Dokumen tersebut membahas latar belakang rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia di SMK Negeri 1 Gorontalo, khususnya pada materi ikatan kimia. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar antara lain metode pembelajaran yang masih konvensional dan kurangnya aktivitas siswa. Peneliti berniat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor
internal maupun faktor eksternal. Menurut Suryabrata dalam Puranti, (2008) yang
termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya
kecerdasan, motivasi berprestasi dan kemampuan (kognitif), sedangkan yang
termasuk eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru,
kurikulum dan model pembelajaran). Demikian juga yang dikemukakan oleh
Anwar (2004) bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
siswa adalah rendahnya aktivitas, minat, dan motivasi belajar siswa. Sehingga
perlu kirannya guru sebagai tenaga pendidik untuk meningkatkan mutu dan
kualitas pembelajaran dalam hal peningkatan hasil belajar siswa dengan
menerapkan model-model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada
siswa untuk secara aktif mempelajari melalui perbuatan, mengalami sendiri,
menemukan serta mengembangkan pengetahuan yang diperoleh. Sehubungan
dengan hal ini, Hamalik (1998) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar
akan memperoleh hasil yang optimal jika guru mampu memiliki dan menerapkan
model pembelajaran yang tepat.
Ilmu kimia merupakan suatu pelajaran yang cenderung kurang diminati
oleh kebanyakan siswa karena sulit untuk dipahami. Oleh karena itu dengan dasar
inilah dituntut kemampuan dan keterampilan seorang guru untuk bisa
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dikelas. Ini
1
2. 2
bertujuan agar siswa termotivasi dan aktif dalam belajar sehingga hasil belajar
siswa akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan.
Selama ini metode pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya satu
arah, dimana guru yang lebih aktif dalam memberikan informasi kepada siswa.
Hal ini juga terjadi di SMK Negeri 1 Gorontalo khususnya di kelas X Jurusan
Multimedia pada materi ikatan kimia. Sebagaimana berdasarkan hasil observasi
peneliti bahwa pada materi ikatan kimia dalam satu tahun terakhir hasil belajar
siswa masih tergolong dalam kategori rendah, yaitu pada tahun ajaran 2009/2010
adalah 55% ketuntasan belajar, sedangkan standar ketuntasan yang diterapkan
adalah 70% dengan nilai rata-rata 65 . Hal ini terjadi menurut hemat peneliti,
karena berdasarkan hasil survai, Guru mata pelajaran cenderung text book
oriented. Pembelajaran lebih cenderung abstrak dan menggunakan metode
ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa dipahami. Sementara itu
kebanyakan guru yang mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan
berpikir, siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pembelajaran bermakna,
metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar
siswa menjadi sulit ditumbuhkan, dan pola belajar cenderung menghafal dan
mekanistik.
Penggunaan berbagai macam model pembelajaran yang merangsang minat
siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai banyak dilakukan di
sekolah-sekolah. Salah satu model pembelajaran yang lebih banyak digunakan
adalah model pembelajaran cooperatiive dengan berbagai metode yang salah
satunya adalah metode Student Teams Achivement Division (STAD).
3. 3
Metode STAD ini dalam pelaksanaannya adalah mengajak siswa untuk
belajar secara berkelompok dengan anggota kelompok yang berasal dari campuran
tingkat kecerdasan dan jenis kelamin. Tujuan dari pembagian kelompok dengan
ketentuan tersebut adalah agar dalam satu kelompok terdapat siswa yang lebih
unggul sehingga apabila ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan siswa
tersebut dapat membantu menyelesaikannya.
Secara teoritis metode pembelajaran Cooperative tipe STAD mempunyai
keunggulan tersendiri untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia
dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional lainnya. Penggunaan
Model Pembelajaran Cooperative tipe STAD dipilih dengan harapan akan tampak
proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas, sehingga siswa yang kemampuannya
dibawah rata-rata akan berupaya untuk tidak ketinggalan dengan siswa lain di
kelasnya. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas X jurusan Multimedia SMK
Negeri 1 Gorontalo diharapkan akan meningkat.
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperativetipe STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Renita Tri Parwanti, (2007), Dari hasil penelitiannya menyimpulkan
penggunaan kombinasi metode Student Teams Achivement Division (STAD) dan
Structure Exercise Methode (SEM) dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa
kelas X-5 SMA N 16 Semarang, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar
secara klasikal yang diharapkan yaitu sebesar 85 %. Verawati (2009) melaporkan
bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative tipe STAD dapat
Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas Xb SMA Prasetya Gorontalo pada Materi
Ikatan Kimia.
4. 4
Dengan mencermati berbagai realitas di atas, maka penulis termotivasi
untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan formulasi judul
“Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Ikatan Kimia dengan Menggunakan
Pembelajaran Cooperative Tipe STAD di Kelas X Jurusan Multimedia SMK
Negeri 1 Gorontalo”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kegiatan belajar mengajar masih cenderung text book oriented dan
didominasi oleh guru, karena guru mata pelajaran hanya menggunakan
metode ceramah.
2. Siswa cenderung marasa jenuh karena proses belajar dan pembelajaran
tidak memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif.
3. Hasil belajar siswa pada meteri ikatan kimia masih cukup rendah
dimana ketuntasan belajar hanya 55% dengan nilai rata-rata 65, hal ini
dipengaruhi oleh tidak termotivasinya siswa pada saat belajar mengajar
di kelas.
1.3 Rumusan Masalah
Seiring dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
―Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD
(Student Teams Achivement Division) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
5. 5
Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo pada Meteri Ikatan
Kimia?‖
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo, khususnya pada
materi ikatan kimia dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Tipe
STAD.
1.5 Manfaat Penelitain
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
Pengunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa termotivasi dan turut aktif
dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran kimia untuk memilih
metode dan strategi mengajar yang tepat dalam melaksanakan proses belajar
mengajar agar lebih efektif dan efisien dengan hasil yang maksimal.
3. Sekolah
Dengan dipilihnya strategi mengajar yang tepat, diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam belajar, sehingga hasil
belajar siswa SMK Negeri 1 Gorontalo dapat meningkat.
6. 6
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Konsep Strategi Belajar Mengajar
Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, atau cara. Sedang
secara umum stretegi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan
guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan
yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan
sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu.
Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan
yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan.
Menurut Mansyur dalam Fathurrohman (2007), batasan belajar mengajar
yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yakni:
1. Mengidentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2. Mempertimbangakan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk
mencapai sasaran yang akurat.
6
7. 7
3. Memilih dan menetapakan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan
guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4. Menetapakn norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta
standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoaman oleh guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem intruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Dari keempat uraian di atas, jika diterapkan dalam konteks kegiatan belajar
mengajar maka strategi belajar mengajar pada dasarnya memiliki implikasi
sebagai berikut:
1. Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui
pembelajran.
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur, aspirasi,
dan pandangan filosofis mayarakat.
3. Memilih dan menetapakan prosedur, metode dan teknik mengajar.
4. Menetapkan norma-norma atau kriteria-kriteria keberhasilan belajar.
Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan
sebagai pola-pola respon baru. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relative mantap berkat latihan dan pengalaman,hakekat proses belajar mengajar.
2.1.2 Tinjauan Tentang Model Pembelajaran
Secara umum istilah ―model‖ diartikan sebagai kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian
8. 8
lain ―model‖ juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang
sesungguhnya, seperti ―Globe‖ adalah model dari bumi tempat kita hidup. Dalam
uraian selanjutnya istilah model digunakan untuk menujukkan pengertian yang
pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang
dimaksud dengan ―Model Pembelajaran‖ adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Tinjaun model pembelajaran terdiri atas :
a. Model Pembelajaran Cooperative
Cooperative berasal dari kata ko yang berarti sama dan operatif berarti
melakukan. Dengan kata lain cooperative dapat diartikan melakukan kegiatan
bersama-sama. Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model cooperative
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Siswa belajar dalam kelompok secara cooperative untuk menuntaskan materi
belajar
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki ketrampilan sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok dibentuk dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda.
4. Penghargaan berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Menurut Tarigan dalam Fathurrohman (2007), bahwa pembelajaran
cooperative pada dasarnya merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang lebih
mengutamakan aktivitas siswa yaitu siswa belajar bersama dalam bentuk
9. 9
kelompok kecil untuk mempelajari materi dan mengajarkan tugas setiap anggota
kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya‖
Lie (2003), dikemukakan bahwa pembelajaran cooperative memiliki unsur-
unsur sebagai berikut:
1. Saling ketergantungan
Keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap anggota
dalam kelompok
2. Tanggung jawab perorangan
Berdasarkan unsur yang pertama maka setiap siswa akan merasa
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik
3. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertatap muka dan berdiskusi
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para siswa harus dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi.
5. Evaluasi proses kelompok
Untuk mengetahui keberhasiln kelompok, diadakan evaluasi kepada
masing-masing kelompok.
b. Metode Student Teams Achivement Division (STAD)
Metode Student Teams Achivement Division (STAD) ini merupakan salah
satu metode dalam pembelajaran cooperative yang untuk pertama kalinya
diperkenalkan oleh Robert-Slavin. Metode ini merupakan salah satu metode yang
paling sederhana dalam pembelajaran cooperative dan merupakan sebuah
10. 10
pendekatan yang baik untuk guru yang baru mulai menerapkan model
pembelajaran cooperative.
Metode pembelajaran ini lebih menekankan berbagai ciri pembelajaran
langsung, dan merupakan metode yang mudah untuk diterapkan dalam
pembelajaran sains. Seperti dalam kebanyakan metode pembelajaran cooperative,
metode STAD didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam
belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman dan dirinya sendiri.
Penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran sebenarnya sudah
banyak digunakan dan dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dari
peneliti sebelumnya (Lismiyati, 2006) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
penggunaan metode STAD dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil
belajar siswa sebesar 92,84%. Selain itu pembelajaran juga berjalan lebih efektif
karena siswa bertindak aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Secara skematis metode pembelajaran STAD dapat ditunjukkan pada skema
berikut:
Pembentukan Kelompok Heterogen
Pemberian Materi Pelajaran dan
Kegiatan Kelompok
Pelaksanaan Kuis dan Evaluasi
Pemberian Penghargaan Kelompok
11. 11
1. Pembentukan kelompok heterogen
Pembentukan kelompok dalam kelas ditentukan oleh guru yang lebih
mengetahui siswa yang pandai dan lemah. Pembentukan kelompok ini pun harus
bersifat heterogen. Siswa-siswa dalam kelompok merupakan campuran siswa dari
tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan suku. Sehingga tidak akan ditemui
kelompok yang hanya beranggotakan siswa yang pandai saja atau sebaliknya.
Untuk anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang.
2. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok
Guru memberikan informasi pada siswa berkenaan dengan kegiatan yang
akan dilakukan oleh siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Pada
saat guru menjelaskan materi pelajaran, siswa harus sudah berada dalam
kelompok masing-masing. Kemudian, siswa melakukan diskusi sesuai arahan
guru berdasarkan LKS atau bentuk tugas yang lain. Apabila terdapat kesulitan
dalam interpretasi petunjuk kegiatan siswa dapat meminta bantuan guru.
3. Pelaksanaan kuis atau evaluasi
Setelah diskusi berlangsung, guru dapat memberikan tes atau kuis kepada
siswa yang harus dikerjakan siswa secara individu.
4. Pemberian penghargaan.
Kelompok yang mempunyai nilai rata-rata tiap anggotanya paling baik,
pantas diberi penghargaan. Hasil tes ini dapat digunakan sebagai dasar
pembentukan kelompok baru untuk materi berikutnya (Adili, dalam Lisiati 2006).
Yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran ini adalah
sebagai berikut:
12. 12
1. Nilai rata-rata harian dari siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk
kelompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok (jumlah
nilai rata-rata siswa dalam suatu kelompok dibagi dengan banyaknya siswa
dalam kelompok tersebut)
2. Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa membedekan
kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi, dalam setiap kelompok
sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing
siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri atas 4
sampai 5 siswa.
3. Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar
dan bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan.
4. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh siswa
sendiri). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi
kunci jawaban LKS.
5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan ulangan
harian. Waktu kuis berkisar antara 10 menit sampai 15 menit saja.
6. Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang
diharapkan
c. Langkah-langkah STAD dalam pembelajaran di sekolah
Beberapa langkah dalam pembelajaran dalam menggunakan metode
STAD adalah sebagai berikut:
1. Guru dapat meminta para siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan
yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing.
13. 13
2. Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur
tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap
muka.
3. Guru membagikan LKS. Setiap kelompok diberi 2 set.
4. Anjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara
berpasangan dua-dua dalam tigaan. Kemudian saling mengecek
pekerjaannya diantara teman dalam pasangan atau tigaan itu.
5. Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman 1 tim/kelompok
bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada temannya yang tidak bisa
tadi.
6. Berikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.
7. Bila ada pertanyaan dari siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu
kepada teman satu kelompok sebelum mengajukannya kepada guru.
8. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.
9. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor
kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam
mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada
kelompok secara proporsional.
10. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah
memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.
11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitatator jika diperlukan.
14. 14
12. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh
siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan kuis. Setelah
siswa selesai mengerjakan kuis, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.
13. Berikan penghargaan kepada siswa yang benar, dan kelompok yang
memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.
14. Guru memberikan tugas/PR secara individu kepada para siswa tentang
pokok bahasan yang sedang dipelajari.
15. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali
ke tempat duduknya masing-masing
16. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang
ditentukan.
2.1.3 Aturan Oktet
. Gilbert Newton Lewis dan Irving Langmuir (ilmuan Amerika) serta
Albrecht Kossel (ilmuan Jerman), mengaitkan kestabilan gas mulia dengan
konfigurasi elektronya. Gas mulia mempunyai konfogurasi penuh, yaitu
konfigurasi octet (mempunyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali helium dengan
konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit luar).
Tabel 1. Konfigurasi Elektron Unsur-Unsur Gas Mulia
Periode Unsur Nomor Atom K L M N O P
1 He 2 2
2 Ne 10 2 8
3 Ar 18 2 8 8
4 Kr 36 2 8 18 8
5 Xe 54 2 8 18 18 8
6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
15. 15
Berdasarkan konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia tersebut, maka
dapat dilihat bahwa pada umumnya konfigurasi elektron unsur gas mulia
mempunyai 8 elektron valensi, kecuali unsur helium tang mempunyai 2 elektron
valensi. Lewis dan Kossel menyatakan bahwa unsur-unsur gas mulia mempunyai
konfigurasi oktet (8 elektron valensi) kecuali unsur helium yang mempunyai
konfigurasi duplet (2 elektron valensi). Unsur-unsur lain dapat mencapai
konfigurasi oktet dengan melepas elektron-elektron valensinya atau menyerap
elektron tambahan. Hal itulah yang terjadi ketika unsur-unsur tersebut membentuk
ikatan. Jadi, dapat dikatakan bahwa:
1. Gas mulia dapat bersifat stabil karena konfigurasinya sudah oktet (duplet
untuk Helium)
2. Unsur selain gas mulia membentuk ikatan dalam rangka mencapai
konfigurasi elektron.
Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya
sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet.
2.1.4 Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron
valensinya. Penyusunan lambang Lewis suatu unsur dapat dilakukan dengan
menuliskan lambang atom dikelilingi oleh sejumlah titik, yang menunjukan
jumlah elektron terluar suatu atom.
Tabel 2. Lambang Lewis Unsur-unsur Periode 2 dan 3
IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA
. . . . .. ..
Periode 2 Li . . Be . .B . .C . N. O. F. Ne
..
..
..
..
..
. . .. .. ..
. . . . .. ..
Periode 3 Na .
. Mg . . Al . . Si . P. S. Cl . Ar .
..
..
..
..
..
. . .. .. ..
16. 16
Lambang Lewis unsur gas mulia menunjukan 8 elektron valensi yang
terbagi dalam empat pasangan. Lambang Lewis unsur dari golongan lain
menunjukan adanya elektron tunggal (elektron yang belum berpasangan).
Cara atom-atom saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan dengan
rumus bangun atau rumus struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis
dengan mengganti setiap pasang elektron ikatan dengan sepotong garis.
Perhatikan rumus Lewis dan rumus bangun beberapa molekul berikut:
Tabel 3. Perbandingan rumus molekul, rumus empiris dan rumus struktur.
Rumus Rumus Bangun
Rumus Lewis
Molekul (Rumus Struktur)
H2 H H H H
..
..
HCl H Cl H Cl
..
..
..
.. .. H O
H O..
..
H2O
H H
2.1.5 Ikatan Ion
Ikatan ion adalah gaya tarik-menarik listrik antara ion yang berbeda muatan
p(ion positif dan ion negative). Dari teori lewis dan Kossel dinyatakan bahwa
ikatan ion terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan elektron) dengan ion
negatif (atom yang menerima elektron). Berarti, ikatan ion terbentuk akibat gaya
elektrostatis antara ion yang berlawanan muatan sebagai akibat serah terima
elektron dari suatu atom ke atom lain, sehingga ikatan ion disebut juga ikatan
elektrovelen.
2.1.6 Ikatan Kovalen
17. 17
Pada umumnya,atom-atom unsur yang membentuk ikatan kovalen adalah
atom unsur yang mempunyai elektron valensi ≥ 4 (kecuali atom hidrogen).
Berdasarkan jumlah pasangan elektron, asal pasangan elektron dan kedudukan
pasangan elektron dalam ikatannya, maka ikatan kovalen dibedakan menjadi
ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga,
ikatan kovalen koordinasi.
a. Ikatan Kovalen Tunggal
Untuk mencapai keadaan stabil (membentuk konfigurasi duplet atau octet),
dua buah atom, misalnya hidrogen (H) dapat saling bergabung untuk membentuk
molekul H2. Dalam ikatan kovalen tunggal, dua buah atom yang berikatan
membentuk satu pasangan elektron ikatan.
b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua dan Tiga
Dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang, dua pasang, atau tiga
pasang elektron bergantung pada jenis unsur yang berikatan. Ikatan dengan
sepasang elektron disebut ikatan tunggal, yang menggunakan dua pasang disebut
ikatan rangkap dua dan yang menggunakan tiga pasang disebut ikatan rangkap
tiga. Berikut diberikan contoh-contoh senyawa yang memiliki ikatan rangkap.
Contoh 1: ikatan rangkap dalam molekul O2
Oksigen (Z=8) mempunyai 6 elektron valensi, sehingga untuk mencapai
konfigurasi octet harus memasangkan 2 elektron. Pembentukan ikatan dalam
molekul oksigen dapat digambarkan sebagai berikut
18. 18
Contoh 2: Ikatan rangkap tiga dalam molekl N2
Nitrogen (Z=7) mempunyai 5 elektron valensi, sehingga harus memasangkan 3
elktron. Pembentukan ikatan dapat digambarkan sebagai berikut:
Contoh 3: Ikatan rangkap 2 dalam molekul CO2
Atom C (Z=6) mempunyai elektron valensi 4 sehingga memerlukan lagi 4
elektron dan O (Z=8) mempunyai elkton valensi 6 segingga memerlukan lagi 2
elekton guna memnuhi aturan octet. Dalam molekul CO2, atom C memesangkan 4
elekton sedangkan atom O memasangkan 2 elekton. Oleh karena itu 1 atom C
berikatan dengan 2 atom O. pembentukan ikatannya dapat dilihat sebagai berikut:
c. Ikatan kovalen koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi disebut juga ikatan semipolar. Ikatan kovalen
koordinasi adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron milik bersamanya
berasal dari satu atom yang berikatan. Sebagai contoh misalnya mmmonia (NH3)
dapat bereaksi dengan boron triklorida (BCl3) membentuk senyawa NH3.BC13.
bagaimanakah bentuk ikatan antara dua melekul tersebut? Perhatikan rumus
elektron dari NH3 dan BC13 berikut ini:
19. 19
Atom N dalam NH3 sudah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas.
Di pihak lain, atom B dalam BC13 sudah memasangkan elektron valensinya,
namun belum oktet. Seperti yang anda duga, atom N (dari NH3) dan atom B (dari
BC13) dapat berikatan dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebas
dari atom N. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen koordinat atau ikatan dativ
atau ikatan semipolar. Dalam menggambarkan struktur molekul, ikatan kovalen
koordinat dinyatakan dengan garis berpanah dari atom donor menuju ekseptor
pasangan elektron. Rumus elektron dan rumus struktur NH3, BC13.
d. Molekul polar dan nonpolar
Molekul dengan ikatan kovalen non polar, seperti H2, Cl2, sudah tentu
bersifat nonpolar. Tetapi, molekul dengan ikatan polar bisa bersifat polar, bisa
pula bersifat nonpolar, bergantung pada geometri (bentuk) molekulnya. Meski
ikatan yang bersifat polar, jika molekul berbentuk simetris, maka secara
keseluruhan molekul itu akan bersifat nonpolar.
Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O-H maupun N-H
bersifat polar (ada perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul tidak
simetris. Elektron tidak tersebar merata. Dalam molekul H2O, pusat muatan (pol)
negative terletak pada atom O, sedangkan pol positif terletak diantara kedua atom
H. dalam molekul NH3, pol negative terletak pada atom N (puncak piramida),
sedangkan pol positif terletak pada bidang asalnya. Bagaimana dengan halnya
molekul BeCl2 dan BF3? Walaupun ada perbedaan keelektronegatifan antara Be
20. 20
dan C1 dan B dengan F, molekul BeCl2 dan BF3 bersifat nonpolar karena bentuk
molekulnya simetris, elektron tersebar merata. Anda tidak dapat mengatakan sisi
sebelah mana lebih positif dan sisi sebelah mana lebih negative dari kedua
molekul (BeCl2 atau BF3).
Memeriksa kepolaran dari suatu molekul poliatom dapat dilakukan dengan
menggambarkan ikatan polar sebagai suatu vector yang arahnya dari atom yang
bermuatan positif ke atom yang bermuatan negative. Jika result vector-vektor
dalam satu molekul sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat nonpolar.
Sebaliknya, jika resultajn vector-vektor tersebut tidak sama dengan nol, berarti
molekul itu bersifat polar. Berikut ini adalh contoh ikatan polar yang digambarkan
sebagai suatu vector dari kutub positif ke kutub negative:
e. Ikatan Logam
Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik
yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari
elektron-elektron yang bebas bergerak. Atom-atom logam dapat diibaratkan
seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain. Atom logam mempunyai
sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk
ion positif .
Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi. Oleh kerena itu, kulit
terluar unsur logam relative longgar (terdapat banyak tempat kosong), sehingga
21. 21
elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom yang lain. Mobilitas elektron
dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam mengalami
delokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak tetap
posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke
atom lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur sehingga menyerupai awan
atau lautan yang membungkus ion-positif logam didalamnya. Jadi, struktur logam
dapat sibayangkan sebagai ion-ion positif yang dibungkus oleh awan atau lautan
elektron valensi. Untuk lebih jelasnya seperti pada gambar berikut:
Struktur logam dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam, seperti daya hantar
listrik, sifat dapat ditempa, dan dapat ditarik. Logam merupakan konduktor yang
baik karena elektron valensinya muda mengalir. Logam dapat ditempa atau dapat
ditarik karena ketika logam dipukul atau ditarik, atom-atom logam hanya bergeser
sedangkan ikatan diantaranya tidak terputus.
2.2 Penelitian Yang Relevan
Beberapa Studi di bawah ini menunjukkan tidak banyak perbedaan dan
tidak ada satu pun studi yang menunjukkan hasil negatif, diantaranya adalah:
Skripsi Puji Ekowati (2006) yang berjudul ―Keefektifan Penerapan Model
Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Hasil belajar
Siswa Kelas X Di SMAN I Srengat Blitar Pada Pokok Bahasan Permasalahan
Ekonomi‖. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research), teknik pengumpulan data menggunakan tes, wawancara,
observasi, catatan lapangan, dan angket. Sedangkan analisis datanya melalui
22. 22
beberapa tahap yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penyajian
kesimpulan serta verifikasi.
Dari penelitian yang dilakukan dua siklus ini diperoleh hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa pada pre-test siklus 1 hasil belajar siswa diperoleh nilai
rata-rata 65, sedangkan post-test diperoleh nilai rata-rata 75,71. Pada siklus 2
diperoleh kenaikan nilai rata-rata kelas yaitu nilai rata- rata yang diperoleh adalah
82,40. Dari segi kemampuan, kerja sama siswa dapat dibilang berlangsung dengan
baik karena antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saling membantu untuk
menyelesaikan tugas kelompok.
Skripsi Endah Sulistyowati (2006) yang berjudul ―Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Metode STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas
Belajar Ekonomi Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri
Malang‖, penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas,
dimana yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas 1B SMP
Laboratorium Universitas Negeri Malang yang terdiri dari 42 siswa.
Persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 82,1% dan meningkat pada
siklus 2 menjadi 83,5% serta pada siklus 2 meningkat menjadi 91%. Sedangkan
berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran kooperatif sangatlah penting agar siswa lebih aktif dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis angket 15 siswa diketahui bahwa siswa
merasa senang dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif model
STAD.
23. 23
Jurnal Pendidikan oleh Styarini (2004) yang berjudul ―PenggunaanModel
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 5 Semarang‖. Pokok bahasan
yang diambil adalah hewan vetebrata dan invertebrata. Styarini
mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode
STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan kinerja
guru. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat sebesar 7,5%, siklus II
sebesar 12,66% dan siklus III sebesar 14,33%. Keaktifan belajar siswa pada
siklus I mencapai 49,16%, siklus II mencapai 75% dan siklus III mencapai
90%. Sedangkan kinerja guru pada siklus I mencapai 71,16%, siklus II
mencapai 81,66% dan siklus III mencapai 89,33%. Respons yang positif oleh
siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif metode STAD karena
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Jurnal Pendidikan oleh Endy (2005) yang berjudul ―Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar
pada Mata Pelajaran Gambar Teknik di SMK Negeri 1 Kendal‖. Menegaskan
bahwa model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan siswa. Dengan membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok kecil akan memudahkan pembelajaran karena pada mata pelajaran
gambar teknik dituntut adanya kerja sama antar siswa dan ketelitian, sehingga
mempermudah guru dalam penyampaian materi dan juga latihan-latihan
penunjang materi. Hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar mengalami
24. 24
peningkatan sebesar 5,88%, siklus II sebesar 7,19% dan siklus III sebesar
9,18%. Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I sebesar
59,89%, siklus II sebesar 63,33% dan siklus III sebesar 83,33%.
Jurnal Pendidikan oleh Istikomah (2006). Dalam penelitian yang dilakukan
pada siswa SMK Muhammadiyah 1 Semarang pada mata pelajaran akuntansi
dengan kompetensi mengelola administrasi dana kas bank dan kas kecil
melalui pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus 1 terdapat peningkatan sebesar
13,16%, siklus II sebesar 19,48% dan siklus III sebanyak 26,56%. Siswa juga
terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan
siswa pada siklus 1 sebesar 81,79%, siklus II sebesar 93,44% dan siklus III
sebesar 97,81%. Bahkan indikator ketercapaian hasil belajar siswa melebihi
dari yang ditetapkan yaitu 90% dari keseluruhan siswa dengan mendapat nilai
minimal 70.
2.3 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ―jika guru membelajarkan ikatan kimia
menggunakan model pembelajaran Cooperative Tipe STAD maka hasil belajar
siswa pada materi ikatan kimia akan meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Latar Dan Karakteristik Penelitian
25. 25
Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang di
laksanakan di SMK Negeri 1 Gorontalo,pada semester ganjil Tahun Ajaran 2010-
2011
Kelas yang dikenai tindakan dalama Penelitian ini adalah Kelas X
Multimedia dengan Jumlah Siswa 40 Orang yang terdiri atas 23 siswa laki-laki
dan 17 siswa perempuan dengan kemampuan siswa yang heterogen.
3.2 Variabel Penelitian
1. Variabel input (seperti : siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur
evaluasi, lingkungan belajar,dsb )
2. Variable proses ( seperti : keterampilan bertanya guru, gaya bertanya guru,
gaya bertanya siswa, implementasi model dan metode mengajar)
3. Variabel output (seperti: rasa ingin tahu siswa, kemampuan siswa,
motivasi, hasil belajar, sikap terhadap pengalaman).
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Tahap Persiapan
Dalam tahap ini hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada kepala sekolah
b. Menetapkan persiapan dan mengadakan wawancara dengan pihak yang
membantu pelaksanaan tindakan.
c. Membuat persiapan perangkat pembelajaran meliputi silabus, desain
25
pembelajaran dan buku penunjang.
d. Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan.
26. 26
e. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap
kelompok beranggotakan 4-5 orang, yang tempat duduknya saling
berdekatan.
f. Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai partner penelitian.
g. Merancang lembar kerja siswa dan kunci jawaban.
h. Menyusun alat evaluasi yang terdiri dari lembar observasi kegitan siswa dan
guru.
3.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
Siklus I:
1. Pendahuluan (± 15 Menit)
a. Mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
b. Membuka kegiatan belajar mengajar dengan melakukan apersepsi yakni
menanyakan kembali materi sebelumnya.
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Kegiatan inti ( ± 60 menit)
a. Menjelaskan secara singkat materi ikatan kimia
b. Menyuruh siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing
c. Membagikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok
d. Tiap-tiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang dipimpin oleh ketua
kelompok.
27. 27
e. Dengan bimbingan guru masing-masing wakil dan anggota kelompok
mengerjakan lembar kerja di papan tulis.
3. Kegiatan penutup ( ± 10 menit)
a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut
b. Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran
Jika pada siklus 1 daya serap siswa belum mencapai ketuntasan belajar,
artinya 65 % dari jumlah siswa belum mencapai nilai 6,5 keatas maka pelaksanaan
tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II.
Siklus II:
1. Memperbaiki dan merumuskan penyempurnaan pelaksanakan tindakan.
2. Melaksanakan penyempurnakan tindakan.
3. Memantau pelaksanakan tindakan, dan.
4. Melaksakan refleksi lanjutan.
3.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam proses
pembelajaran,dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan format pemantauan.
Proses pemantuan ini akan diperoleh sejumlah data yang diperoleh melalui
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu beberapa instrumen sebagai berikut:
a. Lembar observasi yang disusun dan digunakan dalam mengevaluasi
persiapan pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas.
b. Lembar observasi balikan dari siswa yang dikenai tindakan berupa test yang
disusun dan diberikan saat berakhirnya proses belajar mengajar untuk
mengukur kriteria keberhasilan dalam tindakan kelas.
28. 28
3.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi
Sebelum melakukan analisis data, baik data hasil pengamatan dan data hasil
tes terlebih dahulu perlu mengetahui data yang diperoleh dalam pelaksanaan
tindakan. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
b. Data hasil belajar siswa
Tahap analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan hasil-hasil
pengukuran secara kuantitatif. Selanjutnya hasil analisis menjadi dasar untuk
mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Hasil dari refleksi
tersebut sangat diperlukan untuk mengambil keputusan apakah perlu tidaknya
dilakukan siklus berikutnya dalam penelitian ini.
3.4 Kriteria Penilaian
Kriteria keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut :
1. Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan
guru dan siswa telah mencapai minimal 75% dari seluruh aspek kegiatan yang
diamati mencapai target maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil.
2. Minimal 80% siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 keatas
dengan daya serap rata-rata 75 % maka tindakan dinyatakan berhasil
3.5 Anaisis data
29. 29
Data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran dianalisis dengan
menggunakan penafsiran acuan patokan (PAP) menurut Purwanto (1991) dapat
dilihat dalam tabel 4:
Tabel 4 penafsiran Acuan Patokan (PAP)
Tingkat penguasaan Predikat
85-100% Sangat baik
70-84% Baik
50-69% Cukup
0-49% Kurang
0-39% Kurang sekali
Penafsiran di atas digunakan untuk menetapkan tingkat penguasaan
masing-masing siswa pada materi yang diajarkan. Adapun rumus yang digunakan
dalam menetapkan daya serap perorangan dan daya serap klasikal menurut
Budinuryanta (1997) Eka (2009) adalah sebagai berikut:
a. Daya serap perorangan = x 100%
b. Daya serap klasikal x 100%
30. 30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sesuai dengan perencanaan
yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu pada proses pembelajaran lebih
difokuskan pada materi ikatan kimia dengan menerapkan model pembelajaran
cooperatif tipe STAD. Pengambilan data kegiatan guru dan kegiatan siswa selama
proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra
sebagai pengamat melalui lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil
pengamatan ini merupakan presentase kegiatan guru dan kegiatan siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
4.1.2 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I
a) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pelaksanaan pengamatan kegiatan guru dilakukan dengan menggunakan
lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Lembar pengamatan terdiri atas 11
aspek dengan kriteria baik sekali (BS) dengan bobot 4, baik (B) bobot 3, cukup
(C) bobot 2, kurang (K) bobot. Data hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus I
seperti ditunjukan pada Tabel 5 berikut:
31. 31
Tabel 5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I
N Pertemuan I Pertemuan II
o Aspek yang diamat Aspek yang diamati
Kriteria
A B C JL % A B C JLH %
H
1 Sangat baik 3 2 - 5 26 4 1 - 5 26
2 Baik 2 5 3 10 53 1 9 3 13 68
3 Cukup - 4 - 4 21 - 1 - 2 6
4 Kurang baik - - - - - - - - - -
Jumlah 19 100 19 100
Keterangan tabel :
A. Perangkat kegiatan belajar mengajar
B. Pelaksanaan pembelajaran dikelas
C. Penutup
Berdasarkan data pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan guru
pada siklus I pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati, diperoleh 26% Kriteria
baik sekali (BS), dan 53% Kriteria baik dan 21% Kriteria cukup. Sedangkan
pada pertemuan ke 2 diperoleh 26% Kriteria baik sekali (BS), dan 68% Kriteria
baik (B),dan 6% kriteria cukup. Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap
pertemuan, maka diperoleh persentase rata-rata aktifitas guru pada siklus I
untuk Kriteria sangat baik sebesar 26,3%, Kriteria baik sebesar 52,6% dan
Kriteria cukup mencapai 13,2% data yang jelas dapat di lihat pada lampiran 6
sampai 7 halaman halaman 71 sampai 73.
b). Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
Pengamatan kegiatan siswa pada siklus pertemuan I dan II yang berjumlah
40 orang dilakukan oleh pengamat dalam proses belajar mengajar dengan
32. 32
menggunakan lembar observasi kegiatan siswa yang terdiri dari 11 aspek yang
diamati dapat disajikan dalam tabel 6 dan 7 berikut.
Pertemuan I
Tabel 6. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan I
Kriteria Aspek yang diamati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat Baik 8 10 13 11 8 10 12 13 4 6 1
Baik 21 17 10 21 18 25 18 13 21 28 27
Cukup 11 13 9 8 12 5 8 12 11 2 9
Kurang - - 8 - 2 - 2 2 4 4 3
Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Dari data tabel 6 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian setiap
aspek yang diamati seperti pada tabel 7 berikut,data-data diatas tersebut dapat
dilihat pada lampiran 10 halaman 79.
Tabel 7.Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan I
Rata-
Persentase aspek yang diamati rata
capai
kriteria
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek
(%)
Sangat
20 25 32,4 27,5 20 25 30 32,5 10 15 2,5 21,70
baik
Baik 52,5 42,5 25 52,5 45 62,5 45 32,5 52,5 70 67,5 49,60
Cukup 27,5 32,5 22,5 20 30 13,5 20 30 32,5 5 22,5 23,10
kurang - - 20 - 5 - 5 5 10 10 7,5 5,60
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus I
pertemuan I dapat ditarik rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk kriteria
sangat baik yaitu 21,70%, kriteria baik sebanyak 49,60%, kriteria cukup mencapai
23,10% dan untuk kriteria kurang sebanyak 5,60%.
33. 33
Pertemuan II
Tabel 8. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan II
Kriteria Aspek yang diamati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat Baik 16 18 20 21 4 26 21 27 4 15 15
Baik 24 22 11 12 33 5 10 4 26 18 17
Cukup - - 9 7 3 9 2 2 3 7 8
Kurang - - - - - - - - - - -
Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Dari data tabel 8 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian setiap
aspek yang diamati seperti pada tabel 9 berikut untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada lampiran 11 halaman 82.
Tabel 9. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan II
Rata-
Persentase aspek yang diamati rata
capai
Kriteria
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek
(%)
Sangat
40 45 50 52,5 10 65 52,5 67,5 10 37,5 37,5 42,50
baik
Baik 60 55 27,5 30 82,5 12,5 25 10 65 45 42,5 41,36
Cukup - - 22,5 17,5 7,5 22,5 5 5 7,5 17,5 20 11,36
Kurang - - - - - - 17,5 17,5 17,5 - - 4,78
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus I
pertemuan II dapat dihitung persentase rata-rata capaian aspek untuk kriteria
sangat baik yaitu 42,50%, kriteria baik sebanyak 41,36%, kriteria cukup mencapai
11,36% dan untuk kriteria kurang sebanyak 4,78%.
Berdasarkan data-data pada Tabel 8 dan 9 di atas, maka dapat diketahui
bahwa dari 40 jumlah siswa, hasil pengamatan kegiatan siswa menunjukan
34. 34
kecenderungan siswa dalam setiap pertemuan mengalami kenaikan partisipasi
dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Kecenderungan kenaikan partisipasi siswa dapat dijelaskan dengan melihat
perbandingan partisipasi siswa pada pertemuan I dan pertemuan II, dari hasil
pengamatan rata-rata aktivitas siswa dari setiap pertemuan cenderung meningkat.
Indikasi ini dapat dilihat dengan semakin mengurangnya jumlah persentase siswa
yang memperolah kriteria kurang, cukup dan baik menuju ke kri3teria yang lebih
baik.
c). Hasil Belajar Siswa Siklus I
Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan dalam hal ini adalah penguasaan
siswa pada materi ikatan kimia dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi atau
penilaian tes berbentuk objektif dan essay. Tes tersebut terdiri dari 12 butir soal
dengan 8 butir berbentuk objektif dan 4 soal berbentuk essay. Masing-masing soal
mempunyai bobot yang berbeda-beda kecuali pada soal yang berbentuk objektif
dengan skor 1 setiap soal dengan jumlah skor keseluruhan total 100. Hasil belajar
siswa siklus I seperti ditunjukkan pada Tabel 10 berikut:
Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus I
Persentase
No Rentang Nilai Jumlah Capaian Kriteria
(%)
1 85-100 - - Baik Sekali
2 70-84 22 55 Baik
3 50-69 16 40 Cukup
4 0-49 2 5 Kurang
5 0-39 - - Kurang Sekali
Jumlah 40 100%
Berdasarkan data pada Tabel 10 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dari
40 orang siswa yang mengikuti tes, tidak ada siswa yang memperoleh kriteria baik
35. 35
sekali, 55% memperoleh kriteria baik, 40% memperoleh kriteria cukup dan 5 %
memperoleh kriteria kurang serta tidak ada yang memperolah kriteria kurang
sekali, dapat pula dilihat pada lampiran 14 halaman 91. Hal ini disebabkan karena
siswa kemungkinan belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model
STAD. Namun demikian bila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal untuk materi
ikatan kimia di SMK Negeri 1 Gorontalo yakni nilai 70 maka jumlah siswa yang
tuntas belajar adalah 22 siswa
Jika dibandingkan dengan hasil observasi yaitu pada tahun ajaran
2009/2010 untuk materi ikatan kimia adalah sebesar 55% maka hasil belajar siswa
masih cenderung sama. Hal ini bisa terjadi dikarenakan siswa belum terbiasa
dengan model pembelajaran coopetive tipe STAD yang dilakukan.
4.1.3 Refleksi Hasil belajar Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka
dilanjutkan dengan melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan
hasil refleksi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah
dilakukan pada siklus I belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Sehingga
harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.
4.1.4 Deskripsi Tindakan Siklus II
Tindakan siklus II merupakan suatu tindakan perbaikan terhadap
pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka untuk
36. 36
membuat perencanaan perbaikan pada aspek-aspek kegiatan proses pembelajaran
yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I, baik menyangkut kegiatan guru
maupun kegiatan siswa. Aspek-aspek kegiatan yang direncanakan meliputi hal-hal
berikut:
1. Menpertajam tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memberikan
penekanan-penekanan konsep penting.
2. Melakukan bimbingan secara langsung kepada semua kelompok.
3. Memotivasi siswa yang hasil belajarnya masih rendah.
4. Memberikan pengawasan dengan mengendalikan aktivitas siswa selama
kegiatan KBM berlangsung.
a). Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pengamatan kegiatan guru selama proses kegiatan belajar mengajar pada
siklus II sama halnya pada siklus I yakni dilakukan oleh guru mitra yang
bertindak sebagai pengamat. Adapun hasil pengamatan kegiatan guru dapat dilihat
pada Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II
N Pertemuan I Pertemuan II
O Kriteria Aspek yang diamati Aspek yang diamati
A B C JLH % A B C JLH %
1 Sangat Baik 5 2 - 7 37 5 3 - 8 42
2 Baik - 9 3 12 63 - 8 3 11 58
3 Cukup - - - - - - -
4 Kurang - - - - - - - - - -
Jumlah 19 100 19 100
Dengan melihat hasil pengamatan kegiatan guru siklus II di atas, dapat
diketahui bahwa hasil pengamatan kegiatan guru baik pada pertemuan pertama
maupun pertemuan kedua telah mencapai kriteria yang diharapkan, untuk lebih
37. 37
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 halaman 75 sampai 77. Adapun
penjelasan capaian aktivitas guru pada siklus dua adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan I
Pada pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati dapat dilihat bahwa 7 aspek
memperoleh skor sangat baik dengan persentase 37% dan 9 aspek
memperoleh skor baik dengan persentase 63% sedangkan untuk kriteria
cukup tidak ada.
b. Pertemuan II
Pada pertemuan ini, dari 19 aspek yang diamati dapat dilihat bahwa 8 aspek
memperoleh skor sangat baik dengan presentase 42% dan 11 aspek
memperoleh skor baik dengan presentase 58%, sedangkan untuk kriteria
cukup dan kurang tidak ada atau 0%.
Dengan demikian dapat diperoleh presentase rata-rata aktivitas guru pada
siklus II adalah sebagai berikut:
a. Skor dengan kriteria sangat baik sebesar 39,45%,
b. Skor dengan kriteria baik sebesar 60,55%
c. Skor dengan kriteria cukup tidak ada atau 0%
d. Skor dengan kriteria kurang tidak ada atau 0%
Data hasil pengamatan kegiatan guru dengan beberapa kriteria secara
lengkap pada siklus II.
b). Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa
Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II sebagai siklus lanjutan
dilakukan oleh seorang guru mitra yang bertindak sebagai pengamat. Selama
38. 38
dalam kegiatan belajar-mengajar guru mitra sebagai pengamaat bertindak
mengamati seluruh kegiatan siswa dengan mengacu kepada lembar observasi yang
telah disediakan. Data perolahan hasil kegiatan siswa pada siklus II adalah sebagai
berikut:
Pertemuan I
Tabel 12.Pengamatan kegiatan siswa siklus II pertemuan I
Kriteria Aspek yang diamati
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
32 25
Sangat baik 26 26 12 25 26 30 13 28 30
6
Baik 13 11 10 15 23 7 13 10 22 11 9
Cukup 1 3 4 - 5 4 1 - 5 - 1
Kurang - - - - - 4 - - - 1 -
Jumlah
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
siswa
Dari data tabel 12 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian
setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 13 berikut atau pada lampiran 12
halaman 85.
Tabel 13. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan I
Persentase Aspek yang diamati Rata-
rata
capai
Kriteria
an
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek
(%)
Sangat
65 65 65 62,5 30 62,5 65 75 32,5 70 75 60,68
baik
Baik 32,5 27,5 25 37,5 57,5 17,5 32,5 25 55 27,5 22,5 32,72
Cukup 2,5 7,5 10 - 12,5 10 2,5 - 12,5 - - 5,45
Kurang - - - - - 10 - - - 2,5 - 1,15
100
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus II
pertemuan I dapat ditarik rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk kriteria
39. 39
sangat baik yaitu 60,68%, kriteria baik sebanyak 32,72%, kriteria cukup mencapai
1,15% dan untuk kriteria kurang tidak ada.
Pertemuan II
Tabel 14. Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II pertemuan II
Aspek yang diamati
Krriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sangat baik 34 33 34 29 23 29 37 39 14 35 37
Baik 6 7 6 11 17 11 3 1 26 5 3
Cukup - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - -
Jumlah
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
siswa
Dari tabel 14 diatas dapat pula dibuat persentase rata- rata capain untuk
setiap aspek,seperti yang terlihat pada tabel 15 berikut ini atau dapat dilihat pada
lampiran 13 halaman 88.
Tabel 15. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan II
Rata-
Persentase aspek yang diamati rata
Kriteria capaian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek
(%)
Sangat 85 82,5 85 72,5 57,5 72,5 92,5 97,5 35 87,5 92,5 78,18
baik
Baik 15 17,5 15 27,5 42,5 27,5 7,5 2,5 65 12,5 7,5 21,82
Cukup - - - - - - - - - - - -
Kurang - - - - - - - - - - - -
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Dari data pada tabel di atas maka bisa di tarik kesimpulan bahwa pada
siklus II pertemuan ini telah mencapai kriteria yang diharapkan, karena rata-rata
persentase capaian untuk setiap aspek yakni untuk kriteria sangat baik sebanyak
78,18% dan untuk kriteria baik mencapai 21,82%, sedangkan untuk kriteria cukup
dan kurang tidak ada.
40. 40
c). Hasil Belajar Siswa Siklus II
Setelah diberi tindakan pada siklus II, maka diadakan evaluasi dalam
bentuk tes yang berbentuk objektif dan essay. Jumlah soal seluruhnya terdiri atas
12 butir dengan 8 soal berbentuk objektif dan 4 soal berbentuk essay, dengan
masing-masing memiliki skor yang berbeda kecuali pada soal objektif dengan
skor 1. Data hasil belajar siswa siklus II seperti ditunjukkan pada Tabel 16
berikut:
Tabel 16. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Persentase
No Rentang Nilai Jumlah Capaian Kriteria
(%)
1 85-100 13 32,5 Baik Sekali
2 70-84 22 55 Baik
3 50-69 5 12,5 Cukup
4 0-49 - - Kurang
5 0-39 - - Kurang Sekali
Jumlah 40 100%
Dari data pada Tabel 16 tersebut dapat diketahui bahwa dari 40 orang
siswa yang mengikuti tes, terdapat 13 orang siswa yang memperoleh skor dengan
persentase rentang antara 85-100% atau 32,5% kriteria baik sekali, 22 orang siswa
memperoleh skor dengan persentase rentang antara 70-84% atau 55% dari jumlah
siswa, 5 orang siswa memperoleh skor dengan persentase rentang antara 50-69%
atau 12,5% dari jumlah siswa,untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 15
halaman 94.
x 100%
41. 41
4.1.5 Refleksi Tindakan Siklus II
Dengan melihat gambaran hasil tindakan pembelajaran yang dilakukan pada
siklus II maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengamatan kegiatan guru dan
hasil pengamatan kegiatan siswa sudah mencapai kriteria yang diharapkan.
Namun demikian untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang
dilaksanakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan refleksi
terhadap tindakan pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai
berikut:
1. Selama kegiatan KBM telah terjadi umpan balik yang baik dari siswa.
2. Proses bimbingan secara langsung telah memberikan pemahaman yang utuh
dan memotivasi siswa dalam mengerjakan LKS serta mempresentasikan
hasil herja kelompok.
3. Manajemen waktu dalam pengelolaan KBM dengan menggunakan model
STAD telah berjalan sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
4. Hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yakni nilai
70 sebesar 87,5%.
Dengan melihat hasil refleksi pada siklus II ini, maka diperoleh kesimpulan
bahwa tindakan yang dilakukan, baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa telah
sesuai dengan target yang diharapkan, oleh karena itu tindakan tidak lagi
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4.2 Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model
pembelajrajan kooperatif tipe STAD dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
42. 42
belajar siswa pada materi ikatan kimia. Penerapan metode ini dapat membantu
siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada
perubahan yang positif terhadap aspek kognitif yang dapat meningkatkan hasil
belajat yang diperoleh. Adapun data persentase rata-rata kegiatan siswa pada
siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel perbandigan aktifitas siswa pada
siklus I dan siklus II berikut :
Tabel 17. Persentase rata-rata aktifitas siswa pada siklus I dan II
Persentase rata-rata aktifitas siswa (%)
Siklus I Siklus II
Kriteria
Pertemuan Pertemuan Rata- Pertemuan Pertemuan
I
Rata-rata
II rata I II
Sangat 21,70 42,50 32,1 60,68 78,18 69,43
baik
Baik 49,60 41,36 45,48 32,72 21,82 27,27
cukup 23,10 11,36 17,23 5,45 - 2,73
Kurang 5,60 4,78 5,19 1,15 - 0,6
Jumlah 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 17 tersebut terlihat bahwa pada siklus I masih terdapat
22,42% siswa yang kurang aktif. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya guru
dalam menerapkan model pembelajaran sehingga masih ada siswa yang kurang
aktif ketika proses pembelajaran berlangsung dan kurang berpartisipasi baik
dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Selain itu juga diduga disebabkan
karena siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran cooperatif tipe
STAD yang diterapkan oleh guru. Belum optimalnya kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dan siswa, berdampak pula pada penguasan materi oleh siswa
yang bersangkutan.
43. 43
Tabel 18. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Siswa (%)
Rentang Siklus I Siklus II
Kriteria
Nilai Jumlah Jumlah
Presentase Presentase
Capaian Capaian
85-100 - - 13 32,5 Baik Sekali
70-84 22 55 22 55 Baik
50-69 16 40 5 12,5 Cukup
0-49 2 5 - - Kurang
0–39 - - - - Kurang sekali
Jumlah 40 100 40 100
Dengan mengamati Tabel 18 tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada siklus
I jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria baik sekali 0%, kriteria baik
55% atau 22 siswa, kriteria cukup 40% atau 16 siswa, kurang 5% atau 2 orang
siswa dan tidak ada yang memperolah kriteria kurang sekali. Selanjutnya pada
siklus II dapat dilihat pula bahwa yang memperolah kriteria baik sekali 32,5%
atau 13 orang siswa, baik 55% atau 22 siswa, cukup 12,5% atau 5 siswa, dan
memperolah kriteria kurang sekali tidak ada.
Jika membandingkan hasil belajar siswa pada siklus I dan II maka diperolah
kesimpulan bahwa presentase nilai hasil belajar siswa dari siklus I Dan siklus II
mengalami peningkatan.
44. 44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas X
jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo ini, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam pokok bahasan ikatan
kimia untuk siswa kelas X Jurusan Multimedia SMK negeri 1 Gorontalo dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditujukan dengan hasil belajar siswa
pada siklus I dari 40 orang siswa yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 22
orang atau 55% yang tuntas dan 18 orang atau 45% memperoleh nilai 70 kebawah
atau belum tuntas dengan daya serap yaitu mencapai 68,6%, sedangkan pada
siklus II siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 35 orang atau 87,5% dengan
nilai diatas 70 dengan daya serap klasikal mencapai 79,05%.
5.2 Saran
Adapun yang menjadi saran pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya para guru di kelas X SMK Negeri 1 Gorontalo menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe STAD sebagai alternatif
dalam pokok bahasan ikatan kimia, karena mempunyai pengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar siswa.
2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan model pembelajaran
cooperative tipe STAD yang di kombinasikan dengan model atau
pendekatan pembelajaran lain dengan memperhatikan karekteristik materi
yang diajakan.
45. 45
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung. PT Citra Aditya
Bakti
Anwar, Sukri. 2004. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
hidrokarbon di kelas I2 SMU Negeri 2 Gorontalo melalui pembelajaran
Kooperatif. Skripsi. Gorontalo: UNG.
Effendy.2004. Teori VESPR (Kepolaran dan Gaya Molekul). Malang: Bayu
Media
Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penannaman Konsep
Umum dan Konsep Islami. Bandung. PT Rafika Aditama
Fesenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Lismiyati. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2
SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik dalam Model
Pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD). Skripsi.
Semarang : UNNES
Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga
Purwanto Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Renita Tri Parwanti. 2007. Jurnal: Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas
X dengan Menggunakan Kombinasi Metode Student Teams Achivement
Division (STAD) dan Structure Exercise Methode (SEM) di SMA N 16
Semarang. Semarang. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.
Soyumukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal,
Marxis-Sosialis dan Postmodern . Yogyakarta. AR-RUZZ MEDIA
Verawaty 2009. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas Xb SMA Prasetya
Gorontalo pada Materi Ikatan Kimia Melalui Pembelajaran Kooperatif
Model STAD. Gorontalo: UNG
Zainudin. 2008. Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen
Berbasis Sekolah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
47. 47
Lampiran 2
RPP Siklus 1 (Pertemuan 1)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
I. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Gorontalo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI Multimedia / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit
II. STANDAR KOMPETENSI
Memahami terjadinya ikatan kimia.
III. KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan terjadinya ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.
IV. INDIKATOR
1. Kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya.
2. Lambang lewis untuk gas mulia (duplet dan oktet) dan unsur bukan
gas mulia
3. Proses pembentukan ikatan ion.
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan Kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
kestabilannya.
2. Menggambarkan Lambang lewis untuk gas mulia (duplet dan oktet)
dan unsur bukan gas mulia.
3. Memahami terjadinya pembentukan ikatan ion.
VI. MATERI POKOK
Pembentukan ikatan kimia:
1. Aturan Oktet
2. Lambang Lewis
3. Pembentukan Ikatan Ion
VII. METODE PEMBELAJARAN
Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
48. 48
VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-
Langkah Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Waktu Sumber
Pembelajaran
Memberi salam Menjawab salam Modul
Berdoa dan absensi Berdoa dan SMK N 1
mempersiapkan diri Gorontalo
menerima Pelajaran
15
Pendahuluan Menyimak apa yang Buku
Menit
Memberikan apersepsi yang disampaikan oleh Kimia
berhubungan dengan materi guru SMK dan
ikatan kimia. MA kelas
X;
Menyampaikan tujuan Menyimak Erlangga:
pembelajaran. Michael
Meminta kepada siswa untuk Membentuk purba
membentuk kelompok kecil kelompok
secara heterogen
Menjelaskan materi Menyimak
pembelajaran secara singkat
Memberikan permasalahan Membahas
kepada setiap kelompok permasalahan serta
untuk didiskusikan. mengerjakannya 45
Kegiatan Inti
Menjelaskan kepada menit
Meminta kepada salah satu anggota lain.
anggota kelompok yang
telah selesai memecahkan
masalah yang diberikan Menjawab soal Quis
kepada nggota kelompok
lain.
Memberikan kuis kepada
seluruh siswa
Meminta kepada salah satu Menyimpulkan
siswa untuk menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
Memberikan penguatan Menyimak
terhadap materi yang telah
didiskusikan. 10
Penutup
Memberikan PR Mencatat PR yang menit
diberikan
Menyampaikan materi yang Menyimak
akan dibahas pada
pertemuan selanjutnya
Memberi salam Menjawab salam
49. 49
IX. MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN
a) Media : LKS
b) Sumber belajar :
Modul SMK N 1 Gorontalo
Buku kimia SMA dan MAK kelas X; Erlangga: Michael Purba
X. EVALUASI
1. Quis
1. Tuliskan lambing lewis dari:
a. Be
b. Cl
c. C
2. Jelaskan perbedaan antara ion Cl- dengan atom klorida…
2. Permasalahan Yang Didiskusikan
1. Siswa diharapkan dapat menuliskan konfigurasi elektron dari
unsur:
a. O (Z=8)
b. Br (Z=35)
c. N (Z=7)
2. Na, Ca, Al, C, dan P
a. Siswa diharapkan dapat menuliskan lambang dari masing-
masing unsur tersebut.
b. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara apa yang mungkin
terjadi pada masing-masing unsur tersebut untuk mencapai
aturan oktet,melepas atau menyerap elektron.?
3. PR
1. Tulislah konfigurasi elektron dari unsur…
a. Cl (Z=17)
b. Mg (Z=12)
c. Al (Z=13)
2. Unsur A,B,C,dan D berturut-turut dengan nomor atom
17,18,19,dan 20.
a. Tulislah konfigurasi elektron dari unsur-unsur tersebut.
b. Diantara keempat unsur tersebut manakah yang paling stabil.
3. Gambarlah lambing lewis untuk masing-masing ion
berikut,apakah semuanya mempunyai konfigurasi oktet ?
a. K+
b. S2-
XI. PENILAIAN
Penilaian proses : Penilaian pada proses pembelajaran berlangsung
Penilaian hasil : Tes tertulis
50. 50
Rubrik penilaian
Soal Jawaban Skor
Quis
1. Tuliskan lambang lewis dari: 1. a) Be b) Cl c) Ar d) C
a. Be
b. Cl
c. Ar
d. C
2. Jelaskan perbedaan antara ion Cl- 2. karena ion Cl- kelebihan 1 elektron
dengan atom klorida…
Jumlah Skor
Permasalahan Yang Didisiskusiakn
1. Siswa diharapkan mampu 1. a) O (z = 8) = 2 4
menuliskan konfigurasi elektron b) Br (z = 35) = 2 8 18 7
dari unsur c) N (z = 7) = 2 5
a. (Z=8)
b. Br (Z=35)
c. N(Z=7)
2. Na, Ca, Al, C, dan P 2. a) Na (z =11) = 2 8 1 Na.
a. Siswa diharapkan mampu Ca (z =20) = 2 8 8 2
menuliskan lambang dari Al (z =13) = 2 8 3
masing-masing unsur tersebut. C ( z=7) = 2 5
b. Siswa diharapkan mampuh P (z = 15) = 2 8 5
menjelaskan cara apa yang b) Na melepaskan 1 elektron untuk
mungkin terjadi pada masing- mencapai octet
masing unsur tersebut untuk Ca melepaskan 2 elektron untuk
mencapai aturan oktet,melepas mencapai oktet
atau menyerap elektron.? Al melepaskan 3 elektron untuk
mencapai oktet
C menerima 3 elektron untuk
mencapai oktet
P menerima 3 elektron untuk
mencapai oktet
Jumlah Skor
PR
1. Tulislah konfigurasi elektron dari 1. a) Cl = 2 8 7
unsur… b) Mg = 2 8 2
a. Cl (Z=17) c) Al = 2 8 3
b. Mg (Z=12)
c. Al (Z=13)
2. Unsur A,B,C,dan D berturut-turut 2. a) A (z =17) = 2 8 7
dengan nomor atom 17,18,19. B (z =18) = 2 8 8
a. Tulislah konfigurasi elektron C (z =19) = 2 8 9
dari unsur-unsur tersebut. b) unsur yang paling stabil yaitu
b. Diantara keempat unsur unsur B
51. 51
tersebut manakah yang paling
stabil.
3. Gambarlah lambing lewis untuk 3. a) K (z =19) = 2 8 9
masing-masing ion berikut,apakah K+ = K dapat membentuk konfigurasi
semuanya mempunyai konfigurasi oktet dengan cara menerima 2
oktet ? elektron
a. K+ S2- = S dapat membentuk
b. S2- konfigurasi oktet dengan cara
menerima 2 elektron
Jumlah Skor
Nilai siswa = skor yang diperoleh X 100 %
Skor total
Gorontalo, Mei 2011
Guru Mitra Peneliti
Sri Yanti Saipi Asriaty Labaso
NIP. 197712112 006042 011 NIM. 441 405 019
52. 52
Lampiran 3
RPP Siklus 1 (Pertemuan 2)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
I. IDENTITAS MATA PELAJARAN
Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Gorontalo
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI Multimedia / Genap
Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit
II. STANDAR KOMPETENSI
Memahami terjadinya ikatan kimia.
III. KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan terjadinya ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.
IV. INDIKATOR
1. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen.
2. Mengetahui rumus kimia senyawa kovalen Biner.
3. Dapat menggambarkan rumus struktur lewis atau rumus struktur
senyawa kovalen.
4. Dapat membedakan pembentukan ikatan kovalen rangkap,rangkap
tiga dan ikatan kovalen koordinat.
V. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa diharapkan dapat:
1. Mengetahui proses terjadinya ikatan kovalen.
2. Memahami rumus kimia senyawa kovalen Biner.
3. Menggambarkan rumus struktur lewis atau rumus struktur senyawa
kovalen.
4. Memahami dan mengetahui perbedaan pembentukan ikatan kovalen
rangkap,rangkap tiga dan ikatan kovalen koordinat.
VI. MATERI POKOK
Pembentukan ikatan kimia:
1. Pembentukan ikatan kovalen.
2. Rumus kimia senyawa biner.
3. Struktur lewis senyawa kovalen.
4. Ikatan kovalen rangkap dan rangkap tiga.
5. Ikatan kovalen koordinat.
VII. METODE PEMBELAJARAN
Cooperatite Learning Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
53. 53
VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Langkah-
Langkah Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Waktu Sumber
Pembelajaran
Memberi salam Menjawab salam 15 Modul
Berdoa dan absensi Berdoa dan menit SMK N 1
mempersiapkan Gorontalo
diri menerima
Pendahuluan Pelajaran Buku
Memberikan apersepsi yang Menyimak apa Kimia
berhubungan dengan materi yang disampaikan SMK dan
ikatan kimia. oleh guru MA
kelas X;
Menyampaikan tujuan Menyimak 45 Erlangga:
pembelajaran. menit Michael
Meminta kepada siswa untuk Membentuk purba
membentuk kelompok kecil kelompok
secara heterogen
Menjelaskan materi Menyimak
pembelajaran secara singkat
Memberikan permasalahan Membahas
kepada setiap kelompok untuk permasalahan
Kegiatan Inti didiskusikan. serta
mengerjakannya
Meminta kepada salah satu Menjelaskan
anggota kelompok yang telah kepada anggota
selesai memecahkan masalah lain.
yang diberikan kepada anggota
kelompok lain.
Memberikan kuis kepada Menjawab soal
seluruh siswa Quis
Meminta kepada salah satu Menyimpulkan 10
siswa untuk menyimpulkan menit
materi yang telah dipelajari
Memberikan penguatan Menyimak
terhadap materi yang telah
didiskusikan.
Penutup
Memberikan PR Mencatat PR yang
diberikan
Menyampaikan materi yang Menyimak
akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya
Memberi salam Menjawab salam
54. 54
IX. MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN
c) Media : LKS
d) Sumber belajar :
Modul SMK N 1 Gorontalo
Buku kimia SMA dan MAK kelas X; Erlangga: Michael Purba
X. EVALUASI
1. Quis
1. Jelaskan pengertian dari ikatan polar dan ikatan kovalen non-
polar…
2. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen…?
3. Apakah yang anda ketahui tentang rumus bangun atau rumus
struktur..?
2. LKS
1. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen…?
2. Apakah yang anda ketahui tentang rumus bangun atau rumus
struktur..?
3. Tuliskan langkah-langkah pennulisan struktur lewis…
3. PR
1. Jelaskan secara singkat pengertian dari ikatan kovalen polar dan
ikatan koordinat….
2. Tuliskan masing-masing 2 contoh dari ikatan tunggal,rangkap
dua dan ikatan rangkap tiga…
3. Tuliskan dan gambarkan rumus lewis,rumus bangun dan rumus
molekul dari HCl….
4. EVALUASI SIKLUS I
A. Objektif
1. Unsur Na dengan konfigurasi : 2 8 1 dapat mencapai aturan
oktet dengan cara…
a. Menerima sepasang elektron
b. Melepaskan 1 elektron
c. Menyerap 2 elektron
d. Menangkap 2 elektron
2. Dibawah ini yang bukan sifat senyawa ion adalah…
a. Menghantarkan arus listrik
b. Titik didih
c. Kelarutan
d. Mudah ditempa
3. Konfigurasi elektron dari unsur Cl yang tepat
adalahdibawah ini adalah…
a. 2 8 7
55. 55
b. 2 8 8 1
c. 2 8 1
d. 2 7
4. Manakah dibawah ini yang merupakan penulisan yang tepat
dari unsur H2O berdasarkan rumus bangun adalah…
a. H : H
b. H—H
c. H—H—O
d. H—O—H
5. Dibawah ini pernyataan yang benar mengenai pengertian
dari ikatan kovalen adalah…
a. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang
berasal dari kedua atom yang berikatan.
b. Terjadinya pemakaian electron valensi secara bersama-
sama
c. Terjadinya karena adanya perpindahan elektron dari
atom-atom yang satu ke atom yang lainnya.
d. Zat Serah terima elektron.
6. Muatan elektron negatif yang tersebar secara homogen
adalah pengertian dari…
a. Ikatan ion
b. Ikatan kovalen
c. Ikatan kovalen nonpolar
d. Ikatan polar
7. Suatu zat dikatakan polar jika zat tersebut tertarik
kedalam…
a. Medan magnet
b. Senyawa
c. Ikatan kovalen
d. Ikatan ion
8. Diantara zat berikut manakah yang mengandung ikatan
ion…
a. Silicon
b. Batu kapur
c. Emas
d. Perunggu
B. Essay
1. Jelaskan secara singkat pengertian dari ikatan kovalen polar
dan ikatan koordinat…
2. Tuliskan dan gambarkan rumus lewis,rumus bangun dan
rumus molekul dari H2 dan H2O
3. Berapakah jumlah elektron yang digunakan bersama dalam
molekul oksigen…?
56. 56
4. Tiliskan reaksi pembentukan ikatan kovalen koordinat
antara….H2 dengan H+ membentuk H3O+
XI. PENILAIAN
Penilaian proses : Penilaian pada proses pembelajaran berlangsung
Penilaian hasil : Tes tertulis
Rubrik penilaian
Soal Jawaban Skor
Quis 1. Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang
1. Jelaskan pengertian dari ikatan polar terjadi bila pasangan elektron yang dipakai
bersama memihak atau mengutup kesalah
dan ikatan kovalen non-polar… satu atom/ gugus atom. Sedangkan ikatan
2. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen non-polar akan terjadi bila pasangan
kovalen…? elektronyang dipakai bersama berasal dari
3. Apakah yang anda ketahui tentang atom yang sama sehingga memiliki
rumus bangun atau rumus struktur..? elektronegativitas yang sama.
2. Ikatan kovalen adalah ikatan antara atom
dengan atom berdasarkan pemakaian elektron
secara bersama-sama.
3. Rumus bangun atau rumus struktur adalah
cara atom-atom saling mengikat dalam satu
molekul.
Jumlah Skor
LKS Langkah-langkah penulisan struktur Lewis
1. Tuliskan langkah-langkah pennulisan sebagai berikut:
1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua
struktur lewis… atom molekul
2) Gambarkan kerangka molekul yang masuk
akal
3) Berikan masing-masing sepasang elektron
untuk setiap ikatan
4) Sisa elektron digunakan untuk membuat
semua atom terminal mencapai oktet
5) Tambahkan sisa elektron,jika masih ada
kepada atom pusat
6) Apabila atom pusat belum oktet,tarik
pasangan elektron bebas dari atom terminal
untuk membuat ikatan rangkap atau rangkap
tiga dengan atom pusat.
Jumlah Skor
PR .
1. Jelaskan secara singkat pengertian 1.Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang terjadi
bila pasangan elektron yang dipakai bersama
dari ikatan kovalen polar dan ikatan memihak atau mengutup kesalah satu atom/
koordinat…. gugus atom sedangkan ikatan kovalen koordinat
adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron
milik bersamanya berasal dari satu atom yang
berikatan.
57. 57
2. Tuliskan masing-masing 2 contoh 2.Ikatan tunggal HCl, ikatan rangkap O2 dan
dari ikatan tunggal,rangkap dua dan ikatan rangkap tiga Na2
ikatan rangkap tiga…
3. Tuliskan dan gambarkan rumus 3.Rumus Bangun HCl = H – Cl
lewis,rumus bangun dan rumus
molekul dari HCl…
Jumlah Skor
EVALUASI SIKLUS I
A. Objektif
1. Unsur Na dengan konfigurasi : 2 8 1 B
dapat mencapai aturan oktet dengan
cara…
a. Menerima sepasang elektron
b. Melepaskan 1 elektron
c. Menyerap 2 elektron
d. Menangkap 2 elektron
2. Dibawah ini yang bukan sifat A
senyawa ion adalah…
a. Menghantarkan arus listrik
b. Titik didih
c. Kelarutan
d. Mudah ditempa
3. Konfigurasi elektron dari unsur Cl A
yang tepat adalahdibawah ini
adalah…
a. 8 7
b. 8 8 1
c. 2 8 1
d. 2 7
4. Manakah dibawah ini yang D
merupakan penulisan yang tepat dari
unsur H2O berdasarkan rumus
bangun adalah…
a. H : H
b. H—H
c. H—H—O
d. H—O—H
5. Dibawah ini pernyataan yang benar A
mengenai pengertian dari ikatan
kovalen adalah…
a. Adanya pemakaian bersama
pasangan elektron yang berasal
dari kedua atom yang berikatan.
b. Terjadinya pemakaian electron
valensi secara bersama-sama
c. Terjadinya karena adanya