untuk menilai setiap tindakan siswa yang berkaitan dengan aspek afektif,kognitif dan psikomotorik. Sedangkan siswa dituntut pengetahuan dan rasa sosialnya terhadap guru. Siswa juga diberi hak untuk mencatat nilai untuk temannya yang sudah menjawab soal.sejingga memudahkan guru dalam menilai serta melatih kejujuran siswa. b. Langkah-langkah Metode Make – a Macth Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan metode make- a Match yaitu  Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topic yang cocok berupa kartu soal dan kartu jawaban  Siswa yang mendapat kartu akan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang  Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya ( kartu soal/kartu jawaban )
  • 10. 10  Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.  Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.  Kesimpulan  Penutup c. kelebihan dan kekurangan metode Pembelajaran make-a Macth Dalam setiap metode pembelajaran,pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Kelebihan dari metode pembelajaran Make-a Match adalah melatih siswa untuk ketelitian,kecermatan,dan letepatan serta kecepatan. dalam hal ini menggunakan prinsip cepat dan bisa/benar. Sedangkan kekurangannya adalah karena waktunya yang cepat maka siswa kurang berkosentrasi, dan bisa menimbulkan kericuhan/kegaduhan di kelas ketika siswa mencari pasangannya ( kartunya). Namun hal ini bisa diantisipasi atau dihindari dnegan kreativitas guru dengan menetapkan pasangan mana siswa harus pindah sehingga kericuhan bisa dikurangi. B. Kerangka Berfikir Pembelajaran konvensional yang selama ini diterapkan ternyata belum mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar bahkan siswa cenderung bosan dan tidak bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar yang menyebabkan rendahnya perolehan nilai hasil belajar.
  • 11. 11 Penggunaan pembelajaran dengan metode mencari pasangan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok akan meningkatkan rasa toleransi siswa untuk saling membantu dalam mempelajari materi. Di duga dengan menggunakan metode mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti tentang Mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram. Secara Skematis uraian digambarkan kerangka pemikirannya sebagai berikut: Gambar 1. Diagram alir kerangka pemikiran PTK KONDISI AWAL Diduga melalui metode investigasi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Sakti semester I tahun ajaran 2013/2014 Menerapkan metode mencari pasangan GURU: Menggunakan metode konvensional SISWA : Nilai Pelajaran Fiqih rendah SIKLUS I: Penggunaan metode mencari pasangan SIKLUS II: Penggunaan metode mencari pasangan TINDAKAN KONDISI AKHIR
  • 12. 12 C. Hipotesis Tindakan. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui metode mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti tentang Mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram.
  • 13. 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V pada SD Negeri Sakti Kabupaten Pidie. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2013. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari-hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Adapun pembagian waktu penelitian dapat diperinci seperti pada tabel 1. Tabel 1.Pembagian Waktu Penelitian N o Kegiatan Waktu Januari Februari Maret 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 Pengajuan proposal 2 Penyusunan rancangan 3 Pelaksanaan siklus I 4 Analisis hasil siklus I 5 Pelaksanaan siklus II 6 Analisis hasil siklus II 7 Penulisan hasil penelitian
  • 14. 14 B. Subyek Penelitian Subyek penelitiannya adalah siswa kelas V SD Negeri Sakti tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 32 siswa 18 laki-laki dan 14 perempuan. C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, sebagai subyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis dan guru kolaborator. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas tentang mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram. Selain siswa sebagai sumber data, penulis juga menggunakan teman sejawat sesama guru kelas sebagai sumber data. D. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3. Lembar Kegiatan Siswa, lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar.
  • 15. 15 4. Tes tertulis , tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep belajar. 5. Lembar Observasi, merupakan lembar pengamatan aktivitas siswa dan juga aktivitas guru selama proses pembelajaran dilakukan. Validasi proses pembelajaran ini dilakukan dengan tekhnik triangulasi sumber dan trianggulasi metode. E. Analisa Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dekskriptif, yang meliputi: 1. Analisis deskriptif komparatif hasil belajar dengan cara membandingkan hasil belajar pada siklus I dengan siklus II dan membandingkan hasil belajar dengan indikator pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan rumus sebagai berikut : PHB = 𝑃 𝑄 x 100% Keterangan: PHB = Penilaian Hasil Belajar P = Skor yang diperoleh siswa Q = Skor maksimum Dengan kriteria: 0% < PHB < 65%, belum tuntas belajar PHB ≥ 65%, telah tuntas belajar. Secara individu seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar jika PHB siswa tersebut telah mencapai 65%. Selanjutnya persentase siswa yang telah tuntas dalam belajar secara klasikal dapat dirumuskan sebagai berikut:
  • 16. 16 PKK = 𝑋 𝑌 x 100% Keterangan: PKK = Persentase Ketuntasan Klasikal X = Jumlah siswa yang telah tuntas belajar Y = Jumlah siswa Kriteria ketuntasan belajar secara klasikal akan diperoleh jika didalam kelas tersebut terdapat 85% siswa telah mencapai nilai ≥ 65%. 2. Analisis deskriptif kualitatif hasil observasi dengan cara membandingkan hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II. Data aktivitas siswa dan aktivitas guru menggunakan kriteria tingkat keaktifan siswa dan guru selama pembelajaran menurut Aqib (2009:270) adalah: Tabel 2. Kriteria aktivitas siswa dan guru No Skor Katagori penilaian 1. 5 ( 80% - 100% ) Sangat baik 2 4 ( 60% - 80% ) Baik 3 3 ( 40% - 60% ) Cukup 4 2 ( 20% - 40% ) Kurang 5 1 ( 10 – 20% ) Sangat Kurang Analisis data aktivitas siswa dan guru dianalis dengan menggunakan persentase, dengan menggunakan rumus: P=F/NX100% (Sudijono, 2005:43) Keterangan: P= persentase yang di cari F= Frekuensi aktivitas guru N= Jumlah aktivitas guru
  • 17. 17 F. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Pada siklus pertama terdiri dari 2 kali tatap muka dan siklus kedua terdiri dari 2 kali tatap muka. Alokasi waktu untuk setiap tatap muka adalah 2 jam pelajaran. 1. Siklus I a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:  Menyiapkan Silabus, RPP, dan Lembar Observasi  Menyiapkan kelompok belajar.  menyiapkan kartu pasangan jawaban/soal b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;  pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,  secara klasikal menjelaskan strategi dalam metode mencari pasangan,  proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran metode mencari pasangan,  Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,  mengadakan tes tertulis,  penilaian hasil tes tertulis. c. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes serta hasil praktek sehingga diketahui hasilnya,
  • 18. 18 d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I sebagai refleksi pelaksanaan siklus II. 2. Siklus II a. Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan:  Menyiapkan Silabus, RPP, dan Lembar Observasi  Menyiapkan kelompok belajar.  Menyiapkan kartu pasangan jawaban/soal b. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan;  pelaksanaan program pembelajaran sesuai dengan jadwal,  secara klasikal menjelaskan strategi dalam metode mencari pasangan,  proses pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran metode mencari pasangan,  Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran,  mengadakan tes tertulis,  penilaian hasil tes tertulis. c. Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses pembelajaran dan menilai hasil tes serta hasil praktek sehingga diketahui hasilnya, d. Refleksi (reflecting), yaitu menyimpulkan pelaksanaan hasil tindakan pada siklus I sebagai refleksi pelaksanaan siklus II.
  • 19. 19 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal Kegiatan belajar mengajar dilakukan di kelas V SD Negeri Sakti dengan jumlah siswa sebanyak 32 orang 18 Laki-laki dan 14 perempuan. Pelaksanaan pembelajaran seperti biasanya siswa duduk dengan teratur di bangkunya masing- masing. Guru memberikan materi dan siswa membuka buku paket untuk mendengarkan materi yang diberikan oleh guru. Suasana belajar yang sepi dan diam yang terdengar hanya suara guru sedangkan siswa hanya diam menerima materi dari gurunya. Beberapa siswa sempat ribut dan berbicara tetapi guru langsung mendiamkannya. Beberapa siswa terlihat mengantuk dan kurang menyimak penyampaian guru. Berdasarkan hasil pengamatan nilai belajar pada pra siklus maka dapat di analisa sebagai berikut : Tabel 4.1 Rekap hasil test pra-siklus NO Hasil (Angka) Hasil(Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen* ( % ) Keterangan 1 85-100 A Sangat baik - 0 Tuntas 2 75-84 B Baik - 0 Tuntas 3 65-74 C Cukup 8 25 Tuntas 4 55-64 D Kurang 11 34 Belum Tuntas 5 <54 E Sangat Kurang 13 40 Belum Tuntas Jumlah Total 32 100 % Sumber : Tabulasi data * Persen ( % ) = Jumlah Siswa X 100 Jumlah Total
  • 20. 20 Dari Table 4.1 di atas terlihat bahwa pada pra-siklus tidak ada siswa yang mendapat nilai A ( sangat baik ) dan nilai B ( baik ), 8 siswa ( 25%) yang mendapat nilai C ( cukup ), 11 siswa ( 34%) yang mendapat nilai D ( kurang ) dan 13 siswa ( 40%) yang mendapat nilai E ( sangat kurang ). Tabel 4.2 Rata-rata Hasil Tes Pra siklus No Keterangan Nilai 1 Nilai tertinggi 70 2 Nilai Terendah 50 3 Nilai Rata-rata 57 Nilai rata-rata pada pra siklus adalah sebesar 57 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah 50 . Nilai rata-rata pra siklus masih di bawah nilai KKM yaitu sebesar 65. B. Deskripsi Hasil Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan: a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pecahan dengan kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 1 kali tatap muka. Pada siklus I terjadi dua kali pertemuan atau dua kali tatap muka ( Lampiran 3 ).
  • 21. 21 b. Penyiapan skenario pembelajaran.  Penyiapan kartu berpasangan soal/jawaban  Penyiapan kelompok siswa 2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan; a.) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada jam pembelajaran, b). Secara klasikal penulis sebagai guru menjelaskan strategi dalam metode mencari pasangan, c). Melaksanakan Proses pembelajaran dengan metode mencari pasangan, setiap siswa diberikan kartu soal dan jawaban. Guru meminta siswa saling mencari pasangan kartunya tersebut. siswa yang pertama menemukan akan mendapatkan poin. e). Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran, Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru bidang studi dan guru kelas ( teman sejawat ) SD Negeri 7 Sigli. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dalam pembahasan. f) Mengadakan tes lisan pada akhir siklus I, g). Penilaian hasil tes lisan.
  • 22. 22 3. Pengamatan (observing) Tabel 4.3 Hasil Rekap Nilai Tes Siklus I No Hasil (Angka) Hasil ( Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen* ( % ) Keterangan 1 85-100 A Sangat baik 9 28 Tuntas 2 75-84 B Baik 10 31 Tuntas 3 65-74 C Cukup 7 21 Tuntas 4 55-64 D Kurang 6 18 Belum Tuntas 5 <54 E Sangat Kurang - 0 Belum Tuntas Jumlah Total 32 100 % Sumber : Tabulasi data * Persen ( % ) = Jumlah Siswa X 100 Jumlah Total Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Tes siklus I No Keterangan Nilai 1 Nilai tertinggi 85 2 Nilai Terendah 60 3 Nilai Rata-rata Kelas 71 Pada siklus I terjadi peningkatan perolehan nilai seperti tertera pada Tabel 4.3 di bawah ini, Terlihat perolehan nilai A ( sangat baik ) sebanyak 8 siswa ( 28%), nilai B ( baik ) sebanyak 10 siswa ( 35%), nilai C ( cukup ) sebanyak 6 siswa ( 21%), dan nilai D ( kurang ) sebanyak 4 siswa ( 14%).
  • 23. 23 a. Aktivitas Siswa dan Guru Berdasarkan hasil pengamatan dari observer. Aktivitas siswa dan guru pada siklus I dalam hal mengikuti pembelajaran sudah baik. Pada pertemuan pertama dan kedua terlihat siswa aktif mengikuti pembelajaran terutama dalam hal berinteraksi dengan siswa lain. Siswa saling mencari jawaban dan soal dari kartu yang dipegangnya. Pada siklus I siswa yang berhasil menemukan pasangannya sebanyak 8 siswa selebihnya belum menemukan pasangannya dikarenakan waktu telah habis. Persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 60%. Sedangkan persentase aktivitas guru adalah sebesar 76 %. Tabel 3. Aktivitas Siswa dan Guru pada siklus I No Aspek Pengamatan Skor Pengamatan 1 Keaktifan dalam Bertanya 2 2 Keaktifan dalam menjawab 2 3 Memberikan tanggapan terhadap materi 2 4 Membantu siswa lain 4 5 Berpartisipasi dalam KBM 3 6 Berinteraksi dengan siswa lain 4 7 Ketepatan dan kecepatan dalam menemukan pasangan 2 8 Antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 4 9 Merespon terhadap penghargaan yang diberikan guru 4 Rata-rata Aktivitas Siswa ( % ) 60%
  • 24. 24 1 Menerapkan Langkah-langkah Pembelajaran 4 2 Menjelaskan Materi 4 3 Mengelola Kelas 4 4 Memotivasi siswa 4 5 Menberikan Kesempatan bagi siswa untuk Tanya jawab 3 6 Mengorganisir siswa 3 7 Membimbing Siswa 4 8 Memberi penghargaan bagi siswa/kelompok yang bagus 4 9 Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan 4 Rata-rata Aktivitas Guru ( % ) 76% b. Hasil Tes Kemampuan Siswa Hasil pengamatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan pada siklus I lebih meningkat dari pra siklus yaitu sebanyak 26 siswa ( 71% ) dari jumlah 32 siswa sudah tuntas dalam belajarnya. Perolehan hasil belajar siswa dapat dilihat dalam tabel berikut ini 4. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan , keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I sudah mencapai 75% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 68. Perolehan hasil belajar pada siklus I belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yaitu sebanyak 85% siswa sudah tuntas.
  • 25. 25 a. Keaktifan siswa terlihat dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalah hal keantusisme dalam mengikuti pembelajaran. Persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah sebesar 60% atau termasuk kategori cukup. Sedangkan persentase aktivitas guru sebesar 76% atau sudah baik. Hal-hal yang harus diperbaiki atau ditingkatkan dari siklus I adalah  Guru bisa menerapkan kerja kelompok supaya semua soal dapat terjawab atau semua kartu mendapat pasangannya sehingga waktu untuk mencari pasangan kartu cukup tersedia  Guru juga bisa memberikan penghargaan bagi kelompok yang tepat dan cepat menemukan pasangannya.  Hasil kerja siswa tersebut bisa dipajangkan di depan kelas sehingga semau siswa dapat melihatnya. C. Deskripsi Hasil Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan (planning), terdiri atas kegiatan: a. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP); Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah pecahan dengan kompetensi dasar menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Berdasarkan materi yang dipilih tersebut, kemudian disusun ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Masing-masing RPP diberikan alokasi waktu sebanyak 2 x 35 menit, artinya setiap RPP disampaikan dalam 1 kali tatap muka. Pada siklus I terjadi dua kali pertemuan atau dua kali tatap muka ( Lampiran 3 ).
  • 26. 26 b. Penyiapan skenario pembelajaran.  penyiapan kelompok belajar dengan memperhatikan heterogenitas gender dan kemampuan akademik  Penyiapan kartu pasangan soal/jawaban 2. Pelaksanaan (acting), terdiri atas kegiatan; a.) Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada jam pembelajaran, b). Secara klasikal penulis sebagai guru menjelaskan strategi dalam metode mencari pasangan, c). Melaksanakan Proses pembelajaran dengan metode mencari pasangan, siswa secara berkelompok mencari pasangan setiap kartu dan menempelkan didepan kelas. kelompok yang terlebih dahulu menyelesaikan pencarian pasangan akan mendapat poin. e). Mengadakan observasi tentang proses pembelajaran, Observasi dilaksanakan pada keseluruhan kegiatan tatap muka, dalam hal ini observasi dilakukan oleh 2 (dua) observer yaitu guru bidang studi dan guru kelas ( teman sejawat ) SD Negeri 2 Sigli. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui secara detail keaktifan, kerjasama, kecepatan dan ketepatan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Hasil observasi digunakan sebagai bahan refleksi dalam pembahasan. f) Mengadakan tes lisan pada akhir siklus I, g). Penilaian hasil tes lisan.
  • 27. 27 3. Pengamatan (observing) Tabel 4.6 Rekap Hasil Nilai Tes Siklus II No Hasil (Angka) Hasil (Huruf) Arti Lambang Jumlah Siswa Persen* ( % ) Keterangan 1 85-100 A Sangat Baik 15 46 Tuntas 2 75-84 B Baik 12 37 Tuntas 3 65-74 C Cukup 5 15 Tuntas 4 55-64 D Kurang - 0 Belum Tuntas 5 <54 E Sangat Kurang - 0 Belum Tuntas Jumlah 32 100% Sumber : Tabulasi Data * Persen ( % ) = Jumlah Siswa X 100 Jumlah Total Dari tabel di atas memperlihatkan perolehan nilai hasil test siklus II, sebanyak 15 siswa ( 46% ) mendapatkan nilai A ( sangat baik ), 12 siswa ( 37%) mendapatkan nilai B ( baik ), dan 5 siswa ( 15% ) mendapatkan nilai C ( cukup) dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai D ( kurang ). Tabel 4.7 Rata-rata Hasil Tes siklus II No Keterangan Nilai 1 Nilai tertinggi 90 2 Nilai Terendah 70 3 Nilai Rata-rata 82 Rata-rata perolehan nilai pada siklus II ini adalah 82 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 70.
  • 28. 28 a. Aktivitas Siswa dan Guru Berdasarkan hasil pengamatan dari observer. Aktivitas siswa dan guru pada siklus I dalam hal mengikuti pembelajaran sudah baik. Pada siklus II aktivitas siswa sudah lebih meningkat dari pra siklus. Terlihat selama proses pembelajaran siswa sangat antusias dan saling membantu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Pemberian hadiah atau penghargaan bagi kelompok dengan penampilan yang baik menjadikan siswa bersemangat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Persentase keaktifan siswa pada siklus II adalah sebesar 82 % atau sudah sangat baik. Sedangkan persentase aktivitas guru adalah sebesar 84% . Tabel 5. Aktivitas Siswa dan Guru Siklus II No Aspek Pengamatan Skor Pengamatan 1 Keaktifan dalam Bertanya 4 2 Keaktifan dalam menjawab 3 3 Memberikan tanggapan terhadap materi 3 4 Bekerjasama dalam kelompok 5 5 Melakukan tugas yang diberikan oleh guru 5 6 Ketepatan dan kecepatan dalam menyelesaikan tugas 5 7 Berinteraksi dengan siswa/kelompok lain 5 8 Antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar 5 9 Merespon terhadap penghargaan yang diberikan guru 5 Rata-rata Aktivitas Siswa ( % ) 89%
  • 29. 29 1 Menerapkan Langkah-langkah Pembelajaran 4 2 Menjelaskan Materi 4 3 Mengelola Kelas 4 4 Memotivasi siswa 5 5 Menberikan Kesempatan bagi siswa untuk Tanya jawab 5 6 Mengorganisir siswa dalam kelompok 5 7 Membimbing Siswa 5 8 Memberi penghargaan bagi kelompok yang bagus 5 9 Menciptakan suasana kelas yang menyenangkan 5 Rata-rata Aktivitas Guru ( % ) 93% b. Hasil Tes Kemampuan Siswa Hasil tes siswa pada siklus II lebih meningkat dari siklus I. Tabel dibawah ini memperlihatkan perolehan hasil belajar siswa pada siklus II dengan ketuntasan sudah mencapai 100% dan rata-rata kelas sebesar 84. 4. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan , keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut:  Perolehan ketuntasan pada siklus II mencapai 100% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 82. Pencapaian ini sudah seperti yang diharapkan yaitu lebih dari 85% siswa mampu memperoleh nilai di atas 65.  Aktivitas siswa pada siklus II pun lebih meningkat dari siklus I terutama dalam hal antusisme dalam mengikuti KBM, bekerjasama dengan
  • 30. 30 kelompoknya dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik. Selain itu juga pada siklus II siswa sudah banyak yang tepat dan cepat mencocokkan pasangan kartu dengan persentase aktivitas siswa sebesar 89%.  Aktivitas guru pada siklus II pun semakin baik. Guru sudah lebih lancar mengelola kelas dan pembelajaran. terutama dalam menciptakan suasana pembelajaran yang dinamis, menyenangkan dan efektif. Persentase aktivitas guru adalah sebesar 93%. Pembahasan a. Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II, telah terjadi peningkatan hasil belajar bagi siswa kelas VI SD Negeri Sakti dalam mempelajari mengenal ketentuan makanan dan minuman yang halal dan haram. Secara klasikal ketuntasan telah dicapai pada siklus II yaitu lebih dari 85% siswa mampu menjawab lebih dari 65% soal yang diberikan. Mulyana (2005:99) menyatakan. “Keberhasilan kelas dilihat dai jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. Penggunaan metode mencari pasangan menjadikan pembelajaran matematika tidak membosankan bagi siswa dan juga tidak menegangkan karena diselingi dengan permainan dan persaingan yang menantang.
  • 31. 31 b. Proses Pembelajaran Selama proses pembelajaran berlangsung, khususnya pada akhir siklus II siswa terlihat sangat antusias mengikuti proses pembelajaran, terlihat dari hasil pengamatan keaktifan siswa pada siklus II lebih meningkat dari siklus I. Siswa sangat senang mengikuti kegiatan belajar mengajar secara berkelompok. Selama proses pembelajaran siswa terlihat saling membantu dan berdiskusi dengan teman baik dalam kelompoknya mau pun di luar kelompok. Peningkatan aktivitas siswa terlihat dari peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 81% menjadi 100%.
  • 32. 32 BAB V Simpulan dan Saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran dengan metode mencari pasangan dapat meningkatkan hasil belajar bagi siswa kelas V SD Negeri Sakti. Peningkatan tersebut terlihat dari perolehan Hasil belajar, ketuntasan belajar siswa dan juga keaktifan siswa dan aktivitas guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 81% rata-rata kelas 71 menjadi 100% rata-rata kelas 82 pada siklus II. Ketuntasan siswa secara klasikal tercapai pada siklus II yaitu lebih dari 85% siswa mampu memperoleh nilai lebih dari 65. Hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II sangat berbeda dengan hasil belajar yang diperoleh pada pra siklus yaitu pencapaian ketuntasan sebesar 18% dengan rata-rata 57. Adapun hasil pengamatan pada proses belajar mengajar memperlihatkan keaktifan siswa pada siklus II lebih meningkat pada siklus I. Persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 60% menjadi 89% pada siklus II. Aktivitas guru pun semakin meningkat dalam mengelola dan mengorganisir siswa yaitu sebesar 76% menjadi 93%.
  • 33. 33 B. Saran  Dalam menerapkan metode mencari pasangan guru sebaiknya mempersiapkan soal-soal yang mudah terlebih dahulu kemudian diikuti dengan soal yang lebih sulit secara bertahap.  Sebelum menerapkan model pembelajaran ini, disarankan guru untuk mempersiapkan bahan-bahan dan penunjang lainnya untuk kegiatan belajar mengajar ( KBM )  Di sarankan untuk menggunakan metode pembelajaran ini karena mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan juga menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran  Perlu adanya penelitian lanjutan karena penelitian ini hanya dilakukan di SD Negeri Sakti
  • 34. 34
  • 35. 1 DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung, Yrama Widya Maftuh, M. Dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Mulyasa,E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Sudjana, N. 2001. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung, Sinar Baru Algesindo. Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah . Jakarta, Penerbit Rineka Cipta Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Raja Grafindo Persada. Yunanto, Sri Joko. 2004. Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta, Grasindo Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi VI). Jakarta : PT. Rineka Cipta. Clark, D. (1999). Learning Domains Or Blooms Taxonomy. Dahar, R. W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Lie, A. (2002). Cooperative Learning, Mempratikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : Gramedia Widiasmara Indonesia. Furqon. (1982). Pengantar penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta. Mulyasa, E. (2003). Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA. Slavin, Robert E. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sudjana, N.(2008). Metode Statistik, Bandung: Tarsito Tim Pelatih Proyek PGSM, (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  • 36. 2
  • 37. 3