SlideShare a Scribd company logo
1 of 98
1




                                   BAB I
                               PENDAHULUAN


1.1   Latar Belakang Masalah

      Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor

internal maupun faktor eksternal. Menurut Suryabrata dalam Puranti, (2008) yang

termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya

kecerdasan, motivasi berprestasi dan kemampuan (kognitif), sedangkan yang

termasuk eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru,

kurikulum dan model pembelajaran). Demikian juga yang dikemukakan oleh

Anwar (2004) bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar

siswa adalah rendahnya aktivitas, minat, dan motivasi belajar siswa. Sehingga

perlu kirannya guru sebagai tenaga pendidik untuk meningkatkan mutu dan

kualitas pembelajaran dalam hal peningkatan hasil belajar siswa dengan

menerapkan model-model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada

siswa untuk secara aktif mempelajari melalui perbuatan, mengalami sendiri,

menemukan serta mengembangkan pengetahuan yang diperoleh. Sehubungan

dengan hal ini, Hamalik (1998) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar

akan memperoleh hasil yang optimal jika guru mampu memiliki dan menerapkan

model pembelajaran yang tepat.

       Ilmu kimia merupakan suatu pelajaran yang cenderung kurang diminati

oleh kebanyakan siswa karena sulit untuk dipahami. Oleh karena itu dengan dasar

inilah dituntut kemampuan dan keterampilan seorang guru untuk bisa

menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dikelas. Ini


                                       1
2




bertujuan agar siswa termotivasi dan aktif dalam belajar sehingga hasil belajar

siswa akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

     Selama ini metode pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya satu

arah, dimana guru yang lebih aktif dalam memberikan informasi kepada siswa.

Hal ini juga terjadi di SMK Negeri 1 Gorontalo khususnya di kelas X Jurusan

Multimedia pada materi ikatan kimia. Sebagaimana berdasarkan hasil observasi

peneliti bahwa pada materi ikatan kimia dalam satu tahun terakhir hasil belajar

siswa masih tergolong dalam kategori rendah, yaitu pada tahun ajaran 2009/2010

adalah 55% ketuntasan belajar, sedangkan standar ketuntasan yang diterapkan

adalah 70% dengan nilai rata-rata 65 . Hal ini terjadi menurut hemat peneliti,

karena berdasarkan hasil survai, Guru mata pelajaran cenderung text book

oriented. Pembelajaran lebih cenderung abstrak dan menggunakan metode

ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa dipahami. Sementara itu

kebanyakan guru yang mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan

berpikir, siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pembelajaran bermakna,

metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar

siswa menjadi sulit ditumbuhkan, dan pola belajar cenderung menghafal dan

mekanistik.

     Penggunaan berbagai macam model pembelajaran yang merangsang minat

siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai banyak dilakukan di

sekolah-sekolah. Salah satu model pembelajaran yang lebih banyak digunakan

adalah model pembelajaran cooperatiive dengan berbagai metode yang salah

satunya adalah metode Student Teams Achivement Division (STAD).
3




     Metode STAD ini dalam pelaksanaannya adalah mengajak siswa untuk

belajar secara berkelompok dengan anggota kelompok yang berasal dari campuran

tingkat kecerdasan dan jenis kelamin. Tujuan dari pembagian kelompok dengan

ketentuan tersebut adalah agar dalam satu kelompok terdapat siswa yang lebih

unggul sehingga apabila ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan siswa

tersebut dapat membantu menyelesaikannya.

     Secara teoritis metode pembelajaran Cooperative tipe STAD mempunyai

keunggulan tersendiri untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia

dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional lainnya. Penggunaan

Model Pembelajaran Cooperative tipe STAD dipilih dengan harapan akan tampak

proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas, sehingga siswa yang kemampuannya

dibawah rata-rata akan berupaya untuk tidak ketinggalan dengan siswa lain di

kelasnya. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas X jurusan Multimedia SMK

Negeri 1 Gorontalo diharapkan akan meningkat.

     Beberapa    hasil   penelitian   menunjukan   bahwa   pembelajaran   dengan

menggunakan model pembelajaran Cooperativetipe STAD dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Renita Tri Parwanti, (2007), Dari hasil penelitiannya menyimpulkan

penggunaan kombinasi metode Student Teams Achivement Division (STAD) dan

Structure Exercise Methode (SEM) dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa

kelas X-5 SMA N 16 Semarang, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar

secara klasikal yang diharapkan yaitu sebesar 85 %. Verawati (2009) melaporkan

bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative tipe STAD dapat

Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas Xb SMA Prasetya Gorontalo pada Materi

Ikatan Kimia.
4




        Dengan mencermati berbagai realitas di atas, maka penulis termotivasi

untuk        melakukan    penelitian   tindakan   kelas   dengan   formulasi   judul

“Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Ikatan Kimia dengan Menggunakan

Pembelajaran Cooperative Tipe STAD di Kelas X Jurusan Multimedia SMK

Negeri 1 Gorontalo”

1.2     Identifikasi Masalah

        Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

        1.    Kegiatan belajar mengajar masih cenderung text book oriented dan

              didominasi oleh guru, karena guru mata pelajaran hanya menggunakan

              metode ceramah.

        2.    Siswa cenderung marasa jenuh karena proses belajar dan pembelajaran

              tidak memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif.

        3.    Hasil belajar siswa pada meteri ikatan kimia masih cukup rendah

              dimana ketuntasan belajar hanya 55% dengan nilai rata-rata 65, hal ini

              dipengaruhi oleh tidak termotivasinya siswa pada saat belajar mengajar

              di kelas.

1.3     Rumusan Masalah

        Seiring dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

        ―Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD

(Student Teams Achivement Division) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
5




Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo pada Meteri Ikatan

Kimia?‖



1.4    Tujuan Penelitian

       Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar

siswa Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo, khususnya pada

materi ikatan kimia dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Tipe

STAD.


1.5    Manfaat Penelitain

       Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.    Bagi Siswa

      Pengunaan    Model    Pembelajaran     Cooperative    Tipe   STAD      dapat

      meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa termotivasi dan turut aktif

      dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Bagi Guru

       Sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran kimia untuk memilih

       metode dan strategi mengajar yang tepat dalam melaksanakan proses belajar

       mengajar agar lebih efektif dan efisien dengan hasil yang maksimal.

3. Sekolah

       Dengan dipilihnya strategi mengajar yang tepat, diharapkan dapat

       meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam belajar, sehingga hasil

       belajar siswa SMK Negeri 1 Gorontalo dapat meningkat.
6




                                      BAB II

                              KAJIAN TEORITIS


2.1   Kajian Teori

2.1.1 Konsep Strategi Belajar Mengajar

      Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, atau cara. Sedang

secara umum stretegi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

      Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan

guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan

sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan

pengajaran tertentu.

      Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan

yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang

sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan.

      Menurut Mansyur dalam Fathurrohman (2007), batasan belajar mengajar

yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yakni:

1.    Mengidentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak didik

      sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.

2.    Mempertimbangakan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk

      mencapai sasaran yang akurat.




                                         6
7




3.   Memilih dan menetapakan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar

     yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan

     guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.

4.   Menetapakn norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta

     standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoaman oleh guru dalam

     melakukan evaluasi hasil kegiatan mengajar yang selanjutnya akan

     dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem intruksional yang

     bersangkutan secara keseluruhan.

     Dari keempat uraian di atas, jika diterapkan dalam konteks kegiatan belajar

mengajar maka strategi belajar mengajar pada dasarnya memiliki implikasi

sebagai berikut:

1.   Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui

     pembelajran.

2.   Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur, aspirasi,

     dan pandangan filosofis mayarakat.

3.   Memilih dan menetapakan prosedur, metode dan teknik mengajar.

4.   Menetapkan norma-norma atau kriteria-kriteria keberhasilan belajar.

     Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan

sebagai pola-pola respon baru. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang

relative mantap berkat latihan dan pengalaman,hakekat proses belajar mengajar.

2.1.2 Tinjauan Tentang Model Pembelajaran

     Secara umum istilah ―model‖ diartikan sebagai kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian
8




lain ―model‖ juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang

sesungguhnya, seperti ―Globe‖ adalah model dari bumi tempat kita hidup. Dalam

uraian selanjutnya istilah model digunakan untuk menujukkan pengertian yang

pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang

dimaksud dengan ―Model Pembelajaran‖ adalah kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar, dan berfungsi sebagai pedoman bagi

perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan

aktivitas belajar mengajar. Tinjaun model pembelajaran terdiri atas :

a.   Model Pembelajaran Cooperative

      Cooperative berasal dari kata ko yang berarti sama dan operatif berarti

melakukan. Dengan kata lain cooperative dapat diartikan melakukan kegiatan

bersama-sama. Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model cooperative

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1.    Siswa belajar dalam kelompok secara cooperative untuk menuntaskan materi

      belajar

2.    Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki ketrampilan sedang dan rendah.

3.    Bilamana mungkin anggota kelompok dibentuk dari ras, budaya, suku, jenis

      kelamin yang berbeda-beda.

4.    Penghargaan berorientasi kepada kelompok daripada individu.

      Menurut Tarigan dalam Fathurrohman (2007), bahwa pembelajaran

cooperative pada dasarnya merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang lebih

mengutamakan aktivitas siswa yaitu siswa belajar bersama dalam bentuk
9




kelompok kecil untuk mempelajari materi dan mengajarkan tugas setiap anggota

kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya‖

     Lie (2003), dikemukakan bahwa pembelajaran cooperative memiliki unsur-

unsur sebagai berikut:

1.   Saling ketergantungan

     Keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap anggota

     dalam kelompok

2.   Tanggung jawab perorangan

     Berdasarkan unsur yang pertama maka setiap siswa akan merasa

     bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik

3.   Tatap muka

     Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertatap muka dan berdiskusi

4.   Komunikasi antar anggota

     Unsur ini menghendaki agar para siswa harus dibekali dengan berbagai

     keterampilan berkomunikasi.

5.   Evaluasi proses kelompok

     Untuk mengetahui keberhasiln kelompok, diadakan evaluasi kepada

     masing-masing kelompok.

b. Metode Student Teams Achivement Division (STAD)

     Metode Student Teams Achivement Division (STAD) ini merupakan salah

satu metode dalam pembelajaran cooperative yang untuk pertama kalinya

diperkenalkan oleh Robert-Slavin. Metode ini merupakan salah satu metode yang

paling sederhana dalam pembelajaran cooperative dan merupakan sebuah
10




pendekatan yang baik untuk guru yang baru mulai menerapkan model

pembelajaran cooperative.

      Metode pembelajaran ini lebih menekankan berbagai ciri pembelajaran

langsung, dan merupakan metode yang mudah untuk diterapkan dalam

pembelajaran sains. Seperti dalam kebanyakan metode pembelajaran cooperative,

metode STAD didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam

belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman dan dirinya sendiri.

      Penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran sebenarnya sudah

banyak digunakan dan dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dari

peneliti sebelumnya (Lismiyati, 2006) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

penggunaan metode STAD dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil

belajar siswa sebesar 92,84%. Selain itu pembelajaran juga berjalan lebih efektif

karena siswa bertindak aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Secara skematis metode pembelajaran STAD dapat ditunjukkan pada skema

berikut:


       Pembentukan Kelompok Heterogen




           Pemberian Materi Pelajaran dan
                Kegiatan Kelompok




           Pelaksanaan Kuis dan Evaluasi




      Pemberian Penghargaan Kelompok
11




1.   Pembentukan kelompok heterogen

     Pembentukan kelompok dalam kelas ditentukan oleh guru yang lebih

mengetahui siswa yang pandai dan lemah. Pembentukan kelompok ini pun harus

bersifat heterogen. Siswa-siswa dalam kelompok merupakan campuran siswa dari

tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan suku. Sehingga tidak akan ditemui

kelompok yang hanya beranggotakan siswa yang pandai saja atau sebaliknya.

Untuk anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang.

2.   Penjelasan materi dan kegiatan kelompok

     Guru memberikan informasi pada siswa berkenaan dengan kegiatan yang

akan dilakukan oleh siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Pada

saat guru menjelaskan materi pelajaran, siswa harus sudah berada dalam

kelompok masing-masing. Kemudian, siswa melakukan diskusi sesuai arahan

guru berdasarkan LKS atau bentuk tugas yang lain. Apabila terdapat kesulitan

dalam interpretasi petunjuk kegiatan siswa dapat meminta bantuan guru.

3.   Pelaksanaan kuis atau evaluasi

     Setelah diskusi berlangsung, guru dapat memberikan tes atau kuis kepada

siswa yang harus dikerjakan siswa secara individu.

4.   Pemberian penghargaan.

     Kelompok yang mempunyai nilai rata-rata tiap anggotanya paling baik,

pantas diberi penghargaan. Hasil tes ini dapat digunakan sebagai dasar

pembentukan kelompok baru untuk materi berikutnya (Adili, dalam Lisiati 2006).

     Yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran ini adalah

sebagai berikut:
12




1.   Nilai rata-rata harian dari siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk

     kelompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok (jumlah

     nilai rata-rata siswa dalam suatu kelompok dibagi dengan banyaknya siswa

     dalam kelompok tersebut)

2.   Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa membedekan

     kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi, dalam setiap kelompok

     sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing

     siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri atas 4

     sampai 5 siswa.

3.   Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar

     dan bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan.

4.   Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh siswa

     sendiri). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi

     kunci jawaban LKS.

5.   Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan ulangan

     harian. Waktu kuis berkisar antara 10 menit sampai 15 menit saja.

6.   Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang

     diharapkan

c.    Langkah-langkah STAD dalam pembelajaran di sekolah

      Beberapa langkah dalam pembelajaran dalam menggunakan metode

STAD adalah sebagai berikut:

1.   Guru dapat meminta para siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan

     yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing.
13




2.    Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur

      tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap

      muka.

3.    Guru membagikan LKS. Setiap kelompok diberi 2 set.

4.    Anjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara

      berpasangan    dua-dua    dalam    tigaan.   Kemudian     saling   mengecek

      pekerjaannya diantara teman dalam pasangan atau tigaan itu.

5.    Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman 1 tim/kelompok

      bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada temannya yang tidak bisa

      tadi.

6.    Berikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri.

7.    Bila ada pertanyaan dari siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu

      kepada teman satu kelompok sebelum mengajukannya kepada guru.

8.    Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok.

9.    Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor

      kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam

      mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada

      kelompok secara proporsional.

10.   Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah

      memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru.

11.   Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitatator jika diperlukan.
14




12.   Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh

      siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan kuis. Setelah

      siswa selesai mengerjakan kuis, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis.

13.   Berikan penghargaan kepada siswa yang benar, dan kelompok yang

      memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim.

14.   Guru memberikan tugas/PR secara individu kepada para siswa tentang

      pokok bahasan yang sedang dipelajari.

15.   Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali

      ke tempat duduknya masing-masing

16.   Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang

      ditentukan.

2.1.3 Aturan Oktet

      .   Gilbert Newton Lewis dan Irving Langmuir (ilmuan Amerika) serta

Albrecht Kossel (ilmuan Jerman), mengaitkan kestabilan gas mulia dengan

konfigurasi elektronya. Gas mulia mempunyai konfogurasi penuh, yaitu

konfigurasi octet (mempunyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali helium dengan

konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit luar).

 Tabel 1. Konfigurasi Elektron Unsur-Unsur Gas Mulia

  Periode Unsur Nomor Atom             K       L     M     N       O      P
     1     He       2                  2
     2     Ne      10                  2       8
     3     Ar      18                  2       8      8
     4     Kr      36                  2       8     18     8
     5     Xe      54                  2       8     18    18      8
     6     Rn      86                  2       8     18    32     18      8
15




        Berdasarkan konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia tersebut, maka

dapat dilihat bahwa pada umumnya konfigurasi elektron unsur gas mulia

mempunyai 8 elektron valensi, kecuali unsur helium tang mempunyai 2 elektron

valensi. Lewis dan Kossel menyatakan bahwa unsur-unsur gas mulia mempunyai

konfigurasi oktet (8 elektron valensi) kecuali unsur helium yang mempunyai

konfigurasi duplet (2 elektron valensi). Unsur-unsur lain dapat mencapai

konfigurasi oktet dengan melepas elektron-elektron valensinya atau menyerap

elektron tambahan. Hal itulah yang terjadi ketika unsur-unsur tersebut membentuk

ikatan. Jadi, dapat dikatakan bahwa:

1.    Gas mulia dapat bersifat stabil karena konfigurasinya sudah oktet (duplet

      untuk Helium)

2.    Unsur selain gas mulia membentuk ikatan dalam rangka mencapai

      konfigurasi elektron.

      Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya

sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet.

2.1.4 Lambang Lewis

        Lambang Lewis adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron

valensinya. Penyusunan lambang Lewis suatu unsur dapat dilakukan dengan

menuliskan lambang atom dikelilingi oleh sejumlah titik, yang menunjukan

jumlah elektron terluar suatu atom.

        Tabel 2. Lambang Lewis Unsur-unsur Periode 2 dan 3
                 IA     IIA      IIIA     IVA       VA       VIA       VIIA        VIIIA
                                   .        .        .            .         ..          ..
     Periode 2   Li .   . Be .    .B .    .C .       N.           O.        F.          Ne
                                                   ..




                                                                       ..
                                                             ..




                                                                                   ..
                                                                                           ..




                                            .        .            ..        ..          ..
                                    .       .           .         .         ..          ..
     Periode 3   Na .
                        . Mg .   . Al .   . Si .        P.        S.        Cl .        Ar .
                                                   ..


                                                             ..




                                                                                   ..
                                                                                           ..
                                                                       ..




                                             .          .         ..        ..          ..
16




     Lambang Lewis unsur gas mulia menunjukan 8 elektron valensi yang

terbagi dalam empat pasangan. Lambang Lewis unsur dari golongan lain

menunjukan adanya elektron tunggal (elektron yang belum berpasangan).

     Cara atom-atom saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan dengan

rumus bangun atau rumus struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis

dengan mengganti setiap pasang elektron ikatan dengan sepotong garis.

Perhatikan rumus Lewis dan rumus bangun beberapa molekul berikut:

     Tabel 3. Perbandingan rumus molekul, rumus empiris dan rumus struktur.


                Rumus                              Rumus Bangun
                             Rumus Lewis
                Molekul                           (Rumus Struktur)
                 H2           H         H            H H
                                   ..




                                        ..
                 HCl           H          Cl          H Cl
                                   ..

                                           ..




                                          ..
                                        .. ..        H O
                              H           O..
                                   ..




                 H2O
                                             H               H


2.1.5 Ikatan Ion

     Ikatan ion adalah gaya tarik-menarik listrik antara ion yang berbeda muatan

p(ion positif dan ion negative). Dari teori lewis dan Kossel dinyatakan bahwa

ikatan ion terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan elektron) dengan ion

negatif (atom yang menerima elektron). Berarti, ikatan ion terbentuk akibat gaya

elektrostatis antara ion yang berlawanan muatan sebagai akibat serah terima

elektron dari suatu atom ke atom lain, sehingga ikatan ion disebut juga ikatan

elektrovelen.

2.1.6 Ikatan Kovalen
17




     Pada umumnya,atom-atom unsur yang membentuk ikatan kovalen adalah

atom unsur yang mempunyai elektron valensi ≥ 4 (kecuali atom hidrogen).

Berdasarkan jumlah pasangan elektron, asal pasangan elektron dan kedudukan

pasangan elektron dalam ikatannya, maka ikatan kovalen dibedakan menjadi

ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga,

ikatan kovalen koordinasi.

a.   Ikatan Kovalen Tunggal

     Untuk mencapai keadaan stabil (membentuk konfigurasi duplet atau octet),

dua buah atom, misalnya hidrogen (H) dapat saling bergabung untuk membentuk

molekul H2. Dalam ikatan kovalen tunggal, dua buah atom yang berikatan

membentuk satu pasangan elektron ikatan.

b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua dan Tiga

     Dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang, dua pasang, atau tiga

pasang elektron bergantung pada jenis unsur yang berikatan. Ikatan dengan

sepasang elektron disebut ikatan tunggal, yang menggunakan dua pasang disebut

ikatan rangkap dua dan yang menggunakan tiga pasang disebut ikatan rangkap

tiga. Berikut diberikan contoh-contoh senyawa yang memiliki ikatan rangkap.

Contoh 1: ikatan rangkap dalam molekul O2

Oksigen (Z=8) mempunyai 6 elektron valensi, sehingga untuk mencapai

konfigurasi octet harus memasangkan 2 elektron. Pembentukan ikatan dalam

molekul oksigen dapat digambarkan sebagai berikut
18




Contoh 2: Ikatan rangkap tiga dalam molekl N2

Nitrogen (Z=7) mempunyai 5 elektron valensi, sehingga harus memasangkan 3

elktron. Pembentukan ikatan dapat digambarkan sebagai berikut:




Contoh 3: Ikatan rangkap 2 dalam molekul CO2

Atom     C (Z=6) mempunyai elektron valensi 4 sehingga memerlukan lagi 4

elektron dan O (Z=8) mempunyai elkton valensi 6 segingga memerlukan lagi 2

elekton guna memnuhi aturan octet. Dalam molekul CO2, atom C memesangkan 4

elekton sedangkan atom O memasangkan 2 elekton. Oleh karena itu 1 atom C

berikatan dengan 2 atom O. pembentukan ikatannya dapat dilihat sebagai berikut:




c. Ikatan kovalen koordinasi

       Ikatan kovalen koordinasi disebut juga ikatan semipolar. Ikatan kovalen

koordinasi adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron milik bersamanya

berasal dari satu atom yang berikatan. Sebagai contoh misalnya mmmonia (NH3)

dapat bereaksi dengan boron triklorida (BCl3) membentuk senyawa NH3.BC13.

bagaimanakah bentuk ikatan antara dua melekul       tersebut? Perhatikan rumus

elektron dari NH3 dan BC13 berikut ini:
19




     Atom N dalam NH3 sudah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas.

Di pihak lain, atom B dalam BC13 sudah memasangkan elektron valensinya,

namun belum oktet. Seperti yang anda duga, atom N (dari NH3) dan atom B (dari

BC13) dapat berikatan dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebas

dari atom N. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen koordinat atau ikatan dativ

atau ikatan semipolar. Dalam menggambarkan struktur molekul, ikatan kovalen

koordinat dinyatakan dengan garis berpanah dari atom donor menuju ekseptor

pasangan elektron. Rumus elektron dan rumus struktur NH3, BC13.

d. Molekul polar dan nonpolar

     Molekul dengan ikatan kovalen non polar, seperti H2, Cl2, sudah tentu

bersifat nonpolar. Tetapi, molekul dengan ikatan polar bisa bersifat polar, bisa

pula bersifat nonpolar, bergantung pada geometri (bentuk) molekulnya. Meski

ikatan yang bersifat polar, jika molekul berbentuk simetris, maka secara

keseluruhan molekul itu akan bersifat nonpolar.

     Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O-H maupun N-H

bersifat polar (ada perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul tidak

simetris. Elektron tidak tersebar merata. Dalam molekul H2O, pusat muatan (pol)

negative terletak pada atom O, sedangkan pol positif terletak diantara kedua atom

H. dalam molekul NH3, pol negative terletak pada atom N (puncak piramida),

sedangkan pol positif terletak pada bidang asalnya. Bagaimana dengan halnya

molekul BeCl2 dan BF3? Walaupun ada perbedaan keelektronegatifan antara Be
20




dan C1 dan B dengan F, molekul BeCl2 dan BF3 bersifat nonpolar karena bentuk

molekulnya simetris, elektron tersebar merata. Anda tidak dapat mengatakan sisi

sebelah mana lebih positif dan sisi sebelah mana lebih negative dari kedua

molekul (BeCl2 atau BF3).

      Memeriksa kepolaran dari suatu molekul poliatom dapat dilakukan dengan

menggambarkan ikatan polar sebagai suatu vector yang arahnya dari atom yang

bermuatan positif ke atom yang bermuatan negative. Jika result vector-vektor

dalam satu molekul sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat nonpolar.

Sebaliknya, jika resultajn vector-vektor tersebut tidak sama dengan nol, berarti

molekul itu bersifat polar. Berikut ini adalh contoh ikatan polar yang digambarkan

sebagai suatu vector dari kutub positif ke kutub negative:




e.    Ikatan Logam

      Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik

yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari

elektron-elektron yang bebas bergerak. Atom-atom logam dapat diibaratkan

seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain. Atom logam mempunyai

sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk

ion positif .

      Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi. Oleh kerena itu, kulit

terluar unsur logam relative longgar (terdapat banyak tempat kosong), sehingga
21




elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom yang lain. Mobilitas elektron

dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam mengalami

delokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak tetap

posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke

atom lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur sehingga menyerupai awan

atau lautan yang membungkus ion-positif logam didalamnya. Jadi, struktur logam

dapat sibayangkan sebagai ion-ion positif yang dibungkus oleh awan atau lautan

elektron valensi. Untuk lebih jelasnya seperti pada gambar berikut:

     Struktur logam dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam, seperti daya hantar

listrik, sifat dapat ditempa, dan dapat ditarik. Logam merupakan konduktor yang

baik karena elektron valensinya muda mengalir. Logam dapat ditempa atau dapat

ditarik karena ketika logam dipukul atau ditarik, atom-atom logam hanya bergeser

sedangkan ikatan diantaranya tidak terputus.

2.2 Penelitian Yang Relevan

      Beberapa Studi di bawah ini menunjukkan tidak banyak perbedaan dan

tidak ada satu pun studi yang menunjukkan hasil negatif, diantaranya adalah:

    Skripsi Puji Ekowati (2006) yang berjudul ―Keefektifan Penerapan Model

    Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Hasil belajar

    Siswa Kelas X Di SMAN I Srengat Blitar Pada Pokok Bahasan Permasalahan

    Ekonomi‖. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (Classroom

    Action Research), teknik pengumpulan data menggunakan tes, wawancara,

    observasi, catatan lapangan, dan angket. Sedangkan analisis datanya melalui
22




    beberapa tahap yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penyajian

    kesimpulan serta verifikasi.


      Dari penelitian yang dilakukan dua siklus ini diperoleh hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa pada pre-test siklus 1 hasil belajar siswa diperoleh nilai

rata-rata 65, sedangkan post-test diperoleh nilai rata-rata 75,71. Pada siklus 2

diperoleh kenaikan nilai rata-rata kelas yaitu nilai rata- rata yang diperoleh adalah

82,40. Dari segi kemampuan, kerja sama siswa dapat dibilang berlangsung dengan

baik karena antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saling membantu untuk

menyelesaikan tugas kelompok.


   Skripsi Endah Sulistyowati (2006) yang berjudul ―Penerapan Pembelajaran

   Kooperatif Metode STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas

   Belajar Ekonomi Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri

   Malang‖, penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas,

   dimana yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas 1B SMP

   Laboratorium Universitas Negeri Malang yang terdiri dari 42 siswa.

      Persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 82,1% dan meningkat pada

siklus 2 menjadi 83,5% serta pada siklus 2 meningkat menjadi 91%. Sedangkan

berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan guru sebagai fasilitator

dalam pembelajaran kooperatif sangatlah penting agar siswa lebih aktif dalam

pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis angket 15 siswa diketahui bahwa siswa

merasa senang dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif model

STAD.
23




Jurnal Pendidikan oleh Styarini (2004) yang berjudul ―PenggunaanModel

Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar

pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 5 Semarang‖. Pokok bahasan

yang   diambil   adalah    hewan    vetebrata   dan   invertebrata.   Styarini

mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode

STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan kinerja

guru. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat sebesar 7,5%, siklus II

sebesar 12,66% dan siklus III sebesar 14,33%. Keaktifan belajar siswa pada

siklus I mencapai 49,16%, siklus II mencapai 75% dan siklus III mencapai

90%. Sedangkan kinerja guru pada siklus I mencapai 71,16%, siklus II

mencapai 81,66% dan siklus III mencapai 89,33%. Respons yang positif oleh

siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif metode STAD karena

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.



Jurnal Pendidikan oleh Endy (2005) yang berjudul ―Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar

pada Mata Pelajaran Gambar Teknik di SMK Negeri 1 Kendal‖. Menegaskan

bahwa model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan

hasil belajar dan keaktifan siswa. Dengan membagi siswa menjadi kelompok-

kelompok kecil akan memudahkan pembelajaran karena pada mata pelajaran

gambar teknik dituntut adanya kerja sama antar siswa dan ketelitian, sehingga

mempermudah guru dalam penyampaian materi dan juga latihan-latihan

penunjang materi. Hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar mengalami
24




      peningkatan sebesar 5,88%, siklus II sebesar 7,19% dan siklus III sebesar

      9,18%. Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I sebesar

      59,89%, siklus II sebesar 63,33% dan siklus III sebesar 83,33%.

      Jurnal Pendidikan oleh Istikomah (2006). Dalam penelitian yang dilakukan

      pada siswa SMK Muhammadiyah 1 Semarang pada mata pelajaran akuntansi

      dengan kompetensi mengelola administrasi dana kas bank dan kas kecil

      melalui pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil

      belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus 1 terdapat peningkatan sebesar

      13,16%, siklus II sebesar 19,48% dan siklus III sebanyak 26,56%. Siswa juga

      terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan

      siswa pada siklus 1 sebesar 81,79%, siklus II sebesar 93,44% dan siklus III

      sebesar 97,81%. Bahkan indikator ketercapaian hasil belajar siswa melebihi

      dari yang ditetapkan yaitu 90% dari keseluruhan siswa dengan mendapat nilai

      minimal 70.


2.3     Hipotesis Tindakan

        Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah ―jika guru membelajarkan ikatan kimia

menggunakan model pembelajaran Cooperative Tipe STAD maka hasil belajar

siswa pada materi ikatan kimia akan meningkat.

                                      BAB III

                             METODE PENELITIAN


3.1      Latar Dan Karakteristik Penelitian
25




         Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang di

laksanakan di SMK Negeri 1 Gorontalo,pada semester ganjil Tahun Ajaran 2010-

2011

         Kelas yang dikenai tindakan dalama Penelitian ini adalah Kelas X

Multimedia dengan Jumlah Siswa 40 Orang yang terdiri atas 23 siswa laki-laki

dan 17 siswa perempuan dengan kemampuan siswa yang heterogen.

3.2    Variabel Penelitian

      1. Variabel input (seperti : siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur

         evaluasi, lingkungan belajar,dsb )

      2. Variable proses ( seperti : keterampilan bertanya guru, gaya bertanya guru,

         gaya bertanya siswa, implementasi model dan metode mengajar)

      3. Variabel output (seperti: rasa ingin     tahu siswa, kemampuan siswa,

         motivasi, hasil belajar, sikap terhadap pengalaman).


3.3     Prosedur Penelitian

3.3.1 Tahap Persiapan

        Dalam tahap ini hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

a.      Meminta izin kepada kepala sekolah

b.      Menetapkan persiapan dan mengadakan wawancara dengan pihak yang

        membantu pelaksanaan tindakan.

c.      Membuat persiapan perangkat pembelajaran meliputi silabus, desain
                                      25
        pembelajaran dan buku penunjang.

d.      Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan.
26




e.   Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap

     kelompok beranggotakan 4-5 orang, yang tempat duduknya saling

     berdekatan.

f.   Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai partner penelitian.

g.   Merancang lembar kerja siswa dan kunci jawaban.

h.   Menyusun alat evaluasi yang terdiri dari lembar observasi kegitan siswa dan

     guru.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

     Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Siklus I:

1.   Pendahuluan (± 15 Menit)

     a. Mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran.

     b. Membuka kegiatan belajar mengajar dengan melakukan apersepsi yakni

        menanyakan kembali materi sebelumnya.

     c. Menyampaikan tujuan pembelajaran

2.   Kegiatan inti ( ± 60 menit)

     a. Menjelaskan secara singkat materi ikatan kimia

     b. Menyuruh siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing

     c. Membagikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok

     d. Tiap-tiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang dipimpin oleh ketua

        kelompok.
27




      e. Dengan bimbingan guru masing-masing wakil dan anggota kelompok

         mengerjakan lembar kerja di papan tulis.

3.    Kegiatan penutup ( ± 10 menit)

      a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut

      b. Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran

      Jika pada siklus 1 daya serap siswa belum mencapai ketuntasan belajar,

artinya 65 % dari jumlah siswa belum mencapai nilai 6,5 keatas maka pelaksanaan

tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II.

Siklus II:

1.    Memperbaiki dan merumuskan penyempurnaan pelaksanakan tindakan.

2.    Melaksanakan penyempurnakan tindakan.

3.    Memantau pelaksanakan tindakan, dan.

4.    Melaksakan refleksi lanjutan.


3.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi

      Untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam proses

pembelajaran,dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan format pemantauan.

Proses pemantuan ini akan diperoleh sejumlah data yang diperoleh melalui

beberapa teknik pengumpulan data, yaitu beberapa instrumen sebagai berikut:

a.    Lembar observasi yang disusun dan digunakan dalam mengevaluasi

      persiapan pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas.

b.    Lembar observasi balikan dari siswa yang dikenai tindakan berupa test yang

      disusun dan diberikan saat berakhirnya proses belajar mengajar untuk

      mengukur kriteria keberhasilan dalam tindakan kelas.
28




3.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi

       Sebelum melakukan analisis data, baik data hasil pengamatan dan data hasil

tes terlebih dahulu perlu mengetahui data yang diperoleh dalam pelaksanaan

tindakan. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut :

a.     Data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

b.     Data hasil belajar siswa

       Tahap analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan hasil-hasil

pengukuran secara kuantitatif. Selanjutnya hasil analisis menjadi dasar untuk

mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Hasil dari refleksi

tersebut sangat diperlukan untuk mengambil keputusan apakah perlu tidaknya

dilakukan siklus berikutnya dalam penelitian ini.

3.4    Kriteria Penilaian

       Kriteria keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai

berikut :

1.    Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan

      guru dan siswa telah mencapai minimal 75% dari seluruh aspek kegiatan yang

      diamati mencapai target maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil.

2.    Minimal 80% siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 keatas

      dengan daya serap rata-rata 75 % maka tindakan dinyatakan berhasil



3.5    Anaisis data
29




      Data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran dianalisis dengan

menggunakan penafsiran acuan patokan (PAP) menurut Purwanto (1991) dapat

dilihat dalam tabel 4:

      Tabel 4 penafsiran Acuan Patokan (PAP)

            Tingkat penguasaan                 Predikat
                 85-100%                      Sangat baik
                  70-84%                         Baik
                  50-69%                        Cukup
                   0-49%                        Kurang
                   0-39%                     Kurang sekali

       Penafsiran di atas digunakan untuk menetapkan tingkat penguasaan

masing-masing siswa pada materi yang diajarkan. Adapun rumus yang digunakan

dalam menetapkan daya serap perorangan dan daya serap klasikal menurut

Budinuryanta (1997) Eka (2009) adalah sebagai berikut:

             a. Daya serap perorangan =                          x 100%


             b. Daya serap klasikal                                x 100%
30




                                    BAB IV

                HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1   Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan

      Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sesuai dengan perencanaan

yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu pada proses pembelajaran lebih

difokuskan pada materi ikatan kimia dengan menerapkan model pembelajaran

cooperatif tipe STAD. Pengambilan data kegiatan guru dan kegiatan siswa selama

proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra

sebagai pengamat melalui lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil

pengamatan ini merupakan presentase kegiatan guru dan kegiatan siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.



4.1.2 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I

a)    Hasil Pengamatan Kegiatan Guru

      Pelaksanaan pengamatan kegiatan guru dilakukan dengan menggunakan

lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Lembar pengamatan terdiri atas 11

aspek dengan kriteria baik sekali (BS) dengan bobot 4, baik (B) bobot 3, cukup

(C) bobot 2, kurang (K) bobot. Data hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus I

seperti ditunjukan pada Tabel 5 berikut:
31




Tabel 5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I
 N                            Pertemuan I                  Pertemuan II
 o                        Aspek yang diamat             Aspek yang diamati
          Kriteria
                        A  B      C    JL     %     A    B      C    JLH     %
                                       H
 1     Sangat baik      3   2      -    5     26    4    1     -      5      26
 2     Baik             2   5      3   10     53    1    9     3     13      68
 3     Cukup            -   4      -    4     21    -    1     -      2       6
 4     Kurang baik      -   -      -    -      -    -    -     -      -       -

                     Jumlah           19      100                    19      100

Keterangan tabel :

      A. Perangkat kegiatan belajar mengajar

      B. Pelaksanaan pembelajaran dikelas

      C. Penutup

      Berdasarkan data pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan guru

pada siklus I pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati, diperoleh 26% Kriteria

baik sekali (BS), dan 53% Kriteria baik dan 21% Kriteria cukup. Sedangkan

pada pertemuan ke 2 diperoleh 26% Kriteria baik sekali (BS), dan 68% Kriteria

baik (B),dan 6% kriteria cukup. Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap

pertemuan, maka diperoleh persentase rata-rata aktifitas guru pada siklus I

untuk Kriteria sangat baik sebesar 26,3%, Kriteria baik sebesar 52,6% dan

Kriteria cukup mencapai 13,2% data yang jelas dapat di lihat pada lampiran 6

sampai 7 halaman halaman 71 sampai 73.

b).      Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

         Pengamatan kegiatan siswa pada siklus pertemuan I dan II yang berjumlah

40 orang dilakukan oleh pengamat dalam proses belajar mengajar dengan
32




menggunakan lembar observasi kegiatan siswa yang terdiri dari 11 aspek yang

diamati dapat disajikan dalam tabel 6 dan 7 berikut.

 Pertemuan I

Tabel 6. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan I
   Kriteria                        Aspek yang diamati
                 1    2    3     4     5     6    7      8                 9    10    11
 Sangat Baik     8   10 13 11          8    10 12 13                       4     6     1
 Baik           21 17 10 21 18 25 18 13                                   21    28    27
 Cukup          11 13      9     8    12     5    8     12                11     2     9
 Kurang          -    -    8     -     2     -    2      2                 4     4     3
 Jumlah         40 40 40 40 40 40 40 40                                   40    40    40

       Dari data tabel 6 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian setiap

aspek yang diamati seperti pada tabel 7 berikut,data-data diatas tersebut dapat

dilihat pada lampiran 10 halaman 79.

Tabel 7.Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan I
                                                                                      Rata-
                                 Persentase aspek yang diamati                         rata
                                                                                      capai
 kriteria
                                                                                        an
             1      2      3      4     5      6     7      8      9     10    11     aspek
                                                                                       (%)
 Sangat
            20     25     32,4   27,5   20    25     30    32,5   10     15    2,5    21,70
 baik
 Baik       52,5   42,5    25    52,5   45    62,5   45    32,5   52,5   70    67,5   49,60
 Cukup      27,5   32,5   22,5    20    30    13,5   20     30    32,5   5     22,5   23,10
 kurang      -      -      20      -    5      -     5      5      10    10     7,5    5,60
 Jumlah     100    100    100    100    100   100    100   100    100    100   100    100


       Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus I

pertemuan I dapat ditarik rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk kriteria

sangat baik yaitu 21,70%, kriteria baik sebanyak 49,60%, kriteria cukup mencapai

23,10% dan untuk kriteria kurang sebanyak 5,60%.
33




 Pertemuan II

Tabel 8. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan II
   Kriteria                       Aspek yang diamati
                1     2    3     4     5      6    7     8                  9    10    11
 Sangat Baik   16    18 20 21          4     26 21 27                       4    15    15
    Baik       24    22 11 12 33              5   10     4                 26    18    17
   Cukup        -     -    9     7     3      9    2     2                  3     7     8
   Kurang       -     -     -    -     -      -    -     -                  -     -     -
   Jumlah      40    40 40 40 40 40 40 40                                  40    40    40

      Dari data tabel 8 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian setiap

aspek yang diamati seperti pada tabel 9 berikut untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran 11 halaman 82.

Tabel 9. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan II
                                                                                       Rata-
                                Persentase aspek yang diamati                           rata
                                                                                       capai
 Kriteria
                                                                                         an
             1     2     3      4      5      6      7      8      9     10     11     aspek
                                                                                        (%)
 Sangat
            40    45    50     52,5   10     65     52,5   67,5   10     37,5   37,5   42,50
  baik
  Baik      60     55   27,5    30    82,5   12,5    25     10     65     45    42,5   41,36
 Cukup       -      -   22,5   17,5    7,5   22,5     5     5      7,5   17,5    20    11,36
 Kurang      -      -    -       -      -     -     17,5   17,5   17,5     -      -     4,78
 Jumlah     100   100   100    100    100    100    100    100    100    100    100     100

      Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus I

pertemuan II dapat dihitung persentase rata-rata capaian aspek untuk kriteria

sangat baik yaitu 42,50%, kriteria baik sebanyak 41,36%, kriteria cukup mencapai

11,36% dan untuk kriteria kurang sebanyak 4,78%.

      Berdasarkan data-data pada Tabel 8 dan 9 di atas, maka dapat diketahui

bahwa dari 40 jumlah siswa, hasil pengamatan kegiatan siswa menunjukan
34




kecenderungan siswa dalam setiap pertemuan mengalami kenaikan partisipasi

dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.

        Kecenderungan kenaikan partisipasi siswa dapat dijelaskan dengan melihat

perbandingan partisipasi siswa pada pertemuan I dan pertemuan II, dari hasil

pengamatan rata-rata aktivitas siswa dari setiap pertemuan cenderung meningkat.

Indikasi ini dapat dilihat dengan semakin mengurangnya jumlah persentase siswa

yang memperolah kriteria kurang, cukup dan baik menuju ke kri3teria yang lebih

baik.

c).     Hasil Belajar Siswa Siklus I

        Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan dalam hal ini adalah penguasaan

siswa pada materi ikatan kimia dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi atau

penilaian tes berbentuk objektif dan essay. Tes tersebut terdiri dari 12 butir soal

dengan 8 butir berbentuk objektif dan 4 soal berbentuk essay. Masing-masing soal

mempunyai bobot yang berbeda-beda kecuali pada soal yang berbentuk objektif

dengan skor 1 setiap soal dengan jumlah skor keseluruhan total 100. Hasil belajar

siswa siklus I seperti ditunjukkan pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus I
                                                 Persentase
 No      Rentang Nilai     Jumlah Capaian                           Kriteria
                                                    (%)
 1         85-100                  -                  -         Baik Sekali
 2          70-84                 22                 55         Baik
 3          50-69                 16                 40         Cukup
 4           0-49                  2                  5         Kurang
 5           0-39                  -                  -         Kurang Sekali
         Jumlah                   40               100%

        Berdasarkan data pada Tabel 10 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dari

40 orang siswa yang mengikuti tes, tidak ada siswa yang memperoleh kriteria baik
35




sekali, 55% memperoleh kriteria baik, 40% memperoleh kriteria cukup dan 5 %

memperoleh kriteria kurang serta tidak ada yang memperolah kriteria kurang

sekali, dapat pula dilihat pada lampiran 14 halaman 91. Hal ini disebabkan karena

siswa kemungkinan belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model

STAD. Namun demikian bila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal untuk materi

ikatan kimia di SMK Negeri 1 Gorontalo yakni nilai 70 maka jumlah siswa yang

tuntas belajar adalah 22 siswa




      Jika dibandingkan dengan hasil observasi           yaitu pada tahun ajaran

2009/2010 untuk materi ikatan kimia adalah sebesar 55% maka hasil belajar siswa

masih cenderung sama. Hal ini bisa terjadi dikarenakan siswa belum terbiasa

dengan model pembelajaran coopetive tipe STAD yang dilakukan.

4.1.3 Refleksi Hasil belajar Siklus I

       Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka

dilanjutkan dengan melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan

hasil refleksi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah

dilakukan pada siklus I belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Sehingga

harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

4.1.4 Deskripsi Tindakan Siklus II

       Tindakan siklus II merupakan suatu tindakan perbaikan terhadap

pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka untuk
36




membuat perencanaan perbaikan pada aspek-aspek kegiatan proses pembelajaran

yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I, baik menyangkut kegiatan guru

maupun kegiatan siswa. Aspek-aspek kegiatan yang direncanakan meliputi hal-hal

berikut:

1.    Menpertajam tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memberikan

      penekanan-penekanan konsep penting.

2.    Melakukan bimbingan secara langsung kepada semua kelompok.

3.    Memotivasi siswa yang hasil belajarnya masih rendah.

4.    Memberikan pengawasan dengan mengendalikan aktivitas siswa selama

      kegiatan KBM berlangsung.

a).   Hasil Pengamatan Kegiatan Guru

      Pengamatan kegiatan guru selama proses kegiatan belajar mengajar pada

siklus II sama halnya pada siklus I yakni dilakukan oleh guru mitra yang

bertindak sebagai pengamat. Adapun hasil pengamatan kegiatan guru dapat dilihat

pada Tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II
 N                         Pertemuan I                Pertemuan II
 O     Kriteria       Aspek yang diamati           Aspek yang diamati
                    A    B     C JLH      %     A B C JLH             %
 1 Sangat Baik      5    2      -    7   37     5   3     -    8     42
 2 Baik             -    9      3   12   63      -  8    3    11     58
 3 Cukup            -    -                       -  -     -    -      -
 4 Kurang           -    -      -    -    -      -  -     -    -      -
                Jumlah               19     100                 19    100

      Dengan melihat hasil pengamatan kegiatan guru siklus II di atas, dapat

diketahui bahwa hasil pengamatan kegiatan guru baik pada pertemuan pertama

maupun pertemuan kedua telah mencapai kriteria yang diharapkan, untuk lebih
37




jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 halaman 75 sampai 77. Adapun

penjelasan capaian aktivitas guru pada siklus dua adalah sebagai berikut:

a.    Pertemuan I

      Pada pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati dapat dilihat bahwa 7 aspek

      memperoleh skor sangat baik dengan persentase 37% dan 9 aspek

      memperoleh skor baik dengan persentase 63% sedangkan untuk kriteria

      cukup tidak ada.

b.    Pertemuan II

      Pada pertemuan ini, dari 19 aspek yang diamati dapat dilihat bahwa 8 aspek

      memperoleh skor sangat baik dengan presentase 42%            dan 11 aspek

      memperoleh skor baik dengan presentase 58%, sedangkan untuk kriteria

      cukup dan kurang tidak ada atau 0%.

      Dengan demikian dapat diperoleh presentase rata-rata aktivitas guru pada

siklus II adalah sebagai berikut:

a.    Skor dengan kriteria sangat baik sebesar 39,45%,

b.    Skor dengan kriteria baik sebesar 60,55%

c.    Skor dengan kriteria cukup tidak ada atau 0%

d.    Skor dengan kriteria kurang tidak ada atau 0%

      Data hasil pengamatan kegiatan guru dengan beberapa kriteria secara

lengkap pada siklus II.

b). Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa

       Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II sebagai siklus lanjutan

dilakukan oleh seorang guru mitra yang bertindak sebagai pengamat. Selama
38




dalam kegiatan belajar-mengajar guru mitra sebagai pengamaat bertindak

mengamati seluruh kegiatan siswa dengan mengacu kepada lembar observasi yang

telah disediakan. Data perolahan hasil kegiatan siswa pada siklus II adalah sebagai

berikut:

 Pertemuan I

Tabel 12.Pengamatan kegiatan siswa siklus II pertemuan I
    Kriteria                      Aspek yang diamati
               1   2     3     4     5    6      7    8                   9          10        11
                        32 25
 Sangat baik 26 26                  12 25 26         30                   13         28        30
                         6
 Baik         13 11 10         15 23 7          13   10                   22         11        9
 Cukup         1   3     4     -     5    4      1    -                    5          -        1
 Kurang        -   -     -     -     -    4      -    -                    -          1        -
 Jumlah
              40 40 40 40 40 40 40                   40                   40         40        40
 siswa


          Dari data tabel 12 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian

setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 13 berikut atau pada lampiran 12

halaman 85.

Tabel 13. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan I
                                 Persentase Aspek yang diamati                                  Rata-
                                                                                                rata
                                                                                                capai
 Kriteria
                                                                                                an
              1      2      3     4      5      6      7      8     9          10         11    aspek
                                                                                                (%)
  Sangat
              65    65     65    62,5   30     62,5   65     75    32,5        70     75        60,68
   baik
   Baik      32,5   27,5   25    37,5   57,5   17,5   32,5   25     55        27,5    22,5      32,72
  Cukup       2,5    7,5    10    -     12,5    10     2,5    -    12,5         -      -         5,45
  Kurang     -      -        -    -      -      10      -     -      -         2,5     -         1,15
                                                                                                 100
 Jumlah      100    100    100   100    100    100    100    100   100        100     100



      Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus II

pertemuan I dapat ditarik rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk kriteria
39




sangat baik yaitu 60,68%, kriteria baik sebanyak 32,72%, kriteria cukup mencapai

1,15% dan untuk kriteria kurang tidak ada.

 Pertemuan II

Tabel 14. Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II pertemuan II

                                       Aspek yang diamati
   Krriteria
                   1      2     3      4   5     6    7            8      9     10    11
 Sangat baik      34     33    34     29 23 29 37                 39     14     35    37
    Baik           6      7     6     11 17 11        3            1     26      5     3
   Cukup           -      -     -      -    -    -     -           -      -      -     -
   Kurang          -      -     -      -    -    -     -           -      -      -     -
   Jumlah
                  40     40    40     40     40     40     40     40     40     40    40
    siswa

          Dari tabel 14 diatas dapat pula dibuat persentase rata- rata capain untuk

setiap aspek,seperti yang terlihat pada tabel 15 berikut ini atau dapat dilihat pada

lampiran 13 halaman 88.

Tabel 15. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan II
                                                                                       Rata-
                                Persentase aspek yang diamati                           rata
 Kriteria                                                                             capaian
             1     2      3     4      5      6      7      8      9    10     11      aspek
                                                                                        (%)
 Sangat      85   82,5   85    72,5   57,5   72,5   92,5   97,5   35    87,5   92,5    78,18
  baik
  Baik       15   17,5   15    27,5   42,5   27,5   7,5    2,5    65    12,5   7,5    21,82
 Cukup        -    -      -     -      -      -      -      -      -     -      -       -
 Kurang       -    -      -     -      -      -      -      -      -     -      -       -
 Jumlah     100   100    100   100    100    100    100    100    100   100    100     100



      Dari data pada tabel di atas maka bisa di tarik kesimpulan bahwa pada

siklus II pertemuan ini telah mencapai kriteria yang diharapkan, karena rata-rata

persentase capaian untuk setiap aspek yakni untuk kriteria sangat baik sebanyak

78,18% dan untuk kriteria baik mencapai 21,82%, sedangkan untuk kriteria cukup

dan kurang tidak ada.
40




c).   Hasil Belajar Siswa Siklus II

       Setelah diberi tindakan pada siklus II, maka diadakan evaluasi dalam

bentuk tes yang berbentuk objektif dan essay. Jumlah soal seluruhnya terdiri atas

12 butir dengan 8 soal berbentuk objektif dan 4 soal berbentuk essay, dengan

masing-masing memiliki skor yang berbeda kecuali pada soal objektif dengan

skor 1. Data hasil belajar siswa siklus II seperti ditunjukkan pada Tabel 16

berikut:

Tabel 16. Hasil Belajar Siswa Siklus II

                                                Persentase
 No    Rentang Nilai     Jumlah Capaian                           Kriteria
                                                   (%)
 1     85-100                    13                32,5        Baik Sekali
 2     70-84                     22                 55         Baik
 3     50-69                      5                12,5        Cukup
 4     0-49                       -                  -         Kurang
 5     0-39                       -                  -         Kurang Sekali
       Jumlah                    40               100%


       Dari data pada Tabel 16 tersebut dapat diketahui bahwa dari 40 orang

siswa yang mengikuti tes, terdapat 13 orang siswa yang memperoleh skor dengan

persentase rentang antara 85-100% atau 32,5% kriteria baik sekali, 22 orang siswa

memperoleh skor dengan persentase rentang antara 70-84% atau 55% dari jumlah

siswa, 5 orang siswa memperoleh skor dengan persentase rentang antara 50-69%

atau 12,5% dari jumlah siswa,untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 15

halaman 94.

                                                      x 100%
41




4.1.5 Refleksi Tindakan Siklus II

      Dengan melihat gambaran hasil tindakan pembelajaran yang dilakukan pada

siklus II maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengamatan kegiatan guru dan

hasil pengamatan kegiatan siswa sudah mencapai kriteria yang diharapkan.

Namun demikian untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang

dilaksanakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan refleksi

terhadap tindakan pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai

berikut:

1.    Selama kegiatan KBM telah terjadi umpan balik yang baik dari siswa.

2.    Proses bimbingan secara langsung telah memberikan pemahaman yang utuh

      dan memotivasi siswa dalam mengerjakan LKS serta mempresentasikan

      hasil herja kelompok.

3.    Manajemen waktu dalam pengelolaan KBM dengan menggunakan model

      STAD telah berjalan sesuai dengan perencanaan pembelajaran.

4.    Hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yakni nilai

      70 sebesar 87,5%.

      Dengan melihat hasil refleksi pada siklus II ini, maka diperoleh kesimpulan

bahwa tindakan yang dilakukan, baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa telah

sesuai dengan target yang diharapkan, oleh karena itu tindakan tidak lagi

dilanjutkan pada siklus berikutnya.

4.2 Pembahasan

       Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model

pembelajrajan kooperatif tipe STAD dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
42




belajar siswa pada materi ikatan kimia. Penerapan metode ini dapat membantu

siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada

perubahan yang positif terhadap aspek kognitif yang dapat meningkatkan hasil

belajat yang diperoleh. Adapun data persentase rata-rata kegiatan siswa pada

siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel perbandigan aktifitas siswa pada

siklus I dan siklus II berikut :

Tabel 17. Persentase rata-rata aktifitas siswa pada siklus I dan II
                           Persentase rata-rata aktifitas siswa (%)
                       Siklus I                              Siklus II
 Kriteria
           Pertemuan   Pertemuan       Rata- Pertemuan Pertemuan
                I
                                                                         Rata-rata
                            II         rata         I             II
 Sangat       21,70         42,50     32,1      60,68         78,18       69,43
   baik
   Baik       49,60         41,36    45,48      32,72         21,82       27,27
  cukup       23,10         11,36    17,23      5,45            -         2,73
 Kurang        5,60          4,78     5,19      1,15            -          0,6
 Jumlah        100           100      100        100           100         100

        Berdasarkan tabel 17 tersebut terlihat bahwa pada siklus I masih terdapat

22,42% siswa yang kurang aktif. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya guru

dalam menerapkan model pembelajaran sehingga masih ada siswa yang kurang

aktif ketika proses pembelajaran berlangsung dan kurang berpartisipasi baik

dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Selain itu juga diduga disebabkan

karena siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran cooperatif tipe

STAD yang diterapkan oleh guru. Belum optimalnya kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dan siswa, berdampak pula pada penguasan materi oleh siswa

yang bersangkutan.
43




Tabel 18. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

                       Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Siswa (%)
   Rentang           Siklus I                 Siklus II
                                                                  Kriteria
    Nilai       Jumlah                  Jumlah
                          Presentase               Presentase
               Capaian                  Capaian
   85-100          -           -           13          32,5      Baik Sekali
    70-84         22          55           22           55          Baik
    50-69         16          40            5          12,5        Cukup
     0-49          2           5            -            -        Kurang
    0–39           -           -            -            -      Kurang sekali
 Jumlah       40          100          40          100
      Dengan mengamati Tabel 18 tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada siklus

I jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria baik sekali 0%, kriteria baik

55% atau 22 siswa, kriteria cukup 40% atau 16 siswa, kurang 5% atau 2 orang

siswa dan tidak ada yang memperolah kriteria kurang sekali. Selanjutnya pada

siklus II dapat dilihat pula bahwa yang memperolah kriteria baik sekali 32,5%

atau 13 orang siswa, baik 55% atau 22 siswa, cukup 12,5% atau 5 siswa, dan

memperolah kriteria kurang sekali tidak ada.

     Jika membandingkan hasil belajar siswa pada siklus I dan II maka diperolah

kesimpulan bahwa presentase nilai hasil belajar siswa dari siklus I Dan siklus II

mengalami peningkatan.
44




                                     BAB V

                                   PENUTUP


5.1   Kesimpulan

      Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas X

jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo         ini, dapat disimpulkan bahwa

model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam pokok bahasan ikatan

kimia untuk siswa kelas X Jurusan Multimedia SMK negeri 1 Gorontalo dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditujukan dengan hasil belajar siswa

pada siklus I dari 40 orang siswa yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 22

orang atau 55% yang tuntas dan 18 orang atau 45% memperoleh nilai 70 kebawah

atau belum tuntas dengan daya serap yaitu mencapai 68,6%, sedangkan pada

siklus II siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 35 orang atau 87,5% dengan

nilai diatas 70 dengan daya serap klasikal mencapai 79,05%.

5.2   Saran

      Adapun yang menjadi saran pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

1.    Hendaknya para guru di kelas X SMK Negeri 1 Gorontalo menggunakan

      model   pembelajaran cooperative learning tipe STAD sebagai alternatif

      dalam pokok bahasan ikatan kimia, karena mempunyai pengaruh terhadap

      peningkatan hasil belajar siswa.

2.    Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan model pembelajaran

      cooperative tipe STAD yang di kombinasikan dengan model atau

      pendekatan pembelajaran lain dengan memperhatikan karekteristik materi

      yang diajakan.
45




                            DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung. PT Citra Aditya
    Bakti

Anwar, Sukri. 2004. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
    hidrokarbon di kelas I2 SMU Negeri 2 Gorontalo melalui pembelajaran
    Kooperatif. Skripsi. Gorontalo: UNG.

Effendy.2004. Teori VESPR (Kepolaran dan Gaya Molekul). Malang: Bayu
     Media

Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penannaman Konsep
     Umum dan Konsep Islami. Bandung. PT Rafika Aditama

Fesenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
     Indonesia

Lismiyati. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2
     SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik dalam Model
     Pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD). Skripsi.
     Semarang : UNNES

Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga

Purwanto Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
    Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Renita Tri Parwanti. 2007. Jurnal: Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas
     X dengan Menggunakan Kombinasi Metode Student Teams Achivement
     Division (STAD) dan Structure Exercise Methode (SEM) di SMA N 16
     Semarang. Semarang. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu
     Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang.

Soyumukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal,
    Marxis-Sosialis dan Postmodern . Yogyakarta. AR-RUZZ MEDIA

Verawaty 2009. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas Xb SMA Prasetya
    Gorontalo pada Materi Ikatan Kimia Melalui Pembelajaran Kooperatif
    Model STAD. Gorontalo: UNG

Zainudin. 2008. Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen
     Berbasis Sekolah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
46
47


     Lampiran 2


      RPP Siklus 1 (Pertemuan 1)

               RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
                             (RPP)


I.      IDENTITAS MATA PELAJARAN
        Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Gorontalo
        Mata Pelajaran : Kimia
        Kelas/Semester : XI Multimedia / Genap
        Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

II.     STANDAR KOMPETENSI
        Memahami terjadinya ikatan kimia.

III. KOMPETENSI DASAR
     Mendeskripsikan terjadinya ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.

IV. INDIKATOR
    1.  Kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya.
    2.  Lambang lewis untuk gas mulia (duplet dan oktet) dan unsur bukan
        gas mulia
    3.  Proses pembentukan ikatan ion.

V.      TUJUAN PEMBELAJARAN
        Siswa diharapkan dapat:
        1.   Menjelaskan Kecenderungan suatu unsur untuk mencapai
             kestabilannya.
        2.   Menggambarkan Lambang lewis untuk gas mulia (duplet dan oktet)
             dan unsur bukan gas mulia.
        3.   Memahami terjadinya pembentukan ikatan ion.


VI. MATERI POKOK
    Pembentukan ikatan kimia:
    1.  Aturan Oktet
    2.  Lambang Lewis
    3.  Pembentukan Ikatan Ion

VII. METODE PEMBELAJARAN
     Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
48




 VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

   Langkah-
   Langkah              Aktifitas Guru              Aktifitas Siswa     Waktu        Sumber
 Pembelajaran
                 Memberi salam              Menjawab salam                     Modul
                 Berdoa dan absensi         Berdoa         dan                 SMK N 1
                                              mempersiapkan diri                 Gorontalo
                                              menerima Pelajaran
                                                                         15
Pendahuluan                                  Menyimak apa yang                  Buku
                                                                        Menit
                 Memberikan apersepsi yang   disampaikan oleh                   Kimia
                  berhubungan dengan materi   guru                               SMK dan
                  ikatan kimia.                                                  MA kelas
                                                                                 X;
                 Menyampaikan          tujuan    Menyimak                      Erlangga:
                  pembelajaran.                                                  Michael
                 Meminta kepada siswa untuk      Membentuk                     purba
                  membentuk kelompok kecil         kelompok
                  secara heterogen
                 Menjelaskan           materi    Menyimak
                  pembelajaran secara singkat
                 Memberikan permasalahan         Membahas
                  kepada setiap kelompok           permasalahan serta
                  untuk didiskusikan.              mengerjakannya        45
Kegiatan Inti
                                                  Menjelaskan kepada   menit
                 Meminta kepada salah satu        anggota lain.
                  anggota kelompok yang
                  telah selesai memecahkan
                  masalah yang diberikan          Menjawab soal Quis
                  kepada nggota kelompok
                  lain.
                 Memberikan kuis kepada
                  seluruh siswa
                 Meminta kepada salah satu       Menyimpulkan
                  siswa untuk menyimpulkan
                  materi yang telah dipelajari
                 Memberikan        penguatan     Menyimak
                  terhadap materi yang telah
                  didiskusikan.                                          10
Penutup
                 Memberikan PR                   Mencatat PR yang     menit
                                                   diberikan
                 Menyampaikan materi yang        Menyimak
                  akan     dibahas      pada
                  pertemuan selanjutnya
                 Memberi salam                   Menjawab salam
49




IX. MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN
    a) Media           : LKS
    b) Sumber belajar :
           Modul SMK N 1 Gorontalo
           Buku kimia SMA dan MAK kelas X; Erlangga: Michael Purba


X.    EVALUASI
      1. Quis
         1. Tuliskan lambing lewis dari:
             a. Be
             b. Cl
             c. C
         2. Jelaskan perbedaan antara ion Cl- dengan atom klorida…

      2.   Permasalahan Yang Didiskusikan
           1. Siswa diharapkan dapat menuliskan konfigurasi elektron dari
               unsur:
               a. O (Z=8)
               b. Br (Z=35)
               c. N (Z=7)
           2. Na, Ca, Al, C, dan P
               a. Siswa diharapkan dapat menuliskan lambang dari masing-
                   masing unsur tersebut.
                b. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara apa yang mungkin
                   terjadi pada masing-masing unsur tersebut untuk mencapai
                   aturan oktet,melepas atau menyerap elektron.?

      3.   PR
           1. Tulislah konfigurasi elektron dari unsur…
              a. Cl (Z=17)
              b. Mg (Z=12)
              c. Al (Z=13)
           2. Unsur A,B,C,dan D berturut-turut dengan nomor atom
              17,18,19,dan 20.
              a. Tulislah konfigurasi elektron dari unsur-unsur tersebut.
              b. Diantara keempat unsur tersebut manakah yang paling stabil.
           3. Gambarlah lambing lewis untuk masing-masing ion
              berikut,apakah semuanya mempunyai konfigurasi oktet ?
              a. K+
              b. S2-

XI.   PENILAIAN
         Penilaian proses : Penilaian pada proses pembelajaran berlangsung
         Penilaian hasil : Tes tertulis
50




           Rubrik penilaian
Soal                                   Jawaban                                Skor
Quis
1. Tuliskan lambang lewis dari:         1. a) Be b) Cl             c) Ar d) C
   a. Be
   b. Cl
   c. Ar
   d. C
2. Jelaskan perbedaan antara ion Cl- 2. karena ion Cl- kelebihan 1 elektron
   dengan atom klorida…
Jumlah Skor
Permasalahan Yang Didisiskusiakn
1. Siswa      diharapkan       mampu 1. a) O (z = 8) = 2 4
   menuliskan konfigurasi elektron         b) Br (z = 35) = 2 8 18 7
   dari unsur                              c) N (z = 7) = 2 5
   a. (Z=8)
   b. Br (Z=35)
   c. N(Z=7)
2. Na, Ca, Al, C, dan P                2. a) Na (z =11) = 2 8 1 Na.
   a. Siswa     diharapkan     mampu         Ca (z =20) = 2 8 8 2
      menuliskan      lambang     dari       Al (z =13) = 2 8 3
      masing-masing unsur tersebut.          C ( z=7) = 2 5
   b. Siswa diharapkan mampuh                P (z = 15) = 2 8 5
      menjelaskan cara apa yang           b) Na melepaskan 1 elektron untuk
      mungkin terjadi pada masing-             mencapai octet
      masing unsur      tersebut untuk         Ca melepaskan 2 elektron untuk
      mencapai aturan oktet,melepas            mencapai oktet
      atau menyerap elektron.?                Al melepaskan 3 elektron untuk
                                              mencapai oktet
                                              C menerima 3 elektron untuk
                                              mencapai oktet
                                              P menerima 3 elektron untuk
                                              mencapai oktet

Jumlah Skor
PR
1. Tulislah konfigurasi elektron dari     1. a) Cl = 2 8 7
   unsur…                                    b) Mg = 2 8 2
   a. Cl (Z=17)                              c) Al = 2 8 3
   b. Mg (Z=12)
   c. Al (Z=13)
2. Unsur A,B,C,dan D berturut-turut       2. a) A (z =17) = 2 8 7
   dengan nomor atom 17,18,19.                  B (z =18) = 2 8 8
   a. Tulislah konfigurasi elektron             C (z =19) = 2 8 9
       dari unsur-unsur tersebut.            b) unsur yang paling stabil yaitu
   b. Diantara      keempat       unsur          unsur B
51




       tersebut manakah yang paling
       stabil.
3. Gambarlah lambing lewis untuk        3. a) K (z =19) = 2 8 9
   masing-masing ion berikut,apakah           K+ = K dapat membentuk konfigurasi
   semuanya mempunyai konfigurasi             oktet dengan cara menerima 2
   oktet ?                                    elektron
   a. K+                                      S2-      = S dapat membentuk
   b. S2-                                     konfigurasi oktet dengan cara
                                              menerima 2 elektron
Jumlah Skor



              Nilai siswa = skor yang diperoleh   X   100 %
                                   Skor total




                                                              Gorontalo,   Mei 2011
     Guru Mitra                                               Peneliti



     Sri Yanti Saipi                                      Asriaty Labaso
     NIP. 197712112 006042 011                            NIM. 441 405 019
52

     Lampiran 3



      RPP Siklus 1 (Pertemuan 2)

               RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
                             (RPP)


I.      IDENTITAS MATA PELAJARAN
        Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Gorontalo
        Mata Pelajaran : Kimia
        Kelas/Semester : XI Multimedia / Genap
        Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit

II.     STANDAR KOMPETENSI
        Memahami terjadinya ikatan kimia.

III. KOMPETENSI DASAR
     Mendeskripsikan terjadinya ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam.

IV. INDIKATOR
    1.  Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen.
    2.  Mengetahui rumus kimia senyawa kovalen Biner.
    3.  Dapat menggambarkan rumus struktur lewis atau rumus struktur
        senyawa kovalen.
    4.  Dapat membedakan pembentukan ikatan kovalen rangkap,rangkap
        tiga dan ikatan kovalen koordinat.

V.      TUJUAN PEMBELAJARAN
        Siswa diharapkan dapat:
        1.   Mengetahui proses terjadinya ikatan kovalen.
        2.   Memahami rumus kimia senyawa kovalen Biner.
        3.   Menggambarkan rumus struktur lewis atau rumus struktur senyawa
             kovalen.
        4.   Memahami dan mengetahui perbedaan pembentukan ikatan kovalen
             rangkap,rangkap tiga dan ikatan kovalen koordinat.

VI. MATERI POKOK
    Pembentukan ikatan kimia:
    1.  Pembentukan ikatan kovalen.
    2.  Rumus kimia senyawa biner.
    3.  Struktur lewis senyawa kovalen.
    4.  Ikatan kovalen rangkap dan rangkap tiga.
    5.  Ikatan kovalen koordinat.

VII. METODE PEMBELAJARAN
     Cooperatite Learning Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
53




    VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

  Langkah-
  Langkah                Aktifitas Guru              Aktifitas Siswa      Waktu        Sumber
Pembelajaran
                 Memberi salam              Menjawab salam    15                 Modul
                 Berdoa dan absensi         Berdoa        dan menit              SMK N 1
                                              mempersiapkan                        Gorontalo
                                              diri     menerima
Pendahuluan                                   Pelajaran                            Buku
                 Memberikan apersepsi yang  Menyimak      apa                    Kimia
                  berhubungan dengan materi   yang disampaikan                     SMK dan
                  ikatan kimia.               oleh guru                            MA
                                                                                   kelas X;
                 Menyampaikan            tujuan    Menyimak             45       Erlangga:
                  pembelajaran.                                           menit    Michael
                 Meminta kepada siswa untuk        Membentuk                     purba
                  membentuk kelompok kecil           kelompok
                  secara heterogen
                 Menjelaskan             materi    Menyimak
                  pembelajaran secara singkat
                 Memberikan       permasalahan     Membahas
                  kepada setiap kelompok untuk       permasalahan
Kegiatan Inti     didiskusikan.                      serta
                                                     mengerjakannya
                 Meminta kepada salah satu         Menjelaskan
                  anggota kelompok yang telah        kepada    anggota
                  selesai memecahkan masalah         lain.
                  yang diberikan kepada anggota
                  kelompok lain.
                 Memberikan kuis kepada            Menjawab      soal
                  seluruh siswa                      Quis

                 Meminta kepada salah satu         Menyimpulkan         10
                  siswa untuk menyimpulkan                                menit
                  materi yang telah dipelajari
                 Memberikan          penguatan     Menyimak
                  terhadap materi yang telah
                  didiskusikan.
Penutup
                 Memberikan PR                     Mencatat PR yang
                                                     diberikan
                 Menyampaikan materi yang          Menyimak
                  akan dibahas pada pertemuan
                  selanjutnya
                 Memberi salam                     Menjawab salam
54




IX. MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN
    c) Media           : LKS
    d) Sumber belajar :
           Modul SMK N 1 Gorontalo
           Buku kimia SMA dan MAK kelas X; Erlangga: Michael Purba


X.   EVALUASI
     1. Quis
        1. Jelaskan pengertian dari ikatan polar dan ikatan kovalen non-
            polar…
        2. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen…?
        3. Apakah yang anda ketahui tentang rumus bangun atau rumus
            struktur..?

     2.   LKS
          1. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen…?
          2. Apakah yang anda ketahui tentang rumus bangun atau rumus
             struktur..?
          3. Tuliskan langkah-langkah pennulisan struktur lewis…
     3.   PR
          1. Jelaskan secara singkat pengertian dari ikatan kovalen polar dan
             ikatan koordinat….
          2. Tuliskan masing-masing 2 contoh dari ikatan tunggal,rangkap
             dua dan ikatan rangkap tiga…
          3. Tuliskan dan gambarkan rumus lewis,rumus bangun dan rumus
             molekul dari HCl….


     4.   EVALUASI SIKLUS I
          A. Objektif
              1. Unsur Na dengan konfigurasi : 2 8 1 dapat mencapai aturan
                 oktet dengan cara…
                 a. Menerima sepasang elektron
                 b. Melepaskan 1 elektron
                 c. Menyerap 2 elektron
                 d. Menangkap 2 elektron

               2.   Dibawah ini yang bukan sifat senyawa ion adalah…
                    a. Menghantarkan arus listrik
                    b. Titik didih
                    c. Kelarutan
                    d. Mudah ditempa
               3.   Konfigurasi elektron dari unsur Cl yang             tepat
                    adalahdibawah ini adalah…
                    a. 2 8 7
55




          b. 2 8 8 1
          c. 2 8 1
          d. 2 7
     4.   Manakah dibawah ini yang merupakan penulisan yang tepat
          dari unsur H2O berdasarkan rumus bangun adalah…
          a. H : H
          b. H—H
          c. H—H—O
          d. H—O—H
     5.   Dibawah ini pernyataan yang benar mengenai pengertian
          dari ikatan kovalen adalah…
          a. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang
               berasal dari kedua atom yang berikatan.
          b. Terjadinya pemakaian electron valensi secara bersama-
               sama
          c. Terjadinya karena adanya perpindahan elektron dari
               atom-atom yang satu ke atom yang lainnya.
          d. Zat Serah terima elektron.
     6.   Muatan elektron negatif yang tersebar secara homogen
          adalah pengertian dari…
          a. Ikatan ion
          b. Ikatan kovalen
          c. Ikatan kovalen nonpolar
          d. Ikatan polar
     7.   Suatu zat dikatakan polar jika zat tersebut tertarik
          kedalam…
          a. Medan magnet
          b. Senyawa
          c. Ikatan kovalen
          d. Ikatan ion
     8.   Diantara zat berikut manakah yang mengandung ikatan
          ion…
          a. Silicon
          b. Batu kapur
          c. Emas
          d. Perunggu


B.   Essay
     1. Jelaskan secara singkat pengertian dari ikatan kovalen polar
        dan ikatan koordinat…
     2. Tuliskan dan gambarkan rumus lewis,rumus bangun dan
        rumus molekul dari H2 dan H2O
     3. Berapakah jumlah elektron yang digunakan bersama dalam
        molekul oksigen…?
56




                        4. Tiliskan reaksi pembentukan ikatan kovalen koordinat
                           antara….H2 dengan H+ membentuk H3O+


      XI. PENILAIAN
             Penilaian proses : Penilaian pada proses pembelajaran berlangsung
             Penilaian hasil : Tes tertulis


                Rubrik penilaian
Soal                                     Jawaban                                          Skor
Quis                                      1. Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang
1. Jelaskan pengertian dari ikatan polar     terjadi bila pasangan elektron yang dipakai
                                             bersama memihak atau mengutup kesalah
   dan ikatan kovalen non-polar…             satu atom/ gugus atom. Sedangkan ikatan
2. Apakah yangdimaksud dengan ikatan         kovalen non-polar akan terjadi bila pasangan
   kovalen…?                                 elektronyang dipakai bersama berasal dari
3. Apakah yang anda ketahui tentang          atom yang sama sehingga memiliki
   rumus bangun atau rumus struktur..?       elektronegativitas yang sama.
                                             2. Ikatan kovalen adalah ikatan antara atom
                                                dengan atom berdasarkan pemakaian elektron
                                                secara bersama-sama.
                                             3. Rumus bangun atau rumus struktur adalah
                                                cara atom-atom saling mengikat dalam satu
                                                molekul.
Jumlah Skor
LKS                                    Langkah-langkah penulisan struktur Lewis
1. Tuliskan langkah-langkah pennulisan sebagai berikut:
                                       1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua
   struktur lewis…                         atom molekul
                                            2) Gambarkan kerangka molekul yang masuk
                                               akal
                                            3) Berikan masing-masing sepasang elektron
                                               untuk setiap ikatan
                                            4) Sisa elektron digunakan untuk membuat
                                               semua atom terminal mencapai oktet
                                            5) Tambahkan sisa elektron,jika masih ada
                                               kepada atom pusat
                                            6) Apabila atom pusat belum oktet,tarik
                                               pasangan elektron bebas dari atom terminal
                                               untuk membuat ikatan rangkap atau rangkap
                                               tiga dengan atom pusat.
Jumlah Skor
PR                                      .
1. Jelaskan secara singkat pengertian 1.Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang terjadi
                                        bila pasangan elektron yang dipakai bersama
   dari ikatan kovalen polar dan ikatan memihak atau mengutup kesalah satu atom/
   koordinat….                          gugus atom sedangkan ikatan kovalen koordinat
                                            adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron
                                            milik bersamanya berasal dari satu atom yang
                                            berikatan.
57




2. Tuliskan masing-masing 2 contoh         2.Ikatan tunggal HCl, ikatan rangkap O2 dan
   dari ikatan tunggal,rangkap dua dan     ikatan rangkap tiga Na2
   ikatan rangkap tiga…
3. Tuliskan dan gambarkan rumus            3.Rumus Bangun HCl = H – Cl
   lewis,rumus bangun dan         rumus
   molekul dari HCl…
Jumlah Skor
EVALUASI SIKLUS I
A. Objektif
1. Unsur Na dengan konfigurasi : 2 8 1     B
   dapat mencapai aturan oktet dengan
   cara…
    a. Menerima sepasang elektron
    b. Melepaskan 1 elektron
    c. Menyerap 2 elektron
    d. Menangkap 2 elektron
2. Dibawah ini yang bukan sifat            A
   senyawa ion adalah…
    a. Menghantarkan arus listrik
    b. Titik didih
    c. Kelarutan
    d. Mudah ditempa
3. Konfigurasi elektron dari unsur Cl      A
   yang tepat adalahdibawah ini
   adalah…
    a. 8 7
    b. 8 8 1
    c. 2 8 1
    d. 2 7
4. Manakah       dibawah     ini    yang   D
   merupakan penulisan yang tepat dari
   unsur H2O berdasarkan rumus
   bangun adalah…
    a. H : H
    b. H—H
    c. H—H—O
    d. H—O—H
5. Dibawah ini pernyataan yang benar       A
   mengenai pengertian dari ikatan
   kovalen adalah…
    a. Adanya pemakaian bersama
       pasangan elektron yang berasal
       dari kedua atom yang berikatan.
    b. Terjadinya pemakaian electron
       valensi secara bersama-sama
    c. Terjadinya      karena    adanya
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti
Skripsi hasriyanti

More Related Content

What's hot

Artikel pak tama ips
Artikel pak tama   ipsArtikel pak tama   ips
Artikel pak tama ipsayu suciati
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Andri Tampani
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonEko Supriyadi
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Alfan Fazan Jr.
 
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...ast_189
 
Mengkaji Permasalahan dalam Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam  PembelajaranMengkaji Permasalahan dalam  Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam PembelajaranNini Ibrahim01
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V Eman Syukur
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Operator Warnet Vast Raha
 
”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...
”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...
”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...Irma Mustika Sari
 
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...Ghian Velina
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xfadhyl_bagenda
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposalishakaxly
 

What's hot (18)

Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Artikel pak tama ips
Artikel pak tama   ipsArtikel pak tama   ips
Artikel pak tama ips
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
Penilaian kompetensi guru Ahmadi, s.pd
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi
 
Ptk aditya
Ptk adityaPtk aditya
Ptk aditya
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
 
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
Contoh Proposal PTK-Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Mel...
 
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
Perbandingan metode kooperatif jigsaw dengan metode ceramah terhadap hasil be...
 
Mengkaji Permasalahan dalam Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam  PembelajaranMengkaji Permasalahan dalam  Pembelajaran
Mengkaji Permasalahan dalam Pembelajaran
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
Meningkatnya prestasi belajar ips (sumber daya alam) melalui penerapan metode...
 
”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...
”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...
”Meningkatkan Hasil Belajar IPA-Fisika Pada Materi Pokok Tekanan Dengan Mengg...
 
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUN...
 
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas xMeningkatkan partisipasi siswa kelas x
Meningkatkan partisipasi siswa kelas x
 
Contoh proposal
Contoh proposalContoh proposal
Contoh proposal
 
Bab i ii ptk
Bab i ii ptkBab i ii ptk
Bab i ii ptk
 

Similar to Skripsi hasriyanti

Laporan pts bakar
Laporan pts bakarLaporan pts bakar
Laporan pts bakarAnwar Sari
 
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docPTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docnuunaberry
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaLaila Amru
 
Skripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran thinkSkripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran thinkmasyasinpunya
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran susanti iia
Tugas kurikulum dan pembelajaran susanti iiaTugas kurikulum dan pembelajaran susanti iia
Tugas kurikulum dan pembelajaran susanti iiaSusanti Susanti
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfYatiNurfauziah
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtre_devan
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingOperator Warnet Vast Raha
 
PTK BAB I JIGSAWdocx
PTK BAB I JIGSAWdocxPTK BAB I JIGSAWdocx
PTK BAB I JIGSAWdocxSDNPasirpeer
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryMuhammad Syafrullah
 
LK 3.1 Best Practice.docx
LK 3.1 Best Practice.docxLK 3.1 Best Practice.docx
LK 3.1 Best Practice.docxKelas4Irgt
 
Proposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonProposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonEKO SUPRIYADI
 

Similar to Skripsi hasriyanti (20)

Proposal PTK
Proposal PTKProposal PTK
Proposal PTK
 
Laporan pts bakar
Laporan pts bakarLaporan pts bakar
Laporan pts bakar
 
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.docPTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
PTK_tanya_Jawab_Kesulitan_Belajar.doc
 
Bab%201 08513245010
Bab%201 08513245010Bab%201 08513245010
Bab%201 08513245010
 
Proposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesiaProposal ptk bahasa indonesia
Proposal ptk bahasa indonesia
 
Skripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran thinkSkripsi penerapan pembelajaran think
Skripsi penerapan pembelajaran think
 
yg baru
yg baruyg baru
yg baru
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
skripsi BaB I
skripsi BaB Iskripsi BaB I
skripsi BaB I
 
Tugas kurikulum dan pembelajaran susanti iia
Tugas kurikulum dan pembelajaran susanti iiaTugas kurikulum dan pembelajaran susanti iia
Tugas kurikulum dan pembelajaran susanti iia
 
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdfLK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
LK 3.1 Menyusun Best Practices.pdf
 
Pts diklat
Pts diklatPts diklat
Pts diklat
 
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nhtSkripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
Skripsi model pembelajaran_kooperatif_tipe_nht
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
 
PTK BAB I JIGSAWdocx
PTK BAB I JIGSAWdocxPTK BAB I JIGSAWdocx
PTK BAB I JIGSAWdocx
 
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 
LK 3.1 Best Practice.docx
LK 3.1 Best Practice.docxLK 3.1 Best Practice.docx
LK 3.1 Best Practice.docx
 
Proposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newtonProposal ptk fisika hukum newton
Proposal ptk fisika hukum newton
 

Skripsi hasriyanti

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Menurut Suryabrata dalam Puranti, (2008) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan, motivasi berprestasi dan kemampuan (kognitif), sedangkan yang termasuk eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum dan model pembelajaran). Demikian juga yang dikemukakan oleh Anwar (2004) bahwa salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa adalah rendahnya aktivitas, minat, dan motivasi belajar siswa. Sehingga perlu kirannya guru sebagai tenaga pendidik untuk meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran dalam hal peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model-model pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk secara aktif mempelajari melalui perbuatan, mengalami sendiri, menemukan serta mengembangkan pengetahuan yang diperoleh. Sehubungan dengan hal ini, Hamalik (1998) mengemukakan bahwa proses belajar mengajar akan memperoleh hasil yang optimal jika guru mampu memiliki dan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Ilmu kimia merupakan suatu pelajaran yang cenderung kurang diminati oleh kebanyakan siswa karena sulit untuk dipahami. Oleh karena itu dengan dasar inilah dituntut kemampuan dan keterampilan seorang guru untuk bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dikelas. Ini 1
  • 2. 2 bertujuan agar siswa termotivasi dan aktif dalam belajar sehingga hasil belajar siswa akan meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Selama ini metode pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya satu arah, dimana guru yang lebih aktif dalam memberikan informasi kepada siswa. Hal ini juga terjadi di SMK Negeri 1 Gorontalo khususnya di kelas X Jurusan Multimedia pada materi ikatan kimia. Sebagaimana berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa pada materi ikatan kimia dalam satu tahun terakhir hasil belajar siswa masih tergolong dalam kategori rendah, yaitu pada tahun ajaran 2009/2010 adalah 55% ketuntasan belajar, sedangkan standar ketuntasan yang diterapkan adalah 70% dengan nilai rata-rata 65 . Hal ini terjadi menurut hemat peneliti, karena berdasarkan hasil survai, Guru mata pelajaran cenderung text book oriented. Pembelajaran lebih cenderung abstrak dan menggunakan metode ceramah sehingga konsep-konsep akademik kurang bisa dipahami. Sementara itu kebanyakan guru yang mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir, siswa atau dengan kata lain tidak melakukan pembelajaran bermakna, metode yang digunakan kurang bervariasi dan sebagai akibatnya motivasi belajar siswa menjadi sulit ditumbuhkan, dan pola belajar cenderung menghafal dan mekanistik. Penggunaan berbagai macam model pembelajaran yang merangsang minat siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sudah mulai banyak dilakukan di sekolah-sekolah. Salah satu model pembelajaran yang lebih banyak digunakan adalah model pembelajaran cooperatiive dengan berbagai metode yang salah satunya adalah metode Student Teams Achivement Division (STAD).
  • 3. 3 Metode STAD ini dalam pelaksanaannya adalah mengajak siswa untuk belajar secara berkelompok dengan anggota kelompok yang berasal dari campuran tingkat kecerdasan dan jenis kelamin. Tujuan dari pembagian kelompok dengan ketentuan tersebut adalah agar dalam satu kelompok terdapat siswa yang lebih unggul sehingga apabila ada anggota kelompok yang mengalami kesulitan siswa tersebut dapat membantu menyelesaikannya. Secara teoritis metode pembelajaran Cooperative tipe STAD mempunyai keunggulan tersendiri untuk dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional lainnya. Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative tipe STAD dipilih dengan harapan akan tampak proses demokrasi dan peran aktif siswa di kelas, sehingga siswa yang kemampuannya dibawah rata-rata akan berupaya untuk tidak ketinggalan dengan siswa lain di kelasnya. Dengan demikian hasil belajar siswa kelas X jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo diharapkan akan meningkat. Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperativetipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Renita Tri Parwanti, (2007), Dari hasil penelitiannya menyimpulkan penggunaan kombinasi metode Student Teams Achivement Division (STAD) dan Structure Exercise Methode (SEM) dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas X-5 SMA N 16 Semarang, sehingga mencapai standar ketuntasan belajar secara klasikal yang diharapkan yaitu sebesar 85 %. Verawati (2009) melaporkan bahwa penggunaan model pembelajaran Cooperative tipe STAD dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas Xb SMA Prasetya Gorontalo pada Materi Ikatan Kimia.
  • 4. 4 Dengan mencermati berbagai realitas di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan formulasi judul “Meningkatkan Hasil Belajar pada Materi Ikatan Kimia dengan Menggunakan Pembelajaran Cooperative Tipe STAD di Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Kegiatan belajar mengajar masih cenderung text book oriented dan didominasi oleh guru, karena guru mata pelajaran hanya menggunakan metode ceramah. 2. Siswa cenderung marasa jenuh karena proses belajar dan pembelajaran tidak memberikan peluang kepada siswa untuk lebih aktif. 3. Hasil belajar siswa pada meteri ikatan kimia masih cukup rendah dimana ketuntasan belajar hanya 55% dengan nilai rata-rata 65, hal ini dipengaruhi oleh tidak termotivasinya siswa pada saat belajar mengajar di kelas. 1.3 Rumusan Masalah Seiring dengan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: ―Apakah Penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD (Student Teams Achivement Division) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
  • 5. 5 Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo pada Meteri Ikatan Kimia?‖ 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X Jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo, khususnya pada materi ikatan kimia dengan menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD. 1.5 Manfaat Penelitain Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Pengunaan Model Pembelajaran Cooperative Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena siswa termotivasi dan turut aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 2. Bagi Guru Sebagai bahan masukan bagi guru mata pelajaran kimia untuk memilih metode dan strategi mengajar yang tepat dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efisien dengan hasil yang maksimal. 3. Sekolah Dengan dipilihnya strategi mengajar yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa SMK Negeri 1 Gorontalo dapat meningkat.
  • 6. 6 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Konsep Strategi Belajar Mengajar Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, atau cara. Sedang secara umum stretegi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adapun strategi belajar mengajar bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Atau dengan kata lain, strategi belajar mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Untuk melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan. Menurut Mansyur dalam Fathurrohman (2007), batasan belajar mengajar yang bersifat umum mempunyai empat dasar strategi, yakni: 1. Mengidentifikasi serta menetapkan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman. 2. Mempertimbangakan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat. 6
  • 7. 7 3. Memilih dan menetapakan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar. 4. Menetapakn norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoaman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. Dari keempat uraian di atas, jika diterapkan dalam konteks kegiatan belajar mengajar maka strategi belajar mengajar pada dasarnya memiliki implikasi sebagai berikut: 1. Proses mengenal karakteristik dasar anak didik yang harus dicapai melalui pembelajran. 2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan kultur, aspirasi, dan pandangan filosofis mayarakat. 3. Memilih dan menetapakan prosedur, metode dan teknik mengajar. 4. Menetapkan norma-norma atau kriteria-kriteria keberhasilan belajar. Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon baru. Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman,hakekat proses belajar mengajar. 2.1.2 Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Secara umum istilah ―model‖ diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian
  • 8. 8 lain ―model‖ juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti ―Globe‖ adalah model dari bumi tempat kita hidup. Dalam uraian selanjutnya istilah model digunakan untuk menujukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan ―Model Pembelajaran‖ adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Tinjaun model pembelajaran terdiri atas : a. Model Pembelajaran Cooperative Cooperative berasal dari kata ko yang berarti sama dan operatif berarti melakukan. Dengan kata lain cooperative dapat diartikan melakukan kegiatan bersama-sama. Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model cooperative mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Siswa belajar dalam kelompok secara cooperative untuk menuntaskan materi belajar 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki ketrampilan sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin anggota kelompok dibentuk dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda. 4. Penghargaan berorientasi kepada kelompok daripada individu. Menurut Tarigan dalam Fathurrohman (2007), bahwa pembelajaran cooperative pada dasarnya merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas siswa yaitu siswa belajar bersama dalam bentuk
  • 9. 9 kelompok kecil untuk mempelajari materi dan mengajarkan tugas setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas kesuksesan kelompoknya‖ Lie (2003), dikemukakan bahwa pembelajaran cooperative memiliki unsur- unsur sebagai berikut: 1. Saling ketergantungan Keberhasilan suatu kelompok ditentukan oleh keberhasilan setiap anggota dalam kelompok 2. Tanggung jawab perorangan Berdasarkan unsur yang pertama maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik 3. Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan bertatap muka dan berdiskusi 4. Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar para siswa harus dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. 5. Evaluasi proses kelompok Untuk mengetahui keberhasiln kelompok, diadakan evaluasi kepada masing-masing kelompok. b. Metode Student Teams Achivement Division (STAD) Metode Student Teams Achivement Division (STAD) ini merupakan salah satu metode dalam pembelajaran cooperative yang untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Robert-Slavin. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sederhana dalam pembelajaran cooperative dan merupakan sebuah
  • 10. 10 pendekatan yang baik untuk guru yang baru mulai menerapkan model pembelajaran cooperative. Metode pembelajaran ini lebih menekankan berbagai ciri pembelajaran langsung, dan merupakan metode yang mudah untuk diterapkan dalam pembelajaran sains. Seperti dalam kebanyakan metode pembelajaran cooperative, metode STAD didasarkan pada prinsip bahwa siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman dan dirinya sendiri. Penggunaan metode ini dalam proses pembelajaran sebenarnya sudah banyak digunakan dan dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dari peneliti sebelumnya (Lismiyati, 2006) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa penggunaan metode STAD dalam pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 92,84%. Selain itu pembelajaran juga berjalan lebih efektif karena siswa bertindak aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Secara skematis metode pembelajaran STAD dapat ditunjukkan pada skema berikut: Pembentukan Kelompok Heterogen Pemberian Materi Pelajaran dan Kegiatan Kelompok Pelaksanaan Kuis dan Evaluasi Pemberian Penghargaan Kelompok
  • 11. 11 1. Pembentukan kelompok heterogen Pembentukan kelompok dalam kelas ditentukan oleh guru yang lebih mengetahui siswa yang pandai dan lemah. Pembentukan kelompok ini pun harus bersifat heterogen. Siswa-siswa dalam kelompok merupakan campuran siswa dari tingkat kepandaian, jenis kelamin, dan suku. Sehingga tidak akan ditemui kelompok yang hanya beranggotakan siswa yang pandai saja atau sebaliknya. Untuk anggota kelompok terdiri dari 4-5 orang. 2. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok Guru memberikan informasi pada siswa berkenaan dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Pada saat guru menjelaskan materi pelajaran, siswa harus sudah berada dalam kelompok masing-masing. Kemudian, siswa melakukan diskusi sesuai arahan guru berdasarkan LKS atau bentuk tugas yang lain. Apabila terdapat kesulitan dalam interpretasi petunjuk kegiatan siswa dapat meminta bantuan guru. 3. Pelaksanaan kuis atau evaluasi Setelah diskusi berlangsung, guru dapat memberikan tes atau kuis kepada siswa yang harus dikerjakan siswa secara individu. 4. Pemberian penghargaan. Kelompok yang mempunyai nilai rata-rata tiap anggotanya paling baik, pantas diberi penghargaan. Hasil tes ini dapat digunakan sebagai dasar pembentukan kelompok baru untuk materi berikutnya (Adili, dalam Lisiati 2006). Yang perlu disiapkan guru sebelum memulai model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
  • 12. 12 1. Nilai rata-rata harian dari siswa. Nilai ini sebagai acuan untuk membentuk kelompok siswa yang heterogen dan skor rata-rata suatu kelompok (jumlah nilai rata-rata siswa dalam suatu kelompok dibagi dengan banyaknya siswa dalam kelompok tersebut) 2. Guru membentuk kelompok siswa yang heterogen tanpa membedekan kecerdasan, suku/bangsa, maupun agama. Jadi, dalam setiap kelompok sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah, dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Setiap kelompok terdiri atas 4 sampai 5 siswa. 3. Guru mempersiapkan LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS itu untuk belajar dan bukan untuk sekedar diisi dan dikumpulkan. 4. Kunci jawaban LKS untuk mengecek pekerjaan siswa (dicek oleh siswa sendiri). Oleh karena itu, penting bagi siswa untuk pada akhirnya diberi kunci jawaban LKS. 5. Kuis, berupa tes singkat untuk seluruh siswa. Kuis berbeda dengan ulangan harian. Waktu kuis berkisar antara 10 menit sampai 15 menit saja. 6. Membuat tes/ulangan untuk melihat ketercapaian hasil belajar yang diharapkan c. Langkah-langkah STAD dalam pembelajaran di sekolah Beberapa langkah dalam pembelajaran dalam menggunakan metode STAD adalah sebagai berikut: 1. Guru dapat meminta para siswa untuk mempelajari suatu pokok bahasan yang segera akan dibahas, di rumah masing-masing.
  • 13. 13 2. Di kelas, guru membentuk kelompok belajar yang heterogen dan mengatur tempat duduk siswa agar setiap anggota kelompok dapat saling bertatap muka. 3. Guru membagikan LKS. Setiap kelompok diberi 2 set. 4. Anjurkan agar setiap siswa dalam kelompok dapat mengerjakan LKS secara berpasangan dua-dua dalam tigaan. Kemudian saling mengecek pekerjaannya diantara teman dalam pasangan atau tigaan itu. 5. Bila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan LKS, teman 1 tim/kelompok bertanggung jawab untuk menjelaskan kepada temannya yang tidak bisa tadi. 6. Berikan kunci LKS agar siswa dapat mengecek pekerjaan sendiri. 7. Bila ada pertanyaan dari siswa, mintalah mereka mengajukan pertanyaan itu kepada teman satu kelompok sebelum mengajukannya kepada guru. 8. Guru berkeliling untuk mengawasi kinerja kelompok. 9. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya dalam mengisi LKS. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan kepada kelompok secara proporsional. 10. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan LKS yang diberikan guru. 11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitatator jika diperlukan.
  • 14. 14 12. Setelah selesai mengerjakan LKS secara tuntas, berikan kuis kepada seluruh siswa. Para siswa tidak boleh bekerja sama dalam mengerjakan kuis. Setelah siswa selesai mengerjakan kuis, langsung dikoreksi untuk melihat hasil kuis. 13. Berikan penghargaan kepada siswa yang benar, dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi. Berilah pengakuan/pujian kepada prestasi tim. 14. Guru memberikan tugas/PR secara individu kepada para siswa tentang pokok bahasan yang sedang dipelajari. 15. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa kembali ke tempat duduknya masing-masing 16. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan TPK/kompetensi yang ditentukan. 2.1.3 Aturan Oktet . Gilbert Newton Lewis dan Irving Langmuir (ilmuan Amerika) serta Albrecht Kossel (ilmuan Jerman), mengaitkan kestabilan gas mulia dengan konfigurasi elektronya. Gas mulia mempunyai konfogurasi penuh, yaitu konfigurasi octet (mempunyai 8 elektron pada kulit luar), kecuali helium dengan konfigurasi duplet (dua elektron pada kulit luar). Tabel 1. Konfigurasi Elektron Unsur-Unsur Gas Mulia Periode Unsur Nomor Atom K L M N O P 1 He 2 2 2 Ne 10 2 8 3 Ar 18 2 8 8 4 Kr 36 2 8 18 8 5 Xe 54 2 8 18 18 8 6 Rn 86 2 8 18 32 18 8
  • 15. 15 Berdasarkan konfigurasi elektron unsur-unsur gas mulia tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada umumnya konfigurasi elektron unsur gas mulia mempunyai 8 elektron valensi, kecuali unsur helium tang mempunyai 2 elektron valensi. Lewis dan Kossel menyatakan bahwa unsur-unsur gas mulia mempunyai konfigurasi oktet (8 elektron valensi) kecuali unsur helium yang mempunyai konfigurasi duplet (2 elektron valensi). Unsur-unsur lain dapat mencapai konfigurasi oktet dengan melepas elektron-elektron valensinya atau menyerap elektron tambahan. Hal itulah yang terjadi ketika unsur-unsur tersebut membentuk ikatan. Jadi, dapat dikatakan bahwa: 1. Gas mulia dapat bersifat stabil karena konfigurasinya sudah oktet (duplet untuk Helium) 2. Unsur selain gas mulia membentuk ikatan dalam rangka mencapai konfigurasi elektron. Kecenderungan unsur-unsur untuk menjadikan konfigurasi elektronnya sama seperti gas mulia terdekat dikenal dengan istilah Aturan Oktet. 2.1.4 Lambang Lewis Lambang Lewis adalah lambang atom yang dilengkapi dengan elektron valensinya. Penyusunan lambang Lewis suatu unsur dapat dilakukan dengan menuliskan lambang atom dikelilingi oleh sejumlah titik, yang menunjukan jumlah elektron terluar suatu atom. Tabel 2. Lambang Lewis Unsur-unsur Periode 2 dan 3 IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA . . . . .. .. Periode 2 Li . . Be . .B . .C . N. O. F. Ne .. .. .. .. .. . . .. .. .. . . . . .. .. Periode 3 Na . . Mg . . Al . . Si . P. S. Cl . Ar . .. .. .. .. .. . . .. .. ..
  • 16. 16 Lambang Lewis unsur gas mulia menunjukan 8 elektron valensi yang terbagi dalam empat pasangan. Lambang Lewis unsur dari golongan lain menunjukan adanya elektron tunggal (elektron yang belum berpasangan). Cara atom-atom saling mengikat dalam suatu molekul dinyatakan dengan rumus bangun atau rumus struktur. Rumus struktur diperoleh dari rumus Lewis dengan mengganti setiap pasang elektron ikatan dengan sepotong garis. Perhatikan rumus Lewis dan rumus bangun beberapa molekul berikut: Tabel 3. Perbandingan rumus molekul, rumus empiris dan rumus struktur. Rumus Rumus Bangun Rumus Lewis Molekul (Rumus Struktur) H2 H H H H .. .. HCl H Cl H Cl .. .. .. .. .. H O H O.. .. H2O H H 2.1.5 Ikatan Ion Ikatan ion adalah gaya tarik-menarik listrik antara ion yang berbeda muatan p(ion positif dan ion negative). Dari teori lewis dan Kossel dinyatakan bahwa ikatan ion terjadi antara ion positif (atom yang melepaskan elektron) dengan ion negatif (atom yang menerima elektron). Berarti, ikatan ion terbentuk akibat gaya elektrostatis antara ion yang berlawanan muatan sebagai akibat serah terima elektron dari suatu atom ke atom lain, sehingga ikatan ion disebut juga ikatan elektrovelen. 2.1.6 Ikatan Kovalen
  • 17. 17 Pada umumnya,atom-atom unsur yang membentuk ikatan kovalen adalah atom unsur yang mempunyai elektron valensi ≥ 4 (kecuali atom hidrogen). Berdasarkan jumlah pasangan elektron, asal pasangan elektron dan kedudukan pasangan elektron dalam ikatannya, maka ikatan kovalen dibedakan menjadi ikatan kovalen tunggal, ikatan kovalen rangkap dua, ikatan kovalen rangkap tiga, ikatan kovalen koordinasi. a. Ikatan Kovalen Tunggal Untuk mencapai keadaan stabil (membentuk konfigurasi duplet atau octet), dua buah atom, misalnya hidrogen (H) dapat saling bergabung untuk membentuk molekul H2. Dalam ikatan kovalen tunggal, dua buah atom yang berikatan membentuk satu pasangan elektron ikatan. b. Ikatan Kovalen Rangkap Dua dan Tiga Dua atom dapat membentuk ikatan dengan sepasang, dua pasang, atau tiga pasang elektron bergantung pada jenis unsur yang berikatan. Ikatan dengan sepasang elektron disebut ikatan tunggal, yang menggunakan dua pasang disebut ikatan rangkap dua dan yang menggunakan tiga pasang disebut ikatan rangkap tiga. Berikut diberikan contoh-contoh senyawa yang memiliki ikatan rangkap. Contoh 1: ikatan rangkap dalam molekul O2 Oksigen (Z=8) mempunyai 6 elektron valensi, sehingga untuk mencapai konfigurasi octet harus memasangkan 2 elektron. Pembentukan ikatan dalam molekul oksigen dapat digambarkan sebagai berikut
  • 18. 18 Contoh 2: Ikatan rangkap tiga dalam molekl N2 Nitrogen (Z=7) mempunyai 5 elektron valensi, sehingga harus memasangkan 3 elktron. Pembentukan ikatan dapat digambarkan sebagai berikut: Contoh 3: Ikatan rangkap 2 dalam molekul CO2 Atom C (Z=6) mempunyai elektron valensi 4 sehingga memerlukan lagi 4 elektron dan O (Z=8) mempunyai elkton valensi 6 segingga memerlukan lagi 2 elekton guna memnuhi aturan octet. Dalam molekul CO2, atom C memesangkan 4 elekton sedangkan atom O memasangkan 2 elekton. Oleh karena itu 1 atom C berikatan dengan 2 atom O. pembentukan ikatannya dapat dilihat sebagai berikut: c. Ikatan kovalen koordinasi Ikatan kovalen koordinasi disebut juga ikatan semipolar. Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron milik bersamanya berasal dari satu atom yang berikatan. Sebagai contoh misalnya mmmonia (NH3) dapat bereaksi dengan boron triklorida (BCl3) membentuk senyawa NH3.BC13. bagaimanakah bentuk ikatan antara dua melekul tersebut? Perhatikan rumus elektron dari NH3 dan BC13 berikut ini:
  • 19. 19 Atom N dalam NH3 sudah oktet dan mempunyai sepasang elektron bebas. Di pihak lain, atom B dalam BC13 sudah memasangkan elektron valensinya, namun belum oktet. Seperti yang anda duga, atom N (dari NH3) dan atom B (dari BC13) dapat berikatan dengan menggunakan bersama pasangan elektron bebas dari atom N. Ikatan seperti itu disebut ikatan kovalen koordinat atau ikatan dativ atau ikatan semipolar. Dalam menggambarkan struktur molekul, ikatan kovalen koordinat dinyatakan dengan garis berpanah dari atom donor menuju ekseptor pasangan elektron. Rumus elektron dan rumus struktur NH3, BC13. d. Molekul polar dan nonpolar Molekul dengan ikatan kovalen non polar, seperti H2, Cl2, sudah tentu bersifat nonpolar. Tetapi, molekul dengan ikatan polar bisa bersifat polar, bisa pula bersifat nonpolar, bergantung pada geometri (bentuk) molekulnya. Meski ikatan yang bersifat polar, jika molekul berbentuk simetris, maka secara keseluruhan molekul itu akan bersifat nonpolar. Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O-H maupun N-H bersifat polar (ada perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul tidak simetris. Elektron tidak tersebar merata. Dalam molekul H2O, pusat muatan (pol) negative terletak pada atom O, sedangkan pol positif terletak diantara kedua atom H. dalam molekul NH3, pol negative terletak pada atom N (puncak piramida), sedangkan pol positif terletak pada bidang asalnya. Bagaimana dengan halnya molekul BeCl2 dan BF3? Walaupun ada perbedaan keelektronegatifan antara Be
  • 20. 20 dan C1 dan B dengan F, molekul BeCl2 dan BF3 bersifat nonpolar karena bentuk molekulnya simetris, elektron tersebar merata. Anda tidak dapat mengatakan sisi sebelah mana lebih positif dan sisi sebelah mana lebih negative dari kedua molekul (BeCl2 atau BF3). Memeriksa kepolaran dari suatu molekul poliatom dapat dilakukan dengan menggambarkan ikatan polar sebagai suatu vector yang arahnya dari atom yang bermuatan positif ke atom yang bermuatan negative. Jika result vector-vektor dalam satu molekul sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat nonpolar. Sebaliknya, jika resultajn vector-vektor tersebut tidak sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat polar. Berikut ini adalh contoh ikatan polar yang digambarkan sebagai suatu vector dari kutub positif ke kutub negative: e. Ikatan Logam Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik yang terjadi antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak. Atom-atom logam dapat diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat 1 sama lain. Atom logam mempunyai sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan dan membentuk ion positif . Unsur logam mempunyai sedikit elektron valensi. Oleh kerena itu, kulit terluar unsur logam relative longgar (terdapat banyak tempat kosong), sehingga
  • 21. 21 elektron dapat berpindah dari satu atom ke atom yang lain. Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam mengalami delokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak tetap posisinya pada satu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lain. Elektron-elektron valensi tersebut berbaur sehingga menyerupai awan atau lautan yang membungkus ion-positif logam didalamnya. Jadi, struktur logam dapat sibayangkan sebagai ion-ion positif yang dibungkus oleh awan atau lautan elektron valensi. Untuk lebih jelasnya seperti pada gambar berikut: Struktur logam dapat menjelaskan sifat-sifat khas logam, seperti daya hantar listrik, sifat dapat ditempa, dan dapat ditarik. Logam merupakan konduktor yang baik karena elektron valensinya muda mengalir. Logam dapat ditempa atau dapat ditarik karena ketika logam dipukul atau ditarik, atom-atom logam hanya bergeser sedangkan ikatan diantaranya tidak terputus. 2.2 Penelitian Yang Relevan Beberapa Studi di bawah ini menunjukkan tidak banyak perbedaan dan tidak ada satu pun studi yang menunjukkan hasil negatif, diantaranya adalah: Skripsi Puji Ekowati (2006) yang berjudul ―Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran STAD Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Hasil belajar Siswa Kelas X Di SMAN I Srengat Blitar Pada Pokok Bahasan Permasalahan Ekonomi‖. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research), teknik pengumpulan data menggunakan tes, wawancara, observasi, catatan lapangan, dan angket. Sedangkan analisis datanya melalui
  • 22. 22 beberapa tahap yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penyajian kesimpulan serta verifikasi. Dari penelitian yang dilakukan dua siklus ini diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada pre-test siklus 1 hasil belajar siswa diperoleh nilai rata-rata 65, sedangkan post-test diperoleh nilai rata-rata 75,71. Pada siklus 2 diperoleh kenaikan nilai rata-rata kelas yaitu nilai rata- rata yang diperoleh adalah 82,40. Dari segi kemampuan, kerja sama siswa dapat dibilang berlangsung dengan baik karena antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saling membantu untuk menyelesaikan tugas kelompok. Skripsi Endah Sulistyowati (2006) yang berjudul ―Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode STAD Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Aktivitas Belajar Ekonomi Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang‖, penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, dimana yang menjadi subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas 1B SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang yang terdiri dari 42 siswa. Persentase aktivitas siswa pada siklus 1 sebesar 82,1% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 83,5% serta pada siklus 2 meningkat menjadi 91%. Sedangkan berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa peranan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran kooperatif sangatlah penting agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis angket 15 siswa diketahui bahwa siswa merasa senang dengan pembelajaran menggunakan pendekatan kooperatif model STAD.
  • 23. 23 Jurnal Pendidikan oleh Styarini (2004) yang berjudul ―PenggunaanModel Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 5 Semarang‖. Pokok bahasan yang diambil adalah hewan vetebrata dan invertebrata. Styarini mengungkapkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan siswa dan kinerja guru. Pada siklus I hasil belajar siswa meningkat sebesar 7,5%, siklus II sebesar 12,66% dan siklus III sebesar 14,33%. Keaktifan belajar siswa pada siklus I mencapai 49,16%, siklus II mencapai 75% dan siklus III mencapai 90%. Sedangkan kinerja guru pada siklus I mencapai 71,16%, siklus II mencapai 81,66% dan siklus III mencapai 89,33%. Respons yang positif oleh siswa dan guru terhadap model pembelajaran kooperatif metode STAD karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal Pendidikan oleh Endy (2005) yang berjudul ―Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran Gambar Teknik di SMK Negeri 1 Kendal‖. Menegaskan bahwa model pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. Dengan membagi siswa menjadi kelompok- kelompok kecil akan memudahkan pembelajaran karena pada mata pelajaran gambar teknik dituntut adanya kerja sama antar siswa dan ketelitian, sehingga mempermudah guru dalam penyampaian materi dan juga latihan-latihan penunjang materi. Hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar mengalami
  • 24. 24 peningkatan sebesar 5,88%, siklus II sebesar 7,19% dan siklus III sebesar 9,18%. Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran siklus I sebesar 59,89%, siklus II sebesar 63,33% dan siklus III sebesar 83,33%. Jurnal Pendidikan oleh Istikomah (2006). Dalam penelitian yang dilakukan pada siswa SMK Muhammadiyah 1 Semarang pada mata pelajaran akuntansi dengan kompetensi mengelola administrasi dana kas bank dan kas kecil melalui pembelajaran kooperatif metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti pada siklus 1 terdapat peningkatan sebesar 13,16%, siklus II sebesar 19,48% dan siklus III sebanyak 26,56%. Siswa juga terlibat secara aktif selama pembelajaran berlangsung. Peningkatan keaktifan siswa pada siklus 1 sebesar 81,79%, siklus II sebesar 93,44% dan siklus III sebesar 97,81%. Bahkan indikator ketercapaian hasil belajar siswa melebihi dari yang ditetapkan yaitu 90% dari keseluruhan siswa dengan mendapat nilai minimal 70. 2.3 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ―jika guru membelajarkan ikatan kimia menggunakan model pembelajaran Cooperative Tipe STAD maka hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia akan meningkat. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Dan Karakteristik Penelitian
  • 25. 25 Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang di laksanakan di SMK Negeri 1 Gorontalo,pada semester ganjil Tahun Ajaran 2010- 2011 Kelas yang dikenai tindakan dalama Penelitian ini adalah Kelas X Multimedia dengan Jumlah Siswa 40 Orang yang terdiri atas 23 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan dengan kemampuan siswa yang heterogen. 3.2 Variabel Penelitian 1. Variabel input (seperti : siswa, guru, bahan ajar, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar,dsb ) 2. Variable proses ( seperti : keterampilan bertanya guru, gaya bertanya guru, gaya bertanya siswa, implementasi model dan metode mengajar) 3. Variabel output (seperti: rasa ingin tahu siswa, kemampuan siswa, motivasi, hasil belajar, sikap terhadap pengalaman). 3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Tahap Persiapan Dalam tahap ini hal-hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: a. Meminta izin kepada kepala sekolah b. Menetapkan persiapan dan mengadakan wawancara dengan pihak yang membantu pelaksanaan tindakan. c. Membuat persiapan perangkat pembelajaran meliputi silabus, desain 25 pembelajaran dan buku penunjang. d. Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan.
  • 26. 26 e. Merancang pembelajaran dengan membentuk kelompok belajar siswa, tiap kelompok beranggotakan 4-5 orang, yang tempat duduknya saling berdekatan. f. Menentukan kolaborasi dengan teman sejawat sebagai partner penelitian. g. Merancang lembar kerja siswa dan kunci jawaban. h. Menyusun alat evaluasi yang terdiri dari lembar observasi kegitan siswa dan guru. 3.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. dengan langkah-langkah sebagai berikut: Siklus I: 1. Pendahuluan (± 15 Menit) a. Mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. b. Membuka kegiatan belajar mengajar dengan melakukan apersepsi yakni menanyakan kembali materi sebelumnya. c. Menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Kegiatan inti ( ± 60 menit) a. Menjelaskan secara singkat materi ikatan kimia b. Menyuruh siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing c. Membagikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok d. Tiap-tiap kelompok mengerjakan lembar kerja yang dipimpin oleh ketua kelompok.
  • 27. 27 e. Dengan bimbingan guru masing-masing wakil dan anggota kelompok mengerjakan lembar kerja di papan tulis. 3. Kegiatan penutup ( ± 10 menit) a. Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar pada materi tersebut b. Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran Jika pada siklus 1 daya serap siswa belum mencapai ketuntasan belajar, artinya 65 % dari jumlah siswa belum mencapai nilai 6,5 keatas maka pelaksanaan tindakan kelas dilanjutkan pada siklus II. Siklus II: 1. Memperbaiki dan merumuskan penyempurnaan pelaksanakan tindakan. 2. Melaksanakan penyempurnakan tindakan. 3. Memantau pelaksanakan tindakan, dan. 4. Melaksakan refleksi lanjutan. 3.3.3 Tahap Pemantauan dan Evaluasi Untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran,dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan format pemantauan. Proses pemantuan ini akan diperoleh sejumlah data yang diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data, yaitu beberapa instrumen sebagai berikut: a. Lembar observasi yang disusun dan digunakan dalam mengevaluasi persiapan pembelajaran dan kegiatan belajar mengajar dikelas. b. Lembar observasi balikan dari siswa yang dikenai tindakan berupa test yang disusun dan diberikan saat berakhirnya proses belajar mengajar untuk mengukur kriteria keberhasilan dalam tindakan kelas.
  • 28. 28 3.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi Sebelum melakukan analisis data, baik data hasil pengamatan dan data hasil tes terlebih dahulu perlu mengetahui data yang diperoleh dalam pelaksanaan tindakan. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut : a. Data aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran b. Data hasil belajar siswa Tahap analisis data dilakukan secara kualitatif berdasarkan hasil-hasil pengukuran secara kuantitatif. Selanjutnya hasil analisis menjadi dasar untuk mengadakan refleksi terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Hasil dari refleksi tersebut sangat diperlukan untuk mengambil keputusan apakah perlu tidaknya dilakukan siklus berikutnya dalam penelitian ini. 3.4 Kriteria Penilaian Kriteria keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Jika hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang meliputi kegiatan guru dan siswa telah mencapai minimal 75% dari seluruh aspek kegiatan yang diamati mencapai target maka kegiatan pembelajaran dinyatakan berhasil. 2. Minimal 80% siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 keatas dengan daya serap rata-rata 75 % maka tindakan dinyatakan berhasil 3.5 Anaisis data
  • 29. 29 Data yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran dianalisis dengan menggunakan penafsiran acuan patokan (PAP) menurut Purwanto (1991) dapat dilihat dalam tabel 4: Tabel 4 penafsiran Acuan Patokan (PAP) Tingkat penguasaan Predikat 85-100% Sangat baik 70-84% Baik 50-69% Cukup 0-49% Kurang 0-39% Kurang sekali Penafsiran di atas digunakan untuk menetapkan tingkat penguasaan masing-masing siswa pada materi yang diajarkan. Adapun rumus yang digunakan dalam menetapkan daya serap perorangan dan daya serap klasikal menurut Budinuryanta (1997) Eka (2009) adalah sebagai berikut: a. Daya serap perorangan = x 100% b. Daya serap klasikal x 100%
  • 30. 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Proses Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yaitu pada proses pembelajaran lebih difokuskan pada materi ikatan kimia dengan menerapkan model pembelajaran cooperatif tipe STAD. Pengambilan data kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada siklus I dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra sebagai pengamat melalui lembar observasi yang telah disiapkan. Hasil pengamatan ini merupakan presentase kegiatan guru dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 4.1.2 Deskripsi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus I a) Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pelaksanaan pengamatan kegiatan guru dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan yang telah dipersiapkan. Lembar pengamatan terdiri atas 11 aspek dengan kriteria baik sekali (BS) dengan bobot 4, baik (B) bobot 3, cukup (C) bobot 2, kurang (K) bobot. Data hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus I seperti ditunjukan pada Tabel 5 berikut:
  • 31. 31 Tabel 5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I N Pertemuan I Pertemuan II o Aspek yang diamat Aspek yang diamati Kriteria A B C JL % A B C JLH % H 1 Sangat baik 3 2 - 5 26 4 1 - 5 26 2 Baik 2 5 3 10 53 1 9 3 13 68 3 Cukup - 4 - 4 21 - 1 - 2 6 4 Kurang baik - - - - - - - - - - Jumlah 19 100 19 100 Keterangan tabel : A. Perangkat kegiatan belajar mengajar B. Pelaksanaan pembelajaran dikelas C. Penutup Berdasarkan data pada tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan guru pada siklus I pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati, diperoleh 26% Kriteria baik sekali (BS), dan 53% Kriteria baik dan 21% Kriteria cukup. Sedangkan pada pertemuan ke 2 diperoleh 26% Kriteria baik sekali (BS), dan 68% Kriteria baik (B),dan 6% kriteria cukup. Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap pertemuan, maka diperoleh persentase rata-rata aktifitas guru pada siklus I untuk Kriteria sangat baik sebesar 26,3%, Kriteria baik sebesar 52,6% dan Kriteria cukup mencapai 13,2% data yang jelas dapat di lihat pada lampiran 6 sampai 7 halaman halaman 71 sampai 73. b). Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pengamatan kegiatan siswa pada siklus pertemuan I dan II yang berjumlah 40 orang dilakukan oleh pengamat dalam proses belajar mengajar dengan
  • 32. 32 menggunakan lembar observasi kegiatan siswa yang terdiri dari 11 aspek yang diamati dapat disajikan dalam tabel 6 dan 7 berikut.  Pertemuan I Tabel 6. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan I Kriteria Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat Baik 8 10 13 11 8 10 12 13 4 6 1 Baik 21 17 10 21 18 25 18 13 21 28 27 Cukup 11 13 9 8 12 5 8 12 11 2 9 Kurang - - 8 - 2 - 2 2 4 4 3 Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 Dari data tabel 6 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 7 berikut,data-data diatas tersebut dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 79. Tabel 7.Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan I Rata- Persentase aspek yang diamati rata capai kriteria an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek (%) Sangat 20 25 32,4 27,5 20 25 30 32,5 10 15 2,5 21,70 baik Baik 52,5 42,5 25 52,5 45 62,5 45 32,5 52,5 70 67,5 49,60 Cukup 27,5 32,5 22,5 20 30 13,5 20 30 32,5 5 22,5 23,10 kurang - - 20 - 5 - 5 5 10 10 7,5 5,60 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus I pertemuan I dapat ditarik rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk kriteria sangat baik yaitu 21,70%, kriteria baik sebanyak 49,60%, kriteria cukup mencapai 23,10% dan untuk kriteria kurang sebanyak 5,60%.
  • 33. 33  Pertemuan II Tabel 8. Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I Pertemuan II Kriteria Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat Baik 16 18 20 21 4 26 21 27 4 15 15 Baik 24 22 11 12 33 5 10 4 26 18 17 Cukup - - 9 7 3 9 2 2 3 7 8 Kurang - - - - - - - - - - - Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 Dari data tabel 8 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 9 berikut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 82. Tabel 9. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus I pertemuan II Rata- Persentase aspek yang diamati rata capai Kriteria an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek (%) Sangat 40 45 50 52,5 10 65 52,5 67,5 10 37,5 37,5 42,50 baik Baik 60 55 27,5 30 82,5 12,5 25 10 65 45 42,5 41,36 Cukup - - 22,5 17,5 7,5 22,5 5 5 7,5 17,5 20 11,36 Kurang - - - - - - 17,5 17,5 17,5 - - 4,78 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus I pertemuan II dapat dihitung persentase rata-rata capaian aspek untuk kriteria sangat baik yaitu 42,50%, kriteria baik sebanyak 41,36%, kriteria cukup mencapai 11,36% dan untuk kriteria kurang sebanyak 4,78%. Berdasarkan data-data pada Tabel 8 dan 9 di atas, maka dapat diketahui bahwa dari 40 jumlah siswa, hasil pengamatan kegiatan siswa menunjukan
  • 34. 34 kecenderungan siswa dalam setiap pertemuan mengalami kenaikan partisipasi dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Kecenderungan kenaikan partisipasi siswa dapat dijelaskan dengan melihat perbandingan partisipasi siswa pada pertemuan I dan pertemuan II, dari hasil pengamatan rata-rata aktivitas siswa dari setiap pertemuan cenderung meningkat. Indikasi ini dapat dilihat dengan semakin mengurangnya jumlah persentase siswa yang memperolah kriteria kurang, cukup dan baik menuju ke kri3teria yang lebih baik. c). Hasil Belajar Siswa Siklus I Keberhasilan tindakan yang dilaksanakan dalam hal ini adalah penguasaan siswa pada materi ikatan kimia dapat diketahui dengan mengadakan evaluasi atau penilaian tes berbentuk objektif dan essay. Tes tersebut terdiri dari 12 butir soal dengan 8 butir berbentuk objektif dan 4 soal berbentuk essay. Masing-masing soal mempunyai bobot yang berbeda-beda kecuali pada soal yang berbentuk objektif dengan skor 1 setiap soal dengan jumlah skor keseluruhan total 100. Hasil belajar siswa siklus I seperti ditunjukkan pada Tabel 10 berikut: Tabel 10. Hasil Belajar Siswa Siklus I Persentase No Rentang Nilai Jumlah Capaian Kriteria (%) 1 85-100 - - Baik Sekali 2 70-84 22 55 Baik 3 50-69 16 40 Cukup 4 0-49 2 5 Kurang 5 0-39 - - Kurang Sekali Jumlah 40 100% Berdasarkan data pada Tabel 10 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dari 40 orang siswa yang mengikuti tes, tidak ada siswa yang memperoleh kriteria baik
  • 35. 35 sekali, 55% memperoleh kriteria baik, 40% memperoleh kriteria cukup dan 5 % memperoleh kriteria kurang serta tidak ada yang memperolah kriteria kurang sekali, dapat pula dilihat pada lampiran 14 halaman 91. Hal ini disebabkan karena siswa kemungkinan belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model STAD. Namun demikian bila dilihat dari kriteria ketuntasan minimal untuk materi ikatan kimia di SMK Negeri 1 Gorontalo yakni nilai 70 maka jumlah siswa yang tuntas belajar adalah 22 siswa Jika dibandingkan dengan hasil observasi yaitu pada tahun ajaran 2009/2010 untuk materi ikatan kimia adalah sebesar 55% maka hasil belajar siswa masih cenderung sama. Hal ini bisa terjadi dikarenakan siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran coopetive tipe STAD yang dilakukan. 4.1.3 Refleksi Hasil belajar Siklus I Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I, maka dilanjutkan dengan melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tindakan yang telah dilakukan pada siklus I belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Sehingga harus dilanjutkan pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. 4.1.4 Deskripsi Tindakan Siklus II Tindakan siklus II merupakan suatu tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan siklus I. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka untuk
  • 36. 36 membuat perencanaan perbaikan pada aspek-aspek kegiatan proses pembelajaran yang belum terlaksana dengan baik pada siklus I, baik menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa. Aspek-aspek kegiatan yang direncanakan meliputi hal-hal berikut: 1. Menpertajam tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memberikan penekanan-penekanan konsep penting. 2. Melakukan bimbingan secara langsung kepada semua kelompok. 3. Memotivasi siswa yang hasil belajarnya masih rendah. 4. Memberikan pengawasan dengan mengendalikan aktivitas siswa selama kegiatan KBM berlangsung. a). Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pengamatan kegiatan guru selama proses kegiatan belajar mengajar pada siklus II sama halnya pada siklus I yakni dilakukan oleh guru mitra yang bertindak sebagai pengamat. Adapun hasil pengamatan kegiatan guru dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II N Pertemuan I Pertemuan II O Kriteria Aspek yang diamati Aspek yang diamati A B C JLH % A B C JLH % 1 Sangat Baik 5 2 - 7 37 5 3 - 8 42 2 Baik - 9 3 12 63 - 8 3 11 58 3 Cukup - - - - - - - 4 Kurang - - - - - - - - - - Jumlah 19 100 19 100 Dengan melihat hasil pengamatan kegiatan guru siklus II di atas, dapat diketahui bahwa hasil pengamatan kegiatan guru baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua telah mencapai kriteria yang diharapkan, untuk lebih
  • 37. 37 jelasnya dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 halaman 75 sampai 77. Adapun penjelasan capaian aktivitas guru pada siklus dua adalah sebagai berikut: a. Pertemuan I Pada pertemuan I, dari 19 aspek yang diamati dapat dilihat bahwa 7 aspek memperoleh skor sangat baik dengan persentase 37% dan 9 aspek memperoleh skor baik dengan persentase 63% sedangkan untuk kriteria cukup tidak ada. b. Pertemuan II Pada pertemuan ini, dari 19 aspek yang diamati dapat dilihat bahwa 8 aspek memperoleh skor sangat baik dengan presentase 42% dan 11 aspek memperoleh skor baik dengan presentase 58%, sedangkan untuk kriteria cukup dan kurang tidak ada atau 0%. Dengan demikian dapat diperoleh presentase rata-rata aktivitas guru pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Skor dengan kriteria sangat baik sebesar 39,45%, b. Skor dengan kriteria baik sebesar 60,55% c. Skor dengan kriteria cukup tidak ada atau 0% d. Skor dengan kriteria kurang tidak ada atau 0% Data hasil pengamatan kegiatan guru dengan beberapa kriteria secara lengkap pada siklus II. b). Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II sebagai siklus lanjutan dilakukan oleh seorang guru mitra yang bertindak sebagai pengamat. Selama
  • 38. 38 dalam kegiatan belajar-mengajar guru mitra sebagai pengamaat bertindak mengamati seluruh kegiatan siswa dengan mengacu kepada lembar observasi yang telah disediakan. Data perolahan hasil kegiatan siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:  Pertemuan I Tabel 12.Pengamatan kegiatan siswa siklus II pertemuan I Kriteria Aspek yang diamati 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 32 25 Sangat baik 26 26 12 25 26 30 13 28 30 6 Baik 13 11 10 15 23 7 13 10 22 11 9 Cukup 1 3 4 - 5 4 1 - 5 - 1 Kurang - - - - - 4 - - - 1 - Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 siswa Dari data tabel 12 diatas dapat dibuat dalam bentuk persentase capaian setiap aspek yang diamati seperti pada tabel 13 berikut atau pada lampiran 12 halaman 85. Tabel 13. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan I Persentase Aspek yang diamati Rata- rata capai Kriteria an 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek (%) Sangat 65 65 65 62,5 30 62,5 65 75 32,5 70 75 60,68 baik Baik 32,5 27,5 25 37,5 57,5 17,5 32,5 25 55 27,5 22,5 32,72 Cukup 2,5 7,5 10 - 12,5 10 2,5 - 12,5 - - 5,45 Kurang - - - - - 10 - - - 2,5 - 1,15 100 Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Dengan melihat data-data diatas,maka dapat dilihat bahwa pada siklus II pertemuan I dapat ditarik rata-rata persentase capaian setiap aspek untuk kriteria
  • 39. 39 sangat baik yaitu 60,68%, kriteria baik sebanyak 32,72%, kriteria cukup mencapai 1,15% dan untuk kriteria kurang tidak ada.  Pertemuan II Tabel 14. Pengamatan kegiatan siswa pada siklus II pertemuan II Aspek yang diamati Krriteria 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat baik 34 33 34 29 23 29 37 39 14 35 37 Baik 6 7 6 11 17 11 3 1 26 5 3 Cukup - - - - - - - - - - - Kurang - - - - - - - - - - - Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 siswa Dari tabel 14 diatas dapat pula dibuat persentase rata- rata capain untuk setiap aspek,seperti yang terlihat pada tabel 15 berikut ini atau dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 88. Tabel 15. Persentase capaian aspek kegiatan siswa siklus II pertemuan II Rata- Persentase aspek yang diamati rata Kriteria capaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 aspek (%) Sangat 85 82,5 85 72,5 57,5 72,5 92,5 97,5 35 87,5 92,5 78,18 baik Baik 15 17,5 15 27,5 42,5 27,5 7,5 2,5 65 12,5 7,5 21,82 Cukup - - - - - - - - - - - - Kurang - - - - - - - - - - - - Jumlah 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Dari data pada tabel di atas maka bisa di tarik kesimpulan bahwa pada siklus II pertemuan ini telah mencapai kriteria yang diharapkan, karena rata-rata persentase capaian untuk setiap aspek yakni untuk kriteria sangat baik sebanyak 78,18% dan untuk kriteria baik mencapai 21,82%, sedangkan untuk kriteria cukup dan kurang tidak ada.
  • 40. 40 c). Hasil Belajar Siswa Siklus II Setelah diberi tindakan pada siklus II, maka diadakan evaluasi dalam bentuk tes yang berbentuk objektif dan essay. Jumlah soal seluruhnya terdiri atas 12 butir dengan 8 soal berbentuk objektif dan 4 soal berbentuk essay, dengan masing-masing memiliki skor yang berbeda kecuali pada soal objektif dengan skor 1. Data hasil belajar siswa siklus II seperti ditunjukkan pada Tabel 16 berikut: Tabel 16. Hasil Belajar Siswa Siklus II Persentase No Rentang Nilai Jumlah Capaian Kriteria (%) 1 85-100 13 32,5 Baik Sekali 2 70-84 22 55 Baik 3 50-69 5 12,5 Cukup 4 0-49 - - Kurang 5 0-39 - - Kurang Sekali Jumlah 40 100% Dari data pada Tabel 16 tersebut dapat diketahui bahwa dari 40 orang siswa yang mengikuti tes, terdapat 13 orang siswa yang memperoleh skor dengan persentase rentang antara 85-100% atau 32,5% kriteria baik sekali, 22 orang siswa memperoleh skor dengan persentase rentang antara 70-84% atau 55% dari jumlah siswa, 5 orang siswa memperoleh skor dengan persentase rentang antara 50-69% atau 12,5% dari jumlah siswa,untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran 15 halaman 94. x 100%
  • 41. 41 4.1.5 Refleksi Tindakan Siklus II Dengan melihat gambaran hasil tindakan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II maka diperoleh kesimpulan bahwa hasil pengamatan kegiatan guru dan hasil pengamatan kegiatan siswa sudah mencapai kriteria yang diharapkan. Namun demikian untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang dilaksanakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan refleksi terhadap tindakan pada siklus II. Hasil refleksi pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Selama kegiatan KBM telah terjadi umpan balik yang baik dari siswa. 2. Proses bimbingan secara langsung telah memberikan pemahaman yang utuh dan memotivasi siswa dalam mengerjakan LKS serta mempresentasikan hasil herja kelompok. 3. Manajemen waktu dalam pengelolaan KBM dengan menggunakan model STAD telah berjalan sesuai dengan perencanaan pembelajaran. 4. Hasil belajar siswa telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yakni nilai 70 sebesar 87,5%. Dengan melihat hasil refleksi pada siklus II ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa tindakan yang dilakukan, baik kegiatan guru maupun kegiatan siswa telah sesuai dengan target yang diharapkan, oleh karena itu tindakan tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. 4.2 Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan model pembelajrajan kooperatif tipe STAD dengan tujuan untuk meningkatkan hasil
  • 42. 42 belajar siswa pada materi ikatan kimia. Penerapan metode ini dapat membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga berdampak pada perubahan yang positif terhadap aspek kognitif yang dapat meningkatkan hasil belajat yang diperoleh. Adapun data persentase rata-rata kegiatan siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel perbandigan aktifitas siswa pada siklus I dan siklus II berikut : Tabel 17. Persentase rata-rata aktifitas siswa pada siklus I dan II Persentase rata-rata aktifitas siswa (%) Siklus I Siklus II Kriteria Pertemuan Pertemuan Rata- Pertemuan Pertemuan I Rata-rata II rata I II Sangat 21,70 42,50 32,1 60,68 78,18 69,43 baik Baik 49,60 41,36 45,48 32,72 21,82 27,27 cukup 23,10 11,36 17,23 5,45 - 2,73 Kurang 5,60 4,78 5,19 1,15 - 0,6 Jumlah 100 100 100 100 100 100 Berdasarkan tabel 17 tersebut terlihat bahwa pada siklus I masih terdapat 22,42% siswa yang kurang aktif. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya guru dalam menerapkan model pembelajaran sehingga masih ada siswa yang kurang aktif ketika proses pembelajaran berlangsung dan kurang berpartisipasi baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Selain itu juga diduga disebabkan karena siswa belum terbiasa belajar dengan model pembelajaran cooperatif tipe STAD yang diterapkan oleh guru. Belum optimalnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa, berdampak pula pada penguasan materi oleh siswa yang bersangkutan.
  • 43. 43 Tabel 18. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Persentase Rata-Rata Hasil Belajar Siswa (%) Rentang Siklus I Siklus II Kriteria Nilai Jumlah Jumlah Presentase Presentase Capaian Capaian 85-100 - - 13 32,5 Baik Sekali 70-84 22 55 22 55 Baik 50-69 16 40 5 12,5 Cukup 0-49 2 5 - - Kurang 0–39 - - - - Kurang sekali Jumlah 40 100 40 100 Dengan mengamati Tabel 18 tersebut, maka dapat dilihat bahwa pada siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria baik sekali 0%, kriteria baik 55% atau 22 siswa, kriteria cukup 40% atau 16 siswa, kurang 5% atau 2 orang siswa dan tidak ada yang memperolah kriteria kurang sekali. Selanjutnya pada siklus II dapat dilihat pula bahwa yang memperolah kriteria baik sekali 32,5% atau 13 orang siswa, baik 55% atau 22 siswa, cukup 12,5% atau 5 siswa, dan memperolah kriteria kurang sekali tidak ada. Jika membandingkan hasil belajar siswa pada siklus I dan II maka diperolah kesimpulan bahwa presentase nilai hasil belajar siswa dari siklus I Dan siklus II mengalami peningkatan.
  • 44. 44 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas X jurusan Multimedia SMK Negeri 1 Gorontalo ini, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam pokok bahasan ikatan kimia untuk siswa kelas X Jurusan Multimedia SMK negeri 1 Gorontalo dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditujukan dengan hasil belajar siswa pada siklus I dari 40 orang siswa yang memperoleh nilai 70 keatas sebanyak 22 orang atau 55% yang tuntas dan 18 orang atau 45% memperoleh nilai 70 kebawah atau belum tuntas dengan daya serap yaitu mencapai 68,6%, sedangkan pada siklus II siswa yang mengalami ketuntasan sebanyak 35 orang atau 87,5% dengan nilai diatas 70 dengan daya serap klasikal mencapai 79,05%. 5.2 Saran Adapun yang menjadi saran pada skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya para guru di kelas X SMK Negeri 1 Gorontalo menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD sebagai alternatif dalam pokok bahasan ikatan kimia, karena mempunyai pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penggunaan model pembelajaran cooperative tipe STAD yang di kombinasikan dengan model atau pendekatan pembelajaran lain dengan memperhatikan karekteristik materi yang diajakan.
  • 45. 45 DAFTAR PUSTAKA Achmad, Hiskia. 2001. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung. PT Citra Aditya Bakti Anwar, Sukri. 2004. Upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi hidrokarbon di kelas I2 SMU Negeri 2 Gorontalo melalui pembelajaran Kooperatif. Skripsi. Gorontalo: UNG. Effendy.2004. Teori VESPR (Kepolaran dan Gaya Molekul). Malang: Bayu Media Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penannaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung. PT Rafika Aditama Fesenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga Lie, Anita. 2003. Cooperative Learning. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Lismiyati. 2006. Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik dalam Model Pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD). Skripsi. Semarang : UNNES Purba, Michael. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Jakarta. Erlangga Purwanto Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya. Renita Tri Parwanti. 2007. Jurnal: Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan Kombinasi Metode Student Teams Achivement Division (STAD) dan Structure Exercise Methode (SEM) di SMA N 16 Semarang. Semarang. Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Semarang. Soyumukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-Sosialis dan Postmodern . Yogyakarta. AR-RUZZ MEDIA Verawaty 2009. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas Xb SMA Prasetya Gorontalo pada Materi Ikatan Kimia Melalui Pembelajaran Kooperatif Model STAD. Gorontalo: UNG Zainudin. 2008. Reformasi Pendidikan: Kritik Kurikulum dan Manajemen Berbasis Sekolah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
  • 46. 46
  • 47. 47 Lampiran 2 RPP Siklus 1 (Pertemuan 1) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Gorontalo Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI Multimedia / Genap Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit II. STANDAR KOMPETENSI Memahami terjadinya ikatan kimia. III. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan terjadinya ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam. IV. INDIKATOR 1. Kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya. 2. Lambang lewis untuk gas mulia (duplet dan oktet) dan unsur bukan gas mulia 3. Proses pembentukan ikatan ion. V. TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa diharapkan dapat: 1. Menjelaskan Kecenderungan suatu unsur untuk mencapai kestabilannya. 2. Menggambarkan Lambang lewis untuk gas mulia (duplet dan oktet) dan unsur bukan gas mulia. 3. Memahami terjadinya pembentukan ikatan ion. VI. MATERI POKOK Pembentukan ikatan kimia: 1. Aturan Oktet 2. Lambang Lewis 3. Pembentukan Ikatan Ion VII. METODE PEMBELAJARAN Cooperative Learning Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
  • 48. 48 VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah- Langkah Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Waktu Sumber Pembelajaran  Memberi salam  Menjawab salam Modul  Berdoa dan absensi  Berdoa dan SMK N 1 mempersiapkan diri Gorontalo menerima Pelajaran 15 Pendahuluan  Menyimak apa yang Buku Menit  Memberikan apersepsi yang disampaikan oleh Kimia berhubungan dengan materi guru SMK dan ikatan kimia. MA kelas X;  Menyampaikan tujuan  Menyimak Erlangga: pembelajaran. Michael  Meminta kepada siswa untuk  Membentuk purba membentuk kelompok kecil kelompok secara heterogen  Menjelaskan materi  Menyimak pembelajaran secara singkat  Memberikan permasalahan  Membahas kepada setiap kelompok permasalahan serta untuk didiskusikan. mengerjakannya 45 Kegiatan Inti  Menjelaskan kepada menit  Meminta kepada salah satu anggota lain. anggota kelompok yang telah selesai memecahkan masalah yang diberikan  Menjawab soal Quis kepada nggota kelompok lain.  Memberikan kuis kepada seluruh siswa  Meminta kepada salah satu  Menyimpulkan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari  Memberikan penguatan  Menyimak terhadap materi yang telah didiskusikan. 10 Penutup  Memberikan PR  Mencatat PR yang menit diberikan  Menyampaikan materi yang  Menyimak akan dibahas pada pertemuan selanjutnya  Memberi salam  Menjawab salam
  • 49. 49 IX. MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN a) Media : LKS b) Sumber belajar : Modul SMK N 1 Gorontalo Buku kimia SMA dan MAK kelas X; Erlangga: Michael Purba X. EVALUASI 1. Quis 1. Tuliskan lambing lewis dari: a. Be b. Cl c. C 2. Jelaskan perbedaan antara ion Cl- dengan atom klorida… 2. Permasalahan Yang Didiskusikan 1. Siswa diharapkan dapat menuliskan konfigurasi elektron dari unsur: a. O (Z=8) b. Br (Z=35) c. N (Z=7) 2. Na, Ca, Al, C, dan P a. Siswa diharapkan dapat menuliskan lambang dari masing- masing unsur tersebut. b. Siswa diharapkan dapat menjelaskan cara apa yang mungkin terjadi pada masing-masing unsur tersebut untuk mencapai aturan oktet,melepas atau menyerap elektron.? 3. PR 1. Tulislah konfigurasi elektron dari unsur… a. Cl (Z=17) b. Mg (Z=12) c. Al (Z=13) 2. Unsur A,B,C,dan D berturut-turut dengan nomor atom 17,18,19,dan 20. a. Tulislah konfigurasi elektron dari unsur-unsur tersebut. b. Diantara keempat unsur tersebut manakah yang paling stabil. 3. Gambarlah lambing lewis untuk masing-masing ion berikut,apakah semuanya mempunyai konfigurasi oktet ? a. K+ b. S2- XI. PENILAIAN  Penilaian proses : Penilaian pada proses pembelajaran berlangsung  Penilaian hasil : Tes tertulis
  • 50. 50  Rubrik penilaian Soal Jawaban Skor Quis 1. Tuliskan lambang lewis dari: 1. a) Be b) Cl c) Ar d) C a. Be b. Cl c. Ar d. C 2. Jelaskan perbedaan antara ion Cl- 2. karena ion Cl- kelebihan 1 elektron dengan atom klorida… Jumlah Skor Permasalahan Yang Didisiskusiakn 1. Siswa diharapkan mampu 1. a) O (z = 8) = 2 4 menuliskan konfigurasi elektron b) Br (z = 35) = 2 8 18 7 dari unsur c) N (z = 7) = 2 5 a. (Z=8) b. Br (Z=35) c. N(Z=7) 2. Na, Ca, Al, C, dan P 2. a) Na (z =11) = 2 8 1 Na. a. Siswa diharapkan mampu Ca (z =20) = 2 8 8 2 menuliskan lambang dari Al (z =13) = 2 8 3 masing-masing unsur tersebut. C ( z=7) = 2 5 b. Siswa diharapkan mampuh P (z = 15) = 2 8 5 menjelaskan cara apa yang b) Na melepaskan 1 elektron untuk mungkin terjadi pada masing- mencapai octet masing unsur tersebut untuk Ca melepaskan 2 elektron untuk mencapai aturan oktet,melepas mencapai oktet atau menyerap elektron.? Al melepaskan 3 elektron untuk mencapai oktet C menerima 3 elektron untuk mencapai oktet P menerima 3 elektron untuk mencapai oktet Jumlah Skor PR 1. Tulislah konfigurasi elektron dari 1. a) Cl = 2 8 7 unsur… b) Mg = 2 8 2 a. Cl (Z=17) c) Al = 2 8 3 b. Mg (Z=12) c. Al (Z=13) 2. Unsur A,B,C,dan D berturut-turut 2. a) A (z =17) = 2 8 7 dengan nomor atom 17,18,19. B (z =18) = 2 8 8 a. Tulislah konfigurasi elektron C (z =19) = 2 8 9 dari unsur-unsur tersebut. b) unsur yang paling stabil yaitu b. Diantara keempat unsur unsur B
  • 51. 51 tersebut manakah yang paling stabil. 3. Gambarlah lambing lewis untuk 3. a) K (z =19) = 2 8 9 masing-masing ion berikut,apakah K+ = K dapat membentuk konfigurasi semuanya mempunyai konfigurasi oktet dengan cara menerima 2 oktet ? elektron a. K+ S2- = S dapat membentuk b. S2- konfigurasi oktet dengan cara menerima 2 elektron Jumlah Skor Nilai siswa = skor yang diperoleh X 100 % Skor total Gorontalo, Mei 2011 Guru Mitra Peneliti Sri Yanti Saipi Asriaty Labaso NIP. 197712112 006042 011 NIM. 441 405 019
  • 52. 52 Lampiran 3 RPP Siklus 1 (Pertemuan 2) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Gorontalo Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI Multimedia / Genap Alokasi Waktu : 2 X 45 Menit II. STANDAR KOMPETENSI Memahami terjadinya ikatan kimia. III. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan terjadinya ikatan ion, ikatan kovalen dan ikatan logam. IV. INDIKATOR 1. Menjelaskan proses terjadinya ikatan kovalen. 2. Mengetahui rumus kimia senyawa kovalen Biner. 3. Dapat menggambarkan rumus struktur lewis atau rumus struktur senyawa kovalen. 4. Dapat membedakan pembentukan ikatan kovalen rangkap,rangkap tiga dan ikatan kovalen koordinat. V. TUJUAN PEMBELAJARAN Siswa diharapkan dapat: 1. Mengetahui proses terjadinya ikatan kovalen. 2. Memahami rumus kimia senyawa kovalen Biner. 3. Menggambarkan rumus struktur lewis atau rumus struktur senyawa kovalen. 4. Memahami dan mengetahui perbedaan pembentukan ikatan kovalen rangkap,rangkap tiga dan ikatan kovalen koordinat. VI. MATERI POKOK Pembentukan ikatan kimia: 1. Pembentukan ikatan kovalen. 2. Rumus kimia senyawa biner. 3. Struktur lewis senyawa kovalen. 4. Ikatan kovalen rangkap dan rangkap tiga. 5. Ikatan kovalen koordinat. VII. METODE PEMBELAJARAN Cooperatite Learning Tipe STAD (Student Teams-Achievement Divisions)
  • 53. 53 VIII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN Langkah- Langkah Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Waktu Sumber Pembelajaran  Memberi salam  Menjawab salam 15 Modul  Berdoa dan absensi  Berdoa dan menit SMK N 1 mempersiapkan Gorontalo diri menerima Pendahuluan Pelajaran Buku  Memberikan apersepsi yang  Menyimak apa Kimia berhubungan dengan materi yang disampaikan SMK dan ikatan kimia. oleh guru MA kelas X;  Menyampaikan tujuan  Menyimak 45 Erlangga: pembelajaran. menit Michael  Meminta kepada siswa untuk  Membentuk purba membentuk kelompok kecil kelompok secara heterogen  Menjelaskan materi  Menyimak pembelajaran secara singkat  Memberikan permasalahan  Membahas kepada setiap kelompok untuk permasalahan Kegiatan Inti didiskusikan. serta mengerjakannya  Meminta kepada salah satu  Menjelaskan anggota kelompok yang telah kepada anggota selesai memecahkan masalah lain. yang diberikan kepada anggota kelompok lain.  Memberikan kuis kepada  Menjawab soal seluruh siswa Quis  Meminta kepada salah satu  Menyimpulkan 10 siswa untuk menyimpulkan menit materi yang telah dipelajari  Memberikan penguatan  Menyimak terhadap materi yang telah didiskusikan. Penutup  Memberikan PR  Mencatat PR yang diberikan  Menyampaikan materi yang  Menyimak akan dibahas pada pertemuan selanjutnya  Memberi salam  Menjawab salam
  • 54. 54 IX. MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN c) Media : LKS d) Sumber belajar : Modul SMK N 1 Gorontalo Buku kimia SMA dan MAK kelas X; Erlangga: Michael Purba X. EVALUASI 1. Quis 1. Jelaskan pengertian dari ikatan polar dan ikatan kovalen non- polar… 2. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen…? 3. Apakah yang anda ketahui tentang rumus bangun atau rumus struktur..? 2. LKS 1. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen…? 2. Apakah yang anda ketahui tentang rumus bangun atau rumus struktur..? 3. Tuliskan langkah-langkah pennulisan struktur lewis… 3. PR 1. Jelaskan secara singkat pengertian dari ikatan kovalen polar dan ikatan koordinat…. 2. Tuliskan masing-masing 2 contoh dari ikatan tunggal,rangkap dua dan ikatan rangkap tiga… 3. Tuliskan dan gambarkan rumus lewis,rumus bangun dan rumus molekul dari HCl…. 4. EVALUASI SIKLUS I A. Objektif 1. Unsur Na dengan konfigurasi : 2 8 1 dapat mencapai aturan oktet dengan cara… a. Menerima sepasang elektron b. Melepaskan 1 elektron c. Menyerap 2 elektron d. Menangkap 2 elektron 2. Dibawah ini yang bukan sifat senyawa ion adalah… a. Menghantarkan arus listrik b. Titik didih c. Kelarutan d. Mudah ditempa 3. Konfigurasi elektron dari unsur Cl yang tepat adalahdibawah ini adalah… a. 2 8 7
  • 55. 55 b. 2 8 8 1 c. 2 8 1 d. 2 7 4. Manakah dibawah ini yang merupakan penulisan yang tepat dari unsur H2O berdasarkan rumus bangun adalah… a. H : H b. H—H c. H—H—O d. H—O—H 5. Dibawah ini pernyataan yang benar mengenai pengertian dari ikatan kovalen adalah… a. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari kedua atom yang berikatan. b. Terjadinya pemakaian electron valensi secara bersama- sama c. Terjadinya karena adanya perpindahan elektron dari atom-atom yang satu ke atom yang lainnya. d. Zat Serah terima elektron. 6. Muatan elektron negatif yang tersebar secara homogen adalah pengertian dari… a. Ikatan ion b. Ikatan kovalen c. Ikatan kovalen nonpolar d. Ikatan polar 7. Suatu zat dikatakan polar jika zat tersebut tertarik kedalam… a. Medan magnet b. Senyawa c. Ikatan kovalen d. Ikatan ion 8. Diantara zat berikut manakah yang mengandung ikatan ion… a. Silicon b. Batu kapur c. Emas d. Perunggu B. Essay 1. Jelaskan secara singkat pengertian dari ikatan kovalen polar dan ikatan koordinat… 2. Tuliskan dan gambarkan rumus lewis,rumus bangun dan rumus molekul dari H2 dan H2O 3. Berapakah jumlah elektron yang digunakan bersama dalam molekul oksigen…?
  • 56. 56 4. Tiliskan reaksi pembentukan ikatan kovalen koordinat antara….H2 dengan H+ membentuk H3O+ XI. PENILAIAN  Penilaian proses : Penilaian pada proses pembelajaran berlangsung  Penilaian hasil : Tes tertulis  Rubrik penilaian Soal Jawaban Skor Quis 1. Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang 1. Jelaskan pengertian dari ikatan polar terjadi bila pasangan elektron yang dipakai bersama memihak atau mengutup kesalah dan ikatan kovalen non-polar… satu atom/ gugus atom. Sedangkan ikatan 2. Apakah yangdimaksud dengan ikatan kovalen non-polar akan terjadi bila pasangan kovalen…? elektronyang dipakai bersama berasal dari 3. Apakah yang anda ketahui tentang atom yang sama sehingga memiliki rumus bangun atau rumus struktur..? elektronegativitas yang sama. 2. Ikatan kovalen adalah ikatan antara atom dengan atom berdasarkan pemakaian elektron secara bersama-sama. 3. Rumus bangun atau rumus struktur adalah cara atom-atom saling mengikat dalam satu molekul. Jumlah Skor LKS Langkah-langkah penulisan struktur Lewis 1. Tuliskan langkah-langkah pennulisan sebagai berikut: 1) Hitung jumlah elektron valensi dari semua struktur lewis… atom molekul 2) Gambarkan kerangka molekul yang masuk akal 3) Berikan masing-masing sepasang elektron untuk setiap ikatan 4) Sisa elektron digunakan untuk membuat semua atom terminal mencapai oktet 5) Tambahkan sisa elektron,jika masih ada kepada atom pusat 6) Apabila atom pusat belum oktet,tarik pasangan elektron bebas dari atom terminal untuk membuat ikatan rangkap atau rangkap tiga dengan atom pusat. Jumlah Skor PR . 1. Jelaskan secara singkat pengertian 1.Ikatan kovalen polar adalah ikatan yang terjadi bila pasangan elektron yang dipakai bersama dari ikatan kovalen polar dan ikatan memihak atau mengutup kesalah satu atom/ koordinat…. gugus atom sedangkan ikatan kovalen koordinat adalah ikatan kovalen dengan pasangan elektron milik bersamanya berasal dari satu atom yang berikatan.
  • 57. 57 2. Tuliskan masing-masing 2 contoh 2.Ikatan tunggal HCl, ikatan rangkap O2 dan dari ikatan tunggal,rangkap dua dan ikatan rangkap tiga Na2 ikatan rangkap tiga… 3. Tuliskan dan gambarkan rumus 3.Rumus Bangun HCl = H – Cl lewis,rumus bangun dan rumus molekul dari HCl… Jumlah Skor EVALUASI SIKLUS I A. Objektif 1. Unsur Na dengan konfigurasi : 2 8 1 B dapat mencapai aturan oktet dengan cara… a. Menerima sepasang elektron b. Melepaskan 1 elektron c. Menyerap 2 elektron d. Menangkap 2 elektron 2. Dibawah ini yang bukan sifat A senyawa ion adalah… a. Menghantarkan arus listrik b. Titik didih c. Kelarutan d. Mudah ditempa 3. Konfigurasi elektron dari unsur Cl A yang tepat adalahdibawah ini adalah… a. 8 7 b. 8 8 1 c. 2 8 1 d. 2 7 4. Manakah dibawah ini yang D merupakan penulisan yang tepat dari unsur H2O berdasarkan rumus bangun adalah… a. H : H b. H—H c. H—H—O d. H—O—H 5. Dibawah ini pernyataan yang benar A mengenai pengertian dari ikatan kovalen adalah… a. Adanya pemakaian bersama pasangan elektron yang berasal dari kedua atom yang berikatan. b. Terjadinya pemakaian electron valensi secara bersama-sama c. Terjadinya karena adanya