SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
Download to read offline
6,	 BE	 &	 GG,	 Beny	 Adhi,	 Hapzi	 Ali,	 Ethical	 Issues	 in	 Financial	 Management,	
Universitas	Mercu	Buana,	2018	
	
I. PENDAHULUAN	
Manajemen	 keuangan	 merupakan	 bidang	 keuangan	 yang	 menerapkan	
prinsip-prinsip	keuangan	dalam	suatu	organisasi	perusahaan	untuk	menciptakan	
dan	 mempertahankan	 nilai	 melalui	 pengambilan	 keputusan	 dan	 pengelolaan	
sumber	 daya	 yang	 tepat.	 Manajemen	 keuangan	 merupakan	 manajamen	 fungsi	
keuangan	 yang	 terdiri	 atas	 keputusan	 investasi,	 pendanaan,	 dan	 keputusan	
pengelolaan	asset	(Sudana,	2011).	
Manajemen	 keuangan	 adalah	 semua	 aktivitas	 perusahaan	 yang	
berhubungan	dengan	usaha-usaha	mendapatkan	dana	perusahaan	dengan	biaya	
yang	murah	serta	usaha	untuk	menggunakan	dan	mengalokasikan	dana	tersebut	
secara	efisien.	(Sutrisno,	2003).	
Manajemen	 keuangan	 adalah	 manajemen	 yang	 berhubungan	 mengenai	
pemeliharaan	 dan	 penciptaan	 dari	 nilai	 ekonomi	 atau	 kekayaan	 (keown	 et.al.,	
2005).	
Manajemen	 keuangan	 adalah	 manajemen	 yang	 mengaitkan	 pemerolehan	
(acquisition),	 pembiayaan/pembelanjaan	 (financing),	 dan	 manajemen	 aktiva	
dengan	 tujuan	 secara	 menyeluruh	 dari	 suatu	 perusahaan.	 Sehingga	 dapat	
diartikan	 bahwa	 Manajemen	 keuangan	 adalah	 suatu	 kegiatan	 perencanaan,	
penganggaran,	 pemeriksaan,	 pengelolaan,	 pengendalian,	 pencarian	 dan	
penyimpanan	dana	yang	dimiliki	oleh	suatu	organisasi	atau	perusahaan.	
Fungsi	 manajemen	 keuangan	 dapat	 dilihat	 pada	 tiga	 keputusan	 utama,	
yaitu:	
1. Keputusan	Investasi	
Keputusan	 investasi	 adalah	 masalah	 bagaimana	 manajer	 keuangan	 harus	
mengalokasikan	 dana	 ke	 dalam	 bentuk-bentuk	 investasi	 yang	 akan	 dapat	
mendatangkan	 keuntungan	 di	 masa	 yang	 akan	 datang.	 Bentuk,	 macam,	 dan	
komposisi	dari	investasi	tersebut	akan	mempengaruhi	dan	menunjang	tingkat	
keuntungan	di	masa	depan.	Keuntungan	di	masa	depan	yang	diharapkan	dari	
investasi	 tersebut	 tidak	 dapat	 diperkirakan	 secara	 pasti.	 Oleh	 karena	 itu,	
investasi	akan	mengandung	risiko	atau	ketidakpastian	karena	risiko	dan	hasil	
yang	 diharapkan	 dari	 investasi	 itu	 akan	 sangat	 mempengaruhi	 pencapaian	
tujuan,	kebijakan,	maupun	nilai	perusahaan.	
2. Keputusan	Pendanaan	
Keputusan	 pendanaan	 ini	 sering	 disebut	 juga	 sebagai	 kebijakan	 struktur	
modal.	 Pada	 keputusan	 ini	 manajer	 keuangan	 dituntut	 untuk	
mempertimbangkan	 dan	 menganalisis	 kombinasi	 dari	 sumber-sumber	 dana	
yang	 ekonomis	 bagi	 perusahaan	 guna	 membelanjai	 kebutuhan-kebutuhan	
investasi	serta	kegiatan	usahanya.	
3. Keputusan	Dividen
Dividen	 merupakan	 bagian	 keuntungan	 yang	 dibayarkan	 oleh	 perusahaan	
kepada	pemegang	saham.	Oleh	karena	itu	dividen	ini	merupakan	penghasilan	
yang	diharapkan	oleh	para	pemegang	saham.	Keputusan	dividen	merupakan	
keputusan	 manajemen	 keuangan	 untuk	 menentukan	 besarnya	 prosentase	
laba	 yang	 dibagikan	 dalam	 bentuk	 cash	 dividen,	 stabilitas	 dividen	 yang	
dibagikan,	 dividen	 saham,	 pemecahan	 saham	 (stock	 split),	 dan	 penarikan	
kembali	saham	yang	beredar,	yang	semuanya	ditujukan	untuk	meningkatkan	
kemakmuran	para	pemegang	saham.	
	
Tujuan	 manajemen	 keuangan	 adalah	 untuk	 memaksimalkan	 profit	 atau	
keuntungan	dan	menimalkan	biaya	(expens	atau	cost)	guna	mendapatkan	suatu	
pengambilan	 keputusan	 yang	 maksimum,	 dalam	 menjalankan	 perusahaan	 ke	
arah	 perkembangan	 dan	 perusahaan	 yang	 berjalan	 atau	 survive	 dan	 expantion	
(Susan	Irawati,	2006).	
Tujuan	manajemen	keuangan	adalah	sebagai	berikut	:	The	goal	of	financial	
management	 is	 to	 maximize	 the	 current	 value	 per	 share	 of	 the	 existing	 stock.	
Artinya	tujuan	dari	manajemen	keuangan	adalah	untuk	meminimalkan	nilai	arus	
per	saham	dari	bursa	itu	atau	stock	yang	ada	(Ross	et.al.,	2006)	
Jadi	dapat	disimpulkan	bahwa	tujuan	manajemen	keuangan	yang	dilakukan	
oleh	 manajer	 keuangan	 adalah	 untuk	 merencanakan,	 memperoleh,	 dan	
mengguanakan	dana	guna	memaksimalkan	nilai	perusahaan.	Tujuan	Manajemen	
Keuangan	 adalah	 untuk	 memaksimalkan	 nilai	 perusahaan.	 Dengan	 demikian	
apabila	suatu	saat	perusahaan	dijual,	maka	harganya	dapat	ditetapkan	setinggi	
mungkin.	 Seorang	 manajer	 juga	 harus	 mampu	 menekan	 arus	 peredaran	 uang	
agar	terhindar	dari	tindakan	yang	tidak	diinginkan.	
Manajemen	keuangan	dengan	demikian	merupakan	suatu	bidang	keuangan	
yang	 menerapkan	 prinsip-prinsip	 keuangan	 dalam	 sebuah	 organisasi	 untuk	
menciptakan	 dan	 mempertahankan	 nilai	 melalui	 pengambilan	 putusan	 dan	
manajemen	sumber	daya	yang	tepat.	Manajemen	keuangan	berhubungan	dengan	
3	aktivitas,	yaitu:	
1. Aktivitas	 penggunaan	 dana,	 yaitu	 aktivitas	 untuk	 menginvestasikan	 dana	
pada	berbagai	aktiva.	
2. Aktivitas	 perolehan	 dana,	 yaitu	 aktivitas	 untuk	 mendapatkan	 sumber	 dana,	
baik	dari	sumber	dana	internal	maupun	sumber	dana	eksternal	perusahaan.	
3. Aktivitas	 pengelolaan	 aktiva,	 yaitu	 setelah	 dana	 diperoleh	 dan	 dialokasikan	
dalam	bentuk	aktiva,	dana	harus	dikelola	seefisien	mungkin.	
	
Manajemen	keuangan	memiliki	lima	fungsu	utama	yaitu:	
1. Planning	 atau	 Perencanaan	 Keuangan,	 meliputi	 Perencanaan	 Arus	 Kas	 dan	
Rugi	Laba.	
2. Budgeting	 atau	 Anggaran,	 perencanaan	 penerimaan	 dan	 pengalokasian	
anggaran	biaya	secara	efisien	dan	memaksimalkan	dana	yang	dimiliki.
3. Controlling	atau	Pengendalian	Keuangan,	melakukan	evaluasi	serta	perbaikan	
atas	keuangan	dan	sistem	keuangan	perusahaan.	
4. Auditing	 atau	 Pemeriksaan	 Keuangan,	 melakukan	 audit	 internal	 atas	
keuangan	perusahaan	yang	ada	agar	sesuai	dengan	kaidah	standar	akuntansi	
dan	tidak	terjadi	penyimpangan.	
5. Reporting	atau	Pelaporan	Keuangan,	menyediakan	laporan	informasi	tentang	
kondisi	keuangan	perusahaan	dan	analisa	rasio	laporan	keuangan.	
	
Peranan	etika	bisnis	dalam	manajemen	keuangan	perusahaan	dapat	dijabarkan	
sebagai	berikut:	
1. Bertanggung	 jawab	 terhadap	 tiga	 keputusan	 pokok	 manajemen	 keuangan	
pemerolehan	 (acquisition),	 pembiayaan/pembelanjaan	 (financing),	 dan	
manajemen	aktiva	secara	efisien	
2. Meningkatkan	 pertumbuhan	 ekonomi,	 sehingga	 kesejahteraan	 masyarakat	
meningkat.	
3. Menghadapi	 tantangan	 dalam	 mengelola	 aktiva	 secara	 efisien	 dalam	
perubahan	yang	terjadi	pada	:	persaingan	antar	perusahaan;	perekonomian	
dunia	 yang	 tidak	 menentu;	 perubahan	 teknologi;	 dan	 tingkat	 inflasi	 dan	
bunga	yang	berfluktuasi.	
	
Kriteria	standar	etika	untuk	manajemen	keuangan	yaitu:	
1. Competance	
Praktisi	akuntansi	manajemen	dan	manajemen	keuangan	memiliki	tanggung	
jawab	untuk	mempertahankan	tingkat	sesuai	kompetensi	profesional	dengan	
pengembangan	pengetahuan	dan	keterampilan,	melakukan	tugas	profesional	
mereka	 sesuai	 dengan	 hukum,	 peraturan	 dan	 standar	 teknis,	 menyiapkan	
laporan	 lengkap	 dan	 jelas	 untuk	 memperoleh	 informasi	 yang	 relevan	 dan	
dapat	dipercaya.	
2. Confidentiality	
Praktisi	akuntansi	manajemen	dan	manajemen	keuangan	memiliki	tanggung	
jawab	 untuk	 menahan	 diri	 dari	 mengungkapkan	 informasi	 rahasia	 yang	
diperoleh	 dalam	 pekerjaan	 mereka	 kecuali	 bila	 diizinkan,	 atau	 keperluan	
hukum	 untuk	 melakukannya.,	 menginformasikan	 pada	 bawahan,	 mengenai	
kerahasiaan	 informasi	 yang	 diperoleh	 dalam	 pekerjaan	 mereka	 dan	
memantau	 kegiatan	 mereka	 untuk	 menjamin	 pemeliharaan	 kerahasiaan,	
menahan	 diri	 dari	 untuk	 menggunakan	 informasi	 rahasia	 yang	 diperoleh	
dalam	pekerjaan	mereka	untuk	keuntungan	tidak	etis	atau	ilegal	baik	secara	
pribadi	atau	melalui	pihak	ketiga.	
3. Integritas	
Adalah	 perlindungan	 terhadap	 dalam	 sistem	 dari	 perubahan	 yang	 tidak	
terotorisasi,	 baik	 secara	 sengaja	 maupun	 secara	 tidak	 sengaja.	 Integritas	
mengharuskan	 untuk	 menghindari	 “conflicts	 of	 interest”,	 menghindari
kegiatan	yang	dapat	menimbulkan	prasangka	terhadap	kemampuan	mereka	
dalam	menjunjung	etika.	Mereka	juga	harus	menolak	pemberian	dan	hadiah	
yang	 dapat	 mempengaruhi	 tindakan	 mereka.	 Mereka	 juga	 tidak	 boleh	
menjatuhkan	 legitimasi	 perusahaan,	 tetapi	 harus	 mengakui	 keterbatasan	
profesionalisme	 mereka,	 mengkomunikasikan	 informasi	 yang	
menguntungkan	atau	merugikan,	dan	menjauhi	diri	dari	prilaku	yang	dapat	
mendiskreditkan	profesi	mereka.	Seperti	halnya	kerahasiaan,	integritas	bisa	
dikacaukan	oleh	hacker,	masquerader,	aktivitas	user	yang	tidak	terotorisasi,	
download	 file	 tanpa	 proteksi,	 LAN,	 dan	 program	 program	 terlarang.	
(contohnya:	 trojan	 horse	 dan	 virus),	 karena	 setiap	 ancaman	 tersebut	
memungkinkan	 terjadinya	 perubahan	 yang	 tidak	 terotorisasi	 terhadap	 data	
atau	 program.	 Sebagai	 contoh,	 user	 yang	 berhak	 mengakses	 sistem	 secara	
tidak	 sengaja	 maupun	 secara	 sengaja	 dapat	 merusak	 data	 dan	 program,	
apabila	aktivitas	mereka	didalam	sistem	tidak	dikendalikan	secara	baik.	
4. Objektivitas	
Praktisi	akuntansi	manajemen	dan	manajemen	keuangan	memiliki	tanggung	
jawab	 untuk	 Mengkomunikasikan	 informasi	 secara	 adil	 dan	 obyektif	 dan	
mengungkapkan	 penuh	 semua	 informasi	 relevan	 yang	 dapat	 diharapkan	
untuk	 mempengaruhi	 pemahaman	 pengguna	 dimaksudkan	 dari	 laporan,	
komentar,	dan	rekomendasi	yang	disampaikan.	
5. Resolusi	Konflik	Etis	
Dalam	 menerapkan	 standar	 etika,	 praktisi	 manajemen	 akuntansi	 dan	
manajemen	 keuangan	 mungkin	 mengalami	 masalah	 dalam	 mengidentifikasi	
perilaku	tidak	etis	atau	dalam	menyelesaikan	konflik	etis.	Ketika	dihadapkan	
dengan	 isu-isu	 etis	 yang	 signifikan	 praktisi	 manajemen	 akuntansi	 dan	
manajemen	 keuangan	 harus	 mengikuti	 kebijakan	 yang	 ditetapkan	 dari	
bantalan	 organisasi	 pada	 resolusi	 konflik	 tersebut.	 Jika	 kebijakan	 ini	 tidak	
menyelesaikan	konflik	etika	
	
II. MANAGEMEN	KEUANGAN	
Manajemen	 keuangan	 dalam	 konteks	 pembahasan	 ini	 adalah	 berhubungan	
dengan	 penganggaran.	 Anggaran	 adalah	 suatu	 rencana	 yang	 disusun	 secara	
sistematis,	 yang	 meliputi	 seluruh	 kegiatan	 bank	 yang	 dinyatakan	 dalam	 unit	
(kesatuan)	 moneter	 yang	 berlaku	 untuk	 jangka	 waktu	 tertentu	 di	 masa	
mendatang.	 Anggaran	 berkaitan	 dengan	 manajemen	 keuangan	 yang	 berkaitan	
dengan	 waktu	 realisasi,	 maka	 biasanya	 disebut	 dengan	 rencana	 keuangan	
(budgetting).	Rencana	keuangan	adalah	rencana	keuangan	lembaga	bisnis	yang	
merupakan	terjemahan	program	kerja	lembaga	bisnis	ke	dalam	sasaran-sasaran	
(target)	keuangan	yang	ingin	dicapai	dalam	kurun	waktu	tertentu.	
Penganggaran	(budgeting)	merupakan	proses	yang	mencakup:	
1. Penyusunan	 rencana	 kerja	 lengkap	 untuk	 setiap	 jenis	 tingkat	 kegiatan	 dan	
setiap	jenis	tingkat	kegiatan	yang	ada	pada	suatu	lembaga.
2. Penentuan	rencana	kerja	dalam	bentuk	mata	uang	dan	kesatuan	kuantitatif	
lainnya,	 dilakukan	 melalui	 sistematika	 dan	 logika	 yang	 dapat	
dipertanggungjawabkan.	
3. Rencana	kerja	masing-masing	dari	setiap	kesatuan	usaha,	satu	sama	lain	atau	
secara	keseluruhan,	harus	dapat	berjalan	dengan	serasi.	
4. Penyusunan	 rencana	 kerja	 perlu	 adanya	 partisipasi	 dari	 seluruh	 tingkatan	
manajemen	 sehinngga	 pelaksanaan	 anggaran	 merupakan	 tanggung	 jawab	
seluruh	anggota	manajemen.	
5. Anggaran	 merupakan	 alat	 koordinasi	 yang	 ampuh	 bagi	 Top	 Manajer	 dalam	
mengelola	bank,	dalam	rangka	mencapai	rencana	yang	telah	ditetapkan.	
6. Anggaran	 merupakan	 alat	 pengukur	 tingkat	 keberhasilan	 pelaksanaan	
rencana	kerja,	sekaligus	dipakai	sebagai	alat	evaluasi	dan	penetapan	tindak	
lanjut.	
7. Anggaran	merupakan	alat	pengawas	dan	pengendalian	jalannya	bisnis.	
	
Terdapat	tiga	tahapan	dalam	penyusunan	anggaran:	
1. Goal	Setting	Stage		(Tahap	Penetapan	Tujuan)	
Aktivitas	 perencanaan	 dimulai	 dengan	 penterjemahan	 tujuan	 utama	
organisasi	 ke	 dalam	 aktivitas	 spesifik	 dari	 sasaran-sasaran.	 Controller	 dan	
direktur	perencanaan	bertanggungjawab	untuk	memprakarsai	dan	mengatur	
proses	penyusunan	anggaran	dan	untuk	membantu	individu-individu	dalam	
melaksanakan	tugas-tugas	mereka.	Ketika	merumuskan	tujuan	organisasi	dan	
menterjemahkannya	 ke	 dalam	 sasaran-sasaran	 operasional	 harus	 pula	
dipertimbangkan	kongkruensi	antara	keinginan	karyawan	dengan	kebutuhan	
manajer	 agar	 tujuan	 dan	 sasaran	 dapat	 dicapai.	 Konsep-konsep	 perilaku	
utama	 yang	 dapat	 mempengaruhi	 fase	 penetapan	 sasaran	 pada	 proses	
perencanaan	adalah	partisipasi,	congruence,	dan	komitmen.	
2. Implementation	Stage		(Tahap	Implementasi)	
Pada	 tahap	 implementasi	 rencana	 formal	 digunakan	 untuk	
mengkomunikasikan	 objectives	 dan	 strategi-strategi	 organisasi	 dan	 untuk	
memotivasi	secara	positif	orang-orang	yang	ada	di	dalam	organisasi.	Hal	ini	
dapat	 dicapai	 melalui	 penetapan	 tujuan-tujuan	 secara	 rinci	 kepada	 mereka	
yang	 bertanggungjawab	 untuk	 melaksanakannya.	 Agar	 rencana	 dapat	
terlaksana,	rencana	tersebut	harus	dikomunikasikan	secara	efektif,	terjadinya	
kesalahpahaman	 harus	 dapat	 dideteksi	 dan	 dicarikan	 pemecahan	
masalahnya.	 Hanya	 dengan	 rencana	 formal	 yang	 disukai	 yang	 dapat	
menimbulkan	 kerjasama	 yang	 menyeluruh	 dari	 berbagai	 kelompok	 yang	
dapat	 menimbulkan	 motivasi.	 Konsep-konsep	 perilaku	 yang	 utama	 yang	
mempengaruhi	 fase	 implementasi	 adalah	 komunikasi,	 kerjasama	 dan	
koordinasi.	
3. Control	 and	 Performance	 Evaluation	 Stage	 (Tahap	 Pengendalian	 dan	
Penilaian	Kinerja)
Anggaran	yang	diimplementasikan	akan	berfungsi	sebagai	unsur	kunci	dalam	
system	pengendalian.	Anggaran	tersebut	akan	menjadi	tolok	ukur	bagi	kinerja	
aktual	dan	akan	menjadi	dasar	penilaian	bagi	Management	by	Exception.	Hal	
itu	 menunjukkan	 bahwa	 management	 by	 exception	 jangan	 hanya	 melihat	
penyimpangan/selisih	 yang	 tidak	 menguntungkan	 saja	 melainkan	 juga	
penyimpangan	yang	menguntungkan.	
Penyimpangan-penyimpangan	 yang	 menguntungkan	 dan	 kinerja	 yang	
melebihi	 standar	 akan	 mengindikasikan	 bahwa	 masa	 yang	 akan	 datang	
menghasilkan	 keuntungan	 melalui	 pengetahuan	 dan	 teknologi	 pada	 operasi	
yang	 serupa.	 Sementara	 penyimpangan-penyimpangan	 yang	 tidak	
menguntungkan	 dan	 kinerja	 di	 bawah	 standar	 harus	 segera	 memicu	
perbaikan	 kegiatan	 dalam	 rangka	 menghindari	 timbulnya	 biaya	 atau	
kerugian.	Beberapa	konsekuesi	perilaku	yang	mungkin	timbul	yaitu	tekanan,	
motivasi,	aspirasi	dan	kekhawatiran.	
	
Etika	 pada	 proses	 penyusunan	 anggaran	 memiliki	 konsekuensi	
penyimpangan,	antara	lain:	
1. Distrust	
Anggaran	 adalah	 sumber	 dari	 tekanan	 yang	 dapat	 menciptakan	
kecurigaan/ketidakpercayaan,	 permusuhan,	 dan	 menyebabkan	
penurunan	 kinerja.	 Penelitian	 yang	 ada	 menunjukkan	 bahwa	 sejumlah	
kecurigaan	 terjadi	 pada	 proses	 penyusunan	 anggaran	 di	 tingkat	
supervisor.	 Alasan	 timbulnya	 kecurigaan/ketidakpercayaan	 ini	
didasarkan	pada	kepercayaan	para	supervisor	bahwa	:	
a. Anggaran	cenderung	terlalu	menyederhanakan	atau	mengubah	situasi	
“sebenarnya”	dan	gagal	memberikan	keberagaman	faktor	eksternal.	
b. Anggaran	 tidak	 cukup	 menggambarkan	 variabel-variabel	 kualitatif	
seperti	tenaga	kerja,	kualitas	bahan,	dan	efisiensi	mesin.	
c. Anggaran	 secara	 teratur	 digunakan	 untuk	 menggerakkan	 supervisor	
sehingga	ukuran-ukuran	kinerja	dapat	diperkirakan.	
d. Anggaran	melaporkan	penekanan	pada	hasil	bukan	pada	sebab.	
e. Anggaran	mengganggu	gaya	kepemimpinan	para	supervisor.	
f. Anggaran	cenderung	memberi	tekanan	pada	kegagalan.	
2. Resistance	
Walaupun	 anggaran	 digunakan	 secara	 luas	 dan	 sangat	 mendukung,	
namun	tetap	ditolak	oleh	banyak	anggota	organisasi.	Alasan	penolakan	ini	
antara	lain:	
a. Anggaran	membawa	perubahan,	dengan	demikian	mengancam	status	
quo.	
b. Proses	anggaran	membutuhkan	sejumlah	besar	perhatian	dan	menyita	
banyak	waktu.
c. Banyak	 manajer	 dan	 supervisor	 tidak	 paham	 mengenai	 seluk	 beluk	
penyusunan	anggaran.	
3. Internal	Conflict	
Konflik	 internal	 dapat	 berkembang	 sebagai	 hasil	 dari	 interaksi-interaksi	
ini,	atau	sebagai	hasil	dari	laporan	kinerja	yang	diperbandingkan	antara	
satu	 departemen	 dengan	 departemen	 lainnya.	 Gejala/tanda	 yang	 paling	
umum	 dari	 adanya	 konflik	 adalah	 ketidakmampuan	 untuk	 mencapai	
kerjasama	 antarindividu	 dan	 antarkelompok	 selama	 proses	 penyusunan	
budget.	
Internal	 konflik	 menciptakan	 persaingan	 dan	 permusuhan	 dalam	
lingkungan	 kerja.	 Konflik	 dapat	 menyebabkan	 orang	 untuk	 terfokus	
khusus	 pada	 kebutuhan	 departemennya	 sendiri	 dari	 pada	 kebutuhan	
organisasi	 secara	 menyeluruh.	 Situasi	 ini	 membuat	 congruence	 menjadi	
lebih	sulit,	atau	bisa	jadi	tidak	mungkin,	untuk	dicapai.	
Untuk	 mengakhiri	 rantai/lingkaran	 kemelut	 ini,	 manajemen	 harus	
mengidentifikasi	 dan	 mendiagnosa	 penyebabnya.	 Selanjutnya	 dilakukan	
kegiatan	 -	 kegiatan	 yang	 dapat	 mengurangi/menghilangkan	 konflik	
internal	 serta	 membangun	 keharmonisan	 dan	 hubungan	 kerja	 yang	
produktif	
4. Other	Unwanted	Side	Effects	
Anggaran	 dapat	 menghasilkan	 efek-efek	 samping	 lainnya	 yang	 tidak	
diharapkan.	 Salah	 satunya	 adalah	 terbentuknya	 kelompok-kelompok	
(informal)	 kecil	 yang	 menggagalkan	 pencapaian	 sasaran-sasaran	
anggaran.	Kelompok	karyawan	ini	kadang-kadang	melemparkan	tanggung	
jawab	 pada	 departemen	 lain,	 mempertanyakan	 validitas	 data	 anggaran,	
dan	mempengaruhi	dengan	cara-cara	yang	tidak	baik/perlu.	
Anggaran	umumnya	dianggap	sebagai	alat	manajer	untuk	menekan.	Orang	
akan	 merasa	 ditekan	 ketika	 top	 manajemen	 mencoba	 meningkatkan	
efisiensi	 melalui	 pemberlakuan	 output	 yang	 optimal	 dari	 input	 yang	
minimal.	Sebenarnya	tekanan	diperlukan,	tetapi	tekanan	yang	berlebihan	
dapat	 mengakibatkan	 frustasi,	 kemarahan,	 dan	 penyakit-penyakit	 fisik	
yang	 diakibatkan	 oleh	 stress.	 Dalam	 kaitannya	 dengan	 penyakit	 fisik	
akibat	stress	dalam	pekerjaan	berikut	diberikan	ilustrasinya.	
Anggaran	 juga	 dapat	 menekan	 inisiatif	 individu	 dan	 inovasi-inovasi	
karena	 lebih	 memilih	 menggunakan	 metode-metode	 usaha	 dengan	
kemungkinan	keberhasilan	yang	telah	diketahui	dari	pada	metode-metode	
baru	dengan	kesempatan	sukses	belum	pasti.	Sehingga,	individu-individu	
dalam	 organisasi	 umumnya	 kehilangan	 semangat	 inovasi.	 Daripada	
memandang	 anggaran	 sebagai	 suatu	 alat	 keji	 yang	 menekan	 karyawan,	
lebih	 baik	 belajar	 untuk	 menerima	 anggaran	 sebagai	 alat	 untuk	
membangun	 kesesuaian	 sasaran	 dan	 sebagai	 standar	 kinerja	 yang	
memberikan	keuntungan	bagi	seluruh	anggota	organisasi.
Tidak	 dipungkiri	 bahwa	 banyak	 terdapat	 permasalahan	 pelaksanaan	
anggaran	 yang	 berjalan	 di	 Indonesia.	 Hal	 ini	 dapat	 dijadikan	 sebagai	 bahan	
evaluasi	 yang	 mana	 nantinya	 menjadi	 acuan	 perbaikan	 pelaksanaan	 anggaran	
kedepannya.	 Terdapat	 6	 permasalahan	 pelaksanaan	 anggaran	 publik	 di	
Indonesia,	antara	lain	adalah:	
1. Kurangnya	peran	Lembaga	Masyarakat	
Peran	 lembaga	 adat	 sebagai	 monitoring	 sangatlah	 penting,	 dimana	 tidak	
dapat	dipungkiri	bahwa	budaya	di	setiap	daerah	di	Indonesia	yang	berbeda-
beda	menjadi	dasar	pelaksanaan	kegiatan	yang	mencangkup	masyarakat	yang	
menjunjung	tinggi	nilai-nilai	budaya.	Namun	sayangnya	budaya	modernisasi	
yang	 kini	 mendominasi	 disegala	 aspek	 kehidupan	 menjadikan	 nilai-nilai	
budaya	 itu	 tidak	 lagi	 menjadi	 roh	 penggerak	 kemajuan	 masyarakatnya	
sendiri,	 untuk	 itulah	 perlunya	 lembaga	 adat	 untuk	 melestarikan	 nilai-nilai	
budaya	itu	agar	dapat	memberikan	semangat	
”back	to	nature”	untuk	kehidupan	yang	lebih	baik	(Prasojo,	2006)	
2. Dampak	program	bagi	masyarakat	yang	kurang	mengena	
Anggaran	daerah	yang	dibuat	pada	dasarnya	adalah	unuk	rakyat	,	seharusnya	
anggaran	 dibuat	 mempunyai	 dampak	 yang	 positif	 dapat	 dirasakan	 oleh	
masyarakat.	 Namun	 pada	 kenyataannya	 pelaksanaan	 anggaran	 kurang	
mengena	 dampak	 positifnya	 pada	 masyarakat.	 Misalnya	 saja	 untuk	
pembangunan	 jalan	 desa	 seringkali	 tidak	 terealisasikan,	 hal	 ini	 perlu	
dievaluasi	mengapa	sampai	terjadi	demikian	
3. Oputunistik	perilaku	kepala	daerah	dalam	program	inovasi	
Peran	 kepala	 daerah	 sebagai	 pioner	 jalannya	 pelaksanaan	 anggaran,	 wajib	
memberikan	 semangat	 gerak	 demi	 terealisasinya	 program	 tersebut.	
Sayangnya	 para	 pemimpin	 daerah	 ini	 seringkali	 terinfeksi	 kepentingan	
pribadinya.	Independensi	sebagai	kepala	daerah	yang	mengabdi	untuk	rakyat	
demi	 terciptanya	 inovasi	 program	 pelaksanaan	 anggaran	 yang	 lebih	 baik	
perlu	dicapai.	
4. Kurangnya	efisiensi	dan	efektifitas	birokrasi	
Kita	ketahui	bahwa	birokrasi	di	segala	bidang	di	Indonesia	tepatnya	di	
	pemerintah	terkenal	akan	“kembuletannya”,	bahkan	tidak	jarang	isu	–		
isu	untuk	kepentingan	aparatur	sendiri	lebih	dipentingkan,	fenomena	seperti	
inilah	 yang	 sudah	 mendarah	 daging.	 Kurangnya	 efisiensi	 dan	 efektifitas	
birokrasi	 perlu	 dievaluasi,	 misalnya	 saja	 evaluasi	 tiap-tiap	 departemen,	
evaluasi	sistem	dan	prosedur	birokrasi	yang	baik,	dan	lain	sebagainya	
5. Ketidakpastian	arah	tujuan	program	
Pemilihan	 prioritas	 program	 sangatlah	 penting,	 karena	 hal	 ini	 berdampak	
sekali	 dengan	 tujuan	 pembangunan	 itu	 sendiri	 apa-apa	 yang	 ingin	 dicapai	
pada	 	 jangka	 pendek	 atau	 jangka	 panjang.	 Kalau	 tidak	 dapat	 memili	 mana	
prioritas	 ang	 perlu	 didahulukan	 bukannya	 tidak	 mungkin	 pembangunan	 di	
tiap	daerah	akan	terhambat	pula
6. Kurangnya	aspek	keberlanjutan	program	
Follow	 up	 yang	 kurang	 terhadap	 program	 yang	 dicanangkan	 memberikan	
dampak	 yang	 tidak	 baik	 pula	 demi	 keberlangsungan	 pembangunan	 itu	
sendiri.	 Misalnya	 saja	 kepala	 daerah	 mencanangkan	 program	 ”kembali	 ke	
desa”	 untuk	 mengurangi	 arus	 urbanisasi	 ke	 kota.	 Pada	 saat	 pertama	 begitu	
gencar-gencarnya	 mengupayakan	 masyrakatnya	 untuk	 kembali,	 namun	
menjelang	4-5	bulan	program	itu	dicangkan	tidak	ada	lagi	gregetnya,	sehingga	
lama	kelamaan	program	itu	menjadi	tersendat	untuk	dijalankan.	Untuk	itulah	
keberlanjutan	program	perlu	untuk	dilakukan.	
	
Keberhasilan	 anggaran	 terutama	 akan	 ditentukan	 oleh	 cara	 pembuatan	
anggaran	itu	sendiri.	Program	anggaran	yang	paling	berhasil	harus	melibatkan	
manajer	 dalam	 tanggungjawab	 pengendalian	 biaya	 untuk	 membuat	 estimasi	
anggaran	 mereka	 sendiri.	 Pendekatan	 dalam	 penyediaaan	 data	 anggaran	 ini	
penting	 terutama	 apabila	 anggaran	 tersebut	 akan	 digunakan	 untuk	
mengendalikan	 dan	 mengevaluasi	 aktivitas	 seorang	 manajer.	 Pendekatan	
penganggaran	yang	dianggap	paling	efektif	adalah	anggaran	yang	dibuat	dengan	
kerjasama	dan	partisipasi	penuh	dari	manajer	pada	semua	tingkatan	(Garrison	
and	Noreen).	
Manajemen	 harus	 selalu	 menyadari	 bahwa	 dimensi	 manusia	 dalam	
penganggaran	 merupakan	 faktor	 kunci.	 Mudah	 bagi	 manajer	 untuk	 menguasai	
aspek	 teknis	 dari	 program	 anggaran,	 tetapi	 tidak	 mudah	 dalam	 memasukkan	
aspek	 manusia.	 Manajemen	 harus	 ingat	 bahwa	 maksud	 penyusunan	 anggaran	
adalah	untuk	memotivasi	karyawan	dan	mengkoordinasikan	aktivitas.	
	
III. MASALAH	ETIS	DALAM	BIDANG	KEUANGAN	
Keuangan	 menjadi	 disiplin	 terkait	 tentang	 masalah	 teknis	 seperti	
bagaimana	mengoptimalkan	hutang	dan	ekuitas	pembiayaan,	kebijakan	deviden,	
dan	 evaluasi	 proyek-proyek	 alternatif	 investasi,	 seperti:	 penilaian	 opsi,	 future,	
derivatif	 efek,	 portofolio	 diversifikasi	 dll	 ,	 sering	 keliru	 menjadi	 disiplin	 yang	
bebas	 dari	 beban	 etis.	 Namun	 sering	 ada	 kebocoran	 ekonomi	 yang	 tidak	 bisa	
dijelaskan	 dengan	 teori	 siklus	 bisnis	 sendiri	 yang	 telah	 membawa	 Etika	
Keuangan	 ke	 permukaan.	 Etika	 Keuangan	 yang	 terlupakan	 mempunyai	 alasan	
lain:	 isu-isu	 di	 bidang	 keuangan	 seringkali	 ditujukan	 sebagai	 masalah-masalah	
hukum,	 bukan	 etika.	 Melihat	 lebih	 dekat	 ke	 dalam	 literatur	 mengenai	 etika	
keuangan	 seseorang	 dapat	 yakin	 bahwa	 seperti	 halnya	 dengan	 daerah	
operasional	 bisnis	 lainnya,	 etika	 di	 bidang	 keuangan	 juga	 adalah	 sengit	
diperdebatkan.	
Ekonomi	 konvensional	 dipandang	 sebagai	 ilmu	 filsafat	 moral	 dan	
diarahkan	 pada	 berbagi	 kebaikan	 dalam	 kehidupan	 Adam	 Smith	 mencirikan	
keunggulan	 intelektual	 dan	 moral	 karakter.	 Smith	 dalam	 bukunya	 ”Wealth	 of	
Nations”	berkomentar,	"'Semua	untuk	diri	kita	sendiri,	dan	tidak	ada	bagi	orang
lain”	 Namun,	 ekonom	 yang	 dipengaruhi	 oleh	 ideologi	 neoliberalisme,	
menafsirkan	 tujuan	 ekonomi	 adalah	 untuk	 memaksimalkan	 pertumbuhan	
keuangan	 melalui	 percepatan	 konsumsi	 dan	 produksi	 dari	 barang	 dan	 jasa	 Di	
bawah	 pengaruh	 ideologi	 neoliberal,	 bisnis	 keuangan	 yang	 merupakan	
komponen	ekonomi	yang	dipromosikan	merupakan	inti	dari	ekonomi	neoliberal.	
Hal	 ini	 menyatakan	 bahwa	 pembebasan	 sistem	 keuangan	 akan	 menjamin	
pertumbuhan	 ekonomi	 melalui	 sistem	 pasar	 modal	 yang	 kompetitif	 dan	
memastikan	 pertumbuhan	 tingkat	 tinggi	 dari	 tabungan,	 investasi,	 kerja,	
produktivitas,	 arus	 masuk	 modal	 asing	 dan	 dengan	 demikian	 akan	 membawa	
kesejahteraan	 bersama.	 Dengan	 kata	 lain,	 merekomendasikan	 kepada	
pemerintah	negara-negara	miskin	supaya	membuka	sistem	keuangan	mereka	ke	
pasar	global	dengan	pengaturan	atas	arus	modal	.	Namun	rekomendasi	bertemu	
dengan	 kritik	 serius	 dari	 berbagai	 ahli	 etika.	 Para	 ahli	 yang	 berorientasi	
pragmatis,	 dengan	 klaim	 apriori,	 seperti	 klaim	 ”tangan	 tak	 terlihat	 yang	 akan	
mengendalikan	 perekonomian”	 secara	 etis	 bisa	 kontraproduktif.	 Klaim	
kesejahteraan	 keuangan	 ”Laissez-faire”	 mengundang	 perdebatan	 karena	
kesejahteraan	akan	diganti	dengan	kebebasan.	Lebih	jauh,	sejarah	dalam	bidang	
keuangan	 tidak	 menunjukkan	 bahwa	 perusahaan	 selalu	 mempertahankan	
prinsip-prinsip	 kejujuran	 dan	 keadilan	 dalam	 lingkungan	 yang	 tidak	 diatur.	
Kerusakan	 akibat	 berabad-abad	 eksploitasi	 kolonial	 dan	 selanjutnya	 perang	
dingin	 dan	 harus	 tunduk	 pada	 hegemoni	 negara	 kaya	 yang	 menuntut	 negara-
negara	 miskin	 tanpa	 syarat	 membuka	 ekonomi	 mereka	 untuk	 membiayai	
perusahaan	 transnasional,	 yang	 sengit	 ditentang	 oleh	 ahli	 etika	 dari	 berbagai	
tempat.	
Perusahaan	dalam	paradigma	keuangan,	dipandang	sebagai	jaringan	yang	
kompleks	 dari	 hubungan	 kontraktual,	 sebagian	 besar	 implisit	 antar	 berbagai	
kelompok-kelompok	kepentingan.	Pada	dasarnya,	untuk	tetap	rasional	di	bidang	
keuangan	 adalah	 menjadi	 individualistik,	 materialistik,	 dan	 kompetitif.	 Bisnis	
adalah	permainan	yang	dimainkan	oleh	individu,	seperti	halnya	dengan	semua	
permainan	 tujuannya	 adalah	 menang,	 dan	 menang	 adalah	 semata-mata	 diukur	
dari	 kekayaan	 materi.	 Dalam	 disiplin	 rasionalitas	 konsep	 ini	 tidak	 pernah	
dipertanyakan.	 Etika	 keuangan	 secara	 sempit	 telah	 direduksi	 menjadi	 fungsi	
matematika	 maksimalisasi	 kekayaan	 pemegang	 saham.	 Menyederhanakan	
asumsi	tersebut	diperlukan	dalam	bidang	keuangan	untuk	pembangunan	model	
matematis	 yang	 kuat.	 Seharusnya	 Etika	 Keuangan	 harus	 dilihat	 dari	 perspektif	
stakeholder,	 yaitu	 para	 pemangku	 kepentingan	 langsung	 dan	 seharusnya	
perusahaan	tidak	saja	memperhatikan	kepentingan	pemegang	saham	tetapi	juga	
kepada	 semua	 pemangku	 kepentingan	 dan	 perusahaan	 mempunyai	 kewajiban	
terhadap	 hal-hal	 berikut:	 Keadilan	 dalam	 praktek	 perdagangan,	 kondisi	
perdagangan,	 kontraktor	 keuangan,	 praktek-praktek	 penjualan,	 jasa	 konsultasi,	
pembayaran	pajak,	audit	internal,	audit	eksternal	yang	dibahas	di	dalamnya.
Tanpa	disadari,	kasus	pelanggaran	etika	bisnis	merupakan	hal	yang	biasa	
dan	 wajar	 pada	 masa	 kini.	 Secara	 tidak	 sadar,	 kita	 sebenarnya	 menyaksikan	
banyak	pelanggaran	etika	bisnis	dalam	kegiatan	berbisnis	di	Indonesia.	Banyak	
hal	 yang	 berhubungan	 dengan	 pelanggaran	 etika	 bisnis	 yang	 sering	 dilakukan	
oleh	 para	 pebisnis	 yang	 tidak	 bertanggung	 jawab	 di	 Indonesia.	 Berbagai	 hal	
tersebut	merupakan	bentuk	dari	persaingan	yang	tidak	sehat	oleh	para	pebisnis	
yang	ingin	menguasai	pasar.	Selain	untuk	menguasai	pasar,	terdapat	faktor	lain	
yang	 juga	 mempengaruhi	 para	 pebisnis	 untuk	 melakukan	 pelanggaran	 etika	
bisnis,	antara	lain	untuk	memperluas	pangsa	pasar,	serta	mendapatkan	banyak	
keuntungan.	
Secara	umum	masalah-masalah	yang	sering	di	jumpai	dalam	pelanggaran	
etika	 bisnis	 dapat	 diklasifikasikan	 dalam	 lima	 kategori.	 Klasifikasi	 masalah	
tersebut	yaitu	:	
1. Suap	(Bribery)	
Barangsiapa	 menerima	 sesuatu	 atau	 janji,	 sedangkan	 ia	 mengetahui	 atau	
patut	dapat	menduga	bahwa	pemberian	sesuatu	atau	janji	itu	dimaksudkan	
supaya	ia	berbuat	sesuatu	atau	tidak	berbuat	sesuatu	dalam	tugasnya,	yang	
berlawanan	 dengan	 kewenangan	 atau	 kewajibannya	 yang	 menyangkut	
kepentingan	umum,	dipidana	karena	menerima	suap	dengan	pidana	penjara	
selama-lamanya	 3	 (tiga)	 tahun	 atau	 denda	 sebanyak-banyaknya	
Rp.15.000.000.-	(lima	belas	juta	rupiah)	(Pasal	3	UU	3/1980).	
2. Paksaaan	(Coercion)	
Pemaksaan	 adalah	 praktek	 memaksa	 pihak	 lain	 untuk	 berperilaku	 dengan	
cara	 spontan	 (baik	 melalui	 tindakan	 atau	 tidak	 bertindak)	 dengan	
menggunakan	ancaman,	intimidasi,	penipuan,	atau	bentuk	lain	dari	tekanan	
atau	 kekuatan.	 Tindakan	 seperti	 itu	 digunakan	 sebagai	 leverage,	 untuk	
memaksa	korban	untuk	bertindak	dengan	cara	yang	dikehendaki.	Pemaksaan	
mungkin	 melibatkan	 hukuman	 fisik	 yang	 sebenarnya	 sakit	 /	 cedera	 atau	
kerusakan	 psikologis	 dalam	 rangka	 untuk	 meningkatkan	 kredibilitas	 dari	
sebuah	 ancaman.	 Ancaman	 bahaya	 lebih	 lanjut	 dapat	 menyebabkan	
kerjasama	 atau	 ketaatan	 orang	 yang	 dipaksa.	 Penyiksaan	 adalah	 salah	 satu	
contoh	 yang	 paling	 ekstrem	 yaitu	 pemaksaan	 sakit	 parah	 yang	 diderita	
korban	untuk	mengekstrak	informasi	yang	dikehendaki	dari	partai	disiksa.	
3. Penipuan	(Deception)	
Pasal	378	KUHP	di	atas,	maka	R.	Sugandhi	(1980	:	396-397)	mengemukakan	
pengertian	penipuan	bahwa	:	
Penipuan	 adalah	 tindakan	 seseorang	 dengan	 tipu	 muslihat,	 rangkaian	
kebohongan,	nama	palsu	dan	keadaan	palsu	dengan	maksud	menguntungkan	
diri	sendiri	dengan	tiada	hak.	Rangkaian	kebohongan	ialah	susunan	kalimat-
kalimat	bohong	yang	tersusun	demikian	rupa	yang	merupakan	cerita	sesuatu	
yang	seakan-akan	benar.	
4. Pencurian	(Theft)
Pengertian	pencurian	menurut	hukum	beserta	unsur	–	unsurnya	dirumuskan	
dalam	 pasal	 362	 KUHP,	 adalah	 berupa	 rumusan	 pencurian	 dalam	 bentuk	
pokoknya	 yang	 berbunyi	 :	 “Barang	 siapa	 mengambil	 suatu	 benda	 yang	
seluruhnya	 atau	 sebagian	 milik	 orang	 lain,	 dengan	 maksud	 untuk	 dimiliki	
secara	 melawan	 hukum,	 diancam	 karena	 pencurian,	 dengan	 pidana	 penjara	
paling	lama	5	tahun	atau	denda	paling	banyak	Rp.	900,000”.	
5. Diskriminasi	tidak	jelas	(Unfair	Discrimination)	
Adalah	 perlakuan	 tidak	 adil	 atau	 penolakan	 terhadap	 orang-orang	 tertentu	
yang	disebabkan	oleh	ras,	jenis	kelamin,	kewarganegaraan,	atau	agama.	
	
IV. LANGKAH	TERHADAP	PENIPUAN	BANK	
Setelah	 hebos	 kasus	 bank	 century,	 masyarakat	 Indonesia	 kembali	
dikejutkan	 oleh	 kasus	 fiktif	 L/C	 Bank	 BNI.	 Kasus	 ini	 bermula	 dari	 diterimanya	
L/C	bernilai	Rp	1,7	triliun	oleh	Bank	BNI	Cabang	Kebayoran	Baru.	L/C	tersebut	
dibuka	 oleh	 bank-bank	 yang	 selain	 bukan	 merupakan	 koresponden	 Bank	 BNI,	
juga	bank-bank	yang	berasal	dari	negara-negara	dalam	kategori	berisiko	tinggi	
(high	risk	countries).	
Bank-bank	 tersebut	 adalah	 Dubai	 Bank	 Kenya	 Limited;	 Rosbank	
Switzerland	SA;	Middle	East	Bank	Kenya	Ltd;	dan	The	Wall	Street	Banking	Corp,	
Cook	 Islands	 Beneficiary	 (eksportir).	 Sementara	 yang	 menerima	 L/C	 adalah	
perusahaan-perusahaan	dalam	Gramarindo	Group	dan	Petindo	Group.	Komoditas	
yang	 diekspor	 adalah	 pasir	 kuarsa	 dan	 residu	 minyak	 dengan	 negara	 tujuan	
Kenya	dan	beberapa	negara	di	Afrika.	
Awal	 terbongkarnya	 kasus	 menghebohkan	 ini	 adalah	 tatkala	 BNI	
melakukan	 audit	 internal	 pada	 bulan	 Agustus	 2003.	 Dari	 audit	 itu	 diketahui	
bahwa	 ada	 posisi	 euro	 yang	 gila-gilaan	 besarnya,	 senilai	 56,77	 juta	 euro.	
Pergerakan	 posisi	 euro	 dalam	 jumlah	 besar	 mencurigakan	 karena	 peredaran	
euro	di	Indonesia	terbatas	dan	kinerja	euro	yang	sedang	baik	pada	saat	itu.	Dari	
audit	akhirnya	diketahui	ada	pembukaan	L/C	yang	amat	besar	dan	negara	bakal	
rugi	 lebih	 satu	 triliun	 rupiah.	 	 Kasus	 ini	 menjadi	 fenomenal	 karena	 selain	
merugikan	 keuangan	 Bank	 BNI	 tetapi	 juga	 berimbas	 pada	 keuangan	 negara	
secara	makro.	
Adapun	Penjelasan	mengenai	L/C	fiktif	BNI	tersebut	adalah	sebagai	berikut:	
1. Waktu	kejadian	:	Juli	2002	s/d	Agustus	2003	
2. Opening	Bank	:	Rosbank	Switzerland,	Dubai	Bank	Kenya	Ltd,	The	Wall	Street	
Banking	Corp,	dan	Middle	East	Bank	Kenya	Ltd.	
3. Total	Nilai	L/C	:	USD.166,79	juta	&	EUR	56,77	juta	atau	sekitar	Rp.	1,7	trilyun	
4. Beneficiary/Penerima	L/C	:	11	perusahaan	dibawah	Gramarindo	Group	dan	2	
perusahaan	dibawah	Petindo	Group	
5. Barang	Ekspor	:	Pasir	Kuarsa	dan	Minyak	Residu	
6. Tujuan	Ekspor	:	Congo	dan	Kenya	
7. Skim	:	Usance	L/C
Kronologi	kasus	L/C	fiktif	bank	BNI:	
1. Bank	BNI	Cabang	Kebayoran	Baru	menerima	156	buah	L/C	dengan	Issuing	
Bank	:	Rosbank	Switzerland,	Dubai	Bank	Kenya	Ltd,	The		Wall	Street	Banking	
Corp,	dan	Middle	East	Bank	Kenya	Ltd.	Oleh	karena	BNI	belum	mempunyai	
hubungan	 koresponden	 langsung	 dengan	 sebagian	 bank	 tersebut	 di	 atas,	
mereka	memakai	bank	mediator	yaitu	American	Express	Bank	dan	Standard	
Chartered	Bank.	
2. Beneficiary	 mengajukan	 permohonan	 diskonto	 wesel	 ekspor	 berjangka	
(kredit	ekspor)	atas	L/C-L/C	tersebut	di	atas	kepada	BNI	dan	disetujui	oleh	
pihak	 BNI.	 Gramarindo	 Group	 menerima	 Rp	 1,6	 trilyun	 dan	 Petindo	 Group	
menerima	Rp	105	milyar.	
3. Setelah	 beberapa	 tagihan	 tersebut	 jatuh	 tempo,	 Opening	 Bank	 tidak	 bisa	
membayar	 kepada	 BNI	 dan	 nasabahpun	 tidak	 bisa	 mengembalikan	 hasil	
ekspor	yang	sudah	dicairkan	sebelumnya.	
4. Setelah	 diusut	 pihak	 kepolisian,	 ternyata	 kegiatan	 ekspor	 tersebut	 tidak	
pernah	terjadi.	
5. Gramarindo	Group	telah	mengembalikan	sebesar	Rp	542	milyar,	sisanya	(Rp	
1.2	trilyun)	merupakan	potensi	kerugian	BNI.	
	
Pada	kasus	LC	fiktif	bank	BNI	yang	dituduhkan	tersebut,	modus	operandi	yang	
dilakukan	kurang	lebih	yaitu	sebagai	berikut	:	
Antara	Penjual	(Eksportir)	dan	Pembeli	(Importir),	Issuing	Bank,	Advising	Bank	
dan	Negotiating	Bank	telah	terjadi	kesepakatan	terlebih	dahulu,	sebagai	berikut:	
1. Kesepakatan	Multilateral/Internasional	
a. Kesepakatan	 harga,	 volume,	 waktu	 pengiriman	 dan	 spesifikasi	 barang	
yang	akan	dibeli.	
b. Macam	 LC	 yang	 diterbitkan,	 persyaratan	 pencairan	 didalam	 LC,	 tgl	
diterbitkan,	tanggal	kadaluarsa.	
c. Bank	 yang	 akan	 menerbitkan	 LC	 adalah	 koresponden	dari	Bank	Penjual	
didalam	negeri	atau	harus	ada	Bank	Penjamin	didalam	negeri	(Advising	
Bank	 )	 apabila	 bukan	 koresponden	 bank,	 sehingga	 dengan	 adanya	
Advising	Bank,	maka	Negotiating	Bank	dapat	melakukan	pendiskotoan	LC	
tersebut	sesuai	konvensi	yaitu	UCP.500.	
d. Penerbitan	 dan	 kemudian	 pengiriman	 LC	 harus	 menggunakan	 alat	
verifikasi	 yang	 telah	 disetujui	 oleh	 dunia	 internasional	 yaitu	 	 SWIFT	
dengan	 Message	 Type	 .700,	 sehingga	 LC	 tersebut	 dikatakan	 GENUINE		
(benar,		baik,	betul,	akurat	dan	dapat	dipercaya	).	
2. Kesepakatan	Nasional/Dalam	Negeri	
a. Eksportir	 atau	 penjual	 barang,	 	 telah	 conform	 dengan	 Banknya	 bahwa	
negotiating	bank	yang	akan	digunakan	adalah	sesuai	dengan	LC	yang	akan	
dikirim	oleh	Importir	lewat	Issuing	Bank.
b. Eksportir	 dan	 Bank	 didalam	 negeri	 telah	 terjadi	 kesepakatan	 untuk		
melakukan	 	 pendiskontoan	 	 LC	 	 yang	 	 akan	 	 diterima,	 setiap	 bank	
mempunyai	aturan	yang	berbeda	dalam	rangka	pendiskontoan	LC	ekspor	
tersebut,	tapi	yang	sama	adalah,	bahwa		Bank		mempuinyai	HAK	REGRES,		
yaitu		hak	yang	dipunyai	oleh	Bank	di	dalam	negeri,	yaitu	apabila	Issuing	
Bank	 atau	 Importir	 tidak	 membayar	 kepada	 Negotiating	 Bank,	 karena	
pendiskontoan	 yang	 telah	 dilakukan,	 dengan	 alasan	 apapun,	 maka	
Negotiating	 Bank	 dapat	 meminta	 pelunasan	 pembayaran	 kepada	
Nasabahnya	atau	eksportir	yang	dimaksud.	
c. Pendiskontoan	 LC	 ekspor,	 sama	 halnya	 dengan	 perjanjian	 kredit	 pada	
umumnya,	pada	saat	terjadi	wanprestasi	di	Luar	negeri	(Issuing	Bank	),	
maka	berlakulah	hukum	Nasional	di	Indonesia,				yaitu				perjanjian	Kredit	
pada	umumnya	dan	masuk	dalam	lingkup	HUKUM	PERDATA.	
d. Apakah	 penggunaan	 yang	 tidak	 sesuai	 tentang	 pemakaian	 hasil	
pendiskontoan	 atau	 hasil	 pencairan	 kredit	 adalah	 suatu	 tindakan	
PIDANA…..???????	 dalam	 hal	 ini	 Tindakan	 Pidana	 Korupsi	 sesuai	 UU	
No.31/1999	jo	UU.No.20/2001	
e. Dalam		perjanjian		Kredit		atau		pendiskotoan		LC		tersebut,	Bank	pada	
umumnya	 telah	 melakukan	 prinsip	 kehati-hatian	 bank,	 yaitu	 meninjau	
usaha,	 menilai	 asset	 sebagai	 jaminan	 pembayaran,	 	 sehingga	 	 apabila		
terjadi	 	 wanprestasi,	 	 Bank	 tetap	 aman	 untuk	 menerima	 pengembalian	
dana	 yang	 telah	 dicairkan	 kepada	 nasabah,	 	 baik	 berupa	 kredit	 atau	
pendiskontoan	LC.	
f. Dokumen	 Pendukung	 disini	 adalah	 seolah-olah	 telah	 atau	 akan	 terjadi	
pengiriman	 barang	 dengan	 	 menggunakan	 Bill	 of	 Lading,	 &	 dokumen	
lainnya	 yang	 diminta	 dalam	 LC,	 dikarenakan	 	 	 antara	 Importir	 dan	
Eksportir	dan	juga	antara	Issuing			Bank			&			Negoriating			Bank,			sudah			
terjadi	 kesepakatan,	 maka	 pembayaran	 tetap	 dilakukan	 pada	 saat	 jatuh	
tempo	 (terbukti	 dari	 total	 82	 slip	 LC,	 hanya	 37	 Slip	 LC	 yang	 	 belum		
dibayar,	itu		pun			karena				dikasuspidanakan			oleh	BNI).	
	
Dari	 kronologi	 diatas	 dapat	 dilihat	 kesimpulan	 Pada	 LC	 seolah-olah	
telah	atau	aka	nada	pengiriman	dengan	dokumen	yang	disepakati	didalam	LC.	
Dikarenakan	kesepakatan-kesepakatan	diatas	telah	terjadi	maka,		terjadilah	
Pendiskontoan	 LC	 Ekspor	 oleh	 Bank	 BNI	 terhadap	 Gramarindo	 Group,	
didalam	 pelaksanaannya	 tidak	 pernah	 terjadi	 masalah,	 yaitu	 sejak	 bulan	
September	 2002	 sampai	 dengan	 Agustus	 2003,	 Bank	 diluar	 negeri	 sebagai	
Issuing	 Bank,	 yang	 menerbitkan	 LC	 tersebut	 tetap	 membayar	 kepada	 Bank	
BNI	atas	pendiskontoan	LC	yang	telah	dilakukan	terlebih	dahulu	dan	karena	
pembayarannya	 dalam	 US.	 Dollar,	 maka	 pembayaran	 selalu	 melewati	
perjanjian	Internasional,	yaitu	BANK	SENTRAL	di	NEW	YORK.
Solusi	yang	dilakukan	Setelah	diketahui	oleh	Satuan	Intern	Pengawas	
Bank	 BNI,	 bahwa	 terjadi	 kesalahan	 prosedur	 untuk	 pendiskontoan	 LC	
tersebut,	 maka	 Bank	 BNI	 atas	 sepengetahuan	 direksi	 di	 kantor	 Pusat,	
menyetujui	dibuat	AKTE		PENGAKUAN		HUTANG	atas	total	pendiskontoan	LC	
yang	 terjadi	 dan	 masih	 ditambah	 dengan	 Borgtogh	 oleh	 Owner	 	 dan		
Konsultan		Investasi		Sagared		Group.	Yang	sebenarnya	bahwa	APU	tersebut	
adalah	 sama	 dengan	 Letter	 of	 Indemnity	 partial	 yang	 terlampir	 per	 slip	 LC	
yang	menyangkut	HAK	REGRES,	yang	kemudian	direkapitulasi	menjadi	total	
angka	didalam	APU	dengan	tambahan	jaminan/collateral	saja.	
	
V. MASALAH	ETIKA	YANG	TIMBUL	DARI	KEGIATAN	PEMAIN	PROFESIONAL	
kode	etik	profesi	merupakan	suatu	tatanan	etika	yang	telah	disepakati	oleh	
suatu	 kelompok	 masyarakat	 tertentu.	 Kode	 etik	 umumnya	 termasuk	 dalam	
norma	 sosial,	 namun	 bila	 ada	 kode	 etik	 yang	 memiliki	 sanksi	 yang	 agak	 berat,	
maka	 masuk	 dalam	 kategori	 norma	 hukum.	 Kode	 Etik	 juga	 dapat	 diartikan	
sebagai	 pola	 aturan,	 tata	 cara,	 tanda,	 pedoman	 etis	 dalam	 melakukan	 suatu	
kegiatan	atau	pekerjaan.	Kode	etik	merupakan	pola	aturan	atau	tata	cara	sebagai	
pedoman	 berperilaku.	 Tujuan	 kode	 etik	 agar	 profesional	 memberikan	 jasa	
sebaik-baiknya	 kepada	 pemakai	 atau	 nasabahnya.	 Adanya	 kode	 etik	 akan	
melindungi	perbuatan	yang	tidak	profesional.	
Kode	etik	profesi	itu	merupakan	sarana		untuk	membantu	para	pelaksana	
sebagai	seseorang	yang	professional	supaya	tidak	dapat	merusak	etika	profesi.	
Ada	tiga	hal	pokok	yang	merupakan	fungsi	dari	kode	etik	profesi:	
1. Kode	etik	profesi	memberikan	pedoman	bagi	setiap	anggota	profesi	tentang	
prinsip	profesionalitas	yang	digariskan.	Maksudnya	bahwa	dengan	kode	etik	
profesi,	pelaksana	profesi	mampu	mengetahui	suatu	hal	yang	boleh	dilakukan	
dan	yang	tidak	boleh	dilakukan.	
2. Kode	 etik	 profesi	 merupakan	 sarana	 kontrol	 sosial	 bagi	 masyarakat	 atas	
profesi	 yang	 bersangkutan.	 Maksudnya	 bahwa	 etika	 profesi	 dapat	
memberikan	 suatu	 pengetahuan	 kepada	 masyarakat	 agar	 juga	 dapat	
memahami	 arti	 pentingnya	 suatu	 profesi,	 sehingga	 memungkinkan	
pengontrolan	terhadap	para	pelaksana	di	lapangan	kerja	(kalangan	sosial).	
3. Kode	etik	profesi	mencegah	campur	tangan	pihak	di	luar	organisasi	profesi	
tentang	 hubungan	 etika	 dalam	 keanggotaan	 profesi.	 Arti	 tersebut	 dapat	
dijelaskan	bahwa	para	pelaksana	profesi	pada	suatu	instansi	atau	perusahaan	
yang	lain	tidak	boleh	mencampuri	pelaksanaan	profesi	di	lain	instansi	atau	
perusahaan.	
	
Dalam	 menjalankan	 profesi,	 seseorang	 perlu	 memiliki	 dasar-dasar	 yang	 perlu	
diperhatikan	(Bertens.K,	2007),	diantaranya:
1. Prinsip	 Tanggung	 Jawab.	 Seorang	 yang	 memiliki	 profesi	 harus	 mampu	
bertanggung	 jawab	 atas	 dampak	 yang	 ditimbulkan	 dari	 profesi	 tersebut,	
khususnya	bagi	orang-orang	di	sekitarnya.	
2. Prinsip	Keadilan.	Prinsip	ini	menuntut	agar	seseorang	mampu	menjalankan	
profesinya	 tanpa	 merugikan	 orang	 lain,	 khususnya	 orang	 yang	 berkaitan	
dengan	profesi	tersebut.	
3. Prinsip	 Otonomi.	 Prinsip	 ini	 didasari	 dari	 kebutuhan	 seorang	 profesional	
untuk	diberikan	kebebasan	sepenuhnya	untuk	menjalankan	profesinya.	
4. Prinsip	 Integritas	 Moral.	 Seorang	 profesional	 juga	 dituntut	 untuk	 memiliki	
komitmen	 pribadi	 untuk	 menjaga	 kepentingan	 profesinya,	 dirinya,	 dan	
masyarakat.	
	
Kode	 etik	 profesi	 merupakan	 norma	 yang	 ditetapkan	 dan	 diterima	 oleh	
sekelompok	 profesi,	 yang	 mengarahkan	 atau	 memberi	 petunjuk	 kepada	
anggotanya	bagaimana	seharusnya	berbuat	dan	sekaligus	menjamin	mutu	profesi	
itu	 dimata	 masyarakat.	 Pelanggaran	 kode	 etik	 profesi	 adalah	 penyelewengan/	
penyimpangan	terhadap	norma	yang	ditetapkan	dan	diterima	oleh	sekelompok	
profesi,	 yang	 mengarahkan	 atau	 memberi	 petunjuk	 kepada	 anggotanya	
bagaimana	seharusnya	berbuat	dan	sekaligus	menjamin	mutu	profesi	itu	dimata	
masyarakat.	Beberapa	faktor	mengenai	penyebab	pelanggaran	kode	etik:	
1. Tidak	berjalannya	kontrol	dan	pengawasan	dri	masyarakat.	
2. Organisasi	 profesi	 tidak	 di	 lengkapi	 dengan	 sarana	 dan	 mekanisme	 bagi	
masyarakat	untuk	menyampaikan	keluhan.	
3. Rendahnya	 pengetahuan	 masyarakat	 mengenai	 substansi	 kode	 etik	 profesi,	
karena	buruknya	pelayanan	sosialisasi	dari	pihak	profesi	sendiri.	
4. Belum	 terbentuknya	 kultur	 dan	 kesadaran	 dari	 para	 pengemban	 profesi	
untuk	menjaga	martabat	luhur	profesinya.	
5. Tidak	adanya	kesadaran	etis	da	moralitas	diantara	para	pengemban	profesi	
untuk	menjaga	martabat	luhur	profesinya.	
	
Adapun	upaya	yang	diharapkan	untuk	menghindari	pelanggaran	kode	etik	salah	
satunya	bagi	para	pengguna	internet	adalah:	
1. Menghindari	 dan	 tidak	 mempublikasi	 informasi	 yang	 secara	 langsung	
berkaitan	dengan	masalah	pornografi	dan	nudisme	dalam	segala	bentuk.	
2. Menghindari	 dan	 tidak	 mempublikasi	 informasi	 yang	 memiliki	 tendensi	
menyinggung	 secara	 langsung	 dan	 negative	 masalah	 suku,	 agama	 dan	
ras(SARA),	 termasuk	 di	 dalamnya	 usaha	 penghinaan,	 pelecehan,	
pendiskreditan,	 penyiksaan	 serta	 segala	 bentuk	 pelanggaran	 hak	 atas	
perseorangan,	kelompok/	lembaga/	institusi	lain.	
3. Menghindari	 dan	 tidak	 mempublikasikan	 informasi	 yang	 berisi	 Instruksi	
untuk	melakukan	perbuatan	melawan	hukum(illegal)	positif	di	Indonesia	dan	
ketentuan	internasional	umumnya.
4. Tidak	 menampilkan	 segala	 bentuk	 eksploitasi	 terhadap	 anak-anak	 dibawah	
umur.	
5. Tidak	 mempergunakan,	 mempublikasikan	 dan	 atau	 saling	 bertukar	 materi	
dan	informasi	yang	memiliki	korelasi	terhadap	kegiatan	pirating,	hacking	dan	
cracking.	
	
Contoh	 kasus	 yang	 akan	 kita	 bahas	 adalah	 Kasus	 Pelanggaran	 Kode	 Etik	 oleh	
Auditor	BPKP.	
Auditor	 Badan	 Pengawasan	 Keuangan	 dan	 Pembangunan	 (BPKP)	 Tomi	
Triono	mengaku	menerima	duit	dari	anggaran	kegiatan	joint	audit	pengawasan	
dan	pemeriksaan	di	Kemendikbud.	Tomi	mengaku	sudah	mengembalikan	duit	ke	
KPK.	Tomi	saat	bersaksi	untuk	terdakwa	mantan	Irjen	Kemendikbud	Mohammad	
Sofyan	 mengaku	 bersalah	 dengan	 penerimaan	 duit	 dalam	 kegiatan	 wasrik	
sertifikasi	guru	(sergu)	di	Inspektorat	IV	Kemendikbud.	Duit	yang	dikembalikan	
Rp	48	juta.	Menurutnya	ada	10	auditor	BPKP	yang	ikut	dalam	joint	audit.	Mereka	
bertugas	 untuk	 6	 program,	 di	 antaranya	 penyusunan	 SOP	 wasrik	 dan	
penyusunan	 monitoring	 dan	 evaluasi	 sertifikasi	 guru.	 Adanya	 aliran	 duit	 ke	
auditor	 BPKP	 juga	 terungkap	 dalam	 persidangan	 dengan	 saksi	 Bendahara	
Pengeluaran	Pembantu	Inspektorat	I	Kemendikbud,	Tini	Suhartini	pada	11	Juli	
2013.	 Sofyan	 didakwa	 memperkaya	 diri	 sendiri	 dan	 orang	 lain	 dengan	
memerintahkan	pencairan	anggaran	dan	menerima	biaya	perjalanan	dinas	yang	
tidak	dilaksanakan.	Dia	juga	memerintahkan	pemotongan	sebesar	5	persen	atas	
biaya	perjalanan	dinas	yang	diterima	para	peserta	pada	program	kegiatan	joint	
audit	 Inspektorat	 I,	 II,	 III,	 IV	 dan	 investigasi	 Itjen	 Depdiknas	 tahun	 anggaran	
2009.	 Dari	 perbuatannya.	 Total	 kerugian	 keuangan	 negara	 dalam	 kasus	 ini	
mencapai	Rp	36,484	miliar.	
Berikut	 ini	 merupakan	 pihak-pihak	 yang	 terlibat	 dalam	 kasus	 tersebut	
diatas	dengan	perannya	masing-masing:	
1. Tomi	 Triono	 dan	 10	 Auditor	 lainnya	 selaku	 Auditor	 Badan	 Pengawasan	
Keuangan	dan	Pembangunan	(BPKP)	
2. Mohammad	Sofyan	selaku	Irjen	Kemendikbud	
3. Tini	 Suhartini	 selaku	 Bendahara	 Pengeluaran	 Pembantu	 Inspektorat	 I	
Kemendikbud	
	
Prinsip	 Etika	 Profesi	 dalam	 Kode	 Etik	 Ikatan	 Akuntan	 Indonesia	
menyatakan	pengakuan	profesi	akan	tanggungjawabnya	kepada	publik,	pemakai	
jasa	 akuntan,	 dan	 rekan.	 Prinsip	 ini	 memandu	 anggota	 dalam	 memenuhi	
tanggung-jawab	 profesionalnya	 dan	 merupakan	 landasan	 dasar	 perilaku	 etika	
dan	 perilaku	 profesionalnya.	 Prinsip	 ini	 meminta	 komitmen	 untuk	 berperilaku	
terhormat,	 bahkan	 dengan	 pengorbanan	 keuntungan	 pribadi.	 Kasus	 suap	 yang	
menimpa	 beberapa	 auditor	 BPKP	 menunjukan	 adanya	 pelanggaran	 terhadap	
prinsip	 etika	 profesi.	 Pelanggaran-pelanggaran	 	 yang	 dilakukan	 oleh	 Auditor
bersangkutan	 berdasarkan	 Prinsip	 Etika	 Ikatan	 Akuntan	 Indonesia,	 sebagai	
berikut:	
1. Tanggungjawab	 Profesi,	 Dalam	 melaksanakan	 tanggung	 jawabnya	 sebagai	
profesional,	 setiap	 auditor	 harus	 senantiasa	 menggunakan	 pertimbangan	
moral	 dan	 profesional	 dalam	 semua	 kegiatan	 yang	 dilaksankannya.	 Dalam	
kasus	 suap	 auditor	 BPKP,	 jelas	 beberapa	 auditor	 tidak	 mempertimbangkan	
aspek	moral	dan	professional	dengan	menerima	sesuatu	yang	bukan	haknya	
serta	lebih	mengedepankan	kepentingan	pribadi	diatas	kepentingan	publik.	
2. Kepentingan	Publik,	Setiap	anggota	berkewajiban	untuk	senantiasa	bertindak	
dalam	kerangka	pelayanan	kepada	publik,	menghormati	kepercayaan	publik,	
dan	 menunjukkan	 komitmen	 atas	 profesionalisme.	 Dalam	 kasus	 ini,	 auditor	
BPKP	seharusnya	berkewajiban	untuk	senantiasa	bertindak	dalam	kerangka	
pelayanan	 kepada	 publik,	 menghormati	 kepercayaan	 publik,	 dan	
menunjukkan	komitmen	dan	profesionalisme.	Selain	itu,	alam	kasus	ini	yang	
dirugikan	 adalah	 Masyarakat	 karena	 uang	 negara	 adalah	 uang	 rakyat,	 dan	
auditor	BPKP	adalah	pegawai	negeri	yang	secara	tidak	langsung	mengemban	
amanah	dari	rakyat.	dengan	kata	lain,	auditor	BPKP	dalam	kasus	ini	juga	telah	
mengabaikan	prinsip	kepentingan	publik.	
3. Integritas,	Untuk	memelihara	dan	meningkatkan	kepercayaan	publik,	setiap	
auditor	 	 BPKP	 harus	 memenuhi	 tanggungjawab	 profesionalnya	 dengan	
integritas	setinggi				mungkin.	Tidak	menerima	suap	adalah	cerimanan	auditor	
yang	berintegritas.	
4. Objektivitas,	Obyektivitas	adalah	suatu	kualitas	yang	memberikan	nilai	atas	
jasa	 yang	 	 diberikan	 anggota.	 Prinsip	 obyektivitas	 mengharuskan	 auditor	
bersikap	 adil,	 tidak	 memihak,	 jujur	 secara	 intelektual,	 tidak	 berprasangka.	
Seharusnya	 auditor	 menjunjung	 tinggi	 nilai-nilai	 kejujuran	 dan	 objektifitas	
dalam	 melaksanakan	 tugasnya	 sebagai	 seorang	 profesional.	 tidak	
diperkenankan	 auditor	 menerima	 sejumlah	 uang	 untuk	 menutup-nutupi	
suatu	 kecurangan	 apalagi	 ikut	 'merancang'	 agar	 kecurangan	 tersebut	 tidak	
terbaca	oleh	mata	hukum.	
5. Kompetensi	 dan	 Kehati	 –	 hatian	 Profesional,	 Setiap	 auditor	 BPKP	 harus	
melaksanakan	 jasa	 profesionalnya	 dengan	 kehati–	 hatian,	 kompetensi	 dan	
ketekunan,	 serta	 mempunyai	 kewajiban	 untuk	 mempertahankan	
pengetahuan	 dan	 keterampilan	 profesional	 pada	 tingkat	 yang	 diperlukan	
untuk	memastikan	bahwa	klien	atau	pemberi	kerja	memperoleh	manfaat	dari	
jasa	profesional	yang	kompeten	berdasarkan	perkembangan	praktik,	legislasi	
dan	teknik	yang	paling	mutakhir.	
6. Perilaku	Profesional,	Setiap	auditor	BPKP	harus	berperilaku	konsisten	sesuai	
aturan	yang	telah	ditetapakan	dan	menjauhi	tindakan	seperti	menerima	suap	
yang	dapat	mendiskreditkan	profesi.	
7. Standar	Teknis,	Setiap	auditor	harus	melaksanakan	jasa	profesionalnya	sesuai	
dengan	standar	teknis	dan	standar	profesional	yang	relevan.
Solusi	yang	dapat	diberikan	untuk	mencegah	kasus	tersebut	terulang	adalah:	
1. Membangun	 dan	 menyebarkan	 etos	 pejabat	 dan	 pegawai	 baik	 di	 instansi	
pemerintah	maupun	swasta	tentang	pemisahan	yang	jelas	dan	tajam	antara	
milik	pribadi	dan	milik	perusahaan	atau	milik	negara.	
2. Mengusahakan	perbaikan	penghasilan	(gaji)	bagi	pejabat	dan	pegawai	negeri	
sesuai	 dengan	 kemajuan	 ekonomi	 dan	 kemajuan	 swasta,	 agar	 pejabat	 dan	
pegawai	 saling	 menegakan	 wibawa	 dan	 integritas	 jabatannya	 dan	 tidak	
terbawa	oleh	godaan	dan	kesempatan	yang	diberikan	oleh	wewenangnya.	
3. Menumbuhkan	 kebanggaan-kebanggaan	 dan	 atribut	 kehormatan	 diri	 setiap	
jabatan	 dan	 pekerjaan.	 Kebijakan	 pejabat	 dan	 pegawai	 bukanlah	 bahwa	
mereka	 kaya	 dan	 melimpah,	 akan	 tetapi	 mereka	 terhormat	 karena	 jasa	
pelayanannya	kepada	masyarakat	dan	negara.	
4. Bahwa	 teladan	 dan	 pelaku	 pimpinan	 dan	 atasan	 lebih	 efektif	 dalam	
memasyarakatkan	pandangan,	penilaian	dan	kebijakan.	
5. Menumbuhkan	 pemahaman	 dan	 kebudayaan	 politik	 yang	 terbuka	 untuk	
kontrol,	 koreksi	 dan	 peringatan,	 sebab	 wewenang	 dan	 kekuasaan	 itu	
cenderung	disalahgunakan.	
6. Hal	yang	tidak	kalah	pentingnya	adalah	bagaimana	menumbuhkan	“sense	of	
belongingness”	 dikalangan	 pejabat	 dan	 pegawai,	 sehingga	 mereka	 merasa	
perusahaan	tersebut	adalah	milik	sendiri	dan	tidak	perlu	korupsi,	dan	selalu	
berusaha	berbuat	yang	terbaik.	
7. Perlu	 penayangan	 wajah	 para	 Auditor	 maupun	 para	 Koruptor	 yang	
bermasalah	 di	 televisi	 dan	 media	 elektronik	 serta	 cetak	 lainnya	 agar	 bisa	
dijadikan	sebagai	bahan	pelajaran	untuk	professional	lainnya.	
8. Herregistrasi	 (pencatatan	 ulang)	 terhadap	 kekayaan	 pejabat	 terkhususnya	
para	auditor	di	pemerintahan.	
	
	
	
DAFTAR	PUSTAKA	
1. Tulung,	 Joy.	 http://www.joyellytulung.com/files/Materi-Manajemen-
Keuangan.pdf,	(20	Oktober	2018,	Jam	22:23)	
2. Suryani,	 Indri,	 2012.	 Aspek	 Perilaku	 dalam	 Penyusunan	 Anggaran	 dan	
Perencanaan	Laba,	Universitas	Jenderal	Sudirman,	Jawa	Tengah	
3. Amerieska,	 Siti.	 Etika	 Akuntan	 Manajemen	 Pemerintahan	 Daerah	 dalam	
Penyusunan	Anggaran	Publik	Guna	Mencapai	Good	Local	Governance,	Politeknik	
Negeri	Malang,	Jawa	Timur.	
4. Kristianto,	 Paulus.	 Etika	 Bisnis	 Dan	 Tanggungjawab	 Sosial	 Perusahaan,	
Universitas	Kristen	Immanuel,	Yogyakarta.	
5. Pudjiastuti,	Retno,	2012.	
https://enomutzz.wordpress.com/2012/03/30/contoh-kasus-lc-fiktif-bni/,	(20	
Oktober	2018,	Jam	23:37)
6. Nurbaiti,	Dewi,	2013.	
http://cyberlawncrime.blogspot.com/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-dan-
fungsi.html,	(20	Oktober	2017,	Jam	23:50)	
7. Anonym-1,	 2018.	 https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi,	 (20	 Oktober	
2017,	Jam	23:57)	
8. Ali,	 Hapzi,	 2018.	 Ethical	 Issues	 in	 Financial	 Management,	 Universitas	 Mercu	
Buana,	Jakarta	
9. Daryanti,	 Ampe,	 2016.	 https://cacingkurcaci.blogspot.com/2016/12/kasus-
pelanggaran-kode-etik-auditor-bpkp.html,	(21	Oktober	2018,	00:19)

More Related Content

What's hot

7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...
7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...
7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...PT Kalbe Farma
 
7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...ciciliaeritawanti
 
Pelatihan Manajemen Keuangan dalam Organisasi
Pelatihan Manajemen Keuangan dalam OrganisasiPelatihan Manajemen Keuangan dalam Organisasi
Pelatihan Manajemen Keuangan dalam OrganisasiJessica Hidayati Putri
 
7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...
7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...
7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...dittaayua
 
Pengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemen
Pengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemenPengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemen
Pengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemenAchmad Rozi El Eroy
 
Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011Nesty Indrawati
 
Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]
Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]
Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]Zams Zams
 
7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...
7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...
7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...Vidya Anggraeni
 
Tugas manajemen ryan
Tugas manajemen ryanTugas manajemen ryan
Tugas manajemen ryanKasmadi Rais
 
Isu Aktual Seputar Manajemen Organisasi
Isu Aktual Seputar Manajemen OrganisasiIsu Aktual Seputar Manajemen Organisasi
Isu Aktual Seputar Manajemen OrganisasiSatya Pranata
 
Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...
Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...
Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...humannisa
 
Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)
Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)
Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)Satya Pranata
 
1 evolusi teori manajemen
1 evolusi teori manajemen1 evolusi teori manajemen
1 evolusi teori manajemenekosober
 
Financial management - Bahasa Indonesia
Financial management -  Bahasa IndonesiaFinancial management -  Bahasa Indonesia
Financial management - Bahasa IndonesiaFadhil Ismi
 
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...masda araffi
 
Evolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemenEvolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemenSintya M
 

What's hot (20)

7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...
7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...
7, be & gg, rudi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universi...
 
7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
7, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,ethical issues in ...
 
Pelatihan Manajemen Keuangan dalam Organisasi
Pelatihan Manajemen Keuangan dalam OrganisasiPelatihan Manajemen Keuangan dalam Organisasi
Pelatihan Manajemen Keuangan dalam Organisasi
 
7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...
7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...
7,be gg, ditta ayu anggraini, hapzi ali, ethical issues in financial manageme...
 
Management
ManagementManagement
Management
 
Pengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemen
Pengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemenPengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemen
Pengantar Manajemen: Tm 2 evolusi teori manajemen
 
Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011
 
Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]
Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]
Hukum ketanagakerjaan tugas(pp-1)[2]
 
7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...
7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...
7. be gg. vidya anggraeni, hapzi ali, ethical issue in financial management, ...
 
Tugas manajemen ryan
Tugas manajemen ryanTugas manajemen ryan
Tugas manajemen ryan
 
Sejarah perkembangan manajemen
Sejarah perkembangan manajemenSejarah perkembangan manajemen
Sejarah perkembangan manajemen
 
Isu Aktual Seputar Manajemen Organisasi
Isu Aktual Seputar Manajemen OrganisasiIsu Aktual Seputar Manajemen Organisasi
Isu Aktual Seputar Manajemen Organisasi
 
Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...
Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...
Sm10, humannisa rubina lestari. 55117010003. prof hapzi ali. business level s...
 
Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)
Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)
Lingkungan dan Budaya Organisasi (Lanjutan)
 
Modul 5 KB 1
Modul 5 KB 1Modul 5 KB 1
Modul 5 KB 1
 
1 evolusi teori manajemen
1 evolusi teori manajemen1 evolusi teori manajemen
1 evolusi teori manajemen
 
Financial management - Bahasa Indonesia
Financial management -  Bahasa IndonesiaFinancial management -  Bahasa Indonesia
Financial management - Bahasa Indonesia
 
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen dal...
 
Evolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemenEvolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemen
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 

Similar to 6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universitas mercu buana, 2018

13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...
13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...
13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...ArifPrasetyo19
 
13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...
13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...
13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...Azahfadilah
 
Ulasan singkat manajemen keuangan
Ulasan singkat manajemen keuanganUlasan singkat manajemen keuangan
Ulasan singkat manajemen keuanganAndiTaufik8
 
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...roriepermony
 
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...masda araffi
 
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...Juliana Juliana
 
Pertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptx
Pertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptxPertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptx
Pertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptxnairaazkia89
 
7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...
7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...
7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...SukrasnoSukrasno
 
7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...
7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...
7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...Imam Arifin
 
13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...
13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...
13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...Desikoes
 
13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...FitriantoSugiono
 
Etika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptx
Etika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptxEtika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptx
Etika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptxEKAYULIYANTI12
 
Strategic management10
Strategic management10Strategic management10
Strategic management10Nurul ihsani
 
8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...
8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...
8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...FitriantoSugiono
 
7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...
7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...
7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...NovitaHerlissha
 
13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...
13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...
13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...may riana
 
6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...
6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...
6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...Gunawan Adam
 
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...WidyaAyundaPutri
 
13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...
13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...
13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...xena levina
 
13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...
13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...
13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...RoniAnantaSuryaninda
 

Similar to 6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universitas mercu buana, 2018 (20)

13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...
13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...
13. Usaha, Evi Yuliana Sari, Hapzi Ali, Manajemen Keuangan, Universitas Mercu...
 
13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...
13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...
13. kewirausahaan, azah fadilah, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas m...
 
Ulasan singkat manajemen keuangan
Ulasan singkat manajemen keuanganUlasan singkat manajemen keuangan
Ulasan singkat manajemen keuangan
 
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, rorie permony suci, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
 
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...
Usaha, masda alif araffi, hapzi ali, Manajemen Keuangan, universitas mercu bu...
 
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
13. kewirausahaan, juliana, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu ...
 
Pertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptx
Pertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptxPertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptx
Pertemuan 6-Etika dan Manjemen Keuangan.pptx
 
7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...
7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...
7, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Univ...
 
7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...
7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...
7, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, ethical issues in financial m...
 
13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...
13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...
13, kwh, desi kusminingsih, prof. dr. hapzi ali, cma, manajemen keuangan, uni...
 
13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
13, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
 
Etika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptx
Etika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptxEtika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptx
Etika MSDM, Keuangan, Lingkungan hidup.pptx
 
Strategic management10
Strategic management10Strategic management10
Strategic management10
 
8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...
8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...
8, wira usaha,fitrianto, hapzi, ali, enterpreneurship, universitas mercu buan...
 
7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...
7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...
7, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issue...
 
13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...
13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...
13 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen keuanagan, universitas mercu buana, ...
 
6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...
6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...
6, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, ethical issues in financial management, u...
 
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas mercu b...
 
13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...
13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...
13. kewirausahaan, xena levina, hapzi ali, manajemen keuangan, universitas me...
 
13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...
13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...
13, wira usaha, roni ananta s, hapzi ali, enterpreneurship, universitas mercu...
 

More from beny adhi

14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...beny adhi
 
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...beny adhi
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...beny adhi
 
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...beny adhi
 
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, p...
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics  rights, privileges, p...9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics  rights, privileges, p...
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, p...beny adhi
 
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...beny adhi
 
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...beny adhi
 
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...beny adhi
 
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...beny adhi
 
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...beny adhi
 

More from beny adhi (10)

14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
 
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
 
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
 
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, p...
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics  rights, privileges, p...9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics  rights, privileges, p...
9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, p...
 
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
 
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
 
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
 
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
 
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
 

6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management, universitas mercu buana, 2018

  • 1. 6, BE & GG, Beny Adhi, Hapzi Ali, Ethical Issues in Financial Management, Universitas Mercu Buana, 2018 I. PENDAHULUAN Manajemen keuangan merupakan bidang keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam suatu organisasi perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya yang tepat. Manajemen keuangan merupakan manajamen fungsi keuangan yang terdiri atas keputusan investasi, pendanaan, dan keputusan pengelolaan asset (Sudana, 2011). Manajemen keuangan adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. (Sutrisno, 2003). Manajemen keuangan adalah manajemen yang berhubungan mengenai pemeliharaan dan penciptaan dari nilai ekonomi atau kekayaan (keown et.al., 2005). Manajemen keuangan adalah manajemen yang mengaitkan pemerolehan (acquisition), pembiayaan/pembelanjaan (financing), dan manajemen aktiva dengan tujuan secara menyeluruh dari suatu perusahaan. Sehingga dapat diartikan bahwa Manajemen keuangan adalah suatu kegiatan perencanaan, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Fungsi manajemen keuangan dapat dilihat pada tiga keputusan utama, yaitu: 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu, investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian karena risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut juga sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 3. Keputusan Dividen
  • 2. Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan besarnya prosentase laba yang dibagikan dalam bentuk cash dividen, stabilitas dividen yang dibagikan, dividen saham, pemecahan saham (stock split), dan penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan menimalkan biaya (expens atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan ke arah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion (Susan Irawati, 2006). Tujuan manajemen keuangan adalah sebagai berikut : The goal of financial management is to maximize the current value per share of the existing stock. Artinya tujuan dari manajemen keuangan adalah untuk meminimalkan nilai arus per saham dari bursa itu atau stock yang ada (Ross et.al., 2006) Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah untuk merencanakan, memperoleh, dan mengguanakan dana guna memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan Manajemen Keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian apabila suatu saat perusahaan dijual, maka harganya dapat ditetapkan setinggi mungkin. Seorang manajer juga harus mampu menekan arus peredaran uang agar terhindar dari tindakan yang tidak diinginkan. Manajemen keuangan dengan demikian merupakan suatu bidang keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam sebuah organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai melalui pengambilan putusan dan manajemen sumber daya yang tepat. Manajemen keuangan berhubungan dengan 3 aktivitas, yaitu: 1. Aktivitas penggunaan dana, yaitu aktivitas untuk menginvestasikan dana pada berbagai aktiva. 2. Aktivitas perolehan dana, yaitu aktivitas untuk mendapatkan sumber dana, baik dari sumber dana internal maupun sumber dana eksternal perusahaan. 3. Aktivitas pengelolaan aktiva, yaitu setelah dana diperoleh dan dialokasikan dalam bentuk aktiva, dana harus dikelola seefisien mungkin. Manajemen keuangan memiliki lima fungsu utama yaitu: 1. Planning atau Perencanaan Keuangan, meliputi Perencanaan Arus Kas dan Rugi Laba. 2. Budgeting atau Anggaran, perencanaan penerimaan dan pengalokasian anggaran biaya secara efisien dan memaksimalkan dana yang dimiliki.
  • 3. 3. Controlling atau Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan perusahaan. 4. Auditing atau Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas keuangan perusahaan yang ada agar sesuai dengan kaidah standar akuntansi dan tidak terjadi penyimpangan. 5. Reporting atau Pelaporan Keuangan, menyediakan laporan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan analisa rasio laporan keuangan. Peranan etika bisnis dalam manajemen keuangan perusahaan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Bertanggung jawab terhadap tiga keputusan pokok manajemen keuangan pemerolehan (acquisition), pembiayaan/pembelanjaan (financing), dan manajemen aktiva secara efisien 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat. 3. Menghadapi tantangan dalam mengelola aktiva secara efisien dalam perubahan yang terjadi pada : persaingan antar perusahaan; perekonomian dunia yang tidak menentu; perubahan teknologi; dan tingkat inflasi dan bunga yang berfluktuasi. Kriteria standar etika untuk manajemen keuangan yaitu: 1. Competance Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan tingkat sesuai kompetensi profesional dengan pengembangan pengetahuan dan keterampilan, melakukan tugas profesional mereka sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis, menyiapkan laporan lengkap dan jelas untuk memperoleh informasi yang relevan dan dapat dipercaya. 2. Confidentiality Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam pekerjaan mereka kecuali bila diizinkan, atau keperluan hukum untuk melakukannya., menginformasikan pada bawahan, mengenai kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pekerjaan mereka dan memantau kegiatan mereka untuk menjamin pemeliharaan kerahasiaan, menahan diri dari untuk menggunakan informasi rahasia yang diperoleh dalam pekerjaan mereka untuk keuntungan tidak etis atau ilegal baik secara pribadi atau melalui pihak ketiga. 3. Integritas Adalah perlindungan terhadap dalam sistem dari perubahan yang tidak terotorisasi, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Integritas mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari
  • 4. kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam menjunjung etika. Mereka juga harus menolak pemberian dan hadiah yang dapat mempengaruhi tindakan mereka. Mereka juga tidak boleh menjatuhkan legitimasi perusahaan, tetapi harus mengakui keterbatasan profesionalisme mereka, mengkomunikasikan informasi yang menguntungkan atau merugikan, dan menjauhi diri dari prilaku yang dapat mendiskreditkan profesi mereka. Seperti halnya kerahasiaan, integritas bisa dikacaukan oleh hacker, masquerader, aktivitas user yang tidak terotorisasi, download file tanpa proteksi, LAN, dan program program terlarang. (contohnya: trojan horse dan virus), karena setiap ancaman tersebut memungkinkan terjadinya perubahan yang tidak terotorisasi terhadap data atau program. Sebagai contoh, user yang berhak mengakses sistem secara tidak sengaja maupun secara sengaja dapat merusak data dan program, apabila aktivitas mereka didalam sistem tidak dikendalikan secara baik. 4. Objektivitas Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk Mengkomunikasikan informasi secara adil dan obyektif dan mengungkapkan penuh semua informasi relevan yang dapat diharapkan untuk mempengaruhi pemahaman pengguna dimaksudkan dari laporan, komentar, dan rekomendasi yang disampaikan. 5. Resolusi Konflik Etis Dalam menerapkan standar etika, praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan mungkin mengalami masalah dalam mengidentifikasi perilaku tidak etis atau dalam menyelesaikan konflik etis. Ketika dihadapkan dengan isu-isu etis yang signifikan praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan dari bantalan organisasi pada resolusi konflik tersebut. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika II. MANAGEMEN KEUANGAN Manajemen keuangan dalam konteks pembahasan ini adalah berhubungan dengan penganggaran. Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan bank yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter yang berlaku untuk jangka waktu tertentu di masa mendatang. Anggaran berkaitan dengan manajemen keuangan yang berkaitan dengan waktu realisasi, maka biasanya disebut dengan rencana keuangan (budgetting). Rencana keuangan adalah rencana keuangan lembaga bisnis yang merupakan terjemahan program kerja lembaga bisnis ke dalam sasaran-sasaran (target) keuangan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Penganggaran (budgeting) merupakan proses yang mencakup: 1. Penyusunan rencana kerja lengkap untuk setiap jenis tingkat kegiatan dan setiap jenis tingkat kegiatan yang ada pada suatu lembaga.
  • 5. 2. Penentuan rencana kerja dalam bentuk mata uang dan kesatuan kuantitatif lainnya, dilakukan melalui sistematika dan logika yang dapat dipertanggungjawabkan. 3. Rencana kerja masing-masing dari setiap kesatuan usaha, satu sama lain atau secara keseluruhan, harus dapat berjalan dengan serasi. 4. Penyusunan rencana kerja perlu adanya partisipasi dari seluruh tingkatan manajemen sehinngga pelaksanaan anggaran merupakan tanggung jawab seluruh anggota manajemen. 5. Anggaran merupakan alat koordinasi yang ampuh bagi Top Manajer dalam mengelola bank, dalam rangka mencapai rencana yang telah ditetapkan. 6. Anggaran merupakan alat pengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana kerja, sekaligus dipakai sebagai alat evaluasi dan penetapan tindak lanjut. 7. Anggaran merupakan alat pengawas dan pengendalian jalannya bisnis. Terdapat tiga tahapan dalam penyusunan anggaran: 1. Goal Setting Stage (Tahap Penetapan Tujuan) Aktivitas perencanaan dimulai dengan penterjemahan tujuan utama organisasi ke dalam aktivitas spesifik dari sasaran-sasaran. Controller dan direktur perencanaan bertanggungjawab untuk memprakarsai dan mengatur proses penyusunan anggaran dan untuk membantu individu-individu dalam melaksanakan tugas-tugas mereka. Ketika merumuskan tujuan organisasi dan menterjemahkannya ke dalam sasaran-sasaran operasional harus pula dipertimbangkan kongkruensi antara keinginan karyawan dengan kebutuhan manajer agar tujuan dan sasaran dapat dicapai. Konsep-konsep perilaku utama yang dapat mempengaruhi fase penetapan sasaran pada proses perencanaan adalah partisipasi, congruence, dan komitmen. 2. Implementation Stage (Tahap Implementasi) Pada tahap implementasi rencana formal digunakan untuk mengkomunikasikan objectives dan strategi-strategi organisasi dan untuk memotivasi secara positif orang-orang yang ada di dalam organisasi. Hal ini dapat dicapai melalui penetapan tujuan-tujuan secara rinci kepada mereka yang bertanggungjawab untuk melaksanakannya. Agar rencana dapat terlaksana, rencana tersebut harus dikomunikasikan secara efektif, terjadinya kesalahpahaman harus dapat dideteksi dan dicarikan pemecahan masalahnya. Hanya dengan rencana formal yang disukai yang dapat menimbulkan kerjasama yang menyeluruh dari berbagai kelompok yang dapat menimbulkan motivasi. Konsep-konsep perilaku yang utama yang mempengaruhi fase implementasi adalah komunikasi, kerjasama dan koordinasi. 3. Control and Performance Evaluation Stage (Tahap Pengendalian dan Penilaian Kinerja)
  • 6. Anggaran yang diimplementasikan akan berfungsi sebagai unsur kunci dalam system pengendalian. Anggaran tersebut akan menjadi tolok ukur bagi kinerja aktual dan akan menjadi dasar penilaian bagi Management by Exception. Hal itu menunjukkan bahwa management by exception jangan hanya melihat penyimpangan/selisih yang tidak menguntungkan saja melainkan juga penyimpangan yang menguntungkan. Penyimpangan-penyimpangan yang menguntungkan dan kinerja yang melebihi standar akan mengindikasikan bahwa masa yang akan datang menghasilkan keuntungan melalui pengetahuan dan teknologi pada operasi yang serupa. Sementara penyimpangan-penyimpangan yang tidak menguntungkan dan kinerja di bawah standar harus segera memicu perbaikan kegiatan dalam rangka menghindari timbulnya biaya atau kerugian. Beberapa konsekuesi perilaku yang mungkin timbul yaitu tekanan, motivasi, aspirasi dan kekhawatiran. Etika pada proses penyusunan anggaran memiliki konsekuensi penyimpangan, antara lain: 1. Distrust Anggaran adalah sumber dari tekanan yang dapat menciptakan kecurigaan/ketidakpercayaan, permusuhan, dan menyebabkan penurunan kinerja. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa sejumlah kecurigaan terjadi pada proses penyusunan anggaran di tingkat supervisor. Alasan timbulnya kecurigaan/ketidakpercayaan ini didasarkan pada kepercayaan para supervisor bahwa : a. Anggaran cenderung terlalu menyederhanakan atau mengubah situasi “sebenarnya” dan gagal memberikan keberagaman faktor eksternal. b. Anggaran tidak cukup menggambarkan variabel-variabel kualitatif seperti tenaga kerja, kualitas bahan, dan efisiensi mesin. c. Anggaran secara teratur digunakan untuk menggerakkan supervisor sehingga ukuran-ukuran kinerja dapat diperkirakan. d. Anggaran melaporkan penekanan pada hasil bukan pada sebab. e. Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan para supervisor. f. Anggaran cenderung memberi tekanan pada kegagalan. 2. Resistance Walaupun anggaran digunakan secara luas dan sangat mendukung, namun tetap ditolak oleh banyak anggota organisasi. Alasan penolakan ini antara lain: a. Anggaran membawa perubahan, dengan demikian mengancam status quo. b. Proses anggaran membutuhkan sejumlah besar perhatian dan menyita banyak waktu.
  • 7. c. Banyak manajer dan supervisor tidak paham mengenai seluk beluk penyusunan anggaran. 3. Internal Conflict Konflik internal dapat berkembang sebagai hasil dari interaksi-interaksi ini, atau sebagai hasil dari laporan kinerja yang diperbandingkan antara satu departemen dengan departemen lainnya. Gejala/tanda yang paling umum dari adanya konflik adalah ketidakmampuan untuk mencapai kerjasama antarindividu dan antarkelompok selama proses penyusunan budget. Internal konflik menciptakan persaingan dan permusuhan dalam lingkungan kerja. Konflik dapat menyebabkan orang untuk terfokus khusus pada kebutuhan departemennya sendiri dari pada kebutuhan organisasi secara menyeluruh. Situasi ini membuat congruence menjadi lebih sulit, atau bisa jadi tidak mungkin, untuk dicapai. Untuk mengakhiri rantai/lingkaran kemelut ini, manajemen harus mengidentifikasi dan mendiagnosa penyebabnya. Selanjutnya dilakukan kegiatan - kegiatan yang dapat mengurangi/menghilangkan konflik internal serta membangun keharmonisan dan hubungan kerja yang produktif 4. Other Unwanted Side Effects Anggaran dapat menghasilkan efek-efek samping lainnya yang tidak diharapkan. Salah satunya adalah terbentuknya kelompok-kelompok (informal) kecil yang menggagalkan pencapaian sasaran-sasaran anggaran. Kelompok karyawan ini kadang-kadang melemparkan tanggung jawab pada departemen lain, mempertanyakan validitas data anggaran, dan mempengaruhi dengan cara-cara yang tidak baik/perlu. Anggaran umumnya dianggap sebagai alat manajer untuk menekan. Orang akan merasa ditekan ketika top manajemen mencoba meningkatkan efisiensi melalui pemberlakuan output yang optimal dari input yang minimal. Sebenarnya tekanan diperlukan, tetapi tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan frustasi, kemarahan, dan penyakit-penyakit fisik yang diakibatkan oleh stress. Dalam kaitannya dengan penyakit fisik akibat stress dalam pekerjaan berikut diberikan ilustrasinya. Anggaran juga dapat menekan inisiatif individu dan inovasi-inovasi karena lebih memilih menggunakan metode-metode usaha dengan kemungkinan keberhasilan yang telah diketahui dari pada metode-metode baru dengan kesempatan sukses belum pasti. Sehingga, individu-individu dalam organisasi umumnya kehilangan semangat inovasi. Daripada memandang anggaran sebagai suatu alat keji yang menekan karyawan, lebih baik belajar untuk menerima anggaran sebagai alat untuk membangun kesesuaian sasaran dan sebagai standar kinerja yang memberikan keuntungan bagi seluruh anggota organisasi.
  • 8. Tidak dipungkiri bahwa banyak terdapat permasalahan pelaksanaan anggaran yang berjalan di Indonesia. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi yang mana nantinya menjadi acuan perbaikan pelaksanaan anggaran kedepannya. Terdapat 6 permasalahan pelaksanaan anggaran publik di Indonesia, antara lain adalah: 1. Kurangnya peran Lembaga Masyarakat Peran lembaga adat sebagai monitoring sangatlah penting, dimana tidak dapat dipungkiri bahwa budaya di setiap daerah di Indonesia yang berbeda- beda menjadi dasar pelaksanaan kegiatan yang mencangkup masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Namun sayangnya budaya modernisasi yang kini mendominasi disegala aspek kehidupan menjadikan nilai-nilai budaya itu tidak lagi menjadi roh penggerak kemajuan masyarakatnya sendiri, untuk itulah perlunya lembaga adat untuk melestarikan nilai-nilai budaya itu agar dapat memberikan semangat ”back to nature” untuk kehidupan yang lebih baik (Prasojo, 2006) 2. Dampak program bagi masyarakat yang kurang mengena Anggaran daerah yang dibuat pada dasarnya adalah unuk rakyat , seharusnya anggaran dibuat mempunyai dampak yang positif dapat dirasakan oleh masyarakat. Namun pada kenyataannya pelaksanaan anggaran kurang mengena dampak positifnya pada masyarakat. Misalnya saja untuk pembangunan jalan desa seringkali tidak terealisasikan, hal ini perlu dievaluasi mengapa sampai terjadi demikian 3. Oputunistik perilaku kepala daerah dalam program inovasi Peran kepala daerah sebagai pioner jalannya pelaksanaan anggaran, wajib memberikan semangat gerak demi terealisasinya program tersebut. Sayangnya para pemimpin daerah ini seringkali terinfeksi kepentingan pribadinya. Independensi sebagai kepala daerah yang mengabdi untuk rakyat demi terciptanya inovasi program pelaksanaan anggaran yang lebih baik perlu dicapai. 4. Kurangnya efisiensi dan efektifitas birokrasi Kita ketahui bahwa birokrasi di segala bidang di Indonesia tepatnya di pemerintah terkenal akan “kembuletannya”, bahkan tidak jarang isu – isu untuk kepentingan aparatur sendiri lebih dipentingkan, fenomena seperti inilah yang sudah mendarah daging. Kurangnya efisiensi dan efektifitas birokrasi perlu dievaluasi, misalnya saja evaluasi tiap-tiap departemen, evaluasi sistem dan prosedur birokrasi yang baik, dan lain sebagainya 5. Ketidakpastian arah tujuan program Pemilihan prioritas program sangatlah penting, karena hal ini berdampak sekali dengan tujuan pembangunan itu sendiri apa-apa yang ingin dicapai pada jangka pendek atau jangka panjang. Kalau tidak dapat memili mana prioritas ang perlu didahulukan bukannya tidak mungkin pembangunan di tiap daerah akan terhambat pula
  • 9. 6. Kurangnya aspek keberlanjutan program Follow up yang kurang terhadap program yang dicanangkan memberikan dampak yang tidak baik pula demi keberlangsungan pembangunan itu sendiri. Misalnya saja kepala daerah mencanangkan program ”kembali ke desa” untuk mengurangi arus urbanisasi ke kota. Pada saat pertama begitu gencar-gencarnya mengupayakan masyrakatnya untuk kembali, namun menjelang 4-5 bulan program itu dicangkan tidak ada lagi gregetnya, sehingga lama kelamaan program itu menjadi tersendat untuk dijalankan. Untuk itulah keberlanjutan program perlu untuk dilakukan. Keberhasilan anggaran terutama akan ditentukan oleh cara pembuatan anggaran itu sendiri. Program anggaran yang paling berhasil harus melibatkan manajer dalam tanggungjawab pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran mereka sendiri. Pendekatan dalam penyediaaan data anggaran ini penting terutama apabila anggaran tersebut akan digunakan untuk mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas seorang manajer. Pendekatan penganggaran yang dianggap paling efektif adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua tingkatan (Garrison and Noreen). Manajemen harus selalu menyadari bahwa dimensi manusia dalam penganggaran merupakan faktor kunci. Mudah bagi manajer untuk menguasai aspek teknis dari program anggaran, tetapi tidak mudah dalam memasukkan aspek manusia. Manajemen harus ingat bahwa maksud penyusunan anggaran adalah untuk memotivasi karyawan dan mengkoordinasikan aktivitas. III. MASALAH ETIS DALAM BIDANG KEUANGAN Keuangan menjadi disiplin terkait tentang masalah teknis seperti bagaimana mengoptimalkan hutang dan ekuitas pembiayaan, kebijakan deviden, dan evaluasi proyek-proyek alternatif investasi, seperti: penilaian opsi, future, derivatif efek, portofolio diversifikasi dll , sering keliru menjadi disiplin yang bebas dari beban etis. Namun sering ada kebocoran ekonomi yang tidak bisa dijelaskan dengan teori siklus bisnis sendiri yang telah membawa Etika Keuangan ke permukaan. Etika Keuangan yang terlupakan mempunyai alasan lain: isu-isu di bidang keuangan seringkali ditujukan sebagai masalah-masalah hukum, bukan etika. Melihat lebih dekat ke dalam literatur mengenai etika keuangan seseorang dapat yakin bahwa seperti halnya dengan daerah operasional bisnis lainnya, etika di bidang keuangan juga adalah sengit diperdebatkan. Ekonomi konvensional dipandang sebagai ilmu filsafat moral dan diarahkan pada berbagi kebaikan dalam kehidupan Adam Smith mencirikan keunggulan intelektual dan moral karakter. Smith dalam bukunya ”Wealth of Nations” berkomentar, "'Semua untuk diri kita sendiri, dan tidak ada bagi orang
  • 10. lain” Namun, ekonom yang dipengaruhi oleh ideologi neoliberalisme, menafsirkan tujuan ekonomi adalah untuk memaksimalkan pertumbuhan keuangan melalui percepatan konsumsi dan produksi dari barang dan jasa Di bawah pengaruh ideologi neoliberal, bisnis keuangan yang merupakan komponen ekonomi yang dipromosikan merupakan inti dari ekonomi neoliberal. Hal ini menyatakan bahwa pembebasan sistem keuangan akan menjamin pertumbuhan ekonomi melalui sistem pasar modal yang kompetitif dan memastikan pertumbuhan tingkat tinggi dari tabungan, investasi, kerja, produktivitas, arus masuk modal asing dan dengan demikian akan membawa kesejahteraan bersama. Dengan kata lain, merekomendasikan kepada pemerintah negara-negara miskin supaya membuka sistem keuangan mereka ke pasar global dengan pengaturan atas arus modal . Namun rekomendasi bertemu dengan kritik serius dari berbagai ahli etika. Para ahli yang berorientasi pragmatis, dengan klaim apriori, seperti klaim ”tangan tak terlihat yang akan mengendalikan perekonomian” secara etis bisa kontraproduktif. Klaim kesejahteraan keuangan ”Laissez-faire” mengundang perdebatan karena kesejahteraan akan diganti dengan kebebasan. Lebih jauh, sejarah dalam bidang keuangan tidak menunjukkan bahwa perusahaan selalu mempertahankan prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dalam lingkungan yang tidak diatur. Kerusakan akibat berabad-abad eksploitasi kolonial dan selanjutnya perang dingin dan harus tunduk pada hegemoni negara kaya yang menuntut negara- negara miskin tanpa syarat membuka ekonomi mereka untuk membiayai perusahaan transnasional, yang sengit ditentang oleh ahli etika dari berbagai tempat. Perusahaan dalam paradigma keuangan, dipandang sebagai jaringan yang kompleks dari hubungan kontraktual, sebagian besar implisit antar berbagai kelompok-kelompok kepentingan. Pada dasarnya, untuk tetap rasional di bidang keuangan adalah menjadi individualistik, materialistik, dan kompetitif. Bisnis adalah permainan yang dimainkan oleh individu, seperti halnya dengan semua permainan tujuannya adalah menang, dan menang adalah semata-mata diukur dari kekayaan materi. Dalam disiplin rasionalitas konsep ini tidak pernah dipertanyakan. Etika keuangan secara sempit telah direduksi menjadi fungsi matematika maksimalisasi kekayaan pemegang saham. Menyederhanakan asumsi tersebut diperlukan dalam bidang keuangan untuk pembangunan model matematis yang kuat. Seharusnya Etika Keuangan harus dilihat dari perspektif stakeholder, yaitu para pemangku kepentingan langsung dan seharusnya perusahaan tidak saja memperhatikan kepentingan pemegang saham tetapi juga kepada semua pemangku kepentingan dan perusahaan mempunyai kewajiban terhadap hal-hal berikut: Keadilan dalam praktek perdagangan, kondisi perdagangan, kontraktor keuangan, praktek-praktek penjualan, jasa konsultasi, pembayaran pajak, audit internal, audit eksternal yang dibahas di dalamnya.
  • 11. Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk memperluas pangsa pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Secara umum masalah-masalah yang sering di jumpai dalam pelanggaran etika bisnis dapat diklasifikasikan dalam lima kategori. Klasifikasi masalah tersebut yaitu : 1. Suap (Bribery) Barangsiapa menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau patut dapat menduga bahwa pemberian sesuatu atau janji itu dimaksudkan supaya ia berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam tugasnya, yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya yang menyangkut kepentingan umum, dipidana karena menerima suap dengan pidana penjara selama-lamanya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.15.000.000.- (lima belas juta rupiah) (Pasal 3 UU 3/1980). 2. Paksaaan (Coercion) Pemaksaan adalah praktek memaksa pihak lain untuk berperilaku dengan cara spontan (baik melalui tindakan atau tidak bertindak) dengan menggunakan ancaman, intimidasi, penipuan, atau bentuk lain dari tekanan atau kekuatan. Tindakan seperti itu digunakan sebagai leverage, untuk memaksa korban untuk bertindak dengan cara yang dikehendaki. Pemaksaan mungkin melibatkan hukuman fisik yang sebenarnya sakit / cedera atau kerusakan psikologis dalam rangka untuk meningkatkan kredibilitas dari sebuah ancaman. Ancaman bahaya lebih lanjut dapat menyebabkan kerjasama atau ketaatan orang yang dipaksa. Penyiksaan adalah salah satu contoh yang paling ekstrem yaitu pemaksaan sakit parah yang diderita korban untuk mengekstrak informasi yang dikehendaki dari partai disiksa. 3. Penipuan (Deception) Pasal 378 KUHP di atas, maka R. Sugandhi (1980 : 396-397) mengemukakan pengertian penipuan bahwa : Penipuan adalah tindakan seseorang dengan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, nama palsu dan keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri dengan tiada hak. Rangkaian kebohongan ialah susunan kalimat- kalimat bohong yang tersusun demikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan benar. 4. Pencurian (Theft)
  • 12. Pengertian pencurian menurut hukum beserta unsur – unsurnya dirumuskan dalam pasal 362 KUHP, adalah berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi : “Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 900,000”. 5. Diskriminasi tidak jelas (Unfair Discrimination) Adalah perlakuan tidak adil atau penolakan terhadap orang-orang tertentu yang disebabkan oleh ras, jenis kelamin, kewarganegaraan, atau agama. IV. LANGKAH TERHADAP PENIPUAN BANK Setelah hebos kasus bank century, masyarakat Indonesia kembali dikejutkan oleh kasus fiktif L/C Bank BNI. Kasus ini bermula dari diterimanya L/C bernilai Rp 1,7 triliun oleh Bank BNI Cabang Kebayoran Baru. L/C tersebut dibuka oleh bank-bank yang selain bukan merupakan koresponden Bank BNI, juga bank-bank yang berasal dari negara-negara dalam kategori berisiko tinggi (high risk countries). Bank-bank tersebut adalah Dubai Bank Kenya Limited; Rosbank Switzerland SA; Middle East Bank Kenya Ltd; dan The Wall Street Banking Corp, Cook Islands Beneficiary (eksportir). Sementara yang menerima L/C adalah perusahaan-perusahaan dalam Gramarindo Group dan Petindo Group. Komoditas yang diekspor adalah pasir kuarsa dan residu minyak dengan negara tujuan Kenya dan beberapa negara di Afrika. Awal terbongkarnya kasus menghebohkan ini adalah tatkala BNI melakukan audit internal pada bulan Agustus 2003. Dari audit itu diketahui bahwa ada posisi euro yang gila-gilaan besarnya, senilai 56,77 juta euro. Pergerakan posisi euro dalam jumlah besar mencurigakan karena peredaran euro di Indonesia terbatas dan kinerja euro yang sedang baik pada saat itu. Dari audit akhirnya diketahui ada pembukaan L/C yang amat besar dan negara bakal rugi lebih satu triliun rupiah. Kasus ini menjadi fenomenal karena selain merugikan keuangan Bank BNI tetapi juga berimbas pada keuangan negara secara makro. Adapun Penjelasan mengenai L/C fiktif BNI tersebut adalah sebagai berikut: 1. Waktu kejadian : Juli 2002 s/d Agustus 2003 2. Opening Bank : Rosbank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd, The Wall Street Banking Corp, dan Middle East Bank Kenya Ltd. 3. Total Nilai L/C : USD.166,79 juta & EUR 56,77 juta atau sekitar Rp. 1,7 trilyun 4. Beneficiary/Penerima L/C : 11 perusahaan dibawah Gramarindo Group dan 2 perusahaan dibawah Petindo Group 5. Barang Ekspor : Pasir Kuarsa dan Minyak Residu 6. Tujuan Ekspor : Congo dan Kenya 7. Skim : Usance L/C
  • 13. Kronologi kasus L/C fiktif bank BNI: 1. Bank BNI Cabang Kebayoran Baru menerima 156 buah L/C dengan Issuing Bank : Rosbank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd, The Wall Street Banking Corp, dan Middle East Bank Kenya Ltd. Oleh karena BNI belum mempunyai hubungan koresponden langsung dengan sebagian bank tersebut di atas, mereka memakai bank mediator yaitu American Express Bank dan Standard Chartered Bank. 2. Beneficiary mengajukan permohonan diskonto wesel ekspor berjangka (kredit ekspor) atas L/C-L/C tersebut di atas kepada BNI dan disetujui oleh pihak BNI. Gramarindo Group menerima Rp 1,6 trilyun dan Petindo Group menerima Rp 105 milyar. 3. Setelah beberapa tagihan tersebut jatuh tempo, Opening Bank tidak bisa membayar kepada BNI dan nasabahpun tidak bisa mengembalikan hasil ekspor yang sudah dicairkan sebelumnya. 4. Setelah diusut pihak kepolisian, ternyata kegiatan ekspor tersebut tidak pernah terjadi. 5. Gramarindo Group telah mengembalikan sebesar Rp 542 milyar, sisanya (Rp 1.2 trilyun) merupakan potensi kerugian BNI. Pada kasus LC fiktif bank BNI yang dituduhkan tersebut, modus operandi yang dilakukan kurang lebih yaitu sebagai berikut : Antara Penjual (Eksportir) dan Pembeli (Importir), Issuing Bank, Advising Bank dan Negotiating Bank telah terjadi kesepakatan terlebih dahulu, sebagai berikut: 1. Kesepakatan Multilateral/Internasional a. Kesepakatan harga, volume, waktu pengiriman dan spesifikasi barang yang akan dibeli. b. Macam LC yang diterbitkan, persyaratan pencairan didalam LC, tgl diterbitkan, tanggal kadaluarsa. c. Bank yang akan menerbitkan LC adalah koresponden dari Bank Penjual didalam negeri atau harus ada Bank Penjamin didalam negeri (Advising Bank ) apabila bukan koresponden bank, sehingga dengan adanya Advising Bank, maka Negotiating Bank dapat melakukan pendiskotoan LC tersebut sesuai konvensi yaitu UCP.500. d. Penerbitan dan kemudian pengiriman LC harus menggunakan alat verifikasi yang telah disetujui oleh dunia internasional yaitu SWIFT dengan Message Type .700, sehingga LC tersebut dikatakan GENUINE (benar, baik, betul, akurat dan dapat dipercaya ). 2. Kesepakatan Nasional/Dalam Negeri a. Eksportir atau penjual barang, telah conform dengan Banknya bahwa negotiating bank yang akan digunakan adalah sesuai dengan LC yang akan dikirim oleh Importir lewat Issuing Bank.
  • 14. b. Eksportir dan Bank didalam negeri telah terjadi kesepakatan untuk melakukan pendiskontoan LC yang akan diterima, setiap bank mempunyai aturan yang berbeda dalam rangka pendiskontoan LC ekspor tersebut, tapi yang sama adalah, bahwa Bank mempuinyai HAK REGRES, yaitu hak yang dipunyai oleh Bank di dalam negeri, yaitu apabila Issuing Bank atau Importir tidak membayar kepada Negotiating Bank, karena pendiskontoan yang telah dilakukan, dengan alasan apapun, maka Negotiating Bank dapat meminta pelunasan pembayaran kepada Nasabahnya atau eksportir yang dimaksud. c. Pendiskontoan LC ekspor, sama halnya dengan perjanjian kredit pada umumnya, pada saat terjadi wanprestasi di Luar negeri (Issuing Bank ), maka berlakulah hukum Nasional di Indonesia, yaitu perjanjian Kredit pada umumnya dan masuk dalam lingkup HUKUM PERDATA. d. Apakah penggunaan yang tidak sesuai tentang pemakaian hasil pendiskontoan atau hasil pencairan kredit adalah suatu tindakan PIDANA…..??????? dalam hal ini Tindakan Pidana Korupsi sesuai UU No.31/1999 jo UU.No.20/2001 e. Dalam perjanjian Kredit atau pendiskotoan LC tersebut, Bank pada umumnya telah melakukan prinsip kehati-hatian bank, yaitu meninjau usaha, menilai asset sebagai jaminan pembayaran, sehingga apabila terjadi wanprestasi, Bank tetap aman untuk menerima pengembalian dana yang telah dicairkan kepada nasabah, baik berupa kredit atau pendiskontoan LC. f. Dokumen Pendukung disini adalah seolah-olah telah atau akan terjadi pengiriman barang dengan menggunakan Bill of Lading, & dokumen lainnya yang diminta dalam LC, dikarenakan antara Importir dan Eksportir dan juga antara Issuing Bank & Negoriating Bank, sudah terjadi kesepakatan, maka pembayaran tetap dilakukan pada saat jatuh tempo (terbukti dari total 82 slip LC, hanya 37 Slip LC yang belum dibayar, itu pun karena dikasuspidanakan oleh BNI). Dari kronologi diatas dapat dilihat kesimpulan Pada LC seolah-olah telah atau aka nada pengiriman dengan dokumen yang disepakati didalam LC. Dikarenakan kesepakatan-kesepakatan diatas telah terjadi maka, terjadilah Pendiskontoan LC Ekspor oleh Bank BNI terhadap Gramarindo Group, didalam pelaksanaannya tidak pernah terjadi masalah, yaitu sejak bulan September 2002 sampai dengan Agustus 2003, Bank diluar negeri sebagai Issuing Bank, yang menerbitkan LC tersebut tetap membayar kepada Bank BNI atas pendiskontoan LC yang telah dilakukan terlebih dahulu dan karena pembayarannya dalam US. Dollar, maka pembayaran selalu melewati perjanjian Internasional, yaitu BANK SENTRAL di NEW YORK.
  • 15. Solusi yang dilakukan Setelah diketahui oleh Satuan Intern Pengawas Bank BNI, bahwa terjadi kesalahan prosedur untuk pendiskontoan LC tersebut, maka Bank BNI atas sepengetahuan direksi di kantor Pusat, menyetujui dibuat AKTE PENGAKUAN HUTANG atas total pendiskontoan LC yang terjadi dan masih ditambah dengan Borgtogh oleh Owner dan Konsultan Investasi Sagared Group. Yang sebenarnya bahwa APU tersebut adalah sama dengan Letter of Indemnity partial yang terlampir per slip LC yang menyangkut HAK REGRES, yang kemudian direkapitulasi menjadi total angka didalam APU dengan tambahan jaminan/collateral saja. V. MASALAH ETIKA YANG TIMBUL DARI KEGIATAN PEMAIN PROFESIONAL kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika profesi. Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi: 1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. 2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial). 3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan. Dalam menjalankan profesi, seseorang perlu memiliki dasar-dasar yang perlu diperhatikan (Bertens.K, 2007), diantaranya:
  • 16. 1. Prinsip Tanggung Jawab. Seorang yang memiliki profesi harus mampu bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari profesi tersebut, khususnya bagi orang-orang di sekitarnya. 2. Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar seseorang mampu menjalankan profesinya tanpa merugikan orang lain, khususnya orang yang berkaitan dengan profesi tersebut. 3. Prinsip Otonomi. Prinsip ini didasari dari kebutuhan seorang profesional untuk diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menjalankan profesinya. 4. Prinsip Integritas Moral. Seorang profesional juga dituntut untuk memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya, dirinya, dan masyarakat. Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Pelanggaran kode etik profesi adalah penyelewengan/ penyimpangan terhadap norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Beberapa faktor mengenai penyebab pelanggaran kode etik: 1. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dri masyarakat. 2. Organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi masyarakat untuk menyampaikan keluhan. 3. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri. 4. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga martabat luhur profesinya. 5. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi untuk menjaga martabat luhur profesinya. Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik salah satunya bagi para pengguna internet adalah: 1. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk. 2. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung secara langsung dan negative masalah suku, agama dan ras(SARA), termasuk di dalamnya usaha penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok/ lembaga/ institusi lain. 3. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi Instruksi untuk melakukan perbuatan melawan hukum(illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional umumnya.
  • 17. 4. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur. 5. Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi yang memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking. Contoh kasus yang akan kita bahas adalah Kasus Pelanggaran Kode Etik oleh Auditor BPKP. Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Tomi Triono mengaku menerima duit dari anggaran kegiatan joint audit pengawasan dan pemeriksaan di Kemendikbud. Tomi mengaku sudah mengembalikan duit ke KPK. Tomi saat bersaksi untuk terdakwa mantan Irjen Kemendikbud Mohammad Sofyan mengaku bersalah dengan penerimaan duit dalam kegiatan wasrik sertifikasi guru (sergu) di Inspektorat IV Kemendikbud. Duit yang dikembalikan Rp 48 juta. Menurutnya ada 10 auditor BPKP yang ikut dalam joint audit. Mereka bertugas untuk 6 program, di antaranya penyusunan SOP wasrik dan penyusunan monitoring dan evaluasi sertifikasi guru. Adanya aliran duit ke auditor BPKP juga terungkap dalam persidangan dengan saksi Bendahara Pengeluaran Pembantu Inspektorat I Kemendikbud, Tini Suhartini pada 11 Juli 2013. Sofyan didakwa memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan memerintahkan pencairan anggaran dan menerima biaya perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan. Dia juga memerintahkan pemotongan sebesar 5 persen atas biaya perjalanan dinas yang diterima para peserta pada program kegiatan joint audit Inspektorat I, II, III, IV dan investigasi Itjen Depdiknas tahun anggaran 2009. Dari perbuatannya. Total kerugian keuangan negara dalam kasus ini mencapai Rp 36,484 miliar. Berikut ini merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam kasus tersebut diatas dengan perannya masing-masing: 1. Tomi Triono dan 10 Auditor lainnya selaku Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) 2. Mohammad Sofyan selaku Irjen Kemendikbud 3. Tini Suhartini selaku Bendahara Pengeluaran Pembantu Inspektorat I Kemendikbud Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi. Kasus suap yang menimpa beberapa auditor BPKP menunjukan adanya pelanggaran terhadap prinsip etika profesi. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Auditor
  • 18. bersangkutan berdasarkan Prinsip Etika Ikatan Akuntan Indonesia, sebagai berikut: 1. Tanggungjawab Profesi, Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilaksankannya. Dalam kasus suap auditor BPKP, jelas beberapa auditor tidak mempertimbangkan aspek moral dan professional dengan menerima sesuatu yang bukan haknya serta lebih mengedepankan kepentingan pribadi diatas kepentingan publik. 2. Kepentingan Publik, Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme. Dalam kasus ini, auditor BPKP seharusnya berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen dan profesionalisme. Selain itu, alam kasus ini yang dirugikan adalah Masyarakat karena uang negara adalah uang rakyat, dan auditor BPKP adalah pegawai negeri yang secara tidak langsung mengemban amanah dari rakyat. dengan kata lain, auditor BPKP dalam kasus ini juga telah mengabaikan prinsip kepentingan publik. 3. Integritas, Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap auditor BPKP harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Tidak menerima suap adalah cerimanan auditor yang berintegritas. 4. Objektivitas, Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan auditor bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka. Seharusnya auditor menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang profesional. tidak diperkenankan auditor menerima sejumlah uang untuk menutup-nutupi suatu kecurangan apalagi ikut 'merancang' agar kecurangan tersebut tidak terbaca oleh mata hukum. 5. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional, Setiap auditor BPKP harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati– hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir. 6. Perilaku Profesional, Setiap auditor BPKP harus berperilaku konsisten sesuai aturan yang telah ditetapakan dan menjauhi tindakan seperti menerima suap yang dapat mendiskreditkan profesi. 7. Standar Teknis, Setiap auditor harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
  • 19. Solusi yang dapat diberikan untuk mencegah kasus tersebut terulang adalah: 1. Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara. 2. Mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya. 3. Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara. 4. Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan. 5. Menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan. 6. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa perusahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik. 7. Perlu penayangan wajah para Auditor maupun para Koruptor yang bermasalah di televisi dan media elektronik serta cetak lainnya agar bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk professional lainnya. 8. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat terkhususnya para auditor di pemerintahan. DAFTAR PUSTAKA 1. Tulung, Joy. http://www.joyellytulung.com/files/Materi-Manajemen- Keuangan.pdf, (20 Oktober 2018, Jam 22:23) 2. Suryani, Indri, 2012. Aspek Perilaku dalam Penyusunan Anggaran dan Perencanaan Laba, Universitas Jenderal Sudirman, Jawa Tengah 3. Amerieska, Siti. Etika Akuntan Manajemen Pemerintahan Daerah dalam Penyusunan Anggaran Publik Guna Mencapai Good Local Governance, Politeknik Negeri Malang, Jawa Timur. 4. Kristianto, Paulus. Etika Bisnis Dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan, Universitas Kristen Immanuel, Yogyakarta. 5. Pudjiastuti, Retno, 2012. https://enomutzz.wordpress.com/2012/03/30/contoh-kasus-lc-fiktif-bni/, (20 Oktober 2018, Jam 23:37)
  • 20. 6. Nurbaiti, Dewi, 2013. http://cyberlawncrime.blogspot.com/2013/03/pengertian-etika-kode-etik-dan- fungsi.html, (20 Oktober 2017, Jam 23:50) 7. Anonym-1, 2018. https://id.wikipedia.org/wiki/Kode_etik_profesi, (20 Oktober 2017, Jam 23:57) 8. Ali, Hapzi, 2018. Ethical Issues in Financial Management, Universitas Mercu Buana, Jakarta 9. Daryanti, Ampe, 2016. https://cacingkurcaci.blogspot.com/2016/12/kasus- pelanggaran-kode-etik-auditor-bpkp.html, (21 Oktober 2018, 00:19)