SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
9,	BE	&	GG,	Beny	Adhi,	Hapzi	Ali,	Corporate	Ethics:	Rights,	Privileges,	problems	
and	Protection	Universitas	Mercu	Buana,	2018	
	
I. PENDAHULUAN	
Keprihatinan	moral	terhadap	bisnis	saat	ini	telah	memasuki	tahapan	yang	
lebih	 maju	 dari	 sekedar	 ukuran	 tradisional.	 Zaman	 multinasional	 konglomerat	
dan	 korporasi	 sedang	 berkembang	 secara	 signifikan.	 Kini	 masyarakat	 pada	
umumnya	 berada	 dalam	 fase	 perkembangan	 bisnis	 dan	 ekonomi	 kapitalisme	
sejak	 jatuhnya	 sistem	 komunisme,	 maka	 kapitalisme	 berkembang	 pesat	 tanpa	
timbul	 hambatan	 yang	 berarti.	 Pada	 saat	 ini	 bisnis	 telah	 menjadi	 besar	
meninggalkan	 bisnis	 tradisonal	 yang	 semakin	 terdesak	 bahkan	 tersisih	 karena	
perkembangan	 zaman.	 Kekayaan	 mayoritas	 perusahaan	 swasta	 di	 berbagai	
negara	dapat	melebihi	kekayaan	negara.	
Selanjuntya	seiring	dengan	adanya	globalisasi	maka	dunia	bisnispun	mau	
tidak	 mau	 harus	 mengikuti	 keadaaan	 ini.	 	 Oleh	 karena	 itu	 perusahaan	 yang	
melakukan	 aktifitas	 bisnisnya	 tentu	 harus	 mengikuti	 norma-norma	 dan	 aturan	
yang	berlaku	pada	zaman	sekarang.	Kegiatan	bisnis	yang	penuh	dengan	pasang	
surut,	siasat,	taktik	maupun	cara-cara	strategis	dan	bahkan	jegal	menjegal	antara	
pesaingnya	sering	kali	kita	ketahui	bersama.	
Hal	 ini	 tentunya	 dapat	 dipahami	 apabila	 masyarakat	 secara	 umum,	
terutama	pada	pelaku	bisnis	agak	sulit	mengerti	hubungan	antara	bisnis	dengan	
etika,	 karena	 hal	 ini	 merupakan	 sebuah	 kontradiktif	 tentunya.	 Tetapi	 pada	
kenyataannya	 pelaku	 bisnis	 maupun	 istitusi	 bisnis	 yang	 tidak	 melakukan	
kegiatannya	sesuai	norma,	aturan	maupun	etika	maka	akan	mendapatkan	citra	
yang	buruk	di	masyarakat,	dan	cepat	atau	lambat	akan	merugikan	perusahaan	itu	
sendiri.	 Ditambah	 lagi	 dengan	 cepatnya	 arus	 informasi	 dan	 perkembangan	
teknologi	 saat	 ini	 maka	 segala	 bentuk	 kegiatan	 yang	 konotasinya	 negatif	 akan	
cepat	menyebar	luas.	
	
II. ETIKA	PERUSAHAAN	
Etika	 korporat	 adalah	 bentuk	 etika	 terapan	 atau	 etika	 profesional,	 yang	
meneliti	 prinsip-prinsip	 etika	 dan	 masalah	 moral	 atau	 etika	 yang	 dapat	 timbul	
dalam	 lingkungan	 bisnis.	 Ini	 berlaku	 untuk	 semua	 aspek	 perilaku	 bisnis	 dan	
relevan	dengan	perilaku	 individu	 dan	 seluruh	 organisasi.	Etika	 ini	 berasal	 dari	
individu,	 pernyataan	 organisasi	 atau	 dari	 sistem	 hukum.	 Norma-norma,	 nilai-
nilai,	 etika,	 dan	 praktik	 yang	 tidak	 etis	 inilah	 yang	 digunakan	 untuk	 memandu	
bisnis.	Mereka	membantu	bisnis	tersebut	mempertahankan	hubungan	yang	lebih	
baik	dengan	para	pemangku	kepentingan	mereka.	
	
2.1. Etika	Usaha	
Etika	Usaha	merupakan	sistem	nilai	atau	norma	yang	dianut	oleh	Perusahaan	
sebagai	 acuan	 Karyawan,	 Direksi,	 Komite-Komite	 dan	 Dewan	 Pengawas	
untuk	 berhubungan	 dengan	 Stakeholders	 dengan	 berpegang	 teguh	 pada	
nilai-nilai	Perusahaan.	
	
2.1.1. Hubungan	dengan	Pelanggan	
Kesuksesan	 Perusahaan	 tergantung	 kepada	 terbentuknya	 hubungan	
yang	 harmonis	 serta	 produktif	 dengan	 pelanggan	 berdasarkan
integritas,	perilaku	etis,	profesional,	nama	baik,	dan	hubungan	saling	
percaya.	
Perusahaan	 mempunyai	 komitmen	 untuk	 secara	 terus	 menerus	
mengembangkan	 budaya	 pelayanan	 yang	 profesional	 dengan	 selalu	
berusaha	 mengutamakan	 kepuasan	 pelanggan	 serta	 membangun	
hubungan	 jangka	 panjang	 yang	 saling	 menguntungkan	 bagi	 kedua	
pihak.	
Standar	Etika:	
1. Mengutamakan	kualitas	dalam	setiap	produk	dan	jasa	yang	dijual	
kepada	 pelanggan,	 termasuk	 di	 dalamnya	 pemenuhan	 standar	
spesifikasi,	 ketepatan	 waktu	 penyerahan	 serta	 harga	 yang	 wajar	
dengan	pelayanan	yang	optimal.	
2. Mengutamakan	faktor	keselamatan	dalam	setiap	produk	atau	jasa	
yang	dijual	kepada	pelanggan.	
3. Dalam	 setiap	 interaksi	 dengan	 pelanggan,	 selalu	 mengutamakan	
kepuasan	 pelanggan,	 sejak	 dari	 awal	 perencanaan	 pekerjaan,	
penyelesaian	pekerjaan	sampai	dengan	tahap	purna	jual.	
4. Memberikan	 informasi	 yang	 relevan	 kepada	 pelanggan	 secara	
transparan,	 akurat,	 dan	 tepat	 waktu	 mengenai	 segala	 syarat,	
kondisi,	hak,	dan	kewajibannya.	
5. Mematuhi	setiap	kesepakatan	bisnis	yang	disusun	dalam	dokumen	
tertulis	berdasarkan	itikad	baik	serta	saling	menguntungkan.	
6. Memastikan	 bahwa	 promosi	 produk/jasa	 Perusahaan	 dilakukan	
secara	transparan	dan	tidak	menyesatkan	publik.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Sikap	dan	hubungan	kemitraan	dengan	pelanggan	
2. Perubahan	harga	produk	dan	nilai	tukar.	
3. Kontrol	 terhadap	 proses	 perencanaan,	 produksi	 dan	 pemasaran	
yang	berpengaruh	terhadap	kualitas	produk.		
4. Proses	dan	legalitas	perjanjian	kontrak	penjualan.	
	
2.1.2. Hubungan	dengan	Pemasok	
Prinsip-prinsip	hubungan	dengan	Pemasok	dan	Penyedia	Barang	dan	
Jasa	 adalah	 terwujudnya	 pengadaan	 barang	 dan	 jasa	 secara	 efisien,	
efektif,	 dan	 ekonomis,	 sehingga	 akan	 diperoleh	 barang	 maupun	 jasa	
yang	bermutu	tinggi	dan	berkualitas	sesuai	dengan	persyaratan	teknis	
yang	diinginkan.	
Pemasok	 merupakan	 mitra	 usaha	 penting	 bagi	 Perusahaan.	
Perusahaan	 menerapkan	 kepentingan	 yang	 seimbang	 dengan	
pemasok	 melalui	 informasi	 yang	 terbuka	 mengenai	 pengadaan	
barang/jasa	kepada	calon	pemasok	dan	memberikan	perlakuan	yang	
sama	bagi	semua	calon	pemasok.	
Standar	Etika:	
1. Menghindari	praktik	Kolusi,	Korupsi,	dan	Nepotisme	(KKN)	
2. Melaksanakan	 prosedur	 lelang	 sesuai	 dengan	 kebijakan	 maupun	
Standar	Operating	Procedure	(SOP)	pengadaan	barang	dan	jasa.	
3. Menjamin	 terlaksananya	 prosedur	 pembayaran	 sesuai	 dengan	
ketentuan	yang	berlaku.
4. Mencegah	terjadinya	mark-up	harga.	
Hal-Hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Pemilihan	pemasok	yang	tidak	melalui	pelelangan	yang	terbuka.	
2. Potensi	konflik	kepentingan	dalam	pemilihan	pemasok,	termasuk	
penerimaan	uang,	hadiah,	hiburan	atau	barang	lain	yang	berharga.	
3. Pemilihan	 pemasok	 yang	 dimiliki	 atau	 dikelola	 keluarga	 atau	
teman.	
4. Pemasok	 tidak	 memenuhi	 persyaratan	 Perusahaan	 mengenai	
Keselamatan	 dan	 Kesehatan	 Kerja	 (K3)	 dan	 peraturan	
ketenagakerjaan.	
5. Lemahnya	kontrol	terhadap	proses	pengadaan	Perusahaan.	
6. Praktek	 mark-up	 harga	 dan	 kuantitas,	 kolusi	 diantara	 pemasok	
dalam	 penetapan	 harga	 maupun	 pembagian	 pekerjaan	 dan	
ketergantungan	kepada	suatu	pemasok	dalam	jangka	panjang.	
	
2.1.3. Hubungan	dengan	Pesaing	
Perusahaan	 berkomitmen	 untuk	 melakukan	 kegiatan	 usaha	 dengan	
tata	 cara	 yang	 dapat	 dipertanggungjawabkan	 sehingga	 Perusahaan	
selalu	 berkomitmen	 untuk	 menerapkan	 persaingan	 yang	 sehat	 dan	
menganggap	 pesaing	 sebagai	 pemacu	 Perusahaan	 untuk	 selalu	
memberikan	yang	terbaik.	
Standar	Etika:	
1. Menciptakan	 produk	 dan	 jasa	 yang	 inovatif	 dan	 berkualitas	 agar	
tetap	bertahan	dan	unggul	dalam	persaingan	usaha	
2. Menghindari	 melakukan	 kesepakatan	 yang	 tidak	 wajar	 atau	
persekongkolan	 dengan	 pelaku	 industri	 lainnya,	 untuk	
mendapatkan	 keuntungan	 dengan	 mengorbankan	 kepentingan	
konsumen.	
3. Mendukung	perilaku	kompetitif	yang	sehat	dan	menunjukan	sikap	
saling	menghargai	antar	pesaing.	
4. Mencegah	upaya	atau	partisipasi	pada	pembayaran-	pembayaran	
yang	 tidak	 wajar	 atau	 penggunaan	 praktek-	 praktek	 yang	 tidak	
terpuji	untuk	dapat	mempertahankan	keunggulan	bersaing.	
5. Menghargai	 hak	 cipta	 dan	 hak	 atas	 kekayaan	 intelektual	 dengan	
tidak	mencuri	dan	memanfaatkan	informasi	usaha	secara	ilegal.	
Hal-Hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Memiliki	 hubungan	 dengan	 pihak	 tertentu	 dalam	 Perusahaan	
pesaing	 yang	 berpotensi	 memberikan	 kerugian	 bagi	 salah	 satu	
pihak.	
2. Promosi	negatif	dengan	maksud	untuk	menjatuhkan	pesaing.	
3. Penyampaian	 informasi	 rahasia	 terkait	 Perusahaan	 pesaing	 oleh	
pihak	 yang	 tidak	 memiliki	 wewenang	 untuk	 memperoleh	
informasi	tersebut.	
	
2.1.4. Hubungan	dengan	Regulator	
Perusahaan	berkomitmen	membangun	hubungan	baik	dengan	semua	
instansi	dan	pejabat	Pemerintah	sebagai	regulator.	
Standar	Etika:
1. Tunduk	 pada	 peraturan	 perundang-undangan	 yang	 berlaku	
khususnya	mengenai	hubungan	dengan	Pemerintah.	
2. Membangun	hubungan	harmonis	dengan	Pemerintah	selaku	pihak	
regulator.	
3. Mengharuskan	 semua	 mitra	 kerja	 untuk	 mematuhi	 pedoman	
perilaku	dengan	Pemerintah	yang	ditetapkan.	
4. Jujur	dan	transaparan	dalam	berhubungan	dengan	semua	instansi	
dan	pejabat	Pemerintah.	
5. Setiap	 pelaporan,	 pernyataan,	 sertifikat	 dan	 permohonan	 yang	
ditujukan	 kepada	 Pemerintah	 harus	 transaparan,	 jelas,	 akurat,	
lengkap	 serta	 tidak	 mengandung	 hal-hal	 yang	 dapat	
disalahtafsirkan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Pesyaratan	 khusus	 atau	 pengenaan	 biaya	 yang	 tidak	 sah	
sehubungan	 dengan	 proses	 perijinan	 yang	 dikeluarkan	 oleh	
Pemerintah	
2. Penyerahan	 informasi	 atau	 data	 Perusahaan	 yang	 tidak	 akurat	
atau	tidak	lengkap	yang	dibutuhkan	oleh	Pemerintah.	
3. Pelanggaran	 atas	 peraturan	 Pemerintah	 mengenai	 larangan	
pemberian	hadiah	dan	peraturan	mengenai	pemberian	hiburan.	
	
2.1.5. Hubungan	dengan	Masyarakat	
Mendukung	proses	penegakan	hukum	dengan	memberikan	informasi	
yang	 lengkap	 dan	 relevan	 kepada	 penegak	 hukum.	 Perusahaan	
menyadari	 pentingnya	 tanggung	 jawab	 terhadap	 masyarakat	 dan	
lingkungan	sekitar.	
Standar	Etika:	
1. Dalam	 menjalankan	 aktivitas	 usaha,	 berusaha	 mengurangi	
seminimal	mungkin	dampak	negatif	terhadap	lingkungan	hidup.	
2. Mendukung	 program	 Pemerintah	 dalam	 mengurangi	 dampak	
pemanasan	 global,	 dengan	 melakukan	 program	 penghematan	
energi	dan	sumber	daya	alam.	
3. Berkomitmen	 untuk	 turut	 menjaga	 warisan	 budaya	 dan	
mendorong	 anak	 Perusahaan	 serta	 para	 rekanan	 memiliki	
komitmen	yang	sama.	
4. Menghormati	 peraturan	 hukum,	 nilai-nilai	 lokal,	 dan	 norma-
norma	 yang	 berlaku	 di	 wilayah	 dimana	 Perusahaan	 melakukan	
usaha.	
5. Turut	 memberikan	 kontribusi	 terhadap	 kegiatan	 kemanusiaan	
dan	perbaikan	lingkungan,	baik	secara	moral	maupun	finansial.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Sensitivitas	atas	masalah	yang	dialami	masyarakat	sekitar	operasi	
Perusahaan.	
2. Prinsip	keterbukaan	informasi	dan	kemitraan	secara	aktif.	
3. Ketimpangan	 tingkat	 ekonomi	 masyarakat	 sekitar	 operasi	
Perusahaan.	
4. Keseimbangan	lingkungan.
2.1.6. Hubungan	dengan	Karyawan	
Perusahaan	memandang	bahwa	karyawan	adalah	merupakan	aset	dan	
mitra	 utama	 bagi	 Perusahaan,	 sehingga	 Perusahaan	 berkomitmen	
untuk	 mengelola	 hak,	 kewajiban	 dan	 kompetensi	 karyawan	 dengan	
sebaik-baiknya.	
Standar	Etika:	
1. Perusahaan	 menghormati	 hak	 asasi	 karyawan	 serta	 hak	 dan	
kewajiban	karyawan	sesuai	ketentuan	perundang-	undangan,	dan	
PKB	
2. Dalam	 setiap	 kebijakannya,	 Perusahaan	 menghindari	 perlakuan	
diskriminatif	 terhadap	 karyawan	 berdasarkan	 suku,	 agama,	 ras,	
jenis	 kelamin,	 usia,	 status	 perkawinan,	 kecacatan	 fisik,	 dan	
penggolongan-penggolongan	 lain	 yang	 dilarang	 oleh	 peraturan	
perundang-undangan.	
3. Perusahaan	 memastikan	 bahwa	 setiap	 kinerja	 positif	 selalu	
memperoleh	 imbalan,	 dan	 setiap	 pelanggaran	 akan	 dikenakan	
sanksi	sesuai	dengan	peraturan	yang	berlaku	di	Perusahaan.	
4. Perusahaan	 mendorong	 dan	 memfasilitasi	 pengembangan	
kemampuan	 profesional	 karyawan,	 baik	 berupa	 peningkatan	
keahlian	teknis	maupun	non	teknis	(soft-	skills).	
5. Perusahaan	 berkomitmen	 untuk	 memberikan	 kesempatan	 kerja	
dan	pengembangan	karir	yang	fair	kepada	seluruh	karyawan.	
6. Perusahaan	berkomitmen	untuk	menciptakan	suasana	kerja	yang	
terbuka,	 partisipatif,	 dan	 komunikatif	 diantara	 karyawan	 dan	
antara	 karyawan	 dengan	 Manajemen,	 sehingga	 dapat	
menumbuhkan	sinergi	dan	iklim	kerja	sama	di	Perusahaan.	
7. Perusahaan	 memastikan	 diterapkannya	 prosedur	 kesehatan	 dan	
keselamatan	kerja	sesuai	dengan	peraturan	yang	berlaku.	
Hal-hal	yang	perlu	diperhatikan:	
1. Hak	 dan	 kewajiban	 Perusahaan	 maupun	 karyawan	 sebagaimana	
tercantum	dalam	Perjanjian	Kerja	Bersama	(PKB).	
2. Budaya	 kerja	 yang	 tidak	 mendukung	 terciptanya	 hubungan	 yang	
dinamis	dan	harmonis.	
3. Fungsi	 serikat	 pekerja	 yang	 kurang	 aktif	 dalam	 menjembatani	
hubungan	antara	Perusahaan	dan	karyawan.	
4. Adanya	 intervensi	 pihak	 eksternal	 yang	 dapat	 mempengaruhi	
perilaku	Perusahaan	terhapap	karyawan	tertentu.	
5. Undang-undang	yang	berkaitan	dengan	ketenagakerjaan.	
	
2.1.7. Hubungan	dengan	Kreditur	
Perusahaan	 bekerjasama	 dengan	 kreditur	 dalam	 memperoleh	 dana	
untuk	meningkatkan	kemampuan	modal	kerja	Perusahaan	yang	akan	
digunakan	untuk	mengembangkan	usaha	
Standar	Etika:	
1. Senantiasa	 menyampaikan	 informasi	 yang	 relevan	 kepada	 bank,	
lembaga	keuangan,	pemegang	obligasi	dan	kreditur	lainnya	secara	
benar,	 akurat,	 dan	 menggambarkan	 kondisi	 Perusahaan	 yang	
sebenarnya
2. Menggunakan	 dana	 yang	 diperoleh	 dari	 kreditur	 secara	 amanah,	
transparan,	dan	tepat	guna.	
3. Memenuhi	semua	ketentuan-ketentuan	yang	ada	dalam	Perjanjian	
dengan	pihak	kreditur.	
Hal-hal	yang	perlu	diperhatikan:	
1. Penyebaran	informasi	Perusahaan	yang	tidak	akurat	ataupun	tidak	
lengkap	yang	dibutuhkan	kreditur.	
2. Kemampuan	 yang	 dimiliki	 Perusahaan	 untuk	 memenuhi	 hak	
kreditur.	
	
2.1.8. Hubungan	dengan	Anak	Perusahaan	
Dalam	 mengembangkan	 bisnis	 Perusahaan	 dapat	 membentuk	 anak	
Perusahaan	maupun	bekerja	sama	membentuk	Perusahaan	patungan.	
Hubungan	 dengan	 anak	 Perusahaan	 maupun	 Perusahaan	 patungan	
dilaksanakan	dalam	rangka	membangun	sinergi	dan	citra	yang	lebih	
baik	serta	dapat	meningkatkan	kinerja	Perusahaan.	
Standar	Etika:	
1. Pegawai	 menjaga	 agar	 setiap	 hubungan	 bisnis	 dengan	 anak	
Perusahaan	 maupun	 Perusahaan	 Patungan	 dilaksanakan	 dalam	
kerangka	 hubungan	 bisnis	 yang	 wajar	 sebagaimana	 layaknya	
hubungan	bisnis	yang	dikembangkan	dengan	pihak	yang	terafiliasi.	
2. Saling	 menghormati	 kepentingan	 masing-masing	 pihak	 melalui	
perjanjian	kerjasama	yang	saling	menguntungkan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Intervensi	terhadap	kegiatan	operasional	anak	Perusahaan.	
2. Perjanjian	kerjasama	yang	kurang	seimbang	dan	cacat	hukum.	
3. Transaksi	 keuangan	 yang	 dapat	 menyimpang	 dari	 peraturan	
perbendaharaan	negara.	
	
2.1.9. Hubungan	dengan	Media	
Perusahaan	 meyakini	 bahwa	 dengan	 membangun	 dan	
mengembangkan	 relasi	 dengan	 media	 maka	 Perusahaan	 dapat	
menjangkau	publik	guna	meningkatkan	pencitraan,	kepercayaan,	dan	
tercapainya	 tujuan-tujuan	 Perusahaan.	 Untuk	 itu,	 Perusahaan	
berusaha	untuk	selalu	memberikan	informasi	yang	akurat	dan	dapat	
dipertanggungjawabkan	kepada	publik.	
Standar	Etika:	
1. Perusahaan	menjadikan	media	massa	sebagai	mitra	kerja	dengan	
mengedepankan	 hubungan	 berlandaskan	 keterbukaan	 dan	 saling	
menghormati	 sehingga	 Perusahaan	 akan	 selalu	 berusaha	
menyampaikan	informasi	yang	relevan	dan	akurat	sesuai	dengan	
ketentuan	 di	 Perusahaan	 dan	 tidak	 melanggar	 kode	 etik	
jurnalistik.	
2. Perusahaan	 menerima	 dan	 menindaklanjuti	 kritik-kritik	
membangun	 yang	 disampaikan	 melalui	 media	 dengan	 tetap	
mempertimbangkan	aspek	resiko	dan	biaya.
3. Penyampaian	 seluruh	 materi	 informasi	 kepada	 media	 haruslah	
informasi	 yang	 berfifat	 material	 dan	 harus	 merupakan	 informasi	
yang	sudah	dipublikasikan	sesuai	dengan	kebijakan	Perusahaan.	
4. Pegawai	 yang	 dapat	 menyampaikan	 informasi	 kepada	 media	
merupakan	 Pegawai	 yang	 telah	 mendapat	 persetujuan	 atau	
ditunjuk	 oleh	 manajemen	 ataupun	 pihak	 lain	 yang	 memiliki	
otorisasi.	
5. Setiap	informasi	yang	disampaikan	kepada	media	nasional	baik	di	
Kantor	 Pusat,	 Kantor	 Regional	 maupun	 Kantor	 Cabang/Proyek	
harus	 berkoordinasi	 dengan	 Sekretariat	 Perusahaan,	 yang	
selanjutnya	 disampaikan	 kepada	 media	 daerah	 oleh	 Departemen	
Bagian	Pemasaran	Kantor	Regional.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Kontrol	yang	lemah	terhadap	penyebaran	informasi	melalui	media	
daerah	 yang	 merugikan	 Perusahaan,	 terutama	 terkait	 unit	 bisnis	
yang	terletak	jauh	dari	Kantor	Pusat.	
2. Prosedur	yang	memastikan	penyampaian	informasi	kepada	media	
dilakukan	oleh	orang	dan	tata	cara	yang	tepat.	
3. Segala	 bentuk	 pemberian	 hadiah	 dari	 media	 yang	 didalamnya	
berisi	 kepentinagan	 pribadi	 ataupun	 golongan	 dan	 berpotensi	
merugikan	Perusahaan.	
4. Penyebaran	 informasi	 yang	 tidak	 tepat	 oleh	 oknum	 tertentu	
namun	mengatas	namakan	media.	
	
2.2. Pedoman	Etika	Kerja	
Etika	 kerja	 adalah	 sistem	 nilai	 atau	 norma	 yang	 digunakan	 oleh	 Pegawai	
yaitu	seluruh	Karyawan,	Direksi,	Komite-komite	dan	Dewan	Pengawas	dalam	
pelaksanaan	 kerja	 sehari-hari.	 Dalam	 menjalankan	 tugasnya	 selalu	
berpedoman	kepada	Etika	Kerja	sebagai	berikut:	
2.2.1. Kepatuhan	Terhadap	Hukum	
Perusahaan	 menyadari	 bahwa	 kepatuhan	 terhadap	 hukum	 dan	
peraturan	perundang-undangan	merupakan	standar	bagi	Perusahaan	
untuk	 dapat	 menjalankan	 bisnis	 dengan	 cara	 yang	 wajar	 sehingga	
seluruh	 hukum	 dan	 peraturan	 yang	 berlaku	 haruslah	 dilaksanakan	
dalam	setiap	kegiatan	bisnis	Perusahaan.	
Standar	Etika:	
1. Mematuhi	 ketentuan	 Pemerintah	 Pusat	 dan	 Pemerintah	 Daerah	
dalam	seluruh	aktivitas	usaha	Perusahaan	
2. Mengedepankan	 penyelesaian	 melalui	 jalur	 musyawarah	 untuk	
mencapai	 mufakat	 dalam	 setiap	 perselisihan	 dengan	 pihak	 lain,	
menempuh	 jalur	 hukum	 bila	 musyawarah	 tersebut	 tidak	
membuahkan	 hasil,	 dan	 menghormati	 hasil	 dari	 proses	 hukum	
tersebut.	
3. Melarang	seluruh	pegawai	melakukan	kegiatan	yang	bertentangan	
dengan	hukum	dan	peraturan	perundangan.	
4. Melarang	 transaksi	 usaha	 dengan	 pihak-pihak	 yang	 dananya	
diduga	berasal	dari	kegiatan	pencucian	uang	(money	laundring).	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:
1. Kebijakan	 Perusahaan	 untuk	 menghadapi	 kasus	 ataupun	
pelanggaran	 hukum	 yang	 dilakukan	 oleh	 seluruh	 elemen	
perusahaan	
2. Kontrol	 terhadap	 kepatuhan	 hukum	 pegawai	 diluar	 jam	 kerja	
terkait	kegiatan	Perusahaan.	
3. pegawai	 yang	 memiliki	 hubungan	 dengan	 pihak-pihak	 yang	
terlibat	masalah	hukum.	
	
2.2.2. Benturan	Kepentingan	
Benturan	kepentingan	merupakan	suatu	kondisi	yang	dilematis	yaitu	
adanya	 pertentangan	 kepentingan	 antara	 pribadi	 dan	 Perusahaan	
yang	 secara	 langsung	 maupun	 tidak	 langsung	 berpotensi	 merugikan	
Perusahaan.	
Standar	Etika	:	
1. Mengklarifikasi	 kapan	 seseorang	 berbicara	 secara	 pribadi	 atau	
sebagai	seorang	pegawai	
2. Tidak	 memanfaatkan	 atau	 menggunakan	 informasi	 penting	 dan	
rahasia	bagi	keuntungan	pribadi.	
3. Menghindari	 kepentingan	 keuangan	 dalam	 organisasi	 mitra	
ataupun	rekanan.	
4. Menghindari	 situasi	 yang	 dapat	 menyebabkan	 spekulasi	 adanya	
kecurigaan	akan	adanya	benturan	kepentingan.	
5. Mengungkapkan	 setiap	 kemungkinan	 benturan	 kepentingan	
sebelum	kontrak/kesepakatan	disetujui.	
6. Tidak	 bekerja	 pada	 institusi	 atau	 lembaga	 lain	 yang	 memiliki	
lingkup	usaha	yang	sama,	pesaing,	ataupun	setiap	pekerjaan	lain	
yang	dapat	menimbulkan	benturan	kepentingan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan	:	
1. Pegawai	tidak	diperkenankan	menempatkan	diri	pada	posisi	atau	
situasi	yang	dapat	menimbulkan	benturan	kepentingan.	
2. Apabila	 benturan	 terjadi,	 Pegawai	 wajib	 memastikan	 adanya	
perlakuan	adil	kepada	Perusahaan	dan/atau	Stakeholders	dengan	
memberikan	pengungkapan	yang	cukup	atau	sementara	berhenti	
melaksanakan	 tugas	 yang	 terkait	 dengan	 benturan	 kepentingan	
tersebut.	
3. Pegawai	 tidak	 diperkenankan	 secara	 tidak	 wajar	 menempatkan	
kepentingan	pribadi	di	atas	kepentingan	Stakeholders.	
	
2.2.3. Memberi	dan	Menerima	
Donasi,	 jamuan	 dan	 hadiah	 yang	 diberikan	 kepada	 pihak	 ketiga	
merupakan	 praktik	 bisnis	 yang	 dapat	 diterima	 sejauh	 hal	 tersebut	
dilakukan	sesuai	dengan	kebijakan	Perusahaan.	
Perusahaan	 harus	 memandang	 donasi,	 hadiah,	 hiburan	 dikaitkan	
dengan	suatu	tujuan	bisnis	yang	jujur	dan	tidak	boleh	dimaksudkan	
untuk	mempengaruhi	pengambilan	keputusan	atau	tindakan.	Hal-	hal	
tersebut	 juga	 harus	 dijaga	 dalam	 konteks	 sosial	 dan	 budaya	
masyarakat	yang	berlaku.
Pemberian	 donasi,	 jamuan	 dan	 hadiah	 tersebut	 tidak	 dapat	
dibenarkan	apabila	terdapat	kepentingan	atau	motif	terselubung	yang	
bermaksud	 mempengaruhi	 pengambilan	 keputusan	 oleh	 pihak	 lain	
dan/atau	dapat	menimbulkan	benturan	kepentingan.	
Standar	Etika	:	
1. Melarang	 keras	 untuk	 memberikan	 atau	 menjanjikan,	 baik	
langsung	maupun	tidak	langsung	hadiah	kepada	para	pihak	yang	
berhubungan	dengan	Perusahaan.	
2. Dilarang	 keras	 menerima	 hadiah	 dari	 pihak	 manapun,	 yang	
diketahui	 dan	 patut	 diduga	 bahwa	 hadiah	 tersebut	 diberikan	
untuk	menggerakan	agar	melakukan	atau	tidak	melakukan	sesuatu	
dalam	jabatannya	yang	bertentangan	dengan	kewajibannya.	
3. Donasi	 tidak	 diperkenankan	 untuk	 kepentingan	 perseorangan,	
politik	atau	kegiatan	partai	politik	tertentu.		
4. Semua	 pengeluaran	 yang	 berhubungan	 dengan	 donasi	 harus	
mendapatkan	 otoritas	 yang	 sesuai	 dan	 dapat	
dipertanggungjawabkan	dengan	jelas.	
5. Pegawai	 dilarang	 menjamu	 tamu	 pribadi	 atas	 beban	 keuangan	
Perusahaan.	
6. Pegawai	dapat	menerima	jamuan	dari	pihak	luar	sepanjang	tidak	
mempengaruhi	dalam	pengambilan	keputusan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Segala	 bentuk	 hadiah,	 pemberian	 khusus	 maupun	 hiburan	 yang	
bersifat	tidak	resmi.	
2. Donasi	 untuk	 tujuan	 lain	 hanya	 boleh	 dilakukan	 sesuai	 dengan	
peraturan	 perundang-undangan	 yang	 berlaku	 dengan	
mengedepankan	prinsip	akuntabilitas.	
3. Penyelenggaraan	 jamuan	 harus	 bersifat	 wajar	 dan	 atas	
persetujuan	dari	pihak	manajemen	Perusahaan,	serta	harus	dicatat	
sebagai	 beban	 Perusahaan	 berdasarkan	 prosedur	 standar	
pengeluaran	dan	pencatatan	di	Perusahaan.	
	
2.2.4. Persamaan	dan	Penghormatan	pada	Hak	Asasi	Manusia	
Perusahaan	 percaya	 bahwa	 hak	 asasi	 manusia	 adalah	 sesuatu	 yang	
bersifat	 universal.	 Sebagai	 bagian	 yang	 tidak	 terpisahkan	 dari	
masyarakat,	 Perusahaan	 mendorong	 usaha-usaha	 untuk	 menjamin	
terpenuhinya	 hak	 asasi	 manusia.	 Perusahaan	 berkomitmen	 untuk	
memastikan	 bahwa	 setiap	 kegiatan	 operasi	 Perusahaan	 tidak	
melanggar	prinsip	hak	asasi	manusia.	
Standar	Etika	:	
1. Memastikan	 seluruh	 Insan	 Perusahaan	 memahami	 peraturan	
perundang-undangan	mengenai	hak	asasi	manusia.	
2. Memastikan	 bahwa	 masyarakat	 sekitar	 turut	 merasakan	
kesejahteraan	 yang	 diciptakan	 Perusahaan	 serta	 menghormati	
hak-hak	asasi	yang	dimilikinya.	
3. Mengedepankan	 prinsip-prinsip	 hak	 asasi	 manusia	 dalam	
menangani	 konflik	 yang	 mungkin	 terjadi	 dengan	 masyarakat,	
serikat	pekerja	atau	karyawan.
4. Mengembangkan	sikap-sikap	menghargai	hak	asasi	manusia	pada	
pihak	 ketiga	 yang	 bekerjasama	 dengan	 atau	 yang	 mewakili	
Perusahaan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan	:	
1. Dampak	 negatif	 dari	 kegiatan	 operasi	 Perusahaan	 terhadap	
kesejahteraan	masyarakat	sekitar.	
2. Memburuknya	 hubungan	 atau	 munculnya	 konflik	 dengan	
masyarakat	 sekitar	 Pemerintah	 atau	 lembaga	 swadaya	
masyarakat.	
3. Keterlibtan	aparat	keamanan	yang	kontra-produktif.	
4. Pelanggaran	 hak-hak	 yang	 terkait	 dengan	 kepemilikan	 dari	
masyarakat	sekitar.	
5. Penggunaan	 kekerasan	 yang	 tidak	 sesuai	 dengan	 peraturan	
perundang-undangan	yang	berlaku	untuk	menyelesaikan	masalah	
yang	berkaitan	dengan	masalah	ketenagakerjaan	atau	masyarakat	
sekitar.	
	
2.2.5. Kesempatan	Kerja	yang	Adil	
Perusahaan	berkomitmen	untuk	menciptakan	kesempatan	kerja	yang	
adil,	 termasuk	 didalamnya	 larangan	 terhadap	 segala	 bentuk	
diskriminasi.	 Perusahaan	 memberikan	 kesempatan	 yang	 sama	 dan	
perlakuan	yang	adil	kepada	seluruh	Pegawai	
Standar	Etika:	
1. Mentaati	 peraturan	 ketenagakerjaan	 yang	 berlaku,	 termasuk	
peraturan	 kebebasan	 untuk	 berserikat,	 berkumpul	 dan	
mengemukakan	pendapat.	
2. Melakukan	 rekrutmen	 tenaga	 kerja,	 memberikan	 pelatihan,	
promosi,	 pemberhentian,	 kompensasi	 secara	 adil	 tanpa	
memandang	 agama,	 ras/suku	 bangsa,	 hubungan	 pribadi,	 warna	
kulit,	 jenis	 kelamin	 atau	 karakteristik	 lain	 yang	 dilindungi	 oleh	
hukum.	
3. Menciptakan	lingkungan	kerja	yang	bebas	dari	pelecehan,	seperti	
pelecehan	 terhadap	 seseorang	 karena	 latar	 belakang	 agama,	
ras/suku	 bangsa,	 hubungan	 pribadi,	 warna	 kulit,	 jenis	 kelamin	
atau	karakteristik	lain	yang	dilindungi	oleh	hukum.	
4. Menghormati	hak	pribadi	Pegawai	dengan	menggunakan,	menjaga	
dan	menyimpan	data	pribadi	mereka	sesuai	dengan	petunjuk	dan	
prosedur	yang	berlaku.	
5. Perusahaan	 berhak	 memonitor	 penggunaan	 aset	 Perusahaan	
seperti	 komputer,	 email,	 telepon,	 informasi	 mengenai	 hak	
kekayaan	 intelektual	 milik	 Perusahaan	 dan	 sebagainya	 sesuai	
dengan	peraturan	perundang-undangan	yang	berlaku.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Suasana	 kerja	 yang	 tidak	 nyaman	 seperti	 menceritakan	 lelucon	
atau	 memperlihatkan	 barang	 yang	 mengejek	 atau	 menyinggung	
anggota	masyarakat	dari	etnis	atau	ras	tertentu.	
2. Mempertimbangkan	 ras,	 hubungan	 prbadi	 (pertemanan	 dan	
kekerabatan)	warna	kulit,	agama,	asal	negara,	jenis	kelamin	atau
karakteristik	 yang	 dilindungi	 hukum	 sebagai	 faktor	 dalam	
mempekerjakan,	 mempromosikan	 atau	 keputusan	 lain	 yang	
berkaitan	dengan	Pegawai	
3. Membicarakan	 hal-hal	 yang	 berkonotasi	 seks	 yang	 tidak	
menyenangkan	dengan	pegawai	lain.		
4. Melakukan	pelanggaran	terhadap	hukum	ketenagakerjaan.	
5. Menolak	bekerjasama	dengan	individu	tertentu	karena	ras,	agama,	
jenis	kelamin	dan	sebagainya.		
6. Memberitahukan	data	pegawai	kepada	orang	yang	tidak	memiliki	
kepentingan	 usaha,	 kewenangan	 atau	 persetujuan	 dari	 subjek	
yang	bersangkutan.	
	
2.2.6. Pembayaran	Tidak	Wajar	
Suap	 adalah	 suatu	 perbuatan	 memberi/menerima,	 menjanjikan/	
dijanjikan	sesuatu	kepada	seseorang	atau	pejabat	secara	ilegal	dengan	
maksud	agar	dia	berbuat	atau	tidak	berbuat	sesuatu	dalam	pekerjaan	
yang	bertentangan	dengan	kewajibannya.	
Perusahaan	 juga	 melarang	 segala	 bentuk	 pemberian	 yang	 material	
baik	 secara	 langsung	 maupun	 tidak	 langsung,	 kepada	 semua	 pihak	
eksternal	 dengan	 tujuan	 mempengaruhi	 mereka	 untuk	 kepentingan	
Perusahaan,	 baik	 untuk	 mendapatkan	 kemudahan,	 keunggulan	
bersaing	atau	untuk	mendapatkan	prioritas.	
Standar	Etika	:	
1. Dilarang	melakukan	segala	bentuk	penyuapan	yang	dilakukan	baik	
secara	langsung	maupun	tidak	langsung.	
2. Pegawai	dilarang	menerima	suap	dalam	keadaan	dan/atau	bentuk	
apapun.	
3. Pelanggaran	 terhadap	 ketentuan	 tersebut	 akan	 dikenakan	 sanksi	
sesuai	peraturan	yang	berlaku	di	Perusahaan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan	:	
1. Kepatuhan	terhadap	ketentuan	pembayaran	tidak	wajar.	
2. Pembayaran	 komisi	 yang	 besarnya	 dianggap	 signifikan	
dibandingkan	dengan	nilai	jasa	yang	diberikan.	
3. Pemerikasaan	 secara	 seksama	 terhadap	 kepatuhan	 pihak	 ketiga	
atas	standar	etika	mengenai	pembayaran	tidak	wajar.	
	
2.2.7. Kerahasian	Informasi	
Setiap	pegawai,	sesuai	dengan	kewenangan	dan	lingkup	pekerjaannya	
memiliki	 akses	 terhadap	 informasi	 Perusahaan,	 baik	 yang	 bersifat	
umum	maupun	yang	bersifat	rahasia.	
Standar	etika:	
1. Memastikan	 seluruh	 aset	 informasi	 Perusahaan	 dikelola	 dengan	
baik.	
2. Menjaga	informasi	Perusahaan	yang	bersifat	rahasia.		
3. Memberikan	 informasi	 yang	 relevan	 dan	 proporsional	 kepada	
Stakeholders	 dengan	 tetap	 mempertimbangkan	 kepentingan	
Perusahaan.
4. Menghindari	penyebarluasan	data	dan	informasi	kepada	pihak	lain	
yang	tidak	berkepentingan.	
5. Menyembunyikan	data	dan	dokumen	Perusahaan	selama	menjabat	
dan/atau	 setelah	 yang	 bersangkutan	 menyelesaikan	 masa	 tugas	
dan	jabatannya.	
6. Memanfaatkan	 dan/atau	 menggunakan	 informasi	 rahasia	
termasuk	dan	tidak	terbatas	pada	teknologi	informasi	Perusahaan	
di	luar	kepentingan	Perusahaan.	
7. Melanggar	 ketentuan	 yang	 berkaitan	 dengan	 pengakuan	 dan	
penggunaan	hak	atas	kekayaan	intelektual	seperti	hak	cipta,	paten	
dan	pengetahuan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan:	
1. Pengendalian	 yang	 tidak	 mencukupi	 seperti	 hal-hal	 yang	
memungkinkan	akses	oleh	orang	yang	tidak	berwenang	terhadap	
informasi	Perusahaan.	
2. Penyampaian	 atau	 permintaan	 penyampaian	 informasi	 rahasia	
Perusahaan	 atau	 informasi	 mengenai	 pelangggan	 dan	 pemasok	
Perusahaan	oleh	pihak	yang	tidak	memiliki	wewenang.	
	
2.2.8. Pengawasan	dan	Penggunaan	Aset	
Aset	 Perusahaan	 dapat	 meliputi	 barang	 bergerak	 maupun	 barang	
tidak	bergerak.	Aset	Perusahaan	harus	dijaga	status	kepemilikan	dan	
keberadaannya.	 Standar	 etika	 pengawasan	 dan	 penggunaan	 aset	
ditujukan	 untuk	 memastikan	 seluruh	 aset	 fisik,	 keuangan,	 hak	 milik	
intelektual	 dan	 aset	 yang	 lain	 digunakan	 dan	 dilindungi	 secara	
optimal.	
Standar	Etika:	
1. Memanfaatkan	 aset	 dan	 sumber	 daya	 Perusahaan	 lainnya	 secara	
efisien	 dan	 efektif,	 serta	 mendapat	 perlindungan	 secara	 optimal	
sesuai	 dengan	 aturan	 penggunaan	 yang	 berlaku,	 dalam	 rangka	
mencapai	tujuan	Perusahaan.	
2. Tidak	menggunakan	aset	Perusahaan	untuk	tujuan-tujuan	pribadi	
dan/atau	di	luar	kepentingan	Perusahaan.	
3. Melaporkan	 setiap	 kehilangan	 atau	 dugaan	 penyalahgunaan	 aset	
Perusahaan	kepada	atasan	langsung.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan	:	
1. Aset	 fisik	 atau	 sumber	 daya	 lainnya	 yang	 digunakan	 secara	
berlebihan	dipindahtangankan	atau	dihapusbukukan	secara	tidak	
sah.	
2. Kontrol	 yang	 lemah	 terhadap	 unit	 bisnis	 yang	 terletak	 jauh	 dari	
Kantor	Pusat.	
3. Tidak	 adanya	 kontrol	 yang	 efektif	 untuk	 melindungi	 aset	
Perusahaan	dari	kerugian	dan	kecurangan.	
4. Catatan	keuangan	yang	tidak	akurat.	
	
2.2.9. Keselamatan	dan	Kesehatan	Kerja	
Keselamatan	 dan	 kesehatan	 kerja	 adalah	 upaya	 perlindungan	 yang	
dilakukan	 oleh	 Manajemen	 bersama	 karyawan	 baik	 tersedianya
peralatan	 yang	 memadai	 maupun	 suasana	 tempat	 kerja	 yang	 dapat	
memberikan	rasa	aman,	tenteram,	terlindungi,	tercegah	dari	musibah,	
sehingga	karyawan	bersama	unsur	manajemen	selalu	dalam	kondisi	
selamat	dan	sehat.	
Standar	Etika	:	
1. Menyediakan	 alat	 dan	 sarana	 yang	 dapat	 dipergunakan	 untuk	
mewujudkan	 keselamatan	 dan	 kesehatan	 kerja	 antara	 lain	 pintu	
tangga	darurat,	alat	pemadam	kebakaran,	(tabung	pemadam,	kran	
air	 pemadam	 beserta	 alarm	 bahaya),	 alat	 pelindung	 dan	
pengamanan	sesuai	dengan	peraturan	Pemerintah.	
2. Setiap	 karyawan	 yang	 melaksanakan	 tugas	 dari	 Perusahaan,	
apabila	 terjadi	 risiko	 hukum	 maupun	 fisik	 dari	 pihak	 ketiga,	
Perusahaan	 memberikan	 fasilitas	 bantuan	 hukum	 dan	 biayanya	
sebagaimana	diatur	dalam	Surat	Edaran	Menteri	BUMN	Nomor	SE-
19/MBU/2008	tanggal	9	Desember	2008.	
3. Manajemen	 wajib	 menyediakan	 ruang	 Laktasi	 dan	 tempat	
penyimpanannya	serta	ruang	khusus	untuk	merokok.	
4. Mematuhi	dan	melaksanakan	aturan-aturan	tentang	keselamatan	
dan	 kesehatan	 kerja	 yang	 telah	 ditetapkan	 sesuai	 dengan	
ketentuan	yang	berlaku.	
5. Menggunakan	sarana	pelindung	keselamatan	dan	kesehatan	kerja	
yang	disediakan	Perusahaan	secara	benar	dan	optimal.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan	:	
1. Penyuluhan	 dan	 pelatihan	 tentang	 Keselamatan	 dan	 Kesehatan	
Kerja	(K3).	
2. Berperan	 aktif	 dalam	 menerapkan	 budaya	 Keselamatan	 dan	
Kesehatan	 Kerja	 (K3)	 di	 Perusahaan	 untuk	 mencegah	 sumber	
bahaya	kebakaran	termasuk	penyakit	akibat	kerja.	
3. Keluhan-keluhan	mengenai	keselamatan	dan	kesehatan	kerja	yang	
muncul	dari	Pegawai.	
4. Bahaya	 atau	 kecelakaan	 kerja	 serta	 kerusakan	 lingkungan	 yang	
timbul.	
5. Kelalaian	 untuk	 mematuhi	 peraturan	 dan	 prosedur	 mengenai	
keselamatan	dan	kesehatan	kerja	serta	lingkungan.	
	
2.2.10. Hak	atas	Kekayaan	Intelektual	
Hak	atas	kekayaan	intelektual	(meliputi	paten,	rahasia	dagang,	merek	
dagang,	 hak	 cipta,	 dan	 kepemilikan	 informasi	 lainnya	 yang	 dimiliki	
Perusahaan)	 merupakan	 salah	 satu	 aset	 yang	 paling	 berharga	 bagi	
setiap	Perusahaan.	
Standar	Etika	:	
1. Pehawai	 harus	 menghormati	 kekayaan	 intelektual	 pihak	 lain	
karena	setiap	penggunaan	yang	tidak	sah	atas	hak	milik	intelektual	
orang	lain	dapat	mengakibatkan	Perusahaan	menanggung	gugatan	
hukum	secara	perdata	dan	ganti	rugi.	
2. Seluruh	 Pegawai	 harus	 berpartisipasi	 secara	 aktif	 untuk	
melindungi	hak	atas	kekayaan	intelektual	milik	Perusahaan.
3. Pegawai	 yang	 turut	 serta/bekerja	 dalam	 pengembangan	 suatu	
proses	 atau	 produk	 yang	 akan	 digunakan	 oleh	 Perusahaan,	 atau	
Pegawai	 yang	 memiliki	 atas	 hasil	 karya	 tersebut,	 harus	
memperlakukan	informasi	yang	terkait	dengan	proses	atau	produk	
tersebut	sebagai	milik	Perusahaan	baik	selama	masa	kerja	maupun	
setelah	Pegawai	tidak	bekerja	lagi	untuk	Perusahaan.	
4. Seluruh	 Pegawai	 harus	 menginformasikan	 hasil	 karya	 yang	
dihasilkan	baik	selama	maupun	di	luar	jam	kerja,	jika	hasil	karya	
tersebut	 terkait	 dengan	 bisnis	 atau	 operasi	 Perusahaan.	
Perusahaan	berhak	atas	seluruh	manfaat	dari	paten	dan	lain-lain	
yang	terkait	dengan	hasil	karya	dimaksud	di	atas.	
5. Seluruh	 Pegawai	 harus	 menandatangani	 pernyataan	 untuk	
menjaga	 kerahasian	 maupun	 kesedian	 untuk	 membantu	
Perusahaan	 dalam	 proses	 memperoleh	 hak	 kekayaan	 intelektual	
atas	nama	Perusahaan.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan	:	
1. Menerima	 informasi	 mengenai	 yang	 terkait	 hak	 atas	 kekayaan	
intelektual	 dari	 pihak	 luar	 tanpa	 mengkonsultasikan	 terledih	
dahulu	 dengan	 Divisi	 Hukum,	 dimana	 terdapat	 kondisi	
kerahasiaan	yang	harus	dijaga.	
2. Mempekerjakan	 seseorang	 yang	 sebelumnya	 bekerja	 di	
kompetitor	tanpa	memberikan	perlindungan	dan	pencegahan	agar	
orang	 tersebut	 tidak	 akan	 membocorkan	 atau	 menggunakan	 hak	
milik	informasi	kompetitor.	
3. Memperkenalkan	 produk	 atau	 jasa	 baru,	 atau	 nama	 produk	
sebelum	 pengecekan	 mengenai	 pelanggaran	 paten	 atau	 merek	
dagang.	
4. Membicarakan	 hak	 kekayaan	 intelektual	 maupun	 informasi	 yang	
terkait	 dengan	 hak	 kekayaan	 intelektual	 Perusahaan	 dengan	
pelanggan	atau	pemasok	tanpa	melalui	prosedur	resmi	yang	telah	
ditetapkan	Perusahaan.	
5. Menyampaikan	 atau	 membocorkan	 informasi	 mengenai	 suatu	
produk	baru	atau	jasa	sebelum	permohonan	paten	dilakukan	atau	
keputusan	 untuk	 tidak	 membuat	 permohonan	 dilakukan	 secara	
resmi	oleh	Perusahaan.	
	
2.2.11. Perilaku	Etis	terhadap	Sesama	Karyawan	
Perusahaan	 berkomitmen	 penuh	 untuk	 menciptakan	 suasana	 kerja	
yang	 harmonis	 dan	 nyaman	 dalam	 lingkungan	 Perusahaan	 melalui	
upaya	 pembentukan	 karakter	 pegawai	 yang	 disiplin	 dan	 beretika	
dalam	berinteraksi	sehari-hari	baik	antar	sesama	karyawan	maupun	
hubungan	atasan	dan	bawahan	melalui	berbagai	bentuk	komunikasi.	
Standar	Etika	Hubungan	Sesama	Karyawan:	
1. Tidak	 melakukan	 penekanan	 atau	 intimidasi	 terhadap	 sesama	
rekan	kerja,	atasan	atau	bawahan	untuk	kepentingan	tertentu.	
2. Pegawai	 tidak	 diijinkan	 untuk	 melakukan	 tindakan	 ataupun	
ucapan	yang	didalamnya	mengandung	unsur	pelecehan	terhadap
suku,	 agama,	 ras,	 adat	 dan	 kata-kata	 kasar	 terhadap	 sesama	
karyawan.	
3. Pegawai	 dilarang	 melakukan	 tindakan	 ancaman	 fisik	 maupun	
non-fisik	terhadap	sesama	karyawan.	
4. Tidak	melakukan	permusuhan	ataupun	provokasi	terhadap	rekan	
kerja,	 atasan	 dan	 bawahan	 untuk	 kepentingan	 pribadi	 ataupun	
golongan	yang	dapat	merugikan	Perusahaan.	
5. Menghindari	 segala	 bentuk	 persaingan	 tidak	 sehat	 dan	
pemanfaatan	jabatan	untuk	kepentingan	tertentu.	
Standar	Etika	Atasan	dengan	Bawahan	:	
1. Atasan	 dan	 bawahan	 selalu	 berusaha	 bersikap	 terbuka	 dan	
menjalin	hubungan	yang	harmonis.	
2. Atasan	 memberikan	 contoh	 bersikap	 dan	 berperilaku	 baik	
sehingga	menjadi	suri	tauladan	bagi	bawahannya.	
3. Atasan	 dan	 bawahan	 akan	 saling	 menghormati	 terhadap	 ide-ide	
maupun	perbedaan	pendapat	yang	disampaikan.	
4. Memiliki	 Integritas,	 loyalitas	 dan	 dedikasi	 yang	 tinggi	 untuk	
kepentingan	dan	kemajuan	perusahaan	
5. Menggunakan	 bahasa	 yang	 sopan	 dan	 mengandung	 unsur	
diskriminasi.	
Hal-hal	yang	harus	diperhatikan	:	
1. Interaksi	 sesama	 karyawan	 ataupun	 atasan	 bawahan	 yang	
mengutamakan	 kepentingan	 pribadi	 ataupun	 golongan	 tertentu	
diatas	kepentingan	perusahaaan.	
2. Keikutsertaan	karyawan	dalam	organisasi	ataupun	perkumpulan	
yang	tidak	diakui	Pemerintah	dan	menganut	nilai-nilai	yang	tidak	
sesuai	dengan	nilai-nilai	yang	dianut	Perusahaan.	
3. Aktivitas-aktivitas	yang	berpengaruh	terhadap	pengurangan	jam	
kerja	 dan	 atau	 konsentrasi	 kerja	 karyawan	 serta	 tidak	
memprioritaskan	tugas	dan	tanggung	jawab	sebagai	karyawan.	
	
III. HAK	
Secara	 umum,	 hak	 adalah	 klaim	 atau	 kepemilikan	 individu	 atau	 sesuatu.	
Seseorang	 dikatakan	 memiliki	 hak	 jika	 dia	 memiliki	 klaim	 untuk	 melakukan	
tindakan	dalam	suatu	cara	tertentu	atau	jika	orang	lain	berkewajiban	melakukan	
tindakan	dalam	suatu	cara	tertentu	kepadanya.	
Sejumlah	 hak	 yang	 disebut	 hak	 negative	 dapat	 digambarkan	 dari	 fakta	
bahwa	 hak-hak	 yang	 termasuk	 di	 dalamnya	 dapat	 didefinisikan	 sepenuhnya	
dalam	 kaitannya	 dengan	 kewajiban	 orang	 lain	 untuk	 tidak	 ikut	 campur	 dalam	
aktivitas-	 aktivitas	 tertentu	 dari	 orang	 yang	 memiliki	 hak	 tersebut.	 Contohnya,	
jika	 saya	 memiliki	 hak	 privasi,	 ini	 berarti	 semua	 orang,	 termasuk	 atasan	 saya,	
berkewajiban	 tidak	 ikut	 campur	 dalam	 urusan	 atau	 aktivitas-aktivitas	 pribadi	
saya.	
Sebaliknya,	hak	positif	tidak	hanya	memberikan	kewajiban	negative,	namun	
juga	 mengimplikasikan	 bahwa	 pihak	 lain	 (tidak	 selalu	 jelas	 siapa	 mereka)	
memiliki	kewajiban	positif	pada	si	pemilik	hak	untuk	memberikan	apa	yang	dia	
perlukan	 untuk	 dengan	 bebas	 mencari	 atau	 mengejar	 kepentingan-
kepentingannya.	Contohnya,	jika	saya	punya	hak	untuk	memperoleh	kehidupan
yang	 layak,	 maka	 ini	 tidak	 hanya	 berarti	 orang	 lain	 tidak	 boleh	 ikut	 campur	
namun	 juga	 berarti	 jika	 saya	 tidak	 bisa	 memperoleh	 penghasilan	 yang	 layak,	
maka	 harus	 ada	 pihak	 lain	 (mungkin	 pemerintah)	 yang	 wajib	 memberikan	
pekerjaan	dengan	penghasilan	yang	layak.	
Suatu	tindakan	atau	perbuatan	dianggap	baik	bila	perbuatan	atau	tindakan	
tersebut	sesuai	dengan	HAM.	Teori	hak	merupakan	suatu	aspek	dari	deontologi	
(teori	 kewajiban)	 karena	 hak	 tidak	 dapat	 dipisahkan	 dengan	 kewajiban.	 Bila	
suatu	tindakan	merupakan	hak	bagi	seseorang,	maka	sebenarnya	tindakan	yang	
sama	merupakan	kewajiban	bagi	orang	lain.	Teori	hak	sebenarnya	didsarkan	atas	
asumsi	 bahwa	 manusia	 mempunyai	 martabat	 dan	 semua	 manusia	 mempunyai	
martabat	yang	sama.	
Hak	asasi	manusia	didasarkan	atas	beberapa	sumber	otoritas,	yaitu:	
1. Hak	hukum	(legal	right),	adalah	hak	yang	didasarkan	atas	sistem/yurisdiksi	
hukum	suatu	negara,	di	mana	sumber	hukum	tertinggi	suatu	negara	adalah	
Undang-Undang	Dasar	negara	yang	bersangkutan.		
2. Hak	 moral	 atau	 kemanusiaan	 (moral,	 human	 right),	 dihubungkan	 dengan	
pribadi	 manusia	 secara	 individu,	 atau	 dalam	 beberapa	 kasus	 dihubungkan	
dengan	 kelompok	 bukan	 dengan	 masyarakat	 dalam	 arti	 luas.	 Hak	 moral	
berkaitan	 dengan	 kepentingan	 individu	 sepanjang	 kepentingan	 individu	 itu	
tidak	melanggar	hak-hak	orang	lain	
3. Hak	 kontraktual	 (contractual	 right),	 mengikat	 individu-individu	 yang	
membuat	 kesepakatan/kontrak	 bersama	 dalam	 wujud	 hak	 dan	 kewajiban	
masing-masing	kontrak.	
	
Teori	 hak	 atau	 yang	 lebih	 dikenal	 dengan	 prinsip-prinsip	 HAM	 mulai	
banyak	mendapat	dukungan	masyarakat	dunia	termasuk	dari	PBB.	Piagam	PBB	
sendiri	 merupakan	 salah	 satu	 sumber	 hukum	 penting	 untuk	 penegakan	 HAM.	
Dalam	Piagam	PBB	disebutkan	ketentuan	umum	tentang	hak	dan	kemerdekaan	
setiap	 orang.	 PBB	 telah	 mendeklarasikan	 prinsip-prinsip	 HAM	 universal	 pada	
tahun	 1948,	 yang	 lebih	 dikenal	 dengan	 nama	 Universal	 Declaration	 of	 Human	
Rights.	 (UdoHR).	 Diaharapkan	 semua	 negara	 di	 dunia	 dapat	 menggunakan	
UdoHR	 sebagai	 dasar	 bagi	 penegakan	 HAM	 dan	 pembuatan	 berbagai	 undang-
undang/peraturan	yang	berkaitan	dengan	penegakan	HAM.	Pada	intinya	dalam	
UdoHR	diatur	hak-hak	kemanusiaan,	antara	lain	mengenai	kehidupan,	kebebasan	
dan	 keamanan,	 kebebasan	 dari	 penahanan,	 peangkapan	 dan	 pengasingan	
sewenang-wenang,	hak	memperoleh	memperoleh	peradilan	umum	yang	bebas,	
independen	 dan	 tidak	 memihak,	 kebebasan	 dalam	 mengeluarkan	 pendapat,	
menganut	agama,	menentukan	sesuatu	yang	baik	atau	buruk	menurut	nuraninya,	
serta	kebebasan	untuk	berkelompok	secara	damai.	
	
IV. HAK	ISTIMEWA	
Hak	 privilege	 merupakan	 jaminan	 khusus	 yang	 didasarkan	 pada	 undang-
undang.	Hak	privilege	atau	hak	istimewa	adalah	hak	yang	didahulukan.	Mengenai	
hak	privilege	dapat	Anda	lihat	dalam	Pasal	1134	Kitab	Undang-Undang	Hukum	
Perdata	(“KUHPer”),	yaitu	suatu	hal	yang	oleh	undang-undang	diberikan	kepada	
seorang	berpiutang	sehingga	tingkatnya	lebih	tinggi	daripada	orang	berpiutang	
lainnya,	semata-mata	berdasarkan	sifat	piutangnya.
Menurut	 J.	 Satrio	 dalam	 bukunya	 yang	 berjudul	 Hukum	 Jaminan	 Hak	
Jaminan	 Kebendaan,	 mengatakan	 bahwa	 dari	 perumusan	 dalam	 Pasal	 1134	
KUHPer,	 tampak	 bahwa	 hak	 istimewa	 diberikan	 oleh	 undang-undang,	 artinya:	
piutang-piutang	tertentu,	yang	disebutkan	oleh	undang-undang,	secara	otomatis	
mempunyai	kedudukan	yang	didahulukan.	Hak	privilege	ini	bersifat	accesoir	dan	
tidak	dapat	berdiri	sendiri.	
Lebih	lanjut	J.	Satrio	(ibid,	hal.	28-29)	mengatakan	bahwa	para	pihak	tidak	
dapat	 memperjanjikan	 suatu	 privilege,	 artinya	 memperjanjikan	 bahwa	 tagihan	
yang	 timbul	 dari	 perjanjian	 yang	 mereka	 tutup	 mengandung	 privilege;	 semua	
privilege	 adanya	 ditentukan	 secara	 limitatif	 oleh	 undang-undang	 dan	 bahkan	
orang	 tidak	 diperkenankan	 untuk	 memperluasnya	 dengan	 jalan	 penafsiran	
terhadap	 perikatan-	 perikatan	 (tagihan-tagihan),	 yang	 tidak	 secara	 tegas	 di	
dalam	undang-undang,	dinyatakan	sebagai	hak	tagihan	yang	diistimewakan.	
Menurut	 J.	 Satrio	 (ibid,	 hal.	 29-30)	 privilege	 harus	 dituntut,	 harus	
dimajukan,	artinya	kalau	pemilik	tagihan	yang	diistimewakan	tinggal	diam	saja,	
maka	 tagihannya	 dianggap	 sebagai	 tagihan	 biasa	 (konkuren).	 Pemilik	 tagihan	
tersebut	 harus	 menuntut	 agar	 ia	 dimasukkan	 dalam	 daftar	 tingkatan	 menurut	
tingkat	 yang	 diberikan	 kepadanya	 menurut	 undang-undang	 dan	 dengan	
demikian	mendapat	pelunasan	menurut	urutan	tingkatnya	dalam	daftar.	
Privilege	lain	daripada	gadai,	hipotik,	hak	tanggungan	dan	fidusia,	ia	bukan	
merupakan	hak	kebendaan.	Pemilik	hak	tagih	yang	diistimewakan	pada	asasnya	
tidak	 mempunyai	 hak-hak	 yang	 lebih	 dari	 orang	 lain.	 Ia	 tidak	 mempunyai	 hak	
untuk	 menjual	 sendiri	 benda-benda	 atas	 mana	 ia	 mempunyai	 hak	 yang	
didahulukan	 untuk	 mengambil	 pelunasan,	 ia	 tidak	 mempunyai	 hak	 yang	
mengikuti	bendanya	kalau	benda	itu	ada	di	tangan	pihak	ketiga	(droit	de	suite).	
Kelebihannya	 hanya	 bahwa	 atas	 hasil	 penjualan	 benda	 tertentu/semua	 benda	
milik	debitur,	ia	didahulukan	di	dalam	mengambil	pelunasannya.	Mengenai	apa	
saja	yang	termasuk	ke	dalam	hak	privilege	ini	dapat	dilihat	dalam	Pasal	1139	dan	
Pasal	1149	KUHPer.	
	
V. MASALAH	DAN	PERLINDUNGAN	
Konsumen	 ialah	 orang	 yang	 memakai	 barang	 atau	 jasa	 guna	 untuk	
memenuhi	 keperluan	 dan	 kebutuhannya.	 Dalam	 ilmu	 ekonomi	 dapat	
dikelompokkan	pada	golongan	besar	suatu	rumah	tangga	yaitu	golongan	Rumah	
Tangga	 Konsumsi	 (RTK),	 dan	 golongan	 Rumah	 Tangga	 Produksi	 (RTP).	
Perlindungan	konsumen	adalah	perangkat	yang	diciptakan	untuk	melindungi	dan	
terpenuhinya	 hak	 sebagai	 contoh	 para	 penjual	 diwajibkan	 menunjukka	 tanda	
harga	sebagai	tanda	pemberitahuan	kepada	konsumen.	Dengan	kata	lain,	segala	
upaya	 yang	 menjamin	 adanya	 kepastian	 hukum	 untuk	 memberi	 perlindungan	
kepada	konsumen.	
Oleh	 karena	 itu,	 Sebagai	 pemakai	 barang/jasa,	 konsumen	 memiliki	
sejumlah	 hak	 dan	 kewajiban.	 Pengetahuan	 tentang	 hak-hak	 konsumen	 sangat	
penting	 agar	 orang	 bisa	 bertindak	 sebagai	 konsumen	 yang	 kritis	 dan	 mandiri.	
Tujuannya,	 jika	 adanya	 tindakan	 yang	 tidak	 adil	 terhadap	 dirinya,	 ia	 secara	
spontan	menyadari	akan	hal	itu.	Konsumen	kemudian	bisa	bertindak	lebih	jauh	
untuk	 memperjuangkan	 hak-haknya.	 Dengan	 kata	 lain,	 ia	 tidak	 hanya	 tinggal	
diam	saja	ketika	menyadari	bahwa	hak-haknya	telah	dilanggar	oleh	pelaku	usaha.
Di	 Indonesia,	 dasar	 hukum	 yang	 menjadikan	 seorang	 konsumen	 dapat	
mengajukan	perlindungan	adalah	:	
1. Undang	Undang	Dasar	1945	Pasal	5	ayat	(1),	pasal	21	ayat	(1),	Pasal	21	ayat	
(1),	Pasal	27	,	dan	Pasal	33.	
2. Undang	 Undang	 No.	 8	 Tahun	 1999	 Tentang	 Perlindungan	 Konsumen	
(Lembaran	 Negara	 Republik	 Indonesia	 tahun	 1999	 No.	 42	 Tambahan	
lembaran	Negara	Republik	Indonesia	No.	3821.	
3. Undang	Undang	No.	5	tahun	1999	Tentang	Larangan	Praktek	Monopoli	dan	
Persaingan	Usaha	Usaha	Tidak	Sehat.	
4. Undang	 Undang	 No.	 30	 Tahun	 1999	 Tentang	 Arbritase	 dan	 Alternatif	
Penyelesian	Sengketa.	
5. Peraturan	 Pemerintah	 No.	 58	 Tahun	 2001	 tentang	 Pembinaan	 Pengawasan	
dan	Penyelenggaraan	Perlindungan	Konsumen.	
6. Surat	 Edaran	 Dirjen	 Perdagangan	 Dalam	 Negeri	 No.	 235/DJPDN/VII/2001	
Tentang	 Penangan	 pengaduan	 konsumen	 yang	 ditujukan	 kepada	 Seluruh	
dinas	Indag	Prop/Kab/Kota.	
7. Surat	 Edaran	 Direktur	 Jenderal	 Perdagangan	 Dalam	 Negeri	 No.	 795	
/DJPDN/SE/12/2005	tentang	Pedoman	Pelayanan	Pengaduan	Konsumen.	
	
Keinginan	 pelaku	 usaha	 untuk	 meraup	 keuntungan	 yang	 sebanyak-
banyaknya	dapat	mendorong	pelaku	usaha	untuk	berbuat	curang,	baik	melalui	
berbagai	kiat	promosi	yang	memikat	konsumen,	cara	penjualan	dan	penerapan	
perjanjian	 standar	 yang	 cenderung	 lebih	 melindungi	 pelaku	 usaha	 dan	 dapat	
merugikan	 konsumen.	 Kecenderungan	 pelaku	 usaha	 untuk	 berbuat	 curang	
menjadikan	 kedudukan	 pelaku	 usaha	 dan	 konsumen	 menjadi	 tidak	 seimbang	
dan	menempatkan	konsumen	dalam	posisi	yang	lemah.	
Salah	 satu	 faktor	 utama	 yang	 menyebabkan	 lemahnya	 kedudukan	
konsumen	 adalah	 karena	 rendahnya	 tingkat	 kesadaran	 konsumen	 mengenai	
hak-hanya.	Faktor	lain	yang	menempatkan	konsumen	dalam	posisi	yang	lemah	
adalah	 karena	 kurangnya	 pengetahuan	 konsumen	 mengenai	 proses	 produksi	
dan	posisi	tawar	menawar	konsumen	yang	lebih	lemah	secara	ekonomi.	
Kerugian	 yang	 dialami	 konsumen	 tidak	 selalu	 terjadi	 karena	 perbuatan	
curang	 yang	 dilakukan	 oleh	 pelaku	 usaha,	 namun	 juga	 dapat	 terjadi	 karena	
kesalahan	konsumen	sendiri	yang	disebabkan	karena	ketidak	tahuan	konsumen	
mengenai	 suatu	 produk.	 Hukum	 yang	 berlaku	 selain	 mampu	 melindungi	
konsumen	dari	perbuatan	curang	pelaku	usaha,	juga	harus	mampu	memberikan	
pendidikan	 kepada	 konsumen	 mengenai	 pentingnya	 keamanan	 dan	
keselamatan	dalam	menggunakan	suatu	produk	
Hukum	perlindungan	konsumen	menurut	Janus	Sidabalok	adalah	hukum	
yang	 mengatur	 tentang	 pemberian	 perlindungan	 kepada	 konsumen	 dalam	
rangka	 pemenuhan	 kebutuhannya	 sebagai	 konsumen.	 Hukum	 perlindungan	
konsumen	 menurut	 Janus	 mengatur	 hak	 dan	 kewajiban	 konsumen,	 hak	 dan	
kewajiban	pelaku	usaha,	serta	cara-cara	mempertahankan	hak	dan	menjalankan	
kewajiban	tersebut.	
Ada	dua	jenis	perlindungan	yang	diberikan	kepada	konsumen,	yaitu:	
1. Perlindungan	 Priventif;	 Perlindungan	 yang	 diberikan	 kepada	 konsumen	
pada	 saat	 konsumen	 tersebut	 akan	 membeli	 atau	 menggunakan	 atau	
memanfaatkan	 suatu	 barang	 dan	 atau	 jasa	 tertentu,	 mulai	 melakukan
proses	pemilihan	serangkaian	atau	sejumlah	barang	dan	atau	jasa	tersebut	
dan	 selanjutnya	 memutuskan	 untuk	 membeli	 atau	 menggunakan	 atau	
memanfaatkan	 barang	 dan	 jasa	 dengan	 spesifikasi	 tertentu	 dan	 merek	
tertentu	tersebut.	
2. Perlindungan	 Kuratif;	 Perlindungan	 yang	 diberikan	 kepada	 konsumen	
sebagai	akibat	dari	penggunaan	atau	pemanfaatan	barang	atau	jasa	tertentu	
oleh	konsumen.	Dalam	hal	ini	perlu	diperhatikan	bahwa	konsumen	belum	
tentu	 dan	 tidak	 perlu,	 serta	 tidak	 boleh	 dipersamakan	 dengan	 pembeli	
barang	dan	atau	jasa,	meskipun	pada	umumnya	konsumen	adalah	mereka	
yang	 membeli	 suatu	 barang	 atau	 jasa.	 Dalam	 hal	 ini	 seseorang	 dikatakan	
konsumen,	cukup	jika	orang	tersebut	adalah	pengguna	atau	pemanfaat	atau	
penikmat	 dari	 suatu	 barang	 atau	 jasa,	 tidak	 peduli	 ia	 mendapatkannya	
melalui	pembelian	atau	pemberian.	
	
Menurut	 ketentuan	 Pasal	 1	 angka	 1	 Undang-Undang	 Perlindungan	
Konsumen,	 perlindungan	 konsumen	 adalah	 segala	 upaya	 yang	 menjamin	
adanya	 kepastian	 hukum	 untuk	 memberi	 perlindungan	 kepada	
konsumen.	Perlindungan	 konsumen	 berbicara	 mengenai	 jaminan	 atau	
kepastian	 tentang	 terpenuhinya	 hak-hak	 konsumen.	 Perlindungan	 konsumen	
mencakup	dua	aspek	utama,	yaitu:	
1. Perlindungan	terhadap	kemungkinan	diserahkan	kepada	konsumen	barang	
dan	 atau	 jasa	 yang	 tidak	 sesuai	 dengan	 apa	 yang	 telah	 disepakati	 atau	
melanggar	ketentuan	undang-undang.	Hal	ini	mencakup	bidang	yang	cukup	
luas,	mulai	dari	penggunaan	bahan	baku,	proses	produksi,	proses	distribusi,	
desain	 produk,	 hingga	 mengenai	 ganti	 rugi	 yang	 diterima	 oleh	 konsumen	
bila	terjadi	kerugian	karena	mengkonsumsi	produk	yang	tidak	sesuai.	
2. Perlindungan	 terhadap	 diberlakukannya	 kepada	 konsumen	 syarat-syarat	
yang	 tidak	 adil.	 Hal	 ini	 berkaitan	 erat	 dengan	 perilaku	 produsen	 dalam	
memproduksi	 dan	 mengedarkan	 produknya,	 mulai	 dari	 kegiatan	 promosi	
dan	periklanan,	standar	kontrak,	harga,	hingga	layanan	purnajual.	
	
Asas-asas	yang	dianut	dalam	perlindungan	konsumen	menurut	Pasal	2	Undang-
Undang	Perlindungan	Konsumen	adalah:	
1. Asas	 manfaat;	 asas	 ini	 mengandung	 makna	 bahwa	 penerapan	 Undang-
Undang	 Perlindungan	 Konsumen	 harus	 memberikan	 manfaat	 yang	
sebesar-besarnya	 kepada	 kedua	 pihak,	 konsumen	 dan	 pelaku	 usaha.	
Sehingga	tidak	ada	satu	pihak	yang	kedudukannya	lebih	tinggi	dibanding	
pihak	lainnya.	Kedua	belah	pihak	harus	memperoleh	hak-haknya.	
2. Asas	keadilan;	Penerapan	asas	ini	dapat	dilihat	di	Pasal	4	–	7	Undang-
Undang	 Perlindungan	 Konsumen	 yang	 mengatur	 mengenai	 hak	 dan	
kewajiban	 konsumen	 serta	 pelaku	 usaha.	 Diharapkan	 melalui	 asas	 ini	
konsumen	dan	pelaku	usaha	dapat	memperoleh	haknya	dan	menunaikan	
kewajibannya	secara	seimbang.	
3. Asas	keseimbangan;	Melalui	penerapan	asas	ini,	diharapkan	kepentingan	
konsumen,	 pelaku	 usaha	 serta	 pemerintah	 dapat	 terwujud	 secara	
seimbang,	tidak	ada	pihak	yang	lebih	dilindungi.
4. Asas	 keamanan	 dan	 keselamatan	 konsumen;	 Diharapkan	 penerapan	
Undang-Undang	 Perlindungan	 Konsumen	 akan	 memberikan	 jaminan	
atas	 keamanan	 dan	 keselamatan	 konsumen	 dalam	 penggunaan,	
pemakaian,	 dan	 pemanfaatan	 barang	 dan/atau	 jasa	 yang	 dikonsumsi	
atau	digunakan.	
5. Asas	 kepastian	 hukum;	 Dimaksudkan	 agar	 baik	 konsumen	 dan	 pelaku	
usaha	 mentaati	 hukum	 dan	 memperoleh	 keadilan	 dalam	
penyelenggaraan	 perlindungan	 konsumen,	 serta	 negara	 menjamin	
kepastian	hukum	
	
Sebagaimana	 telah	 disebutkan	 sebelumnya,	 perlindungan	 konsumen	
bertujuan	 untuk	 melindungi	 konsumen	 dalam	 rangka	 pemenuhan	
kebutuhannya	 sebagai	 konsumen	 dan	 tidak	 bertujuan	 untuk	 mematikan	
pelaku	 usaha,	 melainkan	 menjadi	 pecut	 bagi	 pelaku	 usaha	 untuk	
meningkatkan	 kualitas	 produk	 dan	 pelayannya.	 Tujuan	 perlindungan	
konsumen	 menurut	 Pasal	 3	 Undang-Undang	 Perlindungan	 Konsumen	
adalah:	
1. Meningkatkan	 kesadaran,	 kemampuan,	 dan	 kemandirian	 konsumen	
untuk	melindungi	diri	
2. Mengangkat	 harkat	 dan	 martabat	 konsumen	 dengan	 cara	
menghindarkannya	dari	ekses	negatif	pemakaian	barang	dan/atau	jasa	
3. Meningkatkan	 pemberdayaan	 konsumen	 dalam	 memilih,	 menentukan,	
dan	menuntut	hak-haknya	sebagai	konsumen	
4. Menciptakan	 sistem	 perlindungan	 konsumen	 yang	 mengandung	 unsur	
kepastian	 hukum	 dan	 keterbukaan	 informasi	 serta	 akses	 untuk	
mendapatkan	informasi	
5. Menumbuhkan	 kesadaran	 pelaku	 usaha	 mengenai	 pentingnya	
perlindungan	 konsumen	 sehingga	 tumbuh	 sikap	 yang	 jujur	 dan	
bertanggung	jawab	dalam	berusaha	
6. Meningkatkan	 kualitas	 barang	 dan/atau	 jasa	 yang	 menjamin	
kelangsungan	 usaha	 produksi	 barang	 dan/atau	 jasa,	 kesehatan,	
kenyamanan,	keamanan,	dan	keselamatan	konsumen	
	
	
	
	
DAFTAR	PUSTAKA	
1. Asari,	Romadhon,	2018.	https://www.belumlama.com/sejarah-etika-bisnis/,	(11	
November	2018,	04:55	WIB)	
2. Departemen	 Administrasi	 Perusahaan	 dan	 GCG	 Perumnas,	 2015.	
http://www.perumnas.co.id/download/Buku%20Pedoman%20Standar%20Etik
a%20Perusahaan.pdf,	(11	November	2018,	05:30	WIB)
3. Ali,	 Hapzi,	 2018.	 Modul	 Corporate	 Ethics:	 Rights,	 Privileges,	 problems	 and	
Protection,	Universitas	Mercu	Buana,	Jakarta	
4. Anonym.	
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/TEORI+ETIKA.pdf,	
(11	November	2018,	20:33	WIB)	
5. Wibowo	 Tunardy,	 2016.	 https://www.jurnalhukum.com/hukum-perlindungan-
konsumen-di-indonesia/,	(11	November	2018,	21:53)	
6. Setiadi,	 (2012).	 http://setiadi24.blogspot.com/2012/04/review-jurnal-
perlindungan-konsumen.html,	(11	November	2018,	23:31)
Contoh	Perusahaan	yang	diamati	:	PT	Garuda	Indonesia	(Persero)	
	
Pendahuluan	
Etika	 Bisnis	 dan	 Etika	 Kerja	 Garuda	 Indonesia	 merupakan	 himpunan	
komitmen	 yang	 terdiri	 dari	 etika	 bisnis	 Garuda	 Indonesia	 dan	 etika	 kerja	 Insan	
Garuda	Indonesia	yang	merupakan	aturan	dasar	dalam	melakukan	hubungan	bisnis	
dengan	pemangku	kepentingan	dan	hubungan	kerja	yang	professional.	
Etika	 Bisnis	 dan	 Etika	 Kerja	 Garuda	 Indonesia	 berlaku	 untuk	 seluruh	 unsur	
yang	bertindak	atas	nama	Garuda	Indonesia,	anak	perusahaan	dan	afiliasi	dibawah	
pengendalian,	pemegang	saham	(investor)	serta	seluruh	pemangku	kepentingan	atau	
mitra	kerja	yang	melakukan	transaksi	bisnis	dengan	Garuda	Indonesia.	
Garuda	Indonesia	senantiasa	mendukung	kepatuhan	terhadap	Etika	Bisnis	dan	
Etika	 Kerja	 Garuda	 Indonesia	 dan	 berkomitmen	 untuk	 mengimplementasikannya,	
serta	mewajibkan	seluruh	Pegawai	Pimpinan	dari	setiap	tingkatan	dalam	perusahaan	
untuk	 bertanggung	 jawab	 dalam	 memastikan	 bahwa	 Etika	 Bisnis	 dan	 Etika	 Kerja	
Garuda	 Indonesia	 dipatuhi	 dan	 dijalankan	 dengan	 baik	 oleh	 seluruh	 Unsur	 Garuda	
Indonesia.	 Selanjutnya	 setiap	 Insan	 Garuda	 Indonesia	 diwajibkan	 untuk	
menandatangani	 komitmen	 pribadi	 Etika	 Bisnis	 dan	 Etika	 Kerja	 Garuda	 Indonesia	
secara	tahunan.	
Etika	 Bisnis	 dan	 Etika	 Kerja	 Garuda	 Indonesia	 senantiasa	 akan	 disesuaikan	
dengan	 perkembangan	 hukum,	 sosial,	 norma,	 peraturan	 dan	 perkembangan	 bisnis	
Garuda	 Indonesia,	 dan	 perlu	 dilaksanakan	 program	 internalisasi	 dan	 sosialisasi	 di	
lingkungan	Garuda	Indonesia	agar	semua	unsur	dapat	memahami	serta	secara	aktif	
mendukung	 implementasi	 Etika	 Bisnis	 dan	 Etika	 Kerja	 Perusahaan	 dapat	 berjalan	
dengan	baik.	
	
Prinsip-Prinsip	Pedoman	Etika	Bisnis	dan	Etika	Kerja	
Etika	 Bisnis	 dan	 Etika	 Kerja	 Garuda	 Indonesia	 ini	 menjelaskan	 tentang	 Etika	 Kerja	
dan	Etika	Bisnis	yang	harus	ditampilkan	oleh	Insan	Garuda	Indonesia	dan	yang	tidak	
boleh	ditampilkan	oleh	Insan	Garuda	Indonesia	sebagai	penjabaran	dari	pelaksanaan	
prinsip-prinsip	GCG	yaitu:	
1. Transparansi	
Garuda	 Indonesia	 menjamin	 pengungkapan	 informasi	 material	 dan	 relevan	
mengenai	kinerja,	kondisi	keuangan	dan	informasi	lainnya	secara	jelas,	memadai	
dan	tepat	waktu	serta	mudah	diakses	oleh	pemangku	kepentingan	sesuai	dengan	
haknya.	Prinsip	keterbukaan	ini	tidak	mengurangi	kewajiban	untuk	melindungi	
informasi	 rahasia	 mengenai	 Garuda	 Indonesia	 dan	 Pelanggan	 sesuai	 dengan	
peraturan	perundangan-	undangan	yang	berlaku;	
2. Akuntabilitas	
Garuda	 Indonesia	 menjamin	 kejelasan	 fungsi,	 pelaksanaan	 dan	
pertanggungjawaban	masing-masing	organ	perusahaan	(Rapat	Umum	Pemegang	
Saham,	Dewan	Komisaris	dan	Direksi)	agar	pengelolaan	Perusahaan	terlaksana	
secara	 efektif.	 Akuntabilitas	 merujuk	 kepada	 kewajiban	 seseorang	 atau	 organ	
perusahaan	 yang	 berkaitan	 dengan	 pelaksanaan	 wewenang	 yang	 dimilikinya	
dan/atau	pelaksanaan	tanggung	jawab	yang	dibebankan	oleh	Garuda	Indonesia	
kepadanya.	
3. Pertanggungjawaban
Garuda	Indonesia	menjamin	kesesuaian	antara	pengelolaan	perusahaan	terhadap	
peraturan	perundang-undangan	yang	berlaku	dan	prinsip-prinsip	korporasi	yang	
sehat,	 pemenuhan	 kewajiban	 terhadap	 Pemerintah	 sesuai	 peraturan	 yang	
berlaku,	 bekerjasama	 secara	 aktif	 untuk	 manfaat	 bersama	 dan	 berusaha	 untuk	
dapat	memberikan	kontribusi	yang	nyata	kepada	masyarakat.	
4. Kemandirian	
Garuda	 Indonesia	 menjamin	 pengelolaan	 perusahaan	 secara	 profesional	 tanpa	
benturan	 kepentingan	 dan	 pengaruh/tekanan	 dari	 pihak	 manapun	 yang	 tidak	
sesuai	dengan	peraturan	perundang-undangan	yang	berlaku	dan	prinsip-prinsip	
korporasi	yang	sehat.	
5. Kewajaran	
Garuda	Indonesia	menjamin	keadilan	dan	kesetaraan	di	dalam	memenuhi	hak-
hak	pemangku	kepentingan	yang	timbul	berdasarkan	perjanjian	dan	peraturan	
perundang-undangan	yang	berlaku.	
	
Tanggung	Jawab	Terhadap	Kepatuhan	
Etika	Bisnis	dan	Etika	Kerja	ini	menjelaskan	tentang	standar	etika	Kerja	dan	
Etika	Bisnis	yang	berlaku	secara	umum	di	lingkungan	Garuda	Indonesia,	sebagai	tata	
nilai	moral	yang	digunakan	untuk	menentukan	hal-hal	yang	baik	dan	yang	buruk,	hal-
hal	yang	terpuji	dan	yang	tercela,	serta	hal-hal	yang	dihargai	dan	yang	tidak	dihargai.	
Garuda	Indonesia	menegakkan	dirinya	pada	kejujuran,	integritas	dan	keadilan	
dalam	 menjalankan	 usahanya,	 oleh	 karena	 itu	 Garuda	 Indonesia	 melarang	 setiap	
Insan	Garuda	Indonesia	dan	termasuk	keluarganya	dalam	derajat	satu	lurus	ke	atas,	
ke	 bawah	 dan	 ke	 samping,	 serta	 pihak	 lain	 yang	 terkait	 dengan	 Garuda	 Indonesia	
untuk	memasuki	setiap	perbuatan	yang	dapat	dikategorikan	melawan	hukum,	tidak	
etis,	tidak	bermoral	atau	bertentangan	dengan	integritas	perusahaan	yang	bergerak	
di	bidang	usaha	angkutan	udara	niaga	berjadwal	dan	tidak	berjadwal.	
	
Hubungan	dengan	Insan	Garuda	Indonesia	
Garuda	 Indonesia	 memiliki	 kewajiban	 untuk	 memunculkan	 kinerja	 terbaik	 setiap	
Insan	Garuda	Indonesia	dalam	rangka	pencapaian	sasaran	Perusahaan.	
Kinerja	terbaik	dapat	dicapai	diantaranya	melalui	penciptaan	lingkungan	kerja	yang	
kondusif,	 melindungi	 dan	 menghormati	 hak-haknya	 serta	 membantu	 mewujudkan	
kesejahteraan	sesuai	dengan	kemampuan	Perusahaan.	
1. Keamanan	dan	Kenyamanan	di	Tempat	Kerja	
Garuda	 Indonesia	 memastikan	 terpenuhinya	 keamanan	 dan	 kenyamanan	 kerja	
para	pegawai	dengan	membangun	fasilitas	dan	penerapan	sistem	keamanan	yang	
mengacu	 pada	 peraturan	 dan	 perundang-undangan	 yang	 berlaku.	 Garuda	
Indonesia	melakukan	penilaian	dan	evaluasi	efektivitas	sistem	keamanan	kerja	
secara	berkesinambungan.	
Rasa	 aman	 dan	 nyaman	 di	 tempat	 kerja	 menjadi	 tanggung	 jawab	 bersama	
diantara	pegawai.	
2. Keselamatan	dan	Kesehatan	Kerja	
Garuda	 Indonesia	 memastikan	 terpenuhinya	 keselamatan	 dan	 kesehatan	 kerja	
para	pegawai	dengan	membangun	fasilitas,	penerapan	sistem	keselamatan	dan	
kesehatan	 kerja	 yang	 mengacu	 pada	 peraturan	 dan	 perundang-undangan	 yang	
berlaku.	 Garuda	 Indonesia	 melakukan	 penilaian	 dan	 evaluasi	 efektivitas	 sistem	
keselamatan	dan	kesehatan	kerja	secara	berkesinambungan.
Para	pegawai	berkewajiban	memahami	dan	melaksanakan	berbagai	persyaratan	
keselamatan	dan	kesehatan	kerja	sesuai	dengan	tuntutan	pekerjaannya.	
3. Pemberian	 Kesempatan	 yang	 Sama	 Kepada	 Pegawai	 untuk	 Mendapatkan	
Pekerjaan,	Promosi,	dan	Pemberhentian	Kerja	
Garuda	 Indonesia	 menjunjung	 tinggi	 prinsip	 Equal	 Employment	 Opportunity,	
dimana	 Garuda	 Indonesia	 memberikan	 kesempatan	 yang	 sama	 secara	 terbuka	
dan	 objektif	 kepada	 seluruh	 pegawai	 Garuda	 Indonesia	 untuk	 dapat	
mengembangkan	 karir	 dalam	 upaya	 meningkatkan	 kompetensinya,	 sesuai	
dengan	Peraturan	Kerja	Bersama	Garuda	Indonesia	dan	peraturan	yang	berlaku	
dalam	 Human	 Capital	 Quality	 Manual	 atau	 aturan	 perusahaan	 lainnya,	 dengan	
tetap	 memperhatikan	 pendidikan,	 pengalaman	 dan	 kompetensi	 yang	 dimiliki	
oleh	pegawai	yang	bersangkutan.	
Garuda	 Indonesia	 selalu	 menjunjung	 kesetaraan	 kerja,	 termasuk	 di	 dalamnya	
larangan	 terhadap	 segala	 bentuk	 diskriminasi.	 Garuda	 Indonesia	 memberikan	
kesempatan	 yang	 sama	 dan	 setara	 serta	 perlakuan	 yang	 adil	 kepada	 seluruh	
pegawai.	
4. Lingkungan	Kerja	Yang	Kondusif	
Hubungan	 harmonis	 antar	 pegawai	 dibangun	 atas	 dasar	 saling	 menghargai,	
saling	 percaya,	 saling	 memberikan	 semangat	 dan	 membina	 kerjasama	 dalam	
pelaksanaan	 tugas	 dan	 tanggung	 jawab	 masing-	 masing,	 serta	 menciptakan	
suasana	kerja	yang	kondusif	di	lingkungan	kerjanya.	
Hubungan	 harmonis	 antara	 Pegawai	 Pimpinan	 dan	 Pegawai	 harus	 senantiasa	
dibangun	 baik	 secara	 formal	 maupun	 informal	 dalam	 upaya	 pencapaian	
keberhasilan	unit	kerja	dan	tujuan	perusahaan	secara	menyeluruh.	
5. Hak	Berserikat	dan	Berpolitik	
Garuda	 Indonesia	 menjamin	 hak	 setiap	 pegawai	 untuk	 berserikat	 dan	
menyalurkan	 aspirasi	 politiknya	 selama	 tidak	 bertentangan	 dengan	 peraturan	
yang	berlaku	di	Perusahaan	dan	perundang-undangan	yang	berlaku.	
	
Hubungan	dengan	Pelanggan	
Pelanggan	merupakan	pertimbangan	dasar	dari	keberadaan	Garuda	Indonesia.	
Segala	 sumberdaya	 Garuda	 Indonesia	 ditujukan	 untuk	 memenuhi	 kebutuhan,	
keinginan	dan	harapan	pelanggan.	
Pada	 prinsipnya	 hak	 pelanggan	 sesuai	 dengan	 peraturan	 dan	 perundang-	
undangan	 yang	 berlaku	 harus	 dipenuhi.	 Oleh	 karena	 itu	 hak	 pelanggan	 berupa	
keselamatan,	 keamanan	 dan	 kenyamanan	 dijadikan	 fokus	 dan	 prioritas	 utama	
sebagai	program	pelayanan	di	seluruh	unit	bisnis	dan	fungsional	Garuda	Indonesia.	
	
Hubungan	dengan	Mitra	Kerja	
Insan	 Garuda	 Indonesia	 harus	 menyadari	 bahwa	 untuk	 mewujudkan	 tujuan	 dan	
sasaran	perusahaan,	Garuda	Indonesia	tidak	dapat	menyediakan	seluruh	sumberdaya	
yang	 dibutuhkannya	 sendiri,	 namun	 membutuhkan	 mitra	 kerja	 untuk	 memenuhi	
kebutuhan	 tersebut.	 Saling	 ketergantungan	 (interdependency)	 antara	 Garuda	
Indonesia	 dengan	 mitra	 kerja	 lainnya	 merupakan	 suatu	 hal	 yang	 tidak	 dapat	
dihindarkan.	 Untuk	 itu	 Garuda	 Indonesia	 memandang	 bahwa	 hubungan	 kemitraan	
harus	didasarkan	atas	rasa	saling	percaya	dan	saling	menguntungkan.	
1. Hubungan	dengan	Pihak	Kebandarudaraan
Bandar	Udara	merupakan	sarana	dan	prasarana	penting	bagi	keberadaan	Garuda	
Indonesia.	Pada	prinsipnya	Garuda	Indonesia	berkewajiban	untuk	memenuhi	dan	
mentaati	 semua	 peraturan	 dan	 ketentuan	 yang	 berlaku	 di	 bandar	 udara	 yang	
diterbitkan	oleh	Pihak	Kebandarudaraan	guna	memenuhi	hak	pelanggan	berupa	
keselamatan,	 keamanan	 dan	 kenyamanan	 yang	 merupakan	 fokus	 dan	 prioritas	
utama	Garuda	Indonesia	sebagai	program	pelayanan	di	seluruh	unit	bisnis	dan	
fungsional	Garuda	Indonesia.	
2. Hubungan	dengan	Pemasok	
Garuda	 Indonesia	 mengembangkan	 kemitraan	 dengan	 pemasok	 untuk	
memperoleh	barang	dan	jasa	yang	sesuai	dengan	biaya	yang	dikeluarkan.	Insan	
Garuda	 Indonesia	 di	 dalam	 membuat	 kriteria	 pekerjaan	 untuk	 pemasok	 harus	
didasarkan	kepada	peraturan	dan	perundang-undangan	yang	berlaku.	
Untuk	mewujudkan	hubungan	rasa	saling	percaya,	Insan	Garuda	Indonesia	harus	
bertindak	 adil	 di	 dalam	 memberikan	 kesempatan	 dan	 informasi	 yang	 sama	
kepada	 seluruh	 pemasok	 yang	 akan	 bekerjasama	 dengan	 Garuda	 Indonesia.	
Informasi	yang	disampaikan	kepada	calon	pemasok	antara	lain	mencakup	syarat	
dan	kriteria	yang	ditetapkan	untuk	setiap	pengadaan	dalam	Request	for	Proposal	
(RFP).	 Evaluasi	 penentuan	 pemasok	 dilakukan	 berdasarkan	 pertimbangan	
kualitas,	 biaya,	 pengiriman,	 dan	 pelayanan	 yang	 paling	 optimal	 sesuai	 dengan	
kebutuhan	Garuda	Indonesia.	
Untuk	 menjaga	 kualitas	 Approved	 Vendor	 List	 (AVL),	 Garuda	 Indonesia	 secara	
berkala	melakukan	evaluasi	AVL	berdasarkan	kategori	yang	telah	ditentukan	dan	
peraturan	perundang-undangan	yang	berlaku.	Unit	Business	Support	melakukan	
evaluasi	kebutuhan	rutin	Garuda	Indonesia	dan	meninjau	kembali	daftar	vendor	
dan	melakukan	revisi	jika	diperlukan.	Evaluasi	tersebut	dilakukan	setiap	tahun	
dengan	 mempertimbangkan	 optimasi	 kualitas	 dan	 kisaran	 harga	 pemasok	
dengan	 kebutuhan	 Garuda	 Indonesia	 dan	 didasarkan	 kepada	 peraturan	
perundang-undangan	yang	berlaku.	
3. Hubungan	dengan	Agen	
Dalam	rangka	memenuhi	kebutuhan	pelanggan,	Garuda	Indonesia	membutuhkan	
jaringan	 (distribusi)	 yang	 mudah	 diakses	 dan	 tersebar	 di	 wilayah	 strategis	
termasuk	 layanan	 administrasi	 penyelesaian	 tagihan.	 Untuk	 memenuhi	
kebutuhan	 tersebut	 maka	 Garuda	 Indonesia	 menjalin	 kemitraan	 dengan	 agen	
berdasarkan	prinsip	yang	saling	menguntungkan.	
Untuk	mewujudkan	hubungan	rasa	saling	percaya,	Insan	Garuda	Indonesia	harus	
bertindak	 wajar	 dengan	 memberikan	 kesempatan	 dan	 informasi	 yang	 sama	
kepada	 seluruh	 agen	 sesuai	 dengan	 peraturan	 dan	 perundang-undangan	 yang	
berlaku.	
4. Hubungan	dengan	Pemegang	Saham	
Dalam	 menjalankan	 bisnis	 jasa	 penerbangan,	 Garuda	 Indonesia	 memerlukan	
modal	yang	salah	satunya	diperoleh	dari	para	Pemegang	Saham.	Oleh	karena	itu	
Garuda	 Indonesia	 sangat	 menghargai	 dan	 menjunjung	 tinggi	 keberadaan	 para	
Pemegang	 Saham,	 baik	 Pemegang	 Saham	 minoritas	 maupun	 Pemegang	 Saham	
mayoritas	sesuai	peraturan	dan	perundang-undangan	yang	berlaku.	
Garuda	 Indonesia	 menjalin	 hubungan	 baik	 jangka	 panjang	 dengan	 para	
Pemegang	 Saham	 yang	 dilandasi	 dengan	 itikad	 baik,	 saling	 percaya	 dan	 saling	
memberi	manfaat.
Insan	 Garuda	 Indonesia	 berkomitmen	 untuk	 senantiasa	 berusaha	 keras	 agar	
perusahaan	 mengalami	 pertumbuhan	 yang	 berkesinambungan	 berdasarkan	
standar	bisnis	yang	saling	menguntungkan	hingga	dapat	memberikan	kontribusi	
yang	optimal	bagi	Pemegang	Saham.	
5. Hubungan	dengan	Pesaing	
Garuda	Indonesia	yakin	dan	percaya	bahwa	kompetisi	yang	sehat	merupakan	hal	
yang	 positif	 untuk	 memacu	 Garuda	 Indonesia	 menghasilkan	 yang	 terbaik	 dan	
melakukan	perbaikan	secara	berkelanjutan.	
Garuda	Indonesia	harus	aktif	dan	berinisiatif	untuk	membangun	iklim	kompetisi	
yang	 sehat,	 oleh	 karena	 itu	 Garuda	 Indonesia	 berupaya	 agar	 setiap	 kebijakan	
yang	 diambil	 dalam	 pengelolaan	 Garuda	 Indonesia	 tetap	 berlandaskan	 kepada	
prinsip-prinsip	persaingan	usaha	yang	sehat.	
6. Hubungan	dengan	Kreditur	
Garuda	 Indonesia	 berkomitmen	 untuk	 menjalankan	 kewajibannya	 dalam	
melakukan	pembayaran	bunga	atau	bagi	hasil	dan	pokok	hutang	jangka	panjang.	
Setiap	 perjanjian	 pinjaman	 antara	 Garuda	 Indonesia	 dengan	 kreditur	 harus	
memuat	 syarat	 dan	 ketentuan	 serta	 klausul-klausul	 yang	 mengikat	 Garuda	
Indonesia	 dengan	 kreditur	 yang	 mencakup	 jadwal	 pembayaran	 kembali	 dan	
penjabaran	pemenuhan	kewajiban	kepada	kreditur	serta	covenant	yang	berlaku	
selama	jangka	waktu	perjanjian.	
	
Kepatuhan	dalam	Bekerja	
1. Transparansi	Komunikasi	dan	Informasi	Keuangan	
Setiap	Insan	Garuda	Indonesia	harus	memiliki	pemahaman	yang	baik	mengenai	
ruang	 lingkup,	 proses	 kerja,	 dan	 kinerja	 operasional	 maupun	 keuangan	 dalam	
rangka	 meningkatkan	 keterlibatan	 dan	 kontribusi	 kerja	 serta	 penyampaian	
pelaporan	yang	transparan	dan	dapat	dipertanggungjawabkan.	
Pemahaman	yang	baik	harus	diselaraskan	dengan	strategi	dan	kebijakan	Garuda	
Indonesia	dalam	pengungkapan	informasi	material	maupun	non	material	sesuai	
dengan	kewenangan	jabatan.	
2. Penanganan	Konflik	Kepentingan	
Garuda	Indonesia	menyadari	bahwa	setiap	Insan	Garuda	Indonesia	mempunyai	
hak	 untuk	 ikut	 ambil	 bagian	 dalam	 kegiatan	 keuangan,	 usaha,	 sosial	 budaya,	
politik	 dan	 kegiatan	 lain	 yang	 sah	 di	 luar	 pekerjaan	 Insan	 Garuda	 Indonesia	
dengan	 tetap	 memperhatikan	 kewajiban	 Insan	 Garuda	 Indonesia	 kepada	
perusahaan.	 Kegiatan	 tersebut	 harus	 sah	 dan	 bebas	 dari	 konflik	 kepentingan	
dengan	 tanggung	 jawabnya	 sebagai	 Insan	 Garuda	 Indonesia.	 Insan	 Garuda	
Indonesia	 tidak	 boleh	 menyalahgunakan	 sumber	 daya	 atau	 pengaruh	 Garuda	
Indonesia	 agar	 tidak	 dapat	 menghilangkan	 nama	 baik	 dan	 reputasi	 Garuda	
Indonesia.	
Potensi	 konflik	 kepentingan	 yang	 muncul	 perlu	 dikelola	 dengan	 tujuan	 untuk	
mencegah	 suasana	 kerja	 yang	 tidak	 kondusif	 dan	 mendorong	 semangat	 kerja	
yang	 independen	 serta	 mengutamakan	 kepentingan	 perusahaan	 di	 atas	
kepentingan	individu	atau	kelompok	atau	golongan	tertentu.	
3. Pemberian	dan	Penerimaan	Gratifikasi	
Kebijakan	Garuda	Indonesia	mengenai	gratifikasi	dibuat	untuk	menjaga	reputasi	
perusahaan	 sebagai	 sebuah	 perusahaan	 penerbangan	 yang	 handal,	 yang
bertindak	 dengan	 integritas	 dan	 mendasarkan	 setiap	 keputusannya	 kepada	
pertimbangan	bisnis	yang	taat	hukum.	
Pada	prinsipnya	Garuda	Indonesia	melarang	setiap	penerimaan	gratifikasi	oleh	
Insan	 Garuda	 Indonesia	 dari	 pihak	 manapun	 dan	 mewajibkan	 kepada	 setiap	
Insan	 Garuda	 Indonesia	 untuk	 melakukan	 penolakan	 gratifikasi	 dan/atau	
melaporkan	 setiap	 penerimaan	 dan	 penolakan	 gratifikasi.	 Kebijakan	 mengenai	
gratifikasi	tunduk	pada	ketentuan	yang	berlaku	di	Perusahaan.	
4. Perlindungan	Terhadap	Aset	Perusahaan	
Perlindungan	 terhadap	 aset	 perusahaan,	 baik	 yang	 berwujud	 maupun	 tidak	
berwujud,	 ditujukan	 untuk	 memastikan	 seluruh	 aset	 fisik,	 keuangan,	 hak	 milik	
intelektual	dan	aset	yang	lain	digunakan	dan	dilindungi	secara	optimal.	
	
Pengamanan	data	dan	Informasi	
1. Perlindungan	Terhadap	Rahasia	Perusahaan	
Kebijakan	perlindungan	terhadap	rahasia	perusahaan	disusun	untuk	menjamin	
keamanan	informasi	dan	memastikan	bahwa	informasi	yang	perlu	diungkapkan	
oleh	Garuda	Indonesia,	telah	secara	adil	dan	merata	disampaikan	kepada	pihak-
pihak	 yang	 berkepentingan	 tanpa	 adanya	 perlakuan	 istimewa	 untuk	 pihak	
tertentu.	
Informasi	 yang	 dianggap	 sebagai	 rahasia	 meliputi	 rencana	 bisnis	 dan	 strategi	
perusahaan,	 hasil-hasil	 penelitian	 dan	 pengembangan	 yang	 digunakan	 dalam	
proses	produksi,	standar	dan	prosedur	operasi	perusahaan,	dokumen-	dokumen	
internal	yang	ditandatangani	oleh	Pegawai	Pimpinan	perusahaan,	hak	kekayaan	
intelektual	 ataupun	 informasi-informasi	 penting	 lainnya	 yang	 dapat	
mempengaruhi	 kinerja	 Garuda	 Indonesia	 apabila	 tersebar	 ke	 luar	 Garuda	
Indonesia,	kecuali	apabila	informasi	tersebut	telah	dipublikasikan.	
2. Perlindungan	Terhadap	Kekayaan	Intelektual	
Kekayaan	 intelektual	 merupakan	 kekayaan	 tidak	 berwujud	 sebagai	 hasil	
kreativitas,	termasuk	hak	paten,	hak	cipta	dan	merk	dagang.	Sebagai	aset	yang	
berharga,	hak	kekayaan	intelektual	Garuda	Indonesia	harus	dilindungi	dan	begitu	
pula	Insan	Garuda	Indonesia	harus	menghargai	hak	kekayaan	intelektual	pihak	
lain.	
Insan	 Garuda	 Indonesia	 harus	 selalu	 memperhatikan	 dalam	 menciptakan,	
melindungi	 dan	 mengeksploitasi	 kekayaan	 intelektual	 perusahaan	 serta	
menghindari	pelanggaran	terhadap	kekayaan	intelektual	orang	lain.	
Insan	 Garuda	 Indonesia	 harus	 mentaati	 peraturan	 perundang-undangan	 yang	
mengatur	mengenai	hak	kepemilikan	kekayaan	intelektual.	
	
Tanggung	Jawab	Insan	Garuda	Indonesia	
1. Tanggung	Jawab	kepada	Masyarakat	
Garuda	 Indonesia	 memiliki	 misi	 sebagai	 agen	 pembangunan	 ekonomi	 nasional	
yang	 mana	 dalam	 menjalankan	 misinya,	 perusahaan	 memiliki	 tanggung	 jawab	
kepada	 masyarakat	 tempat	 perusahaan	 beroperasi.	 Wujud	 dari	 pada	 tanggung	
jawab	 perusahaan	 kepada	 masyarakat	 merupakan	 tanggung	 jawab	 sosial	
perusahaan	 yang	 harus	 dipenuhi	 sesuai	 dengan	 ketentuan	 dan	 peraturan	
perundang-undangan	yang	berlaku.	
Insan	 Garuda	 Indonesia	 diwajibkan	 mensukseskan	 program	 tanggung	 jawab	
sosial	 perusahaan	 kepada	 masyarakat	 dan	 dengan	 menjalankan	 program
tanggung	 jawab	 sosial	 perusahaan	 secara	 berkelanjutan	 diharapkan	 Insan	
Garuda	menjadi	warga	masyarakat	yang	bermartabat	dan	bertanggung	jawab.	
2. Tanggung	Jawab	kepada	Pemerintah	
Garuda	Indonesia	dalam	menjalankan	bisnisnya	wajib	memenuhi	peraturan	dan	
perundang-undangan	 yang	 berlaku	 yang	 diterbitkan	 oleh	 Pemerintah	 sebagai	
regulator.	 Pemerintah	 selain	 sebagai	 regulator	 juga	 sebagai	 Pemegang	 Saham	
sehingga	Garuda	Indonesia	berkewajiban	untuk	memaksimalkan	nilai	Pemegang	
Saham.	Oleh	karena	itu	perusahaan	berupaya	untuk	membangun	dan	membina	
hubungan	kemitraan	yang	harmonis	dengan	Pemerintah.	
Insan	 Garuda	 Indonesia	 harus	 mampu	 memaksimalkan	 kemampuannya	 untuk	
membantu	 perusahaan	 didalam	 mewujudkan	 tanggung	 jawab	 perusahaan	
kepada	Pemerintah.	
Dengan	 demikian	 insan	 Garuda	 Indonesia	 harus	 mampu	 untuk	 menjaga	
hubungan	yang	harmonis,	dan	saling	menghormati	secara	baik	dan	wajar	antara	
Garuda	Indonesia	dan	Pemerintah	didalam	menjalankan	kegiatan	bisnisnya,	agar	
bisnis	 perusahaan	 dapat	 tumbuh	 dan	 berkembang	 secara	 lancar	 dan	
berkelanjutan.	
3. Tanggung	Jawab	kepada	Lingkungan	
Garuda	 Indonesia	 dalam	 menjalankan	 bisnisnya	 tidak	 semata-mata	
memfokuskan	diri	pada	aspek	ekonomi,	juga	memberikan	perhatian	penuh	pada	
aspek	 lingkungan.	 Aspek-aspek	 lingkungan	 yang	 memiliki	 dampak	 penting	
dijadikan	titik	tolak	pengelolaan	lingkungan	Garuda	Indonesia.	Garuda	Indonesia	
merumuskan	strategi	dan	kebijakan	pengendalian	dampak	lingkungan.	
Insan	Garuda	Indonesia	memiliki	tanggung	jawab	dalam	berkontribusi	terhadap	
seluruh	program	dan	kegiatan	yang	selaras	dengan	strategi	dan	kebijakan	Garuda	
Indonesia	 dalam	 pengendalian	 dampak	 lingkungan.	 Dengan	 proaktif	 dan	
responsif	 terhadap	 pengendalian	 dampak	 lingkungan	 secara	 berkelanjutan,	
menjadikan	Insan	Garuda	Indonesia	sebagai	warga	masyarakat	yang	bermartabat	
dan	bertanggung	jawab.	
	
Daftar	Pustaka	
https://www.garuda-indonesia.com/files/pdf/investor-relations/corporate-
governance/Pedoman_Etika_Kerja_dan_Etika_Bisnis_disahkan_BoD_dan_BoC.pdf

More Related Content

What's hot

4, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...
4, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...4, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...
4, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...Adi Novian Prihantoro
 
Dampak dan Implikasi Bisnis yang Beretika
Dampak dan Implikasi Bisnis yang BeretikaDampak dan Implikasi Bisnis yang Beretika
Dampak dan Implikasi Bisnis yang BeretikaPuja Lestari
 
4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...
4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...
4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...Gunawan Adam
 
5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...
5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...
5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...NovitaHerlissha
 
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...MaksiPrimaDewi
 
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...Rame Priyanto
 
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...hendramarthafauzy
 
13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics, uni...
13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics,  uni...13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics,  uni...
13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics, uni...salomoroyfreddy
 
BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...
BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...
BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...Eko Agus Nurhadi
 
5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...
5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...
5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...SukrasnoSukrasno
 
4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...
4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...
4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...rianafitri1
 
Business ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder ConsiderationBusiness ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder ConsiderationLenny Rosadiawan
 
5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...umilestari9
 
Bab 5 Etika Bisnis
Bab 5 Etika BisnisBab 5 Etika Bisnis
Bab 5 Etika Bisnislisachmad
 
9, be gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...
9, be  gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...9, be  gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...
9, be gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...MuhammadSuryaAlam
 
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...FatinahGhiyats1
 
Pengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosial
Pengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosialPengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosial
Pengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosialyunisarosa
 
5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...
5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...
5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...Imam Arifin
 
tanggung jawab perusahaan
tanggung jawab perusahaantanggung jawab perusahaan
tanggung jawab perusahaansunnysidemochi
 

What's hot (20)

4, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...
4, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...4, be  gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...
4, be gg, adi novian prihantoro, hapzi ali, marketing ethics, universitas me...
 
Dampak dan Implikasi Bisnis yang Beretika
Dampak dan Implikasi Bisnis yang BeretikaDampak dan Implikasi Bisnis yang Beretika
Dampak dan Implikasi Bisnis yang Beretika
 
4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...
4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...
4, be &gg, gunawan adam, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercu buana...
 
5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...
5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...
5, BE & GG, Novita Herlissha, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Marketing Eth...
 
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
 
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be 7 gg, rame priyanto, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
 
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
BE & GG, hendra martha fauzy, hapzi ali, ethics and business; philosopical et...
 
13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics, uni...
13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics,  uni...13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics,  uni...
13.be gg, salomo roy freddy,hapzi ali globalization and business ethics, uni...
 
BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...
BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...
BE& GG, eko agus nurhadi, hapzi ali, regulatory framework, rules and enforcem...
 
5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...
5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...
5, BE & GG, Sukrasno, Hapzi Ali, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2...
 
4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...
4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...
4, be & gg, riana fitri, prof. dr. ir hapzi ali, mm, cma, environmental ethic...
 
Business ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder ConsiderationBusiness ethics Stakeholder Consideration
Business ethics Stakeholder Consideration
 
5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...
5, be & gg, umi lestari,hapzi ali,marketing ethics, universitas mercubuan...
 
Bab 5 Etika Bisnis
Bab 5 Etika BisnisBab 5 Etika Bisnis
Bab 5 Etika Bisnis
 
9, be gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...
9, be  gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...9, be  gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...
9, be gg, muhammad surya alam, hapzi ali,corporate ethics rights, privileges...
 
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
3, BE & GG, Fatin, Hapzi Ali, Ethics and Business:Ethics of Consumer Protecti...
 
Pengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosial
Pengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosialPengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosial
Pengantar Bisnis - Etika bisnis dan tanggung jawab sosial
 
5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...
5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...
5, be & gg, novita dewi purnama, hapzi ali, marketing ethic, universitas ...
 
tanggung jawab perusahaan
tanggung jawab perusahaantanggung jawab perusahaan
tanggung jawab perusahaan
 
Bab vi (kode_etik_perilaku_karyawan)
Bab vi (kode_etik_perilaku_karyawan)Bab vi (kode_etik_perilaku_karyawan)
Bab vi (kode_etik_perilaku_karyawan)
 

Similar to 9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, problems and protection universitas mercu buana, 2018

9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...Vidya Anggraeni
 
11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...
11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...
11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...Gunawan Adam
 
etika-bisnis4.ppt
etika-bisnis4.pptetika-bisnis4.ppt
etika-bisnis4.pptEka Putra
 
13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...
13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...
13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...ApriliaSafitri2
 
13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...
13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...
13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...rianafitri1
 
13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...
13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...
13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...marisa tanggang
 
Kelompok etika bisnis (1)
Kelompok etika bisnis (1)Kelompok etika bisnis (1)
Kelompok etika bisnis (1)rudisupardiman
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Ade Caswito
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...adecaswito
 
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...ciciliaeritawanti
 
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.FIkri Aulawi Rusmahafi
 
4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...
4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...
4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...dyahruthw
 
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & BudayaSilahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budayamatys1395
 
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...Royhan Jamaan
 
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan Strategi Pasar
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan  Strategi PasarKEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan  Strategi Pasar
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan Strategi PasarDiana Amelia Bagti
 
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.pptArikKwartayantiKeke
 
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.pptMelfriantyPoerba
 

Similar to 9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, problems and protection universitas mercu buana, 2018 (20)

9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
9. be gg, vidya anggraeni prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, ethics rights, pr...
 
11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...
11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...
11, BE & GG, Gunawan Adam, Hapzi Ali, Globalization and Business Ethicss, Uni...
 
etika-bisnis4.ppt
etika-bisnis4.pptetika-bisnis4.ppt
etika-bisnis4.ppt
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...
13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...
13, be, gg, aprilia safitri, hapzi ali, business ethics impact of globalizati...
 
13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...
13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...
13, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir Hapzi Ali, MM, CMA, Globalization and ...
 
13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...
13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...
13, BE & GG, MARISA DOSMA SITANGGANG, HAPZI ALI, GLOBALIZATION AND BUSINESS E...
 
Kelompok etika bisnis (1)
Kelompok etika bisnis (1)Kelompok etika bisnis (1)
Kelompok etika bisnis (1)
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
 
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
Be & gg, ade, hapzi ali, ethics and business, ethical decision making, em...
 
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
13, be & gg, cicilia eritawanti widjilestari, hapzi ali,implementasi glob...
 
Kode etik di bca
Kode etik di bcaKode etik di bca
Kode etik di bca
 
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.Be & gg ;  fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
Be & gg ; fikri aulawi, prof. dr. hapzi ali, kode etik, mercu buana, 2017.
 
4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...
4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...
4,be&gg,dyah ruth wulandari,hapzi ali,etika & bisnis,etika marketing,...
 
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & BudayaSilahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
Silahkan di download Materi Etika Bisnis & Budaya
 
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
 
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan Strategi Pasar
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan  Strategi PasarKEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan  Strategi Pasar
KEWIRAUSAHAAN - Etika Bisnis dan Strategi Pasar
 
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
 
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
04-PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS.ppt
 
Nilai nilai perusahaan bca finance
Nilai nilai perusahaan bca financeNilai nilai perusahaan bca finance
Nilai nilai perusahaan bca finance
 

More from beny adhi

14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...beny adhi
 
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...beny adhi
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...beny adhi
 
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...beny adhi
 
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...beny adhi
 
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...beny adhi
 
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...beny adhi
 
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...beny adhi
 
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...beny adhi
 
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...beny adhi
 

More from beny adhi (10)

14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
14, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate governance, universitas merc...
 
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
13, be & gg, beny adhi, hapzi ali, globalization and business ethics, uni...
 
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
12, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical decision making in business, u...
 
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
10, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate social responsibilities, uni...
 
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
6, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in financial management,...
 
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
5, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethical issues in human resource manage...
 
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
4, be & gg, beny adhi, hapzi ali, marketing ethics , universitas mercu bu...
 
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
3, be & gg, beny adhi, hapzi ali, environmental ethics , universitas merc...
 
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
2, be & gg, beny adhi, hapzi ali, ethics of consumer protection, universi...
 
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
1, be & gg, beny adhi, hapzi ali, concepts and theories of business ethic...
 

9, be & gg, beny adhi, hapzi ali, corporate ethics rights, privileges, problems and protection universitas mercu buana, 2018

  • 1. 9, BE & GG, Beny Adhi, Hapzi Ali, Corporate Ethics: Rights, Privileges, problems and Protection Universitas Mercu Buana, 2018 I. PENDAHULUAN Keprihatinan moral terhadap bisnis saat ini telah memasuki tahapan yang lebih maju dari sekedar ukuran tradisional. Zaman multinasional konglomerat dan korporasi sedang berkembang secara signifikan. Kini masyarakat pada umumnya berada dalam fase perkembangan bisnis dan ekonomi kapitalisme sejak jatuhnya sistem komunisme, maka kapitalisme berkembang pesat tanpa timbul hambatan yang berarti. Pada saat ini bisnis telah menjadi besar meninggalkan bisnis tradisonal yang semakin terdesak bahkan tersisih karena perkembangan zaman. Kekayaan mayoritas perusahaan swasta di berbagai negara dapat melebihi kekayaan negara. Selanjuntya seiring dengan adanya globalisasi maka dunia bisnispun mau tidak mau harus mengikuti keadaaan ini. Oleh karena itu perusahaan yang melakukan aktifitas bisnisnya tentu harus mengikuti norma-norma dan aturan yang berlaku pada zaman sekarang. Kegiatan bisnis yang penuh dengan pasang surut, siasat, taktik maupun cara-cara strategis dan bahkan jegal menjegal antara pesaingnya sering kali kita ketahui bersama. Hal ini tentunya dapat dipahami apabila masyarakat secara umum, terutama pada pelaku bisnis agak sulit mengerti hubungan antara bisnis dengan etika, karena hal ini merupakan sebuah kontradiktif tentunya. Tetapi pada kenyataannya pelaku bisnis maupun istitusi bisnis yang tidak melakukan kegiatannya sesuai norma, aturan maupun etika maka akan mendapatkan citra yang buruk di masyarakat, dan cepat atau lambat akan merugikan perusahaan itu sendiri. Ditambah lagi dengan cepatnya arus informasi dan perkembangan teknologi saat ini maka segala bentuk kegiatan yang konotasinya negatif akan cepat menyebar luas. II. ETIKA PERUSAHAAN Etika korporat adalah bentuk etika terapan atau etika profesional, yang meneliti prinsip-prinsip etika dan masalah moral atau etika yang dapat timbul dalam lingkungan bisnis. Ini berlaku untuk semua aspek perilaku bisnis dan relevan dengan perilaku individu dan seluruh organisasi. Etika ini berasal dari individu, pernyataan organisasi atau dari sistem hukum. Norma-norma, nilai- nilai, etika, dan praktik yang tidak etis inilah yang digunakan untuk memandu bisnis. Mereka membantu bisnis tersebut mempertahankan hubungan yang lebih baik dengan para pemangku kepentingan mereka. 2.1. Etika Usaha Etika Usaha merupakan sistem nilai atau norma yang dianut oleh Perusahaan sebagai acuan Karyawan, Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas untuk berhubungan dengan Stakeholders dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Perusahaan. 2.1.1. Hubungan dengan Pelanggan Kesuksesan Perusahaan tergantung kepada terbentuknya hubungan yang harmonis serta produktif dengan pelanggan berdasarkan
  • 2. integritas, perilaku etis, profesional, nama baik, dan hubungan saling percaya. Perusahaan mempunyai komitmen untuk secara terus menerus mengembangkan budaya pelayanan yang profesional dengan selalu berusaha mengutamakan kepuasan pelanggan serta membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan bagi kedua pihak. Standar Etika: 1. Mengutamakan kualitas dalam setiap produk dan jasa yang dijual kepada pelanggan, termasuk di dalamnya pemenuhan standar spesifikasi, ketepatan waktu penyerahan serta harga yang wajar dengan pelayanan yang optimal. 2. Mengutamakan faktor keselamatan dalam setiap produk atau jasa yang dijual kepada pelanggan. 3. Dalam setiap interaksi dengan pelanggan, selalu mengutamakan kepuasan pelanggan, sejak dari awal perencanaan pekerjaan, penyelesaian pekerjaan sampai dengan tahap purna jual. 4. Memberikan informasi yang relevan kepada pelanggan secara transparan, akurat, dan tepat waktu mengenai segala syarat, kondisi, hak, dan kewajibannya. 5. Mematuhi setiap kesepakatan bisnis yang disusun dalam dokumen tertulis berdasarkan itikad baik serta saling menguntungkan. 6. Memastikan bahwa promosi produk/jasa Perusahaan dilakukan secara transparan dan tidak menyesatkan publik. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Sikap dan hubungan kemitraan dengan pelanggan 2. Perubahan harga produk dan nilai tukar. 3. Kontrol terhadap proses perencanaan, produksi dan pemasaran yang berpengaruh terhadap kualitas produk. 4. Proses dan legalitas perjanjian kontrak penjualan. 2.1.2. Hubungan dengan Pemasok Prinsip-prinsip hubungan dengan Pemasok dan Penyedia Barang dan Jasa adalah terwujudnya pengadaan barang dan jasa secara efisien, efektif, dan ekonomis, sehingga akan diperoleh barang maupun jasa yang bermutu tinggi dan berkualitas sesuai dengan persyaratan teknis yang diinginkan. Pemasok merupakan mitra usaha penting bagi Perusahaan. Perusahaan menerapkan kepentingan yang seimbang dengan pemasok melalui informasi yang terbuka mengenai pengadaan barang/jasa kepada calon pemasok dan memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon pemasok. Standar Etika: 1. Menghindari praktik Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN) 2. Melaksanakan prosedur lelang sesuai dengan kebijakan maupun Standar Operating Procedure (SOP) pengadaan barang dan jasa. 3. Menjamin terlaksananya prosedur pembayaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • 3. 4. Mencegah terjadinya mark-up harga. Hal-Hal yang harus diperhatikan: 1. Pemilihan pemasok yang tidak melalui pelelangan yang terbuka. 2. Potensi konflik kepentingan dalam pemilihan pemasok, termasuk penerimaan uang, hadiah, hiburan atau barang lain yang berharga. 3. Pemilihan pemasok yang dimiliki atau dikelola keluarga atau teman. 4. Pemasok tidak memenuhi persyaratan Perusahaan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan peraturan ketenagakerjaan. 5. Lemahnya kontrol terhadap proses pengadaan Perusahaan. 6. Praktek mark-up harga dan kuantitas, kolusi diantara pemasok dalam penetapan harga maupun pembagian pekerjaan dan ketergantungan kepada suatu pemasok dalam jangka panjang. 2.1.3. Hubungan dengan Pesaing Perusahaan berkomitmen untuk melakukan kegiatan usaha dengan tata cara yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga Perusahaan selalu berkomitmen untuk menerapkan persaingan yang sehat dan menganggap pesaing sebagai pemacu Perusahaan untuk selalu memberikan yang terbaik. Standar Etika: 1. Menciptakan produk dan jasa yang inovatif dan berkualitas agar tetap bertahan dan unggul dalam persaingan usaha 2. Menghindari melakukan kesepakatan yang tidak wajar atau persekongkolan dengan pelaku industri lainnya, untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kepentingan konsumen. 3. Mendukung perilaku kompetitif yang sehat dan menunjukan sikap saling menghargai antar pesaing. 4. Mencegah upaya atau partisipasi pada pembayaran- pembayaran yang tidak wajar atau penggunaan praktek- praktek yang tidak terpuji untuk dapat mempertahankan keunggulan bersaing. 5. Menghargai hak cipta dan hak atas kekayaan intelektual dengan tidak mencuri dan memanfaatkan informasi usaha secara ilegal. Hal-Hal yang harus diperhatikan: 1. Memiliki hubungan dengan pihak tertentu dalam Perusahaan pesaing yang berpotensi memberikan kerugian bagi salah satu pihak. 2. Promosi negatif dengan maksud untuk menjatuhkan pesaing. 3. Penyampaian informasi rahasia terkait Perusahaan pesaing oleh pihak yang tidak memiliki wewenang untuk memperoleh informasi tersebut. 2.1.4. Hubungan dengan Regulator Perusahaan berkomitmen membangun hubungan baik dengan semua instansi dan pejabat Pemerintah sebagai regulator. Standar Etika:
  • 4. 1. Tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya mengenai hubungan dengan Pemerintah. 2. Membangun hubungan harmonis dengan Pemerintah selaku pihak regulator. 3. Mengharuskan semua mitra kerja untuk mematuhi pedoman perilaku dengan Pemerintah yang ditetapkan. 4. Jujur dan transaparan dalam berhubungan dengan semua instansi dan pejabat Pemerintah. 5. Setiap pelaporan, pernyataan, sertifikat dan permohonan yang ditujukan kepada Pemerintah harus transaparan, jelas, akurat, lengkap serta tidak mengandung hal-hal yang dapat disalahtafsirkan. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Pesyaratan khusus atau pengenaan biaya yang tidak sah sehubungan dengan proses perijinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah 2. Penyerahan informasi atau data Perusahaan yang tidak akurat atau tidak lengkap yang dibutuhkan oleh Pemerintah. 3. Pelanggaran atas peraturan Pemerintah mengenai larangan pemberian hadiah dan peraturan mengenai pemberian hiburan. 2.1.5. Hubungan dengan Masyarakat Mendukung proses penegakan hukum dengan memberikan informasi yang lengkap dan relevan kepada penegak hukum. Perusahaan menyadari pentingnya tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Standar Etika: 1. Dalam menjalankan aktivitas usaha, berusaha mengurangi seminimal mungkin dampak negatif terhadap lingkungan hidup. 2. Mendukung program Pemerintah dalam mengurangi dampak pemanasan global, dengan melakukan program penghematan energi dan sumber daya alam. 3. Berkomitmen untuk turut menjaga warisan budaya dan mendorong anak Perusahaan serta para rekanan memiliki komitmen yang sama. 4. Menghormati peraturan hukum, nilai-nilai lokal, dan norma- norma yang berlaku di wilayah dimana Perusahaan melakukan usaha. 5. Turut memberikan kontribusi terhadap kegiatan kemanusiaan dan perbaikan lingkungan, baik secara moral maupun finansial. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Sensitivitas atas masalah yang dialami masyarakat sekitar operasi Perusahaan. 2. Prinsip keterbukaan informasi dan kemitraan secara aktif. 3. Ketimpangan tingkat ekonomi masyarakat sekitar operasi Perusahaan. 4. Keseimbangan lingkungan.
  • 5. 2.1.6. Hubungan dengan Karyawan Perusahaan memandang bahwa karyawan adalah merupakan aset dan mitra utama bagi Perusahaan, sehingga Perusahaan berkomitmen untuk mengelola hak, kewajiban dan kompetensi karyawan dengan sebaik-baiknya. Standar Etika: 1. Perusahaan menghormati hak asasi karyawan serta hak dan kewajiban karyawan sesuai ketentuan perundang- undangan, dan PKB 2. Dalam setiap kebijakannya, Perusahaan menghindari perlakuan diskriminatif terhadap karyawan berdasarkan suku, agama, ras, jenis kelamin, usia, status perkawinan, kecacatan fisik, dan penggolongan-penggolongan lain yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan. 3. Perusahaan memastikan bahwa setiap kinerja positif selalu memperoleh imbalan, dan setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di Perusahaan. 4. Perusahaan mendorong dan memfasilitasi pengembangan kemampuan profesional karyawan, baik berupa peningkatan keahlian teknis maupun non teknis (soft- skills). 5. Perusahaan berkomitmen untuk memberikan kesempatan kerja dan pengembangan karir yang fair kepada seluruh karyawan. 6. Perusahaan berkomitmen untuk menciptakan suasana kerja yang terbuka, partisipatif, dan komunikatif diantara karyawan dan antara karyawan dengan Manajemen, sehingga dapat menumbuhkan sinergi dan iklim kerja sama di Perusahaan. 7. Perusahaan memastikan diterapkannya prosedur kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Hak dan kewajiban Perusahaan maupun karyawan sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). 2. Budaya kerja yang tidak mendukung terciptanya hubungan yang dinamis dan harmonis. 3. Fungsi serikat pekerja yang kurang aktif dalam menjembatani hubungan antara Perusahaan dan karyawan. 4. Adanya intervensi pihak eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku Perusahaan terhapap karyawan tertentu. 5. Undang-undang yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. 2.1.7. Hubungan dengan Kreditur Perusahaan bekerjasama dengan kreditur dalam memperoleh dana untuk meningkatkan kemampuan modal kerja Perusahaan yang akan digunakan untuk mengembangkan usaha Standar Etika: 1. Senantiasa menyampaikan informasi yang relevan kepada bank, lembaga keuangan, pemegang obligasi dan kreditur lainnya secara benar, akurat, dan menggambarkan kondisi Perusahaan yang sebenarnya
  • 6. 2. Menggunakan dana yang diperoleh dari kreditur secara amanah, transparan, dan tepat guna. 3. Memenuhi semua ketentuan-ketentuan yang ada dalam Perjanjian dengan pihak kreditur. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Penyebaran informasi Perusahaan yang tidak akurat ataupun tidak lengkap yang dibutuhkan kreditur. 2. Kemampuan yang dimiliki Perusahaan untuk memenuhi hak kreditur. 2.1.8. Hubungan dengan Anak Perusahaan Dalam mengembangkan bisnis Perusahaan dapat membentuk anak Perusahaan maupun bekerja sama membentuk Perusahaan patungan. Hubungan dengan anak Perusahaan maupun Perusahaan patungan dilaksanakan dalam rangka membangun sinergi dan citra yang lebih baik serta dapat meningkatkan kinerja Perusahaan. Standar Etika: 1. Pegawai menjaga agar setiap hubungan bisnis dengan anak Perusahaan maupun Perusahaan Patungan dilaksanakan dalam kerangka hubungan bisnis yang wajar sebagaimana layaknya hubungan bisnis yang dikembangkan dengan pihak yang terafiliasi. 2. Saling menghormati kepentingan masing-masing pihak melalui perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Intervensi terhadap kegiatan operasional anak Perusahaan. 2. Perjanjian kerjasama yang kurang seimbang dan cacat hukum. 3. Transaksi keuangan yang dapat menyimpang dari peraturan perbendaharaan negara. 2.1.9. Hubungan dengan Media Perusahaan meyakini bahwa dengan membangun dan mengembangkan relasi dengan media maka Perusahaan dapat menjangkau publik guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya tujuan-tujuan Perusahaan. Untuk itu, Perusahaan berusaha untuk selalu memberikan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Standar Etika: 1. Perusahaan menjadikan media massa sebagai mitra kerja dengan mengedepankan hubungan berlandaskan keterbukaan dan saling menghormati sehingga Perusahaan akan selalu berusaha menyampaikan informasi yang relevan dan akurat sesuai dengan ketentuan di Perusahaan dan tidak melanggar kode etik jurnalistik. 2. Perusahaan menerima dan menindaklanjuti kritik-kritik membangun yang disampaikan melalui media dengan tetap mempertimbangkan aspek resiko dan biaya.
  • 7. 3. Penyampaian seluruh materi informasi kepada media haruslah informasi yang berfifat material dan harus merupakan informasi yang sudah dipublikasikan sesuai dengan kebijakan Perusahaan. 4. Pegawai yang dapat menyampaikan informasi kepada media merupakan Pegawai yang telah mendapat persetujuan atau ditunjuk oleh manajemen ataupun pihak lain yang memiliki otorisasi. 5. Setiap informasi yang disampaikan kepada media nasional baik di Kantor Pusat, Kantor Regional maupun Kantor Cabang/Proyek harus berkoordinasi dengan Sekretariat Perusahaan, yang selanjutnya disampaikan kepada media daerah oleh Departemen Bagian Pemasaran Kantor Regional. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Kontrol yang lemah terhadap penyebaran informasi melalui media daerah yang merugikan Perusahaan, terutama terkait unit bisnis yang terletak jauh dari Kantor Pusat. 2. Prosedur yang memastikan penyampaian informasi kepada media dilakukan oleh orang dan tata cara yang tepat. 3. Segala bentuk pemberian hadiah dari media yang didalamnya berisi kepentinagan pribadi ataupun golongan dan berpotensi merugikan Perusahaan. 4. Penyebaran informasi yang tidak tepat oleh oknum tertentu namun mengatas namakan media. 2.2. Pedoman Etika Kerja Etika kerja adalah sistem nilai atau norma yang digunakan oleh Pegawai yaitu seluruh Karyawan, Direksi, Komite-komite dan Dewan Pengawas dalam pelaksanaan kerja sehari-hari. Dalam menjalankan tugasnya selalu berpedoman kepada Etika Kerja sebagai berikut: 2.2.1. Kepatuhan Terhadap Hukum Perusahaan menyadari bahwa kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan merupakan standar bagi Perusahaan untuk dapat menjalankan bisnis dengan cara yang wajar sehingga seluruh hukum dan peraturan yang berlaku haruslah dilaksanakan dalam setiap kegiatan bisnis Perusahaan. Standar Etika: 1. Mematuhi ketentuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam seluruh aktivitas usaha Perusahaan 2. Mengedepankan penyelesaian melalui jalur musyawarah untuk mencapai mufakat dalam setiap perselisihan dengan pihak lain, menempuh jalur hukum bila musyawarah tersebut tidak membuahkan hasil, dan menghormati hasil dari proses hukum tersebut. 3. Melarang seluruh pegawai melakukan kegiatan yang bertentangan dengan hukum dan peraturan perundangan. 4. Melarang transaksi usaha dengan pihak-pihak yang dananya diduga berasal dari kegiatan pencucian uang (money laundring). Hal-hal yang harus diperhatikan:
  • 8. 1. Kebijakan Perusahaan untuk menghadapi kasus ataupun pelanggaran hukum yang dilakukan oleh seluruh elemen perusahaan 2. Kontrol terhadap kepatuhan hukum pegawai diluar jam kerja terkait kegiatan Perusahaan. 3. pegawai yang memiliki hubungan dengan pihak-pihak yang terlibat masalah hukum. 2.2.2. Benturan Kepentingan Benturan kepentingan merupakan suatu kondisi yang dilematis yaitu adanya pertentangan kepentingan antara pribadi dan Perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung berpotensi merugikan Perusahaan. Standar Etika : 1. Mengklarifikasi kapan seseorang berbicara secara pribadi atau sebagai seorang pegawai 2. Tidak memanfaatkan atau menggunakan informasi penting dan rahasia bagi keuntungan pribadi. 3. Menghindari kepentingan keuangan dalam organisasi mitra ataupun rekanan. 4. Menghindari situasi yang dapat menyebabkan spekulasi adanya kecurigaan akan adanya benturan kepentingan. 5. Mengungkapkan setiap kemungkinan benturan kepentingan sebelum kontrak/kesepakatan disetujui. 6. Tidak bekerja pada institusi atau lembaga lain yang memiliki lingkup usaha yang sama, pesaing, ataupun setiap pekerjaan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Pegawai tidak diperkenankan menempatkan diri pada posisi atau situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan. 2. Apabila benturan terjadi, Pegawai wajib memastikan adanya perlakuan adil kepada Perusahaan dan/atau Stakeholders dengan memberikan pengungkapan yang cukup atau sementara berhenti melaksanakan tugas yang terkait dengan benturan kepentingan tersebut. 3. Pegawai tidak diperkenankan secara tidak wajar menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan Stakeholders. 2.2.3. Memberi dan Menerima Donasi, jamuan dan hadiah yang diberikan kepada pihak ketiga merupakan praktik bisnis yang dapat diterima sejauh hal tersebut dilakukan sesuai dengan kebijakan Perusahaan. Perusahaan harus memandang donasi, hadiah, hiburan dikaitkan dengan suatu tujuan bisnis yang jujur dan tidak boleh dimaksudkan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan atau tindakan. Hal- hal tersebut juga harus dijaga dalam konteks sosial dan budaya masyarakat yang berlaku.
  • 9. Pemberian donasi, jamuan dan hadiah tersebut tidak dapat dibenarkan apabila terdapat kepentingan atau motif terselubung yang bermaksud mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak lain dan/atau dapat menimbulkan benturan kepentingan. Standar Etika : 1. Melarang keras untuk memberikan atau menjanjikan, baik langsung maupun tidak langsung hadiah kepada para pihak yang berhubungan dengan Perusahaan. 2. Dilarang keras menerima hadiah dari pihak manapun, yang diketahui dan patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya. 3. Donasi tidak diperkenankan untuk kepentingan perseorangan, politik atau kegiatan partai politik tertentu. 4. Semua pengeluaran yang berhubungan dengan donasi harus mendapatkan otoritas yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan dengan jelas. 5. Pegawai dilarang menjamu tamu pribadi atas beban keuangan Perusahaan. 6. Pegawai dapat menerima jamuan dari pihak luar sepanjang tidak mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Segala bentuk hadiah, pemberian khusus maupun hiburan yang bersifat tidak resmi. 2. Donasi untuk tujuan lain hanya boleh dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mengedepankan prinsip akuntabilitas. 3. Penyelenggaraan jamuan harus bersifat wajar dan atas persetujuan dari pihak manajemen Perusahaan, serta harus dicatat sebagai beban Perusahaan berdasarkan prosedur standar pengeluaran dan pencatatan di Perusahaan. 2.2.4. Persamaan dan Penghormatan pada Hak Asasi Manusia Perusahaan percaya bahwa hak asasi manusia adalah sesuatu yang bersifat universal. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat, Perusahaan mendorong usaha-usaha untuk menjamin terpenuhinya hak asasi manusia. Perusahaan berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap kegiatan operasi Perusahaan tidak melanggar prinsip hak asasi manusia. Standar Etika : 1. Memastikan seluruh Insan Perusahaan memahami peraturan perundang-undangan mengenai hak asasi manusia. 2. Memastikan bahwa masyarakat sekitar turut merasakan kesejahteraan yang diciptakan Perusahaan serta menghormati hak-hak asasi yang dimilikinya. 3. Mengedepankan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam menangani konflik yang mungkin terjadi dengan masyarakat, serikat pekerja atau karyawan.
  • 10. 4. Mengembangkan sikap-sikap menghargai hak asasi manusia pada pihak ketiga yang bekerjasama dengan atau yang mewakili Perusahaan. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Dampak negatif dari kegiatan operasi Perusahaan terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar. 2. Memburuknya hubungan atau munculnya konflik dengan masyarakat sekitar Pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat. 3. Keterlibtan aparat keamanan yang kontra-produktif. 4. Pelanggaran hak-hak yang terkait dengan kepemilikan dari masyarakat sekitar. 5. Penggunaan kekerasan yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan atau masyarakat sekitar. 2.2.5. Kesempatan Kerja yang Adil Perusahaan berkomitmen untuk menciptakan kesempatan kerja yang adil, termasuk didalamnya larangan terhadap segala bentuk diskriminasi. Perusahaan memberikan kesempatan yang sama dan perlakuan yang adil kepada seluruh Pegawai Standar Etika: 1. Mentaati peraturan ketenagakerjaan yang berlaku, termasuk peraturan kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat. 2. Melakukan rekrutmen tenaga kerja, memberikan pelatihan, promosi, pemberhentian, kompensasi secara adil tanpa memandang agama, ras/suku bangsa, hubungan pribadi, warna kulit, jenis kelamin atau karakteristik lain yang dilindungi oleh hukum. 3. Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari pelecehan, seperti pelecehan terhadap seseorang karena latar belakang agama, ras/suku bangsa, hubungan pribadi, warna kulit, jenis kelamin atau karakteristik lain yang dilindungi oleh hukum. 4. Menghormati hak pribadi Pegawai dengan menggunakan, menjaga dan menyimpan data pribadi mereka sesuai dengan petunjuk dan prosedur yang berlaku. 5. Perusahaan berhak memonitor penggunaan aset Perusahaan seperti komputer, email, telepon, informasi mengenai hak kekayaan intelektual milik Perusahaan dan sebagainya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Suasana kerja yang tidak nyaman seperti menceritakan lelucon atau memperlihatkan barang yang mengejek atau menyinggung anggota masyarakat dari etnis atau ras tertentu. 2. Mempertimbangkan ras, hubungan prbadi (pertemanan dan kekerabatan) warna kulit, agama, asal negara, jenis kelamin atau
  • 11. karakteristik yang dilindungi hukum sebagai faktor dalam mempekerjakan, mempromosikan atau keputusan lain yang berkaitan dengan Pegawai 3. Membicarakan hal-hal yang berkonotasi seks yang tidak menyenangkan dengan pegawai lain. 4. Melakukan pelanggaran terhadap hukum ketenagakerjaan. 5. Menolak bekerjasama dengan individu tertentu karena ras, agama, jenis kelamin dan sebagainya. 6. Memberitahukan data pegawai kepada orang yang tidak memiliki kepentingan usaha, kewenangan atau persetujuan dari subjek yang bersangkutan. 2.2.6. Pembayaran Tidak Wajar Suap adalah suatu perbuatan memberi/menerima, menjanjikan/ dijanjikan sesuatu kepada seseorang atau pejabat secara ilegal dengan maksud agar dia berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam pekerjaan yang bertentangan dengan kewajibannya. Perusahaan juga melarang segala bentuk pemberian yang material baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada semua pihak eksternal dengan tujuan mempengaruhi mereka untuk kepentingan Perusahaan, baik untuk mendapatkan kemudahan, keunggulan bersaing atau untuk mendapatkan prioritas. Standar Etika : 1. Dilarang melakukan segala bentuk penyuapan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Pegawai dilarang menerima suap dalam keadaan dan/atau bentuk apapun. 3. Pelanggaran terhadap ketentuan tersebut akan dikenakan sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Perusahaan. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Kepatuhan terhadap ketentuan pembayaran tidak wajar. 2. Pembayaran komisi yang besarnya dianggap signifikan dibandingkan dengan nilai jasa yang diberikan. 3. Pemerikasaan secara seksama terhadap kepatuhan pihak ketiga atas standar etika mengenai pembayaran tidak wajar. 2.2.7. Kerahasian Informasi Setiap pegawai, sesuai dengan kewenangan dan lingkup pekerjaannya memiliki akses terhadap informasi Perusahaan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat rahasia. Standar etika: 1. Memastikan seluruh aset informasi Perusahaan dikelola dengan baik. 2. Menjaga informasi Perusahaan yang bersifat rahasia. 3. Memberikan informasi yang relevan dan proporsional kepada Stakeholders dengan tetap mempertimbangkan kepentingan Perusahaan.
  • 12. 4. Menghindari penyebarluasan data dan informasi kepada pihak lain yang tidak berkepentingan. 5. Menyembunyikan data dan dokumen Perusahaan selama menjabat dan/atau setelah yang bersangkutan menyelesaikan masa tugas dan jabatannya. 6. Memanfaatkan dan/atau menggunakan informasi rahasia termasuk dan tidak terbatas pada teknologi informasi Perusahaan di luar kepentingan Perusahaan. 7. Melanggar ketentuan yang berkaitan dengan pengakuan dan penggunaan hak atas kekayaan intelektual seperti hak cipta, paten dan pengetahuan. Hal-hal yang harus diperhatikan: 1. Pengendalian yang tidak mencukupi seperti hal-hal yang memungkinkan akses oleh orang yang tidak berwenang terhadap informasi Perusahaan. 2. Penyampaian atau permintaan penyampaian informasi rahasia Perusahaan atau informasi mengenai pelangggan dan pemasok Perusahaan oleh pihak yang tidak memiliki wewenang. 2.2.8. Pengawasan dan Penggunaan Aset Aset Perusahaan dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Aset Perusahaan harus dijaga status kepemilikan dan keberadaannya. Standar etika pengawasan dan penggunaan aset ditujukan untuk memastikan seluruh aset fisik, keuangan, hak milik intelektual dan aset yang lain digunakan dan dilindungi secara optimal. Standar Etika: 1. Memanfaatkan aset dan sumber daya Perusahaan lainnya secara efisien dan efektif, serta mendapat perlindungan secara optimal sesuai dengan aturan penggunaan yang berlaku, dalam rangka mencapai tujuan Perusahaan. 2. Tidak menggunakan aset Perusahaan untuk tujuan-tujuan pribadi dan/atau di luar kepentingan Perusahaan. 3. Melaporkan setiap kehilangan atau dugaan penyalahgunaan aset Perusahaan kepada atasan langsung. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Aset fisik atau sumber daya lainnya yang digunakan secara berlebihan dipindahtangankan atau dihapusbukukan secara tidak sah. 2. Kontrol yang lemah terhadap unit bisnis yang terletak jauh dari Kantor Pusat. 3. Tidak adanya kontrol yang efektif untuk melindungi aset Perusahaan dari kerugian dan kecurangan. 4. Catatan keuangan yang tidak akurat. 2.2.9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan yang dilakukan oleh Manajemen bersama karyawan baik tersedianya
  • 13. peralatan yang memadai maupun suasana tempat kerja yang dapat memberikan rasa aman, tenteram, terlindungi, tercegah dari musibah, sehingga karyawan bersama unsur manajemen selalu dalam kondisi selamat dan sehat. Standar Etika : 1. Menyediakan alat dan sarana yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain pintu tangga darurat, alat pemadam kebakaran, (tabung pemadam, kran air pemadam beserta alarm bahaya), alat pelindung dan pengamanan sesuai dengan peraturan Pemerintah. 2. Setiap karyawan yang melaksanakan tugas dari Perusahaan, apabila terjadi risiko hukum maupun fisik dari pihak ketiga, Perusahaan memberikan fasilitas bantuan hukum dan biayanya sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Menteri BUMN Nomor SE- 19/MBU/2008 tanggal 9 Desember 2008. 3. Manajemen wajib menyediakan ruang Laktasi dan tempat penyimpanannya serta ruang khusus untuk merokok. 4. Mematuhi dan melaksanakan aturan-aturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Menggunakan sarana pelindung keselamatan dan kesehatan kerja yang disediakan Perusahaan secara benar dan optimal. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Penyuluhan dan pelatihan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 2. Berperan aktif dalam menerapkan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan untuk mencegah sumber bahaya kebakaran termasuk penyakit akibat kerja. 3. Keluhan-keluhan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang muncul dari Pegawai. 4. Bahaya atau kecelakaan kerja serta kerusakan lingkungan yang timbul. 5. Kelalaian untuk mematuhi peraturan dan prosedur mengenai keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan. 2.2.10. Hak atas Kekayaan Intelektual Hak atas kekayaan intelektual (meliputi paten, rahasia dagang, merek dagang, hak cipta, dan kepemilikan informasi lainnya yang dimiliki Perusahaan) merupakan salah satu aset yang paling berharga bagi setiap Perusahaan. Standar Etika : 1. Pehawai harus menghormati kekayaan intelektual pihak lain karena setiap penggunaan yang tidak sah atas hak milik intelektual orang lain dapat mengakibatkan Perusahaan menanggung gugatan hukum secara perdata dan ganti rugi. 2. Seluruh Pegawai harus berpartisipasi secara aktif untuk melindungi hak atas kekayaan intelektual milik Perusahaan.
  • 14. 3. Pegawai yang turut serta/bekerja dalam pengembangan suatu proses atau produk yang akan digunakan oleh Perusahaan, atau Pegawai yang memiliki atas hasil karya tersebut, harus memperlakukan informasi yang terkait dengan proses atau produk tersebut sebagai milik Perusahaan baik selama masa kerja maupun setelah Pegawai tidak bekerja lagi untuk Perusahaan. 4. Seluruh Pegawai harus menginformasikan hasil karya yang dihasilkan baik selama maupun di luar jam kerja, jika hasil karya tersebut terkait dengan bisnis atau operasi Perusahaan. Perusahaan berhak atas seluruh manfaat dari paten dan lain-lain yang terkait dengan hasil karya dimaksud di atas. 5. Seluruh Pegawai harus menandatangani pernyataan untuk menjaga kerahasian maupun kesedian untuk membantu Perusahaan dalam proses memperoleh hak kekayaan intelektual atas nama Perusahaan. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Menerima informasi mengenai yang terkait hak atas kekayaan intelektual dari pihak luar tanpa mengkonsultasikan terledih dahulu dengan Divisi Hukum, dimana terdapat kondisi kerahasiaan yang harus dijaga. 2. Mempekerjakan seseorang yang sebelumnya bekerja di kompetitor tanpa memberikan perlindungan dan pencegahan agar orang tersebut tidak akan membocorkan atau menggunakan hak milik informasi kompetitor. 3. Memperkenalkan produk atau jasa baru, atau nama produk sebelum pengecekan mengenai pelanggaran paten atau merek dagang. 4. Membicarakan hak kekayaan intelektual maupun informasi yang terkait dengan hak kekayaan intelektual Perusahaan dengan pelanggan atau pemasok tanpa melalui prosedur resmi yang telah ditetapkan Perusahaan. 5. Menyampaikan atau membocorkan informasi mengenai suatu produk baru atau jasa sebelum permohonan paten dilakukan atau keputusan untuk tidak membuat permohonan dilakukan secara resmi oleh Perusahaan. 2.2.11. Perilaku Etis terhadap Sesama Karyawan Perusahaan berkomitmen penuh untuk menciptakan suasana kerja yang harmonis dan nyaman dalam lingkungan Perusahaan melalui upaya pembentukan karakter pegawai yang disiplin dan beretika dalam berinteraksi sehari-hari baik antar sesama karyawan maupun hubungan atasan dan bawahan melalui berbagai bentuk komunikasi. Standar Etika Hubungan Sesama Karyawan: 1. Tidak melakukan penekanan atau intimidasi terhadap sesama rekan kerja, atasan atau bawahan untuk kepentingan tertentu. 2. Pegawai tidak diijinkan untuk melakukan tindakan ataupun ucapan yang didalamnya mengandung unsur pelecehan terhadap
  • 15. suku, agama, ras, adat dan kata-kata kasar terhadap sesama karyawan. 3. Pegawai dilarang melakukan tindakan ancaman fisik maupun non-fisik terhadap sesama karyawan. 4. Tidak melakukan permusuhan ataupun provokasi terhadap rekan kerja, atasan dan bawahan untuk kepentingan pribadi ataupun golongan yang dapat merugikan Perusahaan. 5. Menghindari segala bentuk persaingan tidak sehat dan pemanfaatan jabatan untuk kepentingan tertentu. Standar Etika Atasan dengan Bawahan : 1. Atasan dan bawahan selalu berusaha bersikap terbuka dan menjalin hubungan yang harmonis. 2. Atasan memberikan contoh bersikap dan berperilaku baik sehingga menjadi suri tauladan bagi bawahannya. 3. Atasan dan bawahan akan saling menghormati terhadap ide-ide maupun perbedaan pendapat yang disampaikan. 4. Memiliki Integritas, loyalitas dan dedikasi yang tinggi untuk kepentingan dan kemajuan perusahaan 5. Menggunakan bahasa yang sopan dan mengandung unsur diskriminasi. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Interaksi sesama karyawan ataupun atasan bawahan yang mengutamakan kepentingan pribadi ataupun golongan tertentu diatas kepentingan perusahaaan. 2. Keikutsertaan karyawan dalam organisasi ataupun perkumpulan yang tidak diakui Pemerintah dan menganut nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut Perusahaan. 3. Aktivitas-aktivitas yang berpengaruh terhadap pengurangan jam kerja dan atau konsentrasi kerja karyawan serta tidak memprioritaskan tugas dan tanggung jawab sebagai karyawan. III. HAK Secara umum, hak adalah klaim atau kepemilikan individu atau sesuatu. Seseorang dikatakan memiliki hak jika dia memiliki klaim untuk melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu atau jika orang lain berkewajiban melakukan tindakan dalam suatu cara tertentu kepadanya. Sejumlah hak yang disebut hak negative dapat digambarkan dari fakta bahwa hak-hak yang termasuk di dalamnya dapat didefinisikan sepenuhnya dalam kaitannya dengan kewajiban orang lain untuk tidak ikut campur dalam aktivitas- aktivitas tertentu dari orang yang memiliki hak tersebut. Contohnya, jika saya memiliki hak privasi, ini berarti semua orang, termasuk atasan saya, berkewajiban tidak ikut campur dalam urusan atau aktivitas-aktivitas pribadi saya. Sebaliknya, hak positif tidak hanya memberikan kewajiban negative, namun juga mengimplikasikan bahwa pihak lain (tidak selalu jelas siapa mereka) memiliki kewajiban positif pada si pemilik hak untuk memberikan apa yang dia perlukan untuk dengan bebas mencari atau mengejar kepentingan- kepentingannya. Contohnya, jika saya punya hak untuk memperoleh kehidupan
  • 16. yang layak, maka ini tidak hanya berarti orang lain tidak boleh ikut campur namun juga berarti jika saya tidak bisa memperoleh penghasilan yang layak, maka harus ada pihak lain (mungkin pemerintah) yang wajib memberikan pekerjaan dengan penghasilan yang layak. Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai dengan HAM. Teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya didsarkan atas asumsi bahwa manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama. Hak asasi manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu: 1. Hak hukum (legal right), adalah hak yang didasarkan atas sistem/yurisdiksi hukum suatu negara, di mana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara yang bersangkutan. 2. Hak moral atau kemanusiaan (moral, human right), dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu, atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok bukan dengan masyarakat dalam arti luas. Hak moral berkaitan dengan kepentingan individu sepanjang kepentingan individu itu tidak melanggar hak-hak orang lain 3. Hak kontraktual (contractual right), mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-masing kontrak. Teori hak atau yang lebih dikenal dengan prinsip-prinsip HAM mulai banyak mendapat dukungan masyarakat dunia termasuk dari PBB. Piagam PBB sendiri merupakan salah satu sumber hukum penting untuk penegakan HAM. Dalam Piagam PBB disebutkan ketentuan umum tentang hak dan kemerdekaan setiap orang. PBB telah mendeklarasikan prinsip-prinsip HAM universal pada tahun 1948, yang lebih dikenal dengan nama Universal Declaration of Human Rights. (UdoHR). Diaharapkan semua negara di dunia dapat menggunakan UdoHR sebagai dasar bagi penegakan HAM dan pembuatan berbagai undang- undang/peraturan yang berkaitan dengan penegakan HAM. Pada intinya dalam UdoHR diatur hak-hak kemanusiaan, antara lain mengenai kehidupan, kebebasan dan keamanan, kebebasan dari penahanan, peangkapan dan pengasingan sewenang-wenang, hak memperoleh memperoleh peradilan umum yang bebas, independen dan tidak memihak, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat, menganut agama, menentukan sesuatu yang baik atau buruk menurut nuraninya, serta kebebasan untuk berkelompok secara damai. IV. HAK ISTIMEWA Hak privilege merupakan jaminan khusus yang didasarkan pada undang- undang. Hak privilege atau hak istimewa adalah hak yang didahulukan. Mengenai hak privilege dapat Anda lihat dalam Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”), yaitu suatu hal yang oleh undang-undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.
  • 17. Menurut J. Satrio dalam bukunya yang berjudul Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, mengatakan bahwa dari perumusan dalam Pasal 1134 KUHPer, tampak bahwa hak istimewa diberikan oleh undang-undang, artinya: piutang-piutang tertentu, yang disebutkan oleh undang-undang, secara otomatis mempunyai kedudukan yang didahulukan. Hak privilege ini bersifat accesoir dan tidak dapat berdiri sendiri. Lebih lanjut J. Satrio (ibid, hal. 28-29) mengatakan bahwa para pihak tidak dapat memperjanjikan suatu privilege, artinya memperjanjikan bahwa tagihan yang timbul dari perjanjian yang mereka tutup mengandung privilege; semua privilege adanya ditentukan secara limitatif oleh undang-undang dan bahkan orang tidak diperkenankan untuk memperluasnya dengan jalan penafsiran terhadap perikatan- perikatan (tagihan-tagihan), yang tidak secara tegas di dalam undang-undang, dinyatakan sebagai hak tagihan yang diistimewakan. Menurut J. Satrio (ibid, hal. 29-30) privilege harus dituntut, harus dimajukan, artinya kalau pemilik tagihan yang diistimewakan tinggal diam saja, maka tagihannya dianggap sebagai tagihan biasa (konkuren). Pemilik tagihan tersebut harus menuntut agar ia dimasukkan dalam daftar tingkatan menurut tingkat yang diberikan kepadanya menurut undang-undang dan dengan demikian mendapat pelunasan menurut urutan tingkatnya dalam daftar. Privilege lain daripada gadai, hipotik, hak tanggungan dan fidusia, ia bukan merupakan hak kebendaan. Pemilik hak tagih yang diistimewakan pada asasnya tidak mempunyai hak-hak yang lebih dari orang lain. Ia tidak mempunyai hak untuk menjual sendiri benda-benda atas mana ia mempunyai hak yang didahulukan untuk mengambil pelunasan, ia tidak mempunyai hak yang mengikuti bendanya kalau benda itu ada di tangan pihak ketiga (droit de suite). Kelebihannya hanya bahwa atas hasil penjualan benda tertentu/semua benda milik debitur, ia didahulukan di dalam mengambil pelunasannya. Mengenai apa saja yang termasuk ke dalam hak privilege ini dapat dilihat dalam Pasal 1139 dan Pasal 1149 KUHPer. V. MASALAH DAN PERLINDUNGAN Konsumen ialah orang yang memakai barang atau jasa guna untuk memenuhi keperluan dan kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi dapat dikelompokkan pada golongan besar suatu rumah tangga yaitu golongan Rumah Tangga Konsumsi (RTK), dan golongan Rumah Tangga Produksi (RTP). Perlindungan konsumen adalah perangkat yang diciptakan untuk melindungi dan terpenuhinya hak sebagai contoh para penjual diwajibkan menunjukka tanda harga sebagai tanda pemberitahuan kepada konsumen. Dengan kata lain, segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Oleh karena itu, Sebagai pemakai barang/jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya. Dengan kata lain, ia tidak hanya tinggal diam saja ketika menyadari bahwa hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
  • 18. Di Indonesia, dasar hukum yang menjadikan seorang konsumen dapat mengajukan perlindungan adalah : 1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), pasal 21 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27 , dan Pasal 33. 2. Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 No. 42 Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3821. 3. Undang Undang No. 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat. 4. Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian Sengketa. 5. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen. 6. Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penangan pengaduan konsumen yang ditujukan kepada Seluruh dinas Indag Prop/Kab/Kota. 7. Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri No. 795 /DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen. Keinginan pelaku usaha untuk meraup keuntungan yang sebanyak- banyaknya dapat mendorong pelaku usaha untuk berbuat curang, baik melalui berbagai kiat promosi yang memikat konsumen, cara penjualan dan penerapan perjanjian standar yang cenderung lebih melindungi pelaku usaha dan dapat merugikan konsumen. Kecenderungan pelaku usaha untuk berbuat curang menjadikan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang dan menempatkan konsumen dalam posisi yang lemah. Salah satu faktor utama yang menyebabkan lemahnya kedudukan konsumen adalah karena rendahnya tingkat kesadaran konsumen mengenai hak-hanya. Faktor lain yang menempatkan konsumen dalam posisi yang lemah adalah karena kurangnya pengetahuan konsumen mengenai proses produksi dan posisi tawar menawar konsumen yang lebih lemah secara ekonomi. Kerugian yang dialami konsumen tidak selalu terjadi karena perbuatan curang yang dilakukan oleh pelaku usaha, namun juga dapat terjadi karena kesalahan konsumen sendiri yang disebabkan karena ketidak tahuan konsumen mengenai suatu produk. Hukum yang berlaku selain mampu melindungi konsumen dari perbuatan curang pelaku usaha, juga harus mampu memberikan pendidikan kepada konsumen mengenai pentingnya keamanan dan keselamatan dalam menggunakan suatu produk Hukum perlindungan konsumen menurut Janus Sidabalok adalah hukum yang mengatur tentang pemberian perlindungan kepada konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen. Hukum perlindungan konsumen menurut Janus mengatur hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban pelaku usaha, serta cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban tersebut. Ada dua jenis perlindungan yang diberikan kepada konsumen, yaitu: 1. Perlindungan Priventif; Perlindungan yang diberikan kepada konsumen pada saat konsumen tersebut akan membeli atau menggunakan atau memanfaatkan suatu barang dan atau jasa tertentu, mulai melakukan
  • 19. proses pemilihan serangkaian atau sejumlah barang dan atau jasa tersebut dan selanjutnya memutuskan untuk membeli atau menggunakan atau memanfaatkan barang dan jasa dengan spesifikasi tertentu dan merek tertentu tersebut. 2. Perlindungan Kuratif; Perlindungan yang diberikan kepada konsumen sebagai akibat dari penggunaan atau pemanfaatan barang atau jasa tertentu oleh konsumen. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa konsumen belum tentu dan tidak perlu, serta tidak boleh dipersamakan dengan pembeli barang dan atau jasa, meskipun pada umumnya konsumen adalah mereka yang membeli suatu barang atau jasa. Dalam hal ini seseorang dikatakan konsumen, cukup jika orang tersebut adalah pengguna atau pemanfaat atau penikmat dari suatu barang atau jasa, tidak peduli ia mendapatkannya melalui pembelian atau pemberian. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen berbicara mengenai jaminan atau kepastian tentang terpenuhinya hak-hak konsumen. Perlindungan konsumen mencakup dua aspek utama, yaitu: 1. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada konsumen barang dan atau jasa yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati atau melanggar ketentuan undang-undang. Hal ini mencakup bidang yang cukup luas, mulai dari penggunaan bahan baku, proses produksi, proses distribusi, desain produk, hingga mengenai ganti rugi yang diterima oleh konsumen bila terjadi kerugian karena mengkonsumsi produk yang tidak sesuai. 2. Perlindungan terhadap diberlakukannya kepada konsumen syarat-syarat yang tidak adil. Hal ini berkaitan erat dengan perilaku produsen dalam memproduksi dan mengedarkan produknya, mulai dari kegiatan promosi dan periklanan, standar kontrak, harga, hingga layanan purnajual. Asas-asas yang dianut dalam perlindungan konsumen menurut Pasal 2 Undang- Undang Perlindungan Konsumen adalah: 1. Asas manfaat; asas ini mengandung makna bahwa penerapan Undang- Undang Perlindungan Konsumen harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah pihak harus memperoleh hak-haknya. 2. Asas keadilan; Penerapan asas ini dapat dilihat di Pasal 4 – 7 Undang- Undang Perlindungan Konsumen yang mengatur mengenai hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha. Diharapkan melalui asas ini konsumen dan pelaku usaha dapat memperoleh haknya dan menunaikan kewajibannya secara seimbang. 3. Asas keseimbangan; Melalui penerapan asas ini, diharapkan kepentingan konsumen, pelaku usaha serta pemerintah dapat terwujud secara seimbang, tidak ada pihak yang lebih dilindungi.
  • 20. 4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen; Diharapkan penerapan Undang-Undang Perlindungan Konsumen akan memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. 5. Asas kepastian hukum; Dimaksudkan agar baik konsumen dan pelaku usaha mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, perlindungan konsumen bertujuan untuk melindungi konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen dan tidak bertujuan untuk mematikan pelaku usaha, melainkan menjadi pecut bagi pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayannya. Tujuan perlindungan konsumen menurut Pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah: 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri 2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa 3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi 5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha 6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen DAFTAR PUSTAKA 1. Asari, Romadhon, 2018. https://www.belumlama.com/sejarah-etika-bisnis/, (11 November 2018, 04:55 WIB) 2. Departemen Administrasi Perusahaan dan GCG Perumnas, 2015. http://www.perumnas.co.id/download/Buku%20Pedoman%20Standar%20Etik a%20Perusahaan.pdf, (11 November 2018, 05:30 WIB)
  • 21. 3. Ali, Hapzi, 2018. Modul Corporate Ethics: Rights, Privileges, problems and Protection, Universitas Mercu Buana, Jakarta 4. Anonym. http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318570/pendidikan/TEORI+ETIKA.pdf, (11 November 2018, 20:33 WIB) 5. Wibowo Tunardy, 2016. https://www.jurnalhukum.com/hukum-perlindungan- konsumen-di-indonesia/, (11 November 2018, 21:53) 6. Setiadi, (2012). http://setiadi24.blogspot.com/2012/04/review-jurnal- perlindungan-konsumen.html, (11 November 2018, 23:31)
  • 22. Contoh Perusahaan yang diamati : PT Garuda Indonesia (Persero) Pendahuluan Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia merupakan himpunan komitmen yang terdiri dari etika bisnis Garuda Indonesia dan etika kerja Insan Garuda Indonesia yang merupakan aturan dasar dalam melakukan hubungan bisnis dengan pemangku kepentingan dan hubungan kerja yang professional. Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia berlaku untuk seluruh unsur yang bertindak atas nama Garuda Indonesia, anak perusahaan dan afiliasi dibawah pengendalian, pemegang saham (investor) serta seluruh pemangku kepentingan atau mitra kerja yang melakukan transaksi bisnis dengan Garuda Indonesia. Garuda Indonesia senantiasa mendukung kepatuhan terhadap Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia dan berkomitmen untuk mengimplementasikannya, serta mewajibkan seluruh Pegawai Pimpinan dari setiap tingkatan dalam perusahaan untuk bertanggung jawab dalam memastikan bahwa Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia dipatuhi dan dijalankan dengan baik oleh seluruh Unsur Garuda Indonesia. Selanjutnya setiap Insan Garuda Indonesia diwajibkan untuk menandatangani komitmen pribadi Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia secara tahunan. Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia senantiasa akan disesuaikan dengan perkembangan hukum, sosial, norma, peraturan dan perkembangan bisnis Garuda Indonesia, dan perlu dilaksanakan program internalisasi dan sosialisasi di lingkungan Garuda Indonesia agar semua unsur dapat memahami serta secara aktif mendukung implementasi Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan dapat berjalan dengan baik. Prinsip-Prinsip Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja Etika Bisnis dan Etika Kerja Garuda Indonesia ini menjelaskan tentang Etika Kerja dan Etika Bisnis yang harus ditampilkan oleh Insan Garuda Indonesia dan yang tidak boleh ditampilkan oleh Insan Garuda Indonesia sebagai penjabaran dari pelaksanaan prinsip-prinsip GCG yaitu: 1. Transparansi Garuda Indonesia menjamin pengungkapan informasi material dan relevan mengenai kinerja, kondisi keuangan dan informasi lainnya secara jelas, memadai dan tepat waktu serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. Prinsip keterbukaan ini tidak mengurangi kewajiban untuk melindungi informasi rahasia mengenai Garuda Indonesia dan Pelanggan sesuai dengan peraturan perundangan- undangan yang berlaku; 2. Akuntabilitas Garuda Indonesia menjamin kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban masing-masing organ perusahaan (Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi) agar pengelolaan Perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas merujuk kepada kewajiban seseorang atau organ perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan wewenang yang dimilikinya dan/atau pelaksanaan tanggung jawab yang dibebankan oleh Garuda Indonesia kepadanya. 3. Pertanggungjawaban
  • 23. Garuda Indonesia menjamin kesesuaian antara pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat, pemenuhan kewajiban terhadap Pemerintah sesuai peraturan yang berlaku, bekerjasama secara aktif untuk manfaat bersama dan berusaha untuk dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat. 4. Kemandirian Garuda Indonesia menjamin pengelolaan perusahaan secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran Garuda Indonesia menjamin keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak- hak pemangku kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tanggung Jawab Terhadap Kepatuhan Etika Bisnis dan Etika Kerja ini menjelaskan tentang standar etika Kerja dan Etika Bisnis yang berlaku secara umum di lingkungan Garuda Indonesia, sebagai tata nilai moral yang digunakan untuk menentukan hal-hal yang baik dan yang buruk, hal- hal yang terpuji dan yang tercela, serta hal-hal yang dihargai dan yang tidak dihargai. Garuda Indonesia menegakkan dirinya pada kejujuran, integritas dan keadilan dalam menjalankan usahanya, oleh karena itu Garuda Indonesia melarang setiap Insan Garuda Indonesia dan termasuk keluarganya dalam derajat satu lurus ke atas, ke bawah dan ke samping, serta pihak lain yang terkait dengan Garuda Indonesia untuk memasuki setiap perbuatan yang dapat dikategorikan melawan hukum, tidak etis, tidak bermoral atau bertentangan dengan integritas perusahaan yang bergerak di bidang usaha angkutan udara niaga berjadwal dan tidak berjadwal. Hubungan dengan Insan Garuda Indonesia Garuda Indonesia memiliki kewajiban untuk memunculkan kinerja terbaik setiap Insan Garuda Indonesia dalam rangka pencapaian sasaran Perusahaan. Kinerja terbaik dapat dicapai diantaranya melalui penciptaan lingkungan kerja yang kondusif, melindungi dan menghormati hak-haknya serta membantu mewujudkan kesejahteraan sesuai dengan kemampuan Perusahaan. 1. Keamanan dan Kenyamanan di Tempat Kerja Garuda Indonesia memastikan terpenuhinya keamanan dan kenyamanan kerja para pegawai dengan membangun fasilitas dan penerapan sistem keamanan yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Garuda Indonesia melakukan penilaian dan evaluasi efektivitas sistem keamanan kerja secara berkesinambungan. Rasa aman dan nyaman di tempat kerja menjadi tanggung jawab bersama diantara pegawai. 2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Garuda Indonesia memastikan terpenuhinya keselamatan dan kesehatan kerja para pegawai dengan membangun fasilitas, penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Garuda Indonesia melakukan penilaian dan evaluasi efektivitas sistem keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan.
  • 24. Para pegawai berkewajiban memahami dan melaksanakan berbagai persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan tuntutan pekerjaannya. 3. Pemberian Kesempatan yang Sama Kepada Pegawai untuk Mendapatkan Pekerjaan, Promosi, dan Pemberhentian Kerja Garuda Indonesia menjunjung tinggi prinsip Equal Employment Opportunity, dimana Garuda Indonesia memberikan kesempatan yang sama secara terbuka dan objektif kepada seluruh pegawai Garuda Indonesia untuk dapat mengembangkan karir dalam upaya meningkatkan kompetensinya, sesuai dengan Peraturan Kerja Bersama Garuda Indonesia dan peraturan yang berlaku dalam Human Capital Quality Manual atau aturan perusahaan lainnya, dengan tetap memperhatikan pendidikan, pengalaman dan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai yang bersangkutan. Garuda Indonesia selalu menjunjung kesetaraan kerja, termasuk di dalamnya larangan terhadap segala bentuk diskriminasi. Garuda Indonesia memberikan kesempatan yang sama dan setara serta perlakuan yang adil kepada seluruh pegawai. 4. Lingkungan Kerja Yang Kondusif Hubungan harmonis antar pegawai dibangun atas dasar saling menghargai, saling percaya, saling memberikan semangat dan membina kerjasama dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab masing- masing, serta menciptakan suasana kerja yang kondusif di lingkungan kerjanya. Hubungan harmonis antara Pegawai Pimpinan dan Pegawai harus senantiasa dibangun baik secara formal maupun informal dalam upaya pencapaian keberhasilan unit kerja dan tujuan perusahaan secara menyeluruh. 5. Hak Berserikat dan Berpolitik Garuda Indonesia menjamin hak setiap pegawai untuk berserikat dan menyalurkan aspirasi politiknya selama tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku di Perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku. Hubungan dengan Pelanggan Pelanggan merupakan pertimbangan dasar dari keberadaan Garuda Indonesia. Segala sumberdaya Garuda Indonesia ditujukan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan. Pada prinsipnya hak pelanggan sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku harus dipenuhi. Oleh karena itu hak pelanggan berupa keselamatan, keamanan dan kenyamanan dijadikan fokus dan prioritas utama sebagai program pelayanan di seluruh unit bisnis dan fungsional Garuda Indonesia. Hubungan dengan Mitra Kerja Insan Garuda Indonesia harus menyadari bahwa untuk mewujudkan tujuan dan sasaran perusahaan, Garuda Indonesia tidak dapat menyediakan seluruh sumberdaya yang dibutuhkannya sendiri, namun membutuhkan mitra kerja untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Saling ketergantungan (interdependency) antara Garuda Indonesia dengan mitra kerja lainnya merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindarkan. Untuk itu Garuda Indonesia memandang bahwa hubungan kemitraan harus didasarkan atas rasa saling percaya dan saling menguntungkan. 1. Hubungan dengan Pihak Kebandarudaraan
  • 25. Bandar Udara merupakan sarana dan prasarana penting bagi keberadaan Garuda Indonesia. Pada prinsipnya Garuda Indonesia berkewajiban untuk memenuhi dan mentaati semua peraturan dan ketentuan yang berlaku di bandar udara yang diterbitkan oleh Pihak Kebandarudaraan guna memenuhi hak pelanggan berupa keselamatan, keamanan dan kenyamanan yang merupakan fokus dan prioritas utama Garuda Indonesia sebagai program pelayanan di seluruh unit bisnis dan fungsional Garuda Indonesia. 2. Hubungan dengan Pemasok Garuda Indonesia mengembangkan kemitraan dengan pemasok untuk memperoleh barang dan jasa yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Insan Garuda Indonesia di dalam membuat kriteria pekerjaan untuk pemasok harus didasarkan kepada peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mewujudkan hubungan rasa saling percaya, Insan Garuda Indonesia harus bertindak adil di dalam memberikan kesempatan dan informasi yang sama kepada seluruh pemasok yang akan bekerjasama dengan Garuda Indonesia. Informasi yang disampaikan kepada calon pemasok antara lain mencakup syarat dan kriteria yang ditetapkan untuk setiap pengadaan dalam Request for Proposal (RFP). Evaluasi penentuan pemasok dilakukan berdasarkan pertimbangan kualitas, biaya, pengiriman, dan pelayanan yang paling optimal sesuai dengan kebutuhan Garuda Indonesia. Untuk menjaga kualitas Approved Vendor List (AVL), Garuda Indonesia secara berkala melakukan evaluasi AVL berdasarkan kategori yang telah ditentukan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Unit Business Support melakukan evaluasi kebutuhan rutin Garuda Indonesia dan meninjau kembali daftar vendor dan melakukan revisi jika diperlukan. Evaluasi tersebut dilakukan setiap tahun dengan mempertimbangkan optimasi kualitas dan kisaran harga pemasok dengan kebutuhan Garuda Indonesia dan didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Hubungan dengan Agen Dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan, Garuda Indonesia membutuhkan jaringan (distribusi) yang mudah diakses dan tersebar di wilayah strategis termasuk layanan administrasi penyelesaian tagihan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka Garuda Indonesia menjalin kemitraan dengan agen berdasarkan prinsip yang saling menguntungkan. Untuk mewujudkan hubungan rasa saling percaya, Insan Garuda Indonesia harus bertindak wajar dengan memberikan kesempatan dan informasi yang sama kepada seluruh agen sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 4. Hubungan dengan Pemegang Saham Dalam menjalankan bisnis jasa penerbangan, Garuda Indonesia memerlukan modal yang salah satunya diperoleh dari para Pemegang Saham. Oleh karena itu Garuda Indonesia sangat menghargai dan menjunjung tinggi keberadaan para Pemegang Saham, baik Pemegang Saham minoritas maupun Pemegang Saham mayoritas sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Garuda Indonesia menjalin hubungan baik jangka panjang dengan para Pemegang Saham yang dilandasi dengan itikad baik, saling percaya dan saling memberi manfaat.
  • 26. Insan Garuda Indonesia berkomitmen untuk senantiasa berusaha keras agar perusahaan mengalami pertumbuhan yang berkesinambungan berdasarkan standar bisnis yang saling menguntungkan hingga dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi Pemegang Saham. 5. Hubungan dengan Pesaing Garuda Indonesia yakin dan percaya bahwa kompetisi yang sehat merupakan hal yang positif untuk memacu Garuda Indonesia menghasilkan yang terbaik dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Garuda Indonesia harus aktif dan berinisiatif untuk membangun iklim kompetisi yang sehat, oleh karena itu Garuda Indonesia berupaya agar setiap kebijakan yang diambil dalam pengelolaan Garuda Indonesia tetap berlandaskan kepada prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat. 6. Hubungan dengan Kreditur Garuda Indonesia berkomitmen untuk menjalankan kewajibannya dalam melakukan pembayaran bunga atau bagi hasil dan pokok hutang jangka panjang. Setiap perjanjian pinjaman antara Garuda Indonesia dengan kreditur harus memuat syarat dan ketentuan serta klausul-klausul yang mengikat Garuda Indonesia dengan kreditur yang mencakup jadwal pembayaran kembali dan penjabaran pemenuhan kewajiban kepada kreditur serta covenant yang berlaku selama jangka waktu perjanjian. Kepatuhan dalam Bekerja 1. Transparansi Komunikasi dan Informasi Keuangan Setiap Insan Garuda Indonesia harus memiliki pemahaman yang baik mengenai ruang lingkup, proses kerja, dan kinerja operasional maupun keuangan dalam rangka meningkatkan keterlibatan dan kontribusi kerja serta penyampaian pelaporan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Pemahaman yang baik harus diselaraskan dengan strategi dan kebijakan Garuda Indonesia dalam pengungkapan informasi material maupun non material sesuai dengan kewenangan jabatan. 2. Penanganan Konflik Kepentingan Garuda Indonesia menyadari bahwa setiap Insan Garuda Indonesia mempunyai hak untuk ikut ambil bagian dalam kegiatan keuangan, usaha, sosial budaya, politik dan kegiatan lain yang sah di luar pekerjaan Insan Garuda Indonesia dengan tetap memperhatikan kewajiban Insan Garuda Indonesia kepada perusahaan. Kegiatan tersebut harus sah dan bebas dari konflik kepentingan dengan tanggung jawabnya sebagai Insan Garuda Indonesia. Insan Garuda Indonesia tidak boleh menyalahgunakan sumber daya atau pengaruh Garuda Indonesia agar tidak dapat menghilangkan nama baik dan reputasi Garuda Indonesia. Potensi konflik kepentingan yang muncul perlu dikelola dengan tujuan untuk mencegah suasana kerja yang tidak kondusif dan mendorong semangat kerja yang independen serta mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kepentingan individu atau kelompok atau golongan tertentu. 3. Pemberian dan Penerimaan Gratifikasi Kebijakan Garuda Indonesia mengenai gratifikasi dibuat untuk menjaga reputasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan penerbangan yang handal, yang
  • 27. bertindak dengan integritas dan mendasarkan setiap keputusannya kepada pertimbangan bisnis yang taat hukum. Pada prinsipnya Garuda Indonesia melarang setiap penerimaan gratifikasi oleh Insan Garuda Indonesia dari pihak manapun dan mewajibkan kepada setiap Insan Garuda Indonesia untuk melakukan penolakan gratifikasi dan/atau melaporkan setiap penerimaan dan penolakan gratifikasi. Kebijakan mengenai gratifikasi tunduk pada ketentuan yang berlaku di Perusahaan. 4. Perlindungan Terhadap Aset Perusahaan Perlindungan terhadap aset perusahaan, baik yang berwujud maupun tidak berwujud, ditujukan untuk memastikan seluruh aset fisik, keuangan, hak milik intelektual dan aset yang lain digunakan dan dilindungi secara optimal. Pengamanan data dan Informasi 1. Perlindungan Terhadap Rahasia Perusahaan Kebijakan perlindungan terhadap rahasia perusahaan disusun untuk menjamin keamanan informasi dan memastikan bahwa informasi yang perlu diungkapkan oleh Garuda Indonesia, telah secara adil dan merata disampaikan kepada pihak- pihak yang berkepentingan tanpa adanya perlakuan istimewa untuk pihak tertentu. Informasi yang dianggap sebagai rahasia meliputi rencana bisnis dan strategi perusahaan, hasil-hasil penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam proses produksi, standar dan prosedur operasi perusahaan, dokumen- dokumen internal yang ditandatangani oleh Pegawai Pimpinan perusahaan, hak kekayaan intelektual ataupun informasi-informasi penting lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja Garuda Indonesia apabila tersebar ke luar Garuda Indonesia, kecuali apabila informasi tersebut telah dipublikasikan. 2. Perlindungan Terhadap Kekayaan Intelektual Kekayaan intelektual merupakan kekayaan tidak berwujud sebagai hasil kreativitas, termasuk hak paten, hak cipta dan merk dagang. Sebagai aset yang berharga, hak kekayaan intelektual Garuda Indonesia harus dilindungi dan begitu pula Insan Garuda Indonesia harus menghargai hak kekayaan intelektual pihak lain. Insan Garuda Indonesia harus selalu memperhatikan dalam menciptakan, melindungi dan mengeksploitasi kekayaan intelektual perusahaan serta menghindari pelanggaran terhadap kekayaan intelektual orang lain. Insan Garuda Indonesia harus mentaati peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai hak kepemilikan kekayaan intelektual. Tanggung Jawab Insan Garuda Indonesia 1. Tanggung Jawab kepada Masyarakat Garuda Indonesia memiliki misi sebagai agen pembangunan ekonomi nasional yang mana dalam menjalankan misinya, perusahaan memiliki tanggung jawab kepada masyarakat tempat perusahaan beroperasi. Wujud dari pada tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Insan Garuda Indonesia diwajibkan mensukseskan program tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan dengan menjalankan program
  • 28. tanggung jawab sosial perusahaan secara berkelanjutan diharapkan Insan Garuda menjadi warga masyarakat yang bermartabat dan bertanggung jawab. 2. Tanggung Jawab kepada Pemerintah Garuda Indonesia dalam menjalankan bisnisnya wajib memenuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai regulator. Pemerintah selain sebagai regulator juga sebagai Pemegang Saham sehingga Garuda Indonesia berkewajiban untuk memaksimalkan nilai Pemegang Saham. Oleh karena itu perusahaan berupaya untuk membangun dan membina hubungan kemitraan yang harmonis dengan Pemerintah. Insan Garuda Indonesia harus mampu memaksimalkan kemampuannya untuk membantu perusahaan didalam mewujudkan tanggung jawab perusahaan kepada Pemerintah. Dengan demikian insan Garuda Indonesia harus mampu untuk menjaga hubungan yang harmonis, dan saling menghormati secara baik dan wajar antara Garuda Indonesia dan Pemerintah didalam menjalankan kegiatan bisnisnya, agar bisnis perusahaan dapat tumbuh dan berkembang secara lancar dan berkelanjutan. 3. Tanggung Jawab kepada Lingkungan Garuda Indonesia dalam menjalankan bisnisnya tidak semata-mata memfokuskan diri pada aspek ekonomi, juga memberikan perhatian penuh pada aspek lingkungan. Aspek-aspek lingkungan yang memiliki dampak penting dijadikan titik tolak pengelolaan lingkungan Garuda Indonesia. Garuda Indonesia merumuskan strategi dan kebijakan pengendalian dampak lingkungan. Insan Garuda Indonesia memiliki tanggung jawab dalam berkontribusi terhadap seluruh program dan kegiatan yang selaras dengan strategi dan kebijakan Garuda Indonesia dalam pengendalian dampak lingkungan. Dengan proaktif dan responsif terhadap pengendalian dampak lingkungan secara berkelanjutan, menjadikan Insan Garuda Indonesia sebagai warga masyarakat yang bermartabat dan bertanggung jawab. Daftar Pustaka https://www.garuda-indonesia.com/files/pdf/investor-relations/corporate- governance/Pedoman_Etika_Kerja_dan_Etika_Bisnis_disahkan_BoD_dan_BoC.pdf