2. ETIKA BISNIS
a. Pengertian Etika Bisnis
Etika sendiri menurut Larkin dalam Erni (2011) “Ethics is concerned with moral
obligation, responsibility, and social justice”. Etika menjelaskan standar dan norma perilaku
baik dan buruk yang kemudian diimplementasikan oleh masing-masing karyawan dalam
organisasi.
Penelitian yang dilakukan Mauro et al. (1999) tentang etika bisnis dan pengambilan
keputusan perusahaan menggunakan definisi etika dan etika bisnis yang dikembangkan oleh
Walton. Menurut Walton dalam Erni (2011) “Ethics. A critical analysis of human acts to
determine their rightness or wrongness in terms of two major: truth and justice Business
ethics. A range of criteria whereby human actions are judge to include such things as societal
expectations; fair competition; the aesthetics or advertising and the used public relations; the
meaning of social responsibilities; reconciling corporate behavior at home with behavior
abroad; the extent of consumer sovereignty; the relevance of corporate size; the handling
communications, and the like".
Etika bisnis adalah bisnis setiap orang di setiap hari, sehingga etika bisnis termasuk
semua manajer dan hubungan bisnis mereka serta tindakn-tindakan mereka. Etika bisnis
adalah tuntutan harkat etis manusia dan tidak bisa ditunda sementara untuk membenarkan
tindakan dan sikap tidak adil, tidak jujur, dan tidak bermoral.
Etika Bisnis dapat dibagi dalam 2 pandangan, yaitu:
Normative ethics : Concerned with supplying and justifying a coherent moral system of
thinking and judging. Normative ethics seeks to uncover, develop, and justify basic moral
principles that are intended to guide behavior, actions, and decisions.
Decriptive ethics: Is Concerned with describing, characterizing, and studying the morality of
a peole, a culture, or a society. It also compares and contrasts different moral codes,
systems, practices, beliefs, and values.
3. b. Tahapan Etika Bisnis
Etika bisnis dapat dilaksanakan dalam tiga tahapan: tahap makro, tahap meso, dan tahap
mikro. Ketiga tahap ini membahas kegiatan ekonomi dan bisnis. Ditahap makro, etika bisnis
mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara total. Pada tahap meso
(menengah), etika bisnis mempelajari persoalan etika dalam organisasi. Organisasi di sini
dapat diasosiasikan sebagai organisasi perusahaan, serikat buruh, lembaga konsumen,
perhimpunan profesi, dan lain-lain.
Tahap mikro memusatkan perhatiannya pada persoalan individual sehubungan dengan
aktifitas ekonomi atau bisnis. Pada tahap ini dipelajari tanggung jawab etis karyawan dan
majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok, dan investor.
c. Teori – teori Etika Bisnis
1) Teori Utilitarianisme
Teori utilitarianisme mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan
jika bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Teori
utilitarianisme sebagai teori etika kegunaan suatu tindakan ekonomis, sesuai sekali
dengan prinsip prinsip ekonomis.
Teori ini cukup jelas dengan dijelaskan melalui teori cost benefit analysis yang
dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat utilitarianisme mampu menghitung keuntungan
dan kerugian atau kredit dan debet dalam bisnis. Banyak penganut utilitarianisme
mengusahakan melaksanakan perhitungan etis ekonomis tersebut.
2) Teori Deontologi
“Deontologi‟ berasal dari kata Yunani “deon”, berarti kewajiban. Suatu tindakan itu
baik bukan dinilai dan dibenarkan berdasarkan atau tujuan baik dari tindakan itu,
melainkan berdasarkan kewajiban bertindak baik kepada orang lain sebagaimana
keinginan diri sendiri selalu berlaku baik baik pada diri sendiri.
Deontologi merupakan teori etika yang menyatakan bahwa yang menjadi dasar bagi
baik buruknya suatu perbuatan adalah kewajiban seseorang untuk berbuat baik kepada
sesama manusia. Merupakan teori etika yang memberi jawaban atas pertanyaan
“mengapa suatu perbuatan adalah baik dan perbuatan itu harus ditolak sebagai buruk”,
deontologi menjawab: “karena perbuatan pertama menjadi kewajiban seseorang untuk
berbuat baik pada orang lain dan karena perbuatan kedua dilarang untuk dilakukan”.
4. 3) Teori Hak
Setiap insan ekonomis memiliki hak, sejalan dengan itu ia juga memiliki kewajiban
secara ekonomis. Secara moral evaluasi terhadap berbagai peristiwa ekonomis didasari
oleh teori hak. Teori hak ini merupakan pendekatan relatif banyak dipakai mengevaluasi
baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku seseorang atau sekelompok orang.
Teori hak merupakan aspek dari teori deontologi, karena hak berhubungan dengan
kewajiban. Bahkan hak dan kewajiban seperti dua sisi mata uang logam yang saling
melengkapi. Seseorang biasanya memiliki hak sekaligus kewajiban untuk berlaku sesuatu
kepada orang lain.
4) Teori Keutamaan
Keutamaan didefinisikan sebagai penggambaran watak menganai perilaku seseorang
dan memungkinkan nya bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, merupakan
suatu keutamaan seseorang sehingga bermodal hal tersebut seseorang mampu mengambil
keputusan tepat dalam berbagai kondisi. Keadilan merupakan perwujudan nilai
keutamaan lainnya mendorong seseorang mampu memberikan kepada sesama segala
sesuatu yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan dimana seseorang tidak
ingin menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras juga nilai
keutamaan yang menjamin seseorang untuk menghindari tindakan bermalas-malasan.
Prestasi bisnis yang baik adalah prestasi bisnis didasari oleh nilai nilai keutamaan.
Hidup yang baik adalah virtuous life: hidup keutamaan, Life is precious, hidup adalah
utama dan sangat berharga maka gunakanlah setiap menit yang ada untuk berbuat sesuatu
kebaikan kepada umat manusia.
5) Teori Relativisme
Bila selalu dalam kondisi perilaku normal, maka pada dasarnya setiap orang
cenderung bersedia berperilaku utama atau baik. Mereka yakin bahwa adat-istiadat,
agama atau kepercayaan yang dianutnya dari daerah di mana ia dibesarkan diyakini
merupakan adat istiadat terbaik di banding lain-lainnya. Dengan keadaan ini, maka setiap
orang berkondisi kejiwaan normal tidak dapat membantah peristiwa serupa. Banyak fakta
menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan perilaku atau pendapat umum dan menjadi
adat istiadat turun temurun suatu daerah.
5. d. Prinsip Etika
1) Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai sesuatu kebaikan
untuk diberian kepada orang lain.
2) Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan keutamaan.
Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjiandan kontrak. Dalam
perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling percaya satu sama lain,
bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat perjanjian dan kontrak, serius, tulus
dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran sangat penting artinya bagi kepentingan
masing-masing pihak, kejujuran sangat menentukan keberlanjutan relasi dan kelangsungan
bisnis selanjutnya.
3) Prinsip Keadilan
Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam bisnis merupakan
praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang dalam kegiataan
bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan diperlakukan sesuai dengan hak dan
kewajiban masing-masing.
4) Prinsip Saling Menguntungkan
Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada keterlibatan
setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip keutamaan. Saling
menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal pelaku bisnis atau perusahaan
agar nama baik pribadi atau nama baik perusahaan untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya
dan kompetitif.
6. e. Relevansi Etika Dalam Bisnis Modern
Banyak peristiwa bisnis yang menunjukkan penurunan kualitas berbisnis dan merugikan
kepentingan konsumen serta masyarakat luas, seperti tindakan monopoli, penipuan, kerusakan
lingkungan dan sebagainya. Perilaku pebisnis dunia semakin mengkhawatirkan keselamatan
dan kelestarian lingkungan. Keresahan masyarakat terhadap penurunan kualitas kehidupan
manusia semakin besar.
Beberapa keadaan mendorong perubahan sistem bisnis antara lain: Tata cara bisnis dari
bertani berubah cepat menjadi industri menggunaka mekanis dalam produksinya, sehingga
mempercepat produksi dan mempercepat perubahan konstelasi alam sekitar. Percepatan
pembentukan masyarakat pedesaan menjadi masyarakat industri. Industri tersebut bisa
digunakan untuk tujuan baik maupun buruk atau lebih cepat memusnahkan lingkungan
tergantung pada siapa pemakainya. Namun diyakini bahwa para ilmuwan pencipta peralatan
industry tersebut bercita cita luhur disaat mereka menciptakan peralatan industri modern
tersebut.
Terbentuknya masyarakat industri, mengubah filsafat kehidupan kelompok
masyarakatnya. Bentuk bentuk filsafat ketradisionalan bisa saja bertahan bisa juga terhapus
tergantung pada sikap materialistis masyarakat yang terbentuk oleh kehadiran teknologi
tinggi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berpengaruh pada tata cara perilaku
masyarakat. Rumah tangga, lembaga keagamaan dan pendidikan berperan memelihara
perilaku masyarakat sesuai norma etika dan bila perlu memberikan hukuman kepada
pelanggarnya. Semakin jauh pemakaian teknologi, maka perilaku masyarakat semakin
berubah materialistis dan praktis, sehingga nilai moralitas cenderung diabaikan.
7. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE (CSR)
a. Pengertian CSR
Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
suatu konsep bahwa organisasi atau perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung
jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen,
karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional
perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni
suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan
keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat
keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang
timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih
panjang.
Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan
permasalahan sosial semakin tegas, juga standar dan hukum seringkali dibuat hingga
melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan.
Mereka juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk
sukarelawan (volunteer) dalam mengambil bagian pada proyek komunitas sehingga
menciptakan suatu itikad baik di mata komunitas tersebut yang secara langsung akan
meningkatkan reputasi perusahaan serta memperkuat merek perusahaan. Dengan diterimanya
konsep CSR, terutama triple bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam
menempatkan berbagai kegiatan sosial di atas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi komunitas dapat diartikan sangat luas,
namun secara singkat dapat dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi
di dalam sebuah komunitas melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan
komunitas. CSR bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan suatu
perusahaan dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh
memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan,
8. termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat keseimbangan
antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan kepentingan pemegang
saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan internal.
Pada dasarnya CSR adalah bentuk tanggung jawab sebuah perusahaan terhadap
stakeholder atau pemangku kepentingan. Menurut para ahli, CSR memiliki 3 definisi, yakni :
- Melakukan tindakan sosial, termasuk di dalamnya adalah kepedulian terhadap lingkungan
hidup yang diharuskan dalam peraturan perundangan-undangan.
- Komitmen usaha yang dilakukan secara etis, beroperasi secara resmi, serta dapat
berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi yang di iringi dengan peningkatan kualitas
hidup karyawan termasuk keluarganya, komunitas lokal, serta masyarakat luas.
- Komitmen bisnis untuk turut berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal,
serta masyarakat luas dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup bersama.
b. Fungsi CSR
Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai fungsi CSR sebagai bentuk tanggung jawab
kepada berbagai pihak yang terlibat :
1) Izin Sosial untuk Beroperasi
2) CSR Dapat Memperkecil Resiko Bisnis Perusahaan
3) CSR Dapat Melebarkan Akses Sumber Daya
4) CSR Memudahkan Akses Menuju Market
5) CRS Bisa Memperkecil Biaya Pengeluaran
6) CSR Dapat Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholder
7) CSR Bisa Memperbaiki Hubungan dengan Regulator
8) CSR Meningkatkan Semangat dan Produktivitas Karyawan
9) CSR Memperbesar Peluang Mendapatkan Penghargaan
9. c. Manfaat CSR (Corporate Sosial Responbility)
Ada beberapa manfaat jika sebuah perusahaan memiliki program CSR. Berikut ini adalah ulasan
lebih lengkapnya.
1) Manfaat CSR untuk Perusahaan
Meningkat citra perusahaan di mata masyarakat.
Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
Membedakan perusahaan tersebut dengan para kompetitornya.
Memperkuat brand merk perusahaan di mata masyarakat.
Memberikan inovasi bagi perusahaan tersebut.
2) Manfaat CSR untuk Masyarakat
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan meningkatkan kelestarian lingkungan
hidup sekitar.
Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
Adanya pembangunan fasilitas masyarakat yang sifatnya sosial dan berguna untuk masyarakat
banyak khususnya untuk masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut.
RISK MANAGEMENT
a. Pengertian Manajemen Resiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:
10. Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan
menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua
konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang
timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta
tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat
dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang
berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen
risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen
risiko (manusia, staff, dan organisasi).
Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat
diklasifikasi menjadi :
Risiko Operasional
Risiko Hazard
Risiko Finansial
Risiko Strategik
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko Terintegrasi
Korporasi (Enterprise Risk Management). Manajemen Risiko dimulai dari proses identifikasi
risiko, penilaian risiko, mitigasi,monitoring dan evaluasi.
b. Tujuan Manajemen Risiko
Secara umum ada enam tujuan manajemen risiko dalam perusahaan atau badan usaha,
diantaranya adalah :
11. 1) Melindungi Perusahaan
Memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan yang bisa
menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.
2) Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
Membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten atas
risiko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan.
3) Mendorong Manajemen Agar Proaktif
Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan
menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja
perusahaan.
4) Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati
Mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam menghadapi
risiko perusahaan demi tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.
5) Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat risiko
yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga berguna dalam pengembangan
strategi dan perbaikan proses manajemen risiko secara berkesinambungan.
6) Sosialisasi Manajemen Risiko
Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk mensosialisasikan
pemahaman tentang risiko dan pentingnya manajemen risiko.
c. Jenis-Jenis Manajemen Risiko dalam Perusahaan
Seiring dengan perkembangannya, Manajemen Risiko terbagi dalam beberapa hal; Resiko
Operasional, Resiko Hazard, Resiko Finansial, Resiko Strategik.
12. 1) Manajemen Risiko Operasional
Manajemen ini berkaitan dengan resiko yang timbul akibat gagal fungsi proses
internal, misalnya karena human error, kegagagalan sistem, faktor luar seperti bencana dsb.
Dalam menejemen resiko operasional, ada empat faktor penyebab resiko antara lain
manusia, proses, sistem dan kejadian eksternal.Dengan memahami manajemen risiko ini,
perusahaan bisa mengambil langkah preventif atau bahkan sanksi supaya kapasitas
produksi dan layanan terjaga semisal ada hal yang tidak diinginkan terjadi.
2) Manajemen Hazard
Manajemen hazard berkaitan dengan kondisi potensial yang mengakibatkan
kebangkrutan dan kerusakan. Ketika kita membahas hazard, tentu kita juga membahas
peril. Resiko perilaku yaitu peristiwa yang bisa menimbulkan kerugian bisnis. Dalam hal
ini ada tiga macam hazard yang harus diketahui, antara lain legal hazard, physical hazard
dan moral hazard.
3) Manajemen Resiko Finansial
Manajemen resiko finansial yaitu upaya pengawasan resiko dan perlindungan hak
milik, keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha. Pada prakteknya, proses
pengelolaan resiko ini meliputi identifikasi, evaluasi dan melakukan pengendalian resiko
bila ditemukan hal yang mengancam keberlangsungan organisasi.
Manajemen resiko finansial ini sangat penting karena ini merupakan salah satu sumber
daya perusahaan. Karena itu seorang akuntan harus benar-benar mempertimbangkan
berbagai resiko lainnya yang berhubungan dengan keuangan, seperti : Resiko likuiditas,
Diskpntinuitas pasar, Resiko kredit, Resiko regulasi, Resiko pajak, resiko akuntansi.
Menejemen resiko finansial juga tidak lepas dari perubahan kurs mata uang yang erat
kaitannya dengan perubahan inflasi, neraca perdagangan, kapasitas utang, suku bunga dsb.
13. Implementasi: CSR PT. DANONE AQUA Tbk
Salah satu dari sekian banyak sumber mata air yang dieksploitasi habis-habisan oleh Aqua
adalah sumber mata air di Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dimana pada daerah
tersebut masyarakatnya menopangkan kehidupannya dari sektor pertanian. Karena debit air
menurun sangat drastis sejak Aqua beroperasi disana, sekarang para petani terpaksa harus
menyewa pompa untuk memenuhi kebutuhan irigasi sawahnya. Untuk kebutuhan sehari-hari,
penduduk harus membeli air dari tangi air dengan harga mahal karena sumur-sumur mereka
sudah mulai kering akibat “pompanisasi” besar-besaran yang dilakukan oleh Agua. Hal ini
sangat ironos mengingat Kabupaten Klaten merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya air.
Disatu Kabupaten ini saja sudah terdapat 150-an mata air.
Oleh karena itu, agar pemanfaatannya dapat berkesinambungan makan tindakan eksploitasi
sumber daya alam harus disertai dengan tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan
pengembangan lingkungan hidup harus dilakukan dengan cara rasional antara lain sebagai
berikut:
a. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien
b. Menggunakan bahan pengganti, misalnya hasil metalurgi (campuran)
c. Mengembangkan metoda menambang dan memproses yang efisien, serta pendaur-
ulangan (recycling)
d. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam
Terbentuknya departemen CSR tahun 2005 di Aqua menginisiasi pelaksanaan beberapa
kegiatan, salah satunya Program Aqua Lestari yang merupakan sustainable initiative. Perspektif
pengelolaan dampakpun mulai terlihat. Danone melakukan kajian perhatian pemangku
kepentingan serta isu yang harus ditangani. Misalnya dari aspek transportasi, pengelolaan
limbah, akses air, konservasi program pengembangan masyarakat dan lainnya.
Dipihak internal sendiri masing-masing Departemen mulai bergerak menggarap dampak
eksternalitas maupun peluang untuk memperbesar kontribusi positif yang terkait dengan
aktivitasnya. Program Aqua 1 untuk 10 yang dimulai sejak 2006 misalnya. Merupakan
terjemahan Departemen Marketing terhadap tantangan mengambil peran strategis implementasi
CSR Danone Aqua.
14. Selain itu, pada tahun 2006 Danone Aqua bekerjasama Danone Wetland dan UNESCO membuat
program pengenalan pendidikan lingkungan kepada siswa Sekolah Dasar melalui permainan
Ramsar. Permainan berbentuk ular tangga dan monopoli yang isinya mengenai pengetahuan
lingkungan. Program tersebut juga melibatkan dinas pendidikan dan sekolah-sekolah di daerah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, Hapzi, Modul Strategic Management, Business Ethics, CSR, and Risk Management,
2018
2. Ernawan, R. Erni, 2011. Business Ethics. Bandung: Penerbit Alfabeta
3. Yunita, Silfana, 2018.
https://www.academia.edu/33750985/ETIKA_BISNIS_PADA_PT._DANONE_AQUA_Tb
k, (25 November 2018, jam 10:18)
4. Fauzi, Restiani Nur, 2018. https://ireztia.com/2018/05/11/csr-terbaik/, (25 November
2018, jam 10:32)