Dokumen tersebut membahas tentang etika pemasaran. Secara singkat, dokumen menjelaskan definisi etika dan pemasaran, perkembangan etika bisnis, peran etika pemasaran meliputi manfaatnya, prinsip-prinsip etika bisnis, dan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penerapan etika bisnis.
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu buana, 2018
1. 4, BE & GG, Beny Adhi, Hapzi Ali, Marketing Ethics , Universitas Mercu
Buana, 2018
I. PENDAHULUAN
Etika Pemasaran berasal dari dua kata,
yaitu Etika dan Pemasaran. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos”
yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Etika adalah prinsip atau standar
yang mengatur perilaku suatu komunitas, kelompok, organisasi dan
individu. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik" baik pada diri
seseorangmaupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai,
tatacara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang
dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu
generasi ke generasi yang lain.
Definisi pemasaran menurut Kotler, dalam bukunya Manajemen
Pemasaran adalah Suatu proses sosial yang didalamnyaa individu dan
kelompok mendapatkan apa yang meraka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemasaran adalah proses saling interaksi antar individu baik dalam
kelompok ataupun tidak, dalam memperoleh apa yang dibutuhkan dan
diinginkannya dengan menciptakan dan menawarkan produk yang dianggap
bernilai. Semua ini dilakukan untuk memuaskan kebutuhan dan mendapat
keuntungan yangmereka inginkan.
Paradigma etika dan pemasaran seperti dua sisi mata uang yang
berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan
bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi
yang ketat ini, reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika
bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru. Para
manajer pun kini menyadari bahwa hanya bisnis yang beretikalah yang
mampu bertahan. Bahkan etika itu sendiri kini diyakini dapat menjadi
sumber keuntungan jangka panjang bagi perusahaan. sehingga etika dan
laba dapat diseleraskan dalam berbisnis
Guna mendapatkan profit semaksimal mungkin, perusahaan tentunya
berusaha sebaik mungkin agar produknya laku terjual. Dibutukan konsep
pemasaran guna memasarkan produk tersebut sehingga laku terjual.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk memasarkan produk perusahaan.
Diantaranya melalui promosi di berbagai media baik cetak maupun
elektronik, membuat event atau acara tertentu, membuat jalur distribusi
yang baik, dll.
2. Pemasaran produk yang dilakukan perusahaan tidak hanya
memikirkan bagaimanacaranya agar produk perusahaan dapat habis terjual
namun juga menciptakan, menumbuhkan, dan menjaga pelanggan/
konsumen. Oleh karena itu, dibutuhkan etika bisnis dalam memasarkan
produk untuk mencegah praktik-praktik pemasaran yang tidak etis, yang
ujungnya menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan mencelakakan
konsumen. Meliputi etika pemasaran dalam konteks produk, etika
pemasaran dalam konteks harga, etika pemasaran dalam konteks
distribusi/penyaluran, etika pemasaran dalam konteks promosi, dan juga
keetisan iklan.
II. PERAN ETIKA PEMASARAN
A. Perkembangan Etika Bisnis
Perkembangan etika bisnis menurut Bertens (2000):
1. Zaman Prasejarah: Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan
filsuf-filsuf Yunani lain menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur
kehidupan manusia bersama dalam negra dan membahas bagaimana
kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus diatur.
2. Masa Peralihan: pada tahun 1960-an: dimulai pemberontakan
terhadap kuasa dan otoritas di Amerika Serikat (AS), revolusi
mahasiswa (di ibukota prancis), penolakan terhadap establishment
(kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada dunia pendidikan,
khususnya bidang ilmu manajemen, yaitu dengan menambahkan
mata kuliah baru dalam kurikulum dengan nama Business and Society.
Topik masalah yang paling sering dibahas adalah corporate social
responsibility.
3. Etika Bisnis Lahir di Amerika Serikat pada 1970-an yang mana
sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah
etis disekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu
tanggapan tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis
di Amerika Serikat pada saat itu.
4. Etika Bisnis meluas ke Eropa: tahun 1980-an di Eropa Barat, etika
bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira-kira 10 tahun
kemudian. Terdapat forum pertemuan antara akamdemisi dari
universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics
Network (EBEN).
5. Etika Bisnis menjadi Fenomena secara Global pada 1990-an, dan tidak
hanya terbatas lagi pada dunia barat (Eropa, Amerika Serikat). Tetapi
etika bisnis sudah dikembangkan diseluruh dunia. Bahkan telah
didirikan Internatioal Society for Business, Economics, and Ethics
(ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo, Jepang.
B. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis
Setelah melihat betapa pentingnya dan relevansinya etika bisnis ada
baiknya kita tinjau lebih lanjut apa saja sasaran dan lingkup etika bisnis
itu. Ada tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis, yaitu:
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi
dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
Dengan kata lain, etika bisnis yang pertama bertujuan untuk
3. menghimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara
baik dan etis. Karena lingkup etika bisnis yang pertama ini lebih
sering ditujukan kepada para manajer dan pelaku bisnis, dan lebih
sering berbicara mengenai bagaimana perilaku bisnis yang baik dan
etis.
2. Etika bisnis untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen,
buruh atau karyawan, dan masyarakat luas pemilik aset umum
semacam lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga. Pada tingkat
inietika bisnis berfungsi untuk menggungah masyarakat untuk
bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik
demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat tersebut.
3. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis dalam hal ini etika
bisnis lebih bersifat makro, yang berarti lebih tepat disebut sebagai
etika ekonomi.
C. Manfaat Etika Bisnis
1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika
telah dijadikan sebagai corporate culture. Dengan adanya etika bisnis,
secara intern semua karyawan terikat dengan standard etis yang
sama, sehingga akan mengambil kebijakan/keputusan yang sama
terhadap kasus sejenis yang timbul.
2. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu)
dibidang etika. (penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak,
kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup).
3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya.
4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya,
kemungkinan untuk mengatur diri sendiri (self regulation).
5. Bagi perusahaan yang telah go publik dapat memperoleh manfaat
berupa meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena
adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat para
investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
6. Dapat meningkatkan daya saing (competitive advantage) perusahaan
7. Membangun corporate image / citra positif , serta dalam jangka
panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable
company).
D. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus
menyelaraskan proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah
disepakati secara umum dalam lingkungan tersebut.
Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut :
1. Prinsip otonomi; yaitu sikap kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa
yang dianggapnya baik untuk dilakukan
4. 2. Prinsip kejujuran; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama
dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur
dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua,
kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga
sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu
perusahaan.
3. Prinsip keadilan; menuntut agar setiap orang diperlakukan secara
sama sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional
obyektif, serta dapat dipertanggungjawabkan.
4. Prinsip saling menguntungkan (Mutual benefit principle) ; menuntut
agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak.
5. Prinsip integritas moral; terutama dihayati sebagai tuntutan internal
dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan
bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-
orangnya maupun perusahaannya.
E. Faktor yang Harus Diperhatikan
a. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka
masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan
dalam bentuk apapun.
b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan
masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan
memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
c. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing
oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi adalah salah
satu usaha menciptakan etika bisnis.
d. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi
dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah,
dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis
besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread
effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang
dalam dunia bisnis tersebut.
e. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada
saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan
dimasa datang.
f. Menghundari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan
Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita
yakin tidak akan terjadi lagi apa yang dinamakan dengan korupsi,
manipulasi dan segala bentuk permainan curang dalam dunia bisnis
ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan Negara.
5. g. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima
kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi,
jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta melakukan
“kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri
untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak
yang terkait.
h. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan
Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus
ada sikap saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat
dengan golongan pengusaha lemah, sehingga pengusaha lemah
mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah
besar dan mapan.
i. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat
terlaksana apabila setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten
dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua ketika bisnis
telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri
maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan”
demi kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan
“gugur” satu semi satu.
j. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran
dan rasa memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah
satu usaha menciptakan etika bisnis.
k. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif
yang menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk
menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
“proteksi” terhadap pengusaha lemah.
F. Faktor Penyebab Pelanggaran
1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi (Personal Gain and
Selfish Interest)
2. Adanya sikap serakah. Dimana para pekerja ini akan menempatkan
kepentingannya untuk memperoleh kekayaan melebihi kepentingan
lainnya meski pun dalam melakukan akumulasi kekayaan tersebut
dia merugikan pekerja lainnya, perusahaan, dan masyarakat.
3. Tekanan Persaingan terhadap Laba Perusahaan (Competitive
Pressure on profits)
4. Ketika perusahaan berada dalam situasi persaingan yang sangat
keras, perusahaan sering kali terlibat dalam berbagai aktivitas bisnis
yang tidak etis untuk melindungi tingkat proftabilitas mereka.
5. Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan
(Business Goals versus Personal Values)
6. Masalah etika dapat pula muncul pada saat perusahaan hendak
mencapai tujuan-tujuan tertentu atau menggunakan metode-metode
baru yang tidak dapat diterima oleh para pekerjanya.
7. Perusahaan ingin menguasai pangsa pasar.
6. 8. Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi konsumen
9. Lembaga perlindungan konsumen kurang mengawasi para pengusaha
atau produsen sehingga pelanggaran sangat mungkin terus terjadi.
10. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi
masyarakat mengenai bahan dan material berbahaya.
11. Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis
12. Dengan bertujuan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya
perusahaan atau produsen terkadang tidak memahami betul prinsip
etika bisnis yang harus diterapkan dengan benar sehingga
pelanggaran dapat terjadi.
G. Cara Mengatasi Pelanggaran
1. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga
yang terkait terhadap perusahaan.
2. Pemerintah dan lembaga yang terkait berperan aktif dalam
mensosialisasikan informasi terhadap masyarakat awam.
3. Perusahaan atau pelaku bisnis hendaknya benar-benar memahami
betul prinsip etika dalam berbisnis agar tidak merugikan konsumen.
4. Adanya sanksi atau tidak tegas yang diberikan pemerintah terhadap
pelaku bisnis atau perusahaan yang melakukan pelanggaran etika
bisnis.
III. BEYOND THE FOUR PS (PRODUCT, PRICE, PLACE, PROMOTION)
Konsepsi Etika Pemasaran di luar etika bisnis tentang produk, harga, tempat,
dan promosi juga dibahas secara Islami. Etika pemasaran Islam adalah
prinsip-prinsip syariah marketer yang menjalankan fungsi-fungsi pemasaran
secara Islam, yaitu memiliki kepribadian spiritual (takwa), jujur
(transparan), berlaku adil dalam bisnis, bersikap melayani, menepati janji,
dan jujur.
Berikut terdapat beberapa prinsip Etika Pemasaran secara Islami.
1. Memiliki Kepribadian Spiritual (Takwa)
Profesi pedagang, baik secara individu maupun kelompok dalam
menjalankan bisnisnya harus di landasi sikap takwa dengan selalu
mengingat Allah, bahkan dalam suasana mereka sedang sibuk dalam
aktifitas mereka dalam melayani pembelinya, ia hendaknya sadar penuh
dalam responsive terhadap prioritas-prioritas yang telah ditentukan
oleh sang maha pencipta. Kesadaran akan Allah hendaknya menjadi
sebuah kekuatan pemicu (driving force) dalam segala tindakan.
2. Berlaku baik dan simpatik (Shidiq)
Berprilaku baik, sopan dan santun dalam pergaulan adalah fondasi dasar
dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai
yang sangat tinggi dan mencakup semua sisi manusia. Alquran juga
mengharuskan pengikutnya untuk berlaku sopan disetiap hal, bahkan
dalam meakukan transaksi bisnis dengan orang-orang yang bodoh.
Tetap harus bicara dengan ucapan dan ungkapan yang baik.
3. Berlaku Adil dalam Bisnis (Al-Adl)
Islam mendukung prinsip keadilan, Secara umum Islam
7. mendukung semua prinsip dalam pendekatan keadilan terhadap etika,
namun dalam proporsi yang seimbang. Islam tidak mendukung prinsip
keadilan buta. Kebutuhan semata-mata tidak memerlukan keadilan.
Karena seorang muslim yang tengah berusaha untuk keluar dari situasi
yang menindas lebih membutuhkan bantuan dibanding dengan orang
yang sekedar menuntut hak sebagai kekayaan dari orang-orang kaya.
Berbisnislah secara adil, demikian kata Allah. Sebagaimana firmanya,
“Berusahalah secara adil dan kamu tidak boleh bertindak tidak adil”.
Allah mencintai orang orang berbuat adil dan membenci orang-orang
yang berbuat zalim, Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis
yang mengandung kezaliman dan kewajibkan terpenuhinya keadilan
yang teraplikasi dalam hubungan dagang dan kontrak bisnis.
Di samping itu sikap berbisnis tidak membeda-bedakan, adil dihadapan
memperlakukan semua konsumen dengan sama. dengan sikap secara
adil yaitu tergambar semua dalam stakeholder, semuanya harus
merasakan keadilan. Tidak boleh ada satu pihak pun yang haknya
terzalimi, terutama bagi tiga stakeholder utama yaitu pemegang saham,
pelanggan dan karyawan
4. Bersikap Melayani dan Rendah hati (Khidmah)
Sikap melayani merupakan sikap utama seorang pemasar. Tanpa sikap
melayani, yang melekat dalam kepribadiannya. Melekat dalam sikap ini
adalah sikap sopan, santun, dan rendah hati. Orang yang beriman
diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, dan bersahabat saat berelasi
dengan mitra bisnisnya. Suatu bisnis akan senantiasa berkembang dan
sukses manakala ditunjang dengan adannya pelayanan terbaik. Misalnya
dengan keramahan, senyuman kepada para konsumen akan semakin
baik bisnisnya.
Sikap melayani juga merupakan salah satu ajaran yang cukup mewarnai
pola kerja umat kristiani. Kita dapat melihat bagaimana profesionalisme
mereka dalam melakukan pelayanan bagi pasien yang ada di rumah
sakit mereka. Ini adalah salah satu implementasi dari ajaran mereka.
5. Menepati janji dan Tidak Curang
Janji adalah ikrar dan kesanggupan yang telah dinyatakan kepada
seseorang. Ketika membuat suatu perjanjian tentunya didasari dengan
rasa saling percaya serta tanggung jawab yang besar untuk
melaksanakan janji tersebut. Ketepatan janji dapat dilihat dari segi
ketepatan waktu penyerahan barang, ketepatan waktu pembayaran
serta melaksanakan sesuatu sesuai dengan kontrak yang disepakati.
Pelaku bisnis yang tidak bisa memenuhi janjinya dapat dikatakan
sebagai golongan orang yang munafiq. Terlebih diera informasi yang
terbuka dan cepat seperti sekarang ini mengingkari janji dalam dunia
bisnis sama halnya dengan menggali kubur bagi bisnisnya sendiri.
Karena dalam waktu singkat para rekan bisnis akan mencari mitra kerja
yang dapat dipercaya
Sikap pebisnis yang selalu menepati janji baik kepada para pembeli
maupun diantara sesama pedagang lainnya, janji yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah janji dimana seorang pedagang terhadap
pembelinya dalam melakukan transaksi ketika menjanjikan barang yang
di jual itu barang yang baik, Semisal seorang pedagang menjadi seorang
8. produsen, ataupun distributor harus senantiasa menepati janjinya
dalam mengirimkan barang kepada para konsumen atau pembeli
misalnya tepat waktu pengiriman, menyerahkan barang yang
kualitasnya, kuantitas, warna, ukuran, atau spesifikasinya sesuai dengan
perjanjian semula, memberi garansi dan lain sebagainya. Sedangkan
janji yang harus ditepati kepada sesama para rekan pedagang misalnya,
pembayaran dengan jumlah dan waktu tepat dan lain sebagainya
6. Jujur dan Terpercaya (Al-Amanah)
Kejujuran merupakan sikap yang dianggap mudah untuk dilaksanakan
bagi orang awam manakala tidak dihadapkan pada ujian berat atau
dihadapkan pada godaan duniawi. Dengan sikap kejujuran seorang
pedagang akan dipercaya oleh para pembelinya akan tetapi bila
pedagang tidak jujur maka pembeli tidak akan memebeli barang
dagangannya. Tak diragukan bahwasannya ketidak jujuran adalah sikap
bentuk kecurangan yang paling jelek. Orang tidak jujur akan selalu
berusaha melakukan penipuan pada orang lain.
7. Tidak berburuk sangka (Su’udz zhan)
Saling menghormati satu sama lain adalah ajaran Nabi Muhammad SAW
yang harus di Implementasikan dalam perilaku bisnis modern. Tidak
boleh satu pengusaha menjelekkan pengusaha lain hanya untuk
persaingan bisnis. Amat Naif jika perbuatan seperti itu terjadi dalam
praktek bisnis yang dilakukan oleh seorang muslim.
8. Tidak suka menjelek-jelekkan (Ghibah)
Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, menodai harga
diri, kemuliaan dan kehormatan orang lain, sedangkan mereka itu tidak
ada dihadapannya. Ini merupakan kelicikan, sebab hal ini sama saja
dengan menusuk dari belakang. Sikap semacam ini merupakan salah
satu bentuk penghancuran karakter, sebab pengumpatan dengan model
seperti ini berarti melawan orang lain yang tidak berdaya.
Biasanya seorang pemasar senang apabila telah mengetahui kelemahan,
kejelekan dan kekurangan lawan bisnisnya. Dan biasanya kelemahan
dan kejelekan ini senjata untuk memenangkan pertarungan dipasar
dengan jalan menjelek-jelekan atau menfitnah lawan bisnisnya.
9. Tidak melakukan suap/sogok(riswah)
Dalam syariah, menyuap (Riswah) hukumnya haram, dan
menyuap termasuk kedalam kategori memakan harta orang lain dengan
cara bathil. Islam tidak saja mengharamkan penyuapan melainkan juga
mengancam kedua belah pihak yang terlibat dengan neraka diakhirat.
Suap adalah dosa besar dan kejahatan kriminal didalam suatu negara.
Oleh karena itu mendapat kekayaan dengan cara penyuapan jelas
haram.
Ada beberapa karakteristik Pemasaran Syari’ah yang dapat menjadi
panduan bagi para pemasar sebagai berikut :
1. Ketuhanan (Rabbaniyah)
Salah satu ciri khas pemasar syariah marketing yang tidak dimiliki pasar
konvensional yang dikenal selama ini adalah sifat yang religius. Kondisi
ini tercipta keterpaksaan tetapi berangkat dari kesadaran akan nilai
religius, yang dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar
9. tidak terperosok kedalam perbuatan yang tidak merugikan orang lain.
Jiwa seorang marketing syariah meyakini bahwa hukum-hukum syariah
yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah hukum yang paling adil,
paling sempurna, paling selaras dalam bentuk kebaikan, paling dapat
mencegah segala kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran,
memusnahkan kebatilan, dan menyebarluaskan kemaslahatan. Karena
merasa cukup akan segala kesempurnaan dan kebaikannya, diarela
melaksanakannya dari hati yang paling dalam, seorang syariah marketer
menyakini bahwa Allah Swt selalu dekat dan mengawasinya ketika dia
sedang melaksanakan segala macam bentuk bisnis. Dan Allah akan
meminta pertanggungjawaban darinya atas pelaksanaan syariat tersebut
kelak dihari kiamat.
2. Etika (Akhlaqiyyah)
Keistimewaan yang lain dari syariah marketer selain karena teistis
(rabbaniyyah), juga karena mengedepankan masalah akhlak (moral,
etika) dalam seluruh aspek kegiatanya. Sifat etis ini merupakan turunan
dari sifat teistis diatas. Dengan demikian marketing syariah adalah
konsep yang sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak
peduli apa pun agamanya.
Karena nilai-nilai moral dan etika adalah nilai yang bersifat universal,
yang diajarkan oleh semua agamanya. Untuk mencapai tujuan suci, Allah
memberikan petunjuk melalui para Rasulnya, Petunjuk tersebut meliputi
segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak, (moral,
etika), maupun syariah. Dua komponen pertama, akidah dan akhlak
(moral, etika) bersifat konstan, keduanya tidak mengalami perubahan
apapun dengan berbedanya waktu dan tempat. Sedangkan syariah
senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan taraf perbedaan
manusia, yang berbeda-beda sesuai dengan rasulnya masing-masing.
Kesungguhan untuk senantiasa hidup bersih lahir batin merupakan salah
satu cara untuk meraih derajat kemuliaan disisi Allah SWT
3. Realistis (Al-Waqi‟iyyah)
Syariah marketing bukanlah konsep yang tidak ekslusif, fanatis,anti-
modernitas, dan kaku, marketing syariah adalah konsep pemasaran yang
fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah Islami yang
melandasinya. Syariah marketer bukanlah berarti para pemasar itu harus
penampilan ala bangsa Arab dan mengharamkan dasi karena dianggap
merupakan simbol masyarakat barat, misalnya. Para pemasar juga
professional dengan penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja, Ia
tidak kaku, tidak ekslusif, tetapi sangat fleksibel dan luwes dalam
bersikap dan bergaul. Ia memahami dalam situasi pergaulan di
lingkungan yang sangat heterogen, dengan beragam suku, agama dan ras.
Fleksibilitas atau kelonggaran sengaja diberikan oleh Allah SWT agar
penerapan syariah senantiasa realisties (al-waqi’iyyah) dan dapat
mengikuti perkembangan zaman. Kelonggaran bukanlah suatu
kebetulan, melainkan kehendak Allah agar syariah Islam senantiasa
abadi dan kekal sehingga sesuai bagi setiap zaman, daerah, dan keadaan
apapun. Dalamsisi inilah, syariah marketing berada. Ia bergaul,
bersilaturahmi, melakukan transaksi bisnis di tengah-tengah realitas
kemunafikan, kecurangan, kebohongan, atau penipuan yang sudah biasa
10. terjadi dalam dunia bisnis. Akan tetapi syariah marketing berusaha tegar,
istiqomah, dan menjadi cahaya Keistimewaan marketing syariah yang
lain adalah sikapnya humanistis universal. Pengertian humanistis adalah
bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar derajatnya terangkat, sifat
manusia terjaga dan terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan
terpelihara, serta sifat kehewananiannya terkekang dengan panduan
syariah. Dengan memiliki, nilai humanistis ia menjadi manusia yang
terkontrol dan seimbang. Bukan manusia yang serakah, yang
menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-
besarnnya. Bukan menjadi manusia yang bisa bahagia diatas
penerang di tengah-tengah kegelapan
4. Humanistis (Al-Insaniyyah)
Keistimewaan marketing syariah yang lain adalah sikapnya humanistis
universal. Pengertian humanistis adalah bahwa syariah diciptakan untuk
manusia agar derajatnya terangkat, sifat manusia terjaga dan terangkat,
sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat
kehewananiannya terkekang dengan panduan syariah. Dengan memiliki,
nilai humanistis ia menjadi manusia yang terkontrol dan seimbang.
Bukan manusia yang serakah, yang menghalalkan segala cara untuk
meraih keuntungan yang sebesar-besarnnya. Bukan menjadi manusia
yang bisa bahagia diatas penderitaan orang lain atau manusia yang
hatinya kering dengan kepedulian sosial.
Syariat Islam diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya
tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah
yang membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariat
humanistis. Hal tersebut dapat dikatakan prinsip ukhuwah insaniyyah
(persaudaraan antar manusia). Syariat Islam bukanlah syariat bangsa
arab, walaupun Muhammad yang membawanya adalah orang arab.
Syariat Islam adalah milik Tuhan bagi seluruh manusia.
Daftar Pustaka
1. Samudra, Adhan. https://www.academia.edu/29693505/Etika_Pemasaran,
(6 Oktober 2018 18:20)
2. Amstrong, Gary & Philip, Kotler, 2002. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1,
Prenhalindo, Jakarta.
3. Gamak, Harun Hargo, 2017. http://harunsakaliou.blogspot.com/2017/01/etika-
bisnis.html, (6 Oktober 2018, 20:05)
4. Hartono, Juli, 2016. http://repository.uin-suska.ac.id/2724/, (6 Oktober 2018,
20:39)
5. Ali, Hapzi, 2018, Marketing Ethics, Modul Perkuliahan Universitas Mercu
Buana, Jakarta
11. Jawablah Forum ini dengan baik dan benar :
Menurut saudara bagaimana implementasi Marketing Ethics di Indonesia apakah
sudah berjalan sebagaimana mestinya atau belum seperti yang diharapkan oleh
pemerintah dan masyarakat luas, dan apa kritik saudara terhadap Marketing
ethic di Indonesia.
Implementasi pemasaran di indonesia paling mudah kita perhatikan melalui
promosi berbagai macam produk/jasa di televisi. Promosi yang menyangkut
etika pemasaran memang masih terkesan tanggung di Indonesia. Tanpa
menyinggung merek tertentu, kita kerap menemukan aktivitas promosi atau
pemasaran yang menyudutkan pihak lain, memonopoli pihak tertentu,
merugikan pihak lain, dan bahkan melanggar norma atau hukum.
Bahasa yang kerap digunakan dalam promosi selalu bersifat hiperbolik, melebih-
lebihkan, bahkan terksesan lebay. Adegan yang digunakan dalam promosi
tersebut bahkan ada yang terkesan vulgar, tidak pantas disaksikan oleh katagore
umur tertentu.
dalam konteks periklanan, tidak hanya Etika Pariwara Indonesia yang bertugas
melindungi masyarakat dari kesesatan pemakanaan suatu iklan, terdapat banyak
institusi seperti Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan ada banyak Undang-
Undang mengenai penyiaran salah satunya adalah Undang-Undang Republik
Indonesia No 32 Tahun 2002 pada pasal 46 ayat 3 yang mengatur tentang
penyiaran dan pariwara di Indonesia yang berbunyi :
Siaran iklan niaga dilarang melakukan:
1. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi
dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau merendahkan
martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau kelompok lain;
2. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau zat adiktif;
3. promosi rokok yang memperagakan wujud rokok;
4. hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-nilai
agama; dan/atau
5. eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan belas) tahun
pengaturan mengenai periklanan di Indonesia juga dibahas didalam Undang-
Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 1997 pada pasal 42 ayat 2 yang
mengatur tentang siaran iklan di Indonesia yang berbunyi:
Siaran iklan niaga dilarang memuat:
1. promosi yang berkaitan dengan ajaran suatu agama atau aliran tertentu,
ajaran politik atau ideologi tertentu, promosi pribadi, golongan, atau
kelompok tertentu;
2. promosi barang dan jasa yang berlebih-lebihan dan yang menyesatkan, baik
mengenai mutu, asal, isi, ukuran, sifat, komposisi maupun keasliannya;
12. 3. iklan minuman keras dan sejenisnya, bahan/zat adiktif serta iklan yang
menggambarkan penggunaan rokok;
4. hal-hal yang bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat.
dari penjabaran penjelasan mengenai pentingnya penegakan hukum dalam
beriklan diindonesia sangatlah penting, salah satunya dalah Etika Pariwara
Indonesia yang memiliki posisi sebagai pedoman dalam membuat suatu eksekusi
iklan yang baik dan tidak merendahkan suatu kelompok serta tidak
menyesatkan masyarakat dalam penafsiran akan suatu iklan. Namun tak dapat
kita pungkiri bahwa tidak semua iklan yang berada disekitar kita merupakan
iklan yang buruk masih banyak iklan yang tidak memberikan kesalah pahaman
khalayak publik dan bahkan memberikan nilai-nilai positif dalam iklan tersebut.
saya berharap keberadaan Etika Pariwara Indonesia ini dapat memberikan
edukasi mengenai bagaimana menciptakan suatu eksekusi iklan yang baik dan
benar, yang mencerdaskan dan tidak menyesatkan masyarakat banyak. dan ada
satu kelemahan dunia periklanan indonesia, dimana perkembangan teknologi
begitu cepat salah satunya adalah perkembangan media digital. banyak sekali
iklan-iklan dimedia digital kita lihat dan sejujurnya iklan digital belum ada
pengaturan yang jelas didalam kerangka pengaturan periklanan indonesia.
kedepan saya harap akan ada revisi dan pembaharuan dalam pedoman etika
pariwara indonesia, karena walaupun tidak banyak orang mengetahui adanya
pedoman Etika Pariwara Indonesia, namun pedoman ini sudah melindungi kita
dari kesesatan penafsiran.
Jika bukan kita semua yang peduli, seperti nyanyian The Beatles, EPI akanlah
tetap menjadi “The Long and Winding Road” atau chicago, “it’s hard to say I’m
sorry” atau krisdayanti, “thank you so much I’m sorry good bye”.