Dokumen tersebut membahas tentang pandangan budaya Korea mengenai kehidupan dan kematian, sejarah Korea, agama-agama di Korea dan Korea Utara serta Selatan, serta sejarah perkembangan Kekristenan di Korea. Korea terbagi menjadi Korea Utara dan Selatan setelah Perang Dunia II, dengan Korea Selatan menjadi negara demokratis dan Korea Utara beraliran komunis. Agama-agama utama di Korea adalah Buddha, Konfusianisme, dan Kristen.
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
4. korea
1. CARA PANDANG PENJELASAN MENGENAI KEHIDUPAN DAN
KEMATIAN
Versi Budaya Korea
Korea adalah sebuah semenanjung yang di Asia Timur (di antara Tiongkok dan
Jepang).Korea terbagi menjadi dua negara, yakni Republik Korea (Korea Selatan) dan
Republik Rakyat Demokratik Korea (Korea Utara) setelah Perang Dunia II pada tahun 1945.
Korea Selatan kemudian berkembang menjadi negara demokratis sementara Korea
Utara
berhaluan
komunis.
Bendera
Persatuan
Korea
sering
digunakan
untuk
merepresentasikan Korea pada ajang olahraga internasional, namun bendera tersebut bukan
merupakan bendera resmi kedua negara.
Karena zaman dinasti-dinasti bersejarah sudah berakhir, istilah Korea saat ini
didefinisikan berdasarkan gabungan 2 entitas yang terbagi oleh Garis Demarkasi Militer
pararel 38, yakni Korea Utara dan Korea Selatan. Semenanjung Korea di sebelah utara
dibatasi oleh Republik Rakyat Cina dan Rusia di sebelah timur laut, serta Jepang di sebelah
tenggara yang dipisahkan dengan Selat Korea.
AGAMA
2. Tradisi Konfusianisme mendominasi kepercayaan dan pemikiran bangsa Korea, bersama
Buddhisme, Taoisme dan Shamanisme.Agama Buddha menjadi agama resmi Tiga Kerajaan
(57 SM-935 M) dan dinasti Goryeo (935-1392). Paham Konfusianisme mencapai masa
keemasan pada zaman dinasti Joseon (1392-1910). Agama Kristen dibawa oleh misionaris
Eropa menjelang akhir periode Joseon dan pada abad ke-20 meningkat pesat. Agama Islam
yang baru diperkenalkan di Korea sejak perang Korea oleh tentara Turki, memiliki pengikut
di Korea (2007; ±140 ribu jiwa). Walau begitu sebanyak 46,5% populasi Korea Selatan
mengaku tidak mengikuti suatu kepercayaan tertentu. Di Korea Utara, kebebasan beragama
mendapat tekanan.
1. KOREA SELATAN
Republik Korea (bahasa Korea: Daehan Minguk (Hangul: 대한민국; Hanja: 大韓民國);
bahasa Inggris: Republic of Korea/ROK) biasanya dikenal sebagai Korea Selatan, adalah
sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea. Di sebelah
utara, Republik Korea berbataskan Korea Utara, di mana keduanya bersatu sebagai sebuah
negara hingga tahun 1948. Laut Kuning di sebelah barat, Jepang berada di seberang Laut
Jepang (disebut "Laut Timur" oleh orang-orang Korea) dan Selat Korea berada di bagian
tenggara. Negara ini dikenal dengan nama Hanguk (한국; 韓國). oleh penduduk Korea
Selatan dan disebut Namchosŏn (남조선; 南朝鮮; "Chosŏn Selatan") di Korea Utara. Ibu
kota Korea Selatan adalah Seoul (서울).
Penemuan arkeologis menunjukkan bahwa Semenanjung Korea telah didiami sejak Masa
Paleolitik Awal.Sejarah Korea dimulai dari pembentukan Gojoseon pada 2333 SM. oleh Dangun. Setelah unifikasi Tiga Kerajaan Korea dibawah Silla pada 668 M, Korea menjadi satu
dibawah Dinasti Goryeo dan Dinasti Joseon hingga akhir Kekaisaran Han Raya pada 1910
karena dianeksasi oleh Jepang. Setelah liberalisasi dan pendudukan oleh Uni Soviet dan
Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II, Wilayah Korea akhirnya dibagi menjadi Korea
Utara dan Korea Selatan
1.2 Agama
3. Keagamaan Korea Selatan
agama
persen
Atheisme
46.5%
Buddha
22.8%
Protestan
18.3%
Katolik Roma
10.9%
Islam
0.1%
Agama lain
0.7%
Buddha Won
0.3%
Konfusianisme
0.2%
0.1%
Cheondoisme
Seokguram Grotto di kuil Bulguksa, salah satu Situs Warisan Dunia
Hampir sebagian besar rakyat Korea Selatan memilih tidak beragama atau atheisme.
Buddha adalah agama yang mempunyai penganut terbesar di Korea Selatan dengan 10.7 juta
penduduk. Agama lainnya yang terbesar adalah Kristen Protestan dan Katolik Roma. Gereja
4. Kristen terbesar di Korea Selatan, Yoido Full Gospel Church berlokasi di Seoul.
Diperkirakan ada 45.000 warga Muslim Korea dengan 100.000 orang pekerja yang dari luar
negeri yang berasal dari negara Muslim.
2. KOREA UTARA
Korea Utara, secara resmi disebut Republik Demokratik Rakyat Korea (Hangul:
조선민주주의인민공화국, Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk) adalah sebuah negara di
Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota dan kota terbesarnya
adalah Pyongyang. Zona Demiliterisasi Korea menjadi batas antara Korea Utara dan Korea
Selatan. Sungai Amnok dan Sungai Tumen membentuk perbatasan antara Korea Utara dan
Republik Rakyat Cina. Sebagian dari Sungai Tumen di timur laut merupakan perbatasan
dengan Rusia. Penduduk setempat menyebut negara ini Pukchosŏn (북조선, "Chosŏn
Utara").
Semenanjung Korea diperintah oleh Kekaisaran Korea hingga dianeksasi oleh Jepang
setelah Perang Rusia-Jepang tahun 1905. Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II,
Korea dibagi menjadi wilayah pendudukan Soviet dan Amerika Serikat. Korea Utara
menolak ikut serta dalam pemilihan umum yang diawasi PBB yang diselenggarakan di
selatan pada 1948, yang mengarah kepada pembentukan dua pemerintahan Korea yang
terpisah oleh zone demiliterisasi. Baik Korea Utara maupun Korea Selatan kedua-duanya
mengklaim kedaulatan di atas seluruh semenanjung, yang berujung kepada Perang Korea
tahun 1950. Sebuah gencatan senjata pada 1953 mengakhiri pertempuran; namun kedua
negara secara resmi masih berada dalam status perang, karena perjanjian perdamaian tidak
pernah ditandatangani. Kedua negara diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
pada 1991. Pada 26 Mei 2009, Korea Utara secara sepihak menarik diri dari gencatan senjata.
Korea Utara termasuk dalam negara satu-partai di bawah front penyatuan yang dipimpin
oleh Partai Buruh Korea. Pemerintahan negara mengikuti ideologi Juche, yang digagas oleh
Kim Il-sung, mantan pemimpin negara ini. Juche menjadi ideologi resmi negara ketika negara
ini mengadopsi konstitusi baru pada 1972,kendati Kim Il-sung telah menggunakannya untuk
membentuk kebijakan sejak sekurang-kurangnya awal tahun 1955. Sementara resminya
sebagai republiksosialis, Korea Utara dipandang oleh sebagian besar negara sebagai negara
kediktatorantotaliterstalinis. Setelah kematian Kim Jong-il pada tanggal 19 Desember 2011,
5. diperkirakan pemimpin Korea Utara berikutnya adalah Kim Jong-un, anak termuda Kim
Jong-il
2.1 Agama
Kedua-dua Korea berbagi warisan yang sama dari agama Buddha dan Konghucu
Korea dan sejarah yang masih sangat baru dari agama Kristen dan pergerakan Cheondoisme
("agama Jalan Surgawi"). Konstitusi Korea Utara menyatakan bahwa kebebasan beragama
diizinkanMenurut standar-standar agama Barat, sebagian besar penduduk Korea Utara dapat
dikelompokkan sebagai "tidak beragama". Tetapi sebagian besar di antaranya didefinisikan
"beragama" dari sudut pandang sosiologidan pengaruh budaya agama-agama tradisional itu
semisal Buddha dan Konghucu masih memiliki dampag pada kehidupan kerohanian Korea
Utara.
Sebuah gambar relief kuno Sang Buddha, gunung Kumgang
Bagaimanapun, penganut agama Buddha di Korea Utara dilaporkan bernasib lebih baik
daripada kelompok agama lin; khususnya Kristen, yang dikatalan menghadapi hukuman dari
pihak penguasa. Penganut agama Buddha diberi dana terbatas oleh pemerintah untuk
mempromosikan agama itu, karena agama Buddha memainkan peran integral di dalam
budaya tradisional Korea.
Menurut Human Rights Watch, kegiatan keagamaan bebas tidak lagi ada di Korea
Utara karena pemerintah mensponsori kelompok-kelompok keagamaan hanya untuk
menciptakan ilusi kebebasan beragama
Menurut Religious Intelligence, situasi keagamaan di Korea Utara adalah sebagai
berikut:[111]
6. Tidak beragama: 15.460.000 pengikut (64,31% penduduk, majoritas yang dominan,
mereka adalah penghayat filsafat Juche)
Shamanisme Korea: 3.846.000 pengikut (16% penduduk)
Cheondoisme: 3.245.000 pengikut (13,50% penduduk)
Agama Buddha: 1.082.000 pengikut (4,50% penduduk)
Agama Kristen: 406.000 pengikut (1,69% penduduk)
Pyongyang adalah pusat kegiatan Kristen di Korea sebelum Perang Korea. Kini, empat
gereja yang diawasi negara ada di sini, di mana kebebasan beragama merupakan kasus
khusus bagi orang asing. Statistik pemerintah resmi melaporkan bahwa ada 10.000 Protestan
dan 4.000 penganut Katolik Roma di Korea Utara.
Menurut peringkat yang diterbitkan oleh Open Doors, sebuah organisasi yang membantu
orang Kristen yang dizalimi, Korea Utara kini menjadi negara dengan penzaliman terbanyak
terhadap orang Kristen di antara negara-negara lain sedunia. Kelompok pembela Hak Asasi
Manusia seperti Amnesty International juga mengungkapkan perhatian terhadap penzaliman
keagamaan di Korea Utara.
3 . KEKRISTENAN DI KOREA
Yoido Full Gospel Church di Seoul
Kristen di Korea pertama kali diperkenalkan oleh orang Korea yang mengunjungi
Cina pada tahun 1608, namun belum berkembang sampai abad ke-18.[1]Kristen Protestan
mulai diterima secara luas di Korea ditandai dengan penyelenggaraan Konferensi-konferensi
Pemahaman Alkitab skala besar dari tahun 1905.
Sejarah
7. Abad ke-18
Di Korea pada awalnya agama Katolik disebut Seohak atau Ajaran dari Barat. Istilah Seohak
dipopulerkan oleh kaum Sirhak (cendekiawan). Kaum Sirhak mulai membawa buku-buku
teks Kristen serta membuat fondasi pertama bagi agama Katolik di Korea walau ditentang
oleh pemerintahan dan kaum bangsawan. Salah satu orang Korea yang pertama yang dikenal
masuk agama Kristen adalah Yi Seung-hun (1756-1801) yang dibaptis di Beijing, Cina.
Ilmuwan Sirhak terkenal yang pertama kali memeluk Katolik adalah Jeong Yak-yong.
Anti Kristen pada masa Dinasti Joseon
Andrew Kim Taegon
Pada tahun 1791 pemerintahan Dinasti Joseon mulai mengeluarkan maklumat antiKatolik dan menyiksa orang-orang Katolik.[1] Namun begitu, agama baru ini terus tumbuh
dan pada tahun 1831 untuk pertama kalinya Keuskupan Korea dibentuk.
Pada tahun 1838—1837 para pastor dan penginjil dari Perancis datang ke Korea,
salah satunya adalah Pierre P. Maubant. Penyiksaan-penyiksaan terjadi di tahun 1839 dan
1846 dan banyak yang menjadi martir, diantaranya adalah Andrew Kim Taegon (1822—
1846). Namun begitu, pemerintah tidak mampu memotong akar Katolik yang terus tumbuh.
Anti-Katolik mereda pada tahun 1849 dengan dimulainya masa pemerintahan Raja
Cheoljong sehingga jumlah orang yang masuk Katolik bertambah dari 11.000 orang pada
tahun 1850 menjadi 23.000 orang pada tahun 1865. Pada masa pemerintahannya seorang
misionaris Perancis bernama PastorBerneux datang ke Korea.
Tekanan kembali dilancarkan setelah Raja Gojong naik tahta pada tahun 1864, namun
yang mengendalikannya adalah ayahnya, Heungseon Daewongun yang anti Katolik.Pada
8. masa ini sebanyak 8000 orang Katolik tewas terbunuh termasuk beberapa misionaris
Perancis.
Peningkatan pesat
Setelah peristiwa Kudeta Gapsin pada tahun 1884 dan dimulainya pengesahan
kebebasan beragama, maka agama Kristen tumbuh dengan pesat. Para misionaris Protestan
asal Amerika (metodis dan presbiterian) seperti Drs.Homer B. Hulbert, Henry G.
Appenzeller, Horace G. Underwood, Horace N. Allen, dan Mrs. Mary F. Scranton mulai
datang ke Korea. Para misionaris ini berkontribusi pada perkembangan pendidikan moderen
di Korea.Pada tahun 1883 sekolah istana yang mendidik anak-anak bangsawan dibuka. Lalu
pada tahun 1885 dibuka sekolah misi presbiterian untuk anak laki-laki yang bernama Paejae
dan pada tahun 1886 dibuka sekolah anak perempuan Ewha.Para misionaris Amerika ini
membuka pintu untuk anak-anak rakyat biasa agar bisa menerima pendidikan.Tak lama
setelah itu semakin banyak sekolah serupa yang dibuka di Korea.
Gerakan sosial, politik dan moderenisasi
Tokoh pelopor Protestan Korea seperti Seo Jae-pil, Yi Sang-jae, Yun Chi-ho mulai
berkomitmen untuk mengggapai tujuan-tujuan politis. Sekolah-sekolah Protestan seperti
Yonhi dan Ewha mengembangkan pemikiran-permikiran kebangsaan di tengah masyarakat
Korea. Asosiasi Kaum Muda KristenSeoul (Seoul YMCA) didirikan pada tahun 1903.
Gerakan Sosial Politik secara aktif mendorong terbentuknya kelompok-kelompok pemuda
yang tidak hanya mengejar tujuan-tujuan politik dan pendidikan tapi juga membangun
kesadaran sosial melawan praktik-praktik takhayul dan kebiasaan buruk, mempromosikan
kesetaraan laki-laki dan perempuan serta penyederhanaan upacara ibadah.
Agama Kristen berkembang pesat seiring moderenisasi walaupun menghadapi
penolakan dari kaum konservatif. Namun semakin banyak rakyat Korea yang masuk agama
Kristen. MisionarisProtestan dari berbagai denominasi tak hanya mengajarkan agama, namun
juga mendirikan rumah sakit, sekolah, percetakan dan mengajar kuliah dalam berbagai
bidang selain agama, seperti pertanian, perdagangan, industri, konsep kebebasan, dan tren
budaya yang baru.
9. Abad ke-20
Pada tahun 1925, 79 orang Korea yang menjadi martir dalam penganiayaan di masa
Dinasti Joseon diabadikan di Basilika Santo Petrus di Vatikan. Pada tahun 1968, 24 orang
Korea lagi dikukuhkan menjadi orang suci. Selama Perang Korea (1950-1953) jumlah
organisasi sosial misionaris Katolik meningkat. Gereja Katolik berkembang pesat dan hirarki
kepemimpinan didirikan pada tahun 1962. Pada tahun 1984, Gereja Katolik Korea merayakan
hari jadi ke-200 tahun yang ditandai dengan kunjungan Paus Yohanes Paulus serta kanonisasi
93 martir Korea dan 10 orang martir Perancis. Ini menjadi pertama kalinya kanonisasi terjadi
di luar Vatikan dan Korea memiliki jumlah orang suci Katolik terbesar ke-4 di dunia
walaupun pertumbuhan agama Katolik di negara itu lambat.
Hubungan dengan kepercayaan tradisional
Dari seluruh negara di timur, Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling berhasil
dikristenisasi. Agama Kristen mencakup 20-25% total populasi Korea Selatan. Orang Korea
relatif menerima kepercayaan Kristen sejak awal pengenalannya dikarenakan konsep
ketuhanan yang personal dan pengalaman langsung dengan hal yang bersifat gaib adalah
konsep spiritual yang sudah familiar. Menurut sejarahnya, gereja yang menekankan
pengalaman langsung dengan Tuhan, apapun bentuknya, dan dapat memenuhi keinginan
manusia terhadap kehidupan di dunia, diterima oleh manusia dengan baik, begitu pula dengan
di Korea.
4. BUDDHISME DI KOREA
Biksu di Haeinsa
Buddhisme di Korea pertama kali diperkenalkan ke Korea dari Cina pada masa
kerajaan Goguryeo pada tahun 372.Setelah itu, pada tahun 384, seorang biksu dari India yang
melewati Cina Selatan memperkenalkan agama Buddha ke kerajaan Baekje.Di kerajaan Silla,
10. agama Buddha mulai diintroduksikan oleh seorang biksu Goguryeo pada tahun 527 dan mulai
menyebar dengan pesat sehingga berbenturan dengan kepercayaan tradisional rakyatnya.
Pada awal abad ke-6, Silla mulai mengadopsi Buddhisme sebagai agama negara berkat
seorang martir bernama Yi Cha-don. Agama Buddha tidak hanya dianut oleh masyarakat
banyak, namun raja dan bangsawan Silla serta Baekje menjadi pengikut Buddhisme.
Kebudayaan spiritual yang mereka kembangkan dengan Buddhisme telah membuat
kebudayaan Tiga Kerajaan berkembang pesat.Terutama di Silla dan Baekje, agama Buddha
menjadi fondasi spiritual sehingga banyak kuil dan pagoda yang dibangun.Seni Buddhisme
pun berkembang pesat dan banyak patung Buddha yang dibuat. Dengan meningkatnya
pengaruh Buddhisme, hubungan Korea dengan negara lain pun berkembang. Kesenian, ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diimpor dari Cina, India dan berbagai negara ikut
memperkaya kebudayaan Korea. Pada masa Tiga Kerajaan, kebudayaan Korea mengalami
kemajuan dalam bidang astronomi, matematika, pengobatan, arsitektur dan metalurgi.
CARA PANDANG BUDAYA KOREA
Sistem Kebudayaan:
Budaya Perkawinan
Kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria
memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarkan dan diwajibkan untuk bekerja.
Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil
kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah
untuk mengasuh anak dan menjaga rumah.
Budaya perkawinan Korea sangat menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika
suami mereka mati muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya
untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada seorang duda yang
harus melayani orang tua dari istrinya walaupun istrinya tersebut mati muda.
Budaya dalam Hal Keturunan
11. Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang
amat besar dari Tuhan. Oleh karena itu, setiap keluarga disarankan untuk memiliki paling
tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati anugerah Tuhan
tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman yang amat berat secara adapt,
yaitu hukuman mati kepada sang Ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya,
seperti suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan
sarana untuk aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara hukum, tidak akan diadakan hukuman
mati. Hukuman mati biasanya hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat
masih berpengaruh secara kuat.
Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa memperdulikan jenis
kelamin, keturunan dari seseorang akan mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang
sama dengan saudara-saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi.
Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada anak tertua mereka.
Kebiasaan / Tradisi
Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan
“sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk
mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat
lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya.
Tradisi sesi dilaksanakan berdasarkan kalender bulan (Lunar Calender). Matahari,
menurut adat Korea , tidak menunjukkan suatu karakteristik musiman. Akan tetapi, Bulan
menunjukkan suatu perbedaan melalui perubahan fase bulan. Oleh karena itu, lebih mudah
membedakan adanya perubahan musim atau waktu melalui fase bulan yang dilihat.
Dalam tradisi sesi, ada lima dewa yang disembah, yaitu irwolseongsin (dewa matahari
bulan dan bintang), sancheonsin (dewa gunung dan sungai), yongwangsin (raja naga),
seonangsin (dewa kekuasaan), dan gasin (dewa rumah). Kelima dewa ini disembah karena
dianggap dapat mengubah nasib dan keberuntungan seseorang.
Pada hari di mana sesi dilaksanakan, akan diadakan sebuah acara makan malam antar
sesama keluarga yang pertalian darahnya dekat (orang tua dengan anaknya). Acara makan
wajib diawali dengan kimchi dan lalu dilanjutkan dengan "complete food session".
12. Ada juga mitos lain dalam memperoleh keberuntungan menurut tradisi Korea, antara
lain “nut cracking” yaitu memecahkan kulit kacang-kacangan yang keras pada malam
purnama pertama tahun baru, “treading on the bridge” yaitu berjalan dengan sangat santai
melewati jembatan di bawah bulan purnama pada malam purnama pertama tahun baru yang
katanya dapat membuat kaki kita kuat sepanjang tahun, dan “hanging a lucky rice scoop”
yaitu menggantungkan skop (sendok) pengambil nasi di sebuah jendela yang katanya akan
memberi beras yang melimpah sepanjang tahun.
BudayamemandangKematian
Sebagai salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia, kematian
bukanlah hal luar biasa untuk dipikirkan di Korea Selatan.Mantan Presiden Roh Moo-hyun
mengakhiri hidupnya sendiri di tahun 2009 setelah skandal kasus penyuapan. Tidak sedikit
pula
aktor
danaktris
Korea
Selatan
kerapmelakukanbunhdiridikarenakanbeberapa
diantaranyakeputusasaanatauperasaanbersalah.
yang
bunuh
diri.Masyarakat
alas
Korea
an,
13. BAB III
KESIMPULAN
Cara pandangMasyarakat Korea meliputibudayaperkawinan, keturunan, tradisi,
kebiasaanhinggamemandangkematian.Kebudayaan
garis
keluarga
di
Korea
adalah
berdasarkan atas sistem Patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan
keluarkan dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau
diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk mengasuh anak dan menjaga rumah.
Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah anugerah yang
amat besar dari Tuhan. Oleh karena itu, setiap keluarga disarankan untuk memiliki paling
tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat menghormati anugerah Tuhan
tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan diberikan hukuman yang amat berat secara adapt,
yaitu hukuman mati kepada sang Ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya,
seperti suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang memberikan
sarana untuk aborsi), dan lain-lain.
Ada sebuah tradisi / kebiasaan yang cukup terkenal di Korea. Tradisi ini dinamakan
“sesi custom”. Tradisi sesi dilaksanakan sekali setiap tahun. Sesi adalah sebuah tradisi untuk
mengakselerasikan ritme dari sebuah lingkaran kehidupan tahunan sehingga seseorang dapat
lebih maju di lingkaran kehidupan tahun berikutnya.
Sebagai salah satu negara dengan angka bunuh diri tertinggi di dunia, kematian
bukanlah hal luar biasa untuk dipikirkan di Korea Selatan.Mantan Presiden Roh Moo-hyun
mengakhiri hidupnya sendiri di tahun 2009 setelah skandal kasus penyuapan. Tidak sedikit
pula
aktor
danaktris
Korea
Selatan
kerapmelakukanbunhdiridikarenakanbeberapa
diantaranyakeputusasaanatauperasaanbersalah.
yang
bunuh
diri.Masyarakat
alas
Korea
an,
14. DAFTAR ISI
Samovar, A. Larry; Porter, Richard E; McDaniel, Edwin R, 2010, Komunikasi Lintas
Budaya, Communication Between Culture, Salemba Humanika : Jakarta