3. RUKUN dan
SYARAT NIKAH
serta MAHRAM
KELOMPOK IV
(11) HANIFA Puspa
Anindya
(10) Frisaranda DEWA
Sukarno
(04) AZKY Abdillah
(27) SHAFIRA Hany
(30) YUNI Artika R.
-XII MIA F-
9. II. CALON ISTRI
1. Beragama Islam
2. Tidak terpaksa
3. Bukan Mahram
4. Tidak bersuami
5. Tidak sedang dalam masa iddah
6. Tidak sedang ihram haji atau umroh
10. III. Adanya Wali
a. Mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal) (Ali Imron : 28)
b. Laki-laki merdeka
c. Adil
d. Tidak sedang ihrom haji atau umroh
IV. Adanya 2 Orang Saksi
- Syaratnya sama dengan no : 3
V. Adanya Ijab dan Qobul
Dengan kata-kata " nikah " atau yang semakna dengan itu.
Berurutan antara Ijab dan Qobul.
11. a. Perempuan yang menikah tanpa seizin walinya maka nikahnya
tidak syah. Rasulullah saw, bersabda :
Artinya :"Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin
walinya maka pernikahan itu batal (tidak syah)". (HR. Empat Ahli Hadits
kecuali Nasai).
a. Saksi harus benar-benar adil. Rasulullah saw., bersabda :
Artinya:"Tidak syah nikah seseorang melainkan dengan wali
dan 2 orang saksi yang adil". (HR. Ahmad)
12. c. Setelah selesai aqad nikah biasanya diadakan walimah, yaitu pesta
pernikahan. Hukum mengadakan walimah adalah sunat muakkad.
Rasulullah SAW bersabda :”Orang yang sengaja tidak mengabulkan
undangan berarti durhaka kepada Allah dan RasulNya’. (HR. Bukhori)
13. d. Contoh Ijab : Wali perempuan berkata kepada
pengantin laki-laki
Ya Fulan bin Fulan uzawwijuka ‘ala ma
amarollohu min imsakin bima’rufin au tasriihim bi
ihsanin, ya fulan bin fulan (jawab: na’am/labbaik)
anakahtuka wa zawwaj-tuka makhthubataka
fulanah binti fulan bi mahri mushaf alquran wa
alatil ‘ibadah haalan.
Saudara fulan bin fulan (dijawab: ya saya). saudara
saya nikahkan dan kawinkan fulanah binti fulan
denganmahar sebuah mushaf Alquran dan
perlengkapan sholat secara tunai."
14. e. Contoh Qobul : Calon suami menjawab:
Qobiltu nikaahahaa wa tazwiijahaa bil mahril
madz-kuur haalan.
"Saya terima nikah dan kawinya fulanah binti
fulan dengan mahar sebuah mushaf Alquran
dan perlengkapan Sholat secara tunai."
17. Menurut pengertian bahasa mahram berarti yang diharamkan. Menurut
Istilah dalam ilmu fiqh mahram adalah wanita yang haram dinikahi. Penyebab
wanita yang haram dinikahi ada 4 macam :
1. Wanita yang haram dinikahi karena keturunan.
2. Wanita yang haram dinikahi karena hubungan sesusuan.
3. Wanita yang haram dinikahi karena perkawinan.
4. Wanita yang haram dinikahi karena mempunyai pertalian
muhram dengan istri.
18. “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini
oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau.
Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan
seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).”
(An-Nisa (4) : 22)
19. “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan;
saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan;
saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-
saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang
perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-
ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri
yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan
sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(An-Nisa (4) : 23)
20. “Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh
ayahmu, terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan
itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh).
Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai
ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian
(yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk
berzina.”
(An-Nisa (4) : 22)
21. Mahrom di sini terbagi menjadi dua macam:
[1] Mahrom muabbad, artinya tidak boleh dinikahi
selamanya; dan
[2] Mahrom muaqqot, artinya tidak boleh dinikahi
pada kondisi tertentu saja dan jika kondisi ini
hilang maka menjadi halal. Berikut kami rinci
secara ringkas.
22. Mahrom muabbad dibagi menjadi tiga:
[1] Karena nasab,
[2] Karena ikatan perkawinan (mushoharoh),
[3] Karena persusuan (rodho’ah).
Golongan Hanafiyah tidak mensyariatkan laki-laki menjadi saksi. Mereka berpendapat, saksi boleh dua orang laki-laki atau seorang laki-laki dan dua orang wanita sebagaimana firman Allah Al-Baqarah (2) : 282
7. Akad nikah, dengan dalil sabda Rasulullah.
الْمُحْرِمُ لاَ يَنْكِحُ وَلاَ يَخْطُبُ
“Seorang yang berihram tidak boleh menikah dan meminang” [HR Muslim] dan dalam riwayat lain dari sahabat Utsman bin Affaan dengan lafadz.
إِنَّ الْمُحْرِمَ لاَ يَنْكِحُ وَلاَ يُنْكِحُ
“Sesungguhnya seorang yang berihram tidak boleh menikah dan menikahkan orang lain” [HR Muslim]
Dalam hadits ini dijelaskan keharaman seorang muhrim melamar seorang wanita, menikah dan menikahkan. Jadi seorang muhrim tidak boleh menikah dan tidak boleh menjadi wali yang menikahkan seorang wanita selama dia masih berihrom dan belum bertahallul
Sumber: https://almanhaj.or.id/2872-fiqih-haji-larangan-dalam-ihram.html
Yang Halal dan Yang Haram Dinikahi Menurut Agama berdasarkan ayat di atas, maka kita dapat mengetahui orang-orang yang bisa (halal) dan tidak bisa (haram) nikahi sebagai berikut:yang halal (boleh) untuk dinikahi adalah :1. Anak tante kita (sepupu)2. Anak tiri kita yang ibunya telah kita ceraikan3. Cucu perempuan kita (Bukan cucu kandung)4. Istri anak angkat dan anak tiri kita5. Anak angkat kita6. Anak perempuan ibu yang menyusui kita yang tidak menyusu pada ibunya (anak angkat yang menyusu pada ibu kandung)7. dan tentu saja orang lainsedangkan yang haram (tidak boleh) untuk dinikahi dalam islam ialah:1. Ibu kita2. Anak perempuan kita3. Saudara kita yang perempuan4. Tante kita dari pihak bapak (saudara bapak yang perempuan)5. Tante kita dari pihak ibu (saudara ibu yang perempuan)6. Keponakan kita yang perempuan dari sodara laki kita7. Keponakan kita yang perempuan dari sodara perempuan kita8. Ibu yang menyusui kita9. Saudara perempuan sepersusuan10. Mertua perempuan kita11. Anak tiri kita yang ibunya belum kita ceraikan12. Menantu
Yang Halal dan Yang Haram Dinikahi Menurut Agama berdasarkan ayat di atas, maka kita dapat mengetahui orang-orang yang bisa (halal) dan tidak bisa (haram) nikahi sebagai berikut:yang halal (boleh) untuk dinikahi adalah :1. Anak tante kita (sepupu)2. Anak tiri kita yang ibunya telah kita ceraikan3. Cucu perempuan kita (Bukan cucu kandung)4. Istri anak angkat dan anak tiri kita5. Anak angkat kita6. Anak perempuan ibu yang menyusui kita yang tidak menyusu pada ibunya (anak angkat yang menyusu pada ibu kandung)7. dan tentu saja orang lainsedangkan yang haram (tidak boleh) untuk dinikahi dalam islam ialah:1. Ibu kita2. Anak perempuan kita3. Saudara kita yang perempuan4. Tante kita dari pihak bapak (saudara bapak yang perempuan)5. Tante kita dari pihak ibu (saudara ibu yang perempuan)6. Keponakan kita yang perempuan dari sodara laki kita7. Keponakan kita yang perempuan dari sodara perempuan kita8. Ibu yang menyusui kita9. Saudara perempuan sepersusuan10. Mertua perempuan kita11. Anak tiri kita yang ibunya belum kita ceraikan12. Menantu
[1] Mahrom muabbad karena nasab ada tujuh wanita:
Pertama: Ibu.
Yang termasuk di sini adalah ibu kandungnya, ibu dari ayahnya, dan neneknya (dari jalan laki-laki atau perempuan) ke atas.
Kedua: Anak perempuan.
Yang termasuk di sini adalah anak perempuannya, cucu perempuannya dan terus ke bawah.
Ketiga: Saudara perempuan.
Keempat: Bibi dari jalur ayah (‘ammaat)
Yang dimaksud di sini adalah saudara perempuan dari ayahnya ke atas. Termasuk di dalamnya adalah bibi dari ayahnya atau bibi dari ibunya.
Kelima: Bibi dari jalur ibu (khollaat)
Yang dimaksud di sini adalah saudara perempuan dari ibu ke atas. Termasuk di dalamnya adalah saudara perempuan dari ibu ayahnya.
Keenam dan ketujuh: Anak perempuan dari saudara laki-laki dan saudara perempuan (keponakan).
Yang dimaksud di sini adalah anak perempuan dari saudara laki-laki atau saudara perempuannya, dan ini terus ke bawah.
[2] Mahrom muabbad karena ikatan perkawinan (mushoro’ah) ada empat wanita:
Pertama: Istri dari ayah.
Kedua: Ibu dari istri (ibu mertua). Ibu mertua ini menjadi mahrom selamanya (muabbad) dengan hanya sekedar akad nikah dengan anaknya (tanpa mesti anaknya disetubuhi), menurut mayoritas ulama. Yang termasuk di dalamnya adalah ibu dari ibu mertua dan ibu dari ayah mertua.
Ketiga: Anak perempuan dari istri (robibah). Ia bisa jadi mahrom dengan syarat si laki-laki telah menyetubuhi ibunya. Jika hanya sekedar akad dengan ibunya namun belum sempat disetubuhi, maka boleh menikahi anak perempuannya tadi. Yang termasuk mahrom juga adalah anak perempuan dari anak perempuan dari istri dan anak perempuan dari anak laki-laki dari istri.
Keempat: Istri dari anak laki-laki (menantu). Yang termasuk mahrom juga adalah istri dari anak persusuan.
[3] Mahrom muabbad karena persusuan (rodho’ah):
Wanita yang menyusui dan ibunya.
Anak perempuan dari wanita yang menyusui (saudara persusuan).
Saudara perempuan dari wanita yang menyusui (bibi persusuan).
Anak perempuan dari anak perempuan dari wanita yang menysusui (anak dari saudara persusuan).
Ibu dari suami dari wanita yang menyusui.
Saudara perempuan dari suami dari wanita yang menyusui.
Anak perempuan dari anak laki-laki dari wanita yang menyusui (anak dari saudara persusuan).
Anak perempuan dari suami dari wanita yang menyusui.
Istri lain dari suami dari wanita yang menyesui.
Adapun jumlah persusuan yang menyebabkan mahrom adalah lima persusuan atau lebih. Inilah pendapat Imam Asy Syafi’i, pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, Ibnu Hazm, Atho’ dan Thowus. Pendapat ini juga adalah pendapat Aisyah, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Zubair.
Sumber: https://muslim.or.id/8481-siapakah-mahram-anda.html